You are on page 1of 65

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Memasuki era milenium baru perlu diupayakan pengembangan

strategi program kesehatan yang efektif guna mendapatkan generasi

penerus bangsa yang kuat dan berkualitas.

Generasi penerus bangsa yang kuat dan berkualitas dapat

diwujudkan melalui upaya-upaya yang terarah, sehingga dapat

dihasilkan anak-anak yang sehat yang merupakan modal dasar untuk

pembentukan generasi yang diharapkan. Tetapi kenyataannya pada

masa sekarang ini, masalah yang dihadapi adalah masih tingginya

angka kematian anak terutama pada masa neonatal.

Berdasarkan Departemen Kesehatan Republik Indonesia (Depkes

RI) tahun 1999 Salah satu strategi menurunkan angka kematian

neonatal adalah mengikutsertakan dukun bayi, keluarga, masyarakat

bersama-sama dengan tenaga kesehatan yang ada.

Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi

dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu

hamil. Penelitian telah menunjukkan bahwa lebih dari 50% kematian

bayi terjadi dalam periode neonatal yaitu dalam bulan pertama

kehidupan (Sarwono, 2002).


2

Semua neonatal di daerah wilayah kerja badan KIA harus

dikontak secepat mungkin setelah lahir, tujuannya adalah menjaga

agar pertumbuhan neonatal dapat berlangsung normal dan

menemukan sedini mungkin bila ada kelainan-kelainan sehingga

dapat ditangani dengan cepat (Dainur, 1995).

Upaya pelayanan kesehatan dasar merupakan langkah awal yang

sangat penting dalam memberikan pelayanan kesehatan pada

masyarakat. Dengan memberikan pelayanan kesehatan dasar secara

cepat dan tepat. Salah satu kegiatan pelayanan kesehatan dasar yang

sangat penting dilakukan mengingat bayi yang berusia kurang dari

satu bulan merupakan golongan umur yang paling rentan atau

memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi. Upaya kesehatan

yang dilakukan untuk mengurangi resiko tersebut antara lain adalah

dengan melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan

dan pelayaan kepada neonatal 0 sampai 28 hari (Departemen

Kesehatan RI, 1999).

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan kesehatan

neonatal adalah jika kunjungan (cakupan) pemeriksaan neonatal

mencapai 85% dengan frekuensi minimal 2 kali, yaitu 1 kali pada umur

0 – 7 hari dan 1 kali pada umur 8 – 28 hari. Adanya perbedaan

cakupan atau jumlah kunjungan disetiap daerah secara tidak

langsung dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu pendidikan ibu,


3

tingkat pengetahuan ibu, budaya dan status ekonomi yang masih

rendah (Departeman Kesehatan RI, 1999).

Terdapat perbedaan angka cakupan neonatal di tiap propinsi, ini

dapat dilihat pada daerah propinsi yang tertinggi cakupan

Kunjungan Neonatal pertama (KN1) yaitu Daerah Istimewa

Yogyakarta sebesar 80%, Bengkulu sebesar 65% dan Kalimantan

Selatan 64%. Sedangkan propinsi memiliki angka cakupan KN 1 yang

terendah antara lain Propinsi Papua sebesar 23%, Propinsi Papua

Barat sebesar 39% dan Propinsi Nusa Tenggara Timur sebesar 42%

(Litbang Depkes.go.id, 2009).

Pada cakupan KN 2 angka tertinggi terdapat pada propinsi

Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 67%, Propinsi Maluku Utara

sebesar 62% dan DKI Jakarta sebesar 57%. Sedangkan untuk

Propinsi dengan cakupan KN2 yang terendah terdapat pada Propinsi

Kalimantan Barat 20%, Propinsi Kalimantan Tengah 22% dan Propinsi

Bangka Belitung sebesar 24%. Pada Propinsi Kalimantan Timur

angka cakupan neonatal KN 1 sebesar 82,77% (Litbang Depkes.go.id,

2009).

Berdasarkan sumber data Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten

Kutai kartanegara (2009) daftar cakupan KN1 di seluruh puskesmas

yang tersebar di kabupaten Kutai Kartanegara pada tahun 2007

antara lain pada daerah Loa Kulu sebesar 72,5%, Muara Jawa dan
4

Samboja sebesar 89,8%, Handil Baru sebesar 63,6%, serta Loa

Janan sebesar 45,1%.

Persentase cakupan KN 1 di Kabupaten Kutai Kartanegara tahun

2007 terdapat pada Puskesmas Batuah sebesar 37,2%, Loa Duri

sebesar 60,3%, Sanga-Sanga sebesar 123,4%, dan pada Sungai

Mariam sebesar 65,4%. Persentase cakupan KN 1 pada tahun 2007

sebesar 35,4% tersebar di Puskesmas Muara Badak, Marangkayu

sebesar 78,6%, Mangkurawang sebesar 119,2%, Rapak Mahang

sebesar 81,5% serta sebesar 99,2% terdapat di Loa Ipuh (Dinas

Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).

Angka cakupan KN 1 di Kabupaten Kutai kartanegara pada tahun

2007 dengan persentase sebesar terdapat di Teluk Dalam sebesar

66,7%, daerah Separi III sebesar 72,7%, Sebulu I sebesar dengan

persentase 36,5%, Sebulu II sebesar 110,9%, Muara Kaman sebesar

47,9%, Muara Wis sebesar 81,8%, persentase daerah Kahala sebesar

110,1% serta persentase untuk daerah Kembang Janggut sebesar

69,7% (Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).

Pada tahun 2008 daftar cakupan kunjungan neonatal pertama

pada seluruh puskesmas Kabupaten Kutai Kartanegara antara lain

sebagai berikut : Muara Jawa sebesar 90,5%, Loa Kulu sebesar

34,5%, persentase KN 1 daerah Samboja sebesar 100%, Handil Baru

sebesar 149,8%, Loa Janan sebesar 88,8%, pada daerah Batuah


5

sebesar 61%, Loa Duri sebesar 63,9%, serta persentase pada daerah

Sanga-Sanga sebesar 122,3% (Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai

Kartanegara, 2009).

Cakupan KN 1 pada tahun 2008 yang tersebar di puskesmas

Kabupaten Kutai Kartanegara juga terdapat angka sebesar 73,9%

pada daerah Sungai Mariam, Muara Badak sebesar 105%, Badak

Baru sebesar 53,7%, persentase di Marangkayu sebesar 64,6%,

Mangkurawang sebesar 86,2% serta di Rapak Mahang sebesar

109,4% (Dinas Kesehatan Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).

Persentase sebesar 85,9% terdapat di daerah Loa Ipuh, Teluk

Dalam sebesar 82,3%, daerah Separi III sebesar 123,2%, persentase

sebesar 101,5%, Muara Kaman sebesar 18,1%, Kota Bangun sebesar

74,8% serta daerah Tabang sebesar 154,8% (Dinas Kesehatan

Kabupaten Kutai Kartanegara, 2009).

Cakupan Kunjungan Neonatal Kedua (KN2) untuk seluruh

Puskesmas yang tersebar di seluruh Kabupaten Kutai Kartanegara

pada tahun 2007 dan tahun 2008 adalah sebagai berikut : Muara

Jawa 79,3% dan 93,6%, Loa Kulu 68,4% dan 33,5%, Muara Jawa

69,3% dan 100,7%, Samboja 75,6% dan 92%, Handil Baru 70,9% dan

139,1%, Loa Janan 48,6 dan 87,5%, Batuah 361,9% dan 70,5%, Loa

Duri 58,7% dan 46,2%, Sanga-sanga 125,3% dan 121,4%, Sungai

Mariam tahun 2007 sebesar 46,8% dan tahun 2008 sebesar 73,4%,
6

Muara Badak 36,3% dan 105%, Badak Baru 0 % dan 57,2%,

Marangkayu 73,2% dan 59,2%, Mangkurawang 116,2% dan 79,4%,

Rapak Mahang 79,6% dan 111,8% Loa Ipuh 95,5% dan 84,5%, Teluk

Dalam 66,5% dan 77,6%, Separi III 63,3% dan 121,4%, Sebulu I

36,5% dan 52,6%, Sebulu II 110,5% dan 101,5%, Muara Kaman 42%

dan 19,3%, Kota Bangun 23,8% dan 81,9%, Rimba Ayu 66,7% dan

36,6%, Muara Wis 75,5% dan 40,4%, Kahala 101,9% dan 28,2%,

Kembang Janggut 83,9% dan 84,4%, Tabang 0 % dan 167%. (Data

Dinas Kesehatan Kab. Kukar 2009).

