You are on page 1of 16

BAB I

PENDAHULUAN

Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan yang baru.
Tujuannya adalah untuk mempertahankan jenisnya dan melestarikan jenis agar tidak punah.
Sistem reproduksi pada manusia akan mulai berfungsi ketika seseorang mencapai
kedewasaan (pubertas) atau masa akil balik.. Pada seorang pria testisnya telah mampu
menghasilkan sel kelamin jantan (sperma) dan hormon testosteron. Sedangkan seorang
wanita ovariumnya telah mampu menghasilkan sel telur (ovum) dan hormon wanita yaitu
estrogen.

Begitu pentingnya masalah sexualitas dalam kehidupan manusia sehingga ada pendapat ahli
yang extrim menyatakan bahwa semua tingkah laku manusia pada hakekatnya dimotifasi dan
didorong oleh sex. Maka tidaklah mengherankan bahwa ada pendapat peneliti lain
mengatakan bahwa kebanyakan gangguan kepribadian, gangguan tingkah laku terjadi oleh
adanya gangguan pola perkembangan kehidupan psikosexualnya.
BAB II

PEMBAHASAN SISTEM REPRODUKSI PRIA DAN WANITA

A. SISTEM REPRODUKSI PRIA


a. Genetalia externa
1. Penis
Terdiri dari tiga bagian : akar (menempel pada dinding perut), badan (bagian tengah
penis), glands penis (ujung bentuk seperti kerucut ) . Lubang uretra terdapat diujung
glands penis dasar penis disebut korona .
2. Skrotum

Kantong kulit berbentuk tipis yang mengelilingi dan melindungi testis. Berfungsi
sebagai pengontrol suhu untuk testis agar sperma terbentuk secara normal testis
harus memiliki suhu sedikit lebih rendah dari dari suhu tubuh . Otot kremaster pada
diding skrotum akan mengendur atau mengencang sehingga testis mengantung lebih
jauh dari tubuh
b. Genitalia interna
1. Testis

