Professional Documents
Culture Documents
JURNAL BISNIS
Bandarlampung ISSN
dan Vol. 2 No.3 Hal. 159 -256
Mei 2006 1411 - 9366
MANAJEMEN
Volume 2 No. 3, Mei 2006 ISSN 1411 - 9366
TIM REDAKSI
Dewan Editor
Ketua : Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si.
Anggota : Dr. Irham Lihan, S.E., M.Si.
: Dr. Wispandono, S.E.. S.Si.
Iban Sofyan, S.E., M.Si.
Mahrinasari M.S., S.E., M.P.M.
Asep Unik, S.E., M.Si.
M. Syatibi Ch., S.E.
Redaksi Pelaksana
Ketua : Habibullah Djimat, S.E., M.Si.
Wakil Ketua : Rinaldi Bursan, S.E., M.Si.
Sekretaris : Muslimin, S.E.
Bendahara : Aida Sari, S.E., M.Si.
Tata Usaha dan Kearsipan : Nasir
Distribusi dan Sirkulasi : Teguh
Alamat Redaksi : Gedung A Lantai 2, Fakultas Ekonomi
Universitas Lampung
Jl. Prof. Sumantri Brojonegoro no. 1
Gedungmeneng - Bandarlampung, 35145
Telp. (0721)704622
Jumal Bisnis dan Manajemen merupakan media komunikasi ilmiah, diterbitkan tiga
kali setahun oleh Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Lampung,
berisikan ringkasan hasil penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi.
Volume 2 No. 3, Mei 2006 ISSN 1411 - 9366
DAFTAR ISI
Oleh :
Ernie Hendrawaty1
ABSTRACT
This research was aimed to develop TQM concept for State Owner’s Financial Service
Company Bandarlampung Branch by determining which elements stated important for
developing TQM for State Owner’s Financial Service Company Bandarlampung Branch
and this study was willing to know the adoption of those elements at State Owner’s
Financial Service Company Bandarlampung Branch. Number of respondent companies
involved in this study is 21 branch offices. The respondents who participate in this study
are branch managers and head of department from each of branch office. The study was
conducted to determine the perception of respondent managers and head of departments
as to the critical strategy that should define a particular MMT. The validation TQM is
done by conducting Factor Analysis.
The result from the survey is that the original of 72 elements of MMT is remain 45
elements which are grouped into 6 (six) factors. Those factors are Education and
Analysis Tools Supporting, Facility Management, Management Commitment and
Quality Leadership, Customer Focus, Mesurement and Benchmarking.
1. PENDAHULUAN
Dalam era perdagangan bebas masalah daya saing merupakan isu kunci dan
sekaligus sebagai tantangan yang tidak ringan. Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) sebagai suatu badan usaha yang bergerak hampir di seluruh aspek
ekonomi juga tak terkecuali menghadapi tantangan ketatnya persaingan global,
perkembangan teknologi yang cepat dan kondisi dinamis lainnya yang pada
akhirnya menuntut BUMN untuk menjadi Badan Usaha berkarakteristik
1
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung
DAFTAR ISI
160
DAFTAR ISI
161
DAFTAR ISI
dan biaya jasa. Selanjutnya reputasi perusahaan akan ditentukan oleh reputasi
mutu yang dihasilkan buruk atau baik.
Pengertian mutu yang diadopsi oleh American Society for Quality Control : bahwa
Mutu adalah totalitas bentuk dan karakteristik barang atau jasa yang menunjukkan
kemampuan untuk memuaskan kebutuhan-kebutuhan yang tampak jelas maupun yang
tersembunyi (Render dan Haizer, 2001 : 92). Meskipun demikian pendapat lain
mengatakan bahwa definisi mutu menyangkut berbagai kategori. Beberapa dari definisi
tersebut berorientasi pada pengguna dan berorientasi pada produk. Krajewski (1996, 14)
menyatakan bahwa pelanggan mendefinisikan mutu dengan berbagai macam cara, yaitu
(1) Conformance to Specifications atau kesesuain dengan spesifikasi (2) Value atau
nilai/harga (3) Fitness of Use atau modelnya, keawetannya, pelayanannya (4) Support
atau dukungan layanan (5) Psychological Impressions atau image, keindahan,
kebersihan. Menurut Goetsch dan Davis (1997:3) Mutu adalah keadaan dinamik yang
diasosiasikan dengan produk, jasa, orang, proses, lingkungan yang mencapai atau
melebihi harapan.
Definisi MMT menurut Ishikawa (Tjiptono dan Diana, 2000 :4), MMT diartikan
sebagai perpaduan semua fungsi dari perusahaan ke dalam falsafah holistik
yang dibangun berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas dan
kepuasan pelanggan. Santosa (Tjiptono dan Diana, 2000 :4) menyatakan bahwa
MMT adalah: MMT merupakan sistim yang mengangkat mutu sebagai strategi
usaha dan berorientasi kepada kepuasan pelanggan dan melibatkan seluruh
anggota organisasi. Menurut Goetsch, dan Davis (1997:3) Manajemen Mutu
Terpadu adalah :
Hingga saat ini belum ada definisi mutu yang diterima secara universal, namun
dari beberapa definisi mutu terdapat beberapa kesamaan, yaitu dalam elemen-
elemen sebagai berikut :
162
DAFTAR ISI
Prinsip-prinsip dan unsur pokok dalam MMT menurut Krajewski (1996, 140-141)
adalah MMT menekankan tiga prinsip, yaitu customer satisfaction, employee
involvement dan continous improvement.
Render dan Heizer (2001, 98) mengembangkan lima konsep MMT yang efektif,
yaitu (1) Perbaikan yang terus menerus (2) Pemberdayaan karyawan (3)
Perbandingan kinerja (Patok duga/Benchmark) (4) Penyediaan kebutuhan yang
tepat waktu (Just In Time) dan (5) Pengetahuan mengenai peralatan MMT,
seperti Metode Taguchi, Diagram Pareto, Diagram Sebab Akibat dan
pengendalian Proses secara statistik.
Pendapat yang lain mengenai MMT dikemukakan oleh Tenner dan Detoro yang dikutip
oleh Hamidah (2003, 276) yang menyatakan bahwa MMT dapat diuraikan menjadi tiga
subsistem yaitu (1) Fokus pada pelanggan (customer focus) (2) Perbaikan proses
berkesinambungan (continous process improvement) dan (3). Keterlibatan terpadu (total
involvement) dimana ketiga sub sistem tersebut saling berkaitan.
V. Talavera (2004, 358-360) juga berhasil merumuskan konsep MMT hasil telaah
pustaka yang terdiri dari 12 (dua belas) elemen MMT, yaitu : (1) Komitmen
Manajemen Puncak (Top Management Commitment ) (2) Perencanaan Mutu
Strategis (Strategic Quality Planning) (3) Orientasi Pelanggan (Customer Focus) (4)
Manajemen Mutu Pemasok (Supplier Quality Management) (5) Manajemen
Sumber Daya Manusia (Human Resources Management) (6) Pendidikan dan
Pelatihan Karyawan (Employee Education and Trainging) (7) Perancangan Produk
/ Jasa ( Product/Service Design) (8) Ketertiban Organisasi Tempat Kerja
(Workplace Organization Orderliness) (9) Manajemen dan Pengawasan Proses
(Process Management Control) (10) Manajemen Informasi Mutu (Quality
Information Management) (11) Patok Duga (Benchmarking) Perbaikan
Berkelanjutan (Continous Improvement).
163
DAFTAR ISI
Penelitian ini akan menggunakan prinsip dan unsur pokok atau variable-
variabel MMT yang berasal dari konsep yang disusun oleh V. Talavera (2004)
karena memiliki cakupan yang luas.
Penelitian ini akan mengumpulkan data dari seluruh populasi obyek penelitian.
Populasi responden adalah kepala cabang masing-masing badan usaha dan
kepala departemen atau setingkat dengannya dari departemen-departemen
yang berbeda. Data tentang populasi dan sample tersaji pada table berikut ini :
164
DAFTAR ISI
Target Ukuran
Tahap Pengujian MMT Teknik Realisasi
Populasi
Pengujian dengan 21 Badan Usaha Sensus 21 Badan Usaha
menggunakan ‘perception of
importance’ sebagai dasar 102 responden 100 responden
165
DAFTAR ISI
1. ANALISIS FAKTOR
Analisis factor akan meringkas beberapa variable MMT menjadi beberapa faktor
saja yang paling penting dalam mendukung keberhasilan MMT. Tahap-tahap
pada analisis faktor :
2. Melakukan ekstrasi variable menjadi satu atau beberapa factor. Dalam hal
ini digunakan metode Principal Component
Dalam penelitian ini, variabel yang diproses dengan analisis factor sebanyak 72
variabel dengan jumlah populasi sebanyak 100 responden. Output Analisis
Faktor dengan menggunakan SPSS adalah ternyata dari 72 variabel awal, yang
tersisa atau tereduksi hanya 45 variabel dengan rata-rata loading 0,733. Tabel 3
menunjukkan distribusi variable MMT pada ke-6 faktor.
166
DAFTAR ISI
Initial Eigenvalues
Item Loading
% of Nama Variabel
No Faktor Total
Variance
Manajemen memberikan balas
jasa (imbalan) kepada karyawan 0.692
1 12.862 17.864 SDM
untuk usaha-usaha perbaikan
kualitas
Semua karyawan dilatih tentang 0.705
DIK 3 Team Building / Group Dynamics
Mengintegrasikan materi pelatihan 0.732
DIK 5 pada proses pekerjaan sehari-hari
Melakukan pelatihan karyawan 0.719
DIK 6 secara berkala (rutin)
Investasi dalam peralatan dan 0.686
IKC 1 teknologi untuk meningkatkan
kualitas dalam operasi /proses
Menggunakan piranti data numerik
(check sheet, diagram Pareto, run
chart dll) dan piranti data verbal 0.605
IKC 3 (flow chart, brainstorming, diagram
sebab akibat) guna mendiagnosis
masalah kualitas dan masalah
kelemahan proses
Pengendalian kinerja proses
dilakukan pada setiap tahap , 0.736
IKC 4 mulai dari tahap input,
proses/transformasi, output dan
customer
Melakukan pengawasan kualitas
dengan menggunakan survey
kepuasan pelanggan metode 0.851
IKC 5
statistik atau teknik lain untuk
memonitor kualitas produk / jasa
yang dihasilkan
Menggunakan siklus PDCA (Plan-
Do-Check-Action) untuk 0.717
PTM 1 melakukan perbaikan dan
pengendalian proses secara
berkesinambungan
Membuat perencanaan dan
program yang berkesinambungan 0.766
PTM 2
untuk mengurangi siklus waktu
operasi perusahaan
167
DAFTAR ISI
Initial Eigenvalues
Item Loading
% of Nama Variabel
No Faktor Total
Variance
Membuat perencanaan dan
program yang berkesinambungan 0.798
PTM 3 untuk memikirkan berbagai cara
untuk memperbaiki kualitas produk
dan pelayanan
Manajemen puncak menyediakan
bantuan teknis, finansial dan 0.779
PTM 4
pendidikan bagi program
manajemen kualitas perusahaan
Memfasilitasi program
pengembangan produk untuk 0.703
IKD 5
dapat segera merespon kebutuhan
pasar
Kejelasan dan keformalan dalam
PKS 2 0.742
menuliskan sasaran kualitas
Manajemen memiliki rencana
2 10.286 14.286 MKP 1 0.848
kualitas untuk pemasok
Kualitas menjadi pertimbangan
MKP 2 0.849
utama dalam memilih pemasok
Bekerjasama dengan tidak terlalu
MKP 3 banyak pemasok namun dapat 0.756
diandalkan
Memasukkan umpan balik dari
pemasok untuk memperbaiki 0.859
MKP 4
produk, pelayanan dan
perancangan proses
Menerapkan program evaluasi 0.868
MKP 5 terhadap pemasok
Manajemen bekerjasama dengan 0.834
MKP 6 pemasok untuk meningkatkan
kualitas
Fasilitas yang nyaman, bersih dan 0.926
RAP 1 teratur/rapi
Adanya sistim manajemen 0.936
RAP 2 pencatatan/arsip yang efektif
Karyawan memiliki disiplin dan 0.902
RAP 3 inisiatif untuk mematuhi peraturan
dengan tertib
Pemeliharaan fasilitas dilakukan
secara berkala dan dilakukan 0.93
RAP 4
monitoring serta evaluasi
terhadapnya
Penyediaan peralatan kantor, 0.796
RAP 5 dokumen, office supplies hanya
yang benar-benar dibutuhkan saja
168
DAFTAR ISI
Initial Eigenvalues
Item Loading
% of Nama Variabel
No Faktor Total
Variance
Pemberian tanda/papan
penunjuk/label terhadap asset-
asset, departemen-departemen
RAP 6 0.905
untuk keperluan identifikasi dan
memudahkan mencari
lokasi/letaknya.