Studi Pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti ke beberapa desa

diwilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam, yang mana

masyarakatnya berasal dari latar belakang pendidikan dengan

persentase 60% wanita berpendidikan sekolah dasar (data profil

Puskesmas), suku (penduduk lokal dan pendatang), lingkungan yang

terisolir oleh anak sungai, serta kondisi geografis yang berbeda maka

terjadilah interaksi didalam masyarakat sehingga menimbulkan

asumsi-asumsi yang beragam. Namun dari berbagai asumsi yang

timbul dimasyarakat yang paling menonjol adalah bahwa setiap bayi

yang baru lahir tidak boleh keluar rumah atau melakukan perjalanan

jauh sebelum berusia 40 hari (termasuk melakukan kunjungan

neonatal).

Berdasarkan gambaran latar belakang yang telah diuraikan diatas

peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian terhadap faktor-faktor


7

yang mempengaruhi rendahnya kunjungan neonatal di Puskesmas

Sungai Mariam Kecamatan Anggana, Kabupaten Kutai Kartanegara.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “faktor – faktor apa

saja yang mempengaruhi rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0 –

28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana

Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya

cakupan kunjungan neonatal 0 – 28 hari di Puskemas Sungai

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun

2009.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap

rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun

2009

b. Mengetahui pengaruh antara tingkat status ekonomi terhadap

rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai


8

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun

2009

c. Mengetahui pengaruh antara budaya terhadap rendahnya

cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009

d. Mengetahui pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan

terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di

Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten

Kartanegara Tahun 2009

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan

Sebagai masukan untuk mengambil intervensi bagi Puskesmas

yang cakupannya masih rendah / dibawah target.

2. Bagi Tempat Pelayanan Kesehatan

Sebagai masukan untuk mengembangkan pelayanan neonatal dan

menyusun rencana prefentif bagi neonatal yang bermasalah

3. Bagi Tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk

melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

kunjungan neonatal.
9

4. Bagi Responden

Diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk meningkatkan

pengetahuan tentang kunjungan neonatal.

5. Bagi Peneliti

Diharapkan dari hasil ini dapat menambah wawasan, pengalaman

yang sangat berharga yaitu saat melaksanakan penelitian dan

pada masa yang akan datang


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Neonatal

1. Pengertian Neonatal

Menurut kamus kedokteran Dorland (2003), djelaskan nahwa

neonatal adalah jabang bayi baru lahir hingga berumur empat minggu.

menurut Jumiarni (1995) neonatus adalah bayi yang baru mengalami

proses kelahiran dan harus menyesuaikan diri dari kehidupan

intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

Berdasarkan artikel media online neonatus adalah masa

kehidupan pertama di luar rahim sampai dengan usia 28 hari, dimana

terjadi perubahan yang sangat besar dari kehidupan didalam rahim

menjadi diluar rahim, pada masa ini terjadi pematangan organ hampir

pada semua sistem dan masa perubahan yang paling besar terjadi

selama jam ke 24 - 72 pertama dimana transisi ini hampir meliputi

semua sistem organ tapi yang terpenting bagi anestesi adalah sistem

pernafasan sirkulasi, ginjal dan hepar. Oleh karena itu sangatlah

diperlukan penataan dan persiapan yang matang untuk melakukan

suatu tindakan anestesi terhadap neonatus

(http://ayeepnlie.blogspot.com, 2009).
11

Masa neonatal berlangsung pada masa ini dan anak tidak lagi

menjadi parasit, tetapi telah menjadi individu yang terpisah dan berdiri

sendiri. Pada masa ini ditandai dengan penyesuaian terhadap

lingkungan baru diluar rahim si ibu. Menurut kriteria kesehatan

penyesuaian tercapai dengan terlepasnya tali pusat sedangkan

menurut kriteria psikologi, adalah penyesuaian tercapai bila mencapai

kembali berat badan yang berkurang setelah lahir dan mulai

menampakkan tanda - tanda kemampuan dalam tingkah laku

(Suryanah,1996).

Berdasarkan artikel media online, ciri-ciri bayi neonatal

merupakan periode tersingkat dari semua periode perkembangan.

Pada masa ini dimulai dari kelahiran dan berakhir pada saat bayi

menjelang dua minggu. Periode yang tersingkat dari semua periode

perkembangan yang ada, menurut kriteria medis penyesuaian ini akan

berakhir pada saat tali pusat lepas dari pusarnya, sedangkan menurut

kriteria fisilogi berakhir pada saat bayi mulai menunjukkan tanda-tanda

kemajuan perkembangan perilaku, sekalipun pada umumnya bayi

menyelesaikan penyesuaian ini dalam dua minggu atau sedikit lebih

cepat (http://tafany.wordpress.com, 2007).


12

2. Periode Neonatal

Menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1999)

Periode neonatal meliputi jangka waktu sejak bayi baru lahir sampai

umur 28 hari yang terbagi menjadi 2 periode, antara lain :

a. Perode Neonatal Dini yang meliputi jangka waktu 0 - 7 hari setelah

lahir

b. Periode lanjutan merupakan periode neonatal yang meliputi jangka

waktu 8 - 28 hari setelah lahir.

Masa bayi neonatal menurut kamus yang baku merupakan

permulaan atau periode agar keberadaan seabagi individu dan bukan

sebagai parasit didalam tubuh ibu. Kamus juga merumuskan bayi

sebagai seorang anak dalam kehidupannya yang pertama.

Menurut istilah medis, bayi adalah seorang anak yang muda usianya

(ttp://tafany.wordpress.com, 2007).

Periode neonatal atau neonatus adalah bulan pertama kehidupan.

Selama periode neonatal bayi mengalami pertumbuhan dan

perkembangan yang amat menakjubkan. Pada saat kelahiran, banyak

perubahan dramatik yang terjadi di dalam tubuh bayi karena berubah

dari ketergantungan menjadi tidak tergantung pada ibu. Dari sudut

pandangan ibu, proses kelahiran merupakan pengalaman traumatik.

Bayi terus berenang dalam uterus selama 9 bulan, janin mendapat


13

kehangatan, perlindungan, bebas dari rasa sakit dan hampir tidak

mengalami ketegangan. Kemudian persalinan dimulai dan janin

didorong, dan meluncur melalui jalan lahir yang sempit

(http://ayurai.wordpress.com, 2009).

Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik

secara fisik maupun psikologi. Secara fisik periode ini berbahaya,

karena sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang

terpenting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda.

Secara psikologi, masa bayi merupakan saat terbentuknya sikap dari

orang-orang yang berarti bagi bayi (http://tafany.wordpress.com,

2007).

3. Pertumbuhan dan perkembangan usia neonatal

Menurut buku Asuhan Keperawatan Perinatal oleh Jumiarni (1995)

dikatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan neonatal meliputi :

a. Sistem pernafasan

Selama dalam uterus janin mendapat okisgen dan pertukaran

gas melalui placenta, setelah bayi lahir pertukaran gas terjadi pada

paru-paru (setelah tali pusat dipotong). Rangsangan untuk gerakan

pernafasan pertama ialah akibat adanya, sebagai berikut :

1. Tekanan mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir


14

2. Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan tekanan karbon

dioksida kemoreseptor pada sinus karotis (stimulus kimiawi)

3. Rangsangan dingin didaerah muka dapat merangsang

permulaan gerakan pernafasan (stimulus sensorik)

4. Refleks deflasi Hering Breur

Pernafasan pertama pada neonatal terjadi normal dalam waktu

30 detik setelah kelahiran, tekanan rongga dada pada saat melalui

jalan lahir pervagina mengakibatkan cairan paru-paru (pada bayi

normal jumlahnya 80-100ml) kehilangan 1/3 dari jumlah cairan

tersbut sehingga cairan yang hilang ini diganti dengan udara.

Frekueunsi pernafasan dihitung dengan melihat gerakan nafas atau

perut. Pernafasan neonatal normal berkisar antara 30-60 x

permenit.

Berdasarkan artikel media online kategori sistem pernafasan

pada neonatal ialah apabila tali pusar diputus bayi mulai harus

bernapas sendiri, menghisap dan menelan. Sekarang bayi harus

memperoleh makanan dengan jalan menghisap dan menelan, tidak

lagi memperolehnya melalui tali pusar. Refleksi-refleksi ini belum

berkembang sempurna pada waktu lahir dan bayi seringkali tidak

cukup memperoleh makanan yang diperlukan sehingga berat

badanya menurun bayi (http://tafany.wordpress.com, 2007).

b. Jantung dan Sistem Sirkulasi


15

Berkembangnya paru-paru mengakibatkan tekanan O2

meningkat dan tekanan CO2 menurun, hali ini mengakibatkan

turunnya resistensi pembuluh darah paru sehingga aliran darah

arteri pulmonalis mengalir ke paru-paru dan duktus arteriosa

menutup, dengan menciutnya arteri dan vena umbilical kemudian

tali pusat dipotong aliran darah dari placenta melaui venacava

inferior dan foramen ovale ke atrium kiri terhenti. Sirkulasi janin

sekarang berubah menjadi sirkulasi bayi yang hidup diluar badan

ibu.

