You are on page 1of 461

PENJELASAN TEMA KONGRES XXV

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

“MEMBANGUN HMI BARU DAN MASA DEPAN BANGSA”


Oleh Kongres XXV HMI

“Change is the only evidence of life” (“Perubahan adalah satu-satunya bukti


kehidupan”),
--Evelyn Waugh (esayist).

“Life belongs to the living, and he who lives must be prepared for
changes”,
--Johann Von Goethe (budayawan).

“Bukanlah yang terkuat yang akan terus hidup, melainkan yang


paling adaptif.”
--Charles Darwin (Ilmuwan)

“The ultimate measure of a man is not where he stands in moments of


comfort and convenience, but where he stands at times of challenge and
controversy”.
--Martin Luther King (pejuang HAM kulit hitam)
2
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
H impunan Mahasiswa Islam lahir 14 Rabiul Awal 1366 Hijriah, bertepatan
dengan 5 Februari 1947 Masehi. Dus, pada 14 Rabiul Awal 1427 (kira-kira 14
Maret 2006) HMI genap berusia 61 tahun (hijriah) dan 5 Februari 2006 tepat
berusia 59 tahun (masehi). Suatu usia yang cukup berumur dan tentu saja
mengundang sejumlah konsekuensi. Bagaimanakah kondisi HMI dalam usianya
yang telah menginjak 61/59 tahun tersebut? Banyak instrumen analisa dan
perspektif yang dapat kita gunakan untuk memahami kondisi HMI saat ini,
diantaranya adalah arkeologi dan geneologi pengetahuan yang diperkenalkan oleh
Michel Foucault. 1

Metode arkeologi memfokuskan kajian pada pernyataan atau wacana dengan sistem
prosedur yang memproduksi, mengatur, mendistribusi, mensirkulasi, dan
mengoperasikannya. Mengupas wacana sebagai suatu sistem ‘internal’ dengan
‘prosedur-prosedurnya’ yang teratur. Sedangkan geneologi memberikan pusat
perhatian pada hubungan timbal balik antara sistem kebenaran
(pernyataan/wacana) dengan sistem kuasa (mekanisme yang didalamnya suatu
“rezim politis” memproduksi kebenaran). Geneologi tidak berusaha menegakkan
pondasi-pondasi epistemologis yang istimewa, tapi ia mau menunjukkan bahwa asal-
usul apa yang kita anggap rasional, pembawa kebenaran, berakar dalam dominasi,
penaklukan, hubungan kekuatan-kekuatan atau dalam suatu kata, kuasa. 2

Dengan menggunakan perspektif arkelogi dan geneologi pengetahuan, berarti kita


akan melihat realitas HMI saat ini sebagai suatu realitas wacana/sistem pengetahuan
dimana di dalam sistem wacana/pengetahuan tersebut terdapat prosedur-prosedur
yang memegang kendali atas proses produksi, pengaturan, pendistribusian,
pensirkulasian, dan pengoperasian sistem wacana/pengetahuan tersebut serta
terdapat sistem kuasa atau relasi kuasa yang mengukuhkan sistem
wacana/pengetahuan tersebut. Prosedur-prosedur tersebut kemudian kita sebut

1
Michel Foucault lahir pada 15 Oktober 1926 di Pointers, Perancis. Ia menempuh pendidikan di ENS
(Ecole Normale Superieme) Universitas Sorbornne, Paris. Dia menulis banyak karya yang mengejutkan,
diantaranya Histoire de la folie a l ‘age classiqe: Une archeologie du regard medical (Lahirnya Klinik: Sebuah
Arkeologi tentang Tatapan Medis) (PUF, 1963); Les Mots et les Choses: Une archeologie des sciences
humaines (Kata-kata dan benda-benda: Sebuah Arkeologi tentang Ilmu-Ilmu Manusia) (Gallimard, 1966);
L ‘archeologie du Savoir (Arkeologi Pengetahuan) (Gallimard, 1969); Surveiller et Punir: Naissance de la
Prison (Menjaga dan Menghukum: Lahirnya Penjara) (Gallimard, 1974): dan trilogi Histoire de la Sexualite
(Sejarah Seksualitas) (Gallimard, 1976-1984). Serta sebuah esai terkenal Nietzsche, Genealogy, History
(1971).
2
A. Widyarsono, Sekilas Mengenal Michel Foucault, dalam Pendahuluan buku P. Sunu Hardiyanta,
Michel Foucault Disiplin Tubuh Bengkel Individu Modern, LkiS, Yogyakarta, 1997, hal 10-11. Contoh
penerapan arkeologi dan geneologi pengetahuan adalah kajian Simon Philpott terhadap wacana politik
Indonesia, ia menemukan bahwa wacana politik Indonesia dikendalikan oleh (relasi kuasa) pertama,
faktor dekolonisasi, perang dingin, dan peran Amerika Serikat di Indonesia. Kedua, kehadiran teks-teks
hegemonik yang dilahirkan para Indonesianis, yang hadir di awal kemunculan kajian politik Indonesia,
yang kemudian membentuk rezim kajian. Faktor-faktor tersebut menghasilkan wacana politik Indonesia
menjadi elitis, historisis, orientalis, dan terjebak dalam nalar realis yang spasial. Lihat Simon Philpott,
Meruntuhkan Indonesia: Politik Postkolonial dan Otoritarianisme, penerjemah Nuruddin Mhd Ali & Uzair
Fauzan, LkiS, Yogyakarta 2003.
3
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
sebagai fundamental codes of cultures 3 yang mewakili dimensi “nalar” dan relasi kuasa
mewakili dimensi politis.

Konsekuensi dari perspektif ini adalah bahwa realitas HMI saat ini tidaklah
merupakan suatu realitas yang terbentuk dengan sendirinya melainkan terbentuk
melalui proses diskursif dimana terjadi proses pengukuhan fundamental codes of
cultures dan relasi kuasa tertentu dan proses peminggiran fundamental codes of
cultures dan relasi kuasa yang lainnya. Fundamental codes of cultures dan relasi kuasa
tersebut kemudian “berwenang” menentukan mana fakta-fakta sosial dan
pengetahuan yang dapat terus eksis, bahkan muncul sebagai “pemenang” dan
menjadi mainstream (arus utama) atau mendominasi “wajah” realitas namun juga
ada fakta-fakta sosial dan pengetahuan yang jadi “pecundang” dan terpinggirkan
(pheripheri) sehingga ia bisa jadi hanya berupa bercak saja atau malah benar-benar
tersamar dari “wajah” realitas. Contohnya, di HMI berkembang beragam wacana
keagamaan, wacana keagamaan yang modern-moderat-inklusif nampaknya
merupakan “pemenang” dan wacana keagamaan yang tradisional-radikal-eksklusif
merupakan “pecundang”, tetap berkembang namun tidak menjadi mainstream.
Contoh lain, frame berpikir political oriented merupakan “pemenang”, sementara
frame berpikir yang berorientasikan profesi adalah “pecundang”. Kemudian,
orientasi politik-struktural merupakan “pemenang”, dan orientasi politik-kultural
merupakan “pecundang”. Semangat ketergantungan terhadap senior/alumni adalah
“pemenang” dan semangat independen/mandiri adalah “pecundang”, serta masih
banyak contoh lainnya yang menentukan siapa pemenang dan pecundangnya
merupakan “kewenangan” atau tergantung “selera” fundamental codes of cultures dan
relasi kuasa.

Ketika sistem pengetahuan tersebut dengan fundamental codes of cultures dan relasi
kuasa yang dimilikinya sudah demikian eksis dan tidak ada perlawanan
terhadapnya, maka anggota HMI saat ini sesungguhnya tidak lebih dari robot-robot
yang digerakkan secara otomatis oleh fundamental codes of cultures dan relasi kuasa
tersebut. Ia dideterminasi cara berpikir dan tindakannya oleh fundamental codes of
cultures dan relasi kuasa tersebut.

Dus, anggota HMI tidak lebih sebagai pelanjut tradisi tanpa inovasi. Sebagai pelanjut
saja dari senior-seniornya, maka wajar saja bila istilah-istilah seperti “bagaimana
senior? apa perintahnya”, “adinda terserah senior saja” dan sebagainya menjadi
cukup populer di HMI. Istilah-istilah tersebut, secara ekstrim menggambarkan
hubungan patron-client (tuan-hamba) antara senior (alumni) dan anggota HMI.

3
Secara bebas kita bisa menterjemahkan fundamental codes of cultures sebagai kaidah-kaidah dasar yang
mengendalikan suatu kebudayaan. Dia juga dapat diartikan sebagai logika dasar atau nalar yang
membentuk pola pikir dan pola tindakan suatu komunitas. Fundamental codes of cultures dapat
diibaratkan suatu rel dan kereta api adalah pernyataan dan tindakan suatu komunitas. Fundamental codes
of cultures tidak nampak di permukaan namun pernyataan-pernyataan yang dihasilkan suatu komunitas
bila dianalisa lebih dalam melalui suatu metode tertentu akan menggambarkan keberadaan fundamental
codes of culture-nya dengan sangat jelas.
4
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Fundamental codes of cultures dan relasi kuasa ada yang buruk, dan tentu ada juga
yang baik. Namun pasti ada fundamental codes of cultures dan relasi kuasa (yang
buruk) yang menyebabkan kader HMI saat ini demikian pasrah pada “memory of the
past”, pada kenangan masa lalu. Menggantungkan eksistensinya pada “kebesaran
seniornya”, “berlindung di balik keagungan sejarah HMI” yang tidak pernah
dibuatnya namun ia terus asyik memparasitkan diri menghisap “keberkahan”
darinya. Inilah potret kader HMI yang kehilangan kritisismenya, tuli terhadap
“memory of the future” (cita-cita masa depan) dan mengambil sikap ‘resist to change’,
menolak perubahan. Kader HMI lupa bahwa pernyataan senior/masa lalu memang
ada benarnya namun banyak juga yang sudah tidak benar lagi karena ‘zaman telah
berubah’. Dalam konteks ini, pernyataan almarhum Nurcholish Madjid agar HMI
dibubarkan saja menemukan pembenar karena beliau melihat bahwa relevansi HMI
bagi masa kini dan apalagi bagi masa depan sudah jauh berkurang, kalaupun
bukannya tidak ada lagi. HMI tidak lagi menjadi elemen penggerak kemajuan
melainkan kekuatan status quo dan bahkan sebaliknya menggerakkan pada
kemunduran.

Dengan demikian siapakah yang patut disalahkan atas kondisi HMI yang katanya
mengalami kemunduran, mengalami konflik perpecahan di tubuh PB HMI yang
terjadi dua kali berturut-turut, dan kelemahan lainnya dari organisasi HMI saat ini?
Tidak ada seorang pun yang perlu disalahkan karena kondisi HMI saat ini
merupakan produk fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang hidup dalam
tubuh HMI. Fundamental codes of cultures dan relasi kuasa dapat bersemayam dan
dikukuhkan dalam media seperti doktrin organisasi, aturan organisasi (AD, ART
dan penjabarannya), dalam pola pendanaan aktivitas HMI, dan dalam pola interaksi
keseharian antara kader dan pengurus HMI atau antara kader/pengurus dengan
alumninya. Semuanya terbentuk melalui proses historis yang agak sulit
dikendalikan oleh orang per orang, hanya tanggung jawab kolektif (generasi) yang
dapat menghadapinya. Persoalannya adalah telah terdapat sejumlah generasi yang
tidak menyadari bahwa ada fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang
bekerja di tubuh HMI, yang disamping mengusung kebesaran HMI namun juga
bekerja “menghancurkan” HMI, menghantarkan HMI pada ketidakrelevanannya
dengan zaman.

Menyadari hal tersebut, sudah sepatutnya generasi sekarang mengembangkan


kesadaran untuk mengenali fundamental codes of cultures dan relasi kuasa tersebut,
mengambil sikap dan tindakan terhadapnya. Iktiar inilah yang merupakan upaya
menghadirkan suatu ‘HMI Baru’ dan merupakan suatu bentuk rasa tanggung
jawab sebagai kader HMI yang cinta akan organisasinya. ‘HMI Baru’ adalah
HMI yang terbebas dari fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang buruk
yang menyebabkan ia tertawan oleh masa lalu, dan “menebalkan” fundamental
codes of cultures dan relasi kuasa yang baik serta menanamkan benih suatu
fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang baru sehingga HMI dapat
menyambut ‘kelahirannya kembali’ dan dengan penampilan meyakinkan mewarnai
‘zaman yang telah berubah’ ini. Ikhtiar untuk melaksanakan hal ini membutuhkan
komitmen kuat dan terfasilitasi dengan baik sehingga forum tertinggi organisasi,
Kongres, merupakan wadah yang paling tepat untuk membangun dasar-dasar ‘HMI
5
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Baru’ tersebut. Karena disana akan ditentukan (perubahan) doktrin organisasi
(NDP), aturan main yang mendasar dari organisasi (AD, ART dan penjabarannya),
program kerja serta nakhoda baru organisasi. Momentum ini hadir dua tahun
sekali....demi masa depan yang lebih baik, jangan sia-siakan kesempatan ini !!!

DEFINISI HMI BARU

I khtiar menghadirkan ‘HMI Baru’ adalah bentuk perlawanan terhadap kondisi


HMI yang menjauhi idealitas, terjebak pada kejumudan dan kehilangan
“syahwat” inovasi. Untuk itu, ‘HMI Baru’ harus terampil memperlakukan masa
lalunya. Ia tahu mana yang patut diteruskan dan mana yang patut disudahi. Dalam
bahasa lain, terampil membebaskan diri dari fundamental codes of cultures dan relasi
kuasa yang buruk yang menyebabkan ia tertawan oleh masa lalu, dan “menebalkan”
fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang baik serta terampil menanamkan
benih fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang mampu membuatnya
berseri-seri menyambut masa depan. Ia juga terampil menghadirkan masa depan dan
benih-benihnya pada kondisi kekinian. Ia terampil mengelola tekanan masa lalu
(yang terkadang disertai tawaran “gula”) dan tuntutan masa depan (yang terkadang
disertai “pil pahit”) yang kemudian diformulasikannya dalam kerja nyata organisasi.

Bila fundamental codes of cultures dan relasi kuasa yang buruk adalah dominasi
materialisme dan political oriented dalam cara berpikir kita; ketidakpastian sumber
pendanaan organisasi yang diantaranya berpengaruh pada kesulitan dalam
mensinambungkan kerja-kerja organisasi dan kesulitan transparansi penggunaan
dana; relasi kuasa yang dominan dengan politisi; serta sistem kepengurusan yang
mengoligarki maka ‘HMI Baru’ harus membebaskan diri dari semua itu.

Secara normatif, kita dapat meraba bahwa ‘HMI Baru’ adalah HMI yang bila
sebelumnya ia adalah organisasi kumpulan pemalas, maka ia adalah organisasi
kumpulan orang rajin. BiIa sebelumnya adalah organisasi yang administrasi
organisasinya buruk, maka ia adalah organisasi yang administrasi organisasinya
baik. Bila sebelumnya adalah organisasi yang tidak transparan dalam pengelolaan
uang, maka ia adalah organisasi yang transparan dalam pengelolaan uang. Bila
sebelumnya ia adalah organisasi yang berkonflik dengan buruk, maka ia adalah
organisasi yang berkonflik dengan baik. Bila sebelumnya adalah organisasi yang
tidak independen, maka ia adalah organisasi yang independen. Bila sebelumnya
adalah organisasi yang tidak inovatif, maka ia adalah organisasi yang inovatif, dan
seterusnya. Masing-masing dari kita dapat menambahkan daftar tersebut dengan
memasukkan apa yang tidak ideal dan memasukkan lawannya yang ideal sebagai
satu karakter dari ’HMI Baru’. Namun yang pasti ’HMI Baru’ tidak asal beda dan
tidak untuk benar-benar mendirikan suatu organisasi baru sebagai sempalan HMI
seperti HMI MPO.

6
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
HMI BARU DAN MASA DEPAN BANGSA

K eberadaan HMI tentunya memiliki dampak terhadap bangsa (dan negara)


Indonesia, positif maupun negatif, dan besar maupun kecil. Hal ini
disebabkan karena kader HMI adalah --hampir dapat dipastikan
seluruhnya— generasi muda bangsa Indonesia yang kelak Insya Allah akan
menempati posisi strategis di bangsa Indonesia. Sehingga nilai-nilai dan kualitas
sumber daya manusia yang mereka miliki akan turut menentukan nilai-nilai dan
kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia di masa yang akan datang.

Oleh karena ia merupakan manifestasi idealitas HMI, ‘HMI Baru’ tentunya


diharapkan memiliki dampak yang positif terhadap bangsa dan negara Indonesia.
Logika yang dibangun memang merupakan logika linear sederhana. Hal ini tentu
akan berjalan demikian bila terjadi transformasi yang baik dari ‘HMI Baru’ yang
merupakan generasi muda bangsa tersebut hingga eks ‘HMI Baru’ yang kemudian
memegang posisi strategis bangsa dan negara. Namun dari gambaran ini adalah logis
bila dikatakan: membangun ‘HMI Baru’ pada dasarnya adalah membangun juga
masa depan bangsa (dan negara) Indonesia yang lebih baik. Adalah tugas kita
bersama mewujudkan pernyataan tersebut tidak menjadi klaim yang berlebihan.@

7
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 01/K-25/01/1427

Tentang

AGENDA ACARA DAN TATA TERTIB KONGRES KE-25


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah, setelah :

MENIMBANG : Untuk kelancaran dan ketertiban mekanisme


Kongres ke-25 HMI, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Agenda Acara dan Tata Tertib
Kongres ke-25 HMI.

MENGINGAT : 1.Pasal 12 Anggaran Dasar.


2.Pasal 11, 12, dan 13 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : Hasil pembahasan Sidang Pleno I Kongres ke-25


HMI pada tanggal 24 Muharram 1426 H
bertepatan dengan tanggal 22 Februari 2006 M.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Agenda Acara dan Tata Tertib Kongres ke-25 HMI


sebagaimana terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.
Billahittaufiq Wal Hidayah

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 24 Muharam1427 H
23 Februari 2006 M
Waktu : 00.31 WITA.

8
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

AGUSSALIM ALWI ARIP MUSTHOPA


SC SC

MARBAWI DENI YUSUP


SC SC

MAS’AD MASRUR SYAHRUL MARHAM


SC SC

YUSAC FARHAN MINARNI


SC SC

HARIS KUSWORO A. KAIMUDIN


SC SC

SITI MAFRUROH ZULFIKAR


SC SC

MAMAD SYA’BANI SIDRATAHTA MUKHTAR


SC SC

IIN INAWATI DEDING ZAMAH SYARI


SC SC

MUHAMMAD ANWAR DILA NOVITA


SC SC

SYAMSUDIN RAJAB ARMAN MATONDANG


SC SC

M. N A S I R RISMAN PASIGAI
SC SC

ENCEP HANIF AHMAD JAELANI MUHAMMAD RASYID


SC SC SC

9
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 02/K-25/01/1427

Tentang

PRESIDIUM SIDANG KONGRES KE-25


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Untuk kelancaran dan ketertiban mekanisme


Kongres ke-25 HMI, maka dipandang perlu untuk
menetapkan Presidium Sidang Kongres ke-25
HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, dan 13 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : Hasil pembahasan Sidang Pleno I Kongres ke-25


HMI pada tanggal 24 Muharram 1426 H
bertepatan dengan tanggal 22 Februari 2006 M.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Presidium Sidang Pleno Kongres ke-25 HMI yang


terdiri dari :
a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo
BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI BADKO HMI Jawa
Sumbagsel Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

10
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid
BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI BADKO HMI
Malmalut JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI BADKO HMI
Kalselteng Sultenggo

2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan akan


ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 24 Muharam 1427 H
23 Februari 2006 M
Waktu : 01.05 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

AGUSSALIM ALWI ARIP MUSTHOPA


SC SC

MARBAWI DENI YUSUP


SC SC

MAS’AD MASRUR SYAHRUL MARHAM


SC SC

YUSAC FARHAN MINARNI


SC SC

HARIS KUSWORO A. KAIMUDIN


SC SC

11
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
SITI MAFRUROH ZULFIKAR
SC SC

MAMAD SYA’BANI SIDRATAHTA MUKHTAR


SC SC

IIN INAWATI DEDING ZAMAH SYARI


SC SC

MUHAMMAD ANWAR DILA NOVITA


SC SC

SYAMSUDIN RAJAB ARMAN MATONDANG


SC SC

M. N A S I R RISMAN PASIGAI
SC SC

ENCEP HANIF AHMAD JAELANI MUHAMMAD RASYID


SC SC SC

12
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 03/K-25/01/1427

Tentang

PENGESAHAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN


PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
PERIODE 2003-2005

Bismillaahirrahmaanirahhiim
Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan
rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Besar


Himpunan Mahasiswa Islam periode 2003-2005
disampaikan dalam sidang Pleno II Kongres ke-25
HMI, telah memenuhi amanah Program Kerja
Nasional (PKN) HMI hasil Keputusan Kongres
ke-25 di Jakarta.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, dan 13 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : Hasil pembahasan Sidang Pleno II Kongres ke-25


HMI pada tanggal 24 Muharram 1426 H
bertepatan dengan tanggal 22 Februari 2006 M.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Menerima dan mengesahkan laporan


pertanggungjawaban PB HMI periode 2003-
2005.
2. Pengurus Besar HMI periode 2003-2005
dinyatakan Demisioner.
3. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan akan ditinjau kembali bilamana terdapat
kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

13
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 25 Muharam 1427 H
24 Februari 2006 M
Waktu : 01.05 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

14
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 04/K-25/01/1427

Tentang

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa untuk mencapai tujuan organisasi perlu


ditetapkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga sebagai pedoman pokok
perjuangan HMI.
2. Bahwa terhadap Anggaran Dasar HMI, hasil
ketetapan Kongres ke-24 di Jakarta dianggap
perlu diadakan perubahan didalam beberapa
pasal sesuai dengan gerak perkembangan
perjuangan HMI.
3. Bahwa terhadap Anggaran Rumah Tangga
HMI, hasil ketetapan Kongres ke-24 di Jakarta
dianggap perlu diadakan perubahan didalam
beberapa pasal sesuai dengan gerak
perkembangan perjuangan HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, dan 13 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi A (Intern


organisasi) pada tanggal 26 Muharram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 25 Februari 2006 M
di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres
ke-25 HMI pada tanggal 27 Muahrram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 26 Februari 2006 M
di Makassar.

15
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Anggaran Dasar HMI hasil


Sidang Komisi I (Intern Organisasi) Kongres
ke-25 HMI.
2. Mengukuhkan Anggaran Rumah Tangga HMI
hasil Sidang Komisi I (Intern Organisasi)
Kongres ke-25 HMI.
3. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan akan ditinjau kembali bilamana terdapat
kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 11.16 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

16
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
o. Alvian p. Rahmat Umar
BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

17
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 05/K-25/01/1427

Tentang

PENJELASAN AZAS
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa untuk menentukan arah


perjuangan HMI perlu ditetapkan
penjelasan Azas HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 3 dan 18 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah
Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi B


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Penjelasan tentang Islam sebagai


Azas HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

18
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.33 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

19
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 06/K-25/01/1427

Tentang

TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim
Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan
rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa untuk menentukan arah


perjuangan HMI perlu ditetapkan
Tafsir Tujuan HMI.
2. Bahwa Tafsir Tujuan HMI hasil
Kongres ke-25 di Jakarta perlu
ditetapkan dan dikukuhkan kembali.

MENGINGAT : 1. Pasal 4 dan 18 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11dan 12 Anggaran Rumah
Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi B


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Tafsir Tujuan HMI Kongres ke-25


di Makassar.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

20
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.36 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

21
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 07/K-25/01/1427

Tentang

TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam mencapai tujuan organisasi secara


independen, maka dipandang perlu adanya
Tafsir Independensi HMI.
2. Bahwa Tafsir Independensi HMI hasil Kongres
ke-25 di Balikpapan perlu ditetapkan dan
dikukuhkan kembali demi gerak
perkembangan perjuangan HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 6 dan 18 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi B (Intern


organisasi) pada tanggal 26 Muharram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 25 Februari 2006 M
di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III Kongres
ke-25 HMI pada tanggal 27 Muahrram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 26 Februari 2006 M
di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Tafsir Independensi HMI Kongres


ke-25 di Makasar dan menjadi Tafsir Independensi
HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

22
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.40 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

23
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 08/K-25/01/1427

Tentang

NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP)


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa untuk mendapatkan peran


organisasi HMI didalam menentukan
perjuangannya, maka dipandang perlu
menetapkan penjelasan peran organisasi
yang terwujud dalam Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) HMI.
2. Bahwa Nilai Dasar Perjuangan (NDP)
HMI yang merupakan Nilai-nilai Dasar
Perjuangan HMI dianggap memenuhi
kebutuhan gerak perjuangan HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 3, 9 dan 18 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi B (Intern


organisasi) pada tanggal 26 Muharram 1427
H bertepatan dengan tanggal 25 Februari
2006 M di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Nilai Dasar Perjuangan (NDP)


HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


24
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.45 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

25
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 09/K-25/01/1427

Tentang

PROGRAM KERJA NASIONAL


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa mencapai tujuan HMI, maka


dipandang perlu disusun suatu usaha yang
teratur dan berkesinambungan dalam
bentuk Program Kerja Nasional (PKN).
2. Bahwa untuk itu perlu menetapkan
Program Kerja Nasional (PKN).

MENGINGAT : 1. Pasal 4, 5, dan 19 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi C


(Intern organisasi) 26 Muharram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 25 Februari
2006 M di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Program Kerja Nasional (PKN) HMI.


2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

26
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.50 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI
JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

27
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 10/K-25/01/1427

Tentang

REKOMENDASI KONGRES KE-25


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahiim
Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan
rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa Himpunan Mahasiswa Islam


memandang perlu memberikan sikap dan
pandangan tentang beberapa masalah
nasional dan internasional di bidang
IPOLEKSOSBUD, Perguruan Tinggi,
Kemahasiswaan dan Kepemudaan serta
masalah lainnya, maka dipandang perlu
menetapkan Rekomendasi HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 4 , 5 dan 19 Anggaran Dasar


HMI.
2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah
Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi C


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Rekomendasi Kongres ke-25 HMI.


2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

28
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.53 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

29
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 11/K-25/01/1427

Tentang

PENJELASAN RANGKAP ANGGOTA/JABATAN DAN SANKSI


ANGGOTA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa dalam rangka menegakkan tertib


anggota dan pengurus maka perlu
dibentuk dan ditetapkan Penjelasan
Rangkap Anggota/Jabatan dan Sanksi
Anggota HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 10 Anggaran Dasar.


2. Pasal 9 dan 10 Anggaran Rumah
Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi C


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMII pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan tentang Penjelasan Rangkap


Anggota/Jabatan dan Sanksi Anggota HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

30
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.55 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

31
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 12/K-25/01/1427

Tentang

PENJELASAN MEKANISME PENGESAHAN PENGURUS


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa untuk memberikan kepastian


prosedur pengesahan Pengurus HMI maka
perlu ditetapkan Penjelasan Mekanisme
Pengesahan Pengurus HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 13 dan 19 Anggaran Dasar.


2. Pasal 20 s.d. 41 dan 51 s.d. 56
Anggaran
Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi C


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMII pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar

MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN : 1. Mengukuhkan Penjelasan tentang Mekanisme
Pengesahan Pengurus HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan
akan ditinjau kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

32
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 22.58 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

33
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 13/K-25/01/1427

Tentang

KETENTUAN ATRIBUT-ATRIBUT ORGANISASI


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa untuk menjaga keseragaman Atribut-


atribut organisasi, maka dipandang perlu
menetapkan Ketentuan Atribut-Atribut
Organisasi HMI.

MENGINGAT : 1. Pasal 1 dan 19 Anggaran Dasar .


2. Pasal 59 Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi C


(Intern organisasi) pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Ketentuan atribut-atribut organisasi


sebagai berikut :
a. Lagu Hymne HMI
b. Lambang HMI
c. Lencana/Badge HMI
d. Bendera HMI
e. Stempel HMI
f. Peci / Muts HMI
g. Selempang / Gordon HMI
h. Baret HMI
i. Kartu HMI
j. Papan Nama Organisasi
34
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
k. Hal-hal yang masih dianggap perlu
disempurnakan ditugaskan kepada
PB HMI/MPK PB HMI untuk
menyempurnakannya.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 23.05 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

35
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 14/K-25/01/1427
Tentang

PEDOMAN PERKADERAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam rangka pembinaan,


pendidikan dan latihan bagi kader
HMI, maka dipandang perlu
menetapkan Pedoman Perkaderan
HMI.
2. Bahwa seluruh perangkat Pedoman
Perkaderan yang telah ada dipandang
perlu untuk disempurnakan.

MENGINGAT : 1. Pasal 8, 12, 15 dan 18 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, 13, 51, 52, 55, dan 62
Anggaran Rumah Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi D


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di
Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di
Makassar

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Pedoman Pengkaderan HMI.


2. Ketetapan ini berlaku sejak
tanggalditetapkandan akan ditinjau
kembali bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.
Billahittaufiq Wal Hidayah
36
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 23.10 WITA

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

37
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 15/K-25/01/1427

Tentang

PEDOMAN-PEDOMAN POKOK KEPENGURUSAN


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahhiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam rangka penyeragaman


pelaksanaan dan mekanisme
penyelenggaraan organisasi maka
dipandang perlu adanya Pedoman-
pedoman Pokok Kepengurusan.
2. Bahwa Pedoman-pedoman Pokok
Kepengurusan hasil Kongres ke-25 di
Jakarta perlu disempurnakan pada
beberapa bagiannya dalam rangka
pengembangan organisasi.
3. Bahwa untuk itu Pedoman-pedoman
Pokok Kepengurusan perlu diadakan
perubahan pada beberapa pasal dengan
ketentuan-ketentuan lainnya.

MENGINGAT : 1. Pasal 12, 13, 16, dan 19 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, 59 dan 62 Anggaran Rumah
Tangga.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi D


(Intern organisasi) pada tanggal 26
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 25 Februari 2006 M di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 27
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 26 Februari 2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :
MENETAPKAN : 1. Pedoman-pedoman Pokok Kepengurusan
yang terdiri dari :

38
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Pedoman Kepengurusan
b. Pedoman Administrasi
Kesekretariatan
c. Pedoman Keuangan dan Harta Benda
HMI
d. Ikrar Pelantikan Pengurus
e. Ikrar Pelantikan Anggota

2. Ketetapan ini berlaku sejak ditetapkan dan


akan ditinjau kembali bilamana terdapat
kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 27 Muharram1427 H
26 Februari 2006 M
Waktu : 23.40 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo
39
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 16/K-25/01/1427

Tentang

PEDOMAN BADAN-BADAN KHUSUS


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dalam rangka efektifitas


mekanisme kerja organisasi, khususnya
Badan-badan Khusus HMI, maka
dipandang perlu menetapkan Pedoman
Badan-badan Khusus HMI.
2. Bahwa Pedoman Badan-badan Khusus
HMI hasil Kongres ke-25 di Jakarta perlu
diselesaikan dalam rangka penyempurnaan
dengan merubah beberapa ketentuan.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 dan 15 Anggaran Dasar.


2. Pasal 11, 12, 13, 51 s.d. 56 Anggaran
Rumah Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : 1. Hasil Pembahasan Sidang Komisi I (Intern


organisasi) pada tanggal 27 Muharram
1427 H bertepatan dengan tanggal 26
Februari 2006 di Makassar.
2. Hasil pembahasan Sidang Pleno III
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 28
Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 27 Februari 2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Pedoman Badan-badan khusus HMI yang


terdiri dari :
a. Pedoman KOHATI
b. Pedoman Lembaga Pengembangan
Profesi (LPP), Juklak LPP, Struktur
40
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Organisasi Pengurus LPP, dan
Kurikulum Pelatihan Kewirausahaan
c. Pedoman Badan Pengelolah Latihan
(BPL) dan Kode Etik pengelola
Latihan
d. Pedoman Badan Penelitian dan
Pengembangan (BALITBANG)
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 03.30 WITA

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

41
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 17/K-25/01/1427

Tentang

TATA TERTIB PEMILIHAN KETUA UMUM/FORMATEUR DAN MIDE


FORMATEUR PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dengan berakhirnya masa


kepengurusan Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam periode 2003-2005, maka
perlu membentuk dan menyusun
Kepengurusan Pengurus Besar HMI
periode 2006-2008.
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun
Kepengurusan Pengurus Besar HMI
periode 2006-2008 perlu dipilih Ketua
Umum/Formateur.
3. Bahwa untuk membantu tugas-tugas
Formateur perlu dipilih Mide formarteur.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11, 12, dqn 13 Anggaran Rumah
Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil pembahasan Sidang Pleno IV Kongres


ke-25 HMI pada tanggal 28 Muharram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 27 Februari 2007 M
di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum


/Formateur dan Mide Formarteur
Pengurus Besar HMI.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau terdapat
kekeliruan didalamnya.

42
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 06.35 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

43
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 18/K-25/01/1427

Tentang

TATA TERTIB PEMILIHAN


ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI
PB HMI PERIODE 2006-2008

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa dengan berakhirnya masa


kepengurusan Majelis Pekerja Kongres HMI
periode 2003-2005, dihapuskannya Majelis
Pekerja Kongres dalam AD dan ART HMI
serta dibentuknya Majelis Pengawas dan
Konsultasi PB HMI, maka perlu dibentuk
dan disusun Nama-nama Anggota Majelis
Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar
HMI periode 2006-2008.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11, 12, 13, 42, 43, dan 44 Anggaran
Rumah Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pembahasan Tata Tertib Pemilihan


Calon Anggota Majelis Pengawas dan
Konsultasi PB HMI pada Sidang Pleno IV
Kongres ke-25 pada tanggal 28 Muharram
1427 H bertepatan dengan tanggal 27
Februari 2006 di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Tata Tertib Pemilihan Anggota Majelis


Pengawas dan Konsultasi (MPK) PB HMI
periode 2006-2008 sebagai terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau bilamana
terdapat kekeliruan didalamnya.

44
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 14.05 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

45
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 19/K-25/01/1427

Tentang

TATA TERTIB PEMILIHAN CALON-CALON TEMPAT KONGRES KE-


26
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanniraahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa untuk menentukan tempat


pelaksanaan Kongres ke-26 Himpunan
Mahasiswa Islam perlu ditetapkan Tata
Tertib Pemilihan Calon Tempat
Penyelenggaraan Kongres.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah
Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pembahasan Tata Tertib Pemilihan


Calon Tempat Penyelenggara Kongres ke-26
pada Sidang Pleno IV Kongres ke-25 pada
tanggal 28 Muharram 1427 H bertepatan
dengan tanggal 27 Februari 2006 di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Menetapkan Calon Tempat kongres ke-


26 Himpunan Mahasiswa Islam di kota-
kota sebagaimana terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat keliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

46
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 14.07 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

47
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 20/K-25/01/1427

Tentang

KETUA UMUM/FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim
Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan
rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dengan berakhirnya masa


kepengurusan Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam periode 2003-2005, maka
perlu membentuk dan menyusun
Kepengurusan Pengurus Besar HMI
periode 2006-2008.
2. Bahwa untuk membentuk dan menyusun
Kepengurusan Pengurus Besar HMI
periode 2006-2008 perlu dipilih Ketua
Umum/Formateur.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah Tangga
HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pemilihan Ketua Umum/Formateur PB


HMI periode 2006-2008 pada Sidang Pleno V
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 28 Muharram
1427 H bertepatan dengan tanggal 27 Februari
2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Memutuskan Saudara Fajar R. Zulkarnaen


sebagai Ketua Umum/Formateur Pengurus
Besar HMI 2006-2008.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

48
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 12.10 WITA

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

49
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 21/K-25/01/1427

Tentang

MIDE FORMATEUR
PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : 1. Bahwa dengan berakhirnya masa


kepengurusan Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam periode 2003-2005, maka
perlu membentuk dan menyusun
Kepengurusan Pengurus Besar HMI
periode 2006-2008.
2. Bahwa untuk membantu tugas-tugas
Formateur perlu dipilih Mide Formarteur.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 dan 13 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah Tangga
HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pemilihan Mide Formateur PB HMI


periode 2006-2008 pada Sidang Pleno V
Kongres ke-25 HMI pada tanggal 28 Muharram
1427 H bertepatan dengan tanggal 27 Februari
2006 M di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Menetapkan Mide Formarteur :


a. Natsar Desi
b. M. Iskandar Nasution
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah

50
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 13.25 WITA.

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

51
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 22/K-25/01/1427

Tentang

NAMA-NAMA
ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI
PB HMI PERIODE 2006-2008

Bismillaahirrahmaanirrahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa dengan berakhirnya masa


kepengurusan Majelis Pekerja Kongres HMI
periode 2003-2005, dihapuskannya Majelis
Pekerja Kongres dalam AD dan ART HMI
serta dibentuknya Majelis Pengawas dan
Konsultasi PB HMI, maka perlu dipilih dan
ditetapkannya nsama-nama Anggota Majelis
Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar
HMI periode 2006-2008.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 dan 14 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11, 12, 42, 43, dan 44 Anggaran
Rumah Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pemilihan Calon Anggota Majelis


Pengawas dan Konsultasi PB HMI periode
2006-2008 pada Sidang Pleno V Kongres ke-
25 pada tanggal 28 Muharram 1427 H
bertepatan dengan tanggal 27 Februari 2006
di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Nama-nama Anggota Majelis Pengawas


dan Konsultasi (MPK) PB HMI periode
2006-2008 sebagaimana terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
bilamana terdapat kekeliruan
didalamnya.

52
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Billahittaufiq Wal Hidayah
Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 14.05 WITA

PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

53
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KETETAPAN
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
NOMOR : 23/K-25/01/1427

Tentang

NAMA-NAMA KOTA CALON TEMPAT PENYELENGGARAAN


KONGRES KE-26
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bismillaahirrahmaanniraahiim

Kongres ke-25 Himpunan Mahasiswa Islam dengan senantiasa mengharapkan


rahmat dan ridho Allah SWT, setelah :

MENIMBANG : Bahwa untuk melaksanakan Kongres ke-26


Himpunan Mahasiswa Islam perlu
ditetapkan tempat penyelenggaraan Kongres.

MENGINGAT : 1. Pasal 12 Anggaran Dasar HMI.


2. Pasal 11 dan 12 Anggaran Rumah
Tangga HMI.

MEMPERHATIKAN : Hasil Pemilihan Nama-nama Kota Calon


Penyelenggara Kongres HMI ke-26 pada
Sidang Pleno V Kongres ke-25 pada tanggal
28 Muharram 1427 H bertepatan dengan
tanggal 27 Februari 2006 di Makassar.

MEMUTUSKAN :

MENETAPKAN : 1. Menetapkan Nama-nama Kota Calon


Tempat Penyelenggaraan Kongres ke-26
HMI sebagaimana terlampir.
2. Ketetapan ini berlaku sejak tanggal
ditetapkan dan akan ditinjau kembali
terdapat kekeliruan didalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Ditetapkan di : Makassar
Pada Tanggal : 28 Muharram1427 H
27 Februari 2006 M
Waktu : 14.07 WITA.

54
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PIMPINAN SIDANG
KONGRES KE-25 HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

a. Mokhtar Efendi b. Rismadianto Karo-Karo


BADKO HMI NAD BADKO HMI Sumut

c. Novi Zulfikar d. Weriza


BADKO HMI Sumbar BADKO HMI RIAU

e. Iik Zulfiqar f. Ajat Sudrajat


BADKO HMI Sumbagsel BADKO HMI Jawa Barat

g. Imam Subqi h. Mashuriyanto


BADKO HMI Jateng BADKO HMI Jatim

i. M. Rasulika j. Hariyadi Hamid


BADKO HMI Kalbar BADKO HMI Kaltim

k. Muh. Faisal l. Hasriani Abdullah


BADKO HMI Nusra BADKO HMI Sulselra

m. Ridwan Waimalaka n. Dwi Julian


BADKO HMI Malmalut BADKO HMI JabotabekaBa

o. Alvian p. Rahmat Umar


BADKO HMI Kalselteng BADKO HMI Sultenggo

55
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
AGENDA ACARA
KONGRES XXV HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI)
Makassar, 20 - 25 Februari 2006

WAKTU AGENDA ACARA


Senin, 20 Februari 2006
08.00 – 10.00 Recheking Peserta
10.00 – 12.00 Acara Pembukaan Kongres XXV HMI
1. Pembukaan.
2. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an.
3. Menyanyikan Lagu Indonesia Raya dan Hymne
HMI.
4. Laporan Ketua Panitia Nasional Kongres XXV
HMI.
5. Sambutan-sambutan
ƒ Ketua Umum PB HMI dan Pejabat Ketua
Umum PB HMI
ƒ Alumni HMI
ƒ Walikota Makassar
ƒ Gubernur Sulawesi Selatan
ƒ Presiden RI, sekaligus membuka acara Kongres
XXV HMI
6. Pembacaan Do’a.
7. Istirahat dan Selingan.

12.00 – 14.00 Istirahat dan Registrasi


14.00 – 17.00 Pertemuan Ketua-Ketua Delegasi
19.30 – 22.00 Sidang Pleno I (Ruang A) Seminar I(Ruang B)
1. Presensi Peserta “Membangun Organisasi
2. Pengesahan Agenda Mahasiswa dengan Prinsip
Acara dan Tatib Good Governance”
Kongres Oleh :
3. Pemilihan Presidium Drs. Ichsan Loulembah
Sidang Kongres
22.00 - Istirahat
Selasa, 21 Februari 2006
01.00 – 8.00 Istirahat
08.00 – 12.30 Sidang Pleno II (Ruang A) Seminar II (Ruang B)

56
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1. Laporan “Mengembalikan Kedaulatan
Pertanggungjawaban Bangsa: Membangun
PB HMI Kemandirian Ekonomi dan
2. Pandangan Umum Tegaknya Keadilan Sosial”
terhadap LPJ PB HMI (Tidak Terlaksana)
12.30 – 13.30 Istirahat
13.30 – 15.30 Lanjutan Sidang Pleno II Seminar III (Ruang B)
(Ruang A) “Mengembalikan Kedaulatan
Pernyataan Demisioner PB Bangsa: Pemberantasan KKN
HMI dan Penegakan Hukum”
(Tidak Terlaksana)
15.30 – 16.00 Istirahat
16.00 – 18.00 Sidang-Sidang Komisi
18.00 – 19.30 Istirahat
19.30 – 24.00 Lanjutan Sidang Komisi Seminar IV
“Demokrasi dan Strategi
Kebudayaan Islam Indonesia”
(Tidak Terlaksana)
24.00 – 08.00 Istirahat
Rabu, 22 Februari 2006
08.00 – 12.30 Lanjutan Sidang Komisi
12.30 – 13.30 Istirahat
13.30 – 15.00 Sidang Pleno III :
Pembahasan Hasil Sidang Komisi
15.00 – 15.30 Istirahat
15.30 – 18.00 Lanjutan Sidang Pleno III : Pembahasan Hasil Sidang
18.00 – 19.00 Komisi
19.00 – 24.00 Sidang Pleno III
24.00 – 08.00 Lanjutan Sidang Pleno III : Pembahasan Hasil Sidang
Komisi
Istirahat
Kamis, 23 Februari 2006
08.00 – 12.30 Sidang Pleno IV
1. Pembahasan Tata Tertib Pemilihan
Formateur/Ketua Umum.
2. Pembahasan Tata Tertib Pemilihan Mide
Formateur.
3. Pembahasan Tata Tertib Pemilihan Anggota MPK
PB HMI.
4. Pembahasan Tata Tertib Pemilihan Calon Tempat
Kongres XXVI HMI.
12.30 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Sidang Pleno V

57
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1. Pencalonan Ketua Umum/Formateur Kongres
XXV HMI.
2. Uji Kriteria Calon Ketua Umum/Formateur
Kongres XXV HMI.
3. Pemilihan Ketua Umum/ Formateur Kongres
XXV HMI.
4. Pencalonan Mide Formateur Kongres XXV HMI.
5. Uji Kriteria Mide Formateur Kongres XXV HMI.
6. Pemilihan Mide Formateur Kongres XXV HMI.
7. Pencalonan Anggota MPK.
17.00 – 19.00 8. Uji Kriteria Calon Anggota MPK.
19.00 – 03.00 9. Pemilihan Anggota MPK.
10. Pemilihan Calon Tempat Kongres XXVI HMI.
03.00 – 08.00 Istirahat

Istirahat
Lanjutan Sidang Pleno V
Istirahat
Penyerahan Hasil-hasil ketetapan Kongres XXV HMI
kepada Ketua Umum/Formateur.
Jumat, 25 Februari 2006
08.00 – 12.00 MUNAS KOHATI
12.00 – 13.30 Istirahat
13.30 – 17.00 Lanjutan MUNAS KOHATI
17.00 – 19.00 Istirahat
19.00 – 24.00 Penutupan Kongres XXV HMI
1. Pembukaan.
2. Pembacaan Ayat Suci Al Qur’an.
3. Menyanyikan lagu Indonesia Raya dan Hymne
HMI.
4. Laporan Ketua Panitia Nasional Kongres XXV
HMI.
5. Sambutan-sambutan
ƒ Ketua Umum PB HMI dan Pejabat Ketua
Umum PB HMI
ƒ Ketua Umum/Formateur Kongres XXV HMI
ƒ Alumni HMI
ƒ Walikota Makassar
ƒ Gubernur Sulawesi Selatan
ƒ Wakil Presiden RI, sekaligus Menutup acara
Kongres XXV HMI
6. Pembacaan Do’a.

58
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA TERTIB KONGRES Ke - 25 HMI

a. Nama
Kongres ke - 25 Himpunan Mahasiswa Islam.

b. Waktu dan Tempat


Kongres ke - 25 HMI diselenggarakan pada tanggal 20 s/d 27 Februari 2005,
bertempat di Asrama Haji Sudiang Makassar.

c. Status
a. Kongres merupakan musyawarah utusan Cabang-Cabang.
b. Kongres memegang kekuasaan tertinggi organisasi.
c. Kongres diadakan dua (2) tahun sekali.

d. Kekuasaan
a. Membahas laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar.
b. Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
Penjabarannya.
c. Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang
sekaligus merangkap sebagai Formateur dan dua mide Formateur.
d. Memilih dan menetapkan anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi PB
HMI.
e. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
f. Menetapkan Rekomendasi Internal dan Eksternal.

e. Peserta
a. Peserta kongres terdiri dari Pengurus Besar, utusan dan peninjau
Pengurus Cabang, KOHATI PB HMI, Bakornas Lembaga Kekaryaan
HMI, Bakornas LPL, BADKO HMI, Balitbang HMI, dan Anggota
MPK.
b. BADKO HMI, KOHATI PB HMI, Bakornas Lembaga Kekaryaan,
Bakornas LPL, Balitbang HMI, Anggota MPK dan Cabang Persiapan
merupakan peserta peninjau.
c. Peserta utusan adalah Cabang Penuh yang mempunyai hak suara dan
hak bicara sedangkan peserta peninjau mempunyai hak bicara.

f. Sidang-Sidang
a. Sidang Pleno.
b. Sidang Komisi
59
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
g. Pimpinan Sidang
a. Steering Committee, sampai terpilihnya pimpinan sidang yang baru
yang berbentuk presidium.
b. Presidium Sidang, yang dipilih dari peserta utusan atau peninjau oleh
peserta utusan, dengan ketentuan masing-masing BADKO diwakili 1
(satu) orang presidium sidang.
c. Pimpinan sidang komisi, dipilih dari dan oleh anggota sidang komisi.

h. Tugas-tugas Pimpinan Sidang


a. Steering Committee :
♦ Memimpin sidang pleno Kongres HMI.
♦ Membantu tugas-tugas presidium sidang dan pimpinan sidang
komisi.
♦ Menyiapkan draft ketetapan-ketetapan Kongres.
♦ Mengarahkan jalannya persidangan selama Kongres.
c. Presidium Sidang :
♦ Memimpin sidang pleno Kongres HMI.
♦ Membantu tugas-tugas pimpinan sidang komisi.
d. Pimpinan sidang Komisi :
♦ Memimpin sidang komisi.

i. Keputusan
a. Keputusan diambil berdasarkan musyawarah dan mufakat.
b. Bila point (a) tidak tercapai, maka keputusan diambil berdasarkan suara
terbanyak atau Voting.

j. Quorom
a. Kongres baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari
separuh jumlah peserta utusan (Cabang penuh).
b. Bila point (a) tidak terpenuhi, maka Kongres diundur selama 1 X 24
Jam dan setelah itu dinyatakan sah.

k. Penutup

Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan tata tertib ini akan diatur
kemudian berdasarkan musyawarah dan mufakat.

60
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
ANGGARAN DASAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUKADDIMAH

S esungguhnya Allah Subhanahu wata‘ala telah mewahyukan Islam sebagai


ajaran yang haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia berkehidupan
sesuai dengan fitrahnya sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban
mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.
Menurut iradat Allah Subhanahu wata‘ala kehidupan yang sesuai dengan fitrah-
Nya adalah panduan utuh antara aspek duniawi dan ukhrawi, individu dan sosial
serta iman, ilmu, dan amal dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan
akhirat.
Berkat rahmat Allah Subhanahu wata‘ala Bangsa Indonesia telah berhasil merebut
kemerdekaan dari kaum penjajah, maka umat Islam berkewajiban mengisi
kemerdekaan itu dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia menuju
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu wata’ala.
Sebagai bagian dari umat Islam dunia, maka umat Islam Indonesia memiliki
kewajiban berperan aktif dalam menciptakan Ukhuwah Islamiyah sesama umat
Islam sedunia menuju masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah Subhanahu
wata’ala.
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda yang sadar akan hak dan kewajibannya
serta peran dan tanggung jawab kepada umat manusia, umat muslim dan Bangsa
Indonesia bertekad memberikan dharma bhaktinya untuk mewujudkan nilai-nilai
keislaman demi terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
Subhanahu wata‘ala.
Meyakini bahwa tujuan itu dapat dicapai dengan taufiq dan hidayah Allah
Subhanahu wata‘ala serta usaha-usaha yang teratur, terencana dan penuh
kebijaksanaan, dengan nama Allah kami Mahasiswa Islam menghimpun diri dalam
satu organisasi yang digerakkan dengan pedoman berbentuk anggaran dasar
sebagai berikut :

61
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB I
NAMA, WAKTU DAN TEMPAT

Pasal 1
N a m a

Organisasi ini bernama Himpunan Mahasiswa Islam, disingkat HMI.

Pasal 2
Waktu dan Tempat kedudukan

HMI didirikan di Yogyakarta pada tanggal 14 Rabiul Awal 1366 H bertepatan


dengan tanggal 5 Februari 1947 untuk waktu yang tidak ditentukan dan
berkedudukan di tempat Pengurus Besar.

BAB II
A Z A S

Pasal 3

HMI berazaskan Islam.

BAB III
TUJUAN, USAHA DAN SIFAT

Pasal 4
Tujuan

Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam dan


bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
Subhanahu wata’ala.

Pasal 5
U s a h a

a. Membina pribadi muslim untuk mencapai akhlaqul karimah.


b. Mengembangkan potensi kreatif, keilmuan, sosial dan budaya.
c. Mempelopori pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kemaslahatan masa depan umat manusia.
d. Memajukan kehidupan umat dalam mengamalkan Dienul Islam dalam
kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
e. Memperkuat Ukhuwah Islamiyah sesama umat Islam sedunia.
f. Berperan aktif dalam dunia kemahasiswaan, perguruan tinggi dan
kepemudaan untuk menopang pembangunan nasional.
62
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
g. Usaha-usaha lain yang tidak bertentangan dengan huruf (a) s.d. (e) dan sesuai
dengan azas, fungsi, dan peran organisasi serta berguna untuk mencapai
tujuan organisasi.

Pasal 6
S i f a t

HMI bersifat independen.

BAB IV
STATUS FUNGSI DAN PERAN

Pasal 7
Status

HMI adalah organisasi mahasiswa.

Pasal 8
Fungsi

HMI berfungsi sebagai organisasi kader.

Pasal 9
P e r a n

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan.

BAB V
KEANGGOTAAN

Pasal 10

a. Yang dapat menjadi anggota HMI adalah Mahasiswa Islam yang terdaftar
pada perguruan tinggi dan/atau yang sederajat yang ditetapkan oleh Pengurus
HMI Cabang/Pengurus Besar HMI.

b. Anggota HMI terdiri dari :


1. Anggota Muda.
2. Anggota Biasa.
3. Anggota Kehormatan.

c. Setiap anggota memiliki hak dan kewajiban.

63
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB VI
KEDAULATAN

Pasal 11

Kedaulatan berada di tangan anggota biasa yang pelaksanaannya diatur dalam


Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan penjabarannya.

BAB VII
STRUKTUR ORGANISASI

Pasal 12
Kekuasaan

Kekuasaan dipegang oleh Kongres, Konferensi/Musyawarah Cabang dan Rapat


Anggota Komisariat.

Pasal 13
Kepemimpinan

a. Kepemimpinan organisasi dipegang oleh Pengurus Besar HMI, Pengurus HMI


Cabang dan Pengurus HMI Komisariat.
b. Untuk membantu tugas Pengurus Besar HMI, dibentuk Badan Koordinasi.
c. Untuk membantu tugas Pengurus HMI Cabang, dibentuk Koordinator
Komisariat.

Pasal 14
Majelis Pengawas dan Konsultasi

a. Ditingkat Pengurus Besar HMI dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi


PB HMI.
b. Ditingkat Pengurus HMI Cabang dibentuk Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Cabang.
c. Ditingkat Pengurus HMI Komisariat dibentuk Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus HMI Komisariat.

Pasal 15
Badan–Badan Khusus

Dalam rangka memudahkan realisasi usaha mencapai tujuan HMI maka dibentuk
Korps-HMI-Wati, Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan dan
Badan Penelitian Pengembangan.

64
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB VIII
KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 16
Keuangan dan Harta Benda

a. Keuangan dan harta benda HMI dikelola dengan prinsip transparansi,


bertanggungjawab, efektif, efisien dan berkesinambungan.
b. Keuangan dan Harta benda HMI diperoleh dari uang pangkal anggota, iuran
dan sumbangan anggota, sumbangan alumni dan usaha-usaha lain yang halal
dan tidak bertentangan dengan sifat Independensi HMI.

BAB IX
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN

Pasal 17

a. Perubahan Anggaran Dasar dan pembubaran organisasi hanya dapat


dilakukan oleh Kongres.
b. Harta benda HMI sesudah dibubarkan harus diserahkan kepada Yayasan
Amal Islam.

BAB X
PENJABARAN ANGGARAN DASAR,
DAN PENGESAHAN

Pasal 18
Penjabaran Anggaran Dasar HMI

a. Penjabaran pasal 3 tentang azas organisasi dirumuskan dalam Memori


Penjelasan tentang Islam sebagai Azas HMI.
b. Penjabaran pasal 4 tentang tujuan organisasi dirumuskan dalam Tafsir Tujuan
HMI.
c. Penjabaran pasal 5 tentang usaha organisasi dirumuskan dalam Program Kerja
Nasional.
d. Penjabaran pasal 6 tentang sifat organisasi dirumuskan dalam Tafsir
Independensi HMI.
e. Penjabaran pasal 8 tentang fungsi organisasi dirumuskan dalam Pedoman
Perkaderan HMI.
f. Penjabaran pasal 9 tentang peran organisasi dirumuskan dalam Nilai Dasar
Perjuangan HMI.
g. Penjabaran Anggaran Dasar tentang hal-hal di luar point a hingga f di atas
dirumuskan dalam Anggaran Rumah Tangga.
65
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 19
Aturan Tambahan

Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar
dimuat dalam Peraturan-Peraturan/Ketentuan-ketentuan tersendiri yang tidak
bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Penjabaran Anggaran Dasar HMI.

Pasal 20
Pengesahan

Pengesahan Anggaran Dasar HMI ditetapkan pada Kongres III di Jakarta,


tanggal 4 September 1953, yang diperbaharui pada :
Kongres IV di Bandung, tanggal 4 Oktober 1955,
Kongres V di Medan, tanggal 31 Desember 1957,
Kongres VI di Makassar, tanggal 20 Juli 1960,
Kongres VII di Jakarta, tanggal 14 September 1963,
Kongres VIII di Solo, tanggal 17 September 1966,
Kongres IX di Malang, tanggal 10 Mei 1969,
Kongres X di Palembang, tanggal 10 Oktober 1971,
Kongres XI di Bogor, tanggal 12 Mei 1974,
Kongres XII di Semarang, tanggal 15 Oktober 1976,
Kongres XIII di Ujung Pandang, tanggal 12 Februari 1979,
Kongres XIV di Bandung, tanggal 30 April 1981,
Kongres XV di Medan, tanggal 25 Mei 1983,
Kongres XVI di Padang, tanggal 31 Maret 1986,
Kongres XVII di Lhokseumawe, tanggal 6 Juli 1988,
Kongres XVIII di Jakarta, tanggal 24 September 1990,
Kongres XIX di Pekanbaru, tangal 9 Desember 1992,
Kongres XX di Surabaya, tanggal 29 Januari 1995,
Kongres XXI di Yogyakarta, tanggal 26 Agustus 1997,
Kongres XXII di Jambi, tanggal 3 Desember 1999,
Kongres XXIII di Balikpapan, tanggal 30 April 2002,
Kongres XXIV di Jakarta, tanggal 23 Oktober 2003,
Kongres XXV di Makassar, tanggal 20 Februari 2006.

