You are on page 1of 155

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN

UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA DI SMA WIDYA


DHARMA TUREN MALANG

SKRIPSI

Oleh:

SAIMAH
04120054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
2008
PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN
UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA DI SMA WIDYA
DHARMA TUREN MALANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah Universitas Islam Negeri (UIN) Malang


Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar
Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh :

SAIMAH
04120054

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
LEMBAR PERSETUJUAN

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN


UPAYA-UPAYA PEMECAHANNYA DI SMA WIDYA
DHARMA TUREN-MALANG

SKRIPSI

Oleh:

Saimah
04120054

Telah disetujui pada tanggal, 20 Desember 2008

Oleh:
Dosen Pembimbing

Drs. Muchlis Usman, M.A


NIP. 15009539

Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

Drs. Moh. Padil, M. Pd.I


NIP. 150 267 235
HALAMAN PENGESAHAN

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN UPAYA-UPAYA


PEMECAHANNYA DI SMA WIDYA DHARMA TUREN MALANG

SKRIPSI

Dipersiapkan dan disusun oleh


Saimah (0410054)
Telah dipertahankan di depan dewan penguji pada tanggal 17 januari 2009
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan
untuk memperoleh gelar Strata Satu Sarjana Pendidikan Islam ( S.Pd.I)

PANINIA UJIAN

Ketua Penguji, Sekertaris Sidang,

Drs. Muchlis Usman, M.A Dr. Baharuddin, M.Ag


Nip. 15009539 150 215 385

Penguji Utama, Dosen Pembimbing,

Dra. H.J Sulala. M.A Drs. Muchlis Usman, M.A


150267279 Nip. 15009539

Mengesahkan,
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang

Prof. Dr. H. M. Djunaidi Ghony


NIP. 150 042 031
LEMBAR PERSEMBAHAN
Ya Rabb
Inilah kata-kataku
Bahasa paling wadag
Dari gairah cintaku
Hasrat untuk bertemu dengan-Mu
Ya Rabb
Betapa masih jauh
Jarak antara ketika
Masih kubutuhkan
Ungkapan
Ya Rabb
Dari hari kehari terus kunanti
Saat mereka dari tubuh ruang waktu ini
Tak perlu kupanggil lagi
Dimana senyum-Mu
Langsung mengasihi
Rohku ini.
Skripsi ini ku persembahkan
Untuk mutiara hatiku
Ama dan Inaku (Abdullah&Khairunnas)
ama, ina terimakasih banyak atas segala
pengorbananmu yang telah memberikan
cinta kasihmu pada ananda
SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan, bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang

pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,

dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau hasil penelitian

orang lain, kecuali yang tertulis dan mengacu dalam naskah ini serta disebutkan

dalam daftar pustaka.

Malang, 20 Desember 2008

Saimah
NIM. 04120054
PERNYATAAN PEMBIMBING

Drs. Muchlis Usman, M.A


Dosen Fakultas Tarbiyah
Universitas Islam Negeri Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Malang, 20 Desember 2008

Lamp : 4 (empat) Eksemplar


Hal : Pernyataan Pembimbing Skripsi Saimah

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah UIN Malang
Di
Malang

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Sesudah beberapa kali melakukan bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknik penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini :

Nama : Saimah
NIM : 04120054
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Problematika Pendidikan Agama Islam dan Upaya-Upaya
Pemecahannya Di SMA Widya Dharma Turen -Malang

melalui metode kajian pustaka.

Maka selaku pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
di ajukan untuk ujikan.

Demikian mohon dimaklumi adanya.


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing,

Drs. Muchlis Usman M.A


NIP. 15009539
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) MALANG
FAKULTAS TARBIYAH
Jalan Gajayana No.50 Telepon (0341) 552398 Faksimile (0341) 552398

BUKTI KONSULTASI

Nama :Saimah
Nim :04120054
Dosen Pembimbing :Drs. Muchlis Usman M.A
Judul Skripsi :Problematika Pendidikan Agama Islam dan Upaya-upaya
Pemecahannya Di SMA Widya Dharma Turen Malang.

No Tanggal Hal Yang Dikonsultasi Tanda Tangan

1. 17 Juli 2008 Refisi Proposal 1.


2. 27 Juli 2008 Refisi Bab I 2.
3. 9 Agustus 2008 Refisi Bab I 3.
4. 13 Agustus 2008 ACC Bab I 4.
5. 25 Agustus 2008 Refisi Bab II 5.
6. 28 Oktober 2008 Acc bab ii 6.
7. 31 Oktober 2008 Refisi Bab II 7.
8. 8 November 2008 ACC Bab III 8.
9. 2 Desember 2008 Refisi Bab IV 9.
10. 5 Desember 2008 Revisi Bab IV 10.
11. 20 Desember 208 Acc Bab, I,II,II,IV,V,VI 11.

Malang, 5 desember 2008


Mengetahui,
Dekan Fakultas Tarbiyah

Prof. Dr. H. M. Djunaidin Ghony


NIP. 150 042 031
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melmpahlam segala nikmat, rahmat dan inayahnya kepada penulis, sehingga
penulisan skripsi yang berjudul “Problematika Pendidikan Agama Islam dan
Upaya-upaya Pemecahanya di SMA Widya Dharma Turen-Malang”.
Shalawatullah wasalamuhu semoaga senantiasa terlimpahkan kepada serta
revolusioner penggagas kedamaian dan kebenaran serta kebajikan yaitu baginda
Rasulullah saw. yang telah memberikan satu solusi dalam rahmatulil’alami
sebagai peran moral dan cita-cita islam.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tentunya tidak terlepas dari beberapa
pihak terkait yang telah banyak memberi motivasi serta kritikan yang konstruktif
dalam menyelesaikan skripsi, maka sudah barang tentu menjadi suatu kewajiban
bagi kami khususnya penulis untuk mengucapkan terimakasih yang setinggi-
tingginya kepada:
1. Amaku dan inaku (Abdullah & Khairunnas) tercinta yang telah melahirkan
dengan sepenuh kasih sayang dan kesabaran untuk memberikan dorongan
moril, sprituil maupun material dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bpk. Prof. Dr. H. Imam Suprayogo selaku rektor Universitas Islam Negeri
(UIN) Malang.
3. Bpk. Prof. Dr. H. M. Djunaidin Ghony selaku dekan Fakultas Tarbiyah
Universitas Negeri Islam (UIN) Malang.
4. Bpk Drs. Moh. Padil M.Pd.I selaku ketua jurusan Fakultas Tarbiyah
Universitas Negeri Islam (UIN) Malang.
5. Drs. Muchlis Usman, M.A selaku dosen pembimbing yang penuh kesabaran
dan ketelitian memberikan pengarahan kepada penulis sehingga dalam
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
6. Bpk Drs. Tri Djoko Kusminto selaku kepala sekolah SMA Widya Dharma
Turen yang telah berkenan memberi izin dan kesempatan untuk mengadakan
penelitian dan sekaligus memberikan bantuan berupa informasi-informasi
yang berkenaan dengan pembahasana dalam skripsi ini.
7. Segenap dewan guru dan karyawan serta siswa-siswi di SMA Widya Dharma
Turen yang telah membantu memberikan informasi-informasi yang berkenaan
dengan pembahasan skripsi dalam skripsi ini.
8. Kakak-kakakku yang tercinta yang selalu memberikan motivasi sehingga
penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan.
9. Teman-teman seperjuangan yang selalu menghibur penulis disaat-saat
penulisan skripsi ini terlaksana. Pieta makasi ya, mbk ima sangat sayang kamu
walaupun kita berpisah nanti.
Semoga atas bantuan dan dorongan yang dicurahkan kepada penulis, akan
menjadi amal ibada yang diterima di sisi Allah SWT.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini jauh dari
kesempurnaan, semua itu karena keterbatasan pengetahuan serta ketajaman
analisis yang kami miliki. Oleh karena itu saran dan kritikan yang konstruktif
selalu kami dambakan demi perbaikan penelitian berikutnya.
Akhirnya semoga amal bhakti mereka diterima di sisi Allah SWT. dan
semoga mendapatkan balasan yang setimpal dari-Nya. Harapan penulis mudah-
mudahan karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan
para pembaca pada umumnya, untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengembangan pendidikan agama islam ke depan, amiin.

penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
LEMBAR PERSETUJUAN............................................................................ ii
BUKTI KONSULTASI ................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... v
HALAMAN MOTTO...................................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS ............................................................................ vii
HALAMAN PERNYATAAN ......................................................................... viii
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv
ABSTRAK........................................................................................................ xv

BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian.......................................................................... 7
D. Kegunaan Penelitian..................................................................... 8
E. Sistematika Pembahasan .............................................................. 9

BAB II: KAJIAN PUSTAKA


A. Tinjauan Tentang Pendidikan Agama Islam ................................ 12
1. Pengertian Pendidikian Agama Islam .................................... 12
2. Tujuan Pendidikan Agama Islam........................................... 13
B. Tinjauan Tentang Problematika Pendidikan Agama Islam.......... 16
1. Pengertian Problematika Pendidikan Agama Islam............... 16
2. Faktor-faktor yang Timbul dalam Pelaksanaan Pendidikan
Agama Islam .......................................................................... 19
3. Upaya yang Dilakukan Dalam Mengatasi Problematika
Pendidikan Agama Islam ....................................................... 40
BAB III: METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian................................................... 53
B. Instrumen Penelitian..................................................................... 54
C. Lokasi Penelitian .......................................................................... 55
D. Sumber Data................................................................................. 56
E. Prosedur Pengumpulan Data ........................................................ 57
F. Metode Pembahasan..................................................................... 60
G. Tekhnik Analisis Data.................................................................. 62
H. Pengecakan Keabsahan Data........................................................ 63
I. Tahap-tahap Penelitian ................................................................. 64

BAB IV: HASIL PENELITIAN


A. Latar Belakang Objek Penelitian.................................................. 66
1. Sejarah Singkat Berdirinya SMA Widya Dharma Turen....... 66
2. Visi dan Misi SMA Widya Dharma Turen ........................... 69
3. Struktur Organisasi SMU Widya Dharma Turen................... 70
4. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Widya Dharma Turen . 71
5. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala dan Guru...................... 77
6. Keadaan Siswa-siswi SMU Widya Dharma Turen................ 84
7. Keadaan Kegiatan SMA Widya Dharma Turen ................... 88
8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Widya Dharma Turen. 90
B. Temuan Hasil Penelitian .............................................................. 97

BAB V: KAJIAN DAN ANALISIS DATA


A. Problematika yang Dihadapi Pendidikan Agama Islam di
SMU Widya Dharma Turen Malang ............................................ 109
B. Faktor-faktor yang Timbul Dalam pelaksanaan Problematika
Pendidikan Agama Islam di SMU Widya Dharma Turen-
Malang.......................................................................................... 123
C. Upaya yang Dilakukan Oleh Guru Dalam Pemecahan
Problematika Pendidikan Agama Islam di SMU Widya
Dharma Turen Malang ................................................................. 126
BAB VI: PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................... 136
B. Saran............................................................................................. 139

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK

Saimah, Problematika Pendidikan Agama Islam dan Upaya-upaya


Pemecahannya di SMA Widya Dharma Turen-Malang. Skripsi, Jurusan
Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbinyah Universitas Negeri (UIN) Malang.
Drs. Muchlis Usman, M.A

Pendidikan adalah suatu kebutuhan bagi manusia untuk meningkatkan


pengetahuan. Dalam dunia pendidikan agama islam akhir-akhir ini sering
dilandasi oleh berbagai tantangan global yang menjadi problem, jika menengok ke
masa lalu yaitu pada masa abasyiah di mana pendidikan waktu itu sangat maju
sehingga melahirkan kaum intelektual dan jenius dalam bidang keagamaan.
Dengan melihat hal seperti itu bila dikaitkan pada era global seperti pada saat ini
sesungguhnya pendidikan khususnya pendidikan agama islam malah semakain
terpuruk. Dengan semakian majunya dunia tekhnologi maka akan berdampak
pada keterpuruknya dunia pendidikan islam khususnya dikalangan anak-anak
remaja, bentuk problematika pendidikan agama islam seperti ini pemerintah perlu
menginovasinya agar pendidian islam bisa mencapai puncak seperti pada zaman
keemasan dahulu. Sebagaimana pendapatnya Syamsul Ma’rif pendidikan agama
islam saat ini, sungguh masih dalam kondisi yang mengenaskan dan
memprihatinka karena pendidikan agama islam mengalami keterpurukan jauh
tertinggal denan pendidikan Barat. Akibata dari timbulnya problem tersebut baik
dari segi anak didik, pendidik, kurikulum dan sarana dan prasarana serta
lingkungan hampir adanya problematika. Berangkat dari latar belakang itulah
penulis kemudian ingin membahasnya dalam skripsi dan mengambil judul
problematika pendidikan agama islam dan upaya-upaya pemecahannya.
Problematikan yang timbul dalam dunia pendidikan agama islam akhir-
akhir ini disebabkan karena beberapa faktor yaitu faktor internal, faktor
institusional dan faktor eksterna, selain itu karena adanya dikotomisasi antara
pendidikan umum dan pendidikan agama islam sehingga pendidikan agama islam
tidak terlalu diperohatikan oleh pemerintah dan akhirnya masyarakatpun tidak
menganggap penting terhadap pembelajaran pendidikan agama islam.
Adapun tujuannya dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui latar
belakang timbulnya problematikan pendidikan agama islam, untuk mengetahui
kendala-kendala yang terjadi dalam pemecahan problematika pendidikan agama
islam, serta untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam
pemecahan problematika pendidikan agama islam.
Penelitian yang penulis lakukan ini adalah termasuk dalam penelitian
deskriptif kualitatif. Dan selama mengumpulkan data, penulis menggunakan
metode observasi, interview, dan dokumetasi. Sedangkan untuk analisisnya,
penulis menggunakan tekhnik analisisis deskriptif kualitatif, yaitu berupa data-
data yang tertulis, data lisan dari pihak-pihak yang berkaitan di lokasi penelitian
sehingga dalam hal ini penulis berupaya mengadakan penelitian yang bersifat
menggambarkan kata-kata secara menyeluruh tentang keadaan yang terjadi di
lapangan.
Hasil dari peneletian yang dilakukan penulis dapat disampaikan
bahwasanya peneliti mencoba menawarkan solusi sebagai suatu alternatif untuk
memecahkan problematika pendidikan agama islam yaitu meningkatkan motivasi
belajar siswa, melengkapi sarana dan prasarana dan memperbaiki lingkungan
sekolah dan sekitarnya. Bila ada alternatif lain maka hal itu dapat dijadikan suatu
masukan untuk memperbaiki pendidikan agama islam dalam skripsi ini.

Kata Kunci: Problematika, Pendidikan Agama Islam,Upaya, Pemecahanya


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah

Hampir semua tujuan pendidikan baik dalam kacamata umum maupun

agama selalu mengidealkan terciptanya sikap anak didik yang dewasa. Proses

pendidikan yang hanya menekan kedewasaan intelektual akan memunculkan

manusia yang cerdas tapi tidak bermoral, emosional, intolern, miskin

solidaritas dan tidak humanis. Selama ini pendidikan agama secara normative

diakui mampu menformulasikan dan mengakumulasi idealitas tujuan

pendidikan tersebut. Namun secara empiris, lembaga pendidikan agama

maupun lembaga umum yang terkait dengan timbul keagamaan dalam

prakteknya sering mengecewakan dan tidak konsisten terhadap misi

idealnya.1

Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia dan sebagai

tindakan sosial. Hal tersebut disebabkan karena adanya aspek-aspek social

yang digambarkan karena individu-individu satu sama lain saling

ketergantungan dalam proses belajar. Sekolah, yang merupakan institusi

formal untuk belajar, mengharuskan sejumla persyaratan kepada pendidikan.

Akibatnya belajar di sekolah sangat berlainan dengan yang berlaku di dalam

keluarga. Jadi pendidikan dalam pengertiannya mempunyai makna yang

sangat luas dan dapat dianggap sebagai proses sosialisasi seseorang yang

mempelajari cara hidupnya.2

1
Roibin, Menuju Pendidikan Berwawasan Berkerukunan, Malang: Jurnal El-Harakah Edisi 58,
2002, hlm.11
2
Hasan, Laggulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka Al-Husna, 1992), hlm. 17
”Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang system pendidikan
nasional mendefinisikan pendidikan sebagai ”usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat,bangsa, dan Negara”3

Ini berarti pendidikan merupakan proses atau upaya sadar untuk

menjadikan manusia kearah yang lebih baik. Untuk mengembangkan potensi

siswa diperlukan suatu strategis yang sistematis dan terarah. Pendidikan dapat

pula diartikan sebagai bimbingan jasmani dan rohani peserta didik menuju

terbentuknya kepribadian yang utama. Oleh karena itu, pendidikan dipandang

sebagai salah satu aspek yang memiliki peranan pokok dalam membentuk

generasi muda agar memiliki kepribadian yang utama.4

Walaupun tujuan pendidikan mengarah ke arah yang positif, tetapi

tidak terlepas dari tantangan global seperti yang marak terjadi saat ini. Di

dalam berbagai analisis mengenai trend kehidupan global , termasuk trend

pula dalam mengembangkan system pendidikan. Terkait dengan fenomena

sekarang kehidupan umat manusia dalam millenium baru mempunyai dimensi

yang bukan hanya dimensi domestik tetapi global.5 Kehidupan global akan

melahirkan budaya global. Dewasa ini kita melihat betapa kebudayaan global,

telah mulai melanda kehidupan umat islam yang tanpa batasan kepada

berbagai bentuk “life style” yang mulai melanda kehidupan generasi muda

terutama di kota-kota besar. Cara hidup global, tontonan global, cita rasa

global telah memasuki kehidupan siswa sebagai generasi muda. Di satu pihak

3
Undang-undang RI Tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional Pasal 1,(Bandung: Cita
Umbara, 2003), hlm.3
4
Zuhairini & Abdul Ghofir, Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Malang: UIN
Malang Press 2004), hlm.1.
5
H.A.R, Tilar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), hlm.15.
budaya global atau modernisasi dapat membuka horizon pemikiran yang

positif, akan tetapi juga kemungkinan masuknya unsur-unsur budaya global

yang penuh modern seperi yang terjadi saat ini bisa berdampak negatif yang

meracuni kehidupan generasi muda. Hal ini telah merasuki pemikiran para

generasi jauh dari pemahaman tentang islam.

Adapun usaha Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah agar mampu

membentuk kesalehan pribadi dan sekaligus kesalehan sosial sehingga dapat

membentuk ukhuwah yang baik dalam lembaga pendidikan maupun

lingkungan masyarakat. Kualitas kesalehan diharapkan mampu membentuk

hubungan keseharian dengan manusia lain, baik sesama muslim maupun non

muslim, serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga dapat terwujud

persatuan dan kesatuan umat manusia.6

Selain usaha guru dalam mendidik siswa, Pendidikan Agama Islam

masih memerlukan bantuan kita bersama, demi mewujudkan hasil dan kualitas

pendidikan yang dicita-citakan. Pendidikan sekarang ini kurang bisa

menciptakan siswa untuk memahami hakekat pembelajaran yang telah

disampaiakan sehingga di luar sekolah siswa cenderung melakukan hal-hal

yang tidak wajar (kenakalan remaja), melanggar norma dan etika agama.

Dalam agama Islam terkandung suatu potensi yang mengacu pada dua

fenomena yang berkembang yaitu:

6
Muhaimin, Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Islam Di Sekolah,
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.75
1. Potensi psikologi dan pedagogis yang mempengaruhi manusia untuk

menjadi pribadi yang berkualitas baik dan menyandang derajat mulia.

2. Potensi pengembangan kehidupan manusia sebagai khalifah dimuka bumi

yang dinamis dan kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya.

Lingkungan yang alamiah maupun yang ijtimaiah, di mana Tuhan menjadi

potensi sentral berkembanganya.7

Untuk mengaktualisasikan dan menfungsikan potensi tersebut

diperlukan ikhtiar kependidikan yang sistematis berencana berdasarkan

pendekatan dan wawasan yang interdisipliner. Karena manusia semakin

terlibat terhadap proses perkembangan sosial itu sendiri menunjukkan adanya

interelasi dan interaksi dari berbagai fungsi.

Nilai pendidikan islam telah menjadi ilmu yang ilmiah dan amaliah,

maka ia akan dapat berfungsi sebagai sarana pembudayaan manusia yang

bernafaskan islam yang lebih efektif dan efisien. Telah diketahui bahwa sejak

islam diartikulasikan melalui dakwahnya dalam masyarakat sampai kini,

proses kependidikan islam yang mengacu pada masyarakat yang beraneka

ragam kultur dan struktur. Akhir-akhir ini, akibat timbulnya perubahan sosial

diberbagai sektor kehidupan umat manusia, beserta nilai-nilanya ikut

mengalami pergeseran yang belum mapan. Pendidikan islam seperti yang

dikehendaki umat islam harus mengubah strategi dan titik operasional. Oleh

karena itu pula akan timbul suatu problem dalam dunia pendidikan islam yang

akan dicari solusinya dan pada akhirnya akan memberikan kesejahteraan pada

kehidupan masyarakat.

7
Muzayyin, Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, ( Jakarta: PT.Bumi Aksara, 2003), hlm. 3-4
Pendidikan Islam tidak menutup kemungkinan dapat mengkombinasi

antara pandangan islam dengan pemikirn pendidikan modern sepanjang

memiliki relevansi yang kuat dalam menkonstruksi pemikiran pendidikannya.

Pada prinsipnya, pendidikan islam harus dengan akal dan antara wahyu

dengan alam. Sebagaimana agama yang sesuai dengan sunnatullah tentu

ummat islam diwajibkan belajar dari fenomena alam.

Di samping itu, pergeseran idealitas masyarakat yang menunjukkan

kearah pola pikir rasional tekhnologis yang cenderung melepaskan diri dari

tradisionalisme kultural edukatif makin membengkak. Inilah berbagai

pencerminan kemelut yang terjadi pada masyarakat terutama dalam dunia

pendidikan agama islam, Namun demikian lembaga pendidikan islam kita

yang masih bersifat konservatif dan statis dalam menyerap tendensi dan

aspirasi masyarakat masa kini. Dalam problem ini kita perlu mengacu diri

untuk melakukan inovasi dalam wawasan, strategi dan program sedemikian

rupa, sehingga mampu menjawab secara aktual dan fungsional terhadap

tantangan baru. Apalagi bila kita mengingat bahwa misi pendidikan agama

islam lebih berorientasi kepada nilai-nilai luhur dari Tuhan yang harus

diinternalisasikan ke dalam lubuk hati sehinggga muncul kepribadian yang

mencerminkan nilai-nilai islam.

Problem lain juga yang dirasakan dalam pendidikan agama islam

selama ini adalah adanya kesenjangan antara pendidikan agama dan perilaku

peserta didik secara khusus yang menyimpang dari norma-norma ajaran

agama. Problem ini muncul karena diakibatkan oleh budaya orientasi

pendidikan agama islam di sekolah yang kurang tepat.


Ada beberapa faktor yang menyebabkan kurang efektifnya Pendidikan

Agama Islam di sekolah, antara lain:

a. Faktor internal

Faktor internal adalah faktor yang muncul dari dalam diri guru

agama itu sendiri yang meliputi kompetensi yang masih relative rendah,

pendekatan metodologi guru yang tidak mampu menarik minat siswa pada

pembelajaran agama islam, solidaritas guru agama dengan guru non agama

masih sangat terbatas, kurangnya persiapan guru agama untuk

menyampaikan mata pelajaran, hubungan guru agama dengan siswa yang

formal.

b. Faktor institusional

Adapun faktor institusional meliputi alokasi jam pelajaran

pendidikan agama islam pada kurikulum yang terlalu overloaded.

Ketiga hal tersebut diharapkan akan bisa dicari solusinya dan bisa

memberi konstribusi yang bagus bagi peserta didik nantinya, karena

dengan melihat problem-problem yang terjadi dalam dunia pendidikan,

terutama Pendidikan Agama Islam dan mengaktualisasikan pendidikan

agama islam sebagai pelajaran penting untuk mewujudkan keselamatan

dunia dan akhirat.

c. Faktor eksternal

Adapun problem dalam faktor ini adalah sikap masyarakat dan

orang tua kurang concer terhadap pendidikan agama yang berkelajutan,


situasi lingkungan sekitar sekolah yang banyak pengaruh buruk, pengaruh

negative dari perkembangan teknologi seperti internet, play station (PS),

dan lain sebagainya.

Sehubungan dengan latar belakang masalah tersebut, maka menarik

sekali untuk diteliti atau dikaji oleh karena itu dalam penelitian skripsi ini

penulis mengambil judul ”Problematika Pendidikan Agama Islam dan

Upaya-upaya Pemecahannya di SMU Widya Dharma Turen-Malang”.

B. Rumusan Masalah

1. Apa problem yang dihadapi Pendidikan Agama Islam di SMU Widya

Dharma Turen Malang?

2. Kendala-Kendala Apa Yang Dihadapi Dalam Pemecahan Problematika

Pendidikan Agma Islam di SMU Widya Dharma Turen-Malang.

3. Upaya apa yang dilakukan oleh guru dalam pemecahan problematika

Pendidikan Agama Islam di SMU Widya Dharma Turen Malang?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di SMU Widya

Dharma Turen Malang.

2. Untuk mengetahui Kendala-Kendala Yang Dihadapi Dalam Pemecahan

Problematika Pendidikan Agma Islam di SMU Widya Dharma Turen

Malang.
3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam

pemecahan problem Pendidikan Agama Islam di SMU Widya Dharma

Turen Malang.

D. Kegunaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian ini tentuya akan membawa suatu

kegunaan, baik yang tertulis maupun yang tidak tertulis, dan hasil penelitian

ini diharapkan dapat berguna bagi:

1. Bagi Lembaga Pendidikan:

ƒ Sebagai tambahan informasi tentang bagaimana pelaksanaan

Pendidikan Agama Islam.

ƒ Sebagai bahan kajian tentang problematika dan pemecahan dalam

Pendidikan Agama Islam.

ƒ Sebagai acuan atau bandingan agar dapat mengambil kebaikan dan

mengatasi keburukannya.

2. Bagi Almamater

ƒ Sebagai suatu masukan bagi pelaksanaan pendidikan, dalam rangka

untuk meningkatka kualitas belajar terhadap Pendidikan Agama Islam.

ƒ Sebagai bahan dokumentasi dan masukan yang akan dipakai sebagai

dasar atau perbandingan pada penelitian selanjutnya.

3. Bagi Peneliti
ƒ Sebagai pedoman dalam rangka melaksanakan tugas sebagai pendidik

yang akan terjun langsung untuk mengamalkan segala ilmu yang telah

dipelajari.

ƒ Sebagai penambahan pengetahuan keilmuan sehingga dapat

mengembangkan wawasan baik secara teori maupun praktek.

G. Sistematikan Pembahasan

Sistematika yang dimaksud merupakan isi dari pembahasan secara

singkat yang terdiri dari enam bab, dan untuk lebih mengarahkan skripsi ini,

maka penulis membuat sistematika pembahasan sebagai berikut:

Bab Pertama, Pendahuluan yang merupakan titik tolak dari penulisan

skripsi ini yang berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah,

tujuan penelitian, kegunaan penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab Kedua, Kajian teoritis diantaranya membahas tentang (A) PAI:

pengertian Pendidikan Agama Islam, tujuan dan fungsi pendidikan agama

islam, dasar-dasar Pendidikan Agama Islam. (B) problematika Pendidikan

Agama Islam, yang meliputi: problem anak didik dalam Pendidikan Agama

Islam, problem manajemen dalam pendidikan agama islam, problem

kurikulum dalam Pendidikan Agama Islam, problem sarana dan prasarana

dalam Pendidikan Agama Islam, (C) langkah-langkah dalam mengatasi

problem pendidikan agama islam, yang meliputi: perkembangan anak didik

dalam Pendidikan Agama Islam, perkembangan pendidikan dalam

pembelajaran Pendidikan Agama Islam, perkembangan manajemen dalam


pembelajaran Pendidikan Agama Islam, perkembangan kurikulum dalam

Pendidikan Agama Islam, perkembangan sarana dan prasarana dalam

pembelajaran pendidikan agama islam, perkembangan dalam Pendidikan

Agama Islam.

