You are on page 1of 12

Sejarah pergerakan Nasional di Indonesia, diawali dengan munculnya berbagai organisasi

amodern yang menetang pemerintahan kolonial Belanda, diawali dengan munculnya organisasi
Budi Utomo dan dilanjutkan dengan berbagai organisasi lainnya yang mulai bermunculan. Dimana
secara singkat sejarah dari pergerakan nasional yang merupakan titik awal dari pengakuan
kedaulatan Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Berdirinya Budi Utomo
Budi Utomo didirikan oleh mahasiswa STOVIA dengan pelopor pendiri Dr. Wahidin
Sudirohusodo dan Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908 yang bertujuan untuk memajukan Bangsa
Indonesia, meningkatkan martabat bangsa dan membangkitkan Seabad Budi Utomo - Tepatkah 20
Mei Jadi Harkitnas ? erat dengan lahirnya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908. Hal ini terkait
pada peristiwa
Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei
1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik
etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli. Budi Utomo (ejaan Soewandi: Boedi Oetomo)
adalah sebuah organisasi pemuda yang didirikan oleh Dr. Sutomo pada tanggal 20 Mei 1908.
Berdirinya Budi Utomo menjadi awal gerakan yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia
walaupun pada saat MAKNA diperingatinya suatu peristiwa menurut Mona Ozouf Saudara-saudara,
marilah kita tindjau terbangunnja Budi Utomo itu dari sudut jang lain. Benar 20 Mei 1908
Terbentuknya
Berdirinya organisasi Boedi Oetomo, 20 Mei 1908 dijadikan moment Hari Kebangkitan
Nasional. Alasannya, pada masa itu rasa dan semangat persatuan, kesatuan, nasionalisme serta
kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia mulai tumbuh. Budi Utomo
adalah organisasi pergerakan modern yang pertama di Indonesia dengan memiliki struktur
organisasi pengurus tetap, anggota, tujuan dan juga rencana kerja dengan aturan-aturan tertentu
yang telah ditetapkan.

2. Sarekat Islam

Semula bernama SDI, yg didirikan di Surakarta 1909. Oleh KH. Samanhudi. Bergerak
dalam Bidang agama dan perdagangan 1911, SDI berubah jadi Sarekat Islam. Dipimpin HOS.
Cokroaminoto * Tokoh lain: H. Agus Salim, Abdul Muis.

3. Indische Partij

Didirikan RM. Suwardi Suryaningrat, dr Cipto Mangunkusumo, EFE. Douwes Dekker,


1912, Bandung. * Suwardi Suryaningrat mengkritik perayaan 100 tahun kemerdekaan Belanda
dengan tulisan Als ik een Nederlander was [andai aku seorang Belanda] * Kihajar Dewantara, dr.
Cipto Mangunkusumo, Douwes Dekker, dibuang ke Belanda.

4. Perhimpunan Indonesia [tadinya bernama Indische vereeniging]

Didirikan oleh pelajar Indonesia di negeri Belanda 1922. Tokoh: Moh. Hatta, Ahmad
Subardjo, Natzir Pamontjak, Abdul Majid Joyodiningrat. PI menuntut Indonesia Merdeka 1926,
anggota PI mengikuti Kongres Liga Anti Imperialisme di Brussel, Belgia. Pemimpin PI akhirnya
ditangkap Belanda, tetapikembali dibebaskan, karen tidak terbukti bersalah

5. Indische Sociaal Democratische Vereeniging [ISDV]

Dikembangkan Sneevliet ISDV melakukan penetrasi ke tubuh organisasi pergerakan, antara


lain SI, melalui Semaun dan Darsono. SI pecah jadi 2: * SI Merah condong ke paham sosialis * SI
putih mempertahankan asas dan tujuan SI Semaun adalah pimpinan SI Merah, setelah kelusr dari SI
Merah ia mendirikan PKI PKI berkaitan dengan komitern di Moscow, Uni Soviet. PKI
mempengaruhi petani dan rakyat kecil 1926, pemberontakan PKI di Madiun. Oleh Alimin dan Tan
Malaka, tapi gagal.