66
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
ANGGARAN RUMAH TANGGA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I
KEANGGOTAAN

BAGIAN I
ANGGOTA

Pasal 1
Anggota Muda

Anggota Muda adalah Mahasiswa Islam yang menuntut ilmu dan/atau yang
sederajat yang telah mengikuti Masa Perkenalan Calon Anggota (Maperca) dan
ditetapkan oleh Pengurus Cabang.

Pasal 2
Anggota Biasa

Anggota Biasa adalah Anggota Muda atau Mahasiswa Islam yang telah dinyatakan
lulus mengikuti Latihan Kader I (Basic Training).

Pasal 3
Anggota Kehormatan

a. Adalah orang yang berjasa kepada HMI.


b. Mekanisme penetapan Anggota Kehormatan diatur dalam ketentuan
tersendiri.

67
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAGIAN II
SYARAT-SYARAT KEANGGOTAAN

Pasal 4

a. Setiap Mahasiswa Islam yang ingin menjadi anggota harus mengajukan


permohonan serta menyatakan secara tertulis kesediaan mengikuti Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan ketentuan/peraturan organisasi lainnya.
b. Apabila telah memenuhi syarat pada ayat (a) dan yang bersangkutan telah
dinyatakan lulus mengikuti Maperca, maka dinyatakan sebagai Anggota
Muda.
c. Mahasiswa Islam yang telah memenuhi syarat (a) dan/atau Anggota Muda
HMI dapat mengikuti Latihan Kader I dan setelah lulus dinyatakan sebagai
Anggota Biasa HMI.

BAGIAN III
MASA KEANGGOTAAN

Pasal 5
Masa Keanggotaan

a. Masa keanggotaan Anggota Muda berakhir 6 (enam) bulan sejak Maperca.


b. Masa keanggotaan Anggota Biasa adalah sejak dinyatakan lulus LK I (Basic
Training) hingga 2 (dua) tahun setelah berakhirnya masa studi S0 dan S1, dan
hingga 1 tahun untuk S2 dan S3.
c. Anggota Biasa yang habis masa keanggotaannya saat menjadi pengurus,
diperpanjang masa keanggotaannya sampai selesai masa kepengurusannya
(dinyatakan demisioner), setelah itu dinyatakan habis masa keanggotaannya
dan tidak dapat menjadi pengurus lagi.
d. Anggota Biasa yang melanjutkan studi ke strata perguruan tinggi yang lebih
tinggi atau sama lebih dari dua tahun sejak lulus dari studi sebelumnya dan
tidak sedang diperpanjang masa keanggotaan karena menjadi pengurus
(sebagaimana dimaksud ayat c) maka masa keanggotaan tidak diperpanjang
lagi (berakhir).
e. Masa keanggotaan berakhir apabila :
1. Telah berakhir masa keanggotaannya.
2. Meninggal dunia.
3. Mengundurkan diri.
4. Menjadi anggota partai politik.
5. Diberhentikan atau dipecat.

68
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAGIAN IV
HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 6
Hak Anggota

a. Anggota Muda mempunyai hak bicara dan hak partisipasi.


b. Anggota Biasa memiliki hak bicara, hak suara, hak partisipasi dan hak untuk
dipilih.
c. Anggota Kehormatan memiliki hak mengajukan saran/usul dan pertanyaan
kepada pengurus secara lisan dan tulisan.

Pasal 7
Kewajiban Anggota

a. Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik HMI.


b. Setiap anggota berkewajiban menjalankan Misi Organisasi.
c. Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan
moralitas dalam berperilaku dan menjalankan aktivitas organisasi.
d. Setiap anggota berkewajiban tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan HMI yang
sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e. Setiap anggota biasa berkewajiban membayar uang pangkal dan iuran
anggota.
f. Setiap anggota berkewajiban menghormati simbol-simbol organisasi.

BAGIAN V
MUTASI ANGGOTA

Pasal 8

a. Mutasi anggota adalah perpindahan status keanggotaan dari satu Cabang ke


Cabang lain.
b. Dalam keadaan tertentu, seorang anggota HMI dapat memindahkan status
keanggotaannya dari satu Cabang ke Cabang lain atas persetujuan Cabang
asalnya.
c. Untuk memperoleh persetujuan dari Cabang asal, maka seorang anggota
harus mengajukan permohonan secara tertulis untuk selanjutnya diberikan
surat keterangan.
d. Mutasi anggota hanya dapat dilakukan jika yang bersangkutan pindah studi
dan/atau pindah domisili.

69
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. Apabila seorang anggota HMI studi di 2 (dua) perguruan tinggi yang berbeda
wilayah kerja Cabang, maka ia harus memilih salah satu Cabang.

BAGIAN VI
RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP JABATAN

Pasal 9

a. Dalam keadaan tertentu anggota HMI dapat merangkap menjadi anggota


organisasi lain atas persetujuan Pengurus Cabang.
b. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada organisasi
lain sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (b) diatas, diatur dalam
ketentuan tersendiri.
d. Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain diluar HMI,
harus menyesuaikan tindakannya dengan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah
Tangga dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.

BAGIAN VII
SANKSI ANGGOTA

Pasal 10
Sanksi Anggota

a. Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang


diberikan organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar
ketentuan organisasi, merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi,
dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan hukum
lainnya.
b. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau bentuk
lain yang ditentukan oleh pengurus dan diatur dalam ketentuan tersendiri.
c. Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di forum yang
ditunjuk untuk itu.

70
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

A. STRUKTUR KEKUASAAN

BAGIAN I
KONGRES

Pasal 11
Status

a. Kongres merupakan musyawarah utusan Cabang-cabang.


b. Kongres memegang kekuasaaan tertinggi organisasi.
c. Kongres diadakan 2 (dua) tahun sekali.
d. Dalam keadaan luar biasa, Kongres dapat diadakan menyimpang dari
ketentuan pasal 11 ayat ( c ).
e. Dalam keadaan luar biasa Kongres dapat diselenggarakan atas inisiatif satu
Cabang dengan persetujuan sekurang-kurangnya melebihi separuh dari
jumlah Cabang penuh.

Pasal 12
Kekuasaan/Wewenang

a. Meminta laporan pertanggungjawaban Pengurus Besar.


b. Menetapkan Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga, Pedoman-pedoman
Pokok, Garis-Garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) dan Program Kerja
Nasional.
c. Memilih Pengurus Besar dengan jalan memilih Ketua Umum yang sekaligus
merangkap sebagai formateur dan dua mide formateur.
d. Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) Pengurus
Besar.
e. Menetapkan calon-calon tempat penyelenggaraan Kongres berikutnya.
f. Menetapkan dan mengesahkan pembentukan dan pembubaran Badan
Koordinasi (BADKO).

Pasal 13
Tata Tertib

a. Peserta Kongres terdiri dari Pengurus Besar (PB), Utusan/Peninjau Pengurus


Cabang, KOHATI PB HMI, Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi,
Badan Pengelola Latihan (BPL), Badan Penelitian Pengembangan (Balitbang),
BADKO, Anggota MPK PB HMI dan Undangan Pengurus Besar HMI.
b. KOHATI PB HMI, Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi, Badan
Pengelola Latihan, Balitbang, BADKO, Anggota MPK PB HMI dan
Undangan Pengurus Besar merupakan peserta peninjau.
71
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Peserta Utusan (Cabang Penuh) mempunyai hak suara dan hak bicara,
sedangkan peninjau mempunyai hak bicara.
d. Banyaknya utusan Cabang dalam Kongres dari jumlah Anggota Biasa Cabang
penuh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sn = a.px-1

Dimana :

x adalah bilangan asli {1,2,3,4, …}

Sn = Jumlah Anggota Biasa


a = 150 (Seratus lima Puluh)
p = Pembanding = 4 (empat)
x = Jumlah utusan

Jumlah anggota Jumlah Utusan


150 s/d 599 :1
600 s/d 2.399 :2
2.400 s/d 9.599 :3
9.600 s/d 38.900 :4
dan seterusnya ……….

e. Jumlah peserta peninjau ditetapkan oleh Pengurus Besar.


f. Pimpinan Sidang Kongres dipilih dari peserta (utusan/peninjau) oleh peserta
utusan dan berbentuk presidium.
g. Kongres baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh
jumlah peserta utusan (Cabang penuh).
h. Apabila ayat (g) tidak terpenuhi maka Kongres diundur selama 2 x 24 jam dan
setelah itu dinyatakan sah.
i. Setelah menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) dan dibahas oleh
Kongres maka PB HMI dinyatakan Demisioner.
j. BADKO dan Cabang harus mengikutsertakan HMI-Wati sebagai peserta.

BAGIAN II
KONFERENSI CABANG/MUSYAWARAH CABANG

Pasal 14
Status

a. Konferensi Cabang (KONFERCAB) merupakan musyawarah utusan


Komisariat.
b. KONFERCAB merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi di tingkat
Cabang.

72
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Bagi Cabang yang memiliki komisariat kurang dari 4 (empat) diselenggarakan
Musyawarah Cabang (MUSCAB).
d. KONFERCAB/MUSCAB diselenggarakan satu kali dalam setahun.

Pasal 15
Kekuasaan dan Wewenang

a. Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pengurus Cabang.


b. Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Cabang dan Program Kerja Pengurus
Cabang.
c. Memilih Pengurus Cabang dengan jalan memilih Ketua Umum yang
merangkap sebagai Formateur dan dua Mide Formateur.
d. Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) Pengurus
Cabang.

Pasal 16
Tata Tertib Konferensi Cabang/Musyawarah Cabang

a. Peserta KONFERCAB terdiri dari Pengurus Cabang, Utusan/Peninjau


Komisariat, KOHATI Cabang, Badan Pengelola Latihan, Anggota MPK
Pengurus Cabang, Koordinator Komisariat (KORKOM) dan undangan
Pengurus Cabang.
b. Pengurus Cabang adalah penanggung jawab Konferensi/Musyawarah Anggota
Cabang; Komisariat Penuh adalah peserta utusan; KOHATI Cabang, Lembaga
Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan, anggota MPK Pengurus
Cabang, KORKOM, Komisariat Persiapan, dan undangan Pengurus Cabang
adalah peserta peninjau.
c. Untuk MUSCAB, Pengurus Cabang adalah penanggung jawab penyelenggara
MUSCAB, anggota biasa adalah utusan, KOHATI Cabang, Lembaga
Pengembangan Profesi, Badan Pengelola Latihan, anggota MPK Pengurus
Cabang dan undangan pengurus Cabang adalah peserta peninjau.
d. Peserta utusan (komisariat penuh/anggota biasa) mempunyai hak suara dan
hak bicara sedangkan peserta peninjau mempunyai hak bicara.
e. Banyaknya utusan Komisariat dalam KONFERCAB ditentukan dari jumlah
Anggota Biasa dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Sn = a.px-1
dimana :
x adalah bilangan asli (1, 2, 3, 4, ….)
Sn = Jumlah Anggota Biasa
a = 150 (seratus lima puluh)
p = Pembanding = 3 (tiga)
x = Jumlah Utusan
Jumlah Anggota Jumlah Utusan
50 s/d 149 :1
150 s/d 449 :2
73
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
450 s/d 1.349 :3
1.350 s/d 4.049 :4
4.050 s/d 12.149 :5
12.150 s/d 36.449 :6
dan seterusnya ………….

f. Pimpinan Sidang KONFERCAB/MUSCAB dipilih dari peserta


utusan/peninjau oleh peserta utusan dan berbentuk presidum.
g. KONFERCAB/MUSCAB baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri lebih
dari separuh jumlah peserta utusan Komisariat/Komisariat penuh.
h. Apabila ayat (g) tidak terpenuhi, maka KONFERCAB/MUSCAB diundur 1
x 24 jam setelah itu dinyatakan sah.
i. Setelah Pengurus Cabang menyampaikan LPJ di hadapan peserta
KONFERCAB/MUSCAB maka pengurus Cabang dinyatakan demisioner.

BAGIAN III
RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT

Pasal 17
Status

a. Rapat Anggota Komisariat (RAK) merupakan musyawarah Anggota Biasa


Komisariat.
b. RAK diadakan satu kali dalam satu tahun.

Pasal 18
Kekuasaan/Wewenang

a. Meminta Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) Pengurus Komisariat.


b. Menetapkan Pedoman Kerja Pengurus Komisariat dan Program Kerja
Komisariat.
c. Memilih Pengurus Komisariat dengan jalan memilih Ketua Umum yang
merangkap sebagai formateur dan kemudian dua mide formateur.
d. Menetapkan Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi (MPK) Pengurus HMI
Komisariat.

Pasal 19
Tata Tertib Rapat Anggota Komisariat

a. Peserta RAK terdiri dari Pengurus Komisariat, Anggota Biasa Komisariat,


Pengurus KOHATI Komisariat, Anggota Muda, Anggota MPK Pengurus
Komisariat dan undangan Pengurus Komisariat.

74
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Pengurus Komisariat adalah penanggung jawab penyelenggara RAK; Anggota
Biasa adalah utusan; Anggota Muda, Anggota MPK Pengurus Komisariat dan
undangan Pengurus Komisariat adalah peserta peninjau.
c. Peserta utusan mempunyai hak suara dan hak bicara sedangkan peserta
peninjau mempunyai hak bicara.
d. Pimpinan Sidang RAK dipilih dari peserta utusan/peninjau oleh peserta
utusan dan berbentuk presidium.
e. RAK baru dapat dinyatakan sah apabila dihadiri lebih dari separuh jumlah
Anggota Biasa.
f. Apabila ayat (e) tidak terpenuhi maka RAK diundur 1 x 24 jam dan setelah itu
dinyatakan sah.
g. Setelah LPJ Pengurus Komisariat diterima oleh peserta RAK maka Pengurus
Komisariat dinyatakan demisioner.

B. STRUKTUR PIMPINAN

BAGIAN IV
PENGURUS BESAR

Pasal 20
Status

a. Pengurus Besar (PB) adalah Badan/Instansi kepemimpinan tertinggi


organisasi.
b. Masa jabatan PB adalah dua tahun terhitung sejak pelantikan/serah terima
jabatan dari PB Demisioner.

Pasal 21
Personalia Pengurus Besar

a. Formasi Pengurus Besar sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum.
b. Formasi Pengurus Besar disesuaikan dengan kebutuhan organisasi dengan
mempertimbangkan efektifitas dan efisiensi kinerja kepengurusan.
c. Yang dapat menjadi personalia Pengurus Besar adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat, Pengurus Cabang dan/atau
BADKO.
6. Tidak menjadi personalia Pengurus Besar untuk periode ketiga kalinya
kecuali jabatan Ketua Umum.

75
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Besar adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader III.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat, Cabang dan/atau BADKO.
6. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi
Pengurus.
7. Sehat secara jasmani maupun rohani
8. Ketika mencalonkan diri, mendapatkan rekomendasi tertulis dari
Cabang.
e. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah Kongres, personalia Pengurus
Besar harus sudah dibentuk dan Pengurus Besar Demisioner sudah
mengadakan serah terima jabatan.
f. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
diplih Pejabat Ketua Umum.
g. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah:
1. Meninggal dunia.
2. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam)
bulan berturut-turut.
3. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 2
(dua) bulan berturut-turut.
h. Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum
sebelum Kongres apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut :
1. Membuat pernyataan kepada publik atas nama PB HMI yang melanggar
Anggaran Dasar pasal 6.
2. Terbukti melanggar Anggaran Dasar Pasal 16 dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 58.
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah
Tangga pasal 21 ayat d.
i. Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan sumpah
jabatan Pejabat Ketua Umum sebelum Kongres hanya dapat melalui :
1. Keputusan Sidang Pleno Pengurus Besar yang disetujui minimal 50%+1
suara utusan Sidang Pleno Pengurus Besar apabila pemberhentian Ketua
Umum diusulkan melalui Keputusan Rapat Harian Pengurus Besar yang
disetujui oleh 2/3 jumlah Pengurus Besar.
2. Keputusan Sidang Pleno Pengurus Besar atau Rapat Harian Pengurus
Besar yang disetujui minimal 50%+1 jumlah suara utusan Sidang Pleno
Pengurus Besar atau 50%+1 jumlah Pengurus Besar apabila
pemberhentian Ketua Umum diusulkan oleh minimal 1/2 jumlah
Cabang penuh.
j. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis
disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda tangan pengusul.
Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Besar dan Cabang.

76
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
k. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar
selambat-lambatnya satu mingggu sejak putusan pemberhentiannya
ditetapkan. Putusan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar yang
bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak
pengajuan gugatan pembatalan diterima.
l. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris
Jenderal Pengurus Besar secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua
Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua
Umum dalam Rapat Harian Pengurus Besar yang terdekat.
m. Bila Sekretaris Jenderal Pengurus Besar tidak dapat menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Harian yang terdekat dari mangkat
atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum
diangkat secara otomatis dari Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum
dalam Rapat Harian Pengurus Besar yang terdekat.
n. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Besar untuk memilih Pejabat
Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat
atau pengunduran diri Ketua Umum kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Besar dan mengundang Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Besar menjadi saksi dalam Rapat Harian Pengurus Besar.
o. Rapat Harian Pengurus Besar untuk memilih Pejabat Ketua Umum langsung
dipimpin oleh Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua Umum dapat
dipilih melalui musyawarah atau pemungutan suara dari calon-calon yang
terdiri dari Sekretaris Jenderal, Bendahara Umum dan Ketua Bidang.
p. Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh
Koordinator Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar atau Anggota
Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar yang ditunjuk berdasarkan
kesepakatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar.
q. Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian personalia
Pengurus Besar dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat PB HMI.
2. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu)
semester.
3. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja PB HMI (di luar
bidang yang bersangkutan).

Pasal 22
Tugas dan Wewenang

a. Menggerakkan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah


Tangga.
b. Melaksanakan ketetapan-ketetapan Kongres.
c. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan dengan
HMI kepada seluruh aparat dan anggota HMI.
77
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Melaksanakan Sidang Pleno Pengurus Besar setiap semester kegiatan, selama
periode berlangsung.
e. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Besar minimal satu minggu sekali,
selama periode berlangsung.
f. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Besar minimal dua minggu sekali,
selama periode berlangsung.
g. Memfasilitasi sidang Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar dalam
rangka menyiapkan draft materi Kongres atau sidang Majelis Pengawas dan
Konsultasi Pengurus Besar lainnya ketika diminta.
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota melalui
Kongres.
i. Mengesahkan Pengurus BADKO.
j. Menerima laporan kerja Pengurus BADKO.
k. Menaikkan dan menurunkan status BADKO dan Cabang berdasarkan
evaluasi perkembangan BADKO dan Cabang.
l. Mengesahkan Pengurus Cabang dan mengesahkan pemekaran Cabang
berdasarkan rekomendasi KONFERCAB Induk dan menetapkan
pembentukan Cabang Persiapan berdasarkan usulan Musyawarah Daerah
(MUSDA) BADKO.
m. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus.

BAGIAN V
BADAN KOORDINASI

Pasal 23
Status

a. Badan Koordinasi (BADKO) adalah badan pembantu Pengurus Besar.


b. BADKO HMI dibentuk untuk mengkoordinir beberapa Cabang.
c. Masa jabatan Pengurus BADKO disesuaikan dengan masa jabatan Pengurus
Besar.

Pasal 24
Personalia Pengurus Badan Koordinasi

a. Formasi Pengurus BADKO sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi personalia Pengurus BADKO adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat dan Pengurus Cabang.

78
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
6. Tidak menjadi personalia Pengurus BADKO untuk periode ketiga
kalinya kecuali jabatan Ketua Umum.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus BADKO adalah:
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat dan Pengurus Cabang.
6. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi
pengurus.
7. Sehat secara jasmani maupun rohani.
8. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis yakni karya tulis ilmiah.
9. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis dari Cabang.
d. Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah MUSDA, personalia
Pengurus BADKO harus sudah dibentuk dan Pengurus BADKO Demisioner
sudah mengadakan serah terima jabatan.
e. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum.
f. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non aktif adalah :
1. Meninggal dunia.
2. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 6 (enam)
bulan berturut-turut.
3. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 2
(dua) bulan berturut-turut.
g. Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum
sebelum MUSDA apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal berikut :
1. Membuat pernyataan kepada publik atas nama Pengurus BADKO yang
melanggar Anggaran Dasar Pasal 6.
2. Terbukti melanggar Anggaran Dasar Pasal 16 dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 58.
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah
Tangga pasal 24 ayat c.
h. Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan Pejabat Ketua Umum
sebelum MUSDA, hanya dapat dilakukan melalui :
1. Keputusan Sidang Pleno Pengurus BADKO yang disetujui minimal
50%+1 suara peserta Sidang Pleno Pengurus BADKO apabila
pemberhentian Ketua Umum yang diusulkan melalui Keputusan Rapat
Harian Pengurus BADKO yang disetujui oleh 2/3 jumlah Pengurus
BADKO.
2. Sidang Pleno Pengurus BADKO yang disetujui minimal 50%+1 jumlah
suara utusan Sidang Pleno Pengurus BADKO apabila pemberhentian
Ketua Umum diusulkan oleh minimal setengah jumlah Cabang penuh.
i. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis
disertai alasan, bukti dan sanksi (bila dibutuhkan) dan tanda tangan pengusul.
Usulan ditembuskan kepada Pengurus Besar.
79
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
j. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Besar selambat-lambatnya satu mingggu
sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. Keputusan Pengurus Besar yang
bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak
pengajuan gugatan pembatalan diterima.
k. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum
Pengurus BADKO secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum
hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum
dalam Rapat Harian Pengurus BADKO yang terdekat.
l. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus BADKO, Sekretaris Umum selaku
Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat atau
pengunduran diri Ketua Umum kepada Cabang dan Pengurus Besar.
m. Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian personalia
Pengurus BADKO dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus BADKO.
2. Realisasi program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu)
semester.
3. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Pengurus BADKO
HMI (di luar bidang yang bersangkutan).

Pasal 25
Tugas dan Wewenang

a. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Pengurus Besar tentang


berbagai masalah organisasi di wilayahnya.
b. Mewakili Pengurus Besar menyelesaikan persoalan intern di wilayah
koordinasinya tanpa meninggalkan keharusan konsultasi dengan Pengurus
Besar.
c. Melaksanakan segala yang diputuskan Musyawarah Daerah (MUSDA).
d. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan.
e. Membantu menyiapkan draft materi Kongres.
f. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan Cabang-Cabang dalam wilayah
koordinasinya.
g. Mewakili Pengurus Besar melantik Cabang-Cabang di wilayah koordinasinya.
h. Meminta laporan perkembangan Cabang-Cabang dalam wilayah
koordinasinya.
i. Menyampaikan laporan kerja Pengurus setiap semester kepada Pengurus
Besar.
j. Menyelenggarakan MUSDA selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
Kongres.
k. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MUSDA.

80
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 26
Musyawarah Daerah

a. Musyawarah Daerah (MUSDA) adalah musyawarah utusan Cabang-Cabang


yang ada dalam wilayah koordinasinya.
b. Penyelenggaraan MUSDA dilaksanakan selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan
setelah Kongres.
c. Apabila ayat (b) tidak terpenuhi, maka Pengurus Besar segera mengambil
inisiatif untuk segera menetapkan Ketua Umum BADKO.
d. Kekuasaan dan wewenang MUSDA adalah menetapkan program kerja dan
memilih calon-calon Ketua Umum/Formateur BADKO maksimal 3 (tiga)
orang dan diusulkan pengesahannya pada PB HMI dengan memperhatikan
suara terbanyak untuk ditetapkan 1 (satu) sebagai Ketua Umum/Formateur.
e. Tata Tertib MUSDA disesuaikan dengan pasal 13 ART.

Pasal 27
Pembentukan Badan Koordinasi

a. Untuk pembentukan/pendirian Badan Koordinasi (BADKO) harus


direkomendasikan di Kongres dan ditetapkan/disahkan pada Kongres
berikutnya.
b. Satu Badan Koordinasi (BADKO) mengkoordinir minimal 3 (tiga) Cabang
Penuh.

BAGIAN VI
CABANG

Pasal 28
Status

a. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang merupakan satu


kesatuan organisasi yang dibentuk di Kota Besar atau Ibukota
Propinsi/Kabupaten/Kota yang terdapat perguruan tinggi.
b. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang merupakan satu
kesatuan organisasi yang dibentuk di Ibukota Negara dan Kota Besar lainnya
di Negara tersebut yang terdapat banyak Mahasiswa Muslim.
c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah satu tahun semenjak pelantikan/serah
terima jabatan dari Pengurus Demisioner.

81
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 29
Personalia Pengurus Cabang

a. Formasi Pengurus Cabang sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi personalia Pengurus Cabang adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat dan/atau KORKOM.
6. Tidak menjadi personalia Pengurus Cabang untuk periode ketiga kalinya
kecuali jabatan Ketua Umum.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Cabang adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sangsi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat, KORKOM dan/atau Pengurus
Cabang.
6. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi
pengurus.
7. Sehat secara jasmani maupun rohani.
8. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis.
9. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis dari
Pengurus Komisariat penuh.
d. Selambat-lambatnya 15 (lima belas hari) hari setelah
KONFERCAB/MUSCAB, personalia Pengurus Cabang harus sudah
dibentuk dan Pengurus Cabang Demisioner sudah mengadakan serah terima
jabatan.
e. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum.
f. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif adalah :
1. Meninggal dunia.
2. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 3 (tiga)
bulan berturut-turut.
3. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 1
(satu) bulan berturut-turut.
g. Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum
sebelum KONFERCAB/MUSCAB apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal
berikut :
1. Membuat pernyataan kepada publik atas nama Cabang yang melanggar
Anggaran Dasar pasal 6.
2. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 58.
82
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah
Tangga pasal 29 ayat c.
h. Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan sumpah
jabatan Pejabat Ketua Umum melalui :
1. Keputusan Sidang Pleno Pengurus Cabang yang disetujui minimal
50%+1 suara utusan Sidang Pleno Pengurus Cabang.
2. Usulan pemberhentian Ketua Umum hanya dapat diajukan melalui
Keputusan Rapat Harian Pengurus Cabang yang disetujui oleh minimal
2/3 jumlah Pengurus Cabang atau oleh minimal 1/2 jumlah Komisariat
penuh.
i. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis
disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda tangan pengusul.
Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Cabang dan Komisariat.
j. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Besar selambat-lambatnya satu mingggu
sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. Keputusan Pengurus Besar
dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan pembatalan gugatan
diterima. Dalam hal masíh terdapat keberatan atas keputusan Pengurus Besar
maka dapat diajukan gugatan ulang kepada Pengurus Besar selambat-
lambatnya satu mingggu sejak keputusan Pengurus Besar ditetapkan.
Keputusan Pengurus Besar yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan
paling lambat dua minggu sejak gugatan ulang diterima.
k. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum
Pengurus Cabang secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum
hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum
dalam Rapat Harian Pengurus Cabang yang terdekat.
l. Bila Sekretaris Umum Pengurus Cabang tidak dapat menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan diri, atau
berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Harian yang terdekat dari mangkat
atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum
diangkat secara otomatis dari Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum
dalam Rapat Harian Pengurus Cabang yang terdekat.
m. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Cabang untuk memilih Pejabat
Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat
atau pengunduran diri Ketua Umum kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Cabang dan menjadi saksi dalam Rapat Harian Pengurus Cabang.
n. Rapat Harian Pengurus Cabang untuk memilih Pejabat Ketua Umum
langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua
Umum dapat dipilih melalui musyawarah atau pemungutan suara dari calon
yang terdiri dari Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang.
o. Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh
Koordinator Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang atau Anggota
Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang yang ditunjuk
berdasarkan kesepakatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang.
83
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
p. Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian personalia
Pengurus Cabang dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus Cabang.
2. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 1 (satu)
semester.
3. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Cabang (di luar
bidang yang bersangkutan).

Pasal 30
Tugas dan Wewenang

a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Konferensi/Musyawarah Cabang, serta


ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh Pengurus Besar
atau Pengurus BADKO.
b. Membentuk Koordinator Komisariat (KORKOM) bila diperlukan dan
mengesahkan kepengurusannya.
c. Mengesahkan Pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat Cabang
d. Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.
e. Melaksanakan Sidang Pleno sekurang-kurangnya sekali dalam 4 (empat) bulan
atau 2 (dua) kali selama satu periode berlangsung.
f. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Cabang minimal satu minggu sekali,
selama periode berlangsung.
g. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Cabang minimal 1 (satu) kali dalam
sebulan.
h. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali kepada
Pengurus Besar melalui Pengurus BADKO.
i. Memilih dan mengesahkan 1 (satu) orang Formateur/Ketua Umum dan 2
(dua) orang mide Formateur dari 3 (tiga) calon Anggota Formateur
KORKOM yang dihasilkan Musyawarah Komisariat dengan memperhatikan
suara terbanyak dan mengesahkan susunan Pengurus KORKOM yang
diusulkan Formateur/Ketua Umum KORKOM.
j. Mengusulkan pembentukan dan pemekaran Cabang melalui Musyawarah
Daerah.
k. Menyelenggarakan Konferensi/Musyawarah Cabang.
l. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota Biasa melalui
Konferensi/Musyawarah Cabang.

Pasal 32
Pendirian dan Pemekaran Cabang

a. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Cabang Persiapan


dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 100 (seratus) orang anggota biasa
kepada Pengurus BADKO setempat yang selanjutnya diteruskan kepada
Pengurus Besar.

84
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, pendirian Cabang Persiapan
dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) orang anggota biasa
langsung kepada Pengurus Besar.
c. Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen
pendukungnya.
d. Pengurus Besar dalam mengesahkan Cabang Persiapan harus meneliti keaslian
dokumen pendukung, mempertimbangkan potensi anggota di daerah
setempat, dan potensi-potensi lainnya di daerah setempat yang dapat
mendukung kesinambungan Cabang tersebut bila dibentuk.
e. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya setelah 1
(satu) tahun disahkan menjadi Cabang Persiapan, mempunyai minimal 150
(seratus lima puluh) anggota biasa dan mampu melaksanakan minimal 2 (dua)
kali Latihan Kader I dan 1 (satu) kali Latihan Kader II di bawah bimbingan
dan pengawasan Pengurus BADKO setempat, memiliki Badan Pengelola
Latihan dan minimal 1 (satu) Lembaga Pengembangan Profesi aktif serta
direkomendasikan Pengurus BADKO setempat dapat disahkan menjadi
Cabang penuh.
f. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, sekurang-kurangnya setelah 1
(satu) tahun disahkan menjadi Cabang Persiapan, mempunyai minimal 75
(tujuh puluh lima) anggota biasa dan mampu melaksanakan minimal 1 (satu)
kali Latihan Kader I dan 1 (satu) kali Latihan Kader II di bawah bimbingan
dan pengawasan Pengurus Besar, dan memiliki Badan Pengelola Latihan dapat
disahkan menjadi Cabang Penuh.
g. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Cabang penuh dapat
dimekarkan menjadi 2 (dua) atau lebih Cabang penuh apabila masing-masing
Cabang yang dimekarkan tersebut memiliki minimal 150 (seratus lima puluh)
anggota biasa, memiliki Badan Pengelola Latihan dan minimal 1 (satu)
Lembaga Pengembangan Profesi aktif, direkomendasikan dalam Konferensi
Cabang asal dan disetujui dalam Musyawarah BADKO setempat, serta tidak
dalam satu wilayah administratif Kabupaten/Kota.
h. Untuk pemekaran Cabang penuh yang berkedudukan di Kota Besar, 2 (dua)
atau lebih Cabang penuh yang telah dimekarkan dapat berada dalam 1 (satu)
wilayah administratif Kota bila memiliki potensi keanggotaan, potensi
pembiayaan, dan potensi-potensi penunjang kesinambungan Cabang lainnya
yang tinggi.
i. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, 1 (satu) Cabang dapat
dimekarkan menjadi 2 (dua) atau lebih Cabang penuh apabila masing-masing
Cabang yang dimekarkan tersebut memiliki minimal 75 (tujuh puluh lima)
anggota biasa, memiliki Badan Pengelola Latihan dan direkomendasikan
Konferensi Cabang asal.
j. Dalam mengesahkan pemekaran Cabang penuh, Pengurus Besar harus
mempertimbangkan tingkat dinamika Cabang penuh hasil pemekaran, daya
dukung daerah tempat kedudukan Cabang-Cabang hasil pemekaran, potensi
keanggotaan, potensi pembiayaan untuk menunjang aktivitas Cabang hasil
pemekaran, dan potensi-potensi lainnya yang menunjang kesinambungan
Cabang.
85
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 32
Penurunan Status dan Pembubaran Cabang

a. Cabang Penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Cabang Persiapan apabila


memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut :
1. Memiliki anggota biasa kurang dari 150 orang (dalam NKRI) dan 75
orang (di luar NKRI).
2. Tidak lagi memiliki salah satu atau keduanya dari Badan Pengelola
Latihan dan 1 (satu) Lembaga Pengembangan Profesi.
3. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan Konferensi
Cabang selambat-lambatnya selama 18 (delapan belas) bulan.
4. Tidak melaksanakan Latihan Kader II sebanyak 2 (dua) kali dalam 2 (dua)
periode kepengurusan berturut-turut atau tidak melaksanakan 4 (empat)
kali Latihan Kader I dalam 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
5. Tidak melaksanakan Sidang Pleno minimal 4 (empat) kali selama 2 (dua)
periode kepengurusan berturut-turut atau Rapat Harian dan Rapat
Presidium minimal 20 kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-
turut.
b. Apabila Cabang Persiapan dan Cabang Penuh yang diturunkan menjadi
Cabang Persiapan dalam waktu 2 (dua) tahun tidak dapat meningkatkan
statusnya menjadi Cabang Penuh maka Cabang tersebut dinyatakan bubar
melalui Keputusan Pengurus Besar.

BAGIAN VII
KOORDINATOR KOMISARIAT

Pasal 33
Status

a. Koordinator Komisariat (KORKOM) adalah instansi pembantu Pengurus


Cabang.
b. Pada perguruan tinggi yang dianggap perlu, Pengurus Cabang dapat
membentuk KORKOM untuk mengkoordinir beberapa Komisariat.
c. Masa jabatan Pengurus KORKOM disesuaikan dengan masa jabatan Pengurus
Cabang.
Pasal 34
Personalia Pengurus Koordinator Komisariat

a. Formasi Pengurus KORKOM sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Sekretaris Umum dan Bendahara Umum.
b. Yang dapat menjadi personalia Pengurus KORKOM adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sangsi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I minimal 1 (satu) tahun.
86
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat.
6. Tidak menjadi personalia Pengurus KORKOM untuk periode ketiga
kalinya kecuali jabatan Ketua Umum.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus KORKOM adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an .
3. Tidak sedang dijatuhi sangsi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat.
6. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi
pengurus.
7. Sehat secara jasmani maupun rohani.
8. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis.
9. Ketika mencalonkan diri mendapatkan rekomendasi tertulis dari
Pengurus Komisariat Penuh.
d. Selambat-lambatnya 15 (lima belas hari) hari setelah Musyawarah Komisariat,
personalia Pengurus KORKOM harus sudah dibentuk dan Pengurus
Demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
e. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum.
f. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif adalah :
1. Meninggal dunia.
2. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 2 (dua)
bulan berturut-turut.
3. Tidak hadir dalam rapat harian dan/atau rapat presidium selama 1 (satu)
bulan berturut-turut.
g. Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum
sebelum Musyawarah Koordinator Komisariat apabila memenuhi satu atau
lebih hal-hal berikut :
1. Membuat pernyataan kepada publik atas nama Pengurus KORKOM
yang melanggar Anggaran Dasar pasal 6.
2. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 58.
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah
Tangga pasal 34 ayat c
h. Pemberhentian Ketua Umum KORKOM dan pengangkatan Pejabat Ketua
Umum KORKOM hanya dapat dilakukan melalui :
1. Keputusan Rapat Harian Pengurus Cabang yang disetujui minimal
50%+1 suara peserta Rapat Harian Pengurus Cabang.
2. Rapat Harian Pengurus Cabang hanya membahas usulan pemberhentian
Ketua Umum KORKOM yang diusulkan oleh minimal 1/2 jumlah
Komisariat di wilayah KORKOM tersebut atau 1/2 jumlah Pengurus
Cabang atau 2/3 jumlah Pengurus KORKOM.
i. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis
disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan), dan tanda tangan pengusul.
87
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Cabang dan Komisariat.
j. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Cabang selambat-lambatnya satu minggu
sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. Keputusan Pengurus Cabang
dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak pengajuan pembatalan gugatan
diterima. Dalam hal masíh terdapat keberatan atas keputusan Pengurus
Cabang maka dapat diajukan gugatan ulang kepada Pengurus Cabang
selambat-lambatnya satu minggu sejak keputusan Pengurus Cabang
ditetapkan. Keputusan Pengurus Cabang yang bersifat final dan mengikat
dikeluarkan paling lambat dua minggu sejak gugatan ulang diterima.
k. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum
KORKOM secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua Umum hingga
dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dalam
Rapat Harian Pengurus Cabang yang terdekat.
l. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Cabang, Sekretaris Umum
KORKOM selaku Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan
mangkat atau pengunduran diri Ketua Umum kepada Komisariat dan
Pengurus Cabang.
m. Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian personalia
Pengurus KORKOM dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus KORKOM.
2. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam 3 (tiga) bulan.
3. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja KORKOM (di luar
bidang yang bersangkutan).

Pasal 35
Tugas dan Wewenang

a. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Pengurus Cabang tentang


berbagai masalah organisasi di wilayahnya.
b. Mewakili Pengurus Cabang menyelesaikan persoalan intern di wilayah
koordinasinya dan berkonsultasi serta berkoordinasi dengan Pengurus
Cabang.
c. Melaksanakan Ketetapan-ketetapan Musyawarah Komisariat.
d. Menyampaikan laporan kerja di Sidang Pleno Pengurus Cabang dan di waktu
lain ketika diminta Pengurus Cabang.
e. Membantu menyiapkan draft materi Konferensi Cabang.
f. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan Komisariat dalam wilayah
koordinasinya.
g. Meminta laporan Komisariat dalam wilayah koordinasinya.
h. Menyelenggarakan Musyawarah Komisariat selambat-lambatnya 2 (dua)
bulan setelah Konferensi Cabang.
i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus Cabang
melalui Rapat Harian Pengurus Cabang selambat-lambatnya 1 (satu) minggu

88
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
sebelum Musyawarah Komisariat dan menyampaikan laporan kerja selama
periode kepengurusan di Musyawarah Komisariat.
j. Mengusulkan kenaikan dan penurunkan status Komisariat di wilayah
koordinasinya berdasarkan evaluasi perkembangan Komisariat.
k. Mengusulkan kepada Pengurus Cabang pembentukan Komisariat Persiapan.

Pasal 36
Musyawarah Komisariat

a. Musyawarah Komisariat (Muskom) adalah musyawarah perwakilan


komisariat-komisariat yang ada dalam wilayah koordinasi KORKOM.
b. Muskom dilaksanakan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan setelah Konferensi
Cabang.
c. Kekuasaan dan wewenang Muskom adalah menetapkan Pedoman Kerja
Pengurus KORKOM, Program Kerja, mengusulkan pemekaran Komisariat
serta Rekomendasi Internal dan Eksternal KORKOM dan memilih calon-
calon Formateur KORKOM sebanyak 3 (tiga) orang dan diusulkan kepada
Pengurus Cabang untuk dipilih dan disahkan 1 (satu) orang sebagai
Formateur dan 2 (dua) orang sebagai Mide Formateur.
d. Tata tertib Muskom disesuaikan dengan pasal 16 Anggaran Rumah Tangga.

BAGIAN VIII
KOMISARIAT

Pasal 37
Status

a. Komisariat merupakan satu kesatuan organisasi di bawah Cabang yang


dibentuk di satu perguruan tinggi atau satu/beberapa fakultas dalam satu
perguruan tinggi.
b. Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun semenjak
pelantikan/serah terima jabatan Pengurus Demisioner.
c. Setelah satu tahun berdirinya dengan bimbingan dan pengawasan
KORKOM/Cabang yang bersangkutan serta syarat-syarat berdirinya
Komisariat Penuh telah terpenuhi, maka dapat mengajukan permohonan
kepada Pengurus Cabang untuk disahkan menjadi Komisariat Penuh dengan
rekomendasi KORKOM.
d. Dalam hal tidak terdapat KORKOM pengajuan Komisariat penuh langsung
kepada Pengurus Cabang.

Pasal 38
Personalia Pengurus Komisariat

a. Formasi pengurus komisariat sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua Umum,


Sekretaris Umum, dan Bendahara Umum.
89
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Yang dapat menjadi personalia Pengurus Komisariat adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I minimal 1 (satu) tahun
setelah lulus.
5. Tidak menjadi personalia Pengurus Komisariat untuk periode ketiga
kalinya kecuali jabatan Ketua Umum.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Formateur Pengurus Komisariat adalah :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi.
4. Dinyatakan lulus mengikuti Latihan Kader I minimal 1 (satu) tahun.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat.
6. Tidak sedang diperpanjang masa keanggotaannya karena sedang menjadi
pengurus.
7. Sehat secara jasmani maupun rohani
8. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis.
d. Selambat-lambatnya 15 (lima belas hari) hari setelah Rapat Anggota
Komisariat, personalia Pengurus Komisariat harus sudah dibentuk dan
Pengurus Demisioner sudah mengadakan serah terima jabatan.
e. Apabila Ketua Umum tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif, maka dapat
dipilih Pejabat Ketua Umum.
f. Yang dimaksud dengan tidak dapat menjalankan tugas/non-aktif adalah :
1. Meninggal dunia.
2. Sakit yang menyebabkan tidak dapat menjalankan tugas selama 2 (dua)
bulan berturut-turut.
3. Tidak hadir dalam Rapat Harian dan/atau Rapat Presidium selama 1
(satu) bulan berturut-turut.
g. Ketua Umum dapat diberhentikan dan diangkat Pejabat Ketua Umum
sebelum Rapat Anggota Komisariat apabila memenuhi satu atau lebih hal-hal
berikut :
1. Membuat pernyataan kepada publik atas nama Pengurus Komisariat yang
melanggar Anggaran Dasar pasal 6.
2. Terbukti melanggar Anggaran Dasar pasal 16 dan Anggaran Rumah
Tangga Pasal 58.
3. Tidak lagi memenuhi syarat sebagaimana diatur Anggaran Rumah
Tangga pasal 38 ayat c.
h. Pemberhentian Ketua Umum dan pengangkatan/pengambilan sumpah
jabatan Pejabat Ketua Umum hanya dapat dilakukan melalui :
1. Keputusan Rapat Harian Pengurus Komisariat yang disetujui minimal
50%+1 suara utusan Rapat Harian Pengurus Komisariat.
2. Usulan pemberhentian Ketua Umum dapat diajukan melalui Keputusan
Rapat Harian Pengurus Komisariat yang disetujui oleh minimal 2/3
jumlah Pengurus Komisariat.
90
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Usulan pemberhentian Ketua Umum harus disampaikan secara tertulis
disertai alasan, bukti dan saksi (bila dibutuhkan) dan tanda tangan
pengusul. Usulan ditembuskan kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Besar dan Cabang.
i. Ketua Umum dapat mengajukan gugatan pembatalan atas putusan
pemberhentiannya kepada Pengurus Cabang selambat-lambatnya satu
mingggu sejak putusan pemberhentiannya ditetapkan. Putusan Pengurus
Cabang yang bersifat final dan mengikat dikeluarkan paling lambat dua
minggu sejak pengajuan gugatan pembatalan diterima.
j. Dalam hal Ketua Umum mangkat atau mengundurkan diri, Sekretaris Umum
Pengurus Komisariat secara otomatis menjadi Pejabat Sementara Ketua
Umum hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan Pejabat Ketua
Umum dalam Rapat Harian Pengurus Komisariat yang terdekat.
k. Bila Sekretaris Umum Pengurus Komisariat tidak dapat menjadi Pejabat
Sementara Ketua Umum karena mangkat, mengundurkan diri atau
berhalangan tetap hingga dua kali Rapat Harian yang terdekat dari mangkat
atau mundurnya Ketua Umum maka Pejabat Sementara Ketua Umum
diangkat secara otomatis dari Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan
Pembinaan Anggota hingga dipilih, diangkat dan diambil sumpah jabatan
Pejabat Ketua Umum dalam Rapat Harian Pengurus Komisariat yang
terdekat.
l. Sebelum diadakan Rapat Harian Pengurus Komisariat untuk memilih Pejabat
Ketua Umum, Pejabat Sementara Ketua Umum memberitahukan mangkat
atau pengunduran diri Ketua Umum kepada Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Komisariat dan mengundang Majelis Pengawas dan Konsultasi
Pengurus Komisariat menjadi saksi dalam Rapat Harian Pengurus Komisariat.
m. Rapat Harian Pengurus Komisariat untuk memilih Pejabat Ketua Umum
langsung dipimpin oleh Pejabat Sementara Ketua Umum. Pejabat Ketua
Umum dapat dipilih melalui musyawarah atau pemungutan suara dari calon
yang terdiri dari Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang.
n. Pengambilan sumpah jabatan Pejabat Ketua Umum dilakukan oleh
Koordinator Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat atau
Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat yang
ditunjuk berdasarkan kesepakatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus
Komisariat.
o. Ketua Umum dapat melakukan reshuffle atau penggantian personalia
Pengurus Komisariat dengan mempertimbangkan hal-hal berikut :
1. Keaktifan yang bersangkutan dalam rapat-rapat Pengurus Komisariat.
2. Realisasi Program kerja di bidang yang bersangkutan dalam waktu 3
(tiga) bulan.
3. Partisipasi yang bersangkutan dalam program kerja Komisariat (di luar
bidang yang bersangkutan).

91
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 39
Tugas dan Wewenang

a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Rapat Anggota Komisariat dan


ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh Pengurus
Cabang.
b. Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.
c. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Komisariat minimal satu bulan satu
kali.
d. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Komisariat minimal 1 (satu) kali
dalam seminggu.
e. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali kepada
Pengurus Cabang.
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota biasa melalui
Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 40
Pendirian dan Pemekaran Komisariat

a. Pendirian Komisariat Persiapan dapat diusulkan oleh sekurang-kurangnya 25


(dua puluh lima) Anggota Biasa dari satu perguruan tinggi atau satu/beberapa
fakultas dari satu perguruan tinggi langsung kepada Pengurus Cabang atau
melalui Pengurus KORKOM yang selanjutnya dibicarakan dalam Sidang
Pleno Pengurus Cabang.
b. Usulan disampaikan secara tertulis disertai alasan dan dokumen
pendukungnya.
c. Pengurus Cabang dalam mengesahkan Komisariat Persiapan harus meneliti
keaslian dokumen pendukung, mempertimbangkan potensi anggota di
perguruan tinggi/fakultas setempat dan potensi-potensi lainnya yang dapat
mendukung kesinambungan Komisariat tersebut bila dibentuk.
d. Sekurang-kurangnya setelah 1 (satu) tahun disahkan menjadi Komisariat
Persiapan, mempunyai minimal 50 (lima puluh) anggota biasa dan mampu
melaksanakan minimal 1 (satu) kali Latihan Kader I dan 2 (dua) kali Maperca
di bawah bimbingan dan pengawasan Cabang/KORKOM setempat, serta
direkomendasikan KORKOM setempat dapat disahkan menjadi Komisariat
penuh di Sidang Pleno Pengurus Cabang.
e. Pemekaran Komisariat penuh dapat dimekarkan menjadi 2 (dua) atau lebih
Komisariat penuh apabila masing-masing Komisariat yang dimekarkan
tersebut memiliki minimal 50 (lima puluh) anggota biasa.
f. Dalam mengesahkan pemekaran Komisariat Penuh, Pengurus Cabang harus
mempertimbangkan potensi dinamika Komisariat penuh hasil pemekaran,
daya dukung Fakultas/Perguruan tinggi tempat kedudukan Komisariat-
Komisariat hasil pemekaran, potensi keanggotaan, potensi pembiayaan untuk
menunjang aktivitas Komisariat hasil pemekaran, dan potensi-potensi lainnya
yang menunjang kesinambungan Komisariat.

92
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 41
Penurunan Status dan Pembubaran Komisariat

a. Komisariat penuh dapat diturunkan statusnya menjadi Komisariat Persiapan


apabila memenuhi salah satu atau seluruh hal berikut :
1. Memiliki anggota biasa kurang dari 50 orang.
2. Dalam satu periode kepengurusan tidak melaksanakan Rapat Anggota
Komisariat selambat-lambatnya selama 18 (delapan belas) bulan.
3. Tidak melaksanakan Latihan Kader I sebanyak 2 (dua) kali dalam 2 (dua)
periode kepengurusan berturut-turut atau tidak melaksanakan 3 (tiga)
kali Maperca dalam 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
4. Tidak melaksanakan Rapat Harian minimal 10 (sepuluh) kali selama 2
(dua) periode kepengurusan berturut-turut atau Rapat Presidium minimal
30 (tiga puluh) kali selama 2 (dua) periode kepengurusan berturut-turut.
b. Apabila Komisariat Penuh yang diturunkan menjadi Komisariat Persiapan
dalam waktu 2 (dua) tahun tidak dapat meningkatkan statusnya menjadi
Komisariat Penuh maka Komisariat tersebut dinyatakan bubar melalui
Keputusan Pengurus Cabang.

C. MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI

BAGIAN IX
MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI PENGURUS BESAR

Pasal 42
Status, Fungsi, Keanggotaan dan Masa Jabatan

a. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar adalah Majelis Pengawas


dan Konsultasi HMI ditingkat Pengurus Besar.
b. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar berfungsi melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pengurus Besar dalam melaksanakan AD, ART
dan aturan dibawahnya dan memberikan penilaian konstitusional yang
bersifat final dan mengikat atas perkara konstitusional di tingkat Pengurus
Besar.
c. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar berjumlah 15 (lima
belas) orang.
d. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar adalah
anggota/alumni HMI yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar AD/ART.
4. Dinyatakan telah lulus mengikuti Latihan Kader III.
93
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
5. Pernah menjadi Presidium Pengurus Besar atau Presidium Pengurus
Badan Khusus di tingkat Pengurus Besar.
6. Sehat secara jasmani maupun rohani.
7. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis.
8. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari 5 Cabang
penuh.
9. Tidak menjadi anggota MPK PB untuk yang ketiga kalinya.
e. Masa Jabatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar adalah 2 (dua)
tahun dimulai sejak terbentuknya di Kongres dan berakhir pada Kongres
periode berikutnya.

Pasal 43
Tugas dan Wewenang MPK PB

a. Menjaga tegaknya AD dan ART HMI di tingkat Pengurus Besar.


b. Mengawasi pelaksanaan AD, ART dan ketetapan-ketetapan Kongres oleh
Pengurus Besar.
c. Memberikan masukan dan saran kepada Pengurus Besar dalam melaksanakan
AD, ART dan ketetapan-ketetapan Kongres baik diminta maupun tidak
diminta.
d. Menyampaikan hasil pengawasannya kepada Sidang Pleno Pengurus Besar.
e. Menyiapkan draft materi Kongres.
f. Memberikan putusan yang bersifat final dan mengikat atas perkara
konstitusional yang diajukan oleh anggota biasa dan struktur organisasi
lainnya.
Pasal 44
Struktur, Tata Kerja dan Persidangan MPK PB

a. Struktur MPK PB terdiri dari 1 (satu) orang Koordinator dan Komisi-Komisi.


b. Koordinator dipilih dari dan oleh anggota MPK PB.
c. Komisi-Komisi ditetapkan berdasarkan pembagian bidang Pengurus Besar dan
dipimpin oleh seorang Ketua Komisi yang dipilih dari dan oleh anggota
Komisi tersebut.
d. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, MPK PB difasilitasi oleh
Pengurus Besar.
e. MPK PB bersidang sedikitnya 4 (empat) kali dalam 1 (satu) periode.
f. Sidang MKP PB dianggap sah bila dihadiri oleh minimal 2/3 anggota MPK
PB dan dipimpin oleh Koordinator MPK PB.
g. Putusan MPK PB diambil secara musyawarah mufakat dan bila tidak dapat
dipenuhi dapat diambil melalui suara terbanyak (50%+1).

94
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAGIAN X
MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI PENGURUS CABANG

Pasal 45
Status, Fungsi, Keanggotaan dan Masa Jabatan

a. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang adalah Majelis Pengawas


dan Konsultasi HMI ditingkat Pengurus Cabang.
b. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang berfungsi melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pengurus Cabang dalam melaksanakan AD,
ART dan aturan penjabarannya, Keputusan Pengurus Besar dan Pengurus
BADKO dan hasil-hasil KONFERCAB/MUSCAB.
c. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang berjumlah 7
(tujuh) orang.
d. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang adalah
anggota/alumni HMI yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak pernah dijatuhi sangsi organisasi karena melanggar AD/ART.
4. Dinyatakan telah lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Presidium Pengurus Cabang atau Presidium Pengurus
Badan Khusus di tingkat Pengurus Cabang atau Ketua Umum
KORKOM.
6. Sehat secara jasmani maupun rohani.
7. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis yakni karya tulis ilmiah.
8. Ketika mencalonkan mendapatkan rekomendasi tertulis dari
KORKOM/Komisariat.
9. Tidak menjadi anggota MPK PC untuk yang ketiga kalinya.
e. Masa Jabatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang adalah 1
(satu) tahun dimulai sejak terbentuknya di Konferensi Cabang dan berakhir
pada Konferensi Cabang berikutnya.

Pasal 46
Tugas dan Wewenang MPK PC

a. Menjaga tegaknya AD dan ART HMI disemua tingkatan struktur Cabang


hingga Komisariat.
b. Mengawasi pelaksanaan AD, ART dan penjabarannya, keputusan Pengurus
Besar dan Pengurus BADKO, serta ketetapan-ketetapan Konferensi Cabang
oleh Pengurus Cabang dan badan khusus di tingkat Cabang.
c. Memberikan saran dan masukan atas pelaksanaan keputusan Pengurus Besar
dan Pengurus BADKO, dan ketetapan-ketetapan Konferensi Cabang oleh
Pengurus Cabang dan badan khusus di tingkat Cabang ketika diminta
maupun tidak diminta.
95
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Menyampaikan hasil pengawasannya kepada Sidang Pleno Pengurus Cabang.
e. Menyiapkan draft materi Konferensi Cabang.

Pasal 47
Struktur, Tata Kerja dan Persidangan MPK PC

a. Struktur MPK PC terdiri dari 1 (satu) orang Koordinator dan Komisi-Komisi.


b. Koordinator dipilih dari dan oleh anggota MPK PC.
c. Komisi-Komisi ditetapkan berdasarkan pembagian bidang Pengurus Cabang
dan dipimpin oleh seorang Ketua Komisi yang dipilih dari dan oleh anggota
Komisi tersebut.
d. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, MPK PC difasilitasi oleh
Pengurus Cabang.
e. MPK PC bersidang sedikitnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) periode.
f. Sidang MPK PC dianggap sah bila dihadiri oleh minimal 2/3 anggota MPK
PC dan dipimpin oleh Koordinator MPK PC.
g. Putusan MPK PC diambil secara musyawarah mufakat dan bila tidak dapat
dipenuhi dapat diambil melalui suara terbanyak ( 50%+1).