Manajemen Puncak terlibat secara
penuh dalam implementasi dan
3 7.3 10.139 KMP 1 0.876
tindak lanjut program Manajemen
Mutu
Pemberian penghargaan kepada
SDM 5 karyawan yang mencapai sasaran 0.788
kualitas
Semua karyawan dilatih tentang
DIK 1 0.851
konsep Manajemen Mutu Terpadu
Semua karyawan dilatih tentang
DIK 2 0.864
Quality Control
Menyediakan data kualitas yang
terbaru dan lengkap dan 0.703
MKI 4
dilaporkan pada semua
departemen
Seluruh karyawan dapat 0.714
MKI 5 mengakses data kualitas
Manajemen melakukan audit
sistim manajemen kualitas secara 0.762
PTM 6
periodic baik audit internal maupun
eksternal
Terdapat suatu proses efektif 0.816
FKP 5 untuk memproses informasi
tentang ekspektasinasabah
Mempertimbangkan keinginan
pelanggan dan umpan balik
4 6.762 9.392 IKD 2 pemasok untuk memperbaiki 0.708
produk, pelayanan dan
perancangan proses
Mengumpulkan umpan balik dari
IKD 4 para ahli dalam perancangan 0.621
produk/jasa
Pengkajian (review) sasaran dan
tujuan departemen-departemen
PKS 5 untuk menyelaraskan dengan 0.626
rencana organisasi secara
keseluruhan
Melakukan tindakan pencegahan
dan pemeliharaan secara berkala
5 4.405 6.118 IKC 6 0.708
terhadap peralatan/perangkat
sistim operasional perusahaan
169
DAFTAR ISI
Initial Eigenvalues
Item Loading
% of Nama Variabel
No Faktor Total
Variance
Adanya sistim database untuk
mengumpulkan, mengontrol dan
menyimpan data kualitas kegiatan
MKI 2 operasi untuk menyediakan 0.621
informasi yang relevan yang
dibutuhkan untuk mengukur
kualitas dari output yang dihasilkan
Menerapkan sertifikat ISO 9000
PDG 3 untuk memenuhi standar kualitas 0.626
internasional
Manajemen mempelajari
praktek fungsi-fungsi usaha dari
perusahaan terkemuka dalam
industri yang sama dan dari
6 3.781 5.251 PDG 1 0.765
pesaing utama untuk
mengembangkan sasaran
kualitasdan untuk memperbaiki
operasi perusahaan
Manajemen mempelajari praktek
fungsi-fungsi usaha dari
perusahaan terkemuka dalam
PDG 2 industri yang berbeda untuk 0.737
mengembangkan sasaran kualitas
dan untuk memperbaiki operasi
perusahaan
Menganalisis, mengadopsi dan
mengimplementasikan praktek
terbaik strategi manajemen
PDG 4 0.683
kualitas dari perusahaan mitra
patok duga yang menjadi teladan
patok duga
Memastikan bahwa kegiatan patok
duga yang dilakukan
PDG 5 0.634
menghasilkan perbaikan kualitas
yang signifikan
Sepanjang waktu target patok
PDG 6 duga dan metode-metode patok 0.691
duga dievaluasi kembali
Nama ke-6 faktor tersebut adalah :
170
DAFTAR ISI
3.1 Simpulan
3.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan simpulan, maka bagi BUMN Jasa Keuangan
Cabang Bandarlampung yang akan mengadopsi konsep MMT sebaiknya
memprioritaskan keenam factor dari hasil analisis factor tersebut dalam
program MMTnya.
DAFTAR PUSTAKA
Goetssch, David L and Davis, Stanley B. 2002. Manajemen Mutu Total. Edisi ke
dua. Penerbit PT Prenhalindo. Jakarta
171
DAFTAR ISI
Render, Barry dan Jay Haizer. 2001. Prinsip-prinsip Manajemen Operasi. Edisi
Pertama. Salemba Empat. Jakarta
Sekaran, Uma. 1992. Research Methods For Business: A Skill Building Approach.
Second Edition. John Wiley & Sons, Inc.
Suwandi, Adig. 2001. Arah Privatisasi BUMN. Usahawan No. 5 Th XXX Mei
2001. 3-6
172
DAFTAR ISI
Oleh :
Iban Sofyan2
ABTRACT
The reseach aims to analyze : (1) the influencing factors of working capital from
small business and determining alternative solution; (2) alternative strategic
management from small business. The types of data are : (1) the secondary time
series data which analyzed by financial models and (2) the primery data of
owner from the small business which analyzed by description approach.
The result shows that the small business in Bandar lampung need to improve
their working capital trough : (1) the increasing level of effectivities from their
business; (2) the creating of business innovation; (3) making commitment about
business efficiency and competitiveness.
Based on the result of this reseach, researcher is prepairing strategic standar and
business commitment for the small business to enter global business.
I. PENDAHULUAN
Usaha kecil di Indonesia di era reformasi ini mempunyai peranan yang sangat
berarti dalam menunjang perekonomian. Banyak usaha besar pada saat ini
mengalami keterpurukan sebagai akibat resesi ekonomi berkepanjangan,justru
usaha kecil semakin bergairah untuk berkembang, secara kuantitatif dapat
dibuktikan dari pemerataan usaha dan peluasan lapangan kerja,yang
berkembang dari 1.755.000 unit usaha tahun 1997 menjadi 2.143.500 unit usaha
pada tahun 1999, sementara jumlah tenaga kerja yang diserap juga meningkat
dari 5.308.800 orang tahun 1997 menjadi 10.113.600 orang tahun 1999. Lebih jauh
lagi jika dilihat dari sumbangannya pada ekspor nonmigas yaitu dari 102 juta
dollar Amerika tahun 1998 terus naik menjadi 136,8 juta dollar Amerika pada
akhir tahun 2001, secara persentase rata-rata kenaikan nilai ekspor usaha kecil
meningkat dengan 30,5 persen per tahun ( Puji Wahono,2000)
2
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Lampung.
DAFTAR ISI
Peranan usaha kecil yang penting ini, seyogyanyalah mendapat perhatian kita
semua, tetapi pada kenyataan sekjarang banyak hambatan dan pembinaan yang
kurang serius baik dari pemerintah maupun pihak-pihak lain yang terkait
termasuk perguruan tinggi. Janji-janji untuk memberi kemudahan baik dalam
perizinan,permodalan,maupun pembinaan manajemen baru sebatas pernyataan
atau retorika politik,sehingga semua kebijakan selalu tidak menyentu
pengembangan usaha kecil. Hasil pengamatan ada beberapa hal yang
menghambat pembinaan usaha kecil di Indonesia ( Indra Ismawan,1999), yaitu :
(1) Indonesia belum memiliki undang-undang yang mengatur usaha
kecil,walaupun sekarang rancangan undang-undang (RUU) itu mungkin sudah
disahkan menjadi undang-undang namun realisasinya dan sosialisasi sampai
saat ini belum jelas adanya ; (2) masih lemahnya komitmen dalam pembinaan
usaha kecil, baik yang disuarakan oleh pemerintah maupun oleh pengusaha
besar selaku mitra usaha, sehingga dapat dikatakan bahwa usaha kecil itu ada
dan berkembang sepenuhnya atas usaha mereka sendiri, kerena didorong oleh
kebutuhan hidup.
Penghambat lain yang juga dapat dikatakan secara structural usaha kecil
umumnya di Indonesia menghadapi kendala-kndala bersifat internal,yaitu
kualitas sumberdaya manusia yang masih rendah, kelemahan dalam struktur
permodalan,dan kelemahan dalam mengakses permodalan,termasuk dalam
manajemen modal kerja( Suryadi Soedirdja,1998). Kondisi usaha kecil Indonesia
yang demikian ini, jika kurang mendapat binaan yang serius di masa
mendatang,khususnya dalam menghadapi pasar bebas versi AFTA ataupun
versi Dunia nantinya akan berdampak serius bagi perkembangan usaha kecil di
Indonesia umumnya dan secara khusus pada usaha kecil di Bandar Lampung.
Kenyataan di lapangan dapat kita lihat pada saat ini banyak usaha kecil kita
kewalahan dalam menghadapi serbuan produk-produk dari luar negari yang
sampai saat ini sudah meramba ke berbagai pelosok Indonesia. Apalagi jika
penerapan pasar bebas AFTA ini benar- benar sudah direalisasikan, dimana kita
tidak dapat lagi membantasi barang masuk dengan pembatasan tarif masuk
antar negara-negara ASEAN. Kenyataan ini akan menambah beban berat bagi
usaha kecil,dan mungkin juga akan dialami oleh perusahaan besar yang tidak
efisien. Bukti-bukti telah mununjukkan pada kita betapa kewalahannya usaha
otomatif kita menghadapi serbuan produk –produk otomotif China,Taiwan,
Korea,dewasa ini, masih banyak lagi produk-produk dari Negara jiran seperti
Thailand, Malaysia, dan Singapura yang sudah lama beroperasi di Negara kita.
Situasi ini akan menjadi siutasi sulit bagi usaha-usaha kita khususnya usaha
kecil jika dikaitkan dengan kelemahan usaha kecil kita yang telah diuangkapkan
sebelumnya, terutama yang berhabungan dengan modal khususnya modal
kerja. Usaha kecil menurut Levi dan Sarnat (1989) justru membutuhkan
tambahan modal kerja relatif lebih besar dari kebutuhan usaha menengah
174
DAFTAR ISI
maupun usaha besar. Kesulitan yang terbesar pada usaha kecil dalam modal
kerja terletak pada usaha pemisahan antara kebutuhan modal kerja dengan
kebutuhan hidup pengusaha dan keluarga sehari-hari. Hal ini terjadi kerena
usaha kecil umumnya tidak mampu mengakses modal,terutama jika
berhubungan degan pihak ketiga
( bank maupun mitra usaha lainnya yang sifatnya sangat selektif ). Kelemahan
ini tentunya berdampak luas pada daya saing dan kemantapan berusaha,
apalagi dihubungkan dengan inovatif. Kunci keberhasilan usaha kecil menurut
Steiner,Goerge(1985) justru terletak pada usaha inovatifnya.
Peranan usaha kecil di Lampung khususnya di Bandar Lampung tidak terlalu
berbeda dengan peranan usaha kecil secara nasional,ini terlihat dari sumbangan
industri kecilnya mampu memberi 21,0 persen ekspor komoditi non migas yang
dihasilkan oleh Lampung (BPS,1993). Jumlah usaha kecil juga meningkat dari
12,067 unit usaha kecil telah meningkat menjadi 18.488 unit usaha kecil sampai
tahun tahaun 1998( BPS). Dan diperkirakan jumlah ini akan naik lagi selama era
reformasi ini, sementara perusahaan besar dan menengah justru mengalamai
stagnan karena masih dipengaruhi oleh dampak resesi ekonomi yang sampai
saat ini belum dikatakan membaik.
A. Perumusan Masalah
(1) Apakah pengelolaan modal kerja usaha kecil yang telah dioperasikan oleh
usaha kecil di Bandar Lampung telah dilakukan secara efektif atau secara
optimal.
175
DAFTAR ISI
(2) Teknik manajemen apa yang tepat yang harus diterapkan oleh pengusaha
kecil di Bandar Lampung dalam menghadapi ketatnya persaingan di era
basar bebas.
(3) Strategi apa sebaiknya digunakan oleh usaha kecil di Bandar Lampung
dalam menghadapi ancaman persaingan degan produk-produk luar
sekarang dan di era pasar bebas.
(1) Mendapatkan gambaran yang jelas mengenai kondisi usaha kecil di Bandar
Lampung terutama yang berhubungan dengan manajemen modal kerjanya.
(2) Memberikan solusi manajemen dalam mengatasi masalah manajemen
modal kerja setelah menganalisis modal kerja, memperhitungan kebutuhan
modal kerja, dan teknik mengakses modal khususnya modal kerja.
(3) Merumuskan strategi bersaing yang sesuai dengan kekuatan ,kelemahan,
peluang dan ancaman yang bakal dihadapi di masa yang akan datang.
(4) Merumuskan teknik Pembinaan yang tepat dan fleksibel untuk usaha ecil di
Bandar Lampung.
176
DAFTAR ISI
177
DAFTAR ISI
A. Lokasi Penelitian.
Tabel 1. Responden
C. Hiptesis
(1) Pengololaan modal kerja usaha kecil di Bandar Lampung belum optimal.
(2) Strategi inovasi adalah pilihan yang tepat untuk usaha kecil untuk tetap
bertahan hidup dan bersaing di era pasar bebas.
178
DAFTAR ISI
D. Alat analisis.
(1) Untuk membuktikan bahwa modal kerja usaha kecil belum optimal
digunakan pendekatan manajemen keuangan konsep dari Weston and
Copland (1998), yaitu dengan cara membagikan volume penjualan yang
dicapai dengan jumlah hari perputaran seruhan modal kerja yang
digunakan dalam usaha kecil. Modal kerja optmal bila Working Capitan
(WC)≤ 0. Rumus hipotesisnya :
E. Pengolahan Data
Data yang sudah terkumpul diolah secara tabulasi, dihitung, dan dianalisis
berdasarkan konsep manajemen modal kerja yaitu menghitung perputaran
modal kerja,menghitung kebutuhan modal kerja optimal sesuai dengan
perkembangan jumlah permintaan.sedangkan untuk memilih dan menerapkan
konsep manajemen strategi,dari data yang ada dikaji berdasarkan TOWS
Matrix dari David,Fred (1998).
A. Hasil Perhitungan
179
DAFTAR ISI
Jumlah Kebutuhan
Modal Kerja yang Modal Kerja
No Jenis Usaha Kecil dioperasikan/hr seharusnya Keterangan
(Rp) berdasarkan volume
Penjualan/Hr (Rp)
1 Kripik Singkong 12.916,67 24.034,90 +11.118,23
2 Tanaman hias 60.130, 56 77.360,69 +17.229,79
3 Tukang jahit 23.826,38 73.190,35 +49.363,97
4 Warung P&D 12.288,89 37.811,95 +25.523,06
5 Restoran 142.502,78 283.937.26 +141.434,48
6 Toko Meubel 599.291,67 480.398,66 -118.893,01
7 Apotik Kecil 223.611,11 309.953,95 +86.342,55
8 Kerajinan Bambu 26.112,50 16.448,29 -9.664,21
9 Usaha Ikan Asin 12.715,28 109.301,33 +96.586,05
10 Bengkel Motor 31.805,56 123.126,43 +91.320,87
11 Bengkel Mobil 321.875,00 591.540,96 +269.665,96
180
DAFTAR ISI
Jumlah Kebutuhan
Modal Kerja yang Modal Kerja
No Jenis Usaha Kecil dioperasikan/hr seharusnya Keterangan
(Rp) berdasarkan volume
Penjualan/Hr (Rp)
12 Toko Kue 21.405,14 36.471,58 +15.066,44
13 Toko Manisan 70.711,11 80.946,77 +10.235,66
14 Katering 113.548,28 328.488,72 +214.900,44
15 Krupuk ikan 82.288,89 195.415,52 +113.126,63
Sumber : Data Diolah (2006)
B. Pembahasan
Hasil dari riset terhadap lima belas jenis usaha kecil yang beroperasi di Bandar
Lampung setelah diuji berdasarkan kebutuhan modal yang seharusnya
berdasarkan rumusan yang membagi total penjualan dengan lamanya hari rata
perputaran setiap item modal kerja maka didapatlah hasil lengkap seperti yang
diperlihatkan oleh Tabel 1. Hasil ini menunjukkan bahwa hampir rata-rata
perusahaan kecil atau 87% usaha kecil di Bandar Lampung umum belum
optimal dalam penggunaan modal kerjanya,ini dibuktikan oleh adanya
kelebihan ( bertanda +) dalam penggunaan modal kerja, dan hanya 13%
(bertanda - ) yang efektif dalam penggunaan modal kerjanya. Ketentuan
181
DAFTAR ISI
penggunaan modal kerja yang optimal menurut Weston dan Copland (1998),
adalah tercapai jika WC ≤ 0 .
