You are on page 1of 18

Hubungan Antara Tingkat Pendidikan

dan Penghasilan Orang Tua


dengan Prestasi Belajar IPA Semester Satu
Siswa Kelas Tujuh SMP Cinde Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011

Penelitian Tindakan Kelas


(PTK)

Oleh
Nama Tri Laswi Kusumastuti
NIM 195811101979032004
Instansi SMP Cinde Semarang
Alamat Jalan Cinde Barat 27 Semarang

1
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), bahwa Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) merupakan hasil kegiatan manusi ayang berupa
pengetahuan, gagasan, dan konsep yang terorganisasi, tentang alam sekitar yang
diperoleh dari pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah, proses ini antara
lain meliputi penyelidikan, penyusunan dan pengujian gagasan-gagasan. Selain itu
mata pelajaran IPA adalah program untuk menanamkan dan mengembangkan
keterampilan, sikap dan nilai pada siswa, serta mencintai dan menghargai
kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.
Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) mata pelajaran IPA mencakup
bahan kajian tentang Biologi dan Fisika. Dalam pelaksanaannya antara mata
pelajaran Biologi dan Fisika terjadwal secara terpisah. Pada mata pelajaran
Biologi dipelajari pola interaksi komponen-komponen yang ada di alam serta
upaya-upaya manusia untuk mempertahankan keberadaannya di bumi. Sedangkan
pada mata pelajaran Fisika dipelajari benda dan energii serta keterkaitan antara
konsep dan penerapannya dalam kehidupan nyata.
Untuk mengetahui hasil belajar IPA dilakukan evaluasi pada mata
pelajaran Biologi dan Fisika. Evaluasi hasil belajar dapat dilaksanakan dalam
berbagai macam antara lain :
1. Ulangan harian KD (Kompetensi Dasar) yang dilakukan pada setiap
pokok bahasan setelah selesai diajarakn dalam bentuk ulangan biasa.
2. Ulangan Tengah Semester (UTS) yang dilakukan setiap 3 bulan sekali
secara terjadwal.
3. Ulangan Semester (US) yang dilaksanakan setiap 6 bulan sekali.
4. Ujian Akhir Sekolah (UAS) yang dilakukan secara serentak dengan
berpedoman pada prosedur operasional standar ujian sekolah pada akhir
tahun pelajaran bagi siswa 9 SMP.

2
5. Ujian Nasional (UN) yang dilakukan secara serentak dengan berpedoman
pada POS UN oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
Kementrian Pendidikan Nasional Republik Indonesia.
Pelaksanaan ke lima macam cara evaluasi belajar tersebut di atas akan
menghasilkan prestasi siswa dalam bentuk nilai ulangan harian, nilai UTS, nilai
US, nilai UAS dan nilai UN.
Nilai IPA siswa selain dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam
mengampu mata pelajaran dan kemampuan siswa dalam menerima pelajaran, juga
dipengaruhi oleh perhatian dan kepedulian orang tua dalam mendidik,
membimbing dan mengawasi siswa dalam pergaulan sehari-hari dengan
masyarakat serta dalam mempersiapkan siswa untuk memperoleh pendidikan
formal.
Namun sebagai guru bidang studi IPA di SMP Cinde Semarang, merasa
belum puas dengan hasil belajar siswa yang dicapai siswa tahun lalu. Pada tahun
pelajaran 2010/2011 nilai yang dicapai siswa semester I terendah 59 dan yang
tertinggi 75. Kenyataan akan hasil belajar yang masih rendah tersebut diatas
mendorong keinginan untuk meneliti mengapa ada nilai IPA SMP Cinde semester
I hasilnya kurang memuaskan?
Apabila ditinjau dari keberadaan SMP Cinde memang lokasi SMP Cinde
berada dipemukiman baru dengan komposisi penduduk yang heterogen yang
berasal dari berbagai latar belakang pendidikan maupun dari berbagai macam
mata pencaharian. Sebagaian besar penduduk yang putra-putrinya bersekolah di
SMP Cinde pada kelas 7 ini, pendidikannya hanya sampai sekolah dasar yaitu
52,88%, lulusan SMP sebesar 19,94% dan lulusan SMA/SMK sebesar 25,82%.
Sedangkan mata pencahariannya sangat bervariasi. Sebagian besar bekerja
disektor informal yaitu sebesar 99,02%. Seperti wiraswasta industri kecil
(pembuat tempe, tahu, dan tauge), pedagang kecil di pasar Mrican, pasar
Peterongan dan pasar Gayamsari, serta pedagan sayur keliling, tukang batu,
tukang kayu, pekerja pabrik, sopir angkutan, maupun pramuwisma. Dengan
penghasilan terbesar Rp. 2.000.000/bulan dan penghasilan terkecil Rp.
200.000/bulan. Hanya sebagian kecil saja yang bekerja di sektor formal, yaitu