BAGIAN XI
MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI PENGURUS KOMISARIAT

Pasal 48
Status, Fungsi, Keanggotaan dan Masa Jabatan

a. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat adalah Majelis


Pengawas dan Konsultasi HMI ditingkat Pengurus Komisariat.
b. Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat berfungsi melakukan
pengawasan terhadap kinerja Pengurus Komisariat dalam melaksanakan AD,
ART dan aturan penjabarannya, keputusan Pengurus Cabang dan
KORKOM, dan ketetapan Rapat Anggota Komisariat.
c. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat berjumlah 5
(lima) orang.
d. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat adalah
anggota/alumni HMI yang memenuhi syarat sebagai berikut :
1. Bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Dapat membaca Al Qur’an.
3. Tidak pernah dijatuhi sanksi organisasi karena melanggar AD/ART.
4. Dinyatakan telah lulus mengikuti Latihan Kader II.
5. Pernah menjadi Pengurus Komisariat dan Pengurus Badan Khusus di
tingkat Komisariat minimal sebagai Presidium.
6. Sehat secara jasmani maupun rohani.
96
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
7. Berwawasan keilmuan yang luas dan memiliki bukti nyata sebagai insan
akademis yakni karya tulis ilmiah.
8. Tidak menjadi anggota MPK PK untuk yang ketiga kalinya.
e. Masa Jabatan Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Komisariat adalah 1
(satu) tahun dimulai sejak terbentuknya di RAK dan berakhir pada RAK
periode berikutnya.

Pasal 49
Tugas dan Wewenang MPK PK

a. Menjaga tegaknya AD dan ART HMI ditingkat Komisariat.


b. Mengawasi pelaksanaan AD, ART dan penjabarannya, keputusan Pengurus
Cabang dan KORKOM serta ketetapan-ketetapan Rapat Anggota Komisariat
oleh Pengurus Komisariat dan badan khusus di tingkat Komisariat.
c. Memberikan saran dan masukan atas pelaksanaan keputusan Pengurus
Cabang dan KORKOM dan ketetapan-ketetapan Rapat Anggota Komisariat
oleh Pengurus Komisariat dan badan khusus di tingkat Komisariat ketika
diminta maupun tidak diminta.
d. Menyampaikan hasil pengawasannya kepada Sidang Pleno Pengurus
Komisariat.
e. Menyiapkan draft materi Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 50
Struktur, Tata Kerja dan Persidangan MPK PK

a. Struktur MPK PK terdiri dari 1 (satu) orang Koordinator dan Komisi-Komisi.


b. Koordinator dipilih dari dan oleh anggota MPK PK.
c. Komisi-Komisi ditetapkan berdasarkan pembagian bidang Pengurus
Komisariat dan dipimpin oleh seorang Ketua Komisi yang dipilih dari dan
oleh anggota Komisi tersebut.
d. Dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, MPK PK difasilitasi oleh
Pengurus Komisariat.
e. MPK PK bersidang sedikitnya 2 (dua) kali dalam 1 (satu) periode.
f. Sidang MPK PK dianggap sah bila dihadiri oleh minimal 2/3 anggota MPK
PK dan dipimpin oleh Koordinator MPK PK.
g. Putusan MPK PK diambil secara musyawarah mufakat dan bila tidak dapat
dipenuhi dapat diambil melalui suara terbanyak (50%+1).

97
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
D. BADAN-BADAN KHUSUS

Pasal 51
Status, Sifat dan Fungsi Badan Khusus

a. Badan Khusus adalah lembaga yang dibentuk/disahkan oleh struktur


pimpinan sebagai wahana beraktivitas di bidang tertentu secara profesional di
bawah koordinasi bidang dalam struktur pimpinan setingkat.
b. Badan Khusus bersifat semi-otonom terhadap struktur pimpinan.
c. Badan Khusus dapat memiliki pedoman sendiri yang tidak bertentangan
dengan AD, ART dan ketetapan Kongres lainnya.
d. Badan Khusus berfungsi sebagai penyalur minat dan bakat anggota dan
wahana pengembangan bidang tertentu yang dinilai strategis.

Pasal 52
Jenis Badan Khusus

a. Badan Khusus terdiri dari Korps-HMI-Wati (KOHATI), Badan Pengelola


Latihan, Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dan Badan Penelitian dan
Pengembangan (Balitbang).
b. Badan Khusus lainnya dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c. Badan Khusus dapat dibentuk di semua tingkatan struktur HMI.
d. Di tingkat Pengurus Besar dibentuk KOHATI PB HMI, Badan Pengelola
Latihan (BPL), Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dan
Balitbang PB HMI.

Pasal 53
Korps-HMI-Wati

a. Korps-HMI-Wati yang disingkat KOHATI adalah badan khusus HMI yang


berfungsi sebagai wadah membina, mengembangkan dan meningkatkan
potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan.
b. Di tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan.
Di tingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi keperempuanan.
c. KOHATI terdiri dari KOHATI Pengurus Besar HMI, KOHATI BADKO
HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI HMI KORKOM dan KOHATI
HMI Komisariat.
d. KOHATI bertugas :
1. Melakukan pembinaan, pengembangan dan peningkatan potensi kader
HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan.
2. Melakukan advokasi terhadap isu-isu keperempuanan.

98
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. KOHATI memiliki hak dan wewenang untuk :
1. Memiliki Pedoman Dasar KOHATI.
2. KOHATI berhak untuk mendapatkan berbagai informasi dari semua
tingkat struktur kepemimpinan HMI untuk memudahkan KOHATI
menunaikan tugasnya.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya dalam
gerakan keperempuanan yang tidak bertentangan dengan AD, ART dan
pedoman organisasi lainnya.
f. Personalia KOHATI :
1. Formasi pengurus KOHATI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Bendahara.
2. Struktur pengurus KOHATI berbentuk garis fungsional.
3. Pengurus KOHATI disahkan oleh struktur kepemimpinan HMI
setingkat.
4. Masa kepengurusan KOHATI disesuaikan dengan masa kepengurusan
struktur kepemimpinan HMI.
5. Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus KOHATI PB HMI adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi pengurus KOHATI Komisariat, KOHATI
Cabang dan /atau KOHATI BADKO/KOHATI PB HMI, berprestasi,
telah mengikuti LKK dan LK III. Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus
KOHATI BADKO adalah HMI-Wati yang pernah menjadi Pengurus
KOHATI Komisariat, KOHATI Cabang, berprestasi, yang telah
mengikuti LKK dan LK II atau training tingkat nasional lainnya. Yang
dapat menjadi Ketua/Pengurus KOHATI Cabang adalah HMI-Wati yang
pernah menjadi Pengurus KOHATI/Bidang Pemberdayaan Perempuan
Komisariat/KORKOM, berprestasi dan telah mengikuti LKK dan LK II.
Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus KOHATI KORKOM adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi Pengurus KOHATI/ Bidang Pemberdayaan
Perempuan Komisariat, berprestasi dan telah mengikuti LKK dan LK I.
Yang dapat menjadi Ketua/Pengurus KOHATI Komisariat adalah HMI-
Wati berprestasi yang telah mengikuti LK I dan LKK.
g. Musyawarah KOHATI :
1. Musyawarah KOHATI merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi pada KOHATI.
2. Musyawarah KOHATI merupakan forum laporan pertanggung jawaban
dan perumusan program kerja KOHATI.
3. Tata tertib Musyawarah KOHATI diatur tersendiri dalam Pedoman
Dasar KOHATI.

Pasal 54
Lembaga Pengembangan Profesi

a. Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) adalah lembaga perkaderan untuk


pengembangan profesi di lingkungan HMI.

99
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Lembaga Pengembangan Profesi terdiri dari :
1. Lembaga Dakwah Mahasiswa Islam (LDMI)
2. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
3. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
4. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
5. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
6. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
7. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
8. Lembaga Konsultasi Bantuan Hukum Mahasiswa Islam (LKBHMI)
9. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
c. Lembaga Pengembangan Profesi bertugas :
1. Melaksanakan perkaderan dan program kerja sesuai dengan bidang
profesi masing-masing LPP.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur HMI setingkat.
d. Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) memiliki hak dan wewenang untuk :
1. Memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga.
2. Masing-masing Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat
Pengurus Besar berwenang untuk melakukan akreditasi Lembaga
Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat Cabang.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar yang tidak bertentangan
dengan AD, ART dan pedoman organisasi lainnya.
4. Dapat melakukan penyikapan terhadap fenomena eksternal sesuai dengan
bidang profesi masing-masing Lembaga Pengembangan Profesi (LPP).
e. Personalia Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) :
1. Formasi pengurus Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) sekurang-
kurangnya terdiri dari Direktur, Direktur Administrasi dan Keuangan,
dan Direktur Pendidikan dan Pelatihan.
2. Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) disahkan oleh struktur
kepemimpinan HMI setingkat.
3. Masa kepengurusan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) disesuaikan
dengan masa kepengurusan HMI yang setingkat.
4. Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) adalah anggota biasa
yang telah mengikuti pendidikan dan latihan (Diklat) di masing-masing
lembaga profesi.
f. Musyawarah Lembaga :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi di Lembaga Pengembangan Profesi (LPP), baik di tingkat
Pengurus Besar HMI maupun di tingkat HMI Cabang.

100
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Di tingkat Pengurus Besar disebut Musyawarah Nasional di hadiri oleh
Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi Cabang dan di tingkat Cabang
disebut Musyawarah Lembaga dihadiri oleh anggota Lembaga
Pengembangan Profesi Cabang.
3. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan memilih
formateur dan mide formateur.
4. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP).
g. Rapat Koordinasi Nasional :
1. Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) dilaksanakan oleh Lembaga
Pengembangan Profesi di tingkat Pengurus Besar dan diadakan sekali
dalam satu masa periode kepengurusan.
2. Rapat Koordinasi Nasional dihadiri oleh Lembaga Pengembangan Profesi
di Tingkat Pengurus Besar HMI dan Lembaga Pengembangan Profesi di
tingkat Cabang.
3. Rapat Koordinasi Nasional berfungsi untuk menyelaraskan program-
program kerja di lingkungan lembaga-lembaga pengembangan profesi.
h. Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) :
1. Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di Tingkat
Pengurus Besar dapat dilakukan sekurang-kurangnya telah memiliki 10
(sepuluh) Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat Cabang.
2. Pembentukan Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat Cabang
dapat dilakukan oleh sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) orang anggota
biasa berdasarkan profesi keilmuan atau minat dan bakat.

Pasal 55
Badan Pengelola Latihan

a. Badan Pengelola Latihan (BPL) adalah lembaga yang mengelola aktivitas


pelatihan di lingkungan HMI.
b. Badan Pengelola Latihan terdiri dari Badan Pengelola Latihan yang terdapat
di tingkat Pengurus Besar dan yang terdapat di tingkat BADKO/Cabang.
c. Badan Pengelola Latihan bertugas :
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas pelatihan di lingkungan HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur kepemimpinan HMI
setingkat.
d. Badan Pengelola Latihan (BPL) memiliki hak dan wewenang untuk :
1. Memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga.
2. Badan Pengelola Latihan (BPL) berwenang untuk melakukan akreditasi
Badan Pengelola Latihan (BPL) di tingkat BADKO/Cabang.
101
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di
bidang perkaderan yang tidak bertentangan dengan AD, ART dan
pedoman organisasi lainnya.
e. Personalia Badan Pengelola Latihan (BPL) :
1. Formasi pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) sekurang-kurangnya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) disahkan oleh struktur
kepemimpinan HMI setingkat.
3. Masa kepengurusan Badan Pengelola Latihan (BPL) disesuaikan dengan
masa kepengurusan HMI setingkat.
4. Pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) di tingkat Pengurus Besar dan
BADKO adalah anggota biasa yang telah lulus LK III dan Senior Course
dan di tingkat Cabang telah lulus LK II dan Senior Course.
f. Musyawarah Lembaga :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi di Badan Pengelola Latihan (BPL).
2. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala BPL
sebagai formateur yang kemudian diajukan kepada pengurus struktur
kepemimpinan HMI setingkat untuk ditetapkan.
3. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman
Badan Pengelola Latihan (BPL).

Pasal 56
Badan Penelitian dan Pengembangan

a. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) adalah lembaga yang


mengelola aktivitas penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI.
b. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) hanya terdapat di tingkat
Pengurus Besar.
c. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) bertugas :
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas penelitian dan pengembangan di
lingkungan HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada Pengurus Besar HMI.
d. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) memiliki hak dan wewenang
untuk :
1. Memiliki pedoman dasar dan pedoman rumah tangga.
2. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) berhak untuk
mendapatkan berbagai informasi dari semua tingkatan HMI untuk
keperluan penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI.

102
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di
bidang penelitian dan pengembangan yang tidak bertentangan dengan
AD, ART dan pedoman organisasi lainnya.
e. Personalia Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) :
1. Formasi pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala, Sekretaris dan Bendahara.
2. Pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) disahkan oleh
Pengurus Besar HMI.
3. Masa kepengurusan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
disesuaikan dengan masa kepengurusan Pengurus Besar HMI.
4. Pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) adalah anggota
biasa dan telah mengikuti pelatihan yang diadakan oleh Badan Penelitian
dan Pengembangan (Balitbang) HMI.
f. Musyawarah Lembaga :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi pada Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).
2. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala
Balitbang sebagai formateur yang diajukan kepada Pengurus Besar HMI.
3. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) HMI.

BAB III
ALUMNI HMI

Pasal 57
Alumni

a. Alumni HMI adalah anggota HMI yang telah habis masa keanggotaannya.
b. HMI dan alumni HMI memiliki hubungan historis, aspiratif dan emosional.
c. Alumni HMI berkewajiban tetap menjaga nama baik HMI, meneruskan misi
HMI di medan perjuangan yang lebih luas dan membantu HMI dalam
merealisasikan misinya.

103
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB IV
KEUANGAN DAN HARTA BENDA

Pasal 58
Pengelolaan Keuangan dan Harta Benda

a. Prinsip halal maksudnya adalah setiap satuan dana yang diperoleh tidak
berasal dan tidak diperoleh dengan cara-cara yang bertentangan dengan nilai-
nilai Islam.
b. Prinsip transparansi maksudnya adalah adanya keterbukaan tentang sumber
dan besar dana yang diperoleh serta kemana dan berapa besar dana yang
sudah dialokasikan.
c. Prinsip bertanggungjawab maksudnya adalah setiap satuan dana yang
diperoleh dapat dipertanggungjawabkan sumber dan keluarannya secara
tertulis dan bila perlu melalui bukti nyata.
d. Prinsip efektif maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan berguna
dalam rangka usaha organisasi mewujudkan tujuan HMI.
e. Prinsip efisien maksudnya adalah setiap satuan dana yang digunakan tidak
melebihi kebutuhannya.
f. Prinsip berkesinambungan maksudnya adalah setiap upaya untuk
memperoleh dan menggunakan dana tidak merusak sumber pendanaan untuk
jangka panjang dan tidak membebani generasi yang akan datang.
g. Uang pangkal dan iuran anggota bersifat wajib yang besaran serta metode
pemungutannya ditetapkan oleh Pengurus Cabang.
h. Uang pangkal dialokasikan sepenuhnya untuk Komisariat.
i. Iuran anggota dialokasikan dengan proporsi 60 persen untuk Komisariat, 40
persen untuk Cabang.

BAB V
LAGU, LAMBANG DAN ATRIBUT ORGANISASI

Pasal 59

Lagu, Lambang, dan atribut organisasi lainnya diatur dalam ketentuan tersendiri
yang ditetapkan Kongres.

104
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB VI
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Pasal 60
Perubahan Anggaran Rumah Tangga

a. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan pada Kongres.


b. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Kongres
yang pada waktu perubahan tersebut akan dilakukan dan disahkan dihadiri
oleh 2/3 peserta utusan Kongres dan disetujui oleh minimal 50%+1 jumlah
peserta utusan yang hadir.

BAB VII
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 61

Struktur kepemimpinan HMI berkewajiban melakukan sosialisasi Anggaran


Dasar dan Anggaran Rumah Tangga kepada seluruh anggota HMI.

Pasal 62
a. Pasal-Pasal tentang Rangkap Anggota/Jabatan dan Sanksi Anggota dalam
Anggaran Rumah Tangga dijabarkan lebih lanjut dalam Penjelasan Rangkap
Anggota/Jabatan dan Sanksi Anggota.
b. Pasal-pasal tentang Struktur Kepemimpinan dalam ART dijabarkan lebih
lanjut dalam Pedoman Kepengurusan HMI, Pedoman Administrasi
Kesekretariatan, dan Penjelasan Mekanisme Pengesahan Pengurus HMI.
c. Pasal-pasal tentang Badan Khusus dalam ART dijabarkan lebih lanjut dalam
Pedoman Dasar KOHATI, Pedoman tentang Lembaga Pengembangan
Profesi, Pedoman Badan Pengelola Latihan dan Kode Etik Pengelolaan
Latihan, dan Pedoman Balitbang.
d. Pasal-pasal tentang Keuangan dan Harta Benda dalam ART dijabarkan lebih
lanjut dalam Pedoman Keuangan dan Harta Benda HMI.

105
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
MEMORI PENJELASAN
TENTANG ISLAM SEBAGAI AZAS HMI

“Hari ini telah Kusempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Kucukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu”. (QS. Al-
Maidah : 3)
“Dan mereka yang berjuang dijalan-Ku (kebenaran), maka pasti Aku tunjukkan
jalannya (mencapai tujuan) sesungguhnya Tuhan itu cinta kepada orang-orang
yang selalu berbuat (progresif). (QS. Al-Ankabut : 69)
Islam sebagai ajaran yang haq dan sempurna hadir di bumi diperuntukkan untuk
mengatur pola hidup manusia agar sesuai fitrah kemanusiaannya yakni sebagai
khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata ke
hadirat-Nya.
Irodat Allah Subhanahu Wata’ala, kesempurnaan hidup terukur dari personality
manusia yang integratif antara dimensi dunia dan ukhrawi, individu dan sosial,
serta iman, ilmu dan amal yang semuanya mengarah terciptanya kemaslahatan
hidup di dunia baik secara induvidual maupun kolektif.
Secara normatif Islam tidak sekedar agama ritual yang cenderung individual akan
tetapi merupakan suatu tata nilai yang mempunyai komunitas dengan kesadaran
kolektif yang memuat pemaham/kesadaran, kepentingan, struktur dan pola aksi
bersama demi tujuan-tujuan politik.
Substansi pada dimensi kemasyarakatan, agama memberikan spirit pada
pembentukan moral dan etika. Islam yang menetapkan Tuhan dari segala tujuan
menyiratkan perlunya meniru etika ke-Tuhanan yang meliputi sikap rahmat
(Pengasih), barr (Pemula), ghafur (Pemaaaf), rahim (Penyayang) dan (Ihsan) berbuat
baik. Totalitas dari etika tersebut menjadi kerangka pembentukan manusia yang
kafah (tidak boleh mendua) antara aspek ritual dengan aspek kemasyarakatan
(politik, ekonomi dan sosial budaya).
Adanya kecenderungan bahwa peran kebangsaan Islam mengalami marginalisasi
dan tidak mempunyai peran yang signifikan dalam mendesain bangsa merupakan
implikasi dari proses yang ambigiutas dan distorsif. Fenomena ini ditandai dengan
terjadinya mutual understanding antara Islam sebagai agama dan Pancasila sebagai
ideologi. Penempatan posisi yang antagonis sering terjadi karena berbagai
kepentingan politik penguasa dari politisi-politisi yang mengalami split personality.

106
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kelahiran HMI dari rahim pergolakan revolusi phisik bangsa pada tanggal 5
Februari 1947 didasari pada semangat mengimplementasikan nilai-nilai ke-Islaman
dalam berbagai aspek ke-Indonesiaan.
Semangat nilai yang menjadi embrio lahirnya komunitas Islam sebagai kelompok
kepentingan (interest group) dan kelompok penekan (pressure group). Dari sisi
kepentingan sasaran yang hendak diwujudkan adalah tertuangnya nilai-nilai
tersebut secara normatif pada setiap level kemasyarakatan, sedangkan pada posisi
penekan adalah keinginan sebagai pejuang Tuhan (sabilillah) dan pembelaan
mustadh’afin.
Proses internalisasi dalam HMI yang sangat beragam dan suasana interaksi yang
sangat plural menyebabkan timbulnya berbagai dinamika ke-Islaman dan ke-
Indonesiaan dengan didasari rasionalisasi menurut subyek dan waktunya.
Pada tahun 1955 pola interaksi politik didominasi pertarungan ideologis antara
nasionalis, komunis dan agama (Islam). Keperluan sejarah (historical necessity)
memberikan spirit proses ideologisasi organisasi. Eksternalisasi yang muncul
adalah kepercayaan diri organisasi untuk “bertarung” dengan komunitas lain yang
mencapai titik kulminasinya pada tahun 1965.
Seiring dengan kreatifitas intelektual pada Kader HMI yang menjadi ujung
tombak pembaharuan pemikiran Islam dan proses transformasi politik bangsa
yang membutuhkan suatu perekat serta ditopang akan kesadaran sebuah tanggung
jawab kebangsaan, maka pada Kongres X HMI di Palembang, tanggal 10 Oktober
1971 terjadilah proses justifikasi Pancasila dalam mukadimah Anggaran Dasar.
Orientasi aktivitas HMI yang merupakan penjabaran dari tujuan organisasi
menganjurkan terjadinya proses adaptasi pada jamannya. Keyakinan Pancasila
sebagai keyakinan ideologi negara pada kenyataannya mengalami proses stagnasi.
Hal ini memberikan tuntutan strategi baru bagi lahirnya metodologi aplikasi
Pancasila. Normatisasi Pancasila dalam setiap kerangka dasar organisasi menjadi
suatu keharusan agar mampu mensuport bagi setiap institusi kemasyarakatan
dalam mengimplementasikan tata nilai Pancasila.
Konsekuensi yang dilakukan HMI adalah ditetapkannya Islam sebagai identitas
yang mensubordinasi Pancasila sebagai azas pada Kongres XVI di Padang, Maret
1986.
Islam yang senantiasa memberikan energi perubahan mengharuskan para
penganutnya untuk melakukan inovasi, internalisasi, eksternalisasi maupun
obyektifikasi. Dan yang paling fundamental peningkatan gradasi umat diukur dari
kualitas keimanan yang datang dari kesadaran paling dalam bukan dari pengaruh
eksternal. Perubahan bagi HMI merupakan suatu keharusan, dengan semakin
meningkatnya keyakinan akan Islam sebagai landasan teologis dalam berinteraksi
secara vertikal maupun horizontal, maka pemilihan Islam sebagai azas merupakan
pilihan dasar dan bukan implikasi dari sebuah dinamika kebangsaan.
Demi tercapainya idealisme ke-Islaman dan ke-Indonesiaan, maka HMI bertekad
Islam dijadikan sebagai doktrin yang mengarahkan pada peradaban secara
107
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
integralistik, trasedental, humanis dan inklusif. Dengan demikian kader-kader
HMI harus berani menegakkan nilai-nilai kebenaran dan keadilan serta prinsip-
prinsip demokrasi tanpa melihat perbedaan keyakinan dan mendorong
terciptanya penghargaan Islam sebagai sumber kebenaran yang paling hakiki dan
menyerahkan semua demi ridho-Nya.

108
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TAFSIR TUJUAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

I. PENDAHULUAN

T
ujuan yang jelas diperlukan untuk suatu organisasi, hingga
setiap usaha yang dilakukan oleh organisasi tersebut dapat
dilaksanakan dengan teratur. Bahwa tujuan suatu organisasi
dipengaruhi oleh suatu motivasi dasar pembentukan, status dan
fungsinya dalam totalitas dimana ia berada. Dalam totalitas kehidupan
bangsa Indonesia, maka HMI adalah organisasi yang menjadikan Islam
sebagai sumber nilai. Motivasi dan inspirasi bahwa HMI berstatus sebagai
organisasi mahasiswa, berfungsi sebagai organisasi kader dan yang
berperan sebagai organisasi perjuangan serta bersifat independen.

Pemantapan fungsi kekaderan HMI ditambah dengan kenyataan bahwa


bangsa Indonesia sangat kekurangan tenaga intelektual yang memiliki
keseimbangan hidup yang terpadu antara pemenuhan tugas duniawi dan
ukhrowi, iman dan ilmu, individu dan masyarakat, sehingga peranan
kaum intelektual yang semakin besar dimasa mendatang merupakan
kebutuhan yang paling mendasar.

Atas faktor tersebut, maka HMI menetapkan tujuannya sebagaimana


dirumuskan dalam pasal 4 AD HMI yaitu :

“TERBINANYA INSAN AKADEMIS, PENCIPTA, PENGABDI


YANG BERNAFASKAN ISLAM DAN BERTANGGUNG JAWAB
ATAS TERWUJUDNYA MASYARAKAT ADIL MAKMUR YANG
DIRIDHOI ALLAH SUBHANAHU WATA’ALA”.

Dengan rumusan tersebut, maka pada hakekatnya HMI bukanlah


organisasi massa dalam pengertian fisik dan kualitatif, sebaliknya HMI
secara kualitatif merupakan lembaga pengabdian dan pengembangan ide,
bakat dan potensi yang mendidik, memimpin dan membimbing anggota-
anggotanya untuk mencapai tujuan dengan cara-cara perjuangan yang
benar dan efektif.
109
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
II. MOTIVASI DASAR KELAHIRAN DAN TUJUAN ORGANISASI

Sesungghnya Allah SWT telah mewahyukan Islam sebagai agama yang


Haq dan sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan
sesuai dengan fitrahnya sebagai Khalifatullah di muka bumi dengan
kewajiban mengabdikan diri semata-mata kehadirat-Nya.

Kehidupan yang sesuai dengan fitrah manusia tersebut adalah kehidupan


yang seimbang dan terpadu antara pemenuhan kalbu, iman dan ilmu,
dalam mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan ukhrowi. Atas
keyakinan ini, maka HMI menjadikan Islam selain sebagai motivasi dasar
kelahiran juga sebagai sumber nilai, motivasi dan inspirasi. Dengan
demikian Islam bagi HMI merupakan pijakan dalam menetapkan tujuan
dari usaha organisasi HMI.

Dasar motivasi yang paling dalam bagi HMI adalah ajaran Islam. Karena
Islam adalah ajaran fitrah, maka pada dasarnya tujuan dan mission Islam
adalah juga merupakan tujuan daripada kehidupan manusia yang fitri,
yaitu tunduk kepada fitrah kemanusiaannya.

Tujuan kehidupan manusia yang fitri adalah kehidupan yang menjamin


adanya kesejahteraan jasmani dan rohani secara seimbang atau dengan
kata lain kesejahteraan materiil dan kesejahteraan spirituil.

Kesejahteraan yang akan terwujud dengan adanya amal saleh (kerja


kemanusiaan) yang dilandasi dan dibarengi dengan keimanan yang benar.
Dalam amal kemanusiaan inilah manusia akan dapat kebahagian dan
kehidupan yang sebaik-baiknya. Bentuk kehidupan yang ideal secara
sederhana kita rumuskan dengan “kehidupan yang adil makmur”.

Untuk menciptakaan kehidupan yang demikian, Anggaran Dasar


menegaskan kesadaran Mahasiswa Islam Indonesia untuk merealisasikan
nilai-nilai Ketuhanan Yang Maha Easa, Kemanusian Yang Adil dan
Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmah
Dalam Kebijaksanaan/Perwakilan serta mewujudkan Keadilan sosial bagi
Seluruh Indonesia dalam rangka mengabdikan diri kepada Allah SWT.

Perwujudan daripada pelaksanaan nilai-nilai tersebut adalah berupa amal


saleh atau kerja kemanusiaan. Dan kerja kemanusiaan ini akan terlaksana
secara benar dan sempurna apabila dibekali dan didasari oleh iman dan
ilmu pengatahuan. Karena inilah hakekat tujuan HMI tidak lain adalah
pembentukan manusia yang beriman dan berilmu serta mampu
menunaikan tugas kerja kemanusiaan (amal saleh). Pengabdian dan
bentuk amal saleh inilah pada hakekatnya tujuan hidup manusia, sebab
dengan melalui kerja kemanusiaan, manusia mendapatkan kebahagiaan.
110
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
III. BASIC DEMAND BANGSA INDONESIA

Sesunguhnya kelahiran HMI dengan rumusan tujuan seperti pasal 4


Anggaran Dasar tersebut adalah dalam rangka menjawab dan memenuhi
kebutuhan dasar (basic need) bangsa Indonesia setelah mendapat
kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 guna memformulasikan dan
merealisasikan cita-cita hidupnya. Untuk memahami kebutuhan dan
tuntutan tersebut maka kita perlu melihat dan memahami keadaan masa
lalu dan kini. Sejarah Indonesia dapat kita bagi dalam 3 (tiga) periode
yaitu :

a) Periode (Masa) Penjajahan

Penjajahan pada dasarnya adalah perbudakaan. Sebagai bangsa terjajah


sebenarnya bangsa Indonesia pada waktu itu telah kehilangan kemauan
dan kemerdekaan sebagai hak asasinya. Idealisme dan tuntutan bangsa
Indonesia pada waktu itu adalah kemerdekaan. Oleh karena itu timbullah
pergerakan nasional dimana pimpinan-pimpinan yang dibutuhkan adalah
mereka yang mampu menyadarkan hak-hak asasinya sebagai suatu
bangsa.

b) Periode (Masa) Revolusi

Periode ini adalah masa merebut dan mempertahankan kemerdekaan.


Berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa serta didoorong oleh keinginan
yang luhur maka bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaannya pada
tanggal 17 Agustus 1945. Dalam periode ini yang dibutuhkan oleh bangsa
Indonesia adalah adanya persatuan solidaritas dalam bentuk mobilitas
kekuatan fisik guna melawan dan menghancurkan penjajah. Untuk itu
yang dibutuhkan adalah “solidarity making” diantara seluruh kekuatan
nasional sehingga dibutuhkan adanya pimpinan nasional tipe solidarity
maker.

c) Periode (Masa) Membangun

Setelah Indonesia merdeka dan kemerdekaan itu mantap berada


ditangannya maka timbullah cita-cita dan idealisme sebagai manusia yang
bebas dapat direalisir dan diwujudkan. Karena periode ini adalah periode
pengisian kemerdekaan, yaitu guna menciptakan masyarakat atau
kehidupan yang adil dan makmur. Maka mulailah pembangunan
nasional. Untuk melaksanakan pembangunan, faktor yang sangat
diperlukan adalah ilmu pengetahuan.

Pimpinan nasional yang dibutuhkan adalah negarawan yang “problem


solver” yaitu tipe “administrator” disamping ilmu pengetahuan diperlukan
111
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
pula adanya iman/akhlak sehingga mereka mampu melaksanakan tugas
kerja kemanusiaan (amal saleh). Manusia yang demikian mempunyai
garansi yang obyektif untuk menghantarkan bangsa Indonesia ke dalam
suatu kehidupan yang sejahtera adil dan makmur serta kebahagiaan.
Secara keseluruhan basic demand bangsa Indonesia adalah terwujudnya
bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat, menghargai HAM, serta
menjunjung tinggi nilai kemanusiaan dengan tegas tertulis dalam
Pembukaan UUD 1945 dalam alinea kedua.

Tujuan 1 dan 2 secara formal telah kita capai tetapi tujuan ke-3 sekarang
sedang kita perjuangkan. Suatu masyarakat atau kehidupan yang adil dan
makmur hanya akan terbina dan terwujud dalam suatu pembaharuan
dan pembangunan terus menerus yang dilakukan oleh manusia-manusia
yang beriman, berilmu pengetahuan dan berkepribadian, dengan
mengembangkan nilai-nilai kepribadian bangsa.

IV. KUALITAS INSAN CITA HMI

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang terwujud
oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang beriman dan
berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan tugas kerja
kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam pasal tujuan (pasal 4
AD HMI) adalah sebagai berikut :

1. Kualitas Insan Akademis.


a. Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif, dan kritis.
b. Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa
yang diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan
menghadapi suasana sekelilingnya dengan kesadaran
c. Sanggup berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan sesuai
dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun tekhnis dan
sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara bertahap, teratur,
mengarah pada tujuan sesuai dengan prinsip-prinsip
perkembangan.

2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta.


a. Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih
dari sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan
bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan
bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh dengan
gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan
pembaharuan.

112
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang
menyadari dengan sikap demikian potensi kreatifnya dapat
berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
c. Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu
melaksanakan kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi.


a. Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
atau untuk sesama umat.
b. Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukan hanya membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya menjadi
baik.
c. Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya
untuk kepentingan sesamanya.

4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan


pengabdi yang bernafaskan Islam.
a. Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan
pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-nilai
universal Islam. Dengan demikian Islam telah menafasi dan
menjiwai karyanya.
b. Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality”
dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang
utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema pada
dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim.
Kualitas insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya
pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan
umat Islam Indonesia dan sebaliknya.

5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil


makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
a. Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang bernafaskan islam
dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
b. Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya, sadar bahwa menempuh jalan yang benar
diperlukan adanya keberanian moral.
c. Spontan dalam menghadapi tugas, responsif dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
d. Rasa tanggung jawab, taqwa kepada Allah SWT, yang
menggugah untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang
dalam mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT.

113
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
f. Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “man of future” insan pelopor
yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan jauh, bersikap terbuka,
terampil atau ahli dalam bidangnya, dia sadar apa yang menjadi cita-citanya
dan tahu bagaimana mencari ilmu perjuangan untuk secara kooperatif
bekerja sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal tipe dari hasil perkaderan
HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembaharu). Penyuara “idea of
progress” insan yang berkepribadian imbang dan padu, kritis, dinamis, adil
dan jujur tidak takabur dan bertaqwa kepada Allah SWT. Mereka itu
manusia-manusia yang beriman, berilmu dan mampu beramal saleh dalam
kualitas yang maksimal (insan kamil).

Dari lima kualitas insan cita tersebut pada dasarnya harus dipahami dalam
tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas insan akademis, kualitas insan
pencipta dan kualitas insan pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi
tersebut merupakan insan Islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang ridhoi
Allah SWT.

V. TUGAS ANGGOTA HMI

Setiap anggota HMI berkewajiban berusaha mendekatkan kualitas dirinya


pada kualitas insan cita HMI seperti tersebut diatas. Tetapi juga sebaliknya
HMI berkewajiban untuk memberikan pimpinan-pimpinan, bimbingan yang
kondusif bagi perkembangan potensi kualitas pribadi anggota-anggota dengan
memberikan fasilitas-fasilitas dan kesempatan-kesempatan. Untuk setiap
anggota HMI harus mengembangkan sikap mental pada dirinya yang
independen untuk itu :

1. Senantiasa memperdalam hidup kerohanian agar menjadi luhur dan


bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Selalu tidak puas dan selalu mencari kebenaran.
3. Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional menghadapi pendirian
yang berbeda.
4. Bersifat kritis dan berpikir bebas kreatif.
5. Hal tersebut akan diperoleh antara lain dengan jalan :

a. Senantiasa mempertinggi tingkat pemahaman ajaran Islam yang


dimilikinya dengan penuh gairah.
b. Aktif berstudi dalam Fakultas yang dipilihnya.

114
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Mengadakan tentir club untuk studi ilmu jurusannya dan study club
untuk masalah kesejahteraan dan kenegaraan.
d. Selalu hadir dalam forum ilmiah.
e. Memelihara kesehatan badan dan aktif mengikuti karya bidang
kebudayaan.
f. Selalu berusaha mengamalkan dan aktif dalam memngambil peran
dalam kegiatan HMI.
g. Mengadakan kalaqah-kalaqah perkaderan dimasjid-masjid kampus.

Bahwa tujuan HMI sebagai dirumuskan dalam pasal 4 AD HMI pada


hakikatnya adalah merupakan tujuan dari setiap Anggota HMI. Insan cita
HMI adalah gambaran masa depan HMI. Suksesnya seorang anggota HMI
dalam membina dirinya untuk mencapai Insan Cita HMI berarti dia telah
mencapai tujuan HMI.

Insan cita HMI pada suatu waktu akan merupakan “Intelektual community”
atau kelompok intelektual yang mampu merealisasi cita-cita umat dan bangsa
dalam suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera spritual adil dan makmur
serta bahagia (masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT).

Wabillahittaufiq wal hidayah.

115
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TAFSIR INDEPENDENSI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. PEDAHULUAN

M enurut fitrah kejadiannya, maka manusia diciptakan bebas


dan merdeka. Karenanya kemerdekaan pribadi adalah hak
yang pertama. Tidak ada sesuatu yang lebih berharga dari
pada kemerdekaan itu. Sifat, suasana bebas dan kemerdekaan seperti
diatas, adalah mutlak diperlukan terutama pada fase/saat manusia
berada dalam pembentukan dan pengembangan. Masa/fase
pembentukan dari pengembangan bagi manusia terutama dalam masa
remaja atau generasi muda.
Mahasiswa dan kualitas-kualitas yang dimilikinya menduduki
kelompok elit dalam generasinya. Sifat kepeloporan, keberanian dan
kritis adalah ciri dari kelompok elit dalam generasi muda, yaitu
kelompok mahasiswa itu sendiri. Sifat kepeloporan, keberanian dan
kritis yang didasarkan pada obyektif yang harus diperankan mahasiswa
bisa dilaksanakan dengan baik apabila mereka dalam suasana bebas
merdeka, demokratis obyektif dan rasional. Sikap ini adalah yang
progresif (maju) sebagai ciri daripada seorang intelektual. Sikap atas
kejujuran keadilan dan obyektifitas.
Atas dasar keyakinan itu, maka HMI sebagai organisasi mahasiswa
harus pula bersifat independen. Penegasan ini dirumuskan dalam pasal 6
Anggaran Dasar HMI yang mengemukakan secara tersurat bahwa
“HMI adalah organisasi yang bersifat independen”, sifat dan watak
independen bagi HMI adalah merupakan hak azasi yang pertama.
Untuk lebih memahani essensi independen HMI, maka harus juga
ditinjau secara psikologis keberadaan pemuda mahasiswa Islam yang
tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam yakni dengan memahami
status dan fungsi dari HMI.

B. STATUS DAN FUNGSI HMI

Status HMI sebagai organisasi mahasiswa memberi petunjuk dimana


HMI berspesialisasi. Dan spesialisasi tugas inilah yang disebut fungsi

116
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
HMI. Kalau tujuan menujukan dunia cita yang harus diwujudkan maka
fungsi sebaliknya menunjukkan gerak atau kegiatan (aktivitas) dalam
mewujudkan (final goal). Dalam melaksanakan spesialisasi tugas
tersebut, karena HMI sebagai organisasi mahasiswa maka sifat serta
watak mahasiswa harus menjiwai dan dijiwai HMI. Mahasiswa sebagai
kelompok elit dalam masyarakat pada hakikatnya memberi arti bahwa
ia memikul tanggung jawab yang benar dalam melaksanakan fungsi
generasinya sebagai kaum muda terdidik yang harus sadar akan
kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan.
Karena itu dengan sifat dan wataknya yang kritis itu mahasiswa dan
masyarakat berperan sebagai “kekuatan moral” atau moral forces yang
senantiasa melaksanakan fungsi “social control”. Untuk itulah maka
kelompok mahasiswa harus merupakan kelompok yang bebas dari
kepentingan apapun kecuali kepentingan kebenaran dan obyektifitas
demi kebaikan dan kebahagiaan masyarakat hari ini dan ke masa depan.
Dalam rangka penghikmatan terhadap spesialisasi kemahasiswaan ini,
akan dalam dinamikanya HMI harus menjiwai dan dijiwai oleh sikap
independen.
Mahasiswa, setelah sarjana adalah unsur yang paling sadar dalam
masyarakat. Jadi fungsi lain yang harus diperankan mahasiswa adalah
sifat kepeloporan dalam bentuk dan proses perubahan masyarakat.
Karenanya kelompok mahasiswa berfungsi sebagai duta-duta
pembaharuan masyarakat atau “agent of social change”. Kelompok
mahasiswa dengan sikap dan watak tersebut di atas adalah merupakan
kelompok elit dalam totalitas generasi muda yang harus
mempersiapkan diri untuk menerima estafet kepemimpinan bangsa dan
generasi sebelumnya pada saat yang akan datang. Oleh sebab itu fungsi
kaderisasi mahasiswa sebenarnya merupakan fungsi yang paling pokok.
Sebagai generasi yang harus melaksanakan fungsi kaderisasi demi
perwujudan kebaikan dan kebahagiaan masyarakat, bangsa dan
negaranya di masa depan maka kelompok mahasiswa harus senantiasa
memiliki watak yang progresif dinamis dan tidak statis. Mereka bukan
kelompok tradisionalis akan tetapi sebagai “duta-duta pembaharuan
sosial” dalam pengertian harus menghendaki perubahan yang terus
menerus ke arah kemajuan yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran.
Oleh sebab itu mereka selalu mencari kebenaran dan kebenaran itu
senantiasa menyatakan dirinya serta dikemukakan melalui pembuktian
di alam semesta dan dalam sejarah umat manusia. Karenanya untuk
menemukan kebenaran demi mereka yang beradab bagi kesejahteraan
umat manusia maka mahasiswa harus memiliki ilmu pengetahuan yang
dilandasi oleh nilai kebenaran dan berorientasi pada masa depan dengan
bertolak dari kebenaran Illahi. Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan
yang dilandasi oleh nilai-nilai kebenaran demi mewujudkan peradaban
bagi kesejahteraan masyarakat bangsa dan negara maka setiap kadernya
harus mampu melakukan fungsionalisasi ajaran Islam.

117
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Watak dan sifat mahasiswa seperti tersebut diatas mewarnai dan
memberi ciri HMI sebagai organisasi mahasiswa yang bersifat
independen. Status yang demikian telah memberi petunjuk akan
spesialisasi yang harus dilaksanakan oleh HMI. Spesialisasi tersebut
memberikan ketegasan agar HMI dapat melaksanakan fungsinya sebagai
organisasi kader, melalui aktivitas fungsi kekaderan. Segala aktivitas
HMI harus dapat membentuk kader yang berkualitas dan komit dengan
nilai-nilai kebenaran. HMI hendaknya menjadi wadah organisasi kader
yang mendorong dan memberikan kesempatan berkembang pada
anggota-anggotanya demi memiliki kualitas seperti ini agar dengan
kualitas dan karakter pribadi yang cenderung pada kebenaran (hanief)
maka setiap kader HMI dapat berkiprah secara tepat dalam
melaksanakan pembaktiannya bagi kehidupan bangsa dan negaranya.

C. SIFAT INDEPENDEN HMI

Watak independen HMI adalah sifat organisasi yang secara etis


merupakan karakter dan kepribadian kader HMI. Implementasinya
harus terwujud di dalam bentuk pola pikir, pola sikap dan pola laku
setiap kader HMI baik dalam dinamika dirinya sebagai kader HMI
maupun dalam melaksanakan “Hakekat dan Mission” organisasi HMI
dalam kiprah hidup berorganisasi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Watak independen HMI yang tercermin secara etis dalam
pola pikir, pola sikap dan pola laku setiap kader HMI akan membentuk
“Independensi etis HMI”, sementara watak independen HMI yang
teraktualisasi secara organisatoris di dalam kiprah organisasi HMI akan
membentuk “Independensi organisatoris HMI”.
Independensi etis adalah sifat independen yang pada hakekatnya
merupakan sifat yang sesuai dengan fitrah kemanusiaan. Fitrah tersebut
membuat manusia berkeinginan suci dan secara kodrati cenderung pada
kebenaran (hanief). Watak dan kepribadian kader sesuai dengan
fitrahnya akan membuat kader HMI selalu setia pada hati nuraninya
yang senantiasa memancarkan keinginan pada kebaikan, kesucian dan
kebenaran adalah ALLAH SUBHANAHU WATA'ALA. Dengan
demikian melaksanakan independensi etis bagi setiap kader HMI berarti
pengaktualisasian dinamika berpikir, bersikap dan berprilaku baik
“hablumminallah” maupun dalam “hablumminannas” hanya tunduk
dan patuh dengan kebenaran.
Aplikasi dari dinamika berpikir dan berprilaku secara keseluruhan
merupakan watak azasi kader HMI dan teraktualisasi secara riil melalui,
watak dan kepribadiaan serta sikap-sikap yang :
• Cenderung kepada kebenaran (hanief).
• Bebas, terbuka dan merdeka.
• Obyektif, rasional dan kritis.
118
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
• Progresif dan dinamis.
• Demokratis, jujur dan adil.

Independensi organisatoris adalah watak independensi HMI yang


teraktualisasi secara organisasi di dalam kiprah dinamika HMI baik
dalam kehidupan intern organisasi maupun dalam kehidupan
masyarakat berbangsa dan bernegara.
Independensi organisatoris diartikan bahwa dalam keutuhan kehidupan
nasional, HMI secara organisatoris senantiasa melakukan partisipasi
aktif, kontruktif, korektif dan konstitusional agar perjuangan bangsa
dan segala usaha pembangunan demi mencapai cita-cita semakin hari
semakin terwujud. Dalam melakukan partisipasi partisipasi aktif,
kontruktif, korektif dan konstitusional tersebut secara organisasi HMI
hanya tunduk serta committed pada prinsip-prinsip kebenaran dan
obyektifitas.
Dalam melaksanakan dinamika organisasi, HMI secara organisatoris
tidak pernah “committed” dengan kepentingan pihak manapun ataupun
kelompok dan golongan manapun kecuali tunduk dan terikat pada
kepentingan kebenaran dan obyektifitas kejujuran serta keadilan.

Agar secara organisatoris HMI dapat melakukan dan menjalankan


prinsip-prinsip independensi organisatorisnya, maka HMI dituntut
untuk mengembangkan “kepemimpinan kuantitatif” yang berjiwa
independen sehingga perkembangan, pertumbuhan dan kebijaksanaan
organisasi mampu diemban selaras dengan hakikat independensi HMI.
Untuk itu HMI harus mampu menciptakan kondisi yang baik dan
mantap bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas-kualitas kader
HMI. Dalam rangka menjalin tegaknya “prinsip-prinsip independensi
HMI” maka implementasi independensi HMI kepada anggota adalah
sebagai berikut :

• Anggota-anggota HMI terutama aktivitasnya dalam melaksanakan


tugasnya harus tunduk kepada ketentuan-ketentuan organisasi serta
membawa program perjuangan HMI. Oleh karena itu tidak
diperkenankan melakukan kegiatan-kegiatan dengan membawa
organisasi atas kehendak pihak luar manapun juga.
• Mereka tidak dibenarkan mengadakan komitmen-komitmen
dengan bentuk apapun dengan pihak luar HMI selain segala sesuatu
yang telah diputuskan secara organisatoris.
• Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang
meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis
dimanapun mereka berada dan berfungsi sesuai dengan minat dan
potensi dalam rangka membawa hakikat dan mission HMI. Dan
menganjurkan serta mendorong alumni untuk menyalurkan
119
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
aspirasi kualitatifnya secara tepat dan melalui semua jalur
pembaktian baik jalur organisasi profesional kewiraswastaan,
lembaga-lembaga sosial, wadah aspirasi poilitik lembaga
pemerintahan ataupun jalur-jalur lainnya yang semata-mata hanya
karena hak dan tanggung jawabnya dalam rangka merealisir
kehidupan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
Dalam menjalankan garis independensi HMI dengan ketentuan-
ketentuan tersebut di atas, pertimbangan HMI semata-mata adalah
untuk memelihara, mengembangkan anggota serta peranan HMI
dalam rangka ikut bertanggung jawab terhadap negara dan bangsa.
Karenanya menjadi dasar dan kriteria setiap sikap HMI semata-
mata adalah kepentingan nasional bukan kepentingan golongan
atau partai dan pihak penguasa sekalipun. Bersikap independen
berarti sanggup berpikir dan berbuat sendiri dengan menempuh
resiko. Ini adalah suatu konsekuensi dari sikap pemuda. Mahasiswa
yang kritis terhadap masa kini dan kemampuan dirinya untuk
sanggup mewarisi hari depan bangsa dan negara.

D. PERANAN INDEPENDENSI HMI DI MASA MENDATANG

Dalam suatu negara yang sedang berkembang seperti Indonesia ini


maka tidak ada suatu investasi yang lebih besar dan lebih berarti dari
pada investasi manusia (human investment). Sebagaimana dijelaskan
dalam tafsir tujuan, bahwa investasi manusia kemudian akan dihasilkan
HMI adalah manusia yang berkualitas ilmu dan iman yang mampu
melaksanakan tugas-tugas manusia yang akan menjamin adanya suatu
kehidupan yang sejahtera material, spiritual dan adil makmur serta
bahagia.
Fungsi kekaderan HMI dengan tujuan terbinanya manusia yang
berilmu, beriman dan berperikemanusiaan seperti tersebut di atas maka
setiap anggota HMI dimasa datang akan menduduki jabatan dan fungsi
kepemimpinan yang sesuai dengan bakat dan profesinya.
Oleh karena itu hari depan HMI adalah luas dan gemilang sesuai status,
fungsi dan perannya dimasa kini dan masa mendatang yang menuntut
kita pada masa kini untuk benar-benar dapat mempersiapkan diri dalam
menyongsong hari depan HMI yang gemilang.
Dengan sifat dan garis independen yang menjadi watak organisasi
berarti HMI harus mampu mencari, memilih dan menempuh jalan atas
dasar keyakinan dan kebenaran. Maka konsekuensinya adalah bentuk
aktivitas fungsionaris dan kader-kader HMI harus berkualitas
sebagaimana digambarkan dalam kualitas insan cita HMI. Soal mutu
dan kualitas adalan konsekuensi logis dalam garis independen HMI
harus disadari oleh setiap pimpinan dan seluruh anggota-anggotanya

120
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
adalah suatu modal dan dorongan yang besar untuk selalu
meningkatkan mutu kader-kader HMI sehingga mampu berperan aktif
pada masa yang akan datang.

Wabilahittaufiq wal hidayah.

121
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
NILAI DASAR PERJUANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I

LANDASAN DAN KERANGKA BERFIKIR

Dalam benak/pikiran manusia terdapat sejumlah gagasan-gagasan baik yang


bersifat tunggal (seperti gagasan kita tentang Tuhan, Dewa, malaikat, surga, neraka,
kuda, batu, putih, gunung dan lain-lain) maupun majemuk (seperti gagasan kita
tentang Tuhan Pengasih, Dewa Perusak, Malaikat pembawa wahyu, kuda putih,
gunung batu dan lain-lain). Bentuk pengetahuan-pengetahuan ini disebut
pengetahuan tasawwur (konsepsi). Seluruh bentuk-bentuk proposisi keyakinan
atau kepercayaan apapun pada awalnya hanyalah merupakan bentuk konsepsi
sederhana ini. Mengapa bisa demikian? Hal ini karena adalah mustahil seseorang
dapat meyakini atau menpercayai sesuatu jika sesuatu itu pada awalnya bukan
merupakan sebuah konsepsi baginya.
Tetapi pengetahuan tasawwur (Konsepsi) sebagaimana telah diketahui hanyalah
merupakan gagasan-gagasan sederhana yang di dalamnya belum ada penilaian
maka itu ia dapat saja benar atau salah. Oleh karenanya seseorang tidak
diperkenankan untuk merasa puas hanya dengan pengetahuan konsepsi tetapi ia
harus melangkah untuk mendapatkan pengetahuan yang bersifat yakin yaitu
pengetahuan-pengetahuan tasdhiqi. Dalam artian bahwa ia harus melakukan suatu
proses penilaian terhadap setiap gagasan-gagasan (baik tunggal maupun majemuk)
atau konsepsinya itu agar dapat diyakini. Lantas, pertanyaannya adalah apa
landasan pokok penilaian kita di dalam menilai seluruh gagasan-gagasan kita yang
mana kebenarannya mestilah bersifat mutlak dan pasti?
Dalam kancah perdebatan filosofis ketika para pemikir mencoba menjawab hal
pokok ini terbentuklah tiga mazhab berdasarkan doktrinnya masing-masing.
Ketiga mazhab itu adalah pertama, mazhab ‘metafisika Islam’ dengan doktrin
aqliahnya, kedua, mazhab emperisme dengan doktrin emperikalnya dan ketiga,
mazhab skriptualisme dengan doktrin tekstualnya. Metafisika Islam dalam hal ini
menjadikan prima principia dan kausalitas serta metode deduktif sebagai kerangka
berfikirnya. Adapun mazhab emperisme menjadikan pengalaman inderawi atau
eksperimen sebagai landasan dalam menilai segala sesuatu dimana induktif sebagai
kerangka berfikirnya. Sementara mazhab skriptualisme menjadikan teks-teks

122
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
kitab suci sebagai landasan dalam menilai segala sesuatu serta tekstual dalam
kerangka berfikirnya.
Mazhab kedua (empirisme) menolak seluruh bentuk landasan dan kerangka
berfikir kedua mazhab yang lain. Begitu pula bagi mazhab ketiga(skriptualisme),
mereka skeptis terhadap landasan dan kerangka berfikir kedua mazhab yang lain.
Adapun bagi mazhab pertama (metafisika Islam), mereka tidak menolak
sumbangsih-informasi dari teks-teks kitab suci dan pengalaman inderawi atau
eksperimen yang dijadikan landasan berfikir bagi kedua mazhab yang lain tetapi
yang ditolaknya adalah bila keduanya (pengalaman dan teks-teks kitab) itu
merupakan landasan atau kriteria dasar dalam setiap penilaian hal-hal ilmiah
filosofis maupun teologis.
Bagi mazhab pertama (‘metafisika Islam’) pengalaman inderawi atau data
eksperimen merupakan informasi-informasi yang sangat perlu dalam upaya kita
mengetahui aspek sekunder dari alam materi. Atau dengan kata lain data
eksperimen atau pengalaman inderwi sangatlah dibutuhkan bila obyek
pembahasan kita adalah khusus mengenai hal-hal yang sebagian bersifat ilmiah dan
sebagian lagi bersifat filosofis. Adapun teks-teks kitab suci sangatlah dibutuhkan
dalam upaya kita mengetahuai aspek sekunder dari keadaan-keadaan (kondisi
objektif) seperti alam gaib, akhirat, kehendak-kehendak suci Tuhan atau dengan
kata lain jika obyek pembahasan kita berkenaan dengan sebagian dari obyek
filosofis (metafisika dan teologi) yang dalam hal ini pengalaman inderawi atau
eksperimen tak dibutuhkan sama sekali. Karena itu dalam kerangka berfikir Islam,
kedua data di atas (data pengalaman inderawi atau eksperimen dan teks-teks kitab
suci) merupakan premis-premis minor dalam sistematika deduktif.
Pada akhirnya tak dapat diingkari bahwa dari mazhab metafisika Islam yang
berlandaskan prima principia dan hukum objektif kausalitas serta kerangka
deduktifnya merupakan satu-satunya landasan berfikir di dalam menilai segala
sesuatu. Tanpa pengetahuan dasar tersebut mustahil ada pengetahuan tasawwur
(konsepsi) maupun tasdhiq (assent) apapun. Tak dapat dibayangkan apa yang
terjadi bila doktrin dari metafisika Islam ini bukan merupakan watak wujud
(realitas objektif) yang mengatur segala sesuatu termasuk pikiran? Maka kebenaran
dapat menjadi sama dengan kesalahannya, bahwa setiap peristiwa dapat terjadi
tanpa ada sebabnya. Bila demikian adanya maka tentu meniscayakan mustahilnya
penilaian. Mengapa demikian? Karena watak penilaian adalah ingin diketahuinya
“sesuatu itu (konsepsi) apakah ia benar atau salah” atau ingin diketahuinya “mengapa
dan kenapa sesuatu itu dapat terjadi”. Artinya, jika pengetahuan dasar tersebut
bukan merupakan watak dan hukum realitas yang mengatur segala sesuatu
termasuk pikiran maka seluruh bangunan pengetahuan manusia baik di bidang
ilmiah, filosofis dan teologi menjadi runtuh dan tak bermakna.