Frekuensi denyut jantung dapat dihitung dengan cara meraba

arteri temporalis atau karotis, dapat juga secara langsung

didengarkan di daerah jantung dengan menggunakan stetoskop

binokuler. Frekuesnsi denyut jantung neonatal normal berkisar

antara 120 - 140 kali/menit.

c. Saluran pencernaan

Bila dibandingkan dengan ukuran tubuh, saluran pencernaan

pada neonatal relative lebih berat dan lebih panjang dibandingkan

dengan orang dewasa, pada masa neonatal saluran pencernaan

mengeluarkan tinja pertama biasanya dalam dua puluh empat jam

pertama berupa mekonium (zat berwarna hitam kehijauan). Dengan

adanya pemberian susu, mekonium mulai digantikan oleh tinja


16

transisional pada hari ketiga dan keempat yang berwarna coklat

kehijauan.

Frekuensi pengeluaran tinja pada neonatal nampaknya sangat

erat hubungannya dengan frekuensi pemberian makan/minum.

Enzim dalam saluran pencernaan biasanya sudah terdapat pada

neonatal kecuali amylase pancreas, aktifitas lipase telah ditemukan

pada janin tujuh sampai delapan bulan.

d. Hepar

Hepar janin pada kehamilan empat bulan mempunyai peranan

penting dalam metabolisme hidrat arang, dan glikogen mulai

disimpan didalam hepar, setelah bayi lahir simpanan glikogen cepat

terpakai, vitamin A dan D sudah disimpan di dalam hepar.

Fungsi hepar janin dalam kandungan dan segera setelah lahir

masih dalam keadaan immature (belum matang), hali ini dibuktikan

dengan ketidakseimbangan hepar untuk meniadakan bekas

penghancuran darah dari peredaran darah

Enzim hepar belum aktif benar pada neonatal, misalnya enzim

UDPG : Uridin Disofat Glukoronid Transferase) dan enzim G6PD

(Glukosa 6 Fosfat Dehidrogenase) yang berfungsi dalam sintesis

bilirubin, sering kurang sehingga neonatal memperlihatkan gejala

ikterus fisologis.
17

e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Glomerulus diginjal dibentuk pada janin umur 8 minggu, jumlah

pada kehamilan 28 minggu diperkirakan 350.000 dan pada akhir

kehamilan diperkirakan 820.000. ginjal janin mulai berfungsi pada

usia kehamilan 3 bulan.

Tubuh neonatal mengandung relative lebih banyak air dan

kadar natrium relative lebih besar daripada kalium. Pada neonatal

fungsi ginjal belum sempurna, hal ini karena, antara lain :

1. Jumlah nefron matur belum sebanyak orang dewasa

2. Tidak seimbang antara luas permukaan glomerulus dan volume

tubulus proksimal

3. Aliran darah ginjal (renal blood flow) pada neonatal relative

kurang.

Hingga bayi berumur tiga hari ginjalnya belum dipengaruhi oleh

pemberian air minum, sesudah lima hari barulah ginjalnya mulai

memproses air yang didapatkan setelah lahir.

f. Metabolisme

Dalam waktu 2 jam setelah lahir akan terjadi penurunan kadar

gula darah. Untuk menambah energy pada jam-jam pertama


18

sesudah lahir diambil dari hasil metabolisme asam lemak sehingga

kadar gula darah mencapai 120 mg/100 ml.

Apabila oleh sesuatu hal misalnya bayi dan ibu yang menderita

DM atau BBLR perubahan glukosa mejadi glikogen akan meningkat

atau terjadi gangguan pada metabolisme asam lemak yang tidak

dapat memenuhi kebutuhan neonatal maka kemungkinan besar

bayi akan menderita hipoglikemi.

g. Kulit

Kulit neonatal yang cukup bulan biasanya halus, lembut dan

padat dengan sedikit pengelupasan, terutama pada telapak tangan,

kaki dan selangkangan. Kulit biasanya dilapisi dengan zat lemak

berwarna kekuningan terutama di daerah-daerah lipatan dan bahu

yang disebut vernik kaseosa.

h. Kelenjar endokrin

Selama dalam uterus, janin mendapatkan hormone dari ibunya.

Pada kehamilan sepuluh minggu kortikotropin telah ditemukan

dalam hipofisis janin, hormone ini diperlukan untuk

mempertahankan glandula supra renalis janin.

Pada neonatal kadang-kadang hormone yang didapatkan dari

ibu masih berfungsi, pengaruhnya dapat dilihat misalnya

pembesaran kelenjar air susu pada bayi laki-laki ataupun


19

perempuan, kadang-kadang adanya pengeluaran darah dari vagina

yang menyerupai haid pada bayi perempuan.

Kelenjar adrenal pada waktu lahir relative lebih besar bila

dibandingkan dengan orang dewasa. Kelenjar tiroid sudah

sempurna terbentuk sewaktu lahir dan sudah mulai berfungsi sejak

beberpa bulan sebelum lahir.

i. Imunologi

Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis immunoglobulin

(suatu protein yang mengandung zat antibody) diantaranya IgG

(Imunoglobulin gamma G). pada neonatal hanya terdapat

immunoglobulin gamma G, dibentuk dalam bulan kedua setelah

bayi dilahirkan, Immunoglobulin gamma G pada janin berasal dari

ibunya melalui plasenta.

j. Suhu Tubuh

Suhu tubuh neonatal berkisar antara 36,5 C – 37 C.

pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan pada aksilla stau pada

rectal. Hasil pengukuran per aksilla biasanya lebih rendah daripada

hasil pengukuran per rektal. Ini disebabkan daerah aksilla lebih

terbuka dan mudah dipengaruhi suhu lingkungan dibanding daerah

rectal. Suhu tubuh perifernya sangat mudah terpengaruh oleh suhu

lingkungan karena pada neonatal, pusat pengaturan panas belum

sempurna.
20

k. Reflek atau rangsangan spontan

Beberapa reflek primitif yang terdapat pada neonatal antara lain :

1. Refleks Moro dengan perlakuan bila diberi rangsangan yang

mengejutkan atau spontan akan terjadi reflek lengan dan tangan

terbuka serta kemudian diakhiri dengan adduksi lengan.

2. Refleks menggenggam dengan perlakuan bila telapak tangan

dirangsang akan membei reaksi seperti menggenggam.

3. Refleks berjalan (Stepping) dengan perlakuan apabila bayi

diangkat tegak dan kakinya ditekankan pada satu bidang datar,

maka bayi akan melakukan gerakan melangkah seolah-olah

berjalan.

4. Refleks menghisap apabila diberi rangsangan pada ujung mulut

kepala akan menoleh kearah rangsangan, bibir dibawah dan

lidah akan bergerak kearah rangsangan serta bila dimasukkan

sesuatu kedalam mulutnya akan membuat menghisap.

l. Pola-pola perilaku selama masa neonatal

Pola – pola perilaku selama masa neonatal antara lain :

1. Tiarap dengan perlakuan tiarap dalam sikap refleksi, memutar

kepala dari sisi, kepala melengkung pada suspensi ventral

2. Terlentang dengan perlakuan biasanya fleksi dan sedikit kaku


21

3. Visual dengan perlakuan dapat memfiksasi muka atau cahaya

pada garis penglihatan, gerakan mata bonek (Doll’s eye) pada

pemutaran tubuh.

4. Refleks dengan perlakuan respon moro aktif, refleks melangkah

dan pemutaran tubuh.

5. Sosial dengan perlakuan penglihatan memilih pada muka

manusia.

B. Tinjauan Umum Tentang Kunjungan Neonatal (KN)

1. Pengertian kunjungan neonatal

Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga

kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan

pemeriksaan kesehatan neonatal, baik didalam maupun diluar gedung

puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan ke

rumah. Bentuk pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan

neonatal dasar (tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia,

pemberian ASI dini dan eksklusif, pencegahan infeksi berupa

perawatn mata, tali pusat, kulit dan pemberian imunisasi) pemberian

vitamin K dan penyuluhan neonatal di rumah menggunakan buku KIA

(Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2004).

Kunjungan neonatal terbagi dalam dua kategori menurut

Departemen Kesehatan RI (2004) antara lain :


22

a. Kunjungan Neonatal ke satu (KN 1)

Kunjungan neonatal yang ke satu (KN 1) adalah kunjungan

neonatal pertama kali yaitu pada hari pertama sampai hari ketujuh

(sejak 6 jam setelah lahir).

b. Kunjungan Neonatal yang kedua (KN 2)

Kunjungan neonatal yang kedua adalah kunjungan neonatal yang

kedua kali yaitu pada hari kedelapan sampai hari kedua puluh

delapan.

Menurut definisi operasional standar pelayanan minimal bidang

kesehatan di kabupaten di Jawa Timur (2004) kunjungan neonatal

adalah kontak neonatus (0 – 28 hari) dengan petugas kesehatan

untuk mendapatkan pemeriksaan kesehatan dengan syarat usia 0 – 7

hari minimal 2 kali, usia 8 sampai 28 hari minimal 1 kali (KN2) di

dalam/diluar Institusi Kesehatan.

