You are on page 1of 71

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang masalah


Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) merupakan salah satu
persyaratan untuk meningkatkan produktifitas karyawan, disamping itu K3
adalah hak asasi setiap tenaga kerja. Di era globalisasi dan pasar bebas Asean
Free Trade Agement (AFTA) dan World Trade Organization (WTO) serta
Asia Pasific Economic Community (APEC) yang akan berlaku tahun 2020,
dan untuk memenangkan persaingan bebas ternyata kesehatan dan
keselamatan kerja juga menjadi salah satu persyaratan yang harus dipenuhi
oleh industri di Indonesia.
Dasar dari tujuan K3 adalah untuk menciptakan kesehatan dan
keselamatan kerja. Oleh karena itu K3 perlu diterapkan di semua tempat kerja.
Namun kenyataanya penerapan K3 di perusahaan masih jauh dari yang
diharapkan. Program-program K3 sering menempati prioritas yang rendah dan
terahir bagi managemen perusahaan. Memang kesehatan dan keselamatan
kerja bukanlah segala-galanya, namun tidak disadarinya bahwa tanpa
kesehatan dan keselamatan kerja segalanya tidak berarti apa-apa.
Menyadari pentingnya K3 bagi semua orang dimanapun berada
maupun bekerja, serta adanya persyaratan yang harus dipanuhi oleh setiap
perusahaan di era globalisasi ini maka mau tidak mau upaya untuk
meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja harus menjadi prioritas dan
komitmen semua pihak pemerintah maupun swasta dari tingkat pimpinan
sampai keseluruh karyawan dan managemen perusahaan. Dengan tingkat
kesehatan dan keselamatan kerja yang baik jelas makir kerja karena sakit akan
menurun, biaya pengobatan dan perawatan akan menurun, kerugian akibat
kecelakaan kerja akan berkurang, tenaga kerja akan mampu bekerja dengan
produktivatas yang lebih tinggi, keuntungan akan meningkat dan pada
akhirnya kesejahteraan karyawan maupun perusahaan akan meningkat.

1
Dengan dilandasi adanya pertimbangan untuk meningkatkan
sumberdaya manusia yang memenuhi kebutuhan tenaga ahli dibidangnya
maka perguruan tinggi sebagai wahana proses transformasi ilmu pengetahuan
dan teknologi diharapkan mampu mencetak sarjana yang tidak hanya mahir
dibidang pengetahuan akademis, melainkan juga mahir didalam
mengaplikasikan pengetahuan akademis tersebut kedalam dunia industri .
untuk mencapai hal tersebut perlu diadakan kerjasama yang baik antara dunia
perguruan tinggi dengan dunia industri melalui beberapa program yang
diantaranya adalah program kerja praktek. Kerja praktek sangat perlu bagi
mahasiswa yang akan bekerja di dunia industri, agar nantinya apa yang
diharapkan untuk menjadi manusia yang berwawasan dan berkualitas dapat
terwujud.
Dalam kegiatan kerja praktek ini diharapkan mahasiswa dapat
menerapkan ilmu yang didapatkan dari kuliah untuk diterapkan di lingkungan
kerja yang nyata. Mahasiswa didorong untuk bertanggung jawab dan kreatif
dalam melaksanakan tugas, sehingga mempunyai pengalaman guna
memperluas wawasan dan meningkatkan kemampuan (skill). Atas dasar
uraian tersebut maka penulis tertarik untuk lebih mengerti tentang
keselamatan dan kesehatan kerja, sehingga penulis mengambil judul
”KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. APAC INTI
CORPORA”.

1.2. Tujuan Kerja Praktek


1. Tujuan Umum
a. Untuk memenuhi mata kuliah wajib ”Kerja Praktek” dengan bobot
2 sks.
b. Sebagai pedoman tentang bidang studi yang telah ditempuh pada
bangku kuliah sehingga diperoleh pengalaman dilapangan.
c. Meningkatkan kemampuan profesi disektor industri, khususnya
pada bidang teknik.

2
d. Peningkatan pola pikir dan mempersiapkan mahasiswa dalam
menghadapi tantangan masa depan.
e. Meningkatkan kerjasama antara perguruan tinggi dengan kalangan
industri khususnya dalam penerapan dan pemecahan masalah-masalah
aplikatif.

2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui gambaran umum K3 dan perusahaan.
b. Mengetahui penerapan K3 pada perusahaan.
c. Mengetahui penyebab terjadinya kecelakaan kerja.
d. Mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi pada
perusahaan dalam menerapkan sistem K3.
e. Mengetahui upaya pencegahan kecelakaan dan penyakit
akibat kerja.
f. Melatih kemampuan dalam mencari data dan memahami
informasi yang diperoleh serta dapat menyusunya dalam bentuk
laporan.

1.3. Manfaat Kerja Praktek


1. Bagi perusahaan
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai
masukan bagi perusahaan yaitu sebagai penyempurnaan sistem yang
sudah ada pada perusahaan.
b. Menambah refrensi makalah laporan kerja praktek di
perpustakaan perusahaan.
c. Terjalinya hubungan baik dengan dunia pendidikan.
d. Membantu menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas
untuk terjun ke dunia industri.

2. Bagi mahasiswa

3
a. Memperoleh pengalaman belajar kesehatan dan keselamatan kerja
yang di terapkan oleh perusahaan.
b. Memperoleh pengalaman penerapan ilmu kesehatan dan
keselamatan kerja pada perusahaan.
c. Pemahaman tentang matakuliah Kesehatan dan Keselamatan Kerja
(K3) yang lebih dalam.
d. Mengetahui dan memahami teknik-teknik secara praktis yang
diterapkan dalam dunia industri.
e. Memberikan bekal tentang perindustrian sebelum terjun ke dunia
kerja secara nyata.

3. Bagi Fakultas Teknik Industri


a. Menambah refrensi terapan ilmu Kesehatan dan
Keselamatan Kerja.
b. Sebagai refrensi bahan evaluasi dalam peningkatan mutu
kurikulum dimasa yang akan datang.
c. Memperkenalkan Kesehatan dan Keselamatan Kerja
kepada dunia industri.
d. Terjalin hubungan baik dengan perusahaan.
e. Dapat mengetahui korelasi antara ilmu yang diberikan
dibangku kuliah dengan kondisi industri pada kenyataanya.

1.4. Metode Kerja Praktek


1.4.1. Data yang diperlukan
1. Data umum yaitu data perusahaan secara umum,
meliputi :
a.Sejarah berdirinya perusahaan.
b. Struktur organisasi perusahaan.
c.Proses produksi.

4
2. Data khusus yaitu data yang berhubungan
langsung dengan masalah penerapan Kesehatan dan Keselamatan
Kerja pada perusahaan tersebut

1.4.2. Metode pengumpulan data


1. Metode observasi dan pengamatan
Pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan secara
langsung pada obyek penelitian, kemudian hasil pengamatan dicatat
sebagai data.
2. Metode wawancara atau interview
Melakukan komunikasi langsung dengan orang yang
berkepentinganyang dapat memberikan keterangan yang akurat
untuk digunakan sebagai data dalam penelitian.
3. Metode studi pustaka
Pengumpulan data dengan cara membaca buku maupun sumber
bacaan lainya yang menunjang penyusunan laporan.

1.5. Obyek Penelitian


Obyek yang dijadikan sebagai penelitian yaitu PT. Apac Inti
Corpora, khususnya pada bagian produksi serta bagian lain yang terkait dalam
pengolahan produk mulai dari bahan baku diolah menjadi produk jadi.
Sehingga penulis dapat mengetahui secara keseluruhan pelaksanaan kesehatan
dan keselamatan kerja (K3) dalam perusahaan.

1.6. Lokasi dan waktu penelitian


Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian adalah PT. Apac Inti
Corpora yang terletak di JL. Raya Semarang-Bawen KM. 32, Desa Harjosari,
Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah-Indonesia. Penelitian
dilakukan selama kurang lebih satu bulan dari pertengahan April sampai
pertengahan Mei.

5
1.7. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi penjelasan mengenai apa yang menjadi latar
belakang dilakukannya penelitian serta permasalahan apa yang
akan diteliti dan dibahas. Selain itu juga diuraikan tujuan penelitian
dan manfaat yang akan diperoleh dari hasil penelitian serta
sistematika penulisan.

BAB II DATA UMUM INSTANSI


Pada bab ini berisi data – data perusahaan dari mulai sejarah
berdirinya perusahaan, visi misi perusahaan, lokasi perusahaan dan
struktur perusahaan.

BAB III LANDASAN TEORI


Bab ini berisi teori yang diambil dari beberapa literature yang
berkaitan dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian.
Teori-teori tersebut menjadi acuan atau pedoman dalam melakukan
langkah-langkah penelitian agar benar-benar dapat mencapai
tujuan yang diinginkan.

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISA DATA


Bab ini berisi kumpulan data-data yang diperlukan dalam
menanalisa materi yang di bahas. Data – data dapat berupa
wawancara, interview, observasi dan data – data langsung yang
diberikan perusahaan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Berisi kesimpulan yang dapat diambil dari hasil analisa dan
interpretasi data sehingga dapat memberikan beberapa
rekomendasi atau saran yang berkaitan dengan Kesehatan dan
keselamatan kerja.

6
BAB II
DATA UMUM PERUSAHAAN

2.1.Sejarah Perusahaan
Perusahaan ini awalnya bernama PT. Kanindotex, dan berdiri pada
bulan Agustus Th 1990 dengan tiga unit Spinning, yaitu mulai dari Spinning
2, Spinning 1 dan Spinning 3, dengan mata pintal masing-masing unit 60.000
Spindel dan kapasitas produksi masing-masing 6000 bale / unit.

Pada Th 1994 PT. Kanindotex berkembang lagi tiga unit yaitu


Spinning 4, Open End dan Denim. Sehingga dalam kurun waktu yang
relatif pendek antara 4-5 tahun, PT. Kanindotex sudah membangun enam unit
pabrik dengan merk dan type mesin yang berbeda-beda.
Pada pertengahan Th 1994, Perusahaan ini mengalami penurunan
produksi karena biaya produksi sebagian digunakan untuk ekspansi pabrik
Weaving 1,2,3 dan Spinning 5 serta Spinning 6, sehingga operasional
perusahaan pada saat itu agak sedikit terganggu.
Oleh karena itu sejak tahun 1994 PT. Konindotex mulai berulang
kali berganti kepemimpinan dan atau manajemen, yaitu :
1. Sejak awal berdiri sampai dengan bulan September 1994, dikelola
oleh pemilik sekaligus pendirinya.
2. Bulan September 1994 sampai dengan Mei 1995, manajemen
diambil alih oleh Gabungan Koperasi Batik Indonesia (GKBI).
3. Bulan Mei 1995, perubahan kepemilikan sekaligus manajemen
dipegang oleh konsorsium.
Dalam perjalananya PT. Kanindotex yang semula merupakan
group yang terdiri dari 3 (tiga) Badan usaha, yaitu:

7
1. PT. Kanindo Succes Textile.
2. PT. Kanindo Prima Perkasa.
3. PT. Kanindo Mulia Utama.
Dengan menghasilkan produk utamanya yaitu Benang, Kain dan
Denim (Jeans). Target penjualan kedepan yang direncanakan 70 % export
dan 30 % lokal. Akhirnya pada bulan Oktober 1995, oleh manajemen
Konsorsium PT. Kanindotex berganti menjadi PT. Apac Inti Corpora hingga
sekarang ini.