123
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB II

DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia adalah mahluk percaya. Pada kadarnya masing-masing, setiap makhluk


telah memiliki kepercayaan/kesadaran berupa prinsip-prinsip dasar yang niscaya
lagi rasional yang diketahui secara intuitif (common sense) yang menjadi
Kepercayaan utama makhluk sebelum ia merespon segala sesuatu diluar dirinya.
Dengan bekal ini, manusia memiliki potensi untuk mengetahui dan mempercayai
pengetahuan-pengetahuan baru melalui aktivitas berpikir. Berpikir adalah
aktivitas khas manusia dalam upaya memecahkan masalah-masalah dengan modal
prinsip-prinsip pengetahuan sebelumnya.
Memiliki sebuah kepercayaan yang benar, yang selanjutnya melahirkan tata nilai,
adalah sebuah kemestian bagi perjalanan hidup manusia. Pada hakikatnya,
perilaku manusia yang tidak peduli untuk berkepercayaan benar dan Manusia
yang berkepercayaan salah atau dengan cara yang salah tidak akan mengiringnya
pada kesempurnaan. Maka mereka tidak ubahnya seperti binatang. Manusia harus
menelaah secara objektif sendi-sendi kepercayaannya dengan segala potensi yang
dimilikinya.
Kajian yang mendalam tentang kepercayaan sebagai sebuah konsep teoritis akan
melahirkan sebuah kesadaran bahwa manusia adalah maujud yang mempunyai
hasrat dan cita-cita untuk menggapai kebenaran dan kesempurnaan mutlak, bukan
nisbi. Artinya, ia mencari Zat Yang Mahatinggi dan Mahasempurna (Al-Haqq).
Ada berbagai macam pandangan yang menjelaskan tentang ketiadaan kebenaran
dan kesempurnaan mutlak (Zat yang maha sempurna) tersebut sehingga mereka
menganggap bahwa alam ini terjadi dengan sendirinya (kebetulan) tidak ada yang
mengadakannya.
Metafisika Islam dengan Prima principianya sebagai prinsip dasar dalam berpikir
mampu menyelesaikan perdebatan itu dengan penjelasan Kemutlakan
WUJUD(ADA)nya, dimana Wujud adalah sesuatu yang jelas keberadaannya dan
Tunggal karena selain keberadaan adalah ketiadaan sehingga apabila ada sesuatu
selain ADA maka itu adalah ketiadaan dan itu sesuatu yang mustahil karena
ketiadaan tidak memiliki keberadaan.
Manusia - yang terbatas - tidak sempurna – tergantung - memerlukan sebuah
sistem nilai yang sempurna dan tidak terbatas sebagai sandaran dan pedoman
hidupnya. Sistem nilai tersebut harus berasal dari ke-ADA-an (Zat Yang
Mahasempurna) yang segala atributnya berbeda dengan mahluk. Konsekuensi
akan kebutuhan asasi manusia pada sosok Mahasempurna ini menegaskan bahwa
sesuatu itu harus dapat dijelaskan oleh argumentasi-argumentasi rasional, terbuka,
dan tidak doktriner. Sehingga, semua lapisan intelektual manusia tidak ada yang
sanggup menolak eksistensi-Nya.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa Sang Maha sempurna itu
diklaim oleh berbagai lembaga kepercayaan (agama) di dunia ini dengan berbagai
124
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
konsep, istilah dan bentuk. Simbol-simbol agama yang berbeda satu sama lain
tersebut menyiratkan secara tersurat beberapa kemungkinan: semua agama itu
benar; semua agama itu salah; atau, hanya ada satu agama yang benar.
Agama-agama yang berbeda mustahil memiliki sosok Mahasempurna yang sama,
walau memiliki kesamaan etimologis. Sebab, bila sosok tersebut sama, maka
agama-agama itu identik. Namun, kenyataan sosiologis menyebutkan adanya
perbedaan pada masing-masing agama. Demikian pula, menilai semua agama itu
salah adalah mustahil, sebab bertentangan dengan prinsip kebergantungan
manusia pada sesuatu yang mahasempurna (Al-Haqq/Tuhan). Maka dapatlah
disimpulkan bahwa hanya satu agama saja yang benar. Dengan argumentasi diatas,
manusia diantarkan pada konsekwensi memilih dan mengikuti agama yang telah
terbukti secara argumentatif.
Diantara berbagai dalil yang dapat diajukan, membicarakan keberadaan Tuhan
adalah hal yang paling prinsipil. Keberadaan dan perbedaan agama satu dengan
yang lainnya di tentukan oleh sosok “Tuhan” tersebut. yang pasti, ciri-ciri
keberadaan Tuhan (pencipta / khaliq). Bertolak belakang dengan ciri-ciri khas
manusia (Yang diciptakan/ makhluq). Bila manusia adalah maujud tidak
sempurna, bermateri, tersusun, terbatas, terindera, dan bergantung, maka tuhan
adalah zat yang mahasempurna, immateri, tidak tersusun, sederhana, tidak terdiri
dari bagian, tidak terindera secara material, dan tunggal (Esa/Ahad).
Dengan demikian diketahuilah bahwa manusia dapat mengetahui ciri-ciri umum
Tuhan, namun mustahil dapat mengetahui materi Zat-Nya. Manusia mengklaim
dapat menjangkau zat Tuhan, sesungguhnya telah membatasi Tuhan dengan
Rasionya (reason). Segala sesuatu yang terbatas, pasti bukan Tuhan. Ketika
manusia menyebut “Dia Mahabesar”. Sesungguhnya Ia lebih besar dari seluruh
konsepsi manusia tentang kebesaran-Nya. Berdasarkan hal tersebut, potensialitas
akal (Intelect) manusia dalam mengungkap hakikat zat-Nya menyiratkan bahwa
pada dasarnya seluruh makhluk diciptakan oleh-Nya sebagai manifestasi diri-Nya
(inna lillahi) yang kemudian akan kembali kepada-Nya (wa inna ilaihi raji’un)
sebagai realisasi kerinduan manusia akan keabadian kesempurnaaan, kebahagiaan
mutlak.
Keinginan untuk merefleksikan ungkapan terima kasih dan beribadah kepada
Tuhan Yang Mahaesa menimbulkan kesadaran bahwa Ia Yang Mahaadil mesti
membimbing umat manusia tentang cara yang benar dan pasti dalam
berhubungan dengan-Nya. Pembimbing Tuhan kepada setiap mahluk berjalan
sesuai dengan kadar potensialitasnya dalam suatu cara perwujudan yang
suprarasional (wahyu) diberikan khusus kepada hamba-hamba-Nya yang memiliki
ketinggian spritual.
Relasi konseptual tentang ke-Mahabijaksana-an Tuhan untuk membimbing
makhluk secara terus menerus dan kebutuhan abadi makhluk akan bimbingan
memestikan kehadiran sosok pembimbing yang membawa risalah-Nya (rasul),
yang merupakan hak prerogatif-Nya. Rasul adalah cerminan Tuhan di dunia.

125
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kepatuhan dan kecintaan makhluk kepada mereka adalah niscaya. Pengingkaran
kepada mereka identik dengan pengingkaran kepada Tuhan.
Bukti kebenaran rasul untuk manusia ditunjukkan pula oleh kejadian-kejadian
kasat mata (empiris) luar biasa (mu’jizat bagi orang-orang awwam) maupun bukti-
bukti rasional(mu’jizat bagi para intelektual) yang mustahil dapat dilakukan oleh
manusia lain tanpa dipelajari. Pemberian tanda istimewa kepada rasul akan
semakin menambah keimanan seseorang. Mu’jizat juga sebagai bukti tambahan
bagi siapa saja yang tidak mau beriman kepada Tuhan dan pesuruh-Nya, kecuali
bila diperlihatkan kepadanya hal-hal yang luar biasa.
Kepatuhan dan keyakinan manusia kepada rasul melahirkan sikap percaya
terhadap apa pun yang dikatakan dan diperintahkannya. Keyakinan tentang kitab
suci (bacaan atau kumpulan firman Tuhan, disebut Al-quran) yang dibawanya
adalah konsekuensi lanjutan. Di dalam kitab suci terdapat keterangan-keterangan
tentang segala sesuatu sejak dari alam sekitar dan manusia, sampai kepada hal-hal
gaib yang tidak mungkin dapat diterima oleh pandangan saintifik dan empiris
manusia.
Konsepsi fitrah dan ‘rasio’ tentang Realitas Mutlak (Tuhan) diatas ternyata selaras
dengan konsep teoritis tentang Tuhan dalam ajaran-ajaran Muhammad yang
mengaku rasul Tuhan yang disembah selama ini. Muhammad mengajarkan
kalimat persaksian/keimanan (syahadatan) bahwa tidak ada (la) Tuhan (ilah) yang
benar kecuali (illa) Tuhan yang merupakan kebenaran Tunggal/Esa/Ahad (Allah,
dari al-ilah). Ia (Muhammad) juga menerangkan bahwa dialah rasul Allah
(rasulullah). Menurut agama yang mengajarkan ketundukan dan kepatuhan pada
kebenaran (Islam) pada umatnya ini (muslim). Proses pencarian kebenaran dapat
ditempuh dengan berbagai jalan, baik filosofis, intuitif, ilmiah, historis, dan lain-
lain dengan memperhatikan ayat-ayat Tuhan yang terdapat di dalam Kitab suci
maupun di alam ini.
Konsukuensi lanjut setelah manusia melakukan pencarian ketuhanan
dankerasulan adalah kecendrungan fitrah dan kesadaran rasionalnya untuk meraih
kebahagiaan, Keabadian, dan kesempurnaan. Ketidakmungkinan mewujudkan
keinginan-keinginan ideal tersebut didalam kehidupan dunia yang bersifat
temporal ini melahirkan konsep tentang keberadaan hari akhirat -yang
sebelumnya dimulai dengan terjadinya kehancuran alam secara besar-besaran
(qiyamah/ kiamat/ hari agama/ yaum al-din)- sebagai konsekuensi logis keadilan
Tuhan. Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang tidak lagi bersifat
sejarah atau duniawi. Disana tidak ada lagi kehidupan historis seperti kebebasan,
usaha dan tata masyarakat yang menimbulkan ganjaran dosa/pahala. Kehidupan
akhirat merupakan refleksi perbuatan berlandaskan iman, ilmu, dan amal selama
di dunia. Dengan kata lain, ganjaran di akhirat adalah kondisi objektif dari relasi
manusia terhadap Tuhan dan alam.

126
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB III

HAKEKAT PENCIPTAAN DAN EKSKATOLOGI (MA’AD)

Salah satu prinsip dasar pandangan dunia yang merupakan fondasi penting dari
keimanan Islam adalah kepercayaan akan adanya kebangkitan dihari akhirat
(kehidupan sesudah mati). Beriman kepadanya karena merupakan suatu
persyaratan hakiki untuk dapat disebut muslim. Mengingkari kepercayaan ini
dapat dipandang sebagai bukan muslim.
Sebelum masuk ke bahasan tentang kehidupan sesudah mati maka masalah tujuan
dari penciptaan harus terlebih dahulu kita selesaikan, apakah yang memiliki
tujuan dalam penciptaan itu Tuhan ataukah Makhluk? Dan kemanakah
tujuannya?.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut haruslah bersandar pada
landasan-landasan metafisika Islam sehingga konsekwensi-konsekwensi yang
dilahirkan dari pilihan jawaban kita akan dapat terselesaikan dengan tanpa
keraguan. Jawaban ini juga yang akan menjelaskan kepada kita bahwa Tujuan dari
seluruh ciptaan adalah bergerak menuju sesuatu yang sempurna dan
Kesempurnaan Tertinggi adalah Tuhan maka Dia lah yang menjadi tujuan dari
seluruh gerak ciptaan.
Bahasan tujuan penciptaan itulah yang akan menjadi awal untuk selanjutnya kita
masuk dalam pembahasan kehidupan sesudah mati (Eskatologi).
Asal dan sumber dari kepercayaan tentang adanya hari akhirat ini mestilah
dibuktikan melalui argumen-argumen filosofis sehingga tidak ada sedikitpun
alasan yang dapat dikemukakan (oleh mereka yang belum mempercayai wahyu
Ilahi) untuk meragukannya. Kesungguhan beragama terpacu dengan sendirinya
bila kesadaran akan adanya hari akhirat (kehidupan kekal) sebagai sesuatu yang
mutlak atau pasti terjadi. Sehingga oleh para nabi dan rasul kepercayaan kepada
Ekskatologi (Ma’ad) merupakan prinsip kedua setelah Tauhid.
Tema-tema yang membicarakan masalah kehidupan akhirat ini atau kehidupan
sesudah mati dari segi pandangan Islam berkenaan dengan maut, kehidupan
sesudah mati, alam barzakh, hari pengadilan besar, hubungan antara dunia
sekarang dan dunia akan datang, manifestasi dan kekekalan perbuatan manusia
serta ganjaran-ganjarannya, kesamaan dan perbedaan antara kehidupan dunia
sekarang dan didunia akan datang, argumen-argumen al-Qur’an dan bukti-bukti
tentang dunia akan datang, keadilan tuhan, kebijaksanaan tuhan.
Sepanjang kehidupan baik didunia ini maupun diakhirat, kebahagiaan kita sangat
tergantung pada keimanannya pada hari tersebut. Karena ia mengingatkan
manusia akan akibat-akibat dari tindakan-tindakannya. Dengan cara ini manusia
menyadari bahwa perbuatan-perbuatan, perilaku, pemikiran-pemikiran, perkataan
dan akhlak manusia mulai dari yang paling besar hingga kepada yang paling kecil,
mempunyai awal dan akhir, sebagaimana mahluk manusia itu sendiri.
Tetapi manusia hendaknya tidak berfikir bahwa semuanya itu berakhir pada masa
kehidupan dunia ini atau periode ini saja. Sebab segalanya itu tetap ada dan akan
dimintai pertanggung jawaban pada hari periode kedua.

127
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kebahagiaan manusia pada hari itu bergantung pada kepercayaan pada hari atau
periode kedua tersebut. Karena pada hari kedua (periode kedua tersebut) manusia
akan diganjar atau dihukum sesuai perbuatan-perbuatannya. Itulah sebabnya maka
menurut Islam beriman kepada hari kebangkitan dipandang sebagai tuntutan yang
hakiki bagi kebahagiaan manusia.

BAB IV

MANUSIA DAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN

Satu hal yang mesti dilakukan sebelum kita membicarakan hal-hal lain dari
manusia adalah sebuah pertanyaan filosofis yang senantiasa hadir pada setiap
manusia itu sendiri, yakni apa sesungguhnya manusia itu? Dari segi aspek apakah
manusia itu mulia atau terhina? Dan apa tolak ukurnya? Tentu manusia bukanlah
makhluk unik dan sulit untuk dipahami bila yang ingin dibicarakan berkenaan
dengan aspek basyariah (fisiologis)nya. Karena cukup dengan menpelajari anatomi
tubuhnya kita dapat mengetahui bentuk atau struktur terdalamnya. Tetapi
manusia selain merupakan makhluk basyariah (dimensi fisiologis) dan Annaas
(dimensi sosiologis) ia juga memiliki aspek insan (dimensi psikologis) sebuah
dimensi lain dari diri manusia yang paling sublim serta memiliki kecenderungan
yang paling kompleks. Dimensi yang disebut terakhir ini bersifat spritual dan
intelektual dan tidak bersifat material sebagaimana merupakan kecenderungan
aspek basyarnya.
Dari aspek inilah nilai dan derajat manusia ditentukan dengan kata lain manusia
dinilai dan dipandang mulia atau hina tidak berdasarkan aspek basyar (fisiologis).
Sebagai contoh cacat fisik tidaklah dapat dijadikan tolak ukur apakah manusia itu
hina dan tidak mulia tetapi dari aspek insanlah seperti pengetahuan, moral dan
mentallah manusia dinilai dan dipahami sebagai makhluk mulia atau hina.
Dalam beberapa kebudayaan dan agama manusia dipandang sebagai makhluk
mulia dengan tolak ukurnya bahwa manusia merupakan pusat tata surya.
Pandangan ini didasarkan pada pandangan Plotimius bahwa bumi merupakan
pusat seluruh tata surya. Seluruh benda-benda langit ‘berhikmat’ bergerak
mengitari bumi. Mengapa demikian? Karena di situ makhluk mulia bernama
manusia bercokol. Jadi pandangan ini menjadikan kitaran benda-benda langit
mengelilingi bumi sebagai tolak ukur kemulian manusia. Namun seiring dengan
kemajuan sains pandangan ini kemudian ditinggalkan dengan tidak menyisakan
nilai mulia pada manusia. Para ahli astronomi justru membuktikan hal sebaliknya
bahwa bumi bukanlah pusat tata surya tetapi matahari.
Manusia tidak lagi dipandang sebagai makhluk mulia bahkan dianggap tak ada
bedanya dengan binatang adapun geraknya tak ada bedanya dengan mesin yang
bergerak secara mekanistis. Bahkan lebih dari itu dianggap tak ada bedanya
dengan materi, ada pun jiwa bagaikan energi yang di keluarkan oleh batu bara.
Karena itu wajar bila manusia dan nilai-nilai kemanusiaan tak lagi dihargai. Maka
datanglah kaum humanisme berupaya mengangkat harkat manusia, dengan
128
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
memandang bahwa kekuatan, kekuasaan, kekayaan, pengetahuan ilmiah dan
kebebasan merupakan hal esensial yang membedakan manusia dengan selainnya.
Tetapi bila itu tolak ukurnya, lantas haruskah orang seperti Fira’un atau Jengis
Khan yang dapat melakukan apa saja terhadap bangsa-bangsa yang dijajahnya
dipandang mulia? Jika berilmu pengetahuan merupakan tolak ukurnya. Lantas,
apakah dengan demikian orang-orang seperti Einstein yang paling berilmu tinggi
abad 20 atau para sarjana-sarjana itu lebih mulia dari seorang Paus Yohanes Paulus
II, ibu Tereisa atau Mahadma Ghandi bagi umatnya masing-masing? Sungguh
semua itu termasuk ilmu pengetahuan – sepanjang peradaban kemanusiaan
manusia – tidak mampu mengubah dan memperbaiki watak jahat manusia untuk
kemudian mengangkatnya menjadi mulia. Lantas, apa sesunguhnya tolak ukur
kemanusian itu? Sungguh dari seluruh bentuk-bentuk konsepsi tentang manusia
yang ada di muka bumi tak satu pun yang dapat menandingi paradigma (tolak
ukur)nya serta tidak ada yang lebih representatif dalam memupuk psikologisnya
kearah yang lebih mulia dari apa yang ditawarkan Islam. Dalam konsepsi Islam,
Tuhan (Allah) dipandang sebagai sumber segala kesempurnaan dan kemulian.
Tempat bergantung (tolak ukur) segala sesuatu. Karena itu pula sebagaimana
diketahui dalam konsepsi Islam, manusia ideal (insan kamil) dipandang
merupakan manifestasi Tuhan termulia di muka bumi dan karenanya ditugaskan
sebagai wakil Tuhan yang dikenal sebagai khalifah/nabi atau rosul (QS.2:30).
Karena itu, ciri-ciri kemulian Tuhan tergambar/ termanifestasikan pada dirinya
(QS.33:21) sebagai contoh real yang terbaik (uswatun hasanah) dari
“gambaran/cerminan” Tuhan di muka bumi (QS.68:4). Dengan kata lain bahwa
karena Nabi merupakan representasi (contoh) Tuhan di muka bumi bagi manusia
dengan demikian nabi/rosul/khalifah sekaligus merupakan representasi yakni
insan kamil (manusia sempurna) dari seluruh kualitas kemanusiaan manusia.
Tetapi walaupun manusia dipandang sedemikian rupa dengan nabi sebagai
contohnya, pada saat yang sama, dalam konsepsi Islam manusia dapat saja jatuh
wujud kemulian menjadi sama bahkan lebih rendah dari binatang.
Dengan demikian keidentikan kepadanya (khalifah/nabi/rasul) merupakan tolak
ukur kemulian kemanusiaan manusia dan sebaliknya berkontradiksi dengannya
merupakan ukuran kebejatan dan dianggap sebagai syaitan (QS.6:112).

BAB V

KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR MANUSIA)


DAN KENISCAYAAN UNIVERSAL (TAQDIR ILAHI)

Sebagai mahluk Tuhan yang ditetapkan sebagai wakil Tuhan (QS. 2:30) manusia
berbeda dengan batu, tumbuhan maupun binatang. Batu ketika menggelinding
dari sebuah ketinggian bergerak berdasarkan tarikan gravitasi bumi tanpa ikhtiar
sedikitpun begitu pula halnya tumbuhan yang tumbuh hanya dibawah kondisi

129
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
tertetu atau sebagai mana binatang yang bertindak berdasarkan naluri alamiahnya.
Ketiga mahluk-mahluk ini bergerak atau bertindak tidak berdasarkan ikhtiari.
Namum bagi manusia, ia merupakan mahluk yang senantiasa diperhadapkan pada
berbagai pilihan-pilihan, dan hanya dengan adanya sintesa antara ilmu dan
kehendak yang berasal dari tuhan ia dapat berikhtiar (memilih) yang terbaik
diantara pilihan-pilihan tersebut. Tanpa ilmu tentang hal-hal ideal ataupun
keharusan - keharusan universal maka meniscayakan ketiadaan ikhtiar dan
begitupula ketiadaan kehendak atau keinginan maka iapun mungkin memilih,
orang gila (tidak berilmu) dan pingsan (takberkehendak) adalah bukti nyata
ketiadaan ikhtiar. Sementara, ketiadaan ikhtiar bukti ketiadaan kebebasan dan itu
memustahilkan terwujudnya kemerdekaan. Jadi ia merupakan mahluk berikhtiar
yang hanya dapat bermakna bila berhadapan diantara keharusan-keharusan
universal (takdir).
Keharusan - keharusan universal atau yang biasa disebut sebagai takdir takwini
ataupun takdir tasri’i baik yang bersifat defenitif (Dzati) maupun yang tidak
bersifat defenitif (Sifati) bukanlah berarti bahwa manusia sesungguhnya hanya
sebuah robot yang bergerak berdasarkan skenario yang telah dibuat Tuhan, tetapi
hendaklah dipahami bahwa takdir tidak lain sebagai sebuah prinsip akan
terbinanya sistem kausalitas umum (bahwa akibat mesti berasal dari sebab-sebab
khususnya, dimana rentetan kausalitas tersebut berakhir pada sebab dari segala
sebab yakni tuhan) atas dasar pengetahuan dan kehendak ilahi yang Maha Bijak.
Takdir Takwini (Ketetapan penciptaan) tiada lain merupakan prinsip kemestiaan
yang mengatasi sistem penciptaan alam dan takdir tasyrii (Ketetapan Syariaat)
merupakan prinsip kemestiaan yang mengatur sistem gerak individu maupun
masyarakat dari segi sosiologis dan spritual.
Memahami konsep takdir sebagai sebuah skenario yang telah ditetapkan oleh
tuhan meniscayakan ketiadaaan keadilan tuhan dan konsep pertanggungjawaban.
Sebaliknya bila takdir tidaklah dipahami sebagaimana yang telah didefenisikan
diatas (yakni takdir takwini sebagai sebuah sistem yang mengatur proses
penciptaan dan takdir tasyri’i sebagai ketapan yang mengatur kehidupan etik,
sosial dan spritual individu dan masyarakat). Maka itu berarti bahwa pada proses
kejadian fenomena alam, panas dapat membuat air menjadi beku dan sekaligus
mendidih. Berbuat baik akan mendapat surga dan sekaligus neraka, atau pujian
sekaligus cacian. Bila demikian adanya maka yang terjadi adalah disatu sisi akan
terjadi kehancuran pada alam, individu dan masyarakat, disisi lain memustahilkan
adanya pengetahuan pasti tentang menginginkan mendidih atau beku, surga atau
neraka dan karenanya pula meniscayakan mustahilnya ikhtiar.
Artinya ikhtiar itu menjadi berarti hanya bila pada realitas terdapat hukum-
hukum yang pasti (takdir) atau dengan kata lain ikhtiar pada awalnya berupa
potensial dan ia menjadi aktual bila terdapat adanya dan diketahuinya takdir
tersebut. Karena itu pula dapat dikatakan tanpa takdir tidak ada ikhtiar.
Sebaliknya ketiadaan potensi ikhtiar pada manusia meniscayakan takdir menjadi
tidak bermakna/berlaku. Bagi orang-orang gila dan yang belum baligh (bayi) tidak

130
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dapat memanfaatkan hukum-hukum penciptaan untuk membuat suatu teknologi
apapun. Bagi mereka hukum-hukum syariat tak diberlakukan. Dengan demikian
takdir ilahi itu sendiri mengharuskan adanya iktiar bagi manusia agar dengan
begitu takdir-takdir pada alam dapat dipergunakan, dimanfaatkan atau secara
umum dapat dikatakan bahwa keadilan Ilahi sebagai keharusan universal itu
sendiri meniscayakan adanya ikhtiar dan takdir. Tanpa ikhtiar maka takdirpun
tidak bermanfaat dan tidak berlaku, sebaliknya tanpa takdir meniscayakan
ketiadaan ikhtiar pada manusia, tiada ikhtiar meniscayakan ketiadaan kebebasan
dan ketiadaan kebebasan memustahilkan terwujudnya kemerdekaan.
Kebebasan dan kemerdekaan tidaklah bermakna sama. Kemerdekaan tidak
dipredikatkan kepada binatang kecuali pada manusia tetapi sebaliknya manusia
dan binatang dapat dipredikatkan bebas atau mendapatkan kebebasan. Kebebasan
pada manusia mesti bukanlah sebagai tujuan akhir bagi manusia. Sebab bila
kebebasan merupakan sebagai tujuan akhir maka kebebasan menjadi deterministik
itu sendiri, dalam arti bahwa ia tidak lagi berbeda dengan sebuah ranting ditengah
lautan yang bergerak kekiri dan kekanan dikarenakan arus dan bukan berdasarkan
pilihannya. Kebebasan hanya merupakan syarat (mesti) awal dalam menggapai
cita-cita ideal (Kesempurnaan Tuhan) sebagai tujuan akhir dan inilah yang
dimaksud dengan kemerdekaan.
Kebebasan individu bukan berarti kebebasan mutlak yang mana kebebasannya
hanya dibatasi oleh kebebasan orang atau individu yang lain. Sebab defenisi
kebebasan itu tersebut adalah sistem etik yang hanya menguntungkan orang -
orang kuat dan mendeskreditkan orang-orang lemah. Ini karena bagi orang kuat
kebebasannya itu sendiri telah dapat membungkam orang-orang lemah, dengan
kata lain eksisten orang-orang lemah tidak memiliki daya untuk membatasi
kebebasan orang kuat. Sistem ini hanya berlaku bagi individu-individu yang sama-
sama memiliki kekuatan. Atau kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain
karena kebebasan orang lain tersebut lebih kuat.
Sesungguhnya kebebasan individu tidaklah demikian. Kebebasan individu berarti
bahwa secara sosial dalam interaksinya dengan orang lain ia tidak berada pada
posisi tertindas dan secara spiritual ia tidak berada dalam posisi menindas.
Kebebasan bukan berarti memanfaatkan kekuatan dan kekuasaan dalam
melakukan apa saja tetapi dalam arti kemampuan untuk tidak memanfaatkan
kekuatan dan kekuasaan (menahan diri) untuk membalas menindas ketika ia
berada pada posisi memiliki kesempatan untuk itu, dan ini adalah satu pengertian
kemerdekaan manusia dan keharusan universal.

BAB VI

INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Salah satu sifat khas manusia sebagai makhluk dan karenanya ia berbeda dengan
binatang adalah bahwa ia merupakan makhluk yang diciptakan selain sebagai

131
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
makluk berjiwa individual, bermasyarakat merupakan kecenderungan alamiah
dari jiwanya yang paling sublim. Kedua aspek ini mesti dipahami dan di letakkan
pada porsinya masing-masing secara terkait. Sebab yang pertama melahirkan
perbedaan dan yang kedua melahirkan kesatuan. Karena itu mencabut salah
satunya dari manusia itu berarti membunuh kemanusiaananya. Dengan kata lain
bahwa perbedaan-perbedaan (bukan pembedaan-pembedaan) yang terjadi di antara
setiap individu-individu (sebagai identitas dari jiwa individual) merupakan prinsip
kemestian bagi terbentuknya masyarakat dan dinamikanya. Sebab bila sebuah
masyarakat, individu-individu haruslah memiliki kesamaan, maka ini berarti
dinamisasi, dalam arti, saling membutuhkan pastilah tak terjadi dan karenanya
makna masyarakat menjadi kehilangan konsep. Di sisi lain dengan adanya
perbedaan-perbedaan di antara para individu meniscayakan adanya saling
membutuhkan, memberi dan kenal-mengenal dan karena itu konsep kemanusiaan
memiliki makna.
Di sisi lain kecenderungan manusia untuk hidup bermasyarakat merupakan
kecenderungan yang bersifat fitri. Ia tidak bedanya hubungan antara seorang laki-
laki dan perempuan yang berkeinginan secara fitri untuk membentuk sebuah
keluarga. Jadi Ia membentuk masyarakat karena adanya hubungan individu-
individu yang terkait secara fitrah dan alamiah untuk membentuk sebuah
komunitas besar. Bukan terbentuk berdasarkan sebuah keterpaksaan, sebagimana
beberapa individu berkumpul dikarenakan adanya serangan dari luar. Bukan juga
bedasarkan proses kesadaran sebagai langkah terbaik dalam memperlancarkan
keinginan bersama, sebagaimana sejumlah individu berkumpul dan sepakat
bekerja sama sebagai langkah terbaik dalam mencapai tujuannya masing-masing.
Karena itu masyarakat didefenisikan sebagai adanya kumpulan-kumpulan dari
beberapa individu-individu secara fitri maupun suka dan duka dalam mencapai
tujuan dan cita-cita bersama adalah membentuk apa yang kita sebut sebagai
masyarakat. Kumpulan dari sejumlah individu adalah “badan” masyarakat ada pun
kesepakatan atau tidak dalam mencapai cita-cita dan tujuan idealnya adalah
merupakan “jiwa” masyarakatnya. Karena itu selain bumi (daerah/tempat tinggal)
dan sistem sosial (ikatan psikologis antara individu-individu), individu merupakan
salah satu unsur terbentuknya sebuah masyarakat. Tanpa manusia (individu) maka
masyarakat pun tidak ada.
Masyarakat itu sendiri merupakan senyawa sejati, sebagaimana senyawa alamiah.
Yang disintesiskan di sini adalah jiwa, pikiran, cita-cita serta hasrat. Jadi yang
bersintesis adalah bersifat kebudayaan. Jadi, individu dan masyarakat memiliki
eksistensi (kemerdekaan) masing-masing dan memiliki kemampuan
mempengaruhi yang lain. Bukan kefisikan. Walaupun begitu eksistensi individu
dalam kaitannya terhadap masyarakat mendahului eksistensi masyarakat.
Memandang bahwa eksistensi masyarakat mendahului individu berarti kebebasan
dan kemanusiaannya telah dicabut dari manusia (individu) itu sendiri.
Walaupun manusia memiliki kualitas-kualitas kesucian, potensi tersebut dapat saja
tidak teraktual secara sempurna dikarenakan adanya kekuatan lain dalam diri
manusia berupa hawa nafsu yang dapat saja merugikan orang lain dan diri sendiri.

132
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Sebab hawa nafsu ini mulai teraktual di kala interaksi antara individu dengan
individu lain dalam kaitannya dengan bumi (sumber harta benda). Bahkan
keserakahan ini dapat saja berkembang dalam bentuk yang lebih besar,
sebagaimana sebuah bangsa menjajah bangsa lain. Fenomena ini dapat mengancam
kehidupan manusia dan kelestarian alam. Dengan demikian, pertanggung-jawaban
ini bagi setiap individu, selain bersifat individual juga bersifat kolektif. Ini karena,
pertanggung-jawaban individual terjadi ketika sebuah perbuatan memiliki dua
dimensi, yaitu: si pelaku (sebab aktif) dan sasaran yang disiapkan oleh pelaku (sebab
akhir). Apabila dalam perbuatan tersebut terdapat dimensi ketiga, yaitu sarana
atau peluang yang diberikan untuk terjadinya perbuatan tersebut dan lingkup
pengaruhnya (sebab material), maka tindakan tersebut menjadi tindakan kolektif.
Jadi Masyarakat adalah pihak yang memberikan landasan bagi tindakan kolektif
dan membentuk sebab material. Ini berarti, individu memiliki andil besar dalam
mengubah wajah bumi atau mengarahkan perjalanan sebuah masyarakat kearah
yang sempurna atau kehancuran.
Tidak ada jalan lain bahwa untuk menghadapi ancaman-ancaman ini, manusia
memerlukan adanya sebuah sistem sosial yang adil yang memiliki nilai sakralitas
dan kesucian dan berdasarkan tauhid (Ketuhanan Yang Maha Esa). Mengajarkan
sebuah pandangan dunia bahwa segala sesuatu milik Tuhan. Dihadapan Tuhan
tidak ada kepemilikan manusia, kecuali apa yang dititipkan dan diamanahkan
kepadanya untuk mengatur dan mendistribusikan secara adil. Kesadaran akan
sakralitas dan kesucian sistem tersebut memberikan implikasi kehambaan
terhadap Tuhan. Berdasarkan kesadaran dan pertimbangan seperti itu maka
interaksi antara individu dengan individu lainnya dalam hubungannya terhadap
alam akan berubah dari watak hubungan antara tuan/raja dan budak menjadi
hubungan antara hamba Tuhan dengan hamba Tuhan yang lain dengan
mengambil tugas dan peran masing-masing berdasarkan kapasitas-kapasitas yang
diberikan dalam menjaga, mengurus, mengembangkan, mengelola,
mendistribusikan dan lain-lain. Karena itu berdasarkan fitrah/ruh Allah seorang
manusia (individu) diciptakan dan ditugaskan sebagai khalifah/nabi/rosul (wakil/
utusan Tuhan) oleh Allah di muka bumi (QS.2:30) untuk memakmurkan bumi
dan membangun masyarakatnya untuk mewujudkan sistem sosial.

BAB VII

KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Keadilan menjadi sebuah konsep abstrak yang sering diartikan secara berbeda oleh
setiap orang utamanya mereka - mereka yang pernah mengalami suatu
ketidakadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menuntut secara tegas
perlu dilakukan redefenisi terhadap apa yang dimaksud dengan keadilan.
Bila keadilan diartikan sebagai tercipta suatu keseimbangan dan persamaan yang
proporsional maka pemecahan permasalahan keadilan sosial dan ekonomi hanya

133
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dapat teratasi dengan menemukan jawaban terhadap sebab - sebab terjadinya
ketidak-adilan sosial dan ekonomi serta bagaimana agar dalam distribusi kekayaan
dapat terbagi secara adil sehingga terhindar dari terjadinya diskriminasi dan
pengutuban, atau kelas dalam masyarakat.
Jelas terlihat dari problem yang dihadapi bahwa kasus keadilan sosial dan
ekonomi bukanlah merupakan wilayah garapan ilmu ilmiah (positif). Karena
masalah keadilan bukanlah fenomena empiris yang dapat diukur secara
kuantitatif. Namun ia merupakan konsep abstrak yang berkenaan dengan aspek
kebijakan-kebijakan praksis, karena itu ia merupakan garapan filosofis dan bersifat
ideologis. Itulah sebabnya mengapa dalam menjawab masalah diatas setiap orang
atau kelompok memiliki jawaban dan konsep yang berbeda sesuai dengan
ideologi, kandungan batinnya serta kapasitas pengetahuannya.
Kapitalisme sesuai dengan konsepnya tentang manusia yang berkenaan dengan
karakter dasar dan tujuan akhir manusia yaitu bahwa manusia pada dasarnya
bersifat baik dan lemah, cenderung meyakini bahwa penyebab terjadinya
diskriminasi serta tidak terjadinya distribusi kekayaan secara tidak adil
dikarenakan dipasungnya kebebasan individu oleh baik masyarakat, pemerintah,
individu lain disatu sisi dan di sisi lain tidak adanya aturan-aturan yang menjamin
kepentingan-kepentingan individu. Berdasarkan ini upaya menciptakan keadilan
sosial maupun ekonomi bisa terwujud hanya dengan cara memberikan kebebasan
secara mutlak, yakni kesempatan ekonomi yang seluas-luasnya kepada setiap
individu dimana kebebasannya hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain,
meskipun kebebasan ini justru dapat menyebabkan perbedaan pendapatan dan
kekayaan individu (dengan asumsi bahwa orang menggunakan kebebasannya secara
sama dalam sistem kapitalis).
Sebaliknya sosialisme yang didasarkan pada konsepnya tentang manusia dan
pandangan hidupnya yang melihat bahwa penyebab terjadinya diskriminasi sosial
dan ekonomi sehingga terciptanya kelas - kelas dalam masyarakat dimana yang
satu semakin miskin dan yang lain semakin kaya dikarenakan adanya kekuatan
yang menghambat proses berubahnya kesadaran kolektif dari kesadaran
kepemilikan pribadi ke kepemilikan sosial (bersama). Karena itu untuk
menciptakan keadilan sosial dan ekonomi, maka tidak ada cara lain kecuali
diperlukan suatu sistem sosial yang berfungsi mengatur atau merawat dalam hal
menghilangkan kepemilikan pribadi atas alat - alat produksi ketempatnya yang
sebenarnya yaitu kepemilikan bersama (seluruh anggota masyarakat harus memiliki
pendapatan dan kekayaan yang sama) yang dalam hal ini diwakili oleh negara
dengan cara menasionalisasikan alat-alat produksi tersebut.
Adapun menurut Islam kepemilikan pribadi bukanlah penyebab terjadinya
malapetaka kemanusiaan sebagaimana yang disangka oleh kaum sosialis
komunisme. Bahkan sebaliknya kepemilikan pribadi yang semata-mata
materealistik justru penyebab proses kehancuran sistem kapitalis. Setiap konsep
keadilan akan menemui jalan buntu jika ia tak seiring dengan naluri dasar alamiah
manusia yaitu kepentingan individu atau apa yang sering disebut sebagai ego.
Itulah sebabnya mengapa ketika seluruh alat - alat produksi telah
134
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dinasionalisasikan yang kemudian diamanahkan kepada negara yang notabene
adalah terdiri dari individu - individu sebagai pengelolahnya kemudian berubah
menjadi kapitalisme atau borjuis - borjuis baru yang diktator dan menganggap diri
mereka tuan (penguasa) bagi unit-unit yang mereka pimpin. Artinya adalah
penghapusan kepemilikan pribadi tidak dapat mengubah mentalitas manusia yang
punya kecenderungan egoistik.
Bagi Islam satu - satunya jalan yang dapat mengatasi masalah ketidak-adilan adalah
dengan memberikan jaminan pendapatan tetap, dengan kemungkinan
mendapatkan lebih banyak serta mengubah konsepsi manusia tentang manusia
dan pandangan hidupnya dari semata-mata bersifat materialistik kekesadaran
teologis dan ekskatologis, tanpa memasung atau bahkan mematikan naluri
alamiahnya.
Adalah suatu kemustahilan disatu sisi ketika kesadaran teologis dan ekskatologis
telah dimusnahkan dari pandangan dunia seseorang dan disisi lain dengan
menghilangkan kepemilikan atau kepemilikan pribadinya kemudian serta merta ia
berubah dari individualis menjadi seorang pribadi yang sosialis (bukan sosialisme).
Menurut Islam, ego (kepentingan pribadi) merupakan suatu kekuatan yang
diletakkan oleh Allah dalam diri manusia sebagai pendorong. Kekuatan ini dapat
mendorong manusia untuk melakukan hal yang diskriminatif, serakah dan
merusak tetapi ia juga dapat mendorong manusia untuk mencapai kualitas
spiritual yang paripurna (insan kamil). Karena itu Islam tidak datang untuk
membunuh ego dengan seluruh kepentingannya, namun ia datang untuk
memupuk, membina dan mengarahkannya secara spiritual dengan suatu kesadaran
teologis (TAUHID) dan Ekskatologis (MAAD).
Bagi Islam penyebab terjadinya ketidakadilan sosial dan ekonomi atau dengan kata
lain penyebab terjadinya kelas-kelas dalam masyarakat disebabkan oleh tidak
adanya kesadaran tauhid. Hal ini dapat dilihat ketika al-Qur’an menceritakan
mental Fir’aun yang sewenang-wenang sehingga disatu sisi sebagai penyebab
terjadinya kelas-kelas (penduduk terpecah-belah), (QS.28:4) dengan menobatkan
dirinya menjadi Tuhan (QS.28:38-39), karena itu untuk kepentingan mengatasi hai
ini Islam mengajarkan untuk merealisasikan suatu konsep yaitu sebagaimana
dikatakan dalam Al- Quran yang artinya: ....tidak kita sembah Allah dan tidak kita
persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan
sebagian yang lain sebagai tuhan selain Allah (QS.3:64).
Adapun di sisi lain penyebab terjadinya ketidak-adilan ekonomi (yang miskin
semakin miskin dan sebaliknya) disebabkan tidak berjalannya sistem tauhid
(pelaksanaan syariat) karena itu kata al-Qur’an menegaskan sekiranya mereka
sungguh-sungguh menjalankan (hukum) taurat, Injil, dan apa yang diturunkan
kepada mereka dari tuhan mereka, niscaya mereka akan mendapatkan makanan
dari langit atas mereka dan dari bawah kaki mereka (QS.5:66) atau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah kami akan melimpahkan
kepada mereka berkah dari langit dan bumi (QS.7:96) atau bahwasannya jikalau
mereka tetap berjalan lurus diatas jalan itu (Agama Islam; melarang praktek riba,

135
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
serta menganjurkan atau bahkan mewajibkan khumus, Jis’ah, sedekah, infak,
zakat dll.), niscaya benar-benar kami akan memberikan minuman kepada mereka
air yang segar (rezki yang banyak, QS.72:16).
Artinya menurut Islam bahwa prinsip dari hubungan khusus antara bertindak
sesuai dengan perintah-peritah Tuhan di satu sisi dengan kemakmuran disisi lain
atau dalam bahasa modernnya, hubungan antara distribusi yang adil dengan
peningkatan produksi, yakni bahwa tidak akan terjadi kekurangan produksi dan
kemiskinan bila distribusi yang adil dilaksanakan. Dengan kata lain distribusi
yang adil akan mendongkrak kekayaan dan meningkatkan kemakmuran sebagai
bukti “berkat dari langit dan bumi” telah tercurahkan.
Dengan perspektif yang demikian inilah selanjutnya akan melahirkan kesadaran
kemanusiaan yang tinggi sebagai bentuk manifestasi dari pengabdian serta
kecintaan kita kepada Allah SWT.
Disamping itu, guna menegakkan nilai keadilan sosial dan ekonomi dalam tataran
praktis diperlukan kecakapan yang cukup. Orang-orang yang memiliki kualitas
inilah yang layak memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan
keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya dan dalam jangka
waktu yang sama menghormati kemerdekaan orang lain dan martabat
kemanusiaannya sebagai manifestasi kesadarannya akan tanggung jawab sosial.
Lebih jauh lagi, negara dan pemerintah sebagai bentuk yang terkandung
didalamnya adalah untuk menciptakan masyarakat yang berkeadilan, baik berupa
keadilan sosial maupun keadilan ekonomi. Dan hanya setelah terpenuhinya pra-
syarat inilah negara ideal sebagai dicita-citakan bersama (baldatun thayyibatun wa
rabbun ghafur) dapat diwujudkan.
Tidak diragukan lagi dari kajian yang konprehensif dan holistik dapat mengantar
kita pada satu kebenaran rasional ideologi (syariat) Islam yang telah mengajarkan
akan persaudaraan, keadilan dan kesamaan hak untuk diamalkan oleh setiap kaum
muslimin khususnya, sampai kepada sektor-sektor produksi sosio-ekonomi dan
pembagian kekayaan. Atau hukum-hukum yang lebih bersifat spesifik
menyangkut hal-hal yang memerlukan rincian, seperti pemanfaatan lahan
pertanian, penggalian mineral, sewa-menyewa, bunga, zakat, khumus (yakni
mengeluarkan 20-30% dari keuntungan bersih) dan pembelanjaan umum dan lain
sebagainya yang dikelola langsung oleh negara, atau lembaga sosial di bawah
kontrol masyarakat dan negara yang berlandaskan pada prinsip-prinsip keadilan.
Keadilan menjadi sebuah konsep abstrak yang sering diartikan secara berbeda oleh
setiap orang utamanya mereka - mereka yang pernah mengalami suatu
ketidakadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini menuntut secara tegas
perlu dilakukan redefenisi terhadap apa yang dimaksud dengan keadilan.
Bila keadilan diartikan sebagai tercipta suatu keseimbangan dan persamaan yang
proporsional maka pemecahan permasalahan keadilan sosial dan ekonomi hanya
dapat teratasi dengan menemukan jawaban terhadap sebab - sebab terjadinya
ketidak-adilan sosial dan ekonomi serta bagaimana agar dalam distribusi kekayaan

136
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dapat terbagi secara adil sehingga terhindar dari terjadinya diskriminasi dan
pengutuban, atau kelas dalam masyarakat.
Jelas terlihat dari problem yang dihadapi bahwa kasus keadilan sosial dan
ekonomi bukanlah merupakan wilayah garapan ilmu ilmiah (positif). Karena
masalah keadilan bukanlah fenomena empiris yang dapat diukur secara
kuantitatif. Namun ia merupakan konsep abstrak yang berkenaan dengan aspek
kebijakan-kebijakan praksis, karena itu ia merupakan garapan filosofis dan bersifat
ideologis. Itulah sebabnya mengapa dalam menjawab masalah diatas setiap orang
atau kelompok memiliki jawaban dan konsep yang berbeda sesuai dengan
ideologi, kandungan batinnya serta kapasitas pengetahuannya.
Kapitalisme sesuai dengan konsepnya tentang manusia yang berkenaan dengan
karakter dasar dan tujuan akhir manusia yaitu bahwa manusia pada dasarnya
bersifat baik dan lemah, cenderung meyakini bahwa penyebab terjadinya
diskriminasi serta tidak terjadinya distribusi kekayaan secara tidak adil
dikarenakan dipasungnya kebebasan individu oleh baik masyarakat, pemerintah,
individu lain disatu sisi dan di sisi lain tidak adanya aturan-aturan yang menjamin
kepentingan-kepentingan individu. Berdasarkan ini upaya menciptakan keadilan
sosial maupun ekonomi bisa terwujud hanya dengan cara memberikan kebebasan
secara mutlak, yakni kesempatan ekonomi yang seluas-luasnya kepada setiap
individu dimana kebebasannya hanya dibatasi oleh kebebasan orang lain,
meskipun kebebasan ini justru dapat menyebabkan perbedaan pendapatan dan
kekayaan individu (dengan asumsi bahwa orang menggunakan kebebasannya secara
sama dalam sistem kapitalis).
Sebaliknya sosialisme yang didasarkan pada konsepnya tentang manusia dan
pandangan hidupnya yang melihat bahwa penyebab terjadinya diskriminasi sosial
dan ekonomi sehingga terciptanya kelas - kelas dalam masyarakat dimana yang
satu semakin miskin dan yang lain semakin kaya dikarenakan adanya kekuatan
yang menghambat proses berubahnya kesadaran kolektif dari kesadaran
kepemilikan pribadi ke kepemilikan sosial (bersama). Karena itu untuk
menciptakan keadilan sosial dan ekonomi, maka tidak ada cara lain kecuali
diperlukan suatu sistem sosial yang berfungsi mengatur atau merawat dalam hal
menghilangkan kepemilikan pribadi atas alat - alat produksi ketempatnya yang
sebenarnya yaitu kepemilikan bersama (seluruh anggota masyarakat harus memiliki
pendapatan dan kekayaan yang sama) yang dalam hal ini diwakili oleh negara
dengan cara menasionalisasikan alat-alat produksi tersebut.

BAB VIII

SAINS ISLAM

Sains dalam sejarah perkembangan seringkali dinaturalisasikan sebagai sebuah


upaya pencocokan terhadap nilai-nilai budaya, agama atau pandangan - pandangan
137
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
tertentu suatu masyarakat. Asimilasi dan akulturasi inilah yang kemudian
menjadi bentuk baru (khas) sebuah peradaban, rasionalisme di Yunani dan
positivisme di Eropa adalah contoh-contahnya.
Naturalisasi terhadap sains itu sendiri dilakukan sebab sains diakui memiliki
kekuatan yang ambigu. Disatu sisi ia dapat mengembangkan suatu masyarakat
karena kemampuannya mengatasi masalah-masalah praktis dan prakmatis manusia
serta kemampuannya yang dapat merubah konstruk berfikir manusia itu sendiri
sehingga membawa mereka ke arah peradaban baru yang lebih maju, disisi lain
dengan kemampuan yang sama, ia juga memiliki sifat destruktif untuk
menghancurkan atau merombak nilai-nilai budaya, agama maupun spiritualitas
suatu masyarakat.
Positivisme misalnya merupakan hasil sebuah naturalisasi sains didunia
masyarakat Eropa dan telah dipandang sebagai kebenaran. Sains ini (positivisme)
adalah sebuah sains yang memiliki watak atau karakter yang bersifat materealistik
yaitu sains yang menolak hal - hal yang bersifat metafisis, spiritual maupun mistis,
karenanya dalam karakternya yang demikian sains ini dapat menghancurkan atau
melunturkan konsep-konsep teologi dan nilai - nilai keagamaan lainnya.
Sehingga bukanlah hal yang berlebihan bila beberapa pemikir muslim melakukan
islamisasi sains terhadap sains-sains modern (sains positivisme) sebagai sebuah
bentuk keseriusan mereka dalam menjawab hal ini dan sekaligus sebagai wujud
dari naturalisasi sains didunia Islam, sehingga pengaruhnya yang negatif terhadap
gagasan metafisis (Teologi dan Ekskatologi) dan nilai-nilai agama Islam lainnya
dapat dihindari. Hasil dari upaya islamisasi sains inilah yang kita sebut sains Islam.
Islamisasi sains atau sains Islam dapat dimulai dengan menggagas untuk
meletakkan dasar bagi landasan epistimologinya yaitu dengan membuat klasifikasi
ilmu pengetahuan berdasarkan basis ontologinya serta metodologinya yang sesuai
dengan semangat (Spirit) Islam itu sendiri, yakni teologi (Tauhid), Ekskatologi
(Ma’ad), serta Kenabian.
Islamisasi sains dengan pelabelan ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits yang dipandang
sesuai dengan penemuan sains mestilah dihindari, karena kebenaran-kebenaran al-
Qur’an bersifat abadi dan universal, sementara kebenaran-kebenaran sains modern
selain bersifat temporer dan hanya benar dalam lingkup ruang dan waktu
tertentu, sains ini juga bersifat materealistik atau positivistik.
Pendekatan demikian akan mengalami jalan buntu dengan berubahnya teori-teori
sebelumnya dengan ditemukannya teori-teori baru. Dengan demikian ayat-ayat
yang tadinya dipandang relevan dengan teori-teori sebelumnya, walau menjadi
dipertanyakan relevansinya.
Begitupula islamisasi sains tidak dengan upaya mendengungkan ayat-ayat al-
Qur’an tentang kewajiban berilmu pengetahuan ke telinga generasi muslim. Hal
ini karena upaya tersebut berkaitan dengan sumberdaya manusia (SDM) muslim
yang mayoritas telah atau akan berkembangg tidak sesuai dengan sains islam.

138
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Namun pendekatan yang mesti dilakukan adalah dengan membuat klasifikasi ilmu
pengetahuan dengan menetapkan status dan basis ontologinya, sebab ia
merupakan basis bagi sebuah epistimologi. Perbedaan dalam menetapkan status
ontologis meniscayakan perbedaan pada status epistimologi berikut
metodologinya. Perbedaan ini dapat terlihat pada epistimologi modern dengan
epistimologi yang telah dicanangkan oleh para filosof muslim yang telah
ditinggalkan oleh mayoritas kaum muslim itu sendiri.
Epistimologi barat berbasis pada status ontologi materealistik dan menolak adanya
realitas (ontologi) metafisis. Epistimologi ini hanya memusatkan perhatiannya
pada objek fisik.
Adapun sains Islam bukan hanya berbasis kepada status ontologis alam materi
(objek-objek fisika) tetapi lebih dari itu ia tetapkan pula bahwa selain status
ontologi alam materi terdapat pula objek ontologi alam mitsal (objek-objek
matematika) dan objek ontologi alam akal (objek-objek metafisika).
Berdasarkan klasifikasi sains seperti ini, sains Islam menawarkan beberapa
metodologi ilmiahnya sesuai dengan status ontologinya, yaitu; intuisi dan
penyatuan jiwa (metode kaum irfan), untuk mengetahui objek-objek non-materi
murni atau objek-objek metafisika dengan cara langsung, deduksi rasional untuk
mengetahui objek metafisika secara tidak langsung maupun objek-objek
matematika dan Induksi (Observasi dan eksperimen) untuk mengetahui objek-
objek fisika.
Sains metafisika mengkaji objek-objek atau wujud yang secara niscaya bersifat
non-materi murni yang tidak dipengaruhi oleh materi dan gerak. Seperti Teologi,
Kosmologi, dan Ekskatologi.
Sains matematika mengkaji objek-objek atau wujud yang meskipun bersifat non-
material namun berhubungan dengan materi dan gerak. Seperti aritmatika,
geometri, optika, astronomi, astrologi, musik, ilmu tentang gaya, keteknikan dan
lain sebagainya.
Sains fisika mengkaji objek-objek atau wujud yang secara niscaya terkait dengan
materi dan gerak. Seperti unsur-unsur (atom-atom), mineral, tumbuh-tumbuhan,
binatang dan manusia (secara fisik).
Dalam klasifikasi sains Islam karena status objek-objek metafisika merupakan
realitas ontologis yang berada dipuncak (yang paling tertinggi) yang menjadi sebab
segala sesuatu dibawahnya, dimana objek-objek fisika merupakan objek realitas
terbawah dan terendah dari hirarki objek ontologi, maka secara berturut-turut
sains metafisika merupakan sains tertinggi dan sains fisika merupakan sains
terendah setelah sains matematika.

139
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
RUJUKAN AL - QUR’AN

BAB II. DASAR KEPERCAYAAN

1. Al Qur’an Surah Al Ikhlas (112) : 1 – 4.


2. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 163.
3. Al Qur’an Surah Al Qashash (28) : 88.
4. Al Qur’an Al Baqarah (2) : 255.
5. Al Qur’an Al Baqarah (2) : 163.
6. Al Qur’an Surah Al Anbiya (21) : 108.
7. Al Qur’an Surah Al Mu’minuun (23) : 91 – 92.
8. Al Qur’an S. Al Anbiyaa’ (21) : 22.
9. Al Qur’an Surah An Nahl (16) : 51.

BAB III. HAKEKAT PENCIPTAAN DAN EKSKATOLOGI


( MA’AD)

1. Al Qur’an Surah Al A’raf (7) : 187.


2. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 48.
3. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 85.
4. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 165.
5. Al Qur’an Surah Ali Imran (3) : 55.
6. Al Qur’an Surah An Nisa (4) : 109.
7. Al Qur’an Surah Almaidah (5) : 14.

BAB IV. MANUSIA DAN NILAI-NILAI KEMANUSIAAN

1. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 30.


2. Al Qur’an Surah Al Ahzab (33) : 21.
3. Al Qur’an Surah Al Qalam (68) :4.
4. Al Qur’an Surah Al An’am (6) : 112.

BAB V. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR MANUSIA) DAN


KENISCAYAAN UNIVERSAL (TAQDIR ILAHI)

1. Al Qur’an Surah Al Maaidah (5) : 66.


2. Al Qur’an Surah Al Qamar (54) : 49-50.
3. Al Qur’an Surah Ar Ra’d (13) : 11.
4. Al Qur’an Surah Al Jaatsiyah (45) : 2-3.
5. Al Qur’an Surah Al Hadiid (57) : 22.
6. Al Qur’an Surah Al An’aam (6) : 59.
7. Al Qur’an Surah At Thalaaq (65) : 3.
8. Al Qur’an Surah Al Hijr (15) : 21.
9. Al Qur’an Surah Ali Imran (3) : 154.
140
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
10. Al Qur’an Surah Al Qamar (54) : 49.
11. Al Qur’an Surah Ar R’d (13) : 11.
12. Al Qur’an Surah An Nahl (16) : 112.
13. Al Qur’an Surah Al Ankabuut (29) : 40.
14. Al Qur’an Surah Fush Shilat (41) : 46.
15. Al Qur’an Surah Al Insaan (76) : 3.
16. Al Qur’an Surah Ar Ruum (30) : 41.
17. Al Qur’an Surah Asy Syuura (42) : 20.
18. Al Qur’an Surah Al Israa’ (17) : 18-20.

BAB VI. INDIVIDU DAN MASYARAKAT

1. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 30.