Berbentuk lonjong dengan ukuran sebesar buah zaitun dan terletak didalam skrotum
berfungsi untuk menghasilkan sperma dan membuat testosteron (hormon seks utama).
2. Epididimis
Saluran yang baru keluar dari testis disebut epididimis. Saluran ini berjalan
berkelok-kelok membentuk suatu gumpalan memanjang menempel di belakang
testis. Sel-sel sperma yang telah masak akan ditampung dalam saluran tersebut.
Fungsi epididimis ialah sebagai tempat penyimpanan dan pematangan spermatozoa.
Sewaktu orgasme dan terjadi ejakulasi, otot polos epididimis berkontraksi,
mendorong sperma menuju duktus deferens dan uretra. Umur spermatozoa dalam
epididimis kira-kira 1 bulan.
3. Vas Deferens
Saluran vas deferens keluar dari epididimis berjalan lurus meninggalkan kantung
buah pelir (testis) untuk menuju rongga panggul. Vas deferens tersebut masuk di
daerah lipat paha yang berjalan diantara serabut-serabut otot untuk masuk ke dalam
rongga panggul. Di dalam rongga panggul kedua vas deferens kanan-kiri saling
mendekat di belakang kantong kemih kemudian menembus kelenjar prostat
(glandula prostata) untuk bermuara dalam uretra (saluran air kemih). Selanjutnya
sel-sel mani dapat mengalir melalui uretra dalam penis. Jadi, uretra-penis selain
mengalirkan air kemih juga mengalirkan sel-sel mani.
4. Kelenjar Tambahan
Kelenjar tambahan berfungsi untuk mengsekresi cairan yang diperlukan sebagai
media berenangnya sperma, mempertahankan kehidupan sperma, dan menetralisir
asam. Cairan ini akan bergabung dengan sperma di saat ejakulasi, menghasilkan air
mani (semen). Terdapat 3 kelenjar tambahan, yaitu :
a. Vesikula Seminalis
Epitel sekretorik menyekresi bahan mukus yang mengandung fruktosa, asam
sitrat, prostaglandin, dan fibrinogen. Setelah itu vas deferens mengeluarkan
sperma dan menamabah semen yang diejakulasi, fruktosa, dan zat gizi lainnya
yang dibutuhkan oleh sperma untuk membuahi ovum. Prostaglandin
membutuhkan proses pembuahan yang bereaksi dengan mukus serviks dan
membuat lebih reseptif (menerima) terhadap gerakan sperma untuk
menggerakkan sperma sampai mencapai ke ujung atas tuba fallopi dalam waktu
5 menit.
b. Kelenjar Prostat
Kelenjar prostat menghasilkan cairan encer yang mengandung ion sitrat, ion
phosphat, enzim pembeku, dan profibrinosilin. Selama pengisian kelenjar
prostat berkontraksi sejalan dengan kontraksi vas deferens sehingga cairan encer
dapat dikeluarkan untuk menambah lebih banyak jumlah semen. Sifat yang
sedikit basa dari cairan prostat memungkinkan untuk keberhasilan fertilisasi
(gumpalan) ovum karena cairan vas deferens sedikit asam. Cairan prostat
menetralisir sifat asam dari cairan lain setelah ejakulasi. Menghasilkan cairan
basa berwarna putih susu. Cairan ini berfungsi untuk menetralkan sifat asam
pada saluran vasa eferentia dan cairan pada vagina sehingga sperma dapat
bergerak dengan aktif.
c. Kelenjar Cowperi (Bulbouretralis)
Ada sepasang, terletak pada diafragma urogenital di bawah kelenjar prostat,
salurannya bermuara di uretra spongiosa, panjangnya 2-5cm, penghasil cairan
pelicin.
5. Semen
Cairan semen berasal dari vas deferens dan merupakan cairan yang terakhir
diejakulasi. Semen berfungsi untuk mendorong sperma keluar dari duktus
ejakulatorius dan uretra. Cairan dari vesikula seminalis membuat semen lebih
kental. Enzim pembeku dari cairan prostat menyebabkan fibrinogen dari cairan
vesikula semenalis membentuk kuagulum yang lemah.
Walaupun sperma dapat hidup beberapa minggu dalam duktus genitalia pria
setelah sperma diejakulasi ke dalam semen, akan tetapi jangka hidup sperma
maksimal 24-48 jam. Air mani yang normal memiliki beberapa kriteria, antara lain:
a) Berupa cairan yang sedikit kental, warna putih kadang-kadang kekuningan.
b) Volume 3-5 cc.
c) Lebih dari 60 persen sperma bergerak aktif.
d) Jumlah sperma 50-100 juta per cc, bila dibawah 20 juta per cc menunjukkan
infertilisasi (tak dapat menghasilkan keturunan).
e) Jumlah sperma yang normal harus lebih besar dari 70 persen.
d. Duktus seminalis
Merupakan kelanjutan dari epididimis ke kanalis inguinalis, kemudian duktus
ini berjalan masuk ke dalam rongga perut kemudian ke kandung kemih, di
belakang kandung kemih akhirnya bergabung dengan saluran vesika seminalis
dan selanjutnya membentuk ejakulatorius, dan bermuara di prostat, panjang
duktus deferens 50-60cm berjalan bersama pembuluh darah dan saraf dalam
funikulus spermatikus melalui kanalis inguinalis memanjang pada bagian akhir
berbentuk kumparan disebut ampula duktus deferentis, terletak dalam osteum
fesika seminalis berlanjut sebagai duktus ejakulotorius yang menembus
prostat.
6. Uretra
Uretra adalah saluran yang menghubungkan kantung kemih ke lingkungan luar
tubuh. Berfungsi sebagai saluran pengeluaran air mani. Panjang uretra sekitar 20
cm dan berakhir pada akhir penis. Uretra pada pria dibagi menjadi 4 bagian,
dinamakan sesuai dengan letaknya:
1. Pars pra-prostatica, terletak sebelum kelenjar prostat.
2. Pars prostatica, terletak di prostat, Terdapat pembukaan kecil, dimana terletak
muara vas deferens.
3. Pars membranosa, sekitar 1,5 cm dan di lateral terdapat kelenjar bulbouretralis.
4. Pars spongiosa/cavernosa, sekitar 15 cm dan melintas di corpus spongiosum
penis.

