Professional Documents
Culture Documents
BALIK
Sejauh mana bahan yang telah diterangkan dapat mereka mengerti. Sering kali cara demikian
tidak mungkin terlaksana, karena memerlukan waktu cukup banyak. Namun kadang kala cara
tersebut dapat sangat bermanfaat, karena itu salah satu cara memancing apersepasi anak
didik.Umpan balik tidak sama dengan penilaian. Umpan balik hanya dimaksudkan untuk
mencari informasi sampai dimana murid mengerti bahan yang telah dibahas. Selain itu murid
atau mahasisiwa juga diberi kesempatan untuk memeriksa diri sampai di mana mereka mengerti
bahan tersebut. Sehingga mereka dapat melengkapi pengertian-pengertian yang belum lengkap.
Itulah tadi bentuk-bentuk umpan balik yang dimaksudkan untuk melihat. Sejauh mana suatu
penjelasan dapat tersampaikan secara baik. Dan dari sini kiranya saya telah mengetahui bahwa
ada berbagai macam bentuk umpan balik. Pilihan tentu saja paling tergantung pada pengajar
yang bersangkutan sendiri. Hal yang paling penting adalah sejauh mana uraian yang diberikan
dapat diterima secara jelas oleh murid. Pada umumnya pengajar kurang memikirkan perlunya
mengadakan umpan balik seperti itu. Setelah seluruh kursus atau seluruh rangkaian pelajaran
selesai diberikan. Terlihat pada waktu ujian bahwa murid belum mengerti secara baik bahan
yang diajarkan. Dan itu berarti suatu keterlambatan. Sebaliknya, bilamana pengajar menyadari
pentingnya umpan balik. Maka pengajaran yang ia berikan akan menjadi lebih efektif.
B. PESERTA DIDIK
Peserta didik adalah Sang Anak yang merupakan milik Sang Pencipta dan milik dirinya sendiri,
keberhasilannya akan sangat tergantung dari pemanfaatan potensi yang dia miliki. Karenanya
keaktifan peserta didik dalam menjalani proses belajar mengajar merupakan salah satu kunci
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan.
Peserta didik akan aktif dalam kegiatan belajarnya bila ada motivasi, baik itu motivasi ekstrinsik
maupun instrinsik. Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada
diri peserta didik, antara lain :
Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola
pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor
penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru
akan membias mewarnai sikap para peserta didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak
bersemangat maka jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu
hendaknya seorang guru dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses,
serta dapat meyakinkan bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal
yang sangat penting bagi peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para
peserta didik yang bersangkutan.
Seberapa besar kemungkinan siswa menjawab jika mereka tidak yakin jawabannya benar?
Merangsang siswa berpikir dan berbuat? Akibatnya siswa sering tak berani menjawab
pertanyaan guru sekalipun jawabannya mudah
jika salah satu tujuan mengajar adalah mengembangkan potensi siswa untuk berpikir, maka
tujuan bertanya hendaknya lebih pada ‘merangsang siswa berpikir’. Merangsang berpikir
dalam arti ˜merangsang siswa menggunakan gagasan sendiri dalam menjawabnya bukan
mengulangi gagasan yang sudah dikemukakan guru. Kategori pertanyaan yang termasuk jenis
pertanyaan ini antara lain pertanyaan produktif, terbuka, dan imajinatif. Pertanyaan ini dapat
digunakan untuk tujuan merangsang siswa berpikir.
Terbuka Pertanyaan yang memiliki lebih dari satu jawaban benar Mengapa Ibukota Indonesia
Jakarta ?
Apa yang akan terjadi jika di kota besar tidak ada pemulung sampah?
Produktif Pertanyaan yang hanya dapat dijawab melalui pengamatan, percobaan, atau
penyelidikan. Apa perbedaan gerak bekicot di lantai licin dengan di lantai kasar?
Berapa banyak biji buah pepaya ini?
Imajinatif / Interpretatif Pertanyaan yang jawaban nya diluar benda / gambar / kejadian yang
diamati (Diperlihatkan gambar gadis termenung di pinggir laut)
Apa yang dipikirkan gadis itu?
Mengapa ia berdiri di situ?
(Brooks, J.G. & Brooks, M.G. 1993: 12)
F. Menggunakan Metode yang Bervariasi
Dengan cara mengajar yang biasa guru tidak akan mencapai penguasaan tuntas oleh murid.
Usaha guru itu harus di Bantu dengan mengunakan bantuan seperti “feedback†atau umpan
balik yang terperinci kepada guru maupun murid, sumber dan metode-metode pengajaran
tamabahan di mana saja diperlukan usaha tambahan itu dimaksud untuk memperbaiki mutu
pengajaran dan meningkatkan kemampuan anak memahami apa yang diajarkan dan dengan
demikian mengurangi jumlah waktu untuk menguasai bahan pelajaran sepenuhnya.
Feedback atau umpan balik diberikan melalui test-test formatif. Mula-mula bahan pelajaran di
bagi dalam satuan-satuan pelajaran. Suatu satuan pelajaran misalnya meliputi bahan pelajaran
satu baba atau buku yang dapat dikuasai dalam waktu satu atau dua minggu. Test formatif itu
bersifat diagnostik dan serentak menunjukan kemajuan atau keberhasilan anak.
Banyak sekali metode-metode yang dapat digunakan dalam menimbulkan feedback antara lain:
1. Belajar kelompok, belajar atau saling membantu dalam pelajaran. Merid sering lebih paham
akan apa yang disampaikan oleh temannya, dari pada guru, biasa cara belajar yang digunakan
oleh murid lebih mudah ditangkap oleh murid lain. Maka memanfaatkan batuan murid dapat
meningkatkan pemahaman dan penguasaan bahan pelajaran.
2. Bantuan tutor, yaitu orang yang dapat membantu murid secara individual. Sebaiknya orang itu
jangan gurunya sendiri sehingga ia dapt memberi bantuan dengan cara yang lain dari pada guru
itu. Hendaknya di usahakan agar murid selekas mungkin dapat membebaskan diri dari bantuan
tutor. Jadi tutor harus mendidik anak agar dapat belajar sendiri.
3. Pelajaran beprogram, ini juga merupakan bantuan agar murid menguasai bahan pelajaran
melalui langkah-langkah pendek, tanpa bantuan guru pelajar akan mengalami kesulitan dalam
memahami pelajaran. (Syaipul Bahri Djamarah, 2002: 25)
Secara singkat dan umum, metode serimg dipahami sebagai cara atau jalan yang ditempuh
seseorang dalam melakuan suatu kegiatan. Berkaitan dengan psikologi belajar, termasuk
psikologi pembelajaran Pendidikan Agama Islam, metode-metode tertentu untuk
memgumpulkan berbagai data dan informasi penting yang bersifat psikologis dan berkaitan
dengan kegiatan proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, termasuk proses
pembelajaran pendidikan agama Islam, sangat banyak data psikologis. Data itu bisa dikumpulkn
dengan berbagai cara
Riset-riset psikologi berkenaan dengan pembelajaran Pendidikan Agama Islam, dapat
memanfaatkan berbagai metode tertentu seperti:
1. Pada prinsipnya, metode eksperimen merupakan serangkaian percobaan yang dilakukan
eksperimenter di dalam laboratorium atau ruang tertentu lainnya. Teknik pelaksanaan metode
eksperimen dengan menyesuaikan data yang akan diangkat, seperti data pendengaran siswa,
penglihatan siswa dan gerak mata siswa ketika sedang membaca. Selain itu eksperimen dapat
pula digunakan untuk mengukur kecepatan bereaksi seorang peserta didik terhadap stimulus
tertentu dalam proses belajar.
2. Penggunaan metode kuesioner dalam riset-riset pendidikan termasuk pendidikan islam dan
psikologi pembelajran Pendidikan Agama Islam, relative lebih menonjol apabila dibandingkan
penggunaan metode-metode lainnya.
3. Metode Studi KasusRiset Psikologi Pembelajaran Pendidkan Agama Islam selain
menggunakan metode studi kasus. Studi kasus (Icase study) dalam kakian psikologi merupakan
sebuah metode penelitian yang digunakan untuk memperoleh gambaran yang terperinci
mengenai aspek-aspek psikologi seoarang siswa atau sekelompok siswa tertentu.
4. Metode Klinis Metode klinis (clinical method) hanya digunakan oleh para ahli psikologi klinis
atau psikiater. Dalam metode ini, terdapat prosedur diagnosis dan penggolongan penyakit
kelainan jiwa serta cara-cara memberi perlakuan pemulihan (psychological treatment) terhadap
kelainan jiwa tersebut.
5. Metode Observasi NaturalistikMetode obsevasi naturalistik merupakan jenis obsevasi yang
dilakukan secara alamiah. Dalam hal ini, peneliti berada di luar objek yang diteliti atau ia tidak
menampakkan diri sebagai orang yang melakukan penelitian. Awalnya, metode naturalistik lebih
banyak digunakan oleh para ahli ilmu hewan untuk mempelajari perilaku hewan tertentu. Dalam
perkembangan selanjutnya, metode observasi naturalistic digunakan oleh para psikolog
perkembangan, psikolog kongnitif, an psikolog pendidikan.
Seorang peneliti atau guru yang menjai asistennya dapat mengaplikasikan metode ini lewat
kegiatan belajar mengajar atau belajar mengajar dalam kelas-kelas regular, yakni kelas tata dan
biasa, bukan kelas yang diadakan secara khusus. Selama proses belajar mengajar berlansung,
jenis perilaku siswa diteliti, (misalnya kecepatan membaca), dicatat dalam lembaran format
observasi yang khusus dirancang sesuai dengan data dan informasi yang akan dihimpun.
(Hamalik, 1992:15)
Beberapa contoh keragaman pengalaman belajar yang mungkin dipilih guru untuk beberapa mata
pelajaran meliputi antara lain;
Menggubah syair lagu dan bernyanyi
Melakukan Permainan
Bermain peran
Diskusi (bertanya, menjawab, berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah)
Mereka dapat diberi suatu kumpulan peralatan yang tepat dan suatu pertanyaan untuk diselidiki.
Kelas dapat mendiskusikan jenis data yang perlu dikumpulkan. Kemudian, mereka merancang
prosedur eksperimennya sendiri, mengumpulkan data dan selanjutnya menyusun suatu
kesimpulan.
