You are on page 1of 13

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu, masyarakat,
pemerintah dan swasta. Apapun peran yang dimainkan pemerintah, tanpa kesadaran individu
dan masyarakat secara mandiri untuk menjaga kesehatan mereka hanya sedikit yang dapat
dicapai. Selain itu, tujuan Indonesia sehat 2015 mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam
kesehatan ( Depkes, 2010 )
Keperawatan sebagai bagian dari sistem pelayanan kesehatan merupakan bagian dari
masyarakat, serta akan berubah seirama dengan berubahnya masyarakat itu sendiri.
Masyarakat terus-menerus berkembang dan mengalami perubahan serta menuntut pelayanan
keperawatan yang lebih profesional, demikian pula halnya keperawatan akan terus berubah
dan mengalami perkembangan. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas pelayanan
keperawatan tersebut dirasakan sebagai suatu fenomena yang harus direspon oleh perawat.
Respon yang ada harus bersifat positif dengan belajar banyak tentang konsep pengelolaan
keperawatan dan langkah-langkah konkrit dalam pelaksanaannya. Langkah-langkah tersebut
dapat berupa penataan sistem model asuhan keperawatan profesional (MAKP) sehingga
pelayanan keperawatan yang diberikan dapat meningkatkan kepuasan pasien.
Pengetahuan, sikap, perilaku masyarakat tentang perilaku sehat pada umumnya masih
kurang. Menurut pengertian dasar, perilaku masyarakat bisa dijelaskan merupakan suatu
respon seseorang terhadap stimulus atau rangsangan yang berkaitan dengan sakit dan
penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan. Respon atau reaksi
manusia, baik bersifat pasif (pengetahuan, persepsi, dan sikap), maupun bersifat aktif (Gde
suyasa, 2007 ), maka dari itu sebagai seorang perawat hendaknya dapat membangun persepsi
bahwa pengetahuan adalah kebuhan yang harus dipenuhi saat klien dalam kondisi mal
adaptif.
Ruang Flamboyan sebagai salah satu unit pelayanan rawat inap dari RSD Bapelkes
Jombang merupakan tempat yang memungkinkan bagi perawat untuk menerapkan asuhan
keperawatan profesional, namun perlu disadari tanpa adanya pengelolaan manajemen yang
baik dan sesuai serta kemauan yang tinggi dan kemampuan yang kuat, peran aktif dari
seluruh pihak maka pelayanan keperawatan profesional hanyalah akan menjadi teori semata.
Maka dari itu mahasiswa S-1 Keperawatan STIKES Pemkab Jombang mencoba untuk
menerapkan praktik manajemen keperawatan dengan model MAKP di Ruang Flamboyan

1
Unit Stroke, dimana salah satu kegiatan dari MAKP tersebut adalah pemberian pendidikan
kesehatan sebagai kebutuhan pasien pada saat dirawat ataupun saat sudah pulang.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Kegiatan pendidikan kesehatan sebagai bagian dari MAKP dapat diterapkan di
Ruang Flamboyan RSD Bapelkes Jombang.
1.2.2 Tujuan Khusus
1) Memenuhi kebutuhan pasien terhadap pengetahuan
2) Menerapkan MAKP dalam hal Pendidikan kesehatan
3) Meningkatkan integritas perawat menuju profesionalisme.

1.3 Manfaat
1.3.1 Bagi Pasien
1) Tercapainya kepuasan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan MAKP
2) Pasien mendapatkan peningkatan pengetahuan
1.3.2 Bagi Perawat
1) Tercapainya kepuasan kerja perawat
2) Meningkatkan ketrampilan perawat dalam penerapan pendidikan
kesehatan
3) Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat
4) Meningkatkan pemahaman perawat dalam penerapan MAKP secara
optimal
1.3.3 Bagi Rumah Sakit
1) Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat memodifikasi
MAKP yang akan dilaksanakan
2) Meningkatkan mutu pelayanan khususnya dalam pemberian pendidikan kesehatan

2
BAB II
TINJAUAN TEORI

Peningkatan kesehatan adalah mengarahkan kegiatan membantu orang untuk

mempertahankan atau mencapai derajat kesehatan dan berfungsi setinggi-tingginya serta

menikmati pelayanan kesehatan. Pendidikan kesehatan yang akan diberikan membantu

individu beradaptasi dengan penyakitnya, mencegah komplikasi dan mematuhi program terapi

serta belajar mengatasi masalah ketika menghadapi situasi yang baru ( Brunner & Suddarth,

2002 )

2.1. Pengertian pendidikan kesehatan

Menurut Azrul Azwar dalam Nasrul Effendi tahun 1996 pendidikan kesehatan adalah

kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan pesan, menanamkan keyakinan

sehingga masyarakat tidak saja sadar, tahu dan mengerti tetapi juga bisa dan mau melakukan

suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan.

