You are on page 1of 4

2.

Gizi dan Pengaruhnya terhadap Kehidupan Manusia

Hubungan antara makanan dan kesehatan tubuh sudah diketahui sejak berabad-abad
yang lampau. Makanan yang baik akan memberikan kekuatan jasmani yang sempurna.
Hiprocrates, seorang pelopor dunia kedokteran Yunani dalam tahun 460 SM, telah
berhasil mengobati dan menyembuhkan orang-orang yang menderita rabun senja dengan
jalan memberikan hati hewan sebagai makanan ekstra kepada para penderita penyakit ini.
Ratusan tahun kemudian, barulah ditemukan, bahwa penyakit rabun adalah penyakit yang
diakibatkan kurangnya vitamin A dalam tubuh penderita. Hasil penelitian menunjukkan
pula bahwa hati hewan adalah jenis bahan makanan yang mengandung vitamin A dalam
jumlah yang banyak.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat makanan kurang baik, seperti makanan yang
dimakan tidak cukup gizinya atau, atau makan makanan yang kadar zat gizinya tidak
seimbang, disebut penyakit gangguan gizi.
Penyakit gangguan gizi yang pertama kali dikenal adalah penyakit skorbut atau
disebut juga sariawan. Penyakit ini ditandai oleh pembengkakan gusi, gigi mudah tanggal
dan gangguan pencernaan. Baru pada permulaan abad ke-20 para ahli kedokteran dapat
memastikan penyebab penyakit itu adalah karena kekurangan vitamin C.
Dr. Takaki dari Angkatan laut Kerajaan Jepang ke Eropa melihat bahwa sebagian
awak kapal memperlihatkan gejala radang syaraf (polyneuritis). Gejala ini hilang setelah
ransom awak kapal tersebut diganti dengan sejenis gandum (barley). Baru pada tahun
1901, dr. Grijns dapat memeastikan bahwa gejala polineuritis itu timbul akibat
kekurangan vitamin B1.
Perkembangan yang pesat dari ilmu gizidan dari berbagai ilmu lainnya terutama
setelah PD II, telah berhasil menemukan berbagai penyakit gangguan gizi lain, seperti
penyakit xerophthalmi, yaitu penyakit akibat kekurangan kalori dan protein, penyakit
kekurangan zat besi, yodium dan sebagainya serta cara menanggulanginya. Para ahli
kesehatan anak memperkirakan bahwa sebagian besar kematian bayi dan anak di seluruh
dunia adalah akibat tidak baiknya mutu makanan mereka sehingga pertumbuhan tubuh
anak-anak terhambat dan daya tahan tubuh mereka terhadap serangan penyakit infeksi
menjadi lemah.
Gizi seseorang juga berpengaruh terhadap prestasi kerja dan produktivitas. Ada
hipotesa yang menyebutkan bahwa kerja otot akan menjadi lebih berhasil guna pada saat
setalah makan. Suatu percobaab yang sangat terkenal yang dilakukan oleh Ancel Keys
untuk melihat pengaruh kecukupan makanan terhadap produktivitas kerja yaitu :
“Minnesota Starvation Study”.
Yang paling banyak menarik perhatian ahli gizi dan ahli kesehatan anak dewasa
ini adalah pengaruh gizi terhadap perkembangan mental anak. Hal ini sehbungan dengan
terhambatnya pertumbuhan sel otak yang terjadi pada anak yang menderita gangguan gizi
pada usia sangat muda bahkan sejak dalam kandungan.

