You are on page 1of 31

ANALISIS LAPORAN SUMBER DAN PENGGUNAAN

MODAL KERJA DAN TINGKAT LIKUIDITAS


PERUSAHAAN (Studi Perbandingan pada Perusahaan
Rokok yang Go Public
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Kebutuhan masyarakat yang semakin banyak merupakan akibat dari kebutuhan manusia yang
tidak terbatas yang diikuti dengan kecanggihan teknologi, sehingga perkembangan dunia usaha
semakin meningkat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan timbul persaingan yang
competitive. Perusahaan yang kuat akan bertahan hidup sebaliknya perusahaan yang tidak
mampu bersaing kemungkinan akan dilikuidasi atau mengalami kebangkrutan. Oleh karena itu,
untuk dapat menghadapi perubahan yang terjadi, perusahaan tentu saja perlu melaksanakan
fungsi-fungsi manajemen, yang diantaranya meliputi perencanaan, pengorganisasian, dan
pengendalian secara baik sehingga sasaran utama perusahaan dapat tercapai. Disamping itu pula
perusahaan perlu melakukan pengelolaan modal dengan baik agar tersedia modal yang cukup
dalam melaksanakan peningkatan kegiatan operasi, seperti menambah tenaga kerja, mesin, dan
lain-lain, ataupun dalam perluasan usaha.
Untuk melihat kondisi dan perkembangan keuangan suatu perusahaan, biasanya pimpinan
perusahaan menyusun laporan keuangan yang menggambarkan kejadian-kejadian atau segala
transaksi yang terjadi di perusahaan yang kemudian digunakan untuk menginterpretasi atau
menganalisis terhadap data keuangan perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang diterbitkan
perusahaan merupakan produk dari proses akuntansi yang tentunya memiliki karakteristik dan
keterbatasan. Laporan keuangan dihasilkan untuk tujuan tertentu yang berdasarkan pada Prinsip
Akuntansi yang Berlaku Umum. Interpretasi atau analisis terhadap laporan keuangan perusahaan
sangat bermanfaat bagi penganalisa untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan
perusahaan yang bersangkutan.
Salah satu analisis laporan keuangan adalah analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja
yaitu suatu analisis tentang darimana sumber-sumber dan penggunaan modal kerja dalam suatu
perusahaan. Modal kerja merupakan dana yang harus tersedia dalam perusahaan yang dapat
digunakan untuk membelanjai kegiatan operasinya sehari-hari, misalnya untuk memberikan
persekot pembelian bahan mentah, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya, dimana
uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan akan dapat kembali lagi masuk dalam
perusahaan dalam waktu yang pendek melalui hasil penjualan produknya. Dari laporan sumber
dan penggunaan modal kerja ini akan membantu manajer keuangan dalam melaksanakan
kegiatan perusahaannya dalam hal menentukan jumlah dana yang harus tersedia dan untuk dapat
melihat asal; sumber dana itu diperoleh. Selain itu, laporan tersebut dapat juga membantu
manajer keuangan dalam merencanakan berapa penggunaan dana dengan sebaik-baiknya untuk
dapat menghindari hal-hal yang tidak diinginkan perusahaan sebab apabila perusahaan
kekurangan dana tentu akan sulit berkembang. Kekurangan modal kerja terus-menerus yang
tidak segera diatasi tentu akan menghambat perusahaan dalam mencapai tujuannya.
Modal kerja yang akan digunakan sebaiknya tersedia dalam jumlah yang cukup agar dapat
memberikan keuntungan yang maksimal sehingga suatu perusahaan bisa beroperasi secara
ekonomis dan juga modal kerja yang cukup dapat menekan biaya perusahaan menjadi rendah,
menunjang segala kegiatan operasi perusahaan secara teratur. Selain itu pemilikan modal kerja
yang cukup akan memberikan beberapa keuntungan, antara lain memungkinkan perusahaan
dapat membayar semua kewajibannya tepat pada waktunya, memungkinkan perusahaan tersebut
untuk memiliki persediaan dalam jumlah yang cukup untuk melayani konsumen, dan
memungkinkan perusahaan tersebut untuk dapat beroperasi dengan lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
Penetapan besarnya modal kerja yang dibutuhkan oleh perusahaan berbeda-beda, salah satunya
bergantung pada jenis perusahaan. Kebijakan perusahaan dalam mengelola jumlah modal secara
tepat akan mengakibatkan keuntungan, sedangkan akibat dari penanaman modal kerja yang
kurang tepat akan mengakibatkan kerugian. Agar dapat menilai posisi keuangan suatu
perusahaan dalam menyelesaikan kewajiban-kewajibannya, maka perlu digunakan alat analisis
yang dinamakan rasio likuiditas, artinya rasio yang memperlihatkan kemampuan perusahaan
dalam membayar kewajiban jangka pendeknya. Dari perhitungan rasio ini diharapkan dapat
membantu para manajer untuk menilai efektivitas dan efisiensi modal kerja yang digunakan
perusahaan dalam menjalankan usahanya. Analisis rasio terhadap modal kerja perusahaan pun
sangat perlu dilakukan untuk mengetahui dan menginterpretasikan posisi keuangan jangka
pendek perusahaan serta meneliti efisiensi dan penggunaan modal kerja dalam perusahaan.
Apabila jumlah aktiva lancar terlalu kecil, maka akan menimbulkan situasi illikuid, sedangkan
apabila jumlah aktiva lancar yang terlalu besar akan berakibat timbulnya aktiva lancar atau dana
yang menganggur. Semua ini akan berpengaruh kepada jalannya operasi perusahaan yang pada
akhirnya akan mengurangi keuntungan atau laba yang seharusnya diperoleh perusahaan pada
periode yang bersangkutan. Pengelolaan modal kerja yang baik selain akan lebih memperlancar
aktivitas perusahaan juga dapat meningkatkan keberhasilan usaha untuk meraih keuntungan yang
diharapkan.
Oleh karena itu, perusahaan harus hati-hati dalam menangani masalah keuangan dalam
pengelolaan sumber dan penggunaan modal kerja. Laporan sumber dan penggunaan modal kerja
ini merupakan suatu laporan yang berguna bagi pihak manajemen perusahaan, para kreditur, para
pemegang saham, dan pihak-pihak lainnya. Pihak manajemen dan para kreditur jangka pendek
terutama akan tertarik kepada posisi keuangan jangka pendek (posisi modal kerja) suatu
perusahaan termasuk perubahan-perubahan yang terjadi selama periode itu. Kenaikan dalam
modal kerja mungkin ditunjukkan dalam kas, efek, piutang maupun dalam persediaan atau
adanya penurunan atau berkurangnya hutang lancar, dan adanya kenaikan dalam modal kerja ini
akan diinterpretasikan bergantung kepada sumber-sumber yang menyebabkan kenaikan tersebut.
Apabila seluruh perubahan tersebut semuanya berasal dari hasil operasi perusahaan, maka hal ini
akan dinilai sebagai hal yang amat baik atau menguntungkan dibandingkan dengan kenaikan
modal kerja yang berasal dari pengeluaran hutang jangka panjang.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: “Analisis
Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dan Tingkat Likuiditas Perusahaan”
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam penyusunan laporan keuangan ini, analisis terhadap laporan keuangan dilaksanakan
dengan menggunakan metode analisis yang penekanannya pada analisis sumber dan penggunaan
modal kerja dan rasio likuiditas. Metode ini sangat membantu manajemen untuk mengetahui
efisiensi modal kerja yang digunakan dalam perusahaan.
Dari uraian tersebut, penyusun mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1 Bagaimana analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan pada perusahaan
industri rokok yang go public .
2 Bagaimana analisis tingkat likuiditas perusahaan pada perusahaan industri rokok yang go
public.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


Maksud penelitian ini yaitu untuk menganalisis data atau keterangan yang diperlukan dalam
penulisan karya ilmiah berbentuk skripsi guna memenuhi syarat dalam menempuh ujian sarjana.
Selain itu maksud dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengetahui sejauhmana
penerapan ilmu yang penulis pelajari pada kenyataannya.
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1 Untuk mengetahui hasil analisis laporan sumber dan penggunaan modal kerja perusahaan pada
perusahaan industri rokok yang go public.
2 Untuk mengetahui hasil analisis tingkat likuiditas perusahaan pada perusahaan industri rokok
yang go public.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara lan
gsung maupun tidak langsung bagi pihak-pihak yang berkepentingan anatra lain:
1 Bagi penulis Diharapkan dapat diperoleh pemahaman lebih mendalam mengenai konsep
analisis sumber dan penggunaan modal kerja dan hubungannya dengan rasio likuiditas
perusahaan.
2 Bagi perusahaan yang diteliti Diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam
melakukan perbaikan-perbaikan, merumuskan kebijakan serta tindakan-tindakan selanjutnya
sehubungan dengan penggunaan analisis laporan keuangan.
3 Bagi rekan-rekan Diharapkan dapat dijadikan sebagai sumbangan bagi dunia ilmu pengetahuan
agar dapat berguna bagi mereka yang memerlukannya terutama rekan-rekan mahasiswa.