Hasil perhitungan dimulai dari Tabel 1, Tabel 2, dan Tabel 3, dapat dijadikan
dasar dalam kajian lingkungan usaha kecil, ditambah dengan fakta lingkungan
yang ada pada usaha kecil sekarang dan prediksi di masa yang akan datang.
Guna menyusun strategi pengembangan usaha kecil sekarang dan yang akan
datang digunakan pendekatan David,Fred (1998) yang dikenal dengan TWOS
Marix Analysis. Berdasarkan kajian ini kekuatan,kelemahan, peluang, dan
ancaman dari manajemen usaha kecil itu dituangkan dalam matrik TOWS
sebagai berikut:
Matrik TOWS Usaha Kecil Di Bandar Lampung
182
DAFTAR ISI
S= Kekuatan W=Kelemahan
KSF Internal
1. Kontribusi margin (rata- 1. Ketergantung Tinggi
rata ±41% ) pada bahan 2. Manajemen
baku 3. Akses modal
2. Keuletan berusaha
3. Volume Penjualan Modal
KSF kerja Naik terus
O= Peluang S-O W- O
T= Ancaman S- T W- T
Kekuatan dari saha kecil di Bandar Lampung berdasarkan kajian hasil survei
ada tiga pilar yaitu (1) setiap usaha kecil umumnya memiliki kontribusi margin
yang tinggi yaitu berkisar rata-rata antara 41%, ini menunjukkan bahwa usaha
kecil ini secara bisnis masih cukup potensial kalau dikelola dengan benar.
Masalahnya terletak pada kemampuan mengatur biaya operasional usaha, jika
biaya operasional rutin ini dapat diefisienkan maka usaha tersebut akan tetap
eksis dan berkembang secara mandiri apalagi jika menggunkan dana binaan
pemerintah atau yang disalurkan melalui Bank atau non Bank.; (2) Rata-rata
pengusaha kecil ini memiliki keuletan dalam berusaha karena terdorong oleh
motivasi untuk mempertahan hidup secara mandiri; (3) Selain itu kekuatan lain
adalah hampir semua produk yang ditawarkan oleh usaha kecil dapat diterima
pasar local karena itu sampai saat ini masalah penjualan tetap baik.
183
DAFTAR ISI
Ancaman usaha kecil kedepan antara lain (1) datang dari semakin ketatnya
persaingan baik secara lokal maupun global ; (2 ) ancaman datang di era pasar
bebas adalah semakin cepatnya trend/perubahan mode yang berpengaruh pada
perubahan salera konsumen; (3) selain itu ancaman datang dari peningkatan
mutu dan pe layanan sebagai akibat adanya perkembangan teknologi produksi
yang baru.
Kajian –kajian TOWS inilah yang dijadikan dasar untuk menyusun langkah atau
strategi usaha kecil ke depan agar dapat bertahan dan bekembang terutama di
era pasar bebas, apakah itu di era pasar bebas AFTA atau pada era Global.
Tindakan strategi yang harus diambail dalam jangka pendek adalah : (1)
Memperbaiki modal kerja, dengan cara meningkatkan pengetahuan mengenai
modal kerja, cara mengatur persediaan, cara mengatur piutang, cara mengatur
seluruh kebutuhan operasional termasuk melakukan efisiensi usaha; (2)
Melakukan peningkatan dengan suplier lokal sehingga terjalin harmonisasi
hubungan dan kontinyuitas pemasokan dapat terjamin sesuai dengan
kebutuhan. (3) Melatih SDM agar mampu menguasai ketearampilan bisnis
moderen dan mampu menyerap binaan atau bantuan modal kerja dari
pemerintah yang disalurkan melalui Bank atau dana KUK.
184
DAFTAR ISI
Tidakan strategi jangka panjang adalah (1) berusaha untuk mengganti teknologi
yang ada dengan teknologi yang baru sesuai dengan kemajuan zaman ;( 2)
strategi inovasi menjadi andalan utama, hal ini dap, sehingga mampu membaca
kebutuhan pasar dengan cepat. Hal dapat dikembangkan berkat kesadaran
mengenai pemahaman salera konsumen dan ketersediaan teknologi.
5.1 Kesimpulan
(b) Efek dari buruknya manajemen modal kerja ini juga berpengaruh pada
kemampuan bersaing dari usaha kecil sehingga jika ini diteruskan tanpa
dicari solusi tidak tertutup kemungkinannya akan berpengaruh pada
keberadaan dan daya saing usaha kecil itu di masa yang akan datang
terutama pada era AFTA ataupun era Global.
2. Saran
185
DAFTAR ISI
2. Strategi jangkah menengah yang perlu diambil oleh usaha kecil adalah :
(a) meningkatkan mutu dan sistem pelayanan kepada konsumen lokal
maupun di luar Bandar Lampung; (b) menerapkan sistem pemasaran
moderen dengan memperbaiki pelayanan, perbaikan kemasan, daya
kerja produk maupun pelayanan purna servis.
Daftar Pustaka
186
DAFTAR ISI
187
DAFTAR ISI
Oleh :
Mahrinasari MS.3
ABSTRACT
The objective of this research is to explore what the brand equity factors especially study
in the biggest three general is banking in Lampung Province.
The research result shows that the determining factors of the equity brand value are 14
factors, determined by 67 indicators. These 14 factors are taken from the KMO’s and
MSA’s values of The Factor Analysis more than 0.50, as follows: 1) Top Of Mind of the
saving account brand, 2) Aware the brand because of Advertising, 3)Aware the brand
because of On Line Mareketng, 4) Asociate the brand with the product function, 5)
Asociate the brand with the facilities and services, 6) Asociate the brand with the
product atributes, 7) be Satisfied with supporting facilities, On-Line Technology, and
Services offered by human Resources, 8)Satisfied with fisical facilities, 9)Satisfied with
office location, 10) Satisfied with keeping in promise, 11) Satisfied with easily
transaction, 12)Satisfied with additonal benefit, 13)CustomerLoyalty because of
customers Liking and commits, 14) customers loyalty because of no brand swiching.
Key Words: Brand Equity, Brand Awareness, Brand Asociation, Brand Perceived
Quality, and Brand Loyalty.
Pendahuluan
Merek produk berkembang menjadi sumber aset terbesar dan merupakan faktor
penting dalam kegiatan pemasaran perusahaan. Hermawan Kertajaya (On
Brand, 2004, hal. 11) mengungkapkan bahwa merek merupakan indikator nilai
(Value) suatu produk. Nilai bagi konsumen adalah perolehan Manfaat
Fungsional, dan Emosional. Manfaat fungsional adalah manfaat langsung
berkaitan dengan fungsi-fungsi yang diciptakan oleh suatu produk. Sedangkan
3
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Unila
DAFTAR ISI
Ekuitas Merek menurut Darmadi Durianto, Sugiarto, Sitinjak Tony (2001, hal.4),
adalah
Seperangkat aset dan liabilitas merek yang terkait dengan suatu merek, nama,
simbol, yang mampu menambah atau mengurangi nilai sebuah produk atau
jasa baik pada perusahaan maupun pada pelanggan. Agar aset dan liabilitas
mendasari ekuitas merek, maka aset dan liabilitas merek harus berhubungan
dengan nama atau sebuah simbol sehingga jika dilakukan perubahan terhadap
nama dan simbol merek, beberapa atau semua aset dan liabilitas yang menjadi
dasar ekuitas merek akan berubah pula.
Menurut David A. Aaker (1998) yang dikutip oleh Darmadi Durianto, Sugiarto,
Sitinjak Tony (2001, hal. 4), ekuitas merek memiliki beberapa elemen, yaitu :
190
DAFTAR ISI
produk tabungan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tawaran promosi yang
begitu agresif dan menarik dalam bentuk iklan di media elektronik, iklan di
media cetak, dan pemberian hadiah. Sebagai contoh, terdapat 3 bank Indonesia
yang memiliki aset terbesar posisi september 2005, yaitu Bank mandiri dengan
aset Rp256.783.842 Juta menawarkan program iklan “Berburu Hadiah, dengan
produk tabungan Mandiri Fiesta, dan tawaran hadiah beberapa mobil mewah
BMW dan Mercy; begitupun pada Bank BCA dengan aset Rp148.550.297 Juta
menawarkan beberapa ratus hadiah mobil mewah dan intensitas iklan melalui
program tayangan di Indosiar TV “Gebyar BCA” , dengan produk tabungan
Tahapan BCA; serta Bank Negara Indonesia dengan aset Rp147.675.083 Juta
menawarkan program tayangan “Layar BNI dan Undian Berhadiah menarik”
dengan produk tabungan “Taplus BNI” (Info Bank, Vol. XXVII, Desember 2005,
hal. 14).
Perumusan Masalah
191
DAFTAR ISI
Tinjauan Teori
Merek adalah nama dan atau simbol yang bersifat membedakan (seperti sebuah
logo, cap, atau kemasan) dengan maksud mengidentifikasikan barang atau jasa
dari seorang penjual tertentu, dengan demikian membedakannya dari barang-
barang dan jasa yang dihasilkan para kompetitor.(David A.Aaker, 1997 hal.9)
Merek menurut bahasa kamus dalam Encyclopedia Americana, 1989, hal. 438.
menyebutkan:
Suatu merek pada gilirannya memberi tanda pada konsumen mengenai sumber
produk tersebut, kualitas produk, kelebihan-kelebihan produk, dan melindungi
konsumen maupun produsen dari para pesaing yang berusaha memberikan
produk-produk yang tampak identik. Defenisi tersebut di atas juga
menunjukkan bahwa begitu pentingnya arti dan keberadaan sebuah merek.
Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya adalah menjembatani
harapan konsumen pada saat kita menjanjikan sesuatu kepada konsumen.
Dengan demikian dapat diketahui adanya ikatan emosional yang tercipta antara
192
DAFTAR ISI
Merek menjadi sangat penting saat ini, karena beberapa faktor seperti:
1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu membuat janji emosi
menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar. Bisa dilihat
bahwa suatu merek yang kuat mampu diterima diseluruh dunia dan
budaya. Contoh yang paling fenomenal adalah Coca Cola yang berhasil
menjadi “Global Brand”, diterima dimana saja dan kapan saja di seluruh
dunia.
Ekuitas merek menurut Aaker, David A. (1997: 22) adalah seperangkat aset dan
liabilitas merek yang berkaitan dengan suatu merek, nama dan simbol yang
menambah atau mengurangi nilai yang diberikan oleh sebuah barang atau jasa
kepada perusahaan atau para pelanggan perusahaan.
Ekuitas Merek merupakan aset yang dapat memberikan nilai tersendiri dimata
pelanggannya. Aset yang dikandungnya dapat membantu pelanggan dalam
193
DAFTAR ISI
4. Asosiasi Merek juga sangat penting sebagai dasar penciptaan Kesan Merek
yang kuat dan strategi perluasan produk.
194
DAFTAR ISI
Dengan demikian, perusahaan yang ingin tetap bertahan dan melangkah lebih
maju untuk memenangkan persaingan, sangat perlu mengetahui kondisi
Ekuitas Merek produknya melalui penelitian faktor-faktor penentu elemen
Ekuitas Merek (Kesadaran Merek, Asosiasi Merek, Kualitas Merek, dan
Loyalitas Merek).
Metode Penelitian
Objek penelitian pada produk Tabungan Bank Umum PT. Bank Mandiri Tbk, PT
BCA Tbk, dan PT BNI Tbk (Persero) di Provinsi Lampung.
Jumlah sampel terpilih menggunakan pendapat Slovin (Husein Umar, 1997, hal.
59-60) dengan mengasumsikan populasi berdistibusi normal dan tingkat
195
DAFTAR ISI
Hasil pengujian validitas dengan metode analisis Korelasi Pearson yang dapat
dilihat pada Tabel 1. berdasarkan aplikasi komputer Software SPSS Versi 11.5,
dan mengunakan 30 sampel responden pada peubah Kesadaran Merek,
Asosiasi Merek, Kepentingan, Kepuasan, dan Loyalitas menunjukkan nilai
tingkat signifikansi P lebih kecil (<) dari 0.05. Dengan demikian, alat ukur yang
digunakan dalam pengukuran Ekuitas Merek dapat diyakini
kevalidannya/keakuratannya.
Hasil Signifikansi=
No Peubah Ekuitas Merek Nilai Korelasi Pearson
< 0,05, Berarti Valid
1 Loyalitas pada Merek 0,553 0.002
2 Kesadaran pada merek 0,406 0,026
3 Asosiasi atas Merek 0,464 0,010
4 Kepentingan pada Merek 0,648 0,000
5 Kepuasan atas Merek 0,646 0,000
Sumber: Data diolah, 2005
196
DAFTAR ISI
peubah ekuitas merek dapat diproses dan digunakan dalam model selanjutnya.
Nilai Bartlett’s Test yang dilihat pada angka Kai Kuadrat (Chi-Square) sebesar
10890,365 dengan signifikansi sebesar 0,000, yang berarti bahwa model analisis
faktor dapat dilanjutkan.