Mereka dapat diberi pertanyaan penelitian eksperimen terbuka (tidak terbatas), yakni diberi
hanya rincian topik yang sedang dibicarakan dan mungkin beberapa gagasan tentang beberapa
aspek topik yang akan mereka selidiki. dalam kegiatan seperti itu, mereka perlu merumuskan
hipotesis, merancang metode eksperimen, memilih peralatan yang tepat, mengumpulkan data,
mengatur data dan menyusun suatu kesimpulan. (Soemanto Wasty, 2003: 43)
Kesimpulan
Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing apersepsi anak didik,
memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya
dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi
anak didik diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal
atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan,
mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat
siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran
untuk memotivasi siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan
kepada siswa yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan,
bahasan, atau saran-saran.
Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti
audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi
alat Bantu yang paling penting dan murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita
akan lebih mudah memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita
ajarkan dengan baik.
Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode Menggubah
syair lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab,
berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang, menulis prosa,
puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok,
mengisi teka teki, mengajukan pertanyaan penelitian ,mengajukan pendapat dengan alasan yang
logis, mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan
untuk mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat
rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan soal-soal
Matematika, membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan
percobaan, dan jika ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus
dilandasi nilai KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan
semua masalah dengan lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
Daftar Pustaka
Brooks, J.G. & Brooks, M.G., In Search of Understanding The Case for Constructivist
Classrooms. USA: ASCD, 1993.
Djamarah Bahri Syaipul, Strategi Belajar mengajar, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1992
Harlen, W., Primary science … taking the plunge. London: Heinemann Educational Books Ltd,
1987
Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003.
Nazulia, Berbagai Pendekatan dalam Proses belajar dan mengajar, Bina Aksara, Jakarta, 1982.
Roijakkers, Mengajar dengan Sukses, Grafindo, Jakarta, 1993.
Surya, Psikologi Pembelajaran dan pengajran, Remadja Rosda Karya, bandung, 1997.
Soemanto Wasty, Psikologi Pendidkan,rineka Cipta, 2003.
Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, rineka Cipta, Jakarta, 2005
PENDAHULUAN
Telah diketahui bahwa pola umum terjadinya interaksi belajar mengajar adalah interaksi tiga
unsur yaitu guru, bahan pelajaran dan anak didik. Bahan sebagai isi dari proses belajar mengajar
disampaikan guru untuk diterima oleh anak didik dan disini sebagai perantara untuk terjadinya
interaksi belajar mengajar antara guru dengan anak didik.
Suatu realita sehari-hari, di dalam suatu ruang kelas ketika sesi Kegiatan belajar-mengajar
(KBM) berlangsung, nampak beberapa atau sebagian besar siswa belum belajar sewaktu guru
mengajar. Sebagian besar siswa belum mampu mencapai kompetensi individual yang diperlukan
untuk mengikuti pelajaran lanjutan. Ada beberapa siswa belum belajar sampai pada tingkat
pemahaman. Siswa baru mampu mempelajari (baca: menghafal) fakta, konsep, prinsip, hukum,
teori, dan gagasan inovatif lainnya pada tingkat ingatan, dan belum dapat menggunakan dan
menerapkannya secara efektif dalam pemecahan masalah sehari-hari yang kontekstual. Ini terjadi
karena, guru belum optimal memberdayakan ‘tambang emas’ potensi masing-masing siswa yang
sering kali tersembunyi.
Bahan pelajaran yang perlu dikuasai oleh guru adalah bahan pokok yang sesuai dengan keahlian
dan bahan penunjang diluar keahlian. Apabila salah satu dari kedua hal tersebut tidak dikuasai
akan mengakibatkan :
1. Kegiatan belajar mengajar kaku
2. Situasi pengajaran kurang menggairahkan anak didik
3. Kurang mendapatkan tanggapan dari anak didik
Dalam penyampaian bahan pelajaran pokok sebaiknya dimanfaatkan pula bahan penunjangnya
sebagai upaya mendapatkan umpan balik dari anak didik.
Tujuan yang harus dicapai dalam kegiatan pengajaran adalah pengusaan anak didik terhadap
bahan pelajaran yang disampaikan guru. Agar hal tersebut dapat dicapai dan diketahui
pengusaam anak didik dalam pelajaran diperlukan umpan balik yang diberikan anak dididik
selama pengajaran berlangsung.
Umpan balik yang diberikan anak didik selama pelajaran berlangsung bermacam-macam
tergantung dari rangsangan yang diberikan oleh guru. Rangsangan yang beragam mendapatkan
tanggapan atau umpan balik yang beragam pula.
Interaksi dalam bentuk tanya jawab dilakukan karena asumsi guru bahwa kemungkinan besar
sebagian anak didik belum mengerti dan belum mengusai bahan pelajaran yang baru
disampaikan . Bahan pelajaran yang terlalu verbal memang cukup sulit dimengerti dan dikuasai
anak didik. Penguasaan bahasa iuntuk memahami konsep konsep dari sesuatu bahan yang
disampaikan merupakan penyebabnya.
Kelemahan bahasa verbal dapat membuat guru berusaha mengurangi verbalisme pada anak
didik. Kecocokan pengunaan alat bantu pengajaran mempunyai arti penting untuk mendapatkan
umpan balik dari anak didik.
Pada permasalahan ini ada salah satu teknik yang mendukung yaitu umpan balik yang mana
umpan balik ini akan saya bahas, bagaiman teknik-teknik mendapatkan umpan balik, diantaranya
dengan memancing apersepsi anak didik, memanfaatkan teknik alat bantu akseptabel, dan
menggunakan metode yang bervariasi
Motivasi belajar berlainan menentukan adanya umpan balik yang diberikan anak didik. Guru
yang mengabaikan masalah perbedaan motivasi dalam diri setiap anak cenderung akan
mengalami kegagalan dalam melaksanakan tugasnya mengajar dikelas. Hal tersebut menekankan
pentingnya memilih bentuk motivasi yang tepat guna membangkitkan gairah anak didik.
Metode yang bervariasi sangat strategis untuk membangkitkan motivasi belajar anak didik
sehingga umpan balik yang diharapkan dari anak didik terjadi dengan tepat. Kesesuaian gaya
mengajar guru dengan gaya belajar anak didik dapat menciptakan interaksi dua arah dan umpan
balikpun berlangsung selama guru memberikan pelajaran kepada anak didik di dalam kelas.
Umpan balik tidak hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk mental yang selalu
berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang diberikan oleh guru.
Beberapa teknik yang sesuai dan tepat dengan diri setiap anak didik sebagai mahluk individu
diperlukan untuk mendapat umpan.
Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi belajar aktif pada diri peserta didik,
antara lain :
a) Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi positif
Sikap guru tampil hangat, bersemangat, penuh percaya diri dan antusias, serta dimulai dan pola
pandang bahwa peserta didik adalah manusia-manusia cerdas berpotensi, merupakan faktor
penting yang akan meningkatkan partisipasi aktif peserta didik. Segala bentuk penampilan guru
akan membias mewarnai sikap anak didiknya. Bila tampilan guru sudah tidak bersemangat maka
jangan harap akan tumbuh sikap aktif pada diri peserta didik. Karena itu hendaknya seorang guru
dapat selalu menunjukkan keseriusannya terhadap pelaksanaan proses, serta dapat meyakinkan
bahwa materi pelajaran serta kegiatan yang dilakukan merupakan hal yang sangat penting bagi
peserta didik, sehingga akan tumbuh minat yang kuat pada diri para peserta didik yang
bersangkutan
b) Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
Bila peserta didik telah mengetahui tujuan dari pembelajaran yang sedang mereka ikuti, maka
mereka akan terdorong untuk melaksanakan kegiatan tersebut secara aktif. Oleh karena itu pada
setiap awal kegiatan guru berkewajiban memberi penjelasan kepada peserta didik tentang apa
dan untuk apa materi pelajaran itu harus mereka pelajari serta apa keuntungan yang akan mereka
peroleh. Selain itu hendaknya guru tidak lupa untuk mengadakan kesepakatan bersama dengan
para peserta didiknya mengenai tata tertib belajar yang berlaku agar kegiatan pembelajaran dapat
berlangsung lebih efektif
c) Tersediamya fasilitas sumber belajar,dan lingkungan yang mendukung
Bila di dalam kegiatan pembelajaran telah tersedia fasilitas dan sumber belajar yang “menarik”
dan “cukup” untuk mendukung kelancaran kegiatan belajar mengajar maka hal itu juga akan
menumbuhkan semangat belajar peserta didik. Begitu pula halnya dengan faktor situasi dan
kondisi lingkungan yang juga penting untuk diperhatikan, jangan sampai faktor itu memperlunak
semangat dan keaktifan peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar
d) Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap peserta didik
Agar kesadaran akan potensi, eksistensi, dan percaya diri pada diri peserta didik dapat terus
tumbuh, maka guru berkewajiban menjaga situasi interaksi agar dapat berlangsung dengan
berlandaskan prinsip pengakuan atas pribadi setiap individu. Sehingga kemampuan individu,
pendapat atau gagasan, maupun keberadaannya perlu diperhatikan dan dihargai. Dan yang
penting lagi guru hendaknya rajin memberikan apresiasi atau pujian bagi para peserta didik,
antara lain dengan mengumumkan hasil prestasi, mengajak peserta didik yang lain memberikan
selamat atau tepuk tangan, memajang hasil karyanya di kelas atau bentuk penghargaan lainnya
e) Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau perlakuan oleh guru di dalam proses belajar
mengajar
Perlu diingat bahwa bila terjadi kesalahan dalam hal perlakuan oleh guru di dalam pengelolaan
kelas pada waktu yang lalu maka hal itu berpengaruh negatif terhadap kegiatan selanjutnya.
