You are on page 1of 24

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Dalam kehidupan ini, umat muslim memiliki syariat yang haruslah ditaati.
Peraturan dan hukum Allah yang mengatur segala aspek dasar kehidupan manusia
bertujuan untuk kebaikan umat manusia sendiri. Sayangnya, syariat yang Allah SWT
wahyukan pada manusia sering kali tak diindahkan.
Salah satu ruang lingkup syariat dalam islam adalah alam dan lingkungan. Pada
kenyataannya, eksistensi lingkungan makin terancam. Fungsinya yang bersifat jangka
panjang guna menyangga kehidupan telah dirusak oleh keinginan mendapatkan
keuntungan jangka pendek. Eksploitasi menjadi tak terkendali. Sementara di sisi lain,
hukum dan syariat tidak lagi mampu dijalankan dengan efektif di lapangan.
Perusakan alam juga berlangsung akibat praktik-praktik tidak sehat dari pelaku
industri dan segelintir anggota masyarakat. Sebut saja Ilegal logging yang selalu marak.
Padahal dalam syariat islam, sudah dikatakan untuk tidak merusak lingkungan dengan
cara mengeksploitasi hasil alam secara berlebih-lebihan.
Dalam kitab suci Alquran, Allah SWT telah memperingatkan umat manusia
tentang bahaya yang dapat terjadi bila kelestarian lingkungan alam tidak dijaga dengan
semestinya.

َ ‫سِني‬
‫ن‬ ِ‫ح‬ْ ‫ن اْلُم‬
َ ‫ب ّم‬
ٌ ‫ل َقِري‬
ّ ‫تا‬
َ ‫حَم‬
ْ ‫ن َر‬
ّ ‫طَمعًا ِإ‬
َ ‫خْوفًا َو‬
َ ‫عوُه‬
ُ ‫حَها َواْد‬
ِ‫ل‬َ‫ص‬
ْ ‫ض َبْعَد ِإ‬
ِ ‫لْر‬
َ ‫سُدوْا ِفي ا‬
ِ ‫َولَ ُتْف‬

Artinya: “Dan janganlah kalian membuat kerusakan dibumi , sesudah Allah


memberbaikinya dan memintalah kepada Dia (Allah) dengan rasa takut (tidak diterima)
dan harapan (akan dikabulkan). karena sesungguhnya rahmat Allah dekat dengan
orang- orang yang berbuat kebaikan.” QS. Al- Araf :56

Lalu bagaimana dengan ilegal logging yang kerap kali dilakukan oleh oknum-
oknum di belantara hutan Indonesia? Seperti telah kita ketahui bersama, bahwa hutan

1
merupakan paru-paru bumi tempat berbagai satwa hidup, pohon-pohon, hasil tambang
dan berbagai sumberdaya lainnya yang bisa kita dapatkan dari hutan yang tak ternilai
harganya bagi manusia.
Di dalam syariat islam atau hukum ciptaan Sang Pencipta alam juga dijelaskan
melalui wahyu dengan sumber utamanya adalah ayat-ayat dalam Al-Quran. Sebagaimana
dengan dalil di bawah ini yang mengingatkan manusia untuk selalu memelihara alam di
sekitarnya:

َ ‫حو‬
‫ن‬ ُ ‫صِل‬
ْ ‫ن ُم‬
ُ‫ح‬ْ ‫ض َقاُلوْا ِإّنَما َن‬
ِ ‫لْر‬
َ ‫سُدوْا ِفي ا‬
ِ ‫ل ُتْف‬
َ ‫ل َلُهْم‬
َ ‫َوِإَذا ِقي‬

Artinya: “Dan ketika diingatkan mereka, “Kalian jangan membuat kerusakan di


muka bumi.” Lalu mereka menjawab, ” Sesungguhnya kami semua membuat
kebaikan.” QS. Al- Baqarah : 11

Pada kenyataannya, banyak praktek yang justru sangat membuat kerusakan pada
alam ini, yang dilakukan oleh manusia dan itu sangat bertentangan dengan dalil diatas.
Salah satu kegiatan yang memberikan kontribusi terbesar atas terjadinya kerusakan pada
alam adalah maraknya praktek Illegal Logging atau pembalakan liar. Sebagai gambaran,
saat ini, diperkirakan sekitar 75% kayu yang beredar di Indonesia adalah hasil dari
aktivitas illegal logging.
Sebagai jalan keluar dari permasalahan ini, pemerintah sudah berupaya
membangun langkah-langkah hukum dengan membuat perundang-undangan yang khusus
menyoroti Ilegal logging. Sayang, begitu banyak kendala yang menyertai pemberantasan
ilegal logging, mengingat besarnya jaringan kejahatan yang melingkupi tiap kasus Ilegal
logging. Dewasa ini, hanya keimanan kita sebagai hamba Allah lah yang mampu menjadi
tameng untuk tidak ikut terjerumus dalam praktek merusak lingkungan seperti itu. Syariat
yang telah Allah SWT wahyukan pada hambanya seharusnya ditaati, karena pasti ada
manfaatnya.

1.2. Identifikasi Masalah

2
Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan-permasalahan yang muncul di
antaranya sebagai berikut :
1. Apakah manfaat hutan bagi alam ?
2. Faktor apa sajakah yang mempengaruhi terjadinya illegal logging ?
3. Apa saja dampak dari illegal logging ?
4. Bagaimana masalah illegal logging di mata Islam dan Indonesia ?
5. Bagaimana contoh kasus illegal logging yang terjadi di Indonesia ?
6. Bagaimana dalil dan hukum Indonesia terhadap kasus illegal logging yang ada
di Indonesia ?
7. Solusi apa sajakah yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah
illegal logging ?

1.3. Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Agama
Islam tahun 2009. Selain itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk berusaha
menginformasikan masyarakat bahwa illegal logging adalah perbuatan yang tidak sesuai
syariah Islam dan hukum Indonesia karena merugikan alam, negara, manusia dan
mahluk-mahluk hidup lainnya.