197
DAFTAR ISI
tinggi, biaya administrasi rendah, dan hadiah undian serta hadiah langsung
menarik; 11) Kepuasan atas Kemudahan Transaksi; 12) Kepuasan atas manfaat
tambahan berupa tampilan fisik karyawan menarik, parkir gratis, desain kartu
ATM menarik; 13) Loyalitas nasabah terbentuk karena kepuasan, kesukaan,
dan komitmen nasabah terhadap merek produk tabungan pada ke tiga bank
responden; serta 14) Loyalitas nasabah terbentuk karena tidak adanya
perpindahan merek, yang berarti jika ada tawaran yang menarik dari bank lain,
nasabah akan cenderung berpindah walaupun nasabah harus mengeluarkan
biaya perpindahan atas merek. Tabulasi hasil faktor komponen matrik korelasi
terdiri dari 14 faktor dapat dilihat pada Tabel 1. berikut ini. Tabel 1
menunjukkan bahwa nilai korelasi matrik antara indikator dan faktor
menunjukkan rerata korelasi di atas 50% (0,536). Nilai ini menunjukkan
hubungan yang cukup erat.
198
DAFTAR ISI
199
DAFTAR ISI
Tabel 1. tersebut memberikan makna bahwa nilai korelasi faktor matrik yang
besar diperoleh dari nilai di atas 0,50. Sehingga penentu ekuitas merek yang
kuat dari masing-masing indikator adalah nilai yang menghasilkan korelasi
faktor di atas 0,50.
Simpulan
200
DAFTAR ISI
b. 14 Faktor penentu Ekuitas Merek yang kuat dilihat dari hasil nilai korelasi
faktor matrik rotasi indikator di atas 0,50 adalah 1) Pengingatan atas Merek
Paling Tinggi (Top Of Mind); 2) Pengenalan Merek karena Promosi Iklan
Media Dalam dan Luar Ruangan berupa: Iklan TV, Radio, Surat Kabar,
Majalah dan Bill Board ; 3) Pengenalan Merek Karena Pemasaran On-Line;
4) Asosiasi Terbentuk karena fungsi produk tabungan menawarkan biaya
administrasi rendah, dan suku bunga tinggi,; 5) Asosiasi terbentuk karena
pemanfaatan fasilitas dan akses layanan berupa: Akses Jaringan Kantor
Luas dan Akses ATM banyak; Akses layanan Phone Banking 24 Jam dan
Bebas Pulsa; Fasilitas Antrian Nyaman; Fasilitas Transaksi penarikan Dana,
Kapan Saja, Dimana Saja, dan Tampa Batasan Jumlah; Akses layanan cepat,
aman dan nyaman; Fasilitas Undian Tabungan Berhadiah; Fasiltias Layanan
“ Auto Debet ” Pembayaran Listrik, Telephone, dan Air; dan Fasilitas
Aplikasi kartu Debit Belanja; 6) Asosiasi yang terbentuk karena atribut
produk berkesan: profesional, Layanan Simpati, dan Tanggung Jawab serta
Integritas; 7) Kepuasan atas Fasilitas Pendukung, Teknologi on-line dan
Layanan oleh SDM berupa: Profesionalisme karyawan, Layanan transaksi
oleh karyawan cepat, Karyawan mengesankan keyakinan dan percaya diri
yang tinggi kepada nasabah, FasilitasJaminan Asuransi kepada keluarga
penabung, Aman dan terpercaya terbukti dengan penarikan dana kapan
saja dan tampa batasan jumlah dana, Karyawan ramah dalam memberikan
informasi yang dibutuhkan nasabah dengan tepat, Karyawan cepat tanggap
atas keluhan dan masalah nasabah, Karyawan penuh semangat bersedia
membantu menjawab pertanyaan nasabah, Pelayanan prima oleh
Karyawan, dan Karyawan peduli terhadap kepuasan nasabah; 8) Kepuasan
atas Fasilitas Fisik yang melekat pada Ruang Kantor (Ruang tunggu
Bertransaksi Bersih, Sejuk, dan Nyaman, serta Halaman Parkir Luas); 9)
Kepuasan Atas Lokasi . Strategis, 10) Kepuasan atas kepastian dan
ketepatan janji sesuai dengan fungsi inti produk berupa: Suku bunga tinggi
dan menarik, Biaya administrasi rendah Hadiah undian tabungan menarik
Hadiah langsung menarik; 11) Kepuasan atas Kemudahan Transaksi:
internet banking, SMS banking, Call Center, dan pemanfaatan Auto Debit;
12) Kepuasan atas Manfaat Tambahan berupa tampilan fisik karyawan
menarik; 13) Loyalitas nasabah terbentuk karena kepuasan, kesukaan, dan
komitmen nasabah; serta 14) Loyalitas nasabah terbentuk karena tidak
adanya perpindahan merek.
201
DAFTAR ISI
Saran
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, David. A, 1997, Alih Bahasa Ananda Aris, Manajemen Ekuitas Merek:
Memanfaatkan Nilai dari Suatu Merek, Spektrum Mitra Utama-
Prentice Hall.
202
DAFTAR ISI
Nicolino, Patricia F., 2004, Brand Management, alih Bahasa, oleh Sugiri, Penerbit:
Prenada Media, Jakarta.
Pahlawan Jauhari, 2003, Analsis Elemen Ekuitas Merek pada PT Bank Mandiri
Tbk (Persero), dikutif dalam “Jurnal Ilmiah – Entrepreneurship”,
Volume 1., No. 3, Agustus 2003, ISSN 1693-1696.
Temporal, Paul, Alih bahasa Suminto, Hari, 2001, Branding in Asia (Membangun
Merek di Asia), Interaksara.
-------------------, Juli 2003, Indonesian Best Brand 2003, Majalah SWA, Edisi Volume
XIX, No. 14, Jakarta.
203
DAFTAR ISI
-------------------, Juli – Agustus 2004, Indonesian Best Brand 2004, Majalah SWA,
Edisi Volume XX, No. 15, Jakarta.
-------------------, Juni 2004, Rating 134 Bank, Majalah SWA, Edisi Volume XXVI,
No. 303, Jakarta.
-------------------, Desember 2005, Nasabah Mulai Gelisah, Majalah Info Bank, Edisi
Volume XXVII, No. 321. Jakarta.
204
DAFTAR ISI
Oleh :
Mustafid4
ABSTRACT
The research analysis result shows that the distribution channel I form farmers, district
traders, and exporters is more effective (0,375) than that from others. The value of
distribution from farmers, village traders, district traders, and exporters is 0,345. And
the value of distribution from farmers, village traders, regency traders, and exporters is
0,300. While in efficiency and margin, it proves that exporters are more efficient than
collecting traders and farmers (exporters 0,97, regency traders 0,98, district traders
0,99 , village traders 0,99, and farmers 0,83). The average efficiency level at distribution
channel I is 0,93, at distribution channel II 0,95, and at distribution channel III 0,94.
Based on the conclusion, it is suggested, in marketing of coffee commodity, to use
distribution from farmers Æ district traders Æ exporters, and it is better for exporters to
help coffee commodity farmers to increase margin. Therefore, it is necessary to activate
association to be involved in blocking marketing of coffee commodity in general and
especially helping coffee farmers in carrying out their farming.
PENDAHULUAN
4
Dosen Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Unila
DAFTAR ISI
satunya daerah yang tidak menghasilkan kopi biji adalah Kota Metro (Dinas
Perkebunan Propinsi Lampung, 2004).
METODE PENELITIAN
Penelitian lapangan terdiri dari observasi dan mempelajari hal-hal yang ada
hubungannya dengan penelitian ini. Ruang lingkup penelitian lapangan
meliputi:
1. Daerah penelitian adalah daerah Propinsi Lampung, yaitu Kabupaten
Lampung Barat, Kabupaten Tanggamus, dan Kabupaten Way Kanan.
206
DAFTAR ISI
n
Ni = ∑ Tj.Fij
j=1
Keterangan:
Kriteria penentuan efektif adalah jika Ni > 0,30 (Basu Swastha D.H. dan
Irawan 2000:314).
e = Z + Zm .
C + Cm
207
DAFTAR ISI
Keterangan:
208
DAFTAR ISI
Analisis Efektivitas
209
DAFTAR ISI
Tabel 4. Hasil Perhitungan Tingkat Efisiensi Tata Niaga I, II, dan III
Komoditas Kopi Biji Propinsi Lampung
210
DAFTAR ISI
KESIMPULAN
Kesimpulan penelitian jika dilihat secara parsial, terlihat adanya usaha untuk
menyelenggarakan tata niaga komoditas kopi biji di Lampung seefektif dan
seefisien mungkin terlihat dari angka perhitungannya yang lebih dari 70 %.
Efektivitas tata niaga I (petani, pedagang kecamatan, eksportir) lebih efektif
daripada bentuk saluran distibusi lainnya dengan nilai 0,375. Analisis efisiensi
pada tata niaga II lebih tinggi daripada tata niaga yang lain, yaitu 0,95, tata
niaga I rata-rata sebesar 0,93, dan tata niaga III rata-rata sebesar 0,94.
DAFTAR PUSTAKA
211
DAFTAR ISI
212
DAFTAR ISI
Oleh :
Sri Hasnawati5
ABSTRACT
This paper is to discuss the Discounted Dividend Model for investing in stocks.
Stocks are one of the investment alternatives with both high expected return and
high risk. Rumors might work well for short-term investment, but long-term
investment based on rumors may not be profitable.
I. Latar Belakang
“The madness of crowds” itulah istilah yang digunakan oleh Burton G.Malkiel
dalam bukunya yang berjudul: “A Random Walk Down Wall Street”, untuk
menggambarkan masyarakat yang ingin mencari keuntungan sebesar-besarnya
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya tanpa dasar pemikiran yang rasional.
Keinginan manusia seperti itu adalah naluri manusia di mana saja. Sejarah telah
mencatat bagaimana misalnya masyarakat di Negeri Belanda pada abad ke
enam belas beramai-ramai memborong bibit bunga tulip dalam rangka
mendapatkan keuntungan yang tinggi dalam waktu yang singkat. Kelangkaan
bunga tulip yang disebabkan oleh hama telah menyebabkan harga bibit bunga
tulip dalam bentuk siung (bulb) meningkat dengan cepat. Gejala mi telah
5
Doctor of Finance, Lecturer of University of Lampung, Faculty of Economy, Management Dept.
DAFTAR ISI
memberikan keuntungan yang tidak sedikit bagi mereka yang telah terlanjur
membeli bibit tersebut. Keuntungan yang dinikmati oleh segelintir orang ini
telah mendorong yang lain untuk membeli bunga tulip lebih banyak lagi.
Hukum ekonomi mengatakan bahwa dengan suplai yang tetap, tambahan
permintaan akan menyebabkan harga akan meningkat (ceteris paribus).
Demiikianlah harga meningkat dari hari ke hari sampai pada suatu titik di mana
harga sudah menjadi terlalu tinggi untuk bibit bunga tulip yang nilai
intrinsiknya rendah. Pada akhirnya tulip tetaplah tulip yang tidak dapat
menghasilkan emas. Menyadari hal tersebut di atas masyarakat tidak lagi mau
membeli tulip sehingga harga turun dengan cepat. Akibatnya banyak
masyarakat yang menderita kerugian.
214
DAFTAR ISI
Tulisan ini bertujuan untuk membahas teori, pendekatan yang lazim digunakan
untuk menghitung nilai sesungguhnya sari suatu aset khususnya saham. Selain
itu juga akan dibahas asumsi-asumsi, pokok pemikiran yang melandasi teori,
metode dan formula yang digunakan untuk menghitung nilai intrinsik suatu
aset tersebut.
Nilai intrinsik (intrinsic value) atau harga yang pantas suatu aset baik aset fisik
(phisical assets) maupun aset keuangan adalah penjumlahan nilai sekarang
(present value) dari arus uang (cash flow) yang diciptakan oleh aset yang
bersangkutan selama umur ekonomis aset tersebut 6. Secara matematis nilai
intrinsik suatu aset (P0) adalah:
C1 C2 C3 Ct
P 0= ------ + -------- + -------- + ---------
(1+r)1 (1+r)2 (l+r)3 (l+r)t
N Ct
Po = Ʃ ------------ .................................................................(1)
t =l (l+r)t
Ct adalah arus kas (cash flow) untuk peniode t, t adalah periode (tahun,
kuartalan, tengah tahunan, bulanan atau harian), r atau required rate of return
atau risk adjusted discount rate atau “hurdle rate” adalah tingkat bunga yang
dituntut oleh investor sehubungan dengan oppurtunity cost7 dan resiko yang
6
Yang dimaksud umur ekonomis dapat didefinisikan sebagai jangka waktu suatu aset dapat
dimanfaatkan secara ekonomis ( man faat lebih besar dan biaya).
7
Oppurtunity cost dapat didefinisikan sebagai pengorbanan yang timbul karena alternatif
investasi tertentu dipilih. Misal, seseorang memilih saham sebagai alternatif investasi maka
oppurtunity costnya adalah nilai manfaat dan bunga yang dihasilkai~ oleh obligasi atau
alternatif investasi lainnya seperti bunga deposito kalau investor berniat memegang (hold)
saham dalam jangka pendek kurang dari satu tahun. Penghitungan oppurtunity cost ini
dimaksudkan agar investor mengetahui alternatif terbaik dari sumber dana yang terbatas.
215
DAFTAR ISI
r1 = rf + rpi
rf = risk free rate atau tingkat bunga bebas default risk.
rpi= risk premium atau premium resiko adalah tambahan return yang dituntut
oleh investor karena ia mau menanggung resiko. Besarnya resiko ini dapat
dinyatakan oleh besarnya deviasi standar dari return dan koefisien ß yang
akan dijelaskan kemudian.
N Dt
Po = Ʃ ------------- ..............................................................(2)
t=1 (l+r)
di mana:
r = required rate of return
t = peniode
Dt= dividen untuk peniode t
P0= Nilai intrinsik atau harga saham pada saat sekarang.
Persamaan dua di atas disebut juga Discounted Dividen Model atau DDM.
Menurut model ini nilai intrinsik dari saham akan sangat tergantung pada
d!viden yang dibagikan dan required rate of return. Semakin tinggi dividen
yang dibagikan semakin tinggi harga saham dan sebaliknya. Semakin tinggi
required rate of return semakin rendah harga atau nila! intrinsik saham. Oleh
karena itu tidak aneh kalau tingkat bunga meningkat, harga saham akan turun
seperti terjadi di Indonesia tatkala pemenintah memberlakukan TMP (Tight
Money Policy).