Bab Ketiga, Metode penelitian yang terdiri dari pendekatan dan jenis

penelitian, kehadiran peneliti, lokasi penelitian, sumber data, prosedur

pengumpulan data, analisa data dan pengecekan keabsahan temuan serta

tahap-tahap penelitian.

Bab Keempat, Laporan hasil penelitian, meliputi: (A) latar belakang

obyek: sejarah singkat lembaga pendidikan Widya Dharma Turen-Malang,

visi misi, struktur organisasi, keadaan guru dan karyawan, tugas dan tanggung

jawab guru dan karyawan, keadaan siswa SMA Widya Dharma Turen,

keadaan kegiatan siswa SMA Widya Dharma Turen, keadaan sarana dan

prasarana SMA Widya Dharma Turen . (B) temuan hasil penelitian:

pengertian pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen, kendala

dalam pemecahan problematika pendidikan agama islam SMA Widya Dharma

Turen, upaya pemecahannya dalam problematika pendidikan agama islam di

SMA Widya Dharma Turen.

Bab Kelima, Pembahasan hasil penelitian yang dilakukan di SMU

Widya Dharma Turen Malang. Dari sinilah peneliti dapat mengklasifikasikan

data-data dalam rangka mengambil kesimpulan penyajian.

Bab Keenam, Kesimpulan dan saran, menjelaskan tentang kesimpulan

dan saran yang berkaitan dengan problematikan Pendidikan Agama Islam dan

upaya pemecahanya di SMU Widya Dharma Turen-Malang.


BAB II

KAJIAN TEORI

A. TINJAUAN TENTANG PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

1. Pengertian Pendidikana Agama Islam

Sebelum penulis uraikan lebih lanjut tentang pengertian

problematika pendidikan agama islam, terlebih dahulu akan penulis

uraiakan tentang pengertian pendidikan agama islam.

Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam

menyiapkan anak didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga

mengimani ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntutan untuk

menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan

antar umat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa.8

Dan untuk mencapai pengertian tersebut maka harus ada

serangkaian yang saling mendukung antara lain:

a. Pendidikan agama islam sebagai usaha sadar, yakni suatu kegiatan

bimbingan, pengajaran dan atau latihan yang dilakukan secara

berencana dan sadar akan tujuan yang hendak dicapai.

8
Kurikulum PAI, 2002, hlm. 3
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan, dalam

arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih dalam peningkatan

keyakinan, pemahaman, penghayatan dan pengalaman terhadap ajaran

agama islam.

c. Pendidik atau guru (gbpai) yang melakukan kegiatan bimbingan,

pengajaran dan latihan secara sadar terhadap pesereta didiknya untuk

mencapai tujuan tertentu.

d. Kegiatan pai diarahkan untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman,

penghayatan, dan pengamalan terhadap peserta didik yang di samping

untuk dengan cita-cita islam, karena nilai oslam menjiwai dan

mewarnai corak kepribadiannya.

Dengan istilah lain, manusia yang telah mendapatkan pendidikan

islam itu harus mampu hidup di dalam kedamaian dan kesejahteraan

sebagaimana cita-cita islam.

Pengertian pendidikan agama islam dengan sendirinya adalah suatu

sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek kehidupan yang

dibutuhkan oleh hamba Allah. Pendidikan islam bersumber pada nilai-nilai

tersebut yang melandasinya adalah merupakan proses ikhtiarah yang

secara pedagogis kematangan yang menguntungkan.9

2. Tujuan Pedidikan Agama Islam

Sebelum lebih jauh menjelaskan tujuan pendidikan islam terlebih

dahulu dijelaskan apa sebenarnya makna dari ”tujuan” tersebut. Secara

etimologi ”tujuan” adalah diistilahkan dengan ”ghayat, ahdaf, atau

9
H.M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara, 1991) hlm.13
maqashid. Sementara dalam bahasa inggris diistilahkan dengan ”goal,

purpose, objectives atau ”aim”. Sedangkan secara terminologi, tujuan

berarti ” sesuatu yang diharapkan tercapai setelah sebuah usaha atau

kegiatan selesai”10 H.M. Arifin menyebutkan, bahwa tujuan proses

pendidikan islam adalah ”idealitas (cita-cita) yang mengandung nilai-nilai

islam yang hendak dicapai dalam proses kependidikan yang berdasarkan

ajara islam secara bertahap”.11

Berdasarkan pada pengertian pendidikan islam yaitu sebuah proses

yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya;

beriman dan bertaqwa kepada Allah serta mampu mewujudkan

eksistensinya sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang berdasarkan

kepada ajaran Al-Qur’an dan sunnah, maka tujuan dalam konteks ini

berarti terciptanya insan kamil setelah proses pendidikan berakhir.

a) Fungsi tujuan

Mengapa dibutuhkan tujuan? Untuk menjawab pertanyaan ini,

Ahma D Marimba dalam bukunya ”pengantar filsafat pendidikan

islam” menyebutkan bahwa setiap usaha mengalami akhir. Ada usaha

yang terhenti karena gagal sebelum mencapai tujuan, tetapi usaha

tersebut belum dapat disebut berakhir. Karena pada umumnya suatu

usaha baru berakhir setelah tujuan akhir tercapai. Dengan demikian

fungsi tujuan yang pertama mengakhiri usaha.

10
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 1995), Edisi ke-2 hlm.1077
11
Zakiyah Daradjat, dkk., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara dan Departemen Agama
RI, 1992) hlm. 29
Fungsi kedua, dari tujuan adalah mengarahkan usaha. Tanpa

adanya antisipasi atau pandangan ke arah tujuan, maka penyelewengan

akan banyak terjadi, dan kegagalan-kegagalan akan selalu di ambang

pintu.

Fungsi ketiga, dari tujuan sebagai titik tolak untuk mencapai

tujuan-tujuan lain. Baik tujuan baru maupun tujuan lanjutan dari tujuan

pertama. Oleh karena itu, dapat dikatakan, bahwa dari satu segi tujuan

bisa membatasi ruang gerak usaha, sementara dari segi lain tujuan

dapat mempengaruhi dinamika usaha.

Fungsi keempat, memberi nilai (sifat) pada usaha-usaha tersebut.

Ada usaha-usaha yang bertujuan lebih luhur daripada usaha-usaha

lainnya. Ada usaha yang bertujuan lebih besar dari yang lain, di

samping ada juga usaha yang bertujuan lebih dari itu.12

b) Prinsip Pengembangan Tujuan Pendidikan Islam

Omar Muhammad Al-Toumyal-Syaibany dalam bukunya ”filsafat

pendidikan islam” mengatakan bahwa ada beberapa prinsip dalam

mengembangkan tujuan pendidikan islam, antara lain:

1) Peinsip universal (menyeluruh)

Dalam merumuskan tujuan pendidikan islam, seharusnya

memperhatikan seluruh aspek kehidupan yang mengitari

kehidupan manusia, baik aspek agama, budaya sosial

kemasyarakatan, ibada, akhlak dan muamalah.

2) Prinsip keseimbangan dan kesederhanaan

12
Ahmad D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: PT. Al-ma’arif, 1989),
hlm. 45
Islam memiliki prinsip dasar keseimbangan dalam kehidupan, baik

antara dunia dan akhirat, jasmani dan rohani, kepentingan pribadi

dan kepentingan umum. Oleh karena itu dalam pengembangan

pendidikan agama islam harus ada sistem kesederhanaan agar

proses untuk mencapai tujuan lebih besar.

3) Prinsip kejelasan

Prinsip yang mengandung ajaran dan hukum yang memberi

kejelasan terhadap aspek spritual dan aspek intelektual manusia.

Dengan berpegang teguh kepada prinsip ini akan terwujud tujuan,

kurikulum, dan metode pendidikan yang jelas pula.

Agar proses belajar mengajar pendidikan agama islam dapat

berjalan dengan lancar sehingga tujuan dalam pembelajaran pendidikan

agama islam dapat diraih secara maksimal, maka perlu adanya solusi untuk

menyelesaikan permasalah-permasalah yang ada dalam proses belajar

mengajar pendidikan agama islam.

3. Tinjauan Tentang Pengertian Problematika Pendidikan Agama Islam

Secara etimologi kata problematika berasal dari kata problem

(masalah, perkara sulit, persoalan). Problema (perkara sulit), problematika

(merupakan sulit, ragu-ragu, tak menentukan, tak tertentu) dan

problematika (berbagai permasalahan).13

Banyak para “pakar pendidikan” telah berusaha dengan segala cara

untuk ikut andil dan terlibat aktif memikirkan atau menyelesaikan

beberapa problema yang “menggerogoti” sistem pendidikan agama islam

13
Pius A. Pertanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmia Popular (Surabaya: Arkola, 1994), hlm.
626.
dewasa ini. Pendidikan saat ini, sungguh masih dalam kondisi yang

sangat mengenaskan dan memprihatinkan. Karena pendidikan agama

islam mengalami keterpurukan akibat adanya pengaruh global dari dunia

Barat dan juga adanya dikotomi system pembelajaran antara mata

pelajaran islam dan mata pelajaran umum. Melihat realitas yang terjadi

sekarang bahwa pendidikan agama islam tidak bisa kembali seperti pada

zaman keemasan (Andalusia dan Baghdad) yang bisa menjadi pusat

peradaban islam, yang terjadi sekarang justru sebaliknya, pendidikan

agama islam sekarang mengekor dan berkiblat pada Barat.14

Lebih lanjut dikatakan oleh Samsul Ma’arif akibat pendidikan islam

masih sangat jauh tertinggal pendidikan Barat, karena disebabkan

beberapa hal, adalah sebagai berikut:15

a. Orientasi pendidikan masih terlantar tak tahu arah dan tujuan yang

mana mestinya sesuai dengan orientasi Islam. Pendidikan agama islam

masih berorientasi atau menitik beratkan pada pembentukkan abd’

(hamba Allah). Akhirnya di sini, tentu saja adalah segala-galanya,

sementara urusan dunia belakang. Dan masih bersifat devinitive artinya

menyelamatkan kaum muslim dari segala pencemaran dan pengrusakan

akibat ditimbulkan oleh gagasan Barat yang datang dari berbagai

disiplin ilmu yang dapat mengancam standar-standar moralitas

tradisional islam.

14
Samsul Ma’arif, Revitalisasi Pendidikan Islam, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007), hlm. 1
15
Ibid. Hlm. 2-3.
b. Praktek pendidikan agama islam masih memelihara warisan lama,

sehingga ilmu yang dipelajari adalah ilmu klasik dan ilmu modern yang

tidak tersentuh.

c. Umat islam masih sibuk terbuai dengan ”romantisme” masa lalu hingga

bisanya mengandalkan kebesaran masa lampau. Akibatnya kebanyakan

ummat islam sendiri tidak melakukan pembaharuan terhadap

pendidikan agama islam.

d. Model pembelajaran pendidikan agama islam masih menekan pada

pendekatan intelektual verbalistik dan menegasi interakasi edukatif

dan komunikasi humastik antara guru dan murid. Sehingga sistem

pendidikan masih mandul, terbelakang dan mematikan daya kritis

anak, atau belum mencerdaskan dan memerdekakan.

Persoalan tersebut masih ada tantangan internal yaitu, umat islam

masih terbelenggu dan terjebak dengan adanya dikotomisasi pendidikan

agama islam, kurangnya pemahaman tentang ajaran islam, format

kurikulum yang tidak jelas orientasinya dan minimnya kualitas sumber

daya manusia (SDM), sistem dan strategi yang dikembangkannya,

metodologi dan evaluasinya, serta pelaksanaan dan penyelenggaraan

pendidikan agama islam itu sendiri yang masih bersikap ekslusif dan

belum mampu berinteraksi dan bersinkrinisasi dengan lainnya.

Terkait dengan problematikan terdapat tiga faktor yang menjadi

dasar pembahasan ini aalah sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Anak Didik
Sebagai peserta didik adalah pihak yang hendak disiapkan untuk

mencapai tujuan, dalam arti yang dibimbing, diajari dan atau dilatih

dalam peningkatan keyakinan, pemahaman, penghayatan dan

pengamalan terhadap ajaran agama Islam. Diantara komponen

terpenting dalam pendidikan Islam adalah peserta didik, dalam

perspektif pendidikan islam, peserta didik merupakan subyek dan

obyek. Oleh karena itu aktivitas kependidikan tidak akan

terlaksanakan tanpa keterlibatan peserta didik di dalamnya.

Dalam paradigma pendidikan islam, peserta didik merupakan

orang yang belum dewasa dan memiliki sejumlah potensi

(kemampuan) dasar yang masih perlu dikembangkan.16 Disisi lain,

pendidikan itu berfungsi membentuk kepribadian anak,

mengembangkan agar mereka percaya diri dan menggapai

kemerdekaan kepribadian, pendidikan itu bergerak untuk mewujudkan

perkembangan yang sempurna dan mempersiapkannya dalam

kehidupan, membantu untuk berinteraksi sosial yang positif di

masyarakat, menumbuhkan kekuatan dan kemampuan dan

memberikan sesuatu yang dimilikinya semaksimal mungkin. Juga

menimbulkan kekuatan atau ruh kreativitas, pencerahan dan

transparansi serta pembahasan atau analisis di dalamnya.

Maka dari itu problem yang ada pada anak didik perlu

diperhatikan untuk ditindaklanjuti dalam mengatasinya, sehingga

tujuan dalam pendidikan itu dapat terealisasi dengan baik.

16
Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Histories, Teoritis Dan Praktis, (Jakarta:
Ciputat Pers, 2002), hlm.47
Adapun problem yang ada pada anak didik adalah segala yang

mengakibatkan adanya kelambanan dalam belajar. Dan hal tersebut

problem dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, santara lain:

a) Karakteristik Kelainan Psikologi.

Fairuz Stone menjelaskan bahwa keseimbangan perkembangan

anak yng tertinggal dalam belajarnya itu lebih sedikit

dibandingkan teman-temanya secara umum. Misalnya, mereka

dikenal sebagai anak yang kurang pengindraannya, khususnya

lemah pendengaran dan penglihatannya.

b) Karakter Kelainan Daya Pikir

Kelainan yang satu ini dianggap yang paling banyak yang

menimpa anak berkaitan dengan kegiatan belajar. Banyak teori

para pakar yang menjelaskan adanya keterkaitan erat antara

kecerdasan umumnya bagi anak dan tingkat keberhasilannya

dalam belajar.

Bila kita mengamati tingkat kecerdasan dari sisi lain, maka

kita jumpai adanya perilaku yang menyebabkan adanya

keterkaitan antara daya pikir dan anak yang lamban belajarnya,

seperti lemahnya daya ingat hingga mudah melupakan materi yang

baru dipelajari, lemah kemampuan berfikir jerni, tidak adanya

kemampuan beradaptasi dengan temannya, rendah dalam bidang

kebahasaannya, anak yang mempunyai kategori karakteristik

seperti ini mereka juga tidak bisa berkonsentrasi dalam waktu

lama. Sehingga kemampuan dalam penerapan suatu ilmu,


pemilihan, dan analisisnya rendah. Terkadang mereka sulit

berpikir secara rasional dan cenderung berdasarkan perkiraan.

Istilah-istilah tersebut besar pengaruhnya terhadap proses kegiatan

belajar anak.17

2) Pendidik (Guru)

Kelambanan dalam belajar kadang disebabkan oleh tidak

mencukupinya kegiatan belajar mengajar, buruknya pengajaran,

guru yang tidak memadai, materi pelajaran yang sulit sehingga

tidak dapat diikuti anak, atau tidak ada kesesuaian antara

pelajaran-pelajaran yang ditetapkan dan bakat anak.18

Dalam proses pendidikan khususnya pendidikan di sekolah,

pendidikan memegang peranan yang paling utama. Sebagaimana

dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 151

!$yϑx. $uΖù=y™ö‘r& öΝà6‹Ïù Zωθß™u‘ öΝà6ΖÏiΒ (#θè=÷Gtƒ öΝä3ø‹n=tæ $oΨÏG≈tƒ#u™ öΝà6ŠÏj.t“ãƒuρ

ãΝà6ßϑÏk=yèãƒuρ |=≈tGÅ3ø9$# sπyϑò6Ïtø:$#uρ Νä3ßϑÏk=yèãƒuρ $¨Β öΝs9 (#θçΡθä3s? tβθßϑn=÷ès? ∩⊇∈⊇∪

“Sebagaimana (kami telah menyempurnakan nikmat Kami kepadamu)


Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang
membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan
mengajarkan kepadamu Al kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan
kepada kamu apa yang belum kamu ketahui”.19

17
Abdul Aziz As - Asykhs, Kelambanan Dalam Belajar Dan Cara Penanggulanginnya (Jakarta:
Gema Insani, 1991), hlm. 25
18
Ibid. hlm.30
19
Departemen Agama Republik Inonesia, Al-Qur’an Terjemah semarang CV: Al-
Waah
Ayat ini menjelaskan bahwa seorang pendidik (guru) adalah

pewaris Nabi yang mempunyai perana penting dalam merubah

dinamika kehidupan primitif menuju kehidupan madani. Pendidikan

dalam islam juga dikatakan sebagai siapa saja yang bertanggung

jawab terhadap perkembangan anak didik.20

Muhammad Fadhli Al-Djamali menyatakan bahwa pendidikan

adalah orang yang mengarahkan manusia kepada kehidupan yang baik

sehingga terangkat derajat kemampuannya sesuai dengan kemampuan

dasar yang dimiliki oleh manusia.

Sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an surat At- Tahrim

ayat 6 yang berbunyi:

$pκš‰r'¯≈tƒ t⎦⎪Ï%©!$# (#θãΖtΒ#u™ (#þθè% ö/ä3|¡àΡr& ö/ä3‹Î=÷δr&uρ #Y‘$tΡ $yδߊθè%uρ â¨$¨Ζ9$# äοu‘$yfÏtø:$#uρ $pκön=tæ

îπs3Íׯ≈n=tΒ ÔâŸξÏî ׊#y‰Ï© ω tβθÝÁ÷ètƒ ©!$# !$tΒ öΝèδttΒr& tβθè=yèøtƒuρ $tΒ tβρâs∆÷σム∩∉∪

”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu


dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu;
penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak
mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada
mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”.21
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwsanya pendidikan merupakan

kewajiban setiap manusia. Pendidikan dalam pendidikan agama islam

dituntut untuk berkomitmen terhadap profesionalsme dalam

mengemban tugsnya. Seseorang dikatakan profesional bilamana pada

20
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm.74
21
Al-Qur’an Terjemah Op, Cit.,
dirinya melekat sikap dedikatif yang tinggi terhadap tugasnya, sikap

komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, serta sikap continous

improvement, yaitu selalu berusaha memperbaiki dan pembaharui

model-model yang sesuai dengan tuntutan zamannya, yang dilandasi

oleh kesadaran tinggi bahwa tugas mendidik adalah tugas menyiapkan

generasi penerus yang akan hidup pada masa zamannya.22

Pendidik dalam proses belajar mengajar harus menguasai serta

menerapkan prinsip-prinsip didaktikan dan metodik agar usahanya

dapat berhasil dengan baik dan dapat dipertanggung jawabkan.

Pengertian didaktikan adalah ilmu mengajar yang memberikan

prinsip-prinsip tentang cara-cara menyampaikan bahan pelajaran

sehingga dikuasai dan dimiliki peserta didik.

b. Faktor institusional

1) Kurikulum

Kurikulum merupakan salah satu komponen yang sangat

menentukan dalam suatu sistem pendidikan. Karena kurikulum

merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan sekaligus sebagai

pedoman dalam pelaksanaan pengajaran pada semua jenis dan tingkat

pendidikan.

Dalam pengertian yang sempit, kurikulum merupakan

seperangkat rencana dan pengaturan tentang isi dan bahan pengajaran

serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelanggaraan kegiatan

belajar mengajar di sekolah. Pengertian ini digaris bawahi ada empat

22
Muhamin, Op, Cit., hlm. 4
komponen pokok dalam kurikulum, yaitu: tujuan, isi atau bahan,

organisasi dan strategi.

Sedangkan pengertian yang luas, kurikulum merupakan segala

kegiatan yang dirancang oleh lembaga pendidikan untuk disajikan

kepada peserta didik guna mencapai tujuan pendidikan (institusional,

kurikuler dan intruksional). Pengertian ini menggambarkan segala

bentuk aktivitas sekolah yang sekiranya mempunyai efek bagi

pengembangan peserta didik, adalah termasuk kurikulum dan bukan

terbatas pada kegiatan belajar mengajar saja.23

Dari sini dapat diketahui bahwa kurikulum sangat berperan

penting dalam dunia pendidikan, yang dapat mengantarkan pendidikan

dalam dunia modern karena bentuknya telah tersusun secara sistematis

dan terperinci.

Menurut Rasdianah ada beberapa kelemahan dalam pemahaman

kurikulum pendidikan agama islam maupun pelaksanaanya, yaitu:

a) Terlalu padatnya program yang berakibat tidak terlaksananya

tujuan dari program yang direncanakan.

b) Kurangnya jam pelajaran yang digunakan untuk menyelesaikan

materi Pendidikan Agama Islam.

c) Kurikulum yang tidak terorganisir dengan baik, sehingga sering

terjadi pengulangan pokok bahasan (materi).

23
Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam (Pemberdayaan, Pengembangan,
Kurikulum Hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan), (Bandung: Nuansa Cendekia, 2003), hlm.
182
Sedangkan pendapat pakar pendidikan non tarbiyah yaitu Amin

Abdullah yang telah menyoroti kurikulum dan kegiatan pendidikan

islam yang selama ini terjung langsung di sekolah, antara lain:

a) Pendidikan islam lebih banyak terkonsentrasi pada persoalan-

persoalan teoritis keagamaan yang bersifat kognitif.

b) Pendidikan islam kurang concer terhadap persoalan bagaimana

mengubah pengetahuan agama yang kognitif menjadi ”makna”

dan nilai yang perlu diinternalisasikan dalam diri peserta didik

lewat berbagai cara dan media.

c) Pendidikan islam lebih menitik beratkan pada aspek

korenspondensi tekstual, yang lebih menitik beratkan pada hafalan

teks keagamaan yang sudah ada.

d) Sistem evaluasi, bentuk-bentuk soal ujian agama islam

menunjukkan prioritas utama pada aspek kognitif, dan jarang

pertanyaan tersebut mempunyai bobot muatan ”nilai” dan ”spritual

keagamaan yang fungsional dalam kehidupan sehari-hari.24

2) Manajemen

Manajemen merupakan terjemahan dari kata management

yang berarti pengelolaan, ketatalaksanaan. Management berakar

dari kata to manage yang baik tujuan jangka pendek, menengah,

maupun jangka panjang.25

Manajemen atau pengelolaan merupakan komponen

integral yang tidak dapat dipisahkan dari proses pendidikan secara

24
Muhaimin, Op, Cit.,hlm. 264
25
E. Mulyasa, Manajemen Berbasis Sekolah, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 25
keseluruhan. Alasanya tanpa manajemen tidak mungkin tujuan

pendidikan dapat direalisasikan secara optimal, efektif dan efisien.

Manajemen pendidikan islam mengandung arti sebagai

suatu proses kerja sama yang sistematik, dan komprehensif dalam

rangka mewujudkan tujuan pendidikan. Dari kerangka inilah

tumbuh kesadaran untuk melakukan upaya perbaikan dan

peningkatan kualitas manajemen pendidikan, baik yang dilakukan

pemerintah maupun lembaga pendidikan.

Manajemen pendidikan agama islam merupakan tanggung

jawab departemen agama, sehingga hal ini mempunyai dampak

pada pendanaan pendidikan. Artinya anggaran belanja negara

bidang pendidikan hanya dialokasikan kepada lembaga-lembaga

pendidikan umum yang berada di bawah departemen pendidikan

nasional, sedangkan pendidikan islam tidak diambil dari anggara

negara bidang pendidikan, tetapi dari anggaran bidang agama,

sehingga anggaran pembiayaan pemerintah untuk pendidikan

islam jauh lebih kecil dibanding untuk pendidikan umum. Inilah

realitas yang dihadapai, sehingga menjadikan pendidikan islam

secara umum kurang diminati dan kurang mendapat perhatian. Hal

ini didukung dengan materi kurikulum dan manajemen pendidikan

yang kurang memadai, kurang releven dengan kebutuhan

masyarakat dan dunia kerja. Lulusannya kurang memiliki

keterampilan untuk bersaing dalam dunia kerja. Melihat kenyataan

ini, maka reformasi manajemen pendidikan islam menjadi suatu


keharusan. Sebab dengan langkah-langkah berusaha pembenahan

dan peningkatan profesionalisme penyelenggaraan pendidikan

akan mampu menjawab berbagai tantangan dan dapat

memberdayakan pendidikan islam di masa depan. Dalam hal ini

pendidikan agama islam menerapkan manajemen berbasis sekolah

artinya pengelolaan pendidikan mengarah kepada pengelolaan

manajemen berbasi sekolah.

Penerapan manajemen berbasis sekolah juga perlu

disesuaikan dengan kebutuhan dan minat peserta didik, pendidik,

serta kebutuhan masyarakat setempat.

Bank dunia telah mengkaji beberapa faktor yang perlu

diperhatikan dalam penerapan manajemen berbais sekolah. Faktor

tersebut berkaitan dengan kewajiban sekolah yang menawarkan

keluasan pengelolaan masyarakat, kebijakan dan prioritas

pemerintah sebagai penanggung jawab pendidikan berhak

merumuskan kebijakan yang menjadi prioritas terutama yang

berkaitan dengan program peningkatan mutu dan pemerataan

pendidikan, perana orang tua dan masyarakat perlu dihimpun

dalam satu badan sekolah yang dapat berpartisipasi dalam

pembuatan keputusan sekolah, peranan profesioanlisme kepala

sekolah, pendidik, administrasi dalam mengoperasikan sekolah.26

3) Sarana dan Prasarana

26
Hujair, Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Madani Indonesia),
(Yogyakarta: Tiara Wacana, 2003), hlm. 220
Masih banyak persoalan-persoalan yang dihadapi bangsa

Indonesia kaitannya dengan keberhasilan pendidikan agama ini, sebab

pendidikan agama dalam pelaksanaannya terkait dengan berbagai

komponen yang melingkupnya, salah satunya adalah sarana dan

prasarana pendidikan agama islam.

Sarana pendidikan agama islam adalah peralatan dan

perlengkapan yang secara langsung dipergunakan dalam menunjang

proses pendidikan khususnya proses belajar mangajar seperti gedung,

ruang kelas, meja, kursi serta peralatan dan media pengajaran yang

lain. Adapun yang dimaksud dengan prasarana pendidikan adalah

fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalanya proses

pendidikan atau pengajaran seperti kebun, halaman, taman sekolah,

jalan menuju sekolah.27

Sarana pendidikan agama islam diharapkan dapat memberikan

konstribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses

pendidikan. Dengan demikian apabila pendidikan islam

memanfaatkan dan menggunakan sarana pendidikan, maka peserta

didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang materi yang

diperoleh, dan juga diharapkan akan memiliki moral yang baik.

Sarana dan prasrana pendidikan agama islam yang baik,

diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan indah

27
Muhammad Surya, Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran, (Jakarta: Mahaputra Adidaya,
2003) hlm. 118
sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi pendidikan

maupun peserta didik yang berada di sekolah.28

c. Faktor Eksternal

Pendidikan tidak hanya terpacu pada lingkup sekolah saja, akan tetapi

lingkungan selain sekolah seringkali mengambilperan penting dalam

pendidikan tersebut, begitu juga dengan pendidikan agama Islam.