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Manfaat Hutan dan Pepohonan


Seperti yang kita ketahui bersama, hutan merupakan sumberdaya alam yang
memberikan manfaat besar bagi kesejahteraan manusia, baik manfaat yang dirasakan
secara langsung, maupun yang dirasakan secara tidak langsung. Manfaat langsung seperti
penyediaan kayu, satwa, dan hasil tambang. Sedangkan manfaat tidak langsung seperti
manfaat rekreasi, perlindungan dan pengaturan tata air, pencegahan erosi.
Keberadaan hutan, dalam hal ini daya dukung hutan terhadap segala aspek
kehidupan manusia, satwa dan tumbuhan sangat ditentukan pada tinggi rendahnya
kesadaran manusia akan arti penting hutan di dalam pemanfaatan dan pengelolaan hutan.
Hutan menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya
dengan faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan
siklus yang dapat mendukung kehidupan.
Pembalakan liar atau yang akrab disebut illegal logging adalah kegiatan
penebangan, pengangkutan, dan penjualan kayu yang tidak sah atau tidak memiliki izin
dari otoritas setempat. Karena penebangannya pun tidak di bawah pengawasan pihak
yang berwenang, maka bisa dipastikan praktek ini menyebabkan kayu dibabat secara
berlebihan. Tindakan itu pada akhirnya membuat hutan semakin gundul sehingga hutan
tidak berfungsi lagi.
Ketika fungsi hutan yang sedemikian rupa tersebut terabaikan dengan pembalakan
liar yang berlebih-lebihan, maka manfaat-manfaat yang telah disebutkan di atas akan
berbalik menjadi malapetaka bagi manusia. Apa jadinya bila fungsi hutan tidak lagi
berlaki karena pohonnya sudah habis semua.

2.2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Illegal Logging

4
Faktor yang mendorong maraknya praktek illegal logging adalah dikarenakan
tingginya demand terhadap kayu sehingga menyebabkan tebangan kayu di hutan alam
melampaui daya dukungnya. Namun selain itu ada faktor-faktor mendasar yang
melahirkan praktek Illegal logging yang kemudian semakin lama kian tak terbendung.
Faktor-faktor tersebut adalah pola pengelolaan hutan yang ada cenderung sentralistik,
eksploitatif dan mengabaikan hak-hak masyarakat. Kesemuanya ini disebabkan oleh
orientasi pembangunan kita yang masih bertumpu pada pertumbuhan ekonomi semata
(growth) dengan mengabaikan aspek sosial dan ekologi. Pola pembangunan ini
diperparah dengan rapuhnya bangunan hukum di Indonesia, termasuk kultur hukum,
peraturan perundang-undangannya yang tidak mendukung, ketrampilan yang rendah,
sampai kepada meluasnya praktek korupsi pada tubuh aparat penegak hukum.

2.3. Dampak Illegal Logging


Data yang dikeluarkan bank dunia menunjukkan bahwa sejak tahun 1985-1997
Indonesia telah kehilangan hutan sekitar 1,5 juta hektar setiap tahun dan diperkirakan
sekitar 20 juta hutan produksi yang tersisa.
Berdasarkan hasil analisis FWI dan GFW dalam kurun waktu 50 tahun, luas
tutupan hutan Indonesia mengalami penurunan sekitar 40% dari total tutupan hutan di
seluruh Indonesia. Dan sebagian besar kerusakan hutan di Indonesia akibat dari sistem
politik dan ekonomi yang menganggap sunber daya hutan sebagai sumber pendapatan
dan bisa dieksploitasi untuk kepentingan politik serta keuntungan pribadi.
Menurut data departemen kehutanan tahun 2006, luas hutan yang rusak dan tidak
dapat berfungsi optimal telah mencapai 59,6 juta hektar dari 120,35 juta hektar kawasan
hutan di Indonesia, dengan laju defortasi dalam lima tahun terakhir mencapai 2,83 juta
hektar per tahun. Bila keadaan ini dipertahankan, di mana Sumatera dan Kalimantan
sudah kehilangan hutannya, maka hutan di Papua dan Sulawesi akan mengalami hal yang
sama. Menurut hasil analisis World Bank, hutan di Sulawesi diperkirakan bisa habis pada
tahun 2010 jika pembalakan liar di Indonesia masih terus berlanjut.
Praktek pembalakan liar dan eksploitasi hutan yang tidak mengindahkan
kelestarian, mengakibatkan kehancuran sumber daya hutan yang tidak ternilai harganya,
kehancuran kehidupan masyarakat dan kehilangan kayu senilai US$ 5 milyar , di

5
antaranya berupa pendapatan negara berkurang lebih US$ 1,4 milyar setiap tahun.
Kerugian tersebut belum menghitung hilangnya nilai keanekaragaman hayati serta jasa-
jasa lingkungan yang dapat dihasilkan dari sumber daya hutan.
Penelitian Greenpeace mencatat tingkat kerusakan hutan di indonesia mencapai
angka 3,8 juta hektar pertahun, yang sebagian besar disebabkan oleh aktivitas illegal
logging atau penebangan liar. Sedangkan dari badan penelitian Departemen Kehutanan
menunjukkan angka Rp. 83 milyar perhari sebagai kerugian finansial akibat penebangan
liar.
Menurut pandangan Islam, Kendati manusia dikaruniai perasaan dan hati, namun
hati mereka tidak berfungsi lagi dan telah tertutup terhadap nilai-nilai kebaikan. Padahal,
Allah memerintahkan manusia untuk melestarikan serta memberikan manfaat bagi
kesinambungan alam sekitar. Nah inilah yang kita sangat sesalkan, sebagian umat
Muslim juga turut melakukan tindakan perusakan. Hingga pada hakekatnya, dia bukanlah
seorang Muslim melainkan seorang hamba yang tidak lagi bertakwa.
Allah menginginkan kita sadar bahwa manusia telah diserahkan satu amanah yang
demikian besar guna mengarungi kehidupan ini. Sebab sejatinya, kita hidup bukan hanya
sekedar untuk satu generasi, tapi terus menerus. Oleh karenanya Allah juga telah
memberikan arahan-arahan bagaimana seharusnya manusia bertindak dan bertingkah laku
secara bijaksana di muka bumi. Dengan demikian, upaya pelestarian dan menjaga kondisi
lingkungan menjadi perhatian besar agama Islam.
Seperti disebutkan dalam hadis Nabi Muhammad SAW, bahkan bila kita
menyingkirkan duri dari jalan, akan mendapatkan pahala yang besar. Terlebih bila kita
menanam pohon. Begitu pula, jika kita menebang pohon sembarangan, dosanya sangatlah
besar. Itu baru hal yang kecil dicontohkan Rasulullah. Belum lagi yang besar.
Dan ingatlah bahwa manusia diberikan akal, akan tetapi terkadang akal terpaksa
dikalahkan oleh nafsu kita. Sehingga pada akhirnya kita hanya akan berorientasi pada
penumpukan kekayaan pribadi. Tetapi jika sudah terjadi perusakan hutan dan lingkungan
secara besar-besaran, niscaya Allah akan amat mengecam. “Orang-orang yang merusak
dimuka bumi adalah orang-orang yang merugi di dunia dan akherat.”