Pendidikan kesehatan adalah elemen penting dalam keperawatan karena peningkatan,

pemeliharaan dan perbaikan kesehatan yang memerlukan pengertian klien. Pendidikan kesehatan

diartikan sebagai pendekatan untuk mengajarkan perilaku masalah kesehatan yang lalu, sekarang

dan akan datang ( Speers dalam Stanchope & Lanchaster, 1997 )

2.2.Tujuan Pendidikan Kesehatan

Bila dilihat dari berbagai pengertian diatas, maka tujuan pendidikan kesehatan yang

paling pokok yang diuraikan adalah:

1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam membina dan

memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan aktif dalam upaya

mewujudkan derajat kesehatan yang optimal

3
2. Terbentuknya perilaku sehat pada individu, keluarga dan masyarakat yang sesuai dengan

konsep hidup sehat baik fisik, mental dan sosial sehingga menurunkan angka kesakitan dan

kematian

3. Merubah perilaku perseorangan dan masyarakat dalam perilaku kesehatan

2.3.Tempat penyelengaraan

Dalam institusi pelayanan kesehatan pendidikan kesehatan dapat dilakukan di rumah

sakit, puskesmas, klinik, rumah bersalin dan sebagainya. Penyuluhan dapat dilakukan secara

langsung kepada individu maupun kelompok mengenai penyakit, perawatan, pencegahan

penyakit dan sebagainya, dapat juga dilakukan secara tidak langsung misalnya melalui poster,

pamflet, gambar dan sebagainya.

2.4. Ruang lingkup

Ruang lingkup penyuluhan kesehatan meliputi tiga aspek yaitu sasaran penyuluhan ,

materi penyuluhan, metode penyuluhan (Effendi, 1995; h 236).

2.5. Sasaran penyuluhan kesehatan

Sasaran penyuluhan adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang

dijadikan subjek dan objek perubahan perilaku sehingga diharapkan mampu memahami,

menghayati dan melaksanakan cara hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari. Banyak

faktor yang perlu diperhatikan terhadap sasaran dalam keberhasilan pendidikan kesehatan,

diantaranya:

1. Tingkat pendidikan

2. Tingkat sosial ekonomi

3. Adat istiadat

4. Kepercayaan masyarakat

5. Ketersediaan waktu masyarakat

4
2.6. Materi/ pesan

Materi yang disampaikan hendaknya sesuai dengan kebutuhan kesehatan dan

keperawatan sehingga materi dapat dirasakan secara langsung manfaatnya. Materi yang

disampaikan sebaiknya:

1. Mengunakan bahasa yang mudah dimengerti

masyarakat atau bahasa kesehariannya

2. Materi tidak terlalu sulit dimengerti oleh

sasaran

3. Mempergunakan alat peraga yang

mempermudah pengertian

4. Materi atau pesan yang disampaiakn

merupakan kebutuhan sasaran dalam menghadapi masalah kesehatan

2.7. Metoda

Metoda yang digunakan hendaknya metode yang memuingkinkan terjadinya

komunikasi dua arah antara penyuluh dan sasaran sehingga pesan akan lebih jelas dan

mudah dipahami. Dari berbagai macam metoda tersebut dikelompokkan dalam dua

macam metoda yaitu:

2.7.1.1. Metoda didaktik

Dalam metoda ini orang yang aktif adalah yang melakukan penyuluhan kesehatan

sedangkan sasaran bersikap pasif dan tidak diberikan kesempatan untuk ikut serta

mengemukakan pendapat atau mengajukan pertanyaan apapun., proses penyuluhan ini

bersifat satu arah (one way method), yang termasuk metoda ini adalah:

1. Secara langsung: Ceramah

5
2. Secara tidak langsung: poster, media

cetak dan media elektronik

2.7.1.2. Metoda sokratik

Pada metoda ini sasaran diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapat

sehingga mereka ikut aktif dalam proses belajar mengajar dengan demikian terbinalah

komunikasi dua arah antara pemberi pesan dan penerima pesan ( two way method ). Yang

termasuk metoda ini adalah:

1. Langsung

Diskusi, seminar, demonstrasi, simulasi, bermain peran, sosiodrama, symposium,

seminar, studi kasus dan sebagainya

2. Tidak langsung

Penyuluhan melalui telepon dan komunikasi satelit

2.8. Faktor – faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penyuluhan

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tehadap berhasil atau tidaknya duatu

kegiatan penyuluhan. Faktor-faktor tersebut adalah :