1.5 Kerangka Pemikiran


Struktur kekayaan suatu perusahaan erat hubungannya dengan struktur modalnya. Dengan
membandingkan elemen-elemen aktiva dengan elemen-elemen pasiva, kita dapat memperoleh
suatu gambaran tentang keadaan keuangan suatu perusahaan. Salah satunya adalah keadaan
likuiditas suatu perusahaan pada saat tertentu.
Dalam melaksanakan aktivitasnya, perusahaan harus melakukan evaluasi dan pengukuran
terhadap apa yang telah dilakukannya sehingga perusahaan dapat mengambil keputusan yang
lebih baik untuk masa yang akan datang yang dapat dilihat dari perhitungan rasio. Namun
demikian, untuk dapat membelanjai aktivitas operasi perusahaan sehari-hari tersebut perusahaan
selalu membutuhkan modal kerja dimana uang atau dana yang telah dikeluarkan itu diharapkan
akan dapat kembali masuk ke dalam perusahaan dalam jangka waktu yang relatif pendek melalui
hasil penjualan produknya. Modal merupakan salah satu sumber daya yang terbatas, dan setiap
badan usaha membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya sehari-hari, misalnya
untuk membeli bahan baku, membayar upah buruh, gaji pegawai, dan sebagainya. Perusahaan
secara umum harus mempertahankan jumlah modal kerja yang menguntungkan yaitu jumlah
aktiva lancar yang harus lebih besar daripada jumlah hutang lancar. Hal ini dimaksudkan sebagai
jaminan kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban jangka pendeknya.
Pernyataan ini diperkuat oleh Bambang Riyanto (2001;58) tentang pendefinisian modal kerja
berdasarkan konsep kualitatif:
“ Oleh karenanya maka modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasinya perusahaan tanpa menganggu
likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas hutang lancar. Modal kerja
dalam pengertian ini sering disebut modal kerja neto (net working capital).”
Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa apabila perusahaan tidak dapat mempertahankan
tingkat modal kerja yang memuaskan, maka kemungkinan sekali perusahaan akan berada dalam
keadaan insolvent (tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban yang sudah jatuh tempo) dan
bahkan mungkin terpaksa harus dilikuidir (bangkrut).
Menurut Lukman Syamsuddin (2005;227):
“Net working capital ini seringkali digunakan untuk mengukur risiko “technical insolvency”
(ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajiban yang segera jatuh tempo).
Semakin besar net working capital, semakin likuid keadaan suatu perusahaan dan semakin kecil
kemungkinan perusahaan untuk tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang segera jatuh
tempo.”
Untuk dapat mengendalikan net working capital tersebut maka dapat dilakukan dengan membuat
laporan sumber dan penggunaan modal kerja. Mengenai penggunaan modal kerja, semakin besar
aktiva lancar dapat menutup hutang lancar berarti semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar hutang-hutangnya yang artinya perusahaan semakin likuid. Tingkat likuiditas
perusahaan hendaknya diikuti oleh penggunaan dana secara efektif dan efisien, karena apabila
terjadi kelebihan dana yang disebabkan oleh ketidakefektivan penggunaan dana ini menunjukkan
adanya pengendapan dana yang disebut dengan idle money, dimana kelebihan dana ini bukannya
menguntungkan perusahaan tetapi malah merugikan, sebab dana tersebut tidak bisa menambah
keuntungan.
Kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang berhubungan dengan
pihak luar perusahaan dinamakan “likuiditas badan usaha”, sedangkan apabila berhubungan
dengan pihak dalam perusahaan atau proses produksi dinamakan “likuiditas perusahaan”.
Perusahaan yang mampu memenuhi kewajiban keuangan tepat pada waktunya berarti perusahaan
tersebut dalam keadaan “likuid”, artinya perusahaan tersebut mempunyai alat pembayaran
ataupun aktiva lancar yang lebih besar daripada hutang lancar. Sebaliknya, kalau perusahaan
tidak dapat memenuhi pembayaran pada saat ditagih atau kewajibannya pada saat jatuh tempo,
berarti perusahaan tersebut dalam keadaan “illikuid”.
Likuiditas suatu badan usaha akan mengalami perubahan jika unsur-unsur yang
mempengaruhinya juga mengalami perubahan. Ada dua alat analisis yang digunakan untuk
menganalisis penggunaan modal kerja yaitu analisis sumber dan penggunaan modal kerja dan
analisis rasio keuangan. Laporan tentang perubahan modal kerja akan memberikan gambaran
tentang bagaimana manajemen perusahaan mengelola modal kerjanya yang dapat dilihat dari
peningkatan atau penurunan modal kerja untuk dua periode atau lebih. Dengan melakukan
analisis sumber dan penggunaan modal kerja selain dapat melihat perubahan modal kerja yang
terjadi juga dapat berguna untuk mengetahui bagaimana cara perusahaan melunasi pinjamannya.
Laporan perubahan modal kerja tersebut sangatlah penting karena beberapa ukuran kinerja
perusahaan masih tetap menggunakan komponen modal kerja, yaitu likuiditas perusahaan.
Apabila perusahaan dapat mempertahankan suatu kondisi dimana sumber lebih besar daripada
penggunaan modal kerjanya, ini berarti akan diperoleh modal kerja yang cukup, maka
diharapkan likuiditas perusahaan akan meningkat. Apabila perusahaan mengalami kekurangan
modal kerja, keadaan ini akan mendorong perusahaan mengalami kredit pada bank, dimana
dengan semakin lamanya waktu pinjaman tersebut maka beban bunga yang dipikul akan semakin
besar pula sehingga bisa mengakibatkan mengurangi laba dan akhirnya akan mengurangi
kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban yang harus segera dipenuhi.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:
“Modal kerja perusahaan meningkat dapat meningkatkan likuiditas“
1.6 Metodologi Penelitian
Teknik penelitian yang akan digunakan penulis bersifat studi komparatif, sedangkan metode
penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang berusaha
mengumpulkan data yang sesuai keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya
sehingga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti yang
kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan.
Dalam menyusun skripsi ini, sumber data yang digunakan penulis adalah data sekunder, yaitu
data-data yang diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku, dan sumber lainnya yang
berhubungan dengan penelitian ini yang akan membantu penulis dalam mengolah dan
menginterpretasikan data-data keuangan perusahaan yang diperoleh. Penulis dalam
mengumpulkan data sekunder meliputi teori-teori tentang Analisis Laporan Keuangan yang
berhubungan dengan masalah yang dibahas, yaitu tentang Analisis Sumber dan Penggunaan
Modal Kerja dan Rasio Likuiditas.
Adapun teknik pengumpulan data serta informasi yang dilakukan oleh penulis dalam penyusunan
skripsi ini yaitu dengan cara sebagai berikut:
1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)
Yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan untuk memperoleh data yang bersifat teoritis dari
literatur, catatan-catatan kuliah, bahan tulisan lainnya yang ada kaitannya dengan masalah yang
diteliti sehingga dapat dijadikan data sekunder. Tujuan dari penelitian kepustakaan ini adalah
untuk mendapatkan landasan teori dan berbagai pengertian mengenai masalah yang diteliti.
2. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu suatu metode penelitian yang digunakan dengan cara melakukan penelitian secara
langsung terhadap masalah yang akan dibahas yang merupakan objek penelitian
untuk mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan.
1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yang diperoleh dari Bursa Efek
Jakarta dan www.jsx.co.id. Sedangkan waktu penelitian dilakukan mulai bulan November 2005
sampai dengan Maret 2006.

Komentar : 13 Komentar »

Kategori : Skripsi Akuntansi

PERANAN RISIKO PENGENDALIAN TERHADAP


LINGKUP PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO
PERSEDIAAN (Studi Kasus Pada KAP KBS di Bandung)
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Akun persediaan merupakan akun yang kompleks dan memerlukan pengendalian yang kuat
dengan beberapa alasan. Pertama, persediaan adalah salah satu bagian utama dalam neraca dan
seringkali merupakan perkiraan yang terbesar yang melibatkan modal kerja. Kemudian,
persediaan seringkali pula tersebar di beberapa lokasi yang menyulitkan penghitungan dan
pengendaliaan fisik. Penilaian pun dipersulit oleh faktor keusangan dan perlunya
mengalokasikan biaya manufaktur ke dalam persediaan.
Persediaan bagi perusahaan manufaktur merupakan item yang sangat materiil karena sebagian
besar modal kerjanya digunakan untuk memenuhi persediaan. Sehingga pada akun persediaan
memerlukan pengendalian internal yang baik. Seperti pada saat negara kita tertimpa musibah
kebanjiran, bisa saja perusahaan mengalami kerugian yang sangat besar karena perusahaan tidak
bisa mengantisipasinya. Ketepatan pengantisipasian atas kerugian material yang mungkin
ditimbulkan oleh musibah banjir atau hal lain yang bisa diprediksi memungkinkan perusahaan
untuk tidak mengalami kerugian yang sangat besar. Apalagi bagi perusahaan yang memiliki
gudang persediaan di berbagai tempat dan memiliki persediaan yang merupakan barang
konsinyasi dalam gudang penyimpanannya.
Selain itu dengan tersebarnya persediaan pada berbagai tempat memungkinkan terjadinya
penggelapan persediaan, jika pengendalian internal yang dimiliki perusahaan tidak bisa
mencegahnya.
Mengingat besarnya risiko yang dapat muncul dalam sistem persediaan, perusahaan-perusahaan
berusaha merancang pengendalian internal yang efektif di dalam sistem persediaannya.
Pengendalian internal yang tercipta dalam perusahaan sangat penting bagi perusahaan yang
laporan keuangannya harus diaudit oleh akuntan publik, pengendalian internal ini selain dapat
mempengaruhi keandalan informasi juga akan mempengaruhi luasnya lingkup pengujian yang
akan dilakukan oleh akuntan publik khususnya pengujian substantif yang sangat tergantung pada
pengendalian internal yang didesain dan diterapkan oleh klien. Selain itu sistem pengendalian
internal yang efektif akan sangat mempengaruhi risiko pengendalian yang ditetapkan oleh
auditor dalam mengaudit laporan keuangan klien dan banyaknya bukti yang harus dikumpulkan
serta prosedur pengujian substantif atas saldo persediaan klien.
Dalam melakukan audit atas suatu laporan keuangan terdapat risiko yang akan ditemukan oleh
auditor. Risiko yang ada antara lain risiko bawaan (inherent risk), risiko pengendalian (control
risk), risiko temuan yang direncanakan (planned detection risk), dan risiko audit yang dapat
diterima (acceptable audit risk).
Risiko pengendalian baru dapat ditentukan jika auditor mempunyai pemahaman yang cukup atas
sistem pengendalian internal klien. Risiko ini ditentukan untuk memberikan pedoman pada
auditor atas efektivitas sistem pengendalian internal itu sendiri. Karena seperti yang kita ketahui
sistem pengendalian internal yang efektif akan mempengaruhi laporan keuangan yang akan
diperiksa.
Sedemikian kompleksnya sistem persediaan membuat auditor harus paham atas sistem
pengendalian internal yang diterapkan klien sehingga dalam menetapkan risiko pengendalian
dapat secermat mungkin. Hal ini akan berpengaruh pada jenis pengujian yang akan dilaksanakan
oleh auditor.
Berdasarkan uraian di atas, judul yang ingin penulis angkat adalah “PERANAN RISIKO
PENGENDALIAN TERHADAP LINGKUP PENGUJIAN SUBSTANTIF ATAS SALDO
PERSEDIAAN”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian di atas permasalahan yang akan diangkat adalah”
“Bagaimana peranan risiko pengendalian terhadap lingkup pengujian substantif atas saldo
persediaan klien?”

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan masalah di atas tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi tentang
peranan risiko pengendalian terhadap lingkup pengujian substantif atas saldo persediaan klien.

1.4 Manfaat Penelitian

Data dan informasi serta hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan bermanfaat terutama
bagi :
1. Penulis
a. Dapat menambah wawasan dan pengetahuan dalam bidang auditing khususnya pada risiko
pengendalian terhadap lingkup pengujian substantif atas saldo persediaan.
b. Untuk memenuhi salah satu syarat dalam menempuh ujian sarjana program studi S1 pada
Jurusan Akuntansi Universitas Widyatama.
2. Auditor, penulis berharap dapat memberikan informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
kinerja auditor.
3. Masyarakat, khususnya di lingkungan perguruan tinggi Universitas Widyatama, hasil
penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah wawasan dan dapat dijadikan referensi
atau bahan penelitian lebih lanjut.

1.5 Kerangka Pemikiran


Dalam auditing terdapat 5 macam pengujian menurut Arens & Loebbecke yang diterjemahkan
oleh Amir Abadi Jusuf (1999;310) yaitu:
1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian intern
2. Pengujian atas pengendalian
3. Pengujian substantif atas transaksi
4. Prosedur analitis
5. Pengujian terinci atas saldo.
Dari kelima pengujian di atas pengujian atas substantif merupakan pengujian yang memerlukan
biaya terbesar. Pengujian ini dimaksudkan untuk memberikan keyakinan pada auditor atas saldo
yang tercantum dalam neraca.
Menurut Mulyadi dalam buku auditing tujuan pengujian substantif atas saldo persediaan adalah:
1. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang bersangkutan dengan
sediaan.
2. Membuktikan asersi keberadaan sediaan yang dicantumkan di neraca dan keterjadian transaksi
yang berkaitan dengan sediaan
3. Membuktikan asersi kelengkapan transaksi yang berkaitan dengan sediaan yang dicatat dalam
catatan akuntansi dan kelengkapan saldo sediaan yang disajikan di neraca.
4. Membuktikan asersi hak kepemilikan klien atas sediaan yang tercantum di neraca.
5. Membuktikan asersi penilaian sediaan yang tercantumkan di neraca.
6. Membuktikan asersi penyajian dan pengungkapan sediaan di neraca.

