You are on page 1of 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Secara formal, pendidikan diselenggarakan di sekolah. Hal itu sering
dikenal dengan pengajaran dimana proses belajar mengajar yang melibatkan
banyak faktor baik pengajar, pelajar, bahan atau materi, fasilitas maupun
lingkungan. Pengajaran dilaksanakan tidak hanya untuk kesenangan atau
bersifat mekanis saja tetapi mempunyai misi atau tujuan bersama. Sebagai
calon guru atau pendidik kita harus mempunyai pengetahuan, kreatifitas dan
wawasan yang luas untuk memahami peserta didik. Selain itu, kita harus
mengerti psikologi anak, kemampuan anak, kelemahan anak dan keinginan
anak yang mempunyai bakat tertentu.
Dengan demikian, kita harus mengetahui tingkat kemampuan dan
perkembangan peserta didik. Untuk mengetahui itu semua bisa dilakukan
melalui tes ataupun non tes. Tes yang digunakan bisa bermacam-macam
sesuai dengan kemampuan dan minat peserta didik. Maka dari itulah kami
menyajikan beberapa hal tentang teknik dan alat penilaian yang dapat
digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang
kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan
kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah
teknik tes dan nontes. Selain itu, tes maupun nontes bisa membantu kita
untuk dapat mengetahui kemampuan juga kelemahan peserta didik yang
menjadi masalah dalam kehidupannya.

B. Rumusam Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan alat penilaian teknik tes?
2. Apa yang dimaksud dengan alat penilaian teknik non-tes?
3. Bagaimana cara penerapan atau praktek penilaian teknik tes dan teknik
non-tes?

1
C. Tujuan
1. Untuk memperdalam pemahaman tentang teknik tes
2. Untuk memperdalam pemahaman tentang teknik non-tes
3. Untuk mengetahui bagaimana cara penerapan antara penilaian teknik
tes dan teknik non-tes
4. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Penyusunan Alat Penilain Teknik Tes


a. Pengertian Tes dan Non-Tes
Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha pemahaman murid
dengan menggunakan alat-alat yang bersifat mengungkap atau mentes.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau
sistem kategori.
Tes merupakan himpunan pertanyaan yang harus dijawab atau
pertanyaan yang harus dipilih, selain itu juga bisa berupa tugas yang harus
dilakukan oleh orang yang di tes dengan tujuan untuk mengukur suatu aspek
perilaku atau memperoleh informasi dari orang yang di tes. Dalam setiap
pertanyaan atau tugas yang diberikan tersebut terdapat jawaban atau
ketentuan yang di anggap benar. Dengan demikian, maka setiap tes akan
menuntut respon atau jawaban dari orang yang di tes (subjek) yang dapat
disimpulkan sebagai trait dari subjek yang sedang dicari informasinya dari
uraian ini tersirat bahwa tes berfungsi sebagai alat (instrumen) ataupun
sebagai cara pengungkap informasi atau pengumpul data tentang sesuatu.
Dalam tes hasil belajar, yang hendak diukur atau dicari informasinya
ialah tingkat kemampuan seorang siswa atau mahasiswa dalam menguasai
bahan pelajaran yang telah diajarkan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
prestasi belajar dan hasil belajar. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak seseorang.
Selain dengan cara tes, alat atau cara pengumpulan data dapat pula
dilakukan dengan cara non-tes yang dilaksanakan dalam bentuk wawancara,
observasi, angket atau skala. Tehnik penilaian nontes berarti melaksanakan
penilain dengan tidak mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk
menilai kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku,

3
sifat, sikap sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan
dengan kegiatan belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun
secara kelompok.Perbedaan utama antara tes dan non-tes terletak pada tiga
hal, yaitu:
1. Pada tes ada jawaban benar dan salah, sedangkan pada nontes jawaban
benar dan salah sangat kondisional.
2. Hasil pada non-tes lebih bersifat kualitatif, sedangkan tes lebih
kuantitatif (walaupun akhirnya dapat dikualitatifkan).
3. Pelaksana tes adalah orang propesional, sedangkan non-tes tidak
selamanya harus orang propesional
Dalam dunia pendidikan cara non-tes sering digunakan untuk
mengungkap hasil belajar (learning outcome), yang banyak menyangkut
aspek afektif dan pada prestasi belajar (learning achievement),aspek kognitif
dan psikomotor.