2.2.Visi dan Misi Perusahaan


Perusahaan didirikan dengan visi dan misi, antara lain :
 Visi PT. Apac Inti Corpora adalah mempertahankan dan
mengembangkan reputasi perusahaan sebagai pelaku utama dalam
industri tekstil nasional dan internasional.
 Misi PT. Apac Inti Corpora adalah berpikir dan bekerja lebih baik dan
lebih baik.
Dengan didirikannya perusahaan, nyata sekali membawa dampak
positip yang tidak sedikit bagi perekonomian masyarakat disekitar perusahaan,
sebagian warga yang memiliki usia kerja sebagian dapat tertampung bekerja di
PT. Apac Inti Corpora. Selain itu dampak bertambah dinamisnya social
ekonomi dengan bermunculnya usaha-usaha kecil oleh masyarakat sekitar
perusahaan, seperti usaha warung makan, penyewaan rumah, dan dan tempat
kost bagi pendatang dari luar daerah yang bekerja diperusahaan. Disamping
itu juga partisipasinya perusahaan dalam rangka menjalin hubungan yang
harmonis dengan lingkungan, dengan aktif membantu social masyarakat
seperti dana-dana untuk kegiatan hari besar keagamaan, membantu
pembangunan masjid, penerangan jalan, pengadaan air bersih, dan lain
sebagainya.

2.3.Lokasi dan Layout Perusahaan


2.3.1.Lokasi perusahaan

8
Lokasi PT. Apac Inti Corpora terletak di JL. Raya Semarang-
Bawen KM. 32, Desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten
Semarang. Selengkapnya data lokasi perusahaan adalah sebagai berikut :
1. Terletak 547 diatas permukaan laut.
2. Rata-rata RH : 67% (55% - 89%)
3. Rata-rata temperature : 25˚C (17˚C-34˚C)
4. Rata-rata curah hujan : 252 Cm / tahun
5. Rata-rata curah hujan harian : 156 / tahun
6. Jarak ke pelabuhan : 37 km
7. Jarak transportasi bahan baku : 34 km
8. Konsumen terbanyak di Jawa
9. Fasilitas transportasi jalan raya utama

2.3.2.Layout Perusahaan
Tata letak perusahaan adalah tehnik pengaturan dari fasilitas
pabrik agar kegiatan produksi dapat berjalan dengan baik. Ada korelasi
antara tata letak pabrik dengan kelancaran produksi yang hendak
dicapai, sehingga dapat memberikan keuntungan yang cukup signifikan,
yaitu:
1. Menaikkan out put perusahaan.
2. Mengurangi waktu tunggu (delay).
3. Mengurangi waktu proses pemindahan bahan baku
(material handling).
4. Menghemat penggunaan areal produksi, gudang dan
sebagainya.
5. Pendayagunaan yang lebih besar dari pemakaian mesin,
tenaga kerja, dan atau fasilitas produksi yang lain.
6. Proses manufacturing yang lebih singkat.
7. Mengurangi resiko kecelakaan dan keselamatan kerja
karyawan.
8. Memperbaiki moral dan kepuasan kerja.

9
9. Mempermudah aktivitas supervisi.
10. Mengurangi faktor yang bisa merugikan perusahaan yaitu
kualitas bahan baku yang sudah selesai diproses (produk jadi).
Pengaturan tata letak (lay out) mesin di unit Spinning ini di
kelompokkan menurut aliran proses dari bahan baku sampai menjadi
benang.

1. Gudang bahan baku terletak terpisah dengan unit Spinning,


tetapi tidak jauh dari pintu keluar masuk bahan.
2. Urutan proses Carded Yarn (benang kasar) dimulai dari
mesin Blowing kemudian Carding, Drawing, Roving, Ring
Frame dan yang terakhir mesin Winding.
3. Urutan proses Combed Yarn (benang halus) dimulai dari
mesin Blowing kemudian Carding, Hi-Lap, Combing, Drawing,
Roving, Ring Frame dan yang terakhir Winding.
4. Ruang-ruang pendukung lainya yaitu ruang Manager dan
Staff, Quality Qontrol, Maintenance, Utility, Personalia,
Mushola, Tempat makan, Toilet dan Mini Store yang masing-
masing ruangan diberi dinding penyekat.
Dalam pengaturan ruang produksi, penyekatan dilakukan
secara permanen. Hal ini sangat penting karena ada hubunganya
dengan pengaturan kelembaban (RH) dan suhu. Pada bagian-bagian
proses tertentu memerlukan penyesuaian RH dan suhu yang berbeda
dengan proses yang lainya, karena RH dan suhu berpengaruh pada
kualitas produk serta jenis material yang di proses. Selengkapnya
tentang layout dapat dilihat di lampiran A.

2.4.Luas Areal PT. Apac Inti Corpora


PT. Apac Inti Corpora berlokasi di JL. Raya Semarang-Bawen
KM. 32, Desa Harjosari, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Guna
memperlancar kegiatan produksi demi kepuasan pelanggan maka PT. Apac

10
Inti Corpora yang merupakan perusahaan textile terbesar didunia dalam
bidang textile untuk jumlah unit produksi dalam satu lokasi. PT. Apac Inti
Corpora menempati luas areal kurang lebih 100 Hektar, yang terbagi menjadi
beberapa unit produksi tiap meter perseginya seperti dibawah ini :
1. Spinning I s/d VII : 148.894 m²
2. Weaving I s/d V : 86.978 m²
3. Gudang : 29.462 m²
4. Pengolahan Limbah : 1.620 m²
5. Diesel / Genzet : 2.660 m²
6. Bengkel : 1.236 m²
7. Tangki Minyak : 2.955 m²
8. Kantor Depan : 1.600 m²
9. Mess Staff : 1.528 m²
10. Lain-Lain : 206.980 m²

2.5.Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan suatu hubungan wewenang dan
tanggung jawab antar fungsional dan personal dalam pengolahan suatu
organisasi atau perusahaan. Struktur organisasi bertujuan untuk memberikan
kepastian dalam garis wewenang, koordinasi dan pengawasan sehingga dapat
dicegah timbulnya Over Lopping atau Gab yang dapat menimbulkan konflik.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi PT. Apac Inti Corpora dapat dilihat
pada gambar berikut.

2.6.Uraian Tugas
Pembagian tugas yang ada di PT. Apac Inti Corpora adalah sebagai
berikut :
A. General Manager
1. Menentukan kebijakan pokok dalam perencanaan,
penyusunan, pengendalian dan pengembangan perusahaan.
2. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan kebijakan.

11
3. Mendelegasikan sebagian wewenang dan tanggung jawab
kepada manajer.
4. Melakukan dan menandatangani dengan pihak luar, dalam
usaha pengembangan perusahaan.
5. Melakukan pembinaan kegiatan dalam hubungannya
dengan pihak luar.

B. Material manager
1. Menjaga hubungan baik denga pihak liuar terutama denga
supplier dan konsumen.
2. Melakukan pembelian material sesuai kebutuhan.
3. Memberikan harga kepada General manager tentang
pembelian material.

C. Personal Manager
1. Menyeleksi dan mencari tenaga kerja atau pegawai agar
sesuai dengan spesifikasi dan kebutuhan.
2. Melakukan administrasi kepegawaian.
3. Melakukan pembayaran gaji karyawan atau pegawai.

D. Spinning / weaving manager


1. Merencanakan besar volume produksi.
2. Bertanggung jawab atas jalannya produksi secara
keseluruhan.
3. Mengatasi pelaksanaan produksi menurut standart yang
telah ditentukan.
4. Bertanggung jawab atas jenis dan kualitas produksi.

E. Supervisor
1. Bertanggung jawab kepada kepala masing-masing.
2. Mengawasi para pekerja dan hasil dari pekerjaan.

12
3. Melaporkan hasil pekerjaan tiap harinya kepada atasannya.

F. Operator
1. Melakukan pekerjaan yang sesuai dengan metode yang telah
ditetapkan.

Struktur organisasi PT Apac Inti Corpora, kekuasaan tertinggi


dipegang oleh plant direktur yang dibantu oleh deputi general manager yang
mempunyai bawahan atau sub ordinat langsung yang disebut group head.
Didalamnya terdapat beberapa divisi yang memilki beberapa
departemen yang mempunyai fungsi masing-masing, yang tentunya saling
berkaitan satu sama lain. Divisi yang sekaligus menjadi program bagi
departemen tersebut diantaranya :
1. Divisi Spinning
Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan pabrik yang
memproduksi benang.
2. Divisi Weaving Grey
Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan pabrik memproduksi
kain mentah dari bahan dasar benang yang diolah menjadi kain.
3. Divisi Weaving Denim
Divisi ini mempunyai beberapa departemen dan pabrik yang
memproduksi kain dari bahan dasar benang yang diolah menjadi kain
denim (bahan jeans).
4. Divisi Engineering
Divisi ini merupakan department support atau membantu kelancaran
proses produksi dan semua kegiatan yang berhubungan dengan
Eelctrical Mechanical, Fire and Safety, Vehicle Forklift, dan civil.
5. Divisi HRD, Personalia dan General Affairs
Divisi ini brfungsi menangani masalah SDM dan rumah tangga
perusahaan.
6. Divisi Quality Control

13
Divisi ini berfungsi melakukan control terhadap kualitas hasil
produksi.
7. Finance and Accounting
Divisi ini berfungsi menangani masalah keuangan dan perhitungan
budget serta bertugas sebagai internal auditor.
8. Logistik
Divisi ini merupakan departement support atau membantu kelancaran
proses produksi dan semua kegiatan yang berhubungan dengan
pengadaan material, pergudangan dan pengiriman.

2.7.Kapasitas Produksi
Unit spinning memproses jenis-jenis benang antara lain : cotton,
rayon,T/R, T/C, dan linen dengan berbagai nomor dan komposisi.
1. Unit Spinning
No Unit Jumlah Jumlah Kapasitas Mulai
Spindle Tenaga Produksi / Produksi
Kerja Bulan
1 Spinning I 59.520 905 5.250 11-12-1990
2 Spinning II 59.520 925 6.660 08-08-1990
3 Spinning 59.520 938 4.500 08-10-1991
III
4 Spinning 37.440 962 3.300 08-01-1992
IV
(ring yarn)
Spinning 3.024 330 6.900 01-01-1993
IV
(open end)
5 Spinning V 44.640 971 5.250 14-07-1993
6 Spinning 59.520 925 5.580 08-08-1993
VI
7 Spinning 26.080 528 2.700 19-08-2000
VII
Jumlah 349.264 6.484 33.249

14
Gambar 2.1. Tabel Kapasitas Produksi Spinning

2. Unit Weaving
No Unit Jenis Jumlah Kapasitas Mulai
Produksi Tenaga Produksi / Bulan Produksi
Kerja
1 Weaving Grey 709 1.900.000 Mtr / 01-07-1992
1 Fabric & BL
Denim 770.000 YRD /
Fabric BLN
Weaving Grey 432 1.200.000 Mtr / 08-09-1994
1 Fabric BL
2 Weaving Grey 274 1.400.000 Mtr / 01-10-1993
2 Fabric BL
3 Weaving Grey 335 2.200.000 Mtr 11-01-1993
3 Fabric /BL
4 Weaving Denim 1.018 2.500. YRD/BL 01-07-1993
4 Fabric
5 Weaving Denim 405 800.000 YRD/BL 16-10-1997
5 Fabric
Jumlah Grey 3.173 6.700.000 Mtr /
Fabric & BL
Denim
Fabric

Gambar 1.1. Tabel Kapasitas Produksi Weaving

2.8.Ketenaga Kerjaan
2.8.1. Kesepakatan Kerja Sama

Bahwasanya untuk menjaga ketenangan dan efisiensi kerja


adalah penting guna tercapainya peningkatan dan kemajuan perusahaan
demi kesejahteraan karyawan. Untuk itu perlu diciptakan iklim kerja
sama yang sebaik-baiknya antara pihak pengusaha dan pekerja. Oleh

15
karena itu pihak Pt. Apac Inti Corpora bersepakat untuk menuangkan
syarat-syarat kerja, hak-hak dan kewajiban masing-masing dalam suatu
kesepakatan kerja bersama.

2.8.2. Jumlah KaryawanTahun 2005

1. Jumlah karyawan laki-laki : 5.187 orang.

2. Jumlah karyawan perempuan : 7.963 orang.

3. Total karyawan : 13.150 orang.

3.8.3. Penerimaan Pekerja

Demi lancarnya kegiatan perusahaan, serikat pekerja


mengakui hak pengusaha dalam menerima pekerja baru, penentuan dan
pembagian serta penempatan kerja sesuai dengan asas atau prosedur
kepegawaian. Adapun syarat-syaratnya untuk menjadi karyawan atau
staff perusahaan PT. Apac Inti Corpora dapat melihat langsung pada
perusahaan PT. Apac Inti Corpora.