2. Al Qur’an Surah Al Israa’ (17) : 71.
3. Al Qur’an Surah Maryam (19) : 20.
4. Al Qur’an Surah Al Hijr (15) : 28.
5. Al Qur’an Surah Maryam (19) : 20.
6. Al Qur’an Surah Al Furqan (25) : 7.
7. Al Qur’an Surah Al Furqan (25) : 20.
8. Al Qur’an Surah Al Kahfi (18) : 110.
9. Al Qur’an Surah Ibrahim (14) : 11.
10. Al Qur’an Surah Al Ahzab (33) : 72.
11. Al Qur’an Surah Az Zariyat (51) : 56.
12. Al Qur’an Surah Al Insan (76) : 1-2.
13. Al Qur’an Surah Al Ankabut (29) : 49.
14. Al Qur’an Surah Al Mujadalat (58) : 11.
15. Al Qur’an Surah Al Hujarat (49) : 13.
16. Al Qur’an Surah Al Furqan (25) : 54.
17. Al Qur’an Surah As Zahruf (43) : 32.
18. Al Qur’an Surah Al A’raf (7) : 172.
19. Al Qur’an Surah Shoaf (38) : 72.
20. Al Qur’an Surah As Shoaffat (37) : 72.
21. Al Qur’an Surah At Taubah (9) : 112.
22. Al Qur’an Surah Al A’raf (7) : 29.
23. Al Qur’an Surah Al Israa’ (17) : 13-14.
24. Al Qur’an Surah Al Imran (3) : 104.
25. Al Qur’an Surah Al Jashiat (45) : 28-29.
26. Al Qur’an Surah Al Imran (3) : 110.
27. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 46.
28. Al Qur’an Surah Ghafar (40) : 17.
29. Al Qur’an Surah Al Imran (3) : 86-88.
30. Al Qur’an Surah Al Furqan (25) : 43.
31. Al Qur’an Surah Al Jashiat (45) : 23.
32. Al Qur’an Surah Al Alaq (96) : 6-7.
33. Al Qur’an Surah Al Qashas (28) : 38.
34. Al Qur’an Surah Al Qashas (28) : 4.
141
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
35. Al Qur’an Surah saba’ (34) : 31.
36. Al Qur’an Surah Al A’raf (7) : 127.
37. Al Qur’an Surah At Taubah (9) : 34.
38. Al Qur’an Surah Al Qashas (28) : 5.
39. Al Qur’an Surah Al Ahzab (33) : 6-7.
40. Al Qur’an Surah An Nisa’ (4) : 97.

BAB VII. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

1. Al Qur’an Surah Ali Imran (3) : 64.


2. Al Qur’an Surah Qashash (28) : 4.
3. Al Qur’an Surah Qashash (28) : 38.
4. Al Qur’an Surah Qashash (28) : 39.
5. Al Qur’an Surah Al Maaidah (5) : 66.
6. Al Qur’an Surah Al-A’raaf (7) : 96.
7. Al Qur’an Surah Al A’raaf (7) : 96.
8. Al Qur’an Surah Ali Imran (3) : 18.
9. Al Qur’an Surah Al Hadid (57) : 25.
10. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 124.
11. Al Qur’an Surah Al Anbiyaa’ (21) : 47.
12. Al Qur’an Surah Al Baqarah (2) : 282.
13. Al Qur’an Surah Al Maa-idah (5) : 95.
14. Al Qur’an Surah Ath Thalaaq (65) : 2.
15. Al Qur’an Surah At Taubah (9) : 70.
16. Al Qur’an Surah Ar Rahmaan (55) : 7.
17. Al Qur’an Surah Al An’aam (6) : 1.

142
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PROGRAM KERJA NASIONAL
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. Pengantar

H impunan Mahasiswa Islam (HMI) yang dilahirkan pada tanggal 14 Rabi’ul


awal 1366 H yang bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947,
mempunyai motivasi dasar untuk mempertahankan negara kesatuan
Republik Indonesia ini mempunyai derajat rakyat Indonesia serta menegakkan
dan mengembangkan ajaran Islam. Motivasi dasar inilah yang menjadi wawasan
dan komitmen kebangsaan dan ke-Islaman bagi pengembangan organisasi.
Sebagai organisasi yang berasas Islam maka setiap gerak langkah HMI senantiasa
dilandasi oleh ajaran Islam baik dalam kehidupan organisasi maupun yang
tercermin dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak kader HMI sehingga ajaran
Islam tidak hanya menjadi sumber inspirasi dan motivasi tetapi sekaligus menjadi
tujuan yang harus diwujudkan.
Ajaran Islam bagi HMI harus diwujudkan dalam kehidupannya, baik dalam
rangka mengabdi kepada Allah SWT maupun dalam tugas kekhalifahannya. HMI
berusaha secara nyata untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia, yaitu
masyarakat adil dan makmur yang dirdhoi Allah SWT, serta mampu menjaga
eksistensi bangsanya di tengah interaksi bangsa-bangsa di dunia.
HMI merupakan wadah sekaligus instrumen harus mampu memberikan
sumbangan yang bermanfaat bukan hanya untuk para anggotanya namun
sekaligus untuk masyarakat, bangsa, negara dan agama serta mampu
menempatkan dirinya menjadi “Rahmatan lil Al ‘Alamin”.
Untuk mewujudkan tujuan HMI, maka perlu suatu penjabaran lebih lanjut dalam
bentuk Program Kerja Nasional (PKN).

B. Pengertian

a. Program Kerja Nasional (PKN) adalah penjabaran Pasal Usaha dalam


Anggaran Dasar yang penyusunannya ditujukan untuk mencapai tujuan
HMI dan diselimuti oleh asas Islam, status organisasi mahasiswa, sifat
independen, dan peran sebagai organisasi perjuangan.

143
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Program Kerja Nasional (PKN) berfungsi sebagai pedoman bagi
penyusunan program kerja seluruh struktur HMI dan merupakan
inspirasi seluruh anggota HMI.
c. Program Kerja Nasional (PKN) terdiri dari program jangka panjang
yang ditinjau paling cepat empat tahun sekali dan jangka pendek yang
ditinjau tiap dua tahun sekali.

C. Maksud dan Tujuan

Program Kerja Nasional dimaksudkan dan ditujukan untuk memberikan


dasar-dasar, arah dan sasaran serta langkah-langkah kongkrit organisasi dalam
pencapaian tujuan HMI secara terpadu, bertahap, berkesinambungan antara
periode sebelumnya dengan periode berikutnya.

D. Landasan

Program Kerja Nasional ini didasarkan pada :


a. Anggaran Dasar HMI khususnya pasal 5 tentang usaha.
b. Anggaran Dasar HMI pasal 3, 4, 6, 7, 8, dan 9 beserta penjabarannya.
c. Anggaran Rumah Tanggal HMI pasal 12.

E. Modal Dasar

Modal dasar Program Kerja Nasional adalah potensi yang dimiliki HMI yaitu
:
a. Ide dasar kelahiran HMI
Pertama mempertahankan Negara Republik Indonesia dan mempertinggi
harkat dan martabat Rakyat Indonesia; Kedua, menegakkan dan
mengembangkan Syiar Islam.
b. Status dan kedudukan HMI yang dijamin oleh pasal 28 UUD Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.
c. Modal rohaniah (iman, spiritual) dan mental, yaitu ajaran Islam yang
bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah yang merupakan pedoman bagi
kader HMI dalam berpikir, bersikap dan berperilaku dalam
melaksanakan aktivitasnya.
d. Potensi dalam tubuh HMI, yaitu ke-kaderan anggota HMI dari berbagai
disiplin ilmu, segenap perangkat organisasi serta budaya organisasi yang
telah ditanamkan sejak kelahirannya.
e. Potensi alumni HMI yang tersebar di berbagai sektor masyarakat.

144
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
F. Medan Berkiprah dan Pengabdian

Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang hidup dan berkembang di kampus-


kampus di Negara Kesatuan Republik Indonesia maupun luar Negara
Kesatuan Republik Indonesia maka medan berkiprah dan pengabdian HMI
adalah kampus, umat Islam, masyarakat bangsa dan Negara Indonesia, dan
masyarakat bangsa dan Negara non-Indonesia.

BAB II
PROGRAM JANGKA PANJANG

Program Kerja Nasional (PKN) Jangka Panjang meliputi kurun waktu


4 tahun sebagai arah dan landasan bagi penyusunan program HMI
secara keseluruhan.

A. Pengertian

1. Program jangka panjang pada dasarnya adalah program umum HMI


yang disusun untuk jangka waktu tertentu (empat tahun) guna
memberi arah bagi penyusun program jangka pendek (per periode).
2. Program jangka panjang merupakan rangkaian program HMI yang
disusun sejak tahun 2006 untuk jangka waktu 2 kali periode
kepengurusan dari tahun 2006 sampai tahun 2010.

B. Arah dan Sasaran

Program jangka panjang ini diarahkan pada hal-hal sebagai berikut:


1. Program jangka panjang dilaksanakan dalam rangka memelihara,
melanjutkan dan mewujudkan cita-cita dan misi organisasi dengan
melaksanakan kegiatan-kegiatan di bidang:
• Peningkatan kualitas ke-Islaman anggota HMI dan umat Islam
Indonesia.
• Peningkatan dan pengembangan sistem dan pelaksanaan pola
pembinaan anggota HMI.
• Restrukturisasi HMI, peningkatan kualitas aparat organisasi dan
mekanisme berorganisasi dengan penerapan teknologi informasi
dalam manajemen organisasi.
• Peningkatan dan pengembangan keberadaan HMI di dunia
perguruan tinggi (khususnya kampus excellent), kemahasiswaan dan
kepemudaan.

145
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
• Peningkatan pengembangan intelektualitas dan profesionalitas kader.
• Peningkatan dan pengembangan peran kritis HMI dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Peningkatan peran dan partisipasi HMI dalam menegakkan nilai-nilai
demokrasi dan hak asasi manusia (HAM).
• Mengawal dan memandu jalannya reformasi bangsa Indonesia.
• Peningkatan dan pengembangan peran kritis HMI-Wati.
• Peningkatan dan pengembangan responsibilitas terhadap dinamika
internasional.
2. Pengembangan bidang-bidang lainnya dilaksanakan selaras dengan hasil-
hasil yang dicapai didalam bidang di atas. Sebaliknya peningkatan yang
dicapai diatas akan merupakan pendorong utama bagi perkembangan
bidang-bidang yang lain.
3. Dalam pelaksanaan Program Jangka Panjang HMI harus senantiasa
mengacu pada nilai-nilai ajaran agama Islam dan hakekat organisasi
sehingga dua faktor ini menjadi kerangka dasar dalam menentukan
langkah-langkah organisasi.
4. Sasaran utama Program Jangka Panjang adalah mewujudkan kehidupan
organisasi yang berkualitas dan mandiri sehingga partisipasi dalam
mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia yaitu masyarakat adil dan
makmur yang diridhoi Allah SWT, serta turut menjaga eksistensi bangsa
ditengah interaksi bangsa-bangsa di dunia.
5. Untuk mencapai tujuan Program Jangka Panjang perlu ditetapkan
pejabaran yang dilakukan secara terpadu, teratur, terencana dan
konsisten, meliputi :
• Tahap I : Dititik beratkan pada peningkatan implementasi ajaran
Islam bagi anggota; peningkatan sistem dan pelaksanaan
pembinaan anggota; restrukturisasi HMI dan
peningkatan kualitas aparat organisasi; peningkatkan
intelektualitas dan profesional kader dan peningkatan
keberadaan HMI di dunia perguruan tinggi (khususnya
kampus excellent), kemahasiswaan dan kepemudaan; dan
peningkatan peran kritis HMI-Wati.
• Tahap II : Dititik beratkan pada aspek peningkatan dan
pengembangan peran kritis HMI dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; peningkatan
peran dan partisipasi HMI dalam menegakkan nilai-nilai
demokrasi dan hak asasi manusia (HAM); serta
mengawal dan memandu jalannya reformasi bangsa
Indonesia.
• Tahap III : Dititik beratkan pada penempatan dan pengembangan
semua bidang dalam proses aktualisasi organisasi dalam
penigkatan daya saing bangsa (national competence)
ditengah dinamika internasional.

146
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB III
PROGRAM JANGKA PENDEK

A. Pengertian

1. Program Kerja Nasional (PKN) Jangka Pendek meliputi kurun waktu 2


(dua) tahun sebagai arah dan landasan bagi penyusunan program
struktur HMI secara keseluruhan.
2. Program jangka pendek merupakan rangkaian program HMI yang
disusun untuk kepengurusan seluruh struktur HMI tahun 2006-2008.

B. Fungsi PKN Jangka Pendek (2006-2008)


Program Kerja Nasional (PKN) HMI 2006-2008 berfungsi sebagai:
1. Pedoman atau acuan penyelenggaraan Program Kerja HMI secara
nasional oleh seluruh struktur HMI masa bakti 2006-2008.
2. Instrumen pengawasan terhadap program kerja seluruh struktur HMI
dalam periode kepengurusannya (2006-2008).

C. Tujuan dan Prioritas PKN Jangka Pendek 2006-2008


Tujuan dan Prioritas Program Kerja Nasional Jangka Pendek 2006-2008
adalah:
a. Mencapai Arah dan Sasaran Jangka Panjang Tahap I. Artinya program
diprioritaskan pada peningkatan implementasi ajaran Islam bagi anggota;
peningkatan sistem dan pelaksanaan pembinaan anggota; restrukturisasi
HMI dan peningkatan kualitas aparat organisasi; peningkatkan
intelektualitas dan profesional kader dan peningkatan keberadaan HMI di
dunia perguruan tinggi (khususnya kampus excellent), kemahasiswaan dan
kepemudaan; dan peningkatan peran kritis HMI-Wati

D. Program Bidang
1. Program Kerja Bidang Intern
1. 1. Bidang Pembinaan Anggota
a. Konsolidasi pelaksanaan Pedoman Perkaderan hasil Lokakarya tahun
2000 yang telah disahkan Kongres XXIII dan XXIV.
b. Sosialisasi materi terurai Latihan Kader (LK) I dan membuat materi
terurai untuk Latihan Kader (LK) II dan Latihan Kader (LK) III.
c. Membuat LK I, LK II, dan LK III percontohan dengan memanfaatkan
media audio visul dan disosialisasikan kepada seluruh tingkat struktur
HMI sebagai upaya standarisasi kualitas Latihan Kader di HMI secara
nasional.
d. Restrukturisasi Lembaga Pengelola Latihan menjadi Badan Pengelola
Latihan.
e. Menyusun Silabus dan menyelenggarakan Pusat Pendidikan dan
Latihan (Pusdiklat).

147
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
f. Menertibkan pelaksanaan pelatihan dan pembinaan anggota di semua
jenjang.
g. Inovasi dalam masifikasi penghayatan Islam versi HMI (NDP) kepada
anggota.
h. Menyusun silabus pembinaan atau follow up LK I dan LK II.
i. Bekerjasama dengan bidang terkait untuk menyusun data base anggota
HMI secara modern.

1. 2. Bidang Pembinaan Aparat Organisasi


a. Meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan AD, ART dan
penjabarannya hasil Kongres XXV kepada anggota.
b. Melakukan restrukturisasi HMI dan menerapkan manajemen
organisasi berbasis teknologi informasi.
c. Menegakkan disiplin regenerasi kepengurusan tepat pada waktunya
sesuai dengan AD, ART HMI dan penjabarannya.
d. Menyusun sistem pada pola rekruitmen pengurus HMI.
e. Melakukan akreditasi atas standar kelayakan keberadaan seluruh
struktur HMI, terutama struktur kepemimpinan.
f. Mengefektifkan pelaksanaan pembuatan laporan kegiatan.

1. 3. Bidang Kesekretariatan
a. Menyempurnakan pedoman administrasi kesekretariatan yang relevan
dengan tuntutan dan perkembangan internal dan eksternal organisasi
b. Mengusahakan tersedianya sekretariat/kantor HMI yang permanen
dan representatif di setiap Wilayah dan Cabang.
c. Melaksanakan aktivitas yang mendorong terwujudnya kesekretariatan
sebagai pusat dokumentasi dan informasi organisasi.
d. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pengelolaan
kesekretariatan melalui Up-Grading Kesekretariatan.
e. Melengkapi sarana dan pra sarana kesekretariatan dalam rangka
modernisasi organisasi.
f. Membuat website HMI yang terintegrasi sebagai representasi
keberadaan dan aktivitas HMI di dunia maya.

1. 4. Bidang Keuangan, Harta Benda dan Perlengkapan


a. Menyusun sistem penggalangan, pengelolaan dan pengawasan
pendanaan organisasi.
b. Mengaktifkan pengelolaan iuran anggota secara modern.
c. Mengusahakan terwujudnya kegiatan-kegiatan usaha sebagai sumber
dana untuk membiayai kegiatan organisasi.
d. Menegakkan tertib administrasi keuangan dan harta benda HMI.
e. Menyusun anggaran rutin dan anggaran kegiatan.

1.5. Bidang Pengembangan Profesi dan Kewirausahaan


a. Restrukturisasi Lembaga Kekaryaan menjadi Lembaga
Pengembangan Profesi.
148
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Mendorong Lembaga Pengembangan Profesi untuk melakukan
program kerjasama dengan berbagai instansi baik pemerintah, swasta
dan lembaga swadaya masyarakat.
c. Mengembangkan Lembaga Pengembangan Profesi berdasarkan
potensi, minat dan bakat anggota di Wilayah dan Cabang.

1. 6.Bidang Pemberdayaan Perempuan


a. Sosialisasi dan pelaksanaan Pedoman KOHATI.
b. Mengembangkan kajian-kajian/studi keperempuanan.
c. Mengadakan kerjasama dengan berbagai lembaga yang berkewajiban
dalam rangka meningkatkan peran perempuan dalam kehidupan
masyarakat.
d. Melakukan advokasi atas isu-isu keperempuanan di seluruh
Indonesia.
e. Meningkatkan intelektualitas dan profesionalitas HMI-Wati.

2 . Program Kerja Bidang Ekstern


2. 1. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaaan dan Kepemudaan
a. Melakukan gerakan HMI back to campus, khususnya kampus-kampus
excellent dimana HMI pernah menguasainya. Berpartisipasi dalam
meningkatkan peran dan fungsi perguruan tinggi yang telah dikuasai
untuk menumbuhkan terciptanya kehidupan kampus yang dinamis
melalui peran kemahasiswaan.
b. Mengusahakan terciptanya kehidupan kampus yang dinamis melalui
peran aktif dalam usaha membina dan mengmbangkan aktivitas-aktivitas
kemahasiswaan.
c. Melakukan distribusi anggota-anggota ke lembaga kemahasiswaan intra
kampus dalam rangka mengimplementasikan misi oranisasi.
d. Melakukan distribusi kader ke dalam organisasi kepemudaan dan
kemasyarakatan.
e. Berperan aktif dalam mendinamisir kehidupan dalam rangka
meningkatkan kemadirian pemuda Indonesia.
f. Mengadakan latihan-latihan yang dapat menumbuhkan advokasi pemuda
dan mahasiswa terhadap persoalan-persoalan kemasyarakatan.
g. Membentuk sistem jaringan organisasi dan gerakan mahasiswa.

2.2. Bidang Pemberdayaan Umat


a. Merumuskan pola-pola hubungan kerja sama HMI dengan lembaga dan
organisasi kemasyarakatan Islam baik nasional maupun internasional.
b. Berperan aktif dalam menigkatkan fungsionalisasi nilai-nilai ajaran Islam
dalam kehidupan masyarakat.
c. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan pemahaman
dan pelaksanaan nilai-nilai ke-Islaman di tengah-tengah masyarakat.
d. Mengusahakan tersedianya media komunikasi antar generasi muda
Islam.

149
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. Mengupayakan adanya forum dialog lintas agama dan budaya.
f. Melakukan kajian terhadap perkembangan pemahaman pemikiran
Islam.

2.3. Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional


a. Melaksanakan kajian terhadap berbagai aspek reformasi pembangunan
nasional di bidang pembangunan nasional.
b. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan
dan pemberdayaan masyarakat (daerah).
c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan otonomi daerah.
d. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan berbagai kalangan,
antara lain dengan pemerintah, lembaga legislatif, Orsospol, Ormas, dan
lembaga-lembaga pengembangan kemasyarakatan serta melaksanakan
kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong terwujudnya kehidupan
masyarakat yang demokratis dan berkeadilan.
e. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan keutuhan
bangsa dan Negara Indonesia.

2. 4. Bidang Hubungan Internasional


a. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan berbagai organisasi,
mahasiswa dan pemuda Islam internasional.
b. Berperan aktif di berbagai aktivitas kemahasiswaan dan pemuda
internasional.
c. Meningkatkan hubungan dan kerjasama dengan perwakilan negara
sahabat dan berbagai lembaga internasional yang ada di Indonesia.
d. Menjalin hubungan kerjasama dengan lembaga pendidikan luar negeri
dan mengadakan pertukaran antar organisasi, mahasiswa/pemuda.
e. Melakukan kajian tentang masalah-masalah internasonal.
f. Meningkatkan wawasan dan pengetahuan anggota HMI tentang berbagai
masalah-masalah internasional.
g. Merumuskan strategi rekruitmen untuk mahasiswa Islam yang ada di
luar negeri dan merintis kemungkinan didirikan Cabang HMI di luar
negeri.
h. Melakukan kontrol terhadap kebijakan luar negeri pemerintah RI.

2.5. Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup


a. Melakukan kajian atas berbagai aspek pengelolaan sumber daya alam dan
lingkungan hidup.
b. Melakukan kampanye pemanfaatan sumber daya alam yang
berkesinambungan dan perlindungan terhadap lingkungan hidup.
c. Melakukan advokasi atas pemanfaatan sumber daya alam yang tidak
benar dan pengrusakan lingkungan hidup.
d. Melakukan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait baik
pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat dalam rangka
memaksimalkan pemanfaatan sumber daya alam secara benar dan
perlindungan terhadap lingkungan hidup.
150
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.6. Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia(HAM)
a. Melakukan kajian atas berbagai aspek Hukum dan HAM.
b. Melakukan penekanan kepada Pemerintah agar memprioritaskan
pembangunan nasional yang menekankan kepada terciptanya Supremasi
Hukum dan terlaksananya HAM.
c. Melakukan advokasi atas permasalahan di bidang Hukum dan
pelanggaran HAM.
d. Melakukan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait baik
pemerintah, swasta, maupun lembaga swadaya masyarakat dalam rangka
reformasi serta penegakan Hukum dan HAM.

E. PENJABARAN PROGRAM KERJA NASIONAL

Pada dasarnya PKN diperlukan secara nasional yang dalam penjabarannya


disesuaikan dengan situasi dan kondisi di lingkungan masing-masing. Ini berarti,
bila hal ini dilaksanakan secara baik, maka dengan sendirinya akan tercipta
beragam program kegiatan untuk merealisasikannya. Keberhasilan pelaksanaan
program pada suatu periode memberikan landasan positif bagi pelaksanaan PKN
pada periode-periode selanjutnya.
Untuk selanjutnya agar rumusan PKN ini lebih bersifat teknis operasional dan
terkait maupun instansi pelaksanaannya maka akan dijabarkan lebih jauh dalam
rapat kerja maupun rapat koordinasi. Di tingkat PB HMI di susun Program
Kegiatan yang bersifat nasional sebagai penjabaran PKN, di tingkat Wilayah
disusun Program Kerja Regional, di tingkat Cabang disusun Program Kerja
Cabang dan di tingkat Komisariat disusun Program Kerja Komisariat.
Hal-hal ini perlu diperhatikan dalam penjabaaran pelaksanaan PKN adalah :
• Adanya konsistensi misi organisasi.
• Adanya kesinambungan persepsi, konsepsi dan program organisasi.
• Adanya pertimbangan situasi, kondisi, potensi dan masalah lingkungan.
• Adanya pertimbangan implikasi terhadap mekanisme organisasi.

F. EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KERJA NASIONAL

Pada tahap pelaksanaan program kerja akan diadakan Evaluasi (evaluasi


pelaksanaan) untuk mengetahui realisasi program dan kesesuaiannya dengan arah
dan sasaran yang telah ditetapkan, penyimpangan-penyimpangan yang terjadi,
hambatan-hambatan dalam pelaksanaan, serta penetapan program kerja
selanjutnya.
Hasil evaluasi merupakan petujuk tambahan yang baru untuk mewujudkan
penyesuaian-penyesuaian usaha berdasarkan situasi, kesempatan serta sumber daya

151
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
yang ada. Dengan demkian pelaksanan program kerja senantiasa realistis dan
relevan serta dapat dicapai dengan hasil optimal.

152
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
REKOMENDASI KONGRES XXV
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

REKOMENDASI EKTERNAL

S
ebagai Wujud dan tanggung jawab Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
terhadap persoalan-persoalan yang tengah kita hadapi dewasa ini, maka
disusunlah Rekomendasi Ekternal ini dalam Kongres HMI. Rekomendasi ini
disamping inventarisasi masalah dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa
dan bernegara yang menjadi concern HMI juga dicoba untuk diketengahkan
sebagai solusi atau penyelesaian atas masalah yang sedang melanda bangsa ini.
Dengan demikian diharapkan kehidupan berbangsa dan bernegara kita kedepan
akan semakin baik, berkualitas dan demokratis. Fokus persoalan dalam
rekomendasi ini semoga manjadi perhatian pihak-pihak yang berkompeten untuk
ditindak lanjuti.
Adapun rincian problematika bangsa yang terangkum dalam rekomendasi
Ekternal Kongres HMI kali ini meliputi hal-hal sebagi berikut :

I. BIDANG EKONOMI

1. Program kebijakan ekonomi pasca IMF.


Program kebijakan ekonomi Indonesia pasca-IMF yang tertuang dalam
sebuah dokumen buku putih (white paper) akan menentukan
perkembangan bangsa dan negara kedepan. Sebagimana dikatakan
pemerintah, pogram tersebut diharapkan mampu mengisi kesenjangan
kredibilitas pemerintah setelah kita tidak lagi terikat kerjasama
pemulihan ekonomi dengan IMF. Kesenjangan kredibilitas ini memang
amat riskan karena bisa melahirkan guncangan-guncangan dalam
kehidupan ekonomi nasional. Implikasinya, perekonomian kita pun
bukan tidak mungkin mengalami kemunduran.
Program kebijakan ekonomi pemerintahan pasca-IMF ini yang tertuang
dalam Inpres No. 5 tahun 2003 memiliki tiga sasaran pokok, yaitu
memelihara dan memantapkan stabilitas ekonomi makro yang sudah
dicapai, melanjutkan restrukturisasi dan reformasi sektor keuangan, serta
meningkatkan investasi , ekspor, dan penciptaan lapangan kerja.
153
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Bahwa ternyata paket pogram kebijakan ekonomi pasca-IMF ini tidak
memuaskan semua pihak, Itu bisa dimaklumi. Kita sadari penuh bahwa
bagaimanapun sebuah produk kebijakan tak mungkin benar-benar
sempurna bak kitab suci.

Namun demikian, jika keluhan megenai isi white paper dilontarkan


pelaku usaha, tampaknya kita tak bisa diam begitu saja dan mengaggap
keluhan itu tak istimewa.
Sejauh yang kita tangkap , dunia usaha nasional menilai white paper
lebih menonjolkan aspek makro yang sebenarnya menjadi porsi
Program Pembangunan Nasional (Propenas). Dalam bahasa gamblang,
dimata dunia usaha kita, program kebijakan ekonomi pasca-IMF sama
sekali tak membuat masa depan ekonomin nasional benar-benar
bergerak aman dan nyaman. Untuk meningkatkan investasi dan ekspor
misalnya, program pemerintah itu mereka nilai tak menjanjikan langkah
fundamental strategis, dan operasional.

Berkaitan dengan itu, perlu direkomendasikan beberapa hal :


a. Isi White paper terutama yang berkaitan dengan aspek makro
ekonomi seharusnya merupakan penjabaran teknis atas pogram
Pembangunan Nasional (Propenas).
b. Pemerintah hendaknya bersikap konsekkuen dan konsisten dalam
mengimplementasikan isi White paper. Menilik kencenderungan
selama ini. Konsistensi dan kesunguhan pemerintah menerapkan isi
white paper bukan tanpa alasan. Kita mengalami, IMF pernah
beberapa kali menunda pencairan pinjaman baru justru karena
pemerintah tidak konsisten terhadap butir-butir pogram ekonomi
yang tertuang dalam letter of intent (LoI)

2. Tingkat penganguran yang mencemaskan.


Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
memperkirakan dalam lima tahun kedepan gambaran soal angka
penganguran di Indonesia masih akan suram karena tidak
tersedianya lapangan kerja. Tahun 2006 ini angka kerja akan
mencapai 102,88 juta orang, termasuk angkatan kerja baru 2,10 juta
orang.
Tambahan lapangan kerja yang tercipta hanya 10,83 juta orang.
Penciptaan lapangan kerja yang tak mampu mengimbagi
pertumbuhan angka kerja baru itu menyebabkan angka
penganguran terbuka tahun 2006 meningkat menjadi 10,83 juta
orang (10,32 persen dari angkatan kerja). Dari tahun sebelumnya
10,13 juta orang (9,85 persen dari angkatan kerja).
154
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Peningkatan angkatan penganguran terbuka ini diperkirakan masih
akan berlanjut sampai tahun 2005, dimana angkatanya
diproyeksikan menjadi 11,19 juta orang atau 10,45 persen dari
angkatan kerja . Proyeksi ini dibuat dengan asumsi pertumbuhan
ekonomi Indonesia tahun 2006 dan 2005 masing-masing 4,49 persen
dan 5,03 persen. Dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sebesar
5,03 persen, tahun 2005, lapangan kerja yang tercipta hanya 1,75 juta
orang.
Persoalanya penganguran tidak dapat dilepaskan dari kondisi pasar
tenaga kerja Indonesia oleh karena itu, investasi pemerintahan dalam
menangani penganguran, yang paling penting adalah kebijakan
untuk membuat pasar menjadi fleksibel. Terlihat lagi, pada saat
anggaran negara sangat terbatas, lapangan kerja yang perlu
diciptakan adalah lapangan kerja yang baik . Bukan kegiatan yang
informal yang dilakukan karena masyarakat tidak mempuanyai
pilihan.

Belajar dari pengalaman negara-negara lain yang dalam usahanya


mengurangi bagi angka pengangguran beberapa hal yang mesti
dipertimbangkan antar lain :

a) Pemerintah mulai dari tingkat pusat hingga daerah harus membuat


kebijakan yang menekan biaya ekonomi tinggi dalam sektor usaha
seperti munculnya biaya-biaya siluman yang acap dikeluhkan para
pelaku usaha serta memangkas birokrasi dalam hal perijinan yang
diiringi dengan penegakan hukum. Hengkangnya para investor luar
negeri dan relokasi penanaman modal asing (PMA) ke beberapa
negara tetangga dan masih minimnya investor asing yang masuk ke
Indonesia—sebagai contoh—lebih karena sebab-sebab di atas, dan
bukan semata-mata faktor keamanan dalam negeri.
b) Proyek-proyek padat karya yang menyerap banyak tenaga kerja
perlu diintensifkan kembali. Hanya saja perlu dipikirkan agar
proyek-proyek padat karya itu direncanakan dengan matang dan
saksama serta diarahkan pada target hasil yang dirasakan masyarakat
banyak, dan bukan proyek-proyek padat karya selama ini yang
terkesan asal ada dan penghamburan anggaran belaka.
c) Pemerintah perlu memberi stimulus berupa kemudahan-kemudahan
dan pengucuran kredit pada sektor-sektor usaha yang melibatkan
banyak tenaga kerja seperti pada sektor properti dengan menerapkan
prinsip kehati-hatian.
d) Mengingat ketahanan ekonomi Indonesia sesungguhnya bertumpu
pada sektor pertanian. Kebijakan-kebijakan pada sektor ini
hendaknya senantiasa berpihak dan menguntungkan petani.
e) Pemerintah harus mengupayakan terciptanya suasana yang kondusif
untuk mendukung terciptanya usaha mandiri.

155
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
f) Tingkat kesejahteraan karyawan, mengusahakan peningkatan
kesejahteraan kenyataan dengan mensinergiskan antara Upah
Minimum Regional (UMR) dan Kadar Hidup Minimal (KHM).
1. Pemerintah harus secepatnya menyelesaikan utang luar negeri
dan menolak setiap jenis utang luar negeri yang baru.
2. Pemerintah harus menghentikan privatisasi BUMN.
3. Pemberdayaan ekonomi syariah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan umat.
4. Percepatan pembangunan ekonomi di Indonesia wilayah timur.
5. Percepatan pengembalian aset-aset negara.
6. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan Nasional.
3. Pemerintah harus secepatnya menyelesaikan utang luar negeri dan
menolak setiap jenis utang luar negeri yang baru serta melakukan
moratorium utang luar negeri yang telah jatuh tempo.
4. Pemerintah harus menetapkan mekanisme kontrol/pengawasan dan
sistem audit BUMN.
5. Mendorong pemerintah membuka peran publik dalam pengambilan
kebijakan ekonomi yang menguasai hajat hidup orang banyak.
6. Pemberdayaan ekonomi syariah dalam upaya meningkatkan
kesejahteraan umat.
7. Percepatan pembangunan ekonomi di daerah tertinggal, daerah pasca
konflik dan bencana alam serta daerah perbatasan khususnya wilayah
timur.
8. Percepatan pengembalian aset-aset negara.
9. Pemberdayaan ekonomi kerakyatan secara nasional.
10. Menggagas pemisahan antara pusat pemerintahan dengan pusat
perekonomian.
11. Membantu mempercepat proses pemekaran daerah-daerah yang memiliki
potensi pembangunan ekonomi yang cukup besar, dengan
memperhatikan aspek sosial, politik dan budaya.
12. Pemberdayaan kembali undang-undang zakat nasional untuk mengurangi
angka kemiskinan; Reformulasi zakat profesi untuk meningkatkan
perekonomian.

II. BIDANG PENDIDIKAN

1. Sistem Pendidikan.
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia mengamanatkan
Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketaatan kepada
Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan
pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen
156
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan
perubahan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan
pembaharuan pendidikan secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Fungsi pendidikan sebagaimana UU SISDIKNAS yang diundangkan pada
tahun 2003 adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Namun demikian pada kenyataannya masih banyak masyarakat yang
belum mampu menikmati pendidikan secara adil dan merata.
Berpijak dari itu, pemerintah sudah selayaknya dan sewajarnya membuat
kebijakan di sektor pendidikan di mana masyarakat dapat menikmati
pendidikan secara adil, merata, dan murah.
Pemerintah harus menciptakan iklim yang kondusif untuk menjamin
terlaksananya undang-undang sisdiknas dengan mengarah pada sistem
yang adil, merata dan murah.

2. Alokasi Anggaran Pendidikan.


Sebagaimana amanat UU SISDIKNAS, pemerintah harus konsekuen
mengalokasikan minimal 20% dari APBN pada sektor pendidikan dan
minimal 20% dari APBD di luar gaji pendidik dan biaya pendidikan
kedinasan. Karena pendidikan merupakan investasi jangka panjang yang
hasilnya baru dapat dinikmati pada generasi mendatang. Dengan dalih
apa pun pemerintah tidak boleh menunda-nunda pengalokasian anggaran
pendidikan itu, yang telah diamanatkan dengan gamblang dan jelas dalam
UU tersebut.

3. Soal Penerimaan ‘Jalur Khusus’ Mahasiswa Baru di PTN BHMN.


Sistem penerimaan mahasiswa baru di beberapa PTN BHMN lewat ‘jalur
khusus’ seperti yang terungkap melalui pemberitaan media massa
beberapa waktu lalu sudah selayaknya dikaji ulang dan dihapus. Sistem
tersebut—di mana mahasiswa yang diterima diharuskan membayar biaya
mahal untuk masuk perguruan tinggi—hanya akan memperlebar jurang
antara mahasiswa kaya dan mahasiswa miskin dalam komunitas kampus.
Di samping berpotensi melahirkan munculnya ‘anak emas’ pada
mahasiswa yang diterima pada program jalur khusus, dan ‘anak tiri’ pada
mahasiswa yang diterima pada program jalur reguler.
Di samping itu, sesungguhnya model penerimaan mahasiswa baru lewat
jalur khusus itu mengingkari hakekat sisitem pendidikan nasional yang
harus menjamin pemerataan pendidikan. Lagi pula model penerimaan
jalur khusus ini sangat berpotensi masuknya mahasiswa yang memiliki
kualitas akademik rendah jika sistemnya tidak transparan.
157
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kita kuatir model penerimaan mahasiswa baru lewat model-model jalur
khusus ini akan semakin menggejala dari tahun ke tahun meningkatkan
prosentasenya. Sehingga meminggirkan calon-calon mahasiswa baru yang
potensial namun berasal dari latar belakang keluarga kurang mampu.
Berangkat dari itu, kami merekomendasikan agar sistem penerimaan
mahasiswa baru lewat jalur khusus itu dihapuskan. Sebagai
kompensasinya, pemerintah tidak boleh lepas tangan membiayai
pendidikan tinggi dengan dalih otonomi kampus. Justru di saat alokasi
dana pendidikan ditingkatkan menjadi 20% dari APBN seharusnya segala
biaya pendidikan tinggi yang harus dipikul mahasiswa digratiskan.

III. BIDANG POLITIK DALAM NEGERI

1. Krisis Kepemimpinan Nasional

Berlarut-larutnya krisis yang kita hadapi dewasa ini, pada hakekatnya


menunjukkan adanya krisis dalam kepemimpinan nasional kita.
Manajemen tambal sulam dalam mengurus negara kita ini,
menyebabkan semakin kompleksnya masalah yang kita hadapi.
Ibaratnya satu masalah diatasi, namun muncul seratus masalah baru.
Pengalaman Malaysia dan Thailand yang juga hampir berbarengan
terkena krisis, memperlihatkan cepatnya kedua negara itu keluar dari
krisis ekonomi yang mereka hadapi. Hal tersebut tak lain dan tak
bukan disebabkan oleh manajemen kepemimpinan jitu yang diambil
oleh pemimpin-pemimpin puncak mereka.
Setelah mengamati dengan seksama tipe-tipe pemimpin yang dapat
mengantarkan rakyatnya keluar dari kesulitan-kesulitan yang
dihadapinya, maka yang diperlukan saat ini adalah tipe pemimpin yang
memiliki prasarat: visi (keluar dari krisis), komitmen pada visi itu,
kompetensi, manajerial, misi (memajukan negeri), memberi inspirasi
dan motivasi, integritas (dapat dipercaya, memelihara kepercayaan
publik), dan kepribadian (asketis, jujur, terbuka, komunikatif).
Kesemua prasyarat kepemimpinan seperti itulah yang kini dibutuhkan
oleh banyak orang, di saat keadaan tak berpengharapan dan nyaris
kehilangan pegangan.
Selain itu kami merekomendasikan :
a. Melakukan pengawalan terhadap RUU kepemudaan yang akan
mengarah pada kompetensi pemerintah terhadap gerakan
kepemudaan.
b. Mewarning kinerja Menpora yang berupaya mengembalikan
kooptasi pemerintah terhadap gerakan kepemudaan Indonesia.

158
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. RUU kepemudaan yang bersifat mengebiri kebebasan organisasi,
kepemudaan sebagai fungsi kontrol sosial.

2. Pelaksanaan Otonomi Daerah


Pelaksanaan otonomi daerah mulai Berlaku secara efektif pada Januari
tahun 2001, yang: ditandai penyerahan Dana Alokasi Umum (DAU)
kepada “daerah otonom, baik Kabupaten / Kota maupun Propinsi.
DAU yang diterima oleh daerah otonom pada umumnya hanya cukup
untuk membiayai kebutuhan rutin, kalaupun ada sisa untuk biaya
pembangunan jumlahnya amat terbatas. Hanya daerah-daerah tertentu
yang menerima DAU cukup memadai. Padahal maksud dan tujuan dari
DAU adalah sebagai instrumen pemerataan, karena tidak semua daerah
otonom memiliki sumber daya alam yang sama. Namun demikian
dalam kenyataannya daerah yang kaya tetap menerima DAU yang
besar, sebaliknya daerah yang miskin memperoleh DAU yang kecil.
Oleh karena itu, rumus penentuan DAU perlu dilakukan
penyempurnaan agar tercipta rasa keadilan bagi daerah.
Disamping itu, berbagai peraturan pelaksanaan otonomi daerah yang
dikeluarkan oleh Depdagri dan Otda, baik dalam bentuk peraturan
pemerintah maupun keputusan menteri, walaupun dianggap cukup
memadai akan tetapi masih mengandung kelemahan, sehingga dalam
pelaksanaannya tidak sedikit yang menimbulkan masalah.
Amanat TAP MPR Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi
Kebijakan Penyelenggaraan Otonomi Daerah yang berisi upaya
perintisan awal untuk melakukan revisi yang bersifat mendasar telah
dilaksanakan. Revisi atas UU Nomor 22 Tahun 1999 dan UU Nomor
25 Tahun 1999, telah menghasilkan UU Nomor 32 Tahun 2004 dan
UU Nomor Tahun 2004. Kami memaknai bahwa pemerintah memiliki
niat baik untuk mengakomodir kepentingan daerah dan anak bangsa
dalam produk perundang-undangan yang dihasilkan. Dalam konteks
ini, ada beberapa catatan yang penting diperhatikan :
a. Otonomi Daerah adalah instrument strategis dalam rangka
membangun kemandirian lokal/daerah di mana dengan itu
diharapkan terwujudnya masyarakat madani. Cita-cita tersebut
perlu dikawal oleh PB HMI terpilih dan seluruh jajarannya di
Pengurus Wilayah dan Pengurus Cabang, terutama dalam
implementasi kebijakan Otonomi Daerah dan Desentralisasi. Secara
operasional Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dapat
membentuk jaringan nasional pemantau pelaksanaan Otda dan
menjadi menjadi salah satu concern jangka panjang.
b. Masalah pelaksanaan otonomi daerah yang banyak dikeluhkan
adalah menyangkut sulitnya koordinasi antara pemerintah
Kabupaten/Kota dengan pemerintah provinsi. Salah satu yang
159
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dijadikan alasan karena hubungan antara pemerintah provinsi dan
kabupaten/kota tidak bersifat hirarkhis-struktural. Namun dalam
kenyataannya, masalah ini tidak terjadi pada semua daerah provinsi,
melainkan hanya pada beberapa provinsi.
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004, sampai saat ini adalah hukum
positif yang berlaku sebagai landasan hukum pelaksanaan otonomi.
Agar tidak terjadi tumpang tindih maupun kontroversi kebijakan di era
otonomi daerah ini maka perlu mengkaji kembali peraturan
perundangan-undangan yang mengatur masalah pertanahan, kehutanan,
perhubungan, perimbangan keuangan dan lainnya, untuk disesuaikan
dengan undang-undang yang berlaku, dan atau dicabut karena
bertentangan dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004.

3. Perkembangan Masalah Daerah

Pemerintah Republik Indonesia hasil pemilu 2004 telah melakukan


langkah yang sangat berarti dalam upaya damai di Nanggroe Aceh
Darussalam melalui perundingan RI – GAM yang dilaksanakan di
Helsinki, Finlandia. Dalam waktu dekat Provinsi NAD akan
melaksanakan pemilihan langsung kepala daerah, yang tentunya perlu
mendapat apresiasi lebih sebagai fenomena daerah yang masih dalam
transisi pasca konflik. Di sisi lain pemilihan kepala daerah masih
menyisakan kontroversi tentang pembentukan partai lokal dan
keikutsertaan GAM dalam proses demokrasi tersebut. Pihak RI dan
GAM memiliki logika masing-masing dalam masalah tersebut yang
sampai saat ini belum menemukan titik kesefahaman. Apabila kondisi
tersebut tersebut terus berlanjut maka sangat mungkin mengganggu
proses-proses damai yang sudah mulai terbangun. Dalam konteks ini
Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) memberikan catatan sebagai berikut :

1. Bahwa dialog yang arif , terbuka, dan toleran hendaknya tetap


diutamakan dalam menciptakan situasi yang kondusif di Provinsi
NAD. Hal ini penting karena fundamen upaya damai yang terjadi di
Helsinki (yang menandai babak baru upaya damai di NAD) dalam
paradigma dialog di atas.
2. Penyelesaian masalah Aceh seharusnya mempertimbangkan aspek-
aspek psikologis masyarakat yang sedang dalam proses pemulihan
(recovery) pasca bencana tsunami, sehingga pemerintah lebih berfikir
bagaimana mengembalikan kepercayaan diri masyarakat Aceh untuk
bangkit kembali, tidak malah berkutat pada masalah ego institusi
negara vis a vis Gerakan Aceh Merdeka. Meskipun pendekatan politis
adalah penting dalam kehidupan bernegara, akan tetapi dalam kasus
Aceh mestinya pendekatan humanis yang lebih dikedepankan.

160
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Dalam penyelesaian masalah Aceh, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
meminta pemerintah untuk memperhatikan kembali Rekomendasi Pansus
Aceh DPR yang berisi 10 butir. Masih banyak substansi yang belum
dilaksanakan oleh pemerintah. Salah satu substansi yang telah dilaksanakan
adalah memberikan Otonomi khusus kepada DI Aceh melalui UU Nomor
18 Tahun 2001. Kekhususan yang diatur dalam undang-undang tersebut
tidak saja menyangkut masalah pemerintahan, melainkan juga mengenai
pemberlakukan syariat Islam dan pembagian keuangan secara khusus,
diluar ketentuan yang diatur dalam UU Nomor 25 Tahun 1999 (sekarang
UU Nomor 34 Tahun 2004). Yang menjadi masalah adalah pelaksanaan
dari Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001, khususnya mengenai realisasi
dari pembagian keuangan.
Sementara perkembangan baru dalam penanganan masalah Papua adalah
keluarnya Inpres Nomor 1 tahun 2003 yang ditolak oleh masyarakat
Papua. Pada saat rakyat dan Pemerintah Daerah Papua sedang
berkonsentrasi untuk melaksanakan UU Nomor 21 Tahun 2001 tentang
Otonomi Khusus bagi Provinsi Papua, tiba-tiba Pemerintah Pusat
mengeluarkan Inpres Nomor 1 Tahun 2003 tentang pelaksanaan UU
Nomor 45 Tahun 1999 tentang Pemekaran Propinsi Irian Jaya Menjadi 3
(tiga) Provinsi. Hal ini merupakan sikap inkonsistensi dari Pemerintah
Pusat dalam melaksanakan otonomi khusus bagi Papua. Semestinya
Pemerintah Pusat secepatnya mengeluarkan peraturan pemerintah untuk
melaksanakan UU Nomor 21 tahun 2001, khususnya mengenai
pembentukan Majelis Rakyat Papua. Akan tetapi yang dilakukan justru
menghidupkan kembali UU Nomor 45 Tahun 1999 yang pernah ditolak
oleh rakyat Irian Jaya.
Secara Yuridis Inpres Nomor 1 Tahun 2003 bertentangan dengan TAP
MPR Nomor IV/MPR/1999 tentang GBHN, yang didalamnya
mengamanatkan tentang pembentukan daerah otonomi khusus bagi Irian
jaya, TAP MPR Nomor VIII/MPR/2000 jo TAP MPR Nomor
X/MPR/2001 jo TAP MPR Nomor V/MPR/2002 mengenai penugasan
kepada Presiden untuk membentuk dan mengimplementasikan Otonomi
Khusus bagi Papua serta tidak sejalan dengan UU Nomor 22 tahun 1999
dan UU Nomor 21 Tahun 2001. Dan secara politis Inpres Nomor 1 tahun
2003 tidak mempunyai legitimasi karena mendapatkan perlawanan dan
penolakan dari masyarakat. Perkembangan yang tidak menggembirakan
tersebut perlu segera diakhiri agar tidak menimbulkan keresahan dan
ketidakpastian di tengah-tengah masyarakat Papua.

Untuk Wilayah Aceh ; terdapat dua hal yang perlu diperhatikan antara
lain :

161
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Diperlukan adanya penegakan supermasi hukum dan hak Asasi
manusia.
b. Penanganan Masalah pengungsian harus dipercepat penyelesainya.
Untuk wilayah Papua:
1. Mempercepat keluarnya PP tentang MRP (Majelis Rakyat
Papua)
2. Membuka ruang dialog nasional antara masyarakat Papua
dengan Pemerintah Indonesia.
Untuk Wilayah NTT:
Pencabutan Siaga Lima yang dirasakan sangat merugikan masyarakat
dengan adanya pelanggaran – pelanggaran terhadap Hak Azasi manusia
seperti : pemeriksaan terhadap perempuan .
Sementara Papua yang merupakan wilayah yang sarat dengan muatan
politik baik sebelum otonomi khusus maupun setelah adanya otonomi
khusus. Bahwasannya segala bentuk aktivitas pemerintah daerah ternyata
masih saja tidak mendapatkan kepercayaan yang penuh sehingga tanpa
disadari rakyat papua telah disetir oleh pusat dengan berbagai bentuk
akar konflik bagi rakyat Papua.
Dengan adanya berbagai bentuk akar konflik yang dilakukan oleh
sekelompok orang untuk mengacaukan otonomi khusus maka adalah
wajar untuk menyiapkan perangkat/instrumen pendukung
menegakkan keadilan di tanah papua :
1. Terkait dengan berbagai kasus pelanggaran HAM yang menjadi
sorotan di tanah Papua maka perlu diadakan segera peradilan
HAM di Papua.
2. Menyelesaikan berbagai kasus HAM yang telah terjadi dan
menyikapi permasalahan yang kemungkinan mucul kembali.
3. Untuk pemerintah pusat maupun pihak independen agar segera
melakukan pengkajian penyalahgunaan dana otonomi khusus di
Papua sebagai upaya pemberantasan KKN.

IV. BIDANG HUKUM

1. Supremasi Hukum

Salah satu fondasi untuk semakin berkualitasnya kehidupan berdemokrasi


kita adalah tegaknya supremasi hukum. UUD 1945 menyatakan bahwa
negara kita sebagai negara hukum (rechstaat), dan bukan berdasarkan
kekuasaan semata (machstaat), mengandung makna supremasi hukum
harus diletakkan sebagai sumber kepastian dalam mensikapi dinamika
ekonomi, sosial maupun politik.
162
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, belum terciptanya budaya
hukum dikarenakan aparat hukum sendiri masih pandang bulu dalam
menegakkan hukum. Rasa pandang bulu itu terekam misalnya pada orang
yang mencuri ayam karena sangat terpaksa saja dijatuhi hukuman pidana
1 s.d 3 tahun, sementara terhadap konglemarat hitam yang nyata-nyata
merampok harta negara saja, hingga kini penyelesaiannya masih
menggantung, bahkan dalam beberapa kasus, terlepas dari jerat hukum.
Mentalitas aparat penegak hukum yang masih pandang bulu dalam
penegakan hukum tersebut, acapkali menimbulkan apriori masyarakat
terhadap hukum. Ketidakpercayaan terhadap hukum itu, di level bawah
diterjemahkan sendiri lewat cara-cara tindakan main hakim sendiri.
Demikian pula lembaga peradilan yang semestinya menjadi tempat
pengayom' masyarakat dalam mendapat kepastian hukum acap menjadi
ajang sandiwara pihak-pihak yang terlibat didalamnya. Dalam konteks
ini, kepentingan material kadang mengalahkan kepentingan keadilan.
Bertitik tolak dari realitasi yang dikedepankan di atas, perlu
direkomendasikan hal-hal sebagai berikut :
a. Kunci penegakan hukum di Indonesia terletak rapat pada mentalitas
aparat-aparat penegak hukum itu sendiri. Demikian pula, seberapa
bagus dan berkualitasnya produk-produk hukum yang kita hasilkan,
jika tidak diiringi oleh mutu dan integritas aparat-aparatnya juga tidak
berarti sama sekali. Untuk melahirkan aparat yang bersih, berwibawa
dan memiliki integritas perlu dibuat mekanisme rekruitmen yang
transparan. Di samping itu, kesejahteraannya juga perlu ditingkatkan.
b. Untuk meminimalisir kesan lembaga peradilan sebagai ajang
pertunjukkan sandiwara, di mana yang kuat (secara ekonomi)
mengalahkan yang lemah (secara ekonomi) dengan menafikan kaidah-
kaidah hukum yang berlaku, perlu otonomisasi lembaga peradilan.
Hanya dengan munculnya lembaga peradilan yang mandiri atau
independen, dan terlepas dari tangan-tangan kekuasaan siluman, maka
keputusan-keputusan berani dan adil akan lahir darinya.

2. Pemberantasan Korupsi

Peringkat Indonesia sebagai negara korup terus merosot dan berada


bersama-sama negara yang memiliki tingkat korupsi terburuk seperti
negara-negara Afrika dan Banglades. Sementara sejumlah negara Asia
yang tadinya juga memiliki tingkat korupsi tinggi sudah membaik,
antara lain Hongkong, Republik Rakyat Cina (RRC), dan Thailand.
Kita menyaksikan, di era reformasi sekarang ini korupsi justru
merajalela di banyak lembaga politik, ekonomi dan bisnis. Sebagian
aparat pemerintah di tingkat pusat, provinsi, dan di tingkat kabupaten
dan kota seperti keranjingan untuk melakukan tindakan memperkaya

163
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
diri sendiri, keluarga, teman, atau kelompoknya. Kondisi yang sudah
buruk ini, semakin diperburuk lagi dengan lemahnya penegakan hukum
di negeri ini. Artinya, korupsi dibiarkan tumbuh dan terus berkembang
oleh aparat penegak hukum yang memang tidak mau bekerja dengan
baik.
Di tengah lesunya pemberantasan korupsi di negeri ini, ada secercah
harapan dengan akan hadirnya Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Kehadiran Komisi Pemberantasan Korupsi memang sudah lama
diharapkan masyarakat. Ini tiada lain, karena lembaga pemerintah yang
menangani perkara tindak pidana korupsi (kejaksaan dan kepolisian)
belum berfungsi secara efisien dan efektif. Tegasnya, pemberantasan
korupsi sampai sekarang belum dapat dilaksanakan secara optimal.
Karena itu, pemberantasan korupsi perlu ditingkatkan secara
profesional, intensif, dan berkesinambungan mengingat perbuatan
korupsi telah menggerogoti keuangan dan perekonomian negara.
Bahwa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kelak akan menjadi
superbody dalam pemberantasan korupsi, hal demikian memang yang
kita harapkan. Apalagi melihat tugas dan kewenangan yang dimiliki
komisi tersebut. Komisi ini dapat mengambil alih tugas penyidik dan
penuntut umum kejaksaan, baik dalam penyidikan, penyelidikan, dan
penuntutan. Bahkan sejalan dengan pembentukan komisi, pemerintah
juga membentuk peradilan khusus korupsi.
Di atas gambaran dan usaha-usaha yang akan dilakukan dalam
pemberantasan korupsi, setelah mencermati berbagai kasus di beberapa
negara dalam memberantas korupsi, kami berkesimpulan bahwa faktor
utama untuk memberantas korupsi adalah kehadiran pemimpin yang
memiliki tekad kuat untuk memerangi korupsi. Pemimpin tersebut
harus berada mulai dari tingkat pusat sampai daerah. Pengalaman Cina
dalam memberantas korupsi di mana pejabat-pejabat yang terbukti
korup di hukum mati nampaknya layak dicontoh dan diterapkan di
Indonesia.
Kondisi ini menjelaskan bahwa, perjuangan perbaikan bangsa perlu
political will peminpin disatu sisi dan sistem disisi yang lain, hal ini
terlihat dari berbedanya kondisi hari ini dan kemarin-zaman Megawati-
padahal perangkat dan orang-orang hukumnya belum berubah. Meski
harus kita akui bahwa kondisi pemberantasan korupsi hari ini belum
seideal yang diharapkan, seperti banyak dikritisi, masih ada kesan tebang
pilih pengungkapan kasus hanya berlaku pada orang-orang yang berbeda
sikap politik dengan penguasa hari ini, belum terlihat orang yang dekat
dengan penguasa ditangkap dan diadili, karena disekitar penguasa juga ada
orang-orang yang selama ini dikenal bermasalah dengan status
hukumnya.

164
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Apabila dalam kenyataanya didapati tindak pidana korupsi yang
dilakukan oleh WNI (tanpa pandang bulu) dengan mengingat pada status,
kedudukan tertentu, maka harus ditindak tegas dengan hukuman
setimpal dengan perbuatanya.

3.a. Adanya kajian-kajian mendalam yang Islami serta uji publik yang luas
tetang beberapa pasal KUHP mengenai : Dukun santet, kumpul kebo
dan teroris.
b. PB HMI terpilih diharapkan dapat membuat draf perjuangan sebagai
acuan perubahan KUHP yang sesuai dengan Islam, minimal satu
kepengurusan dan disampaikan pada pihak –pihak yang berkompeten
secara eksternal serta ke BADKO-BADKO diseluruh wilayah Indonesia
secara internal.

V. BIDANG SOSIAL BUDAYA

Tayangan Gosip, Mistis, Kekerasan dan Pornografi di Media Televisi.