Penerapan peraturan yang tidak konsisten, tidak adil, atau kesalahan perlakuan yang lain akan
menimbulkan kekecewaan dari para peserta didik, dan hal ini akan berpengaruh terhadap tingkat
keaktifan belajar peserta didik. Karena itu di dalam memberikan sanksi harus sesuai dengan
ketentuannya, memberi nilai sesuai kriteria, dan memberi pujian tidak pilih kasih
f) Adanya pemberian “penguatan” dalam proses belajar-mengajar
Penguatan adalah pemberian respon dalam interaksi belajar-mengajar baik berupa pujian maupun
sanksi. Pemberian penguatan ini dimaksudkan untuk lebih meningkatkan keaktifan belajar dan
mencegah berulangnya kesalahan dari peserta didik. Penguatan yang sifatnya positif dapat
dilakukan dengan kata-kata; bagus! baik!, betul!, hebat! Namun semua itu tidak disajikan dengan
cara berpura-pura tetapi harus tulus dari nurani guru. Dan sebagainya, atau dapat juga dengan
gerak; acungan jempol, tepuk tangan, menepuk-nepuk bahu, menjabat tangan dan lain-lain. Ada
pula dengan cara memberi hadiah seperti hadiah buku, benda kenangan atau diberi hadiah khusus
berupa; boleh pulang duluan atau pemberian perlakuan menyenangkan lainnya
g) Jenis kegiatan Pembelajaran menarik atau menyenangkan dan menantang.
Agar peserta didik dapat tetap aktif dalam mengikuti kegiatan atau melaksanakan tugas
pembelajaran perlu dipilih jenis kegiatan atau tugas yang sifatnya menarik atau menyenangkan
bagi peserta didik di samping juga bersifat menantang. Pelaksanaan kegiatan hendaknya
bervariasi, tidak selalu harus di dalam kelas, diberikan tugas yang dikerjakan di luar kelas seperti
di perpustakaan, dan lain-lain. Penerapan model “belajar sambil bekerja” (learning by doing)
sangat dianjurkan, di jenjang sekolah dasar antara lain dilakukan belajar sambil bernyanyi atau
belajar sambil bermain. Untuk lebih mengaktifkan peserta didik secara merata dapat diterapkan
pemberian tugas pembelajaran secara individu atau kelompok belajar (group learning) yang
didukung adanya fasilitas/sumber belajar yang cukup. Sekiranya tersedia dianjurkan penggunaan
media pembelajaran sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat lebih efektif.
h) Penilaian hasil belajar dilakukan serius, obyektif, teliti dan terbuka
Penilaian hasil belajar yang tidak serius akan sangat mengecewakan peserta didik, dan hal itu
akan memperlemah semangat belajar. Karena itu, agar kegiatan penilaian ini dapat membangun
semangat belajar para peserta didik maka hendaknya dilakukan serius, sesuai dengan
ketentuannya, jangan sampai terjadi manipulasi, sehingga hasilnya dapat obyektif. Hasil
penilaiannya diumumkan secara terbuka atau yang lebih baik dibuatkan daftar kemajuan hasil
belajar yang ditempel di kelas. Dari daftar kemajuan belajar tersebut setiap peserta didik dapat
melihat prestasi mereka masing-masing tahap per tahap.
Jika siswa belum biasa bekerja efektif dalam kelompok, maka guru boleh menetapkan tugas
masing-masing anggota kelompok dengan mempertim-bangkan beberapa hal seperti;
• kelompok itu kecil (dua sampai tiga siswa) dan guru menetapkan anggota kelompok
• tugas itu dapat dilaksanakan dalam waktu yang singkat saja
• tugas itu sederhana
• perintah-perintah jelas dan diberikan diberikan selangkah-demi-selangkah
• guru perlu menyediakan sumber belajar
• guru menerangkan dengan jelas peran setiap siswa di dalam kelompok
• penilaian bersifat informal dan guru perlu membahas dan mendiskusikan tugas itu dengan
siswa
B. Memanfaatkan Taktik Alat Bantu yang Akseptabel
Dalam proses belajar mengajar , guru menyampaikan bahan pelajaran. Bahan pelajaran tersebut
bermacam-macam sifatnya dari yang mudah , sedang sampai ke yang sukar. Sifat bahan ini
ditinjau setiap kali proses belajar mengajar berlangsung dan bia ada diantara anak didik yang
kurang mampu memproses (mengolah) bahan ddengan baik sehingga pengertianpun sukar
didapat. Inteligensi adalah faktorlain yang menyebabkannya. Penjelasan guru yang sulit
dipahami juga menjadi faktor penyebab.
Pengajar perlu mengetahui sejauh mana bahan yang telah dijelaskan dapat dimengerti oleh
murid, karena dari sinilah tergantung apakah ia dapat melanjutkan pelajaran atau kuliahnya
dengan bahan berikutnya. Bilamana murid belum mengerti bagian-bagian tertentu, pengajar
haurs mengulangi lagi penjelasannya. Pada umumnya murid juga tidak tahu sejauh mana bahan
yang diterangkan dapat mereka fahami. Hal ini kiranya dapat dimaklumi, karena mereka tidak
mempunyai waktu untuk memikirkan pengetahuan yang baru saja mereka peroleh
Seorang guru yang kurang terbiasa berbicara dan kurang pandai memilih kata serta kalimat yang
dapat mewakili isi pesan yang disampaikan dari setiap bahan pelajaran akan mengalami
kesuilitan untuk mengantarkan anak didik menjadi orang yang paham atas bahan yang diajarkan.
Bahan pelajaran yang rumit dan kompleks cukup sulit digambarkan melalui kata-kata dan
kalimat. Daya serap anak didik terhadap kalimat guru sampaikan relatif kecil , karena anak didik
hanya dapat menggunakan indera pendengarnya (audio ), bukan penglihatannya (visual ) dan
juga pengusaan bahasa anak yang relatif belum banyak.
.
Jalan pengajaran yang kondusif adalah kondisi belajar mengajar yang menyenangkan bagi anak
didik, hal tersebut terkuak sebagai implementasi dari luapan motovasinya. Anak yang giat tidak
ada yang diam namun menuntut aturan pengajaran yang dibuat guru dan mereka belajar dengan
konsentrasi tanpa mendapat gangguan yang berarti dari lingkungan. Kondisi seperti ini yang
diinginkan setiap guru.
Guru yang menyadari kelemahan dirinya untuk menjelaskan isi dari bahan pelajaran
disampaikan sebaiknya memnfaatkan alat bantu untuk membantu memperjelas isi dari bahan
pelajaran.
Fakta , konsep atau prinsip yang kurang dapat dijelaskan dengan kata-kata atau kalimat dapat
diwakilkan kepada alat bantu untuk menjelaskannya. Alat bantu yang cocok dapat
mengkonkretkan masalah yang rumit dan komplek menjadi seperti sederhana.
Penjelasan yang diberikan ditambah dengan alat bantu yang baik mendukung untuk menguraikan
fakta, konsep atau prinsip. Efektivitas pemahaman anak didik lebih terjamin .
Aliran realisme sangat mendukung penggunaan alat bantu dalam pengajaran.
Syaiful Bahri Djamarah , 1994 : 94 , menyatakan ”Belajar yang sempurna hanya dapat tercapai
jika menggunakan alat bantu yang mendekati kenyataan. Lebih banyak sifat alat bantu yang
menyerupai kenyataan , makin mudah pembelajaran terjadi. ”
Cara menyajikan contoh situasi nyata atau contoh situasi buatan dalam sajian tayangan hidup
(film). Cara ini lebih mudah menjadi pengalaman belajar kalau sajian tayangan mengandung
unsur cerita yang berkaitan dengan pengalaman dan imajinasi siswa. Pencapaian kompetensi
tentang sikap/attitude seperti pada mata pengajaran Kewarganegaraan dan Pendidikan Agama,
akan sangat membantu kalau dikemas dalam suatu cerita tayangan hidup yang menyentuh
dimensi emosi dan perasaan. Alat audio visual dapat membantu anak-anak belajar dengan
menyajikan dalam bentuk yang kongkrit. Film, film strip, model-model, dan lain memepermudah
pengertian tentang konsep dan proses tertentu. Pengalaman belajar berupa eksperimen dalam
laboratorium bermanfaat sekali untuk memahami ide atau pengartian yang sulit. (Brooks, J.G. &
Brooks, M.G. 1993: 9)
Cara lainnya banyak berkaitan dengan membaca buku pelajaran, buku sumber, ensiklopedia,
lembar kegiatan/lembar kerja, carta, grafik, table. Pada beberapa buku biasanya tidak hanya
menyajikan uraian teks, tetapi juga dilengkapi dengan beragam ilustrasi (gambar). Dengan
demikian, siswa yang memiliki daya abstraksi lemah dapat terbantu dengan keberadaan
ilustrasi/gambar tersebut.
Guru terbiasa menggunakan cara audio-verbal dalam bentuk ceramah. Pada keadaan ini, siswa
senantiasa diam-pasif sambil mendengarkan penjelasan guru. Kekurangan atau kelemahan cara
ini adalah ada sebagian siswa tidak mudah untuk menyamakan informasi yang diceramahkan
guru dengan pengetahuan awal siswa. Kalau keadaan ini berkelanjutan, peristiwa belajar
cenderung tidak berlangsung.. Materi yang diceramahkan pun perlu kontekstual dengan
pengalaman sebagian besar siswa. ( Harlen, W. 1987: 12)
Buku pelajaran, tak semua sama baiknya, hendaknya ada beberapa buku yang harus dimiliki
dalam satu pelajaran karena dalam buku yang satu mungkin lebih jelas dan mudah dipahami
dalam buku yang lain.
Buku kerja, di samping buku pelajaran ada buku kerja untuk membantu murid mengenang dan
mengelolah buah pikiran pokok dari buku pelajaran.
Media cetak, seperti buku, modul dan lain-lain. (Nazulia, 1982: 45)
Dalam mengelola kegiatan pembelajaran, guru perlu merencanakan tugas dan alat belajar yang
menantang, pemberian umpan balik, dan penyediaan program penilaian yang memungkinkan
semua siswa mampu ‘unjuk kemampuan/ mendemonstrasikan kinerja (performance)’ sebagai
hasil belajar. Inti dari penyediaan tugas menantang ini adalah penyediaan seperangkat pertanyaan
yang mendorong siswa bernalar atau melakukan kegiatan ilmiah. Para ahli menyebutkan jenis
pertanyaan ini sebagai ‘pertanyaan produktif’. Karena itu, dalam pengelolaan kegiatan
pembelajaran ini guru perlu memiliki kemampuan merancang pertanyaan produktif dan mampu
menyajikan pertanyaan sehingga memungkinkan semua siswa terlibat baik secara mental
maupun secara fisik.