2. Pengertian cakupan kunjungan neonatal

Cakupan kunjungan neonatal adalah cakupan neonatal yang

memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar oleh dokter, bidan,

perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan neonatal, paling

sedikit 2 kali di satu wilayah kerja tertentu (Departemen Kesehatan

RI, 1999).
23

Kunjungan bayi adalah: kontak pertama pemeriksaan kesehatan

bayi (termasuk neonatal) oleh petugas kesehatan baik didalam

maupun diluar institusi kesehatan (definisi operasional standar

pelayanan minimal bidang kesehatan di kabupaten di Jawa Timur

tahun 2004).

Cara perhitungan cakupan kunjungan neonatal sebagai berikut :

Keterangan :

- Pembilang / jumlah bayi baru

Jumlah neonatal yang memperoleh pelayanan kesehatan

sesuai standar, paling sedikit 2 kali di satu wilayah kerja pada

kurun waktu-waktu tertentu

- Penyebut / penduduk sasaran bayi

Seluruh bayi lahir hidup di satu wilayah kerja pada kurun waktu

sama jika tidak ada data, dapat digunakan angka estimasi

jumlah bayi lahir hidup berdasarkan data BPS atau perhitungan

CBR dikalikan jumlah peduduk

- Ukuran konstanta : persentase (%)


24

C. Tinjauan Umum Tentang Faktor yang Diteliti

1. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmojo (2005), pengetahuan adalah hasil

penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek

melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dsb) dengan

sendirinya pada waktu penginderaan sampai menghasilkan

pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intesitas perhatian dan

persepsi terhadap objek, sebagian besar pengetahuan seseorang

diperoleh melalui indera pendengaran (telinga) dan indra penglihatan

(mata).

Menurut kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (1997)

dijelaskan bahwa pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui

sesudah melihat atau menyaksikan, mengalami atau diajar.

Pengetahuan merupakan faktor penting untuk melakukan

perubahan perilaku kesehatan dan pengetahuan tentang kunjungan

neonatal secara tidak langsung akan mempegaruhi pertumbuhan dan

perkembangan neonatal (Departemen Kesehatan RI, 1999).

Tingkatan pengetahuan didalam domain kognitif (Notoadmojo,

2005) ada 6 tingkatan yaitu:


25

1. Know (tahu) : diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah

dipelajari sebelumnya termasuk kedalam pengetahuan terkini

adalah mengingat kembali (recall).

2. Comprehension (memahami) : memahami diartikan sebagai

kemampuan untuk menjelaskan suatu kemampuan secara benar

tentang objek yang telah diketahui sebelumnya dan dapat

menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Application ( aplikasi ) : diartikan sebagai kemampuan untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi tertentu

atau kondisi real atau sebenarnya.

4. Analysis ( analisis) : suatu komponen untuk menjabarkan materi

atau suatu objek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam

struktur organisasi tersebut, ada kaitannya satu sama lain.

5. Synthesis (sintesis) : menunjukkan kepada suatu kemampuan

meletakkan atau menggabungkan bagian-bagian didalam suatu

bentuk ke seluruh yang baru.

6. Evaluation (evaluasi) : berkaitan dengan kemampuan untuk

melaksanakan justifikasi atau penelitian terhadap suatu obyek atau

materi.
26

2. Status Ekonomi

Menurut kamus bahasa Indonesia Poerwadarminta (1997)

dijelaskan bahwa status adalah tingkatan atau kedudukan seseorang

dalam hubungan dengan masyarakat disekelilingnya, sedangkan

ekonomi adalah ilmu mengenai azas-azas produksi, dan pemakaian

barang-barang, serta kekayaan. Jadi status ekonomi adalah tingkatan

kekayaan seseorang dalam hubungan dengan masyarakat

disekelilingnya.

Status ekonomi adalah suatu keadaan atau situasi dimana

diperlukan kecermatan dalam hal pengeluaran uang (Princeton

Univercity, 2000).

Peranan kepala keluarga sangatlah penting dalam menentukan

ekonomi keluarga. Pada banyak keluarga, ayah merupakan satu-

satunya sumber pendapatan untuk memenuhi semua kebutuhan

keluarga misalnya membeli pangan, sandang, papan dan biaya

kesehatan (Tinuk Istiarti T, 2000)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Depkes, tahun 1999

bahwa pada status ekonomi masyarakat yang masih rendah, secara

tidak langsung keadaan ini dapat menimbulkan faktor resiko ancaman

kesehatan bagi pertumbuhan dan perkembangan neonatal. Biasanya

golongan masyarakat ini sulit dijangkau oleh pelayanan kesehatan

maupun informasi kesehatan.


27

Berdasarkan sumber informasi media online Upah Minimal

Regional (UMR) pada tahun 2009 – 2010 pada Propinsi Kalimantan

Timur Kota Samarinda sebesar Rp.1.002.000,-

(http://allows.wordpress.com, 2009).

3. Budaya

Budaya adalah penciptaan, penerbitan dan pengelolaan nilai-nilai

insani, tercakup didalamnya usaha memanusiakan diri dalam

lingkungan, baik fisik maupun sosial. Dalam budaya terdapat nilai-nilai

ataupun kepercayaan yang sangat mempengaruhi perilaku kesehatan

(Munandar Sulaiman, 1995)

Budaya merupakan hasil cita, rasa dan karsa manusia dimana

unsur perilaku memegang peranan penting dalam proses

pembentukan budaya. Berbicara tentang budaya berarti berbicara

juga tentang perilaku (Fauliya Eva, 1998).

Berdasarkan hasil survey Departemen Kesehatan tahun 1999,

bahwa beraneka ragamnya budaya yang ada di Indonesia sangat

mempengaruhi keberhasilan program KIA termasuk dalam hal ini

kunjungan neonatal.

4. Sarana Pelayanan Kesehatan

Sarana adalah sesuatu yang dipakai sebagi alat untuk

mempermudah pekerjaan, upaya atau tujuan (Poerwadarminta, 1997).


28

Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi

rendahnya kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis

sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan

kurang memadainya fasilitas yang ada di puskesmas memungkinkan

masyarakat mencari alternatif pengobatan yang lebih memadai dan

mudah dijangkau (Profil PKM, 2008).

Pada tahun 2006, di Propinsi Sulawesi Tengah menunjukkan

bahwa cakupan K1 secara keseluruhan sebesar 86,3% cakupan ini

mengalami penurunan bila dibandingkan tahun 2005, 88,1% dan

belum mencapai target 90%, K1 kisaran tertinggi Kota Palu sebasar

98,1% dan kisaran Terendah Kabupaten Tojo Una-una 75,5%.

Sedangkan cakupan K4 secara keseluruhan sebesar 77,0%, hal ini

bila dibandingkan tahun 2005 (80,2%). K4 dengan kisaran tertinggi

Kota Palu sebesar 88,1% dan terendah Kabupaten Tojo una-una

63,1% Untuk target propinsi sebesar 82,2%. Dari hal tersebut diatas

bahwa terjadi penurunan cakupan (http://kiasulteng.wordpress.com,

2006).

Kedua indikator pelayanan Antenatal K1 dan K4 tersebut secara

propinsi masih tingginya ibu hamil yang tidak melakukan ANC (K1)

dan pemeriksaan ulang (K4), ini disebabkan kerena masih rendahnya

pengetahuan ibu hamil akan pentingnya pemeriksaan ANC kefasilitas

pelayanan kesehatan atau masyarakat yang kurang puas dengan

kualitas pelayanan petugas, disisi lain faktor yang mendukung hal


29

tersebut diatas adalah distribusi bidan di kabupaten/kota yang tidak

merata, juga adanya mutasi atau perpindahan karena pengangkatan

PNS/ mengikuti suami (http://kiasulteng.wordpress.com, 2006).

D. Kerangka Teoritis

Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga

kesehatan minimal dua kali untuk mendapatkan pelayanan dan

pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar

puskesmas, termasuk bidan di desa, polindes dan kunjungan rumah.

Salah satu indikator keberhasilan dalam pelayanan neonatal adalah

jika cakupan pemeriksaan neonatal mencapai 85% dengan frekuensi

minimal 2 kali yaitu 1 kali pada umur 0 – 7 hari dan 1 kali umur pada

umur 8 – 28 hari (Depkes RI, 1999)

Menurut Depkes RI (1999), adanya perbedaan cakupan

kunjungan neonatal (KN) di tiap daerah dipengaruhi oleh faktor

pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, budaya dan sarana

pelayanan kesehatan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada bagan

kerangka teoritis sebagai berikut ini :


30

Faktor – faktor yang


mempengaruhi

Faktor internal Faktor eksternal


1. Pendidikan 1. Budaya
2. Pengetahua 2. Sarana
3. Status ekonomi Pelayanan

Kunjungan

Sumber : Departemen Kesehatan, 1999


31

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan rancangan Cross Sectional

dimana suatu penelitian untuk mempelajari dinamika kolerasi antara

faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi

atau pengumpulan data sekaligus dalam satu waktu (Notoatmodjo,

2005).