Peneliti komunikasi massa berpendapat bahwa acara televisi yang ada kini
umumnya menghasilkan tayangan berselera rendah yang semata-mata
mengikuti pasar.
Sebagaimana kita saksikan, tayangan-tayangan media televisi acap menyajikan
isi ragam acara yang menyangkut mass culture seperti program-program
seputar gosip, mistis, kekerasan dan pornografi. Bahkan program-program
tersebut ditayangkan pada prime time.
Sebagai bangsa yang religius, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) amat prihatin
terhadap dunia pertelevisian kita itu. Berkaca dari itu, yang segera dan
mendesak untuk dilakukan antara lain :
a. Perlunya kehadiran lembaga independen dan kredibel, seperti Television
Watch (pemantau televisi) yang terus menerus mengamati acara televisi.
Lembaga itu nantinya merupakan `penyambung lidah' antara pihak media
televisi dan pemirsa. Saran dan rekomendasi dari television watch itu
menjadi masukan dan catatan pengelola media televisi tentang tayangan-
tayangan apa yang menjadi keberatan dan keprihatinan pemirsa.
b. RUU Pornografi yang kini akan dibahas DPR-RI hendaknya secara tegas
mengatur batasan-batasan tayangan televisi yang mengarah pada
pornografi.
c. Pengelola televisi hendaknya lebih mendahulukan tanyangan-tayangan
yang sesuai dengan nilai-nilai lokal, baik itu agama maupun nilai-nilai
rasional.
165
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Televisi sebagai media sangat efektif dalam mempengaruhi masyarakat yang
bisa masuk keruang-ruang paling privacy tiap individu masyarakat,
hendaknya memperhatikan nilai-nilai yang berkembang dimasyarakat,
bukan malah mengikuti culture pop-nya saja, selain itu televisi juga bisa
menjadi media efektif dalam menumbuh kembangkan nilai-nilai
nasionalisme dalam diri rakyat Indonesia dengan cara menampilkan
tayangan-tayangan yang menampilkan nilai dan karakter orang Indonesia,
jangan sampai ungkapan’’lebih mudah mencari film Hollywood,
Bollywood dan Hongkong dari pada film Si Pitung’’menjadi nyata adanya.

VI. BIDANG OTONOMI DAERAH DAN LINGKUNGAN HIDUP


1. Otonomi Daerah

a. Mendukung sepenuhnya implementasi Undang-undang Nomor 32


Tahun 2004, sepanjang untuk memperkuat dan memberdayakan
daerah, menghilangkan resentralisasi dan tidak menimbulkan masalah
baru.
b. Pelaksanaan UU Nomor 32 Tahun 2004 hendaknya memberi ketegasan
dan kejelasan pembagian kewenangan Daerah, agar tidak multi tafsir,
tumpang tindih dan mendorong resentralisasi. Pertama; ketegasan dan
kejelasan mengenai kewenangan pengawasan DPRD, agar tidak multi
tafsir. Kedua; Pemilihan kepala Daerah secara demokratis dipilih
langsung oleh rakyat, agar mempertimbangkan waktu / sosialisasi
pelaksanaannya. Pengaturan yang rinci dan jelas sangat diperlukan
dalam menetapkan pelaksana, prosedur dan mekanisme, kedudukan dan
peran DPRD. Ketiga; Kejelasan mekanisme pertanggungjawaban Kepala
Daerah di DPRD kepada rakyat.
c. Dalam mengambil dan menetapkan kebijakan dibidang otonomi daerah
agar dilakukan secara arif dan memperhatikan kepentingan
pembangunan daerah ke depan yang diorientasikan kepada
kesejahteraan rakyat serta meningkatkan harmonisasi hubungan antar
Daerah dengan Daerah provinsi dan antar Daerah dengan Pemerintah
Pusat.

2. Lingkungan Hidup

a. Pemanfaatan sumber daya alam semestinya tidak selalu di pandang buruk


dari sisi kelestarian lingkungan hidup. Daerah bisa meningkatkan
pendapatan aslinya melalui pengelolaan sumber daya alam. Pemanfaatan
sumber daya alam yang ramah lingkungan ini, bisa dilakukan dengan
cara; Pertama, bekerja dengan data dan informasi yang cukup serta
akurat; Kedua, tidak melakukan kebijakan yang monopolistik; Ketiga,
memberikan bobot yang seimbang antara aspek ekologi, sosial, dan
ekonomi; Keempat, melakukan berbagai upaya koordinatif dengan
berbagai pihak (multy-stakeholders), antar sektor dan antar daerah;
166
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kelima, melibatkan hasil rembug bersama kajian interdisiplin ilmu para
pakar dalam proses pembangunan; dan Keenam, secara efektif menjadikan
aspek lingkungan hidup benar-benar terlibat dalam kepentingan
pembangunan.
b. Ada tiga aspek ekonomi global yang perlu diperhatikan secara kritis.
Pertama persoalan utang luar negeri pada arus utama globalisasi ekonomi
yang berdampak buruk terhadap kondisi lingkungan hidup di negara-
negara berkembang, termasuk Indonesia. Kedua kecenderungan
menguatnya issu lingkungan hidup sebagai alat politik dalam interaksi
ekonomi dan bisnis global, dimana World Trade Organization (WTO)
cenderung melindungi kepentingan negara-negara maju di utara, yang
akan membawa dampak kerusakan lingkungan hidup. Ketiga sepak
terjang perusahaan multinasional yang terlalu banyak menerapkan
standar ganda dan superioritas ekonomi maupun politik guna melindungi
kepentingan bisnisnya di negara-negara berkembang. Dan ini pun,
menjadi sumber penyebab terjadinya krisis lingkungan hidup.
c. Sejalan dengan paradigma kelestarian lingkungan hidup, untuk
melepaskan ketergantungan Indonesia pada dominasi asing dan juga
menyelamatkan kelestarian lingkungan di Indonesia, maka pemerintah
harus berani memutuskan ketergantungan tersebut dengan membangun
ekonomi rakyat yang ramah lingkungan. Ini berupa modal yang digali
dari potensi internal yang gradual dan terarah; kemampuan teknologi,
pengembangan skill teknis budidaya dan keterampilan masyarakat; pasar
domestik untuk memasarkan produk rakyat; manajemen dan informasi
guna menyokong kekuatan ekonomi rakyat.
d. Pihak-pihak yang merusak maupun mencemari lingkungan hidup harus
membayar secara proporsional ganti rugi akibat adanya dampak negatif
yang ditimbulkan. Dalam konteks ini pemerintah mesti mengatur standar
perusakan dan pencemaran, manajemen sumber daya alam, koordinasi
antar sektor, dan penerapan pajak lingkungan, serta sinergi dengan
penguatan sistem peradilan yang mampu menangani penegakan hukum
lingkungan hidup. Pengelola sumber daya alam mesti mengeluarkan
biaya sosial, biaya lingkungan yang memadai untuk pengembangan
masyarakat dan perbaikan lingkungan hidup disekitar kawasan
produksinya. Hal tersebut di atas dituangkan dalam bentuk UU
pengelolaan sumber daya alam.
e. Pemerintah Pusat dan LSM se-Indonesia untuk secepatnya mendukung
program NAD.
f. Mendesak kepada pemerintah agar melaksanakan UU Otoda agar
dilaksanakan secara menyeluruh dan adil tanpa memberikan peluang lain.
Penanganan setiap masalah di daerah harus cepat dan menyeluruh.

167
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
REKOMENDASI INTERNAL

1. Secepatnya mengupayakan rekonsiliasi (Islah) antara HMI dan MPO serta


Islah KAHMI.
2. a. Membentuk BADKO Sulteng sebagai pemekaran BADKO Sultenggo.
b. Membentuk BADKO Sultra sebagai pemekaran BADKO Sulselra.
3.Pemutihan SK-SK Cabang Pasca Kongres ke-25 HMI, serta verifikasi
kepengurusan dan keanggotaan disemua level.
4. Membentuk Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga
Lingkungan Hidup Mahasiswa Islam (LLHMI), Lembaga Kelautan
Mahasiswa Islam (LAKELMI), dan Lembaga Seni dan Budaya Mahasiswa
Islam (LSBMI).
5. Merekomendasikan Rumah dinas Bapak Lafran pane (Almarhum) di Jogya
manjadi “Museum Nasional HMI”.
6. Lokakarya Kontitusi dan lokakarya NDP.
7. Lokakarya Perkaderan, dan lokakarya yang merumuskan materi training
HAM.
8. Meminta kepada PB HMI agar segera mencari nada not-balok, pencipta lagu
Masa Perkenalan Anggota”.
9. PB HMI agar menentukan Platfrom gerakan Mahasiswa dan
mensosialisasikan Skenario Bulding HMI “ back to kampus”.
10. Mengusahakan “Date Base’ tentang pelanggaran HAM dan Lingkungan
Hidup.
11. Membentuk Pansus untuk mengungkap kasus Munir.
12. Mendesak Pengurus Besar untuk mensosialisasikan hasil-hasil perubahan
NDP seluruh Cabang.
13. Membentuk divisi internal PB HMI untuk melakukan kajian masalah-
masalah daerah yang kemudian dikoordinasikan dengan Cabang-Cabang
yang ada di daerah.
14. Mendesak PB HMI untuk memperjelas status badan hukum HMI MPO
yang saat ini meresahkan eksistensi HMI.

168
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENJELASAN RANGKAP ANGGOTA/JABATAN DAN
SANKSI ANGGOTA

I. PENDAHULUAN

Untuk itu adanya penjelasan mengenai hal ini, khususnya apa yang telah
digariskan pada pasal 10 ART HMI tentang keanggotaan dan rangkap jabatan.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang berstatus sebagai organisasi


mahasiswa berfungsi sebagai organisasi kader berperan sebagai organisasi
perjuangan. Mengantarkan HMI pada kenyataan :

1. Besarnya produk perkaderan baik secara kualiattif maupun secara


kuantitatif yang tidak seimbang dengan penyediaan lapangan
kegiatan/aktivitas.
2. Kecenderungan output yang lebih berorientasi kepada struktur
kekuasaan/kepemimpinan daripada orientasi kegiatan.
3. Timbulnya kecenderungan rangkap anggota pada organisasi lain yang
pada gilirannya mengarah pada rangkap jabatan. Kecenderungan-
kecenderungan di atas, pada akhirnya akan berbenturan dengan
ketentuan-ketentuan organisasi yang dirasa kurang jelas, kurang
memadai dan belum menjawab persoalan secara tuntas, yang
mengakibatkan timbulnya masalah-masalah penafsiran produk
kelembagaan HMI.

II. PENJELASAN TENTANG RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP


JABATAN

Pasal 9 ART HMI menyebutkan :

a. Dalam keadaan tertentu anggota HMI dapat merangkap menjadi anggota


organisasi lain atas persetujuan Pengurus HMI Cabang.
b. Pengurus HMI tidak dibenarkan untuk merangkap jabatan pada
organisasi lain sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

169
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Ketentuan tentang jabatan seperti dimaksud pada ayat (b) diatas, diatur
dalam ketentuan tersendiri.
d. Anggota HMI yang mempunyai kedudukan pada organisasi lain di luar
HMI, harus menyesuaikan tindakannya dengan AD, ART dan
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya.
1. Pengertian Rangkap Anggota

1.1. Yang dimaksud dengan rangkap anggota adalah seorang anggota


HMI yang juga menjadi anggota organisasi lain diluar HMI dalam
waktu yang bersamaan.

1.2. Organisasi yang dapat dirangkap adalah :


a. Organisasi sosial kemasyarakatan yang identitas, azas tujuan
dan usahanya tidak bertentangan dengan identitas, azas, tujuan
dan usaha HMI.
b. Badan-badan lain diluar HMI, seperti instansi lembaga-
lembaga pemerintah atau swasta dengan ketentuan-ketentuan
tersebut pada point (a).

1.3. Pada prinsipnya rangkap anggota dilarang, kecuali atas persetujuan


pengurus HMI Cabang dengan ketentuan-ketentuan tersebut
diatas.

2. Pengertian Rangkap Jabatan

2.1 Yang dimaksud dengan rangkap jabatan adalah anggota HMI yang
sedang menduduki suatu jabatan struktural kepengurusan pada
organisasi lain.
2.2 Jabatan yang dimaksud (2.1) diatas adalah jabatan struktural,
bukan jabatan fungsional dan dengan memperhatikan
pertimbangan-pertimbangan tertentu. Jabatan struktural adalah
jabatan yang bersifat struktural (hierarchi) seperti; Pengurus
Komisariat, Pengurus Cabang, Pengurus Besar dan semacam
Dewan Pimpinan Pusat (DPP), Dewan Pimpinan Daerah Tingkat I
(DPD Tingkat Provinsi), Dewan Pimpinan Cabang dan
semacamnya (OKP atau Organisasi Partai Politik). Jabatan
fungsional adalah jabatan tanpa hierarchi vertikal seperti jabatan
profesi, jabatan ex officio jabatan yang secara otomatis dimiliki
karena jabatan tertentu, dengan memperhatikan pertimbangan-
pertimbangan organisatoris. Seperti Ketua Senat/ Presiden
Mahasiswa, Ketua lembaga penelitian, dan lain-lain.
2.3 Anggota HMI yang tidak menduduki suatu jabatan di struktur
kepengurusan / kepemimpinan organisasi atau anggota HMI yang
tidak menduduki suatu jabatan di struktur kepengurusan HMI

170
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
(bukan Pengurus HMI) tetapi menduduki suatu jabatan di
struktur/kepemimpinan organisasi atau bdan-badan lain diluar
HMI tidak termasuk kategori rangkap jabatan.
2.4 Demikian pula sebaliknya pengurus HMI yang menjadi anggota
(bukan pengurus organisasi atau badan-badan lain diluar HMI).

III. SANKSI-SANKSI ATAS RANGKAP ANGGOTA DAN RANGKAP


JABATAN

Pasal 10 ART HMI Menyebutkan :


Anggota dapat diskor atau dipecat karena :
a. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang ditetapkan
oleh HMI.
b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI.

Pasal 5 ayat (e) ART


Masa keanggotaan berakhir apabila:
a. Telah habis masa keanggotaannya.
b. Meninggal dunia.
c. Mengundurkan diri.
d. Menjadi anggota partai politik.
e. Diberhentikan atau dipecat.

1. Sanksi Rangkap Anggota :

1.1. Anggota HMI yang menjadi anggota organisasi lain dengan


persetujuan Pengurus HMI Cabang dengan ketentuan-ketentuan
yang ditetapkan terdahulu tidak dikenakan sanksi.
1.2. Pelanggaran terhadap ketentuan-ketentuan yang dimaksud di atas
diberikan peringatan yang berisi saran agar yang bersangkutan
memilih salah satu organisasi yang dikehendaki.
1.3. Apabila yang bersangkutan tidak mengindahkan peringatan yang
diberikan sebanyak-banyaknya tiga kali peringatan, maka
kepadanya akan dikenakan sanksi, tuduhan pelanggaran ART HMI
dan selanjutnya dapat diskor/dipecat sesuai dengan ketentuan-
ketentuan yang berlaku.
1.4. Anggota HMI yang dikenakan skorsing/pemecatan diberikan
kesempatan untuk mengadakan pembelaan di dalam forum yang
diatur secara tersendiri.

171
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Sanksi Rangkap Jabatan

2.1. Seorang yang sedang menduduki suatu jabatan distruktur


kepengurusan HMI (Pengurus HMI) dalam waktu bersamaan juga
menduduki jabatan dalam struktur/kepemimpinan organisasi lain
diluar HMI, diberikan peringatan, saran agar yang bersangkutan
memilih salah satu jabatan yang dikehendaki.
2.2. Apabila yang bersangkutan tidak mengindahkan peringatan yang
diberikan kepadanya (sebanyak-banyaknya 3 kali peringatan)
kepadanya dapat dikenakan tuduhan melanggar pasal 9 ART HMI,
dan selanjutnya dikenakan sanksi skorsing/pemecatan dengan
ketentuan yang berlaku.
2.3. Skorsing/pemecatan dikenakan kepada yang bersangkutan atas
statusnya sebagai anggota bukan atas kedudukannya sebagai
Pengurus.

Instansi yang berwenang mengeluarkan surat keputusan


skorsing/pemecatan adalah Pengurus Cabang dan Pengurus Besar.

3. Akibat Skorsing

3.1. Anggota yang terkena sanksi skorsing/pemecatan harus ditinjau


dahulu kedudukannya di dalam kepengurusan HMI.

3.2. Peninjauan terhadap kedudukannya di dalam kepengurusan HMI


dilakukan oleh :

a. Pengurus Besar HMI apabila yang bersangkutan menduduki


jabatan yang ditetapkan oleh/dengan Surat Keputusan
Pengurus Besar HMI.
b. Pengurus Cabang, apabila yang bersangkutan menduduki
jabatan yang ditetapkan oleh/dengan Surat Keputusan
Pengurus Cabang.
c. Sidang Pleno dan/atau Kongres, apabila yang bersangkutan
menduduki Pengurus Besar.

3.3. Pengurus HMI yang dikenakan skorsing/pemecatan diberikan


kesempatan untuk mengadakan pembelaan diri (ART HMI Pasal 10
ayat c).

IV. PENUTUP

Peraturan ini disusun untuk menjadi pegangan dalam mengambil keputusan.


Keputusan dimaksud diambil melalui forum musyawarah untuk mufakat
172
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
sebagai upaya pertama. Peraturan ini hendaknya dipatuhi secara kreatif dan
dimanis serta memperhatikan dan mengutamakan azas kepentingan organisasi
HMI. Namun pada akhirnya tergantung mentalitas dan komitmen
organisatoris dari setiap anggota dan pengurus HMI.

173
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENJELASAN SANKSI ANGGOTA

A. SANKSI

1. Sanksi Anggota
1.1. Sanksi adalah bentuk hukuman sebagai bagian proses pembinaan yang
diberikan organisasi kepada anggota yang melalaikan tugas, melanggar
ketentuan organisasi, merugikan atau mencemarkan nama baik
organisasi, dan/atau melakukan tindakan kriminal dan tindakan melawan
hukum lainnya.

a. Sanksi dapat berupa teguran, peringatan, skorsing, pemecatan atau


bentuk lain yang ditentukan oleh pengurus.
b. Anggota biasa yang pernah mendapatkan sanksi skorsing tidak dapat
menjadi pengurus.
c. Anggota yang dikenakan sanksi dapat mengajukan pembelaan di
forum yang ditunjuk untuk itu.

2. Anggota dapat diskor atau dipecat


2.1. Bertindak dan bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah
ditetapkan HMI.
2.2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI.
2.3. Anggota yang dipecat/diskorsing, dapat melakukan pembelaan dalam
forum ditunjuk untuk itu.

3. Tata Cara Skorsing Pemecatan


3.1. Tuntutan skorsing/pemecatan dapat diajukan oleh pengurus Komisariat
atau pengurus Cabang.
a. Skorsing/pemecatan dapat dilakukan oleh Pengurus Cabang atau
Pengurus Besar.
b. Skorsing/pemecatan dapat dilakukan dengan satu peringatan terlebih
dahulu.
c. Dalam hal-hal luar biasa, skorsing/pemecatan dapat dilakukan secara
langsung terhadap anggota.
d. Skorsing/pemecatan pengurus, terlebih dahulu dilakukan
pencabutan jabatan sebagai pengurus oleh instansi yang berwenang.

B. PEMBELAAN DIRI

1. Ketentuan Umum
a. Anggota yang dikenakan skorsing/pemecatan diberikan kesempatan
membela diri dalam Konferensi Cabang/Kongres.

174
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Apabila yang bersangkutan tidak menerima keputusan
KONFERCAB, maka dapat mengajukan/meminta banding dalam
Kongres sebagai pembelaan terakhir.

2. Komisi Khusus Pembelaan Diri


a. Komisi khusus adalah komisi untuk pembelaan diri yang dibuat
berdasarkan pengaduan penolakan ketidaksetujuan atas
skorsing/pemecatan.
b. Komisi ini merupakan hak yang bersangkutan dan merupakan intern
organisasi
c. Komisi ini diselenggarakan oleh Pengurus Cabang dibantu oleh
Pengurus BADKO dan Pengurus Besar.
d. Komisi ini diselenggarakan dalam Komisi khusus seperti Konferensi
Cabang atau Kongres.

4. Syarat Sahnya Komisi Khusus adalah :


a. Berdasarkan permintaan/pengaduan dari yang bersangkutan,
ditujukan kepada Pengurus HMI Cabang dengan tembusan kepada
Pengurus KORKOM dan Komisariat yang bersangkutan.
b. Berdasarkan permintaan/pengaduan dari yang bersangkutan,
ditujukan kepada Pengurus Besar HMI dengan tembusan kepada
Pengurus BADKO, Pengurus HMI Cabang dan HMI Komisariat
bersangkutan.
c. Surat permintaan/pengaduan paling lambat diterima 2 (dua) minggu
sebelum Konferensi Cabang atau kongres.
d. Dihadiri oleh pengurus Cabang, seluruh Ketua Umum KORKOM,
Ketua Umum Komisariat yang bersangkutan dan anggota yang
mengadu.
e. Dihadiri oleh Pengurus Besar, seluruh Ketua Umum BADKO, Ketua
Umum Cabang yang bersangkutan dan anggota yang mengadu.
f. Dipimpin oleh seorang presidium sidang Konferensi
Cabang/Kongres dan dibantu oleh seorang sekretaris.

5. Tugas Pimpinan Komisi Khusus


a. Mengambil sumpah seluruh peserta /saksi hidup, dengan
mengucapkan “Demi Allah “(Wallahi)”
b. Mendengarkan keterangan – keterangan dari semua unsur yang hadir
dalam komisi.
c. Mengajukan saksi – saksi, fakta – fakta apabila diperlukan/diminta
oleh unsur-unsur yang hadir.

175
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Mengambil keputusan secara adil dan jujur tanpa dipengaruhi oleh
siapapun kecuali tunduk kepada AD, ART, pedoman organisasi dan
peraturan lainnya, disertai tanggung jawab kepada Allah SWT.

6. Keputusan
a. Keputusan komisi khusus disyahkan oleh Konferensi
Cabang/Kongres dengan persetujuan paling sedikit 2/3 dari jumlah
peserta Konferensi Cabang/Kongres.
b. Apabila keputusan komisi khusus Konferensi Cabang tidak tercapai
maka persoalan tersebut dibawa ke Kongres melalui Pengurus Besar
untuk naik banding dengan disertai rekomendasi Cabang.

C. PENUTUP

Prosedur ini dilakukan menggunakan prinsip musyawarah dengan


berdasarkan ukhuwah Islamiyah dan tidak hanya menghasilkan keputusan
semata tetapi lebih pada adanya upaya pembinaan terhadap anggota ataupun
pengurus.

176
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENJELASAN MEKANISME PENGESAHAN
PENGURUS HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

Dalam rangka menyeragamkan/menertibkan aparat organisasi khususnya


berkenaan dengan penerbitan surat keputusan, maka diperlukan adanya suatu
pedoman/tata cara pengesahan pengurus HMI hendaknya memperhatikan aspek
kebutuhan organisasi, dokumentasi dan dapat dipertanggungjawabkan
keabsahannya.

PENGESAHAN PENGURUS BESAR

1. Susunan personalia disyahkan berdasarkan surat keputusan Formateur/ Ketua


Umum dan Mide Formateur Kongres.
2. Jumlah personalia pengurus besar disesuaikan dengan kebutuhan
pembidangan kerja ditingkat Pengurus Besar.
3. Setiap personalia Pengurus Besar mernyatakan kesediaannya menjadi pengurus
dengan disertai biodata pribadi dan menjadi arsip PB HMI.
4. Selambat-lambatnya setelah berakhirnya Kongres, Formateur/Ketua Umum
dan Mide Formateur Kongres harus sudah dapat menyusun susunan personalia
pengurus, dan 15 (lima belas) hari setelah pengurus terbentuk, Pengurus Besar
Demisioner harus mengadakan serah terima jabatan kepada Pengurus Besar
yang baru.

PENGESAHAN PENGURUS KOHATI PB HMI, BAKORNAS LEMBAGA


PENGEMBANGAN PROFESI DAN BADKO

1. Untuk KOHATI PB HMI setelah terbentuknya susunan Pengurus Besar,


maka Ketua Umum /Formateur bersama Mide Formateur KOHATI PB HMI
dalam waktu 15 ( lima belas ) hari sudah dapat menyusun personalia pengurus
disesuaikan dengan kebutuhan pembidangan kerja KOHATI PB HMI dan
masing-masing personalia harus menyatakan kesediaannya sesuai dengan
biodata pribadi.
2. Selambat-lambatnya selama 15 (lima belas) hari setelah Musayawarah Nasional
(MUNAS) Lembaga Pengembangan profesi/Musyawarah Daerah (MUSDA)
BADKO HMI, Pengurus Bakornas/BADKO HMI Demisioner harus
menyampaikan hasil-hasil ketetapan MUNAS/MUSDA kepada PB HMI.
177
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Hendaknya pelaksanaan MUNAS/MUSDA dirangkaikan dengan Kongres
HMI.
Hasil-hasil ketetapan MUNAS/MUSDA yang harus disampaikan kepada
HMI, terdiri dari :
a) Surat keputusan MUNAS/MUSDA tentang :
- Agenda acara dan tata tertib MUNAS/MUSDA.
- Presidium/Pimpinan sidang MUNAS/MUSDA.
- Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pernyataan
Demisioner Pengurus.
- Program Kerja, Rekomendasi Intern dan Rekomendasi Ekstern
Organisasi.
- Tata tertib pemilihan Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur.
- Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur.
b) Surat Keputusan Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur tentang
susunan personalia pengurus (asli dan ditanda tangani langsung) paling
tidak oleh salah satu Mide Formateur.
3. Jumlah Pengurus Bakornas/BADKO disesuaikan dengan kebutuhan atau
pembidangan kerja Bakornas/BADKO.
4. Setiap Pengurus Bakornas/Batko HMI harus menyatakan kesediaannya disertai
dengan biodata pribadi dan menjadi arsip PB HMI.
5. Pengurus Besar HMI menerbitkan surat keputusan HMI tentang Susunan
Personalia Pengurus Bakornas/BADKO MHI, selambat-lambatnya 15 (lima
belas) hari setelah diterbitkannya surat keputusan PB HMI tentang Susunan
Personalia Bakornas/BADKO HMI, maka harus segera mengadakan
pelantikan oleh pengurus Besar HMI.

PENGESAHAN PENGURUS CABANG

1. Periodesasi kepengurusan HMI Cabang adalah 1 (satu) tahun terhitung


semenjak diterbitkannya Surat Keputusan PB HMI dan setelah itu Pengurus
HMI Cabang menyelengarakan Konferensi Cabang/Musyawarah Cabang.
2. Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah Pelaksanaan Konferensi
Cabang/Musyawarah Cabang, Pengurus Cabang Demisioner harus
menyampaikan hasil-hasil Konferensi Cabang/Musyawarah Cabang Kepada
PB HMI yang terdiri dari:
2.1. Surat Keputusan KONFERCAB/MUSCAB tentang :
2.1.1. Agenda Acara dan Tata Tertip KONFERCAB/MUSCAB.
2.1.2. Presedium/Pimpinan Sidang KONFERCAB.
2.1.3. Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus HMI Cabang
dan Peryataan Demisioner Pengurus HMI.
2.1.4. Program Kerja, Rekomendasi Intern dan Rekomendasi Ektern
organisasi.
2.1.5. Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum/Formateur dan Mide
Formateur.

178
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.1.6. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Cabang (MPK
PC).
2.1.7. Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur.
2.2. Surat Keputusan Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur tentang
Susunan Personalia Pengurus (asli) dan (ditandatangani langsung) paling
tidak oleh salah satu Mide Formateur.
2.3. Biodata pengurus dan tanda kesediaan menjadi Pengurus HMI Cabang.
2.4. Berkas pada point (2.1), (2.2) dan (2.3) disampaikan kepada PB HMI
dengan surat pengantar dari pengurus demisoner.
2.5. Hasil-hasil Musyawarah KOHATI Cabang.
2.6. Dalam keadaan tertentu point (2.4) dapat ditangani langsung oleh
Presidium KONFERCAB/MUSCAB yang diketahui oleh Ketua
Umum/Formateur dan Mide Formateur terpilih.
2.7. Pelantikan HMI Cabang dilaksanakan oleh BADKO HMI setempat.
2.8. Pengesahan Pengurus KOHATI Cabang dengan Surat Keputusan
Pengurus Cabang dan Tata Cara Pengesahan KOHATI Cabang
disesuaikan dengan tata cara pengesahan Pengurus KOHATI PB HMI.

PENGESAHAN PENGURUS KORKOM/RAYON DAN LEMBAGA


PENGEMBANGAN PROFESI HMI CABANG

1. Pengesahan Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi HMI


Cabang/KORKOM/Rayon dilakukan oleh Pengurus HMI Cabang.
2. Tata Cara Pengesahan/Prosedur pengesahan pengurus lembaga
pengembangan profesi/KORKOM/rayon disesuaikan dengan tata
cara/prosedur pengesahan pengurus Bakornas.
2.1. Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari, Musyawarah Lembaga
Pengembangan profesi / Muskom / Musyawarah Rayon / Pengurus
Lembaga-lembaga Pengembangan profesi /KORKOM /Rayon
Demisioner harus menyampaikan hasil-hasil ketetapan musyawarah
kepada HMI Cabang terdiri dari :
a. Surat Keputusan Musyawarah tentang :
• Agenda acara dan tata tertib Musyawarah.
• Presidium/Pimpinan Sidang Musyawarah.
• Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan
Pernyataan Demisioner Pengurus.
• Program Kerja, Rekomendasi Intern dan Rekomendasi Ektern
organisasi.
• Tata tertib pemilihan Ketua Umum/Formateur dan Mide
Formateur.
• Formateur/Ketua Umum dan Mide Formateur Terpilih.
b. Surat Keputusan Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur
tentang Susunan Personalia Pengurus (asli dan ditanda tangani
langsung) paling tidak oleh salah satu Mide Formateur.

179
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.2. Hendaknya pelaksanaan musyawarah lembaga/muskom rayon
dirangkaikan dengan pelaksanaan Konferensi Cabang.
2.3. Jumlah Personalia Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi HMI
Cabang/KORKOM/Rayon disesuaikan dengan pembidangan kerja dan
kebutuhan.
2.4. Setiap pengurus lembaga/KORKOM/rayon harus menyatakan
kesediaannya disertai dengan biodata pribadi dan menjadi arsip bagi
Pengurus HMI Cabang.
2.5. Pengurus HMI Cabang mengeluarkan Surat Keputusan Tentang susunan
personalia Lembaga Pengembangan Profesi/KORKOM/Rayon dan
selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah diterbitkannya Surat
Keputusan, maka harus segera dilakukan pelantikan oleh Pengurus HMI
Cabang yang bersangkutan.

PENGESAHAN PENGURUS KOMISARIAT

1. Pengesahan Pengurus HMI Komisariat dilakukan oleh Pengurus HMI


Cabang.
2. Periodesasi kepengurusan Komisariat adalah 1 (satu) tahun terhitung
semenjak diterbitkannya Surat Keputusan HMI Cabang, setelah itu Pengurus
HMI Komisariat harus mengadakan Rapat Anggota Komisariat (RAK).
3. Tata cara/prosedur pengesahan Pengurus Komisariat disesuaikan dengan tata
cara/prosedur pengesahan Pengurus HMI Cabang sebagaimana di bawah ini :
3.1. Selambat-lambatnya 15 (lima belas) hari setelah pelaksanaan Rapat
Anggota Komisariat (RAK), Pengurus Komisariat Demisioner harus
menyampaikan hasil-hasil ketetapan RAK kepada HMI Cabang terdiri
dari :
3.1.1. Agenda Acara dan Tata tertib RAK.
3.1.2. Presidium/Pimpinan Sidang RAK.
3.1.3. Pengesahan Laporan Pertanggungjawaban Pengurus HMI
Komisariat dan pernyataan Demisioner.
3.1.4. Tata Tertib Pemilihan Ketua Umum/Formateur dan Mide
Formateur
3.1.5. Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur.
3.1.6. Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurut Komisariat
(MPK PK).
3.2. Dalam Surat Keputusan Ketua Umum/Formateur dan Mide Formateur
tentang Susunan Personalia Pengurus Komisariat.
3.3. Biodata pengurus dan tanda kesediaan menjadi Pengurus HMI
Komisariat.
3.4. Dalam keadaan tertentu 3.1.3 dan 3.1.4 dapat ditanda tangani oleh
presidium RAK dengan diketahui oleh Ketua Umum/formateur dan
Mide Formateur.

180
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3.5. Pelantikan Pengurus HMI Komisariat dilaksanakan oleh HMI Cabang
atau oleh HMI KORKOM setelah mendapat mandat dari pengurus HMI
Cabang.
Hal-hal lain yang belum diatur dalam pedoman ini ditetapkan kemudian dengan
aturan tersendiri/kebijaksanaan Pengurus Besar HMI.

PENUTUP
Demikianlah pedoman ini dibuat agar menjadi pegangan setiap aparat Pengurus
HMI dalam rangka menyelenggarakan penyeragaman pengurus HMI.

181
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
ATRIBUT ORGANISASI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

I. LENCANA/BADGE HMI
Lencana adalah lambang HMI yang pemakaiannya di baju, oleh karena itu
gambar, ukuran, bentuk warna, dan isinya sama persis dengan lambang
HMI. (lihat lampiran)

II. BENDERA
Gambar : Lihat Lampiran
Bentuk : Panjang : Lebar = 3 : 2
Warna : Hijau dan Hitam dalam perbandingan yang seimbang
Isi : Lambang HMI sepenuhnya (lihat ganbar)

III. STEMPEL
Gambar : Lihat Lampiran
Bentuk : Oval Garis
Ditengah lambang HMI
Separuh sebelah bawah nama badan
Warna : Hijau

IV. MUTS (PECI) HMI


Gambar : Lihat gambar
Bentuk : Perbandingan berimbang
Warna : bagian atas : hitam dan hijau (hitam sebelah kanan,
hijau sebelah kiri)
Bagian samping kiri : hijau : hitam (1 : 2)
Bagian samping kanan : hijau : hitam (2 : 1)
Bagian samping kiri diberi pita warna putih : panjang
setinggi muts dan lebar 3.5 cm dan guntingan 17 helai

V. KARTU ANGGOTA
Gambar : Lihat gambar
Bentuk : empat persegi panjang
Ukuran : 9.5 x 6.5 cm
Warna : Kertas (dasar) : putih, tulisan : hitam
Isi : Halaman muka :

182
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Lambang HMI sebelah kiri atas
b. Tulisan kartu anggota dan nama Cabang sebelah
tengah atas
c. Kalimat syahadat, sebelah bawah dan dikurung
dengan segi empat
d. Nomor anggota
e. Masa berlaku
Halaman belakang
a. Nama
b. Tempat/Tanggal Lahir
c. Alamat
d. Perguruan Tinggi/Komisariat
e. Jenis Kelamin
f. Jabatan
g. Pas Foto, sebelah kiri bawah (ukuran 2 x 3)
h. Tanggal pembuatan
i. Pengurus HMI Cabang yang membuat
(ditandatangani langsung)

VI. PAPAN NAMA HMI


Gambar : Lihat gambar
Ukuran : Untuk PB HMI 200 x 150 cm
Untuk BADKO HMI 180 x 135 cm
Untuk HMI Cabang 160 x 120 cm
Isi : - Lambang HMI
- Nama tingkat kepengurusan
- Alamat
Warna : - Dasar Papan : Hijau
- Tulisan : Putih

VII. GORDON (SELEMPANG) HMI


Gambar : Lihat gambar
Ukuran : Hitam dan hijau dalam perbandingan yang seimbang
Pemakaian : Dilakukan pada leher dan dipakai pada acara-acara
yang bersifat ekstrim (umum)
Lambang/Lencana : digantungkan pada ujung selempang dengan ukuran
yang seimbang

VIII. BARET HMI


Gambar : Lihat gambar
Bentuk : Bundar
Warna : Bagian atas hijau dan hitam berbanding sama besar
(dilihat dari depan hitam sebelah kiri)
Isi : Lambang HMI sepenuhnya (lihat gamnbar)

183
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
GAMBAR 1

LAMBANG HMI

184
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
GAMBAR 2

LENCANA / BADGE HMI

185
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 3

186
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 4

187
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 5

188
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 6

189
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 7

190
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 8

191
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Gambar 9

192
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN PERKADERAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUKADDIMAH
Asyahadu alla illa ha illallah
Wa Asyhadu anna Muhammadarrasulullah
(Aku Bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah
dan Aku bersaksi bahwa Muhammad utusan Allah)

Sesungguhnya Allah telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan
sempurna untuk mengatur umat manusia kehidupan sesuai dengan fitrahnya
sebagai khalifah dimuka bumi. Sebagai khalifah, manusia dituntut
mengejawantahkan nilai-nilai illahiyah dibumi dengan kewajiban mengabdikan
diri semata-mata kehadirat-Nya. Meneladani Tuhan dengan bingkai pangabdian
kehadirat-Nya melahirkan konsekuensi untuk melakukan pembebasan (liberation)
dari belenggu-belenggu selain Tuhan. Dalam konteks ini seluruh penindasan atas
kemanusiaan adalah thagut yang harus dilawan. Inilah yang menjadi subtansi dari
persaksian primordial manusia (Syahadatain).
Dalam melaksanakan tugas kekhalifahannya, manusia harus tampil untuk
melakukan perubahan sesuai dengan misi yang diemban oleh para Nabi, yaitu
menjadikan Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Rahmat bagi seluruh alam
menurut Islam adalah terbentuknya masyarakat yang menjunjung tinggi semangat
persaudaraan universal (universal brotherhood), egaliter, demokratis, berkeadilan
sosial (social justice), dan berkeadaban (social civilization), serta istiqomah
melakukan perjuangan untuk membebaskan kaum tertindas (mustadh’afin).
HMI sebagai organisasi kader juga diharapkan mampu menjadi alat perjuangan
dalam mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap rumusan cita yang ingin
dibangun yakni terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang
dirindhoi Allah SWT.
Dalam aktivitas keseharian, HMI sebagai organisasi kader, platform yang jelas
dalam menyusun agenda yaitu perlu mendekatkan diri pada realitas masyarakat
dan secara intens berusaha membangun proses dialektika secara obyektif dalam
pencapaian tujuannya. Daya sorot HMI terhadap persoalan, tergambar pada
penyikapan kader yang memiliki keperpihakan terhadap kaum tertindas
(mustadha’afin) serta memperjuangkan kepentingan kelompok ini dan
membekalinya dengan senjata ideologis yang kuat untuk melawan kaum penindas
(mustakbirin).

193
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Agar dapat mewujudkan cita-cita diatas, maka seyogyanya perkaderan harus
diarahkan pada proses rekayasa pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai
dan kemampuan yang berusaha melakukan transformasi watak dan kepribadian
seorang muslim yang utuh (khaffah), sikap dan wawasan intelektual yang
melahirkan kritisisme, serta orientasi pada kemampuan profesionalisme. Oleh
karena itu untuk memberikan nilai tambah yang optimal bagi pengkaderan HMI,
maka ada 3 (tiga) hal yang harus diberi perhatian serius, pertama, rekruitmen
calon kader. Dalam hal ini HMI harus menentukan prioritas rekruitmen calon
kader dari mahasiswa pilihan, yakni input kader yang memiliki integritas pribadi,
bersedia melakukan peningkatan dan pengembangan yang terus menerus serta
berkelanjutan, memiliki orientasi prestasi, dan memiliki potensi leadership, serta
memiliki kemungkinan untuk aktif dalam organisasi. Kedua, proses perkaderan
yang dilakukan sangat ditentukan oleh kualitas pengurus sebagai penanggung
jawab perkaderan, pengelola latihan, pedoman perkaderan dan bahan yang
dikomunikasikan serta fasilitas yang digunakan. Ketiga, iklim dan suasana yang
dibangun harus kondusif bagi pertumbuhan dan perkembangan kualitas kader,
yakni iklim yang menghargai prestasi individu, mendorong gairah belajar dan
bekerja keras, merangsang dialog dan interaksi individu secara demokratis dan
terbuka untuk membangun sikap krirtis yang menumbuhkan sikap dan
pandangan futuristik serta menciptakan media untuk merangsang tumbuhnya
sensifitas dan kepedulian terhadap lingkungan sosial yang mengalami
ketertindasan.
Untuk memberikan panduan (guidence) yang dilaksanakan dalam setiap proses
perkaderan HMI, maka dipandang perlu untuk menyusun pedoman perkaderan
yang merupakan strategi besar (grand strategy) perjuangan HMI dalam menjawab
tantangan organisasi yang sesuai dengan setting sosial dan budaya yang berlaku
dalam konteks zamannya.

BAB I
POLA UMUM PERKADERAN HMI

I. Landasan Perkaderan
Landasan perkaderan merupakan pijakan pokok atau pondasi yang dijadikan
sebagai sumber inspirasi dan motivasi dalam proses perkaderan HMI. Untuk itu,
dalam melaksanakan perkaderan HMI bertitik tolak pada 5 (lima) landasan,
sebagai berikut :

1. Landasan Teologis
Sesungguhnya ketauhidan manusia adalah fitrah (Q.S. Ar-Rum : 30) yang diawali
dengan perjanjian primordial dalam bentuk pengakuan kepada Tuhan sebagai Zat
pencipta (Q.S. Al-A’araf : 172). Bentuk pengakuan tersebut merupakan
penggambaran ketaklukan manusia kepada zat yang lebih tinggi. Kesanggupannya
menerima kontrak primordial tersebut mendapat konsekuensi logis dengan

194
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
peniupan ruh Tuhan kedalam jasad manusia yang pada akhirnya harus
dipertanggungjawabkan terhadap apa yang dilakukannya didunia kepada pemberi
mandat kehidupan.
Peniupan ruh Tuhan sekaligus menggambarkan refleksi sifat-sifat Tuhan kepada
manusia. Maka seluruh potensi illahiyah secara ideal dimiliki oleh manusia.
Prasyarat inilah yang memungkinkan manusia menjadi khalifah dimuka bumi.
Seyogyanya tugas kekhalifahan manusia dibumi berarti menyebarkan nilai-nilai
illahiyah dan sekaligus menginterpretasikan realitas sesuai dengan persfektif
illahiyah tersebut. Namun proses materialisasi manusia melalui jasad
menimbulkan konsekuensi baru dalam wujud reduksi nilai-nilai illahiyah.
Manusia hidup dalam realitas fisik yang dalam konteks ini manusia hanya
“mengada” (being). Hanya dengan “kesadaran” (consiousness) lah manusia
menemukan realiatas “menjadi” (becoming)
Manusia yang “menjadi” adalah manusia yang mempunyai kesadaran akan aspek
transenden sebagai realitas tertinggi dalam hal ini konsepsi syahadat akan
ditafsirkan sebagai monoteisme radikal. Kalimat syahadat pertama berisi negasi
yang seolah meniadakan semua yang berbentuk tuhan. Kalimat kedua lalu
menjadi afirmasi sekaligus penegasan atas Zat yang maha tunggal (Allah).
Menjiwai konsepsi diatas maka perjuangan kemanusiaan adalah melawan segala
sesuatu yang membelenggu manusia dari yang di-Tuhan-kan. Itulah thogut dalam
perspektif Qur'an.
Dalam menjalani fungsi kekhalifahannya maka internalisasi sifat Allah dalam diri
manusia harus menjadi sumber inspirasi. Dalam konteks ini tauhid menjadi aspek
progresif dalam menyikapi persoalan-persoalan mendasar manusia. Karena Tuhan
adalah pemelihara kaum yang lemah (rabbulmustahd'afin); maka meneladani
Tuhan juga berarti keberpihakan kepada kaum musthd'afin. Pemahaman ini akan
mengarahkan pada pandangan bahwa ketauhidan adalah nilai-nilai yang bersifat
transformatif, nilai-nilai yang membebaskan, nilai yang berpihak dan nilai-nilai
yang bersifat revolusioner. Spirit inilah yang harus menjadi paradigma dalam
sistem perkaderan HMI.

2. Landasan Ideologis
Islam sebagai landasan nilai yang secara sadar dipilih untuk menjawab kebutuhan-
kebutuhan serta masalah-masalah yang terjadi dalam suatu komunitas/
masyarakat (transpormatif). Ia mengarahkan manusia untuk mencapai tujuan dan
idealisme yang dicita-citakan, yang untuk tujuan dan idealisme tersebut mereka
rela berjuang dan berkorban bagi keyakinannya. Ideologi Islam senantiasa
mengilhami dan memimpin serta mengorganisir perjuangan, perlawanan dan
pengorbanan yang luar biasa untuk melawan semua status quo, belenggu dan
penindasan terhadap umat manusia.
Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad telah memperkenalkan Ideologi dan
mengubahnya menjadi keyakinan, serta memimpin rakyat kebanyakan dalam
praktek-praktek mereka melawan kaum penindas. Nabi Muhammad lahir dan
195
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
muncul dari tengah-tengah masyarakat kebanyakan yang oleh Al-Qur’an dijuluki
sebagai “ummi”. Kata “ummi” (yang biasa diartikan buta huruf) menurut Syari’ati
(dalam bukunya Ideologi kaum Intelektual) yang disifatkan pada nabi berarti
bahwa ia dari kelas rakyat yang termasuk didalamnya adalah orang-orang awam
yang butu huruf, para budak, anak yatim, janda dan orang-orang miskin
(mustadhafin) yang luar biasa menderitanya, dan bukan berasal dari orang-orang
terpelajar, borjuis dan elite penguasa. Dari komunitas inilah Muhammad memulai
dakwahnya untuk mewujudkan cita-cita ideal Islam.
Cita-cita ideal Islam adalah, adanya transformasi terhadap ajaran-ajaran dasar Islam
tentang persaudaraan universal (Universal Brotherhood), kesetaraan (Equality,)
keadilan sosial (Social Justice), dan keadilan ekonomi (Economical Justice), sebuah
cita-cita yang memiliki aspek liberatif, sehingga dalam usaha untuk
mewujudkannya membutuhkan keyakinan, tanggung jawab, keterlibatan dan
komitmen, karena pada dasarnya sebuah ideologi menuntut penganutnya bersikap
setia (Committed).
Dalam usaha untuk mewujudkan cita-cita, pertama, persaudaraan universal dan
kesetaraan (equality), Islam telah menekankan kesatuan manusia (unity of
mankind) yang ditegaskan dalam Al-Qur’an, “Hai manusia ! kami ciptakan kamu
dari laki-laki dan perempuan, Kami jadikan karnu berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia diantara
kamu disisi Allah adalah yang paling bertaqwa. Sesungguhnya Allah maha
Mengetahui. “ (QS Al-Hujarat) : 13). Ayat ini secara jelas membantah semua konsep
superioritas rasial, kesukuan, kebangsaan atau keluarga, dengan satu penegasan dan
seruan akan pentingnya kesalehan, baik kesalehan ritual maupun kesalehan sosial,
sebagaimana Al-Qur’an menyatakan, “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah
kamu berdiri karena Allah, menjadi saksi dengan keadilan. Janganlah karena
kebencianmu kepada suatu kaum, sehingga kamu tidak berlaku adil. Berlaku adillah,
karena keadilan itu lebih dekat kepada taqwa dan takutlah kepada Allah…” (QS.
Al-Maidah : 8).
Kedua, Islam sangat menekankan kepada keadilan di semua aspek kehidupan. Dan
keadilan tersebut tidak akan tercipta tanpa membebaskan masyarakat lemah dan
marjinal dari penderitaan, serta memberi kesempatan kepada mereka (kaum
mustadh’afin) untuk menjadi pemimpin. Menurut Al-Qur’an mereka adalah
pemimpin dan pewaris dunia. “Kami hendak memberikan karunia kepada
orang-orang tertindas dirnuka bumi. Kami akan menjadikan mereka pemimpin dan
pewaris bumi” (QS. Al-Qashash: 5) “Dan kami wariskan kepada kaum yang tertindas
seluruh timur bumi dan seluruh baratnya yang kami berkati. “ (QS. Al-A’raf : 37)
Di tengah-tengah suatu bangsa, ketika orang-orang kaya hidup mewah di atas
penderitaan orang miskin, ketika budak-budak merintih dalam belenggu tuannya,
ketika para penguasa membunuh rakyat yang tak berdaya hanya untuk
kesenangan, ketika para hakim memihak pemilik kekayaan dan penguasa, mereka
memasukkan orang-orang kecil yang tidak berdosa ke penjara. Muhammad SAW
menyampaikan pesan Rabbullmustadha’afin : “Mengapa kamu tidak mau berperang
di jalan Allah dan membela orang yang tertindas, baik laki-laki, perempuan dan
196
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
anak-anak yang berdo’a, Tuhan kami ! Keluarkanlah kami dari negeri yang
penduduknya berbuat zalim, dan berilah kami perlindungan dan pertolongan dari sisi
Engkau.” (QS. An-Nisa : 75). Dalam ayat ini menurut Asghar Ali Engineer
(dalam bukunya Islam dan Teologi Pembebasan) Al-Qur’an mengungkapkan teori
“kekerasan yang membebaskan”, “Perangilah mereka itu, hingga tidak ada fitnah.”
(Q.S. Al-Anfal : 39). Al-Qur’an dengan tegas mengutuk zulm (penindasan). Allah
tidak menyukai kata-kata yang kasar kecuali oleh orang yang tertindas. “Allah
tidak menyukai perkataan yang kasar/jahat (memaki), kecuali bagi orang yang
teraniaya….” (QS. An-Nisa’ : 148)
Ketika Al-Qur’an sangat menekankan keadilan ekonomi, keadilan ini seratus
persen menentang penumpukan dan penimbunan harta kekayaan. Al-Qur’an
sejauh mungkin menganjurkan agar orang-orang kaya mendermakan hartanya
untuk anak yatim, janda-janda dan fakir miskin. “Adakah engkau ketahui orang
yang mendustakan agama? Mereka itu adalah orang yang menghardik anak yatim.
Dan tidak menyuruh memberi makan orang miskin. Maka celakalah bagi orang yang
shalat, yang meraka itu lalai dari sholatnya, dan mereka itu riya, enggan memberikan
zakatnya. “ (QS. AI-Mauun : 1-7)
Al-Qur’an tidak menginginkan harta kekayaan itu hanya berputar di antara
orang-orang kaya saja. “Apa-apa (harta rampasan) yang diberikan Allah kepada
Rasul-Nya dari penduduk negeri (orang-orang kafir), maka adalah untuk Allah, untuk
Rasul, untuk karib kerabat Rasul, anak-anak yatim, orang-orang miskin, dan orang
yang berjalan, supaya jangan harta itu beredar antara orang-orang kaya saja diantara
kamu … “ (QS. Al Hasyr : 7). Al-Qur’an juga memperingatkan manusia agar tidak
suka menghitung-hitung harta kekayaannya, karena hartanya tidak akan
memberikan kehidupan yang kekal. Orang yang suka menumpuk-numpuk dan
menghitung-hitung harta benar-benar akan dilemparkan kedalam bencana yang
mengerikan, yakni api neraka yang menyala-nyala (QS. Al-Humazah :1-9).
Kemudian juga pada Surat At-Taubah : 34 AI-Qur’an memberikan beberapa
peringatan keras kepada mereka yang suka menimbun harta dan mendapatkan
hartanya dari hasil eksploitasi (riba) dan tidak membelanjakannya di jalan Allah.
Pada masa Rasulullah SAW. Banyak sekali orang yang terjerat dalam perangkap
hutang karena praktek riba. AI-Qur’an dengan tegas melarang riba dan
memperingatkan siapa saja yang melakukannya akan diperangi oleh Allah dan
Rasul-Nya (Iihat, QS. Al-Baqarah: 275-279 dan Ar-Rum – 39). Demikianlah Allah
dan Rasul-Nya, telah mewajibkan untuk melakukan perjuangan membela
kaum-kaum yang tertindas, dan mereka (Allah dan Rasul-Nya) telah
memposisikan diri sebagai pembela mustadh’afin.
Dalam keseluruhan proses aktivitas manusia di dunia ini, Islam selalu mendesak
manusia untuk terus memperjuangkan harkat kemanusiaan, menghapuskan
kejahatan, melawan penindasan dan ekploitasi. AI-Qur’an memberikan penegasan
“Kamu adalah sebaik-baik umat, yang dilahirkan bagi manusia, supaya kamu
menyuruh berbuat kebajikan (ma’ruf) dan melarang berbuat kejahatan (mungkar),
serta beriman kepada Allah. (QS. Ali-Imran : 110). Dalam rangka memperjuangkan
kebenaran ini, manusia bebas mengartikulasikan sesuai dengan konteks
197
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
lingkungannya tidak terjebak pada hal-hal yang bersifat mekanis dan dogmatis.
Menjalankan ajaran Islam yang bersumber pada AI-Qur’an dan As-Sunnah berarti
menggali makna dan menangkap semangatnya dalam rangka menyelesaikan
persoalan-persoalan kehidupan yang serba kompleks sesuai dengan
kemampuannya.
Demikianlah cita-cita ideal Islam, yang senantiasa harus selalu diperjuangkan dan
ditegakkan, sehingga dapat mewujudkan sesuatu tatanan masyarakat yang adil,
demokratis, egaliter dan berperadaban Dalam memperjuangkan cita-cita tersebut
manusia dituntut untuk selalu setia (commited) terhadap ajaran Allah SWT, ikhlas,
rela berkorban sepanjang hidupnya dan senantiasa terlibat dalam setiap
pembebasan kaum tertindas (mustadh'afin). “Sesungguhnya sholat-ku,
perjuangan-ku, hidup dan mati-ku, semata-mata hanya untuk Allah, Tuhan seluruh
alam. Tidak ada serikat bagi-Nya dan aku diperintah untuk itu, serta aku termasuk
orang yang pertama berserah diri. “ (QS. AI-An'am : 162-163)

3. Landasan Konstitusi

Dalam rangka mewujudkan cita-cita perjuangan HMI kemasa depan, HMI


kemudian mempertegas posisinya dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan
bernegara demi melaksanakan tanggung jawabnya bersama seluruh rakyat
Indonesia dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT. Dalam pasal 3 tentang azas ditegaskan bahwa organisasi in berazaskan
Islam dan bersumber kepada AlQur'an dan As-sunah. Penegasan pasal ini
memberikan cerminan bahwa didalam dinamikanya, HMI senantiasa mengemban
tugas dan tanggung jawab dengan semangat keislaman yang tidak
mengesampingkan semangat kebangsaan. Dalam dinamika tersebut, HMI sebagai
organisasi kepemudaan, menegaskan sifatnya sebagai organisasi mahasiswa yang
independen (Pasal 6 AD HMI), berstatus sebagai organisasi mahasiswa (Pasal 7 AD
HMI), memiliki fungsi sebagai organisasi kader (Pasal 8 AD HMI), serta berperan
sebagai organisasi perjuangan (Pasal 9 AD HMI).
Dalam rangka melaksanakan fungsi dan perannya secara terus-menerus yang
berorientasi kemasa depan, HMI menetapkan tujuannya dalam pasal 4 AD HMI,
yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam serta
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT. Kualitas kader yang akan dibentuk ini kemudian dirumuskan dalam tafsir
tujuan HMI. Oleh karena itu, maka tugas pokok HMI adalah perkaderan (cadre
forming) yang diarahkan pada perwujudan kualitas insan cita yakni dalam pribadi
yang beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan kerja-kerja
kemanusiaan (amal saleh). Pembentukan kualitas dimaksud kemudian
diaktualisasikan dalam fase-fase perkaderan HMI, yakni fase rekruitmen kader
yang berkualitas, fase pembentukan kader agar memiliki kualitas pribadi Muslim,
kualitas intelektual serta mampu melaksanakan kerja-kerja kemanusiaan secara
profesional dalam segala segi kehidupan dan fase pengabdian kader, dimana
sebagai out put pun kader HMI harus mampu berkiprah dalam kehidupan

198
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan sebagai kader muslim berjuang
bersama-sama dalam mewujudkan cita-cita masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT.

4. Landasan Historis
Secara sosiologis dan historis, kelahiran HMI pada 5 Februari 1947 tidak terlepas
dari permasalahan bangsa yang didalamnya mencakup umat Islam sebagai satu
kesatuan dinamis dari bangsa Indonesia yang sedang mempertahankan
kemerdekaan yang baru diproklamirkan. Kenyataan itu merupakan motivasi
kelahiran HMI sekaligus dituangkan dalam rumusan tujuan berdirinya, yaitu :
pertama, mempertahankan kemerdekaan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia. Kedua, menegakkan dan mengembangkan
syiar agama Islam. Ini menunjukkan bahwa HMI bertanggung jawab terhadap
permasalahan bangsa dan negara Indonesia serta bertekad mewujudkan nilai-nilai
ajaran Islam dalam kehidupan manusia secara utuh.
Makna rumusan tujuan itu akhirnya membentuk wawasan dan langkah
perjuangan HMI kedepan yang terintegrasi dalam dua aspek ke-Islaman dan aspek
ke-Indonesiaan. Aspek ke-Islaman tercermin melalui komitmen HMI untuk selalu
mewujudkan nilai-nilai ajaran Islam secara utuh dalam kehidupan berbangsa
sebagai pertanggungjawaban fungsi kekhalifahan manusia, sedangkan aspek ke-
Indonesiaan adalah komitmen HMI untuk senantiasa bersama-sama seluruh
rakyat Indonesia merealisasikan cita-cita proklamasi kemerdekaan Republik
Indonesia demi terwujudnya cita-cita masyarakat yang demokratis, berkeadilan
sosial dan berkeadaban. Dalam sejarah perjalanan HMI pelaksanaan komitmen ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan merupakan garis perjuangan dan misi HMI yang pada
akhirnya akan membentuk kepribadian HMI dalam totalitas perjuangan bangsa
Indonesia kedepan.
Melihat komitmen HMI pada wawasan sosiologis dan historis berdirinya pada
tahun 1947 tersebut, yang juga telah dibuktikan dalam sejarah perkembangnnya,
maka pada hakikatnya segala bentuk pembinaan kader HMI harus pula tetap
diarahkan dalam rangka pembentukan pribadi kader yang sadar akan
keberadaannya sebagai pribadi muslim, khalifah dimuka bumi dan pada saat yang
sama kader tersebut harus menyadari pula keberadannya sebagai kader bangsa
Indonesia yang bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita bangsa kedepan.