Berhasil atau tidaknya pendiikan agama Islam, lingkungan sosial

berperan penting terhadap keberhasilan pendidikan agama Islam,

karena perkembangan anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan

melalui lingkungandapat ditemukan pengaruh yang baik dan pengaruh

buruk. Dalam problem lingkungan meliputi:

1) lingkang masyarakat yang kurang agamis, akan mengganggu

perjalanan proses belajar mengajar.29

2) Lingkungan keluarga yang mempunyai berbagai macam faktor

yaitu, anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bermasalah,

terlalu keras alam mendidik anak, orang tua tidak mendidika anak

dengan kedisiplin waktu pada anak, ana terlalu sibuk dengan

pekerjaan rumah,

3) Lingkungan sekolah

28
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm. 181
29
Sumardi s. Psikologi Pendidikan (Jakarta Raja Grafindo Persada, 2004), hlm.
184
Dalam lingkungan sekolah sering terjadi beberapa problem yaitu,

kerasnya guru dalam mempengaruhi paa anak, anak kurang minat

dengan materi pembelajaran, guru terlalu sering mengancam anak,

tidak ana hubungan timbal balik yang baik antara guru dan anak

didik, rendahnya tingkat persiapan guru.

B. UPAYA DALAM PEMECAHAN PROBLEMATIKA PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM DI SMA WIDYA DHARMA TUREN MALANG

Melihat prolem yang dihadapi manusia modern sekarang ini dengan

filsafat pendidikan islam yang bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits

diyakini dapat menjadi solusi alternatif dari kekacauan dunia yang

ditimbulkan filsafat barat.

Dalam menghadapi tantangan-tantangan global semacam itu, Pendidikan

Agama Islam harus mampu menjadi lembaga pendidikan ”alternatif” yang

dapat ”mencerahkan” manusia modern sekarang. Pendidikan Agama Islam

harus mampu menjadi ”obor” dan menjelaskan problem-problem

kemanusiaan modern, seperti dehumanisasi yang hanya menjadikan manusia

sebagai alat produksi dan perbudakan seperti robot. Bukan malah terseret

arus globalisasi dan ikut-ikutan menerapkan paradigma pendidikan yang

sudah terhegemoni barat. Khususnya paradigma warisan ideologi kapitalisme

dan liberalisme.

1. Proses Dalam Mengatasi Problematika Pendidikan Agama Islam

a. Pada Faktor Internal


Untuk menghadapi problem yang terjadi dalam dunia pendidikan

agama islam yang sering terjadi diperlukan beberapa proses baik dari

segi guru, murid, kurikulum, tujuan, sarana dan prasarana, maupun

metodologi yang kesemuanya diharapkan bisa memecahkan problem-

problem yang terjadi. Setiap masalah tidak terlepas dari proses untuk

mengatasinya. Adapun proses bisa ditinjau dari beberapa aspek yaitu:

1) Pendidik

Guru pendidikan agama islam yang tingkat pendidikannya

masih rendah perlu mendapatkan didikan yang lebih tinggi untuk

meningkatkan profesionalisme guru dalam pengajara pendidikan

agama islam. Reorientasi pengembangan guru bisa ditelaah

historis penelitian tentang efektivitas keberhasilan guru dalam

menjalankan tugas kependidikannya, Medly dalam bukunya

Muhaimin berpendapat bahwa:

”Ada beberapa asumsi keberhasilan guru, yang pada gilirannya

dijadikan titik tolak dalam pengembangannya, yaitu: pertama,

asumsi sukses guru tergantung pada kepribadiannya; kedua,

asumsi sukses guru tergantung pada penguasaan metode; ketiga,

asumsi sukses guru tergantung pada frekuensi dan intensitas

aktivitas interaktif guru dengan siswa; dan keempat, asumsi bahwa

apa pun dasar dan alasanya penampilan gurulah yang terpenting

sebagai tanda memiliki wawasan, bisa menguasai indikator,


menguasasi materi, dan penguasaan terhadap strategi belajar-

mengajar, dan lainya” 30

2) Murid (anak didik)

Siswa tidak terlepas dari yang namanya pendidikan, ada

siswa pasti ada guru, begitu pula sebaliknya ada guru pasti ada

siswa. Namun siswa adalah orang yang dididik agar mendapatkan

pendidikan yang layak sehingga menjadi manusia yang berbudaya.

Problem yang terkait dengan siswa tidak terlepas dari proses untuk

menyelesaikannya karena seperti yang diuraikan proses adalah

langkah awal untuk mencapai suatu tujuan yaitu menjadikan

peserta didik tersebut manusia yang berbudaya dan bermoral.

Dari beberapa analisis penulis tentang proses untuk

mengatasi problematika pendidikan agama islam, siswa adalah

salah satu pokok yang terjadi dan sangat berperan penting.

Beberapa hal yang perlu diproses untuk mengatasi problematika

pendidikan agama islam antara lain:

a) Siswa perlu dididik secara intensif

b) Siswa sebagai obyek utama perlu meningkatkan daya nalar

agar berpikir kritis sehingga melahirkan generasi yang cerdas,

kedalaman spritual, dan berakhlak mulia.

c) Murid dan guru melakukan studi banding pada lembaga

pendidikan yang kualitasnya lebih bagus dari pada lembaga

30
Muhaimin, Wacana Pengembangan Pendidikan Islam, ( Surabaya: Pustaka Pelajar, 2003), hlm.
213-214
yang ditempatinya untuk meningkatkan pengetahuan sehingga

dapat memperbaiki mutu yag ada di lembaga tersebut.

b. Faktor Institusional

1) Kurikulum

Kurikulum adalah salah satu komponen penting dalam

pendidikan, kurikulum sebagai tujuan utama yang ditingkatkan,

problem mengenai kurikulum akhir-akhir ini sudah menjadi

problem yang sangat aktual yang diperbincangkan dalam dunia

pendidikan. Apalagi kurikulum adalah inti yang harus dicapai

karena berhasil atau tidaknya pendidikan bisa dilihat bagaimana

kurikulum yang diterapkan.

Dalam hal kurikulumpun tidak terlepas dari proses untuk

memperbaiki pendidikan, adapun proses terbut adalah sebagai

berikut:

a) Proses pengembangan kurikulum itu sendiri yaitu, perlu

menggali secara terus menerus tentang model-model

kurikulum yang sering bergantian tiap periode.

b) Dalam menggunakan kurikulum guru harus memilih kurikulum

yang tepat yang sesuai dengan visi misi lembaga agar arah

penerapatnya tidak jauh berbeda.

c) Dalam pengembangn harus punya prinsip-prinsip yang dilihat

dari mata pelajaran apa yang diajarkan pada siswa.

2) Sarana dan prasarana


Dalam proses mengatasi problematika pendidikan agama

islam sarana dan prasarana pendidikan agama islam diharapkan

dapat memberikan konstribusi secara optimal dan berarti pada

jalannya proses pendidikan. Dengan demikian apabila pendidikan

agama islam memanfaatkan dan menggunakan sarana pendidikan,

maka peserta didik akan memiliki pemahaman yang bagus tentang

materi yang diperoleh dan juga memiliki moral yang baik.

Dalam proses mengatasi problem pendidikan juga

memerlukan sarana dan prasaran perlu alat bantu untuk

menghadapi permasalah yang terjadi dalam dunia pendidikan

agama islam, dan alat bantu tersebut adalah sarana dan prasarana

yang tersedia dalam pendidikan seperti komputer, lab bahasa, lab

IPA, ruang organisasi siswa buku-buku dan sebagainya. Dari

kesemuanya ini untuk mempraktekan ilmu-ilmu sebagai suatu teori

yang didapat dari kelas atau dari guru agar tercapai proses belajar

mengajar yang lebih efektif dan efsien.

Sarana dan prasaran pendidikan agama islam yang baik

adalah memanfaatkan mushalah untuk mempraktekkan cara

beribada dan juga dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi dan

indah sehingga menciptakan sekolah yang menyenangkan bagi

pendidik maupun peserta didik yang berada di lembaga tersebut.

c. faktor eksternal

1) Lingkungan masyarakat
Salah satu solusi pada problem lingkungan adalah sebagia

berikut, masyarakat harus bisa memberikan contoh yang baik

pada anak atau siswa agar anak didik menjadikan tauladan dan

akan berampak positif terhadap perkembangan prosesbelajar anak

didik baik di sekolah maupun di lingkungan masyrakat itu

2) Keluarga (orang tua)

Sebagaimana yang dijelaskan pada problem di atas bahwa orang

tua yang terlalu menekan anak agar selalu berprestasi di sekolah

justruakan membuat anak menjadi antipatiterhadappelajaran,

maka dari itu orang tua harus bisa menghargai hasil dari apa yang

dicapai anak, selayaknya orang tua mengahrgainya, berikan

penghragaan yang sepantasnya atas prestasi yang telah diperoleh

anak.31

2. Kendala Yang Timbul Dalam Mengatasi Problematika Pendidikan

Agama Islam

Dalam mengatasi problem pendidikan tidak terlepas dari kendala-

kendala yang sering timbul, adapun kendala-kendala tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Kendala Pada Guru

Guru dipercaya oleh orang tua murid untuk memberikan

pendidikan dan pengajaran kepada anak-anaknya. Sebagai pendidik

dan pengajar yang memiliki peran strategis dalam upaya

31
W. nugroho, belajar mengatasi hambatan belajar, ( jakarta: prestasi pustaka,
2007 ), hlm. 39
menanamkan dan meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan

peserta didik, guru merupakan faktor utama yang mempengaruhi

keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu guru pada semua jenis

dan jenjang pendidikan dalam jumlah dan kualitas yang optimal.32

Pendayagunaan guru meliputi perencanaan kebutuhan,

pengadaan, penempatan, dan mutasi guru. Di samping itu

pendayagunaan guru meliputi juga peningkatan karir dan

kesejahteraan guru dalam pendayagunaan guru yang merupakan

kendala utama yang dihadapi adalah adanya kesenjangan antara

formasi yang tersedia dengan kebutuhan nyata. Upaya

pendayagunaan guru melalui pembinaan pendidikan dan pelatihan

hingga saat ini belum mencapai hasil yang maksimal.

Permasalahan yang perlu mendapat perbaikan bahwa penataran

yang dilakukan oleh berbagai unit masih belum dapat memberikan

kesempatan yang merata kepada semua guru khususnya retrening

guru sebagai akibat perubahan kurikulum.

Sistem rekrumen guru yang ada selama ini masih belum

menjamin terjaringnya calon guru yang berkualitas yang menguasai

bidang studi dan mempunyai motivasi yang tinggi untuk menjadi

guru. Salah satu penyebab karena adanya ujian masuk atau seleksi

hanya berupa pengetahuan umum yang sifatnya sementara. Upaya

seleksi dengan ujian bidang studi dan ujian kemampuan mengajar

32
M.Ali Hasan & Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Pedoman Ilmu
Jaya, 2003), hlm. 34-35
di depan kelas diharapkan mampu dapat memperkecil dampak

yang ditimbulkan.

Kendala lainnya adalah upaya pemindahan guru dalam

rangka pemerataan. Secara teoritis pemerataan bukanlah hal yang

sulit. Di tingkat SD mutasi guru ditentukan oleh Pemda\ Dinas

sehingga Depdiknas mengalami kesulitan mengatur pemerataan

guru SD berdasarkan kepentingan atau tuntutan proses belajar

mengajar. Di tingkat SLTP/SMA wewenang sepenuhnya berada

ditingkat Depdiknas, keadaannya tidak lebih baik. Kanwil

Depdiknas belum mampu memindahkan seseorang yang

kekurangan guru, dengan alasan yang macam-macam. Dalam hal

ini guru sebagai PNS harus menyadari bahwa selain mempunyai

hak, juga mempunyai kewajiban untuk taat kepada atasan dan

tersedia ditempatkan di mana saja. Tentu hal ini harus diimbangi

dengan anggaran yang memadai untuk mutasi.

2) Kendala Pada Anak Didik

Anak didik dalam UUSPN adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada

jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Pendidikan merupakan

sarana penting untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM)

dalam menjamin kelangsungan pembangunan suatu bangsa dan

agama. Pada masa akan datang peningkatan daya saing suatu

bangsa perlu mendapat perhatian serius khususnya dalam

memanfaatkan ilmu pengetahuan dan tekhnologi, guna


menghasilkan anak didik yang berkualitas khususnya pada mata

pelajaran agama islam dengan harga yang kompetitif.

Program wajib belajar 9 tahun yang lebih direncanakan

pemerintah, dikhawatirkan akan mengalami hambatan akibat krisis.

Perkembangan pendidikan agama islam dihadapkan pada kendala-

kendala berkurangnya dukungan masyarakat terutama kelas

menengah ke bawah untuk turut serta mensukseskannya. Selain itu

kendala yang terjadi pada pendidikan agama islam tidak diminati

karena anak didik tidak terbiasa diperhatikan oleh orang tuanya

sehingga anak didik menganggap bahwa pendidikan agama islam

tidak terlalu penting bagi siswa.

b. Faktor Institusional

1) Kendala Pada Kurikulum

Ahli kurikulum seperti Print.33 Pentingnya kebudayaan

sebagai landasan bagi kurikulum. Kebudayaan adalah

keseluruhan totalitas cara manusia hidup dan mengembangkan

pola kehidupan sehingga ia tidak saja menjadi landasan

kurikulum dikembangkan, tetapi untuk menjadi target hasil

pengembangan kurikulum.

Kedudukan kebudayaan dalam suatu proses kurikulum

teramat penting tetapi dalam proses pengembangan seringkali

para pengembang kurikulum kurang memperhatikannya.

33
M.Ali Hasan & Mukti Ali, Op, Cit., hlm. 34-35
Dalam realitas proses pengembangan kurikulum sering

diwarnai oleh pengaruh pandangan para pengembangan

kurikulum terhadap pengembang ilmu pengetahuan dan

tekhnologi sehingga kurikulum yang diterapkan disekolah

masih belum di kuasai oleh guru, maupun pihak-pihak sekolah

lainnya. Pertimbangan mengenai kebutuhan anak didik dan

masyarakat sering dijawab dengan jawaban mengenai

perkembangan dalam ilmu pengetahuan. Oleh karena itu,

kedudukan yang penting dari kebudayaan terbaik pula seperti

halnya landasan lainnya yang harus diperhatikan dalam

pengembangan kurikulum. Inilah yang menjadi kendala utama

dalam kurikulum sehingga dalam pendidikan agama islam

tidak bisa dikembangkan seoptimal mungkin.

3. Solusi Yang Dilakukakan Dalam Mengatasi Problematika


Pendidikan Agama Islam
a. Faktor Internal

1) Upaya pada Peserta Didik

Dalam dunia pendidikan agama islam peserta didik

merupakan salah satu faktor yang terpenting oleh karena itu,

segala sesuatu yang ada kaitannya dengan individu anak didik,

pendidik harus tanggap dan berusaha mencari solusinya. Hal ini

disebabkan karena anak didik selalu mengalami perkembangan,

dimana perkembangan ini sedikit banyak dipengaruhi oleh tingkat

kecerdasan dari masing-masing peserta didik.


Adapun upaya yang ditempuh oleh pendidikn agama islam

dalam mengatasi masalah tersebut adalah dengan cara memberikan

motivasi belajar pada anak didik sebagai berikut:

1) Memberi tugas rumah.

2) Membentuk kelompok belajar.

3) Menambah jam pelajaran.

4) Mengadakan persaingan atau kompetisi

5) Memberi nasehat tentang pentingnya belajar terutama di era

globalisasi ini

Jika dilihat dari problem psikologis pada anak didik tidak terlepas

juga dari permasalah, untuk memecahkan problem ini, maka langkah yang

harus dilakukan meliputi:

1) Pada karakter kelainan psikologi:

Mengadakan pemeriksaan medis pada anak sebelum memasuki

sekolah. Karena kebanyakan mereka memasuki taman kanak-kanak

pada usia dini, sehingga dapat mencegahnya dari penyakit berbahaya

yang dapat melumpuhkan kekuatannya, mempengaruhi

perkembanganya saat memenuhi kebutuhan hidupnya yang

mempengaruhi berbagai aspek psikologis, juga dalam keberhasilan.

2) Pada karakter kelainan daya pikir (kognitif)

Pada problem tersebut maka pendidik sebaiknya mengadakan test

untuk mengetahui kemampuan peserta didik. Apabila peserta didik

memiliki cenderung kemampuan intelegence rendah perlu diusahakan


dengan cara jalan lain yaitu dengan menempatkan peserta didik dalam

kelas yang memiliki kemampuan rata-rata yang sama.

3) Karakter kelainan kemauan motivasi

Sesuai dengan problem yang ada pada siswa yakni rendahnya

kemauan atau motivasi maka ada beberapa langkah antara lain:

a) Menarik minat

Melalui minat ditemukan kemauan dan motivasi karena, kondisi

belajar mengajar yang efektif adalah adanya minat dan perhatian

siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif

menetap pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya

terhadap belajar sebab dengan minat seseorang akan melakukan

sesuatu yang diminatinya, sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak

mungki melakukan sesuatu.34

b) Membangkitkan motivasi siswa

Motif adalah daya dalam diri seseorang yang mendorongnya

untuk melakukan sesuatu atau keadaan seseorang atau organisme

yang menyebabkan kesiapan untuk memulai serangkaian tingkah

laku atau perbuatan.

Sedangkan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan

motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk memenuhi

kebutuhan dan pencapaian tujuan atau keadaan dan kesiapan

dalam individu yang tertentu.

34
Moh. Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), hlm. 9
Tugas guru adalah membangkitkan motivasi anak sehingga ia

mau melakukan belajar. Motivasi dapat timbul dari dalam diri

individu dan dapat pula timbul akibat pengaruh dari luar.

Cara menimbulkan motiv tertentu pada diri anak didik, cara

menimbulkan dapat bermacam-macam, namun cara-cara yang

paling efektif adalah sebagai berikut: menjelaskan tujuan yang

akan dicapai dengan sejelas-jelasnya, menjelaskan pentingnya

mencapai tujuan, menjelaskan insentif-insentif yang akan

diperoleh akibat tindakan itu, perjalanan soal insetif ini harus

benar-benar real berdasarkan bukti-bukti yang nyata.

a. Upaya pada Pendidik (Guru)

Bukan rahasia lagi kalau pendidik (guru) memiliki posisi yang

strategis dalam pengembangan segenap potensi yang dimiliki anak

didik. Selagi ada kegiatan pembelajaran, maka disanalah pendidikan

sangat dibutuhkan karena pada diri pendidiklah kejayaan dan

keselamatan masa depan bangsa dan terjamin. Hal ini dikarena

pendidik mempunyai kewajiban dalam membenuk pribadi yang

sejahtera lahir dan batin, baik itu yang ditempuh melalui pembelajaran

pendidikan agama islam maupun umum. Berkaitan dengan ini, maka

pendidik harus mampu menjadi pendidik yang profesional,

berorientasi pada anak didik secara penuh dalam kreatifitas maupun

aktifitas keseharian dalam pembelajaran pendidikan agama islam.


Untuk meningkatkan profesionalisme guru pendidikan agama islam,

perlu ditingkatkan melelui cara sebagai berikut:

1) Mengikuti penataran-penataran

Yang dimaksud dengan penataran ialah semua usaha pendidikan

dan pengalaman untuk meingkatkan keahlian pendidik dan

pegawai guna menyelamatkan pengetahuan dan keterampilan

mereka dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan ini

adalah sebagai berikut:

a) Mempertinggi mutu para petugas dalam bidang posisinya

masing-masing.35

b) Meningkatkan efisiensi kerja menuju kearah tercapainya hasil

yang optimal

c) Mengembangkan kegairahan kerja dalam meningkatkan

kesejahteraan pendidik (guru).36

2) Mengikuti kursus-kursus pembelajaran

Dalam menambah wawasan pendidikan agama islam disarankan

juga mengikuti kursus-kursu guna untuk meningkatkan

pengetahuan dan menamabah engalaman baru. Dengan begitu

pendidik akan lebih mengetahui kebutuhan peserta didik yang

sesungguhnya.

Terkait dengan perkembangan dunia globalisasi guru harus

mampu memberikan araha yang yang bisa meningkatkan motivasi

35
Muhammad Djumhur Surya., Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah, (Bandung: C.V. Ilmu,
1991), hlm. 115
36
ibid., hlm. 115
siswa untuk belajar dan mengembangkan potensinya yaitu

memberi kasih sayang.

3) Melakukan studi banding

Studi banding suatu strategi yang tepat, apalagi

mengadakan studi banding guna bertukar fikiran dan pengalaman

serta saling melengkapi dan mengatasi problem yang dihadapi.

Dengan begitu kita mampu mengetahui kekurangan sebagai

kendala kita dan kelebihan kita sekaligus dapat meningkatkan

mutu pendidikan yang baik dari pendidik (guru) agama islam

sendiri maupun faktor lainnya.

4) Tugas pendidik yang paling utama adalah mengajar, dalam

pengertian menata lingkungan agar terjadi kegiatan belajar pada

anak didik. Berbagai kasus menunjukkan bahwa di antara para

pendidik banyak yang merasa dirinya sudah dapat mengajar

dengan baik, meskipun tidak dapat menunjukkan alasan yang

mendasari asumsi itu, asumsi keliru tersebut seringkali

menyesatkan dan menurunkan kreatifitas, sehingga banyak

pendidik yang suka mengambil jalan pintas dalam pembelajaran,

baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi.

Sedangkan pendapat Abu Ahmadi dalam meningkatkan

etos kerja guru sebagai seorang pendidik terutama dalam mutu

pendidikan agama, maka yang perlu diperhatikan antara lain:

a) Penghasilan pendidik dalam mencukupi kebutuhan hidupnya.


b) Seorang pendidik memahami tabiat, kemampuan dan kesiapan

peserta didik.

c) Seorang pendidik harus mampu menggunakan variasi metode

mengajar dengan baik, sesuai dengan karakter materi pelajaran

dan situasi belajar.37

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap guru itu ada kesanggupan

dan kemampuan meningkatkan keahlian dengan usaha mereka

sendiri agar sesuai dengan kebutuhan maupun tuntutan belajar

mengajar di sekolah/ madrasah. Adapun peningkatan kualitas

yang dilakukan secara individu sebagaimana pendapatnya Suryo

Subroto yang meliputi:

a) Peningkatan profesi melalui penataran

b) Peningkatan profesi melalui belajar mengajar.

c) Peningkatan profesi melalui media massa.38

Pendidikan harus menyadari bahwa mengajar memiliki sifat

yang sangat kompleks karena melibatkan aspek pedagogis,

psiokologis, dan didaktis secara bersama. Aspek pedagogis

menunjuk pada kenyataan bahwa mengajar disekolah berlangsung

dalam suatu lingkungan pendidikan, karena itu pendidikan harus

mendampingi anak didik menuju kesuksesan belajar atau

kedewasaan. Aspek psikologis menunjuk pada kenyataan bahwa

anak didik yang belajar pada umumnya memiliki taraf

37
Abu Ahmadi, Strategi Belajar (Bandung: Pustaka Setia, 1992), hlm. 87
38
Suryo Subroto, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah (Jakarta: Bina Aksara,
1984), hlm. 141
perkembangan yang berbeda satu dengan lainnya, sehingga

menuntut materi yang berbeda pula. Demikian halnya kondisi

anak didik, kompetensi, dan tujuan yang harus mereka capai juga

berbeda. Selain itu, aspek psikologis menunjuk pada kenyataan

bahwa proses belajar iu sendiri mengandung variasi, seperti

belajar menghafal, belajar keterampilan motorik, belajar konsep,

belajar sikap, dan seterusnya. Perbedaan tersebut menuntut model

belajar yang berbeda sesuai dengan jenis belajar yang sedang

berlangsung. Aspek didaktis, berbagai cara mengelompokkan anak

didik, dan beraneka ragam media pembelajaran yang digunakan

dengan tujuan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

sehingga tercapai tujuan yang maksimal. Oleh karena itu, pendidik

harus menentukan secara tepat jenis belajar yang paling berperan

dalam proses pembelajaran tertentu, dengan mengingat

kompetensi dasar yang harus dicapai.

Kondisi eksternal yang harus diciptakan oleh pendidik

menunjuk variasi juga dan tidak sama antara jenis belajar yang

satu dengan jenis belajar yang lain, meskipun adapula kondisi

yang paling didomiasi dalam segala jenis belajar. Dengan

demikian, pendidikan harus memiliki pengetahuan yang cukup

luas mengenai jenis-jenis belajar yang ada dan kondisi-kondisi

internal peserta didik, serta kondisi eksternal yang

mempengaruhinya.
Tugas pendidik sebagai seorang pengajar dalam memberikan

pendidikan agama islam tidak hanya terbatas pada penyampaian

informasi atau materi saja kepada peserta didik. Sesuai kemajuan

dan tuntutan zaman, pendidik harus memiliki kemampuan untuk

memahami anak didik dengan berbagai keunikannya agar mampu

membantu mereka dalam menghadapi kualitas belajar. Dalam

pada itu, pendidik dituntut memahami berbagai model

pembelajaran yang efektif agar dapat membimbing anak didik.

Dalam kaitannya dengan perencanaan, pendidik dituntut

untuk membuat persiapan mengajar yang efektif dan efisien.

Namun dalam kenyataannya dengan berbagai alasan, banyak

pendidik yang mengambil jalan pintas dengan tidak membuat

persiapan ketika mau mengajar, sehingga pendidik mengajar tanpa

persiapan. Disamping merugikan pendidik sebagai tenaga

profesional juga akan mempengaruhi perkembangan anak didik.

Banyak perilaku pendidik yang negatif dan menghambat

perkembangan anak didik yang diakibatkan oleh perilaku

pendidikan yang suka mengambil jalan pintas dalam mengajar.

Agar tidak tergiur untuk mengambil jalan pintas dalam

mengajar, pendidik hendaknya memandang pembelajaran sebagai

suatu sistem, yang jika salah satu komponennya terganggu, maka

mengganggu seluruh sistem tersebut.


Jika keadaan kurang siap dalam memberikan pelajaran

terhadap anak didik, maka langkah yang harus dikembangkan

potensi dirinya dan jalan keluarnya adalah sebagai berikut:

a) Pemerintah menaikkan gaji para pendidik yang pegawai negeri

sipil (PNS), dengan demikian diharapkan supaya para pendidik

itu bisa fokus terhadap pendidikan atau profesinya sebagai

seorang pendidik, dengan kenaikan gaji itu diharapkan juga

supaya pendidik bisa mengembangkan potensi dirinya

misalnya dengan membeli buku dan mengikuti kursus

kependidikan.

b) Harus ada perhatian dari lembaga pendidikan terhadap

pendidik dalam artinya lembaga mengusahakan untuk

memberikan kesejahteraan para pendidikan, misalnya yang

sepantasnya hal ini bisa diimplementasikan lewat minta

bantuan Swadaya masyarakat (wali murid).

c) Pihak lembaga menyediakan buku-buku yang berkaitan

dengan pendidikan agama islam agar supaya pendidik bisa

mengembangkan potensi dirinya lewat membaca buku

tersebut.

b. Faktor Institusional

1) Upaya pada Kurikulum

Kurikulum adalah salah satu komponen operasional

pendidikan agama islam sabagai sistem materi atau disebut juga

sebagai kurikulum. Jika demikian, maka materi yang disampaikan


oleh pendidikan (khususnya pendidik agama islam) hendaknya

mampu menjabarkan seluruh materi yang terdapat di dalam buku

dan tentunya juga harus ditunjang oleh buku pegangan pendidik

lainnya agar pengetahuan anak didik tidak sempit. Disamping itu

materi yang diberikan harus sesuai dengan tingkat perkembangan

anak didik dan tujuan pembelajaran. Sesuai dengan pernyataan

Nur Uhbiyati mengenai definisi kurikulum:

”Kurikulum adalah sejumlah pengalaman pembelajaran,


kebudayaan sosial, olah raga dan kesenian yang tersedia di
sekolah bagi anak didik dan tujuan didik di dalam dan di luar
sekolah dengan maksud menolongnya untuk perkembangan
menyeluruh dalam segala segi dan merubah tingkah laku
mereka sesuai dengan tujuan pembelajaran”.39
Namun merealisasikan kurikulum yang ada disuatu lembaga

pendidikan bukanlah suatu hal yang mudah, sedangkan alokasi

waktu untuk pembelajaran pendidikan agama islam sangat sedikit.