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui faktor – faktor yang

mempengaruhi rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di

Puskesmas Sungai Mariam pada tahun 2009.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilaksanakan di Puskemas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan September 2010

sampai dengan Oktober 2010.


32

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu yang

mempunyai neonatal (0 – 28 hari) yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Sungai Mariam tahun 2009.

2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai

neonatal (0-28 hari) di wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara tahun 2009.

Pengambilan sampel dilakukan secara Accidental Sampling

dimana menurut Prof. Rozaini Nasution (2003) sampel diambil atas

dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu, juga

sampel yang dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan yang

dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja,

kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini yang menjadi variabel

independen (bebas) adalah pengetahuan, status ekonomi, budaya

serta sarana pelayanan kesehatan. Sedangkan variabel dependen

(terikat) adalah kunjungan neonatal.


33

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar

dibawah ini :

Independen Dependen

Pengetahuan

Status Ekonomi Kunjungan

Neonatal (0-28 hari)

Budaya

Sarana Pelayanan
Kesehatan

Gambar 1. Kerangka konsep penelitian

E. Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh antara pengetahuan dengan rendahnya cakupan

kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.

2. Ada pengaruh antara status ekonomi dengan rendahnya cakupan

kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.


34

3. Ada pengaruh antara budaya dengan rendahnya cakupan

kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2009.

4. Ada pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan dengan

rendahnya cakupan kunjungan neonatal (0 - 28 hari) di Puskesmas

Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai

Kartanegara Tahun 2009.

F. Variabel Penelitian

Pada penelitian ini variabel yang diteliti terdiri atas :

1. Variabel Dependen (Terikat)

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kunjungan neonatal di

Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai

Kartanegara.

2. Variabel Independen (Bebas)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengetahuan, status

ekonomi, budaya dan sarana pelayanan kesehatan.


35

G. Definisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional Kriteria Objektiv Alat Ukur Skala Ukur

Variabel Dependent
Kontak neonatal 1. Tidak ada
dengan tenaga kunjungan, bila
kesehatan untuk score < 50%
mendapatkan 2. Ada kunjungan bila
Kunjungan pelayanan kesehatan score ≥ 50% Menggunakan
Nominal
Neonatal kusioner

Variabel Independen
Segala sesuatu yang 1. Pengetahuan
diketahui ibu tentang Kurang baik bila
kunjungan neonatal score < 50%
Menggunakan
Pengetahuan 2. Pengetahuan Baik Nominall
Kusioner
bila score ≥ 50%

Tingkat pendapatan 1. Rendah, Bila < Rp.


seseorang dalam 1.002.000
satu bulan yang 2. Tinggi, Bila ≥ Rp.
diukur atau dinilai 1.002.000
Menggunakan
Status Ekonomi dengan sejumlah Kusioner
Ordinal
uang berdasarkan
UMR 2010
Kalimantan timur Rp.
1.002.000
Nilai-nilai kebiasaan 1. Tidak ada
atau kepercayaan ibu pengaruh, bila
tentang kunjungan score < 50 %
Menggunakan
Budaya neonatal 2. Ada score bila ada Ordinal
Kusioner
pengaruh ≥ 50%

Segala fasilitas yang 1. Tidak lengkap, bila


tersedia untuk score < 50%
Sarana mendapatkan 2. Lengkap, bila score
Menggunakan
Pelayanan pelayanan kesehatan ≥ 50% Nominal
Kusioner
Kesehatan neonatal
36

H. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan cara primer dan sekunder di

wilayah kerja Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana

Kabupaten Kutai Kartanegara Kalimantan Timur.

1. Data Primer

a. Observasi yaitu mengadakan pengamatan secara langsung di

lokasi penelitian dengan tujuan untuk mendapatkan data yang

dapat dituangkan dalam penyajian data.

b. Melakukan wawancara langsung dan menggunakan kuisioner

kepada para responden ibu yang memiliki neonatal 0 – 28 hari

tahun 2009.

2. Data Sekunder

Pengumpulan data sekunder dilakukan melalui pengamatan

pengkajian terhadap dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

permasalahan yang akan diteliti yaitu pengumpulan data jumlah ibu

yang memiliki neonatal 0 – 28 hari.

I. Teknik Pengolahan Data

1. Coding

Coding dimaksudkan untuk merubah bentuk data menjadi kode

agar mempermudah dalam pengolahan data.


37

2. Pengolahan data

Pengolahan data menggunakan komputerisasi dengan

perangkat lunak pengolah statistik.

J. Teknik analisa data

Data yang dikumpulkan melalui kuisioner akan diolah menjadi dua

macam, sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

Tujuan analisa ini adalah menjelaskan dan mendeskripsikan

karakteristik masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel

terikat yaitu kunjungan neonatal maupun variabel bebas yaitu

pengetahuan, status ekonomi, budaya serta sarana pelayanan

kesehatan.

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat ini digunakan untuk menguji hubungan

masing-masing dua variabel yaitu variabel kunjungan neonatal

dengan variabel pengetahuan, variabel kunjungan neonatal dengan

variabel status ekonomi, variabel kunjungan dengan variabel

budaya dan variabel kelelahan dengan variabel sarana pelayanan

kesehatan. Uji statistik yang digunakan adalah uji Chi Square (X 2)

dengan menggunakan Statistic Product and Service System

(SPSS).
38

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Umum Puskemas Sungai Mariam

Luas Batas Wilayah Puskesmas Sungai mariam

Puskemas Sungai Mariam merupakan salah satu puskemas

yang ada di wilayah pantai Kabupaten Kutai Kartanegara.

Puskesmas Sungai Mariam terletak di Kecamatan Anggana.

Jarak tempuh dari kota Tenggarong lewat jalan raya adalah 80

km, melewati ibukota propinsi Samarinda, sedangkan jarak

tempuh ke ibukota propinsi Samarinda hanya berjarak

sekitar 20 km.

Puskemas Induk Sungai Mariam terletak di Desa Sungai

Mariam, dibangun pada tahun 1974 dengan luas tanah 5,612 km

persegi dengan luas bangunan 692,8 km persegi. Bila

dibandingkan dengan konsep kerja puskemas, dimana sasaran

penduduk yang dilayani oleh sebuah puskemas rata – rata 30.000

penduduk, maka keberadaan satu puskemas ini sudah memenuhi

target, ini berarti bahwa Puskemas Sungai Mariam diharapkan

sudah dapat menjangkau penduduk sasaran di wilayah kerjanya.

Namun dengan kondisi geografis yang terpencar di daerah delta


39

Mahakam maka tidak semua wilayah mudah dijangkau oleh

petugas puskemas.

Puskemas Sungai Mariam memiliki Sembilan puskemas

pembantu antara lain :

a. Puskemas pembantu Desa Anggana

b. Puskemas pembantu Desa Kutai Lama

c. Puskemas pembantu Desa Handil Terusan

d. Puskemas pembantu Desa Muara Pantuan

e. Puskesmas pembantu Desa Sepatin

f. Puskemas pembantu Desa Tani baru

g. Puskemas pembantu Desa Sidomulyo

h. Puskemas pembantu Tanjung Berukang

i. Puskemas pembantu Sungai Tempurung

Dari kesembilan puskesmas pembantu tersebut semua telah

tersedia petugas yang siap memberikan pleayanan kepada

masyarakat. Setiap puskesmas pembantu terisi oleh 1 orang

perawat.
40

Ketenagaan Puskesmas terdiri dari :

JENIS LOKASI
NO ADA STATUS RWT
TENAGA INDUK PUSTU POLINDES INAP
PNS
PNS
1 Dokter 4
PNS
T3D
PNS
Dokter
2 3 PNS
Gigi PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
TKK
CPNS
CPNS
CPNS
CPNS
PNS
PNS
PNS
3 Perawat 27 PNS
PNS
PNS
CPNS
CPNS
T3D
T3D
TKK
TKK
TKK
TKK
TKK
TKK
TKK
Perawat
4 1
Gigi PNS
5 Bidan 19 PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
PNS
41

PNS
PNS
T3D
PNS Lanjutan dari hal
PNS 40
PNS
CPNS
PNS
PTT
T3D
T3D
As. PNS
6 2
Apoteker T3D
7 Analis 1 PNS
8 Kesling 1 PNS
Nutrisioni
9 1
s PNS
CPNS
10 Kesmas 2
PNS
PNS
PNS
PNS
CPNS
CPNS
Administr
11 11 CPNS
asi CPNS
T3D
T3D
TKK
T3D