3. Beberapa Hal yang Mendorong Terjadinya Gangguan Gizi

Ada beberapa hal yang sering merupakan penyebab terjadinya gangguan gizi, baik
secara langsung maupun tidak langsung. Sebagai penyebab langsung gangguan gizi
adalah tidak sesuainya jumlah zat gizi yang mereka peroleh dari makanan dengan
kebutuhan tubuh mereka. Antara kecukupan gizi dan penyakit infeksi terdapat hubungan
sebab akibat timbal balik sangat erat. Gizi yang buruk menyebabkan mudahnya terjadi
infeksi karena daya tahan tubuh menurun. Sebaliknya, penyakit infeksi yang sering
menyebabakan meningkatnya kebutuhan akan zat gizi, sedangkan nafsu makan biasanya
menuun jika terjadi penyakit infeksi, dapat mengakibatkan anak yang gizinya baik akan
menderita gangguan gizi.
Factor-faktor yang mendorong terjadinya gangguan gizi :

a. Ketidaktahuan akan hubungan makanan dan kesehatan

Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari sering terlihat keluarga yang


berpenghasilan cukup akan tetapi makanan yang dihidangkannya seada saja.
Penelitian yang dilakukan oleh Freedman di Kelurahan Utan Kayu Jakarta
menunjukkan bahwa makanan keluarga yang berpenghasilan relative baik, tidak
banyak berbeda mutunya jika dibandingkan dengan makanan keluarga yang
berpenghasilan rendah. Keadaan ini menunjukkan bahwa ketidaktahuan akan faedah
makanan bagi kesehatan tubuh merupakan sebab buruknya mutu gizi makanan
keluarga, khususnya anak balita.

b. Prasangka buruk terhadap bahan makanan tertentu

Banyak bahan makanan yang sesungguhnya bernilai gizi tinggi tetapi tidak
digunakan atau hanyadigunakan secara terbatas akibat adanya prasangka yang tidak
baik terhadap bahan makanan itu. Penggunaan bahan makanan itu dianggap dapat
menurunkan harkat keluarga.

c. Adanya kebiasaan atau pantangan yang merugikan

Berbagai kebiasaan yang bertalian dengan pantang makan makanan tertentu


masih sering kita jumpai terutama di daerah pedesaan. Larangan terhadap anak untuk
makan telur, ikin ataupun daging hanya berdasarkan kebiasaan yang tidak ada
dasarnya dan hanya diwarisi secara dogmatis secara turun temurun, padahal anak itu
sendiri sangat memerlukan bahan makanan seperti itu guna keperluan pertumbuhan
tubuhnya.

d. Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu

Kesukaan yang berlebihan terhadap jenis makanan tertentu disebut sebagai


faddisme makanan akan mengakibatkan kurang bervariasinya makanan dan akan
mengakibatkan tubuh tidak memperoleh semua gizi makanan.

e. Keterbatasan penghasilan keluarga

Tidak dapat disangkal bahwa penghasilan keluargaakan turut menentukan


hidangan yang disajikan untuk keluarga sehari-hari, baik kualitas maupun kuantitas
makanan. Pengetahuan tentang kadar zat gizi dalam berbagai bahan makanan,
kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat membantu ibu memilih bahan
makanan yang harganya tidak begitu mahal tetapi nilai gizinya tinggi.

f. Jarak kelahiran yang terlalu rapat

Banyak hasil penelitian yang membuktikan bahwa banyak anak yang menderita
gangguan gizi oleh karena ibunya sudah hamil lagi atau adiknya yang baru telah lahir,
sehingga ibunya tida sempat merawatnya secara baik.
Anak yang berusia dibawah dua tahun sangat memerlukan perawatan ibunya, baik
perawatan makanan maupun perawatan kesehatan makanan dan kasih saying. Anak
yang belum dipersiapkan secara baik untuk menerima makanan pengganti ASI, yang
kadang-kadang mutu gizi makanan tersebut juga sangat rendah, dengan penghentian
pemberian ASI karena produksi ASI berhenti, akan lebih cepat mendorong anak ke
jurang malapetaka yaitu menderita gizi buruk, yang apabila segera tidak diperbaiki
mungkin akan menyebabkan kematian bayi itu. Karena alas an inilah dalam usaha
meningkatkan kesejahteraan keluarga, disamping memperbaiki gizi juga perlu
dilakukan usaha untuk mengatur jarak kelahiran atau kehamilan.

You might also like