Dengan demikian dapat menjadi problem dalam pembelajaran

pandidikan agama islam.

Upaya mengatasi kurikulum terhadap problem kurikulum

maka pembuatan kurikulum haruslah memperhatikan kesesuaian

kurikulum dengan perkembangan zaman pada masa kini serta

masa-masa yang akan datang, sehingga peserta didik memiliki

bekal dalam menghadapi kompetensi dalam kehidupan nyata yang

cenderung hedonis dan materialis. Pembuatan kurikulum juga

harus menyeimbangkan antara teoritis dan praktis dalam

keagamaan. Peserta didik harus dilatih bagaimana ia

39
Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (Bandung: C.V. Pustaka Setia, , 1997), hlm. 75.
mempraktekan teori yang ada dalam kehidupan sehari-hari

sehingga peserta didik mengerti bagaimana ia nantinya harus

mempraktekkannya dalam kehidupan bermasyarakat.

Maka dari itu pendidik harus pandai mencari upaya-upaya

jalan keluarnya, jalan keluar tersebut sebagai berikut:

c. Faktor eksternal

1) Menambah jam pelajaran.

Alokasi waktu pembelajaran pendidikan agama islam yang

terdapat dalam GBPP yang hanya 2 jam merupakan kendala,

sebab materi yang disampaikan sangat banyak berdasarkan

rumusan kurikulum yang ada. Oleh karena itu perlu penambahan

jam pelajaran.

Penambahan jam pelajaran ini untuk mengimbangi

padatnya isi kurikulum. Adapun maksud dari penambahan jam

pelajaran ini agar materi pembelajaran agama islam yang

disampaikan dapat terpenuhi seluruhnya, pendidik memiliki

waktu yang cukup sehingga dapat menerangkan materi yang ada

secara jelas sesuai yang direncanakan.

2) Menganjurkan belajar kelompok

Membentuk kelompok agama islam yang berpengetahuan

tinggi dengan kelompok belajar agama islam yang

berpengetahuannya rendah tentang agama. Hal ini dilakukan

untuk memberikan motivasi terhadap anak didik dengan cara

belajar kelompok dan bisa lebih semangat dalam belajar


pendidikan agama islam. Selain itu juga untuk melatih anak

didik menjalin rasa persahabatan dengan temannya yang lain

sehingga mereka belajar bagaimana menjalin hubungan yang erat

dalam persahabatan dan kekeluargaan. Secara tidak langsung

pendidik telah menerapkan pendidikan yang sesuai dengan

tuntutan islam.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

kualitatif karena penelitian ini merupakan suatu bentuk penelitian yang

bersifat deskriptif kualitatif. Dikatakan deskriptif kualitatif karena penelitian

ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil pengolahan data yang berupa kata-

kata, gambaran umum yang terjadi di lapangan.

Arikunto Suharsini menjelaskan bahwa; jika penelitian yang dalam

pengumpulan data dan penafsiran hasilnya tidak menggunakan angka, maka

penelitian tersebut dinamakan penelitian kualitatif. Meskipun demikian, bukan

berarti bahwa dalam penelitian kualitatif tidak diperbolehkan menggunakan

angka. Dalam hal tertentu bisa menggunakan angka, seperti menggambarkan

kondisi suatu keluarga (menyebutkan jumlah anggota keluarga, menyebutkan

banyaknya biaya belanja sehari-hari, dan sebagainya), tentu saja bisa. Yang

tidak diperbolehkan angka dalam hal ini adalah jika dalam pengumpulan data

dan penafsiran datanya menggunakan rumus-rumus statistik. Sedangkan

penelitian yamg dalam pengumpulan data dan penafsiran datanya

menggunakan angka, maka penelitian tersebut dinamakan penelitian

kualitatif.40

Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa jika

pengumpulan dan penafsiran datanya tidak menggunakan angka, maka disebut

40
Suharsini Arikunto, Prosesdur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta,
2002), hlm. 10
penelitian kualitatif. Sedangkan dalam pengumpulan dan penafsiran

menggunakan angka disebut penelitian kualitatif. Oleh karena itu, jenis data

yang digunakan adalah kualitatif, karena data yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah berupa gambaran, gejala, dan fenomena yang terjadi.

Sehingga dengan demikian, karena jenis datanya hanya berupa

gambaran, gejala dan fenomena yang terjadi, maka jenis penelitian ini adalah

penelitian kualitatif. Dan dilihat dari jenis penelitiannya, penelitian ini disebut

penelitian lapangan (studi kasus), “yaitu suatu penelitian yang dilakukan

secara intensif, teinci, dan berdasarkan tentang suatu organisme, lembaga atau

gejala tertentu. Jadi tujuan penelitian kasus atau lapangan adalah mempelajari

secara intensif tentang latar belakang berdasarkan keadaan sekarang, interaksi

lingkungan suatu unit sosial, individu, kelompok, lembaga, atau masyarakat.41

Dengan demikian jenis studi kasus karena penelitian akan menggali data

tentang “Problematika Pendidikan Agama Islam dan Upaya-upaya

Pemecahannya” sesuai dengan judul yang akan diteliti nantinya.

B. Instrument Penelitian

Data penelitian kualitatif, yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Atau dengan bantuan orang lain yang merupakan

pengumpulan data utama. Dalam hal ini, sebagaimana dinyatakan oleh

Moleong (2006), kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit.

41
S. Margono, Metode Penelitian Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, Cet II, 2000), hlm. 9
Ia sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,

penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya.42

Pengertian instrument atau alat penelitian di sini tepat karena ia

menjadi segalanya dari seluruh proses penelitian. Berdasarkan pada

pandangan di atas, maka pada dasarnya kehadiran peneliti di sini, disamping

sebagai instrument juga hadir untuk menemukan data yang berkaitan dengan

“Problematika Pendidikan Agama Islam Dan Upaya Pemecahannya”. Sebagai

penunjang dalam rangka mengumpulkan data, peneliti juga menggunakan alat

instrument lain sebagai pendukung dengan metode pengumpulan data.

C. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini di SMU Widya Dharma Turen-Malang yang

beralamat di jl. Mayor Dammar No. 167 Turen. Pemilihan lokasi penelitian

ini, penulis berdasarkan atas beberapa hal, yaitu: untuk mengetahui

“Problematika Pendidikan Agama Islam Dan Upaya-Upaya Pemecahannya di

SMA Widya Dharma Turen-Malang”.

Adapun peneliti memilih lokasi ini karena tempatnya sangat strategis,

bisa dijangkau oleh alat transportasi sehingga memudahkan peneliti dalam

proses penelitian.

D. Sumber Data

Sumber data merupakan asal informasi yang diperoleh dalam kegiatan

penelitian. Sumber data dalam penelitian ini adalah: pertama, data primer

42
Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005),
hlm.168
adalah data yang dikumpulkan langsung dari sumbernya dan diolah sendiri

oleh suatu organisasi atau perorangan.43

Adapun yang dimaksud dengan sumber data adalah subyek dari mana

data dapat diperoleh, jadi sumber data ini menunjukkan asal informasi. Data

ini diperoleh dari sumber data yang tepat. Jika sumber data tidak tepat maka

akan mengakibatkan data yang terkumpul tidak relevan dengan masalah yang

diteliti.

Menurut Lofland dan Lofland (1987:47), sumber data utama dalam

penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain.44 Sumber data yang dapat digunakan

dalam penelitian ini adalah:

a. Data Primer: adalah data yang didapat secara langsung dari subyek terteliti

pada saat penelitian dilakukan. Untuk mendapat data primer maka peneliti

melakukan dengan cara observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini

data primer berupa data lisan dan tulisan serta catatan lapangan sebagai

hasil observasi. Data lisan yang diperoleh dari beberapa informen sebagai

berikut:

1) Kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam

Kepala sekolah dan guru Pendidikan Agama Islam yang dijadikan

responden karena dianggap menguasai permasalahan yang diperlukan.

2) Peserta didik

Adapun peserta didik dijadikan responden karena mereka ada

keterkaitannya dengan permasalahan yang sedang dikaji.

43
J. Supranto, Metode Ramalan Kualitatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 1993), hlm.8
44
Lexi. J. Moleong, op. cit., hlm. 112
Adapun teknik yang digunakan dalam menentukan sampel

(responden) yaitu dengan menggunakan Purposive Sample (sampel

bertujuan), yaitu secara sengaja atas pertimbangan mantap terhadap

sampel dengan alasan dapat mewakili populasi dalam memperoleh

data-data serta permasalahan yang diperlukan.

b. Data Sekunder: adalah data yang dimaksudkan untuk melengkapi data

primer yang tidak diperoleh secara langsung dari kegiatan lapangan.

E. Prosedur Pengumpulan Data

Dalam upaya pengumpulan data yang diperlukan, maka penulis

menggunakan beberapa metode yang dapat mempermudah penelitian ini,

antara lain:

a. Metode Observasi

Menurut Suharsini Arikunto mengatakan bahwa observasi adalah

pengamatan yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu

obyek dengan menggunakan seluruh alat indera.45 dalam metode ini

peneliti mengadakan pengamatan dan pencatatan secara langsung. Metode

ini digunakan peneliti untuk mengamati tentang keadaan obyek penelitian

dan saranan prasana serta semua fasilitas yang menunjang proses belajar

mengajar Pendidikan Agama Islam.

Metode observasi dapat dibagi menjadi dua macam yaitu:

45
Suharsini Arikunto, Op, Cit., hlm.133
1) Observasi Partisipatif

Di sini peneliti terjun langsung ke lapangan dengan mengadakan

pengamatan terhadap subyek yang diteliti dengan mengambil bagian

sesuatu dalam suatu kegiatan.

2) Observasi Non Partisipatif

Di sini peneliti menggunakan pendekatan-pendekatan melalui

pengamatan secara langsung terhadap obyek penelitian, akan tetapi

peneliti tidak mengambil tempat dalam suatu kegiatan.

b. Metode interview

Metode interview adalah suatu proses tanya jawab lisan yang mana

dua orang atau lebih berhadap-hadapan secara fisik, yaitu satu dapat

melihat yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri, tampaknya

merupakan alat pengumpulan informasi langsung tentang beberapa jenis

data sosial.46 Sedangkan kebutuhan peneliti ini dalam menggunakan

metode interview, peneliti menggunakan beberapa pendekatan antara lain:

1) Interview terpimpin adalah interview yang terikat pada pedoman

penelitian yang telah disediakan sebelum kegiatan dilaksanakan.

Interview ini dilakukan pewawancara dengan membawa sederetan

pertanyaan lengkap dan terperinci, keluwesan untuk mengadakan

pertanyaan pendalaman terbatas. Wawancara ini dilakukan untuk

mengurangi sedapat-dapatnya variasi atau hal yang kemungkinan bisa

terjadi pada informan yang jumlahnya lebih dari satu. Peneliti

46
Sutrisno Hadi, Metodologi Reseaarch II (Yogyakarta: Yayasan Penelitian Fakultas Psikologi
UGM, 1989), hlm.192
menggunakan data informasi guru agama, siswa, dan problem-

problem yang ada pada lembaga tersebut.

2) Interview tak terpimpin adalah interview yang tidak terikat pada

pedoman interview untuk mengarahkan pada tanya jawab atau pokok

persoalan yang terjadi pada penelitian.

3) Interview bebas terpimpin adalah kombinasi antara interview

terpimpin dan interview tak terpimpin. Jenis wawancara ini kerangka

dan garis besar. Pokok-pokok yang ditanyakan yang ada dalam proses

wawancara. Namun tidak perlu ditanya secara berurutan, sehingga ada

peluang mengadakan pendalaman atas pertanyaan yang diajukan.

Peneliti menggunakan interview ini sama halnya dengan interview

terpimpin yaitu untuk mendapatkan data dari informan guru agama,

siswa, dan pihak-pihak sekolah lain. Akan tetapi dalam wawancara ini

peneliti tidak membawa sederetan pertanyaan yang lengkap dan

terperinci, penulis hanya membawa kerangka pertanyaan beberapa hal

tentang Problematikan Pendidikan Agama Islam dan Upaya

Pemecahannya di SMU Widya Dharma Turen Malang.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode interview bebas

terpimpin, dimana dalam pelaksanaannya penulis berbicara tanpa

meninggalkan pedoman yang telah dipersiapkan sebelumnya. Jadi di sini

peneliti benar-benar memperhatikan data-data yang telah dicatat,

diwawancara maupun yang telah diteliti agar tidak tertinggal sehingga

data-data tersebut bisa dimanfaankan dengan sebaik-baiknya.


c. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variable-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, prasarti, agenda dan sebagainya.47

Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang: preoblematika

pendidikan agama islam, proses untuk mengatasi problematika

pendidikan agama islam, kendala yang timbul dalam mengatasi

problematika pendidikan agama islam, solusi yang dilakukan dalam

mengatasi problematika pendidikan agama islam, sejarah berdirinya

sekolah, struktur organisasi, perkembangan siswa, keadaan guru, tingkat

pendidikannya, serta keadaan sarana dan prasanan yang dimiliki sekolah,

dan lainnya yang mendukung kelengkapan data yang dibutuhkan dalam

penulisan skripsi.

F. Metode Pembahasan

Penulisan skripsi ini dibahas secara teoritis dan empiri. Pembahasan

teoritis bersumber pada perpustakaan, yaitu dengan merujuk pada beberapa

pendapat para ahli yang ada hubungannya dengan penulisan skripsi ini,

sedangkan data empiris penulis peroleh dari obyek penelitian. Adapun metode

pembahsan dalam bagian ini antara lain:

1. Metode Induktif

Metode induktif adalah berangkat dari faktor-faktor yang khusus,

peristiwa-peristiwa yang kongkrit, kemudian faktor-faktor atau peristiwa-

47
Suharsini Arikunto, Op. Cit., 2002 135
peristiwa yang khusus itu ditarik generalisasi yang mempunyai sifat

umum.48

Pendapat tersebut dapatlah dipahami bahwa metode induktif adalah proses

menggeneralisasikan atau menarik kesimpulan umum berdasarkan fakta-

fakta atau peristiwa yang khusus. Sedangkan dalam kaitannya dengan

pembahsan skripsi ini penulis terangkan secara terperinci

2. Metode Deduktif

Metode deduktif merupakan kebalikan dari metode induktif yaitu suatu

cara berfikir yang berdasarkan atas rumusan-rumusan teori yang bersifat

umum kemudian ditarik kepada yang bersifat khusus. Sebagaimana yang

dikemukakan oleh sutrisno hadi bahwa deduksi ini berangkat dari

pengetahuan yang bersifat umum. Dan bertitik tolak pada pengetahuan

yang umum itu kemudian hendaklah menilai kejadian yang khusus.49

3. Metode Reflektif

Metode reflektif adalah berfikir reflektif yaitu dengan cara

mengkombinasikan antara berpikir induktif dengan berpikir deduktif.

G. Teknik Analisis Data

Sebelum semua data yang diperlukan terkumpul, kemudian langkah

penulis berikutnya adalah menggunakan analisis data, yaitu memperoleh

gambaran atau kesimpulan yang jelas tentang permasalahan dari obyek yang

diteliti.

48
Sutrisno Hadi, Op, Cit., hlm. 193
49
Ibid., hlm. 36
Metode analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan telah

dilakukan guna membuktikan dan menguji kebenarannya. Data yang telah

terkumpul disusun secara teratur dalam bentuk pengujian data, dan siap untuk

dianalisis dalam arti ditafsirkan, dihubung-hubungkan, dibanding-bandingkan,

dan sebagainya antara golongan data yang satu dengan data yang lainnya,

sehingga mudah dibaca dan dipahami dengan menggunakan metode analisis

teknik tertentu.

Dalam menganalisis data penulis menggunakan teknik analisis deskriptif

kualitatif dimana peneliti ini adalah menggambarkan atau melukiskan secara

nyata bagaimana setelah data-data terkumpul kemudian dianalisa, dicari

jawaban yang sesuai dengan permasalahan di atas.50

Penelitian diskriptif ialah penelitian non hipotesis sebagaimana pendapat

Suharsini Arakunto yang mengemukakan bahwa penelitian deskriptif itu

untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan apa adanya

tentang suatu variable, gejala, atau keadaan.

Analisis deskriptif kualitatif merupkan suatu teknik yang

menggambarkan, menguraikan, dan menginterpresentasikan arti data-data

yang terkumpul dengan memberi perhatian dan merekam sebanyak mungkin

aspek situasi yang observasi, sehingga memperoleh gambaran secara umum

dan menyeluruh tentang keadaan yang sebenarnya. Menurut muhammad nizar

bahwa tujuan deskriptif ini ialah untuk membuat deskriptif, lukisan secara

sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan

antara fenomena yang diselidiki.51

50
Suharsini Arikunto, Op. Cit., hlm. 213
51
Muhammad Nizar, Op, Cit., hlm. 63
Untuk menganalisa data yang bersifat kualitatif ini akan digunakan

teknik reflektif thinking yaitu dengan mengkombinasikan cara berfikir

dedukatif dan indukatif, dengan cara ini maka analisanya bersumber dari hasil

interview yang ada hubungannya dengan pokok bahasan di atas yaitu

mengkombinasi antara befikir dedukatif dan induktif untuk kemudian ditarik

kesimpulan.

H. Penegecekan Keabsahan Data

Pengecekan keabsahan temuan atau juga dikenal dengan validatas data

merupakan pembuktian bahwa apa yang telah di amati oleh penelitian sesuai

dengan apa yang sesungguhnya yang ada di lapangan (dunia kenyata), dan

apakah penjelasan yang diberikan tentang dunia memang sesuai dengan yang

sebenarnya ada atau tidak.52 Maka dalam penelitian ini penulis menggunakan

beberapa tekni untuk mengetahui validitas data dengan mengadakan beberapa

hal antara lain:

1. Triangulasi, diartikan sebagai pengecekan keabsahan data dari berbagai

sumber dengan berbagai cara, dan waktu.53 Moleong yang dikutip dari

bukunya ida bagoes mantra mengemukakn, membandingkan hasil

penelitian dengan hasil perhitungan dengan menggunakan metode analisis

yang berbeda.54

52
Nasution, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif , (Bandung: Trasito, 1996), hlm. 105
53
Sugiono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabet, 2005), hlm. 125
54
Ida Bagoes Mantra, Filsafat Penelitian Dan Metode Penelitian Sosial, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm. 91
2. memggunakan bahan reference, adanya pendukung untuk membuktikan

data yang telah ditemukan oleh peneliti.55peneliti memperoleh data

mengenai “Problematika Pendidikan Agama Islam dan Upaya-upaya

Pemecahannya”.

3. member chek, adalah proses pengecekan keabsahan data yang diperoleh

peneliti kepada pemberi wawasan atau menuntut hasil pengamatan atau

pengamatan atau mempelajari dokumen, kemudian mendeskripsikan,

menginterpresentasikan dan memaknai data secara tertulis, kemudian

dikembalikan kepada sumber data untuk diperiksa kebenaran, ditanggapi,

dan jika perlu ada penambahan data baru. Member chek dilakukan segera

setelah draf skripsi sesudah jadi secara utuh.

I. Tahap-tahap Penelitian

Untuk mendapatkan data tentang problematika pendidikan agama islam

dan upaya pemecahannya, penulis mendatangi langsung obyek penelitian dan

pengambil data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa teknik

pengumpulan data. Lebih jelasnya langkah-langkah dalam penelitian ini

adalah sebagaimana di bawah ini:

1. Persiapan

Dalam suatu kegiatan, persiapan merupakan unsur-unsur yang sangat

penting. Begitu juga dalam kegiatan penelitian, persiapan merupakan

unsur yang diperlukan diperhitungkan dengan baik sebab yang baik akan

memperlancar jalannya penelitian. Sehubungan dengan judul dan rumusan

55
Sugiono, Op, Cit., hlm. 128
masalah yang telah disebutkan pada bab terdahulu, maka persiapan dalam

melaksanakan penelitian ini adalah menyusun rencana penelitian dalam

bentuk proposal penelitian problematika pendidikan agama islam dan

upaya pemecahannya kemudian mengurus surat pengantar izin

melaksanakan penelitian dan mempersiapkan instrumen penelitian.

2. Pelaksanaan

Setelah persiapan dianggap matang, maka tahap selanjjutnya adalah

melaksanakan penelitian. Dalam pelaksanaan tahap ini penelitian

mengumpulkan data-data yang diperlukan dengan menggunakan beberapa

metode antara lain: wawancara, interview, dan dokumentasi.

3. Penyelesaian

Setelah kegiatan peneliti selesai, penulis mulai menysun kerangka

laporan hasil penelitian dengan mentabulasikan dan menganalisis data

yang telah diperoleh dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif,

yaitu analisis data dilakukan dengan menata dan menelan secara sistematis

semua data yang diperoleh. Kemudian dari hasil penelitian tersebut

dibahas dengan menggunakan teori-teori yang sudah ada pada bab

sebelumnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN

A. LATAR BELAKANG OBJEK PENELITIAN

1. Sejarah singkat berdirinya SMA Widya Dharma Turen

SMU Widya Dharma Turen yang sejak berdirinya bersama SMA

PGRI Turen mempunyai sejarah yang menarik, karena sejak berdirinya

sampai sekarang mengalami 5 sampai 6 kali perubahan nama seiring

dengan situasi dn kondisi negara serta adanya perkembangan pendidikan.

Perubahan nama sekolah yang dimaksud adalah sebagai berikut:

a. Tahun 1963-1973 : SMA PGRI Turen

b. Tahun 1974-1979 : SMA Turen

c. Tahun 1980-1983 : SMA Bersubsidi

d. Tahun 1984-200 : SMA Widya Dharma

e. Tahun 2001-2003 : SMU Widya Dharma Turen

f. Tahun 2003-sekarang : kembali lagi ke SMA Widya Dharma Turen

SMA Widya Dharma merupakan tuntutan dari pemerintah, yaitu

bahwa sekolah swasta harus mempunyai ciri khas. Hal ini merupakan

ketentuan yang diterima kepala sekolah saat penataran kepala sekolah

SMU Swasta di Cilot, Jakarta pada Tahun 1980. Atas dasar itu yayasan

pendidikan SMA Widya Dharma Turen berubah menjadi yayasan

pendidikan Widya Dharma Turen dengan Akte Notaris G. Kamarudzaman

No 115 tanggal 21 januari 1983.

Sekolah SMA Widya Dharma Turen di Jawa Timur, yang disusul

dengan akreditasi pertama pada tahun 1985 yang mana setelah diadakan
penilaian SMA Widya Dharma Turen ini termasuk 20 SMA swasta se

Jawa Timur yang diberi status disamakan oleh Mentri pendidikan dan

kebudayaan RI. Dengan demikian dari 20 SMA itu, malang hanya enam

sekolah yaitu: 5 SMA di kodya (SAMK Dempu, SMA Cor Yesus, SMA

Santa Maria, SMA Santeyusuf, SMA Islam), dan satu sekolah di

kabupaten malang yaitu SMA Widya Dharama Turen. Karena itulah

dikatakan SMA swasta faforit sampai sekarang.

Adapun pihak SMA Widya Dharma Turen yang baru khususnya

guru-guru, perlu hal ini dikaji bahwa status disamakan itu kategorinya

adalah sangat baik. Jadi boleh dikatakan tanpa dinilai atau diakreditasipun

SMA Widya Dharma Turen memang sudah termasuk yang diperhitungkan

untuk menjadi SMA yang berkualitas dibanding SMA lainnya. Atas dasar

itu sekolah menerapkan disiplin dan tertib disegala bidang, agar

memudahkan pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang efektif. Di

samping itu sekolah berpedoman, mengolah sekolah swasta harus selalu

efektif dan kreatif dalam melaksanakan tugas, agar sekolah tetap menarik.

Dalam mengelolah sekolah SMA Widya Dharma Turen mempunyai

banyak cerita yang menarik yang salah satunya adalah tentang pedoman

pengelolaan sekolah, yaitu pada pelaksanaan Ebtanas 1980-an dalam

rangka menghadapi problem kelulusan, pemerintah menaikkan norma

syarat lulusan, yang mengakibatkan jatuhnya SMA-SMA swasta di Jawa

Timur terutama yang memilih program A1 (ilmu-ilmu fisika) dan A2

(ilmu-ilmu biologi), karena banyak siswa dari progaram A1 dan A2 yang

tidak lulus. Lulusan SMA Widya Dharma Turen saat ini tidak banyak
mengalami perubahan, karena sudah dibiasakan untuk menjuruskan ke

program A2 dengan ketat, sehingga yang dapat masuk program A1 dan A2

tidak menghawatirkan dalam Ebtanas. Jadi meskipun ada problem yang

timbul dalam Ebtanas sekolah tidak goyah.

Dengan demikian, pelaksanaan KBM yang efektif didukung

disiplin dan tertib di segala bidang serta menerapkan norma kenaikan dan

lulusan dengan baik, maka dapat merubah hasil lulusan yang berprestasi.

Bahwasannya SMA Widya Dharma Turen menggunakan

kurikulum 1984, ada 4 program, yaitu A1 (IIF: Ilmu-ilmu fisika), A2

(IIB:Ilmu-ilmu Biologi), A3 (IIS: Ilmu-ilmu Sosial) dan A4 (IIB:

Pengetahuan Budaya), hal ini tidak dimilki SMA pada umumnya.

Kebanyakan SMA swasta yang lain hanya memilki 2 sampai 3 program

saja.

SMA Widya Dharma sampai sekarang sudah mengikuti akreditasi

sampai empat kali pada tahun 1985, 1990, dan tahun 1995 dan 2000

dengan hasil disamakan atau nilai amat baik. Tentang prestasi sekolah,

sudah tidak bisa dipungkiri bahwa sejak dulu sampai sekarang ini tidak

mengecewakan, selalu mendapatkan 4 besar dalam lomba baik ditingkat

kabupaten atau kota sampai dengan jawa timur. Misalnya lomba

Matematika, Fisika, Bahasa Inggris.

Adapun masalah perkembanga gedung sejak 1977 sampai sekarang

dilaksanakan secara bertahap, disesuaikan dengan dana yang ada.


2. Visi dan Misi SMA Widya Dharma Turen

VISI:

Mewujudkan Sekolah Yang Berkualitas

MISI:

a. Meningkatkan disiplin kepada Tuhan Yang Maha Esa

b. Meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan

c. Meningkatkan kemampuan guru dalam rangka menguasai metode

pembelajaran yang berorientasi life skill

d. Meningkatkan layanan kegiatan belajar mengajar dengan

menggunakan audio visual

e. Pengembangan sistem jaringan sekolah

f. Meningkatkan bimbingan di luar jam sekolah

g. Meningkatkan pelatihan: computer, bahasa inggris, bahasa jepang, tata

rias, dll

h. Meningkatkan kegiatan ektrakulikuler


3. Struktur Organisai

GAMBAR 1
STRUKTUR ORGANISASI SMA WIDYA DHARMA TUREN 2008-200956

KEPALA
SEKOLAH
TATA

KOORDINATOR

WAKASEK WAKASEK WAKASEK WAKASEK


KURIKULUM KESISWAAN SARANA HUMAS

STAF STAF
KURIKULUM KESISWAAN

KOORDINATOR KEPUTRIAN WALI KELAS


MGMP

BP / BK PERPUSTAKAAN LABORATORIUM EKSTRA DANSOS


IPA – BHS - KOMP KULIKULER

GURU

SISWA

56
Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen 2008-2009
4. Keadaan Guru dan Karyawan SMA Widya Dharma Turen

Guru merupakan pembimbing langsung anak didik di dalam kelas

sehingga peran dan keberadaan guru sangat mempengaruhi kelangsungan

siswa dalam belajar, kualitas kelulusan juga tergantung bagaimana guru

mengajar secara profesional

Seiring dengan perkembangan serta semakin pesatnya kemajuan

SMA Widya Dharma, maka lembaga pendidikan ini terus berbenah diri,

salah satunya dilakukan melalui penambahan dan pembinaan tenaga

pendidik yang sesuai dengan kompetensinya dengan harapan bahwa

problema yang timbul dalam proses belajar mengajar bisa teratasi dengan

baik. Dan siswa bisa memperoleh apa yang menjadi tujuan dalam

belajarnya, tidak hanya itu saja SMA Widya Dharma juga menambah

karyawan sebagai bentuk penataan dan perwujudan menuju lembaga

pendidikan yang berkualitas.