Konsep oppurtunity cost inii diyakini oleh para ekonom yang berbeda dengan konsep biaya
yang diyakini oleh para akuntan. Akuntan di dalam melihat biaya lebih memperhatikan kapan
biaya itu mulai benlaku (historic cost), untuk peniode mana suatu biaya itu akan dibebankan
(konsep accrual accounting dan defferral accounting). Konsekuensi dari perbedaan ini , return
bagi akuntan adalah profit sementara return bagi ekonom adalah cash flow yang lebih
mencerminkan return yang sesungguhnya . Profit mempunyai kelemahan karena keuntungan
diperoleh berdasarkan prinsip dan metode akuntansi yang menawarkan angka profit yang
berbeda-beda tergantung pada pninsip dan metode akuntansi yang digunakan
216
DAFTAR ISI
a. Dividen tetap (saham preferen atau preferred stock sama dengan obligasi)
akan menghasilkan Discounted Fixed Dividen Model.
Dari persamaan dua di atas dapat dilihat bahwa model ini diturunkan dani
konsep nilai waktu dari uang (time value of money) dan konsep arus kas (cash
flow). Konsep nilai waktu dari uang merupakan konsep yang memperhatikan
oppurtunity cost dari sumber ekonomi (dana) yang tenbatas sehingga
keputusan investasi yang dibuat secara otomatis mencerminkan keputusan
yang optimal.
Konsep arus kas (cash flow) merupakan konsep yang lebih baik bila
d!bandingkan dengan konsep keuntungan (profit) kanena arus kas lebih
mencerminkan final return dan lebih dapat dibandingkan (comparable). Konsep
keuntungan adakalanya tidak dapat dibandingkan satu dengan yang lain
kanena keuntungan merupakan definisi return yang diturunkan (derived) oleh
akuntan yang dilandasi oleh metode dan prinsip akuntansi tententu. Metode
dan prinsip yang berbeda akan menghas!lkan def inisi keuntungan atau
kerugian yang berbeda.
Dari persamaan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa dividen yang dihargai
adalah dividen tunai sementara saham bonus atau Pay In Kind (P1K) dividen
tidak dapat dimasukkan sebagai “final return”. Saham bonus baru merupakan
potensi daya beli. Saham bonus dapat menjadi final return kalau saham tersebut
217
DAFTAR ISI
telah diuangkan.8
Idealnya saham bonus diambilkan dani pos retained earnings perusahaan dan
ini lazim dilakukan di Amenika. Di Amenika serikat bila suatu perusahaan
membagikan stock dividen itu benarti berita baik investor. Alasannya itu tadi,
pengelola perusahaan merasa yakin bahwa tersedia peluang business yang
bagus. Sebaliknya di Indonesia saham bonus diambilkan dari pos agio, ini
sudah keterlaluan atau istilah Kwik Kian Gie disebutnya sebagai brutal. Modus
operandi pembagian saham bonus biasanya dikombinasikan dengan merger
dan akuisis perusahaan lain. Merger dan akuisisi ini adalah cara yang
digunakan untuk menarik kas yang ada diperusahaan di dalam pos tambahan
modal disetor berupa agio.
8
Saham bonus berdampak pada penambahan jumlah saham yang beredar yang pada akhirnya
akan menurunkan earning pen share (EPS). Dengan asumsi PER adalah tetap, maka harga
saham cenderung akan turun. Misal sebelum dibagikan saham bonus, Earning per share saham
perusahaan X adalah Rp 600 dan harga saham adalah Rp 6000,- Sehingga Price Earning Ratio
adalah 10 (diasums!kan pula bahwa PER =10 ini adalah ideal dalam arti sesuai denga PER rata-
rata industn). Sekarang setelah saham bonus dibagikan Earning Per Share turun menjad!
Rpi400. Dengan demikian untuk mempertahankan PER=l0, maka harga yang pantas adalah Rp
4000,-.
218
DAFTAR ISI
Dani persamaan dua di atas dapat dilihat bahwa model ini secana tidak
langsung mengasumsikan bahwa investor akan memegang saham untuk jangka
waktu yang tak terhingga dan mengabaikan capital gain. Asumsi-asumsi ini
jelas sangat tidak realistis karena investor sangat mementingkan capital gain
dan jarang sekali atau mungkin tidak ada investor yang bersedia memegang
saham untuk jangka waktu yang tak terhingga.
Bisa saja harga saham ditentukan oleh faktor—faktor di luar faktor fundamental
seperti earning dan deviden seperti dijelaskan oleh “The Castle In The Air
Theory”9 ****, akan tetapi pada titik tertentu harga saham akan ditentukan oleh
nilai intrinsik saham. Kapas tetaplah kapas dan tidak pernah akan berubah
menjadi emas.Yang penting bagi analis, meminjam istilah Bapak Charles
Naibaho dan Dana Reksa dan Bapak DR Wahyudi Prakasa dari UI “janganlah
menjadi ekstrimis atau terlalu fanatik pada konsep atau pandangan funda-
mentalis di satu pihak dan technical analysis di lain pihak”. Tidak ada salahnya
kita menggunakan keduanya dengan bijaksana.
9
Teori ini berdasarkan faktor-faktor psikis investor. Adalah Lord Keynes (seorang
investor yang sukses) yang menyatakan bahwa sesungguhnya tugas seorang analis
adalah bagaimana ia dapat menangkap mood (suasana hati) investor khususnya
pada saat perekonomian mengalami booming. Pada periode booming investor
merasa optimistis terhadap masa depan. masyarakat akan membentuk “The castle in
the air” atau angan-angan mereka tentang masa depan bahwa perekonomian akan
baik, iklim investasi akan baik, perusahaan akan mendatangkan keuntungan,
dividen akan meningkat dan demikian juga harga saham akan meningkat
219
DAFTAR ISI
Untuk saham yang menjanjikan deviden dalarn jumlah tetap, nilai intrinsiknya
secara matematis dapat dinyatakan sebagai berikut:
N Dt
Po = Ʃ ______ . ..............................................................................................(1)
t=l (l+r)t
1
1 - -----------------
(1 + r)t
\P0= D0 x---------------------- . ................................................................................ (3)
r
Rumus di atas tidak lain adalah rumus penghitungan nilai sekarang dari cash
flow yang diterima di masa yang akan datang dalam jumlah yang sama untuk
setiap periode atau anuitas (annuity). Karena t inendekati tak terhingga, maka:
1
nilai --------------------- = 0
(l+r)
D0
P0= Do x 1/r = ----------- ....................................................................................(4)
r
Keunggulan:
Kelemahan:
220
DAFTAR ISI
Di mana:
P0 = Harga saham sekarang
r = required rate of return
g =laju pertumbuhan deviden (cosntant untuk jangka waktu tak terhingga).
Karena jangka waktu adalah tak terhingga maka persamaan 5 di atas dapat
dirubah menjadi:
D1 D0(1+g)
P0= --------- = ------------ ............................................................................(6)
(r-g) (r-g)
Di mana:
R = requiered rate of return
g = laju pertumbuhan deviden
Do = besarnya deviden terakhir yang dibagikan
D1 = estimasi deviden untuk satu tahun yang akan datang.
Decision rules:
221
DAFTAR ISI
Secara umum persamaan enam jauh lebih baik bila dibandingkan dengan
persamaan dua (3) di atas. Pensamaan enam dapat digunakan untuk mengesti-
niasikan nilai intrinsik saham yang menawarkan pertumbuhan yang kosntan.
Kelemahan:
Model ini pada dasarnya merupakan modifikasi dan rumus dasar pada
persamaan 1 di atas. Untuk memudahkan kita cantumkan lagi:
N Dt
P 0= Ʃ ------- .................................................................(1)
t=1 (l+r)t
Persamaan di atas dapat dimodifikasi ke dalam berbagai fase atau tahap. Untuk
memudahkan pembahasan berikut akan disajikan model dua tahap (Two Stages
Model)
Misal pola perkembangan perusahaan hanya ada dua yaitu fase pertumbuhan
cepat dan fase pertumbuhan melambat (tidak tenlalu cepat bila dibandingkan
fase sebelumnya).
222
DAFTAR ISI
g1=15% <------------
--------- . ---------. ---------. --------- . --------------------------------------------
1 2 3 4
-------->g2=10%
Fase I Fase II
n= 4
Langkah perhitungan:
D5 D4(1+g2)
P 4= ---------- = ----------------
r-g2 r-g2
b) Menghitung D4:
D4 = D0(l+g1)4
D0(1+g1)4(1+g2)
P4= -------------------------
r - g2
D1 D2 D3 D4 1
Po = -----+ --------+ -------- + -------- + ------- x P4
(l+r)1 (l+r)2 (1+r)3 (l+r)4 (1+r) 4
n Dt 1
P0= Ʃ ------ + -------- X Pn
t=l (l+r)t (1+r)n
di mana: n < N
n = jumlah periode tahap I
223
DAFTAR ISI
Contoh:
Pertanyaan:
Berapa harga saham Bank Duta yang pantas dengan asumsi pola pertumbuhan
seperti di atas dan required rate of return 20 %.
Jawaban:
D5 D5 D4(l+g2)
P 4= = ----------------- = --------------- = -------------------
r — g2 0,20—0,08 0,12
Rp300xl,4641 = Rp439,-
D4(l+g2) Rp439(1+0,08)
P4= ---------- = -------------------- = Rp 3.959,-
0,12 0,12
menghitung harga saham Bank BNI yang wajar. Harga saham yang wajar
adalah harga saham yang sama dengan nilal intrinsiknya. Nilai intrinsik
merupakan penjumlahan nilai sekarang (present value) dan cash flow yang
diciptakan oleh saham Bank BNI berupa deviden selama empat periode
berturut-turut dan harga saham pada periode keempat.
224
DAFTAR ISI
Rp300(1+0,l)4 1
+------------------ + -------------x Rp3.953,-
(1+0,2)4 (1+0,20)4
Decision Rules:
If V0 = P0 = lntrinsic Value > current market prcie ==> Buy
If V0= P0 =I ntrinsic Value < current market price ==>Sell
Keunggulan:
Model dua tahap ini dapat dikembangkan menjadi model tiga tahap dan
seterusnya. Dengan demikian model ini (Multi Stages Dividen Growth Model)
lebih realistis bila dibandingkan dengan dua model sebelumnya.
Kelemahan:
Dari contoh perhitungan di atas jelas model ini lebih rumit bila dibandingkan
dengan dua model sebelumnya.
Dividen yang dapat diterima oleh pemegang saham akan sangat ditentukan
oleh kemampuan perusahaan menghasilkan “earning”, profit margin dan
penerimaan dari hasil penjualan . Hubungan ketiga komponen tersebut dapat
digambarkan oleh siklus keuntungan perusahaan berikut ini:
225
DAFTAR ISI
Gambar 1:
Life Cycle of Profit:
+ +
: +
+ Revenue
: : : ?
+
: : * :
+ *
: : : * Profit Margin
+
: * : :
+ ® ®
+ : : :
* ®
: ® : : Earnings
* ®
* :® : :
®: : :
® : : :
® I : II : III : IV
time
Sumber: 1992 CFA Reading:Industry Analysis, Jerome B.Cohen, Edward D.
Zinbarg and Anthun Zeikel.
Keterangan:
226
DAFTAR ISI
Saham perusahaan yang ada pada tahap ini lazim disebut saham pertumbuhan
(growth stock). Saham ini tidak memberikan “current dividend” dalam jumlah
yang besar akan tetapi menjanjikan pertumbuhan dividen yang tinggi di masa
yang akan datang. Tugas analis adalah menernukan “growth stock” seperti ini
dan jika telah menemukan jenis saham seperti itu segera melaksanakan
pembelian, karena kalau terlambat harganya sudah terlanjur tinggi. Dengan
perkataan lain masalah “timing” sangat penting di dalam proses pengambilan
keputusan investasi.
Pertumbuhan deviden pada tahap ini belum akan begitu cepat karena
perusahaan baru saja melewati batas kritis yaitu titik pulang pokok.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap satu. Tahap ini ditandai oleh laju
pertumbuhan revenue, profit margin dan earning yang sangat tinggi bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya dan periode sesudahnya.
Pertumbuhan revenue, profit margin dan earning yang tinggi dimungkinkan
oleh kemampuan perusahaan meningkatkan produksi sedemikian rupa
sehingga biaya per unit menjadi minimum. Gejala ini sering juga disebut
dengan “economic of scale”. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar fungsi
biaya rata-rata berikut ini:
Gambar 2:
Fungsi Biaya Rata-rata
* :
®
MC
* ®
® ® * AC
* *
® :®
*
® ® * *
®
:
:
I II
0 Quantity Produced
227
DAFTAR ISI
Kalau kita perhatikan tahap I dari gamban 2 di atas nampak biaya rata—rata per
unit barang yang dihasilkan semakin lama menurun sampai pada titik
minimum. Biaya produksi yang menurun memungkinkan perusahaan untuk
menjual lebih banyak dan memperoleh keuntungan yang lebih besar. Pada
tahap ini kemungkinan besar laju pertumbuhan deviden akan lebih tinggi bila
dibandingkan dengan periode sebelumnya.
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap sebelumnya. Dari gambar 1 di atas
kita dapat melihat gejala di mana revenue dan earning perusahaan secara
absolut masih meningkat akan tetapi dengan laju pertumbuhan yang lebih
rendah bila dibandingkan dengan periode sebelumnya (rapid expansion). Selain
itu gejala yang nampak adalah penurunan margin keuntungan (profit margin)
perusahaan. Gejala ini sejalan dengan pola perkembangan biaya perusahaan
yang digambarkan oleh gambar 2 di atas. Penurunan biaya per unit tidak
mungkin terjadi selamanya. Pada tingkat tertentu akan timbul ketidakefisienan
di dalam pengelolaan perusahaan yang ditanda! oleh peningkatan biaya
marjinal yang lebih cepat bila dibandingkan dengan peningkatan biaya rata-
rata. Pada tahap ini perusahaan justru memasuki tahap “disenomic of scale”.