6. PNI

Didirikan tahun 1927, Bandung. Oleh pelajar yang tergabung dalam Algemeene Studie Club
dengan ketua Ir. Soekarno. PNI membahayakan Belanda. Maka tokoh-tokoh PNI ditangkap dan
dimasukkan dalam penjara Sukamiskin, Bandung. Dalam penjara Ir. Soekarno menulis
pidatoIndonesia Menggugat" Ir. Soekarno diganti oleh Mr. Sartono. Mr. sartono kemudian
membubarkan PNI dan membentuk Partindo. Moh. Hatta yang tidak setuju pembentukan Partindo
membentuk PNI Baru Ir. Soekarno bergabung dengan Partindo. Ir. Soekarno ditangkap dan dibuang
ke Endi, Flores. Moh. Hatta dan Syahrir dibuang ke Bandaneira.

7. SUMPAH PEMUDA

1. 1926, Kongres Pemuda I, Surabaya. Mendirikan Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia[PPPI]

2. 28 Oktober 1928, Kongres Pemuda II

Sumpah Pemuda Kami putra putri Indonesia mengaku bertumpah darah yang satu tanah
air Indonesia Kami putra dan putri Indonesia mengaku berbangsa yangsatu bangsa
Indonesia Kami putra dan putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa
Indonesia
* Pada Kongres Pemuda II, Lagu Indonesia Raya, WR. Supratman, untuk pertamakali
dinyanyikan dengan instrumental
* Dibentangkan simbol merah putih waktu itu.
8. BPUPKI

Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia atau (Jepang:


Dokuritsu Junbi Cosakai atau dilafalkan Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai) adalah sebuah badan
yang dibentuk oleh pemerintah pendudukan balatentara Jepang pada tanggal 29 April 1945
bertepatan dengan hari ulang tahun Kaisar Hirohito. Badan ini dibentuk sebagai upaya
mendapatkan dukungan bangsa Indonesia dengan menjanjikan bahwa Jepang akan membantu
proses kemerdekaan Indonesia. BPUPKI beranggotakan 63 orang yang diketuai oleh
Radjiman Wedyodiningrat dengan wakil ketua Hibangase Yosio (orang Jepang) dan R.P.
Soeroso.

Rapat pertama diadakan di gedung Chuo Sangi In di Jalan Pejambon 6 Jakarta yang kini
dikenal dengan sebutan Gedung Pancasila. Pada zaman Belanda, gedung tersebut merupakan
gedung Volksraad, lembaga DPR pada jaman kolonial Belanda.

Rapat dibuka pada tanggal 28 Mei 1945 dan pembahasan dimulai keesokan harinya 29 Mei 1945
dengan tema dasar negara. Pada rapat pertama ini terdapat 3 orang yang mengajukan pendapatnya
tentang dasar negara.

Pada tanggal 29 Mei 1945, Mr. Muhammad Yamin dalam pidato singkatnya mengemukakan lima
asas yaitu:

1. peri kebangsaan
2. peri ke Tuhanan
3. kesejahteraan rakyat
4. peri kemanusiaan
5. peri kerakyatan

Pada tanggal 31 Mei 1945, Prof. Dr. Mr. Soepomo mengusulkan lima asas yaitu

1. persatuan
2. mufakat dan demokrasi
3. keadilan sosial
4. kekeluargaan
5. musyawarah

Pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengusulkan lima asas pula yang disebut Pancasila yaitu:[2]

a. kebangsaan Indonesia
b. internasionalisme dan peri kemanusiaan
c. mufakat atau demokrasi
d. kesejahteraan sosial
e. Ketuhanan yang Maha Esa

Kelima asas dari Soekarno disebut Pancasila yang menurut beliau bilamana diperlukan dapat
diperas menjadi Trisila atau Tiga Sila yaitu:
a. Sosionasionalisme
b. Sosiodemokrasi
c. Ketuhanan yang berkebudayaan

Bahkan masih menurut Soekarno, Trisila tersebut di atas bila diperas kembali disebutnya sebagai
Ekasila yaitu merupakan sila gotong royong merupakan upaya Soekarno dalam menjelaskan bahwa
konsep tersebut adalah dalam satu-kesatuan. Selanjutnya lima asas tersebut kini dikenal dengan
istilah Pancasila, namun konsep bersikaf kesatuan tersebut pada akhirnya disetujui dengan urutan
serta redaksi yang sedikit berbeda.