KESIMPULAN
Teknik-teknik mendapatkan umpan balik, bagaimana memancing apersepsi anak didik,
memanfaatkan teknik alat Bantu yang akseptabel, menggunakan metode yang bervariasi, saya
dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa cara dan metode-metode untuk memancing apersepsi
anak didik diantarnaya: menggunakan suatu system aturan tertentu dalam menghadapi hal-hal
atau prosedur tertentu, mencegah agar perilaku siswa yang salah tidak berketerusan,
mengarahkan tindakan dengan disiplin secara tepat, memberikan tugas-tugas yang menarik minat
siswa, terutama apabila mereka bekerja secara bebas, memberikan penghargaan dan ganjaran
untuk memotivasi siswa, menggunakan kritik yang halus dalam mengomunikasikan harapan
kepada siswa yang lebih pandai, menerima inisiatif siswa yang disampaikan melalui pertanyaan,
bahasan, atau saran-saran.
Memanfaatkan teknik alat Bantu yang akspektabel diantaranya: menggunakan alat-alat seperti
audio-visual, visualisasi verbal, audio verbal, buku pelajaran, buku kerja, media cetak, dan lagi
alat Bantu yang paling penting dan murah adalah pertanyaan. Dengan alat Bantu pertanyaan kita
akan lebih mudah memahami apakah anak didik memang benar-benar memahami apa yang kita
ajarkan dengan baik.
Menggunakan Metode yang bervariasi antara lain: dengan menggunakan metode Menggubah
syair lagu dan bernyanyi, melakukan Permainan , bermain peran, diskusi (bertanya, menjawab,
berkomentar, mendengar penjelasan, menyanggah), menggambar dan mengarang, menulis prosa,
puisi, pantun, gurindam, membaca bermakna, menyimak untuk menangkap gagasan pokok,
mengisi teka teki, mengajukan pertanyaan penelitian ,mengajukan pendapat dengan alasan yang
logis, mengomentari, bercerita, mendengarkan cerita, mengamati persamaan dan perbedaan
untuk mencari ciri benda, mendengarkan penjelasan sambil membuat catatan penting, membuat
rangkuman/ synopsis, mendemonstrasikan hasil temuan, mencari pemecahan soal-soal
Matematika, membuat soal cerita, mengukur panjang, berat, suhu, merencanakan dan melakukan
percobaan, dan jika ini di hubungkan dengan pendidikan Islam, maka tentunya semuanya harus
dilandasi nilai KeIslaman, yaitu dengan memberikan teladan yang baik dan menyelesaikan
semua masalah dengan lemah-lembut dan bermusyawarah sesuai dengan tuntunan Agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
1. Drs Syaiful Bahri Djamara dan Drs Aswan Zain; Strategi Belajar Mengajar, enerbit Rhineka
Cipta, Cetakan ke tiga , Agustus 2006, Jakarta
2. Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata,; Landasan Psikologis Proses Pendidikan,;Penerbit PT
Remaja Rosdakarta, Cetakan ke dua, Oktober 2004, Bandung.
3. Roestiyah N K; Strategi Belajar Mengajar ; Penerbit Rhineka Cipta, Cetakan ke tujuh , Maret
2008, Jakarta
4. Moh Uzer Usman dan Lilis SEtiawati; Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar,
,;Penerbit PT Remaja Rosdakarta, Cetakan pertama, 1993, Bandung.
5. Ibrahim, Perencanaan Pengajaran, Rineka Cipta, Jakarta, 2003
6. Hamalik, O, Psikologi Belajar dan Mengajar, Sinar Baru, 1992
7. Tohirin, Psikologi Pembelajaran PAI, rineka Cipta, Jakarta, 2005
Bimbingan Belajar
Bimbingan belajar? Mengapa diperlukan? Banyak para orang tua dan siswa yang merasa bahwa
mereka perlu untuk mengikuti kelas bimbingan belajar. Ada banyak alasan mengapa kita
memerlukan bimbingan belajar. Para sahabat pintar mengikuti bimbingan belajar ada
beberapa alasan diantaranya ingin memperdalam materi lebih jauh, ada juga yang ingin
mengikuti bimbingan belajar karena merasa mengalami kesulitan dalam belajar. Ada berbagai
macam kategori dalam kesulitan belajar : a) learning disorder; b) learning disfunction; c)
underachiever; d) slow learner; e) learning disabilities. Akibat dari kesulitan belajar ini
menimbulkan berbagai perilaku yang tentu saja menghambat dalam proses pembelajaran :
1. Menunjukkan hasil belajar yang rendah di bawah rata-rata nilai yang dicapai oleh
kelompoknya atau di bawah potensi yang dimilikinya.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang telah dilakukan. Mungkin ada
siswa yang sudah berusaha giat belajar, tapi nilai yang diperolehnya selalu rendah
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas kegiatan belajarnya dan selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dari waktu yang disediakan.
4. Menunjukkan sikap-sikap yang tidak wajar, seperti: acuh tak acuh, menentang, berpura-
pura, dusta dan sebagainya.
5. Menunjukkan perilaku yang berkelainan, seperti membolos, datang terlambat, tidak
mengerjakan pekerjaan rumah, mengganggu di dalam atau pun di luar kelas, tidak mau
mencatat pelajaran, tidak teratur dalam kegiatan belajar, dan sebagainya.
6. Menunjukkan gejala emosional yang kurang wajar, seperti : pemurung, mudah
tersinggung, pemarah, tidak atau kurang gembira dalam menghadapi situasi tertentu.
Misalnya dalam menghadapi nilai rendah, tidak menunjukkan perasaan sedih atau
menyesal, dan sebagainya.
7. Sementara itu, Burton (Abin Syamsuddin. 2003) mengidentifikasi siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar, yang ditunjukkan oleh adanya kegagalan siswa dalam
mencapai tujuan-tujuan belajar. Menurut dia bahwa siswa dikatakan gagal dalam belajar
apabila :
8. Dalam batas waktu tertentu yang bersangkutan tidak mencapai ukuran tingkat
keberhasilan atau tingkat penguasaan materi (mastery level) minimal dalam pelajaran
tertentu yang telah ditetapkan oleh guru (criterion reference).
9. Tidak dapat mengerjakan atau mencapai prestasi semestinya, dilihat berdasarkan ukuran
tingkat kemampuan, bakat, atau kecerdasan yang dimilikinya. Siswa ini dapat
digolongkan ke dalam under achiever.
10. Tidak berhasil tingkat penguasaan materi (mastery level) yang diperlukan sebagai
prasyarat bagi kelanjutan tingkat pelajaran berikutnya. Siswa ini dapat digolongkan ke
dalam slow learner atau belum matang (immature), sehingga harus menjadi pengulang
(repeater)
Bimbingan belajar merupakan upaya guru atau tenaga pendidik untuk membantu siswa yang
mengalami kesulitan dalam belajarnya. Secara umum, prosedur teori bimbingan belajar dapat
ditempuh melalui langkah-langkah sebagai berikut
1. Identifikasi kasus
Identifikasi kasus merupakan upaya untuk menemukan siswa yang diduga memerlukan layanan
bimbingan belajar. Robinson dalam Abin Syamsuddin Makmun (2003) memberikan beberapa
pendekatan yang dapat dilakukan untuk mendeteksi siswa yang diduga mebutuhkan layanan
bimbingan belajar, yakni :
Call them approach; melakukan wawancara dengan memanggil semua siswa secara
bergiliran sehingga dengan cara ini akan dapat ditemukan siswa yang benar-benar
membutuhkan layanan bimbingan.
Maintain good relationship; menciptakan hubungan yang baik, penuh keakraban sehingga
tidak terjadi jurang pemisah antara guru dengan siswa. Hal ini dapat dilaksanakan melalui
berbagai cara yang tidak hanya terbatas pada hubungan kegiatan belajar mengajar saja,
misalnya melalui kegiatan ekstra kurikuler, rekreasi dan situasi-situasi informal lainnya.
Developing a desire for counseling; menciptakan suasana yang menimbulkan ke arah
penyadaran siswa akan masalah yang dihadapinya. Misalnya dengan cara mendiskusikan
dengan siswa yang bersangkutan tentang hasil dari suatu tes, seperti tes inteligensi, tes
bakat, dan hasil pengukuran lainnya untuk dianalisis bersama serta diupayakan berbagai
tindak lanjutnya.
Melakukan analisis terhadap hasil belajar siswa, dengan cara ini bisa diketahui tingkat
dan jenis kesulitan atau kegagalan belajar yang dihadapi siswa.
Melakukan analisis sosiometris, dengan cara ini dapat ditemukan siswa yang diduga
mengalami kesulitan penyesuaian sosial
2. Identifikasi Masalah
Langkah ini merupakan upaya untuk memahami jenis, karakteristik kesulitan atau masalah yang
dihadapi siswa. Dalam konteks Proses Belajar Mengajar, permasalahan siswa dapat berkenaan
dengan aspek : (a) substansial – material; (b) struktural – fungsional; (c) behavioral; dan atau (d)
personality. Untuk mengidentifikasi masalah siswa, Prayitno dkk. telah mengembangkan suatu
instrumen untuk melacak masalah siswa, dengan apa yang disebut Alat Ungkap Masalah (AUM).
Instrumen ini sangat membantu untuk mendeteksi lokasi kesulitan yang dihadapi siswa, seputar
aspek : (a) jasmani dan kesehatan; (b) diri pribadi; (c) hubungan sosial; (d) ekonomi dan
keuangan; (e) karier dan pekerjaan; (f) pendidikan dan pelajaran; (g) agama, nilai dan moral; (h)
hubungan muda-mudi; (i) keadaan dan hubungan keluarga; dan (j) waktu senggang.
3. Diagnosis
4. Prognosis
Langkah ini untuk memperkirakan apakah masalah yang dialami siswa masih mungkin untuk
diatasi serta menentukan berbagai alternatif pemecahannya, Hal ini dilakukan dengan cara
mengintegrasikan dan menginterpretasikan hasil-hasil langkah kedua dan ketiga. Proses
mengambil keputusan pada tahap ini seyogyanya terlebih dahulu dilaksanakan konferensi kasus,
dengan melibatkan pihak-pihak yang kompeten untuk diminta bekerja sama menangani kasus –
kasus yang dihadapi.