2.4. Illegal Logging di Mata Islam

6
Menjaga lingkungan adalah kewajiban kita sebagai makhluk yang diberikan akal
dan pikiran oleh Allah SWT. Dapat disimpulkan bahwa menjaga lingkungan (alam
semesta) termasuk ibadah karena lingkungan adalah titipan/ amanat dari Allah SWT.
Bumi sebagai tempat hidup makhluk hidup atau sering disebut dengan lingkugan.
Allah SWT. menjelaskan dalam Al- Qur’an Surah Al- Baqarah ayat 22 Bahwa bumi
beserta isinya diperuntukkan bagi manusia.

َ‫ت ِرْزقكًا ّلُككْم َفل‬


ِ ‫ن الّثَمكَرا‬
َ ‫ج ِبكِه ِمك‬
َ ‫خَر‬
ْ ‫سكَماِء َمككاًء َفكَأ‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ل ِمك‬
َ ‫سَماء ِبَناء َوَأنكَز‬
ّ ‫ض ِفَراشًا َوال‬
َ ‫لْر‬
َ ‫ل َلُكُم ا‬
َ ‫جَع‬
َ ‫اّلِذي‬
َ ‫ل َأنَدادًا َوَأنُتْم َتْعَلُمو‬
‫ن‬ ِّ ‫جَعُلوْا‬
ْ ‫َت‬

Artinya : “Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap, dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan
dengan hujan itu segala buah- buahan sebagai rezeki untukmu; karena itu janganlah
kamu mengadakan sekutu- sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”

Jadi, lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat disekeliling kita. Baik
berbentuk alam maupun berbentuk pergaulan dalam kehidupan.

Berkenaan dengan pembalakan liar atau Illegal Logging, hal tersebut sangat
bertentangan dengan syariat Allah SWT yang menitahkan manusia untuk menjadi
khalifah di bumi, termasuk di dalamnya tugas menjaga lingkungan, dan bukannya
mengeksploitasinya dengan berlebihan. Sungguh sangat aniaya bila kita membuat
kerusakan seperti aksi pembalakan liar. Dan Allah pun tidak menyukai orang- orang yang
membuat kerusakan. Sebagai mana diterangkan dalam beberapa ayat- ayat dibawah ini.

‫شُعُرو‬
ْ ‫ل َي‬
ّ ‫ن َوَلكِكن‬
َ ‫سُدو‬
ِ ‫َأل ِإّنُهْم ُهُم اْلُمْف‬

7
Artinya: “Ingatlah! Sesungguhnya kalian yang membuat kerusakan tetapi
kalian tidak menyadarinya.” QS. Al- Baqarah : 12

َ ‫ظاِلِمي‬
‫ن‬ ّ ‫جِزي ال‬
ْ ‫ك َن‬
َ ‫ش َوَكَذِل‬
ٍ ‫غَوا‬
َ ‫جَهّنَم ِمَهاٌد َوِمن َفْوِقِهْم‬
َ ‫َلُهم ّمن‬

Artinya: “Sudah timbul kerusakan dari darat dan lautan (karena) pekerjaan
manusia yang seharusnya Allah membebankan pada kalian (balasan) dari sebagian
kesalahan kalian, supaya kalian berpikir kembali.” QS. Ar-Rum : 41

Dari dalil- dalil diatas, telah diterangkan bahwa begitu banyak kerusakan-
kerusakan yang terjadi oleh manusia di muka bumi ini, yang salah satunya adalah dengan
aksi pembalakan hutan yang menyebabkan banyak hutan menjadi gundul. Hal tersebut
yang pada akhirnya akan menyebabkan malapetaka bagi manusia sendiri. Padahal Allah
senantiasa memberikan rezqi kepada manusian dengan melimpah ruah.

َ ‫خاِزِني‬
‫ن‬ َ ‫سَقْيَناُكُموهُ َوَما َأنُتْم َلُه ِب‬
ْ ‫سَماِء َماًء َفَأ‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ح َفَأنَزْلَنا ِم‬
َ ‫ح َلَواِق‬
َ ‫سْلَنا الّرَيا‬
َ ‫َوَأْر‬

Artinya: “Dan Kami meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuhan),


kemudian kami menurunkan air hujan dari langit, kemudian air itu kami beri minum
kalian dan bukanlah kalian yang menyimpan.” QS. Al- Hijr : 22

‫ك لَيًة ّلَقْوٍم َيَتَفّكُرون‬


َ ‫ن ِفي َذِل‬
ّ ‫ت ِإ‬
ِ ‫ل الّثمََرا‬
ّ ‫ب َوِمن ُك‬
َ ‫عَنا‬
ْ‫ل‬َ ‫ل َوا‬
َ ‫خي‬
ِ ‫ن َوالّن‬
َ ‫ع َوالّزْيُتو‬
َ ‫ت َلُكم ِبِه الّزْر‬
ُ ‫ُينِب‬

Artinya: “Dia (Allah) yang telah menjadikan tumbuhan oleh air kalian,
zaitun, kurma, anggur dan buah- buahan yang lainnya. Sesungguhnya didalamnya
terkandung ayat- ayat agar suatu kaum mempunyai pikiran.” QS. An- Nahl : 11

8
Maka dari itu, kita sebagai umat manusia wajib mensyukuri segala nikmat Allah
salah satu caranya adalah menjaga ataupun melestarikan lingkungan. Sesuai dengan tema
makalah kali ini, maka aksi pembalakn liar harus dihentikan karena sangat bertentangan
dengan syariat dalam Agama Islam.

2.5. Illegal Logging di Mata Hukum Indonesia


Menyadari bahwa praktek Illegal logging semakin tidak terbendung sementara
laju kerusakan hutan sudah demikian parah, maka pemerintah melakukan upaya lain yaitu
melalui instrumen hukum dengan dirumuskannya Rancangan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang (Perpu) tentang Pemberantasan Tindak Pidana Penebangan
Pohon Di Dalam Hutan Secara Ilegal. Namun apakah Perpu dapat menjawab
permasalahan illegal logging, tergantung dari substansi Perpu tersebut, dan kehendak
politik yang sungguh-sungguh untuk melaksanakannya.