Pada semua sistem yang terdapat dalam perusahaan, manajemen perlu menetapkan sistem
pengendalian yang efektif agar operasional sistem tersebut berjalan dengan baik dan terawasi.
Karenanya perlu dibuat suatu sistem pengendalian internal atas masing-masing siklus tersebut
yang tepat. Secara umum aktivitas pengendalian terdiri atas:
1. Kebijakan-kebijakan
2. Prosedur-prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen keyakinan memadai bahwa
tujuan dan sasaran dapat dicapai.
Pengendalian internal merupakan suatu proses, yang dipengaruhi oleh dewan komisaris,
manajemen dan personel lainnya dalam suatu entitas yang dirancang untuk memberikan
keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan yang terdiri dari keandalan laporan keuangan,
kepatuhan terhadap hukum-hukum dan peraturan-peraturan, serta efektivitas dan efisiensi operasi
( Boynton & Kell , 1996:254 )
Agar tercapainya efektivitas Sistem Pengendalian Internal, klien perlu menerapkan pengendalian
internal yang baik dalam semua sistemnya termasuk sistem pengendalian internal persediaannya.
Sedangkan tujuan utama pengendalian internal menurut Hiro Tugiman (1997:44) adalah untuk
meyakinkan :
1. “Keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi
2. Kesesuaian dengan berbagai kebijakan, rencana, prosedur dan ketentuan perundang-undangan
3. Perlindungan terhadap harta organisasi
4. Penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien
5. Tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”

Aktivitas pengendalian selain kebijakan dan prosedur juga meliputi:


1. Pemisahan tugas yang cukup.
2. Otorisasi yang pantas atas transaksi dan aktivitas.
3. Dokumen dan catatan yang memadai.
4. Pengendalian fisik atas aktiva dan catatan.
5. Pengecekan independen atas pelaksanaan.
Setelah auditor mendapat pemahaman yang cukup ata
s struktur pengendalian internal klien, menurut Arens, et al yang diterjemahkan oleh Tim
Dejacarta (2003:420) ada empat penilaian yang spesifik yang harus dibuat, yaitu:
1. “Menetapkan apakah laporan keuangan klien dapat di audit.
2. Menetapkan tingkat risiko pengendalian yang didukung oleh pemahaman yang diperoleh.
3. Menetapkan apakah diharapkan tingkat resiko pengendalian yang lebih rendah dapat
didukung.
4. Memutuskan tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan yang pantas untuk digunakan.”

Sistem pengendalian yang baik akan dapat menekan terjadinya kesalahan dan penyelewengan
dalam batas-batas biaya yang layak dan kalaupun kesalahan dan penyelewengan terjadi hal ini
dapat diketahui dan diatasi dengan cepat ( Theodorus M. Tuanakotta, 1982:96 )
Persediaan menurut kamus istilah akuntansi adalah barang dagangan atau persediaan yang
berada di tangan atau dalam perjalanan pada suatu waktu tertentu.
Adapun perkiraan-perkiraan yang dapat digolongkan sebagai persediaan adalah :
1. Bahan baku (Raw material )
2. Barang dalam proses (Work in process)
3. Barang jadi (Finish Good)
4. Perlengkapan (supplies), bahan pembantu dan suku cadang (spare part)

Sedangkan yang dimaksud dengan siklus persediaan dan pergudangan menurut Arens &
Loebbecke (1999;620) adalah:
“Paduan dari dua sistem yang terpisah tapi erat berhubungan. Yang pertama adalah arus barang
secara fisik dan yang kedua adalah biaya yang terkait. Selama persediaan bergerak dalam
perusahaan, harus ada pengendalian yang cukup baik atas pergerakan fisik maupun biaya-biaya
terkait”.

Pemeriksaan terhadap fungsi-fungsi yang membentuk siklus persediaan dan pergudangan akan
membantu auditor memahami pengendalian dan bahan bukti yang harus dikumpulkan untuk
menguji efektivitasnya.
Adapun hubungan antara pengujian pengendalian dan pengujian substantif adalah:
1. Auditor dapat melaksanakan pengujian substantif yang berbiaya besar jika pengendalian
internal lemah.
2. Auditor bisa melaksanakan pengujian substantif disertai dengan pengujian atas pengendalian
dalam proporsi yang rendah jika pengendalian internal efektif.
3. Auditor dapat melaksanakan pengujian substantif disertai pengujian pengendalian jika
pengendalian internal kuat.

Gambar 1.1.
Gambar no. 1.1 Kerangka Pemikiran
Sumber : Adopsi dari beberapa buku Auditing (Mulyadi, Arens & Loebbecke, Sukrisno Agoes,
Dan M. Guy dkk)

Penjelasan :
CR : Control Risk

1.6 Pembatasan Masalah


1. penelitian ini hanya akan meneliti peranan risiko pengendalian terhadap lingkup pengujian
substantif atas saldo persediaan klien saja.
2. Pengujian yang dilakukan adalah pengujian substantif dengan macam test detail of balance

1.7 Metodologi Penelitian


Dalam menyusun skripsi ini, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Menurut Moh. Nazir, Phd (2003;54-55),
metode deskriptif yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek,
suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang yang
bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat
mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki. Secara harfiah,
metode deskriptif adalah metode penelitian untuk membuat gambaran mengenai situasi atau
kejadian, sehingga metode ini berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka.
Sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis meliputi:
1. Penelitian Lapangan (Field research)
Teknik penelitian ini dilaksanakan untuk memperoleh data primer dengan cara:
a. Wawancara, yaitu tanya jawab dengan akuntan publik dan pihak-pihak lain yang bersangkutan
dalam penelitian ini.
b. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data di mana penulis membuat pertanyaan-
pertanyaan mengenai peranan risiko pengendalian terhadap lingkup pengujian substantif atas
saldo persediaan.
2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Penelitian kepustakaan dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yaitu sumber informasi
dari para ahli atau penulis yang kompeten dalam membahas masalah yang diteliti dengan
mengumpulkan bahan-bahan teoritis agar diperoleh suatu pengertian yang mendalam dan
menunjang proses pembahasan terhadap data faktual.

1.8 Lokasi dan Waktu penelitian


Penelitian akan dilakukan pada Kantor Akuntan Publik (KAP) KOESBANDIJAH, BEDDY
SAMSI & SETIASIH Jl. KHP. Hasan Mustofa no.58 Bandung. Pelaksanaan penelitian ini akan
dilakukan mulai bulan Juni 2005 sampai dengan bulan Oktober 2005.

Komentar : 1 Komentar »

Kategori : Skripsi Akuntansi

PENGARUH KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN


RETURN ON INVESTMENT DAN TOTAL ASSET
TURNOVER TERHADAP INVESTASI AKTIVA TETAP
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Dalam era perdagangan bebas ini, perubahan dan mobilitas keuangan internasional semakin
cepat maka akan mempengaruhi semua aspek kehidupan termasuk Akuntansi dan Keuangan.
Bagi kita di Indonesia fenomena ini mau tidak mau, suka tidak suka harus kita alami.
Dengan semakin majunya perkembangan dunia usaha, persaingan antar perusahaan pun semakin
meningkat. Agar dapat tetap bertahan dalam dunia bisnis setiap perusahaan harus berhati – hati
dalam mengambil keputusan terutama keputusan di bidang keuangan. Hal ini disebabkan karena
kegagalan atau keberhasilan usaha hampir sebagian besar ditentukan oleh kualitas keputusan
yang berkaitan dengan keuangan.
Untuk dapat mengambil keputusan yang tepat diperlukan suatu informasi mengenai keuangan
perusahaan yang tersedia tepat waktu, dapat ditelusuri kebenarannya, jelas, lengkap, dan akurat.
Dalam hal ini perusahaan akan menyusun suatu laporan keuangan yang dapat menggambarkan
seluruh hasil kegiatan perusahaan pada akhir periode pembukuan. Laporan keuangan itu disusun
dengan maksud untuk memberikan informasi tentang hasil usaha, posisi finansial, dan berbagai
faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan posisi finansial kepada berbagai pihak yang
berkepentingan dengan eksistensi perusahaan, baik pihak intern maupun ekstern perusahaan.
Agar pihak – pihak yang bersangkutan dapat memperoleh informasi yang memadai dan akurat
maka perlu diadakan interpretasi terhadap laporan keuangan. Dalam menganalisis dan
menginterpretasikan laporan keuangan yang bersangkutan, maka digunakan metode – metode
tertentu yang telah baku. Pada umumnya dalam menganalisis laporan keuangan digunakan
analisis rasio yang terdiri atas rasio likuiditas, solvabilitas, profitabilitas, dan aktivitas.
Hasil analisis tersebut sangat penting artinya bagi pimpinan perusahaan untuk mengontrol
kebijakan – kebijakan yang telah diambil baik kondisi keuangan yang lalu, saat ini maupun yang
akan datang dalam rangka menjalankan operasi perusahaan dan membantu dalam mengambil
berbagai keputusan yang harus dilaksanakan secepat mungkin agar tujuan perusahaan itu dapat
tercapai.
Setiap tahun posisi keuangan perusahaan akan terus berubah sesuai dengan operasional
perusahaan, begitu pula dengan aktiva yang digunakan, terutama investasi atas aktiva tetap, yang
pada dasarnya jumlah dan nilainya selalu meningkat dari tahun ke tahun. Hal ini dimaksudkan
untuk dapat mempertinggi kinerja perusahaan secara keseluruhan. Namun demikian tidak
menutup kemungkinan jumlah dan nilainya berkurang disebabkan oleh aktivitas perusahaan yang
kurang baik atau kondisi lain yang kurang menguntungkan misalnya perekonomian nagara yang
kurang kondusif.
Selain beberapa hal yang telah dijelaskan sebelumnya, hal lain yang menjadi perhatian penulis
adalah aktiva tetap merupakan investasi yang menyerap bagian terbesar dari modal yang
ditanamkan dalam perusahaan, bahkan dalam beberapa hal tertentu merupakan keharusan dalam
perusahaan karena tanpa aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan. Aktiva
tetap seringkali disebut sebagai “the earning asset” yaitu aktiva yang sesungguhnya
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, oleh karenanya melalui aktiva tetap inilah yang
memberikan dasar bagi “earning power” perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul :
“PENGARUH KINERJA KEUANGAN BERDASARKAN RETURN ON INVESTMENT DAN
TOTAL ASSET TURNOVER TERHADAP INVESTASI AKTIVA TETAP”

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis merumuskan beberapa masalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kondisi kinerja keuangan perusahaan melalui analisis Return On Investment


dan Total Asset Turnover pada perusahaan
2. Bagaimanakah tingkat perubahan investasi Aktiva Tetap perusahaan selama operasionalisasi
perusahaan berjalan
3. Seberapa besar pengaruh kinerja keuangan berdasarkan Return On Investment dan Total Asset
Turnover terhadap perubahan investasi Aktiva Tetap pada perusahaan

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian


1.3.1 Maksud Penelitian
Adapun maksud penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah menganalisis laporan keuangan
dan pengaruhnya terhadap penambahan investasi Aktiva Tetap.

1.3.2 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan melalui analisis Return On Investment dan
Total Asset Turnover pada perusahaan.
2. Untuk mengetahui tingkat perubahan investasi Aktiva Tetap pada perusahaan selama
operasionalisasi perusahaan berjalan.
3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kinerja keuangan berdasarkan Return On Investment
dan Total Asset Turnover terhadap perubahan investasi Aktiva Tetap pada perusahaan.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penulis mengharapkan agar penelitian ini dapat berguna bagi pihak – pihak yang bersangkutan,
kegunaan tersebut dapat berdampak praktis dan teoritis.

1.4.1 Kegunaan Praktis


Adapun kegunaan dari hasil penelitian yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut :

1. Bagi penulis
• Untuk menambah wawasan pemikiran dalam hal akuntansi khususnya pengaruh analisis
laporan keuangan terhadap penambahan Aktiva Tetap.
• Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sidang komprehensive S1 Akuntansi
2. Bagi perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta masukan yang berguna dalam
menerapkan kebijakan perusahaan di bidang keuangan khususnya dalam menganalisis laporan
keuangan.

1.4.2 Kegunaan bagi Pengembangan Ilmu


Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengembangan ilmu pengetahuan
yang berhubungan dengan disiplin ilmu ekonomi khususnya akuntansi.