b. Langkah-langkah Penyusunan Alat Penilaian Teknik Tes


Dalam mengembangkan atau menyusun sebuah tes hasil belajar supaya
tes tersebut memiliki karakteristik tes yang baik, harus ditempuh sejumlah
langkah-langkah sebagia berikut :
1. Menetapkan tujuan penilaian atau tujuan tes
Setiap orang yang mau melakukan kegiatan penilaian, harus sadar
apa tujuan dia melakukan penilaian tersebut. Artinya keputusan apa
yang akan dia ambil dari dari hasil penilaian tersebut. Secara umum
tujuan kegiatan evaluasi atau keputusan yang dapat di ambil oleh guru
di sekolah dapat dikelompokkan kedalam tes formatif, tes sumatif, tes
diagnostik, tes penempatan atau seleksi.
Tes formatif yaitu evaluasi dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerja atau proses pembelajaran. Hasil dari kegiatan evaluasi ini tidak
dimaksudkan untuk menentukan nilai atau posisi siswa dalam
kelompoknya, melainkan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang
telah dilakukan. Kekurangan atau kelemahan yang ditemukan menjadi

4
bahan pertimbangan dalam proses kegiatan berikutnya. Sasaran
evaluasi biasanya berkaitan dengan ketepatan penggunanan metode dan
media pembelajaran, pengaturan atau pengelompokan siswa dalam
belajar, pengeloalaan kelas dan pengaturan waktu.
Tes sumatif yaitu evaluasi dengan tujuan untuk menentukan
keberhasilan yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari suatu
pelajaran. Hasil dari evaluasi digunakan untuk menentukan posisi siswa
dalam pelajaran tersebut, seperti untuk menentukan angka nilai dalam
rapot, menentukan kenaikan kelas dan menentukan kelulusan siswa.
Contoh evaluasi ini seperti Ujian Akhir Semester (UAS).
Tes diagnostik yaitu evaluasi dengan tujuan untuk mengidentifikasi
kesulitan yang dihadapi siswa dalam mempelajari suatu pelajaran. Hasil
dari evaluais ini diharapkan diperoleh gambaran kesulitan-kesulitan
yang dihadapi oleh siswa dalam mempelajari mata pelajaran tersebut.
Dengan kata lain, mengidentifikasi materi pelajaran mana yang sulit
dipelajari oleh siswa, sehingga perlu diberi bantuan.
Tes penempatan atau seleksi yaitu evaluasi dengan tujuan untuk
menempatkan siswa dalam posisi yang sesuai dengan kemampuannya.
Hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk mengelompokkan siswa sesuai
dengan tingkat kemampuannya atau sesuai dengan kecenderungan
kelompok mata pelajaran yang diminatinya.

2. Menganalisis dokumen-dokumen
Setelah seorang guru menetapkan tujuan apa yang ingin dicapai
dengan melakukan penilaian tersebut adalah menelaah dokumen-
dokemen. Dokumen yang di maksud adalah :
1) GBPP atau silabus
Tujuan kegiatan ini adalah untuk menelaah materi apa yang
seharusnya sudah disampaikan dalam kurun waktu tertentu (ruang
lingkup pelajaran).