Hasil observasi peneliti, SMA Widya Dharma Turen saat ini

memliki 56 guru dan 27 karyawan yang terdiri dari karyawan TU,

Perpustakaan dan operasional lainnya. Sesuai dengan kompetensi dan

profesionalisme guru, para guru yang ada di SMA Widya Dharma

menjalankan peran dan tugasnya dalam mengajar memiliki latar belakang

yang sesuai dengan bidang kependidikan masing-masing, yang mana

sebagian besar dari mereka telah menempuh jenjang pendidikan sarjana

strata satu (SI), ada juga guru yang masih menempuh jenjang pendidikan

yang lebih tinggi atau sarjana strata dua (S2), para guru mengakui bahwa

untuk memecahkan problem yang ada di SMA Widya Dharma Turen


Malang ini saling membantu antara guru yang ngajar mata pelajaran lain

dengan guru yang ngajar mata pelajaran pendidikan agama islam, selain

itu seorang guru juga harus memiliki modal keilmuan yang matang dan

sesuai dengan latar belakang pendidikannya.57

Selain keberadaan guru dan karyawan di SMA Widya Dharma juga

memiliki arti yang sangat penting dalam membantu kelancaran proses

pendidikan adanya kualitas kinerja karyawan dalam melaksanakan tugas

dan kewajibannya tentunya sangat dibutuhkan oleh berbagai pihak yang

terkait dengan proses pendidikan itu sendiri, untuk SMA Widya Dharma

Turen Malang terus berusaha melakukan peningkatan SDM terhadap

karyawannya dengan cara pembinaan kerja dan memperhatikan

kesejahteraan hidup mereka. Mengenai jumlah guru dan karyawan dapat

dilihat pada tabelnya tentang keberadaan guru di lembaga ini memang

dibagi menjadi 2 ada yang bersifat tetap/pegawai negeri dan yang kedua

sebagai tenaga honorer, demikian pula dengan tenaga kepegawaian yang

ada di lembaga ini. Kerja sama yang baik antara guru yang bersifat tetap

maupun yang tidak tetap ini ternyata tidak menutup kemungkinaan untuk

bisa menciptakan lingkungan yang dapat menjamin kelangsungan kegiatan

pembelajaran yang lebih baik dan lebih kondusif. Kebanyakan dari para

guru yang ada di lembaga ini lulusan/alumni perguruan tinggi yang ada di

jawa timur, khususnya dari daerah Malang.

57
Sumber Data Dokumentasi Dan Wawancara Dengan staf TU SMA Widya Dharma Turen
Tanggal 21 November. 2008
TABEL 1.1
DAFTAR NAMA GURU
SMA WIDYA DHARMA TUREN
TAHUN PELAJARAN 2008-200958
Kode Nama/NIP Bidang Studi/Mata Pendidikan Keterangan
Pelajaran yang Terakhir
Diajarkan
1 Tri Djoko Kusminto. F Mipa, Kimia, Non PNS
Drs. IKIP, Mlg
2 Samsul Hadi, Drs. Sejarah Pendidikan Non PNS
Sejarah IKIP
Negeri
3 Titik Wahyuni, S.Pd. Bahasa Indonesia/Koor Sastra Bhs. PNS
130900425 Piket Indonesia, IKIP
Mlg
4 Drs.Prihadi Hendro Ekonomi /Koor Ilmu Sosial, IKIP PNS
Rudhito, Ketrampilan Mlg
131405886
5 Dra.Rina Juniarsi, Kimia Ilmu Eksekta PNS
131614188 IKIP Mlg
6 Ananta Santi, BA. Bahasa Inggris UT, BHS. Inggris PNS
Blng
7 Drs.Elok Sanyoto, Pendidikan Kristen Pend. Agama Non PNS
Kristen, STKIP
8 Suliono, BA. Bahasa Inggris, Bahasa Akademik BHS. Non PNS
Perancis/Wak Sarana Asing
9 Titik Mustikowati, Bahasa Inggris/Koor Akademik Bhs. Non PNS
BA. LAB BAH + B. Asing
Vokalia
10 Musalamah BA. Sejarah Nasional, Pendidikan Non PNS
Sosiologi Sejarah Nas.
Sarjana Muda,
UNEJ
11 Dra.Endri Mulyati Sosiologi Pend. Ilmu Peng. Non PNS
PMP dan KN
IKIP PGRI
12 Dra.PinastiHendrawati, Kimia /Koor Penilaian Mipa Kimia IKIP PNS
1320099357 + Lab IPA Negeri Mlg
13 Dra.Siti Maisaroh, Kewarganegaraan, Pend. Non PNS
PPKN /Wak Kur Kewarganegaraan
, PPKN
IKIP PGRI Mlg
14 Dewu Rini Akutansi + Ekonomi UM Non PNS
Ambarwti, S.Pd. Kewiausahaan
(MULOK) Koor Kopsis
15 Drs.Abu Bakar, BP/BK / Koor BK / Pend. BP/BK PNS
58
Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen 2008-2009
131158166 Ekstra IKIP PGRI
16 Dra.Sri Sukmawati, Sej. Nasional, Sosio IPS, Sej. Nas, Non PNS
Antropologi IKIP Mlg
17 Dra Endah Ernayani, Biologi Biologi IKIP Mlg PNS
131466205
18 Drs. Tiktoyo Ekonomi, Ekonometri / Ilmu. Peng. Sosial Non PNS
Wak KUR IKIP PGRI
19 Joko Sukisworo S.Pd. Biologi FMIPA IKIP Mlg PNS
12171520
20 Atik Siswanti, S.Pd. Bahasa Inggris FKIP Umm PNS
132700892
21 Dra. Suciati Matematika FMIPA IKPI Non PNS
PGRI
22 Yeni Jektiningsih BP/Bk / Koor Dansos/ Psikologi Univ. Non Pns
S.Pd. PAG Kris 17-8-45
23 Wiwik Indah, S.Pd. Ekonomi FP IPS Akuntansi Non PNS
IKIP Negeri Mlg
24 M. Lutfiono, S.Pd. Geografi / Wak IPS Geografi Non PNS
Kesiswaan IKIP PGRI
25 Eny Widayati, S.Pd. Kewarganegaraan Kewarganegaraan Non PNS
PPKN , PPKN IKIP
PGRI
26 Drs. Supriono, Sosiologi / HUMAS Fips, Geografi PNS
6513101008 IKIP PGRI
27 Ir.Intan Altina Fisika Peternakan Non Pns
STIKIP PGRI
PAS.
28 Dra. Wahyuni Rini P Bahasa Inggris FBBS Pend. Bhs Non PNS
Inggris IKIP
PGRI
29 Drs. Agung Raharjo Pend. Jas. Kes. Olah Raga Budi Non PNS
Utomo Mlg
30 Ariyanto, S.Pd Pendidikan Seni Pend. Seni Rupa Non PNS
IKIP Mlg
31 Rini Dwi H. S.Pd. Geogarfi FIPS Geograrafi Non PNS
IKIP PGRI
32 Drs. Suparlan Matematika FPMIPA IKIP PNS
132280924 Budi Utomo Mlg
33 Atmitko Matematika FPMIPA UMM Non PNS
Pratnawihardi, S.Pd.
34 Rudi Hartono, S.Pd. BP/BK Pend. BP/BK PNS
040505837 IKIP PGRI
35 Relia Widaryati S.Pd, Fisika KIP Fisika Unej. Non PNS
36 Mamik Caturwati, S.Pd. Bahasa Indonesia FBBS IKIP PGRI Non PNS
37 M. Koliq, S.Pd. Bahasa Indonesia Bhs. Indo IKIP Non PNS
Mlg
38 Abdul Kholiq, S.Pd. Bahasa Indonesia FKIP, IKIP Non PNS
39 Sri Sulastri, S.Pd. PPKN / Staf Kesiswaan PMP/Kn IKIP Non PNS
PGRI
40 Arik Susianto, S.Pd. Matematika Mipa UM PNS
350709070770003
41 Octavia Eko Susanti, Fisika Mipa UM Non PNS
S.Pd.
42 Abdul Halim, S.Ag. Pendidikan Agama Tarbiyah/PAI Non PNS
Islam Unisma
43 Muh. Ali, KH. Drs. Pendidikan Agama Tarbiyah/PAI Non PNS
Islam/Koordinator IAIN Mlg
44 Drs. Rimbun Kularso Ekonomi + FKIP Bisnis PNS
6513100979 Kewirausahaan (Mulok) Tataniaga PT
UNS
45 Rochma Ulfi F. ST. Tek. Infor. Komputer / Tek. Industri Non PNS
Koordinatoor Kimia Kanjuruan
46 Dra. Nawang Bahasa Inggris / F Pend. PPKN, PNS
Tedjowati, 13032680 Convrsation IKIP Mlg
47 Imam Tabroni, S.Pd Sejarah Sastra, UM Non PNS
48 Waris Suwarno, Drs. Geogarafi FPIPS, IKIP PNS
13214449
49 Juma’ali S. Kom. Tek. Infor. Komputer / Analisis Non PNS
Programer Menejemen
STIKI
50 Wuryanto, S.Pd Bahasa Indonesia / Fkip S-P Non PNS
Wakasek Kesiswa
51 Teguh Hendri Kimia MIPA, UM Non PNS
52 Suhardi, S.Pd. Seni dan Budaya FBBS, IKIP Non PNS
Negeri Mlg
53 Aulia Kurnia, S.Ag Pend. Agama Islam - -
54 Wiyoto, Drs. Pend. Jasmani - -
55 Titik, S.Pd Pend. Jasamani - -
56 B. Sita BASEP - -

Dari hasil paparan Tabel dia atas, bahwa guru SMA Widya
Dharma Turen yang sudah PNS 16 orang namun, yang belum PNS
sebanyak 40 orang. Beliau tersebut sudah menempuh di perguruan tinggi
yang berada di Jawa Timur, namun datanya ada yang belum masuk pada
buku induk inventaris sekolah Widya Dharma Turen. Walaupun guru
belum PNS tapi dalam hal mengajar sudah mencapai standar kualifikasi
yang profesional.
TABEL 1.2
KEADAAN KARYAWAN SMA WIDYA DHARMA TUREN
2008-200959
Kode Nama Jabatan keteranagan
1 EndangwarDaningsih ka. T.U
2 Darminingsih T.U -
3 Hariadi T.U -
4 Siono T.U -
5 Ernawati T.U -
6 SriKasih T.U -
7 Bambang Sungkono T.U -
8 Slamet Budiono T.U -
9 Sutik T.U -
10 Elia Dwi Martastuti T.U -
11 Johan Wijaya T.U -
12 Lilik Masita Rini T.U -
13 Imam kholil Petugas. Perpus -
14 Wanda Santiawan Petugas. Perpust -
15 Ani Yuli Prianti Petugas. komp -
16 Nur Hatib Petugas komp -
-17 Fendi Suharsono Petugas.komp -
18 M. Fahrurrozi Petugas. komp -
19 Elmi Amalia Petugas.koprsi -
20 Mulyo Sri Rahayu Petugas.koperasi -
21 Sumadi Driver -
22 Saib Pesuruh -
23 Sugito Pesuruh -
24 Slamet Pirit Pesuruh -
25 Mugeni Pesuruh -
26 Suharyono Satpam -
27 Sugeng Satpam

5. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala dan Guru

a. Kepala sekolah

Kepala sekolah bertugas sebagai educator, manajer administrasi

dan supervisor, pemimpin inovator, dan motivator. Adapun tugas-

tugas yang dilaksanakan kepala sekolah adalah sebagai berikut:

1) Kepala sekolah sebagai educator.

59
Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen Tahun 2008-2009.
Adapun tugas kepala sekolah sebagai educator bertugas

melaksanakan proses belajar secara efektif dan efisien dengan

memantau bagaimana guru mengajar dan keadaan siswa dalam

kelas sehingga kepala sekolah bisa memberikan motivasi agar

perkembangan proses belajar mengajar semakin meningkan. Hal

ini dilakukan agar tidak terjadi problem yang berkaitan dengan

proses belajar mengajar.

2) Kepala sekolah selaku manajer

Adapun tugas kepala sekolah selaku manajer adalah sebagai

berikut:

a) Menyusun perencanaan

b) Mengorganisasikan kegiatan

c) Mengarahkan kegiatan

d) Melaksanakan pengawasan

e) Melakukan evaluasi terhadap kegiatan

f) Menentukan kebijaksanaan

g) Mengadakan rapat

h) Mengambil keputusan dan mengatur proses belajar mengajar

i) Mengatur administrasi: ketatausahaan, kesiswaan, ketenagaan,

sarana dan prasarana, keuangan atau RAPBS.

j) Mengatur organisasi siswa intra sekolah (OSIS).

k) Mengatur hubungan sekolah dengan masyarakat dan instansi

yang terkait.
3) Kepala sekolah selaku administrator menyelenggarakan

administrasi adalah sebagai berikut:

a) Perencanaa

b) Pengorganisasian

c) Pengarahan

d) Pengkoordinasian

e) Pengawasan

f) Kurikulum

g) Kesiswaan

h) Ketatausahaan

4) Kepala sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan

supervisi mengenai:

a) Proses belajar mengajar

b) Kegiatan bimbingan konseling

c) Kegiatan ekstrakurikuler

d) Kegiatan ketatausahaan

e) Kegiatan kerjasama dengan masyarakat dan instansi yang

terkait

f) Kegiatan osis

5) Kepala sekolah sebagai inovator

a) Melakukan pembaharuan bidang

b) Melaksanakan pembinaan guru dan karyawan

c) Melakukan pembaharuan dalam menggali sumber daya di BP3

d) Tugas wakil kepala sekolah


Wakil kepala sekolah mempunyai peran penting dalam

membantu kepala sekolah dalam mengatasi problem-problem atau

kegiatan yang ada di lemabag tersebut adalah sebagai berikut:

6) Menyusun perencanaan, membuat program kegiatan dan

pelaksanaan program.

7) Pengorganisasian

8) Pengarahan

9) Ketenangan

10) Pengkordiasian

11) Pengawasan

12) Penilaian

13) Identifikasi dan pengumpulan data.

Selain kegiatan-kegiatan di atas, wakil kepala sekolah membantu

kepala sekolah dalam hal sebagai berikut:

1) Waka kurikulum

a) Menyusun dan menjabarkan kelender pendidikan

b) Menyusun pembagian tugas-tugas guru dan jadwal pelajaran

c) Mengatur penysunan program pengajaran tahunan (Prota)

d) Mengatur penysunan program pengajaran semester (Promes)

2) Waka kesiswaan

3) Waka sarana dan prasarana

4) Hubungan dengan masyarakat (Humas)


b. Tugas guru

Guru bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan mempunyai

tugas untuk melaksanakan kegiatan proses belajar mengajar secara

efektif dan efisien. Tugas dan tanggung jawab guru di SMA Widya

Dharma Turen meliputi:

1) Membuat perangkat program pengajaran

2) Melaksanakan kegiatan pembelajaran

3) Melaksanakan kegiatan penilaian proses belajar ulangan harian,

ulangan umum, dan ulangan akhir

4) Melaksanakan analisis hasil ulangan harian

5) Menyusun dan melaksanakan program perbaikan dan pengayaan

6) Mengisi daftar nilai siswa

7) Melaksanakan kegiatan membimbing (pengimbasan pengetahuan)

kepada guru lain dalam proses belajar mengajar

8) Membuat alat pelajaran, alat media

9) Menumbuh kembangkan sikap menghargai karya seni

10) Mengikuti kegiatan pengembangan dan persyaratan kurikulum

11) Membuat catatan tentang kemajuan hasil belajar siswa

12) Mengisi dan meneliti daftar hadir siswa sebelum memulai

pengajaran

c. Wali kelas

Wali kelas salah satu mediator yang selalu memantau siswa dari

dekat dan membantu kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan sebagai

berikut:
1) Pengelolaan kelas

2) Penyelenggaraan administrasi kelas meliputi:

a) Dena tempat duduk siswa

b) Papan absen siswa

c) Daftar pelajaran kelas

d) Daftar piket kelas siswa

e) Buku absensi siswa

f) Buku kegiatan pembelajaran

g) Tata tertib siswa

3) Penyusunan pembuatan statistik bulanan siswa

4) Mengisi daftar kumpulan nilai siswa

5) Pencatatan mutasi siswa

6) Pengisian laporan penilaian hasil belajar

7) Pembagian buku laporan penilaian hasil belajar

d. Guru Bimbingan Dan Konseling (BK)

Bimbingan dan konseling untuk mengetahui perkembangan

siswa yang mempunyai problem baik dalam hal belajar maupun dalam

lingkup sosial. Dalam hal ini siswa yang akan bermasalah akan di

upayakan untuk menyelesaikan masalahnya, maka dari itu bimbingan

dan konseling tugas adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan program dan pelaksanaan bimbingan dan konseling

2) Koordinasi dengan wali kelas dalam rangka mengatasi problem-

problem yang dihadapi siswa tentang kesulitan belajar


3) Memberikan layanan dan bimbingan kepada siswa dalam

pemecahan problematikan dalam kegiatan belajar.

4) Memberikan saran dan pertimbangan kepada siswa dalam

memperoleh gambaran tentang lanjutan pendidikan dan lapangan

kerja

5) Melaksanakan kegiatan analisis hasil evaluasi belajar

e. Pustakawan

Pustakawan sekolah membantu kepala sekolah dalam kegiatan-

kegiatan sebagai beriku:

1) Perencanaan pengadaan buku-buku atau baha pustaka lainnya

2) Mengurus pelayanan perpustakaan

3) Perencanaan pengembangan pustakaan

4) Pemeliharaan dan perbaikan buku-buku yang ada di perputakaan

5) Investasi dan pengadministrasian buku-buku dan alat-alat

perpustakaan lainnya

6) Melakukan pelayanan kebutuhan siswa di perpustakaan

7) Menyusun tata tertib bukuk-buku di perpustakaan

8) Menyusssun laporan pelaksanaan kegiatan perpustakaan kegiatan

perpustakaan secara berkala.

f. Laboran

Kepala tata uasaha sekolah mempunyai tugas melaksanakan

ketatausahaan sekolah, dan bertanggung jawa kepada kela sekolah

dalam kegiatan-kegiatan sebagai berikut:

1) Menyusun program kerja tata usaha sekolah


2) Mengolah keuangan sekolah

3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa

4) Pembinaan dan pengembangan karir pegawai tata usaha sekolah

5) Menyusun administrasi perlengkapan sekolah

6) Penyusun dan penyajian data sekolah

g. Kepala Tata Usaha

Kepala tata usaha sekolah SMA Widya Dharma Turen Malang

mempunyai tugas melaksanakan ketatausahaan sekolah dan

bertanggung jawab kepada kepala sekolah dalam kegiatan-kegiatan

sebagai berikut:

1) Menyusun program kerja tata usaha sekolah

2) Pengelolaan keuangan sekolah

3) Pengurusan administrasi ketenagaan dan siswa

4) Pembinaan dan karir pegawai tata usaha sekolah

5) Penyusun administrasi perlengkapan sekolah

6) Penyusun laporan pelaksanaan kegiatan pengurusan ketatausahaan

secara berkala

h. Tekhnis media

Teknisi media membantu kepala sekolah dalam kegiatan-

kegiatan sebagai berikut:

1) Merencanakan pengadaan alat-alat media

2) Menyusun jadwal dan tata tertib penggunaan media

3) Menyusun programkegiatan teknisi media


4) Mengatur penyimpanan, pemeliharaan, dan perbaikan alat-alat

media inventarisasi dan administrasian alat media

5) Menyusun laporan pemanfaatan alat-alat media

6. Keadaan Siswa SMA Widya Dharma Turen

Keberadaan siswa merupakan bagian yang tak terpisahkan dalam

kegiatan proses belajar mengajar. Bahwa SMA Widya Dharma Turen

tahun ajaran 2008/2009 sampai sekarang nominal yang tinggi sekecamatan

Turen, yaitu 601 siswa yang terdiri dari 280 laki-laki dan 321 siswi putri,

mayoritas siswa SMA Widya Dharma Turen berasal dari kecamatan Turen

sendiri, secara keseluruhan jumlah siswa terbagi dalam tiga kelas, yaitu

kelas X, kelas XI, dan kelas XII, dan masing-masing kelas terdiri dari

tujuh ruang belajar, setiap ruang belajar menampung kurang lebih 42

siswa, sehingga secara keseluruhan jumlah ruang belajar di SMA Widya

Dharma Turen terdiri dari 21 ruang belajar belum termasuk ruang Lab dan

ruang praktek lain.

Pembinaan dan pelatihan siswa di SMA widya Dharma Turen


dimulai sejak kelas bawah/kelas X. Hal tersebut dimaksudkan agar tingkat
pengetahuan bisa diketahui sesuai yang mereka miliki secara jelas dapat
disalurkan melalui pemilihan jurusan di kelas atas/kelas XI nantinya,
karena di SMA Widya Dharma Turen ini telah memiliki tiga jurusan yang
terdiri dari jurusan IPS, jurusan IPA dan jurusan Bahasa. Dan untuk kelas
X masih belum ada pembagian jurusan karena siswa baru masih dididik
untuk beradaptasi dengan lingkungan sekolah.

TABEL 3
PERKEMBANGAN JUMLAH SISWA TAHUN 1999-200860

No Tahun Jumlah siswa


1 1998-1999 987
2 1999-2000 991
3 2001-2002 1063
4 2002-2003 1100
5 2003-2004 1165

6 2004-2005 1137

7 2005-2006 1126
8 2006-2007 1045
9 2007-2008 895
10 2008-2009 601

Adapun penjelasan tentang tabel di atas bahwa jumlah siswa di tahun

1998- 2006 mempunyai angka nominal yang cukup tinggi di SMA se

Kecamatan Turen, namun pada tahun berikutnya yaitu mulai tahun 2007-

sekarang sudah semakin menurun. Hal ini disebabkan karena

perkembangan dunia pendidikan di Kecamatan Turen semakin maju,

sehingga persaingan antara lembaga yang satu dengan lembaga lain

semakin ketat dan berdampak pada menurunnya jumlah siswa di SMA

Widya Dharma Turen.

Terkait dengan semakin menurunnya jumlah siswa di SMA Widya

Dharma Turen dari hasil wawancara peneliti dengan ibu

EndangwarDaningsih (ka. TU) yang mengemukakan sebagai berikut:

60
Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen tahun 2008-2009 dan Hasil Wawancara dengan
Bapak Kepala Sekolah Tri Djoko Kusminto Tgl 13 November. 2008
“Memang benar jumlah siswa di SMA Widya Dharma ini makin
menurun, soalnya sekarangkan lembaga ini gencar jadi dua lembaga
yaitu lembaga ini (SMA Widya Dharma Turen) dan SMK Widya
Dharma yang ada di Talok sana mbak! Jadi untuk mempromosikan
juga kami bagi-bagikan sama SMK sana. Dhulu sebelum di
bangunnya SMK Widya Dharma yang ada di Talok, sekolah ini
memang jumlah siswanya mencapai angka seperti yang ada dalam
dokumentasi yaitu seribu lebih tapi karena ada SMK Widya Dharma
itu jadi siswanya sebagian ada yang masuk di SMA dan juga ada
yang masuk di SMK”61

Untuk menemukan kebenaran tentang paparan ka.TU di atas, peneliti


mencoba mewawancarai Bpk Rudi Hartono (guru BK) yang
mengayatakan bahwa:
”Lembaga SMK Widya Dharma yang ada di Talok mulai dibangun
antara tahun 2006-2007. mulai tahun itu sekolah ini jumlah siswanya
menurun, tapi menurunnya jumlah siswa bukan karena lembaga ini
gak maju lagi, melainkan karena memang jumlah siswa dibagikan
untuk lembaga SMK Widya Dharma yang ada di Talok itu. Apalagi
sekarang di Turen ini jumlah lembagakan sudah makin banyak
contohnya adanya sekolah Kelautan, sekolah Brimob dan masih
banyak lembaga-lembaga lain yang baru dibangun oleh pemerintah,
jadi lembaga pendidikan di Turen ini tidak hanya SMA Widya
Dharma saja. Tapi kami sebagai pihak sekolah tetap
mempromosikannya semaksimal mungkin dan tetap menunjukkan
sekolah ini yang terbaik dan berkualitas”62

Adapun latar belakang siswa SMA Widya Dharma Turen tidak


hanya menganut agama islam saja, melainkan juga ada beberapa siswa
yang menganut agama lain, seperti agama kristen. Sehingga dalam hal
saling menghargai antara guru dan siswa yang latar belakang agama yang
berbeda ini kepala sekolah menerapkan untuk saling menghargai kegiatan
agama masing-masing terutama dalam hal peribadatan. Jadi, tidak bisa
dipungkiran antara siswa muslim dengan siswa yang nonmuslim sudah
berbaur sangat jauh dan bahkan dihari raya besar agama kristen maupun
islam mereka saling merayakannya. Di sinilah letak problem yang sering
muncul dalam pendidikan agama islam di sekolah ini, karena ketika guru
mau berceramapun di lembaga ini harus tahu waktu yang tepat dan

61
Wawancara Dengan ka. TU. ibu Endang warDaningsih Pada Tanggal 25 November 2008
62
Wawancara Dengan Bpk Rudi Hartono, Guru Bimbingan Konseling Pada Tanggal 25 November
2008
suasana yang sesuai agar tidak terjadi konlik agama dalam kehidupan
bermasyarakat di lemabaga SMA Widya Dharma Turen ini. Karena di
lembaga ini juga terdapat beberapa guru-guru yang beragama nonislam.

TABEL 4
JUMLAH SISWA YANG BERAGAMA MUSLIM
DAN BERAGAMA NASRANI63
No Kelas Muslim Non Muslim Jumlah
1 X 179 26 205
2 XI 170 30 200
3 XII 170 26 196
Jumlah 519 82 601

7. Keadaan Kegiatan SMA Widya Dharma Turen

Jika dilihat dari kegiatan yang ada di SMA Widya Dharma Turen

yang paling diutamakan adalah kegiatan belajar mengajar, dalam kegiatan

belajar adalah tujuan pokok dalam dunia pendidikan. Kegiatan belajar

mengajar berlangsung dimulai pukul 06.45-13.10, Dalam rentan waktu

belajar tersebut para siswa diberikan satu kali jam istirahat untuk

melepaskan kelelahannya. Setelah kegiatan belajar mengajar di dalam

kelas selesai para siswa juga diberikan kesempatan mengikuti kegiatan

Intra yang ada di sekolah, di antaranya adalah kegiatan Pramuka, Osis,

PMR, dan Teater dan lain sebagainya. Semua kegiatan ini ditujukan untuk

perkembangang siswa dan kemajuan siswa di sekolah, sehingga ketika

mereka melanjutkan ke jenjang selanjutnya mereka sudah memiliki bekal

pengetahuan yang cukup.