3
sbesar 0,98%. Diantaranya adalah menjadi PNS dan karyawan instansi lainnya.
Dengan penghasilan terbesar Rp. 4.215.000/bulan dan penghasilan terkecil Rp.
2.500.000/bulan.
Mengingat lokasi SMP Cinde yang berada di pemukiman penduduk
dengan tingkat kehidupan yang relatif bervariasi maka SMP Cinde yang didirikan
oleh Yayasan Cinde Semarang pada tahun 1980 harus menyesuaikan misi yang
diemban dengan lingkungan di sekitarnya yaitu bertujuan untuk melayani
pendidikan anak-anak yang berasal dari masyarakat dan sekitarnya dengan sistem
seleksi calon siswa secara proporsional, yaitu dismaping memperhatikan nilai UN
juga kondisi sosial ekonomi siswa.
Bertitik tolak dari latar belakang tingkat pendidikan dan mata pencaharian
orang tua siswa yang heterogen dan bervariasi serta nilai IPA siswa kelas 7 SMP
Cinde yang hasilnya kurang memuaskan maka perlu dilakukan suatu penelitian
awal untuk mengetahui hubungan antara tingkat pendidikandan penghasilan orang
tua dengan hasil belajar anak. Adapun judul penelitian yang akan dibahas adalah
“Hubungan Antara Tingkat Pendidikan Dan Penghasilan Orang Tua dengan
Prestasi Belajar IPA Semester Satu Siswa Kelas Tujuh SMP Cinde Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011”.

B. Penegasan Istilah
Untuk menghindari perbedaan penafisran maka perlu dijelaskan istilah
yang terdapat dalam penelitian ini, antara lain :
1. Tingkat pendidikan orang tua adalah pendidikan terakhir ayah atau
pendidikan terakhir ibu (dipilih salah satu yang tertinggi) dari siswa kelas
7 SMP Cinde Semarang.
2. Penghasilan orang tua adalah hasil jerih payah ayah dan atau ibu yang
berupa penghasilan setiap bulan.
3. Prestasi hasil belajar IPA siswa kelas 7 SMP adalah nilai hasil belajar Ilmu
Pengetahuan Alam yang mencakup bahan kajian tentang Biologi dan
Fisika yang dicapai siswa kelas 7 pada semester I tahun pelajaran
2010/2011.

4
C. Permasalahan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka pokok permasalahan yang akan
dibahas adalah :
Adakah hubungan antara tingkat pemdidikan dan penghasilan orang tua dengan
prestasi hasil belajar IPA siswa kelas 7 SMP Cinde Semarang tahun pelajaran
2010/2011.

D. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui hubungan antara tingkat pemdidikan dan penghasilan
orang tua dengan prestasi hasil belajar IPA siswa kelas 7 SMP Cinde Semarang
tahun pelajaran 2010/2011.

