Professional Documents
Culture Documents
Menurut WHO (1947) Sehat itu sendiri dapat diartikan bahwa suatu
keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya
eksternal.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang
memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Dalam pengertian ini
maka kesehatan harus dilihat sebagai satu kesatuan yang utuh terdiri dari unsur –
unsur fisik, mental dan sosial dan di dalamnya kesehatan jiwa merupakan bagian
integral kesehatan
Dalam pengertian yang paling luas sehat merupakan suatu keadaan yang
dinamis dimana individu menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan
lingkungan internal (psikologis, intelektua, spiritual dan penyakit) dan eksternal
(lingkungan fisik, social, dan ekonomi) dalam mempertahankan kesehatannya.
CIRI-CIRI SEHAT
Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak merasa dan
mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif tidak
tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan.
Kesehatan mental (jiwa) mencakup 3 komponen, yakni pikiran,
emosional, dan spiritual.
1. Pikiran sehat tercermin dari cara berpikir atau jalan pikiran.
2. Emosional sehat tercermin dari kemampuan seseorang untuk
mengekspresikan emosinya, misalnya takut, gembira, kuatir, sedih dan
sebagainya.
3. Spiritual sehat tercermin dari cara seseorang dalam mengekspresikan rasa
syukur, pujian, kepercayaan dan sebagainya terhadap sesuatu di luar alam
fana ini, yakni Tuhan Yang Maha Kuasa (Allah SWT dalam agama Islam).
Misalnya sehat spiritual dapat dilihat dari praktik keagamaan seseorang.
4. Kesehatan sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan
orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku,
agama atau kepercayan, status sosial, ekonomi, politik, dan sebagainya, serta
saling toleran dan menghargai.
5. Kesehatan dari aspek ekonomi terlihat bila seseorang (dewasa) produktif,
dalam arti mempunyai kegiatan yang menghasilkan sesuatu yang dapat
menyokong terhadap hidupnya sendiri atau keluarganya secara finansial.
Bagi mereka yang belum dewasa (siswa atau mahasiswa) dan usia lanjut
(pensiunan), dengan sendirinya batasan ini tidak berlaku. Oleh sebab itu,
bagi kelompok tersebut, yang berlaku adalah produktif secara sosial, yakni
mempunyai kegiatan yang berguna bagi kehidupan mereka nanti, misalnya
berprestasi bagi siswa atau mahasiswa, dan kegiatan sosial, keagamaan, atau
pelayanan kemasyarakatan lainnya bagi usia lanjut.
Paradigma sehat
paradigma sehat adalah cara pandang atau pola pikir pembangunan
kesehatan sebagai masalah yang dipengaruhi oleh banyak faktor secara dinamis
dan lintas sektoral, dalam suatu wilayah yang berorientasi kepada peningkatan
pemeliharaan dan per - lindungan terhadap penduduk agar tetap sehat dan bukan
dukungan dan alokasi sumber daya untuk menjaga agar yang sehat tetap sehat
namun teta p mengupayakan yang sakit segera sehat. Pada prinsipnya kebijakan
Tahap ketergantungan
Jika profesi kesehatan memvalidasi (memantapkan) bahwa seseorang
sakuit : menjadi pasien yang tergantung untuk memperoleh bantuan.
4. Tahap penyembuhan
Pasien belajar untuk melepaskan peran sakit dan kembali pada
peran sakit dan fungi sebelum sakit.
Kesiapan untuk fungsi social.
CIRI-CIRI SAKIT
1. Individu percaya bahwa ada kelainan dalam tubuh ; merasa dirinya
tidak sehat / merasa timbulnya berbagai gejala merasa adanya bahaya.
Mempunyai 3 aspek :
- secara fisik : nyeri, panas tinggi.
- Kognitif : interprestasi terhadap gejala.
- Respons emosi terhadap ketakutan / kecamasan.
2. Asumsi terhadap peran sakit (sick Rok).Penerimaan terhadap sakit.
Tidak semua klien melewati tahapan yang ada, dan tidak setiap klien
melewatinya dengan kecepatan atau dengan sikap yang sama. Pemahaman
terhadap tahapan perilaku sakit akan membantu perawat dalam
mengidentifikasi perubahan-perubahan perilaku sakit klien dan bersama-
sama klien membuat rencana perawatan yang efektif
E. DAMPAK SAKIT
1. Terhadap Perilaku dan Emosi Klien
Setiap orang memiliki reaksi yang berbeda-beda tergantung pada asal
penyakit, reaksi orang lain terhadap penyakit yang dideritanya, dan lain-
lain.