3.8.4. Masa Percobaan Bagi Karyawan Baru

1. Hubungan kerja diikat dalam suatu perjanjian kerja yang


dilakukan secara tertulis.

2. Pada tiga bulan pertama dari hubungan kerja meruoakan


masa percobaannya boleh dilakukan satu kali masa percobaan bagi
pekerja.

3.8.5. Skedul Kerja Karyawan

16
Pembuatan skedul kerja bertujuan untuk membagi waktu
kerja karyawan supaya produksi dapat berjalan secara kontinyu sesuai
dengan jumlah pekerja yang ada dan untuk meningkatkan produktifitas
dan efektifitas kerja karyawan. Pembuatan skedul ini dibagi sesuai
dengan status kerja karyawan.
1. Karyawan Shift

Karyawan shift dibagi dalam 3 (tiga) kelompok, yaitu :


a. Shift Pagi : Pukul 06.00-14.00 WIB.
b. Shift Siang : Pukul 14.00-22.00 WIB.
c. Shift Malam : Pukul 22.00-06.00 WIB.
2. Karyawan Non Shift

Pembagian Kerja adalah sebagai berikut :


Hari Jam Kerja Istirahat
Senin-Kamis 08.00-16.00 WIB 12.00-13.00 WIB
Jum’at 08.00-16.00 WIB 11.30-13.00 WIB
Sabtu 07.30-12.00 WIB Tanpa Istirahat
Minggu LIBUR -

Gambar 1.2. Sqedule Kerja karyawan

3.8.6. Pengobatan dan Perawatan

Untuk menjaga kesehatan pekerja, pengusaha menyediakan


fasilitas serta pengobatan khusus kepada keluarga pekerja. Perusahaan
memberikan fasilitas pemeriksaan tanpa pengobatan (Jasa Dokter) di
poliklinik perusahaan tanpa dipungut biaya.

3.8.7. Jaminan Sosial dan Kesejateraan Pekerja

PT. Apac Inti Corpora memberikan jaminan social demi


kesejateraan pekerja meliput :

17
1. Jaminan kecelakaan kerja.

2. Jaminan kematian.

3. Jaminan hari kerja.

4. Fasilitas makan.

5. Santunan kematian.

6. Santunan kelahiran.

7. Koperasi karyawan.

8. Asuransi kecelakaan diluar jam kerja.

9. Olah raga dan kesenian.

10. Kerohanian

11. Balai pertemuan dan perrpustakaan.

3.8.8. Disiplin Kerja

1. Guna mewujudkan mutu dan kualitas yang baik pada tiap hasil
produk diperlukan kedisiplinan kerja,yang meliputi antara lain :
a. Datang pada jam kerja yang telah ditentukan dan mengisi
daftar hadir.

b. Waktu pulang kerja harus tepat pada waktu yang telah


ditentukan.

c. Selalu menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja.

d. Dilarang merokok ditempat kerja.

e. Dilarang mengobrol dengan teman kerja.

18
f. Dilarang tidur ditempat kerja.

2. Pekerja yang melanggar peraturan atau tat tertib dapat dikenakan


sanksi sebagai berikut :

a. Surat peringatan (SP).

b. Skorsing.

c. Pemberhentian atau pemutusan hubungan kerja (PHK).

3. Sedangkan untuk pembuktian kesalahannya melalui beberapa


tahapan sebagai berikut :
a. Pengakuan dan atau pernyataan dari yang bersangkutan.

b. Dibuktikan oleh yang bersangkutan.

c. Dibuktikan melalui berita acara pemeriksaan oleh bagian


security.

d. Dibuktikan oleh tim yang ditunjuk oleh perusahaan.

3.8.9. Penyelesaian Keluh Kesah

Pengusaha dan serikat pekrja bersama-sama menyadari


bahwa penyelesaian setiap keluhan pekerja secara keseluruhannya harus
diselesaikan secepatnya dan subyektif mungkin dengan cara
musyawarah dan sesuai dengan prosedurnya.
Apabila terjadi keluhan-keluhan atau ketidakpuasan terhadap
syarat-syarat kerja yang berhubungan dengan pekerjaan dari pekerja
maka harus diselesaikan menurut tat kerja penyelesaian keluh kesah
sebagai berikut :
1. Pada tingkat pertama.

19
Apabila karyawan mempunyai keluh kesah pertama harus segera
menyampaikan persoalan ini kepada atasan langsung yang
bersangkutan dan diusahakan menyelesaikan dengan sebaik-baiknya
atasan tersebut.
2. Pada tingkat kedua.

Bila tidak dapat diselesaikan menurut prosedur pada bagian pertama


maka pesoalan tersebut disampaikan oleh pekerja ke departemen
personalia.
3. Pada tingkat ketiga.

Apabila belum dapat diselesaikan menurut prosedur pada bagian


kedua, maka pesoalan ini akan diselesaikan secara pribadi.
4. Pada tingkatan lanjutan.

Apabila prosedur ketiga telah ditempuh tetapi belum dapat


diselesaikan maka persoalan tersebut diserahkan kepada pegawai
perantara kepada kantor Departemen Tenaga Kerja untuk
menyelesaikan.

3.8.10. Pemeliharaan Tempat Kerja

Pemeliharaan tempat kerja PT. Apac Inti Corpora terbagi


menjadi 3 macam, yaitu :
1. Terhadap alat kerja.

a. Menjaga dan merawat dari kerusakan.

b. Menjaga dan pemeliharaan kebersihan.

c.Memahami, mengerti dan menggunakan sesuai fungsinya.

d. Tidak menggunakan untuk keperluan lain selai tugas.

e.Terhadap tempat kerja.

20
f. Menjaga terhadap tempat kerja.

g. Tidak mengubah posisi mesin yang ditetapkan.

2. Terhadap ketertiban umum.

a. Menjaga nama baik perusahaan.

b. Mengamankan hak atas ketentraman pihak manapun didalam


dan diluar perusahaan.

21
BAB III
LANDASAN TEORI

3.1. Pendahuluan
Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan hak dari setiap
pekerja yang harus dipenuhi oleh setiap perusahaan karena pada dasarnya
manusia selalu menginginkan dalam keadaan sehat dan selamat dimanapun
berada bahkan juga tempat kerja, tempat dimana seorang menjalankan tugas
dan kewajibanya. Dan setiap tempat atau unit-unit kerja mempunyai sistem
dan cara yang berbeda-beda dalam penanganan tentang keselamatan kerja
yang disesuaikan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang menjadi
resiko kerja.
Pada dasernya sistem penanganan keselamatan kerja adalah sama
yaitu untuk melindungi pekerja dari kecelakaan kerja, namun banyak alasan
kenapa orang kurang memperhatikan akan pentingnya kesehatan dan
keselamatan kerja padahal kalau dilihat secara seksama hal tersebut sangat
berpengaruh pada sistem dan proses kerja, diantara banyak alasan itu salah
satunya karena faktor biaya yang menjadi tanggung jawab perusahaan, faktor
dari diri pekerja yang mempunyai mental tidak teratur, dan kurang
kenyamanan dalam pemakaian alat keselamatan kerja. Dari ketiga faktor
tersebut harus bisa ditangani secara singkron karena ketiga faktor tersebut
merupakan elemen-elemen dari sistem keselamatan kerja yang sangat
menentukan baik buruknya sistem keselamatan kerja dalam perusahaan.
Salah satu dari manfaat program kesehatan kerja adalah untuk
menumbuhkan motivasi kerja pada para pekerja karena dengan sistem
keselamatan kerja yang bagus maka para pekerja akan lebih merasa aman
dalam bekerja yang nantinya akan memotivasi diri untuk bekerja lebih giat
sesuai dangan keselamatan kerja, jadi sistem keselamatan kerja bisa menjadi
jembatan perantara antara perusahaan dengan pekerja dalam meningkatkan

22
motivasi kerja yang pada akhirnya sangatlah berpengaruh pada tingkat
produktivitas pekerja.
Pekerja merupakan individu yang bekerja dalam team untuk
mencapai tujuan bersama yaitu keuntungan, untuk itu perlu adanya kerjasama
yang baik antara para pekerja dengan atasan. Dalam team ini perlu adanya
persfektif atau cara pandang yang sama agar nantinya dalam pelaksanaan
proses kerja sesuai peraturan dan kesepakatan yang telah ditetapkan dan
menjadi target bersama.
Persepsi itu perlu ditumbuhkan oleh seorang pimpinan dan proses
penumbuhan persepsi itu melalui tahapan-tahapan yang berurutan antara lain :
1. Perhatian.
2. Pengamatan.
3. Tanggapan.
4. Imajinasi.
5. Ingatan atau pemikiran.
6. Motivasi.
Timbulnya motivasi pada diri seseorang untuk melakukan suatu
tindakan dimulai karena adanya perhatian maka barulah seseorang akan
melakukan pengamatan secara seksama. Pengamatan akan tidak teliti apabila
tidak ada perhatian terlebih dahulu dan hasil pengamatan akan hilang begitu
saja tanpa membekas sedikitpun dari ingatan.
Setelah terjadi perhatian dan pengamatan maka akan timbul dalam
benak seseorang tanggapan atau kesan-kesan tersendiri yang seolah ada
rekaman atau gambar yang membekas dalam otak kita tentang sesuatu yang
telah kita amati, dan dari hasil rekaman itu akan muncul imajinasi untuk
menghubung-hubungkaan dengan pengalaman yang dimilikinya dan dari hasil
imajinasi tersebut akan terus dicoba dimasukan dalam otak untuk selalu
diingat. Disamping selalu berusaha untuk mengingat maka seseorang juga
akan selalu berfikir untuk menganalisa kejadian sebagai tindak lanjut maka
akan timbul darongan untuk melakukan suatu tindakan dari diri seseorang
yang sering disebut dengan motivasi.

23
Dalam kehidupan kita banyak ada banyak hal yang kita jadikan
sebagai panduan dalam melatih dan menumbuhkan motivasi kerja, dan dari
berbagai macam teori tersebut kita bisa mengelompokan kedalam 3 teori
utama dimana teori teori tersebut yang paling sering digunakan oleh
perusahaan yaitu teori hirarki kebutuhan, teori dua faktor, dan teori x dan y.
a. Teori Hirarki Kebutuhan
Diperkenalkan oleh Abraham Maslow yang menyebutkan
bahwa kebutuhan manusia mengandung unsur bertingkat atau memiliki
hirarki, dari kebutuhan yang memiliki hirarki rendah, bisa sampai
kebutuhan dengn hirarki paling tinggi. Kebutuhan yang belum tercapai
akan menjadi kebutuhan dengan hirarki tertinggi dan apabila kebutuhan
tersebut sudah tercapai maka akan menjadi kebutuhan dengan hirarki
terendah. Lima hirarki keperluan atau kebutuhan dapat digambarkan
sebagai berikut :