c. Spermatogonesis

Spermatogonia terus-menerus membelah untuk memperbanyak diri, sebagian dari


spermatogonia berdiferensiasi melalui tahap-tahap perkembangan tertentu untuk
membentuk sperma.Pada tahap pertama spermatogenesis, spermatogonia yang bersifat
diploid (2n atau mengandung 23 kromosom berpasangan), berkumpul di tepi membran
epitel germinal yang disebut spermatogonia tipe A. Spermatogenia tipe A membelah
secara mitosis menjadi spermatogonia tipe B. Kemudian, setelah beberapa kali
membelah, sel-sel ini akhirnya menjadi spermatosit primer yang masih bersifat diploid.
Setelah melewati beberapa minggu, setiap spermatosit primer membelah secara meiosis
membentuk dua buah spermatosit sekunder yang bersifat haploid. Spermatosit sekunder
kemudian membelah lagi secara meiosis membentuk empat buah spermatid. Spermatid
merupakan calon sperma yang belum memiliki ekor dan bersifat haploid (n atau
mengandung 23 kromosom yang tidak berpasangan). Setiap spermatid akan
berdiferensiasi menjadi spermatozoa (sperma).

Proses perubahan spermatid menjadi sperma disebut spermiasi. Ketika spermatid


dibentuk pertama kali, spermatid memiliki bentuk seperti sel-sel epitel. Namun, setelah
spermatid mulai memanjang menjadi sperma, akan terlihat bentuk yang terdiri dari
kepala dan ekor.

Kepala sperma terdiri dari sel berinti tebal dengan hanya sedikit sitoplasma. Pada
bagian membran permukaan di ujung kepala sperma terdapat selubung tebal yang
disebut akrosom. Akrosom mengandung enzim hialuronidase dan proteinase yang
berfungsi untuk menembus lapisan pelindung ovum. Pada ekor sperma terdapat badan
sperma yang terletak di bagian tengah sperma. Badan sperma banyak mengandung
mitokondria yang berfungsi sebagai penghasil energi untuk pergerakan sperma.

Semua tahap spermatogenesis terjadi karena adanya pengaruh sel-sel sertoli yang
memiliki fungsi khusus untuk menyediakan makanan dan mengatur proses
spermatogenesis.
d. Hormon pada Pria

Proses spermatogenesis distimulasi oleh sejumlah hormon, yaitu estoteron, LH


(Luteinizing Hormone), FSH (Follicle Stimulating Hormone), estrogen dan hormon
pertumbuhan.

a. Testoteron
Testoteron disekresi oleh sel-sel Leydig yang terdapat di antara tubulus
seminiferus. Hormon ini penting bagi tahap pembelahan sel-sel germinal untuk
membentuk sperma, terutama pembelahan meiosis untuk membentuk
spermatosit sekunder.
b. LH (Luteinizing Hormone)
LH disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior. LH berfungsi menstimulasi sel-sel
Leydig untuk mensekresi testoteron
c. FSH (Follicle Stimulating Hormone)
FSH juga disekresi oleh sel-sel kelenjar hipofisis anterior dan berfungsi
menstimulasi sel-sel sertoli. Tanpa stimulasi ini, pengubahan spermatid
menjadi sperma (spermiasi) tidak akan terjadi.
d. Estrogen
Estrogen dibentuk oleh sel-sel sertoli ketika distimulasi oleh FSH. Sel- sel
sertoli juga mensekresi suatu protein pengikat androgen yang mengikat
testoteron dan estrogen serta membawa keduanya ke dalam cairan pada tubulus
seminiferus. Kedua hormon ini tersedia untuk pematangan sperma.
e. Hormon Pertumbuhan
Hormon pertumbuhan diperlukan untuk mengatur fungsi metabolisme testis.
Hormon pertumbuhan secara khusus meningkatkan pembelahan awal pada
spermatogenesis.
B. SISTEM REPRODUKSI WANITA