Sumber : Profil dan Perencanaan Puskesmas Tahun 2009

2. Karakteristik Responden

a. Distribusi Umur

Umur adalah umur responden dihitung dalam tahun

berdasarkan ulang tahun terakhir pada ibu yang melakukan

kunjungan neonatus.
42

Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Kelompok Umur Pada Ibu


Bayi yang Melakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Kelompok Umur Frekuensi Persentase (%)


1. 20 – 22 tahun 3 10
2. 23 – 25 tahun 1 3.3
3. 26 – 28 tahun 12 40
4. 29 – 31 tahun 7 23.3
5. 35 – 37 tahun 6 20
7. > 37 tahun 1 3.3
Total 30 100

Pada tabel 1 tersebut diatas, kelompok usia responden

terbanyak adalah pada kelompok usia 26 – 28 tahun yaitu sebesar

40% sedangkan pada kelompok usia 23 - 25 tahun dan usia di

atas 37 tahun hanya sebesar 3,3%. Berikut ini tabel distribusi

menurut golongan kelompok umur ibu bayi yang melakukan

kunjungan neonatus.

b. Distribusi Tingkat Pendidikan

Pendidikan merupakan jenjang pembelajaraan formal yang

pernah diselesaikan oleh responden. Pendidikan berhubungan

dengan proses belajar seseorang, semakin tinggi pendidikan

seseorang maka semakin mudah dalam menerima informasi.


43

Tabel berikut ini menunjukkan distribusi responden menurut

tingkat pendidikan.

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Ibu Bayi


yang Melakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas Sungai
Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase (%)


1. SD 4 13.3
2. SMP 12 40
3. SMA 10 33.3
4. Akademik 4 13.3

Total 30 100

Pada tabel 2 tersebut di atas, terlihat bahwa responden

terbanyak adalah berpendidikan SMP yakni sebanyak 12 orang

dengan persentase sebesar 40 %, sedangkan untuk akademik

dan SD hanya sebanyak 4 responden dengan persentase 13,3 %

serts untuk pendidikan SMA sebesar 33,3 %

c. Distribusi Pekerjaan

Pekerjaan adalah jenis kegiatan atau jenis mata

pencaharian yang ditekuni oleh seseorang dalam memenuhi

kebutuhan dirinya dan anggota keluarganya. Pekerjaan

seseorang menunjukkan tingkat ekonomi orang tersebut


44

Dalam penelitian ini jenis pekerjaan responden adalah jenis

kegiatan yang dilakukan oleh responden sehari – hari. Pada

tabel berikut ini distribusi responden menurut jenis pekerjaan :

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan Ibu Bayi yang


Melakukan Kunjungan Neonatus di Puskemas Sungai Mariam
Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Jenis Pekerjaan Frekuensi Persentase (%)

1. PNS 2 6.7

2. Tidak bekerja/IRT 25 83.3

3. THL 3 10

Total 30 100

Data tabel 3 tersebut di atas, menunjukkan bahwa terdapat 25

responden dengan persentase sebesar 83,3 % yang tidak bekerja

atau hanya sebagai ibu rumah tangga, dan yang bekerja sebagai

Pegawai negeri Sipil (PNS) sebesar 2 orang atau hanya 6,7%.

3. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk menjelaskan atau

mendiskripsikan karakteristik masing-masing variabel yang diteliti

yaitu variabel terikat adalah kunjungan neonatal dan variabel bebas

mencakup pengetahuan, status ekonomi, budaya serta pelayanan

kesehatan.
45

a. Distribusi Kunjungan Neonatal

Bayi hingga usia kurang satu bulan merupakan golongan

umur yang memiliki resiko gangguan kesehatan paling tinggi.

Upaya kesehatan yang dilakukan untuk mengurangi risiko tersebut

antara lain dengan melakukan pertolongan persalinan oleh tenaga

kesehatan dan pelayanan kesehatan pada neonatus (0 – 28 hari)

minimal 2 kali, satu kali pada umur 0 sampai 7 hari dan dua kali lagi

pada umur 8 sampai 28 hari. Dalam melaksanakan pelayanan

neonatus, petugas kesehatan disamping melakukan pemeriksaan

kesehatan bayi juga melakukan konseling perawatan bayi kepada

ibu.

Pada penelitian ini variabel terikat pada penelitian ini adalah

kunjungan neonatal, berikut distribusi kunjungan neonatal di

Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009.

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Kunjungan Neonatus di


Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Kunjugan Neonatus Frekuensi Persentase (%)

1. Ada Kunjungan 13 43,3

Tidak Ada
2. 17 56,7
Kunjungan

Total 30 100

Berdasarkan tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa dalam

kunjungan neonatal, responden yang melakukan kunjungan


46

neonatal adalah sebanyak 13 orang atau sebesar 43,3% dan

responden yang tidak melakukan kunjungan adalah sebanyak 17

orang atau sebanyak 56,7%.

b. Distribusi Pengetahuan

Distribusi pengetahuan responden tentang Kunjungan

Neonatus di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana

Tahun 2009 dalam pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 5. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Puskemas


Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Pengetahun Frekuensi Persentase (%)

1. Baik 20 66,7

2. Kurang baik 10 33,3

Total 30 100

Berdasarkan tabel 5 tersebut distribusi pengetahuan dapat

dilihat bahwa responden dengan tingkat pengetahuan yang baik

sebanyak 20 responden atau sebesar 66,7% dan pengetahuan

yang rendah adalah sebanyak 10 responden dengan persentase

sebesar 33,3 %.

c. Distribusi Status Ekonomi


47

Distribusi status ekomoni responden di Puskemas Sungai

Mariam Kecamatan Tahun 2009 dalam pada penelitian ini dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 6. Distribusi Responden Berdasarkan Status Ekonomi di Puskemas


Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

No Status Ekonomi Frekuensi Persentase (%)

1. Tinggi 11 36,7

2. Rendah 19 63,3

Total 30 100

Terlihat pada tabel 6 diatas bahwa tingkat Status Ekonomi

responden setiap bulan berdasarkan UMR Kalimantan Timur

menunjukkan bahwa proporsi terbesar responden adalah tingkat

status ekonomi tinggi di bawah Rp. 1.002.000 yaitu sebesar

63,3% dan sisanya hanya sebesar 36,7% dengan tingkat status

ekonomi di atas Rp. 1.002.000.-

d. Distribusi Budaya

Budaya dalam penelitian ini merupakan nilai-nilai kebiasaan

atau kepercayaan ibu tentang kunjungan neonatal. Berikut ini

distribusi budaya di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Tahun

2009 dalam pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Distribusi Responden Berdasarkan Budaya Tentang Kunjungan


Neonatus di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana
Tahun 2009
48

No Budaya Frekuensi Persentase (%)

1. Ada Pengaruh 13 43,3

2. Tidak Ada Pengaruh 17 56,7

Total 30 100

Berdasarkan tabel 7 diatas dapat dilihat bahwa responden

yang tidak berpengaruh terhadap budaya sebanyak 17 orang

dengan persentase sebesar 56,7% dan sebesar 43,3%

berpengaruh terhdapa budaya dalam kunjungan neonatus di

Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kutai

Kartanegara.

e. Distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan

Berikut ini distribusi Sarana Pelayanan Kesehatan di

Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Tahun 2009 dalam pada

penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 8. Distribusi Responden Berdasarkan Pelayanan Kesehatan di


Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Tahun 2009

Pelayanan
No Frekuensi Persentase (%)
Kesehatan

1. Lengkap 16 53,3

2. Tidak Lengkap 14 46,7

Total 30 100
49

Berdasarkan tabel 8 diatas dapat dilihat bahwa responden

yang mengatakan bahwa sarana pelayanan kesehatan lengkap

sebanyak 16 responden dengan persentase sebesar 53,3% dan

responden yang mengatakan sarana pelayanan kesehatan tidak

lengkap sebanyak 14 responden atau sebesar 46,7%.

4. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang

mempengaruhi rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0 – 28 hari

di Puskemas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten

Kutai Kartanegara yang terdiri dari pengetahuan, status ekonomi,

budaya serta sarana pelayanan kesehatan.

a. Pengaruh tingkat pengetahuan terhadap rendahnya cakupan

neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan

Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.