Gambar 2.1 Piramid Kebutuhan Maslow

1. Kebutuhan fisiologi (fisiological needs). Kebutuhan dasar untuk


menunjang kehidupan manusia, yaitu: pangan, sandang , papan, dan

24
seks. Apabila kebutuhan fisiologi ini belum terpenuhi secukupnya,
maka kebutuhan lain tidak akan memotivasi manusia.
2. Kebutuhan rasa aman (safety needs). Kebutuhan akan
terbebaskannya dari bahaya fisik, rasa takut kehilangan pekerjaan dan
materi.
3. Kebutuhan akan sosialisasi (social needs or affiliation). Sebagai
makhluk sosial manusia membutuhkan pergaulan dengan sesamanya
dan sebagai bagian dari kelompok.
4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs). Kebutuhan merasa dirinya
berharga dan dihargai oleh orang lain.
5. Kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), Kebutuhan
untuk mengembangkan diri dan menjadi orang sesuai dengan yang
diharapkanya.
b. Teori Dua Faktor
Teori ini dikembangkan oleh Herzberg yang mencari sebab
adanya yang mencari sebab adanya rasa puas dan tidak puas terhadap
sesuatu yang dikerjakan, dengan mengetahui faktor-faktor tersebut maka
manajer akan lebih mudah untuk memaksimalkan rasa puas bagi pekerja
terhadap hasil kerjanya.
Faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah faktor kesehatan.
Faktor ini berupa lingkungan kerja antara lain hubungan dengan
supervisor, hubungan dengan teman kerja, rasa tidak aman dalam
pekerjaan, kondisi kerja status jabatan serta gaji yang cukup. Apabila
faktor-faktor tersebut dapat terwujud dapat menciptakan perasaan
berprestasi, dihargai memperoleh kemajuan dan tanggung jawab.
c. Teori X dan Teori Y
Dikemukakan oleh Douglas Mac Gregor bahwa ada dua
macam sikap dasar seseorang :
1. Sikap dasar yang didasari oleh teori X
Dalam teori ini mengemukakan bahwa pada dasarnya manusia
mempunyai sifat malas dan lebih senang diberikan petunjuk praktis

25
dari pada diberi kebebasan imajinasi untuk berpikir. Dalam hal ini
motivasi kerja hanyalah untuk mendapatkan uang atau financial.
Mereka tidak suka menerima tanggung jawab dan hanya menyenangi
haknya saja selalu ingin merasa aman.
2. Sikap dasar yang didasari oleh teori Y
Teori ini berasumsi bahwa manusia pada dasarnya senang bekerja,
seperti halnya anak-anak yang suka bermain, orang biasa bermain
dengan bekerja, sehingga pengendalaian dan penempatan diri sendiri
merupakan dasar motivasi kerja guna mencapai tujuan yang telah
ditetapkan olehnya maupun tujuan organisasi.
Sistem keselamatan dan kesehatan kerja ada karena sering adanya
kecelakaan kerja sedangkan kecelakaan kerja itu sendiri terbagi atas dua
menurut proses terjadinya kecelakaan yaitu :
1. Incident
Suatu kejadian yang tidak diinginkan bilamana pada saat itu sedikit saja
ada perubahan, maka dapat menyebabkan accident.
2. Accident
Suatu kejadian yang tidak diingikan berakibat cedera pada manusia atau
pekerja, kerusakan barang, gangguan terhadap kelancaran pekerjaan, dan
pencemaran lingkungan.
Jadi bisa dikatakan terjadinya kecelakaan atau accident karena
adanya incident yang tidak bisa ditangani dengan baik. Dalam hal seperti
inilah sistem kesehatan dan keselamatan kerja sangat diperlukan untuk
meminimalkan tingkat kecelakaan kerja pada proses kerja.

26
Tenaga
kerja

Kesehatan Keselamatan

Proses
Alat
Bahan
Lingkungan

Gambar 2.2 Proses Kerja K3

Gambar diatas merupakan proses kerja dari kesehatan dan


keselamatan kerja yang melibatkan unsur-unsur pokok dalam dan ruang
lingkup pembahasan mengenai keselamatan kerja yaitu menyangkut bahan
baku yang akan diproduksi, alat kerja yang akan digunakan dan tenaga kerja
yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut.

3.2. Definisi Kesehatan dan Keselamatan Kerja


Kesehatan dan keselamatan kerja merupakan suatu sistem kerja
yang baik dan bijaksana seta bagaimana seorang pekerja dapat memelihara
suatu tempat keja yang baik. Sistem kerja yang dimaksud meliputi pekerja,
mesin dan peraturan yang berlaku.
Tiga unsur pokok dalam K3 adalah Kesehatan, Keselamatan dan
Kerja :
1. Kesehatan
Setiap pekerja harus bekerja dalam kondisi dan situasi yang sehat baik
sehat jasmani, rohani maupun lingkungan yang sehat.
2. Keselamatan

27
Dalam setiap melakukan aktivitas kerja, seorang pekerja harus
melakukan tindakan yang sesuai dengan keselamatan dirinya agar
terhindar dari kecelakaan kerja.
3. Kerja
Dengan bekerja pada situasi dan kondisi yang baik serta
memperhatikan keselamatan kerja maka akan tercipta situasi kerja
yang kondusif dan harmonis yang nantinya akan meningkatkan
produktifitas kerja.
Keselamatan dan kesehatan kerja adalah keselamatan yang
bertalian dengan mesin, pesawat alat kerja, bahan dan proses pengolahanya,
landasan tempat kerja dan lingkungannya serta cara-cara melakukan
pekerjaan. Keselamatan kerja bersasaran disegala tempat kerja, baik di darat di
dalam tanah di permukaan air maupun di udara. Keselamatan kerja merupakan
tugas dari semua orang yang bekerja. Keselamatan kerja adalah dari, oleh, dan
untuk setiap tenaga kerja serta orang lain dan juga masyarakat pada umumnya
dengan maksud dan tujuan untuk :
1. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatanya dalam melakukan
pekerjaanya untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta
produktifitas nasional.
2. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.
3. Sumber produksi dipelihara dan digunakan secara aman dan efesien.
Dari berbagai penjelasan yang telah terurai diatas dapat ditarik
kesimpulan bawasanya keselamatan kerja sangat penting dan sudah
seharusnya dipenuhi oleh setiap perusahaan karena dengan keselamatan kerja
yang baik maka dapat meningkatkan produksi dan produktifitas perusahaan.
Keselamatan kerja dapat membantu meningkatkan produksi dan
produktifitas perusahaan hal ini hal ini didasarkan atas :
1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga
pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.

28
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan ppemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja serta mesin yang produktif dan efesien dengan
tingkat produksi dan produktifitas tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan
kondisi yang mendukung kenyamanaan serta kegairahan kerja. Sehingga
faktor manusia dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari keterampilan
keduanya berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi
kelangsungan proses produksi.
Keselamatan kerja yang dilaksanakan sebaik-baiknya dengan
partisipasi dari pengusaha dan buruh atau karyawan, hal ini akan membawa
iklim keamanan dan ketenaga kerjaan, sehingga sangat membantu bagi
hubungan buruh dan pengusaha yang merupakan landasan kuat bagi
terciptanya kelancaran produksi.
(sumber : petunjuk keselamatan kerja Daryono 1982)

3.3. Undang-undang Keselamatan Kerja


3.3.1. Umum
Secara umum undang-undang mengenai keselamatan
kerja ditulis dalam setiap benak pekerja karena seorang pekerja selalu
mengingatkan untuk bekerja dalam keadaan sehat dan selamat. Undang-
undang dasar 1945 mengisyaratkan semua warga negara atau pekerja
dan penghasilan yang layak bagi kemanusiaan. Pekerja baru memenuhi
kelayakan bagi kemanusiaan, apabila keselamatan kerja sebagai sebagai
pelaksananya terjamin. Kematian, cacat, cidera, penyakit dan lain-lain
sebagai akibat kecelakaan dalam melakukan pekerjaan bertentangan
dengan dasar kemanusiaan. Maka dari itu, atas dasar landasan UUD
1945 lahir undang-undang dan ketentuan-ketentuan pelaksanaanya
dalam keselamatan kerja.
Dalam undang-undang No. 14 Tahun 1969 tentang
ketentuan-ketentuan pokok mengenai tenaga kerja secara jelas

29
ditegaskan, bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan
atas keselamatan kerja, sedangkan dalam hubungan dan bantuan sosial,
secara umum dinyatakan dalam undang-undang No. 14 Tahun 1969
tersebut bahwa pemerintah mengatur penyelenggaraan peraturan sosial
dan bantuan sosial bagi tenaga kerja dan keluarganya. Pertanggungan
dan bantuan sosial ini meliputi juga kecelakaan dan penyakit akibat kerja
sekalipun dalam penjelasan undang-undang dimaksudkan hanya
terperinci antara lain, sakit, meninggal dunia dan cacat.
Melihat sasaranya, terdapat dua kelompok perundang-
undangan dalam keselamatan kerja, yaitu sebagai berikut :
1. Kelompok perundang-undangan yang berdasarkan pencegahan
kecelakaan akibat kerja. Kelompok ini terdiri dari undang-undang
Nomor 1 tahun 1970 tentang keselamatan kerja dan peraturan lain
yang berkaitan denganya.
2. Kelompok perundang-undangan yang berdasarkan pemberian
kompensasi terhadap kecelakaan yang sudah terjadi. Kelompok ini
terdiri dari undang-undang kecelakaan (1947-1957) dan aturan yang
diturunkanya.

3.3.2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1970


Peraturan pemerintah dalam memperhatikan nasib
pekerjanja adalah dengan mengeluarkan undang-undang yang
berhubungan dengan keselaamatan kerja para pekerja karena pekerja
merupakan aset dari negera yang akan terus selalu menggerakan roda
perekonomian negara. Menurut undang-undang keselamatan kerja pada
tahun 1970 memuat tentang ketentuan-ketentuan umum keselamatan
kerja baik di bidang yang berada dalam wilayah kekuasaan hukum
Republik Indonesia. Sehingga undang-undang itu berguna untuk :
1. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
2. Mencegah dan mengurangi bahaya.

30
3. Memberi jalan penyelamat diri pada waktu terjadi kecelakaan
yang berbahaya.
4. Memberi pertolongan pada kecelakaan.
5. Memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.
6. Memberi alat-alat perlindungan kepala pada para pekerja.
7. Mencegah dan mengendalikan timbulnya penyakit akibat kerja.
8. Memelihara kebersihan, kesehatan dan ketertiban.

3.3.3. Peraturan Mentri Tenaga Kerja


Peraturan Mentri Tenaga Kerja No. 1 / MEN / 1981 /
tentang kewajiban melapor masalah penyakit kerja.

(Banet N. B Silalahi dan Rumendang B. Silalahi, 1995)

3.4. Kesehatan Kerja


Dalam melakukan tugasnya, seorang pekerja harus dalam keadaan
sehat baik itu sehat jasmani maupun rohani serta dalam lingkungan kerja yang
sehat pula karena tingkat produktivitas kerja sangat dipengaruhi oleh
kesehatan dari pekerja, seperti hubungan yang searah yang saling
menguntungkan satu sama lain, menguntungkan bagi pekerja menguntungkan
juga bagi perusahaan. Dengan tingkat kesehataan pekerja yang terjamin oleh
perusahaan maka pekerja akan semakin giat dalam melaksanakan tugas dari
perusahaan karena pekerja akan merasa hutang budi atas fasilitas yang telah
diberikan oleh perusahaan dengan kata lain loyalitas dari pekerja kepada
perusahaan akan meningkat, dan itu akan menguntungkan perusahaan.
Kesehatan kerja disini meliputi kesehatan dari seorang pekerja itu
sendiri baik kesehatan fisik maupun rohani juga kesehatan lingkungan kerja
yang meliputi tempat kerja dan proses kerja yang telah ditentukan oleh
perusahaan.
1. Kesehatan Pekerja

31
Kesehatan pekerja adalah kesehatan yang harus ada pada diri pekerja
seperti layaknya umum pekerja tidak diperkenankan untuk bekerja apabila
dalam keadaan sakit karena bisa mengganggu proses kerja yang lainya,
apabila pekerja dalam keadaan sakit maka pekerja berhak untuk meminta
cuti istirahat dan perusahaan dalam hal ini harus membantu dalam proses
penyembuhan diri pekerja baik secara moril maupun materi.
2. Kesehatan Lingkungan Kerja
Lingkungan tempat kerja harus selalu dalam keadaan bersih dan sehat agar
dalam melakukan pekerjaanya seorang pekerja merasa nyaman dan aman,
dimana kesehatan tempat kerja ini sangat menentukan baik buruknya
tingkat kesehatan bagi pekerja. Tempat kerja yang sehat akan membuat
pekerja jarang terkena penyakit yang dapat mempengaruhi proses kerja di
tempat keja, apabila terjadi masalah ditempat kerja maka seorang pekerja
wajib melapor ke perusahaan atau pihak yang berwenang dalam hal ini
Departemen Tenaga Kerja sesuai peraturan Mentri Tenaga Kerja Republik
Indonesia.
Keselamatan dan kesehatan kerja dapat membantu peningkatan
produksi dan produktifitas karyawan hal ini atas dasar :
1. Dengan tingkat keselamatan yang tinggi, kecelakaan-kecelakaan yang
menjadi sebab sakit, cacat dan kematian dapat dikurangi sahingga
pembiayaan yang tidak perlu dapat dihindari.
2. Tingkat keselamatan yang tinggi sejalan dengan ppemeliharaan dan
penggunaan peralatan kerja serta mesin yang produktif dan efesien dengan
tingkat produksi dan produktifitas tinggi.
3. Pada berbagai hal, tingkat keselamatan yang tinggi menciptakan kondisi
yang mendukung kenyamanaan serta kegairahan kerja. Sehingga faktor
manusia dapat diserasikan dengan tingkat efesiensi yang tinggi pula.
4. Praktek keselamatan tidak dapat dipisahkan dari keterampilan keduanya
berjalan sejajar dan merupakan unsur-unsur esensial bagi kelangsungan
proses produksi.