5
2) Percana Pelajaran (RP) atau satuan pelajaran
Dengan menganalisi rencana pembelajaran (renpel) atau satuan
pelajaran (satpel) guru akan atau tujuan pelajaran apa saja yang
sudah dirumuskan dalam setiap kegiatan belajar.
3) Program pembelajaran (program mingguan atau bulanan atau
semesteran)
Dengan menganalisis dokumen ini, akan teridentifikasi ruang
lingkup materi pelajaran sampai kurun waktu tertentu. Jadi
dokumen ini akan saling melengkapi dengan silabus atau GBPP
yang ada.
4) Buku sumber
Dengan menganalisi buku sumber yang digunakan, baik buku
sumber yang dijadikan acuan oleh guru maupun buku pegangan
siswa, guru akan mengetahui kedalaman atau keluasan materi yang
menjadi pokok bahan penyusunan soal.
5) Agenda mengajar guru
Guru harus memiliki agenda mengajar. Buku agaenda guru
merupakan dokumen otentik yang dapat dijadikan dasar dalam
penyusunan soal. Dengan menganalisis agenda mengajar yang
dibuat guru, guru sendiri akan tahu materi pelajaran mana yang
nyata-nyata telah diajarkan disuatu kelas.

3. Mengembangkan kisi-kisi
Kisi-kisi adalah format atau matrik yang memuat informasi yang
dapat dijadikan pedoman oleh penulis soal untuk menulis soal atau
merakit soal menjadi tes. Dengan berpedom kepada kisi-kisi ini penulis
soal akan dapat mengahasilkan soal-soal yang sesuai dengan tujuan tes
dan perakit tes dapat menyusun perangkat tes dengan mudah. Dengan
kisi-kisi yang baik walaupun penulis soal berbeda akan dapat
menghasilkan soal-soal yang relatif sama, baik tingkat kedalaman
maupun cakupan materi yang harus diungkap.

6
Dalam kisi-kisi terdapat dua komponen utama, yaitu komponen
identitas dan komponen komponen matrik.
Komponen identitas mencakup aspek :
1) Jenis sekolah atau jenjang sekolah
2) Mata pelajaran
3) Kurikulum yang diacu
4) Tingkat kelas
5) Alokasi waktu
6) Jumlah soal

Komponen matrik paling tidak mencakup hal-hal :


1) Komponen yang ingin di ungkap
2) Indikator hasil belajar
3) Tema/konsep/pokok bahasan/sub pokok bahasan
4) Pokok materi soal
5) Bentuk soal
6) Nomor soal

Dalam memilih materi ada beberapa kriteria yang dapat digunakan


adalah:
1) Urgensi yaitu pokok bahasan atau materi yang secara teoritis mutlak
harus dikuasai oleh siswa
2) Kontinuitas yaitu merupakan pokok bahasan lanjutan yang
merupakan pendalaman dari satu atau lebih pokok bahasan yang
sudah dipelajari sebelumnya, baik dalam jenjang yang sama
maupun antar jenjang
3) Relevansi maksudnya pokok bahasan atau materi pelajaran terpilih
harus merupakan pokok bahasan yang diperlukan untuk
mempelajari atau memahami bidang studi lain

7
4) Keterpakaian maksudnya pokok bahasan atau materi itu harus
merupakan materi yang memiliki nilai terapan tinggi dalam
kehidupan sehari-hari
Dalam pembuatan kisi-kisi pencantuman komponen-komponen
diatas bukan merupakan suatu yang baku, yang harus seperi itu.
Penyusun kisi-kisi dapat mengurangi atau menambah komponen
tersebut sesuai keperluan atau tujuan tes. Bahkan dalam ulangan yang
sifatnya formatif kisi-kisi tidak perlu dirumuskan. Yang penting soal-
soal yang dibuat harus memiliki keterkaitan kuat dengan indikator hasil
belajar yang telah dirumuskan atau yang dipilih dari silabus yang diacu.
Model cantuman komponen identitas dan komponen matrik diatas
adalah sebagai berikut:

KISI-KISI PENULISAN SOAL TES SUMATIF


Jenis Sekolah : SD
Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Tingkat /kelas :V
Semester : Genap
Alokasi Waktu : 90 Menit
Jumlah Soal : 60 soal