1.5 Rerangka Pemikiran


Pada pelaporan keuangan terdapat dua laporan penting yang harus disusun oleh akuntan pada
akhir periode untuk suatu perusahaan. Kedua laporan tersebut adalah laporan neraca dan laporan
rugi laba. Neraca adalah suatu laporan yang menunjukkan tentang perkiraan harta, utang, dan
modal perusahaan. Sedangkan laporan rugi laba menyajikan pendapatan dan biaya – biaya suatu
perusahaan.
Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada
saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Dengan demikian laporan keuangan merupakan
merupakan sumber informasi penting bagi para pemakai laporan keuangan dalam rangka
pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Sofyan Syafri Harahap (1999:17) dalam bukunya
Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, mengemukakan pengguna laporan keuangan sebagai
berikut:
“Investor memerlukan laporan keuangan untuk menilai kemungkinan akan menanamkan kembali
(investasi) atau menarik dana (divestasi) dari perusahaan”
Laporan keuangan akan menjadi lebih bermanfaat untuk pengambilan keputusan ekonomi,
apabila dengan informasi laporan keuangan tersebut dapat diprediksi apa yang akan terjadi di
masa mendatang. Dengan mengolah lebih lanjut laporan keuangan melalui proses perbandingan,
evaluasi dan anlisis trend, akan diperoleh prediksi tentang apa yang mungkin akan terjadi di
masa yang akan datang.
Analisa laporan keuangan merupakan penelahaan tentang hubungan dan kecenderungan untuk
mengetahui apakah keadaan keuangan hasil usaha dan kemajuan keuangan perusahaan
memuaskan atau tidak. Analisa dilakukan dengan mengukur hubungan antara unsur – unsur
laporan keuangan dan bagaimana perubahan unsur – unsur itu dari tahun ke tahun untuk
mengetahui arah perkembangan.
Analisis laporan keuangan menurut Bernstein (1983:3) yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap
dalam bukunya Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan adalah:
“Analisis laporan keuangan mencakup penerapan metode dan teknik analitis atas laporan
keuangan dan data lainnya untuk melihat dari laporan itu ukuran – ukuran dan hubungan tertentu
yang sangat berguna dalam proses pengambilan keputusan”

Ar
ti penting analisa rasio laporan keuangan menurut Bambang Riyanto (1995:327) dalam bukunya
Dasar –dasar Pembelanjaan Perusahaan adalah :
“Untuk dapat memperoleh gambaran tentang perkembangan finansial suatu perusahaan perlulah
kita mengadakan interpretasi atau analisa terhadap data finansiil dari perusahaan yang
bersangkutan”

Pada umumnya dalam menganalisa laporan keuangan digunakan analisis rasio yang biasanya
terdiri dari rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan aktivitas dari perusahaan yang
bersangkutan
1. Rasio- rasio Likuiditas
Rasio likuiditas menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan kemampuan
jangka pendeknya.Likuiditas dimaksudkan sebagai perbandingan antara jumlah uang tunai dan
aktiva lain yang dapat dipersamakan dengan uang tunai di satu pihak dengan jumlah hutang di
lain pihak (likuiditas badan usaha), juga dengan pengeluaran – pengeluaran untuk
menyelenggarakan perusahaan di lain pihak (likuiditas perusahaan)
2. Rasio- rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka
panjangnya atau kewajiban – kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi.
3. Rasio – rasio Rentabilitas
Rentabilitas menggambarkan perbandingan antara laba dengan aktiva atau modal yang
menghasilkan laba tersebut.
4. Rasio – rasio Aktivitas
Rasio aktivitas dimaksudkan untuk mengukur seberapa besar efektivitas perusahaan
mengerjakan sumber – sumber dananya.
Menurut Bernstein (1983) yang dikutip oleh Sofyan Syafri Harahap (2004:197) dalam bukunya
Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, tujuan analisa laporan keuangan adalah :
“Analisis dilakukan dengan melihat secara analitis laporan keuangan dengan tujuan untuk
memilih kemungkinan investasi atau merger”
Definisi investasi menurut Mulyadi (1997: 248) dalam bukunya Akuntansi Manajemen adalah
sebagai berikut:
“ Investasi didefinisikan sebagai pengkaitan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk
menghasilkan laba di masa yang akan datang”
Perusahaan melakukan investasi dengan alasan yang berbeda-beda. Bagi beberapa perusahaan
aktivitas investasi merupakan unsur penting dari operasi perusahaan dan penilaian kinerja
perusahaan mungkin sebagian besar, atau seluruhnya bergantung pada hasil yang dilaporkan
mengenai aktivitas ini. Pada umumnya investasi memiliki hak finansial, sebagian berwujud
seperti investasi tanah, bangunan, emas, berlian atau komoditi lain yang dapat dipasarkan.
Jumlah dana yang diinvestasikan dalam aktiva tetap tidak sama jumlahnya selama periode
akuntansi atau selama umur aktiva tetap tersebut. Jumlah dana yang terikat dalam aktiva tetap
akan berangsur-angsur berkurang sesuai dengan metode depresiasi yang digunakan.
Dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap seperti halnya dana yang diinvestasikan dalam aktiva
lancar juga mengalami proses perputaran. Secara konsepsional sebenarnya tidak ada
perbedaannya antara investasi dalam aktiva tetap dengan investasi dalam aktiva lancar.
Perusahaan mengadakan investasi jangka pendek adalah dengan harapan bahwa perusahaan akan
dapat memperoleh kembali dana yang diinvestasikan dalam aktiva tersebut.Demikian pula
halnya apabila perusahaan mengadakan investasi dalam aktiva tetap, adalah juga dengan harapan
yang sama dengan investasi dalam aktiva lancar, yaitu bahwa perusahaan akan dapat
memperoleh kembali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap tersebut.
Pertimbangan lain yang menjadi dasar penulis dalam mengkaji aktiva tetap dibanding dengan
aktiva finansial adalah seperti yang dikemukakan oleh para ahli sebagai berikut: Lukman
Samsudin (1994: 408) dalam buku Manajemen Keuangan Perusahaan sebagai berikut:
“Aktiva tetap adalah merupakan investasi yang menyerap bagian terbesar dari modal yang
ditanamkan dalam perusahaan dan merupakan suatu keharusan dalam perusahaan karena tanpa
aktiva tersebut proses produksi tidak akan mungkin berjalan.”

Selanjutnya dikemukakan bahwa:


“Aktiva tetap seringkali disebut sebagai ”The earning asset” yaitu aktiva yang sesungguhnya
menghasilkan pendapatan bagi perusahaan, oleh karenanya melalui aktiva tetap inilah yang
memberikan dasar bagi “Earning Power” perusahaan.”

Tujuan umum perusahaan adalah memaksimumkan kemakmuran pemegang saham, demikian


pula tujuan yang harus dicapai dalam investasi jangka panjang ini adalah memaksimumkan
kemakmuran pemegang saham atau memaksimumkan nilai perusahaan.
Berdasarkan pemikiran tersebut di atas, penulis mencoba merumuskan hipotesis yang merupakan
kesimpulan sementara dari penelitian ini sebagai berikut:
“TERDAPAT PENGARUH YANG SIGNIFIKAN ANTARA KINERJA KEUANGAN
BERDASARKAN RETURN ON INVESTMENT DAN ASSET TURNOVER TERHADAP
INVESTASI AKTIVA TETAP”

1.6 Metodologi Penelitian


Dalam melaksanakan penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode dalam
meneliti sekelompok manusia, suatu objek, suatu kondisi, suatu system pemikiran ataupun suatu
peristiwa.
Teknik pengumpulan data yang dilakukan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas
adalah sebagai berikut:
1. Penelitian lapangan (Field Research)
Yaitu cara pengumpulan data dengan mengadakan penelitian langsung pada perusahaan untuk
kemudian dipelajari, diolah, dan dianalisis. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk
memperoleh data adalah dengan cara meminta data yang diperlukan.
2. Studi Kepustakaan (Library research)
Yaitu pengumpulan data sekunder yang dilakukan untuk memperoleh keterangan dan data dari
literatur yang berupa buku, majalah, makalah yang relevan dengan landasan teori atas masalah
yang diteliti agar diperoleh suatu pemahaman yang mendalam serta menunjang proses
pembahasan mengenai masalah-masalah yang telah diidentifikasikan.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian dilakukan di Perusahaan Tekstil di Kota Bandung pada bulan Agustus sampai dengan
bulan Desember 2005.

Komentar : 7 Komentar »

Kategori : Skripsi Akuntansi

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGENAAN PAJAK


PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA
PENGIRIMAN PAKET PADA PT. POS INDONESIA
(PERSERO) KANTOR POS JAKARTA PUSAT
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul


Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas barang-barang dan jasa merupakan pajak yang dikenakan
atas konsumsi di dalam negeri (di dalam daerah pabean), baik konsumsi barang maupun
konsumsi jasa. Oleh karena itu, atas barang yang tidak dikonsumsi di dalam daerah pabean
(diekspor), dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen). Sebaliknya atas impor barang
dikenakan pajak yang sama dengan produksi barang dalam negeri. Sesuai dengan pertimbangan
keadaan ekonomi, sosial dan budaya, tidak semua jenis barang dan jasa terutang PPN.
Berdasarkan Pasal 9 angka 3 dan Pasal 12 angka 3 PP No. 50 tahun 1994 dan PP No. 144 tahun
2000 tentang barang dan jasa yang terutang PPN, menyatakan bahwa salah satu jasa yang
terhutang PPN adalah Jasa Pengiriman Paket, sebesar 10% dari jumlah tagihan atau dari jumlah
yang seharusnya ditagih.
Namun tidak demikian yang tercantum di dalam resi tanda terima pengiriman paket melalui PT.
Pos Indonesia (Persero), yang hanya mencantumkan sejumlah beban uang yang harus dibayar
oleh pengirim paket, tanpa mencantumkan tambahan PPN-nya. Oleh karena itu yang menjadi
tujuan dari penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah bahwa PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor
Pos Jakarta Pusat tidak atau belum memungut PPN atas jasa layanan pengiriman paket, yang
artinya belum melaksanakan ketentuan perpajakannya seperti yang tersebut di dalam peraturan
pemerintah.
Atas dasar tujuan di atas penulis bermaksud untuk melakukan penelitian sebagai bahan membuat
Laporan Tugas Akhir dengan mengambil judul “TINJAUAN PELAKSANAAN PENGENAAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN) ATAS JASA PENGIRIMAN PAKET PADA PT. POS
INDONESIA (PERSERO) KANTOR POS JAKARTA PUSAT”.

1.2 Identifikasi Masalah


Mengingat luasnya kegiatan yang dilakukan oleh PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Jakarta
Pusat dan keterbatasan waktu yang diberikan kepada penulis dalam melaksanakan penyusunan
tugas akhir ini, penulis membatasi kegiatan serta ruang lingkup penelitian yang dilaksanakan
sebagai berikut :
1. Bagaimana Pelaksanaan Pemungutan atau Pengenaan, Penyetoran dan Pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) atas Jasa Pengiriman Paket pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor
Pos Jakarta Pusat.
2. Apakah pelaksanaan pemungutan atau pengenaan, penyetoran dan pelaporan Pajak
Pertambahan Nilai (PPN) di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Jakarta Pusat telah sesuai
dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, seperti yang tersebut di dalam Peraturan Pemerintah.

1.3 Maksud dan Tujuan Laporan Tugas Akhir


Adapun tujuan dari kerja praktik tersebut adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan pemungutan atau pengenaan, penyetoran dan
pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas jasa pengiriman paket pada PT. Pos Indonesia
(Persero) Kantor Pos Jakarta Pusat.
2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pemungutan atau pengenaan, penyetoran dan
Pelaporan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) di PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Jakarta
Pusat telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku, seperti yang tersebut di dalam
peraturan pemerintah.