63
Dokumentasi SMA Widya Dharma Turen Tahun 2008/2009
Selain kegiatan di atas di lemabaga SMA Widya Dharma Turen juga

terdapat beberapa kegiatan-kegiatan lain, program kegiatan kesiswa

dilaksanakan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Penerimaan siswa baru

b. Masa orientasi siswa baru (MOS)

c. Upacara rutin hari senin dan sabtu

d. Operasi ketertiban sekolah setiap satu atau dua bulan sekali,

diantaranya:

1) Operasi kelengkapan seragam siswa

2) Operasi rokok dan narkoba yang mungkin dibawa anak-anak ke

sekolah

3) Operasi rambut siswa

e. Upacara hari besar nasional

f. Berpartisipasi dalam lomba olah raga/seni dalam rangka HUT RI

tingkat kecamatan atau kabupaten

g. Peringatan hari besar agama Islam, di antaranya:

1) Shalat Idul Adha di sekolah

2) Penyembelihan hewan kurban

3) Pondok Ramadhan

4) Penerimaan dan pembagian zakat fitrah

h. Peringatan hari besar agama nasrani, diantaranya: Natal dan paskah

i. Berpartisipasi dalam lomba OR, seni dan bidang studi yang

diselenggarakan berbagai lembaga setingkat dan perguruan tinggi di

Malang
j. Seleksi pelajar teladan Diknas kab. Malang

k. Olimpiade bidang studi IPA di Diknas kab. Malang

l. Seleksi paskibraka tingkat nasional di kab. Malang

m. Kegiatan tengah semester dan pasca semester dalam bentuk lomba

OR dan pentas seni

n. Peringatan bulan bahas, ditandai dengan pementasan Teater, lomba

Pidato, MC dan baca puisi

o. Menyelenggarakan lomba cerdas cermat matematika tingkat SMA

Kab. Malang

p. Mengevaluasi kegiatan ekstra kulikuler (tari, karawitan, voli, sepak

bola, basket, beladiri, pramuka, PMR, senam), ektra komputer, bahasa

Inggris, jepang internet.

q. Latihan dasar kepemimpinan calon pengurus OSIS dan MPK

r. Pemilihan ketua OSIS baru

s. Pelantikan pengurus OSIS baru

t. Laporan pertanggungjawaban pengurus OSIS lama dan serah terima

jabatan

u. Rapat anggota tahunan koperasi sekolah

v. Peringatan HUT Widya Dharma Turen

w. Wisuda kelas III

8. Keadaan Sarana dan Prasarana SMA Widya Dharma Turen

SMA Widya Dharma Turen merupakan salah satu lembaga yang

memiliki sarana dan prasarana yang relatif lengkap, hal tersebut terlihat

dari berbagai perlengkapan sekolah yang ada, mulai dari gedung sampai
alat-alat kebutuhan penunjang kegiatan belajar siswa, kesemuanya ditata

dengan baik dan rapi.

SMA Widya Dharma Turen memiliki luas tanah lebih kurang 10300

M yang terdiri dari: (1) bangunan seluas 2629 M. (2) halaman seluas 7600

M (3) lapangan olah raga seluas 100 M. Sehubungan dengan kebutuhan

dan keinginan para guru dan siswa untuk selalu melaksanakan belajar

dengan suasana yang nyaman dan tenang, maka SMA Widya Dharma

Turen terus menginovasi agar memenuhi kebutuhan dan penyediaan

sarana dan prasarana untuk menunjanga kegiatan belajar mengajar.64

Ruangan kegiatan pembelajaran merupakan sarana terpenting yang

digunakan di sini, dari beberapa ruangan ini kebanyakan digunakan untuk

ruang belajar mengajar. Di SMA Widya Dharma Turen telah memiliki

ruang belajar yang cukup representive bagi penyelenggaraan proses belajar

mengajar diantaranya jumlah ruangan pembelajaran sebanyak dua puluh

satu ruang. untuk kelas X yang di gunakan sebagai ruang belajar ada tuju

kelas yaitu untuk kelas X-1 sampai kelas X-7, kelas XI ruang yang

digunakan terdapat tuju kelas yaitu, satu kelas untuk kelas XI jurusan IPA,

satu kelas untuk kelas XI jurusan Bahasa dan lima kelas untuk kelas

jurusan IPS, yang terdiri dari IPS-1, IPS-2, IPS-3, IPS-4, dan IPS-5.

sedangkan untuk kelas XII terdapat tuju kelas pula yaitu, untuk kelas XII

jurusan IPA terdapat dua kelas yaitu kelas XII IPA-1 dan XII IPA-2, untuk

jurusan Bahasa hanya satu kelas sedangkan untuk jurusan IPS terdapat

64
Sumber Data Dokumen SMA Widya Dharma Turen dan Hasil Penjelasan Drs. Tri djoko
Kusminto Kepala Sekolah Sebagai Kepala Sekolah dan Ibu Endang warDaningsih Sebagai Kepala
Tata Usaha, Pada Hari Kamis Tanggal 13-25 november 2008.
empat kelas, yaitu kelas XII IPS-1, kelas XII IPS-2, kelas XII IPS-3 dan

kelas XII IPS-4.

Selain beberapa ruangan di atas masih terdapat beberapa ruangan

lainnya yang menunjang proses belajar yang meliputi ruang UKS,

Koperasi, ruang BP/BK, ruang Kepala Sekolah, ruang guru, ruang Wak.

Kepala Sekolah, ruang TU, kamar mandi siswa dan guru, Mushalla serta

ruang penunjang kegiatan siswa seperti ruang OSIS, ruang kegiatan Teater

dan Seni dan ruang kegiatan pramuka. Dari masing ruangan tersebut di

gunakan sesuai fungsinya

Sarana dan prasarana yang ada tesebut disesuaikan dengan

kebutuhan siswa dan guru dalam proses belajar mengajar, hal tersebut

memiliki arti penting bagi penyelenggaraan pendidikan yang baik dan

berkualitas, tentunya apabila penggunaan sarana dan prasarana tersebut

oleh siswa maupun guru dapat dilakukkan secara baik dan maksimal

sesuai dengan kebutuhan kegiatan pendidikan maka proses pendidikan

akan mencapai tujuan dan hasil yang baik.

Sarana dan prasarana yang telah ada seperti yang telah disebutkan di

atas, maka sekolah ini berupaya penuh dalam menumbuh kembangkan

sekolah dengan pendayagunaan sarana dan prasarana secara efektif, seperti

di bawah ini:

a. Perlengkapan Sekolah

SMA Widya Dharma Turen dalam perlengkapa sekolah sudah

lebih dari cukup, hal tersebut dapat dilihat dari data yang menujukkan
kelengkapan sarana perlengkapan Kantor dan lain sebagainya seperti

mesin komputer, mesin foto copy dan lain sebagainya.

Fasilitas yang diperuntukkan bagi siswa ini sudah dapat

dikatakan cukup, mulai dari fasilitas belajar mengajar, ruang kelas dan

bangku, alat-alat olah raga seperti bola voli, sepak bola basket, dan lain

sebagainya. Perlengkapan yang tidak kalah pentingnya adalah Lab.

b. Fasilitas Tempat

Tempat yang tersedia di sekolah ini terdiri dari dua bagian, yaitu

fasilitas yang berkaitan langsung dengan kegiatan belajar maupun

fasilitas yang tidak berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar.

Adapun tempat yang berkaitan dengan kegiatan belajar adalah sebagai

berikut:

1) Ruang belajar

2) Ruang Lab Bahasa dan Kimia

3) Ruang Lab komputer

Sedangkan tempat untuk menunjang kelengkapan proses belajar

mengajar adalah sebagai berikut:

1) Lapangan: lapangan di sini dipergunakan sebagai tempat upacara

sekolah dan kegiatan olah raga yang lokasinya berada di tengah-

tengah sekolahan, lapangan ini terbagi menjadi dua tempat, yaitu

lapangan depan untuk bola basket dan lapangan tengah untuk bola

volly dan lompat jauh.

2) Tempat parkir: tempat parkir di sini berada di depan sekolah,

tepatnya di samping pintu masuk deket gerbang.


3) Tempat parkir guru berada di bagian utara lembaga SMA Widya

Dharma Turen.

4) Ruang kesehatan: sebagai ruang sarana kesehata/ruang UKS.

5) Perpustakaan: merupakan sarana belajar langsung bagi siswa ketika

jam istirahat tiba, perpustakaan ini juga dipakai sebagai tempat

istirahat siswa ketika mengalami kejenuhan di dalam kelas setelah

mengikuti pelajaran sepanjang waktu.

6) Mushalla: digunakan sebagai tempat untuk menunaikan ibadah

sholat (Dhuha) serta ibadah sholat jum’at.

7) Aula: aula di samping digunakan sebagai tempat pertemuan juga

dipakai sebagai tempat kegiatan siswa seperti tempat ruang duduk

siswa, bahkan juga digunakan sebagai tempat kajian keislaman

badan dakwah Islam secara besar-besar.

8) Kopsis (koperasi siswa) menjadi tempat para siswa mencari

kebutuhan belajar seperti buku tulis, pensil, dan lainsebagainya.

9) Ruang guru: lokasi ruang guru ini bersebelahan dengan ruang

kepala sekolah dan waka sekolah. Dalam ruangan guru ini selain

digunakan tempat pergantian jam pelajaran, tempat ini juga

digunakana untuk mendiskusikan problem-problem yang terjadi

pada siswa dan yang nantinya akan di cari solusinya secara

bersama.

10) Ruang BK: dipergunakan sebagai tempat bimbingan terhadap

siswa yang mengalami beberapa problematika tertentu, baik


mengenai masalah belajar mengajar maupun masalah pribadi

lainnya.

11) Ruang kepala sekolah: ruang kepala sekolah tersebut berada di

dekat pintu masuk sekolah ruang ini selain dipergunakan sebagai

tempat ruang khusus kepala sekolah juga digunakan menerima

tamu dari luar serta untuk rapat dan diskusi dengan guru-guru yang

berkaitan dengan problem yang timbul pada diri siswa, materi,

guru dan lembaga itu sendiri.

Dari beberapa fasilitas yang ada di SMA Widya Dharma Turen

malang ini tujuannya untuk menunjang keberhasilan belajar siswa dan agar

problem yang timbul dalam dunia pendidikan bisa diselesaikan.

Dalam era modern dengan teknologi yang mutahir ini, fasilitas

fasilitas sebagai pelengkap sangat dibutuhkan. Selain sebagai memperluas

wawasan juga untuk mendapatkan informasi dari tentang dunia luar.

Adapun fasilitasa yang sangat penting tersebut adalah sebagai berikut:

1) Laboratium Bahasa

Lab bahasa di SMU ini sangat baik dan lengkap, setiap siswa dapat

mempergunakan hedphone sebanyak 48 unit, sehingga setiap siswa

dapat memakai saru persatu da siswa dapat berkomunikasi langsung

dengan guru melalui alat tersebut. Dengan alat tersebut nantinya siswa

dapat berkomunikasi dengan bahasa inggris dengan baik khususnya

jurusan bahasa.

2) Laboratium IPA
Keberadaan Lab IPA di SMA sudah lengkap, sehingga siswa dapat

mepraktekkan sesuai dengan teori yang ada serta dapat memahami

sendiri yang akhirnya siswa tidak merasa tertinggal di dunia modern

ini terhadap siswa lain khususnya di Kota.

3) Perpustakaan

Perpustakaan di SMA Widya Dharma ini semakin tahun semakin

lengkap berkat kerja sama antara siswa dengan sekolah khususnya

siswa kelas 3 yang baru keluar. Perpustakaan sebagai sarana untuk

mendorong siswa agar giat belajar membaca buku, karena dengan

membaca buku siswa akan giat bertanya di dalam kelas serta

mempunyai wawasan yang luas yang belum mereka ketahui.

4) Sistem pengajaran dengan menggunakan VCD

Bahwasannya di era globalisasi ini SMA Widya Dharma menerapkan

cara pengajaran dengan menggunakan VCD. Dengan demikian, siswa

diharapkan mampu mengamati contoh-contoh yang ada pada media

tersebut. Dengan mengetahui contoh tersebut siswa secara langsung

mengetahui teori dan prakteknya. Dengan cara ini diharapkan nantinya

dapat mencetak siswa yang profesional dan berkualitas.

5) Komputerisasi

Sekolah SMA Widya Dharma ini menyedikan komputer 25 unit untuk

siswa serta guru dan karyawan sebanyak 8 unit. Dengan adanya

komputer ini sistem penilaian menggunakan scaner serta setiap

ulangan sudah menggunakan bentuk objektif. Tujuan sistem

koputerisasi diharapkan hasil siswa dapat diketahui secara langsung

dan siswa mampu bersaing dengan siswa yang lain dan bagi siswa
mendapatkan nilai di bawah rata-rata dapat secepatnya berbenah diri

dengan meningkatkan hasilnya pada ulangan berikutnya.

B. TEMUAN HASIL PENELITIAN

1. Problematika Pendidikan Agama Islam Di SMA Widya Dharma


Turen Malang

Dalam menghadapi problematika pendidikan agama islam di SMA

Widya Dharma Turen, dari hasil penelitian telah menemukan beberapa

problematika yang dihadapi pendidikan agama islam. Adapun beberapa

problem yang terjadi di SMA Widya Dharma Turen ini tidak hanya terjadi

pada anak didik, tetapi dari sisi lain juga telah menunjukkan kejanggalan

seperti problem pada pendidik, problem pada sarana dan prasarana,

problem pada dan lingkungan. Dari beberapa problem yang telah

disebutkan secara garis besar di atas, peneliti akan menguraikan tiga faktor

sebagai berikut:

a. faktor internal

1) Problem Anak Didik

Pendidikan agama islam adalah salah satu materi yang wajib

diterapkan disetiap lembaga pendidikan baik itu lembaga yang

bernafaskan islam maupun lembaga umum seperti di SMA Widya

Dharma Turen ini. Keberadaan pendidikan agama di SMA Widya

Dharma Turen diharapkan akan membantu perbaikan tingkah laku dan

membina kepribadian siswa di SMA Widya Dharma Turen. Dalam

materi pendidikan agam islam itu sendiri bagi siswa di SMA Widya

Dharma Turen Malang tidak terhindar dari problem yang


menghampiri. Problem yang sering di hadapi di SMA Widya Dharma

Turen yang berkaitan dengan siswa dalam hal materi adalah menerapa

materi yang disampaikan oleh guru kurang diminati oleh siswa di

SMA Widya Djharma Turen Malang. Problem ini timbul karena

didasari oleh beberapa faktor yang antara lain, yaitu: satu, jika dilihat

dari latar belakang keluarga siswa kebanyakan siswa yang sekolah di

SMA Widya Dharma Turen ini mayoritas islam, namun pada

kenyataan yang terjadi pengalaman siswa tentang ilmu pendidikan

agama islam masih sangat minim sekali, hal inilah yang menjadi faktor

awal munculnya problematika pendidikan agama islam, orang tua yang

kurang perhatian pada perkembangan pelajaran anaknya sehingga

ketika sudah terlanjur jauh seorang anak sangat tidak mungkin untuk

bisa membiasakan diri dalam mempelajari ilmu pendidikan agama

islam.

Dari penjelasan di atas sama hal yang di jelaskan ole guru

pendidikan agama kelas XII yaitu bapak H M. Ali. Fattar. Berikut

penjelasananya:

” Pada dasar problem awal yang terjadi pada siswa itukan karena
latar belakang keluarga, orang tua yang kurang memperhatikan
perkembangan belajar anaknya akan berdampak pada
kesuskesannya di sekolah. Jadi selain belajar di sekolah siswa
harus lebih giat belajar di rumah atau dalam lingkungan
keluarga, atau bagaimana cara orang tua memperhatikan
anaknya agar si anak tahulah tentang agama”65

65
Wawancara Dengan Bapak H.M. Ali Fattar Guru PAI, Pada Tanggal 21 November 2008. di
Ruang BK
Selain problem di atas problem yang ada di SMA Widya

Dharma dari Ibu Aulia Kurnia S.Pd.I guru pendidikan agama islam

kelas X yang memberikan pernyataan yang sama bahwa:

“Siswa terutama siswa kelas satu SMA Widya Dharma ini


pengetahuannya tentang agama sangat kurang, dalam hal baca
Al-Qur’an misalnya itu anak-anak yang bisa membaca Al-
Qur’an dengan benar masih dibawah rata-rata. Padahal
seumuran anak SMA sudah seharusnya membaca bisa Al-
Qur’an dengan benar. Tetapi karena perhatian dan kurang
minatnya mereka pada pendidikan agama islam karena mereka
menganggap bahwa pendidikan agama kurang penting dan
menganggap enteng sehingga anak-anak tidak bisa membaca
dan bahkan menulis Al-Qur’an sangat kurang sekali”66

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa problematika

pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen yang

berkaitan dengan pada anak didik sangat memprihatinkan. Maka untuk

mencari upaya pemecahannya akan dibahas pada bab selanjutnya.

2) Problem Pada Guru

Di SMA Widya Dharma Turen Malang jika dilihat dari tingkat

pendidikan guru yang sudah ditempuh sudah memenuhi standar

kualifikasi dan sudah selayaknya mendapatkan pelayanan yang baik

dari pemerintah khususnya guru pendidikan agama islam. Guru

pendidikan agama islam sudah menempuh jenjang pendidikan S.1

(strata satu) dan bisa dikatakan profesional dalam hal mengajar. Dari

hasil wawancara dengan kepala sekolah tentang keprofesionalnya guru

pendidikan agama islam di SMA Widya Dharama Turen, berikut hasil

wawancara dengan bapak Tri Djoko Kusminto yang menjelaskan

66
Wawancara Dengan Ibu Auliah Kurnia Pada Tanggal 18 November 2008 di Ruang Guru
bahwa, seorang guru dikatakan profesional bila sudah memiliki

kompetensi sebagai seorang pendidik, baik itu cara menghadapi siswa

yang bemasalah maupun cara guru itu mengajar. Guru juga harus

memiliki kemampuan dalam proses belajar mengajar, bahan ajar yang

disampaikan oleh guru sudah dikuasai dan pengelolaan kelas. Hal ini

menurut saya sebagai kepala sekolah dari pantauan dari jauh bahwa

guru di SMA Widya Dharma Turen sudah termasuk guru yang

profesional hal ini bisa dilihat dari latar belakang sekolahnya dan

karakter guru itu sendiri.67

b. Faktor Institusional

Problem Sarana Dan Prasarana.

Keadaan sarana dan prasarana sebagai alat penunjang di SMA

Widya Dharma Turen belum layak dan memadai khusus untuk

pendidikan agama islam, dari hasil observasi dan melihat

dokumentasinya sudah memberikan pelayanan untuk mata pelajaran

umum. Namun kembali pada pembahasan utama tentang sarana

pendidikan agama islam masih kurang memadai.

Memang tidak bisa dipungkiri kalau media untuk pendidikan

agama islam tidak ada yang terlalu tepat, sebenar bukan itu yang

menjadi problem utamanya. Adapun problem yang perlu diperhatikan

di SMA Widya Dharma Turen yang berkaitan tentang buku paket

pendidikan agama islam, buku paket yang manjadi fasilitas utama di

SMA Widya Dharma Turen ini dari pemaparan bpk Drs.H.M.Ali

67
Wawancara Dengan Kepala Sekolah , Bpk Tri Djoko Kusminto. Pada hari selasa pukul 10.30-
1145 tanggal 25 november 2008 (di Ruang Kepala Sekolah)
Fattar. Bahwa salah satu problem dari segi sarana yaitu buku paket

masih kurang dan sarana penunjang lainnya seperti sarana masjid. Di

SMA Widya Dharma Turen ini untuk kelas XII saja jumlah siswanya

lebih dari seratu siswa sedangkan jika dilihat dari buku paket hanya 39.

dari hasil wawancara ini penulis mencoba menelusuri tentang jumlah

buku paket yang ada di perpustakaan. Dan di perpustakaan penulis

meminta izin untuk mencari kebenaran tentang buku paket ternyata

benar. Dari penjelasan salah satu staf perpustakaan bahwa anak-anak

yang mau pinjam buku paket harus antri karena berkaitan dengan

jumlah bukunya masih kurang maka mau tidak mau siswa harus

menunggu temannya mengebalikan buku paket itu khususnya buku

pendidikan agama islam. Padahal jika dilihat dari keadaan

perpustakaan sudah menunjukkan suasana yang bagus namun buku-

buku yang ada diperpustakaan masih perlu ditambah.

Sedang buku paket yang ada di lembaga tersebut masih

memakai sistem kurikulum 1999, kurikulum yang ditetapkan di SMA

Widya Dharma Turen sudah menggunakan kurikulum KBK dan

KTSP, pada dasarnya kurikulum ini kurikulum baru dan bagi guru-

guru di SMA Widya Dharma masih belum mengetahui secara

maksimal jika ditinjau dari penerapanya dalam materi. Sehingga dalam

pengelolaan kurikulum guru-guru kurang mengauasai, sehingga akan

berdampak pada kurang kondusif terhadap proses belajar mengajar di

kelas.
Terkait dengan kurikulum dan buku paket sebagai sarana seperti

yang dijelaskan sebelumnya bahwa antara kurikulum dan buku paket

bertolak belakang. Buku paket yang di gunakan SMA Widya Dharma

Turen di masih kurikulum suplement (1999) seperti yang di jelaskan di

atas sedangkan kurikulum yang dituntut menggunakan kurikulum

KBK dan kurikulum KTSP. Inilah yang merupakan faktor dalam hal

kurikulum. Bagi guru khususnya guru agama islam memadukan kedua

kurikulum ini perlu pengetahuan yang lebih. Untuk itu kepala sekolah

mengikutkan beberapa guru khususnya guru agama untuk mengadakan

belajar lebih lanjut dengan pendidikan agama atau yang lebih disebut

MGMP, untuk mempelajari lebih jauh tentang kurikulum dan

pendidikan agama yang diadakan oleh Dinas Pendidikan Kota

Malang.68

Selain buku paket, problem tentang sarana dan prasarana yang

ada di SMA Widya Dharma Turen juga yang berkaitan mushala sudah

memberikan pelayanan yang baik. Di mushala fasilitasnya seperti

mukena sudah berjumlah 39, sedangkan Al-Qur’an 7 buah namun yang

itu bukan problem tentang fasilitas ini. Yang menjadi problem dalam

hal ini tempa wudlu masih belum memadai untuk dijadikan fasilitas.

Pada saat shalat jum’at siswa repot mencari tempat yang tertutup

khususnya yang perempuan dan tempatnya hanya satu kamar mandi di

dekat mushalat sehingga siswa walaupun sudah mulai shalat jum’at

siswa masih ada yang antri untuk berwudlu. Inilah salah satu problem

68
Wawancara Dengan Waka Kurikulum yaitu ibu Rina Z. Pada Hari Jum’at Tanggal 21 November
2008 di Ruang Waka Kurikulum SMA Widya Dharma Turen Malang
yang mesti diperbaiki oleh lembaga pendidikan SMA Widya Dharma.

Mushala adalah fasilitas pendidikan agama islam yang sangat konkret

untuk menunjang keberhasilan proses pembelajaran siswa dan guru

khususnya guru pendidikan agama islam.

c. Faktor eksternal

Problem Pada Lingkungan

Lingkungan pendidikan yang baik akan menciptakan pergaulan

yang baik terutama bagi anak-anak usia remaja. Di lingkungan sekitar

SMA Widya Dharma Turen jika dilihat dari lingkungan sekitarnya

kebanyakan siswa yang tinggal kos dan yang pasti jauh dari pantauan

orang tua. Maka dari itu pihak sekolah harus memperhatikan

lingkungan sekitar sekolah yang menjadi tempat tinggal siswa.

Lingkungan lembaga di SMA Widya Dharma Turen tidak

menjamin untuk mengarahkan siswa menjadi orang yang sesuai

dengan syar’at agama islam. Karena pengaruh lingkungan akan

berdampak pada perkembangan anak, baik itu dari tingkah laku dan

ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Di lingkungan sekitar

SMA Widya Dharma Turen seperti yang dijelaskan dalam tabel pada

bab sebelumnya bahwa lembaga ini tidak hanya menampung siswa

yang beragama islam akan tetapi ada beberapa siswa yang beragama

kristen. Kemungkinan besar pengaruh lingkungan yang terjadi antara

siswa dengan siswa, siswa dengan masyarakat akan berdampak buruk.

Dari hasil observasi tentang lingkungan yang dilakukan jauh

sebelum penelitian bahwa lingkungan di SMA Widya Dharma Turen


tentang lingkungan masyarakatnya tidak kondusif dalam hal

keagamaan. Pada waktu shalat jum’at misalnya masyarakat yang shalat

jum’atpun masih minim sekali apalagi siswa sebagai orang yang perlu

dididik dalampendidikan agamadari lingkungan setempat.

2. Kendala-Kendala Dalam Mengatasi Problematika Problematika


Pendidikan Agama Islam di SMA Widya Dharma Turen Malang

Ada beberapa kendala yang berkaitan dengan cara mengatasi

problem yang akan di uraikan secara umum di bawah ini. Kendala-

kendala tersebut adalah

a. Faktor Internal

1) Anak didik: adapun yang menjadi kendala dalam pemecahan

problematika pendidikan agama islam pada siswa yaitu kurang

minat siswa pada pendidikan agama islam. Siswa yang berada di

SMA Widya Dharma Turen dalam mempelajari pendidikan agama

islam pengetahuannya tentang agama yang kurang ditambah lagi

tidak minatnya maka sangat tidak mungkin siswa tersebut untuk

menguasai pendidikan agama islam.

2) Guru: Guru pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma

Turen belum menjadi guru PNS sehingga guru yang mengajar di

SMA Widya Dharma Turen ini selain mengajar di lembaga SMA

Widya Dharma Turen beliau juga mengajar dibeberapa lembaga

lain yaitu lembaga non forma seperti pesantren. Sehingga

waktunya untuk lembaga SMA Widya Dharma Turen sangat

terbatas.
3) Faktor Institusional

Sarana dan Prasarana: Dalam pengembangan sarana dan

prasarana kendala utamanya adalah kurangnya dana, berkaitan dengan

dana kepala sekolah belum bisa mengatakan ia untuk menambah

sarana dan prasarana yang berkaitan dengan fasilitas pendidikan

agama karena dana yang masuk selama ini masih digunakan untuk

perluan lain seperti memperbaiki pintu kelas, tembok karena di kelas

masih memakai tembok dari teriplen. Tetapi keinginan untuk

menambah buku paket khususnya buku paket pendidikan agama islam

tetap direncanakan, karena biar bagaimanapun pendidikan agama

islam juga sangat penting untuk ditingkatkan mutunya.69

b. Faktor Eksternal

Lingkungan: Lingkungan masyarakat yang ada di SMA Widya

Dharma Turen tidak memberikan pengaruh baik terhadap

perkembangan pendidikan agama islam. Lingkungan yang ada di

SMA Widya Dharma masih perlu diperbaiki dengan berkerja sama

antara masyarakat sekitar dengan pihak lembaga agar siswa bisa

menjadi anak bangsa yang sukses dalam bidak pendidikan agama

islam. Di lingkungan SMA Widya Dharma Turen sekitarnya bahwa di

belakang lembaga tersebut ada rental play station (PS). Tempat ini

memberikan berpengaruh yang kurang baik terhadap siswa karena

pada jam pelajaranpun beberapa siswa bermain selama berjam-jam di

tempat ini.

69
Hasil Wawancara Dengan Bapak Kepala Sekolah Pada Thari Selasa Anggal 25 November 2008
3. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Pemecahan Problematikan
Pendidikan Agama Islam di SMA Widya Dharma Turen

Dalam pembahasan ini akan dipaparkan secara gamblang tentang

upaya untuk mengatasi problematikan pendidikan agama islam di SMA

Widya Dharma Turen-Malang. Adapun problem yang diupayakan adalah

sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Anak didik

Adapun upaya dalam pemecahan problematiaka pendidikan

agama islam yang berkaitan dengan anak didik adalah, yang pertama,

orang tua dan guru selalu memberi motivasi terhadap perkembangan

belajar anak terhadap pendidikan agama islam, karena motivasi dari

orang-orang terdekat akan menjadikan siswa lebih giat belajar dalam

pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen Malang.