Ternyata dari sejumlah aturan yang dapat dikenakan terhadap pelaku illegal
logging, secara yuridis normatif masih cukup memadai untuk menjerat para pelaku
illegal logging tersebut. Artinya unsur-unsur yang terkandung di dalam ketentuan pasal-
pasal UUK cukup mudah dimengerti dan diimplementasikan, walaupun pada tataran
ancaman pidana yang ditentukan dalam aturan tersebut masih terdapat kelemahan, namun
dalam implementasi pada tataran praktek di lapangan, ternyata masih sering terjadi
praktek-pratek illegal logging yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian
negara, sehingga dengan demikian juga dapat dikategorikan sebagai delik korupsi, maka
persoalannya sekarang, bukan terletak pada tataran yuridis normatif, melainkan adalah
terletak pada tataran implementasi aturan tersebut di lapangan oleh aparat pelaksana.

Bertolak dari uraian di atas, dengan bersandarkan pada aturan yang telah
disebutkan di atas, maka paling tidak ada 3 (tiga) upaya/tindakan yang dapat dilakukan
untuk meminimalisir terjadinya illegal logging, yaitu:

1. Upaya pengawasan dan penindakan yang dilakukan di TKP (tempat kejadian perkara),
yaitu di lokasi kawasan hutan dimana tempat dilakukannya penembangan kayu secara

9
illegal. Mengingat kawasan hutan yang ada cukup luas yang tidak dibarengi dengan
jumlah aparat yang signifikan, maka upaya ini sulit dapat diandalkan, kecuali menjalin
kerjasama dengan masyarakat tempatan. Inipun akan mendapat kesulitan jika anggota
masyarakat itu justru mendapatkan keuntungan materiil dari tindakan illegal logging.
2. Upaya lain yang juga dapat dilakukan adalah dengan mengoptimalkan pos-pos tempat
penarikan retribusi yang banyak terdapat di pinggir-pinggir jalan luar kota. Petugas
pos retribusi hanya melakukan pekerjaan menarik uang dari truk yang membawa kayu,
hanya sekedar itu. Seharusnya di samping melakukan penarikan uang retribusi juga
sekaligus melakukan pengecekan terhadap dokumen yang melegalkan pengangkutan
kayu. Dengan tindakan pengecekan seperti ini, secara psikologis diharapkan dapat
dijadikan sebagai upaya shock therapy bagi para sopir truk dan pemodal. Selain dari
itu, juga harus dilakukan patroli rutin di daerah aliran sungai yang dijadikan jalur
pengangkutan kayu untuk menuju terminal akhir, tempat penampungan kayu;
3. Upaya ketiga adalah menelusuri terminal/tujuan akhir dari pengangkutan kayu illegal,
dan biasanya tujuan itu adalah perusahaan atau industri yang membutuhkan bahan
baku dari kayu. Ini merupakan upaya yang cukup efektif untuk menanggulangi
perbuatan-perbuatan illegal logging. Perusahaan atau industri seperti ini dapat dituding
telah melakukan “penadahan”. Perbuatan menampung terhadap kayu-kayu illegal oleh
perusahaan, yang dalam bahasa hukum konvensional KUHP disebut sebagai
penadahan tersebut, dapat dikategorikan sebagai kejahatan korporasi (corporate
crime).

10
BAB III
ANALISIS PERMASALAHAN

3.1. Kasus Illegal Logging di Indonesia


3.1.1. Kasus Illegal Logging di Daerah Sumatra
a. Riau
Tim Illegal Logging Kepolisian Daerah Riau kembali menemukan tumpukan
kayu yang teronggok di lima kanal berbeda sepanjang 21 kilometer. Kayu-kayu itu
berada di area konsesi Hutan Tanaman Industri CV Alam Lestari di Desa Sungai Ara,
Kecamatan Pelalawan. Polres Pelalawan menghitung jumlah tumpukan kayu tersebut
mencapai 3.800 tumpukan. Satu tumpukan minimal ada 250 batang kayu dari berbagai
jenis ukuran. Panjang kayu itu sendiri rata-rata minimal 3 meter.

11
Direktur Tropika, Harijal Jalil dalam perbincangan dengan detikcom di Pekanbaru
menggambarkan besarnya temuan ini setara dengan panjang jalan Aceh - Lampung
(=2.508,5 km). “Kalau kayu itu disambungkan maka terhubunglah dari Aceh sampai ke
Lampung. Dan kalau kita berandai lagi, jika kayu itu dijadikan kertas, maka anak sekolah
di Indonesia ini dapat satu buku gratis,” (Detiknews, 28 April 2008, Temuan Illegal
Logging di Riau).

b. Sumatra Selatan
Akibat memalsukan dokumen Surat Keterangan Sah Hasil Hutan (SKSHH) atas
ribuan batang kayu log, yang ditangkap Kodam II/ Sriwijaya, Sy dan Sub pejabat di
Dishut Sumsel dijadikan tersangka. pemeriksaan kedua pejabat Dishut Sumsel itu karena
ada dugaan SKSHH No. Seri DB 382922 atas kayu 2.639 batang sebagai dokumen kayu
yang dipalsukan. Seharusnya SKSHH kayu tersebut dikeluarkan di
Kabupaten Muba, tapi kenyataannya oleh dua pejabat tersebut dibuat di kantor Sako
Kenten, daerah perbatasan Palembang dengan Muba.
Sumber:Suara Pembaruan 1 Juli 2002

c. Sumatra Barat
Dari Padang dilaporkan, Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Pasaman Drs.
SY. M.Si ditahan di Polda Sumbar karena diduga terlibat dalam kasus “main kayu” .
Penahanan tersebut didasarkan atas laporan SL seorang pemilik kayu hasil tangkapan
Satpol PP Pasaman. Beliau menyebutkan telah membayar uang Provisi Sumber Daya
Hutan dan Dana Reboisasi (PSDH dan DR) sebesar Rp. 22.5 juta kepada tersangka SY.
Namun surat PSDH dan DR tidak juga dikeluarkan oleh tersangka.
Sumber: Warta Bumi Jumat 7 Maret 2003

3.1.2. Kasus Illegal Logging di Daerah Sulawesi


a. Sulawesi Tengah
Kabupaten Toli-Toli, Sulawesi Tengah. Tim gabungan TNI Angkatan Laut dan
Polisi Hutan Kabupaten Tolitoli menyita puluhan batang kayu jenis eboni di kawasan

12
Pulau Simatang. Kayu bernilai puluhan juta rupiah ini diduga akan diselundupkan
pemiliknya ke Tawau, Malaysia.

b. Sulawesi Selatan
Jajaran Direktorat Polisi Perairan (Ditpolair) Polda Sulawesi Selatan menyita
sedikitnya 1.590 batang kayu ilegal jenis meranti campuran. Kayu tanpa dokumen resmi
tersebut hendak diseludupkan ke Kabupaten Pangkep dan Majene, Sulawesi Barat.