32
3.5. Kecelakaan kerja
Kecelakaan kerja merupakan sesuatu yang paling tidak diinginkan
oleh para pekerja juga oleh perusahaan karena dengan adanya kecelakaan
kerja akan terganggu sustu proses kerja yang bisa mengakibatkan suatu
kerugian pada perusahaan. Kecelakaan kerja terjadi karena berbagai sebab dan
kejadian itu tidak terlepas dari ketiga faktor diatas yaitu faktor manusia
sebagai pekerja, alat untuk pelindung dalam keselamatan kerja dan perusahaan
sebagai penyedia bahan untuk keselamatan kerja. Proses terjadinya kecelakaan
kerja telah kita ketahui seperti pada pokok pembahasan diatas yaitu dari
proses incident kemudian karena penanganan yang tidak baik bisa
mengakibatkan terjadinya accident.
Sebab-sebab utama terjadinya kecelakaan kerja sangat bermacam-
macam baik itu dari diri pekerja, mesin sebagai alat kerja bahkan faktor-faktor
lain dari luar lingkungan kerja. Berikut gambar tentang sebab dan akibat yang
ditimbulkan dari kecelakaan kerja :

Penyebab kecelakaan Akibat kecelakaan

Kesalahan Luka
manusia

Kesalahan desain Rusak

Kesalahan
Acident Kerugian produksi
manejemen

Analisa Investiga
safety Kesalahan Cacat kualitas si
komponen kecelakaa
n
Kerugian
Kesalahan pihak lingkungan
luar

Proses kecelakaan

33
Gambar 2.3 Sebab akibat kecelakaan kerja

Gambar diatas merupakan faktor-faktor yang menyebabkan


kecelakaan kerja beserta akibat yang ditimbulkanya mulai dari faktor
keselahan manusia yang hanya menimbulkan luka sampai kesalahan pihak
luar yang menimbulkan kerugian lingkungan. Sebab dan akibat kecelakaan
kerja tersebut perlu kita ketahui agar kita lebih mudah dalam menginvestigasi
guna memberikan solusi yang terbaik dalam penangananya.
Secara umum kecelakaan kerja mengakibatkan kerusakaan pada
barang yang diproduksi, yang biasa kita sebut dengan barang “rijek” atau
mengakibatkan kecelakaan pada operator yang bekerja yaitu manusia.
Kecelakaan yang terjadi pada barang menyebabkan kerusakan hasil produksi
yang mudah diperbaiki dan sulit diperbaiki, sedangkan kecelakaan pada
manusia dapat menyebabkan cacat baik fisik maupun mental yang bersifat
sementara dan permanen bahkan bisa juga menyebabkan kematian pada diri
pekerja. Berikut adalah gambar akibat kecelakaan kerja secara umum :

34
Akibat kecelakaan

Kecelakaan Barang / Sulit


Kerusakan
kerja lingkungan diperbaiki

Mudah
diperbaiki

Orang Cacat Sementara

- fisik
Permanen
- mental

Kematian

Gambar 2.4 akibat kecelakaan

3.5.1. Klasifikasi Kecelakaan Akibat Kerja


Klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut organisasi
perburuhan internasional tahun 1962 adalah sebagai berikut :
1. Klasifikasi menurut jenis kecelakaan :
a. Terjatuh.
b. Tertimpa benda jatuh.
c. Tertekan benda.
d. Pengaruh suhu tinggi.
e. Kontak dengan bahan-bahan.
f. Jenis-jenis kelalaian.
2. Klasifikasi menurut penyebab :
a.Pembangkit tenaga terkecuali motor-motor tenaga listrik.

35
b. Mesin angkut dan alat angkut.
c.Peralatan lain (bencana bertekanan, alat listrik, alat kerja,
instalasi. pendingin, instalasi listrik).
d. Bahan-bahan atau material.
e.Zat-zat dan radiasi bahan peledak.
f. Lingkungn kerja.
3. Klasifikasi menurut sifat luka dan kelainan :
a.Dislokasi patah tulang.
b. Regang otot.
c.Memar.
d. Amputasi.
e.Keracunan mendadak.
f. Luka bakar.
g. Mati lemas.
h. Pengaruh listrik.
i. Pengaruh radiasi.
j. Luka-luka lain.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka di tubuh :
a.Kepala.
b. Leher.
c.Badan.
d. Anggota atas.
e.Anggota bawah.
f. Banyak tempat.
g. Kelainan umum.
h. Letak lain yang tidak dapat dimasukan klasifikasi tersebut.

3.5.2. Proses Kecelakaan Kerja Menurut Hainrich


Menurut Hainrich ada 8 faktor yang menyebabkan yang
terjadinya kecelakaan kerja yang mana sebagian besar faktor tersebut

36
datang dari diri seorang pekerja, diantara faktor-faktor tersebut antara
lain :
1. Un-Dicipline
Faktor ketidak disiplinan dari pekerja.
2. Training Not Good
Pelatihan sebelum pekerja melakukan aktifitas kerjayang kurang
bagus sehingga pada waktu kerja masih banyak hal yang belum
dipahami oleh seorang pekerja yang menyebabkan kecelakaan kerja.
3. Lack Tool / Equipment
Faktor peralatan yang digunakan dalam melakukan aktifitas kerja
kurang baik dapat menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja.
4. Machine protektor not good
Perlindungan mesin yang tidak sempurna dapat menyebabkan
terjadinya accident.
5. Body protektor
Alat pelindung diri (APD) sangat diperlukakan untuk mengurangi
resiko kecelakaan dan sebagai alat pelindung apabila terjadi sesuatu
yang membahayakan diri pekerja, faktor ketidaklengkapan alat
pelindung diri sebagai pemicu terjadinya kecelakaan yang parah.
6. Lay out not good
Tata letak ruangan yang kurang bagus dapat menyebabkan terjadinya
kecelakaan kerja, maka perusahaan perlu membuat lay out atau tata
ruang yang bagus untuk memudahkan aliran produksi juga untuk
meminimalkan kecelakaan.
7. SOP not good
SOP yang tidak bagus dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
8. Emotion condition
Kondisi emosional dari seorang pekerja yang terlalau tinggi dan
tidak bisa dikontrol dengan baik dapat menimbulkan kecelakaan
kerja. Faktor emosi pekerja bisa datang dari lingkungan.

37
3.5.3. Faktor-faktor Keselamatan Kerja :
Dalam menghindari suatu kecelakaan kerja maka kita terlebih
dahulu harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang menyebabkan
kecelakaan kerja dan upaya apa yang seharusnya dilakukan untuk
meningkatkan keselamatan kerja. Ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi keberhasilan pelaksanaan keselamatan kerja diantaranya
yaitu :
1. Faktor manusia
Manusia sebagai kunci keberhasilan keselamatan kerja
dalam suatu perusahaan. Yang termasuk faktor manusia adalah
pemilik perusahaan dan tenaga kerja atau karyawan. Semua orang
yang ada dalam perusahaan harus tahu bahwa pekerja
berkepentingan bukan hanya pada bagian produksi, mutu dan
kualitas produksi tetapi juga dalam keselamatan kerja.
Umumnya di perusahaan keselamatan kerja mulai dari
manajemen puncak, baru turun kebawah. Manajer juga harus
memandang keselamatan kerja sebagai dari proses bukan sebagai
tambahan, serta wajib menjamin tidak terjadinya kondisi yang tidak
aman dan tidak nyaman.
Banyak manusia yang tidak menyadari bahwa
keselamatan kerja adalah tanggung jawab bersama untuk
kepentingan bersama pula. Kesadaran tersebut tidak kalah
pentingnya bila dibandingkan dengan peraturan yang ditetapkan
perusahaan atau disiplin ketat yang dipaksakan. Memakai alat-alat
keselamatan kerja atau perlindungan dari yang telah ditetapkan
dalam peraturan tanpa adanya kesadaran dari tenaga kerja maka
peraturan tersebut malah akan diabaikan. Mereka beralasan bahwa
memakai alat perlindungan perorangan tersebut akan membuat
gerakan kurang leluasa pada saat melakukan aktivitas, walaupun
disetiap tempat telah tersedia poster-poster yang berhubungan
dengan keselamatan kerja untuk membangkitkan kesadaran

38
mengenai keselamatan kerja ini. Cara yang sering dilakukan untuk
memasyarakatkan keselamatan kerja antara lain :
a.Poster / gambar / plangkat.
b. Petunjuk / slide.
c.Ceramah / seminar.
d. Pameran / kampanye.
e.Mengadakan diklat keselamatan dan kesehatan kerja yang
sistematis.
Biasanya kecelakaan kerja lebih banyak terjadi pada
tenaga kerja yang baru karena belum memahami pentingnya cara
kerja yang aman. Oleh karena itu perlu diadakan atau diberikan
kepada mereka pendidikan dan lebih ditekankan kepada mereka akan
pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

2. Faktor peralatan dan pekerjaan


Pada dasarnya semua bagian mesin yang bergerak, panel
kendali dan alat-alat perlindungan diri harus dirawat menurut kondisi
bagian-bagianya bukan menurut waktu pemakaianyan. Perawatan
berdasarkan kondisi harus dijadikan asas pemeliharaan semua
peralatan guna mendeteksi sedini mungkin bagian-bagian mesin
yang dapat menimbulkan bahaya karena kecelakaan terjadi tanpa
disangka-sangka dalam waktu sekejab mata, sehingga untuk
menghindarinya perlengkapan dan peralatan yang ada harus
terlindungi dari kemungkinan berinteraksi dengan manusia dan
peralatan lain. Oleh karena itu bagian-bagian mesin yang berbahaya
harus ditiadakan dengan mengubah konstruksi atau memberi alat
pelindung.

3.5.4. Upaya Keselamatan Kerja

39
Sangat banyak yang kita lakukan untuk mencegah suatu
kejadian yang tidak kita inginkan dan harus bisa untuk memilah dan
memprioritaskan sesuai kebutuhan yang tepat.
Kejadian kecelakaan kerja di tempat kerja tentunya terjadi
secara tidak sengaja. Baik itu terjadi dari faktor manusia ataupun tenaga
kerja sendiri, tempat kerja maupun terjadi karena mesin-mesin produksi.
Tetapi hal tersebut tidak mustahil adanya pencegahan terhadap
terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja dapat dicegah dengan :
1. Peraturan perundang-undangan
Yaitu ketentuan-ketentuan yang diwajibkan mengenai kondisi kerja
pada umumnya, perencanaan, konstruksi dan pemeliharaan,
pengawasan, pengujian dan cara kerja peralatan industri, tugas-tugas
pengusaha dan buruh latihan supervisi medis, PPPK dan
pemeriksaan kesehatan.
2. Standarisasi
Standarisasi yaitu penetapan standar resmi, setengah resmi atau tidak
resmi mengenai keselamatan kerja misalnya kondisi yang memenuhi
syarat keselamatan, jenis-jenis peralatan industri tertentu, praktek
keselamatan dan kesehatan umum atas alat-alat pelindung diri yang
dipergunakan.
3. Pengawasan
Yaitu tentang dipatuhinya ketentuan perundang-undangan yang
diwajibkan.
4. Penelitian bersifat teknik
Penelitian ini meliputi sifat dan ciri-ciri bahan bahaya, penyelidikan
tentang pagar pengamanan, pengujian alat-alat pelindung diri,
penelitian tentang pencegahan peledakan gas dan debu.
5. Riset medis
Meliputi penelitian tentang efek-efek fisikologi dan patologis faktor-
faktor lingkungan dan teknologis dan keadaan-keadaan fisik yang
mengakibatkan kecelakaan.