E. Sistematika Laporan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)


Untuk mempermudah dalam memahami isi laporan penelitian ini maka
perlu disusun sistematikanya. Adapun sistematika penelitian ini terdiri dari bagian
awal, bagian isi dan bagian akhir.
Bagian awal berisi halaman judul, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar
tabel, dan daftar lampiran.
Bagian isi dibagi menjadi lima bab yakni :
1. Bab 1 Pendahuluan, berisi latar belakang, penegasan istilah, permasalahan,
tujuan penelitian, dan sistematika laporan penelitian.
2. Bab II Landasan Teori, berisi teori belajar, faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar, hubungan tingkat pendidikan orang tua
terhadap hasil belajar, hubungan tingkat penghasilan orang tua terhadap
hasil belajar, hubungan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan orang
tua dengan prestasi siswa dan hipotesis.
3. Bab III Metode Penelitian, berisi populasi dan sampel, variabel penelitian,
metode pengumpulan data dan metode analisis data.
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan
5. Bab V Pentup, berisi simpulan dan saran
Bagian akhir, berisi daftar pustaka dan lampiran.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Teori Belajar
A.1. Pengertian Belajar
Menurut Fontana dalam Udin S. Winataputra dan Tita Rosita (1995:2),
learning (belajar) mengandung pengertian proses perubahan yang relatif tetap
dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman.
Definisi tersebut memusatkan perhatian dalam tiga hal :
a. Bahwa belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku
individu.
b. Bahwa perubahan itu harus merupakan buah dari pengalaman.
c. Bahwa perubahan itu terjadi pada perilaku individu yang mungkin.
Melengkapi pendapat tentang pengertian belajar, menurut Crobach dalam
Parson, dkk (1990: 2-29) mengatakan bahwa belajar adalah hasil (karena)
pengalaman. Belajar yang sesunguhnay adalah belajar karena proses
mengalami, menjelajahi sesuatu lewat organ-organ kita, seperti observasi,
eksperimen, diskusi dan sebagainya. Jadi dengan demikian organ-organ
khususnya indera terlatih.
Sejalan dengan pendapat di atas menurut Harold Spears, dalam Parsono
dkk (1990: 2-29), belajar adalah mengobservasi, membaca, meniru, mencoba,
mendengarkn dan mengkuti arah.
Sedangkan menurut Mc. Geoh dalam Parsono dkk (1990: 2-29), belajar
adalah adanya perubahan dalam penampilan sebagai hasil (akibat) dari praktek
(menjalankan suatu kegiatan/aktifitas).
Dari beberapa pendpat di atas dapat ditarik pokok-pokok pengertian
bahwa belajar akan membawa (berakibat adanya) perubahan perilaku secara
aktual maupun potensial. Dengan belajar seseorang akan memperoleh
kecakapan baru dan perubahan perilaku dan kecakapan baru itu didapatkan
lewat suatu usaha.

6
A.2. Prinsip-Prinsip Belajar
Menurut Rothwall dalam Udin S. Wiranataputra dan Tita Rosita
(1995:24), prinsip-prinsip belajar adalah sebagai berikut :
a. Prinsip kesiapan
Proses belajar dipengaruhi kesiapan siswa. Kesiapan adalah kondisi
individu yang memungkinkan ia belajar. Yang termasuk kesiapan ini ialah
kematangan dan pertumbuhan fisik, intelegensi latar belakang
pengalaman, hasil belajar yang baku, motivasi, persepsi dan faktor-faktor
lain yang memungkinkan seseorang belajar.
b. Prinsip Motivasi
Motivasi adalah suatu kondisi dari pelajar untuk memprakarsai kegiatan,
mengatur arah kegiatan itu dan memelihara kesungguhan. Secara alami
anak-anak selalu ingin tahu dan melakukan kegiatan penjajakan dalm
lingkungannya. Rasa ingin tahu ini seyogyanya didorong dan bukan
dihambat dengan memberikan aturan yang sama untuk semua anak.
c. Prinsip Persepsi
Persepsi adalah interprestasi tentang situasi yang dihidupkan. Persepsi itu
mempengaruhi perilaku individu. Seorang guru akan dapat memahami
cara seseorang melihat suatu situasi tertentu.
d. Prinsip Tujuan
Tujuan harus tergambar jelas dalam pikiran dan diterima oleh pelajar pada
saat proses belajar terjadi. Tujuan ialah sasaran khusus yang hendak
dicapai oleh seseorang.
e. Prinsip Perbedaan Individual
Proses pengajaran seyogyanya memperhatikan perbedaan individual dalam
kelas sehingga dapat memberikan kemudahan pencapaian tujuan belajar
yang setinggi-tingginya. Seorang guru perlu memahami latar belakang,
emosi, dorongan, dan kemampuan individu dan menyesuaikan materi
pelajaran dan tugas-tugas belajar kepada siswa.