3.1.3. Kasus Illegal Logging di Daerah Kalimantan


a. Kalimatan Barat
Sekitar 12.000 batang kayu meranti olahan yang ditemukan Satuan Polisi Hutan
Reaksi Cepat (Sporc) Kalimantan Barat di Taman Wisata Alam (TWA) Asuansang,
ditengarai juga berasal dari pembalakan liar di TWA Melintang dan TWA Gunung
Dungan. Kayu-kayu yang memiliki volume lebih dari 1.000 meter kubik itu, harga
jualnya saat diselundupkan ke Sematan, Malay sia, diperkirakan mencapai Rp 18 miliar.
b. Kalimantan Tengah
polisi hutan menyita 1.200 potong kayu hasil pembalakan liar di Desa Bukit Liti,
Kahayan Tengah, Pulang Pisau.

3.1.4. Kasus Illegal Logging di Daerah Jawa


a. Jawa Barat
Dari Cianjur, NUG salah seorang Pejabat di Kantor Dinas Perhutanan dan
Konservasi Tanah (PKT) ditahan petugas polres setempat karena diduga memalsukan
surat keterangan sahnya hasil hutan (SKSHH). Penahanan NUG berawal dari
ditangkapnya dua truk tronton bermuatan kayu bayur dan satu truk
bermuatan kayu jati di wilayah Kecamatan Cibinong pada 19 April 2002. Hasil
pemeriksaan aparat berwajib menunjukkan ternyata kayu-kayu itu dilengkapi SKSHH
yang diduga asli tapi palsu (aspal). SKSHH yang dikeluarkan NUG ternyata dibuat tidak
sesuai dengan prosedur yang berlaku, antara lain seharusnya direkomendasikan oleh
sebuah tim. Tim tersebut terdiri dari camat, Perhutani, Dinas PKT, dan polsek setempat.
‘’Namun, NUG menerbitkannya tanpa rekomendasi itu.’’

13
Sumber: Media Indonesia 23 April 2002

3.1.5. Kasus Illegal Logging di Papua


Menurut EIA dan Telapak dalam laporan terbarunya yang bertajuk Last
Frontier, sekitar 300 ribu meter kubik kayu merbau gelondongan asal Papua
diselundupkan ke Cina setiap bulan. Kayu merbau memang menjadi sasaran utama
pembalakan liar di Papua. Sebab merbau adalah salah satu kayu yang paling
berharga dan diminati dari Asia Tenggara karena kekuatan dan daya tahannya.
Kayu berwarna gelap ini sering digunakan untuk membangun bangunan-
bangunan mewah, lantai, dan perabotan luar ruangan (outdoor furniture). Masyarakat
Papua mengenal kayu jenis ini dengan nama kwila. Kayu ini tumbuh subur di
tanah adat masyarakat Knasaimos di Seremuk, sebuah daerah terpencil di
selatan pelabuhan Kota Sorong, Papua.
Modus yang sering dijalankan adalah dengan merangkul masyarakat setempat
untuk menebang pohon tanpa disertai dokumen sah. Perusahaan besar mengupah
penduduk untuk membabat setiap jengkal hutan yang selama ini menjadi "ibu"
bagi masyarakat setempat. Warga juga diiming-imingi dengan janji-janji
surga, seperti membangun perkampungan, tempat ibadah, dan fasilitas lainnya.
Janji tinggal janji. Meski hutannya dijarah, masyarakat Papua seperti tak
mendapat bagian apa-apa. Tim Sigi menemukan penduduk setempat hanya mendapat
sekitar Rp 90 ribu untuk setiap meter kubik kayu merbau. Padahal, di tangan
eksportir, kayu khas Papua itu berharga Rp 2,5 juta per meter kubik.

3.2. Dalil dan Hukum Indonesia Terhadap kasus Illegal Logging di Indonesia
3.2.1. Dalil-dalil Islam mengenai Illegal Logging
a. Alquran

Bumi sebagai tempat hidup makhluk hidup atau sering disebut dengan lingkugan.
lingkungan adalah segala sesuatu yang terdapat disekeliling kita. Baik berbentuk alam
maupun berbentuk pergaulan dalam kehidupan.

14
Sungguh sangat aniaya bila kita membuat kerusakan di muka bumi ini. Dan Allah
pun tidak menyukai orang- orang yang membuat kerusakan. Sebagai mana diterangkan
dalam beberapa ayat- ayat dibawah ini.

َ ‫حو‬
‫ن‬ ُ ‫صِل‬
ْ ‫ن ُم‬
ُ‫ح‬
ْ ‫ض َقاُلوْا ِإّنَما َن‬
ِ ‫لْر‬
َ ‫سُدوْا ِفي ا‬
ِ ‫ل ُتْف‬
َ ‫ل َلُهْم‬
َ ‫َوِإَذا ِقي‬

Artinya: “Dan ketika diingatkan mereka, “Kalian jangan membuat kerusakan di


muka bumi.” Lulu mereka menjawab, ” Sesungguhnya kami semua membuat kebaikan.”
QS. Al- Baqarah : 11

‫شُعُرو‬
ْ ‫ل َي‬
ّ ‫ن َوَلكِكن‬
َ ‫سُدو‬
ِ ‫َأل ِإّنُهْم ُهُم اْلُمْف‬

Artinya: “Ingatlah! Sesungguhnya kalian yang membuat kerusakan tetapi kalian tidak
menyadarinya.” QS. Al- Baqarah : 12