Sementara itu, perdebatan terus berlanjut di antara peserta sidang BPUPKI mengenai penerapan
aturan Islam dalam Indonesia yang baru.

Masa antara Rapat Pertama dan Kedua

Sampai akhir rapat pertama, masih belum ditemukan kesepakatan untuk perumusan dasar negara,
sehingga akhirnya dibentuklah panitia kecil untuk menggodok berbagai masukan. Panitia kecil
beranggotakan 9 orang dan dikenal pula sebagai Panitia Sembilan dengan susunan sebagai berikut:

1. Ir. Soekarno (ketua)


2. Drs. Moh. Hatta (wakil ketua)
3. Mr. Achmad Soebardjo (anggota)
4. Mr. Muhammad Yamin (anggota)
5. KH. Wachid Hasyim (anggota)
6. Abdul Kahar Muzakir (anggota)
7. Abikoesno Tjokrosoejoso (anggota)
8. H. Agus Salim (anggota)
9. Mr. A.A. Maramis (anggota)

Setelah melakukan kompromi antara 4 orang dari kaum kebangsaan (nasionalis) dan 4 orang dari
pihak Islam, tanggal 22 Juni 1945 Panitia Sembilan kembali bertemu dan menghasilkan rumusan
dasar negara yang dikenal dengan Piagam Jakarta (Jakarta Charter) yang berisikan: a. Ketuhanan
dengan kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya b. Kemanusiaan yang adil
dan beradab c. Persatuan Indonesia d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan perwakilan e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Rapat Kedua

Rapat kedua berlangsung 10-17 Juli 1945 dengan tema bahasan bentuk negara, wilayah negara,
kewarganegaraan, rancangan Undang-Undang Dasar, ekonomi dan keuangan, pembelaan negara,
pendidikan dan pengajaran. Dalam rapat ini dibentuk Panitia Perancang Undang-Undang Dasar
beranggotakan 19 orang dengan ketua Ir. Soekarno, Panitia Pembelaan Tanah Air dengan ketua
Abikoesno Tjokrosoejoso dan Panitia Ekonomi dan Keuangan diketuai Mohamad Hatta.

Dengan pemungutan suara, akhirnya ditentukan wilayah Indonesia merdeka yakni wilayah Hindia
Belanda dahulu, ditambah dengan Malaya, Borneo Utara, Papua, Timor-Portugis, dan pulau-pulau
sekitarnya.[3][4]

Pada tanggal 11 Juli 1945 Panitia Perancang UUD membentuk lagi panitia kecil beranggotakan 7
orang yaitu:

1. Prof. Dr. Mr. Soepomo (ketua merangkap anggota)


2. Mr. Wongsonegoro
3. Mr. Achmad Soebardjo
4. Mr. A.A. Maramis
5. Mr. R.P. Singgih
6. H. Agus Salim
7. Dr. Soekiman

Pada tanggal 13 Juli 1945 Panitia Perancang UUD mengadakan sidang untuk membahas hasil kerja
panitia kecil perancang UUD tersebut.

Pada tanggal 14 Juli 1945, rapat pleno BPUPKI menerima laporan Panitia Perancang UUD yang
dibacakan oleh Ir. Soekarno. Dalam laporan tersebut tercantum tiga masalah pokok yaitu: a.
pernyataan Indonesia merdeka b. pembukaan UUD c. batang tubuh UUD

Konsep proklamasi kemerdekaan rencananya akan disusun dengan mengambil tiga alenia pertama
Piagam Jakarta. Sedangkan konsep Undang-Undang Dasar hampir seluruhnya diambil dari alinea
keempat Piagam Jakarta.

9. PPKI
Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia adalah panitia yang bertugas untuk
mempersiapkan kemerdekaan Indonesia, sebelum panitia ini terbentuk, sebelumnya telah berdiri
BPUPKI namun karena dianggap terlalu cepat ingin melaksanakan proklamasi kemerdekaan, maka
Jepang membubarkannya dan membentuk Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) (独
立 準 備 委 員 会 , Dokuritsu Junbi Iinkai?, lit. Komite Persiapan Kemerdekaan) pada tanggal 7
Agustus 1945 yang diketuai oleh Ir. Soekarno.
Tanggal 9 Agustus 1945, sebagai pimpinan PPKI yang baru, Soekarno, Hatta dan Radjiman

Wedyodiningrat diundang ke Dalat untuk bertemu Marsekal Terauchi. Setelah pertemuan tersebut,
PPKI tidak dapat bertugas karena para pemuda mendesak agar proklamasi kemerdekaan tidak
dilakukan atas nama PPKI, yang dianggap merupakan alat buatan Jepang. Bahkan rencana rapat 16
Agustus 1945 tidak dapat terlaksana karena terjadi peristiwa Rengasdengklok.

