You are on page 1of 18

KALA 1 PERSALINAN

Giavanny Eka Rani Puteri


1010211012
Kala 1
 Kala 1 dimulai ketika telah tercapainya
kontraksi uterus dengan frekuensi,
intensitas dan durasi yang cukup untuk
menghasilkan pendataran dan dilatasi
serviks yang progresif

 Kala 1 diakhiri ketika serviks sudah


membuka lengkap (10 cm)

 Kala 1 disebut pendataran dan dilatasi


serviks
 Pada kala 1, tenaga yang efektif adalah
kontraksi uterus.

 Kontraksi uterus akan menghasilkan


tekanan hidrostatik ke seluruh selaput
ketuban terhadap serviks dan segmen
bawah uterus.

 Selaput ketuban pecah bagian


terbawah janin mendesak serviks dan
segmen bawah uterus pendataran &
dilatasi serviks 10cm pembukaan
lengkap.
Pendataran Serviks
 Pemendekan saluran serviks dari panjang
2 cm mjd muara melingkar dgn tepi hanya
setipis kertas effacement.

 Serabut2 otot setinggi os serviks internum


ditarik ke atas atau dipendekan menuju
segmen bawah uterus. Os eksternum
belum ada perubahan untuk sementara.

 Pendataran menyebabkan ekspulsi sumbat


mukus ketika saluran serviks memendek.
Dilatasi Serviks
 Segmen bawah uterus dan serviks
merupakan daerah resitennya lebih kecil
dibandingkan dengan korpus uteri.

 Maka, selama terjadinya kontraksi, struktur2


ini mengalami peregangan

 Ketika kontraksi uterus menimbulkan


tekanan pada selaput ketuban, tekanan
hidrostatik kantong amnion akan melebarkan
saluran serviks seperti sebuah baji.
Fase-fase
 Proses membukanya serviks sebagai
akibat dari his dibagi menjadi 2 fase yaitu :
 Fase Laten
 Fase Aktif
 Fase Laten

 Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan


terjadi sangat lambat sampai mencapai
ukuran diameter 3cm.
 Kontraksi mulai teratur tetapi lamanya
masih diantara 20-30 detik
 Fase Aktif
 Pembukaan dari 3 cm sampai lengkap
(10 cm), berlangsung sekitar 6 jam.
 Kontraksi di atas 3 kali dalam 10 menit.
Lama kontraksi 40 detik atau lebih dan
mules

Fase aktif terbagi atas :


 Fase akselerasi.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan 3 cm
tadi menjadi 4 cm
 Fase dilatasi maksimal
Dalam waktu 2 jam, pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm
menjadi 9 cm

 Fase deselerasi
Pembukaan menjadi lambat kembali.
Dalam waktu 2 jam, pembukaan 9 cm
menjadi lengkap, 10 cm.
Perbedaan proses pematangan dan pembukaan serviks
(cervical effacement) pada primigravida dan multigravida
Serviks Ostium Internum Periode Kala 1
Primigravida terjadi penipisan ostium internum primigravida lebih
serviks lebih membuka terlebih lama ( 13 jam)
terlebih dahulu dahulu daripada
sebelum terjadi ostium eksternum
pembukaan (inspekulo ostium
tampak berbentuk
seperti lingkaran
kecil di tengah)
Multigravida sedangkan pada pada multipara, multipara (7 jam)
multipara serviks ostium internum
telah lunak dan eksternum
akibat persalinan membuka
sebelumnya, bersamaan
sehingga (inspekulo ostium
langsung terjadi tampak berbentuk
proses penipisan seperti garis lebar)
dan pembukaan
Sifat his pada kala 1
 Timbul tiap 10 menit dengan amplitudo 40
mmHg, lama 20-30 detik. Serviks terbuka
sampai 3 cm. Frekuensi dan amplitudo
terus meningkat.

 Terjadi peningkatan rasa nyeri, amplitudo


makin kuat sampai 60 mmHg, frekuensi 2-
4 kali / 10 menit, lama 60-90 detik. Serviks
terbuka sampai lengkap (10cm).
Anamnesis

 Mengumpulkan informasi ttg riwayat


kesehatan, kehamilan dan persalinan.

 Informasi ini digunakan dalam proses


membuat keputusan klinik untuk
menentukan diagnosa dan
mengembangkan rencana asuhan atau
perawatan yang sesuai.
Pemeriksaan Fisik
 Menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya
serta tingkat kenyamanan fisik ibu
bersalin.

 Hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik,


dikumpulkan kemudian diramu/diolah
untuk menegakkan diagnosa dan
mengembangkan rencana asuhan atau
perawatan yang sesuai dengan kondisi ibu
 Pemeriksaan abdomen, meliputi :

 Menentukan tinggi fundus uteri


 Memantau kontraksi uterus
 Memantau denyut jantung janin
 Menentukan presentasi
 Menetukan penurunan bagian terbawah janin
 Periksa dalam, langkah2 :
 Periksa genitalian eksterna, adakah luka atau
massa (benjolan) termasuk kondilomata,
varikositas vulva atau rektum atau luka parut di
perineum.
 Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada
bercak darah, perdarahan per vaginam atau
mekonium
 Masukan jari telunjuk dan tengah, jika selaput
ketuban belum pecah, jangan melakukan tindakan
amniotomi (merobeknya)
 Nilai vagina. Luka parut di vagina
mengindikasikan adanya riwayat robekan
perineum atau tindakan episiotomi sebelumnya
 Nilai pembukaan dan penipisan serviks

 Pastikan tali pusat dan bagian2 kecil lainnya


(kaki dan tangan) tidak teraba saat melakukan
px dalam
 Nilai penurunan bagian terbawah janin dan
tentukan apakah bagian tsb telah msk ke dalam
rongga panggul
 Jika bagian terbawah janin adalah kepala,
pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau
fontanela magna) dan celah (sutura) sagitalis
untuk menilai derajat penyusupan atau
tumpang tindih tulang kepala dan apakah
ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan
lahir.

You might also like