1.4 Kegunaan Laporan Tugas Akhir


Laporan tugas akhir ini diharapkan dapat memberikan kegunaan bagi berbagai pihak antara lain:
1. Bagi penulis sendiri adalah untuk menambah wawasan Pengetahuan dan sebagai salah satu
persyaratan dalam menempuh Ujian Akhir Jurusan Akuntansi Program Diploma III Fakultas
Ekonomi Universitas Widyatama.
2. Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan sebagai bahan referensi atau bahan bacaan bagi
para peneliti lainnya.
3. Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait dalam rangka mengupayakan meningkatkan mutu
dalam tata cara pelaksanaan Pajak Pertambahan Nilai.

1.5 Metodologi Laporan Tugas Akhir


Metode yang digunakan dalam penulisan Laporan Tugas Akhir ini adalah metode deskriptif,
yaitu suatu metode yang dilakukan dengan cara mengumpulkan, menyajikan serta menganalisis
data sehingga diperoleh gambaran yang cukup jelas mengenai masalah yang dihadapi, kemudian
ditarik suatu kesimpulan. Penulis melakukan pengumpulan data yang diperlukan dengan cara:
1. Penelitian lapangan (Field Research).

Yaitu penelitian dengan melakukan peninjauan secara langsung ke perusahaan agar memperoleh
data yang diperlukan, melalui wawancara dan observasi, dengan pihak-pihak yang berhubungan
dengan masalah yang diteliti.
2. Penelitian Kepustakaan (Library Research).

Yaitu penelitian dengan mempelajari literatur-literatur, dan buku referensi yang berhubungan
dengan topik pembahasan dalam laporan tugas akhir ini.

1.6 Lokasi dan Waktu Kerja Praktik


Kerja praktik ini dilakukan pada PT. Pos Indonesia (Persero) Kantor Pos Jakarta Pusat, Jalan
Lapangan Banteng No.1 Jakarta Pusat 10710. Sedangkan waktu kerja praktik yang dilakukan
penulis mulai tanggal 15 Desember 2003 sampai dengan 15 Januari 2003.

Komentar : 5 Komentar »

Kategori : Skripsi Akuntansi

PERANAN PENGENDALIAN INTERNAL DALAM


MENUNJANG EFEKTIVITAS SISTEM PEMBERIAN
KREDIT USAHA KECIL DAN MENENGAH
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Perkembangan perekonomian nasional dan perubahan lingkungan strategis yang dihadapi dunia
usaha termasuk koperasi dan usaha kecil menengah saat ini sangat cepat dan dinamis. Koperasi
sebagai badan usaha senantiasa harus diarahkan dan didorong untuk ikut berperan secara nyata
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan anggotanya agar mampu mengatasi ketimpangan
ekonomi dan kesenjangan sosial, sehingga lebih mampu berperan sebagai wadah kegiatan
ekonomi rakyat.
Salah satu potensi yang mendapat perhatian pemerintah dan perlu dikembangkan adalah sektor
usaha kecil dan menengah. Kondisi ini mengharuskan setiap pengusaha baik usaha kecil maupun
menengah melakukan upaya demi menstabilkan atau lebih meningkatkan eksistensi usahanya.
Salah satu masalah yang umumnya menjadi penghambat adalah masalah permodalan usaha kecil
dan menengah. Masalah permodalan yang dihadapi mencakup aspek-aspek permodalan, masalah
pembiayaan usaha, masalah akumulasi modal, serta cara memanfaatkan fasilitas dalam rangka
pelaksanaan usahanya.
Koperasi dalam hal ini berperan dalam membantu permasalahan yang dihadapi usaha kecil dan
menengah melalui penyaluran kredit atau membantu permodalan ke sektor usaha kecil dan
menengah. Dengan peran serta koperasi terhadap usaha kecil dan menengah dalam pemberian
kredit, maka usaha kecil dan menengah dapat meringankan masalah permodalannya dan dapat
meningkatkan usahanya dengan kualitas yang baik dan bermutu sehingga usaha kecil dan
menengah dapat membantu pertumbuhan ekonomi.
Menurut undang-undang Koperasi No.25 Tahun 1992 Pasal 1: “Koperasi adalah badan usaha
yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan
kegiatannya berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasar atas asas kekeluargaan”.
Salah satu unit usaha koperasi adalah memberikan kredit simpan pinjam. Pemberian kredit
merupakan suatu usaha koperasi yang paling pokok, maka koperasi perlu memberikan penilaian
terhadap nasabah yang mengajukan kredit pinjaman serta merasa yakin bahwa nasabahnya
tersebut mampu untuk mengembalikan kredit yang telah diterimanya.
Masalah keamanan atas kredit yang diberikan merupakan masalah yang harus diperhatikan oleh
koperasi, karena adanya risiko yang timbul dalam sistem pemberian kredit. Permasalahan ini bisa
dihindari dengan adanya suatu pengendalian intern yang memadai dalam bidang perkreditan.
Dengan kata lain diperlukan suatu pengendalian intern yang dapat menunjang efektivitas sistem
pemberian kredit. Dengan terselenggaranya pengendalian intern yang memadai dalam bidang
perkreditan, berarti menunjukkan sikap kehati-hatian dalam tubuh koperasi tersebut.
Untuk mampu berperan sebagai badan usaha yang tangguh dan mandiri, koperasi melalui usaha
pemberian kreditnya harus mampu meningkatkan efektivitas sistem pemberian kredit dan
berusaha sebaik mungkin mengurangi risiko kegagalan kredit. Jika diteliti lebih dalam,
kegagalan kredit terutama disebabkan oleh lemahnya pengendalian intern.
Berdasarkan uraian yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul: “Peranan Pengendalian Internal dalam Menunjang Efektivitas Sistem Pemberian
Kredit Usaha Kecil dan Menengah”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, permasalahan yang penulis identifikasi dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengendalian internal yang diterapkan oleh koperasi telah efektif
2. Apakah sistem pemberian kredit usaha kecil dan menengah pada koperasi telah efektif
3. Bagaimana peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas sistem pemberian
kredit usaha kecil dan menengah
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk menggali atau mencari data dan informasi yang
berhubungan dengan peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas sistem
pemberian kredit usaha kecil dan menengah.
Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan, tujuan penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui efektivitas pengendalian internal yang diterapkan pada koperasi
2. Mengetahui efektivitas sistem pemberian kredit usaha kecil dan menengah pada koperasi
3. Mengetahui peranan pengendalian internal dalam menunjang efektivitas sistem pemberian
kredit usaha kecil dan menengah

1.4 Kegunaan Penelitian


Hasil penelitian yang disajikan dalam bentuk skripsi ini diharapkan dapat memberikan kegunaan
dari segi:
1. Kegunaan bagi Pengembangan Ilmu
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan atau pengetahuan di bidang pengendalian
internal khususnya menyangkut efektivitas sistem pemberian kredit.
2. Kegunaan Operasional
a. Bagi Penulis
Penelitian ini dapat memberikan peluang untuk menambah wawasan berpikir memperluas
pengetahuan, baik dalam teori maupun praktek. Dalam teori berarti memperoleh pemahaman dan
penghayatan yang diperoleh pada saat kuliah. Dalam praktek, diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan penerapan dalam kegiatan perusahaan, khususnya koperasi. Selain itu penelitan
ini berguna sebagai bahan penulisan skripsi yang merupakan salah satu syarat untuk menempuh
sidang Sarjana Strata-1 (S-1) Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas
Widyatama.

b. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapakan dapat memberikan sumbangan atau informasi untuk kemajuan
koperasi.
c. Bagi Pihak Lain
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi yang bermanfaat dan masukan sesuai
dengan kebutuhan.

1.5 Kerangka Pemikiran


Pengendalian merupakan fungsi manajemen yang melaksanakan analisa atas seluruh aktivitas
perusahaan. Fungsi ini sangat penting karena menghasilkan pertimbangan dan saran yang
bermanfaat untuk perencanaan berikutnya. Adanya pengendalian di perusahaan, maka
diharapkan seluruh aktivitas dapat berjalan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu pengendalian internal diperlukan sebagai suatu alat yang
dapat membantu pimpinan perusahaan dalam pengendalian aktivitas perkreditan yang akan
sangat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan perusahaan.
Pengertian pengendalian internal menurut The Committee of Sponsoring Organization (COSO)
yang dikutip oleh Bodnar dan Hopwood (2001:182) adalah sebagai berikut:
“Internal control is process -effected by an entity’s board of director, management, and other
personal- designed to provide reasonable assurance regarding achievement of objectives in the
following categories:
a. Reliability of financial reporting
b. Effectiveness and efficiency of operation, and
c. Compliance with applicable laws and regulations”.
Jadi pengendalian internal adalah proses yang dapat dipengaruhi manajemen dan karyawan
dalam menyediakan secara layak suatu kepastian mengenai prestasi yang diperoleh secara
objektif dalam penerapannya tentang bagian laporan keuangan yang dapat dipercaya,
diterapkannya efisiensi dan efektivitas dalam kegiatan operasional perusahaan dan diterapkannya
peraturan dan hukum yang berlaku agar ditaati oleh semua pihak.

Definisi tersebut menunjukkan bahwa tujuan pengendalian internal adalah:


1. Keandalan laporan keuangan
2. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi perusahaan
3. Mendorong dipatuhi undang-undang dan peraturan-peraturan yang ditetapkan manajemen
Tujuan utama pengendalian internal pada kredit adalah untuk mengarahkan kegiatan pemberian
kredit agar dapat mengurangi terjadinya kegagalan perkreditan dan mengurangi terjadinya kredit
macet. Kredit mempunyai risiko yang cukup tinggi yakni terjadi kemacetan pada saat pemberian
kredit, risiko kemacetan kredit pada saat jatuh tempo dapat dikurangi dengan menjalankan
pengendalian intern secara efektif.
Menurut Ensiklopedi umum, yang dikutip oleh Rachmat Firdaus (2004:2) pengertian kredit
sebagai berikut:
“Kredit adalah sistem keuangan unt
uk memudahkan pemindahan modal dari pemilik kepada pemakai dengan mengharapkan
memperoleh keuntungan, kredit diberikan berdasarkan kepercayaan orang yang memberikan
terhadap kecakapan dan kejujuran si peminjam”.

Adapun pengertian kredit menurut Undang-Undang Pokok Perbankan No.10 Tahun 1998:
“Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga”.

Jadi kredit adalah pemindahan dana kepada para peminjam untuk mendapatkan keuntungan atas
jasa yang diberikan kepada peminjam, didasarkan pada kepercayaan kedua belah pihak dan
berdasarkan persetujuan pinjam meminjam hutang atau pinjaman setelah jangka waktu tertentu
bahkan dengan jumlah bunga yang telah ditetapkan atau disepakati.
Karena dalam pemberian kredit mengandung risiko, pihak koperasi harus aktif dalam memilih
nasabah, yaitu dengan penilaian dari prinsip-prinsip dalam
pemberian kredit, yang menurut Kasmir (2003:91) terdiri dari:

1. Character / Watak
Character adalah sifat atau watak seseorang dalam hal ini calon debitur.
2. Capacity / Kemampuan
Capacity adalah kemampuan calon nasabah dalam membayar kredit yang dihubungkan dengan
kemampuannya mengelola bisnis serta kemampuannya mencari laba. Sehingga pada akhirnya
akan terlihat kemampuannya dalam mengembalikan kredit yang disalurkan.
3. Capital / Modal
Capital adalah sumber-sumber pembiayaan yang dimiliki nasabah terhadap usaha yang akan
dibiayai oleh bank.
4. Collateral / Jaminan
Collateral merupakan jaminan yang diberikan calon nasabah baik yang bersifat fisik maupun
nonfisik.
5. Condition of Economic / Kondisi Ekonomi
Dalam menilai kredit hendaknya juga dinilai kondisi ekonomi sekarang dan untuk masa yang
akan datang sesuai sektor masing-masing.