7
f. Prinsip Transfer dan Retensi
Adapun yang dipelajari dalam suatu situasi pada akhirnya digunakan
dalam situasi lain. Proses tersebut dikenal sebagai proses transfer,
kemampuan seseorang untuk menggunakan lagi hasil belajar disebut
retensi.
g. Prinsip Belajar Kognitif
Belajar kognitif mencakup asosiasi antar unsur, pembentukan konsep,
penemuan masalah dan ketrampilan memecahkan masalah yang
selanjutnya membentuk perilaku baru. Berfikir, menalar, menilai dan
berimajinasi merupakan aktifitas mental yang berkaitan dengan proses
belajar kognitif.
h. Prinsip Belajar Efektif
Belajar efektif mencakup niali emosi, dorongan, minat, dan sikap. Dalam
banyak hal pelajar mungkin tidak menyadari belajar efektif. Sesungguhnya
proses belajar efektif meliputi dasar yang asli dan merupakan bentuk dari
sikap, emosi, dorongan, minat dan sikap individu.
i. Prinsip Belajar Psikomotor
Proses belajar psikomotor individu menentukan bagaimana ia mampu
mengendalikan aktifitas ragawinya. Belajar psikomotor mengandung
aspek mental dan fisik.
j. Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan latiahan evaluasi memungkinkan bagi individu untuk menguji
kemajuan dalam pencapaian tujuan. Penilaian individu terhadap proses
belajarnya dipengaruhi oleh kebebasan untuk menilai. Evaluasi mencakup
kesadaran individu mengenai penampilan, motivasi belajar, dan kesiapan
untuk belajar.

B. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar


Hasil belajar merupaka bukti keberhasilan yang telah dicapai seseorang.
Selain itu hasil belajar juga merupakan hasil yang telah dicapai seorang siswa
setelah mengadakan suatu kegiatan belajar yang terwujud dalam bentuk nilai hasil

8
belajar. Nilai hasil belajar dapat berupa nilai harian, nialai UTS, niali US, nilai
UAS dan nilai UN.
Ujian Nasional (UN) ialah Ujian Nasional yang materi dan
penyelenggaranya diatur secara nasional. Kegunaan UN adalah untuk kepentingan
strategi pembinaan pendidikan terutama pemenuhan fasilitas pendidikan dalam
proses belajar mengajar dikelas 9 sebagai salah satu komponen penentu nilai
SKHUN dan penentu peringkat seleksi penerimaan siswa baru ke peringkat
sekolah yang lebih tinggi.
Menurut Parsono, dkk (1990: 2-35), keberhasilan belajar seseorang
ditentukan atau dipengaruhi oleh beberapa faktor, yakni faktor dari anak (siswa)
dan faktor luar dari anak.
B.1. Faktor dari anak (pelajar)
Faktor anak itu sendiri meliputi faktor fisiologis dan faktor psikologis.
a. Faktor fisiologis, meliputi faktor kesehatan fisik pada umumnya dan
kesehatan indera pada khususnya. Sehat fisik artinya tidak cacat tubuh
(tuna daksa). Sehat indera artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan
sebagainya. Secara singkat keberhasilan (prestasi belajar) dipengaruhi oleh
kesehatan fisiknya.
b. Faktor psikologis, keberhasilan belajar juga dipengaruhi oleh suasana
psikologis pelajar. Diantara faktor psikologis yang memegang peran
penting terhadap keberhasilan belajar antara lain adanya :
1) Sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki sesuatu.
2) Sifat yang kreatif, inovatif dan akseleratif (sifat perubahan dan maju).
3) Motivasi untuk mendapatkan simpati dan penghargaan baik dari
sekolah, guru dan orang tua.
4) Sifat kompetitif (persaingan sehat) antara pribadi dalam meraih prestasi
belajar.
5) Suasana tenang, senang dan rasa aman apabila menguasai pelajaran
secara baik dan berprestasi tinggi.