2.8.1.1. Faktor penyuluh

1. Kurang persiapan

2. Kurang penguasaan materi yang akan

dijelaskan

3. Penampilan kurang meyakinkan

4. Bahasa yang digunakan kurang dimerngerti

sasaran karena menggunakan istilah – istilah asing

5. Suara penyuluh terlalu kecil atau kurang

terdengar oleh sasaran

6
6. Penyampaian materi yang monoton sehingga

membosankan

2.8.1.2. Faktor sasaran

1. Tingkat pendidikan terlalu rendah sehingga sulit mencerna pesan yang disampaikan

2. Tingkat sosial ekonomi yang rendah sehingga tidak memperhatikan

pesan tetapi mendahulukan kebutuhan lain yang lebih mendesak

3. Kepercayaan dan adat kebiasaan yang lama tertanam sehingga sulit

diubah

4. Kondisi lingkungan yang tidak memungkinkan terjadinya perubahan

perilaku

2.8.1.3. Faktor proses dalam penyuluhan

1. Waktu dan tempat penyuluhan yang tidak

diinginkan oleh sasaran

2. Tempat penyuluhan didekat tempat keramaian

sehingga mengganggu proses penyuluhan

3. Jumlah sasaran yang terlalu banyak sehingga

sulit untuk menarik perhatian dalam memberiikan penyuluhan

4. Alat peraga tidak menunjang kemudahan

pemahaman sasaran

5. Metoda yang digunakan kurang tepat

6. Bahasa yang digunakan sulit dimengerti

sasaran

2.9. Pengertian pendidikan kesehatan metode ceramah

7
Penyuluhan metode ceramah adalah suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan

suatu ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok sasaran sehingga

memperoleh informasi tentang kesehatan dengan ciri–ciri sebagai berikut :

1. Ada sekelompok sasaran yang telah dipersiapkan

2. Ada ide, pengertian dan pesan tentang kesehatan yang disamapaikan

3. Tidak adanya kesempatan bagi sasaran. Bila ada, jumlahnya sangat

terbatas

4. Mempergunakan alat – alat peraga untuk mempermudah pengertian

(Efendy, 1999)

2.9.1. Hal – hal yang perlu dipersiapkan

Menurut Notoatmodjo (1998), penyuluhan metode ceramah baik bagi sasaran dengan

semua jenis pendidikan, baik itu pendidikan rendah maupun tinggi. Untuk melakukan

penyuluhan dengan metode ceramah, ada hal-hal yang harus dipersiapkan, yaitu :

2.9.1.1. Tahap Persiapan

Dalam tahap persiapan, penceramaha hendaknya mempersiapkan diri dengan

mempelajari materi secara sistematis dan menyiapkan alat – alat bantu dalam

menyampaikan materi seperti satuan acara penyuluhan, media / alat bantu penyuluhan.

2.9.1.2. Tahap Pelaksanaan

Keterampilan penceramah dalam menguasai sasaran ceramah/penyuluhan

menunjang keberhasilan pelaksanaan penyuluhan. Hal yang perlu dilakukan agar

penceramah dapat menguasai sasaran secara psikologis, adalah ;

a. Sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak bersifat ragu-ragu ataupun gelisah

b. Suara hendaknya cukup keras dan jelas

c. Pandangan harus tertuju pada seluruh ceramah

8
d. Berdiri didepan (ditengah), jangan duduk

e. Menggunakan alat bantu semaksimal mungkin

2.10. Tahap – tahap kegiatan dalam penyuluhan

Menurut Efendy (1999) ada beberapa tahap yang harus dilakukan, antara lain :

2.10.1.1. Tahap pendahuluan

Merupakan tahap persiapan atau tahap awal sebelum memasuki penyajian materi.

Pada tahap ini pendidik menjelaskan secara singkat dalam waktu 5 – 10 menit tentang

a. Pokok materi yang akan disampaikan

b. Manfaat materi tersebut dalam kehidupan sehari – hari

c. Hubungan materi dengan pengetahuan yang telah diketahui sasaran

d. Tujuan instruksional yang ingin dicapai pada akhir pertemuan

2.10.1.2. Tahap penyajian

Merupakan tahap utama dalam proses belajar mengajar. Dalam tahap ini perlu

disampaikan tentang uraian (explanation ) baik dalam bentuk verbal maupun non verbal,

dan contoh yang praktis dan konkrit dari uraian yang masih bersifat abstrak

2.10.1.3. Tahap penutup

Tahap ini merupakan tahap kahir dari suatu pengajaran. Tahap ini meliputi ;

a. Tes hasil belajar

b. Umpan balik berupa informasi atau hasil test

c. Tindak lanjut, berupa petunjuk tentang apa yang harus dilakukan klien selanjutnya