No Kompetensi Indikator PB/SPB Pokok Bentuk soal No


Urut Hasil Belajar Tema Materi PG Uraian Soal

4. Menulis soal
Setelah kisi-kisi dibuat, langkah berikutnya adalah menulis soal.
Dalam menulis soal ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu kisi-kisi
dan aturan atau kaidah penulisan soal. Dari kisi-kisi yang harus
diperhatiksn betul adalah mengenai indikator hasil belajar. Dalam setiap
indikator akan terdapat ranah atau tingkatan kognitif yang ingin

8
diungkap (misalnya menyebutkan, menjelaskan, memberi contoh,
menghitung, menguraikan dan menyimpulkan)
Hal kedua yang harus diperhatikan adalah kaidah atau aturan
penulisan soal. Kaidah-kaidah penulisan soal merupakan petunjuk atau
pedoman yang perlu diikuti, agar soal yang dihasilkan memiliki mutu
yang baik. Aturan penulisan soal tersebut ada yang berlaku untuk
semua jenis soal (aturan umum), ada juga aturan khusus yang berlaku
untuk jenis soal tertentu. Berikut ini akan diuraikan aturan-aturan
penulisan soal bentuk soal pilihan ganda dan bentuk uraian.

Aturan umum penulisan soal:


1) Gunakan bahasa yang mudah dipahami, jangan berbelit-belit.
Jangan menggunakan bahasa yang hanya berlaku setempat (kecuali
dalam pelajaran bahasa daerah).
2) Jangan mengutip langsung kalimat dari buku. Jika hal ini terjadi
akan mendorong siswa untuk menyontek atau membuka buku.
3) Bila merupakan pandangan seseorang, sebutkan pendapat siapakah
itu.
4) Soal tidak memberi isyarat jawaban bagi soal lain
5) Hindarkan soal yang menanyakan hal-hal yang sepele
6) Hindarkan kebergantungan suatu soal pada soal lain
7) Pokok soal harus dirumuskan secara tegas dan jelas

Selain kaidah atau aturan berlaku untuk semua jenis soal seperti
diatas, setiap jenis soal memiliki kaidah. Untuk soal pilihan ganda
kaidah tersebut adalah :
1) Materi
a. Rumusan soal harus sesuai dengan indikator
b. Pengecoh harus berfungsi, jangan terlalu kelihatan salahnya
c. Setiap soal harus mempunyai satu jawaban yang benar atau
paling benar

9
2) Kontruksi
a. Pokok soal harus dirumuskan secara tegas dan jelas
b. Rumusan pokok soal dan pilihan jawaban harus merupakan
pertanyaan yang diperlukan saja
c. Pokok soal jangan memberi petunjuk ke arah jawaban yang
benar
d. Pokok soal jangan mengandung pernyataan yang bersifat negatif
ganda
e. Pilihan jawaban harus homogen dan logis ditinjau dari segi
materi
f. Panjang rumusan pilihan jawaban harus relatif sama
g. Pilihan jawaban jangan mengandung pertanyaan
h. Pilihan jawaban yang berbentuk angka atau waktu harus disusun
berdasarkan urutan besar kecilnya nilai angka tersebut atau
kronologis waktunya
i. Gambar, grafik, tabel, diagram dan sejenisnya yang terdapat
pada soal harus jelas dan berfungsi
j. Butir soal jangan bergantung pada jawaban soal sebelumnya
3) Bahasa
a. Setiap soal harus menggunakan bahasa yang sesuai dengan
kaidah bahasa indonesia
b. Bahasa yang digunakan harus komunikatif, sehingga mudah
dimengerti siswa
c. Jangan menggunakan bahasa yang berlaku setempat, jika soal
akan digunakan untuk daerah lain atau nasional
d. Pilihan jawaban jangan mengulang kata atau frase yang bukan
merupakan satu kesatuan pengertian

Kaidah penulis soal uraian, antara lain:

10
1) Rumusan butir soal harus mengacu pada indikator yang telah
dirumuskan
2) Batasan jawaban atau ruang lingkup yang hendak diukur harus jelas
dan terukur
3) Harus mengunakan kata tanya atau perintah yang menuntut jawaban
uraian
4) Hindari pertanyaan : siapa, apa, bila
5) Menggunakan bahasa yang baku
6) Menghindari menggunakan kata-kata yang dapat ditafsirkan ganda
7) Buat petunjuk yang jelas bagaimana soal itu dikerjakan
8) Buat kunci jawaban berbarengan dengan membuat soal
9) Buat pedoman penskorannya

5. Analisis rasional
Maksudnya adalah soal yang telah dirumuskan dianalisis kembali,
ditimbang (di judge) baik oleh sendiri maupun oleh orang lain dengan
berpedoman kepada kisi-kisi dan aturan penulisan soal seperti yang
yang telah diuraikan diatas. Untuk menganalisis tersebut dapat
digunakan format berikut ini:

6. Revisi soal
Bila dalam satu rumusan soal terdapat tanda cek (V) pada kolom
TIDAK, maka soal tersebut harus diperbaiki sesuai dengan aspek
tersebut.
7. Merakit soal
Setelah soal diperbaiki sesuai dengan aspek diatas, maka seluruh
soal diorganisasikan kedalam jenis atau kelompoknya.
8. Uji coba lapangan
Setelah soal dianalisis kemudian ditarik berdasarkan kelompoknya,
langkah berikutnya adalah uji coba kepada sekelompok siswa. Uji coba

11
ini dilakukan bila soal akan dibakukan dan diguanakan pada kelompok
yang lebih luas.
9. Analisis hasil uji coba (analisi empiris)
Bila soal akan dibakukan, setelah uji coba lapangan soal dianalisis
secara empiris. Hal yang di analisis mencakup analisis butir soal dan
analisis tes secara keseluruhan.

10. Revisi dan perakitan ulang soal


Dari hasil analisis empiris memungkinkan masih adanya beberapa
soal yang tidak valid. Soal-soal tersebut direvisi dan di rakit kembali
menjadi perangkat tes yang baku.
11. Perbanyakan intrumen
Setelah direvisi dan dirakit ulang, akhirnya soal siap untuk
diperbanyak dan digunakan. Agar soal benar-benar terjaga
kerahasiannya, keamanan saat penggandaan harus diperhatikan.
12. Pelaksanaan tes
Setelah digandakan intrumen siap untuk digunakan. Dalam
pelaksanaan tes perlu memperhatikan beberapa hal antara lain:
a. Jumlah peserta dalam satu ruangan
b. Pengawasan
c. Kondisi ruangan
13. Skoring
Langkah berikutnya setelah tes dilaksanakan adalah pengolahan
atau skoring. Dalam skoring, bisa dilakukan secara manual atau dengan
menggunakan program komputer (scenner).
14. Pemanfaatan hasil
Langkah terakhir adalah pemanfaatan hasil tes. Dalam
pemanfaatan hasil tes hal yang perlu diperhatikan adalah tujuan awal
tes itu sendiri, untuk apa tes itu dilakukan. Teknik pengolahan skor
akan tergantung juga pada tujuan tersebut.