Penyakit dengan jangka waktu yang singkat dan tidak mengancam
kehidupannya akan menimbulkan sedikit perubahan perilaku dalam fungsi
klien dan keluarga. Misalnya seorang Ayah yang mengalami demam,
mungkin akan mengalami penurunan tenaga atau kesabaran untuk
menghabiskan waktunya dalam kegiatan keluarga dan mungkin akan
menjadi mudah marah, dan lebih memilih menyendiri.
Sedangkan penyakit berat, apalagi jika mengancam
kehidupannya.dapat menimbulkan perubahan emosi dan perilaku yang
lebih luas, seperti ansietas, syok, penolakan, marah, dan menarikd diri.
Perawat berperan dalam mengembangkan koping klien dan keluarga
terhadap stress, karena stressor sendiri tidak bisa dihilangkan.
2. Terhadap Peran Keluarga
Setiap orang memiliki peran dalam kehidupannya, seperti pencari
nafkah, pengambil keputusan, seorang profesional, atau sebagai orang tua.
Saat mengalami penyakit, peran-peran klien tersebut dapat mengalami
perubahan.
Perubahan tersebut mungkin tidak terlihat dan berlangsung singkat
atau terlihat secara drastis dan berlangsung lama. Individu / keluarga lebih
mudah beradaftasi dengan perubahan yang berlangsung singkat dan tidak
terlihat.
Perubahan jangka pendek klien tidak mengalami tahap penyesuaian
yang berkepanjangan. Akan tetapi pada perubahan jangka penjang klien
memerlukan proses penyesuaian yang sama dengan ’Tahap Berduka’.
Peran perawat adalah melibatkan keluarga dalam pembuatan rencana
keperawatan.
3. Terhadap Citra Tubuh
Citra tubuh merupakan konsep subjektif seseorang terhadap
penampilan fisiknya. Beberapa penyakit dapat menimbulkan perubahan
dalam penampilan fisiknya, dan klien/keluarga akan bereaksi dengan cara
yang berbeda-beda terhadap perubahan tersebut.
Reaksi klien/keluarga etrhadap perubahan gambaran tubuh itu
tergantung pada:
o Jenis Perubahan (mis: kehilangan tangan, alat indera tertentu, atau
organ tertentu)
o Kapasitas adaptasi
o Kecepatan perubahan
o Dukungan yang tersedia.
4. Terhadap Konsep Diri
Konsep Diri adalah citra mental seseorang terhadap dirinya sendiri,
mencakup bagaimana mereka melihat kekuatan dan kelemahannya pada
seluruh aspek kepribadiannya.
Konsep diri tidak hanya bergantung pada gambaran tubuh dan peran
yang dimilikinya tetapi juga bergantung pada aspek psikologis dan
spiritual diri.
Perubahan konsep diri akibat sakit mungkin bersifat kompleks dan
kurang bisa terobservasi dibandingkan perubahan peran.
Konsep diri berperan penting dalam hubungan seseorang dengan
anggota keluarganya yang lain. Klien yang mengalami perubahan konsep
diri karena sakitnya mungkin tidak mampu lagi memenuhi harapan
keluarganya, yang akhirnya menimbulkan ketegangan dan konflik.
Akibatnya anggiota keluarga akan merubah interaksi mereka dengan klien.
Misal: Klien tidak lagi terlibat dalam proses pengambilan keputusan
dikeluarga atau tidak akan merasa mampu memberi dukungan emosi pada
anggota keluarganya yang lain atau kepada teman-temannya klien akan
merasa kehilangan fungsi sosialnya.
Perawat seharusnya mampu mengobservasi perubahan konsep diri
klien, dengan mengembangkan rencana perawatan yann membantu mereka
menyesuaikan diri dengan akibat dan kondisi yang dialami klien.
5. Terhadap Dinamika Keluarga
Dinamika Keluarga meruapakan proses dimana keluarga melakukan
fungsi, mengambil keputusan, memberi dukungan kepada anggota
keluarganya, dan melakukan koping terhadap perubahan dan tantangan
hidup sehari-hari.
Misal: jika salah satu orang tua sakit maka kegiatan dan pengambilan
keputusan akan tertunda sampai mereka sembuh.
Jika penyakitnya berkepanjangan, seringkali keluarga harus membuat
pola fungsi yang baru sehingga bisa menimbulkan stress emosional.
Misal: anak kecil akan mengalami rasa kehilangan yang besar jika
salah satu orang tuanya tidak mampu memberikan kasih sayang dan rasa
aman pada mereka. Atau jika anaknya sudah dewasa maka seringkali ia
harus menggantikan peran mereka sebagai mereka termasuk kalau perlu
sebagai pencari nafkah.