َ ‫سُرو‬
‫ن‬ ِ ‫خا‬
َ ‫ك ُهُم اْل‬
َ ‫ض ُأوَلكِئ‬
ِ ‫لْر‬
َ ‫ن ِفي ا‬
َ ‫سُدو‬
ِ ‫ل َوُيْف‬
َ‫ص‬َ ‫ل ِبِه َأن ُيو‬
ُّ ‫ن َما َأَمَر ا‬
َ ‫طُعو‬
َ ‫ل ِمن َبْعِد ِميَثاِقِه َوَيْق‬
ِّ ‫عْهَد ا‬
َ ‫ن‬
َ ‫ضو‬
ُ ‫ن َينُق‬
َ ‫اّلِذي‬

Artinya: “Yaitu orang- orang yang merusak janji Allah setelah diperkuatnya janji dan
memutus (merintang) Allah dengan apa- apa untuk disembunyikan serta membuat
kerusakan di bumi. Mereka adalah orang- orang yang rugi.” QS. Al- Baqarah : 27

‫ساد‬
َ ‫حبّ الَف‬
ِ ‫ل ُي‬
َ ‫ل‬
ّ ‫ل َوا‬
َ‫س‬ْ ‫ث َوالّن‬
َ ‫حْر‬
َ ‫ك اْل‬
َ ‫سَد ِفِيَها َوُيْهِل‬
ِ ‫ض ِلُيْف‬
ِ ‫لْر‬
َ ‫سَعى ِفي ا‬
َ ‫َوِإَذا َتَوّلى‬

Artinya: “Dan apabila ia berpaling (dari kamu), ia berjalan di bumi untuk membuat
kerusakan padanya, dan merusak tambuh- tumbuhan dan binatang ternak, dan Allah
tidak menyukai kebinasaan.” QS. Al- Baqarah : 205

15
ّ ‫ض ِإ‬
‫ن‬ ِ ‫لْر‬
َْ ‫ساَد ِفي ا‬
َ ‫ل َتْبِغ اْلَف‬
َ ‫ك َو‬
َ ‫ل ِإَلْي‬
ُّ ‫ن ا‬
َ‫س‬َ‫ح‬
ْ ‫سن َكَما َأ‬
ِ‫ح‬
ْ ‫ن الّدْنَيا َوَأ‬
َ ‫ك ِم‬
َ ‫صيَب‬
ِ ‫س َن‬
َ ‫ل َتن‬
َ ‫خَرَة َو‬
ِ‫ل‬
ْ ‫ل الّداَر ا‬
ُّ ‫ك ا‬
َ ‫َواْبَتِغ ِفيَما آَتا‬
َ ‫سِدي‬
‫ن‬ ِ ‫ب اْلُمْف‬
ّ ‫ح‬
ِ ‫ل ُي‬
َ ‫ل‬
َّ ‫ا‬

Artinya: “Dan cepatlah gunakan perkara yang telah diberikan oleh Allah kepada
kalian di akhirat nanti dan kalian juga merupakan bagian dari bumi, dan harus kalian
buatlah kebeikan seperti halnya Allah yang telah membuat kebaikan kepada kalian. Dan
kalian jangan membuat kerusakan di bumi ini. Karena sesungguhnya Allah tidak
mencintai orang- orang yang membuat kerusakan.” QS. Al - Qaashas : 77

Dari dalil-dalil diatas, telah diterangkan bahwa begitu banyak kerusakan-


kerusakan yang terjadi oleh manusia di muka bumi ini. Padahal Allah senantiasa
memberikan rizqi kepada manusian dengan melimpah ruah.

‫شِديٌد‬
َ ‫عَذاِبي َل‬
َ ‫ن‬
ّ ‫لِزيَدّنُكْم َوَلِئن َكَفْرُتْم ِإ‬
َ ‫شَكْرُتْم‬
َ ‫ن َرّبُكْم َلِئن‬
َ ‫َوِإْذ َتَأّذ‬
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Se- sungguhnya jika
kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (ni'mat) kepadamu, dan jika kamu
mengingkari (ni'mat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".
( QS. Ibrahim 14:7 )

b. Hadist
Hisyam bin Hakam bertanya kepada Imam Ash-Shadiq a.s.: “Dalil apa yang dapat
membuktikan keesaan Tuhan?” Beliau bersabda, “Sistemika dan koordinasi pengaturan
alam semesta dan sempurnanya penciptaan. Demikian Allah swt. berfirman, ‘Sekiranya
langit dan bumi terdapat Tuhan-Tuhan selain Allah, niscaya alam semesta ini akan
mengalami kerusakan.”

16
Hadis riwayat Abu Syuraih Al-Adawi ra.:

Dalam satu hadits yang panjang Nabi bersabda: Sesungguhnya kota Mekah diharamkan
oleh Allah dan bukan manusia yang mengharamkannya. Maka tidak halal bagi orang
yang beriman kepada Allah dan hari kiamat menumpahkan darah dan menebang pohon di
sana. ..Hendaklah orang yang hadir menyaksikan menyampaikan kepada orang yang
tidak hadir!. (Shahih Muslim No.2413)

3.2.2. Hukum Indonesia mengenai Illegal Logging

Dari sejumlah Peraturan Perundang-Undangan yang dapat diidentifikasi dan yang


secara langsung berkaitan dengan perbuatan illegal logging pada pokoknya adalah
sebagai berikut:

1. Pasal 50 Ayat (3) huruf e Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 menyebutkan,


“setiap orang[3] dilarang: menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan
di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang”;
2. Pasal 50 Ayat (3) huruf f UUK menyebutkan, “setiap orang dilarang: menerima,
membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki
hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan yang diambil atau
dipungut secara tidak sah”;
3. Pasal 50 Ayat (3) huruf h UUK menyebutkan: “setiap orang dilarang: mengangkut,
menguasai, atau memiliki hasil hutan yang tidak dilengkapi bersama-sama dengan
surat keterangan sahnya hasil hutan”;[4]
4. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Pasal 2 Ayat
(1) menyebutkan, “Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan
memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi yang dapat merugikan
keuangan negara atau perekonomian negara,dipidana dengan pidana penjara seumur
hidup atau pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua

17
puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan
paling banyak Rp 1.000.000.000 (satu milyar rupiah).