Hasil analisis pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap

rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 9. Distribusi Pengaruh Tingkat Pengetahuan terhadap Rendahnya


Cakupan Neonatal 0 – 28 hari di Puskemas Sungai Marian
Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2009
50

Cakupan Kunjungan
Tingkat Neonatal 0-28 hari
Total
Pengeta Ada Tidak Ada P
OR
huan Kunjungan Kunjungan value
n % n % N %

Baik 12 60 8 40
20 100
Kurang
1 10 9 90 10 100 0,017 13,500
Baik

Total 13 43,3 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabel 9 diatas dapat dilihat dari 13 responden

yang melakukan kunjungan neonatal,sebanyak 1 orang atau

sebesar 10% memiliki tingkat pengetahuan rendah mengenai

kunjungan neonatal dan sebanyak 12 responden dengan

persentase sebesar 60% memiliki tingkat pengetahuan baik

mengenai kunjungan neonatal, sedangkan dari 17 responden

yang tidak melakukan kunjungan neonatal, sebanyak 9

responden dengan persentase sebesar 90% memiliki

pengetahuan rendah mengenai kunjungan neonatal dan

persentase sebesar 40% atau sebanyak 8 orang memiliki tingkat

pengetahuan baik mengenai kunjungan neonatal.


51

Berdasarkan uji statistik Chi – square didapatkan nilai p

sebesar 0,017 dimana nilai tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05)

sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh antara tingkat

pengetahuan terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari

di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten

Kartanegara Tahun 2009.

Nilai Odss Ratio (OR) yang diperoleh sebesar 13,500 artinya

ibu yang memiliki pengetahuan baik memiliki peluang untuk

melakukan kunjungan neonatal 13,500 kali dibandingkan dengan

ibu yang memiliki pengetahuan rendah tentang kunjungan

neonatal.

b. Pengaruh tingkat status ekonomi terhadap rendahnya cakupan

neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan

Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.

Distribusi pengaruh tingkat status ekonomi terhadap

rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 10. Distribusi Pengaruh Tingkat Status Ekonomi terhadap


Rendahnya Cakupan Neonatal 0 – 28 hari di Puskemas Sungai
Marian Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara
Tahun 2009
52

Cakupan Kunjungan
Neonatal 0-28 hari
Tingkat Total
Ada Tidak Ada P
Status OR
Kunjungan Kunjungan value
Ekonomi
n % N % N %

Tinggi 8 72,7 3 27.3


11 100
Rendah 5 26,3 14 73,7 19 100 0,023 7,467

Total 13 43,3 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabel 10 tersebut analisis pengaruh antara status

ekonomi dengan kunjungan neonatal diperoleh hasil sebanyak 8

responden atau sebesar 72.7% dari 11 responden ibu yang

memiliki status ekonomi yang tinggi melakukan kunjungan

neonatal, sedangkan persentase sebesar 73,7% atau sebanyak

14 responden memiliki status ekonomi yang rendah tidak

melakukan kunjungan neonatal.

Hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,023 yang artinya

nilai tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga dapat diberi

kesimpulan bahwa ada pengaruh tingkat status ekonomi

terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas


53

Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara

Tahun 2009.

Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar

7,467 artinya ibu yang memiliki status ekonomi yang tinggi

memiliki peluang untuk melakukan kunjungan neonatal 7,467 kali

dibandingkan dengan ibu yang memiliki status ekonomi yang

rendah.

c. Pengaruh budaya terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28

hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana

Kabupaten Kartanegara Tahun 2009

Tabel distribusi untuk melihat tingkat pengaruh budaya

terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas

Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara

adalah sebagai berikut :

Tabel 11. Distribusi Pengaruh Budaya terhadap Rendahnya Cakupan


Neonatal 0 – 28 hari di Puskemas Sungai Marian Kecamatan
Anggana Kabupaten Kutai kartanegara Tahun 2009

Cakupan Kunjungan
Neonatal 0-28 hari
Total
Ada Tidak Ada P
Budaya OR
Kunjungan Kunjungan value
n % n % N %
Ada
2 15,4 11 84,6
pengaruh 13 100
Tidak ada
11 64,7 6 35,3 17 100 0,020 0,099
pengaruh
Total 13 43,3 17 56,7 30 100
54

Berdasarkan tabel 11 diatas dapat dilihat dari 13 responden

yang melakukan kunjungan neonatal adalah sebanyak 11

responden dengan persentase sebesar 64,7 % yang tidak

terpengaruh budaya dan 2 orang dengan persentase sebesar

15,4% terpengaruh budaya dalam melakukan kunjungan

neonatal. Sedangkan dari 17 responden yang tidak melakukan

kunjungan neonatal sebanyak 6 responden dengan persentase

sebesar 35,5% yang tidak terpengaruh budaya dan 84,6% atau

sebanyak 11 responden terpengaruh oleh budaya.

Analisis pengaruh antara budaya dengan kunjungan

neonatal diperoleh hasil uji statistik dengan nilai p sebesar 0,020

dimana nilai p tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05) sehingga

dapat disimpulkan ada pengaruh budaya terhadap rendahnya

cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.

Hasil analisis juga diperoleh nilai OR sebesar 0,099 yang

artinya ibu yang tidak terpengaruh budaya memiliki peluang

untuk melakukan kunjungan neonatal sebesar 0,099 kali

dibandingkan dengan ibu yang terpengaruh oleh budaya.


55

d. Pengaruh antara pelayanan kesehatan terhadap rendahnya

cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009.

Hasil distribusi tabel silang untuk melihat tingkat pengaruh

antara sarana pelayanan kesehatan dengan kunjungan neonatal

adalah sebagai berikut :

Tabel 12. Distribusi Pengaruh Sarana Pelayanan Kesehatan terhadap


Rendahnya Cakupan Neonatal 0 – 28 hari di Puskemas Sungai
Marian Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai kartanegara
Tahun 2009

Cakupan Kunjungan
Neonatal 0-28 hari
Sarana Total
Ada Tidak Ada P
Pelayanan OR
Kunjungan Kunjungan value
Kesehatan
n % n % N %

Lengkap 6 37,5 10 62,5


16 100
Tidak
7 50 7 50 14 100 0,749 0.099
Lengkap
Total 13 43,3 17 56,7 30 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat dari 13 responden yang

melakukan kunjungan neonatal adalah sebanyak 6 responden


56

dengan persentase sebesar 37,5% mengatakan sarana pelayanan

kesehatan lengkap dan 7 responden atau sebesar 50% mengatakan

sarana pelayanan kesehatan tidak lengkap. Sedangkan dari

17 responden yang tiak melakukan kunjungan neonatal sebanyak

7 responden atau sebesar 50% mengatakan sarana pelayanan

kesehatan tidak lengkap dan persentase sebesar 62,5% mengatakan

sarana pelayanan lengkap.

Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan nilai p sebesar 0,749

dimana nilai tersebut lebih besar dari nilai α (0,05) sehingga dapat

disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh sarana antara pelayanan

kesehatan terhadap rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di

Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten

Kartanegara Tahun 2009

B. Pembahasan

Pada penelitian ini faktor-faktor yang terbukti memiliki pengaruh

yang bermakna dengan kunjungan neonatal antara lain pegetahuan,

status ekonomi, sedangkan yang tidak terbukti berpengaruh adalah

pelayanan kesehatan.

1. Pengetahuan

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan

antara pengetahuan dengan kunjungan neonatal hal ini dikarenakan

nilai p sebesar 0,017 yang kemudian dibandingkan dengan nilai α


57

(0,.05). Nilai Odds Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan

pengetahuan yang baik tentang kunjungan neonatal mempunyai

peluang untuk melakukan kunjungan neonatal sebesar 13,500 kali

dibandingkan dengan ibu yang memiliki pengetahuan yang kurang

baik.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan terjadi setelah orang

melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang. Perilaku yang tidak disadari oleh pengetahuan merupakan

faktor untuk melakukan perubahan perilaku kesehatan (Notoadmodjo,

2005).

Berdasarkan hasil untuk responden yang memiliki pengetahuan

baik dan melakukan kunjungan neonatal, sudah sangat jelas karena

responden mengetahui apa manfaat dari melakukan kunjungan

neonatal, sedangkan responden yang memiliki pengetahuan yang

kurang baik dan melakukan kunjungan neonatal karena jarak antara

Puskesmas Sungai Mariam dengan tempat tinggal responden tidak

jauh jaraknya, selain itu responden melakukan kunjungan neonatal

berdasarkan ajakan tetangga yang rutin melakukan kunjungan

neonatal.

Untuk responden yang memiliki pengetahuan baik dan tidak

melakukan kunjungan neonatal karena walaupun responden telah


58

mengetahui apa manfaat dari kunjungan neonatal akan tetapi

kesadaran responden sangat kurang dan menganggap tidak ada

masalah terhadap bayinya, sehingga mereka tidak perlu melakukan

kunjungan neonatal di Puskesmas Sungai Mariam, sedangkan

responden dengan pengetahuan kurang baik dan tidak melakukan

kunjungan neonatal karena pengetahuan yang kurang tentang

manfaat dari kunjungan neonatal, tidak bersedia untuk hadir apabila

ada penyuluhan tentang kunjungan neonatal dan jarak antara tempat

tinggal responden dengan puskesmas sungai mariam cukup jauh. Hal

ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa

keperawatan jurusan kebidanan Balikpapan yang telah dilakukan

pada daerah binaan kelompok II desa Teluk Dalam Kecamatan

Samboja tahun 2006.