9
B.2. Faktor luar diri anak
Faktor luar diri anak terdiri atas dua golongan yakni faktor instrumental dan
faktor lingkungan.
a. Faktor Instrumental
Faktor instrumental sebenarnya juga faktor lingkungan, tetapi faktor ini
adalah faktor lingkungan yang diciptakan oleh manusia, termasuk antara
lain perpustakaan, laboratoeium, sarana dan prasarana (alat secara
material) dan ganjaran hukuman (alat pendidikan bersifat psikologis).
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan yang berpengaruh dalam pendidikan adalah
leingkungan sosial dan faktor nonsosial (alamiah). Lingkungan sosial
meliputikeluarga, ruang lingkup sekolah dan masyarakat sekitarnya.
Sedangkan faktor nonsosial (alamiah) meliputi musim, cuaca, dan
kelembaban udara.

C. Hubungan Tingkat Pndidikan Orang Tua dengan Prestasi Hasil Belajar


Siswa
Menurut Fuad Ihsan (1996: 57-58) keluarga adalah merupakan lembaga
pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah
manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara
pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan
berkembangnya watak, budi pekerti dan keperibadian tiap manusia. Pendidikan
yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar
untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Dalam rangka pelaksanaan pendidika nasional, peranan keluarga sebagai
lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Perana keluarga terutama
dalam penanaman sikap dan nilai hidup, pengembangan bakat dan minat serta
pembinaan bakat dan kepribadian. Sehubungan dengan penanaman nilai-nilai
pancasila, niali-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dimulai dalam
keluarga. Agar keularga dapat memainkan peran tersebut, keluarga perlu juga
dibekali dengan pengetahuan dan ketrampilan dalam pendidikan anak. Tanggung

10
jawab pendidikan yang perlu disadarkan dan dibina oleh kedua orang tuan
terhadap anak antara lain sebagai berikut :
a. Memelihara dan membesarkannya. Tanggung jawab ini merupakan dorongan
alami untuk dilaksanakan, karena anak memerlukan makan, minum, dan
perawatan agar ia hidup secara berkelanjutan.
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmani maupun
rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat
membahayakan dirinya.
c. Mendidik dengan berbagai ilmu pengetahuan dan ketrampilan yang berguna
bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan
membantu orang lain.
d. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah sebagai tujuan akhir hidup
muslim.
Kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak antara
suami dan istri sangat mutlak diperlukan. Bagi suami yang mmpunyai kelebihan
ilmu fan ketrampilan mendidik, harus mengajarkan kepada istrinya dan begitu
pula sebaliknya. Dengan demikian antara suami dan istri saling menutup
kelemahannya. Cara mendidik anak dengan menyerahkan sepenuhnys kepada istri
rasanya tidak tepat lagi, mengingat tugas dan tanggung jawab istri dalam keluarga
sekarang tampaknya semakin berat. Apalagi bagi keluarga yang keduanya harus
bekerja di luar rumah.
Dalam konsep pendidikan moderen, kedua orang tua harus sering
berjumpa dan berdialog dengan anak-anaknya. Pergaulan dalam keluarga harus
terjalin secara mesra dan harmonis. Kekurangakraban kedua orang tua dengan
anak-anaknya dapat menimbulkan kerenggangan kejiawaan yang dapat
menjerumuskan kepada kerenggangan secara jasmaniah, misalnya anak kurang
betah di rumah dan lebih senang berada di luar rumah dengan teman-temannya.
Keadaan pergaulan yang kurang terkontrol ini akan memberikan pengaruh yang
kurang baik bagi perkembangan pribadinya, karena kedua orang tuanya jarang

