You are on page 1of 6

MATERI VII

RATING SCALE
( SKALA PENILAIAN )

A. Pengertian

Rating Scale adalah alat pengumpul data yang digunakan dalam observasi untuk

menjelaskan, menggolongkan, menilai individu atau situasi (Depdikbud, 1975:55).

Rating Scale adalah alat pengumpul data yang berupa suatu daftar yang berisi ciri-

ciri tingkah laku/sifat yang harus dicatat secra bertingka (Bimo Walgito, 1987).

Rating Scale merupakan sebuah daftar yang menyajikan sejumlah sifat atau sikap

sebagai butir-butir atau item (WS. Winkel,1995) .

Dari beberapa pendapat tersebut, dapat disimpulkan pengertian Rating Scale

adalah salah satu alat untuk memperoleh data yang berupa suatu daftar yang berisi

tentang sfat/ciri-ciri tingkah laku yang ingin diselidiki yang harus dicatat secara

bertingkat.

Penilaian yang diberikan oleh observer berdasarkan observasi spontan terhadap

perilaku orang lain, yang berlangsung dalam bergaul dan berkomunikasi sosial dengan

orang itu selama periode waktu tertentu.

Unsur penilaian terdapat dalampernyataan pandangan pribadi dari orang yang

menilai subyek tertentu pada masing-masing sifat atau sikap yang tercantum dalam

daftar. Penilaian itu dituangkan dalam bentuk penentuan gradasi antara sedikit sekali

dan banyak sekali atau antara tidak ada dan sangat ada.
Karena penilaian yang diberikan merupakan pendapat pribadi dari pengamat dan

bersifat subyektif, skala penilaian yang diisi oleh satu pengamat saja tidak berarti

untuk mendapatkan gambaran yang agak obyektif tentang orang yang dinilai.

Untuk itu dibutuhkan beberapa skala penilaian yang diisi oleh beberapa orang,

yang kemudian dipelajari bersama-sama untuk mendapatkan suatu diskripsi tentang

kepribadian seseorang yang cukup terandalkan dan sesuai dengan kenyataan.

B. Kegunaan Pemakaian Rating Scale

1. Hasil observasi dapat dikuantifikasikan

2. Beberapa pengamat menyatakan penilaiannya atas seorang siswa terhadap sejumlah

alat/sikap yang sama sehingga penilaian-penilaian itu ( ratings ) dapat

dikombinasikan untuk mendapatkan gambaran yang cukup terandalkan.

C. Kesalahan-kesalahan dalam Rating Scale

WS Winkel (1995) mengemukakan beberapa kesalahan yang terjadi dalam rating

scale :

1. Pengamat membuat generalisasi mengenai sikap atau sifat seseorang karena bergaul

akrab dengan siswa yang harus dinilai atau karena sudah mempunyai pandangan

tertentu terhadap lingkungan asal siswa ( personal bias ). Misalnya: guru di

Yogyakarta memandang semua siswa yang berasal dari Jakarta sebagai orang yang

bermoral bejat dan berlaku kasar ( personal bias : error of severity ). Contoh lain

adalah guru yang bergaul akrab dengan siswa yang kebetulan kemenakannya

sendiri, menilai semua butir dalam daftar pada gradasi baik ( personal bias : error

of leniency ).
2. Pengamat tidak berani untuk memberikan penilaian sangat baik atau sangat kurang,

dan karena itu menilai suatu item dalam daftar pada gradasi cukupan (error of

central tendency ).

3. Pengamat membiarkan dirinya terpengaruh oleh penilaiannya terhadap satu dua

sikap atau sifat yang dinilai sangat baik atau sangat kurang, sehingga penilaiannya

terhadap item-item lain cenderung jatuh pula pada gradasi sangat baik atau sangat

kurang ( hallo effect ). Misalnya bila guru sudah mempunyai kesan negatif terhadap

seorang siswa ( A ) yang penampilannya kurang menarik dan kemudian memilih

gradasi kurang pada item-item yang lain.

4. Pengamat tidak menangkap maksud dari butir-butir dalam daftar dan kemudian

mengartikannya menurut interprestasi sendiri ( logical error )

5. Pengamat kurang memisahkan jawaban terhadap butir yang satu dari jawaban

terhadap butir yang lain ( carry over effect ).

D. Bentuk-bentuk Rating Scale

Terdapat beberapa bentuk rating scale antara lain :

1. Skala Numerik/Kwantitatif

Skala ini menggunakan angka-angka ( skor-skor ) untuk menunjukan gradasi-

gradasi, disertai penjelasan singkat pada masing-masing angka.