Tambahan produksi justru meningkatkan biaya secara lebih cepat. Akibat dari
semua gejala ini tentunya adalah penurunan keuntungan perusahaan.
228
DAFTAR ISI
Tahap ini merupakan kelanjutan dari tahap III kalau tidak ada upaya yang
serius dan berhasil untuk mengatasi berbagai masalah yang terjadi di dalam
lingkungan perusahaan. Kalau suatu perusahaan sampai pada tahap ini berarti
terjadi kesalahan di dalam pengelolaan perusahaan yangterjadi pada periode-
periode sebelumnya. Misal kesalahan pihak direksi di dalam mengantisipasi
perubahan teknologi, selera konsumen, persaingan dengan perusahaan lain dan
lain sebagainya.
Di dalam pasar modal yang telah maju selalu ada mekanisme yang mengatur
kejadian seperti di atas. Perusahaan yang memasuki tahap IV ini akan diambil
alih oleh pihak lain dan selalu akan terjadi penggantian pimpinan perusahaan.
Pada tahap ini kemungkinan besar perusahaan tidak akan membagikan deviden
karena perusahaan mengalami kerugian.
Sejauh ini k!ta belum lagi membahas bagaimana cara memperkirakan besarnya
pertumbuhan deviden secara mendalam. Kita baru sampai pada tahap
pengenalan kemungkinan pola pertumbuhan deviden di masa yang akan
datang. Pola tersebut seperti telah dijelaskan pada bagian terdahulu sangat
ditentukan oleh tahap-tahap yang dilewati oleh suatu perusahaan di dalam
siklus pertumbuhan/perkembangan perusahaan. Berikut ini kita akan melihat
model yang dapat digunakan untuk memperkinakan pertumbuhan deviden di
masa yang akan datang.
Sekarang kita lihat rumus penentuan nilai intrinsik saham secara detail:
E(D1) E(E1)x(1—b)
P0 = V0 = ------------ = ------------------- .............................................................(7)
(r-g) (n-g)
229
DAFTAR ISI
Dari persamaan tujuh di atas dapat dilihat bahwa nilai intrinsik saham akan
ditentukan oleh expected dividen setahun yang akan datang, required rate of
return dan laju pertumbuhan dividen. Expected dividend itu sendiri ditentukan
oleh perkalian expected earnings per share satu tahun yang akan datang dengan
Dividend Payout Ratio.
Contoh:
Misal Saham Bank BNI satu tahun yang akan datang diperkirakan akan
menghasilkan Earning per Share sebesan Rp 800,- , required rate of return sama
dengan 25%, Dividend Pay Out Ratio (DPR) sama dengan 40%, pertumbuhan
dividen sama dengan 10 % maka besarnya nilai intrinsik Saham Bank BNI
adalah:
E(E1) x (1—b)
P0 = V0 = nilai intrinsik saham = ----------------------
(r-g)
Rp800 x 0,40
= ----------------------
(0, 25—0, 10)
= Rp2133,-
Benikut ini akan dilihat hubungan antara laju pertumbuhan dividen dengan
Return On Equity dan Plowback Ratio. Hubungan tersebut dapat dinyatakan
oleh persamaan berikut:
10 Untuk mendapatkan rumus g=ROEx(l-Dividen Pay Out Ratio) perhatikan penjelasan berikut:
Per definisi, expected growth rate of earnings = perubahan earnings dibagi current earnings:
∆E I ∆E
g = --------- = ------- x -------
E0 E0 I
230
DAFTAR ISI
dimana :
Net Income
ROE = Return On Equity = -----------------
Equity
Contoh perhitungan:
ROE saham Bank BNI satu tahun yang akan datang diperkirakan akan menjadi
15% dan Dividend Pay Out Ratio sama dengan 0,4. Maka besarnya laju
pertumbuhan dividen adalah:
Persamaan 12 tesebut di atas kalau dilihat lebih jauh ternyata terdiri dari lima
komponen utama yaitu:
Dengan memahami kelima komponen ROE di atas kita dapat dengan mudah
memahami faktor—faktor apa yang menentukan besar kecilnya ROE yang juga
menentukan besar kecilnya g atau pertumbuhan deviden.
Tax Burden:
Semakin besar tax rate, semakin besar tax burden . Tax burden yang meningkat
dinyatakan oleh rasio antara Net Income dan Pretax Income yang semakin
keci1. Semakin besar tax burden per definis! (ceteris paribus) ROE semakin
kecil.
231
DAFTAR ISI
Hal ini disebabkan karena pajak selamanya akan mengurangi earning yang
dapat dibagikan kepada pemilik perusahaan atau pemegang saham. Jika dua
perusahaan berada pada tax bracket yang sama maka tax burden tidak terlalu
berpengaruh pada hasil perhitungan ROE. Sebaliknya jika kita membedakan
dua perusahaan yang berada pada tax bracket yang berbeda pajak dapat
mempenganuhi hasil perhitungan ROE. Tax Burden yang berbeda dapat pula
disebabkan oleh kemampuan perusahaan memanipulasi pajak yang harus
dibayarkan kepada pemerintah.
Interest Burden:
Dari rumus interest burden di atas dapat dilihat bahwa jika suatu perusahaan
sama sekali tidak menggunakan pinjaman atau interest expense sama dengan
nol, maka interest burden atau rasio antara pretax profit dengan EBIT sama
dengan satu. Rasio sama dengan satu adalah angka yang maksimum. Jika
perusahaan banyak menggunakan pinjaman beranti interest expensenya besar,
maka rasio ini akan semakin kecil (kurang dan satu).
EBIT
Profit Margin = -----------------------
Sales
232
DAFTAR ISI
Semakin tinggi profit margin, semakin tinggi ROE suatu perusahaan. Profit
margin disebut juga sebagai return on sales menunjukkan keuntungan untuk
setiap satu dollar atau rupiah penjualan. Profit margin 10% berarti untuk set!ap
dollar penjualan keuntungan sebesar 10 sen dollar.
Financial Leverage:
Per definisi:
Assets Debt
Financial Leverage = ------------------ = 1 + ------------
Equity Equity
Debt 67
Debt to Equity Rat!o = ----------- = 1,67- 1 = ----------
Equity 100
Dan persamaan duabelas tersebut di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi
financial leverage, semakin tinggi ROE. Financial Leverage dapat mem”boost”
atau meningkatkan ROE dengan ketentuan bahwa ROA (Return On Assets)
lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat bunga yang harus dibayarkan
oleh perusahaan. Untuk jelasnya lihat modifikas! Persamaan dua belas di
atas benikut ini:
Debt
ROE = (1-TaxRate) ⃒ ROA + (ROA-InterestRate) --------- .......................(14)
Equity
Dari pensamaan 15 di atas dapat dilihat bahwa jika ROA lebih kecil bila
dibandingkan dengan interest rate maka ROE akan turun berarti akan terjadi
dilusi (dilution) dari earning yang dapat diterima oleh pemegang saham.
Dengan perkataan lain pemegang saham dirugikan.
233
DAFTAR ISI
Dan persamaan 15 tersebut di atas dapat pula disimpulkan bahwa kalau pemilik
perusahaan yang ada yakin bahwa ROA akan leb!h besar bila dibandingkan
dengan interest rate yang akan dibayarkan, maka usaha yang harus dilakukan
adalah meningkatkan Financial Leverage setinggi mungkin. Masalahnya adalah
kalau financial leverage terlalu tinggi, resiko keuangan (financial risk) suatu
perusahaan menjadi tinggi dalam arti kalau terjadi sesuatu dengan hasil
penjualan (misal menurun tajam) maka perusahaan kemungkinan besar tidak
dapat memenuhi kewajibannya dan dapat dinyatakan bangkrut dan dilikuidasi.
Dari uraian ini jelaslah bahwa salah satu motivasi perusahaan go public adalah
dalam rangka menurunkan financial risk.
KESIMPULAN:
Jadi jelaslah dengan memahami berbagai komponen dari ROE kita lebih dapat
memahami mengapa ROE suatu perusahaan lebih rendah bila dibandingkan
oleh perusahaan lain yang sejenis. Kemungkinan besar hal itu disebabkan
misalnya oleh perusahaan tensebut tidak efisien dalam memanfaatkan asetnya.
Dengan mengetahui ROE dan Dividen Pay Out Ratio kita dapat menentukan
berapa besannya pertumbuhan deviden di masa yang akan datang.
Perusahaan Perusahaan
A B
Net Income
Ta x Burden = -------------------------- = 0,7 0,7
Pretax Income Atau Tax Rate = 30%
Pretax Income
Interest Burden = ---------------------- = 0,67 0,73
EBIT
234
DAFTAR ISI
EBIT
Profit Margin = ------------------ = 12% 17%
Sales
Sales
Assets Turn Over = ------------------- = 3x 2,5 x
Total Assets
Dan contoh perhitungan ROE tersebut kita dapat melihat bahwa ROE
Perusahaan A (0,2532) lebih tinggi bila dibandingkan dengan ROE Perusahaan B
(0,2388). Hal ini utamanya disebabkan oleh:
Sales
Assets Turn Ove = ---------- 3x 2,5 x
Total Assets
235
DAFTAR ISI
Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat bunga yang harus dibayarkan oleh
Perusahaan A dan Perusahaan B:
Debt
ROE(1-Tax Rate) ⃒ ROA + (ROA- Interest Rate) -----------
Equity
0,2532 = 0,7x 54% — 0,7 x 0,5 interest rate) = 37,8% - 0,35 interest rate
236
DAFTAR ISI
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Burton G.Malkiel, A Random Walk Down Wall Street, W.W Norton &
Company, New York-London 1990
237
DAFTAR ISI
A. Zubaidi Indra11
ABSTRAK
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai referensi bagi perusahaan untuk lebih
memperhatikan faktor fundamental perusahaan dalam mengeliminir pengaruh risiko
pasar sehingga nilai perusahaan akan lebih tinggi dan akhirnya akan bisa memberikan
kemakmuran bagi stakeholders. Faktor-faktor fundamental seperti DER, ROE, EPS,
PER dan OPM mempunyai berpengaruh terhadap risiko sistematis Beta. Hal ini terjadi
karena banyak perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi sementara tingkat
ROE nya rendah.
A. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pasar modal saat ini dipandang sebagai sarana efektif untuk mempercepat pembangunan
suatu negara. Melalui pasar modal dimungkinkan terciptanya usahawan yang dapat
menggalang penyerahan dana jangka panjang dari masyarakat untuk disalurkan ke
sektor-sektor produktif. Hal ini sejalan dengan fungsi pasar modal yaitu meningkatkan
dan menghubungkan aliran dana jangka panjang dengan kriteria pasarnya secara efisien
yang akan menunjang pertumbuhan riil ekonomi secara keseluruhan.
Sumber pembiayaan yang sudah sangat populer adalah bank yang digolongkan sebagai
sumber pembiayaan tradisional. Satu keunggulan penting yang dimiliki pasar modal
dibandingkan bank adalah bahwa untuk mendapatkan dana sebuah perusahaan tidak
perlu menyediakan agunan, sebagaimana dituntut oleh bank. Dengan menunjukkan
prospek yang baik, maka surat berharga perusahaan tersebut akan laku dijual di pasar
modal. Di samping itu, dengan memanfaatkan dana dari pasar modal perusahaan tidak
perlu menyediakan dana tiap bulan atau setiap tahun untuk membayar bunga. Sebagai
gantinya perusahaan harus membayar dividen pada investor, jika memang perusahaan
memperoleh untung.
Kegiatan investasi yang dilakukan investor adalah kegiatan untuk menempatkan dana
pada suatu atau lebih suatu aset selama periode tertentu dengan harapan dapat
memperoleh sejumlah keuntungan dimasa yang akan datang. Biasanya para pemodal
11
Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Lampung
DAFTAR ISI
tidak akan menempatkan seluruh dana yang tersedianya pada satu jenis aset. Hal ini
menunjukkan bahwa ada factor yang harus dipertimbangkan sebelum memilih jenis
investasi yang akan dimasuki seperti risiko yang akan ditanggung.
Sumber risiko dapat dibagi atas 2 (dua) kelompok yaitu risiko sistematis yang
merupakan risiko yang mempengaruhi semua (banyak) perusahaan dan resiko tidak
sistematis yang merupakan risiko yang mempengaruhi atau (sekelompok kecil)
perusahaan. Risiko sistematis menurut Beaver, Kettle dan Scholes (1970) :
“A, systematic component reflects common movement of a single security’s return
with the average return of all other securities in the market, the larger the value,
the greater the riskiness of the security a β of the implies an averages riskiness”
dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa beta atau risiko sistematis suatu saham
merupakan indikator yang menunjukkan sensitivitas pergerakan return saham terhadap
pergerakan return saham-saham lainnya di pasar. Adanya kaitan antara saham individual
dengan pasar membawa pemikiran bahwa besarnya risiko sistematis suatu saham
seharusnya dapat diperkirakan dari aspek fundamental perusahaan dengan karakteristik
pasar. Jika kaitan antara aspek fundamental tersebut diketahui maka akan sangat
membantu investor dalam menganalisa kepekaan pergerakan return saham terhadap
pergerakan saham. Faktor-faktor fundamental adalah merupakan data akuntansi berupa
ratio-ratio yang dapat membantu investor untuk memprediksi risiko suatu saham.
Penggunaan data akuntansi juga dapat menghasilkan peningkatan kualitas pengambilan
keputusan pada setiap lini dari pembuat keputusan individu.
Hasil penelitian Suad Husnan, Mahduh, M., Hanafi dan Ari Wibowo (Kelola, 1997),
menunjukkan bahwa pengumuman laporan keuangan perusahaan emiten juga
mempunyai pengaruh terhadap kegiatan perdagangan saham dan variabilitas tingkat
keuntungan. Dari hasil penelitian tersebut bisa disimpulkan sebagai berikut :
1. Laporan keuangan yang diumumkan tampaknya dipergunakan oleh investor dalam
kegiatan di bursa, ini terlihat dari relatif tingginya perdagangan di hari pengumuman
dibanding dengan kegiatan diluar hari pengumuman tersebut.
2. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara perdagangan pada saat sebelum
dan sesudah pengumuman laporan keuangan.
3. Laporan keuangan Desember mempunyai dampak yang lebih besar dibanding
dengan bulan Maret.
Dari hasil penelitian ini bisa dikatakan bahwa peranan laporan keuangan sudah sangat
penting, dan investor sudah sangat sadar untuk memperhatikan faktor fundamental
perusahaan. Hasil penelitian ini juga didukung dengan hasil penelitian lainnya oleh
Hanafi (Kelola, 1997) yang tetap menyatakan bahwa pengumuman informasi laporan
keuangan perusahaan emiten menunjukkan dampak yang besar terhadap aktivitas
perdagangan saham di pasar modal Indonesia.
Dari latar belakang di atas maka permasahan yang diangkat adalah bagaimanakah
pengaruh faktor-faktor fundamental keuangan perusahaan terhadap risiko saham.
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai referensi bagi perusahaan untuk lebih
240
DAFTAR ISI
B. TINJAUAN TEORITIS
1. Keputusan Investasi
Dalam teori manajemen keuangan modern disebutkan bahwa tujuan perusahaan adalah
untuk memaksimumkan kekayaan para pemegang saham. Untuk dapat mewujudkan
tujuan tersebut manager keuangan harus mampu memanfaatkan dana yang tersedia untuk
investasi pada suatu investasi yang menguntungkan. Pendapat lain dari Jogiyanto (1998),
investasi dapat didefinisikan sebagai penundaan konsumsi sekarang untuk digunakan di
dalam produksi yang efisien selama periode waktu yang tertentu.
Untuk dapat memilih investasi yang aman, diperlukan satu analisis yang cermat, teliti,
dan mendukung dengan risiko yang akurat. Pemilihan teknik yang benar dalam analisis
akan mengurangi risiko investor dalam investasi. Salah satu analisis yang dapat
digunakan oleh calon investor adalah analisis fundamental. Analisis ini sangat
berhubungan dengan kondisi perusahaan. Data yang dipakai sebenarnya adalah data
historis yaitu risiko yang telah lewat. Alat yang dipakai untuk melakukan analisis adalah
rasio keuangan yang pada dasarnya melihat hubungan antar pos dalam laporan keuangan
perusahaan yang mencerminkan keadaan keuangan serta hasil operasional perusahaan.
Seperti dijelaskan sebelumnya, bahwa risiko total terdiri dari risiko dan risiko tidak
sistematis, sementara itu risiko tidak sistematis atau sering disebut risiko financial adalah
risiko yang berhubungan dengan risiko usaha yang ditunjukkan oleh variabilitas ini akan
semakin besar jika penggunaan hutang semakin besar yang pada akhirnya akan
mempengaruhi risiko financial. Untuk mengukur nondiversifiable risk ini dapat
menggunakan koefisien beta untuk mengukur Nondiversifiable risk.
241
DAFTAR ISI
Keterangan:
Ri = Tingkat return yang diucapkan
RF = Tingkat bunga bebas risiko
βi = Koefisien beta saham
RM = Tingkat Keuntungan portofolio pasar
Dari formula di atas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi risiko, semakin tinggi
return yang diharapkan, dan sebaliknya semakin rendah risiko semakin rendah pula
return yang diharapkan. Jika hubungan antara beta dan return digambarkan dalam
sebuah gambar, maka akan diperoleh gambar sebagai berikut :
Return
17
15
Rz =13
Beta
Gambar di atas menunjukkan adanya hubungan yang linier antara return dan beta atau
risiko. Garis yang menghubungkan return dan beta ini disebut sebagai Security Market
Line. Makin besar beta maka return yang diharapkan juga semakin besar.
242
DAFTAR ISI
Pengertian risiko pada umumnya sering dikaitkan dengan memperoleh hasil yang tidak
sesuai dengan yang diharapkan. Menurut William (1997) risiko didefinisikan sebagai
berikut : “Risk can be defined as the chance of financial loss. Assets with greater
chances of loss are viewer as more risky than those with lesser chance of loss”.Dari
definisi tersebut di atas risiko dipandang sebagai peluang menderita kerugian keuangan.
Menurut Jogiyanto, (1998): Dalam membuat keputusan investasi, sebenarnya investor
belum mengetahui tingkat return (rate of return) karena return yang diharapkan
(expected return) memang belum terjadi, sehingga belum diketahui dengan tepat berapa
nilainya. Ketidakpastian tingkat return (rate of return) ini berkaitan dengan risiko.
Semakin besar risiko suatu sekuritas, maka tingkat return yang diharapkan juga semakin
besar, ataupun sebaliknya. Hubungan positif antara tingkat return yang diharapkan
dengan risiko dapat digambarkan sebagai berikut.
opsi
Saham
Waran
Obligasi
Pemerintah
RBR Obligasi
Perusahaan
Risiko
243
DAFTAR ISI
Ada beberapa sumber risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi
menurut Tandelin (2001) yaitu :
1. Risiko suku bunga dimana perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga
saham secara terbalik, artinya jika suku bunga meningkat maka harga saham
akan turun, ceteris paribus, demikian sebaliknya jika suku bunga turun harga
saham akan naik.
2. Risiko pasar. Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks
pasar saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh banyak
faktor serta munculnya resesi ekonomi, kerusuhan, ataupun perubahan politik.
3. Risiko inflasi. Risiko inflasi biasa disebut sebagai risiko daya beli, jika inflasi
meningkat biasanya menuntut tambahan premium inflasi untuk
mengkompensasikan penurunan daya beli yang dialaminya.
4. Risiko financial. Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan pinjaman dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar proporsi
utang yang digunakan, semakin besar risiko financial yang diahadapi
perusahaan.
5. Risiko likuiditas. Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu saham yang
diterbitkan perusahaan bisa diperdagangkan di pasar sekunder, semakin cepat
suatu saham bisa diperdagangkan maka semakin likuid saham tersebut.
6. Risiko nilai tukar mata uang. Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai mata
uang domestik terhadap nilai mata uang Negara lain dan sering disebut sebagai
currency risk atau exchange rate risk.
7. Risiko Negara atau country risk. Risiko ini berkaitan dengan kondisi stabilitas
politik suatu negara.
Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total investasi ke dalam
dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Risiko sistematis
merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi secara keseluruhan
dimana perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return atas suatu
investasi. Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak terkait dengan
perubahan pasar secara keseluruhan tetapi lebih terkait pada perubahan kondisi mikro
perusahaan penerbit saham. Risiko tidak sistematis bisa diminimalkan dengan
melakukan diversifikasi investasi pada setiap jenis saham.
Return atau hasil investasi merupakan tujuan utama bagi investor. Investasi saham akan
memberikan keuntungan atau return dalam dua cara, yaitu menjual saham hingga
harganya menguat, sering disebut sebagai capital gain atau menunggu dividend, yaitu
bagian laba perusahaan yang dibagikan kepada pemegang saham. Menurut Jogiyanto,
(1998) menyatakan bahwa: return total merupakan return keseluruhan dari suatu
244
DAFTAR ISI
investasi dalam suatu periode tertentu, return total sering disebut return saja. Return
total terdiri dari Capital gain dan yield
Capital gain (loss) merupakan selisih dari harga investasi sekarang relatif dengan harga
periode yang lalu. dan yield dianggap tidak diperhitungkan sehingga dengan demikian,
return total dapat di nyatakan sebagai berikut :
Pt − Pt −1
Return =
Pt −1
Pt = Harga saham sekarang (periode t)
Pt-1 = Harga saham periode lalu (periode t-1)
Dengan cara yang sama, tingkat pengembalian pasar (rate of market return). Jika
digunakan IHSG adalah :
IHSG t − IHSG
Rmt = t -1
IHSG
t -1
Rmt = Return pasar untuk periode t
IHSG t = merupakan indeks pasar periode t
IHSG t-1 = merupakan indeks pasar periode t-1
n
E (Ri) = ∑R P
i =t
i i
Keterangan :
E (Ri) = Perolehan diekspektasi suatu aktiva atau sekuritas
Ri = Hasil masa depan ke-i
Pi = Probabilitas hasil masa depan ke-i
n = jumlah dari hasil masa depan
Disamping mengestimasi return yang diharapkan dari suatu investasi saham, investor
juga perlu menghitung berapa besarnya risiko yang terkait dengan investasi pada saham
yang bersangkutan. Risiko sebagai sisi lain dari return menunjukkan kemungkinan
penyimpangan return yang diharapkan dari return actual yang diperoleh. Banyak
245
DAFTAR ISI
metode yang tersedia untuk mengukur risiko, meskipun tidak ada metode yang standar,
tetapi secara umum risiko diukur dalam bentuk probabilistik atau dalam bentuk varians
(standar deviasi). Alat ukur yang paling umum digunakan untuk menjelaskan sejauh
mana penyimpangan expected return dari actual return adalah dengan varians atau
standard deviasi. Varians maupun standar deviasi merupakan besarnya penyebaran
variabel random diantara rata-ratanya, semakin besar penyebarannya, semakin besar
varians atau standar deviasi investasi tersebut. Secara matematis rumus untuk
menghitung varians atau standar deviasi adalah sebagai berikut :
C. PEMBAHASAN
Lebih lanjut Beaver, Kettler dan Scholes menyatakan jika data akuntansi dapat
digunakan untuk meramalkan risiko, hal itu akan merupakan peningkatan dalam
pengambilan keputusan bagi investor untuk keperluan analisis portofolio. Meskipun
tidak ada standar untuk menetapkan variabel-variabel mana yang diduga memiliki
pengaruh terhadap risiko sistematis (beta saham) namun variabel-variabel yang
digunakan Beaver, Kettler, dan Scholes yaitu beberapa variabel fundamental dapat
digunakan sebagai dugaan awal untuk penelitian tesis ini. Penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor fundamental terhadap risiko pasar, dengan hanya
membatasi variabel-variabel penelitian sebagai berikut :
Setiap sumber dana selalu mempunyai biaya masing-masing yang biasa disebut cost of
funds. Pada saat akan digunakan, dana dari luar perusahaan dalam bentuk hutang atau
obligasi dan biasanya akan timbul biaya-biaya (cost of debt) yang minimal harus
ditanggung adalah sebesar biaya bunga. Sementara jika dari modal sendiri (equity), akan
timbul biaya yang tidak kelihatan yang merupakan opportunity cost dari modal tersebut.
Mengingat begitu bervariasinya biaya dari luar maupun dari dalam perusahaan, maka
246
DAFTAR ISI
perlu dipertimbangkan dengan seksama sebaiknya dari sumber dana mana investasi yang
harus dibiayai, karena akan berpengaruh terhadap harga saham di bursa. Formulasi
struktur modal itu sendiri adalah sebagai berikut :
DER yang semakin besar akan mengakibatkan risiko financial perusahaan yang semakin
tinggi. Dengan penggunaan hutang yang semakin besar akan mengakibatkan semakin
tingginya risiko untuk tidak mampu membayar hutang. Penggunaan hutang dalam valuta
asing juga akan menimbulkan currency risk dimana risiko ini berkaitan dengan fluktuasi
nilai mata uang domestik terhadap mata uang Negara lain. Investor biasanya selalu
menghindari risiko, maka semakin tinggi DER akan mengakibatkan saham perusahaan
tersebut semakin dihindari investor, sehingga harga saham akan semakin rendah. Dengan
kata lain dapat dikatakan bahwa hubungan DER dengan beta saham adalah positif
artinya semakin tinggi tingkat DER akan mengakibatkan semakin tinggi risiko pasar dan
sebaliknya tingkat DER yang rendah akan mengakibatkan risiko sahamnya rendah.
Dari sudut pandang investor ROE merupakan salah satu indikator penting untuk menilai
prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE, investor
dapat menilai prospek perusahaan di masa mendatang. Dengan mengetahui tingkat ROE,
investor dapat melihat sejauh mana pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Indikator
ROE sangat penting diperhatikan untuk mengetahui sejauh mana investasi yang akan
dilakukan investor di suatu perusahaan mampu memberikan return yang sesuai dengan
tingkat yang diharapkan investor, ROE akan berubah jika EAT atau equity mengalami
perubahan.
247
DAFTAR ISI
semakin tinggi ROE akan mengakibatkan beta saham tersebut semakin rendah
sebaliknya bila ROE rendah akan mengakibatkan beta sahamnya semakin tinggi.
Informasi earning per share suatu perusahaan menunjukkan besarnya laba bersih
perusahaan yang siap dibagikan bagi semua pemegang saham perusahaan. Besarnya EPS
suatu perusahaan bisa diketahui dari informasi laporan keuangan perusahaan. Meskipun
tidak semua perusahaan mencantumkan besarnya EPS perusahaan bersangkutan dalam
laporan keuangannya, besarnya EPS dapat dihitung berdasarkan laporan neraca dan
laporan rugi laba perusahaan. Rumus untuk menghitung EPS suatu perusahaan adalah
sebagai berikut :
Earning after Tax (EAT) and Interest
Earning Per Share (EPS) =
Number of Share
EPS = ROE X Book Value per Share
Earning after Tax and Investment Equity
EPS = x
Equity Number of share
Informasi PER mengindikasikan besarnya Rupiah yang harus dibayarkan investor untuk
memperoleh satu Rupiah earnings perusahaan atau dengan kata lain, PER menunjukkan
besarnya harga setiap satu Rupiah earning perusahaan. Dengan demikian bisa dikatakan
bahwa PER juga merupakan ukuran harga relatif dari saham perusahaan. Rumus PER
juga dapat ditulis sebagai berikut :
D1 / E1
PER =
k−g
Keterangan :
D1/E1 = Tingkat dividend payout ratio yang diharapkan
k = Tingkat return yang diharapkan
g = Tingkat pertumbuhan yang diharapkan
Dari persamaan di atas, ada tiga komponen untuk menghitung PER, yaitu :
248
DAFTAR ISI
b. Tingkat return yang diisyaratkan (k) yang menunjukkan tingkat return yang
diisyaratkan investor atas suatu saham, sebagai kompesasi atas risiko yang harus
ditanggung investor. Secara matematis tingkat return yang diisyaratkan adalah :
k = R f + Rp
Keterangan:
c. Tingkat pertumbuhan dividen yang diharapkan (g), yang merupakan fungsi dari
besarnya ROE dan tingkat laba ditahan perusahaan.
