Professional Documents
Culture Documents
LATAR BELAKANG
1.1. PENDAHULUAN
Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat. Dari profesi akuntan
publik, masyarakat mengharapkan penilaian yang bebas dan tidak memihak terhadap
informasi yang disajikan oleh manajemen perusahaan dalam laporan keuangan. Profesi
akuntan public bertanggungjawab untuk menaikkan tingkat keandalan laporan keuangan
perusahaan, sehingga masyarakat memperoleh informasi keuangan yang andal sebagai
dasar pengambilan keputusan.
Seorang akuntan publik harus mematuhi kode etik profesi yang mengatur perilaku
akuntan publik dalam menjalankan praktik profesinya baik dengan sesama anggota
maupun dengan masyarakat umum. Kode etik ini mengatur tentang tanggung jawab
profesi, kompetensi dan kehati-hatian profesional, kerahasiaan, perilaku profesional serta
standar teknis bagi seorang auditor dalam menjalankan profesinya.
Dalam praktek kantor akuntan public di Indonesia terdapat beberapa kasus mengenai
pelanggaran kode etik yang dilakukan oleh akuntan publik seperti kasus yang menimpa
akuntan publik Justinus Aditya Sidharta yang diindikasi melakukan kesalahan dalam
mengaudit laporan keuangan PT. Great River Internasional,Tbk. Kasus tersebut muncul
setelah adanya temuan auditor investigasi dari Bapepam yang menemukan indikasi
penggelembungan dalam akun penjualan, piutang dan asset hingga ratusan milyar rupiah
pada laporan keuangan Great River yang mengakibatkan perusahaan tersebut akhirnya
kesulitan arus kas dan gagal dalam membayar utang. Sehingga berdasarkan investigasi
tersebut Bapepam menyatakan bahwa akuntan publik yang memeriksa laporan keuangan
Great River ikut menjadi tersangka. Oleh karenanya Menteri Keuangan RI terhitung sejak
tanggal 28 November 2006 telah membekukan izin akuntan publik Justinus Aditya
Sidharta selama dua tahun karena terbukti melakukan pelanggaran terhadap Standar
Profesi Akuntan Publik (SPAP) berkaitan dengan laporan Audit atas Laporan Keuangan
Konsolidasi PT. Great River tahun 2003.
Dalam konteks skandal keuangan di atas, memunculkan pertanyaan apakah trik-trik
rekayasa tersebut mampu terdeteksi oleh akuntan publik yang mengaudit laporan
keuangan tersebut atau sebenarnya telah terdeteksi namun auditor justru ikut
mengamankan praktik kejahatan tersebut. Yang menjadi inti permasalahannya adalah
auditor tidak menunjukkan siakp independensi yang seharusnya ia pegang teguh.
Sehingga yang terjadi justru akuntan publik ikut mengamankan praktik rekayasa tersebut,
Kasus lainnya adalah kasus pembekuan izin oleh Menteri Keuangan (Menkeu) Sri
Mulyani atas Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dari Kantor Akuntan Publik
(KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan selama dua tahun, terhitung sejak 15 Maret 2007.
Sanksi pembekuan izin diberikan karena akuntan publik tersebut melakukan pelanggaran
terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP).
Pelanggaran itu berkaitan dengan pelaksanaan audit atas Laporan Keuangan PT Muzatek
Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 yang dilakukan oleh Petrus. Selain itu,
Petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan
melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Muzatek Jaya, PT Luhur Artha
Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai dengan 2004.
Pembekuan izin yang dilakukan oleh Menkeu ini merupakan yang kesekian kalinya. Pada
4 Januari 2007, Menkeu membekukan izin Akuntan Publik (AP) Djoko Sutardjo dari
Kantor Akuntan Publik Hertanto, Djoko, Ikah & Sutrisno selama 18 bulan. Djoko dinilai
Menkeu telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit dengan hanya
melakukan audit umum atas laporan keuangan PT Myoh Technology Tbk (MYOH).
Penugasan ini dilakukan secara berturut-turut sejak tahun buku 2002 hingga 2005.
Kalahnya persaingan antara KAp local yang notabenya adala akap kecil dengan kap2
besar(big four) yang ada di Indonesia yang berpotensi menyebabkan dilakukannya
pelanggaran terhadap kode etik akuntan public. Seperti beberapa kasus yang terjadi di
Indonesia sehingga dalam hal ini akan dibahas mengenai pengaruh ukuran kantor akuntan
public terkait dengan pelanggaran kode etik yang silakukan dalam praktik
pengauditannya.
2. PEMBAHASAN
3. KESIMPULAN DAN SARAN