2. Skala Penilaian Grafis.

Skala menggunakan suatu garis sebagai kontinum. Gradasi-gradasi ditunjuk pada

garis itu dengan menyajikan deskripsi-deskripsi singkat di bawah garisnya.

Pengamat memberikan tanda silang di garis pada tempat yang sesuai dengan gradasi

yang dipilih.
3. Daftar Cek.

Skala ini mempunyai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan type

pilihan berganda ( multiple choice ). Pada masing-masing sifat atau sikap yang

harus dinilai, disajikan empat sampai lima pilihan dengan deskripsi singkat pada

masing-masing pilihan. Pengamat memberikan tanda cek pada pilihan tertentu di

ruang yang disediakan.

E. Hal-hal yang Harus Dipenuhi oleh Koordinator Bimbingan supaya Skala


Penilaian Bermanfaat bagi Keperluan Bimbingan.

1. Pada awal tahun ajaran mencari bantuan dari sejumlah guru dan tenaga bimbingan

yang berminat berpartisipasi dalam proyek ini dan bersedia menyisihkan waktu

untuk mengisi skala penilaian pada waktu tertentu, misalnya pada akhir catur wulan

atau pada akhir tahun ajaran.

2. Bersama dengan petugas bimbingan yang lain menyusun skala penilaian, dengan

mencantumkan kurang lebih 10 sifat atau sikap. Perumusan dan isi pada masing-

masing butir harus jelas, disertai deskripsi singkat pada gradasi-gradasi penilaian .

Sikap dan sifat harus terkandung dalam perilaku yang dapat diamati ( observabel ),

biasanya disajikan lima gradasi. Disediakan ruang untuk mencatat tanggal, nama

siswa, dan nama pengamat..

3. Mengadakan pertemuan dengan tenaga-tenaga pendidik yang telah menyatakan

kesediaannya dengan berpartisipasi dalam proyek ini. Alat pengumpul data yang

telah disusun dirundingkan bersama supaya interprestasi terhadap butir-butir dalam

daftar sama, kekurangan dalam perumusan sekaligus dapat diperbaiki. Juga


diputuskan bersama prosedur pengisian dan penyerahan serta teknik pengisiannya,

khususnya yang berhubungan dengan hal-hal sebagai berikut :

• Waktu : kapan skala penilaian diisi.

• Jumlah siswa yang akan dinilai.

• Kepada siapa skala penilaian yang telah diisi, diserahkan ?

• Mengingatkan para observer bahwa kesalahan mudah dilakukan pada waktu

mengisi skala penilaian khususnya personal bias, central tendency, hallo effect,

cary over effect.

• Mengingatkan para pengamat supaya tidak memberikan jawaban pada butir yang

tidak dapat mereka amati karena tidak mempunyai kesempatan untuk itu. Lebih

baik tidak menjawab dari pada memperkirakan saja. Oleh karena itu dalam

instrumen atau daftar item dapat disediakan ruang untuk menyatakan tidak sempat

mengamati.

4. Menjelang akhir caturwulan, atau akhir tahun ajaran, ahli bimbingan yang diserahi

tugas mengolah skala-skala penilaian, mempelajarinya untuk mendapatkan

gambaran menyeluruh tentang sifat-sifat kepribadian dan sikap-sikap yang

tercantum dalam daftar butir-butir dan telah dinilai bebarapa orang.

5. Proyek semacam ini boleh dimulai setelah ada jaminan tentang partisipasi rekan-

rekan tenaga kependidikan, kemampuan dalam mengisi skala penilaian secara tepat

dan mengolah setiap set skala penilaian, serta manfaat bagi siswa-siswa yang

bersangkuatan.

F. Keterbatasan Rating Scale


1. Item-item pada skala penilaian diartikan lain-lain oleh mereka yang memberikan

penilaian ( sangat subyektif )

2. Sifat atau sikap yang harus dinilai tidak dapat diamati atau diobservasi karena sifat

atau sikap kurang tertuang dalam bentuk tingkah laku yang memungkinkan untuk

diamati ( observable )atau kurang sempat mengadakan observasi.

3. Gradasi-gradasi pada masing-masing item dalam daftar tidak jelas, terlalu banyak

atau terlalu sedikit.

4. Dibutuhkan banyak waktu untuk mengisi skala penilaian, banyak siswa dan

mengolahnya satu persatu.

G. Kelebihan Rating Scale

1. Dapat diperoleh adanya tingkatan-tingkatan dari setiap sifat.

2. Memudahkan observer, karena hanya tinggal memberi tanda- tanda tertentu pada

tingkatan sifat-sifat tertentu.

3. Observer tidak perlu memberikan evaluasi yang panjang lebar terhadap individu

yang diamati.

You might also like