You are on page 1of 8

MAKALAH

DASAR-DASAR PEMISAHAN ANALITIK


(KROMATOGRAFI LAPIS TIPIS)
OLEH :
KELOMPOK II
YELLI RAHMAYANTI A1C4 09 005
ANGGA ANGGRIAWAN K A1C4 09 007
FERDIAN ADI DARMAN A1C4 09 011
ELSA ARDI PUTRI AIC4 09 013
RENI A1C4 09 015
ABD RAHMAN A1C4 09 017

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya menyelesaikan m
akalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin penyusun tidak
akan sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun agar kami dan pembaca dapat mengetahui secara rinci
tentang materi kromatografi lapis tipis. Makalah ini memuat definisi kromatograf
i lapis tipis beserta keuntungannya.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepa
da pembaca dan dapat mengetahui secara rinci akan materi yang telah kami susun.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penyusun mohon untuk sar
an dan kritiknya. Terima kasih

Kendari, 26 Maret 2011


penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………….. …..i


DAFTAR ISI……………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………...
A. Latar belakang ………………………………………………………...
B. Rumusan Masalah……………………………………………………..
C. Tujuan …………..……………………………………………………
BAB II PEMBAHASAN………………………………………………….
1. Definisi Kromatografi Lapis Tipis………………. …………………….
2. Penggunaan Kromatografi Lapis Tipis………………………………
3. Cara Mengidentifikasi Kromatografi Lapis Tipis pada Substansi tidak Berwarn
a ……………………………………………………………………………
4. Cara kerja kromatografi lapis tipis…………………………………………….
5. Keuntungan Kromatografi Lapis Tipis………………………………………..
PENUTUP……………………………………………………….
A. Kesimpulan……………………………………………………………..
B. Saran……………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kromatografi digunakan sebagai untuk memisahkan substansi campuran menja
di komponen-komponennya, misalnya senyawa Flavonoida dan isoflavonoida yang terd
apat pada tahu, tempe, bubuk kedelai dan tauco serta Scoparia dulcis, Lindernia
anagalis, dan Torenia violacea. Yang pada senyawa isoflavon memiliki banyak manf
aat. Beberapa kelebihan senyawa isoflavon yang potensial bagi kesehatan manusia,
di antaranya adalah sebagai antioksidan, antitumor / antikanker, antikolesterol
, antivirus, antialergi, dan dapat mencegah osteoporosis. Dan semua kromatografi
bekerja berdasarkan metode kromatografi.
Kromatografi juga merupakan pemisahan camuran senyawa menjadi senyawa mu
rninya dan mengetahui kuantitasnya. Untuk itu, kemurnian bahan atau komposisi ca
mpuran dengan kandungan yang berbeda dapat dianalisis dengan benar. Tidak hanya
kontrol kualitas, analisis bahan makanan dan lingkungan, tetapi juga kontrol dan
optimasi reaksi kimia dan proses berdasarkan penentuan analitik dari kuantitas
material. Teknologi yang penting untuk analisis dan pemisahan preparatif pada ca
mpuran bahan adalah prinsip dasar kromatografi.
Pemisahan senyawa biasanya menggunakan beberapa tekhnik kromatografi. Pe
milihan teknik kromatografi sebagian besar bergantung pada sifat kelarutan senya
wa yang akan dipisahkan.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan, atau kombin
asi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas). Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. K
omponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
Dan dalam makalah ini kami akan membahas mengenai kromatografi lapis tip
is. Penjelasan tentang kromatografi lapis tipis mempunyai banyak kesamaan dengan
kromatografi kertas yang mungkin lebih dikenal.
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana definisi dari kromatografi lapis tipis?
2. Bagaimana pelaksanaan atau penggunaan kromatografi lapis tipis?
3. Bagaimana cara mengetahui atau mengidentifikasi kromatografi lapis tipi
s pada substansi tidak berwarna?
4. Bagaimana cara kerja kromatografi lapis tipis?
5. Apa kegunaan dari kromatografi lapis tipis?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini yaitu sebagai berikut :
1. Mengetahui definisi dari kromatografi lapis tipis.
2. Mengetahui cara pelaksanaan atau penggunaan kromatografi lapis tipis.
3. Mengenal cara mengetahui atau mengidentifikasi kromatografi lapis tipis
pada substansi tidak berwarna.
4. Mengetahui cara kerja kromatografi lapis tipis.
5. Mengetahui keuntungan dari kromatografi lapis tipis.

BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kromatografi lapis tipis
Kromatografi lapis tipis (KLT) dikembangkan oleh Izmailoff dan Schraiber
pada tahun 1938. KLT merupakan bentuk kromatografi planar, selain kromatografi
kertas dan elektroforesis. Berbeda debgan kromatografi kolom yang mana fase diam
nya diisikan atau dikemas di dalamnya, pada kromatografi lapis tipis, fase diamn
ya berupa lapisan yang seragam (uniform) pada permukaan bidang datar yang diduku
ng oleh lempeng kaca, pelat aluminium atau pelat plastik. Meskipun demikian, kro
matografi planar ini dapat dikatakan sebagai bentuk terbuka dari kromatografi ko
lom.
Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari s
uatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berd
asarkan perbedaan kepolaran. Kromatografi juga merupakan analisis cepat yang mem
erlukan bahan sangat sedikit, baik penyerap maupun cuplikannya.
KLT dapat digunakan untuk memisahkan senyawa – senyawa yang sifatnya hidro
fobik seperti lipida – lipida dan hidrokarbon yang sukar dikerjakan dengan kromato
grafi kertas. KLT juga dapat berguna untuk mencari eluen untuk kromatografi kolo
m, analisis fraksi yang diperoleh dari kromatografi kolom, identifikasi senyawa
secara kromatografi, dan isolasi senyawa murni skala kecil.
Pelarut yang dipilih untuk pengembang disesuaikan dengan sifat kelarutan
senyawa yang dianalisis. Bahan lapisan tipis seperti silika gel adalah senyawa
yang tidak bereaksi dengan pereaksi – pereaksi yang lebih reaktif seperti asam sul
fat.
Data yang diperoleh dari KLT adalah nilai Rf yang berguna untuk identifi
kasi senyawa. Nilai Rf untuk senyawa murni dapat dibandingkan dengan nilai Rf da
ri senyawa standar. Nilai Rf dapat didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh ole
h senyawa dari titik asal dibagi dengan jarak yang ditempuh oleh pelarut dari ti
tik asal. Oleh karena itu bilangan Rf selalu lebih kecil dari 1,0.
Semua kromatografi memiliki fase diam (dapat berupa padatan,atau kombin
asi cairan-padatan) dan fase gerak (berupa cairan atau gas).Fase gerak mengalir
melalui fase diam dan membawa komponen-komponen yang terdapat dalam campuran. Ko
mponen-komponen yang berbeda bergerak pada laju yang berbeda.
• Fasa diam
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis sili
ka atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik y
ang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromat
ografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpenda
r flour dalam sinar ultra violet.Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pela
rut yang sesuai. Fase diam lainnya yang biasa digunakan adalah alumina-aluminium
oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki gugus -OH. Apa yang kita se
butkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa untuk alumina.
• Fasa gerak
Dalam kromatografi, eluent adalah fasa gerak yang berperan penting pada
proses elusi bagi larutan umpan (feed) untuk melewati fasa diam (adsorbent). Int
eraksi antara adsorbent dengan eluent sangat 2 menentukan terjadinya pemisahan k
omponen. Oleh sebab itu pemisahan komponen gula dalam tetes secara kromatografi
dipengaruhi oleh laju alir eluent dan jumlah umpan. Eluent dapat digolongkan men
urut ukuran kekuatan teradsorpsinya pelarut atau campuran pelarut tersebut pada
adsorben dan dalam hal ini yang banyak digunakan adalah jenis adsorben alumina a
tau sebuah lapis tipis silika. Penggolongan ini dikenal sebagai deret eluotropik
pelarut. Suatu pelarut yang bersifat larutan relatif polar, dapat mengusir pela
rut
yang relatif tak polar dari ikatannya dengan alumina (jel silika).
2. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis
Pelaksaanan kromatografi lapis tipis menggunakan sebuah lapis tipis sili
ka atau alumina yang seragam pada sebuah lempeng gelas atau logam atau plastik y
ang keras. Jel silika (atau alumina) merupakan fase diam. Fase diam untuk kromat
ografi lapis tipis seringkali juga mengandung substansi yang mana dapat berpenda
rflour dalam sinar ultra violet. Fase gerak merupakan pelarut atau campuran pela
rut yang sesuai.Pelaksanaan ini biasanya dalam pemisahan warna yang merupakan ga
bungan dari beberapa zat pewarna atau pemisahan dan isolasi pigment tanaman yang
berwarna hijau dan kuning