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan suatu kegiatan atau program yang dikaitkan dengan
tujuan yang ditetapkan. Efektivitas sistem pemberian kredit berarti menciptakan suatu sistem
pemberian kredit yang sehat dan teratur sehingga memperkecil risiko yang dihadapi perusahaan
atas kredit yang disalurkannya.
Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan dilakukan
penulis antara lain:
Mida Siti Hamidah (2003), melakukan penelitian dengan menggunakan metode studi kasus pada
Divisi Atelir PT Telekomunikasi Indonesia Tbk. Berdasarkan penelitiannya diperoleh hasil
bahwa melalui penerapan pengendalian internal yang efektif berperan dalam menunjang
efektivitas pembayaran gaji.
Lydia Ariessanta Wibowo (2004), melakukan studi kasus pada PT. Asia Paramita Indah
Bandung. Hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan pengendalian internal yang
memadai atas persediaan barang dagangan akan dapat menunjang efektivitas pengelolaan
persediaan barang dagangan.
Mei Swan Marina (2004), melakukan studi kasus pada PT. Bentara Sinar Prima Bandung. Hasil
penelitian diperoleh bahwa pengendalian internal yang memadai berperan signifikan terhadap
efektivitas upah dan gaji.
Bondan Djatnika (2004), melakukan penelitian dengan metode studi kasus pada CV. Mitra
Usaha Abadi Bandung. Diperoleh hasil penelitian bahwa pengendalian internal penjualan kredit
berperan positif dalam menunjang peningkatan pendapatan perusahaan.
Hiro Tugiman (2000), melakukan penelitian terhadap 102 BUMN/D. Hasil penelitian
membuktikan secara kuantitatif pengaruh pengendalian internal dalam rangka pencapaian kinerja
organisasi. Pengaruh pengendalian internal terhadap kinerja perusahaan menunjukkan angka
yang paling besar bila dibandingkan dengan pengaruh manajer puncak, auditor internal, manajer
produksi, dan manajer keuangan.
Penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan variabel independen yang sama dengan
penelitian sebelumnya, yaitu penegendalian internal. Namun substansi dari penelitian yang akan
penulis lakukan sangat berbeda dengan penelitian terdahulu. Perbedaan tersebut antara lain,
dalam penelitian penulis:
1. Substansi penelitan menitik beratkan pada peranan pengendalian internal dalam menunjang
efektivitas sistem pemberian kredit usaha kecil dan menengah
2. Penelitian menggunakan metode studi kasus pada koperasi simpan pinjam
Berdasarkan uraian di atas, penulis mengemukakan hipotesis sebagai berikut:
“Pengendalian internal yang memadai akan berperan dalam menunjang efektivitas sistem
pemberian kredit usaha kecil dan menengah”.

1.6 Metodologi Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan
pendekatan studi kasus. Data diperoleh dari hasil penelitian, diproses kemudian dianalisis serta
diinterpretasikan dengan menggunakan teori yang ada.

1.6.1 Operasionalisasi Variabel


Sesuai dengan judul penelitian ini, maka pengujian dilakukan terhadap:
1. Variabel Independen (X)
Variabel Independen adalah suatu variabel yang keberadaannya tidak
dipengaruhi oleh variabel lain, variabel independen ini merupakan faktor
penyebab yang akan mempengaruhi variabel lain.
Dalam penelitian ini yang berfungsi sebagai variabel bebas adalah peranan pengendalian
internal. Pengendalian internal menurut Mulyadi (2002:180) adalah:
“Pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen,
dan personil lain entitas yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang
pencapaian tiga golongan tujuan berikut ini (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas
dan efisiensi operasi dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”.

Aspek yang diteliti dari peranan pengendalian internal adalah komponen pengendalian internal
dan tujuan pengendalian internal.
2. Variable Dependen (Y)
Variabel dependen adalah variabel terikat yang keberadaannya merupakan sesuatu yang
dipengaruhi oleh variabel independen. Efektivitas sistem pemberian kredit usaha kecil dan
menengah diidentifikasikan sebagai variabel dependen.
Sistem pemberian kredit yang efektif diukur melalui tingkat kesesuaian pelaksanaan sistem
pemberian kredit dengan indikator pelaksanaan sistem pemberian kredit yang efektif.

1.6.2 Teknik Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1. Penelitian Lapangan ( Field Research )
Dilakukan untuk memperoleh data primer dengan melakukan:
a. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab dengan pihak yang berwenang untuk
mendapatkan gambaran umum mengenai perusahaan dan masalah yang berhubungan dengan
sistem pemberian kredit.
b. Kuesioner, yaitu dengan memberikan daftar pertanyaan yang diharapkan dijawab untuk
mempermudah pengumpulan data dan efisiensi waktu.
c. Observasi, dilakukan dengan cara mengamati secara langsung pelaksanaan sistem pemberian
kredit.
2. Penelitian Kepustakaan ( Library Research )
Dilakukan untuk memperoleh data dengan meneliti dan mempelajari literatur,
karya ilmiah, dan sumber-sumber bacaan lain yang berkaitan dengan masalah yang diteliti untuk
mendapatkan landasan teori.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi penelitian dilakukan di Koperasi Simpan Pinjam Artha Jaya Sentosa Jakarta, yang
beralamat di Jalan Pondok Kelapa IX Blok D No. 21 Jakarta Timur.
Adapun waktu penelitian dilaksanakan mulai dari bulan Maret 2006 sampai dengan skripsi ini
selesai.

Komentar : 21 Komentar »

Kategori : Skripsi Akuntansi

PERANAN ANALISIS BIAYA DIFERENSIAL DALAM


PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMPRODUKSI
SENDIRI ATAU MEMBELI PRODUK GARMEN UNTUK
MEMENUHI SUATU PESANAN
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Dunia usaha dewasa ini ditandai dengan semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan-
perusahaan yang ada. Persaingan ini terjadi di dalam semua sektor perekonomian baik industri,
perdagangan maupun jasa.
Arus globalisasi yang melanda dunia membuat perekonomian semakin terrbuka melewati jarak
dan batas antar negara. Tidak ada satu negarapun yang tidak terpengaruh oleh perkembangan
perekonomian global. Di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, setiap
perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan. Inefisiensi yang membawa dampak
negatif bagi daya saing perusahaan harus dihilangkan. Salah satu usaha untuk meningkatkan
efisiensi perusahaan adalah dengan memproduksi barang yang berkuaiitas.
Perusahaan juga harus mempertimbangkan faktor waktu sebagai salah satu hal yang juga
menentukan kemampuan bersaing perusahaan. Terutama pada industri yang sangat bergantung
pada mode yang perubahannya amat cepat, seperti industri garmen dan sepatu.
Industi garmen, sebagai salah satu industri utama pemuas kebutuhan masyarakat akan sandang
terus berkembang. Bergesernya alasan kebutuhan dan perhatian masyarakat baik kaum wanita
maupun pria pada pakaian sekarang ini, tidak hanya sebagai alat penutup tubuh, tetapi juga
sebagai alat pemberi prestise dan pemuas akan rasa seni. Sehingga menuntut industri garmen
untuk bisa
menghasiikan produk yang berkualitas dan sesuai dengan perkembangan dunia mode yang
berlaku.
Penentuan produk garmen dan Indonesia selain datang dan Dalam Negeri, juga datang dan Luar
Negeri. Hal ini karena produk garmen Indonesia sudah bisa bersaing dengan produk garmen
Luar Negeri, baik dalam hal harga maupun kualitas. Agar dapat mempertahankan hidupnya
dalam situasi resesi dewasa ini, maka perusahaan berusaha mencari bagaimana untuk bisa
memenuhi pesanan dengan biaya serendah mungkin. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak
manajemen harus mengambil keputusan yang tepat dari berbagai alternatif-alternatif yang ada.
Pembuatan keputusan iiii harui diiakukan olch manajemen dengan dukungan berbagai infonnasi
yang memadai agar dapat dihasilkan keputusan yang baik untuk memenuhi suatu pesanan.
PT. “X” adalah perusahaan yang bergerak di bidang garmen yang menghasilkan produk berupa
kaos, baju, jaket, celana kulot dan beberapa jenis pakaian anak. Dalam memenuhi pesanan
tersebut, kadangkala perusahaan menerima penawaran dari pihak ketiga untuk memenuhi
pesanan tersebut dengan harga per unit yang iebih rendah dari biaya produksi per unit yang harus
dikcluarkan perusahaan jika memproduksi sendiri. Jadi dalam hal ini ada dua altematif keputusan
yaitu memproduksi sendiri pesanan yang diterima atau membeli dari pihak ketiga untuk
memenuhi pesanan tersebut. Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan analisis terhadap
biaya diferensial dalam pengambilan keputusan memproduksi sendiri atau membeli produk
garmen tertentu untuk memenuhi suatu pesanan dalam memperoleh laba yang memadai pada PT.
“X” di Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
Sehubungan dengan hal-hal tersebut, dapat diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut }.
Faktor-faktor apakah yang perlu diperhatikan dalam pcngambilan keputusan
memproduksi sendiri atau membeli produk tertentu dan pihak ketiga untuk
memenuhi suatu pesanan? 2.Apakah analisis biaya diferensial berrfungsi sebagai salah satu alat
yang dapat membantu manajemen dalam memilih alternatif terbaik? 3.Bagaimana peranan
analisis biaya diferensial untuk memperoleh laba yang memadai?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan diadakannya peneiitian ini adalah untuk memperoieh gambaran yang lebih jeias
mengenai: 1.Faktor-faktor yang harus diperhatikan oleh manajemen dalam memutuskan
memproduksi sendiri atau membeli produk dan pihak ketiga. 2.Fungsi analisis biaya diferensial
dalam membantu manajemen untuk memiiih aitematif terbaik. 3.Peranan analisis biaya
diferensial untuk memperoleh laba yang memadai.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: 1.Bagi
penulis, penelitian ini akan menambah pengetahuan serta memperluas wawasan teori mengenai
hal yang diteliti dan sekaligus memberikan pengetahuan praktis dari objek yang diteliti. 2.Bagi
perusahaan, penelitian ini memberikan sumbangan pemikiran mengenai masalah pengambilan
keputusan memproduksi sendiri atau membeli dari pihak ketiga untuk memenuhi suatu pesanan.
3.Bagi para pembaca, penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan literatur dalam melakukan
penelitian yang sejenis. 4.Merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menempuh ujian
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi di Universitas Widyatama.