1. ANATOMI DAN FISIOLOGI ORGAN GENITELIA INTERNA WANITA

A. Ovarium

Sebuah ovarium terletak di setiap sisi uterus, di bawah dan di belakang tuba fallopii. Dua
ligament mengikat ovarium pada tempatnya, yaitu bagian mesovarium ligament lebar
uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral setinggi Krista iliaka
anterosuperior, dan ligamentum ovarii proprium, yang mengikat ovarium ke uterus. pada
palpasi overium dapat digerakkan.

Ovarium memiliki asal yang sama (homolog) dengan testis pria. Ukuran dan bentuk setiap
ovarium menyerupai sebuah almon berukuran besar. Saat ovulasi, ukuran ovarium dapat
menjadi dua kali lipat untuk sementara. Ovarium yang berbentuk oval ini memiliki
konsistensi yang padat dan sedikit kenyal. Sebelum menarche, permukaan ovarium licin.
Setelah maturitas seksual, luka parut akibat ovulasi dan rupture folikel yang berulang
membuat permukaan nodular menjadi kasar.

Dua fungsi dari ovarium adalah untuk ovulasi dan mmemproduksi hormone. Saat lahir
ovarium wanita normal mengandung sangat banyak ovum primordial (primitif). Diantara
interval selama masa usia subur (umumnya setiap bulan), satu atau lebih ovum matur dan
mengalami ovulasi.

Ovarium juga merupakan tempat utama produksi hormone seks steroid (estrogen,
progesterone, dan adrogen) dalam jumlah yang dibutuhkan untuk pertumbuhan,
perkembangan, dan fungsi wanita normal.

B. Tuba Fallopii

Sepasang tuba fallopii melekat pada fundus uterus. tuba ini memanjang ke arah lateral,
mencapai ujung bebas ligament lebar dan berlekuk-lekuk mengelilingi setiap ovarium.

Tuba memiliki panjang sekitar 10 cm dengan diameter 0,6 cm. Setiap tuba mempunyai
lapisan peritoneum bagian luar, lapisan otot tipis di bagian tengah, dan lapisan mukosa di
bagian dalam. Lapisan mukosa terdiri dari sel-sel kolumnar, beberapa diantaranya bersilia
dan beberapa yang lain mengeluarkan secret. Lapisan mukosa paling tipis saat menstruasi.
Setiap tuba dan lapisan mukosanya menyatu dengan mukosa uterus dan vagina.

Tuba fallopii merupakan jalan bagi ovum. Tonjolan-tonjolan infundibulum yang


menyerupai jari (fimbria) menarik ovum ke dalam tuba dengan gerakan seperti
gelombang. Ovum didorong disepanjang tuba, sebagian oleh silia, tetapi terutama oleh
peristaltic lapisan otot. Estrogen dan prostaglandin mempengaruhi gerakan peristaltic.
Aktivitas peristaltic tuba fallopii dan fungsi sekresi lapisan mukosa yang terbesar adalah
pada saat ovulasi. Sel-sek kolumnar mensekresi nutrient untuk menyokong ovum selama
berada di dalam tuba.

C. Uterus

Uterus merupakan organ brdinding tebal, muscular, pipih, cekung yang mirip buah pir
terbalik yang terletak antara kandung kemih dan rectum pada pelvis wanita. Pada wanita
yang belum melahirkan, berat uterus matang sekitar 30-40 gr sedangkan pada wanita yang
pernah melahirkan, berat uterusnya adalah  75-100 gr. uterus normal memiliki bentuk
simetris, nyeri bila ditekan, licin, dan teraba padat. Derajat kepadatan tergantung dari
beberapa factor, diantaranya uterus lebih banyak mengandung rongga selama fase sekresi
siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih padat setelah menopause.