40
6. Penelitian pisikologis
Yaitu penelitian tentang pola-pola kejiwaan yang mengakibatkan
terjadinya kecelakaan.
7. Penelitian secara statistik
Yaitu untuk menetapkan jenis-jenis kecelakaan yang terjadi,
banyaknya, mengenai siapa saja, dalam pekerjaan apa dan apa sebab-
sebabnya.
8. Pendidikan
Menyangkut pendidikan dalam kurikulum teknik, sekolah perniagaan
atau kursus-kursus pertukaran.
9. Latihan-latihan
Yaitu latihan praktek bagi tenaga kerja, khususnya bagi tenaga kerja
yang baru dalam keselamatan kerja.
10. Penggairahan
Yaitu penggunaan aneka cara penyuluhan atau pendekatan lain untuk
menimbulkan sikap untuk selamat dalam bekerja.
11. Asuransi
Asuransi yaitu insentif finansial untuk meningkatkan pencegahan
kecelakaan misalnya dalam bentuk pengurangan premi, yang dibayar
oleh perusahaan, jika tindakan keselamatan sangat baik.

3.6. Organisasi Keselamatan Kerja


Organisasi keselamatan kerja terdapat pada unsur pemerintah,
dalam ikatan profesi, badan-badan konsultasi masyarakat, di perusahaan-
perusahaan, dan lain-lain. Program pemerintah khususnya pembinaan
pengawasan bersama-sama dengan praktek keselamatan kerja di perusahaan-
perusahaan saling mengisi sehingga sehingga dicapai tingkat keselamatan di
perusahaan dalam meningkatkan penerapan keselamatan kerja di
perusahaanya dapat memperoleh bantuan keahlian dari badan-badan konsultan
atau lembaga-lembaga pengujian. Pada tingkat perusahaan, pengusaha dan

41
buruh adalah kunci kearah keberhasilan program keselamatan kerja agar
menunjang keberhasilan pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja.
Secara keilmuan, keselamatan kerja memerlukan keahlian-keahlian
lain. Pusat terdapat teknologi, kimia, fisika, toksilogi, kesehatan, teknisi,
fisiologi, psikologi, dan lain-lain. Maka dari itu, selain ahli atau teknisi
keselamatan kerja masih diperlukan insinyur, dokkter, ahli faal, ahli jiwa, ahli
statistik, dan lain-lain.

3.6.1. Organisasi Pemerintah


Organisasi keselamatan kerja dalam administrasi pemerintah ditingkat
pusat terdapat dalam bentuk Direktorat Pembinaan Normal Kesehatan
dan Keselamatan Kerja. Direktorat Jendral Perlindunan dan Perawatan
Tenaga Kerja, memiliki fungsi yaitu :
1. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta
penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja dibidang
mekanik.
2. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta
penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja dibidang
listrik.
3. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta
penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja dibidang
uap.
4. Melaksanakan pembinaan, pengawasan serta
penyempurnaan dalam penetapan norma keselamatan kerja dibidang
pencegahan kebakaran.

3.6.2. Organisasi Tingkat pemerintah


Organisasi keselamatan kerja ditingkat perusahaan ada
dua jenis, yaitu :
1. Organisasi sebagai bagian dari struktur organisasi
perusahaan dan disebut bidang, bagian, dan lain-lain keselamatan

42
kerja. Oleh karena merupakan bagian dari organisasi perusahaan,
maka tugasnya kontinyu pelaksanaanya menetap dan anggaranya
tersendiri. Kegiatan-kegiatan biasanya cukup banyak dan efeknya
terhadap keselamatan dan kesehatan kerja adalah banyak dan baik.
2. Panitia kesehatan dan keselamatan kerja yang biasanya
terdiri dari wakil pimpinan perusahaan, wakil buruh, teknisi
keselamatan kerja, dokter perusahaan dan lain-lain. Kondisi
perusahaan biasanya pencerminan panitia pada umumnya.
Pembentukan panitiademikian adalah atas dasar kewajiban undang-
undang.
Tujuan keselamatan kerja secara umum dalah sebagai
berikut :
1. Pencegahan terjadinya kecelakaan kerja.
2. Pencegahan terjadinya penyakit akibat kerja.
3. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya terjadinya
kematian akibat kecelakaan kerja.
4. Pencegahan atau penekanan menjadi sekecil-kecilnya cacat yang
ditimbulkan akibat kerja.
5. Pengamanan material, konstruksi, bangunan, alat-alat kerja, mesin-
mesin, pesawat-pesawat, instalasi-instalasi, dan lain-lain.
6. Peningkatan produktifitas kerja atas dasar tingkat keamanan dan
kenyamanan kerja yang tinggi.
7. Penghindaran pemborosan tenaga kerja, modal, alat-alat dan
material-material produksi lainya sewaktu kerja.
8. Pemeliharaan tempat kerja yang bersih, sehat, aman dan nyaman.
9. peningkatan pengamanan produksi dalam rangka industrialisasi dan
pembangunan.

43
BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran umum K3 pada PT. Apac Inti Corpora


Tenaga kerja dalam melakukan pekerjaanya akan behadapan
dengan adnya bahaya-bahaya yang dapat ditimbulkan oleh mesin, alat kerja,
material dari proses pengolahanya, keadaan tempat kerja, lingkungan, cara
melakukan pekerjaan dll. Menyadari bahaya yang timbul dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja yang nantinya juga akan merugikan
perusahaan. Maka sedini mungkin kecelakaan kerja harus dicegah.
Sesuai dengan hasil pengamatan lokasi kerja sangat potensial
menimbulkan kecelakaan kerja. Contoh kecil yang ada adalah kebisingan,
pencahayaan, kadar debu yang semuanya berada dalan nilai ambang batas
serta percikan api. Pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja bagi semua
karyawan, perusahaan harus menciptakan suasana lingkungan kerja yang
sehat, aman dan nyaman.
Untuk menjamin keselamatan dan kesehatan kerja, perusahaan
menyediakan program kesejahteraan untuk para tenaga kerja. Macam-macam
jaminan keselamatan kerja di PT. Apac Inti Corpora terdiri dari :

4.1.1. Jaminan Sosial dan Kesejahteraan Pekerja


Program jamsostek yang diselenggarakan PT. Apac Inti Corpora terdiri
dari :
1. Jaminan kecelakaan kerja

44
Apabila ada karyawan yang mengalami kecelakaan kerja maka
jamsostek akan memberi santunan berupa keringanan biaya rumah
sakit dan biaya obat-obatan.
2. Jaminan kematian
Jaminan kematian diperuntukan bagi ahli waris tenaga kerja yang
menjadi peserta Jamsostek yang meninggal bukan karena kecelakaan
kerja. Jaminan Kematian diperlukan sebagai upaya meringankan
beban keluarga baik dalam bentuk biaya pemakaman maupun
santunan berupa uang. Pengusaha wajib menanggung iuran Program
Jaminan Kematian biaya pemakaman dan santunan berkala.
3. Jaminan hari tua
Jaminan hari tua berupa pemberian dana pensiun bagi semua
karyawan.
4. Jaminan pemeliharaan kesehatan
Pada setiap karyawan diberikan keringanan biaya untuk pengobatan
dan periksa.
5. Fasilitas makan
Karyawan mendapatkan fasilitas makan gratis satu kali pada jam
istirahat.
6. Santunan kematian
Santunan berupa dana yang diberikan kepada karyawan yang
anggota keluarganya mengalami musibah (meninggal).
7. Santunan melahirkan
Santunan melahirkan ini diberikan setelah peserta menjalani masa
tunggu 7 (tujuh) bulan terhitung sejak tanggal menjadi peserta
dengan penggantian biaya perawatan sebesar 100% dari biaya sesuai
dengan ketentuan dan batas maksimum atas santunan yang telah
ditetapkan.
8. Koperasi karyawan
Koperasi pada dasarnya adalah sebuah medium untuk mendukung
kesejahteraan anggota dengan berbagi keuntungan.

45
9. Asuransi kecelakaan diluar jam kerja
Bagi karyawan yang mengalami kecelakaan diluar jam kerja tetap
akan mendapatkan asuransi.
10. Olahraga
Sebagai ekspresi kepedulian pada pengembangan olahraga terutama
di daerah Jawa Tengah, Apac Inti membentuk departemen klub
olahraga. Selain itu perusahaan juga mengadakan senam rutin
seminggu sekali pada hari sabtu. Ini bertujuan untuk meningkatkan
kebugaran para karyawan.
11. Kesenian
Selain itu ada pula kebebasan untuk mengekspresikan bagian dalam
setiap orang berbakat di Apacinti. Setelah shift pabrik, karyawan
yang bekerja di Apacinti bisa bergabung saat menyegarkan, bermain
sebagai band lokal, dengan peralatan lengkap, disediakan oleh
perusahaan. Ini merupakan bagian dari upaya perusahaan untuk
menjaga jiwa karyawan, memberikan nilai tambah bagi kehidupan.
12. Kerohanian
Untuk memenuhi kesehatan rohani perusahaan menyediakan fasilitas
tempat beribadah bagi karyawan, selain itu juga perusahaan
mewajibkan karyawan untuk doa bersama sebelum melakukan
pekerjaanya yang dilakukan pada saat apel pagi.
13. Balai pertemuan dan perpustakaan
14. Tunjangan seragam
Pada setiap satu tahun sekali karyawan mendapatkan dua pasang
seragam, yaitu dua pasang celana jeans dan dua pasang seragam.

4.1.2. Perawatan Kesehatan dan Pengobatan


Perusahaan mengerti betul akan pentingnya kesehatan untuk itu
perusahaan menyediakan fasilitas kesehatan yang berupa ::
1. Fasilitas poliklinik

46
PT. Apac Inti Corpora menyediakan sarana poliklinik dengan
beberapa dokter dan suster untuk pengobatan para karyawan yang
mengalami kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat kerja.
2. Fasilitas biaya pengobatan
Jika dapat diatasi dengan poliklinik perusahaan maka biaya
pengobatan akan ditanggung perusahaan akan tetapi jika dirujuk ke
rumah sakit maka perusahaan akan menanggung beberapa persen
biaya yang sudah disepakati.
3. Fasilitas periksa kesehatan
Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan secara berkala setiap tahun dan
untuk itu pimpinan perusahaan mewajibkan karyawan untuk
memeriksa kesehatanya.

4.2. Stadarisasi Alat Pelindung Diri (APD)


Untuk menghindari timbulnya bahaya kecelakaan kerja maka
perusahaan telah berupaya semaksimal mungkin agar keselamatan kerja tetap
terjamin. Untuk itu berbagai cara telah ditempuh termasuk menyediakan alat –
alat pelindung diri yang harus dipergunakan oleh semua karyawan khususnya
yang sudah masuk dalam lingkungan produksi pada waktu menjalankan
tugasnya. Sehingga dengan demikian bahaya kecelakaan kerja akan dapat
dihindari sekecil mungkin.
Alat pelindung diri yang disediakan PT. Apac Inti Corpora
meliputi :
1. Pelindung Kaki
Sepatu Safety pada umumnya dipergunakan untuk melindungi jari kaki
dari timpaan barang berat yang jatuh, yang dapat terjadi pada kecelakaan
kerja, sehingga jari kaki para pekerja dapat telindungi dari akibat yang
fatal. Pada awal kemunculannya safety shoes dibuat dengan dengan desain
yang mirip dengan sepatu boots, tetapi pada perkembangannya sepatu
safety mengadaptasi model-model formal dan casual yang biasa dipakai
bekerja di kantor atau office maupun berjalan-jalan atau santai.