Perbedaan
Terletak pada Motivasi dan Tujuan
Peningkatan Kesehatan memberikan motivasi kepada masyarakat untuk
bertindak secara positif , untuk mencapai tujuan berupa tingkat kesehatan yang
stabil
Dokter keluarga harus mempunyai kompetensi khusus yang lebih dari pada
seorang lulusan fakultas kedokteran pada umumnya. Kompetensi khusus inilah
yang perlu dilatihkan melalui program perlatihan ini. Yang dicantumkan disini
hanyalah kompetensi yang harus dimiliki oleh setiap Dokter Keluarga secara garis
besar. Rincian memgenai kompetensi ini, yang dijabarkan dalam bentuk tujuan
pelatihan, akan tercantum dibawah judul setiap modul pelatihan yang terpisah
dalam berkas tersendiri karena akan lebih sering disesuaikan dengan
perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran.
a) Menguasai dan mampu menerapkan konsep operasional kedokteran keluarga,
b) Menguasai pengetahuan dan mampu menerapkan ketrampilan klinik dalam
pelayanan kedokteran keluarga, c) Menguasai ketrampilan berkomunikasi,
(a) Secara efektif berkomunikasi dengan pasien dan semua anggota keluarga
dengan perhatian khusus terhadap peran dan risiko kesehatan keluarga, (b) Secara
efektif memanfaatkan kemampuan keluarga untuk berkerjasana menyelesaikan
masalah kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan dan penyembuhan
penyakit, serta pengawasan dan pemantauan risiko kesehatan keluarga, (c) Dapat
bekerjasama secara profesional secara harmonis dalam satu tim pada
penyelenggaraan pelayanan kedokteran/kesehatan.
Tindakan medis
• adalah suatu tindakan yang hanya boleh
dilakukan oleh tenaga medik, karena ditujukan
terutama bagi pasien yang mengalami
gangguan kesehatan
• dr. atau drg yang telah mempunyai STR
yang berhak melakukan tindakan medis
Untuk itu seorang dokter haruslah :
• Seorang Dokter harus selalu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan bidang keahliannya .
• Seorang Dokter dituntut untuk selalu
membuat rekam medis yang lengkap sesuai
dengan ketentuan yang berlaku
KODEKI
– Kewajiban Umum ( Pasal 1 – 9)
– Kewajiban Dokter terhadap teman pasien
( pasal 10 – 13 )
– Kewajiban Dokter terhadap teman sejawat (
Pasal 14 – 15 )
– Kewajiban Dokter terhadap diri sendiri
( Pasal 16 – 17 )
Sebuah evaluasi medis yang lengkap terdiri dari sebuah riwayat kesehatan,
pemeriksaan fisik, hasil laboratorium atau citra medis, analisa data, dan penentuan
diagnosis, dan perencanaan perawatan atau pengobatan.[2]
Dalam pemeriksaan fisik, dokter berusaha mencari tanda yang dapat mendukung
proses pembuatan diagnosisnya. Dokter menggunakan indera penglihatan,
pendengaran, sentuhan, dan kadang-kadang juga dengan penciuman. Empat
metode utama untuk pemeriksaan fisik: melihat (inspeksi), merasakan/menyentuh
(palpasi), mengetuk untuk membedakan karakteristik resonansi (perkusi),
mendengar (auskultasi); mencium kadang-kadang diperlukan seperti untuk
membaui urea pada penyakit uremia.
Tanda vital termasuk tinggi, berat badan, suhu tubuh, tekanan darah,
denyut, kecepatan bernapas, tingkat hemoglobin darah,
Tampakan umum pasien dan penunjuk spesifik dari penyakit.
Kulit, kepala, mata, telinga, hidung, tenggorok, dan kerongkongan.