11
memberi pengarahan dan nasihat. Akbiabt yang lebih parah dalah anak lebih dekat
dengan teman-temannya daripada kedua orang tuanya.
Menurut Ngalim Purwanto (1993:88) pendidikan orang tua terhadap anak-
anaknya adalah pendidikan yang berdasarkan kepada rasa kasih sayang terhadap
anak-anak dan yang diterima dari kodrat. Orangg tua adalah pendidik sejati,
pendidik karena kodratnya. Maka kasih sayang orang tua terhadap anak-anak
hendaklah kasih sayang yang sejati pula. Yang berarti pendidik atau orang tua
mengutamakan kepentingan dan kebutuhan anak-anak dengn mengesampingkan
keinginan dan kesenangan sendiri. Dalam hal ini hendaknya kita harus ingat pula
bahwa pendidikan berdasarkan kasih sayang saja kadang-kadang mendatangkan
bahaya. Kasih sayang harus dijaga jangan sampai berubah menjadi memanjakan.
Kasih sayang harus dilengkapi dengan pandangan yang sehat tentang sikap kita
terhadap anak.

D. Hubungan Tingkat Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Hasil Belajar


Siswa
D.1. Hubungan Ibu Bekerja denga Pendidikan Anak
Menurut Parsono dkk (1990:6), dalam perkembangan saat ini dapat
dikatakan baik di desa maupun di kota tampak bahwa ibu juga berperan
sebagai pencari nafkah. Dipasar, di kantor, di persawahan ibu-ibu ikut bekerja
untuk mencukupi kebutuhan kelauarga. Ibu-ibu yang bekerja memang sangat
berat sebab disamping mengurus keluarga dabb mendidk danak masih harus
mencari tambahan penghasilan. Tujuan ibu bekerja sebetulny tidak hanya
eksistensinya terhadap pekerjaan saja, namun jauh lebih berat adalah tugas dan
tanggung jawab ibu sebagai ibu rumah tangga atau pendidik dalam keluarga.
Dampak ibu bekerja terhadapa anak sangatlah luas yaitu menyangkut
kesehatan, keamanan, kebahagiaan dan pendidikan anak.
D.2. Hubungan Penghasilan Ayah dengan Pendidikan Anak
Tugas ayah sebagai pencari nafkah merupaka tugas yang sangat penting
dalam keluarga. Penghasilan yang cukup dalam keluarga mempunyai dampak
yang baik sekali dalam keuarga. Penghasilan yang belum cukup menyebabkan

12
kehidupan keluarga kurang lancar. Kuat lemahnya sosial ekonomi keluarga
tergantung dari penghasilan ayah. Sebab segala segi kehidupan dalam
keluarga perlu biaya untuk sandang, pangan, perumahan, pengobatan dan
pendidikan. Untuk itu ayah harus mempunyai maya penccaharian yang tetap
dan hasilnya dapat digunakan untuk kebutuhan keluarga.

E. Hubungan Pendidikan dan Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Hasil


Belajar Siswa
Di sekolah siswa melakukan kegiatan belajar karena termotivasi oleh suatu
kebutuhan yaitu prestasi hasil belajar. Motivasi belajar siswa tidak lepas dari
adanya rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri siswa. Salah satu
rangsangan yang dapat berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa adalah faktor
keluarga yaitu dorongan semangat belajar terutama dari kedua orang tua. Cara-
cara mendidk yang dilakukan orang tua akan mempengaruhi tumbuh dan
kembangnya watak budi pekerti dan kepribadian siswa.
Untuk membentuk watak, budi pekerti dan kepribadian anak supaya
mempunyai kesadaran dan kewajiban belajar, maka orang tua perlu membekali
diri denagan pengetahuan dan ketrampilan dalam pendidikan anak adalah dengan
selalu meningkatkan pendidikan. Dengan tingkat pendidikan yang tinggi orang tua
akan dapat menyesuaikan diri dengan mengikuti perkembangan dalam
memberikan perhatian dan kepedulian terhadap kegiatan belajar anak.
Dengan demikian untuk memotivasi siswa supaya prestasi belajarnya
meningkat, diperlukan adanya perhatian dan kepedulian orang tua terhadap
kegiatan belajar siswa, akan meningkat apabila didukung dengan tingkat
pendidikan orang tua yang tinggi.
Dorongan semangat belajar siswa selain memerlukan perhatian dan
kepedulian orang tua juga berkaitn denga pemenuhan fasilitas belajar siswa dan
biaya sekolah lainnya. Biaya pendidikan bagi siswa tersebut harus didukung
dengan tingkat penghasilan orang tua yang tinggi. Dengan tingkat penghasilan
yang tinggi maka orang tua akan dapat memenuhi segala kebutuhan hidup
keluarga, termasuk kebutuhan utnuk memenuhi biaya pendidikan bagi anaknya.