47
a. Mechanical safety shoes diberikan pada pekerja yang
beresiko kejatuhan dan terlindas benda berat dalam pekerjaan sehari-
hari.

Gambar 4.1. Mecanical Safety Shoes

b. Electrical safety shoes diberikan pada pekerja yang


beresiko terhadap arus listrik tegangan sedang dan rendah.

Gambar 4.1. Electrical Safety Shoes

c. Safety boot diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap


bahaya zat cair.

48
Gambar 4.2. Safety Boot

2. Pelindung Tangan
Diperkirakan hampir 20% dari seluruh kecelakaan yang menyebaabkan
cacat adalalah tangan. Tanpa jari atau tangan, kemampuan bekerja akan
sangat berkurang. Tangan manusia sangat unik. Tidak ada bentuk lain di
dunia yang dapat mencengkram, memegang, bergerak, memanipulasi
benda seperti tangan manusia. Karena tangan harus dilindungi dan
disayangi.
Kontak dengan bahan kimia koustik atau beracun, bahan-bahan biologis,
sumber listrik atau benda benda dengan suhu yang sangat dingin atau
sangat panas dapat menyebabkan iritasi dan membakar tangan . bahan
beracun dapat terabsorsi melalui kulit dan masuk ke dalam tubuh.
APD tangan dikenal dengan safety glove dengan berbagai jenis
penggunaanya. Berikut ini adalah jenis-jenis sarung tangan dengan
penggunaan yang tidak terbatas hanya untuk melindungi dari bahan kimia.
a. Sarung tangan kulit diberikan pada pekerja yang beresiko
terhadap bahaya panas.

49
Gambar 4.3. Sarung Tangan Kulit

b. Sarung tangan rubber diberikan pada pekerja yang beresiko


terhadap zat cair yang berbahaya.

Gambar 4.4. Sarung Tangan Rubber

c. Sarung tangan kain diberikan pada pekerja yang beresiko


terhadap gesekan-gesekan yang dapat menimbulkan luka pada tangan.

50
Gambar 4.5. Sarung Tangan Kain

d. Sarung tangan elektrik diberikan pada pekerja yang


beresiko melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan bahaya
tegangan listrik.

Gambar 4.6. Sarung Tangan Elektrik

3. Pelindung Pernafasan
a. Masker respirator kimia diberikan pada pekerja yang
beresiko terhadap bahaya gas beracun.

51
Gambar 4.7. MaskerRespirator Kimia

b. Masker pasir diberikan pada pekerja yang beresiko


terhadap debu pasir atau serbuk logam berat lainya.

Gambar 4.8. Masker Pasir

c. Masker kain diberikan pada pekerja yang beresiko terhadap


debu-debu ringan. Dipakai semua pekerja yang memasuki lingkungan
dengan kondisi udara, mengandung debu ringan yang melebihi nilai
ambang batas yang telah ditetapkan.

52
Gambar 4.9. Masker Kain

d. Masker asap diberikan pada pekerja yang berhubungan


dengan kebakaran.

Gambar 4.10. Masker Asap

4. Pelindung telinga
a. Ear plug diberikan pada pekerja yang melakukan pekerjaan
dengan tingkat kebisingan antara 85-100 dB.

53
Gambar 4.11. Ear Plug

b. Ear muffs diberikan pada pekerja yang melakukan


pekerjaan dengan tingkat kebisingan diatas 100 dB.

Gambar 4.12 Ear Muffs

5. Pelindung Tubuh
Pelindung tubuh atau baju kerja diberikan pada pekerja yang beresiko
terkena percikan api, bahaya zat cair, panas matahari, di tempat berdebu
konsentrasi tinggi.
a. Wearpack diberikan kepada pekerja yang beresiko
terkena panas matahari dan debu kotor.

54
Gambar 4.13. Wearpack

b. Appron diberikan pada pekerja yang melakukan


pengelasan.

Gambar 4.14. Appron

c. Jas laborat diberikan pada pekerja yang bekerja di WWT


dan QC laborat.

55
Gambar 4.15. Jas Laborat

d. Baju tahan panas diberikan pada pekerja yang beresiko


terkena api dalam melakukan pemadaman kebakaran.

Gambar 4.16. Baju Pemadam Kebakaran

e. Safety belt diberikan pada pekerja yang beresiko


melakukan pekerjaan diatas ketinggian.

56
Gambar 4.17. Safety Belt

6. Pelindung Kepala
Pelindung kepala dikenal sebagai safety helmet. Safety helmet memberikan
perlindungan pada kepala dari benturan benda keras, arus listrik, debu
percikan api dan lain-lain.
a. Penutup kepala dari kain diberikan pada pekerja dilokasi
kerja yang beresiko terhadap keselamatan kepala dan rambut.

Gambar 4.18. Penutup Kepala Dari Kain

57
b. Safety helmet diberikan pada pekerja yang beresiko
terhadap benturan benda keras.

Gambar 4.19. Safety Helmet

7. Pelindung Wajah
Pelindung wajah yang dikenal adalah googles. Goggles memberikan
perlindungan lebih baik dari pada safety glasses kerena goggles terpasang
dekat dengan wajah dan goggles mengitari area mata, goggles melindungi
lebih baik pada situasi yang mungkin terjadi percikan cairan, uap logam,
serbuk, debu dan kabut.
a. Pelindung muka tipe WH 01 / WS 03 diberikan pada
pekerja yang melakukan pekerjaan pengelasan.

Gambar 4.20. Pelindung Muka tipe WH 01

b. Pelindung muka tipe 10 F408CL diberikan pada pekerja


yang melakukan bongkar muat chemical.

58
Gambar 4.21. Pelindung Muka Tipe 10 F408CL

c. Computer screen diberikan kepada semua komputer yang


ada.

8. Pelindung Mata
Pelindung mata dikenal sebagai safety glasses. Safety glasses berbeda
dengan kaca mata biasa, baik normal maupun kir (prescription glasses),
karena pada bagian atas dan sisi kanan-kiri frame terdapat pelindung dan
jenis kacanya yang dapat menahan sinar ultra violet sampai persentase
tertentu.
a. Kacamata tipe GCV 75 diberikan pada pekerja yang
melakukan pekerjaan dilokasi chemical.

Gambar 2.22. Safety Glasses Type GCV 75

59
b. Kacamata tipe GVM diberikan pada pekerja yang beresiko
terhadap keselamatan mata dari serbuk besi (penggerindaan).

Gambar 2.23. Safety Glasses Type GVM

c. Kacamata tidak memantulkan cahaya dan titik fokus


disesuaikan dengan pemakainya, kacamata ini diberikan pada pekerja
yang beresiko terhadap percikan gram yang pekerjaanya dilakukan
pengawasan yang teratur dan terus menerus terhadap benda yang
berputar.

Gambar 2.24. Safety Glasses

9. Pemasangan Safety Poster


a. Safety poster mesin.
b. Safety poster larangan.

60
c. Safety poster kejadian darurat.
d. Sefety poster untuk himbauan.

4.3. Standarisasi Kejadian Darurat


Umumnya tempat kerja tidak pernah luput dari bahaya dan
kejadian yang tidak disagka-sangka (kejadian darurat). Menurut data kejadian
darurat pada PT. Apac Inti Corpora yang sering terjadi adalah kebakaran,
kecelakaan, ledakan yang diakibatkan oleh mesin dll. Oleh karena itu maka
pencegahan terhadap terjadinya kejadian darurat adalah hal yang penting dan
harus dilakukan. Untuk menekan resiko kejadian darurat maka disediakan
peralatan dan sarana, diantaranya terdiri dari :
1. Drum berisi pasir dan skop dilokasi rawan kebakaran dan
tumpahan zat kimia.
2. Drum berisi air dan ember khususnya pada unit Blowing dan
tempat-tempat rawan kebakaran pada umumnya.
3. APAR (alat pemadam api ringan) yang ditempatkan pada
seluruh perusahaan meliputi office, gripag, kantin, gudang dan bagian
produksi sesuai dengan kebutuhan dan kegunaan masing – masing. Jenis
APAR yang digunakan meliputi :
a. APAR kelas A ditempatkan pada tempat yang beresiko
kebakaran tingkat A seperti kebakaran pada dokumen -dokumen, kayu,
kain, dsb.
b. APAR kelas B ditempatkan pada tempat yang beresiko
kebakaran tingkat B seperti kebakaran yang disebabkan oleh minyak,
gas dan bahan cair lainya.
c. APAR kelas C ditempatkan pada tempat yang beresiko
kebakaran tingkat C seperti kebakaran yang disebabkan oleh listrik dan
kebakaran yang berada didekat listrik.
4. Box hydrant
a. Hydrant halaman ditempatkan diluar gedung atau di
halaman.

61
b. Hydrant gedung ditempatkan didalam gedung.
5. Mobil pemadam kebakaran
Mobil ini harus selalu siap mengatasi kebakaran dari kebakaran ringan
maupun kebakaran besar. Mobil pemadam ditempatkan di office OHS
yang terletak ditengah-tengah lingkungan pabrik. Adapun pengoprasianya
dilakukan oleh Satpam OHS yang merangkap juga sebagai petugas Tim
Tanggap Darurat yang telah dilatih.
6. Kotak P3K
Kotak P3K adalah kotak penyimpanan yang berisi obat-obatan untuk
pertolongan pertama pada kecelakaan. kotak P3K ditempatkan dan
tersebar diseluruh lingkungan perusahaan.
7. Pintu darurat
Pintu darurat adalah pintu keluar saat terjadi kejadian darurat. Pintu
darurat dibuat di semua bangunan perusahaan, termasuk pada bagian
office.
8. Alarm bahaya
Alarm bahaya adalah penanda kalau ada kejadian darurat, Alarm akan
berbunyi. Alarm darurat ditempatkan diseluruh bangunan yang ada di
perusahaan.

4.2. Panitia Pembinaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja


Yang dimaksud dengan panitia pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah suatu badan yang dibentuk disuatu perusahaan untuk
membantu melaksanakan dan menangani usaha-usaha keselamatan dan
kesehatan kerja yang keanggotaanya terdiri dari unsur pengusaha dan tenaga
kerja.
Syarat-sayarat pembentukan panitia pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja adalah sebagai berikut :
1. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 300 orang wajib
membentuk panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja dengan
jumlah anggota 12 orang. Jumlah tersebut terdiri dari 6 orang wqakil unsur

62
pengusaha atau pimpinan perusahaan dan 6 orang wakil tenaga kerja dan 2
orang diantaranya sebagai sekertaris.
2. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 100 orang sampai 300
orang karyawan wajib membentuk panitia pembinaan keselamatan dan
kesehatan kerja dengan jumlah anggota 6 orang. Jumlah tersebut terdiri
dari 3 orang wakil unsur pengusaha atau pimpinan perusahaan dan 3 orang
wakil tenaga kerja dan satu diantaranya sebagai sekertaris.
3. Perusahaan mempunyai tenaga kerja lebih dari 50 orang sampai dengan
100 orang dengan :
a. Tingkat bahaya yang tinggi wajib membentuk panitia
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja dengan jumlah anggota
sesuai dengan butir 2 sebelumnya.
b. Tingkat bahaya yang rendah wajib mempunyai satu orang ahli
keselamatan dan kesehatan kerja.