Cara manapun yang ditempuh, evaluasi atas usaha pemecahan masalah seyogyanya dilakukan
evaluasi dan tindak lanjut, untuk melihat seberapa pengaruh tindakan bantuan (treatment) yang
telah diberikan terhadap pemecahan masalah yang dihadapi siswa.
Berkembangnya pemahaman baru yang diperoleh siswa berkaitan dengan masalah yang
dibahas;
Perasaan positif sebagai dampak dari proses dan materi yang dibawakan melalui layanan,
dan
Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh siswa sesudah pelaksanaan layanan dalam
rangka mewujudkan upaya lebih lanjut pengentasan masalah yang dialaminya.
Kebanyakan secara umum bimbingan belajar yang ada sekarang, tidak melakukan prosedur-
prosedur tersebut. Banyak yang langsung focus pada mata pelajaran saja tanpa menggali aspek
lain yang dialami oleh para siswa. Bisa dipastikan bahwa tidak semua siswa yang mengikuti
bimbingan belajar akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Beberapa jenis bimbingan belajar yang berkembang saat ini dapat kita klasifikasikan dalam
beberapa kategori :
Sekarang dengan era tehnologi yang maju berkembang juga bimbingan belajar online atau
bimbingan belajar jarak jauh. Untuk model bimbingan belajar ada yang yang bersifat clasikal
dan ada juga bimbingan belajar yang dilakukan secara privat.
Ini ada beberapa tips untuk memilih bimbingan belajar yang kita inginkan, Faktor-faktor yang
harus diperhatikan :
1. Kualitas pengajar bimbingan belajar, coba cari informasi mengenai pengajarnya serta
reputasinya
2. Pilihlah bimbingan belajar yang letaknya strategis dengan tempat tinggal Anda, hal ini
dilakukan untuk menghindari kejenuhan atau kebosanan, karena dalam Intensif tiap hari
Anda harus bolak-balik dr rumah ke tempat les.
3. Kualitas materi, SPMB mempunyai standar tertentu. Jangan sampai bimbingan belajar
yang kita pilih tidak mempunyai buku referensi yang jelas dan tidak punya patokan yang
jelas, kecuali hanya menjiplak materi bimbingan belajar lainnya.
4. Pilihlah bimbingan belajar yang silabusnya pengarajarannya dan target jumlah
pertemuannya mempunyai rencana yang jelas. Banyak terjadi di bimbingan belajar,
SPMB sudah tiba, tetapi materi pelajaran belum semua terbahas, hanya karena program
mereka tidak terencana dengan baik.
5. Motode pengajaran dan fasilitas, merupakan faktor yang sangat penting, coba lihat
fasilitas yg diberikan oleh bimbingan belajar. Jangan lupa mengecek kebenaran fasilitas
tersebut. Banyak bimbingan belajar yg menawarkan fasilitas hanya dr brosur aja, tanpa
kepastian yang jelas. Fasilitas tersebut minimal : papan tulis (wajib ada!), ruang ber-AC,
Pemeriksaan Try Out dengan komputer SPMB (OMR – OPSCAN 4U – SCANNER),
OHP, ruang diskusi, ruang konsultasi, mushola, kantin, dsb, dll.
6. Kalo mau sukses, belajarlah dari orang-orang yang sukses. Pilihlah bimbingan belajar
yang reputasi sudah diakui secara nasional, misalnya berapa banyak alumni lulusan
bimbingan belajar tersebut yang diterima di PTN?
7. Pilihlah bimbingan belajar yang sesuai dengan keuangan Anda.
8. Ada baiknya (tidak disarankan), pilihlah bimbingan belajar yang terdekat dengan kantor
pusat cabangnya, atau di pusat bimbingan belajar nya. Kualitas bimbingan belajar nya
kantor pusat berbeda dengan cabangnya, terlalu jauh dari kantor pusat akan sulit
dikontrol oleh pusatnya, buku boleh sama, apakah standar pengajarnya jg sama? Setelah
saya menela’ah lebih jauh, bahwa ini murni bisnis. Kantor Cabang berbeda dengan
Kantor Pusatnya, banyak kantor cabang yang ingin meraup keuntungan dalam bisnis ini,
sehingga menomorduakan yang namanya kualitas dan kuantitas, kejahatan yg sering
terjadi ialah banyak kantor cabang yang memilih pengajar yang tidak berpengalaman dan
memilih pengajar yang mematok harga murah.
9. Bimbingan belajar yang mahal belum tentu bagus, tidak ada relasi antarkeduanya,
bimbingan belajar yang mematok biaya yang terlalu tinggi justru menunjukkan
manajemen yang tidak baik, terlalu boros dengan dana dan tidak efisien.
Sumber :
http://snmptn.wordpress.com/2008/05/01/tip-memilih-bimbingan-belajar/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/
Keberhasilan suatu kegiatan bimbingan tak selamanya bergantung pada penguasaan materi oleh
konselor itu sendiri. Meskipun seorang konselor menguasai dengan baik disiplin ilmu dan materi
yang akan disampaikannya, itu belumlah cukup tanpa mengetahui metode apa yang sesuai
dengan kelompok siswa yang akan dilayaninya tersebut. Oleh karena itu seorang konselor
hendaknya juga terampil dalam memilih metode yang akan digunakan dalam setiap kegiatan
bimbingan, terutama dalam kegiatan bimbingan klasikal. Salah satu metode yang dapat
digunakan seorang konselor dalam kegiatan bimbingan klasikalnya adalah metode diskusi
kelompok. Metode ini pada umumnya sering digunakan oleh konselor dalam kegiatan layanan
bimbingan klasikal.
Metode diskusi kelompok memberikan kesempatan dan kebebasan yang seluas-luasnya kepada
setiap peserta kelompok diskusi. Sebab dalam diskusi kelompok setiap anggota memiliki hak
yang sama untuk menyampaikan pendapatnya tentang topik yang sedang disiskusikan tersebut.
Melalui diskusi kelompok ini pula para siswa memperoleh jawaban atas permasalahan yang
sedang mereka hadapi. Selain itu, masing-masing pribadi di dalam kelompok juga dapat saling
membantu memecahkan masalah yang dihadapi dalam kelompok/pribadi.
Pembagian kelompok hendaknya didasarkan atas kesamaan masalah yang mereka hadapi.
Misalnya dalam satu kelas ada lima orang yang sedang mengalami masalah di bidang pribadi,
misalnya sulit menyesuaikan diri, nah mereka ini sebaiknya satu kelompok dalam diskusi
kelompok tersebut. Demikian juga dengan siswa/i lainnya. Keberhasilan seorang konselor dalam
membentuk kelompok dengan mengelompokkan para siswanya sesuai dengan klasifikasi
masalah yang sedang mereka hadapi, akan membuat kegiatan layanan bimbingan klasikal
tersebut menjadi lancar dan tujuannya juga akan tercapai dengan baik. Namun kenyataan di
lapangan masih banyak para konselor di sekolah yang belum mampu mengenal para siswanya
dengan baik. Hal ini tentu kurang menguntungkan, sebab dapat berpengaruh pada kegiatan
layanan yang diberikan kepada siswa. Salah satu di antaranya adalah layanan bimbingan klasikal.
Ketidakmampuan konselor dalam mengklasifikasikan para siswa sesuai dengan masalah yang
dihadapinya akan membuat diskusi kelompok menjadi kurang tepat untuk digunakan, karena
tidak dapat membantu salah satu atau beberapa orang dalam anggota kelompoknya untuk
memecahkan masalah yang sedang dihadapinya. Selain itu, hal tersebut juga membuat diskusi
kelompok itu menjadi tidak fokus dalam mendiskusikan suatu topik. Oleh karena itu seorang
konselor hendaknya mengenal dengan baik siapa orang-orang yang akan dilayaninya, agar dapat
menentukan metode yang sesuai dengan keadaan kondisi mereka.
a. kecerdasan (intelegensi)
b. perbedaan pengetahuan
c. perbedaan bakat
d. perbedaan kepribadian
e. perbedaan sikap
2. Bimbingan Individual
Bimbingan individual adalah suatu proses belajar-mengajar yang dilakukan secara individu.
Dengan metode ini, guru dapat mengajar secara intensif, karena dapat disesuaikan dengan tingkat
kesulitan yang dihadapi siswa dan kemampuan individu siswa. Prinsip yang digunakan dalam
bimbingan individual direalisasikan dengan menyediakan bahan ajaran untuk kegiatan utama,
juga disusun bahan ajar untuk kegiatan perbaikan dan pengayaan. Konsep belajar tuntas yang
dilakukan dalam bimbingan individual sangat menekankan pentingnya peranan umpan balik dari
siswa. Kemajuan belajar siswa segera dinilai, kemudian hasil penilaian tesebut menjadi umpan
balik bagi kegiatan perbaikan dan pengayaan. Perbaikan diberikan kepada siswa yang belum
menguasai bahan ajar secara tuntas, sedangkan pengayaan diberikan kepada peserta didik yang
perkembangan belajarnya cepat.
2. Memberikan peluang kepada siswa untuk maju secara optimal dan mengembangkan
kemampuanyang dimilikinya.
4. Memberi kesempatan bagi siswa yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat sesuatu
yang lebih baik.
5. Mengurangi hambatan dan mencegah eliminasi terhadap siswa yang tergolong lamban
dalam belajar.
Alhmdulillah saya dapat menyempatkan diri untuk menulis lagi setelah beberapa kesibukan
kuliah saya. Pada kesempatan kali ini saya akan membahas tentang Pengertian Bimbingan
Kelompok yang selanjutnya akan saya bahas lagi agar kajian tentang bimbingan kelompok
komplit, yaitu tentang Bentuk-bentuk Bimbingan Kelompok, Manfaat Bimbingan Kelompok
serta Tahapan dalam Bimbingan Kelompok.
Bimbingan kelompok merupakan salah satu bentuk layanan yang diberikan disekolah yang
merupakan bagian dari Pola 17 Plus Bimbingan Konseling. Langsung saja,
Menurut Tohirin (2007: 170) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu
cara memberikan bantuan kepada individu (siswa) melalui kegiatan kelompok. Dalam bimbingan
kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing-masing siswa,
yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri
(dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004: 565).
Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi (2008: 64) menyatakan hal yang sama mengenai bimbingan
kelompok yaitu:
Berdasarkan pemaparan tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah
salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan kepada peserta
didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing/konselor melalui kegiatan kelompok yang
dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak
Menurut Tohirin ( 2007 : 170 ) menyebutkan bahwa definisi bimbingan kelompok adalah suatu
cara memberikan bantuan kepada individu ( siswa ) melalui kegiatan kelompok. Dalam
bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal masing -
masing siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi
dirinya sendiri ( dalam Winkel & Sri Hastuti, 2004 : 565 ).
Sementara itu, Dewa Ketut Sukardi ( 2008 : 64 ) menyatakan hal yang sama mengenai
bimbingan kelompok yaitu :
layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama - sama
memperoleh berbagai bahan dari narasumber tertentu ( terutama dari pembimbing / konselor )
yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun pelajar, anggota
keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, saya dapat menyimpulkan bahwa bimbingan kelompok adalah
salah satu teknik dalam bimbingan kelompok untuk memberikan bantuan kepada peserta
didik/siswa yang dilakukan oleh seorang pembimbing / konselor melalui kegiatan kelompok
yang dapat berguna untuk mencegah berkembangnya masalah-masalah yang dihadapi anak.
DAFTAR PUSTAKA
http://ilmupsikologi.wordpress.com/2010/01/14/pengertian-bimbingan-kelompok
Beberapa bentuk tehnik bimbingan kelompok
Author: konselor
19 Oct
3) Diskusi kelompok
Diskusi kelompok merupakan suatu cara dimana murid-murid akanmendapat kesempatan untuk
memecahkan masalah bersama-sama. Setiap murid dapat menyumbangkan pikiran masing-
masing dalam memecahkan suaru masalah.
Dalam diskusi itu dapat tertanam pula rasa tanggungjawab dan harga diri. Masalah yang
mungkin dapat diduskusikan antara lain:
- pembagian kerja dalam suatu kegiatan kelompok
- perencanaan suatu kegiatan
- masalah-masalah pekerjaan
- masalah belajar
- masalah penggunaan waktu senggang
- masalah persahabatan, keluarga dsb.
4) Kegiatan kelompok
Kegiatan kelompok merupakan tehnik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok
memberikan kesempatan kepada individu untuk berpatisipasi dengan sebaik-baiknya. Banyak
kegiatan tertentu yang lebih berhasil jika dilakukan dalam kelompok. Untuk mengembangkan
bakat-bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan. Juga dapat menembangkan tanggungjawab.
Tehnik sosiometri dapat banyak menolong dalam pembentukan kelompok.
5) Keorganisasian
Keorganisasian baik dalam lingkungan pendidikan maupun dilingkungan masyarakat. Melalui
organisasi ini banyak masalah individual maupun kelompok dapa diseleseikan. Dalam organisasi
murid mendapat kesempatan untuk belajar mengenal berbagai aspek kehdupan social.
Mengaktipkan murid dalam mengembangkan bakat kepemimpinan disamping memupuk rasa
tanggungjawab dan harga diri.
6) Sosiodrama
Sosiodrama dipergunakan sebagai suatu tehnik didalam memecahkan masalah-masalah social
dengan melalui kegiatan bermain peranan. Di dalam sosiodrama ini individu akan memerankan
suatu peranan tertentu dari suatu masalah social.
Dalam kesempatan itu individu akan menghayati secara langsung situai masalah yang
dihadapinya. Dari pementasan itu kemudian diadakan diskusi mengenai cara-cara pemecahan
masalahnya.
7) Psikodrama
Jika sosiodrama merupakan tehnik memecahkan masalah social, maka psikodrama adalah tehnik
untuk memecahkan masalah-masalah psychis yang dialami oleh individu. Dengan memerankan
suatu peranan tertentu, konflik atau ketegangan yang ada dalam dirinya dapat dikurangi atau
dihindari. Kepada sekelompok murid dikemukakan suatu cerita yang didalamnya tergambarkan
adanya ketegangan psyshis yang dialami individu. Kemudian murid-muri d diminta untuk
memainkan dimuka kelas. Bagi murid yang mengalami ketegangan, permainan dalam peranan
itu dapat mengurangi ketegangannya.
Remedial teaching
Remedial teaching atau oengajaran remedial yaitu bentuk pengajaran yang diberikan
seorang murid untuk membantu memecahkan kesulitan belajar yang dihadapinya.
Remedial ini mungkin berbentuk bermacam-macam seperti penambahan pelajaran,
pengulangan kembali, latihan-latihan, penekanan aspek-aspek tertentu, tergantung dari
jenis dan tingkat kesulitan belajar yang dialami murid. Tehnik remedial ini dilakukan
setelah diadakan diagnose terhadap kesulitan yang dialami murid.
45 27
B. Bimbingan Kelompok
Pada bagian ini akan diuraikan tentang pengertian bimbingan kelompok, jenis-jenis
bimbingan kelompok, tujuan layanan bimbingan kelompok, tahap- tahap layanan bimbingan
kegiatan informasi kepada sekelompok siswa untuk membantu mereka menyusun rencana dan
keputusan yang tepat’. Gazda juga menyebutkan bahwa bimbingan kelompok diselenggarakan
untuk memberikan informasi yang bersifat personal, vokasional, dan sosial. Dari pengertian
tersebut dapat dipahami bahwa layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan
kepada beberapa individu dengan prosedur kelompok untuk memberikan informasi untuk
dalam sikap dan perilaku secara tidak langsung, melalui penyajian informasi yang menekankan
pengolahan kognitif oleh para peserta sehingga mereka dapat menerapkan sendiri”. Dengan
adanya kegiatan bimbingan kelompok, diharapkan akan terjadi suatu pengolahan kognitif tentang
informasi yang diberikan kepada anggota kelompok, sehingga akan terjadi suatu perubahan
“Bimbingan kelompok adalah proses pemberian bantuan yang diberikan pada individu
dalam situasi kelompok. Bimbingan kelompok ditujukan untuk mencegah timbulnya masalah
Dari beberapa pengertian bimbingan kelompok di atas, dapat ditarik simpulan bahwa
layanan bimbingan kelompok merupakan layanan yang diberikan kepada sejumlah individu
dengan menggunakan prosedur kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok dalam rangka
membahas topik-topik tertentu atau memberikan informasi yang berguna dan bermanfaat bagi
anggota kelompok sehingga akan terjadi suatu perubahan sikap dan perilaku pada anggota
kelompok.
29
Menurut Amti (1992:106) dalam penyelenggaraannya, dikenal dua jenis bimbingan kelompok yaitu
Bimbingan kelompok bebas adalah salah satu bentuk penyelenggaraan bimbingan kelompok. Dalam
kegiatannya para anggota kelompok bebas mengemukakan segala pikiran dan perasaannya dalam kelompok.
Selanjutnya, apa yang disampaikan mereka dalam kelompok itulah yang menjadi pokok bahasan kelompok.
arah dan isi kegiatan kelompok itu tidak ditentukan oleh anggotanya melainkan diarahkan kepada penyelesaian
dari
pemimpin
kelompok.
Pemimpin
tugas pada kelompok untuk selanjutnya dibahas dan diselesaikan oleh anggota kelompok.
Secara umum, bimbingan kelompok bertujuan untuk membantu murid-murid yang mengalami masalah melalui
prosedur kelompok. Suasana kelompok yang berkembang dapat merupakan tempat bagi siswa untuk memanfaatkan semua
informasi, tanggapan dan berbagai reaksi teman-temannya untuk kepentingan pemecahan masalah.
1). Melatih murid-murid untuk berani mengemukakan pendapat di hadapan teman-temannya, yang pada gilirannya dapat
dimanfaatkan untuk ruang lingkup yang lebih besar seperti berbicara di hadapan orang banyak, di forum-forum resmi dan
sebagainya.
3). Melatih murid-murid untuk dapat membina keakraban bersama teman-teman dalam kelompok khususnya, dan dengan
teman- teman lain di luar kelompok pada umumnya.
a. Memberikan kesempatan-kesempatan pada siswa belajar hal-hal penting yang berguna bagi pengarahan dirinya
kembali energi yang terpakai untuk memecahkan kembali energi yang terpakai untuk memecahkan masalah-
d. Untuk melaksanakan layanan konseling individual secara lebih efektif. Dengan mempelajari masalah-masalah
yang umum dialami oleh individu dan dengan meredakan atau menghilangkan hambatan- hambatan emosional
melalui kegiatan kelompok, maka pemahaman terhadap masalah individu menjadi lebih mudah.
Dari berbagai pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari kegiatan bimbingan
kelompok, selain untuk memecahkan permasalahan yang dialami anggota kelompok secara bersama-sama
layanan bimbingan kelompok juga dapat sebagai tempat untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
anggota kelompok. Melalui kegiatan ini diharapkan anggota kelompok mampu merencanakan serta
mengarahkan dirinya, memiliki sikap dan pandangan hidup yang tidak sekedar meniru apa yang dilakukan oleh
32
4. Tahap-tahap Layanan Bimbingan Kelompok
Layanan bimbingan kelompok yang akan dilaksanakan dalam penelitian ini adalah layanan bimbingan
kelompok dengan kelompok tugas. Dalam kelompok tugas, topik masalahnya adalah “topik tugas” yaitu topik
atau masalah yang datangnya dari pemimpin kelompok yang ditugaskan kepada para peserta untuk
membahasnya.
Menurut Prayitno (1995:40-60) tahap-tahap layanan bimbingan kelompok dalam kelompok tugas
adalah tahap pembentukan, tahap peralihan, tahap kegiatan dan tahap pengakhiran.
a. Tahap pembentukan.
Tahap ini merupakan tahap pengenalan, tahap pelibatan diri atau tahap pemasukan diri ke dalam
kehidupan suatu kelompok. Pada tahap ini, pada umumnya para anggota saling memperkenalkan diri dan juga
mengungkapkan tujuan ataupun harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing, sebagian
Dalam tahap pembentukan ini, pemimpin kelompok hendaknya memunculkan dirinya sehingga
tertangkap oleh para anggota sebagai orang yang benar-benar bisa dan bersedia membantu para anggota
kelompok mencapai tujuan mereka. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pembentukan ini adalah :
b. Tahap Peralihan
Tahap peralihan ini adalah jembatan antara tahap pertama dan tahap ketiga. Pada tahap ini pemimpin
kelompok menjelaskan apa yang akan dilakukan oleh anggota kelompok pada tahap kegiatan lebih lanjut yaitu
inti dari keseluruhan kegiatan (tahap ketiga). Kegiatan yang dilakukan dalam tahap peralihan ini adalah :
kegiatan selanjutnya.