Uterus diikat pada pelvis oleh tiga set ligamen jaringan ikat, yaitu :

1. Ligament rotundum
Ligament rotundum melekat ke kornu uterus pada bagian anterior insersi tuba fallopii.
Struktur yang menyerupai tali ini melewati pelvis, lalu memasuki cincin inguinal pada
dua sisi dan mengikat osteum dari tulang pelvis dengan kuat. Ligamin ini memberikan
stabilitas bagian atas uterus.
2. Ligament cardinal
Ligament ini menghubungkan uterus ke dinding abdomen anterior setinggi serviks.
3. Ligament uterosakral
Ligament uterosakral melekat pada uterus di bagian posterior setinggi serviks dan
behubungan dengan tulang sacrum. Fungsi dari ligament cardinal dan uterosakral
adalah sebagai penopang yang kuat pada dasar pelvis wanita. Kerusakan-kerusakan
pada ligament ini, termasuk akibat tegangan saat melahirkan, dapat menyebabkan
prolaps uterus dan dasar pelvis ke dalam vagina bahkan melewati vagina dan
mencapai vulva.

Berdasarkan fungsi dan anatomisnya, uterus dibagi menjadi tiga bagian, yaitu :

1. Fundus
Merupakan tonjolan bulat di bagian atas yang terletak di atas insersi tuba fallopii.
2. Korpus
Korpus merupakan bagian utama yang mengelilingi kavum uteri.
3. Istmus
Merupakan bagian konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks yang
dikenal sebagai segmen uterus bawah pada masa hamil.
Tiga fungsi dari uterus adalah siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium,
kehamilan, dan persalinan.
D. Dinding uterus

Dinding uterus terdiri dari tiga lapisan, yaitu endometrium, miometrium, dan sebagian
lapisan luar peritoneum parietalis.

Endometrium  yang banyak mengandung pembuluh darah adalah suatu lapisan


membrane mukosa yang terdiri dari tiga lapisan, yaitu lapisan permukaan padat, lapisan
tengah jaringan ikat yang berongga, dan lapisan dalam padat yang menghubungkan
endometrium dengan miometrium. Selama menstruasi dan sesudah melahirkan, lapisan
permukaan yang padat dan lapisan tengah yang berongga tanggal. Segera setelah aliran
menstruasi berkahir, tebal endometrium 0,5 mm. Mendekati akhir siklus endometrium,
sesaat sebelum menstruasi mulai lagi, tebal endometrium menjadi 5 mm.

Miometrium yang tebal tersusun atas lapisan-lapisan serabut otot polos yang
membentang ke tiga arah (longitudinal, transversa, dan oblik). Miometrium paling tebal
di fundus, semakin menipis ke arah istmus, dan paling tipis di serviks.

Serabut longitudinal membentuk lapisan luar miometrium yang paling banyak ditemukan
di fundus, sehingga lapisan ini cocok untuk mendorong bayi pada persalinan. Pada
lapisan miometrium tengah yang tebal, terjadi kontraksi yang memicu kerja hemostatis.
Sedangkan pada lapisan dalam, kerja sfingter untuk mencegah regurgitasi darah
menstruasi dari tuba fallopii selama menstruasi. Kerja sfingter di sekitar ostium serviks
interna membantu mepertahankan isi uterus selama hamil. Cedera pada sfingter ini dapat
memperlemah ostium interna dan menyebabkan ostium interna serviks inkompeten.