Setelah proklamasi, pada tanggal 18 Agustus 1945, PPKI memutuskan antara lain:

1. mengesahkan Undang-Undang Dasar 1945,


2. memilih dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai presiden RI dan Drs. M. Hatta sebagai wakil
presiden RI,
3. membentuk Komite Nasional untuk membantu tugas presiden sebelum DPR/MPR
terbentuk.

Berkaitan dengan UUD, terdapat perubahan dari bahan yang dihasilkan oleh BPUPKI, antara lain:

1. Kata Muqaddimah diganti dengan kata Pembukaan.


2. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat Ketuhanan, dengan menjalankan syariat
Islam bagi pemeluk-pemeluknya diganti dengan Ketuhanan yang Maha Esa.
3. Pada pembukaan alenia keempat anak kalimat "Menurut kemanusiaan yang adil dan
beradab" diganti menjadi "kemanusiaan yang adil dan beradab".
4. Pada pasal 6:1 yang semula berbunyi Presiden ialah orang Indonesia Asli dan beragama
Islam diganti menjadi Presiden adalah orang Indonesia Asli

PPKI mengadakan sidang kedua pada tanggal 19 Agustus 1945. Sidang tersebut memutuskan hal -
hal berikut:

1. Membentuk KNIP
2. Membentuk 12 departemen dan menteri - menterinya.
3. Menetapkan pembagian wilayah Republik Indonesia atasa delapan provinsi beserta gubernur
- gubernurnya.
Konferensi Meja Bundar (KMB)

Latar Belakang
Konferensi Meja Bundar adalah sebuah pertemuan antara pemerintah Republik Indonesia
dan Belanda yang dilaksanakan di Den Haag, Belanda dari 23 Agustus hingga 2 November 1949.[1]
Usaha untuk meredam kemerdekaan Indonesia dengan jalan kekerasan berakhir dengan kegagalan.
Belanda mendapat kecaman keras dari dunia internasional. Belanda dan Indonesia kemudian
mengadakan beberapa pertemuan untuk menyelesaikan masalah ini secara diplomasi, lewat
perundingan Linggarjati, perjanjian Renville, perjanjian Roem-van Roijen, dan Konferensi Meja
Bundar.
Hasil Konferensi

Hasil dari Konferensi Meja Bundar (KMB) adalah:

• Serahterima kedaulatan dari pemerintah kolonial Belanda kepada Republik Indonesia


Serikat, kecuali Papua bagian barat. Indonesia ingin agar semua bekas daerah Hindia
Belanda menjadi daerah Indonesia, sedangkan Belanda ingin menjadikan Papua bagian barat
negara terpisah karena perbedaan etnis. Konferensi ditutup tanpa keputusan mengenai hal
ini. Karena itu pasal 2 menyebutkan bahwa Papua bagian barat bukan bagian dari
serahterima, dan bahwa masalah ini akan diselesaikan dalam waktu satu tahun.[2][3][4][5]
• Dibentuknya sebuah persekutuan Belanda-Indonesia, dengan monarch Belanda sebagai
kepala negara
• Pengambil alihan hutang Hindia Belanda oleh Republik Indonesia Serikat

Pembentukan RIS

Tanggal 27 Desember 1949, pemerintahan sementara negara dilantik. Soekarno menjadi


Presidennya, dengan Hatta sebagai Perdana Menteri membentuk Kabinet Republik Indonesia
Serikat. Indonesia Serikat telah dibentuk seperti republik federasi berdaulat yang terdiri dari 16
negara yang memiliki persamaan persekutuan dengan Kerajaan Belanda.