Tahap ketiga merupakan inti kegiatan kelompok, maka aspek- aspek yang menjadi isi dan
pengiringnya cukup banyak, dan masing- masing aspek tersebut perlu mendapat perhatian yang seksama dari
pemimpin kelompok. Tahap ini merupakan kehidupan yang sebenarnya dari kelompok. Namun keberhasilan
34
Dalam tahap ini, saling hubungan antaranggota kelompok harus tumbuh dengan baik. Saling tukar
pengalaman dalam bidang suasana perasaan yang terjadi, pengutaraan, penyajian dan pembukaan diri
berlangsung dengan bebas. Dinamika kelompok dalam tahap kegiatan ini harus diperhatikan secara seksama
oleh pemimpin kelompok. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap kegiatan ini adalah :
1). Pemimpin kelompok mengemukakan suatu masalah atau topik. Masalah yang diangkat dalam kegiatan
2). Tanya jawab antara anggota dan pemimpin kelompok tentang hal- hal yang belum jelas yang menyangkut
3). Anggota membahas masalah atau topik tersebut secara mendalam dan tuntas. Para peserta melakukan
pembahasan tanpa secara khusus menyangkut pautkan isi pembicaraannya itu kepada peserta tertentu.
Setelah kegiatan kelompok memuncak pada tahap ketiga, kegiatan kelompok ini kemudian menurun
dan selanjutnya kelompok akan mengakhiri kegiatannya pada saat yang tepat. Pokok perhatian utama dalam
35
harus bertemu, tetapi pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu
ketika menghentikan pertemuan.
Ketika kelompok memasuki tahap pengakhiran, kegiatan kelompok hendaknya dipusatkan pada
pembahasan dan penjelajahan tentang apakah para anggota kelompok akan menerapkan hal-hal yang telah
mereka pelajari pada kehidupan nyata mereka. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap pengakhiran ini adalah :
1). Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan segera
diakhiri.
2). Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan hasi-
hasil kegiatan.
Menurut Romlah (2001:87-124) ada beberapa teknik yang biasa digunakan dalam pelaksanaan
bimbingan kelompok, antara lain : pemberian informasi atau ekspositori, diskusi kelompok, pemecahan
masalah (problem solving), penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom), permainan peranan, karyawisata,
Pada tahap perencanaan ada tiga langkah yang harus dilaksanakan, yaitu: (a) merumuskan tujuan apa
yang hendak dicapai dengan pemberian informasi itu, (b) menentukan bahan yang akan diberikan berupa fakta,
konsep atau generalisasi, dan (c) menentukan dan memilih contoh-contoh yang tepat sesuai dengan bahan yang
diberikan.
Pada tahap pelaksanan, penyajian materi disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. Tahap
terakhir dari pemberian informasi adalah mengadakan penilaian apakah tujuan sudah tercapai atau belum.
Penilaian dapat dilakukan secara lisan dengan menanyakan pendapat siswa mengenai materi yang diterimanya,
tetapi juga dapat dilakukan secara tertulis baik dengan tes subjektif ataupun objektif.
Beberapa keuntungan dari teknik pemberian informasi antara lain : (a) dapat melayani banyak orang, (b) tidak
membutuhkan banyak waktu, sehingga efisien, (c) tidak terlalu banyak memerlukan fasilitas, (d) Mudah
dilaksanakan bila dibanding dengan teknik lain. Sedangkan kelemahannya adalah : (a) sering dilaksanakan
secara monolog, sehingga membosankan, (b) individu yang mendengarkan kurang aktif, (c) memerlukan
37
b. Diskusi Kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang telah direncanakan antara tiga orang atau lebih dengan
tujuan untuk memecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan, di bawah pimpinan seorang
pemimpin. Di dalam melaksanakan bimbingan kelompok, diskusi kelompok tidak hanya untuk memecahkan
masalah, tetapi juga untuk mencerahkan persoalan, serta untuk mengembangkan pribadi.
Dinkmeyer dan Muro (Tatiek Romlah, 2001: 89) menyebutkan tiga macam tujuan diskusi kelompok
yaitu : ‘(a) untuk mengembangkan pengertian terhadap diri sendiri (self), (b) untuk mengembangkan kesadaran
tentang diri, (c) untuk mengembangkan pandangan baru mengenai hubungan antar manusia’.
Pelaksanaan diskusi meliputi tiga langkah, yaitu perencanaan, pelaksanaan dan penilaian. Pada tahap
perencanaan fasilitator/ pemimpin melaksanakan lima hal, yaitu: (a) merumuskan tujuan diskusi, (b)
menentukan jenis diskusi, (c) melihat pengalaman dan perkembangan siswa, (d) memperhitungkan waktu yang
Pada tahap pelaksanaan, fasilitator memberikan tugas yang harus didiskusikan, waktu yang tersedia
untuk mendiskusikan tugas itu, dan memberi tahu cara melaporkan tugas, serta menunjuk pengamat diskusi
meminta
pengamat
melaporkan
hasil pengamatannya,
38
Dalam diskusi kelompok ada beberapa keuntungan dan kelemahan. Adapun keuntungan diskusi
kelompok adalah : (a) membuat anggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapat kesempatan untuk
berbicara, (b) anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, (c) anggota kelompok belajar
mendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok yang lain, (d) dapat meningkatkan
pengertian terhadap diri sendiri dan orang lain, (e) memberi kesempatan pada anggota untuk belajar menjadi
pemimpin.
Selain keuntungan tersebut, diskusi kelompok juga mempunyai kelemahan-kelemahan, yaitu : (a)
dapat menjadi salah arah apabila pemimpin kelompok tidak melaksanakan fungsi kepemimpinannya dengan
baik, (b) ada kemungkinan diskusi dikuasai oleh individu- individu tertentu, (c) membutuhkan banyak waktu
Teknik pemecahan masalah merupakan suatu proses kreatif dimana individu menilai perubahan yang
ada pada dirinya dan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan- keputusan atau
39
Menurut Bennett (Romlah, 2001:99) bahwa : ‘permainan peranan adalah suatu alat belajar yang
dengan jalan memerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalam kehidupan yang sebenarnya’.
Sosiodrama adalah permainan peranan yang ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul
dalam hubungan antar manusia. Langkah-langkah pelaksanaan sosiodrama adalah sebagai berikut :
(a) Persiapan. Pemimpin kelompok/fasilitator mengemukakan masalah dan tema yang akan disosiodramakan, dan
tujuan permainan.
40
(c) Menentukan kelompok penonton dan menjelaskan tugasnya. Kelompok penonton adalah anggota kelompok lain
yang tidak ikut menjadi pemain, tugasnya adalah untuk mengobservasi pelaksanaan permainan.
(d) Melaksanakan sosiodrama. Dalam permainan ini diharapkan terjadi identifikasi antara pemain dan penonton
(e) Evaluasi dan diskusi. Setelah selesai permainan diadakan diskusi mengenai pelaksanaan permainnan
Menurut Corey (Romlah, 2001:107) bahwa : ‘psikodrama merupakan permainan yang dimaksudkan
agar individu yang bersangkutan dapat memperoleh pengertian yang lebih baik tentang dirinya, dapat
menemukan konsep dirinya, menyatakan kebutuhan-kebutuhannya, dan menyatakan reaksi terhadap tekanan-
41
saling percaya dalam kelompok. Tahap pelaksanaan terdiri dari kegiatan dimana pemain utama dan pemain
pembantu memperagakan permainannya. Dengan bantuan pemimpin kelompok dan anggota kelompok lain.
Tahap diskusi atau tahap bertukar pendapat dan kesan, para anggota kelompok diminta untuk memberikan
tanggapan dan sumbangan pikiran terhadap permainan yang dilakukan pemain utama. Tahap diskusi ini
penting karena merupakan rangkaian proses perubahan perilaku pemeran utama kearah keseimbangan pribadi.
‘Permaianan simulasi adalah permainan yang dimaksudkan untuk merefleksikan situasi-situasi yang
terdapat dalam kehidupan yang sebenarnya. Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabungan antara
teknik permainan peranan dan teknik diskusi’. (Adams dalam Romlah, 2001:118),
Cara melaksanakan permainan simulasi, langkah yang pertama adalah menentukan peserta pemain
42
5). Bermain dan berdiskusi.
6). Menyimpulkan hasil diskusi.
7). Menutup permainan dan menentukan waktu dan tempat bermain
berikutnya.
f. Karyawisata (Field Trip)
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan oleh sekolah untuk mengunjungi objek-objek yang
ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus.
ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksanakan untuk tujuan belajar secara khusus.
Menurut Pietrofesa (Romlah, 2001:123), ‘teknik penciptaan suasana kekeluargaan adalah teknik untuk
mengadakan pertemuan dengan sekelompok siswa diluar jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan dan
dipimpin oleh guru atau konselor’. Keuntungan teknik Homeroom adalah sebagai berikut :
3). Bila kegiatan Homeroom diorganisasikan sesuai dengan tingkat kelas, maka dapat diprogramkan kegiatan
4). Apabila struktur kegiatan Homeroom dilaksanakan diseluruh sekolah, maka program kegiatan bimbingan yang
Beberapa teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik pemberian informasi, diskusi
yang amat beragam yang berguna bagi siswa. Materi layanan bimbingan kelompok secara umum meliputi :
pelayanan bimbingan dan konseling mencakup bidang bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa,
Pelayanan bimbingan sosial bertujuan membantu siswa memahami diri dalam kaitannya
dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan tanggung
jawab sosial.
mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai pengetahuan dan
masyarakat.