12
B. Penyusunan Alat Penilaian Teknik Non-Tes
Teknik non-tes sering kali kurang mendapat perhatian para guru, karena
kurang dikenal atau kurang handal dibanding dengan teknik tes. Namun
teknik ini besar kegunaannya sebagai pelengkap dari teknik tes terutama
untuk mengevaluasi hasil belajar yang sukar diukur dengan tes, seperti
kerajinan, ketekunan, kepemimpinan, keterampilan, dll.
Pada umumnya teknik non-tes lebih bermanfaat untuk mendapatkan
gambaran siswa secara keseluruhan/kualitatif. Perbedaannya apabila pada
tes, jawaban siswa dinilai benar atau salah, sedangkan pada teknik non-tes
jawaban siswa dapat bersifat kesesuaian, persetujuan, pilihan, minat,
kecenderungan.
Secara keseluruhan alat pengumpul data dibagi ke dalam dua katagori
yaitu tes dan non-tes.
Untuk mengetahui hasil belajar yang bersifat kognitif (pengetahuan,
pemahaman, dll) lebih tepat digunakan instrument tes. Sedangkan untuk
mengungkap hasil belajar yang bersifat afektif dan psikomotor digunakan
instrument non-tes.
a. Macam-macam bentuk intrumen non-tes
1) Wawancara
Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara komunikasi langsung secara verbal. Sebagai alat penilaian
wawancara mempunyai kelebihan yaitu dapat berkomunikasi langsung
dengan siswa, sehingga siswa dapat mengungkapkan jawaban dengan
lebih bebas dan mendalam. Akan tetapi wawancara juga mempunyai
kelemahan yaitu memerlukan waktu yang relative lebih lama. Misalnya
10 orang siswa yang akan diwawancara, setiap siswa membutuhkan
waktu 15 menit, maka diperlukan waktu selama 150 menit.
Wawancara ada dua macam, yaitu:
1. Wawancara berstruktur, ialah wawancara yang menggunakan
pedoman wawancara berupa angket atau daftar cek.

13
2. Wawancara tidak berstruktur, ialah wawancara yang menggunakan
pedoman bebas, dimana orang yang diwawancara harus
memberikan jawaban secara terurai.

2) Kuesioner/Angket
Kuesioner atau sering disebut angket merupakan alat pengumpul
data melalui komunikasi tidak langsung, yaitu melalui tulisan.
Kuesioner ini memiliki kelebihan yaitu bersifat praktis, hemat waktu
dan tenaga. Namun kuesioner juga mempunyai kelemahan yaitu
jawaban yang diberikan seringkali tidak objektif, siswa memberikan
jawaban yang bersifat pura-pura.
Kuesioner ada dua macam, yaitu:
1. Kuesioner berstruktur, ialah model angket yang setiap
pertanyaannya sudah disediakan jawabannya. Siswa tinggal memilih
jawaban mana yang sesuai dengan dirinya.
2. Kuesioner tidak berstruktur, ialah angket yang jawabannya terbuka.
Siswa bisa mengungkapkan jawabannya sendiri.

3) Observasi
Observasi digunakan untuk mengukur tingkah laku individu atau
terjadinya suatu proses kegiatan yang dapat diamati langsung, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun situasi buatan, seperti tingkah
laku siswa dalam belajar, berdiskusi, mengerjakan tugas, dan lain-lain.
Ada tiga jenis observasi yaitu observasi langsung, observasi dengan
menggunakan alat (tidak langsung), dan observasi partisipasi.
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam mengembangkan
penilaian dengan menggunakan teknik observasi diantaranya:
1. Tentukan aspek kegiatan yang akan diobservasi.
2. Tentukan pedoman observasi yang akan digunakan, apakah bentuk
bebas atau berstruktur.

14
3. Melaksanakan observasi, mencatat tingkah laku yang terjadi saat
kejadian berlangsung. Cara dan teknik pencatatnya sesuai dengan
format observasi yang digunakan.
4. Mengolah hasil observasi, agar hasilnya lebih efektif dan terarah
hendaknya:
 Dilakukan dengan tujuan yang jelas dan direncanakan
sebelumnya.
 Menggunakan pedoman observasi berupa daftar cek
atau skala, atau model-model pencatat lainnya.
 Pencatatan dilakukan selekas mungkin tanpa
diketahui peserta didik yang diobservasi.
 Kesimpulan dibuat setelah program observasi selesai
dilaksanakan.

4) Studi kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari individu secara intensif yang
dipandang memiliki kasus tertentu. Misalnya mempelajari anak yang
sangat nakal, sangat rajin, sangat pintar atau sangat lamban dalam
memahami pelajaran. Penekanan utama dalam studi kasus adalah
mencari penyebab mengapa individu tersebut melakukan sesuatu dan
apa pengaruhnya terhadap lingkungan. Kelebihan dari studi kasus
adalah subjek dipelajari secara mendalam dan menyeluruh sehingga
karakter individu tersebut dapat diketahui dengan selengkap-
lengkapnya. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak dapat digeneralisasi
dengan individu lain sekalipun memiliki kasus yang hampir sama.