2.10.2. Penilaian penyuluhan dengan metode ceramah

9
Menurut Notoatmodjo (1998), penilaian suatu ceramah akan terlihat baik, jika :

a. Ada respon dari peserta ceramah atau dapat pula dengan banyaknya pertanyaan

yang diajukan peserta ceramah terhadap materi yang diberikan.

b. Terlihat dari isian angket (bila cara ini dilakukan)

c. Adanya usul atau minat peserta untuk mendapat ceramah – ceramah lain sebagai

kelanjutan

2.10.3. Penilaian dengan menggunakan metode pre test dan post test.

Yaitu penilaian yang dilakukan dengan cara menyebarkan angket sebelum dan

setelah dilakukan penyuluhan. Dari hasil angket tersebut dilakukan perbandingan hasil

test tersebut. Dari perbedaan hasil angket tersebut dapat diketahui pakah ada perubahan

ataukah tidak ada perubahan terhadap hasil angket pertama dengan hasil angket yang

kedua, bila ada perubahan dapat dilihat meningkat ataukah menurun.

2.11. Media / alat yang dapat digunakan

Dalam penyampaian materi melalui metode ceramah, alat yang dapat digunakan

antara lain ;

1. Leaflet

Bentuk penyampaian informasi / pesan – pesan kesehatan melalui lembaran yang

dilipat, isi informasi dapat berbentuk kalimat, gambar ataupun kombinasi

2. Poster

Pesan singkat dalm bentuk gambar, dengan tujuan untuk mempengaruhi seseorang

atau kelompok agar tertarik pada obyek atau materi yang diinformasikan

3. Flip Chart

10
Alat peraga yang menyerupai album gambar. Biasanya terdiri dari lembaran –

lembaran yang berukuran ± 50 cm x 75 cm atau ± 38 cm x 50 cm disusun dalam

urutan tertentu dan diikat atau dibendel pada bagian atas.

4. Flash Card

Sejumlah kartu bergambar berukuran ± 25 cm x 30 cm. Gambar – gambarnya

bisa dibuat dengan tangan taua dicetak dari foto – foto. Keterangan tentang

gambar tercantum disetiap kartu. Untuk memudahkan dalam penggunaannya

dapat diberi nomor urut

5. Flannel Graph

Merupakan guntingan-guntingan gambar atau tulisan yang pada bagian

belakangnya dilapisi kertas amril ( ampelas), guntingan kertas yang sudah dilapisi

tersebut dapat ditempelkan diatas papan yang dilapisi kain flanel (Flanel board)

BAB III
PELAKSANAAN KEGIATAN PKRS

3.1 Pelaksanaan Kegiatan


Model Asuhan Keperawatan Profesional (MAKP) dilaksanakan 2 kali selama
4 minggu (tgl 18 April s/d 14 Mei 2011) praktik klinik manajemen keperawatan di
Ruang Flamboyan Unit Stroke RSD bapelkes Jombang.
1. Pelaksanaan :

2. Tempat : Ruang Flamboyan Unit Stroke RSD bapelkes Jombang

4. Penyuluh :

1. Slamet Mujiono
2. Hadi Purwanto
3. Sri ratna S

11
4. Ninik Sulistiyani

3.2 Pengorganisasian
1. Pembimbing Ruangan
Mukhibi, S.Kep.,Ns
Sudjono, Amd.Kep
Darsiyem, Amd.Kep.
2. Supervisor ( Team Manajemen) :
Anis Satus Syarifah, S.Kep ,Ns M.Kes
Rodiyah, S.Kep Ns

3.3 Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab

BAB 4
PENUTUP

4.1 Simpulan
Pendidikan kesehatan sebagi bagian yang tidak terpisahkan dalam pelaksanaan
MAKP sehingga dala praktiknya harus dilaksanakan secara kontinyu

4.2 Saran
1. Bagi Pasien
Diharapkan Tercapainya kepuasan pasien dalam pemberian asuhan keperawatan
MAKP dan pasien mendapatkan peningkatan pengetahuan
2. Bagi Perawat
Meningkatkan pemahaman tentang perlunya pendidikan kesehatan bagi perawat
3. Bagi rumah sakit

12
Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi MAKP yang akan dilaksanakan dan Meningkatkan mutu pelayanan
khususnya dalam pemberian pendidikan kesehatan

DAFTAR PUSTAKA

Aziz, A. (2002). Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC.


Nursalam. (2001). Proses dan Dokumentasi Keperawatan, Konsep dan Praktik. Jakarta :
Salemba Medika.
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar- Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Smeltzer and Bare, 2000. Brunner & Sudarth’s text book of Medical Surgical Nursing.
Philadelphia: Lippincot Co

Stanchope and Lancaster, 1989. Perawatan Kesehatan Masyarakat. Karnaen R ( Ed )


Bandung: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan

13

You might also like