1.5 Kerangka Pemikiran


Situasi resesi yang dihadapi oleh dunia usaha dewasa ini, membuat perusahaan-perusahaan
dalam mempertahankan hidupnya, harus mengambil keputusan yang tepat dari altematif-
alternatif yang ada misalnya apakah akan memproduksi sendiri atau membeii dari pihak ketiga
untuk memenuhi suatu pesanan. Pengambilan keputusan ini merupakan salah satu aktivitas
manajemen yang penting dan harus dapat dipertanggungjawabkan.
Dalam melakukan aktivitasnya, pihak manajemen harus dapat memutuskan bagaimana cara
perusahaan memenuhi pesanan yang diterimanya.
Dalam hal ini informasi kualitatif maupun informasi kuantitatif sangat berpengaruhi dalam
pengambilan keputusan ini. Namun karena informasi kualitatif lebih sukar untuk diprediksi maka
untuk langkah awal dalam pengambilan keputusan, pihak manajemen akan melihat pada
informasi kuantitatif.
Salah satu sumber yang mcnghasilkan informasi kuantitatif adalah akuntansi biaya. Salah satu
informasi kuantitatif yang dihasilkan oleh akuntansi biaya dan dapat membantu manajemen
dalam memutuskan apakah akan memproduksi sendiri atau membeli dan pihak ketiga untuk
memenuhi pesanan yang sudah diterima adalah biaya differensial. Biaya differensial
memungkinkan manajemen perusahaan memiliki dasar yang dapat dipertanggungjawabkan
dalam hal pengambilan keputusan, karena biaya diferensial membandingkan informasi masa
yang akan datang yang berbeda untuk setiap altematif. Informasi mengertai pendapatan, biaya
dan aktiva diferensial terdapat pada akuntansi diferensial. Informasi akuntansi diferensial
merupakan taksiran perbedaan aktiva; pendapatan dan/ atau biaya dalam altematif tindakan
tertentu dibandingkan dengan altematif tindakan yang lain.
Barfield, Raiborn dan Dalton (1991:34) mendefinisikan biaya diferensial sebagai berikut:
“Differential Cost is a cost that differs in amount among alternatives being considered.”
Dengan semakin meningkatnya persaingan dan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal,
perusahaan menganalisis masalah ini. Dalam membuat keputusan mengenai masalah ini, manajer
harus dapat menganalisis dan mempertimbangkan dengan matang antara harga beli per unit
produk dengan biaya produksi per unit. Sehingga diperlukan data-data yang menyajikan biaya
diferensial dari produk tersebut termasuk bagian biaya tetap yang ada dan angka laba yang
menempatkan total biaya atas dasar yang sebanding. Anggaran juga haras ditetapkan kembali
guna menunjukkan pengaruh pada total biaya dan total laba. Oleh karena itu alternatif untuk
mcmproduksi atau mcmbeli dari luar merupakan faktor penentu utama atas profabilitas dan
penting artinya bagi kesehatan keuangan perusahaan.
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan di atas, maka penulis dalam penelitian ini
mengemukakan hipotesis sebagai berikut: “Analisis Biaya diferensial dalam perusahaan yang
berfungsi secara efektif dalam pengambilan keputusan memproduksi sendiri atau membeli
produk tertentu untuk memenuhi suatu pesanan yang berperan untuk mcningkatkan Iaba.”

1.6 Metodologi Penelitian


Dalam menyusun skripsi ini penulis menggunakan metode deskriptif analisis dengan pendekatan
studi kasus. Dalam metode ini akan diamati secara seksama aspek-aspek yang berkaitan erat
dengan masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh data-data yang men
dukung penyusunan laporan penelitian. Data tersebut dapat berupa data primer maupun data
sekunder. Kemudian data-data tersebut diolah, dianalisis dan diproses lebih lanjut dengan
mempergunakan alat bantu berupa dasar-dasar teori yang telah dipelajari sebelumnya, sehingga
dapat
memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti dan dari objek tersebut dapat ditarik
kesimpulan mengenai masalah yang diteliti.
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis melakukan:
1 Penelitian lapangan {field research). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan data
primer. Data dikumpulkan dengan cara mempelajari data tertulis, wawancara dengan pejabat
yang berwenang, memberikan kuesioner dan meneliti praktik serta prosedur pelaksanaan secara
langsung.
2 Penelitian perpustakaan {Library research). Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan
data sekunder yang akan mendukung penelitian. Hal itu dilakukan dengan cara mempelajari
buku-buku literatur, catatan-catatan kuliah serta bahan bacaan lainnya yang ada hubungannya
dengan masalah yang diteliti.
Berdasarkan hipotesis yang diajukan yaitu “Analisis Biaya Diferensial dalam perusahaan yang
berfungsi secara efektif dalam pengambilan keputusan memproduksi sendiri atau membeli
produk tertentu untuk memenuhi suatu pesanan yang berperan untuk meningkatkan laba”,
terdapat dua variabel yang akan dianalisis hubungannya, yaitu:
1. Variabel bebas (Independent Variable) Dalam skripsi ini variabel bebasnya adalah “Analisis
Biaya Diferensial dalam perusahaan yang bcrfungsi secara efektif dalam pcngambilan keputusan
memproduksi sendiri atau membeii produk tertentu untuk memenuhi suatupesanan”.Indikator
yang digunakan adalah:
Biaya Diferensial
Proses Pengambilan Keputusan
Faktor Kualitatif dan Faktor Kuantitatif Non Finansial yang Berpengaruh terhadap Pengambilan
Keputusan
Konsep-konsep Biaya yang Lain yang Berpengaruh terhadap Pengambilan Keputusan

2. Variabel tidak bebas (Dependent Variable) Dalam skripsi ini variabel tidak bebasnya adalah
“Meningkatkan laba”. Indikator yang digunakan adalah:
• Laba Sebelum dan Sesudah Menggunakan Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan
Memproduksi Sendiri atau Membeli Produk Tertentu. Pengujian hipotesis dilakukan dengan
menghitung persentase yang
menunjukkan bagaimana peranan biaya diferensial dalam pengambilan keputusan memproduksi
sendiri atau membeli produk tertentu untuk memenuhi pesanan.

1.7 Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan pada PT. “X” yang bergerak di bidang industri garmen yang berlokasi di
jalan Belanak, Bandung.

Komentar : Leave a Comment »

Kategori : Skripsi Akuntansi

PENERAPAN ATURAN ETIKA UNTUK


MENINGKATKAN PROFESIONALISME AKUNTAN
PUBLIK (Survei pada Kantor Akuntan Publik di Bandung)
21 03 2008

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian


Terjadinya krisis multi dimensi di Indonesia menyadarkan masyarakat mengenai pentingnya
etika untuk dilaksanakan. Etika menjadi kebutuhan penting bagi semua profesi yang ada agar
tidak melakukan tindakan yang menyimpang dari hukum. Salah satunya adalah profesi akuntan
yang dituntut untuk berperilaku etis dan juga untuk menjadi Information Professional, yang tidak
hanya bertindak sesuai dengan moral dan nilai-nilai yang berlaku akan tetapi juga menghasilkan
“informasi” yang berguna bagi pengambil keputusan. Dalam hal ini akuntan publik harus dapat
menunjukkan bahwa jasa audit yang diberikan adalah berkualitas dan dapat dipercaya, karena
profesi akuntan publik memiliki peran penting untuk memberikan informasi (financial maupun
non financial) yang dapat diandalkan, dipercaya, dan memenuhi kebutuhan pengguna jasa
akuntan publik dalam dunia usaha yang semakin kompetitif.
Akuntan publik akan raengaudit laporan keuangan yang diterbitkan oleh pemsahaan untuk
menentukan kewajarannya. Laporan keuangan yang telah diaudit ini akan menjadi dasar dalam
pengambilan keputusan oleh berbagai pihak yang berkepentingan terhadap perusahaan seperti,
Bapepam, investor, bank, kreditor, pemerintah, karyawan, dan manajemen perusahaan itu
sendiri.
Informasi-informasi yang dihasilkan oleh akuntan publik akan berguna jika akuntan pulik
mampu mengendalikan mutu pemeriksaan, bertindak profesional, dan memberikan jasa yang
terbaik bagi kliennya. Oleh karena itu, akuntan publik hams menaati standar profesional, yaitu
Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik, dan menghayati serta mengamalkan kode etik
profesional dalam setiap penugasan audit atau jasa lainnya. Dengan demikian, akuntan publik
dapat memberikan jasa yang berkualitas, mendapat kepercayaan publik, dan dapat memenuhi
komitmen profesionalnya. Agar akuntan pubiik dapat memenuhi tanggungjawab profesional
kepada masyarakat, klien, rekan seprofesi maupun dalam menghadapi persaingan ketat dalam era
globalisasi, akuntan publik haras melakukan upaya untuk mempertahankan kualitas penugasan
audit dengan meningkatkan profesionalisme kompartemen akuntan publik.
Akuntan publik adalah suatu profesi yang saat ini dihadapkan pada suatu lingkungan yang benar-
benar baru. Kondisi lingkungan dan dunia usaha saat ini sudah dan akan berubah. Pada bulan
Januari 1992 sebelum krisis ekonomi terjadi, dalam sidang KTT-IV ASEAN (Association South
East of Asian Nation) di Singapura telah disepakati untuk mengefektifkan AFTA (ASEAN Free
Trade Area) pada tahun 2003 dan diramalkan tahun 2020 sebagai era kebangkitan Asia baru,
yang merupakan salah satu pusat kegiatan dunia. Jasa akuntan publik termasuk salah satu yang
disepakati. Artinya, pada saatnya nanti, akuntan publik dari negara-negara ASEAN dapat
melakukan usaha sendiri di negara kita dan begitu pula akuntan publik Indonesia dapat
melakukan profesi akuntan publiknya di negara-negara ASEAN.
Saat ini akuntan publik asing pada kenyataannya lebih dipercaya daripada akuntan publik lokal.
Salah satu parameter yang dapat diambil adalah digunakannya akuntan publik asing dalam
melakukan audit atas kasus-kasus penting, seperti skandal Bank Bali, Pertamina, PLN, Bulog,
Bank Lippo, Kimia Farma. Hal yang paling tidak mengenakkan adalah adanya tudingan dari
beberapa kalangan bahwa yang menyebabkan terjadinya krisis ekonomi ini adalah profesi
akuntan publik. Dengan kata lain, akuntan publik adalah orang yang paling bertanggungjawab
sehingga terjadinya krisis ekonomi ini. Hal ini menjadi tantangan tersendiri yang sangat berat.
Namun, inti permasalahannya adalah telah hilangnya atau setidaknya telah berkurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap akuntan publik lokal.
Dengan sejumlah peluang yang ada, profesi akuntan publik dihadapkan pada sejumlah tantangan
yang harus dijawab dengan nyata dan sedini mungkin. Banyak pihak mengkhawatirkan bahkan
memandang dengan sangat pesimis tentang keberhasilan akuntan lokal untuk bersaing dengan
akuntan asing pada mas perdagangan bebas. Kekhawatiran ini apabita dikaji ulang memang
sangat beralasan bila dilihat dari berbagai sudut, antara lain : profesionalisme akuntan publik,
knowledge atau ilmu pengetahuan di bidang akuntansi, pelaksanaan kode etik atau aturan etika
yang berlaku, dan keahlian.
Saat ini profesionalisme akuntan publik memang banyak dipertanyakan oleh berbagai pihak,
apalagi setelah krisis ekonomi melanda Indonesia sehingga akuntan publik perlu menunjukkan
bahwa dirinya adalah akuntan publik yang profesional. Melihat kondisi scperti ini, penulis
tertarik untuk melakukan suatu survei dengan pengambilan pokok bahasan: “Penerapan Aturan
Etika untuk Meningkatkan Profesionalisme Akuntan Publik” Survei pada kantor akuntan publik
di Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dikemukakan di atas, penulis
mengidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut: 1.Bagaimana akuntan publik menerapkan
aturan etikanya? 2.Bagaimana akuntan publik menerapkan profesionalismenya? 3.Seberapa besar
pengaruh penerapan aturan etika untuk meningkatkan profesionalisme akuntan publik di
Bandung ?
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas masalah yang diteliti. Dengan
data yang diperoleh dari survei pada kantor akuntan publik di Bandung, penulis melakukan
penelitian bertujuan untuk: 1.Mengetahui akuntan publik menerapkan aturan etikanya.
2.Mengetahui akuntan publik menerapkan profesionalismenya. 3.Mengetahui besamya pengaruh
penerapan aturan etika untuk meningkatkan profesionalisme akuntan publik di Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian


Penelitian atas pcnerapan aturan etika untuk meningkatkan profesionalisme akuntan publik di
Bandung diharapkan dapat berguna bagi semua pihak yang bericq>entingan dan di samping itu,
penelitian dapat mcmberi manfaat:
1. Bagi kantor akuntan publik, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu masukan
yang bermanfaat untuk mengetahui kekurangan, kelemahan, dan kendala yang dihadapi dalam
meningkatkan profesionalisme akuntan publik.
Dengan demikian, diharapkan kantor akuntan publik dapat memperbaiki segala kekurangan dan
kelemahannya akan mampu memenuhi tanggungjawab jabatannya kepada kliennya dan
memperoleh kepercayaan dari publik.
2.Bagi masyarakat khususnya di lingkungan perguruan tinggi, memberikan tambahan
pengetahuan untuk memperluas pandangan atau wawasan mengenai “aturan etika” baik secara
teori maupun praktek dan untuk menambahkan wawasan mengenai aturan etika baru berlaku dan
pengetahuan terapan, serta memberikan informasi dan gambaran yang lebih jelas bagi peneliti
lain yang ada hubungannya dengan penulisan makalah ini. 3.Bagi penulis, dapat diterapkannya
dalam praktek mengenai aturan etika yang selama ini diterima dari teori dan diharapkan dapat
berguna untuk menambah pengetahuan dan wawasan terutama mengenai penerapan aturan etika
oleh akuntan publik lokal, penyebab kantor akuntan publik kurang diminati, dan upaya-upaya
akuntan publik di dalam mengingkatkan profesionalisme akuntan publik dan sebagai salah satu
syarat dalam menempuh ujian akhir sarjana (program SI) jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi di
Universitas Widyatama.
1.5 Kerangka Pemikiran
Kita sekarang sedang mengarungi abad XXI, suatu abad yang diawali dengan globalisasi
ekonomi dan jasa yang melanda semua negara di dunia. Perubahan dalam lingkungan bisnis telah
menyebabkan perluasan (expansions) dan perubahan (change) muatan pengetahuan (knowledge
content) yang diperlukan oleh seorang professional untuk dapat berfungsi secara efektif. Proses
perubahan lingkungan yang cepat di masa yang akan datang diperkirakan akan menuntut
perluasan dan perubahan muatan pengetahuan seorang profesional masa depan. Meningkatnya
tuntutan tersebut merupakan tantangan yang akan dihadapi oleh profesi akuntan publik dalam
memberikan jasa yang bermutu tinggi secara konsisten untuk kepentingan masyarakat bisnis dan
keuangan di masa yang akan datang.
Kelangsungan hidup profesi akunta
n publik sangat bergantung kepada kepercayaan masyarakat, oleh karena itu masyarakat akan
menghargai organisasi profesi yang menetapkan standar kualitas yang tinggi dalam memberikan
jasanya kepada masyarakat. Kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa profesional akan
meningkat jika organisasi profesi mampu mewujudkan profesionalisme yang tinggi. Bagi profesi
akuntan publik, penting untuk menyakinkan pemakai atas kualitas jasa audit dan jasa atestasi
lainnya.
Lingkungan yang dilayani oleh profesi akuntan publik telah berubah dengan tingkat perubahan
dan perkembangan yang sangat pesat. Globalisasi telah menimbulkan ancaman sekaligus
kesempatan bagi profesi akuntan publik. Ancaman masuknya profesi akuntan publik asing ke
Indonesia menjadi terwujud dengan ditandatanganinya perjanjian GATT (General Agreement on
Tariffs and Trade) dalam tahun 1994 yang lalu. Globalisasi menajamkan persaingan produk dan
jasa di pasar. Profesi akuntan publik dalam waktu dekat akan bersaing di pasar Indonesia
berdasarkan mutu dan jenis jasa yang dapat memenuhi kebutuhan pemakai informasi keuangan.
Kondisi ini dapat menimbulkan kesempatan untuk meningkatkan mutu, profesionalisme dan
jenis jasa profesi akuntan publik, agar mampu memenuhi kebutuhan pemakai informasi
keuangan yang semakin meningkat dan senantiasa berubah dengan tingkat perubahan yang
sangat pesat. Globalisasi mengakibatkan profesi akuntan publik semakin banyak dituntut untuk
selalu mengembangkan diri dan tanggap terhadap kebutuhan jasa para klien yang semakin
kompleks.
Alasan yang mendasari diperlukannya perilaku profesional yang tinggi pada setiap profesi
akuntan publik adalah kebutuhan akan kepercayaan publik terhadap kualitas yang diberikan
profesi akuntan publik. Di tahun-tahun terakhir, peningkatan persaingan membuat para akuntan
publik dan profesi lainnya menjadi lebih sulit untuk berperilaku secara profesional.
Meningkatnya persaingan membuat banyak kantor akuntan lebih berkepentingan untuk
mempertahankan klien dan laba yang besar.
Penting bagi para petnakai laporan untuk memandang kantor akuntan publik sebagai pihak yang
kompeten dan tidak memihak. Jika pemakai merasa bahwa kantor akuntan publik tidak memberi
jasa yang berharga, nilai audit kantor akuntan publik dan laporan atestasi dari kantor akuntan
publik tersebut akan berkurang. Oleh karena itu, harus ada dorongan yang kuat bagi kantor
yif^mtyn publik untuk memilliki profesionalisme yang tinggi.
Menurut Areas, dkk (2003,78) istilah profesional berarti tanggungjawab untuk berperilaku yang
lebih dari sekedar memenuhi tanggungjawab yang dibebankan kepadanya dan lebih dari sekedar
mematubi undang-undang dan peraturan masyarakat. Sebagai profesional, akuntan publik
mengakui tanggungjawab terhadap masyarakat, terhadap klien, dan terhadap rekan seprofesi,
termasuk untuk berperilaku terhormat, sekalipun ini berarti pengorbanan pribadi.
Profesional berarti juga adalah seseorang yang mampu mengenal lingkungan, bisnis dan mampu
memperhatikan perkembangan ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan
profcsinya. Akuntan publik yang profesional adalah orang yang memiliki pendidikan dan
pengalaman berpraktik sebagai auditor independen.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No: 423/KMK.06/2002 tentang Jasa Akuntan
Publik menetapkan dalam bab V pasal 24 mengenai pembinaan akuntan publik; akuntan publik
di dalam melaksanakan tugasnya wajib berpedoman pada SPAP (Standar Profesional Akuntan
Publik), Kode Etik Akuntan Indonesia, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Pengertian Kode Etik Profesional menurut Chasin, dkk (1988, 4-6) didefinisittan bahwa: “Kode
etik profesional adalah penuntun bagi perilaku akuntan dalam memenuhi kewajiban profesional
dan dalam melaksanakan kegiatannya, yang mcmpengaruhi pandangan publik mengenai profcsi
akuntan”.
Berdasarkan uraian terscbut, dapat disimpulkan bahwa kode etik profesional adalah pemyataan-
pernyataan yang berotorisasi yang digunakan sebagai pedoman pcrilaku dalam melaksanakan
tanggungjawab profesional.
Etika profesi beikaitan dengan independensi, disiplin pribadi, dan integritas moral orang yang
profesional. Kode etik mempengaruhi profesi, ketentuan ini dikenakan oleh organisasi profesi
terhadap para anggotanya yang dengan sukarela telah menerimanya lebih keras dari hukum atau
undang-undang. Seseorang yang masuk profesi akuntan harus menerima kewajiban, bahwa ia
akan memegang teguh prinsip-prinsip, bekerja dengan selalu berusaha untuk meningkatkan
pengetahuan sesuai dengan profesinya, dan akan mematuhi kode etik profesi, serta norma-norma
auditing. Kode etik akuntan merupakan bagian yang penting dari peraturan disiplin yang
menyeluruh agar semua pihak yang berkepentingan pada jasa akuntan publik dapat dilindungi
terhadap segala perbuatan akuntan secara individual yang tercela dan tidak bertanggungjawab.
Hasil final sesuai dengan Rapat Anggota Luar Biasa tanggal 5 Mei 2000 mengenai Aturan Etika
Kompartemen Akuntan Publik yang disahkan tanggal 24 Juli 2000, terdapat delapan prinsip etika
yaitu: Tanggung Jawab Profesi; Kepentingan Umum (publik); Integritas; Objektivitas;
Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional; Kerahasian; Perilaku Profesional; dan Standar
Teknis. Di sini juga memuat mengenai Aturan Etika Kompartemen Akuntan Publik yang terdiri
dari:
“1.100 – Independensi, IntegriU$,dan Objektivitas;
1 – Standar Umum dan Prinsip Akuntansi;
2 – Tanggung Jawab Fada Klien;
3 – Tanggung Jawab Pada Rekan;
4 – Tanggung Jawab dan Praktik Lain’.

1.5.1 Hipotesis Penelitian


Dalam penelitian ini penulis mengajukan hipotesis bahvva indikator-indikator sebagai berikut:
1.Independensi, Integritas, Objektivitas; 2.Standar Umum dan Prinsip Akuntansi; 3.Tanggung
Jawab kepada Klien; 4.Tanggung Jawab kepada Rekan; 5.Tanggung Jawab dan Praktik Lain,
signifikan meningkatkan profesionalisme akuntan publik.
1.5.2 Hipotesis Statistik
Hoi= Penerapan Independensi, Integritas, dan Objektivitas yang baik dan konsisten secara
signifikan tidak meningkatkan profesionalisme akuntan publik. HAi= Penerapan Independensi,
Integritas, dan Objektivitas yang baik dan konsisten secara signifikan meningkatkan
profesionalisme akuntan publik. Ho2= Penerapan Standar Umum Prinsip Akuntansi yang baik
dan konsisten secara signifikan tidak meningkatkan profesionalisme akuntan publik. HA2=
Penerapan Standar Umum Prinsip Akuntansi yang baik dan konsisten secara signifikan
meningkatkan profesionalisme akutan publik. Ho3= Penerapan Tanggung Jawab kepada Klien
yang baik dan konsisten secara signifikan tidak meningkatkan profesionalisme akuntan publik.
HA3= Penerapan Tanggung Jawab kepada Klien yang baik dan konsisten secara signifikan
meningkatkan profesionalisme akuntan publik. Ho4= Penerapan Tanggung Jawab kepada Rekan
yang baik dan konsisten secara signifikan tidak meningkatkan profesionalisme akuntan publik.
HA4= Penerapan Tanggung Jawab kepada Rekan yang baik dan konsisten secara signifikan
meningkatkan profesionalisme akuntan publik. Ho5= Penerapan Tanggung Jawab dan Praktik
Lain yang baik dan konsisten secara signifikan tidak meningkatkan profesionalisme akuntan
publik.
8
HA5= Penerapan Tanggung Jawab dan Praktik Lain yang baik dan konsisten secara
signifikan meningkatkan profcsionalisme akuntan publik.
1.6 Metodologi Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis mclakukan pendckatan studi empirik dengan
menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, yaitu suatu metode penelitian yang bertujuan
untuk memberikan gambaran secara sistematik dan akurat mengenai fakta, sifat, hubungan antar
fenomena yang diteliti, dengan berusaha mengumpulkan, mengklasifikasikan, menyajikan serta
mcnganalisis data, kemudian menarik kesimpulan dari keadaan yang ada pada kantor akuntan
publik yang diteliti.
Teknik penelitian yang penulis gunakan untuk memperoleh data adalah:
1. Penelitian Lapangan {Field Research) Penelitian lapangan yaitu studi atau penelitian yang
dilakukan penulis untuk mendapatkan data primer dengan menggunakan kuesioner sebagai alat
bantu.
a. Observ
asi Observasi adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
pada objek yang sedang diteliti.
b. Kuesioner Kuesioner adalah daftar pertanyaan yang berkaitan dengan objek yang sedang
diteliti diserahkan kepada responden.
c. Wawancara Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan cara tanya jawab
dengan pejabat berwenang yang berhubungan langsung dengan masalah penelitian.

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan yakni pencarian bahan


dengan cara membaca dan mempelajari literatur berupa buku-buku, majalah, catatan kuliah
maupun tugas ilmiah Jainnya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder yang digunakan sebagai pedoman dan landasan
teori dalam pembahasan masalah yang dihadapi.

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian


Untuk memperoleh data yang menunjang tersusunnya skripsi ini penulis melakukan survei pada
kantor akuntan publik yang berlokasi di Bandung. Waktu penelitian dilakukan pada bulan
Agustus sampai dengan bulan September. Penelitian ini tidak terlepas dari beberapa
keterbatasan, meskipun demikian keterbatasan tersebut diharapkan tidak akan mengurangi
manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini.

You might also like