5) Sosiometri
Banyak ditemukan dilingkungan sekolah siswa yang kurang mampu
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Ia nampak murung,
mengasingkan diri, mudah tersinggung bahkan over acting. Kondisi ini

15
perlu diketahui oleh guru dan mencari upaya untuk memperbaikinya,
karena hal ini dapat menggangu proses belajarnya. Salah satu caranya
yaitu dengan menggunakan dengan teknik sosiometri. Dengan teknik ini
dapat diketahui posisi siswa dalam hubungan sosialnya dengan siswa
lainnya. Misalnya siswa yang terisolasi dari kelompoknya atau yang
paling disukai oleh teman-temannya.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara menyuruh siswa dikelas
untuk memilih satu atau doa orang teman yang paling disukai ataupun
yang kurang disukainya. Dengan cara tersebut maka dapat diketahui
siswa mana saja yang menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri
dengan lingkungannya, kemudian diberi bantuan.

6) Analisi hasil karya


Hasil karya yaitu salah satu hasil dokumentasi asli yang dibuat oleh
testi (siswa). Dari hasil karya tersebut, guru dapat sesuatu yang berharga
sebagai bagian dari prestasi yang dihasilkan siswa. Hasil karya tidak
hanya berupa benda produk (kerajinan), tapi bisa juga berupa tulisan
(jawaban dari suatu soal). Dengan mengetahui hal tersebut guru dapat
menilai, menganalisa, tentang apa yang dimiliki atau apa kelemahan
yang dialami dari seorang siswa.

7) Catatan kejadian
Catatan kejadian yaitu suatu catatan peristiwa yang dialami oleh
siswa, yang dianggap sangat penting bagi siswa maupun sekolah.
Misalnya saja siswa yang mempunyai prestasi yang luar biasa selain
dalam bidang akademik, contohnya berhasil mencegah tawuran atau
berhasil mencegah terjadinya kebakaran. Tindakan-tindakan positif
tersebut hendaknya dicatat sebagai bahan pertimbangan dalam
pemberian beasiswa, penentuan siswa/mahasiswa teladan, atau yang
sejenis.

16
8) Daftar cek
Daftar cek lebih menunjukan sebagai alat daripada sebagai teknik
evaluasi. Daftar cek adalah berupa daftar aktivitas, sifat-sifat, masalah,
jenis kesukaan, dan lain-lain. Di depan setiap butir disediakan kolom
cek (…) yang diisi oleh siswa bersangkutan, atau oleh guru, tergantung
tujuannya.
Contoh daftar cek kegiatan olahraga:
(…) Sepak bola
(…) Bola voli
(…) Bola basket
(…) Bulutangkis
(…) Berenang
Contoh daftar cek untuk menilai kesehatan mental:
(…) Merasa diperhatikan orang lain
(…) Merasa aman, tidak cemas dan gelisah
(…) Dapat tidur nyenyak
(…) Tidak mudah tersinggung
(…) dst.

b. Langkah-langkah pengembangan alat evaluasi non-tes


1. Menentukan aspek apa yang akan diukur. Tetapkan aspek apa yang
akan diungkap. Biasanya aspek belajar yang akan diungkap dengan
non-tes berkenaan dengan ranah afektif dan psikomotor.
2. Menentukan instrument yang akan digunakan sesuai dengan hal
yang telah ditetapkan diatas.
3. Menentukan definisi atau bahasan tentang aspek yang akan
diungkap. Hal ini biasanya berdasarkan atas teori tertentu. Misalnya
kita akan mengungkap keterlibatan siswa dalam diskusi. Rumuskan
apa yang dimaksud dengan keterlibatan itu. Misalnya menurut