2. Status Ekonomi

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh status ekonomi

terhadap kunjungan neonatal dengan nilai p sebesar 0,023 dimana

bila dibandingkan dengan nilai α (0,05) berarti nilai p lebih kecil

daripada α. Nilai Odss Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan status

ekonomi tinggi mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan

neonatal sebesar 7,467 kali daripada ibu yang memiliki status

ekonomi rendah.
59

Berdasarkan hasil penelitian untuk responden dengan status

ekonomi baik dan melakukan kunjungan neonatal, segala kemudahan

dapat responden peroleh karena administrasi dari jasa yang diperoleh

dari kunjungan neonatal tidak menjadi masalah, sedangkan respoden

dengan status ekonomi rendah dan melakukan kunjungan neonatal

karena walaupun kesulitan dalam hal biaya pembayaran atas jasa

kunjungan neonatal responden berusaha dengan cara membuat

keterangan tidak mampu agar responden dapat memperoleh

pelayanan jasa.

Penelitian yang dilakukan oleh Depkes (1999) bahwa status

ekonomi masyarakat yang masih rendah secara tidak langsung dapat

menimbulkan faktor risiko ancaman kesehatan bagi pertumbuhan dan

perkembangan neonatal. Biasanya golongan masyarakat ini sulit

dijangkau oleh pelayanan kesehatan maupun informasi kesehatan

Responden dengan status ekonomi baik dan tidak melakukan

kunjungan neonatal, walaupun responden mampu dalam pembiayaan

atas jasa dari kunjungan neonatal akan tetapi responden tidak

melakukan kunjungan neonatal karena merasa bahwa bayinya tidak

ada masalah dalam kesehatan, kurangnya kesadaran responden akan

manfaat dari kunjungan sehingga tidak perlu melakukan kunjungan

neonatal, sedangkan responden dengan status ekonomi rendah dan

tidak melakukan kunjungan neonatal karena selain tidak mampu

dalam membayar jasa dari pelayanan atas kunjungan neonatal


60

responden juga tidak berusaha mengurus surat tidak mampu. Jarak

tempat tinggal dengan Puskesmas Sungai Mariam cukup jauh

sehingga membutuhkan biaya untuk sarana transpotasi yang menurut

responden daripada untuk transportasi lebih baik biaya dipergunakan

untuk kebutuhan sehari-hari. Penelitian serupa telah dilakukan oleh

Hamdana Yunisar, mahasiswa kebidanan Balikpapan pada tahun

2006.

3. Budaya

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh antara budaya

terhadap kunjungan neonatal dengan nilai p sebesar 0,020 dimana

nilai tersebut lebih kecil dari dibandingkan dengan nilai α (0,05). Nilai

Odds Ratio menunjukkan bahwa ibu dengan tidak terpengaruh

budaya mempunyai peluang untuk melakukan kunjungan neonatal

sebesar 0.099 kali daripada ibu yang terpengaruh budaya.

Hasil penelitian menunjukkan responden yang tidak melakukan

kunjungan neonatal adalah ibu yang terpengaruh budaya.

Berdasarkan hal tersebut diatas bahwa sebagian masyarakat

masih memegang budaya mengenai pantangan untuk keluar rumah

sebelum anak berusia 40 hari, yang mempengaruhi perilaku

kesehatan sehingga menyebabkan rendahnya jumlah kunjungan

neonatal di Puskemas Sungai Mariam.


61

Sedangkan responden yang melakukan kunjungan adalah

responden yang tidak terpengaruh dengan budaya, karena responden

sudah berfikir secara moderen sehingga pemeliharaan atau

perawatan neonatal sangat penting dari pada mengikuti budaya yang

menurut responden hanya sebagai mitos saja. Sedangkan responden

yang terpengaruh dan tidak ada kunjungan dikarenakan masih

mempercayai hal hal yang ditabukan oleh keluarga.

Menurut Fauliyah Eva (1998) budaya merupakan hasil cita, rasa

dan karsa manusia dimana unsur perilaku memegang peranan

penting dalam proses pembentukan budaya. Berbicara tentang

budaya berbicara mengenai perilaku wilayah kerja. Berdasarkan hasil

survey Departemen Kesehatan (1999) bahwa beraneka ragamnya

budaya yang ada di Indonesia sangat mempengaruhi keberhasilan

program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) termasuk cakupan kunjungan

neonatal (Depkes RI, 1999).

4. Sarana Pelayanan Kesehatan

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat pengaruh kunjungan

neonatal terhadap sarana pelayanan kesehatan dengan nilai p

sebesar 0,749 dibandingkan dengan nilai α (0,05), nilai p tersebut

lebih besar nilai α.

Berdasarkan hasil penelitian di Puskemas Sungai Mariam segala

kelengkapan sarana dan prasarana sudah cukup memadai mengingat


62

puskemas ini adalah puskemas tipe baik yang dapat memberikan

pelayanan sesuai dengan tindakan yang harus diberikan.Hal ini

terlihat bahwa masyarakat tidak melakukan kunjungan ke sarana

pelayanan kesehatan yang ada tetapi dikarenakan faktor – faktor yang

lain dan salah satunya adalah dengan keberadaan puskemas yang

masih tergolong jauh terjangkau oleh warga.

Hasil penelitian dari respondesn menunjukkan dari kelengkapan

sarana yang ada, responden melakukan kunjungan hal ini

menunjukkan bahwa mereka merasa puas dan cukup mendapatkan

pelayanan dari petugas, sedangkan yang tidak melakukan kunjungan

dikarenakan kebutuhan kunjungan hanya dilakukan seperlunya saja

dan juga dikarenakan keterjangkauan dari sarana pelayanan

kesehatan masih sangat dicapai mengingat wilayah yang sangat

terpencil dan terisolir. Responden yang melakukan kunjungan

walapun mereka menganggap sarana tidak lengkap karena tidak ada

alternatif lain selain sarana yang ada.

Sarana pelayanan kesehatan dapat juga mempengaruhi

rendahnya kunjungan neonatal ke puskesmas. Banyaknya jenis

sarana pelayanan kesehatan yang ada disekitar puskesmas dan

kurang memadainya fasilitas yang ada di puskesmas memungkinkan

masyarakat mencari alternative pengobatan yang lebih memadai dan

mudah dijangkau (Profil Pkm, 2008).


63

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian tentang faktor yang mempengaruhi

rendahnya cakupan kunjungan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas

Sungai Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kutai Kartanegara

tahun 2009, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :


64

1. Ada pengaruh antara tingkat pengetahuan terhadap rendahnya

cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam

Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009 dengan

hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,017 dimana nilai

tersebut lebih kecil dari nilai α (0,05).

2. Ada pengaruh tingkat status ekonomi terhadap rendahnya cakupan

neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan

Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009. dengan Hasil uji

statistik diperoleh nilai p sebesar 0,023 dimana nilai tersebut lebih

kecil dari nilai α (0,05).

3. Ada pengaruh budaya terhadap rendahnya cakupan neonatal 0–

28 hari di Puskesmas Sungai Mariam Kecamatan Anggana

Kabupaten Kartanegara Tahun 2009 dengan hasil uji statistik

diperoleh nilai p sebesar 0,020 dimana nilai p tersebut lebih kecil

dari nilai α (0,05).

4. Tidak ada pengaruh antara sarana pelayanan kesehatan terhadap

rendahnya cakupan neonatal 0 – 28 hari di Puskesmas Sungai

Mariam Kecamatan Anggana Kabupaten Kartanegara Tahun 2009

dengan hasil uji statistik diperoleh nilai p sebesar 0,749 dimana

nilai p tersebut lebih besar dari nilai α (0,05).

B. Saran
65

Berdasarkan hasil kesimpulan yang dikemukakan, maka ada

beberapa hal yang dapat disarankan yaitu :

1. Diharapkan kepada Puskemas Sungai Mariam Kecamatan

Anggana Kabupaten Kartanegara untuk meyusun dan

meningkatkan program terpadu terhadap kunjungan neonatal

terutama pada program kunjungan neonatal 0 sampai 28 hari.

2. Petugas Kesehatan hendaknya memberikan sosialisasi mengenai

pentingnya kunjungan neonatal kepada masyarakat khususnya

ibu setelah melahirkan untuk kesehatan ibu dan anak.

3. Kepada masyarakat terutama ibu – ibu yang mempunyai bayi usia

0 sampai 28 hari agar lebih aktif untuk melakukan kunjungan

neonatal.

4. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dan mendalam tentang faktor

yang mempengaruhi kunjungan neonatal 0 sampai 28 hari

mengingat luasnya faktor – faktor yang mempengaruhi kunjungan

neonatal.

5. Bagi institusi diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan

acuan untuk menambah wawasan dan referensi bagi mahasiswa

untuk pengetahuan teori maupun praktek.

You might also like