Miometrium bekerja sebagau suatu kesatuan yang utuh. Struktur miometrium


yang memberi kekuatan dan elastisitas merupakan contoh adaptasi dari fungsi :

a.  Untuk menjadi lebih tipis, tertarik ke atas, membuka serviks, dan mendorong janin ke
luar uterus, fundus harus berkontraksi dengan dorongan paling besar.

b. Kontraksi serabut otot polos yang saling menjalin dan mengelilingi pembuluh darah
ini mengontrol kehilangan darah setelah aborsi atau persalinan. Karena kemampuannya
untuk menutup (irigasi) pembuluh darah yang berada di antara serabut tersebut, maak
serabut otot polos disebut sebagai ikatan hidup.

Peritoneum parietalis, suatu membrane serosa yang melapisi seluruh korpus uteri, kecuali
seperempat permukaan anterior bagian bawah, dimana terdapat kandung kemih dan
serviks.

E. Vagina

Vagina, suatu struktur tubular yang terletak di depan rectum dan di belakng kandung
kemih dan uretra yang memanjang dari introitus (muara eksterna di vestibulum di antara
labia minor / vulva) sampai serviks. Saat wanita berdiri, vagina condong ke arah
belakang dank e atas.

Vagina merupakan suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu meregang
secara luas. Karena tonjolan serviks ke bagian atas vagina, panjang dinding anterior
vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding posterior sekitar 9 cm.

Cairan vagina berasal dari traktus genitalia atas dan bawah. Cairan sedikit asam.
Interaksi antara laktobasilus vagina dan glikogen memeprtahankan keasaman. Apabila
pH naik > 5, insiden infeksi vagina meningkat. Cairan yang terus mengalir dari vagina
mempertahnakan kebersihan relative vagina. Oleh karena itu, penyemporotan cairan ke
vagina dalam lingkaran normal tidak diperlukan dan tidak dianjurkan.
Sejumlah besar suplai darah ke vagina berasal dari cabang-cabang desenden arteri uterus,
arteri vaginalis, dan arteri pudenda interna. Vagina relative tidak sensitive, hal ini
dikarenakan persarafan pada vagina minimal dan tidak ada ujung saraf khusus. Vagina
merupakan sejumlah kecil sensasi ketika individu terangsang secara seksual dan
melakukan koitus dan hanya menimbulkan sedikit nyeri pada tahap kedua persalinan.

Daerah G (G-spot)adalah daerah di dinding vagina anterior di bawah uretra yang


didefinisikan oleh Graefenberg sebagai bagian analog dengan kelenjar prostat pria.
Selama bangkitan seksual, daerah G dapat distimulasi sampai timbul orgasme yang
disretai ejakulasi cairan yang sifatnya sama dengan cairan prostat ke dalam uretra.
Fungsi dari vagina adalah sebagai organ untuk koitus dan jalan lahir.

2. Hormon pada Wanita

Pada wanita, peran hormon dalam perkembangan oogenesis dan perkembangan


reproduksi jauh lebih kompleks dibandingkan pada pria. Salah satu peran hormon pada
wanita dalam proses reproduksi adalah dalam siklus menstruasi.

a.Siklus menstruasi

Menstruasi (haid) adalah pendarahan secara periodik dan siklik dari uterus yang disertai
pelepasan endometrium. Menstruasi terjadi jika ovum tidak dibuahi oleh sperma. Siklus
menstruasi sekitar 28 hari. Pelepasan ovum yang berupa oosit sekunder dari ovarium
disebut ovulasi, yang berkaitan dengan adanya kerjasama antara hipotalamus dan
ovarium. Hasil kerjasama tersebut akan memacu pengeluaran hormon-hormon yang
mempengaruhi mekanisme siklus menstruasi.