17
pendapat Nana Syaodih (2005) keterlibatan siswa dalam berdiskusi
mencakup kemampuan siswa dalam mengikuti diskusi, yang
mencakup: keaslian dalam mengungkapkan ide atau gagasan siswa
dan keikutsertaan dalam menyanggah pendapat orang lain. Maka
yang akan dinilai hanya hal itu saja, bukan yang lain.
4. Menentukan format instrument. Misalnya kita akan mengungkap
keterlibatan siswa dalam berdiskusi dengan menggunakan observasi.
Maka format instrument yang digunakan adalah uraian bebas
(essay), skala penilaian (rating skill), pilihan ganda atau daftar cek,
atau yang lainnya.
Hal yang akan lebih dijelaskan dalam hal ini adalah berkenaan
dengan skala. Skala adalah alat untuk mengukur nilai, sikap, minat
atau perhatian, yang disusun dalam bentuk pernyataan untuk dinilai
oleh responden yang hasilnya dalam bentuk rentangan nilai sesuai
dengan kriteria yang digunakan.
Ada dua jenis skala yang sering digunakan, yaitu:
1. Skala sikap
Sikap dapat diartikan sebagai reaksi seseorang terhadap stimulus
yang datang pada dirinya. Jadi skala sikap digunakan untuk
mengukur sikap seseorang terhadap objek tertentu.Hasilnya berupa
katagori sikap, yaitu mendukung, menolak atau netral.
2. Skala penilaian
Skala penilaian mengukur perilaku siswa melalui pernyataan
perilaku pada suatu titik kontinum atau suatu katagori yang
bermakna nilai.
5. Mengembangkan kisi-kisi.
6. Menulis pernyataan yang sesuai dengan kisi-kisi. Lakukan penulisan
atau pembuatan pernyataan.
7. Analisis rasional terhadap pernyataan yang telah dirumuskan. Bisa
dilaukan oleh sendiri atau orang lain yang memiliki keahlian dalam
bidang tersebut.

18
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tehnik penilaian nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak
mengunakan tes. Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai kepribadian
anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap sosial,
ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok.
Pada umumnya teknik non-tes lebih bermanfaat untuk mendapatkan
gambaran siswa secara keseluruhan atau kualitatif. Perbedaannya apabila
pada tes, jawaban siswa dinilai benar atau salah, sedangkan pada teknik
non-tes jawaban siswa dapat bersifat kesesuaian, persetujuan, pilihan, minat,
kecenderungan.
Sedangkan tes adalah sebagai suatu prosedur yang sistematis untuk
mengobservasi (mengamati) tingkah laku individu melalui skala angka atau
sistem kategori. Teknik tes atau sistem testing merupakan usaha
pemahaman murid dengan menggunakan alat-alat yang bersifat
mengungkap atau mentes.
Dalam tes hasil belajar, yang hendak diukur atau dicari informasinya
ialah tingkat kemampuan seorang siswa atau mahasiswa dalam menguasai
bahan pelajaran yang telah diajarkan. Dalam hal ini perlu dibedakan antara
prestasi belajar dan hasil belajar. Hasil belajar meliputi aspek pembentukan
watak seseorang.

B. Saran
Kami sebagai penyusun pertama-tama mohon maaf apabila dalam
pembuatan makalah ini masih belum mencapai kesempurnaan. Meskipun
demikian, mudah-mudahan makalah ini dapat memberikan gambaran atau

19
tambahan ilmu bagi para pembaca. Oleh karena itu, untuk penyempurnaan
makalah ini kami tunggu kritik dan sarannya dari para pembaca.
Daftar Pustaka

Wahyudin Uyu, dkk. 2006. Evaluasi pembelajaran. Bandung: UPI PRESS.


Sudirman N, dkk. 1990. Ilmu Pendidikan.Bandung: Remaja RosdaKarya.
Setiawan. 2006. Bimbingan dan Konseling. Bandung: UPI PRESS
Www. Google. com

20

You might also like