Operating profit margin mengukur presentase setiap penjualan setelah semua cost and
expenses diluar biaya bunga dan pajak. OPM menunjukkan laba murni (pure profit) yang
diperoleh dari setiap penjualan. Bagi investor yang diinginkan tentunya adalah operating
profit margin. Formula untuk menghitung operating profit margin sudah dikenal luas
sebagai berikut :
Operating Profit
Operating Profit Margin =
Sales
OPM adalah salah satu alat untuk mengukur profitabilitas suatu perusahaan. Tanpa
profit, perusahaan tidak akan menarik bagi investor. Oleh karena itu rasio ini sangat
penting bagi investor untuk menilai masa depan perusahaan. Dalam memilih investasi
saham, investor akan memilih perusahaan yang memiliki OPM yang lebih tinggi
dibandingkan dengan perusahaan yang hanya memiliki OPM rendah. Bagi investor
perusahaan yang memiliki tingkat OPM yang tinggi memberikan indikasi bahwa risiko
pada perusahaan tersebut adalah rendah. Dapat dikatakan semakin tinggi OPM akan
semakin rendah beta sahamnya, sebaliknya semakin rendah OPM akan mengakibatkan
beta sahamnya semakin tinggi.
C.2. Beta
Beta adalah pengukur risiko sistematik dari suatu sekuritas atau portofolio relatif
terhadap risiko pasar. Mengetahui beta suatu sekuritas atau beta suatu portofolio
merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio tersebut.Beta
suatu sekuritas menunjukkan risiko sistematiknya yang tidak dapat dihilangkan dengan
diversifikasi. Untuk menghitung beta portofolio, maka beta masing-masing sekuritas
perlu dihitung terlebih dahulu. Beta portofolio merupakan rata-rata tertimbang dari beta
masing-masing sekuritas. Mengetahui beta masing-masing sekuritas juga berguna untuk
pertimbangan memasukkan sekuritas tersebut kedalam portofolio yang akan dibentuk
(Jogiyanto, 1998).
249
DAFTAR ISI
Beta sekuritas dapat dihitung dengan teknik estimasi yang menggunakan data histories.
Beta yang dihitung berdasarkan data historis ini selanjutnya dapat digunakan untuk
mengestimasi beta masa mendatang. Bukti-bukti empiris menunjukkan bahwa beta
histories mampu menyediakan informasi tentang beta masa depan (Elton dan Gruber :
1994). Beberapa beta historis berdasarkan jenis data yang akan digunakan yaitu:
1. Beta pasar
Dapat diestimasi dengan mengumpulkan nilai-nilai histories return dari sekuritas
dan return dari pasar selama periode tertentu, misalnya 60 bulan untuk return
bulanan atau 200 hari untuk return harian.
2. Beta akuntansi
Beta akuntansi dapat dihitung dengan menggunakan data histories yang berupa data
akuntansi seperti laba perusahaan dan laba indeks pasar. (Jogiyanto, 2000).
3. Beta fundamental
Dapat diestimasi dengan menggunakan data histories berupa variabel-variabel
fundamental perusahaan (Dividen pay out, asset growth, leverage, dan lainnya)
(Jogiyanto, 2000).
Bagian dari risiko sekuritas yang dapat dihilangkan dengan membentuk portofolio yang
well-diversified disebut dengan risiko yang dapat didiversifikasi (diversifiable risk) atau
risiko perusahaan (company risk) atau risiko spesifik (specific risk) atau risiko unik
(Unique risk) atau risiko yang tidak sistematik (unsystematic risk). Karena risiko ini unik
untuk suatu perusahaan, yaitu hal yang buruk terjadi di suatu perusahaan dapat
diimbangi dengan hal yang baik terjadi diperusahaan lain, maka risiko ini dapat
didiversifikasi di dalam portofolio. Contoh dari diversifiable risk adalah pemogokan
buruh, tuntutan dari pihak lain, penelitian yang berhasil atau tidak berhasil dan lain
sebagainya.
Sebaliknya, risiko yang tidak dapat didiversifikasikan oleh portofolio disebut dengan
nondiversifible risk atau risiko pasar (market risk) atau risiko umum (general risk) atau
risiko sistematik (systematic risk). Risiko ini terjadi karena kejadian-kejadian di luar
kegiatan perusahaan, seperti inflasi, resesi, dan lain sebagainya. Risiko total (total risk)
merupakan penjumlahan dari diversifiable dan nondiversifiable risk sebagai berikut :
Gambar 3. berikut ini menunjukkan risiko total dan komponennya yang berupa risiko
yang dapat di-diversifikasi dan risiko yang dapat didiversifikasi.
250
DAFTAR ISI
Gambar 3. Risiko Total, risiko yang dapat di-diversifikasi dan yang tidak dapat
Risiko
total Risiko tidak dapat di-diversikfikasi
Atau risiko pasar atau risiko umum
Atau risiko sistematik
Jumlah
saham
Metode yang paling banyak digunakan untuk menetukan beta adalah cara penaksiran
dengan menggunakan data histories untuk menghitung beta masa itu, yang kemudian
dipergunakan sebagai taksiran beta masa datang. Dengan menggunakan persamaan
regresi dari single indeks model maka beta untuk tiap saham dapat dihitung seperti
tampak pada Gambar 4. Beta saham tidak akan merupakan kemiringan (scope) garis
regresi tersebut. Beta menunjukkan pergerakan vertikal (stock return) per unit
pergerakan horizontal (market return). Semakin besar beta, menunjukkan semakin peka
pergerakan harga saham tersebut terhadap pergerakan haraga saham di pasar, sehingga
semakin tinggi risikonya.
251
DAFTAR ISI
Rit
α
Rmt
Alpha merupakan intersep dari garis regresi, nilai alpha merepresentasikan return saham
yang diakibatkan oleh faktor-faktor di luar pergerakan pasar atau dikenal sebagai
independent component. Nilai alpha dan beta dapat bernilai positif, negatif atau nol.
Jerome (1987).
Saham-saham dengan beta lebih besar dari satu (β > 1) digolongkan sebagai saham-
saham agresif (aggressive stock) karena saham melonjak lebih cepat daripada pasar
dalam situasi boom (bull market) sebaliknya jatuh lebih tajam daripada pasar pada
situasi lesu (bear market), saham-saham jenis ini lebih peka sehingga mempunyai risiko
yang tinggi. Saham-saham dengan beta kurang dari satu (β < 1) digolongkan sebagai
saham-saham defensive (defensive stocks), keuntungan saham ini berfluktuasi kurang
dari kondisi pasar secara keseluruhan. Saham-saham dengan beta sama dengan satu,
merupakan saham-saham netral karena pergerakan return saham sejalan dengan market
return. Estimasi besarnya risiko sistematis (β) dihitung dengan menggunakan formula
standar (Elton/Gruber: 1995) sebagai berikut :
∑ [(Rit − R it )(Rmt - R mt )]
N
σ im t =1
βi = =
∑ [(R ]
σ 2m
- R mt )
N
2
mt
t =1
252
DAFTAR ISI
Keterangan;
βi : Resiko sistematis untuk saham i
σ im : kovarian antara return saham Ri dengan market return RM.
σ 2
im : varian market return.
Rit : Rata-rata dari return on security
Rmt : rata-rata dari market return
Penggunaan konsep model indeks tunggal dalam menaksir, beta memerlukan penaksiran
beta dari saham-saham yang akan dimasukkan ke dalam portofolio. Cara lain adalah
dengan menggunakan data histories untuk menghitung beta waktu lalu yang
dipergunakan sebagai taksiran beta di masa yang akan datang. Secara sistematis, model
indeks tunggal adalah sebagai berikut :
Ri =αi + βiRm + ei
Keterangan:
Ri : return saham i
Rm : return indeks pasar
αi : bagian return saham i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
βi : ukuran kepekaan return saham i terhadap perubahan return saham
ei : kesalahan residual
Persamaan tersebut hanyalah memecah tingkat keuntungan suatu saham menjadi dua
bagian, yaitu yang independent dari perubahan pasar dan yang dipengaruhi oleh pasar.
Persamaan di atas juga merupakan persamaan regresi linier sederhana yang dihitung
dengan Ri sebagai variabel dependent dan Rm sebagai variabel independent.
E (Ri) = αi + βi E (Rm)
- Variance tingkat keuntungan,
σei = βiβjσm2
253
DAFTAR ISI
Model indeks tunggal menunjukkan bahwa tingkat keuntungan yang diharapkan terdiri
dari dua komponen yaitu αi dan bagian yang berhubungan dengan pasar yaitu βiE(Rm).
Demikian juga variance tingkat keuntungan terdiri dari dua bagian. Yaitu risiko yang
unik (σei2) dan risiko yang berhubungan dengan pasar βi2σm2, sebaliknya covariance
semata-mata tergantung pada risiko pasar.
Salah satu alasan penggunaan model indeks tunggal adalah untuk mengurangi jumlah
variabel yang perlu ditaksir karena untuk portofolio model indeks tunggal mempunyai
karakteristik yaitu bahwa beta portofolio (βp) merupakan rata-rata tertimbang dari beta
saham-saham yang membentuk portofolio tersebut.
βp = ∑ X i βi
α p = ∑ X iα i
Untuk variance portofolio rumusnya adalah sebagai berikut:
α p 2 = β p 2σ m 2 + ∑ X i 2σ ei 2
Resiko yang tidak bisa dihilangkan kalau bentuk portofolio merupakan risiko yang
berkaitan dengan βp. kalau resiko residual dianggap nol, maka risiko portofolio akan
mendekati :
σ p = β p 2σ m 2 = βpσm = σm [ ∑ X i β i ]
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai referensi bagi perusahaan untuk lebih
memperhatikan faktor fundamental perusahaan dalam mengeliminir pengaruh risiko
pasar sehingga nilai perusahaan akan lebih tinggi dan akhirnya akan bisa memberikan
kemakmuran bagi stakeholders. Faktor-faktor fundamental seperti DER, ROE, EPS,
PER dan OPM mempunyai berpengaruh terhadap risiko sistematis Beta. Hal ini terjadi
karena banyak perusahaan yang memiliki tingkat DER yang tinggi sementara tingkat
ROE nya rendah. Pada masa krisis juga diduga banyak perusahaan yang memiliki
tingkat earning per share yang rendah karena kemampuan menghasilkan laba yang
rendah. Sehubungan dengan hal tersebut, maka penelitian ini menganalisis variabel-
variabel yang didasarkan pada faktor-faktor fundamental yang diperkirakan dapat
menjelaskan risiko sistematis.
254
DAFTAR ISI
Alasan yang lain pada penggunaan variabel-variabel fundamental adalah karena dalam
berbagai studi literatur menunjukkan masih kurangnya penelitian yang mengkaitkan
antara risiko sistematis saham dengan faktor-faktor fundamental yang dapat
menjelaskannya. Di lain pihak telah banyak studi dan penelitian yang dilakukan kurang
meneliti hubungan faktor-faktor makro ekonomi terhadap risiko sistematis seperti
perubuhan tingkat inflasi dan tingkat suku bunga terhadap risiko sistematis. Berbagai
alasan dikemukakan terhadap kurangnya penelitian yang menitikberatkan pada pengaruh
faktor-faktor fundamental terhadap risiko sistematis (risiko pasar) diantaranya adalah
masih dalam dugaan bahwa faktor-faktor tersebut kurang memberikan penjelasan yang
berarti pada risiko sistematis suatu saham.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Pandji dan Piji Pakarti. 1995. “Pengantar Pasar Modal”. PT. Rineka Cipta.
Jakarta.
Baridwan, Zaki dan H.M. Salno. 2000. “Analisis Perataan Penghasilan (Income
Smoothing) : Faktor-faktor yang Mempengaruhi dan Kaitannya dengan kinerja
Saham Perusahaan Publik di Indonesia, Jurnal Riset Akuntansi Indonesia
Vol.3 No.1 Ikantan Akuntan Indonesia.
Beaver, P.Kettler, dan M. Scholes, “The Association Between Market Determined and
Accounting Determined Risk Measures”, Accounting Review 45, (October
1970), Hal 654-682.
Bildersee, J.S, “The Association Between Market Determined Measure of Risk and
Alternative Measure of risk” Accounting Review 50 (January 1975).
Elton, Edwin J. and Gruber, Martin J.” Modern Portfolio Theory and Investment
Analysis”, 5th Edition, New York, Jhon Wiley & Sons, Inc. 1995.
Eskew, R.K, “The Forecasting Ability of Accounting Risk Measure Some Additional
Evidence”. Accounting Review 54. (Januari 1979).
Helfert, A Erich, “Teknik Analisis Keuangan”, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa, Herman
Wibowo, Penerbit Airlangga, Jakarta. Indonesia,1997.
255
DAFTAR ISI
Institude for Economic and Financial Research, “Indonesia Capital market Directory
2000, 2003”, Prasetio Utomo.
Jogiyanto, 2000. Teori Portfoliodan Analisis Investasi”. Edisi ke-2. BPFE. Yogyakarta.
Jones, Charles P, 1998. “Investment”. Sixth Edition. John Wiley & Sons.
Keown, Arthur J. Scott, David F, JR, Martin, John D,, Petty, J. William, “Basic
Financial Management” 7th New York, Prentice Hall, Inc, 1996.
Santoso, Singgih, “SPSS / Statistical Product and Service Solution” Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Suad Husnan DR, MBA, “Dasar-dasar Teori Portfolio dan analisa sekuritas”, Edisi
kedua, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 1994.
Sembel, Roy, 2001, “Berfikir Ekonomis di Masa Krisis”, Edisi Pertama, Elex Media
Komputindo, Jakarta.
Van Horne, James, “A Financial Management and Policy”, 7th edition, New York,
Prentice Hall International, 1986.
256