Untuk mempermudah penjelasan mengenai siklus menstruasi, patokannya adalah


adanya peristiwa yang sangat penting, yaitu ovulasi. Ovulasi terjadi pada pertengahan
siklus (½ n) menstruasi. Untuk periode atau siklus hari pertama menstruasi, ovulasi
terjadi pada hari ke-14 terhitung sejak hari pertama menstruasi. Siklus menstruasi
dikelompokkan menjadi empat fase, yaitu fase menstruasi, fase pra-ovulasi, fase
ovulasi, fase pasca- ovulasi.
1. Fase menstruasi
Fase menstruasi terjadi bila ovum tidak dibuahi oleh sperma, sehingga korpus
luteum akan menghentikan produksi hormon estrogen dan progesteron. Turunnya
kadar estrogen dan progesteron menyebabkan lepasnya ovum dari dinding uterus
yang menebal (endometrium). Lepasnya ovum tersebut menyebabkan endometrium
sobek atau meluruh, sehingga dindingnya menjadi tipis. Peluruhan pada
endometrium yang mengandung pembuluh darah menyebabkan terjadinya
pendarahan pada fase menstruasi. Pendarahan ini biasanya berlangsung selama lima
hari. Volume darah yang dikeluarkan rata-rata sekitar 50mL.
2. Fase pra-ovulasi
Pada fase pra-ovulasi atau akhir siklus menstruasi, hipotalamus mengeluarkan
hormon gonadotropin. Gonadotropin merangsang hipofisis untuk mengeluarkan
FSH. Adanya FSH merangsang pembentukan folikel primer di dalam ovarium yang
mengelilingi satu oosit primer. Folikel primer dan oosit primer akan tumbuh sampai
hari ke-14 hingga folikel menjadi matang atau disebut folikel de Graaf dengan
ovum di dalamnya. Selama pertumbuhannya, folikel juga melepaskan hormon
estrogen. Adanya estrogen menyebabkan pembentukan kembali (proliferasi) sel-sel
penyusun dinding dalam uterus dan endometrium. Peningkatan konsentrasi estrogen
selama pertumbuhan folikel juga mempengaruhi serviks untuk mengeluarkan lendir
yang bersifta basa. Lendir yang bersifat basa berguna untuk menetralkan sifat asam
pada serviks agar lebih mendukung lingkungan hidup sperma.
3. Fase ovulasi
Pada saat mendekati fase ovulasi atau mendekati hari ke-14 terjadi perubahan
produksi hormon. Peningkatan kadar estrogen selama fase pra-ovulasi
menyebabkan reaksi umpan balik negatif atau penghambatan terhadap pelepasan
FSH lebih lanjut dari hipofisis. Penurunan konsentrasi FSH menyebabkan hipofisis
melepaskan LH. LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari folikel de Graaf.
Pada saat inilah disebut ovulasi, yaitu saat terjadi pelepasan oosit sekunder dari
folikel de Graaf dan siap dibuahi oleh sperma. Umunya ovulasi terjadi pada hari ke-
14.
4. Fase pasca-ovulasi
Pada fase pasca-ovulasi, folikel de Graaf yang ditinggalkan oleh oosit sekunder
karena pengaruh LH dan FSH akan berkerut dan berubah menjadi korpus luteum.
Korpus luteum tetap memproduksi estrogen (namun tidak sebanyak folikel de Graaf
memproduksi estrogen) dan hormon lainnya, yaitu progesteron. Progesteron
mendukung kerja estrogen dengan menebalkan dinding dalam uterus atau
endometrium dan menumbuhkan pembuluh-pembuluh darah pada endometrium.
Progesteron juga merangsang sekresi lendir pada vagina dan pertumbuhan kelenjar
susu pada payudara. Keseluruhan fungsi progesteron (juga estrogen) tersebut
berguna untuk menyiapkan penanaman (implantasi) zigot pada uterus bila terjadi
pembuahan atau kehamilan.