PENGAKUAN KEDAULATAN INDONESIA / RIS 27 DESEMBER 1949 OLEH BELANDA


Sebagai pelaksanaan Persetujuan Konferensi Meja Bundar yang ditandatangani di Den
Haag, Belanda pada tanggal 2 November 1949, wakil tertinggi mahkota Belanda (dulunya disebut
Gubernur Jendral) AHJ. Lovink menyerahkan tanggungjawab pemerintahan kepada Republik
Indonesia Serikat yang diwakili oleh Menteri Pertahanan Sri Soeltan Hamengkoeboewono IX. Usia
kemerdekan yang baru empat tahun dan pemerintahan yang masih balita ternyata tidak
menyebabkan kita kalah dalam diplomasi melawan Belanda sebaliknya hasil diplomasi beberapa
bulan oleh para pemimpin pemerintahan Indonesia dibawah pimpinan Wapres Drs. Moehammad
hatta tersebut benar-benar luar biasa sehingga berhasil membuat Republik Indonesia diakui
kedaulatannya (versi Indonesia, versi Belanda adalah penyerahan Kedaulatan) walau dengan nama
Republik Indonesia serikat / RIS.

Republik Indonesia Serikat (RIS) merupakan suatu kesepakatan antara RI dan negara-negara
bagian yang didirikan di daerah pendudukan Belanda. Kebijakan yang dirumuskan pimpinan RI
( Bung Karno dan Bung Hatta ) ketika berada dalam tahanan Belanda di Pulau Bangka setelah
ibukota perjuangan RI, Yogyakarta, diduduki oleh Belanda pada tanggal 19 Desember 1949 dengan
sebutan "Trase Baru" ingin merangkul para wakil "Negara-Negara Federal" itu dalam suatu front
bersama menghadapi Belanda di Meja perundingan. Hasilnya adalah kesepakatan mendirikan RIS,
karena Belanda hanya bersedia mengakui kedaulatan dan menyerahkan tanggungjawab
pemerintahan kepada RIS.
Namun, pihak RI berhasil mendudukkan Ir. Soekarno sebgai Presiden RIS dan Drs.
Moehammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Kemenangan strategis yang berhasil dicapai dalam
Konferensi Meja Bundar ( KMB ) ini adalah keputusan bahwa inti angkatan perang RIS adalah
TNI. Dan tentara Belanda di Indonesia yang dikenal dengan nama KNIL dibubarkan dalam waktu
enam bulan. Konsesi yang terpaksa diberikan pihak Indonesia adalah beberapa ikatan di bidang
ekonomi/finansial dan pihak Belanda masih menguasai " Residensi" Irian Barat yang dinyatakan
sebagai masalah sengketa. namun, dispakati bahwa masalah itu akan diselesaikan melalui
perundingan dalam masa waktu satu tahun (kemudian ternyata, sengketa Irian Barat baru dapat
diselesaikan setelah 12 tahun KMB berlalu).

Namun, segi-segi tidak begitu menguntungkan dari persetujuan KMB itu seperti
tidak merupakan beban pada tanggal 27 Desember 1949. Yang penting, Belanda menyerahkan
tanggungjawab pemerintahan kepada pihak Indonesia yang diwakili oleh tokoh populer pada waktu
itu, yaitu Bung Soeltan Hamengkoeboewono IX.
Ia mengenakan seragam militer TNI dengan pangkat kehormatan Letnan Jendral. rakyat jakarta
selama bertahun-tahun dibawah pemerintahan Belanda jarang melihat tokoh-tokoh TNI dalam
seragam militer.
Pada hari itu mereka ikut bangga menyaksikan para perwira TNI ikut tampil seperti Letnan
Kolonel Daan Yahya ( Gubernur Militer Jakarta Raya ) dan Kolonel Tahi Bonar Simatupang
( Pejabat Kepala Staf Angkatan Perang RIS ).

Yang paling membanggakan bagi rakyat Jakarta adalah kehadiran Pasukan Batalyon Kala
Hitam dari Divisi Siliwangi di depan Istana Merdeka dalam upacara penurunan bendera Belanda
(Merah-Putih-Biru) dan dikibarkannya Sang Saka Merah Putih. Batalyon Kala Hitam dipimpin oleh
Mayor Kemal Idris, tetapi kesatuan yang ikut upacara di samping pasukan Belanda dipimpin oleh
Letnan Poniman (kemudian pernah menjadi Menteri Pertahanan dan Keamanan).
Pada saat yang bersamaan, tanggal 27 Desember 1949 itu, di istana Dam di Amsterdam,
Belanda diselenggarakan serah terima (pihak Indonesia menyebutnya Pengakuan Kedaulatan)
kedaulatan atas wilayah Indonesia, dulunya Hindia Belanda. Upacara khidmat itu dihadiri oleh oleh
Ratu Belanda, Juliana dan RIS diwakili sebuah delegasi yang dipimpin oleh Perdana Menteri
Moehammad Hatta.