5. Landasan Sosio-Kultural
Islam yang masuk di kepulauan Nusantara telah berhasil merubah kultur
masyarakat di daerah sentral ekonomi dan politik menjadi kultur Islam.
Keberhasilan Islam yang secara dramatik telah berhasil menguasi hampir seluruh
kepulauan nusantara, tentunya hal tersebut disebabkan oleh karena agama Islam
memiliki nilai-nilai universal yang tidak mengenal batas-batas sosio-kultural,
geografis dan etnis manusia. Sifat Islam ini termanifestasikan dalam cara

199
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
penyebaran Islam oleh para pedagang dan para wali dengan pendekatan sosio-
kultural yang cukup persuasif.
Masuknya Islam secara damai (penetration pacifique) tersebut berhasil
mendamaikan kultur Islam dengan Kultur masyarakat nusantara. Dalam proses
sejarahnya, budaya sinkretisme penduduk pribumi ataupun masyarakat, ekonomi
dan politik yang didominasi oleh kultur tradional, feodalisme, hinduisme dan
budhaisme mampu dijinakkan dengan pendekatan Islam kultural ini. Pada
perkembangan selanjutnya Islam mengindonesiakan dan secara tidak langsung
telah mempengaruhi kultur Indonesia yang dari waktu ke waktu semakin
modern.
Karena mayoritas bangsa Indonesia adalah beragama Islam, maka kultur Islam
telah menjadi realitas sekaligus memperoleh legitimasi sosial dari bangsa Indonesia
yang pluralistik. Dengan demikian wacana kebangsaan di seluruh aspek
kehidupan ekonomi, politik, dan sosial budaya di Indonesia meniscayakan
transformasi total nilai-nilai universal Islam menuju cita-cita mewujudkan
peradaban Islam. Nilai-nilai Islam itu semakin mendapat tantangan ketika deras
arus globalisasi telah menyeret umat manusia pada perilaku pragmatisme,
permisivisme dibidang ekonomi dan politik. Sisi negatif dari globalisasi ini
disebabkan oleh percepatan perkembangan sains dan teknologi modern dan tidak
diimbangi dengan nilai-nilai etik dan moral.
Konsekuensi dari realitas di atas adalah semakin kaburnya batas-batas bangsa,
sehingga cenderung menghilangkan nilai-nilai kultural yang menjadi suatu ciri
khas dari suatu negara yang penuh dengan pluralisme budaya masyarakat. Disisi
lain teknologi menghadirkan ketidakpastian psikologis umat manusia, sehingga
menimbulkan kejenuhan manusia. Dari sini nilai-nilai ideologi, moral dan agama
yang tadinya kering kerontang kembali menempati posisi kunci dalam ide dan
konsepsi komunitas global. Dua sisi ambigu globalisasi ini adalah tampilan dari
sebuah dunia yang penuh paradoks.
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas, maka Himpunan Mahasiswa
Islam sebagai bagian integral umat Islam dan bangsa Indonesia (kader umat dan
kader bangsa) sudah semestinya untuk menyiasiati perkembangan dan
kecenderungan global tersebut dalam bingkai perkaderan HMI yang integralistik.
Dalam hal ini untuk menyiasati perkembangan global tersebut harus berdasarkan
kepada perkembangan komitmen pada nilai-nilai antropologis, sosiologis umat
Islam dan bangsa Indonesia sebagai wujud dari pemahaman HMI akan nilai-nilai
kosmopolitanisme dan universalisme Islam.

IV. Pola Dasar Perkaderan

Dalam menjalankan fungsinya sebagai organisasi kader, HMI menggunakan


pendekatan sistematik dalam keseluruhan proses perkaderannya. Semua bentuk
aktivitas/kegiatan perkaderan disusun dalam semangat integralistik untuk
mengupayakan tercapainya tujuan organisasi. Oleh karena itu sebagai upaya

200
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
memberikan kejelasan dan ketegasan sistem perkaderan yang dimaksud harus
dibuat pola dasar perkaderan HMI secara nasional. Pola dasar ini disusun dengan
memperhatikan tujuan organisasi dan arah perkaderan yang telah ditetapkan.
Selain itu juga dengan mempertimbangkan kekuatan dan kelemahan organsiasi
serta tantangan dan kesempatan yang berkembang dilingkungan eksternal
organisasi.
Pola dasar ini membuat garis besar keseluruhan tahapan yang harus ditempuh
oleh seorang kader dalam proses perkaderan HMI, yakni sejak rekruitmen kader,
pembentukan kader dan gambaran jalur-jalur pengabdian kader.

1. Pengertian Dasar
1.1. Kader
Menurut AS Hornby (dalam kamusnya Oxford Advanced Learner's Dictionary)
dikatakan bahwa “Cadre is a small group of People who are specially chosen and
trained for a particular purpose, atau “cadre is a member of this kind of group; they
were to become the cadres of the new community party”. Jadi pengertian kader adalah
“sekelompok orang yang terorganisasir secara terus menerus dan akan menjadi
tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar”. Hal ini dapat dijelaskan,
pertama, seorang kader bergerak dan terbentuk dalam organisasi, mengenal
aturan-aturan permainan organisasi dan tidak bermain sendiri sesuai dengan selera
pribadi. Bagi HMI aturan-aturan itu sendiri dari segi nilai adalah Nilai Dasar
Perjuangan (NDP) dalam pemahaman memaknai perjuangan sebagai alat untuk
mentransformasikan nilai-nilai ke-Islam-an yang membebaskan (Liberation force),
dan memiliki kerberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas (mustadh’afin).
Sedangkan dari segi operasionalisasi organisasi adalah AD HMI, ART HMI,
pedoman perkaderan dan pedoman serta ketentuan organisasi lainnya. Kedua,
seorang kader mempunyai komitmen yang terus-menerus (permanen), tidak
mengenal semangat musiman, tapi utuh dan istiqomah (konsisten) dalam
memperjuangkan dan melaksanakan kebenaran. Ketiga, seorang kader memiliki
bobot dan kualitas sebagai tulang punggung atau kerangka yang mampu
menyangga kesatuan komunitas manusia yang lebih besar. Jadi fokus penekanan
kaderisasi adalah pada aspek kualitas. Keempat, seorang Kader memiliki visi dan
perhatian yang serius dalam merespon dinamika sosial lingkungannya dan mampu
melakukan “social engineering”.
Kader HMI adalah anggota HMI yang telah melalui proses perkaderan sehingga
memiliki ciri kader sebagaimana dikemukakan di atas dan memiliki integritas
kepribadian yang utuh : Beriman, Berilmu dan Beramal Shaleh sehingga siap
mengemban tugas dan amanah kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.

1.2. Perkaderan

201
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Perkaderan adalah usaha organisasi yang dilaksanakan secara sadar dan sistematis
selaras dengan pedoman perkaderan HMI, sehingga memungkinkan seorang
anggota HMI mengaktualisasikan potensi dirinya menjadi seorang kader Muslim
-Intelektual - Profesional, yang memiliki kualitas insan cita.

2. Rekruitmen Kader
Sebagai konsekuensi dari organisasi kader, maka aspek kualitas kader merupakan
fokus perhatian dalam proses perkaderan HMI guna menjamin terbentuknya out
put yang berkualitas sebagaimana yang disyaratkan dalam tujuan organisasi, maka
selain kualitas proses perkaderan itu sendiri, kualitas input calon kader menjadi
faktor penentu yang tidak kalah pentingnya.
Kenyataan ini mengharuskan adanya pola-pola perencanaan dan pola rekruitmen
yang lebih memprioritaskan kepada tersedinaya input calon kader yang
berkualitas. Dengan demikian rekriutmen kader adalah merupakan upaya aktif
dan terencana sebagai ikhtiar untuk mendapatkan input calon kader yang
berkualitas bagi proses Perkaderan HMI dalam mencapai tujuan organisasi.

2.1. Kriteria Rekruitmen


Rekruitmen Kader yang lebih memprioritaskan pada pengadaan kader yang
berkualitas tanpa mengabaikan aspek kuantitas, mengharuskan adanya kreteria
rekruitmen. Kreteria Rekruitmen ini akan mencakup kreteria sumber-sumber
kader dan kreteria kualitas calon kader.

2.1.1. Kreteria Sumber-sumber Kader


Sesuai dengan statusnya sebagai organisasi mahasiswa, maka yang menjadi sumber
kader HMI adalah Perguruan Tinggi atau Institut lainnya yang sederajat seperti
apa yang disyaratkan dalam AD/ART HMI. Guna mendapatkan input kader
yang berkualitas maka pelaksanaan rekruitmen kader perlu diorientasikan pada
Perguruan Tinggi atau Lembaga pendidikan sederajat yang berkualitas dengan
memperhatikan kriteria-kriteria yang berkembang di masing-masing daerah.

2.1.2. Kreteria Kualitas calon Kader


Kualitas calon kader yang diperioritaskan ditentukan oleh kriteria-kriteria
tertentu dengan memperhatikan integritas pribadi dan calon kader, potensi dasar
akademik, potensi berprestasi, potensi dasar kepemimpinan serta bersedia
melakukan peningkatan kualitas individu secara terus-menerus.

2.2. Metode dan Pendekatan Rekruitmen


Metode dan pendekatan rekruitmen merupakan cara atau pola yang ditempuh
untuk melakukan pendekatan kepada calon-calon kader agar mereka mengenal
202
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dan tertarik menjadi kader HMI. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka
pendekatan rekruitmen dilakukan dua kelompok sasaran.

2.2.1. Tingkat Pra Perguruan Tinggi


Pendekatan ini dimaksudkan untuk memperkenalkan sedini mungkin keberadaan
HMI ditengah-tengah masyarakat khususnya masyarakat ilmiah ditingkat pra
perguruan tinggi atau siswa-siswa sekolah menengah. Strategi pendekatan haruslah
memperhatikan aspek psikologis sebagai remaja.
Tujuan pendekatan ini adalah agar terbentuknya opini awal yang positif
dikalangan siswa-siswa sekolah menengah terhadap HMI. Untuk kemudian pada
gilirannya terbentuk pula rasa simpati dan minat untuk mengetahuinya lebih
jauh.
Pendekatan rekruitmen dapat dilakukan dengan pendekatan aktivitas (activity
approach) dimana siswa dilibatkan seluas-luasnya pada sebuah aktivitas. Bentuk
pendekatan ini bisa dilakukan lewat fungsionalisasi lembaga-lembaga
pengembangan profesi HMI serta perangkat organisasi HMI lainnya secara efektif
dan efisien, dapat juga dilakukan pendekatan perorangan ((personal approach).

2.2.2. Tingkat Perguruan Tinggi


Pendekatan rekruitmen ini dimaksudkan untuk membangun persepsi yang benar
dan utuh dikalangan mahasiswa terhadap keberadaan organisasi HMI sebagai
mitra Perguruan Tinggi didalam mencetak kader-kader bangsa. Strategi
pendekatan harus mampu menjawab kebutuhan nalar mahasiswa (student
reasoning), minat mahasiswa (studen interst) dan kesejahteraan mahasiswa (student
welfare).
Pendekatan di atas dapat dilakukan lewat aktivitas dan pendekatan perorangan,
dengan konsekuensi pendekatan fungsionalisasi masing-masing aparat HMI yang
berhubungan langsung dengan basic calon kader HMI. Selain itu, dapat juga
dilakukan dengan cara kegiatan yang berbentuk formal seperti masa perkenalan
calon anggota (Maperca) dan pelatihan pengembangan profesi. Dalam kegiatan
Maperca, materi yang dapat disajikan oleh adalah :
™ Selayang pandang tentang HMI
™ Pengantar wawasan ke-Islam-an
™ Pengantar wawasan organisasi
™ Wawasan perguruan tinggi
Metode dan pendekatan rekruitmen seperti tersebut di atas diharapkan akan
mampu membangun rasa simpati dan hasrat untuk mengembangkan serta
mengaktualisasikan seluruh potensi dirinya lewat pelibatan diri pada proses
perkaderan HMI secara terus menerus.
203
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3.Pembentukan Kader
Pembentukan kader merupakan sekumpulan aktivitas perkaderan yang
terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI.

3.1. Latihan Kader.


Latihan Kader merupakan perkaderan HMI yang dilakukan secara sadar,
terencana, sitematis dan berkesinambungan serta memiliki pedoman dan aturan
yang baku secara nasional dalam rangka mencapai tujuan HMI. Latihan ini
berfungsi memberikan kemampuan tertentu kepada para pesertanya sesuai dengan
tujuan dan target pada masing-masing jenjang latihan. Latihan Kader merupakan
media perkaderan formal HMI yang dilaksanakan secara berjenjang serta
menuntut persyaratan tertentu dari pesertanya, pada masing-masing jenjang
latihan ini menitikberatkan pada pembentukan watak dan karakter kader HMI
melalui transfer nilai, wawasan dan keterampilan serta pemberian rangsangan dan
motivasi untuk mengaktualisasikan kemampuannya. Latihan Kader terdiri dan 3
(tiga) jenjang, yaitu:
a. Basic Training (Latihan Kader I)
b. Intermediate Training (Latihan Kader II )
c. Advance Training (Latihan Kader III )

3.2. Pengembangan
Pengembangan merupakan kelanjutan atau kelangkapan latihan dalam
keseluruhan proses perkaderan HMI. Hal ini merupakan penjabaran dari pasal 5
Anggaran Dasar HMI.
3.2.1. Up Grading
Up Grading dimaksudkan sebagai media perkaderan HMI yang menitikberatkan
pada pengembangan nalar, minat dan kemampuan peserta pada bidang tertentu
yang bersifat praktis, sebagai kelanjutan dari perkaderan yang dikembangkan
melalui latihan kader.
3.2.2. Pelatihan
Pelatihan adalah training jangka pendek yang bertujuan membentuk dan
mengembangkan profesionalisme kader sesuai dengan latar belakang disiplin
ilmunya masing-masing.
3.2.3. Aktivitas
3.2.3.1. Aktivitas Organisasional
Aktivitas organisasional merupakan suatu aktivitas yang bersifat
organisasi yang dilakukan oleh kader dalam lingkup tugas organisasi.

204
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Intern organisasi, yaitu segala aktivitas organisasi yang dilakukam
oleh kader dalam Iingkup tugas HMI.
b. Ekstern organisasi, yaitu segala aktivitas organisasi yang dilakukan
oleh kader dalam lingkup tugas organisasi diluar HMI.
3.2.3.2. Aktivitas Kelompok
Aktivitas kelompok merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kader
dalam suatu kelompok yang tidak rnemiliki hubungan struktural dengan
organisasi formal tertentu.
a. Intern organisasi, yaitu segala aktivitas kelompok yang dilakukan oleh
kader HMI dalam lingkup organisasi HMI yang tidak memiliki
hubungan struktur (bersifat informal).
b. Ekstern organisasi, yaitu segala aktivitas kelompok yang dilakukan
oleh kader diluar lingkup organisasi dan tidak memiliki hubungan
dengan organisasi formal manapun.
3.2.3.3. Aktivitas Perorangan
Aktivitas perorangan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh kader
secara perorangan.
a. Intern organisasi, yaitu segala aktivitas yang dilakukam oleh kader
secara perorangan untuk menyahuti tugas dan kegiatan organisasi
HMI.
b. Ekstern Organisasi, yaitu segala aktititas yang dilakukan oleh kader
secara perorangan diluar tuntutan tugas dan kegiatan organisasi HMI.

3.3. Pengabdian Kader.


Dalam rangka meningkatkan upaya mewujudkan masyarakat cita HMI yaitu
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, maka diperlukan peningkatan
kualitas dan kuantitas pengabdian kader. Pengabdian Kader ini merupakan
penjabaran dari peranan HMI sebagai organisasi perjuangan. Dan oleh karena itu
seluruh bentuk-bentuk pembangunan yang dilakukan merupakan jalur
pengabdian kader HMI, maka jalur pengabdiannya adalah sebagai berikut :
a. Jalur akademis (pendidikan, penelitian dan pengembangan).
b. Jalur dunia profesi (Dokter, konsultan, pangacara, manager, jurnalis dan
lain-lain).
c. Jalur Birokrasi dan Pemerintahan.
d. Jalur dunia usaha (koperasi, BUMN dan swasta).
e. Jalur sosial politik.
f. Jalur TNI/Kepolisan.
g. Jalur Sosial Kemasyarakatan.
h. Jalur LSM/LPSM.
i. Jalur Kepemudaan.
205
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
j. Jalur olah raga dan seni budaya.
k. Jalur-jalur lain yang masih terbuka yang dapat dimasuki oleh kader-kader
HMI.

4. Arah Perkaderan
Arah dalam pengertian umum adalah petunjuk yang membimbing jalan dalam
bentuk bergerak menuju kesuatu tujuan. Arah juga dapat diartikan sebagai
pedoman yang dapat dijadikan patokan dalam melakukan usaha yang sistematis
untuk mencapai tujuan.
Jadi, arah perkaderan adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk untuk
penuntun yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses
perkaderan HMI. Arah perkaderan sangat berkaitannya dengan tujuan
perkaderan, dan tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak dicapai HMI
merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan dan usaha-usaha HMI.
Oleh karena itu, tujuan HMI merupakan titik sentral dan garis arah setiap
kegiatan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan
HMI.
Bagi anggota HMI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan yang
paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga
merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota
dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.

4.1. Maksud dan Tujuan


Maksud dan tujuan perkaderan adalah usaha yang dilakukan dalam rangka
mencapai tujuan organisasi melalui suatu proses sadar dan sistematis sebagai alat
transformasi nilai ke-lslaman dalam proses rekayasa peradaban melalui
pembentukan kader berkualitas muslim-intelektual-profesional sehingga berdaya
guna dan berhasil guna sesuai dengan pedoman perkaderan HMI.

4.2. Target.
Terciptanya kader muslim-intelektual-profesional yang berakhlakul karimah serta
mampu mengemban amanah Allah sebagai khalifah fil ardh dalam upaya mencapai
tujuan organisasi.

Ill. Wujud Profil Kader HMI di Masa Depan

Bertolak dari landasan-landasan, pola dasar dan arah perkaderan HMI, maka
aktivitas perkaderan HMI diarahkan dalam rangka membentuk kader HMI,
muslim-intelektual-profesional yang dalam aktualisasi peranannya berusaha
mentransformasikan nilai-nilai ke-Islaman yang memiliki kekuatan pembebasan
(liberation force).
206
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Aspek-aspek yang ditekankan dalam usaha pelaksanaan kaderisasi tersebut
ditujukan pada :
1. Pembentukan integritas watak dan kepribadian.
Yakni kepribadian yang terbentuk sebagai pribadi muslim yang menyadari
tanggung jawab kekhalifahannya dimuka bumi, sehingga citra akhlakul
karimah senantiasa tercermin dalam pola pikir, sikap dan perbuatannya.
2. Pengembangan kualitas intelektual.
Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah pada penguasaan dan
pengembangan ilmu (sain) pengetahuan (knowledge) yang senantiasa dilandasi
oleh nilai-nilai Islam.
3. Pengembangan kemampuan Profesional.
Yakni segala usaha pembinaan yang mengarah kepada peningkatan
kemampuan mentransformasikan ilmu pengatahuan ke dalam perbuatan nyata
sesuai dengan disiplin ilmu yang ditekuninya secara konsepsional, sistematis
dan praksis untuk mencapai prestasi kerja yang maksimal sebagai perwujudan
amal shaleh.
Usaha mewujudkan ketiga aspek harus terintegrasi secara utuh sehingga kader
HMI benar-benar lahir menjadi pribadi dan kader Muslim-
Intelektual-Profesional, yang mampu menjawab tuntutan perwujudan masyarakat
adil makmur yang diridhoi Allah SWT.

BAB II
POLA DASAR TRAINING

I. Arah Training
Arah Training adalah suatu pedoman yang dijadikan petunjuk atau penuntun
yang menggambarkan arah yang harus dituju dalam keseluruhan proses
pertrainingan HMI. Arah pertrainingan sangat erat kaitannya dengan tujuan
perkaderan, dan tujuan HMI sebagai tujuan umum yang hendak dicapai HMI
yang merupakan garis arah dan titik sentral seluruh kegiatan serta usaha-usaha
HMI. Oleh karena itu, tujuan HMI merupakan titik sentral dan garis arah setiap
kegiatan perkaderan, maka ia merupakan ukuran atau norma dari semua kegiatan
HMI.
Bagi anggota, tujuan HMI merupakan titik pertemuan persamaan kepentingan
yang paling pokok dari seluruh anggota, sehingga tujuan organisasi adalah juga
merupakan tujuan setiap anggota organisasi. Oleh karenanya peranan anggota
dalam pencapaian tujuan organisasi adalah sangat besar dan menentukan.
1 . Jenis-jenis Training
1.1. Training Formal

207
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Training formal adalah training berjenjang yang diikuti oleh anggota, dan setiap
jenjang merupakan prasyarat untuk mengikuti jenjang selanjutnya. Training
formal HMI terdiri dari : Latihan Kader I (Basic Training), Latihan Kader II
(Intermediate Training), Latihan Kader Ill (Advance Training).
1.2. Training Non-Formal
Training Non-Formal adalah training (yang dilakukan dalam rangka
meningkatkan pemahaman dan profesionalisme kepemimpinan serta
keorganisasian anggota. Training ini terdiri dari PUSIDIKLAT Pimpinan HMI,
Senior Course, (Pelatihan Instruktur), Latihan Khusus KOHATI, Up-Grading
Kepengurusan, Up-Grading Kesekretariatan, Pelatihan Pengembangan Profesi,
dan lain sebagainya.

2. Tujuan Training Menurut Jenjang dan Jenis


Tujuan training perjenjang dimaksudkan sebagai rumusan sikap, pengetahuan atau
kemampuan yang dimiliki anggota HMI setelah mengikuti jenjang Latihan Kader
tertentu, yakni Latihan Kader I, II dan III. Sedangkan tujuan training menurut
jenis adalah rumusan sikap, pengetahuan dan kemampuan anggota HMI, baik
kemampuan intelektualitas maupun kemampuan keterampilan setelah mengikuti
training atau pelatihan tertentu yakni berupa training formal dan non-formal.

2.1Tujuan Training Formal


2.1.1 Latihan Kader I (Basic Training)
“Terbinanya kepribadian muslim yang berkualitas akademis, sadar akan fungsi
dan peranannya dalam berorganisasi serta hak dan kewajibannya sebagai kader
umat dan kader bangsa”.
2. 1.2. Latihan Kader II (Intermediate Training)
“Terbinanya kader HMI yang mempunyai kemampuan intlektual dan mampu
mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengemban misi
HMI”.
2.1.3. Latihan Kader III (Advance Training)
“Terbinanya kader pernimpin yang mampu menterjemahkan dan
mentransformasikan pemikiran konsepsional secara profesional dalam gerak
perubahan sosial”.

2.2. Tujuan Training Non-formal


“Terbinanya kader yang memiliki skill dan profesionalisme dalam bidang
manajerial, keinstrukturan, keorganisasian, kepemimpinan dan kewirausahaan
dan profesionalisme lainnya”.

208
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Target Training Perjenjang
3.1. Latihan Kader I
• Memiliki kesadaran menjalankan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.
• Mampu meningkatkan kemampuan akademis.
• Memiliki kesadaran akan tanggungjawab keummatan dan kebangsaan.
• Memiliki kesadaran berorganisasi.

3.2. Latihan Kader II


• Memiliki kesadaran intlektual yang kritis, dinamis, progresif, inovatif dalam
memperjuangkan misi HMI.
• Memiliki kemampuan manajerial dalam berorganisasi.

3.3. Latihan Kader III


• Memiliki kemampuan kepemimpinan yang amanah, fathanah, sidiq dan tablik
serta mampu menterjemahkan dan mentransformasikan pemikiran
konsepsional dalam dinamika perubahan sosial.
• Memiliki kemampuan untuk mengorganisir masyarakat dan
mentransformasikan nilai-nilai perubahan untuk mencapai masyarakat adil
makmur yang diridhai Allah SWT.

II. Manajemen Training


1. Metode Penerapan Kurikulum
Kurikulum yang terdapat dalam pedoman merupakan penggambaran tentang
metode dari training. Oleh sebab itu penerapan dari kurikulum adalah erat
hubungannya dengan masalah yang menyangkut metode-metode yang
dipergunakan dalam training. Demikian pula materi training memiliki
keterpaduan dan kesatuan dengan metode yang ada dalam jenjang-jenjang training.
Dalam hal ini, untuk penerapan kurikulum training ini perlu diperhatikan
beberapa aspek.
1.1. Penyusunan jadwal materi training. Jadwal training adalah sesuatu yang
merupakan gambaran tentang isi dan bentuk-bentuk training. Oleh sebab itu
perumusan jadwal training hendaknya menyangkut masalah-masalah:
• Urutan materi hendaknya dalam penyusunan suatu training perlu
diperhatikan urut-urutan tiap-tiap materi yang harus memiliki korelasi dan
tidak berdiri-sendiri (Asas Integratif). Dengan demikian materi-materi yang
disajikan dalam training selalu mengenal prioritas dan berjalan secara sistematis
dan terarah, karena dengan cara seperti itu akan menolong peserta dapat
memahami materi dalam training secara menyeluruh dan terpadu.
• Materi dalam jadwal training harus selalu disesuaikan dengan jenis dan jenjang
training.
1.2. Cara atau bentuk penyampaian materi Training. Cara penyampaian
materi-materi training adalah gabungan antara ceramah dan diskusi/dialog,
semakin tinggi tingkatan suatu training atau semakin tinggi tingkat
kematangan peserta training, maka semakin banyak forum-forum
209
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
komunikasi idea (dialog/diskusi). Suatu Materi harus disampaikan secara
diskusif, artinya instruktur bersama Master of Training berusaha untuk
memberikan kesempatan-kesempatan.
1.3. Adanya penyegaran kembali dalam pengembangan gagasan-gagasan kreatif di
kalangan anggota trainer; Forum training sebagai penyegar gagasan trainers,
sedapat mungkin dalam forum tersebut tenaga instruktur dan Master of
Training merupakan pioner dalam gagasan kreatif. Meskipun
gagasan-gagasan dan problema-problema yang di sajikan dalam forum belum
sepenuhnya ada penyelesaian secara sempurna. Untuk menghindari
pemberian materi secara indokrinatif dan absolustik maka penyuguhan
materi hendaknya ditargetkan pada pemberian alat-alat ilmu pengetahuan
secara elementer. Dengan demikian pengembangan kreasi dan gagasan lebih
banyak di berikan pada trainers.
1.4. Usaha menimbulkan kegairahan (motivasi) antara sesama unsur individu
dalam forum training; Untuk menumbuhkan kegairahan dan suasana
dinamik dalam training, maka forum semacam itu hendaknya merupakan
bentuk dinamika group. Karena itu forum training harus mampu
memberikan “challenge” dan menumbuhkan “respon” yang
sebesar-besarnya. Hal ini dapat dilaksanakan oleh instruktur, asisten
instruktur dan Master of Training.
1.5. Terciptanya kondisi-kondisi yang equal (setara) antara sesama unsur individu
dalam forum training, menciptakan kondisi equal antara segenap unsur
dalam training berarti mensejajarkan dan menyetarakan semua unsur yang
ada dalam training. Problem yang akan dihadapi adanya
kenyataan-kenyataan “kemerdekaan individu” dengan mengalami corak yang
lebih demokratis. Dengan demikian pula perbedaan secara psikologis
unsur-unsur yang ada akan lebih menipis disebabkan hubungan satu dengan
yang lainnya diwarnai dengan hubungan kekeluargaan antara senior dan
yunior.
1.6. Adanya keseimbangan dan keharmonisan antar metode training yang
dipergunakan dalam tingkat-tingkat training; keseimbangan dan
keharmonisan dalam metode training yakni adanya keselarasan tujuan HMI
dan target yang akan di capai dalam suatu training. Meskipun antar
jenjang/forum training memiliki perbedaan-perbedaan karena tingkat
kematangan peserta sendiri.

2. Kurikulum Training/Latihan Kader


2.1. Materi Latihan Kader I

JENJANG MATERI: ALOKASI


LATIHAN KADER I SEJARAH PERJUANGAN WAKTU:
HMI 8 JAM

210
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta dapat memahami sejarah dan dinamika perjuangan HMI.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


1 . Peserta dapat menjelaskan latar belakang berdirinya HMI.
2. Peserta dapat menjelaskan gagasan dan visi pendiri HMI.
3. Peserta dapat mengklafisikasikan fase-fase perjuangan HMI.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan :


1 . Pengantar Ilmu Sejarah.
1.1. Pengertian Ilmu Sejarah.
1.2. Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Sejarah.
2. Misi Kelahiran Islam.
2.1. Masyarakat Arab Pra Sejarah.
2.2. Periode Kenabian Muhammad.
2.2.1. Fase Makkah
2.2.2. Fase Madinah
3. Latar Belakang Berdirinya HMI.
3.1.Kondisi Islam di Dunia.
3.2 . Kondisi Islam di Indonesia.
3.3.Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam.
3.4.Saat Berdirinya HMI.
4. Gagasan dan Visi Pendiri HMI.
4.1.Sosok Lafran Pane.
4.2.Gagasan Pembaruan Pemikiran ke-Islaman.
4.3.Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial-budaya.
4.4. Komitmen ke-Islaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HMI.
5. Dinamika Sejarah Perjuangan HMI Dalam Sejarah Perjuangan Bangsa.
5.1. HMI Dalam Fase Perjuangan Fisik.
5.2. HMI Dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa.
5.3. HMI Dalam Fase Transisi Orde Lama dan Orde Baru.
5.4. HMI Dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa.
5.5. HMI Dalam Fase Pasca Orde Baru.

Metode :
Ceramah, tanya jawab, dan diskusi.

Evaluasi :
Memberikan test objektif/subjektif dan penugasan dalam bentuk resume.

Referensi :
1. Drs. Agus Salim Sitompul, Sejarah Perjuangan HMI(1974-1975), Bina Ilmu.
2. DR. Victor I. Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya Ditengah Gerakan
Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
3. Prof. DR. Deliar Noer, Partai Islam Dipentas Nasional, Graffiti Pers,
1984.
211
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4. Sulastomo, Hari-hari Yang Panjang, PT. Gunung Agung, 1988.
5. Agus-Salim Sitompul, Historiografi HMI, Tintamas, 1995.
6. Ramli Yusuf (ed), 50 tahun HMI mengabdi, LASPI, 1997.
7. Ridwan Saidi, Biografi A. Dahlan Ranuwiharjo, LSPI, 1994.
8. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik di Indonesia,
Mizan, 1997.
9. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Respon Cendikiawan
Muslim Masa Orde Baru, LSI 1987.
10. Muhammad Hussein Haikal, Sejarah Hidup Muhammad, LiteraAntarNusa
11. Dr. Badri Yatim, MA, Sejarah Peradaban Islam, 1, 11, 111, Rajawali Pers
12. Thomas W. Arnold, Sejarah Dakwah Islam
13. Moksen ldris Sirfefa et. Al (ed), Mencipta dan Mengabdi, PB HMI, 1997
14. Hasil-hasil Kongres HMI.
15. Sejarah KOHATI.
16. Sharsono, HMI Daiam Lingkaran Politik Umat Islam, CIIS, 1997.
17. Prof. DR. Deliar Noer, Gerakan Modern Islam Indonesia (1902-1942),
LP3ES, 1980.

JENJANG: MATERI: ALOKASI


LATIHAN KADER I KONSTITUSI HMI WAKTU:
10 JAM
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta dapat Memahami ruang lingkup konstitusi.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Peserta dapat menjelaskan ruang lingkup konstitusi HMI dan hubungannya
dengan pedoman pokok organissi lainnya.
2. Peserta dapat mempedomani konstitusi HMI dan pedoman-pedoman pokok
organisasi dalam kehidupan berorganisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengantar Ilmu Hukum.
1.1.Pengertian dan Fungsi Hukum.
1.2.Hakekat Hukum.
1.3.Pengertian Konstitusi dan arti pentingnya dalam organisasi.
2. Ruang lingkup Konstitusi HMI.
2.1. Makna Mukaddimah AD HMI.
2.2. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam.
2.3. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga HMI.
2.3.1. Masalah keanggotaan.
2.3.2. Masalah Struktur Kekuasaan.
2.3.3. Masalah Struktur Kepemimpinan.
3. Pedoman-pedoman Dasar Organisasi.

212
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3.1. Pedoman Perkaderan.
3.2. Pedoman KOHATI.
3.3. Pedoman Lembaga Pengembangan Profesi.
3.4. Pedoman Atribut HMI.
3.5. GPPO dan PKN.
4. Hubungan Konstitusi AD dan ART dengan pedoman-peoman Organisasi
lainnya.

Metode :
Ceramah, studi kasus, diskusi, seminar, dan tanya jawab.

Evaluasi :
Melaksanakan test Objektif/subjektif dan penugasan.

Referensi :
1. Hasil-Hasil Kongres.
2. Zainal Abidin Ahmad, Piagam Muhammad, Bulan Bintang, t.t.
3. Prof. DR. Mukhtar Kusumatmadja, SH, LMM dan DR. B. Sidharta, SH,
Pengantar Ilmu Hukum; Suatu pengenalan Pertama berlakunya Ilmu
Hukum, Penerbit Alumni, Bandung, 2000.
4. Prof. Chainur Arrasjid, SH. Dasar-dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika,
Jakarta, 2000.
5. UUD 1945 (untuk perbandingan)
6. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :


LATIHAN KADER I MISSION HMI 8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami Mission HMI dan hubungannya dengan status, sifat,
asas, tujuan, fungsi dan peran organisasi HMI secara intergral.

Tujuan Pembelajaran Khusus


2. Peserta dapat menjelaskan fungsi dan peranannya sebagai mahasiswa.
3. Peserta dapat menjelaskan tafsir tujuan HMI.
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat fungsi dan peran HMI.
5. Peserta dapat menjelaskan hubungan Status, Sifat, Asas, Tujuan, Fungsi dan
Peran HMI secara integral.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Makna HMI sebagai Organisasi Mahasiswa.
1.1. Pengertian Mahasiswa.
1.2. Mahasiswa sebagai Inti Kekuatan Perubahan.
1.3. Dinamika Gerakan Mahasiswa.
213
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Hakikat keberadaan HMI.
2.1. Makna HMI sebagai organisasi yang berasaskan Islam.
2.2. Makna Independensi HMI.
3. Tujuan HMI.
3.1. Arti insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam.
3.2. Arti masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.
4. Fungsi dan peran HMI.
4.1. Pengertian Fungsi HMI sebagai organisasi kader.
4.2. Pengertian peran HMI sebagai organisasi perjuangan.
4.3. Totalitas fungsi dan peran sebagai perwujudan dari tujuan HMI.
5. Hubungan antara azas, tujuan, status, sifat, fungsi dan peran HMI secara
Integral.

Metode :
Ceramah, diskusi, tanya jawab, dan permainan peran.

Evaluasi :
Test Partisipatif, Test Objektif/subjektif dan penugasan.

Referensi :
1. Ade Komaruddin dan Muchhrijin Fauzi (ed) HMI Menjawab Tantangan
Zaman, PT. Gunung Kelabu, 1992.
2. Asghar Ali Engginer, Islam dan Theologi Pembebasan, Pustaka Pelajar
1999.
3. Ali Syari’ati, Ideologi Kaum Intelektual: Satuan Wawasan Islam, Mizan
1992.
4. M. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Indonesia, Mizan,
1997.
5. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus.
6. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga HMI.
7. Ramli H.HM Yusuf (ed), Lima Puluh Tahun HMI Mengabdi Republik,
LASPI, 1997.
8. Dr. Fiktor Imanuel Tanja, HMI sejarah dan Kedudukannya di tengah
kedudukan Muslim Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1982.
9. Referensi Lain Yang Relevan.

JENJANG : MATERI : ALOKASI


LATIHAN KADER I NILAI DASAR PERJUANGAN WAKTU :
NDP (HMI) 14 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami latar belakang perumusan dan kedudukan NDP serta
substansi materi secara garis besar dalam organisasi.
214
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan Pembelajaran Khusus
1. Peserta dapat menjelaskan sejarah perumusan NDP dan kedudukannya dalam
organisasi.
2. Peserta dapat menjelaskan hakikat sebuah kehidupan.
3. Peserta dapat menjelaskan hakikat kebenaran.
4. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan alam semesta.
5. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia.
6. Peserta dapat menjelaskan hakikat masyarakat.
7. Peserta dapat menjalankan hubungan antara iman, ilmu dan amal.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1.Sejarah perumusan NDP dan kedudukan NDP dalam organisasi HMI.
1.1 Pengertian NDP.
1.2 Sejarah Perumusan dan lahirnya NDP.
1.3 NDP sebagai kerangka Global Pemahaman Islam dalam konteks
organisasi HMI.
1.4 Hubungan antara NDP dan Mision HMI.
1.5 Metode pemahaman NDP, penjelasan hubungan antara iman, ilmu dan
amal.
2. Garis besar Materi NDP.
2.1 Hakikat Kehidupan.
2.1.1 Analisa Kebutuhan Manusia.
2.1.2 Mencari kebenaran sebagai kebutuhan dasar manusia.
2.1.3 Islam sebagai sumber kebenaran.
2.2 Hakikat Kebenaran.
2.2.1 Konsep Tauhid La Ila Ha Illallah.
2.2.2 Eksistensi dan sifat-sifat Allah.
2.2.3 Rukun Iman sebagai upaya mencari kebenaran.
2.3 Hakikat Penciptaan Alam Semesta.
2.3.1 Eksistensi Alam.
2.3.2 Fungsi dan Tujuan Penciptaan Alam.
2.4 Hakikat-hakikat penciptaan Manusia.
2.4.1 Eksistensi Manusia dan Kedudukannya diantara mahkluk lainnya.
2.4.2 Kesetaraan dan kedudukan manusia sebagai khalifah dimuka bumi.
2.4.3 Manusia sebagai hamba Allah.
2.4.4 Fitrah, kebebasan dan tanggung jawab manusia.
2.5 Hakikat Masyarakat.
2.5.1 Perlunya menegakkan keadilan dalam masyarakat.
2.5.2 Hubungan Keadilan dan Kemerdekaan.
2.5.3 Hubungan Keadilan dan Kemakmuran.
2.5.4 Kepemimpinan untuk menegakkan keadilan.
2.6 Hakikat Ilmu.
2.6.1 Ilmu sebagai jalan mencari kebenaran.
2.6.2 Jenis-jenis Ilmu.
3 Hubungan antara Iman, Ilmu dan Amal.

215
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Metode :
Ceramah, diskusi, dan tanya jawab.

Evaluasi :
Test objektif/subjektif, penugasan dan membuat kuisoner.

Referensi :
1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.
2. Ali Syari'ati, Ideologi Kaum Intelekstual, Suatu Wawasan Islam, Mizan, 1992.
3. --------------, Tugas Cendikiawan Muslim, Srigunting, 1995.
4. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pustaka Pelajar, 1999.
5. -------------------------, Islam dan Pembebasan, LKIS, 1993.
6. A. Syafii Ma'arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985.
7. Hasan Hanafi, Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M, 1992.
8. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, LKIS, 1995.
9. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
10. Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (pokok).
11. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI :
LATIHAN KADER I KEPEMIMPINAN DAN ALOKASI
MANAJEMEN WAKTU: 8 JAM
ORGANISASI

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami pengertian, dasar-dasar, sifat dan fungsi kepemimpinan,
manajemen dan organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu menjelaskan pengertian, dasar-dasar sifat serta fungsi
kepemimpinan.
2. Peserta mampu menjelaskan pentingnya fungsi kepemimpinan dan
manajemen dalam organisasi.
3. Peserta dapat menjelaskan dan mengapresiasikan karakteristik kepemimpinan
dalam Islam.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pengertian, tujuan dan fungsi kepemimpinan, manajemen dan organisasi.
2. Karakteristik kepemimpinan.
2.1. Sifat-sifat Rasul sebagai etos kepemimpinan.
2.2. Tipe-tipe kepemimpinan.
2.3. Dasar-dasar manajemen.
2.4. Unsur manusia dalam manajemen.
216
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.5. Model-model manajemen.
3. Organisasi sebagai alat perjuangan.
3.1. Teori-teori organisasi.
3.2. Bentuk-bentuk organisasi.
3.3. Struktur organisasi.
4. Hubungan antara kepemimpinan, manajemen dan organisasi.

Metode :
Ceramah, diskusi, tanya jawab, studi kasus dan simulasi.

Evaluasi :
Test Partisipatif dan test objektif/subjektif.

Referensi :
1. Amin Wijaya T, Manajemen Strategik, PT. Gramedia, 1996.
2. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam manajemen, Rajawali Pers, 1995.
3. Dr. Ir. S.B. Lubis & Dr. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu
Pendekatan Makro, Pusat studi antar Universitas Ilmu-ilmu sosial Universitas
Indonesia, 1987.
4. James. L. Gibson, Kepemimpinan dan Manajemen, Erlangga, 1986.
5. J. Salusu, Pengembangan Keputusan Strategik, Gramedia, 1986.
6. Mifta Thoha, Kepemimpinan dan Manajemen, Rajawali Pers, 1995.
7. Nilai Dasar Perjuangan HMI.
8. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (sari manajemen), Erlangga, 1985.
9. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990.
10. Dan referensi lain yang relevan.

2.2. Materi Latihan Kader II (intermediate Training)

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU


LATIHAN TEORI-TEORI TENTANG :
KADER II PERUBAHAN SOSIAL
8 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami dan menjelaskan perspektif Islam tentang perubahan
sosial.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat menjelaskan teori-teori perubahan sosial.
2. Peserta dapat menjelaskan dan merumuskan konsepsi Islam tentang
perubahan sosial.

217
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Teori-teori perubahan sosial.
1.1. Teori Evolusi.
1.2. Teori Konflik Sosial.
1.3. Teori Struktural-Fungsional.
1.4. Teori Moderniasi.
1.5. Teori Depedensi.
1.6. Teori Sistem Dunia.
1.7. Paradigma People Centered Development.
2. Konsepsi Islam tentang Perubahan Sosial.
2.1. Paradigma Teologi Transformasi.
2.2. Paradigma Ilmu Sosial Profetik.
2.3. Paradigma “Islam Kiri”.

Metode :
Ceramah, diskusi, studi kasus.

Evaluasi :
Test Objektif/Subjektif, penugasan dengan menganalisa kasus sosial.

Referensi :
1. Al-Qur’an dan terjemahannya, Departemen Agama.
2. Anthony Giddens, Jalan Ketiga: Pembaharuan Demokrasi Sosial, PT.
Gramedia Pustaka Utama, 2000.
3. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pusataka Pelajar, 1999.
4. -------------------------, Islam dan Pembebasan, LKIS, 1993.
5. A. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985.
6. David. C. korten, Menuju Abad ke-21 : Tindakan sukarela dan Agenda Global,
Yayasan Obor Indonesia dan Pustaka Sinar Harapan, 1993.
7. Doyle Paul Johnson, Teori Sosiologi-II, PT Gramedia, 1986.
8. Hasan Hanafi, Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M, 1992.
9. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, LKIS, 1995.
10. Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial : Reformasi atau Revolusi, Rosda Karya,
1999.
11. Jalalludin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
12. Maksum (ed), Mencari Ideologi Alternatif: Polemik Agama Pascaideologi
Menjelang Abad 21, Mizan, 1994.
13. Max Weber, Etika Prostestan dan semangat kapitalisme, Pustaka Promethea,
2000.
14. Muhadi Sugiono, Kritik Antonio Gramci terhadap Pembangunan Dunia
Ketiga, Pustaka Pelajar, 1999.
15. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformatif, Pustaka Firdaus, 1997.
16. Roger Simon, Gagasan Politik Gramci, Pustaka Pelajar 1999.
17. Suwarsono & Alvin Y. So, Perubahan Sosial dan Pembangunan, (Edisi Revisi),
LP3ES, 2000.

218
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
18. Robert H. Lauer, Perspektif tentang Perubahan Sosial, Bina Aksara, 1989.
19. Tom Cambell, Tujuh Teori Sosial : Sketsa, Penilaian, Perbandingan, Kanisius,
1994.
20. Reverensi lain yang relevan.

JENJANG : LATIHAN MATERI : ALOKASI


KADER II PENDALAMAN MISSION HMI WAKTU :
10 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta mampu memahami, menganalisa dan menformulasikan prospek dan
tantangan Missi HMI secara utuh dalam dinamika perubahan Sosial.

Tujuan Pernbelajaran Khusus


1. Peserta dapat menjelaskan dan merumuskan permasalahan HMI secara
Internal dalam menjalankan missi HMI.
2. Peserta dapat mengidentifikasi dan merumuskan prospek dan tantangan HMI
di masa akan datang.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Posisi dan Keluasan peran HMI.
1.1.Posisi dan Peran HMI dalam Dinamika Kemahasiswaan.
1.2.Posisi dan Peran HMI dalam Dunia Kepemudaan.
1.3.Posisi dan Peran HMI dalam Dimensi Sejarah Kehidupan Bangsa dan
Negara.
2. Permaslahan-permasalahan HMI.
2.1.Permasalahan HMI dalam Menjalankan Fungsinya.
2.2.Permasalahan HMI dalam Menjalankan Perannya.
2.3.Permasalahan HMI dalam Mengembangkan missinya.
3. Prospek dan Tantangan HMI di Masa Datang.
3.1. Prospek dan Tantangan HMI dalam Dunia Kemahasiswaan.
3.2.Prospek dan Tantangan HMI Dalam Dunia Kepemudaan.
3.3.Prospek dan Tantangan HMI dalam Perubahan Sosial.
3.4.Prospek dan Tantangan HMI dalam Pengembangan Organisasi.
4. Prospek dan Tantangan HMI dalam Dunia Global.

Metode :
Diskusi, tanya jawab, dan simulasi kelompok.

Evaluasi:
Test objektif/Subjektif.

Referensi :
1. AD dan ART HMI serta Pedornan Organsasi lainnya.
2. Nilai Dasar Perjuangan HMI.
219
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Agus Salim Sitompul, Pemikiran HMI dan Relevansinya Dalam Pembangunan
Nasional, Bina Ilmu, 1986.
4. Ali Syari'ati, Ideologi Kaum Intelektual: Suatu Wawasan Islam, Mizan, 1992.
5. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pustaka Pelajar, 1999.
6. BJ. Balon, Pergumulan Islam di Indonesia 1945-1972, Grafika Pers, 1985.
7. Crisbianto Wibisono, Pemuda dalam Dinamika Sejarah Bangsa, Sekretariat
Menpora RI, 1986.
8. Deliar Noer, Partai Islam di Pentas Nasional, Grafiti Pers, 1984.
9. Fachri Ali dan Bakhtiar Effendi, Merambah Jalan Baru Islam, Mizan 1986.
10. Francois Railon, Politik dan Ideologi Mahasiswa Indonesia, LP3ES 1985.
11. Jalaluddin Rakhmat, Rekayasa Sosial: Reformasi atau Revolusi? Rosdakarya,
1999.
12. M. Dawam Raharjo, Intelektual, Integensia dan Prilaku Politik Bangsa, Mizan
1992.
13. Muhammad Kamal Hasan, Modernisasi Indonesia, Lingkaran Studi Indonesia,
1987.
14. Moeslim Abdurrahman, Islam Transformartif, Pustaka Firdaus, 1997.
15. Ridwan Saidi, Mahasiswa dan Lingkaran Politik, Mappusy, Ul 1989.
16. Rusli Karim, HMI MPO Dalam Pergulatan Politik Islam Indonesia, Mizan,
1997.
17. Victor Immanuel Tanja, HMI, dan Kedudukannya di Tengah Gerakan Muslim
Pembaharu Indonesia, Sinar Harapan, 1987.
18. Literatur lain yang relevanktif dan penugasan dalam bentuk makalah
kelompok.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :


LATIHAN PENDALAMAN NILAI 12 JAM
KADER II DASAR
PERJUANGAN (NDP-HMI)

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami dan mengaplikasikan Nilai Dasar Perjuangan HMI.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat merumuskan essensi ajaran tentang kemasyarakatan.
2. Peserta dapat menjelaskan essensi ajaran Islam tentang tugas Khalifahan.
3. Peserta dapat merumuskan essensi ajaran Islam tentang keadilan Sosial
dan Ekonomi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Essensi ajaran Islam tentang Khalifah Fil-Ardh.
1.1. Hakekat Fungsi dan Peran Manusia di Dunia.
1.2. Hak dan Tanggung Jawab Manusia di Dunia.
220
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Essensi ajaran Islam tentang Kemasyarakatan.
2. 1. Islam sebagai Ajaran Rahmatan Lil 'alamin.
2.2. Dasar-dasar Islam tentang Kemasyarakatan.
3. Essensi ajaran Islam tentang Keadilan Sosial dan Keadilan Ekonomi.
3.1. Hakekat Keadilan dalam Islam.
3.2.Konsep Keadilan Sosial dalam Islam.
3.3. Konsep Keadilan Ekonomi.

Metode :
Ceramah, Dialog, Studi Kasus dan Diskusi Kelompok.

Evaluasi:
Pemandu memberikan Test Objektif/ Subjektif dan Resume Studi Kasus.

Referensi :
1. Al-Qur'an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI.
2. Ali Syari'ati, Ideologi Kaum Intelekstual, Suatu Wawasan Islam, Mizan, 1992.
3. --------------, Tugas Cendikiawan Muslim, Srigunting, 1995.
4. Asghar Ali Engineer, Islam dan Teologi Pembebasan, Pustaka Pelajar, 1999.
5. -------------------------, Islam dan Pembebasan, LKIS, 1993.
6. A. Syafii Ma'arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1985.
7. Hasan Hanafi, Ideologi, Agama dan Pembangunan, P3M, 1992.
8. Kazuo Shimogaki, Kiri Islam, LKIS, 1995.
9. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
10. Nilai-nilai Dasar Perjuangan HMI (pokok).
11. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :


LATIHAN IDEOPOLITOR, STRATEGI DAN 10 JAM
KADER II TAKTIK

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memiliki wawasan dan mampu menganalisa tentang perkembangan
ideologi dunia, dan penerapan strategi taktik.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta mampu memahami dan menganalisis perkembangan Ideologi Dunia
dan Pengaruhnya terhadap Perubahan Sosial.
2. Peserta dapat menerapkan keterkaitan ideologi dan strategi taktik dalam
menjalankan missi organisasi.

221
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Perbandingan Mahzab Ideologi Dunia.
1.1. Marxisme.
1.2. Liberalisme.
1.3. Sosialisme.
1.4. Kapitalisme.
1.5. Nasionalisme.
1.6. Komunisme.
2. Ideologi dan Perubahan Sosial.
2.1. Ideologi dan Sistem Ekonomi.
2.2. Ideologi dan Sitem Politik.
2.3. Ideologi dan Sistem Sosial.
2.4. Ideologi dan Sistern Budaya.
3. Etika Relegius dan Perubahan sosial.
4. Peran Stratak sebagai Alat Perjuangan Organisasi.

Metode :
Ceramah, diskusi, dialog dan simulasi.
Evaluasi :
Test Subjektif, Test Objektif, Case Study dan Resume.

Referensi :
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI.
2. Alija Ali Izetbegovic, Membangun Jalan Tengah, Mizan 1992.
3. Karl Menheim, Ideologi dan Utopia, Kanisius, 1993.
4. Zbigniev Brezinki, Kegagalan Besar: Muncul dan Runtuhnya Komunisme dalam
Abad ke-21, Remajz Rosdakarya, 1990.
5. Murthada Mutthahari, Perspektif al-Qur'an tentang Masyarakat dan Sejarah,
Mizan, 1986.
6. M. Amin Rais, Islam antara Kita dan Fakta, Mizan 1986.
7. Jorge Larrain, Konsep Ideologi, LKPSM, 1996.
8. Stanislav Andreski, Max Weber: Kapitalisme Birokrasi dan Agama, Tiara
Wacana, 1989.
9. Hanafi Hasan, Agama, Ideologi dan Pembangunan, P3M, 1991.
10. Roger Garaudy, Mencari Agama Abad 21, Bulan Bintang, 1986.
11. “Agama dan Tantangan Jaman” (Kumpulan Prisma), LP3ES, 1984.
12. Ali Syari'ati, Kritik Islam atas Marxisme dan Sesat Fikir Barat Lainnya, Mizan
1985.
13. --------------, Ideologi Kaum Intelektual, Mizan, 1992.
14. Frans Magnis Suseno, Karl Marx, Gramedia, 1998.
15. Tan Malaka, Madilog, Teplok Press, 1999.
16. Fachri Ali, Islam, Ideologi Dunia dan Dominasi Struktur, Mizan, 1985.
17. Nurkholis Madjid, Islam, Doktrin dan Peradaban, Paramadina, 1995.
18. Anthony Gidden, The Third Way dalam Ketiga Pembaruan Demokrasi, PT.
Gramedia, Pustaka Utama, Jakarta, 2000.
222
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
19. Maksum (ed). Mencari Ideologi Alternatif : Polemik Agama Pasca Ideologi
Menjelang Abad-21, Mizan, 1994.
20. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :


LATIHAN KADER KEPEMIMPINAN DAN 8 JAM
II MANAJEMEN ORGANISASI

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami dan memiliki Kedalaman pengatahuan tentang
Kepemimpinan dan Manajemen Organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta memiliki kedalaman Pengatahauan dalam kepemimpinan, manajemen
dan organisasi.
2. Peserta dapat merumuskan serta merencanakan langkah-langkah pelaksanaan
Manajemen Organisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pendalaman Kepemimpinan.
1.1. Posisi, Fungsi dan Peran Pemimpin dalam Manajemen.
1.1.1. Pengembangan Kepemimpinan dalam Problem Solving.
1.1.2. Aspek Komunikasi Sosial (human relation)
2. Pendalaman Manajemen.
2.1. Aspek Perencanaan
2.1.1. Teknik Perumusan Masalah.
2.1.2. Analisis SWOT.
2.2.Pelaksanaan dan Pengendalian.
2.2.1. Teknik-teknik Pengendalian.
2.2.2. Analisis Lingkungan Organsasi.
3. Manajemen Strategik.
3.1. Aplikasi Strategi dan Taktik dalam Kepemimpinan.
3.2. Aplikasi Strategi dan Taktik dalam Organisasi.

Metode :
Ceramah, Diskusi, dan Studi Kasus.

Evaluasi :
Test Objektif/Subjektif dan Analisis Kasus.

Referensi :
1. Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan, PT. Pantja Simpati, 1992.
2. ----------------, Kejutan dan Gelombang, PT Pantja Simpati, 1987.
223
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. -----------------, Kejutan dan Masa Depan, PT Pantja Simpati, 1987.
4. Alfian, Pemikiran dan Perubahan Politik Indonesia, Gramedia, 1996.
5. Amin Wijaya T. Manajemen Strategik, PT. Ramedia, 1996.
6. Cristianto Wibisono, Pemuda dan Dinamika Sejarah Perjuangan Bangsa,
Menpora, 1986.
7. Charles J. Keating, Kepemimpinan dalam Manajemen, Rajawali Pers,
1995.
8. DR.Ir. S.B. Hari Lubis & DR. Martani Hoesaini, Teori Organisasi: Suatu
Pendekatan Makro, Pusat Studi Antar Universitas I1mu-ilmu Sosial Universitas
Indonesia, 1987.
9. James L. Gibson, Organisasi dan Manajemen, Erlangga, 1986.
10. J. Salusu, Pengembangan Keputusan Strategik, Gramedia, 1986.
11. Miftah Thoha, Kepemimpinan dan Manajemen, Rajawali Pers, 1995.
12. Nilai Dasar Perjuangan HMI.
13. Richard M. Streers, Efektifitas Organisasi, (seri manajemen), Erlangga, 1985.
14. Winardi, Kepemimpinan Manajemen, Rineka Cipta, 1990.
15. Dan referensi lain yang relevan.