Kardiovaskular jantung dan pembuluh darah
Saluran pernapasan (termasuk paru-paru)
Tubuh (abdomen) dan rektum
Organ genitalia (kelamin)
Otot rangka (anggota gerak tubuh)
Kondisi persarafan (kesadaran, orak, saraf kranial, saraf perifer)
Psikiatrik atau kejiwaan (orientasi, mental)
HAK PASIEN
UU No. 23 Th 1992 ttg Kesehatan psl 53 (2)
1. Hak atas informasi
2. Hak memberikan persetujuan
3. Hak atas rahasia kedokteran
4. Hak atas pendapat ke 2 ( second opinion)
12/30/2008
12
HAK PASIEN
UU Pradoks psl 52
1. Mendapat penjelasan secara lengkap ttg
tindakan medis
2. Meminta pendapat dr/drg lain
3. Mendapat pelayanan sesuai dng kebutuhan
medis
4. Mendapat isi rekam medis
Fred Ameln
• Hak pasien
1. Menerima pengobatan dan perawatan
2. Menghentikan p’obatan & p’rawatan
3. Menolak p’obatan &p’rawatan
4. Memilih dr & sarana pelayanan kes…
5. Mendapat informasi ttg penyakitnya
6. Atas rahasia kedokteran
12/30/2008
7. Hak bantuan medis
8. Mendapat perawatan terbaik & berlanjut
9. Menerima pelayanan/perhatian atas suatu
pengobatan
Di dalam UURI no.23, 1992, Bab V pasal 11, tertulis bahwa upaya
a. Kesehatan Keluarga
b. Perbaikan gizi
d. Kesehatan Lingkungan
e. Kesehatan kerja
f. Kesehatan jiwa
g. Pemberantasan penyakit
l. Kesehatan sekolah
m. Kesehatan olahraga
o. Kesehatan matra
Berikut ini kami paparkan peran utama sesuai fungsi profesi dari masing-
masing petugas puskesmas.
A. PETUGAS MEDIS :
Dalam mencapai visi dari promosi kesehatan diperlukan adanya suatu upaya yang
harus dilakukan dan lebih dikenal dengan istilah “ Misi ”. Misi promosi kesehatan
merupakan upaya yang harus dilakukan dan mempunyai keterkaitan dalam
pencapaian suatu visi.
• Menjembatani (mediate)
Menjalin kemitraan dengan berbagai program dan sektor yang terkait dengan
kesehatan. Kegiatan pelaksanaan program-program kesehatan perlu adanya suatu
kerjasama dengan program lain di lingkungan kesehatan, maupun lintas sektor
yang terkait. Untuk itu perlu adanya suatu jembatan dan menjalin suatu kemitraan
(partnership) dengan berbagai program dan sektor-sektor yang memiliki kaitannya
dengan kesehatan. Karenanya masalah kesehatan tidak hanya dapat diatasi oleh
sektor kesehatan sendiri, melainkan semua pihak juga perlu peduli terhadap
masalah kesehatan tersebut. Oleh karena itu promosi kesehatan memiliki peran
yang penting dalam mewujudkan kerjasama atau kemitraan ini.
• Memampukan (enable)
Agar masyarakat mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan secara
mandiri. Masyarakat diberikan suatu keterampilan agar mereka mampu dan
memelihara serta meningkatkan kesehatannya secara mandiri. Adapun tujuan dari
pemberian keterampilan kepada masyarakat adalah dalam rangka meningkatkan
pendapatan keluarga sehingga diharapkan dengan peningkatan ekonomi keluarga,
maka kemapuan dalam pemeliharaan dan peningkatan kesehatan keluarga akan
meningkat.
PENDIDIKAN KESEHATAN
1. Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasaran individu
2) Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat dikorek dan dibantu
penyelesaiannya.
b. Interview (wawancara)
a. Kelompok besar
b. Kelompok kecil
1) Diskusi kelompok ;
Health Promotion
PK dlm hal gizi, kebiasaan, sanitasi, hygiene perorangan
Specific Protection
Imunisasi, pemberian obat prophylaxis
Early Diagnosis and Prompt Treatment
PK utk berobat sedini mgk, deteksi dini penyakit
Disability Limitation
PK agar jangan tjd komplikasi penyakit
Rehabilitation
PK utk pemulihan kecacatan
Sub Bidang keilmuan pendidikan kesehatan
Komunikasi
Dinamika kelompok
Pengembangan dan Pengorganisasian Masy.
Pengembangan Kesehatan Masy. Desa
Pemasaran Sosial
Pengembangan Organisasi
pendidikan dan Pelatihan
Pengembangan Media
Perencanaan dan Evaluasi PK
Antropologi Kesehatan
Sosiologi Kesehatn
Psikologi Sosial
Batasan
PENDIDIKAN:
Segala upaya yang direncakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu,
kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh
pelaku pendidikan.
INPUT à PROSES à OUT PUT
PENDIDIKAN KESEHATAN:
merupakan bagian dari keseluruhan upaya kesehatan (promotif, preventif,
kuratif dan rehabilitatif) yang menitikberatkan pada upaya untuk
meningkatkan perilaku hidup sehat.
Adalah upaya agar masyarakat berperilaku atau mengadopsikan perilaku
kesehatan dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberi
informasi, memberi kesadaran dan sebagainya.
Upaya agara perilaku individu, kelompok dan masyarakat mempunyai
pengaruh positif terhadap pemeliharaan dan peningkatan kesehatan.