2) Pendidik

Adapun upaya pada guru bahwa guru harus mendapat perhatian

dari pemerintah untuk lebih meningkatkan kinerja guru terhadap

pseserta didik, walaupun sebernanya guru tidak perlu mengharapkan

imbalan yang lebih. selain itu guru diupayakan untuk meningkatkan

keprofesionalnya dalam hal pengetahuan khususnya pengetahuannya

tentang pendidikan agama islam, guru harus banyak membaca

referensi dan mengikuti seminar yang berkaitan dengan pendidikan

agama islam.
b. Faktor Institusional

- Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana di SMA Widya Dharma Turen perlu

diupayakan untuk menambah jumlah buku paket, karen buku paket

adalah sarana penunjang utama dalam keberhasilan pendidikan. Harus

diadakan perbaikan pada fasilitas mushala seperti kamar mandi

mushala agar siswa tidak terlalu antri ketika berwudlu pada saat shalat

jum’at dengan tujuan ketika melakukan shalat jum’at tetap kondusif

dan efisien.

c. Faktor Eksternal

- Lingkungan

Dalam pemecahannya problematika pada lingkungan diperlukan

bekerjasama antara guru dan masyarakat serta orang tua juga harus

ikut berperan dalam mengatasi problem tersebut. Problem yang diatasi

tersebut bisa meningkatkan minat belajar siswa terhadap pendidikan

agama islam di SMA Widya Dharma Turen Malang. Siswa juga harus

patuh pada perintah guru selama guru memberikan arahan yang baik

dan sesuai syar’at islam.


BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

A. Problematika Pendidikan Agama Islam di SMA Widya Dharma Turen


Malang
Sesuai dengan fokus penelitian dalam rumusan masalah yang mengkaji

tentang beberapa problematika pendidikan agama islam di SMA Widya

Dharma Turen. Adapun fokus permasalahan pada penelitian ini adalah tentang

problematika pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen-malang,

kendala-kendala dalam mengatasi problematika pendidikan agama islam, dan

upaya-upaya memecahkan problematika pendidikan agama islam di SMA

Widya Dharma Turen Malang.

Dari hasil penelitian beberapa problem yang dihadapi di SMA Widya

Dharma yang ditemukan selama melakukan penelitian yang berkaitan tentang

pendidikan agama islam. Tentu saja dalam problem ini ada beberapa faktor

yang menjadi dasar adanya problem tersebut. Adapun faktor tersebut adalah

sebagai berikut:

a. Faktor Internal

1) Problem Anak Didik

Dari awal hingga akhir kehidupan tentang problem pada anak

didik pasti membutuhkan bimbingan dan arahan. Walaupun pada

dasarnya manusia itu sudah mendapat fitrah dalam dirinya, anak didik

adalah manusia pedagogis yang sangat membutuhkan bimbingan dan

pemdidikan dari orang dewasa dengan tujuan menjadikan manusia

yang dewasa. Dari pendapatnya Zuhairini bahwa anak lahir sudah

membawa fitrah beragama kemudian tergantung kepada orang-orang


disekitarnya yang mengasah dan membimbingnya untuk menjadi

manusia yang baik.70 Apabila anak tersebut mendapatkan pendidikan

dan tidak dibina untuk menjadi orang yang lebih paham dalam hal

agama, dari paparan tokoh pendidikan tentang perkembangan

kejiwaan anak pada pendidikan agama islam bahwa setiap anak didik

mempunyai tingkat pengetahuan agama yang berbeda. Kadangkala

anak didik pada saat masuk sekolah sudah mempunyai pengetahuan

agama yang lebih dibanding temannya, karena ini tergantung

bagaimana cara orang tua mendidik di rumah sehingga ketika berada

di sekolah anak tidak seperti botol kosong yang diisi air. Akan tetapi

untuk anak yang sama sekali belum paham tentang agama seperti

kebanyakan pada anak yang ada di SMA Widya Dharma Turen

sebagian besar siswa masih banyak problem yang terjadi, karena

orang tua yang kurang perhatian pada perkembangan pendidikan

agama islam pada anak didik di SMA Widya Dharma Turen Malang,

sehingga bekal untuk kedepannya tentang agama, anak harus memulai

dari awal dan pengetahuannya sudah ketinggalan di banding temannya

yang sudah punya dasar tentang agama.

Di SMA Widya Dharma Turen masih banyak sekali siswa yang

kurang pengetahuan agamanya. Dalam hal baca tulis Al-Qur’an

misalnya, anak didik harus benar-benar diajari secara intensif untuk

bisa menulis satu kata tentang ayat-ayat Al-Qur’an, dan yang

berkaitan tentang pengamalannya siswa tentang pendidikan agama

70
Zuhairini, dkk, Methodik Khusus Pendidikan Agama (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hlm. 32
islam dalam hal praktek ibada seperti shalat, puasa ngaji masih minim

sekali apalagi untuk praktek slahat jum’at di sekolah itu yang dilihat

peneliti slama penelitian bahwa kebanyakan anak-anak ngobrol

dengan temannya saat shalat jum’at. Bagi siswa di SMA Widya

Dharma Turen, shalat bagi mereka bukan sesuatu yang wajib. Padahal

kita tahu untuk anak seumur anak SMA seperti yang ada di SMA

Widya Dharma Turen sudah selayaknya mengerjakan tugas yang

menjadi kewajibannya.

Dari penjelasan di atas dapat dibenarkan oleh guru PAI kelas

XII yaitu bpk Drs. H. M. Ali Fattar yang mengungkapkan sebagai

berikut:

“Siswa di SMA Widya Dharma Turen yang bisa saya lihat pada
bulan ramadhan itu kebanyakan mereka gak puasa, terbukti
ketika berada di kelaspun anak-anak masih ada yang rokok.
Khususnya anak cowok. Apalagi diluar kelas tindakan seperti itu
jelas bisa membuktikan bahwa pengamalannya dalam
pendidikan agama islam tentang praktek shalat, ngaji, dan puasa
itu masih minim”

Lebih lanjut bapak H.M Ali Fattar yang mengungkapkan

sebagai berikut mengatakan bahwa:

“Dalam hal baca Al-Qur’an itu susah sekali apalagi kalau saya
memberikan materi baca tulis Al-Qur’an di dalam kelas karena
sub pokok pembahasannya memang seperti itukan, itu anak-anak
kebanyakan tidak bisa ngaji, khususnya di kelas XII bahasa itu
kebanyakan belum bisa membaca Al-Qur’an” bahkan tulis huruf
arabpun masih banyak yang tidak bisa.71

Dari penjelasan guru pendidikan agama islam tersebut di atas

tentang kondisi siswa yang menjadi problem pendidikan agama islam

di SMA Widya Dharma Turen kurangnya minat siswa terhadap


71
Wawancara Dengan Guru Pendidikan Agama Islam SMA Widya Dharma Turen (bpk Drs. Tri
Djoko Kusminto) Pada Tanggal 21 November 2008, di Ruang Guru.
pendidikan agama islam karena siswa tidak terbiasa mempelajari

pendidikan agama islam di rumah dan juga orang tua yang tidak

memperhatikan dengan kondisi anaknya yang masih membutuhkan

bimbingannya. Problem itu terjadi bukan karena dari diri siswa itu

semata, akan tetapi bisa terjadi karena adanya faktor-faktor lain seperti

adanya pengaruh lingkungan masyarakat dan kurangnya motivasi dari

luar diri siswa yang merespon perkembangan pendidikan anak itu.

Selain problem di atas terdapat beberapa problem yang terjadi

karena pengaturan jam pelajaran di sekolah SMA Widya Dharma

Turen dan penempatan jam terutama pada jam terakhir. Maksudnya

apabila jam pendidikan agama islam di tempatkan pada jam terakhir

maka akan sangat besar kemungkinan timbulnya problem dan untuk

mempelajari pendidikan agama islam anak-anak sudah merasa

kelelahan. Dari hasil wawancara dengan guru PAI SMA Widya

Dharma Turen kelas X yaitu ibu Auliah Kurnia, S.Pd.I menjelaskan

bahwa:

“Setiap jam pelajaran pendidikan yang saya ajarkan pada anak


selalu mintanya istrahat padahal itu bukan jam istrahat dan
kadang-kadang anak-anak minta pulang padahal bukan waktunya
untuk pulang. Kalau sudah masuk jam pendidikan agama islam
anak-anak di kelas x kebanyakan tidur dan ngomong sendiri
kalau guru tidak bisa mengatur strategi untuk menarik minat
siswa ya proses belajar mengajar tidak akan kondusif dan
efisien”72

Dari paparan di atas memang pengaturan jam pelajaran

khususnya jam pelajaran pendidikan agama islam perlu diperhatikan,

agar tidak terjadi problem karena pada dasarnya untuk media


72
Wawancara Dengan Guru Pendidikan Agama Kelas X (ibu Auliah Kurnia SPdI) Pada Tanggal
21 November 2008, di Ruang Guru
pendidikan agama memang tidak ada media yang menarik seperti

pada pelajaran IPA dan mata pelajaran lainnya.

Untuk membuktikan lebih jauh tentang paparan ibu Auliah

Kurnia di atas, maka peneliti mencoba mewawancara siswa kelas X.

Dari hasil wawancara dengan salah satu murid kelas X tersebut

membenarkan kebanyakan siswa kurang minat terhadap pendidikan

agama islam, karena pada jam terakhir siswa sudah sangat lelah,

capek, dan membosankan serta tidak ada media yang mendukung

untuk meningkatkan daya ingat hasil belajar tersebut. Siswa tersebut

mengungkapkannya secara gamblang seharusnya guru-guru tahu mata

pelajaran yang tepat untuk jam terkhir dan mata pelajaran untuk jam

pertama.73 Sedangkan menurut penulis bahwa mata pelajaran

pendidikan agama islam ditempatkan pada jam pertama karena

keadaan otak siswa masih fress dan bisa menerima pelajaran dengan

baik. Akan tetapi untuk pelajaran umum seperti IPA dan lainnya yang

banyak prakterk daripada teori bisa ditempatkan pada jam-jam

terakhir.

Uraian di atas dapat disimpulkan bahwa siswa di SMA Widya

Dharma Turen dalam hal pendidikan agama islam masih menganggap

bukan materi yang penting, dan menganggap itu bukan suatu

kewajiban yang harus dipelajari secara intensi seperti mata pelajaran

lain sehingga siswa tidak berminat untuk mempelajarinya.

73
Wawancara Dengan Nur Alinda Siswa Kelas XI Diruang Ruang Kelas XI IPA Pada Tanggal 18
November 2008
2) Problem Pendidik.

Pendidik merupakan salah satu faktor penting dalam proses

pendidikan, karena pendidik akan bertanggung jawab untuk mendidik

dan membina dalam proses belajar mengajar kearah pembentukan

pribadi yang baik, cerdas, terampil dan mempunyai wawasan yang luas

untuk dunia dan akhirat.

Perwujudan guru yang diharapkan itu tidak semudah yang

dibayangkan, karena faktor yang terkait tidak semudah yang

dibayangkan, karena banyak faktor yang terkait dan saling

mempengaruhi. Kaum guru sendiri sesungguhnya mempunyai

keinginan untuk tampil sebagai guru idaman. Namun perlu diingat

bahwa semuanya tidak hanya terletak pada diri para guru saja, sebagian

besar faktornya di luar para guru itu sendiri. Guru tidak mungkin

meewujudkan kinerjanya dengan optimal tanpa dukungan dari pihak

lain termasuk siswa, orang tua, pemerintah dan masyarakat sekitar.

Yang paling dituntut saat ini guru harus menunjukkan kinerja yang

ideal sementara yang menjadi hak-hak guru belum sepenuhnya diterima

oleh guru.

Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa pendidikan anak

didik tidak hanya di serahkan sepenuhnya oleh guru akan tetapi orang

tua yang mempunyai peran utama yang lebih tahu kepribadian dan

kemauan anak. Walaupun keberadaan guru pendidikan agama islam

tetap diperhitungkan apalagi di SMA Widya Dharma Turen ini siswa

masih membutuhkan bimbingan dari seorang guru yang mempunyai


akhlak yang baik khususnya dari guru pendidikan agama islam,

keberadaan guru di SMA Widya Dharma Turen sangat penting apalagi

di era globalisasi seperti saat ini yang pergaulannya bercampur ala

barat, dan di situlah guru mempunyai peran penting dalam membina

siswa khususnya guru pendidikan agama islam. Guru pendidikan

agama islam di SMA Widya Dharma Turen dituntut untuk

memperbaiki citra kehidupan siswa untuk menjadi generasi yang

intelektual baik dalam hal ilmu umum maupun dalam ilmu pendidikan

agama itu sendiri.

Pendapat di atas sama halnya seperti yang diungkapkan oleh

kepala sekolah dari hasil wawancara dengan bapak Tri Djoko Kusminto

sebagai seorang pemimpin yang memandangnya secara pribadi tentang

guru pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen

mempunyai pribadi yang unggul dalam Keprofesionalnya, di sini

menurut kepala sekolah, guru di SMA Widya Dharma Turen khususnya

guru pendidikan agam islam sudah memenuhi standar kualifikasi untuk

menjadi seorang yang patut di teladani oleh orang lain khususnya untuk

siswa di SMA Widya Dharma Turen. Jika dilihat dari latar belakang

kependidikan guru seperti yang diterapkan dalam tabel bahwa guru

pendidikan agama islam sudah sesuai seperti yang diharapkan karena

guru pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen sudah

menempuh pendidikan sarjana yaitu S.1 (strata satu) maka dari itu guru

pendidikan agama islam bisa dikatakan profesional. Akan tetapi harus

kembali lagi pada kehidupan pribadi guru itu sendiri yaitu guru
pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma belum mendapat

pelayanan yang baik dari pemerintah. Sebab guru pendidikan agama

islam di sini belum PNS, untuk itu guru pendidikan agama islam di

SMA Widya Dharma Turen harus mengajar dibeberapa lembaga lain

untuk menambah biaya hidup sehingga waktunya untuk lembaga SMA

Widya Dharma Turen ini sangat terbatas.74

Dari penjelasan di atas kalau dikaitkan dengan pendapat Mukti Ali,

yang memberi penjelasan tentang kegunaan guru dalam membina dan

mendidik siswa yaitu; pekerjaan guru adalah pekerjaan yang muliah

dan luhur, baik ditinjau dari sudut masyarakat dan Negara dan ditinjau

dari sudut keagamaan. Tinggin rendahnya kebudayaan suatu

masyarakat , maju atau mundurnya tingkat kebudayaan suatu

masyarakat, tergantung kepada pendidikan dan pengajaran yang

diberikan oleh guru-guru terutama guru pendidikan agama islam, makin

baik pula pendidikan dan pengajaran yang diterima oleh anak didik dan

makin tinggi pula derajat masyarakat.75

Di SMA Widya Dharma Turen selain problem pada guru karena

pada dasar guru pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen

tidak hanya satu tetapi ada tiga orang, untuk itu tingkat

pengetahuannyapun berbeda-beda. Tentang guru pendidikan agama

islam yang mengajar kelas X seperti yang jelaskan bapak kepala

sekolah, kurang menguasai tentang kurikulum atau tidak terlalu

profesional karena guru tersebut baru lulus, sehingga dalam hal


74
Hasi Wawancara Dengan Kepala Sekolah SMA Widya Dharma Turen, Bapak Tri Djoko
Kusminto Pada Hari Selasa Tanggal 25 November 2008
75
Mukti Ali, Op, Cit., hlm.81-82
menguasai materipun bisa dikatakan masih perlu menambah wawasan

agar mencapai standar kualifikasi seperti yang diharapkan semua pihak.

Tetapi pihak sekolah memberi kebijakan pada guru tersebut untuk

mengikut sertakannya dalam pembinaan guru atau seminar yang

diadakan di kota Malang khusususnya dalam pendidikan agama islam.

b. Faktor Institusional

1) Problem Sarana dan Prasarana


Sarana dan prasarana adalah penunjang untuk keberhasilan proses

belajar mengajar. Dengan adanya sarana dan prasarana proses belajar

mengajar yang ada di SMA Widya Dharmna Turen bisa

mempraktekkan teori yang dipelajari di dalam kelas.

Di SMA Widya Dharma Turen tentang problem yang dihadapi

yang berkaitan dengan sarana dan prasarana salah satunya tentang

keberadaan buku paket. Buku paket yang ada di SMA Widya Dharma

belum bisa memadai proses belajar mengajar terhadap pendidikan

agama islam, buku paket adalah sarana yang sangat intim yang harus

dimiliki oleh lembaga, kekurangan buku paket di SMA Widya

Dharma Turen akan berdampak buruk pada perkembangan

pengetahuan siswa tentang pendidikan agama islam.

Jumlah buku paket yang ada dimiliki SMA Widya Dharma tidak

sesuai dengan kebutuhan siswa, karena buku paket yang jumlah

sangat sedikit bila dibandingkan dengan jumlah siswa yang relatif

banyak tidak bisa memadainya. Masih terkait problem buku paket,

seperti yang dijelaskan sebelumnya bahwa di SMA Widya Dharma

Turen sudah menggunakan kurikulum KBK dan kurikulum KTSP


sementara buku paket yang menjadi penunjang pokok dalam

pembelajaran pendidikan agama islam masih sistim kurikulum 1999

(suplemen). bisa dibayangkan bahwa memadukan kedua hal tersebut

bagi guru dan siswa sangat sulit walaupun mungkin bagi guru mudah

tetapi murid yang belum mengetahui apa itu kurikulum sangat sulit

untuk mengerti ketika guru menerapkan sesuai tuntutan kurikulum.76

Selain problem pada sarana dan prasaran tentang buku paket

masih ada problem lain tentang keberadaan sarana ibada di SMA

Widya Dharma yang perlu ditelusuri, di belakang gedung kelas XII

Bahasa terdapat masjid. Masjid adalah sarana dan prasarana

pendidikan agama islam yang sangat penting keberadaannya. Fasilitas

yang ada di masjid seperti mukena, Al-Qur’an sudah memenuhi

syarat. Namu dari segi penunjang lain seperti kamar mandi yang

terdapat di samping masjid masih perlu direnovasi. Karena

keberadaan kamar mandi akan memberikan kenyamanan tersendiri

untuk kelancaran beribada, kamar mandi itu masih dalam keadaan

terbuka dan untuk tempat berwudlupun hanya satu, maka dari itu bagi

siswa yang berjumlah sangat banyak belum bisa memadai proses

kelancara praktek peribadatan, sebab dari hasil observasi yang

kebetulan peneliti melakukan penelitian pada hari jum’at ketika siswa

mengadakan shalat berjama’ah dan berwudlu masih banyak siswa

yang antri sehingga pada saat shalat jum’at sudah dimulaipun siswa

masih banyak yang belum berwudlu dan pada akhirnya banyak siswa
76
Polarisasi Di Atas Merupakan Hasilwawancara Penelitian Seacar Umum Terhadap Beberapa
Tenaga Kependidikan Dan Wakakurikulum Di SMA Widya Dharma Turen Malang, Pada Tanggal
25 November 2008 Di Ruang Waka Kurikulum.
yang pulang karena malas antri tempat untuk mengambil air wudlu.

Ini adalah bentuk problem yang terjadi di SMA Widya Dharma Turen

yang berkaitan dengan sarana dan prasarana. Untuk itu pihak sekolah

terutama kepala sekolah bisa memberikan kebijakan untuk sarana

pendidikan agama islam agar apa yang menjadi problem pendidikan

di dalam kelas bisa di selesaikan di masjid.

c. Faktor Eksternal

1) Problem Lingkungan
Pergaualan dengan teman dan lingkungan lainnya juga sangat

menentukan kesuksesan anak didik dalam mempealajari ilmu

pendidikan agama islam. Terlebih dengan menjamurnya tempat-

tempat permainan yang tersedia dalam lingkungan tempat tinggal

siswa sehingga akan menjadi factor utama dalam menghabat

keinginan anak untuk konsentrasi dengan baik pada pendidikan

agama islam mapun ilmu pendidikan umum. Di beberapa tempat di

SMA Widya Dharma Turen tersedia beberapa tempat permainan

seperti play station (PS), tempat permainan beliar, cukup bayar Rp.

3000-5000 anak-anak bisa menikmati permainan sampai tiga jam

bahkan sampai puas. Dalam waktu tiga jam ini kalau digunakan

untuk belajar maka anak didik sudah bisa menghafal beberapa ayat-

ayat yang menjadi tugasnya di sekolah, dalam hal tersebut bisa

dibayangkan ini kondisi fisik dan pikiran anakpun akan merasa

kelelahan.77

77
N. Nugroho, Belajar Mengatasi Hambatan Belajar, (Jakarta: Prestasi Pustaka 2007), hlm. 47-48
Dari uraian di atas adalah gambaran yang terjadi pada

lingkungan anak didik di sekitar lingkungan SMA Widya Dharma

Turen yang di jelaskan lebih dalam sebagai berikut:

Pertma, mengenai lingkungan keluarga dimana orang tua dan

anak seharusnya saling membagi untuk memecahkan problem yang

terjadi pada diri anak. Orang tua siswa yang ada di SMA Widya

Dharma Turen kurang memperhatikan keadaan anaknya dalam hal

pendidikan maupun pendidikan agama islam. Hal ini bisa dipastikan

dengan melihat realita yang terjadi pada diri siswa di SMA Widya

Dharma Turen, lingkungan keluarga inilah yang menjadi dasar

timbulnya problematika pada anak, tidak adanya junjungan dari

orang tua untuk menerapkan pada anak agar mempelajari pendidikan

agama islam lebih dalam, sehingga pengetahuan anak tentang

agamapun sangat kurang. Perhatian orang untuk membina ilmu

agama sebagai bekal dunia dan akhirat harus diperhatikan sejak awal

sehingga pada waktu anak masuk SMA pun anak-anak sudah bisa

atau terbiasa dengan hal yang berbau religius.

Kedua, lingkungan masyarakat, di sekitar SMA Widya

Dharma Turen, lingkungan masyrakatnya belum bisa dikatakan baik

karena masyarakat tidak menunjukkan perhatian yang positif

terhadap siswa yang tinggal kos. Walaupun lingkungan tersebut bisa

dikatakan mayoritas beragama islam di sekitar lingkungan sekolah

SMA Widya Dharma Turen ini akan tetapi untuk praktek

lapangannya masih minim. Karena dari hasil pantauan peneliti jauh


sebelum diadakan penelitian di SMA Widya Dharma Turen, kondisi

lingkungan tidak menunjukkan perilaku yang bisa mencontoh bagi

siswa. Padahal di lingkungan tersebut yang sekolah di SMA Widya

Dharma kebanyak siswa pendatang dan otomatis siswa tinggal kos

sehingga siswapun jauh dari pantauan orang tua.

Tentang kondisi lingkungan masyarakat yang ada di sekitar

SMA Widya Dharma Turen ini pada waktu shalatpun kebanyakan

orang tua maupun anak muda masih ngobrol di tempat khusus,

biasanya tempat tersebut digunakan oleh sebagian masyarakat atau

anak muda untuk minum-minum dan di tempat itu juga tersedia

tempat untuk bermain beliar. Hal itu bukan tidak mungkin akan

mempengaruhi perkembangan pembelajaran siswa apalagi untuk

belajar pendidikan agama islam untuk mempelajar yang lain seperti

ilmu umumpun pasti akan berpengaruh.

Dari hasil penelitian observasi di atas sama halnya seperti yang

diungkapkan bpk. kepala sekolah yaitu:

“Tentang pengaruh lingkunan terhadap perkembangan siswa


tetap ada, apalagi di belakang sekolah ini terdapat tempat
permainan yang namanya play station (PS), kadang anak
keluarnya meloncat pagar belakang itu (sambil menunjukkan
pagar yang ada di belakang gedung) di situ siswa bermain
sampai proses belajar usai. Kami sebagai pihak guru merasa
prihatin dengan keadaan seperti itu, biasanya saya kalau sudah
tahu ada siswa yang main di tempat tersebut saya akan
menjemput dan besoknya akan dipanggil orang tuanya. Dan
pihak guru, orang tua dan siswa tersebut akan duduk
berdampingan untuk membicarakan masalah ini yang nantinya
akan diselesai bersama”78

78
Wawancara Dengan Kepala Sekolah bpk. Drs. Tri Djoko Kusminto,Pada Tanggal 18 November
2008 di Ruang Kepala Sekolah
Adapun lebih jelasnya tentang problem lingkungan di SMA

Widya Dharma Turen ini menurut peneliti tidak adanya kerjasama

antara guru dan masyarakat sekitar sehingga apapun yang terjadi

pada diri bagi masyarakat lepas tangan. Padahal jika dilihat tentang

tanggung jawab seseorang misalnya masyarakat walaupun bukan

anaknya sendiri tetap saja bertanggung jawab apabila melihat anak

atau siswa melakukan hal-hal di luar syar’at islam.

Dari beberapa problem di atas akan di cari solusinya pada

pembahasan selanjutnya yang nantinya bisa menjadi masukan dan

arahan untuk kelancaran proses pendidikan agama islam di SMA

Widya Dharma Turen Malang.

B. Kendala-Kendala Dalam Mengatasi Problematika Pendidikan Agama


Islam
a. Faktor internal
1) Kendala Pada Anak Didik

Adapun kendala pada anak didik tentang problematika pendidikan

agama islam di SMA Widya Dharma Turen ini terkait dengan minat

siswa, minat siswa pada pembelajaran pendidikan agama islam sangat

minim sekali. Sehingga bagi guru dalam pemecahanya problem susah,

karena tidak ada kemauan siswa untuk belajar pendidikan agama islam.

Seharusnya siswa mempunyai kemauan yang tinggi baik dalam

mempelajari ilmu umum maupun ilmu pendidikan agama islam walaupun

pada dasarnya siswa tidak mempunyai dasar pengetahuan. apabila ada

kemauan pasti akan sukses dalam mempelajari pendidikan agama islam.


Hasil wawancara dengan ibu Auliah Kurniah bahwa minat anak

sangat minim, ketika disuruh hafal Al-Qur’an untuk tugas minggu depan

masih belum mencapai separoh dari siswa yang bisa hafal, dalam hal

materipun juga seperti itu. Bagi siswa masih menganggap tidak penting,

ilmu agama dianggap enteng sehingga tidak memperhatikan tentang

pelajaran pendidiakna agama islam. Selain itu siswa di SMA Widya

Dharma Turen masih berpikir kalau ilmu pendidikan agama islam tidak

termasuk materi UNAS maka dari itu siswa kebanyakan tidak

memperhatikan pendidikan agama.79

2) Kendala Pada Pendidik

Kendala pada guru sebenarnya tidak terlalu ditemukan, cuman

waktu guru pendidikan agama islam sangat kurang sehingga untuk lebih

memantau perkembangan pendidikan agama islampun masih sedikit.

Pemerintah kurang memperhatikan keadaan guru, agar guru bisa tetap

mengajar di satu lembaga, guru belum bisa menguasasi kurikulum baru

karena memang kurikulum yang dipakai masih termasuk kurikulum baru.

Akhir-akhir ini banyak guru yang tidak bangga dengan profesinya

khususnya guru pendidikan agama islam, bahkan ketika ditanyapun pasti

guru menjawabnya malu-malu. Dan tidak sedikit gurupun yang bertahan

menjadi guru hanya karena tidak memperoleh alternative kehidupan lain.

Sebagaimana pendapat Mukti Ali yang mengatakan: guru sendiri sudah

semakin tidak bangga dengan profesinya, artinya guru selalu identik

dengan kemiskinan, sehingga siswapun semakin tidak berminat dengan

79
Wawancara Ibu Auliah Kurnia S.Pd.I Guru Pendidikan Agama Islam 18 November 2008 di
Ruang Guru
pendidikan agama islam karena takut berprofesi menjadi seorang guru

kalaupun itu banyak siswa yang masuk jurusan pendidikan khususnya

pendidikan agama islam itu karena terpaksa bukan atas dasar

kemauannya.80

Dengan adanya penjelasan di atas pemerintah juga harus

memperhatikan keadaan guru, kurangnya perhatian pemerinta terhadap

kelayakan biaya hidup guru akan berdampak pada tidak minatnya siswa

pada jurusan atau materi pendidikan agama islam.

b. Factor Institusional
1) Sarana dan Prasarana

Tidak bisa dipungkiri kalau masalah dana adalah pokok dari segala

problem, untuk meningkatkan fasilitas sekolah SMA Widya Dharma.