a. Kromatogram
Pelaksanaan kromatografi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang
merupakan sebuah campuran dari beberapa zat pewarna.
Contoh pelaksanaan kromatografi lapis tipis:

Sebuah garis menggunakan pinsil digambar dekat bagian bawah lempengan da


n setetes pelarut dari campuran pewarna ditempatkan pada garis itu. Diberikan pe
nandaan pada garis di lempengan untuk menunjukkan posisi awal dari tetesan. Jika
ini dilakukan menggunakan tinta, pewarna dari tinta akan bergerak selayaknya kr
omatogram dibentuk.
Ketika bercak dari campuran itu mengering, lempengan ditempatkan dalam s
ebuah gelas kimia bertutup berisi pelarut dalam jumlah yang tidak terlalu banyak
. Perlu diperhatikan bahwa batas pelarut berada di bawah garis dimana posisi ber
cak berada.
Alasan untuk menutup gelas kimia adalah untuk meyakinkan bawah kondisi d
alam gelas kimia terjenuhkan oleh uap dari pelarut. Untuk mendapatkan kondisi in
i, dalam gelas kimia biasanya ditempatkan beberapa kertas saring yang terbasahi
oleh pelarut. Kondisi jenuh dalam gelas kimia dengan uap mencegah penguapan pela
rut.
Karena pelarut bergerak lambat pada lempengan, komponen-komponen yang be
rbeda dari campuran pewarna akan bergerak pada kecepatan yang berbeda dan akan t
ampak sebagai perbedaan bercak warna.
Pelarut dapat mencapai sampai pada bagian atas dari lempengan. Ini akan
memberikan pemisahan maksimal dari komponen-komponen yang berwarna untuk kombina
si tertentu dari pelarut dan fase diam.

b. Perhitungan nilai Rf
Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campuran, pengukuran di
peroleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-senyawa yang muncul
. Pengukuran ini berdasarkan pada jarak yang ditempuh oleh pelarut dan jarak yan
g tempuh oleh bercak warna masing-masing.
Ketika pelarut mendekati bagian atas lempengan, lempengan dipindahkan da
ri gelas kimia dan posisi pelarut ditandai dengan sebuah garis, sebelum mengalam
i proses penguapan.
Pengukuran berlangsung sebagai berikut:
Nilai Rf untuk setiap warna dihitung dengan rumus sebagai berikut: Rf=jarak yan
g ditempuh oleh komponen jarak yang ditempuh oleh pelarut
Sebagai contoh, jika komponen berwarna merah bergerak dari 1.7 cm dari garis awa
l, sementara pelarut berjarak 5.0 cm, sehingga nilai Rf untuk komponen berwarna
merah menjadi:

nilai Rf yang akan diperoleh untuk setiap warna akan selalu sama. Sebagai contoh
, nilai Rf untuk warna merah selalu adalah 0.34. Namun, jika terdapat perubahan
(suhu, komposisi pelarut dan sebagainya), nilai tersebut akan berubah.
c. mengidentifikasi senyawa-senyawa
Dimisalkan campuran asam amino yang ingin diketahui senyawanya.Caranya :
Setetes campuran ditempatkan pada garis dasar lempengan lapis tipis dan
bercak-bercak kecil yang serupa dari asam amino yang telah diketahui juga ditemp
atkan pada disamping tetesan yang akan diidentifikasi. Lempengan lalu ditempatka
n pada posisi berdiri dalam pelarut yang sesuai dan dibiarkan seperti sebelumnya
.
3. Kromatografi lapis tipis pada substansi tidak berwarna
a. Menggunakan pendarflour
Fase diam pada sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang d
itambahkan kedalamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar
ultraviolet (UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpend
ar.
Pendaran ini ditutupi pada posisi dimana bercak pada kromatogram berada, meskipu
n bercak-bercak itu tidak tampak berwarna jika dilihat dengan mata. Itu berarti
bahwa menyinarkan sinar UV pada lempengan, akan timbul pendaran dari posisi yang
berbeda dengan posisi bercak-bercak. Bercak tampak sebagai bidang kecil yang ge
lap
.
Sementara UV tetap disinarkan pada lempengan, dan tandai posisi-posisi d
ari bercak-bercak dengan menggunakan pinsil dan melingkari daerah bercak-bercak
itu. Seketika anda mematikan sinar UV, bercak-bercak tersebut tidak tampak kemba
li.
b. Menggunakan bercak secara kimia
Untuk membuat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya d
engan zat kimia sehingga menghasilkan produk yang berwarna. Sebuah contoh yang b
aik adalah kromatogram yang dihasilkan dari campuran asam amino.
Kromatogram dapat dikeringkan dan disemprotkan dengan larutan ninhidrin.
Ninhidrin bereaksi dengan asam amino menghasilkan senyawa-senyawa berwarna, umu
mnya coklat atau ungu.

Dalam metode lain, kromatogram dikeringkan kembali dan kemudian ditempat


kan pada wadah bertutup (seperti gelas kimia dengan tutupan gelas arloji) bersam
a dengan kristal iodium.
Uap iodium dalam wadah dapat berekasi dengan bercak pada kromatogram, at
au dapat dilekatkan lebih dekat pada bercak daripada lempengan. Substansi yang d
ianalisis tampak sebagai bercak-bercak kecoklatan.
4. Cara kerja kromatografi lapis tipis
a. Fase diam-jel silika
Jel silika adalah bentuk dari silikon dioksida (silika). Atom silikon dihubungka
n oleh atom oksigen dalam struktur kovalen yang besar. Namun, pada permukaan jel
silika, atom silikon berlekatan pada gugus -OH.Jadi, pada permukaan jel silika
terdapat ikatan Si-O-H selain Si-O-Si. Gambar ini menunjukkan bagian kecil dari
permukaan silika.
Permukaan jel silika sangat polar dan karenanya gugus -OH dapat membentuk ikatan
hidrogen dengan senyawa-senyawa yang sesuai disekitarnya, sebagaimana halnya ga
ya van der Waals dan atraksi dipol-dipol.. Fase diam lainnya yang biasa digunaka
n adalah alumina-aluminium oksida. Atom aluminium pada permukaan juga memiliki g
ugus -OH. Apa yang kita sebutkan tentang jel silika kemudian digunakan serupa un
tuk alumina.

b. Senyawa-senyawa pemisah dari Kromatogram

Ketika pelarut mulai membasahi lempengan, pelarut pertama akan melarutkan senyaw
a-senyawa dalam bercak yang telah ditempatkan pada garis dasar. Senyawa-senyawa
akan cenderung bergerak pada lempengan kromatografi sebagaimana halnya pergeraka
n pelarut.
Bagaimana cepatnya senyawa-senyawa dibawa bergerak ke atas pada lempengan, terga
ntung pada:
• Kelarutan senyawa dalam pelarut. Tergantung pada besar atraksi
antara molekul-molekul senyawa dengan pelarut.
• Senyawa melekat pada fase diam, misalnya jel silika. Tergantung pada bagaimana b
esar atraksi antara senyawa dengan jel silika.
Senyawa yang dapat membentuk ikatan hidrogen akan melekat pada jel silika lebih
kuat dibanding senyawa lainnya hanya dapat mengambil bagian interaksi van der Wa
als yang lemah. Kita mengatakan bahwa senyawa ini terjerap lebih kuat dari senya
wa yang lainnya. Penjerapan merupakan pembentukan suatu ikatan dari satu substan
si pada permukaan.
Terdapat perbedaan bahwa ikatan hidrogen pada tingkatan yang sama dan dapat laru
t dalam pelarut pada tingkatan yang sama pula. Ini tidak hanya merupakan atraksi
antara senyawa dengan jel silika. Atraksi antara senyawa dan pelarut juga merup
akan hal yang penting-hal ini akan mempengaruhi bagaimana mudahnya senyawa ditar
ik pada larutan keluar dari permukaan silika.
Penyerapan pada kromatografi lapis tipisbersifat tidak permanen, terdapat perger
akan yang tetap dari molekul antara yang terjerap pada permukaan jel silika dan
yang kembali pada larutan dalam pelarut.
Dengan jelas senyawa hanya dapat bergerak ke atas pada lempengan selama waktu te
rlarut dalam pelarut. Ketika senyawa dijerap pada jel silika-untuk sementara wak
tu proses penjerapan berhenti-dimana pelarut bergerak tanpa senyawa. Itu berarti
bahwa semakin kuat senyawa dijerap, semakin kurang jarak yang ditempuh ke atas
lempengan.
Bagaimanapun, hal ini memungkinkan senyawa-senyawa tidak terpisahkan dengan baik
ketika anda membuat kromatogram. Dalam kasus itu, perubahan pelarut dapat memba
ntu dengan baik termasuk memungkinkan perubahan pH pelarut.