Pelayanan bimbingan karir ditujukan untuk mengenal potensi diri sebagai prasyarat dalam
46
8. Efektivitas Layanan Bimbingan Kelompok
Kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang dapat dijadikan
sebagai salah satu wadah penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan,
pekerjaan, pemahaman pribadi, penyesuaian diri dan masalah hubungan antarpribadi. Ada
beberapa teknik bimbingan kelompok yang bisa digunakan, diantaranya pemberian informasi,
Teknik pemberian informasi akan digunakan untuk membahas materi tentang Mengenal
Diri Sendiri dan Orang Lain, Dasar-dasar Persahabatan, Perilaku yang Membantu Bergaul
dengan Orang Lain, Cara Mengatasi Malu Yang Berlebihan dan Bagaimana Memecahkan
Konflik Secara Konstruktif. Dengan teknik ini, anggota kelompok akan mendapatkan beberapa
informasi dalam kaitannya dengan proses peningkatan hubungan interpersonal. Dan dengan
teknik ini anggota kelompok juga akan memperoleh pemahaman mengenai materi yang dibahas
Persahabatan, Cara Mengatasi Malu yang Berlebihan dan Memecahkan Konflik Secara
Konstruktif. Dengan teknik dan materi ini, individu diajarkan bagaimana memecahkan masalah
secara sistematis. Anggota kelompok bisa menilai perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya, membuat pilihan baru atau keputusan yang selaras dengan tujuan dan nilai
hidupnya.
47
Dengan Baik. Teknik sosiodrama ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul
dalam hubungan antar manusia. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena komunikasi
merupakan dasar bagi setiap individu dalam melakukan hubungan interpersonal. Jika individu
mengalami masalah dalam komunikasinya, maka hal itu juga akan menghambat hubungan
interpersonal mereka.
Keterampilan Sosial dan Mengenal dan Mempercayai Orang Lain. Dalam diskusi kelompok,
informasi yang diberikan. Melalui diskusi kelompok anggota kelompok akan dilatih untuk
menguasai keterampilan sosial dan bagaimana mereka mengenal dan mempercayai orang lain.
anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di
“Secara global, masa remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian
12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa
Menurut Hurlock (1997:206) “periode masa remaja sering disebut dengan istilah
Adolesence yang mempunyai arti luas mencakup kematangan intelektual, emosional, sosial, dan
fisik”.
48
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja dianggap telah
mulai ketika individu berumur dua belas tahun dan berakhir pada saat remaja berusia dua puluh
satu tahun. Masa ini diikuti dengan adanya kematangan remaja yang meliputi kematangan
intelektual, emosional, sosial, dan fisik yang membuat remaja lebih aktif menjalani proses
perkembangan dan pertumbuhan untuk menemukan identitas dan eksistensinya sebagai manusia
dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa anak ke masa dewasa.
Masa remaja ini dialami oleh setiap individu sebagai masa yang paling sulit selama rentang
kehidupan. Dengan kata lain masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri yang berjalan
untuk menemukan jati diri seperti yang diinginkan remaja untuk mempersiapkan diri menuju
dewasa.
Remaja yang hidup dan bertempat tinggal di panti asuhan, bisa dikategorikan sebagai
remaja yang tidak beruntung. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga yang berlatar belakang
ekonomi lemah ataupun remaja yang sudah kehilangan orang tua, baik ayah, ibu, ataupun bahkan
keduanya. Kehidupan mereka sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan remaja yang pada
umumnya tinggal dengan orang tua mereka dan remaja yang semua kebutuhannya bisa
terpenuhi. Mereka harus bisa menerima keadaan dan kondisi mereka apa adanya. Bahkan,
dengan kondisi mereka yang seperti itu, untuk bisa makanpun mereka sudah sangat beruntung,
Menurut Baldwin (Tri Anni, 1994:24) : Anak yang tidak beruntung adalah anak yang
mempunyai perbedaan kultural -- suatu kondisi rasial, etnik, bahasa atau perbedaan secara phisik
49
ekonomi yang kurang -- suatu kondisi nyata yang dihubungkan dengan substandard rumah dan
pekerjaan --, letak geografis yang terisoler – merupakan kondisi yang ada secara geografis yang
Sedangkan pengertian anak tidak beruntung menurut Yelon (Tri Anni, 1994:24) Anak-
anak tidak beruntung adalah sebagai anak yang berasal dari keluarga dengan penghasilan yang
rendah, keluarga yang tidak mempunyai orientasi terhadap bahasa, keluarga yang terlalu sibuk
untuk mempertahankan hidup secara ekonomi mungkin untuk menunjukkan minat dalam
pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa remaja atau anak-anak
yang tinggal di panti asuhan adalah remaja atau anak-anak yang kebanyakan tidak beruntung,
keadaan ekonomi keluarga mereka lemah dan orang tua mereka kurang memperhatikan
Karakter remaja di panti asuhan berbeda dengan remaja pada umumnya, mereka kurang
mendapatkan perhatian dari orang tua mereka maupun dari pihak panti, hal itu disebabkan
pengasuh yang ada tidak cukup memadai untuk memperhatikan mereka secara maksimal.
Mereka mengalami kesulitan dalam melakukan hubungan interpersonal dengan orang lain, hal
itu disebabkan mereka jarang berkomunikasi dengan orang lain selain di lingkungan panti
tersebut, sehingga tidak jarang dari mereka merasa minder saat berhubungan dengan orang lain.
Mereka juga merasa enggan dan malu untuk menceritakan keadaan mereka dan kesulitan-
kesulitan apa yang mereka alami baik di dalam maupun di luar panti.
dan mengembangkan pribadi yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
dengan lingkungan dan etika pergaulan sosial yang dilandasi budi pekerti luhur dan
mengembangkan diri, sikap dan kebiasaan belajar yang baik untuk menguasai
pengetahuan dan keterampilan, sesuai dengan program belajar di sekolah dalam rangka
menyiapkannya melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi dan atau berperan
Pelayanan bimbingan karir ditujukan untuk mengenal potensi diri sebagai prasyarat
Kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan yang dapat dijadikan
sebagai salah satu wadah penyampaian informasi yang tepat mengenai masalah pendidikan,
pekerjaan, pemahaman pribadi, penyesuaian diri dan masalah hubungan antarpribadi. Ada
beberapa teknik bimbingan kelompok yang bisa digunakan, diantaranya pemberian informasi,
Teknik pemberian informasi akan digunakan untuk membahas materi tentang Mengenal
Diri Sendiri dan Orang Lain, Dasar-dasar Persahabatan, Perilaku yang Membantu Bergaul
dengan Orang Lain, Cara Mengatasi Malu Yang Berlebihan dan Bagaimana Memecahkan
Konflik Secara Konstruktif. Dengan teknik ini, anggota kelompok akan mendapatkan beberapa
informasi dalam kaitannya dengan proses peningkatan hubungan interpersonal. Dan dengan
teknik ini anggota kelompok juga akan memperoleh pemahaman mengenai materi yang dibahas
Persahabatan, Cara Mengatasi Malu yang Berlebihan dan Memecahkan Konflik Secara
Konstruktif. Dengan teknik dan materi ini, individu diajarkan bagaimana memecahkan masalah
secara sistematis. Anggota kelompok bisa menilai perubahan yang ada pada dirinya dan
lingkungannya, membuat pilihan baru atau keputusan yang selaras dengan tujuan dan nilai
hidupnya.
47
Dengan Baik. Teknik sosiodrama ditujukan untuk memecahkan masalah sosial yang timbul
dalam hubungan antar manusia. Hal ini sangat penting untuk dilakukan karena komunikasi
merupakan dasar bagi setiap individu dalam melakukan hubungan interpersonal. Jika individu
mengalami masalah dalam komunikasinya, maka hal itu juga akan menghambat hubungan
interpersonal mereka.
Keterampilan Sosial dan Mengenal dan Mempercayai Orang Lain. Dalam diskusi kelompok,
informasi yang diberikan. Melalui diskusi kelompok anggota kelompok akan dilatih untuk
menguasai keterampilan sosial dan bagaimana mereka mengenal dan mempercayai orang lain.
C. Remaja di Panti Asuhan
“Anak remaja sebetulnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Ia tidak termasuk golongan
anak, tetapi ia tidak pula termasuk golongan orang dewasa atau golongan tua. Remaja ada di
“Secara global, masa remaja berlangsung antara umur 12 dan 21 tahun, dengan pembagian
12-15 tahun: masa remaja awal, 15-18 tahun: masa remaja pertengahan, 18-21 tahun: masa
Menurut Hurlock (1997:206) “periode masa remaja sering disebut dengan istilah
Adolesence yang mempunyai arti luas mencakup kematangan intelektual, emosional, sosial, dan
fisik”.
48
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masa remaja dianggap telah
mulai ketika individu berumur dua belas tahun dan berakhir pada saat remaja berusia dua puluh
satu tahun. Masa ini diikuti dengan adanya kematangan remaja yang meliputi kematangan
intelektual, emosional, sosial, dan fisik yang membuat remaja lebih aktif menjalani proses
perkembangan dan pertumbuhan untuk menemukan identitas dan eksistensinya sebagai manusia
dewasa. Masa remaja merupakan masa peralihan atau transisi antara masa anak ke masa dewasa.
Masa remaja ini dialami oleh setiap individu sebagai masa yang paling sulit selama rentang
kehidupan. Dengan kata lain masa remaja merupakan masa pencarian identitas diri yang berjalan
untuk menemukan jati diri seperti yang diinginkan remaja untuk mempersiapkan diri menuju
dewasa.
Remaja yang hidup dan bertempat tinggal di panti asuhan, bisa dikategorikan sebagai
remaja yang tidak beruntung. Mereka kebanyakan berasal dari keluarga yang berlatar belakang
ekonomi lemah ataupun remaja yang sudah kehilangan orang tua, baik ayah, ibu, ataupun bahkan
keduanya. Kehidupan mereka sangat jauh berbeda bila dibandingkan dengan remaja yang pada
umumnya tinggal dengan orang tua mereka dan remaja yang semua kebutuhannya bisa
terpenuhi. Mereka harus bisa menerima keadaan dan kondisi mereka apa adanya. Bahkan,
dengan kondisi mereka yang seperti itu, untuk bisa makanpun mereka sudah sangat beruntung,
Menurut Baldwin (Tri Anni, 1994:24) : Anak yang tidak beruntung adalah anak yang
mempunyai perbedaan kultural -- suatu kondisi rasial, etnik, bahasa atau perbedaan secara phisik