Tentang dana untuk membeli buku paket yang masih belum bisa teratasi

karena masih banyak yang perlu diperbaiki seperti fasilitas kelas, akan

berdampak pada penundaan memperbaiki fasilitas pendidikan agama

islam seperti buku paket, sarana masjid yang berkaitan dengan sarana

ibada. Kendala ini bisa juga terjadi karena hubungan timbal balik pihak

yayasan SMA Widya Dharma Turen dan masyarakat kurang harmonis

sehingga bantuan yang masukpun berkurang.

c. Factor Eksternal
1) Lingkungan

Kendala pada lingkungan di SMA Widya Dharma Turen seperti yang

diutarakan pada problem tersebut di atas bahwa keluarga dan lingkungan

masyarakat kurang memperhatikan keadaan anak didik sehingga anak

80
M. Ali Hasan & Mukti Ali, Op Cit., hlm.
terbengkalai begitu saja tanpa ada motivasi dan didikan dari orang yang

menjadi dasar pengetahuan anak. Adanya tempat-tempat permainan di

dekat lingkungan SMA Widya Dharma Turen akan menjadikan anak didik

kurang minat pada pendidikan agama islam dan kebanyakan anak didik

menghabiskan waktu pada tempat tersebut.

C. Upaya-Upaya Yang Dilakukan Dalam Mengatasi Mproblematika


Pendidikan Agama Islam di SMA Widya Dharma Turen Malang
Dari beberapa problem yang ditemukan selama penelitian penulis akan

menguraikan beberapa upaya untuk memecahkan problem yang terjadi di

SMA Widya Dharma Turen, dengan pendapat dari pihak-pihak yang terkait

seperti para guru pendidikan agama islam maupun pihak-pihak yang ada di

SMA Widya Dharma Turen serta dengan mematokkan dari pendapatnya para

tokoh-tokoh pendidikan pada umumnya dan dari pendapat penulis itu sendiri.

Adapun beberapa problem yang perlu diselesaikan dalam pembahasan kali ini

adalah tentang hal-hal sebagai berikut:

a. Faktor internal

1) Anak Didik

Untuk mengatasi beberapa problem yang terjadi pada anak didik di

SMA Widya Dharma Turen diperlukan keuletan dan kesabaran pihak-

pihak yang terkait seperti guru, dan orang tua. Karena biar bagaimanapun

anak didik adalah orang yang masih perlu mendapat bimbingan dan arahan

dari orang dewasa sehingga segala sesuatu harus ada pihak untuk

menunjukan jalan pada anak ke jalan yang lurus. Dari beberapa problem

seperti yang diuaraikan sebelumnya bahwa minat dan kemauan siswa


untuk mempelajari pendidikan agama islam agar lebih optimal dan cerdas

dalam hal agama yaitu guru harus pintar-pintar mengatur strategi agar bisa

menarik minat siswa.

Guru dan pihak sekolah yang ada di SMA Widya Dharma Turen

mencoba mengatasi problem yang timbul pada diri siswa, guru mencoba

menggunakan strategi-strategi dan metode yang bervariasi untuk

mengatasi problem yang terjadi pada setiap anak, dan waktu agar anak

tidak merasa bosan dengan pelajaran yang diberikan oleh gurunya.

Adapun beberapa upaya untuk mengatasi problematika pendidikan

agama islam pada anak didik bagi setiap guru berbeda-beda. Menurut ibu

Auliah Kurnia guru pendidikan agama kelas X dalam mengatasi problem

yang terjadi pada anak didik menyampaikan beberapa strategi bahwa :

“Dalam mengatasi problem terhadap siswa yang kurang minat


terhadap pendidikan agama islam, sebelum memualai proses belajar
mengajar yaitu pada waktu pertama masuk kelas saya perhatikan
tingkat minatnya siswa, kemudian apabila ada problem seperti itu
maka saya ajak guyon, rileks, dan memberikan pertanyaan yang
membuat anak ceriah akat tetapi sesuai dengan inti materi, dan selain
itu memberi motivasi juga penting agar siswa tidak merasa lelah dan
bosan kemudian dilakukan pertanyaan umpan balik dengan tujuan
untuk menarik minat siswa”81

Dari paparan di atas suatu cara untuk mengatasi problem yang timbul

dalam pendidikan agama islam. Karena pada dasarnya untuk mata

pelajaran pendidikan agama islam tidak ada media yang terlalu menarik

sehingga bagi anak-anak pendidikan agama islam bukan suatu yang

penting karena tidak ada perhatian khusus terhadap mata pelajaran

81
Wawancara Dengan Ibu Aullia Kurnia Pada Tanggal 18 November 2008
tersebut. Maka dari itu guru mencoba memberikan keceriaan untuk

meningkatkan daya minat siswa terhadap prndidikan agama islam.

Selain itu masih banyak cara lain untuk menumbuhkan minat siswa

terhadap pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen. Menurut

Mc. Donal dalam bukunya Sardiman untuk mengatasi problematika

pembelajaran siswa terhadap mata pelajaran “diperlukan motivasi,

motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai

dengan munculnya “feeling” dan didahului tanggapan terhadap tujuan”82

Seperti yang dijelaskan tersebut bahwa motivasi sangat penting untuk

meningkatkan minat belajar siswa SMA Widya Dharma Turen dalam

pendidikan agama islam karena motivasi adalah serangkaian usaha untuk

menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga siswa mau dan ingin

melakukan sesuatu. Jadi motivasi itu untuk merangsang agar siswa yang

tidak berminat dengan pembelajaran pendidikan agama islam di SMA

Widya Dharma Turen bisa teratasi.

Hal di atas seringkali digunakan oleh para guru termasuk guru

pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen sebagaimana

penjelasan bpk. H. Abdul Halim guru pendidikan agama islam kelas XI

tentang memotivasi adalah salah satu upaya untuk memecahkan

problematika pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen

adalah seabgai berikut:

82
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, (PT. Raja Grafindo Persada, 1986), hlm.
73
“Untuk memotivasi biasanya saya menyediakan benda yang berupa
hadia, seperti buku bacaan agama islam, dan juga agenda muslim.
Kadang kalau ada rezki itu mbak, saya memberikan Al-Qur’an kecil
bagi anak yang pintar, hal itu saya lakukan agar siswa yang tidak
bisa mau belajar kaya membaca Al-Qur’an bisa menarik hatinya agar
mau belajar seperti temannya yang dikasih hadia. Dengan harapan
saya, anak yang tidak bisa merespon bahwa orang bisa itu selalu
mendapat imbalan yang baik, tetapi untuk anak yang tidak bisa tetap
diperhatikan, melakukan pendekatan baik di dalam kelas maupun di
luar kelas”83

Dari element yang yang dijelaskan oleh bpk Abdul Halim di atas

disimpulkan bawa motivasi itu sebagai sesuatu yang kompleks. Motivasi

akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri

anak, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan,

dan juga emosi, untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Semua ini

tentunya didorong oleh karena adaya kebutuhan atau suatu keinginan dari

dalam diri itu sendiri.

Sedangkan menurut bapak H.M. Ali Fattar guru pendidikan agama

islam yang mengajar kelas XII yang mengatakan bahwa dalam mengatasi

problem siswa diperlukan pendekatan secara intensif, sehingga anak-anak

merasa dihargai dan di sayangi. Di SMA Widya Dharma Turen salah satu

fakto problem pegamalan anak terhadap shalat berjama’ah, puasa dan

membaca Al-Qur’an diperlukan penganganan serius dari orang tua dan

guru khususnya guru pendidikan agama islam. Untuk mengatasi problem

yang tidak mengikuti shalat jum’at menurut bpk. H.M. Ali Fattar yang

mengungkapkan sebagai berikut:

83
Wawancara Dengan bpk. Abdul Halim S.Pd.I, (Guru Pendidikan Agama Islam Kelas XI), Pada
Tanggal 18 November 2008.
“Kalau anak-anak yang tidak mengikuti shalat jum’at tetap ada
sanksi, akan tetapi sanksi yang diberikan yang bersifat mendidik
seperti anak disuruh rangkum hasil khutbah, merangkum
diperpustakaan sesuai judul khutbah, kadang orang tuangya juga di
panggil kalau memang kesalahan anak tersebut sudah sangat
kelewatan untuk ikut andil dalam menyelesaikan problem pada
siswa”84

Jadi kesimpulannya dalam memberikan hukuman sebagai upaya

untuk memecahlan problematikan pendidikan agama islam harus bersifat

mendidik, karena anak usia remaja perkembangan kejiwaannya masih

belum stabil jadi perlukan keuletan dan perhatian yang lebih dari orang

terdekat seperti guru agama, orang tua dan lain-lain.

2) Upaya Pendidik

Sebenarnya guru adalah orang yang dituntut untuk bisa


menyelesaikan problem yang terjadi pada diri seseorang khususnya
siswa, Untuk mengatasi problem tersebut seorang guru juga turut
memegang peranan yang tidak kala pentingnya dalam proses belajar
mengajar. Bagaimana guru bisa menyampaian materi pelajaran agar
bisa menarik dan mudah dipahami anak didiknya sehingga pelajaran
tidak terasa memobasankan. Seorang guru harus mampu menjadi
inovator dan inspirator bagi anak didiknya dalam belajar. Semangat
guru dalam menyampaikan sebuah materi pelajaran tentu saja sangat
menentukan langkah selanjutnya dari para anak didiknya dalam
memperdalam materi tersebut. Jika pada saat awal menyampaikan
materi seorang guru sudah terlihat tidak bersemangat dan tidak memiliki
antusiasme yang tinggi maka akan berdampak pada keberhasilannya
dalam menyampaikan materi pelajaran.
Tentang problem guru yang perlu diperhatikan penampilannya,

penampilan guru sangat mempengaruhi minat siswa dalam belajar.

Namun dalam hal pendidikan agama islam, guru harus mempunyai


84
Wawancara Dengan Bapak H.M. Ali Fattar Guru PAI, Pada Tanggal 21 November 2008. di
Ruang Kepala Sekolah
akhlak yang baik dan bisa menjadi contoh tauladan bagi siswanya.

Tentang problem yang terjadi pada guru di SMA Widya Dharma Turen

tentang keterbatasan waktu guru untuk lebih mengabdi pada lembaga

SMA Widya Dharma Turen ini, keterbatasan waktu ini bukan atas dasar

timbul karena kemauan dari pendidik itu sendiri, namun dari beberapa

factor yang berkaitan dengan keadaan pendidik misalnya kurang biaya

hidup. Untuk mengatasi hal tersebut menurut bapak kepala sekolah

diharapkan pada pemerintah untuk lebih memperhatikan keadaan guru

pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen, dengan adanya

perhatian itu makan guru pendidikan agama islam bisa mendidik anak-

anak secara intensif sesuai dengan yang diinginkan oleh sekolah.

Selain problem itu masih ada beberapa problem lain yang perlu di

cari solusinya seperti kualitas guru, tidak semua guru mempunyai

pengetahuan lebih. Kadangkala guru pandidikan agama pengetahuannya

tentang agama bisa saja kurang. Karena guru yang mengajar di SMA

Widya Dharma ini terdapat tiga orang guru, maka tingkat

pengetahuannyapun berbeda-beda. Untuk guru yang belum professional

khususnya dalam pendidikan agama islam kepala sekolah

mengupayakan untuk mengikuti seminar, dan MGMP yang diadakan

khusus untuk ilmu pengetahuan pendidikan agama islam. Dengan begitu

harapan kami sebagai kepala sekolah bisa menjadi guru yang

professional baik dalam hal penyampaian materi, kurikulum, dan

menghadapi anak didik di SMA Widya Dharma Turen.


b. Factor institusional

1) Upaya Sarana Dan Prasarana

Dalam upaya untuk memecahkan problematika pendidikan agama

islam pada sarana dan prasarana di SMA Widya Dharma Turen,

diperlukan peningkatan sarana yaitu tentang jumlah buku paket

diperbanyak agar siswa bisa memiliki dan bisa pinjam sesering mungkin

apabila diperlukan. Untuk meningkatkan sarana pendidikan agama islam

di SMA Widya Dharma Turen, guru hendaknya berusaha memperoleh

sesuatu bila sesuai dengan obyek pendidikannya, maka pencapaian tujuan

bisa sesuai seperti yang diharapkan.

Dari segi sarana dan prasarana pendidikan agama islam diperlukan

adanya usaha untuk meningkatkan yaitu dengan melakukan beberapa hal

sebagai berikut:

1) Mengajukan proposal kepada pemerintah agar bisa membantu baik

berupa dana atau berupa buku paket terutama buku paket pendidikan

agama islam.

2) Kepala sekolah harus mempunyai hubungan timbal balik yang baik

dengan masyarakat agar masyarakat bisa memberikan bantuan untuk

membeli instansi-instansi sekolah.

c. Faktor eksternal

1) Upaya Pada Lingkungan

Suasana lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap

perkembangan proses belajar anak terhadap pndidikan agama islam.

Upaya untuk mengatasi problem yang terjadi pada lingkungan di SMA


Widya Dharma Turen harus ada kerja sama antara masyarakat dan

pihak sekolah. Lingkungan masyarakat yang memberikan pengaruh

baik akan berdampak positif pada perkembangan pendidikan agama

islam di SMA Widya Dharma Turen.

Lingkungan pendidikan tidak hanyak mengacu pada lingkungan

di dalam sekolah saja akan tetapi lingkungan keluarga juga perlu

memperhatikan problem yang timbul pada anak sebagai peserta didik.

Keluarga sangat berpengaruh sekali pada tingkah laku dan pola pikir

anak didik untuk memantau apa yang menjadi kegiatan siswa sehari-

hari, tidak mungkin guru melakukan seorang diri apa yang menjadi

kegiatan siswa, akan tetapi peran orang tua sangat penting untuk

dilakukan. Apalagi orang tua pada umumnya tidak mengauasai

masalah-masalah mengenai pendidikan terutama pendidikan agama

islam.

Di lingkungan SMA Widya Dharma Turen mengenai lingkungan

keluarga kurang memperhatikan perkembangan pendidikan agama

islam, sehingga anak didikpun terpengaruh dengan kondisi dan situasi

yang ada. Kurangnya perhatian orang tua pada anaknya dalam hal

pendidikan agama islam ini akan memerlukan upaya untuk

pemecahannya, yaitu dengan mengadakan pertemuan antara wali

murid (orang tua anak didik) dengan guru di sekolah dalam satu

semester atau pada saat penerimaan rapor, dengan begitu orang tua

bisa mengetahui sejauh mana perkembangan pendidikan anaknya,


khususnya dalam pendidikan agama islam di SMA Widaya Dharma

Turen.

Berkaitan dengan paparan di atas bisa mematokkan dari

pendapatnya Muhammad Nurdin yang berpendapat sebagai berikut:

beberapa alternatif lain yang menjadi upaya dalam memecahkan

problematika pendidikan agama islam, dalam hal lingkungan

diperlukan penatan lingkungan sekolah di SMA Widya Dharma Turen,

penataan lingkungan sekolah yang mencakup gedung, halaman, kebun,

ruang perpustakaan, kantor, mushalah, WC, lapangan olahraga, dan

taman sebagai halaman untuk belajar.Tujuan dari penataan lingkungan

ini agar terciptanya suatu kondisi edukatif yang nyaman, karena pada

dasarnya anak adalah merupakan figur manusia yang ingin bebas dan

bergerak. Dengan adanya gedung sekolah yang bersih dan asri, ruang

belajar yang nyaman dan menyenangkan akan mempengaruhi

keefisiensinya proses belajar mengajar siswa dengan guru di dalam

kelas maupun di luar kelas.85

Makan langkah yang diambil oleh pihak SMA Widya Dharma

Turen dalam pemecahan problem pada lingkungan, diadakan satpan

sebagai pengatur lingkungan keamanan dan staf kebun (tukang kebun)

sebagai penata lingkungan sekolah dengan tujuan agar lingkungan di

SMA Widya Dharmaturen Malang lebih nyaman sehingga siswa tidak

merasa jenuh.

85
Muhammad Nurdin, Pendidikan Yang Menyebalkan, (Ogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2005),
hlm.72
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

Problematikan pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen

dilihat dari beberapafaktor yaitu.

1. factor Internal

a. Problem pada anak didik

1) Siswa kurang berminat pada pendidikan agama ialam.

2) Siswa masih mengaggap bahwa pendidikan agama islam hanya

sebuah persyaratan, bukan sebagai kewajiban yang harus dipelajari

sebagaimana mestinya.

Problem pada pendidik

1) Masih ada beberapa guru yang mengajar di lembaga lain sehingga

waktunya sangat terbatas untuk SMA Widya Dharma Turen.

2) Kurangnya profesional guru dalam menjalankan tugasnya sebagai

pendidik, baik dari segiri ilmu maupun keadaan.

2. faktor Institusional

a. Problem pada sarana dan prasarana

1) Jumlah buku paker yang sangat minim sehingga siswa merasa

kesulitan mencari reference.

2) Fasilitas masjid yang kurang memadai sehingga praktek shalat

jum’at tidak kondusif


3. factor Eksternal

a. Problem pada lingkungan

1) Lingkungan keluarga siswa kurang memperhatikan perkembangan

pendidikan agama islam

2) Orang tua siswa lebih mengacu pada pendidikan umum dan

mengabaikan pendidikan agama islam yang menjadi kewajiban.

3) Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap

kelangsungan pendidikan agama islam.

4) Adanya tempat permainan yang mempengaruhi siswa sehingga

waktunya dihabiskan ditempat tersebut.

Upaya pemecahannya dalam problematika pendidikan agama islam di

SMA Widya Dharma Turen.

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan skripsi bahwa upaya yang

dilakukan terhadap problem-problem yang terjadi di SMA Widya Dharma

turen adalah sebagai berikut:

1. Faktor Internal

a. Upaya pada anak didik

1) Siswa yang kurang minat belajar, diperhatikan secara khusus

dengan melakukan pendekatan yaitu merangkum buku agama

yang berkaitan dengan materi pendidikan agama islam di

perpustakaan

2) Bagi siswa yang tidak ikut shalat jum’at di sekolah dikasi sanksi

yaitu merangkum hasil khutbah yang sesuai dengan judul khutbah.


b. Upaya pada pendidik

1) Kepala sekolah mengambil kebijakan bagi guru khususnya guru

pendidikan agama islam untuk mengikut sertakannya dalam

seminar.

2) Guru banyak mebaca buku tentang pendidikan agama untuk

menambah wawasan.

3) Guru banyak mempelajari tentang agama islam dan yang dilihat

TV maupun radio untuk menambah wawasan.

2. Factor Institusional

-Upaya pada srana dan sarana

1) Jumlah buku paket di usahakan lebih banyak agar siswa tidak

kesulitan mendapatkan reference.

2) Sarana masjid tidak memadai

Sarana atau fasilitas masjid di usahakan untuk memperbaiki agar

shalat jum’an lebih efisien.

3. factor Eksternal

Upaya pada lingkungan

1) Untuk lingkungan harus bekerja sama antara masyarakat dan

lingkungan sekitar untuk mengatasi problem yang terjadi pada diri

siswa.

2) Lingkungan sekitar memberikan contoh yang baik pada siswa.


B. Saran

Dari hasil penelitian maka penulis masih perlu memberikan saran sebagai

pelengakap dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam sebagai

berikut:

1. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di

SMA Widya Darma Turen belum cukup hanya mengandalkan

keprofesionalnya guru saja, disamping guru yang profesional harus

diimbangi dengan fasilitas yang lengkap agar proses belajar mengajar

lebih efisien.

2. Anak didik hendaknya meningkatkan disiplin dalam mempelajari

pendidikan agama islam, dengan mengasah otak dengan cara membaca

terus maka ilmu akan bertamabah luas.

3. Lingkungan pada segenap pihak yang berhubungan dengan anak didik

akan lebih diperhatikan sehingga anak didik termotivasi untuk

mempelajari pendidikan agama islam, baik di sekolah maupun di rumah.

4. Untuk sarana dan prasarana diharapkan pada pihak sekolah bisa

melakukan hubungan timbal balik yang baik kepada masyarakat,

pemerintah agar segenap pihak bisa memberikan bantuan untuk

memperbaiki fasilitas sekolah.


BAB VI
PENUTUP
C. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pemahasan maka dapat disimpulkan

sebagai berikut:

1. Problematikan pendidikan agama islam di SMA Widya Dharma Turen.

a. Problem pada anak didik

3) Siswa kurang berminat pada pendidikan agama ialam.

4) Siswa masih mengaggap bahwa pendidikan agama islam hanya

sebuah persyaratan, bukan sebagai kewajiban yang harus dipelajari

sebagaimana mestinya.

a. Problem pada pendidik

3) Masih ada beberapa guru yang mengajar di lembaga lain sehingga

waktunya sangat terbatas untuk SMA Widya Dharma Turen.

4) Kurangnya profesional guru dalam menjalankan tugasnya sebagai

pendidik, baik dari segiri ilmu maupun keadaan.

b. Problem pada sarana dan prasarana


3) Jumlah buku paker yang sangat minim sehingga siswa merasa

kesulitan mencari reference.

4) Fasilitas masjid yang kurang memadai sehingga praktek shalat

jum’at tidak kondusif

c. Problem pada lingkungan

1) Lingkungan keluarga siswa kurang memperhatikan perkembangan

pendidikan agama islam

2) Orang tua siswa lebih mengacu pada pendidikan umum dan

mengabaikan pendidikan agama islam yang menjadi kewajiban.

3) Lingkungan masyarakat yang kurang mendukung terhadap

kelangsungan pendidikan agama islam.

4) Adanya tempat permainan yang mempengaruhi siswa sehingga

waktunya dihabiskan ditempat tersebut.

2. Upaya pemecahannya dalam problematika pendidikan agama islam di

SMA Widya Dharma Turen.

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan skripsi bahwa upaya yang

dilakukan terhadap problem-problem yang terjadi di sma widya dharma

turen adalah sebagai berikut:

c. Upaya pada anak didik

1) Siswa yang kurang minat belajar, diperhatikan secara khusus

dengan melakukan pendekatan yaitu merangkum buku agama

yang berkaitan dengan materi pendidikan agama islam di

perpustakaan
2) Bagi siswa yang tidak ikut shalat jum’at di sekolah dikasi sanksi

yaitu merangkum hasil khutbah yang sesuai dengan judul khutbah.

d. Upaya pada pendidik

4) Kepala sekolah mengambil kebijakan bagi guru khususnya guru

pendidikan agama islam untuk mengikut sertakannya dalam

seminar.

5) Guru banyak mebaca buku tentang pendidikan agama untuk

menambah wawasan.

6) Guru banyak mempelajari tentang agama islam dan yang dilihat

TV maupun radio untuk menambah wawasan.

e. Upaya pada srana dan sarana

3) Jumlah buku paket di usahakan lebih banyak agar siswa tidak

kesulitan mendapatkan reference.

4) Sarana atau fasilitas masjid di usahakan untuk memperbaiki agar

shalat jum’an lebih efisien.

f. Upaya pada lingkungan

3) Untuk lingkungan harus bekerja sama antara masyarakat dan

lingkungan sekitar untuk mengatasi problem yang terjadi pada diri

siswa.

4) Lingkungan sekitar memberikan contoh yang baik pada siswa

D. Saran

Dari hasil penelitian maka penulis masih perlu memberikan saran sebagai

pelengakap dalam meningkatkan kualitas pendidikan agama islam sebagai

berikut:
1. Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas pendidikan agama islam di

SMA Widya Darma Turen belum cukup hanya mengandalkan

keprofesionalnya guru saja, disamping guru yang profesional harus

diimbangi dengan fasilitas yang lengkap agar proses belajar mengajar

lebih efisien.

2. Anak didik hendaknya meningkatkan disiplin dalam mempelajari

pendidikan agama islam, dengan mengasah otak dengan cara membaca

terus maka ilmu akan bertamabah luas.

3. Lingkungan pada segenap pihak yang berhubungan dengan anak didik

akan lebih diperhatikan sehingga anak didik termotivasi untuk

mempelajari pendidikan agama islam, baik di sekolah maupun di rumah.

4. Untuk sarana dan prasarana diharapkan pada pihak sekolah bisa

melakukan hubungan timbal balik yang baik kepada masyarakat,

pemerintah agar segenap pihak bisa memberikan bantuan untuk

memperbaiki fasilitas sekolah.


DAFTA PUSTAKA
Ali, Mukti. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Pedoman
Ilmu Jaya.

Ahmadi, Abu. 1992. Strategi Belajar. Bandung: Pustaka Setia


Arifin, Muzayyin. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Islam. Jakarta: PT.Bumi
Aksara.

Arikunto, Suharsini. 2002. Prosesdur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,


Jakarta: Rineka Cipta.

Aziz As-Asykhs, Abdul. Kelambanan Dalam Belajar Dan Cara


Penanggulanginnya, Jakarta: Gema Insani.

Daradjat, Zakiyah dkk., 1992. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara dan
Departemen Agama RI

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia.


Jakarta: Balai Pustaka, Edisi ke-2

Djumhur, Muhammad& Surya. 1991. Bimbingan Dan Penyuluhan Di Sekolah.


Bandung: C.V. Ilmu.

D.Marimba, Ahmad. 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT.


Al-ma’arif.

Hadi Sutrisno.1989. Metodologi Reseaarch II. Yogyakarta: Yayasan Penelitian


Fakultas Psikologi UGM.

Hasan, Laggulung 1992. Asas-Asas Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Al-Husna.

Hasan. M.Ali & Mukti Ali. 2003. Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam.
Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya.

Hujair. 2003. Paradigma Pendidikan Islam (Membangun Masyarakat Madani


Indonesia). Yogyakarta: Tiara Wacana.

J.Moleong, Lexy. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Ma’arif, Samsul. 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mantra, Ida Bagoes. 2004. Filsafat Penelitian Dan Metode Penelitian Sosial.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Margono S. 2000, Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.


Muhamin.2002, Paradigma Pendidikan Isla,(Upaya Mengefektifkan Pendidikan
Islam Di Sekolah). Bandung: Remaja Rosdakarya

. 2003. Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam Pemberdayaan,


Pengembangan, Kurikulum Hingga Redefinisi Islamiah Pengetahuan.
Bandung: Nuansa Cendekia.

. 2003. Wacana Pengembangan Pendidikan Islam. Surabaya: Pustaka


Pelajar.

Mulyasa, E. 2004. Manajemen Berbasis Sekolah., Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nizar, Samsul. 2002. Filsafat Pendidikan Islam Pendekatan Histories, Teoritis


Dan Praktis. Jakarta: Ciputat Pers.

Nasution. 1996. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Trasito.

Nugroho, N. 2007. Belajar Mengatasi Hambatan Belajar. Jakarta: Prestasi


Pustaka.

Nurdin, Muhammad.2005. Pendidikan Yang Menyebalkan. Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media

Purtanto Pius A. & M. Dahlan Al-Barry. 1994. Kamus Ilmia Popular. Surabaya:
Arkola.

Ramayulis. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Roibin, 2002. Menuju Pendidikan Berwawasan Berkerukunan. Malang: Jurnal El-


Harakah Edisi 58.

Sardiman. 1986. Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar, PT. Raja Grafindo
Persada.

Subroto Suryo. 1984. Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan Di Sekolah.


Jakarta: Bina Aksara.

Sugiono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: Alfabet.

Supranto J. 1993. Metode Ramalan Kualitatif. Jakarta: Rineka Cipta.

Surya, Muhammad. 2003. Psikologi Pembelajaran Dan Pengajaran. Jakarta:


Mahaputra Adidaya.

Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.

Tilar, H.A.R. 2004. Paradigma Baru Pendidikan Nasional. Jakarta: Rineka Cipta.
Uhbiyati Nur. 1997. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: C.V. Pustaka Setia.

Undang-undang RI Tahun. 2003. Tentang System Pendidikan Nasional Pasal 1.


Bandung: Cita Umbara.

Uzer Usman, Moh. 2004. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

Zuhairini, & Ghofir, Abdul. 2004. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Agama


Islam. Malang: UIN Mlang Press.

Zuhairini, dkk.1983. Metodik Khusus Pendidikan Agama. Surabaya, Usaha


Nasional.

Zein, M. 1995. Metodologi Pengajaran Agam. Jakarta: PT. AK. Group dan Indra
Bunga.

You might also like