3.3. Perbandingan Pandangan Illegal Logging Antara Dalil Islam dan Hukum
Indonesia
Dari dalil-dalil agama islam baik alquran maupun hadist dan Peraturan
perundang-undangan yang ada di Indonesia, kita mengetahui bahwa illegal logging itu
dilarang keras karena perbuatan itu menyebabkan kerusakan yang merugikan baik untuk
alam maupun untuk mahluk-mahluk hidup yang ada.
Selain itu, dalam kenyataannya kita pun bisa melihat biasanya orang-orang yang
melakukan illegal logging, diikuti dengan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan
hukum lainnya seperti penipuan perizinan surat untuk penyelundupan, janji palsu,
penjualan illegal, sogok menyogok, dan korupsi. Hal ini sungguh tidak terpuji dan
merugikan jika dilihat secara hukum dan agama. Belum lagi jika dilihat berapa hutan dan
wilayah yang sudah mereka rusak secara keseluruhan hanya demi kepentingan atau
keuntungan materi sepihak. Serta, bagaimana nasib masyarakat yang tidak bersalah yang
merasakan akibat karena perilaku mereka yang merusak alam disekitarnya.
Dalam Islam berdasarkan Al quran dan Hadist, manusia sebagai mahluk allah dan
khalifah di muka bumi ini seharusnya melindungi dan menjaga alam yang ada bukannya
merusak alam yang diberikan dan dianugerahkan allah kepada mahluk-mahluk hidup.
Tapi, justru kebanyakan dari kita justru malah merusak alam dan lingkungan tersebut,
yang tidak bukan dan tidak salah yaitu illegal logging yang masih sering terjadi di
Indonesia hanya demi suatu kepentingan yang menyangkut materi. Allah pun
sesungguhnya sangat membenci, manusia-manusia yang membuat kerusakan.
Dalam hukum Indonesia tepatnya dalam peraturan perundang-undangan,
Indonesia dalam peraturan perundang-undangannya pun sangat jelas melarang illegal
logging serta semua tindakan yang menyertai dalam illegal logging yaitu penjualan
illegal demi kepentingan korporasi dan korupsi. Perndang-undangan pun mengatur
dengan sanksi. Walaupun sayangnya, terkadang hukum itu tidak tegas dalam pelaksanaan
sehingga illegal logging itu masih saja serig terjadi dan merugikan negara serta alam

18
Indonesia dan pihak dalam negara pun banyak yang tergiur dan menjadi pelaku iilegal
logging tersebut.

3.4. Solusi Untuk Mengatasi dan Mencegah Illegal Logging


Aspek transnational crime dalam illegal logging di Indonesia dapat
dimungkinkan karena adanya hubungan agen-struktur serta mekanisme diskursus dalam
norma atau rule yang ada di dalam masyarakat dimana termasuk didalamnya terjadi pula
difusi norma. Norma ini secara umum dapat dilihat di dalam hukum, politik, sosial-
budaya, dan ekonomi.
Untuk mengatasi illegal logging maka diperlukan perubahan-perubahan pada
rules dan praktek yang menyusunnya. Dimana hal ini tidak hanya harus terjadi pada
tingkat domestik saja namun juga harus terjadi pada tingkat transnasional. Usaha ini
harus dilakukan oleh semua agen yang terlibat. Permasalahan tidak akan selesai dengan
hanya memperbaiki aturan tata niaga kayu saja namun juga harus mencakup rule di
bidang politik, ekonomi, hukum, dan sosial-budaya. Selain itu diperlukan pula komunitas
epistemik yang berfungsi untuk mengkaji illegal logging di Indonesia sekaligus untuk
menyebarluaskan informasi dan membentuk jaringan interaksi dengan lembaga lain
sejenis di daerah dan di negara lain.
Seperti diketahui bahwa illegal logging mempunyai dampak yang cukup serius,
baik itu dari segi sosial maupun ekonomi bahkan terhadap ekologi. Penanganan illegal
logging tidak dapat jika hanya ditangani didalam negeri, tetapi juga harus melibatkan luar
negeri, karena illegal logging sangat terkait erat dengan banyaknya permintaan kayu dari
luar negeri. Namun demikian masih terdapat cara-cara dalam rangka menanggulangi
illegal logging. Pertama secara prefentif, yaitu cara – cara yang dilakukan dengan jalan
pencegahan dan cara ini telah ditempuh oleh Departemen Kehutanan dengan melakukan
hal – hal sebagai berikut :
a. Menerbitkan SK Menhut. No.:541/Kpts-II/2002, yang isinya antara lain mencabut SK
Menhut. No.: 05.1/Kpts-II/2000, untuk menghentikan sementara kewenangan
Gubernur atau Bupati / Walikota dalam menerbitkan HPH / Ijin pemanfaatan hasil
hutan.

19
b. Menerbitkan SK Bersama Menteri Kehutanan dan Menteri Perindustrian Perdagangan
No.: 1132/Kpts-II/2001 dan No.: 292/MPP/Kep/10/2001, tenang penghentian ekspor
kayu bulat/bahan baku serpih yang dikuatkan dengan PP No.: 34 tahun 2002, yang
tegas melarang ekspor log dari Indonesia.
c. Kerjasama dengan negara lain, yaitu penandatanganan MOU dengan Pemerintah
Inggris pada tanggal 18 April 2002 dan dengan Pemerintah RRC pada tanggal 18
Desember 2002 dalam rangka memberantas illegal logging dan illegal trade.

Kemudian yang kedua adalah dengan cara represif, yaitu melakukan operasi
secara mendadak dilapangan dengan melakukan kerjasama dengan TNI Al dalam
pelaksanaan Operasi Wanabahari, serta dengan Polri dalam pelaksanaan operasi
Wanalaga.
Dalam upaya menanggulangi praktek illegal logging ini, secara internasional telah
mendapat dukungan dari Presiden Amerika George W. Bush dalam Global Climate
Change pada tanggal 14 Februari 2002 yang menyatakan “ …I’ve also ordered the
Secretary of State to develop a new initiative to help developing countries stop illegal
logging, a practice that destroys biodiversity and releases millions of tons of greenhouse
gases into the atmosphere.”
Namun demikian upaya-upaya tersebut tidak akan berhasil dan terlambat apabila
dari pemerintah tidak segera melakukan langkah-langkah pencegahan secara serius dan
terintegrasi. Seperti apa yang dikatakan Sumardi dkk (2004) dalam Dasar-dasar
Perlindungan Hutan, bahwa perlindungan tidak dapat dianggap sebagai satu penyelesaian
masalah kerusakan sesaat atau hanya merupakan tindakan darurat, akan tetapi lebih
merupakan prosedur yang sesuai dan cocok dengan sistem perencanaan pengelolaan
hutan. Artinya sumber-sumber kerusakan yang potensial sedapat mungkin dikenali dan
dievaluasi sebelum kerusakan yang besar dan kondisi darurat yang terjadi.
Meskipun langkah-langkah telah dilakukan, namun pada kenyataannya langkah-
langkah itu belum effektif dan oleh karena itu perlu ditempuh langkah-langkah sebagai
berikut :
1. Penegakan hukum yang tegas dan nyata dan tinggalkan perlakuan diskriminatif. Siapa
yang terlibat harus ditindak, tanpa kecuali.