13
Dengan demikian untuk memotivasi siswa supaya prestasi hasil belajarnya
meningkat harus didukung dengan perhatian dan kepedulian orang tua dalam
memenuhi fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya. Untuk memenuhi
biaya pendidikan bagi siswa tersebut maka harus didukung dengan tingkat
penghasilan orang tua yang tinggi.
Tinggi rendahnya prestsi belajar siswa berhubungan dengan tingkat
pendidikan dan tingkat penghasilan orang tua. Karena dengan adanya tingkt
pendidika dan tingkat penghasilan yang tinggi diharapkan orang tua selain akan
memberikan perhatian dan kepedulian terhadap kegiatan belajar siswa juga akan
dapat memenuhi fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya, yang pada
gilirannya dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya.
Sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang rendh dan tingkat penghasilan yang
rendah dari orang tua maka selain dapat mengurangi perhatian dan kepedulian
orang tua terhadap kegiatan belajar siswa juga akan dapat mengurangi pemenuhan
kebutuhan atau fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya. Sehingga akan
menurunkan motivasi belajar yang pada gilirannya akan mengurangi prestasi
belajar siswa.

F. Hipotesis
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini : Tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan dari orang tua
mempunyai hubungan dengan prestasi belajar yang berupa nilai IPA siswa kelas 7
SMP Cinde Semarang.

14
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel


Penelitian dilakukan pada semester I di SMP Cinde Semarang
1. Populasi
Populasi dalam penelitian adalah semua siswa kelas 7 SMP Cinde Semarang
Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 153 siswa yang terbagi dalam empat
kelas.
2. Sampel
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini kurang lebih sebesar 25% dari
populasi yaitu sebanyak 40 siswa. Pengambilan sampel dilaksanakan dengan
teknik random sampling yaitu pengambilan sampel secara acak ang sesuai
dengan nomer urut siswa yang sudah didaftar. Undian dilakukan dengan cara
menyediakan kertas yang dipotong-potong sebanyak 153 potong. Masing-
masing kertas ditulis nomor 1,2,3 sampai dengan 153. Kemudian kertas
bernomor tersebut digulung kecil dan dimasukkan ke dalam botol yang sudah
disiapkan. Selanjutnya botol dikocok-kocok, gulungan dikeluarkan satu
persatu sampai sebanyak 40 gulungan. Dengan demikian nomer dalam
gulungan kertas yang keluar dari botol merupakan daftar siswa yang terpilih
sebagai sampel.

B. Variabel Penelitian
Variabel yang diungkapkan dalam penelitian ini adalah :
1. Variabel bebas (Independent Variabel)
Variabel yang mempengaruhi data yang ditekiti yang meliputi 2 variabel
bebas yaitu ;
a. Pendidikan terakhir orang tua (ayah atau ibu) dipilih salah satu yang
tertinggi dan dinyatakan sebagai variabel x1.
b. Penghasilan orang tua (ayah dan atau ibu) tiap bulan dan dinyatakan
sebagai variabel x2.

15
2. Variabel tergantung (Dependent Variabel)
Adapun yang menjadi variabel tergantung adalah nilai IPA semester I siswa
kelas 7 SMP Cinde Semarang dan dinyatakan sebagai variabel y.
3. Variabel kendali
Adapun yang menjadi variabel kendali adalah guru bidang studi dan metode
pembelajaran serta fasilitas belajar siswa di sekolah.
4. Variabel rambang
Adapun yang menjadi variabel rambang adalah umur siswa dan jenis kelamin
siswa.

C. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode dokumentasi dan metode angket.
1. Metode Dokumentasi
Digunakan untuk mengambil data berupa niali IPA siswa kelas 7 SMP Cinde
Semarang dari daftar nilai rapor semester I tahun pelajaran 2010/2011.
2. Metode Angket
Digunakan untuk mengumpulkan data tingkat pendidikan dan penghasilan
orang tua.

D. Metode Analisis Data


Langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data dalah sebagai
berikut :
1. Persiapan Data
Kegiatan dalam persiapan data adalah melakukan pengecekan terhadap
beberapa data baik yang berupa tingkat pendidikan dan penghasilan orang tua
sebagai variabel bebas maupun nilai IPA siswa kelas 7 SMP Cinde Semarang
sebagai variabel tergantung yang sangat diperlukan dalam pengolahan data
supaya lebih lengkap.
2. Tabulasi Data

16
Kegiatan tabulasi data ini antara lain memberikan skor terhadap variabel yang
perlu diberi skor. Ada pun variabel yang perlu diberi skor adalah :
a. Pendidikan terakhir orang tua sebagai variabel bebas pertama sesuai dengan
tingkat pendidikannya, pendidikan terakhir ayah dan ibu dapat diberi skor
sebagai berikut :
1) Tidak lulus / lulus SD dengan skor 1
2) Lulus SMP dengan skor 2
3) Lulus SMA/SMK dengan skor 3
4) Lulus Perguruan Tinggi dengan skor 4
b. Penghasilan orang tua (ayah dan atau ibu) sebagai variabel bebas ke 2 dapat
di skor sebagai berikut :
1) Kurang dari Rp. 6000.000 dengan skor 1
2) Rp. 600.000 s/d kurang dari Rp. 900.000 dengan skor 2
3) Rp. 900.000 s/d kurang dari Rp. 1.200.000 dengan skor 3
4) Rp. 1.200.000 ke atas dengan skor 4
3. Analisis Data
a. Analisis korelasi ganda
Data yang diperoleh dianalisa dengan analisis ganda. Menurut Sudjana
(1996:385) rumus yang digunakan dalam analisis korelasi ganda adalah
sebagai berikut :

r 2 y 1 +r 2 y 2−2 r y 1 r y 2 r 12
RY 12=

dimana :
√ 1−r 2 .12

Ry12 = koefisien korelasi ganda


ry1 = koefisien korelasi x1 dengan y
ry2 = koefisien korelasi x2 dengan y
ry12 = koefisian korelasi x1 dengan x2
Keterangan :
x1 = skor pendidikan terkhir orang tua (ayah atau ibu)
x2 = skor penghasilan orang tua (ayah dan atau ibu)
y = nilai semester I kelas 7 SMP

17
Selanjutnya untuk menghitung koefisien korelasi ry1, ry2, dan r12 menurut
Sudjana (1996:369) masing-masing dihitung dengan rumus :
n ∑ x 1 y 1−( ∑ x 1)( ∑ y 1 )
r=
√ {n ∑ x . −(∑ x ) . }{n ∑ y . −(∑ y ) . }
1
2
1
2
1
2
1
2

Dimana :
r = koefisien korelasi x1 dan y1
n = jumlah sampel
x1 = skor item
y1 = skor item

Hipotesis yang adak diuji adalah


H0 = ry12 = 0
H1 = ry12 ≠ 0
Kriteria pengujian H0 ditolak dan H1 diterima jika R hiting > R tabel.

b. Uji keberartian korelasi ganda


Untuk mengetahui keberartian korelasi ganda yang digunakan. ,enurut
Sudjana (1996 : 383) uji keberartian ganda dapat dihitung dengan rumus :
R2
k
F=
( 1−R 2 )
( n−k −1 )
Dimana :
R = koefisien korelasi ganda
k = banyaknya variabel bebas
n = jumlah sampel

c. Koefisien determinasi
Untuk mengetahui presentase antara pendidikan terakhir dan penghasilan
orang tua dengan nilai IPA siswa kelas 7 SMP dapat dihitung sebagai berikut :
Koefisien determinasi = r2 x 100 %

18

You might also like