Tugas pokok panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja


sebagai suatu bahan pertimbangan di tempat kerja ialah memberikan saran dan
pertimbangan baik diminta maupun tidak kepada pengusaha atau pimpinan
perusahaan yang bersangkutan mengenai masalah-masalah keselamatan dan
kesehatan kerja.
Fungsi panitia pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja adalah
menghimpun dan mengelola segala data dan atau permasalahan keselamatan
kerja dan kesehatan kerja yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkanya
penyuluhan, pengawasan, pelatihan, dan penelitian keselamatan dan kesehatan
kerja. Pimpinan perusahaan melalui panitia-panitia pembinaan keselamatan
kerja dan kesehatan kerja dapat memberikan pengertian dan kesadaran kepada
semua petugasnya tentang arti pentingnya pelaksanaan pencegahan
kecelakaan, kebakaran, peledakan dan penyakit akibat kerja. Sebaliknya pihak
tenaga kerja dapat pula mengemukakan pendapatnya kepada pihak perusahaan
atau pimpinan.

63
PT. Apac Inti Corpora, telah membentuk panitia pembinaan
keselamatan dan kesehatan kerja yang fungsinya adalah menghimpun dan
mengolah segala data dan permasalahan keselamatan dan kesehatan kerja di
tempat kerja yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkanya penyuluhan,
pengawasan, latihan, dan penelitian.

Ketua
(manajer HI)

Sekertaris
(manajer scurity)
(steff OHS)

Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota


(manajer (manajer (manajer (officer (manajer (ketua (officer
OHS) work WWT) healt) PR) SPN) civil &
shop plant
mekanik) mtc)

Gambar 4.1 Struktur P2K3 PT. Apac Inti Corpora

4.2.1.Office OHS
Unit OHS adalah unit yang dibentuk perusahaan khusus untuk
menangani masalah pelaksanaan K3 di perusahaan.
1. Tujuan OHS adalah :
a. Mengendalikan aspek keselamatan dan kesehatan kerja di
seluruh kegiatan operasional perusahaan.
b. Menjamin setiap faktor produksi dipelihara dan dipergunakan
secara aman dan efisien.
c. Membangun lingkungan kerja yang aman, sehat, bersih dan
nyaman.
d. Meningkatkan kesadaran karyawan tentang keselamatan dan

64
kesehatan kerja dalam setiap aktivitas pekerjaan.
2. Sasaran OHS :
a. Mencegah dan mengendalikan resiko yang dapat menyebabkan
timbulnya bahaya dan kecelakaan kerja serta penyakit akibat
kerja
b. Pengamanan sarana dan prasarana kerja, pemakaian bahan-
bahan sesuai MSDS & penghematan faktor produksi.
c. Menciptakan keselamatan dan kesehatan kerja.
d. Membentuk karyawan yang sadar dan peduli akan keselamatan
dan kesehatan kerja.

Manajer OHS

Sekertaris OHS

Staff OHS Staff OHS Staff OHS Staff OHS

Gambar 4.2 Struktur OHS

4.2.2.Tim K3 Unit
Tim Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) internal perusahaan
dibentuk oleh divisi atau departemen masing-masing dan disahkan oleh
pimpinan perusahaan yang susunan kepengurusannya terdiri dari unsur
pimpinan tertinggi di division atau departemen dan karyawan yang
kompeten pada bidangnya.
Kegiatan K3 Unit :

65
1. Rapat Konsolidasi organisasi di unit, meliputi :
a. Sosialisasi K3.
b. Ruang lingkup kerja unit.
c. Job Description dari ketua sampai dengan anggota unit.
d. Pengurus menyampaikan detail lingkup kegiatan masing-
masing.
2. Penyusunan Action Plant K3 unit, meliputi :
a. Sidang atau rapat rutin satu bulan sekali.
b. Identifikasi sumber bahaya potensial.
c. Analisis sumber bahaya potensial.
d. Upaya pengendalian sumber bahaya potensial.
e. Monitoring.
f. Evaluasi hasil.
3. Melakukan sidang atau pertemuan pengurus K3 unit
sebulan sekali, isi sidang antara lain :
a.Masalah kegiatan organisasi.
b. Membahas hasil evaluasi.
c.Menyusun rekomendasi bahaya potensial yang ditemui.
d. Menyusun diklat atau ceramah yang diperlukan yang
berkaitan dengan K3.
e.Mengadakan perbaikan program pencegahan yang telah
dilaksanakan.
f. Masalah-masalah K3 lainnya yang dianggap perlu.
4. Melakukan identifikasi dan inventarisasi sumber bahaya
potensial penyakit yang ada di unit setiap 3 bulan sekali dengan
menggunakan format F3 dan melaporkan rekapannya ke OHS setiap
6 bulan sekali.
5. Analisis Sumber Bahaya Potensial
Melakukan analisis setelah mengumpulkan data-data sumber bahaya
potensial yang ada di tempat kerja.
6. Upaya Pengendalian Sumber Bahaya Potensial

66
Membuat cara-cara pencegahan atau pengendalian (kemungkinan
sebab-akibat) yang mungkin terjadi dari sumber bahaya potensial
dengan cara yang tepat ditinjau dari segi praktis, ekonomis, dan
efektifitas.
7. Kegiatan monitoring
Disamping melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan Plant Of
Action, juga memonitor hal-hal meliputi :
a. Alat pelindung diri.
b. Catering.
c. Kebersihan kantin, WC, dan lingkungan gedung.
d. Pemeriksaan kesehatan berkala.
e. PPPK.
f. Sarana dan prasarana pemadam kebakaran, dsb sesuai
spesifikasi masing-masing unit.
8. Melakukan pencatatan data-data yang ada di k3 unit antara
lain :
a. Struktur Organisasi.
b. Proses produksi.
c. Alat pelindung diri yang digunakan di unit.
d. Jumlah APAR, hydrant, lampu darurat, pintu darurat.
e. Kecelakaan kerja dan menyimpulkan sebab- sebab
kecelakaan kerja di unit.
9. Pelaporan meliputi :
a. Melaporkan kegiatan K3 unit ke OHS sebulan sekali.
b. Mengirim rekap identifikasi dan pengendalian sumber
bahaya ke OHS setiap 6 bulan sekali.
c. Membuat dan mengirim rekomendasi ke OHS pusat tentang
hasil identifikasi dan pengendalian akibat yang mungkin
ditimbulkan oleh kondisi yang tidak aman tersebut baik bagi
proses produksi, karyawan, kerusakan peralatan atau material dan
lingkungan hidup sesuai dengan kejadian yang perlu

67
direkomendasikan.
d. Membuat dan mengirim rekap kejadian kecelakaan kerja di
unit.

KETUA
(pimpinan
tertinggi divisi/
departemen)

WAKIL KETUA
(satu level
dibawah ketua)

SEKERTARIS

SIE SANITASI
SIE ELEKTRIK SIE MEKANIK SIE GAPDAR SIE PROMOTIF
HIGIEN & APD

KOORDINASI A KOORDINASI B KOORDINASI C

REGU PENYELAMATAN REGU PENYELAMATAN


REGU PENYELAMATAN REGU EVAKUASI REGU EVAKUASI
REGU EVAKUASI REGU PENANGANAN REGU PENANGANAN
REGU PENANGANAN

Gambar 4.3 Struktur K3 Unit

4.3. Faktor Penghambat Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

68
Keselamatan kerja memiliki latar belakang sosial-ekonomi dan
kultural yang sangat luas. Tingkat pendidikan, latar belakang kehidupan yang
luas, seperti kebiasaan-kebiasaan, kepercayaan-kepercayaan, dll. Demikian
juga keadaan ekonomi ada sangkut pautnya dengan permasalahan keselamatan
kerja tersebut. Dari hasil penyelidikan ternyata menunjukan bahwa faktor
manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan keselamatan kerja
dilingkungan PT. Apac Inti Corpora, berupa :
1. Faktor manusia dapat berupa kelalaian atau kesalahan,
kecerobohan, kurang disiplin, tidak mentaati syarat-syarat keselamatan
kerja yang telah ditetapkan baik oleh perusahaan sehingga pekerja dapat
melakukan tindakan yang bisa mencelakakan dirinya sendiri dan tentunya
lingkungan sekitar.
2. Pekerja yang bersangkutan tidak mampu atau kurang
terampil dalam menggunakan atau mengoprasikan alat-alat produksi.
3. Kurangnya kesadaran dan pengetahuan tentang
keselamatan kerja para pekerja disebabkan oleh beberapa aspek yang
mempengaruhinya, antara lain :
a. Tingkat pendidikan yang rendah
Tingkat pendidikan rendah yang dimiliki pekerja membawa pengaruh
sebab kecenderungan tidak mengetahui kegunaan pemakaian alat-alat
pelindung diri untuk keselamatan para pekerja itu sendiri.
b. Sikap pekerja
Pekerja yang mempunyai kecenderungan bahwa pekerja dengan
menantang maut atau resiko dan ceroboh, lebih mudah dan lebih cepat,
dan usaha pencegahan kecelakaan tidak begitu penting sebab dia yakin
atau percaya diri untuk dapat menjaga dirinya sendiri dalam semua
keadaan.

69
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Dari Kerja Praktek Nyata yang dilaksanakan di PT. Apac Inti
Corpora berdasarkan data dan analisa yang telah diuraikan, dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Untuk menjamin keselamatan kerja para karyawanya, PT. Apac
inti Corpora menyelenggaran berbagai macam program keselamatan
yang dilaksanakan sebagai upaya perlindungan bagi karyawan yaitu
dengan menigkatkan dan memperbaiki syarat kerja termasuk upah atau
gaji, kondisi kerja termasuk kesehatan, keselamatan, jaminan sosial,
lingkungan kerja serta hubungan kerja. Sehingga dengan adanya
jaminan keselamatan kerja maka akan memberikan dukungan langsung
bagi peningkatan produktivitas perusahaan.
2. hambatan-hambatan dalam pelaksanaan perlindungan hukum
keselamatan kerja bagi tenaga kerja PT. Apac Inti Corpora adalah
bahwa faktor manusia memegang peranan penting dalam pelaksanaan
keselamatan kerja di lingkungan PT. Apac Inti Corpora yaitu berupa
kelalaian atau kesalahan, kecerobohan, kurang disiplin, tidak mentaati
syarat-syarat keselamatan kerja yang telah ditetapkan oleh perusahaan
dan kurangnya keterampilan para pekerja dalam mengoperasikan alat-
alat produksi, sehingga perusahaan berusaha untuk mengatasi
hambatan-hambatan tersebut, usaha yang paling utama adalah
menetapkan peraturan perundang-undangan dan peraturan perusahaan
yang berlaku dan pemberian pelatihan, keterampilan dan pengetahuan
cara kerja yang menyangkut keselamatan kerja.

70
5.2. Saran-saran
Didalam meningkatkan produktivitas, diperlukan beberapa aspek
yang mendukung diantaranya adalah keselamatan dan kesehatan kerja yang
baik dalam sebuah industri. Maka pada akhir penulisan ini, penulis mencoba
memberikan saran-saran baik kepada perusahaan maupun kepada tenaga kerja
yang antara lain adalah :
1. Hendaknya para tenaga kerja mempunyai kesadaran diri dalam
melakukan pekerjaanya untuk selalu memakai alat-alat perlindungan
keselamatan kerja, seperti : sarung tangan, masker, pelindung telinga
dan sepatu boot. Dengan seperti ini akan mengurangi resiko
kecelakaan kerja dalam pabrik.
2. Perusahaan harus lebih tegas memberi peringatan atau sangsi
terhadap para tenaga kerja yang melaggar peraturan keselamatan kerja.
3. Hendaknya perusahaan melakukan pemeriksaan awal pada tenaga
kerja, sehigga dapat diketahui apabila calon tenaga kerja tersebut
menderita suatu penyakit.
4. Untuk lebih meningkatkan perlindungan dan keselamatan kerja,
diperlukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan perundang-
undangan yang berlaku sehingga pembinaan yang menekankan bahwa
keselamatan kerja tidak dianggap sebagai beban, tetapi dianggap
sebagai suatu kewajiban yang dilaksanaka secara sadar tanpa unsur
paksaan.

71

You might also like