20
2. Pemberdayaan masyarakat disekitar hutan. Meskipun Perum Perhutani telah
melaksanakan program PHBM ( Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat ), namum
demikian masih sangat perlu dukungan dari Pemerintah Daerah, karena dengan adanya
Undang-undang otonomi daerah, Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan yang
penuh untuk melangsungkan pembangunan berkelanjutan.
3. Pemberantasan terhadap pedagang - pedagang sebagai penadah kayu dan industry-
industri kayu yang menggunakan bahan baku kayu dari hasil illegal logging secara
kontinu dan terprogram dengan melibatkan berbagai unsure dalam masyarakat.
4. Memberikan penghargaan pada masyarakat atau aparat yang dapat menunjukkan atau
menangkap pedagang – pedagang dan industri – industry yang menggunakan kayu dari
hasil illegal logging.
5. Penebangan liar bukanlah merupakan masalah yang berdiri sendiri atau tanggung
jawab Departemen Kehutanan (untuk Pulau Jawa termasuk Perum Perhutani), akan
tetapi merupakan masalah bersama yang harus diselesaikan dengan melibatkan
instansi-instansi yang terkait termasuk Departemen Industri dan Perdagangan. Oleh
karena kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah merupakan kebijakan antar
Departemen.

Sedangkan menurut Islam, yang dapat mencegah kerusakan alam adalah dengan
Janganlah berharap dari siapa pun. Gantungkan hidup ini pada diri masing-masing.
Dahulu, Rasulullah tidak pernah mengharapkan pembesar-pembesar pada waktu itu untuk
memeluk Islam. Keikhlasan adalah intinya, kita butuh keikhlasan dari orang-orang yang
ikhlas. Insyaallah, dari sesuatu yang kecil bila dikerjakan dengan ikhlas, akan
mendatangkan keberkahan dari Allah. Dan yang besar tanpa keikhlasan bakal hancur.

21
BAB IV
KESIMPULAN

Illegal logging adalah salah satu tindakan yang tidak terpuji dan tidak sesuai
dengan syariah Islam dan hukum Indonesia. Dimana hal tersebut bisa, membuat
kerusakan pada alam sehingga mengakibatkan banyak kerugian baik untuk alam dan
mahluk-mahluk hidupnya. Sehingga, Fungsi hutan korban illegal logging itu tidak dapat
berfungsi sebagaimana seharusnya. Illegal logging terjadi karena adanya faktor
pendukungnya, salah satunya adalah permintaan yang banyak terhadap kayu. Namun
sayangnya, pemenuhan permintaan itu tidak diimbangi dengan kepeduliannya terhadap
alam akan dampak yang akan terjadi di kemudian harinya.
Padahal Islam, memberitahu dan mengajarkan manusia agar bisa menjaga alam
dan lingkungannya karena itu bagian dari ibadah dan amanat dari allah yang diberikan
pada manusia. Selain itu, Hukum Indonesia juga mengatur tentang praktek illegal logging
yang merugikan negara dalam halam perekonomian dan alam Indonesia.
Dapat kita ketahui juga banyak sekali kasus-kasus illegal logging yang terjadi di
Indonesia bahkan hampir di setiap wilayah yaitu Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, Jawa,
dan Papua. Pada secara tersirat kasus illegal logging itu sudah diatur dalam alquran dan
hadist mengenai kerusakan alam. Di alquran dan hadist sangat jelas dikatakan bahwa
allah sangat benci kepada orang-orang yang memebuat kerusakan di muka bumi. Tidak
hanya dalam agama Islam, Negara Indonesia pun mengatur illegal logging dalam
peraturan perundang-undangan, yang melarang tindakan illegal logging tersebut.
Oleh karena itu, untuk mengatasi dan mencegah illegal logging, Indonesia harus
melakukan perubahan-perubahan pada peraturan dan prakteknya. Peraturannya tidak bisa
hanya mengenai bidang tata niaga kayu saja tetapi juga mengenai politik, ekonomi,
hukum dan sosial-budaya. Pada prakteknya dalam pencegahan dan penyelesaian, tidak
bisa jika peraturan itu hanya berlaku dalam negeri tetapi harus luas hingga luar negeri.

22
Menurut Islam, yang dapat mencegah kerusakan adalah dengan tidak berharap dari siapa
pun yang penting adalah keikhlasan dari diri masing-masing, karena dari sesuatu yang
kecil bila dikerjakan dengan ikhlas akan memberikankeberkahan dari allah, dan tanpa
keikhlasan semuanya akan hancur.

23
Daftar Pustaka

Environmental Investigation Agency and Telepak, 2004, Profiting from Plunder: How
Malaysia Smuggles Endangered Wood.

Greenpeace Partners in Crime, 2003, A Greenpeace investigation of the links between


the UK and Indonesia’s timber barons.

Indonesia-UK Tropical Forestry Management Programme, 1999, Illegal Logging in


Indonesia, ITFMP Report No. EC/99/03.

Intip Hutan, April 2003, Pejabat Tersandung Illegal Logging.

Suprihantono E. Atmojo (Ed), 2005, Menyinergikan Pembangunan & Lingkungan:


Telaah Kritis Begawan Lingkungan, PD Anindya, Yogyakarta.

WWF International, 2002, The Timber Footprint of the G8 and China.

http://sman13bandung.school-press.com

http://www.legalitas.org.com

http://www.republika.co.id/berita/20277/KH_Othman_Umar_Shihab_Manusia_Melupak
an_Amanah_Allah.

http://www.saveordelete.com

24

You might also like