Ia bertahun-tahun
bermukim di negara Belanda sebagai mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi di Rotterdam. Ia
pernah ditahan dan dibawa ke pengadilan karena dituduh sebagai aktivis Organisasi Perhimpunan
Indonesia ( PI ) yang telah menimbulkan keonaran. Sudah pasti upacara 27 Desember 1949 itu
merupakan pengalaman bahagia dan unik bagi Bung Hatta. Namun ketika seorang wartawan
Belanda selesai upacara tersebut bertanya, bagaimana perasaannya, Bung Hatta menjawab, "Ah,
biasa saja". Sungguh sebuah ungkapan merendah dari diplomat ulung yang juga merupakan salah
satu Proklamator kemerdekaan RI tersebut. Padahal dari peristiwa ini Indonesia kemudian diakui
sebagai sebuah negara yang berdaulat sejajar dengan bangsa-bangsa lain yang sudah merdeka. Ia
sudah bahagia dan tanpa pamrih memberikan sumbangsih tenaga dan pikiran bagi bangsa dan
negaranya.

Menarik sekali pandangan kesejarahan Kolonel Tahi Bonar Simatupang yang


hadir dalam upacara di Jakarta pada tanggal 27 Desember 1949 seperti
dituliskannya dalam bukunya "Laporan Dari Banaran". Ia menulis " Syahdan
pada tahun 1629 maka tibalah di tepi Kali Ciliwung balatentara Kerajaan
Mataram yang telah memperoleh perintah dari Sultan Agung
Hanyokrokusumo untuk mengusir penjajah Belanda dari Batavia, yakni kota
yang didirikan Belanda pada tahun 1619 di tempat yang sebelumnya bernama Jayakarta. Daerah
sekitar Kali Ciliwung itu dijadikan pangkalan oleh balatentaraMataram tadi untuk meancarkan
serangan atas Batavia. Oleh sebab itulah daerah tersebut sampai sekarang masih terkenal dengan
nama Mataraman ( Matraman ). Balatentara Sultan Agung tidak berhasil mengusir Belanda dari
Batavia dan dari Batavia inilah Belanda meluaskan daerah kekuasaannya sehingga pada akhirnya
seluruh tanah air Indonesia meringkuk dibawah penjajahan Belanda. Syahdan tigaratus dua puluh
tahun kemudian, yakni pada tanggal 27 Desember 1949 sore, maka berangkatlah sebuah delegasi
dari Gedung Proklamasi Pegangsaan Timur 56 Jakarta ( sekarang Jalan Proklamasi ) yang
terletak di daerah Mataraman, ke "Paleis Rijswijk" untuk menghadiri upacara peresmian
berakhirnya kekuasaan Belanda atas Indonesia. Sejak pengakuan kedaulatan, maka makna "Paleis
Rijswijk" digantilah menjadi "Istana Merdeka". Kebetulan delegasi yang menghadiri upacara
peresmian berakhirnya kekuasaan belanda atas Indonesia itu berada di bawah pimpinan Sri
Soeltan Hamengkoeboewono IX dari Mataram, keturunan dari Sultan Agung Hanyokrokusumo".
REFERENSI

*) Disadur dari tulisan wartawan senior Sabam Siagian di harian Kompas, 27 Desember 2004
dengan Judul "55 tahun lalu di Jakarta, serah Terima Tanggung Jawab Pemerintahan Dari
BelandaKe RIS )

http://www.crayonpedia.org/mw/PERISTIWA-
PERISTIWA_POLITIK_DAN_EKONOMI_INDONESIA_PASCA_PENGAKUAN_KEDAULAT
AN_9.1_SANUSI_FATTAH
http://id.wikipedia.org/wiki/Konferensi_Meja_Bundar
http://id.shvoong.com/humanities/history/2138991-sejarah-organisasi-budi-utomo/

You might also like