Proses pasca-ovulasi ini berlangsung dari hari ke-15 sampai hari ke-28. Namun,
bila sekitar hari ke-26 tidak terjadi pembuahan, korpus luteum akan berubah
menjadi korpus albikan. Korpus albikan memiliki kemampuan produksi estrogen
dan progesteron yang rendah, sehingga konsentrasi estrogen dan progesteron akan
menurun. Pada kondisi ini, hipofisis menjadi aktif untuk melepaskan FSH dan
selanjutnya LH, sehingga fase pasca-ovulasi akan tersambung kembali dengan fase
menstruasi berikutnya.

b. Fertilisasi
Fertilisasi atau pembuahan terjadi saat oosit sekunder yang mengandung ovum
dibuahi oleh sperma. Fertilisasi umumnya terjadi segera setelah oosit sekunder
memasuki oviduk. Namun, sebelum sperma dapat memasuki oosit sekunder,
pertama-tama sperma harus menembus berlapis-lapis sel granulosa yang melekat di
sisi luar oosit sekunder yang disebut korona radiata. Kemudian, sperma juga harus
menembus lapisan sesudah korona radiata, yaitu zona pelusida. Zona pelusida
merupakan lapisan di sebelah dalam korona radiata, berupa glikoprotein yang
membungkus oosit sekunder.
Sperma dapat menembus oosit sekunder karena baik sperma maupun oosit sekunder
saling mengeluarkan enzim dan atau senyawa tertentu, sehingga terjadi aktivitas
yang saling mendukung.
Pada sperma, bagian kromosom mengeluarkan:
1. Hialuronidase
Enzim yang dapat melarutkan senyawa hialuronid pada korona radiata.
2. Akrosin
Protease yang dapat menghancurkan glikoprotein pada zona pelusida.
3. Antifertilizin
Antigen terhadap oosit sekunder sehingga sperma dapat melekat pada oosit
sekunder. Oosit sekunder juga mengeluarkan senyawa tertentu, yaitu fertilizin
yang tersusun dari glikoprotein dengan fungsi :
a. Mengaktifkan sperma agar bergerak lebih cepat.
b. Menarik sperma secara kemotaksis positif.
c. Mengumpulkan sperma di sekeliling oosit sekunder.

Pada saat satu sperma menembus oosit sekunder, sel-sel granulosit di bagian
korteks oosit sekunder mengeluarkan senyawa tertentu yang menyebabkan zona
pelusida tidak dapat ditembus oleh sperma lainnya. Adanya penetrasi sperma juga
merangsang penyelesaian meiosis II pada inti oosit sekunder , sehingga dari
seluruh proses meiosis I sampai penyelesaian meiosis II dihasilkan tiga badan
polar dan satu ovum yang disebut inti oosit sekunder.Segera setelah sperma
memasuki oosit sekunder, inti (nukleus) pada kepala sperma akan membesar.
Sebaliknya, ekor sperma akan berdegenerasi. Kemudian, inti sperma yang
mengandung 23 kromosom (haploid) dengan ovum yang mengandung 23
kromosom (haploid) akan bersatu menghasilkan zigot dengan 23 pasang
kromosom (2n) atau 46 kromosom.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN

Sistem reproduksi pria dan wanita berbeda. Pada reproduksi pria memiliki penis
dan kelenjar testis untuk menghasilkan sperma, kematangan sel sperma di tandai dengan
mimpi basah pada usia pubertas Pada system reproduksi wanita memiliki vagina dan ovarium
untuk menghasilkan ovum. Kematangan sel telur atu ovum ditandai menarche pada usia
antara 13-16 tahun. Apabila terjadi pertemuan antara sel sperma dan sel ovum akan terjadi
kehamilan yang akan berkembang menjadi janin.
DAFTAR PUSTAKA
Kadaryanto et al. 2006.20. Biologi 2. Yudhistira, Jakarta
Saktiyono. 2004. 86-93, 96, 98.Sains : Biologi SMP 3. Esis-Penerbit Erlangga,
Jakarta.
Tim IPA SMP/MTs. 2007.14. Ilmu Pengetahuan Alam 3. 15-18. Galaxy Puspa
Mega, Jakarta.
Tim Biologi SMU.1997. 320,339-344, 348,349, 354-359. Biologi 2. Galaxy
Puspa Mega. Jakarta.

You might also like