5. Keuntungan dari kromatografi lapis tipis


Beberapa keuntungan dari kromatografi lapis tipis ini :
• Identifikasi pemisahan komponen dapat dilakukan dengan pereaksi warna, fluorosen
si atau dengan radiasi menggunakan sinar ultraviolet.
• Kromatografi lapis tipis banyak digunakan untuk tujuan analisis.
• Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descending), atau deng
an cara elusi 2 dimensi.
• Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik karena komponen yang akan ditentukan m
erupakan bercak yang tidak bergerak.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat dismpulkan bahwa :
1. Kromatografi lapis tipis merupakan salah satu analisis kualitatif dari s
uatu sampel yang ingin dideteksi dengan memisahkan komponen-komponen sampel berd
asarkan perbedaan kepolaran.
2. Pelaksanaan kromatografi lapis tipis bisa digunakan dengan kromatogram a
tau perhitungan Rf atau pengidentifikasian senyawa-senyawa. Pelaksanaan kromatog
rafi biasanya digunakan dalam pemisahan pewarna yang merupakan sebuah campuran d
ari beberapa zat pewarna. Jumlah perbedaan warna yang telah terbentuk dari campu
ran, pengukuran diperoleh dari lempengan untuk memudahkan identifikasi senyawa-s
enyawa yang muncul. Tidak diperlukan menghitung nilai Rf karena anda dengan muda
h dapat membandingkan bercak-bercak pada campuran dengan bercak dari asam amino
yang telah diketahui melalui posisi dan warnanya.
3. Jika kromatografi lapis tipis yang akan dideteksi pada substansi tidak b
erwarna dilakukan dengan cara pendaflour dan bercak secara kimia. fase diam pada
sebuah lempengan lapis tipis seringkali memiliki substansi yang ditambahkan ked
alamnya, supaya menghasilkan pendaran flour ketika diberikan sinar ultraviolet (
UV). Itu berarti jika menyinarkannya dengan sinar UV, akan berpendar. Untuk memb
uat bercak-bercak menjadi tampak dengan jalan mereaksikannya dengan zat kimia se
hingga menghasilkan produk yang berwarna.
4. Keuntungan dari kromatografi lapis tipis adalah Kromatografi lapis tipis
banyak digunakan untuk tujuan analisis.Identifikasi pemisahan komponen dapat di
lakukan dengan pereaksi warna, fluorosensi atau dengan radiasi menggunakan sinar
ultraviolet.Dapat dilakukan elusi secara menaik (ascending), menurun (descendin
g), atau dengan cara elusi 2 dimensi. Ketepatan penentuan kadar akan lebih baik
karena komponen yang akan ditentukan merupakan bercak yang tidak bergerak.
B. Saran
Saran saya sebagai penulis adalah agar sekiranya memberikan masukan dan
kritikan terhadap pembuatan makalah ini agar bisa lebih baik dari sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA
Anonim,. Kromatografi Lapis Tipis. http://www.chem-istry.org/?sect=belajar
Anonim.KromatografiLapisTipis.2009.http://greenhati.blogspot.com/2009/01/kromato
grafi-lapis-tipis.html . diakses 26 Maret 2011
Gandjar. Abdul Rohman. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Pustaka
Pelajar. Yogyakarta.

You might also like