Secara konsep: penkes merupakan upaya mempengaruhi/mengajak orang lain
(individu, keompok, masyarakat) agar berperilaku hidup sehat.
Secara operasional: penkes adalah semua kegiatan untuk memberikan/
meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek masyarakat dalam memelihara
dan meingkatkan kesehatannya.
Dari empat faktor tersebut di atas, lingkungan dan perilaku merupakan faktor
yang paling besar pengaruhnya (dominan) terhadap tinggi rendahnya derajat
kesehatan masyarakat
Tempat Pelaksanaan :
1. Pendidikan kesehatan pada keluarga
2. Pendidikan kesehatan pada sekolah
3. Pendidikan kesehatan pada tempat kerja
4. Pendidikan kesehatan pada tempat umum
5. Pendidikan kesehatan pada instansi pelayanan kesehatan.
Tujuan pendidikan kesehatan ialah untuk mengubah perilaku
masyarakat yang tidak sehat menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai
dengan anggapan:
yang jelek menjadi baik; keadaan inilah yang menunjukkan motif pada
diri seseorang telah terbentuk. Atas dasar motif inilah akan terjadi
demikian masyarakat akan terlindung dari penyakit bawaan air. Hal ini
menggunakan air PAM. Hal ini hanya dapat terjadi apabila dilakukan
penyuluhan tentang kegunaan dan manfaat air bersih. Selain itu penyakit
kesehatan.
Media
Media pendidikan adalah alat (saluran) yang digunakan untuk penyampaian
pesan. Manusia menggunakan indra untuk berinteraksi dengan lingkungannya
sehingga untuk mempengaruhi interaksi tersebut digunakanlah berbagai media.
Semakin banyak indra yang digunakan untuk menerima suatu pesan maka akan
semakin mudah pesan itu diterima/dipahami.
Elgar Dale, membagi media dalam 11 macam sesuai dengan tingkatan
intensitasnya masing-masing.
Tulisan
Film
Televisi
. Gastritis
A. PENGERTIAN
B. ETIOLOGI
1) Gastritis Bakterialis
a. Infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang hidup didalam lapisan
mukosa yang melapisi dinding lambung. Diperkirakan ditularkan
melalui jalur oral atau akibat memakan atau minuman ynag
terkontaminasi oleh bakteri ini. Infeksi ini sering terjadi pada masa
kanak-kanan dan dapat bertahan seumur hidup jika tidak dilakukan
perawatan.
b. Pembedahan
c. Infeksi berat
4) Gastritis Eosinofilik
Terjadi sebagai akibat dari reaksi alergi terhadap infeksi cacing gelang
Eosinofil (sel darah putih) terkumpul pada dinding lambung.
6) Penyakit Meiner
Sel plasma ( salah satu jenis sel darah putih ) terkumpul dalam dinding
lambung dan organ lainnya.
C. PATOFISIOLOGI
D. MANIFESTASI KLINIS
1) Gastritis Bakterialis
Dapat ditandai dengan adanya demam, sakit kepala dan kejang otot.
2) Gastritis Karena Stres Akut
Gejalanya berupa mual ringan dan nyeri diperut sebelah atas. Tetapi
banyak penderita ( misalnya pemakai Aspirin jangka panjang ) tidak
merasakan nyeri. Penderita lainnya merasakan gejala yang mirip ulkus,
yaitu nyeri ketika perut kosong. Jika gastritis menyebabkan perdarahan
dari ulkus lambung, gejalanya berupa tinja berwarna kehitaman seperti
aspal ( Melena ), muntah darah ( Hematemesis ) atau makanan yang
sudah dicerna yang menyerupai endapan kopi.
4) Gastritis Eosinofilik
5) Penyakit Meniere
b. Sering disertai rasa pedih atau kembung di ulu hati, mual dan
muntah.
c. Perih atau sakit seperti rasa terbakar pada perut bagian atas yang
dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan.
E. KLASIFIKASI
1) Gastritis Akut
2) Gastritis Kronis
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Pemeriksaan Darah
2) Pemeriksaan Pernafasan
3) Pemeriksaan Feses
Tes ini memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam feses atau tidak.
Hasil yang positif mengindikasikan terjadi infeksi. Pemeriksaan juga
dilakukan terhadap adanya darah dalam feses. Hal ini menunjukan
adanya perdarahan pada lambung.
G. PENCEGAHAN
(http://www.Google.com//Gastritis)
2) Hindari Alkohol
3) Jangan merokok
5) Kendalikan stres
H. PENATALAKSANAAN
(http://www.google.com)
7) Gastritis sel plasma bisa diobati dengan obat anti Ulkus yang
menghalangi pelepasan asam lambung.