2.3. Materi Latihan Kader-III (Advance Training)


Dalam penentuan materi Latihan Kader-III selain materi lanjutan, seperti
Pendalaman NDP,Pendalaman Mission HMI, Kepemimpinan dan Manajemen
Organisasi serta Wawasan Internasional, materi pokok lainnya yang sangat
penting disajikan adalah materi yang mampu memunculkan teori-teori dan
metodologi pernecaahan masalah-masalah sosial, ekonomi, politik, hukum dan
budaya yang berkembang di tengah masyarakat. Kekayaan teori dan metodologi,
menjadi titik perhatian utama. Sehingga melalui LK III peserta dapat menemukan,
memahami dan memecahkan problem-problem sosial, baik ekonomi, politik,
hukum dan budaya. Karenanya penyusunan materi LK-III sangat terkait pada
persoalan sosial, kebangsaan dan keummtan kekinian. MisaInya, Teori dan
Metodelogi Membangun Masyarakat yang Demokratis, sangat dibutuhkan. Begitu
juga dengan problem budaya, ekonomi dan sosial lainnya.
Oleh karena itu, dalam penentuan materi, kemampuan dan peran Panitia
Pengarah menjadi sangat penting dalam menemukan masalah yang menjadi pokok
materi serta tujuan dan target capaian materi.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WKTU :


LATIHAN KADER III PENDALAMAN NILAI DASAR 12 JAM
PERJUANGAN (NDP-HMI)

224
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan Pembelajaran Umum
Peserta memiliki kedalaman wawasan serta aplikasi Nilai Dasar Perjuangan dalam
konteks berbangsa, bernegara dan perubahan sosial.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta dapat memahami serta mengaplikasikan Nilai Dasar Perjuangan dalam
konteks kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. Peserta mampu merumuskan gagasan alternatif tentang problematika
hubungan ajaran Islam dengan perubahan Sosial.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Pandangan Islam tentang kehidupan berbangsa dan bernegara.
1.1. Makna Piagam Jakarta.
1.2. Perkembangan Pemikiran Islam tentang Konsep Kenegaraan.
1.3. Perkembangan pemikiran Islam tentang Konsep Ummah.
2. Islam dan perubahan Sosial.
2.1. Perkembangan pemikiran tentang fungsi agama.
2.2. Perkembangan pemikiran tentang hubungan agama dan perubahan
sosial.
2.3. Perkembangan pemikiran tentang konsep Islam dan masalah sosial,
politik, ekonomi dan budaya.

Metode :
Ceramah, Diskusi dan Tutorial.

Evaluasi:
Test Subjektif, Test Objektif, Case Study dan Resume.

Referensi :
1. Nilai Dasar Perjuangan HMI.
2. Tafsir Al-Qur'an Departemen Agama RI.
3. Dr. Marchel A. boisard, Humanisme Dalam Islam, Bulan Bintang 1982.
4. Dr. Fazlur Rahman, Membuka Pintu ljtihad, Pustaka Salman, 1984.
5. ----------------------------, Islam Modernis: Tentang Transformasi Intelektual, Pustaka
Salman, 1985.
6. Nurkholis Madjid, Islam Kemodernan dan Keindonesiaan, Mizan, 1987.
7. ----------------------, Islam, Doktrin dan Peradaban, Peramadina, 1995.
8. ----------------------, Islam Agama Peradaban, Paramadina, 1995.
9. ----------------------, Islam Agama Kemanusiaan, Peramadina ,1997.
10. ----------------------, Masyarakat Relegius, Paramadina, 1995.
11. Masdar F. Mas’udi, Agama Keadilan : Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, P3M,
1993.
12. Alvin Toffler, Kejutan dan Gelombang , PT. Panjta Simpati, 1989.
13. ----------------, Kejutan Masa Depan, PT. Panjta Simpati, 1989.
14. Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan, PT. Panjta Simpati, 1992.
15. Ziuddin Sardar, Rekayasa Masa Depan Peradaban Muslim, Mizan, 1986.
225
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
16. Taufik Adnan Amal, Islam dan Tantangan Moderenitas: Studi Atas Pemikiran
Hukum Fazlur Rahman, Mizan, 1989.
17. Alija Ali Izetbegozic, Membangun Jalan Tengah, Mizan, 1992.
18. Abdulaziz A. Sachedina, Kepemimpinan dalam Islam Perspektif Syiah, Mizan,
1991.
19. Budhy Munawar Rahman, (ed) Kontekstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah,
Paramadina, 1995.
20. Donald Eugene Smith, Agama dan Modernisasi Politik, Rajawali Pers, 1985.
21. Hasan Hanafi, Agama, Ideologi dan Pembangunan, P3M, 1991.
22. M. Dawam Raharjo, Ensiklopedia Al-Qur’an, Paramadina, 1996.
23. Dr. Syafi’i Ma’arif, Islam dan Masalah Kenegaraan, LP3ES, 1995.
24. Dr. Nabil Subdhi Ath-Thawil, Kemiskinan dan Keterbelakangan di Negara-
negara Muslim, Mizan, 1982.
25. Dr. Kuntowijoyo, Identitas Politik Umat Islam Indonesia, Mizan, 1995.
26. Jalaluddin Rakhmat, Islam Alternatif, Mizan, 1987.
27. Aswab Mahasin, (ed), Ruh Islam dalam Budaya Bangsa, Yayasan Festifal
Istiqlal, 1996.
28. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI : ALOKASI WAKTU :


LATIHAN KADER III PENDALAMAN MISSION 12 JAM
HMI

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami tentang permasalahan intern dan ekstern organisasi serta
mampu mengembangkan organisasi.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta memiliki kemampuan analisis dan mengidentifikasi tentang
permasalahan intern dan ekstern organisasi.
2. Peserta mampu mengembangkan pemikiran alternatif tentang problem
pengembangan organisasi HMI.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Perkembangan Lingkungan Internasional dan dampaknya bagi HMI.
2. Permasalahan Intern organisasi HMI.
2.1. Permasalahan Perkaderan.
2.2. Permasalahan Kemampuan Organisasi.
2.3. Permasalahan Kepemimpinan.
2.4. Permasalahan Partisipasi dan Pembangunan.

226
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Metode :
Ceramah, Diskusi, dan Tutorial.

Evaluasi:
Test Subjektif, Test Objektif, Case Study dan Resume.
Referensi :
1. Dr. Victor Immanuel Tanja, HMI, Sejarah dan Kedudukannya di Tengah
Gerakan Muslim Pembaharu, Sinar Harapan, 1982.
2. Dr. Agus Salim Sitompul, Pemikiran HMI, dan Relevansinya dengan
Pembangunan Nasional, Bina Ilmu, 1986.
3. Dr. Moh. Kamal Hassan, Modernisasi Indonesia, bina Ilmu, 1987.
4. BJ. Bolland, Pergumulan Islam di Indonesia, 1945-1972, Graffiti Pers, 1985.
5. Cristianto Wibisono, Pemuda dan Dinamika Sejarah Perjuangan Bangsa,
Menpora, 1987.
6. AD HMI, ART HMI dan pedoman-pedoman lain.
7. Drs. Ridwan Saidi, Pembangunan Politik, dan Politik Pembangunan, Pustaka,
Panjimas, 1983.
8. --------------------------, Mahasiswa dan Lingkaran Politik, Mappusy, 1988.
9. Awad Bahasuan, Arah Baru Islam: Suara Angkatan Muda, Prisma, No Ekstra,
1984.
10. Dr. Kuntowijoyo, Dinamika Sejarah Umat Islam, Salahuddin Pers, 1985.
11. --------------------, Paradigma Islam, Mizan, 1991.
12. --------------------, Identitas Politik Umat Islam Indonesia, Mizan, 1995.
13. Djohan Effendi dan Ismail Natsir, Pergolakan Pemikiran Islam, (Catatan
Harian Ahmad Wahib), LP3ES, 1982.
14. M. AS. Hikam, Demokrasi dan Civil Society, LP3ES, 1997.
15. M. Dawam Raharjo, Intelektual, Intelegensi dan Perilaku Politik Bangsa, Mizan.
1993.
16. Ramli HM, Yusuf (ed). 50 Tahun HMI mengabdi Republik, LASPI, 1997.
17. Juwono Sudarsono, Politik Ekonomi dan Strategi, Gramedia, 1995.
18. Didin S. Damanhuri, Ekonomi Politik, Agenda abad ke-21, Sinar Harapan,
1996.
19. Mansour Fakih, Masyarakat Sipil Untuk Transformasi Sosial, Pustaka Pelajar,
1996.
20. Alvin Toffler, Pergeseran Kekuasaan, Panjta Simpati, 1992.
21. Jhon Naisbit, Global Paradoks, Bina Rupa Aksara, 1994.
22. Literatur lainnya yang relevan.

JENJANG : MATERI: ALOKASI


LATIHAN KADER III KEPEMIMPINAN DAN WAKTU :
MANAJEMEN ORGANISASI 10 JAM

227
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan Pembelajaran Umum :
Peserta dapat memahami aspek teori dan praktek pengambilan keputusan
organisasi dan mengembangkan model-model kepemimpinan.

Tujuan Pembelajaran Khusus :


1. Peserta dapat menguasai teori pengambilan keputusan dan mampu
menerapkan, baik dalam organisasi profesional maupun organisasi
kemasyarakatan.
2. Peserta mampu mengembangakan dan memproyeksikan model-model
kepemimpinan nasional dalam praktek kenegaraan.

Pokok Bahasan/Sub pokok Bahasan


1. Teori dan Praktek Pengambilan Kaputusan.
1.1. Pengambilan Keputusan dalam kepemimpinan dan manajemen
organisasi.
1.2. Teori-teori pengambilan keputusan.
1.3. Praktek nyata dalam organisasi profesional dan organisasi sosial
kemasyarakatan.
1.4. Beberapa hambatan kultural dan struktural.
2. Pengembangan model kepemimpinan bangsa dimasa depan.
2.1. Masalah Ipoleksusbud dan pengaruhnya terhdap karakteristik
kepemimpinan bangsa.
2.2. Pola rekruitmen kepemimpinan bangsa dan masalahnya.
2.3. Tipologi Kepemimpinan bangsa dan masalanya.
2.4. Beberapa alternatif Kepemimpinan Nasional.
2.5. Kualitas-kualitas yang diperlukan dalam Kepemimpinan Nasional.

Metode :
Ceramah, Diskusi, Simulasi dan Studi Kasus.

Evaluasi :
Test Subjektif, Test Objektif, Case Study dan Resume.

Referensi :
1. Prajudi Atmosudirdjo, Pengambilan Keputusan, Ghalia Indonesia, 1987.
2. Sondan P. Siagian, Sistem Informasi untuk Pengambilan Keputusan, Gunung
Agung,1988.
3. Andrew A. Danajaya, Sistem Nilai Manajer Indonesia, PPM, 1986.
4. Marbun (ed), manajemen dan Kewirausahaan Jepang, PPM, 1986.
5. Robert Van Niel, Munculnya elit Modern Indonesia, Pustaka Jaya, 1983.
6. Prisma, “Peralihan Generasi: Siapa Mengganti Siapa? No. 2, 1980.
7. Buchari Zainun, Manajemen dan Motivasi, Balai Aksara, 1981.
8. KJ. Radford, Analisis Keputusan Manajemen, Erlangga, 1984.
9. Max Weber, The Theory Of Social and Economic Organization, Oxford
University Press, 1947.
228
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
10. Herbet A. Simon, Perilaku Administrasi, Suatu Studi Tentang Proses
Pengambilan Keputusan dalam Organisasi Administrasi, Bina Aksara,
1982.
11. ----------------------, The New Science of Management Decision, Prenticc Hall,
1977.
12. Igor H. Insoff, From Strategis Planning to Strategis Management, Jhon Wiley
& Sons, 1976.
13. ----------------------, Strategic Management, Jhon Wiley Sons, 1981.
14. Charles J Keating, Kepemimpinan : Teori dan Pengembangannya, Kanisius,
1997.
15. Literatur lain yang relevan.

JENJANG : MATERI: ALOKASI


LATIHAN KADER III WAWASAN WAKTU :
INTERNASIONAL 10 JAM

Tujuan Pembelajaran Umum


Peserta dapat memahami dan menganalisa permasalahan Internasional.

Tujuan Pembelajaran Khusus


1. Peserta memiliki kemampuan analisis tentang perkembangan dunia
Internasional.
2. Peserta memiliki kemampuan analisis dan mengindentfikasi tentang
perkembangan dunia Internasional dan pengaruhnya terhadap pernbangunan
Indonesia.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Dasar-dasar kebijaksanaan politik luar negeri Indonesia.
1.1. Sejarah diplomasi modern Indonesia.
1.2. Politik luar negeri bebas aktif dan lingkungan strategis Konsentrik.
1.2.1. lndonesia dan ASEAN.
1.2.2. Indonesia dan GNB.
1.2.3. Indonesia dan Dunia Islam (OKI).
1.2.4. Indonesia dan PBB.
2. Dinamika hubungan ekonomi antar bangsa.
2.1. Kecenderungan integrasi ekonomi Internasional.
2.1.1. Liberalisasi perdagangan dan investasi.
2.1.2. Organisasi perdagangan dunia.
2.2. Regionalisasi kerjasama ekonomi.
2.2.1. European Economic Community (MEE).
2.2.2. NAFTA (Nort American Free Trade Area).
2.2.3. AFTA ( Asean Free Trade Area).
2.2.4. APEC (Asean Pasific Economi Corporation).
2.2.5. Sub Region Economic Growth.
2.2.5.1. SIJORI (Singapura, Johor dan Riau).
229
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.2.5.2. IMT GT (Indonesia, Malaysia and Thailand Growth
Tringle).
2.2.5.3. BINP EAGA (Brunei Darusalam, Malaysia, Indonesia East
Asean Growth Area).
2.2.5.4. AIDA (Audstralia Indonesia Development Area).
3. Politik Keamanan Internasional dan dampaknya bagi HANKAM Indonesia.
3.1. ASEAN Region Forum.
3.2. Amerika Serikat sebagai kekuatan hegemonic pasca perang dingin.
3.2.1. AS dan dewan Keamanan PBB.
3.2.2. AS dan NATO.
3.2.3. AS dan percaturan Keamanan di Asia Pasific.

4. Perubahan tata kehidupan global dan dampaknya bagi perkembangan bangsa.


4.1. Dampaknya terhadap perkembangan sosial ekonomi.
4.2. Dampaknya terhadap perkembangan sosial politik.
4.3. Dampaknya terhadap perkembangan sosial budaya.
5. Isu-isu strategis hubungan antar bangsa pasca perang dingin.
5.1. Masalah hutang luar negeri dan penanaman modal asing dalam
pembangunan ekonomi negara-negara berkembang (Selatan).
5.2. Masalah HAM, demokrasi dan lingkungan hidup dalam pembangunan
ekonomi negara-negara berkembang.
5.3.Fenomena negara industri baru dalam dinamika hubungan negara maju dan
berkembang (Utara selatan).

Metode:
Ceramah, Diskusi, Studi Kasus dan Tutorial.
Evaluasi:
Test Objektif/Subjektif dan Analisa Kasus.

Referensi :
1. Juwono Sudarsono dkk, Perkembangan Studi Hubungan Internasional dan
Tantangan Masa Depan, Dunia Pustaka Jaya, 1996.
2. Theodore A Colombus dan James H Wolfe, Pengantar Hubungan
Internasional : Keadilan dan Power, CV Abidin 1990.
3. Ida Anak Agung, Twenty Year Indonesia Foreign Policy, Paris: Mouton, The
Haque 1973.
4. Paul R Viotti & Mark V Kauppi, International Relation Theory: Realism,
Pluralism, and Globalism, Toronto: Maxwell Macmillan Publisher, 1993.
5. Rj. Barry Jons, Globalization and Interdepedence in The International Political
Economic: Retoric and Reality, London : St martin Press Inc, 1995.
6. Dorodjatun Koentjorojakti dan Keiji Omura (ed), Indonesia Economic in The
Changing World, Tokyo LPEM FE Ul dan Institute Of Developing
Economies, 1995.
7. Heru Utomo Kuntjorojakti, Ekonomi Politik Internasional di Asia Fasifik,
Airlangga, 1995.

230
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
8. Bernard Hoekman dan Michael Costecki, The Political Economy Of The Word
Trading System – From GATT to WTO, New York, Oxford University Press,
1995.
9. Rahman Zainuddin dkk, Pembangunan Demokratisasi dan Kebangkitan Islam
di Timur Tengah, Center For Middle East Society, 1995.
10. M. Riza Sihbudi, Timur Tengah, Dunia Islam dan Hegemoni Amerika , Pustaka
Hidayat, 1993.
11. Sammuel P. Huntington, Gelombang Demokrasi Ketiga, Graffiti, 1995.
12. Sorten, Menuju Abad XXI , Yayasan Obor, 1993.
13. Jhon Naisbitt, Global Paradoks, Bina Rupa Aksara, 1994.
14. Sidney Jones, Asian Human Rights, Economic Growth and United states Policy,
Dalam “Current History” Vol 1995 No. 605, Dec 1996.
15. David Pierce, Ed.al, Sustainable Development : Economic and Environment in
the third World, London Earthscan Publication Ltd.
16. M. Sabar, Politik Bebas Aktif, CV. Masagung, 1997.
17. Peter H Leadeni dkk, Ekonomi Internasional, Erlangga, 1986.
18. Richard J. Barnet dkk, Menjangkau Dunia, LP3ES, 1983.

3. Metode Training
Dengan memahami tentang gambaran kurikulum dan aspek aspek yang perlu
dipertimbangkan di atas, maka metode yang tepat yakni penggabungan antara :
a. Sistem diskusi, yakni suatu metode pemahaman materi training secara diskutif
(pertukaran pikiran yang bebas) dan kumunikatif.
b. Sistem ceramah (dialog), yakni suatu metode pemahaman materi melalui tanya
jawab.
c. Sistem penugasan, yaitu metode pemahaman materi dengan mempergunakan
keterampilan peserta dengan sasaran:
™ Mempergunakan kemampuan-kemampuan tertentu.
™ Penulisan karya ilmiah.
™ Kerja lapangan.
™ Bentuk-bentuk trial dan error (Dinamika kelompok).
™ Studi kasus.
™ Simulasi dan lain sebagainya.
Dalam setiap jenjang dan bentuk training, ketiga sistem itu tergabung menjadi
satu. Penggunaannya disesuaikan dengan tingkat kematangan peserta, jenjang atau
forum training yang ada. Dalam penerapan metode training prosentasenya
berbeda berbeda secara kuantitatif, untuk itu prosentase tiap tiap training dapat
digambarkan sebagai berikut :
a. Semakin matang peserta training, jenjang dan bentuk training, maka sistem
diskusi lebih besar prosentasenya.
b. Makin kecil kematangan peserta, jenjang dan bentuk training, maka diskusi
memiliki prosentase yang lebih kecil sebaliknya sistem ceramah dan teknik
diolog semakin lebih besar prosentasenya.
231
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Sistim penugasan dipergunakan pada setiap training hanya saja bentuk
penugasan tersebut harus diselaraskan dengan tingkat kematangan pesertanya,
jenjang dan bentuk training, dilaksanakan dengan cara sebagai berikut:
¾ Training yang diikuti oleh peserta yang tingkat kematangan berpikirnya
relatif lebih tinggi dan jenjang training yang lebih tinggi, maka penugasan
lebih ditekankan secara diskriftif (pembuatan paper ilmiah, paper-paper
laporan dsb.)
¾ Training yang diikuti peserta yang tingkat kematangan berpikirnya relatif
lebih rendah, maka ketrampilan fisik (gerak, mimik, aktivitas praktis),
sistem ini merupakan pendekatan metode “trial and error”.

Pemilihan dan penentuan metode training disesuaikan dengan jenjang dan materi-
materi training yang akan disajikan. Pendekatan yang digunakan secara filosofis,
psikologis, sosiologis, historis dan sebagainya. Gambaran tentang metode yang
digunakan dalam training sesuai jenjangnya, adalah sebagai berikut :
a. Latihan Kader I (Basic Training).
¾ Penyampaian bersifat penyadaran, penanaman dan penjelasan.
¾ Teknik : ceramah, tanya jawab/dialog, dan penugasan (resume).
¾ Proses belajar mengajar (PBM/pembelajaran): penceramah menyampaikan
materi dan peserta bertanya tentang hal-hal tertentu.

b. Latihan Kader II (Intermediate Training).


¾ Penyampaian bersifat analisis, pengembangan dan bersifat praksis.
¾ Teknik : ceramah, dialog dan penugasan (membuat makalah tanggapan atau
makalah analisis sebuah kasus).
¾ Session khusus dalam bentuk tutorial.

c. Latihan Kader III (Advance Training).


¾ Penyajian bersifat analisis problematik dan alternatif.
¾ Teknik : ceramah, dialog dan penugasan membuat makalah banding
(peserta membuat alternatif pemecahan secara konsepsional).
¾ Konsep belajar mengajar (PBM/pembelajaran) : penceramah bersifat
mengakat masalah, kemudian peserta membahas.
¾ Session khusus dalam bentuk tutorial.
¾ Session khusus dalam bentuk praktek lapangan.

4. Evaluasi Training
1. Tujuan :
¾ Mengukur tingkat keberhasilan training.
2. Sasaran :
¾ Kognitif
232
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
¾ Afektif
¾ Psikomotorik

3. Alat Evaluasi:
¾ Test Objektif
¾ Test Subjektif (esai)
¾ Test Sikap
¾ Test Ketrampilan

4. Prosedur Evaluasi :
¾ Pre-Test
¾ Mid-Test (evaluasi proses)
¾ Post-Test

5. Pembobotan:
• LK I : Kognitif : 30 %
Afektif : 50%
Psikomotorik : 20%

• LK II : Kognitif : 40%
Afektif : 30%
Psikomotorik : 30%

• LK III : Kognitif : 40%


Afektif : 20%
Psikomotorik : 40%

BAB III
PEDOMAN FOLLOW UP

1. Pendahuluan
HMI adalah suatu organisasi kemahasiswaan yang berfungsi sebagai organisasi
kader. Hal ini berarti bahwa semua aktivitas yang dilaksanakan oleh HMI adalah
dalam rangka kaderisasi untuk mencapai tujuan HMI. Dengan demikian
perkaderan di HMI merupakan training atau pelatihan foramal saja, tetapi juga
melalui bentuk-bentuk dan peningaktan kualitas ketrampilan berorganisasi yang
lazim disebut sebagai Follow Up training. Follow Up training tersebut
diantaranya adalah Up Grading dan aktivitas yang berfungsi sebagai
pengembangan sehinggga kualitas diri anggota akan meningkat secara maksimal.
233
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Follow Up training merupakan kagiatan perkaderan HMI yang bersifat
pengembangan, tetapi juga tetap merujuk pada Anggaran Dasar HMI dalam hal
ini pasal 5 tentang usaha. Pedoman follow up training ini dimaksudkan sebagai
acuan dalam meningkatkan kualitas diri anggota setelah mengikuti jenjang
training formal tertentu. Namun demikian pedoman ini jangan diartikan sebagai
aktivitas seorang kader. Tetapi hanya merupakan batas minimal yang harus
dilakukan seorang kader setelah mengkuti jenjang training formal tertentu.
1 . Fungsi :
• Pendalaman
• Pengayaan
• Perbaikan (remedial)
• Peningkatan
• Aplikatif
2. Pertimbangan :
• Ada unsur Subjektifitas (pengarah)
• Kontinuitas
3. Target
¾ LK I
9 Mengembangkan wawasan dan kesadaran ke-islaman.
9 Meningkatkan prestasi akademik.
9 Menumbuhkan semangat militansi kader.
9 Menumbuhkan semangat ber-HMI.
9 Meningkatkan kualitas berorganisasi.
¾ LK II
9 Meningkatkan intelektualitas (keilmuan).
9 Menumbuhkan semangat pembelaan (advokasi).
9 Menumbuhkan semangat melakukan perubahan.
9 Meningkatkan kemampuan manajerial.
9 Meningkatkan kemampuan mentransformasikan gagasan dalam bentuk
lisan dan tulisan.
¾ LK III
9 Melahirkan pemimpin-pemimpin HMI dan nasional.
9 Melahirkan kader yang mampu mengaplikasikan ilmu yang dimiliki.
9 Melahirkan kader yang memiliki wawasan general dan global.

Bentuk Follow Up Training

1. Pasca LK I
a. Up Grading/Kursus-kursus, meliputi :
• Keprotokoleran
• Nilai Dasar Perjuangan
• Konstitusi
• Kepengurusan
• Kesekretariatan
• Kebendaharaan

234
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
• Kepanitiaan
• Muatan Lokal
b. Aktivitas :
ƒ Kelompok Pengkajian AL Qur'an
ƒ Kelompok belajar
ƒ Kelompok diskusi
ƒ Pengembangan profesi/keorganisasian
ƒ Bhakti sosial

2. Pasca LK II
a. Up Grading/Kursus-kursus, meliputi :
• Training Pengelola Latihan
• Training AMT (Achievment Motivation Training)
• Training Pengembangan profesi
• Training Manajemen
• Training Kewirausahaan
• Latihan Kepemimpinan
• Latihan Instruktur/Pemateri
• Latihan Metodologi Riset
• Latihan Advokasi dan HAM
• Pusdiklat Pimpinan
b. Aktivitas
• Kelompok Penelitian
• Kelompok diskusi
• Pengembangan profesi
• Pendampingan rakyat
• Pengabdian Masyarakat secara umum
• Pembentukan kelompok untuk melaksanakan desa binaan

3. Pasca LK III
a. Up Grading/Kursus-kursus meliputi :
• Up Grading Ideologi, Strategi dan Taktik
• Up Grading Manajemen Organisasi
• Up Grading Kepemimpinan
• Training Kewirausahaan
• Training-training pengembangan profesi lainnya
b. Aktivitas :
• Pembentukan jaringan kerja
• Perintisan jalur profesionalisme
• Pengabdian Masyarakat berdasarkan disiplin ilmu

235
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
II. Pedoman Kurikulum Up - Grading

1. Pendahuluan
Up grading di HMI merupakan bagian dari proses perkaderan, oleh karenanya Up
grading mempunyai peran penting untuk mencapai tujuan perkaderan dan tujuan
organisasi. Up grading di lingkungan HMI sangat bervariasi, misaInya up grading
Instruktur NDP, Training Pengelola Latihan (Senior Course), Up grading
organisasi, manajemen dan kepemimpinan, Up grading Administrasi
Kesekretariatan, dan lain sebagainya. Selain Up grading yang bersifat ke-HMI-an,
terdapat juga Up grading atau pelatihan yang dilaksanakan oleh Korps-HMI-Wati
(KOHATI) dan Lembaga pengembangan profesi yang bertujuan untuk
meningkatkan kualitas profesionalisme kader HMI. Oleh karena itu diperlukan
pedoman yang dapat dijadikan sebagai guidance untuk mencapai tujuan yang
diinginkan.
Pedoman Up grading yang terdapat di dalam pedoman ini adalah hanya untuk Up
grading tentang pengembangan kemampuan dalam pengelolaan organisasi secara
lebih baik (lebih diutamakan untuk kepentingan internal). Untuk kepentingan
pengembangan kualitas dan profesionalisme anggota/kader harus dilakukan
pelatihan-pelatihan khusus, baik yang dilaksanakan olehn Komisariat, Cabang,
BADKO, PB HMI maupun lembaga-lembaga pengembangan profesi ataupun
KOHATI, menurut pembidangan masing-masing. Seperti Pelatihan
Kewirausahaan, pelatihan Jurnalistik dan lain sebagainya.

2. Kurikulum Up Grading
2.1. Up Grading Instruktur Nilai Dasar Perjuangan
Materi : Nilai dasar perjuangan HMI
Alokasi Waktu : 40 Jam
Tujuan : Meningkatkan pemahaman secara mendalam dan menyeluruh
tentang Nilai Dasar Perjuangan dan kemampuan metodologis
dalam memahami dan menyampaikannya.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan :


1. Sejarah perumusan NDP.
2. Hubungan NDP dengan Mission HMI.
3. Hubungan Konseptual kepribadian HMI dan NDP.
4. Makna NDP dalam pembentukan pola pikir, pola sikap dan pola tindak kader.
5. Metodologi pemahaman NDP.
5.1. Metode diskusi.
5.2. Metode kajian kelompok intensif.
5.3. Metode studi kasus.
5.4. Metode diskusi terkendali.
5.5. Metode seminar.
5.6. Studi kritis NDP.
6. Metodologi Penyampaian NDP.

236
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
6.1. Metode ceramah.
6.2. Metode simulasi.
6.3. Metode tanya jawab.
6.4. Metode sosiodrama.

Metode :
Ceramah, diskusi, tanya jawab, peragaan skema, dan kelompok kajian.

Evaluasi :
Tes objektif/subjektif, observasi intensitas keterlibatan peserta dan perubahan
perilaku.

Referensi :
1. Nilai Dasar Perjuangan.
2. Tim Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktif
Kurikulum PBM, Rajawali, 1989.
3. Nurcholis Madjid, Tradisi Islam, Paramadina, 1997.
4. ----------------------, Islam Doktrin dan Peradaban, Paramadina, 1995.
5. ----------------------, Islam Agama Peradaban, Paramadina, 1996.
6. ----------------------, Islam Agama Kemanusiaan, Paramadina, 1996.
7. Tosihiko Izutsu, Konsep Konsep etika Religius Di Dalam Al Qur’an, Tiara
Wacana, 1993.
8. Ismail Raji'AL Faaruqi, Tauhid, Pustaka Bandung, 1988.
9. Ziuddin Sardar, Biografi Dunia Islam Abad 21, Mizan, 1988.
10. Osman Baakar, Tauhid dan Sains, Pustaka Hidayah, 1994.
11. M. Wahyuni Nafis (Ed), Rekonstruksi dan Renungan Religius Islam,
Paramadina, 1996.
12. M. Syafi'i Anwar, Pemikiran dan Aksi Islam di Indonesia, Paramadina, 1995.
13. M. Dawam Rahardjo, EnsiklopediAI Qur'an, Paramadina, 1996.
14. Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Mizan, 1991.
15. Sayyed Hosein Nasr, Sains dan Peradaban Dalam Islam, Pustaka Bandung,
1996.
16. DR. Khalifah Adbulhakim, Hidup Yang Islami, Rajawali Pers, 1995.
17. Agussalim Sitompul, Historiografi HMI, 1995.
18. Masdar F. Mas’ud, Agama Keadilan : Risalah Zakat (pajak) dalam Islam, P3M,
1993.
19. Literatur lain yang relevan.

2.2. Training Pengelola Latihan


Materi : Pengelolaan latihan.
Alokasi Waktu : 48 jam.
Tujuan : Memberikan pemahaman dan kemampuan teknis pengelolaan
latihan.

237
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan
1. Pengantar Filsafat pendidikan.
1.1. Pengertian pendidikan.
1.2. Tugas dan fungsi pendidikan.
1.3. Manusia dan proses pendidikan.
1.4. Berbagai pandangan tentang proses pendidikan.
1.5. Kemampuan belajar-mengajar.
1.6. Kurikulum dalam lembaga pendidikan.
1.7. Metode dalam pendidikan.
1.8. Sistem nilai dan moral Islam.
1.9. Manusia dan fitrah perkembangan.
2. Didaktik metodik.
2.1. Pengertian didaktik metodik.
2.2. Bentuk pengajaran, gaya mengajar, dan alat pelajaran.
2.3. Asas-asas didaktik.
2.3.1. Azas perhatian.
2.3.2. Asas aktivitas.
2.3.3. Asas apersepsi.
2.3.4. Asas peragaan.
2.3.5. Asas ulangan.
2.3.6. Asas korelasi.
2.3.7. Asas konsentrasi.
2.3.8. Asas individu.
2.3.9. Asas sosialisasi.
2.3.10. Asas evaluasi.
2.4. Metodologi pengajaran.
2.4.1. Metode interaksi mengajar dalam kelas.
2.4.2. Metode tanya jawab.
2.4.3. Metode diskusi.
2.4.4. Metode demonstrasi dan eksperimen.
2.4.5. Metode karya wisata.
2.4.6. Metode kerja kelompok.
2.4.7. Metode sosiodrama, d1l.
2.5. Dasar-dasar kurikulum.
2.6. Perencanaan pengajaran.
2.6.1. Pengertian pengajaran.
2.6.2. Tujuan perumusan pengajaran.
2.6.3. Penyusunan program pengajaran.
3. Metode Andragogi.
3. 1. Pengertian metode Andragogi.
3.2. Bentuk-bentuk metode Andragogi.
3.3. Perbedaan antara andragogi dan pedagogi.
3.4. Metode dauruntut belajar atau teknis pengelolaan struktur.
3.5. Prinsip-prinsip latihan peran serta.
3.6. Prinsip-prinsip fasilitator.
4. Praktek Perencanaan Latihan.
238
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4.1. Perumusan dasar pemikiran latihan.
4.2. Perumusan metodologi latihan.
4.2.1. Tujuan dan target latihan.
4.2.2. Faktor pendukung dan identifikasi peserta latihan.
4.2.3. Penetapan sumber daya yang dibutuhkan.
4.2.4. Perumusan teknik-teknik pengelolaan latihan.
4.2.5. Penetapan tim pengelola dan pembagian peran.
4.3. Penyusunan schedule latihan.
4.4. Penetapan alat ukur keberhasilan latihan.
5. Aplikasi Pedoman Perkaderan HMI.
5.1. Mukadimah Pedoman Perkaderan.
5.2. Pola Umum Pedoman Perkaderan.
5.2.1. Landasan perkaderan.
5.2.2. Pola dasar perkaderan.
5.2.2.1. Pengertian dasar.
5.2.2.2. Rekruitmen kader.
5.2.2.3. Pembentukan kader.
5.2.2.4. Arah perkaderan.
5.2.3. Wujud Profil Kader HMI di Masa Depan.
5.3. Pola Dasar Training.
5.3.1. Arah training.
5.3.1.1. Jenis-jenis training.
5.3.1.2. Tujuan training menurut jenjang dan jenis.
5.3.1.3. Target training perjenjang.
5.3.2. Manajemen training.
5.3.2.1. Metode penerapan kurikulum.
5.3.2.2. Kurikulum training Latihan Kader I, Latihan Kader II,
Latihan Kader III
5.3.3. Metode training.
5.3.4. Evaluasi training.
5.4. Pedoman Follow Up.
5.4.1. Bentuk follow up training.
5.4.2. Kurikulum Up Grading.

6. Sistem Evaluasi.
6.1. Pengertian evaluasi.
6.2.Tujuan evaluasi.
6.3. Fungsi evaluasi.
6.4. Metode evaluasi.
6.5. Prosedur evaluasi.
6.6. Alat evaluasi.

Metode :
Ceramah, diskusi, Tanya jawab, dan tutorial.

239
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Evaluasi :
Test objektif/subjektif dan tugas sindikasi.

Referensi :
1. Hasil-hasil Kongres HMI.
2. Nilai Dasar Perjuangan.
3. Pedoman Perkaderan HMI.
4. Tim Didaktif Metodik Kurikulum IKIP Surabaya, Pengantar Didaktif
Kurikulum PBM, Rajawali, 1989.
5. Imam Bernadib, Filsafat Pendidikan, IKIP Yogyakarta, 1982.
6. Dasar-dasar Pendidikan, Ghalia, 1996.
7. Imam Bernadib dan Drs. Suwarno, Pengantar Umum Pendidikan, Rineka
Cipta, 1992.
8. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, 1991.
9. Nana Sudjana, Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, 1988.
10. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Remaja Rosda Karya, 1995.
11. Suharsini Arikuntak, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, 1999.
12. Paulo Friere, Pendidikan Sebagai Praktek Pembebasan, Gramedia, 1986.
13. W.S. Winkel, Psikologis Pengajaran, Grasindo, 1996.
14. Ivor K. Davies, Pengelolaan Belajar, Rajawali Pers, 1986.
15. John Mc Neil, Pengantar Kurikulum, Gramedia, 1989.
16. Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, PT.Toko Gunung Agung, 1996.
17. Referensi lain yang relevan.

2.3. Up Grading Manajemen Organisasi dan Kepernimpinan


Materi : Manajemen, Organisasi dan Kepemimpinan.
Alokasi Waktu : 40 jam.
Tujuan : Meningkatkan wawasan, pemahaman dan kemampuan serta
ketrampilan teknis dalam mengelola organisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan


1. Manajemen.
1.1. Hakekat peran dan fungsi manajemen.
1.1.1. Pengertian manajemen.
1.1.2. Fungsi manajemen.
1.1.3. Unsur-unsur manajemen.
1.1.4. Macam-macam manajemen.
1.2. Sistem dan metode perencanaan.
1.2.1. Pengertian perencanaan.
1.2.2. Teknik dan prosedur perencanaan.
1.3. Sistem dan metode pengorganisasian.
1.3.1. Pengertian pengorganisasian.
1.3.2. Tujuan, fungsi dan unsur pengorganisasian.
1.3.3. Teknik dan prosedur pengorganisasian.

240
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1.4. Sistem dan metode evaluasi.
1.4.1. Pengertian evaluasi.
1.4.2. Tujuan dan sifat evaluasi.
1.4.3. Macam-macam evaluasi.
1.4.4. Teknik dan prosedur evaluasi.
1.5. Sistem dan metode penggerakan.
1.5.1. Pengertian penggerakan.
1.5.2. Tujuan dan fungsi penggerakan.
1.5.3. Asas-asas penggerakan.
1.5.4. Macam-macam penggerakan.
1.5.5. Teknik dan prosedur penggerakan.
1.5.6. Perilaku manusia.
1.5.7. Teori-teori motivasi penggerakan.
1.6. Analisis SWOT.
1.6.1. Pengertian, fungsi dan tujuan SWOT.
1.6.2. Penerapan analisis SWOT dalam organisasi.
2. Organisasi.
2.1. Hakekat dan fungsi organisasi.
2.1.1. Pengertian dan fungsi organisasi.
2.1.2. Ciri-ciri organisasi.
2.1.3. Prinsip-prinsip organisasi.
2.1.4. Asas-asas organisasi.
2.1.5. Model-model organisasi.
2.2. Sistem organisasi modern.
2.2.1. Syarat-syarat organisasi modern.
2.2.2. Struktur organisasi modern.
2.2.3. Prosedur dan mekanisme kerja organisasi modern.
2.3. Peran komunikasi dan organisasi modern.
2.3.1. Arti penting komunikasi.
2.3.2. Unsur-unsur komunikasi.
2.3.3. Proses komunikasi.
2.3.4. Etika berkomunikasi.
2.3.5. Komunikasi keorganisasian yang efektif dan efisien.
3. Kepemimpinan.
3.1. Hakekat, peran dan fungsi kepemimpinan.
3.1.1. Pengertian kepemimpinan.
3.1.2. Teori dan konsepsi kepemimpinan.
3.1.3. Fungsi dan peran kepemimpinan.
3.1.4. Syarat-syarat kepemimpinan.
3.1.5. Model-model kepemimpinan.
3.1.6. Gaya kepemimpinan.
3.2. Metode dan teknik pengambilan keputusan.
3.2.1. Definisi keputusan.
3.2.2. Model-model keputusan.
3.2.3. Prosedur pengambilan keputusan.
3.2.4. Rasionalisasi dan pengambilan keputusan.
241
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3.2.5. Analisis masalah dan pengambilan keputusan.
3.3. Psikologi kepemimpinan.
3.3.1. Pengertian psikologi kepemimpinan.
3.3.2. Interaksi dan komunikasi atasan bawahan.
3.3.3. Kepemimpinan sebagai komunikator yang efektif.
3.3.4. Etika kepemimpinan.
3.4. Peranan kepemimpinan dan konflik organisasi.
3.4.1. Konflik Organisasi.
3.4.1.1. Pengertian konflik.
3.4.1.2. Proses terjadinya konflik.
3.4.1.3. Ciri-ciri konflik.
3.4.1.4. Sumber-sumber konflik.
3.4.1.5. Macam-macam metode penyelesaian konflik.
3.4.2. Peranan kepemimpinan dalam konflik.
3.4.3. Strategi pemecahan konflik dalam organisasi.
4. Hakekat kepemimpinan dalam Islam:
4.1.Konsep Amanah.
4.2.Konsep Fatanah.
4.3.Konsep Siddiq.
4.4. Konsep Tabliq.
5. Hubungan antara manajemen, organisasi dan kepemimpinan.

Metode :
Ceramah, diskusi, dialog, simulasi, dan studi kasus.

Evaluasi :
Tes objektif/subjektif dan penugasan.

Referensi :
1. Al Qur'an dan terjemahannya.
2. Nilai Dasar Perjuangan.

2.4. Up Grading Administrasi dan Kesekretariatan


Materi : Administrasi dan Kesekretariatan.
Alokasi Waktu : 14 Jam.
Tjuan : Meningkatkan kemampuan dan pengelolaan
Administrasi dan Kesekretariatan.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan :


1. Peran dan Fungsi Administrasi dalam organisasi.
1.1. Pengertian Administrasi.
1.2. Fungsi Administrasi.
1.3. Ruang Lingkup Administrasi.
2. Organisasi Kesekretariatan HMI.
3. Ketatausahaan dan Format Surat Menyurat HMI.
242
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4. Administrasi dan Tata Kearsipan HMI.
5. Administrasi Keanggotaan HMI.
6. Inventarisasi, Dokumentasi dan Administrasi Kepustakaan.
7. Administrasi dan Sistem Pengelolaan Keuangan HMI.
8. Keprotokoleran dan Atribut Organisasi.

Metode :
Ceramah, Peragaan, dan dialog.

Evaluasi :
Test Objektif/Subjektif dan Penugasan.

Referensi :
1. AD dan ART HMI.
2. Pedoman Administrasi dan Kesekretariatan HMI.
3. Pedoman Administrasi Keuangan HMI.
4. Pedoman Atribut Organisasi.
5. Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi dan
Manajemen, PT. Toko Gunung Agung, 1996.
6. Goffrey Mills et. All, Manajemen Perkantoran Modern, Bina Rupa Aksara,
1991.
7. Sondang P. Siagian, Filsafat Administrasi, PT. Toko Gunung Agung, 1996.
8. Referensi lain yang relevan.
2.5. Up Grading Kepengurusan.
Materi : Struktur Organisasi dan Kepemimpinan.
Alokasi Waktu : 30 Jam.
Tujuan : Meningkatkan Kualitas Pemahaman dan
Kemampuan Teknis Dalam Pengelolaan Organisasi.

Pokok Bahasan/Sub Pokok Bahasan :


1. Pengantar Manajemen Organisasi.
2. Tata Kerja dan Mekanisme Organisasi.
2. 1. Struktur Kekuasaan.
2.1.1. Kongres.
2.1.2. Konferensi Cabang/Musyawarah Cabang.
2.1.3. Rapat Anggota Komisariat.
2.2. Struktur Pimpinan.
2.2.1. Pengurus Besar.
• Status
• Tugas dan Wewenang
• Struktur Organisasi
• Komposisi Personalia
• Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja
• Mekanisme dan Instansi Pengambilan Keputusan
2.2.2. Pengurus Badan Koordinasi
• Status
243
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
• Tugas dan Wewenang
• Struktur Organisasi
• Komposisi Personalia
• Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja
• Mekanisme dan Instansi Pengambilan Keputusan
2.2.3. Pengurus Cabang
• Status
• Tugas dan Wewenang
• Struktur Organisasi
• Komposisi Personalia
• Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja
• Mekanisme dan Instansi Pengambilan Keputusan
2.2.4. Pengurus Koordinator Komisariat
• Status
• Tugas dan Wewenang
• Struktur Organisasi
• Komposisi Personalia
• Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja
• Mekanisme dan Instansi Pengambilan Keputusan
2.2.5. Pengurus Komisariat
• Status
• Tugas dan Wewenang
• Struktur Organisasi
• Komposisi Personalia
• Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja
• Mekanisme dan Instansi Pengambilan Keputusan
3. Islam dan Etos Kerja.
4. Strategi Perencanaan.
4.1. Analisis SWOT.
4.2. Public Relation.
4.3. Net Work.
5. Psikologi Organisasi.
6. Teknik Pengambilan Keputusan.
7. Manajemen Sumber Daya Manusia.
8. Sistem Informasi Manajemen.

Metode :
Ceramah, Diskusi, Dialog, Peragaan dan Studi Kasus.

Evaluasi :
Test Objektif/Subjektif dan Analisa Kasus.

Referensi :
1. AD dan ART HMI.
2. Pedoman Kepengurusan HMI.
3. James I. Gibson dkk, Organisasi dan Manajemen, Erlangga, 1986.
244
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4. Richard M. Steers, Effektifitas Organisasi, Erlangga, 1986.
5. Sondang P. Siagian, Analisis Perumusan Kebijaksanaan dan Strategi
Organisasi, Gramedia, 1996.
6. Referensi lain yang relevan.

245
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Rekruitmen Kader Pembentukan Kader Pengabdian Kader

Fase Awal Fase Kedua Fase Ketiga


UG
dan
AKT

Kiteria Rekruitmen UG UG UG

Pendekatan LK I LK II LK III Pengabdian


Rekruitmen
Rekruitmen

AKT AKT AKT

Pra PT PT
UG
dan
AKT

Rekruitmen Kader Pembentukan Kader Pengabdian Kader

Pola Dasar Perkaderan

230
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN POKOK KEPENGURUSAN

PEDOMAN KEPENGURUSAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

T
ujuan suatu organisasi hanya dapat diwujudkan dengan usaha-usaha yang
teratur, terencana dan kebijaksanaan yang dilingkupi dengan taufiq dan
hidayah Allah SWT.

Salah satu perangkat yang dapat digunakan untuk menciptakan penyelenggaraan


usaha-usaha yang demikian itu adalah Pedoman Kepengurusan yang mendukung
ke arah tujuan tersebut. Adanya keharusan untuk bekerja secara terstruktur dan
rapi adalah sesuai dengan Firman Allah SWT. dalam Surat ash-Shaff ayat 4 yang
artinya :

“SESUNGGUHNYA ALLAH MENYUKAI ORANG-ORANG YANG


BERPERANG DIJALANNYA DALAM BARISAN YANG TERATUR SEAKAN-
AKAN MEREKA SEPERTI BANGUNAN YANG TERSUSUN KOKOH”

I. STRUKTUR PIMPINAN

A. PENGURUS BESAR

1. Status Pengurus
Sesuai dengan ketentuan yang termaksud pada Bagian IV Pasal 20 ART
HMI mengenai status PB HMI dalam struktur pimpinannya adalah
sebagai berikut :
a. Pengurus Besar adalah badan/instansi kepemimpinan tertinggi
organisasi.
b. Masa jabatan Pengurus Besar adalah 2 (dua) tahun terhitung sejak
c. pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Besar Demisioner.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 231


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Tugas dan Wewenang
Sesuai dengan Bagian IV Pasal 22 ART HMI, tugas dan wewenang PB
HMI adalah sebagai berikut :
a. Menggerakkan organisasi berdasarkan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga.
b. Melaksanakan ketetapan-ketetapan Kongres.
c. Menyampaikan ketetapan dan perubahan penting yang berhubungan
dengan HMI kepada seluruh aparat dan anggota HMI.
d. Melaksanakan Sidang Pleno Pengurus Besar setiap semester kegiatan,
selama periode berlangsung.
e. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Besar minimal satu minggu
sekali, selama periode berlangsung.
f. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Besar minimal dua minggu
sekali, selama periode berlangsung.
g. Memfasilitasi sidang Majelis Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar
dalam rangka menyiapkan draft materi Kongres atau sidang Majelis
Pengawas dan Konsultasi Pengurus Besar lainnya ketika diminta.
h. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota melalui
Kongres.
i. Mengesahkan Pengurus BADKO.
j. Menerima laporan kerja Pengurus BADKO.
k. Menaikkan dan menurunkan status BADKO dan Cabang berdasarkan
evaluasi perkembangan BADKO dan Cabang.
l. Mengesahkan Pengurus Cabang dan mengesahkan pemekaran
Cabang berdasarkan rekomendasi KONFERCAB Induk dan
menetapkan pembentukan Cabang Persiapan berdasarkan usulan
Musyawarah Daerah (MUSDA) BADKO.
m. Memberikan sanksi dan merehabilitasi secara langsung terhadap
anggota/pengurus.

3. Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah kerangka antar hubungan dari satuan-
satuan organisasi atau bidang-bidang kerja yang di dalamnya terdapat
pimpinan, wewenang dan tanggungjawab serta pada masing-masing
personel dalam totalitas organisasi.
Lazimnya struktur organisasi akan kelihatan semakin jelas dan tegas,
apabila digambarkan dalam bagan struktur organisasi. Ditinjau dari
struktur organisasi maka bentuk organisasi yang dipergunakan dalam
Pengurus Besar HMI adalah bentuk organisasi fungsional.
Dalam organisasi yang berbentuk fungsional, wewenang dari Ketua
Umum didelegasikan kepada satuan-satuan organisasi atau bidang-
bidang kerja yang dipimpin oleh para Ketua, Sekretaris Jenderal dan
Bendahara Umum.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 232


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pimpinan dari setiap satuan organisasi atau bidang kerja itu
mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
bidangnya masing-masing. Kemudian secara fungsional
tanggungjawab itu dipertanggungjawabkan oleh pimpinan masing-
masing kepada Ketua umum.
Struktur organisasi Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
dengan pembanding dalam Program Kerja Nasional, terdapat 12
bidang utama :
1. Bidang Pembinaan Anggota
2. Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
3. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
4. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
5. Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional
6. Bidang Hubungan Internasional
7. Bidang Pemberdayaan Umat
8. Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup
9. Bidang Hukum dan HAM
10. Bidang Pemberdayaan Perempuan
11. Bidang Keuangan dan Perlengkapan
12. Bidang Administrasi Kesekretariatan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 233


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS MPK PB KONGRES
BESAR

MUSDA BADKO HMI BADAN-BADAN MUNAS


KHUSUS PB HMI

PENGURUS MPK PC KONFERENSI


CABANG CABANG/MUSCAB

MUSKOM KORKOM BADAN-BADAN MUSYAWARAH


KHUSUS HMI CABANG LEMBAGA

PENGURUS MPK PK RAK


KOMUSARIAT
Keterangan : = Garis instruktur
= Garis Hubungan Koordinatif
= Garis Aspiratif
ANGGOTA HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 234


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4. Komposisi Personalia
Komposisi Personalia Pengurus Besar HMI diisi oleh anggota biasa yang
memenuhi persyaratan sebagaimana Bagian IV Pasal 21 ART HMI
disusun dalam formasi sebagai berikut :
1. KETUA UMUM
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
5. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
6. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional
7. Ketua Bidang Hubungan Internasional
8. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat
9. Ketua Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
10. Ketua Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia
11. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
12. SEKRETARIS JENDERAL
13. Wakil Sekjen Pembinaan Anggota
14. Wakil Sekjen Pembinaan Aparat Organisasi
15. Wakil Sekjen Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
16. Wakil Sekjen Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
17. Wakil Sekjen Partisipasi Pembangunan Nasional
18. Wakil Sekjen Hubungan Internasional
19. Wakil Sekjen Pemberdayaan Umat
20. Wakil Sekjen Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup
21. Wakil Sekjen Hukum dan Hak Asasi Manusia
22. Wakil Sekjen Pemberdayaan Perempuan
23. BENDAHARA UMUM
24. Wakil Bendahara Umum
DEPARTEMEN-DEPARTEMEN
25. Departemen Pengkajian Data dan Informasi
26. Departemen Litbang Kader
27. Departemen Diklat Anggota
28. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader
29. Departemen Pendayagunaan Aparat
30. Departemen Pengembangan Organisasi
31. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
32. Departemen Kepemudaan
33. Departemen Kewirausahaan
34. Departemen Pengembangan Profesi
35. Departemen Pengkajian Masalah Pembangunan
36. Departemen Program Perintis Pembangunan
37. Departemen Kajian Internasional
38. Departemen Hubungan Lembaga Internasional

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 235


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
39. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan
40. Departemen Hubungan Lembaga Islam
41. Departemen Pengelolaan Sumber Daya Alam
42. Departemen Lingkungan Hidup
43. Departemen Hukum
44. Departemen Hak Asasi Manusia
45. Departemen Kajian Perempuan
46. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan
47. Departemen Penerangan dan Humas
48. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan
49. Departemen Logistik
50. Departemen Pengembangan Sumber Dana

Hubungan struktur di atas dapat dilihat pada bagan berikut :

KETUA UMUM

WABENDUM

5. Fungsi Personalia Pengurus Besar


Masing-masing personalia Pengurus Besar menjalankan fungsinya sebagai
berikut :
1. Ketua Umum adalah penangung jawab dan koordinator umum
dalam pelaksanaan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang
bersifat umum pada tingkat nasional maupun internasional.
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota adalah Penanggung Jawab dan
Koordinator kegiatan pembinaan anggota di tingkat nasional.
3. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi adalah penanggung
jawab dan koordinator kegiatan pembinaan aparat organisasi di
tingkat nasional.
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 236


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dalam bidang perguruan tinggi, kemahasiswaan dan kepemudaan di
tingkat nasional.
5. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi adalah
penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang
kewirausahaan dan pengembangan profesi di tingkat nasional.
6. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional adalah
penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang
partisipasi pembangunan di tingkat nasional.
7. Ketua Bidang Hubungan Internasional adalah penanggung jawab
dan koordinator kegiatan dalam bidang hubungan internasional.
8. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat adalah adalah penanggung
jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang komunikasi umat di
tingkat nasional.
9. Ketua Bidang Hukum dan Hak Asasi Manusia adalah
penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang hukum
dan hak asasi manusia di tingkat nasional.
10. Ketua Bidang Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam
bidang sumber daya alam dan lingkungan hidup di tingkat nasional.
11. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah penanggung
jawab dan koordinator kegiatan dalam bidang pemberdayaan
perempuan di tingkat nasional.
12. Sekretaris Jenderal adalah penanggung jawab dan koordinator
dalam bidang data pustaka, ketatausahaan dan penerangan serta
hubungan organisasi pihak ekstern di tingkat nasional maupun
internasional.
13. Wakil Sekretaris Jenderal Pembinaan Anggota bertugas atas nama
Sekretaris Jenderal untuk kegiatan pembinaan anggota membantu
ketua bidangnya di tingkat nasional.
14. Wakil Sekretaris Jenderal Pembinaan Aparat Organisasi bertugas
atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan pembinaan aparat
organisasi membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
15. Wakil Sekretaris Jenderal Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan
dan Kepemudaan bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
kegiatan perguruan tinggi, kemahasiswaan dan kepemudaan
membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
16. Wakil Sekretaris Jenderal Kewirausahaan dan Pengembangan
Profesi bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan
kewirausahaan dan pengembangan profesi membantu ketua
bidangnya di tingkat nasional.
17. Wakil Sekretaris Jenderal Partisipasi Pembangunan Nasional
bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan partisipasi
pembangunan nasional membantu ketua bidangnya di tingkat
nasional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 237


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
18. Wakil Sekretaris Jenderal Hubungan Internasional bertugas atas
nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan hubungan internasional
membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
19. Wakil Sekretaris Jenderal Pemberdayaan Umat bertugas atas
nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan pemberdayaan umat
membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
20. Wakil Sekretaris Jenderal Hukum dan Hak Asasi Manusia
bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan hukum dan
hak asasi manusia membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
21. Wakil Sekretaris Jenderal Pengelolaan Sumber Daya Alam dan
Lingkungan Hidup bertugas atas nama Sekretaris Jenderal untuk
kegiatan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup
membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
22. Wakil Sekretaris Jenderal Pemberdayaan Perempuan bertugas
atas nama Sekretaris Jenderal untuk kegiatan pemberdayaan
perempuan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
23. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan di bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat
nasional.
24. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum
dalam pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan
organisasi di tingkat nasional.
25. Departemen Perlengkapan Data dan Informasi sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengkajian data dan informasi.
26. Departemen Litbang Kader bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang penelitian dan
pengembangan kader.
27. Departemen Diklat Pembinaan Anggota bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang diklat
pembinaan anggota di tingkat nasional.
28. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
pengembangan dan promosi kader di tingkat nasional.
29. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
pendayagunaan aparatur organisasi di tingkat nasional.
30. Departemen Pengembangan Organisasi bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
pengembangan organisasi di tingkat nasional.
31. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
perguruan tinggi dan kemahasiswaan di tingkat nasional.
32. Departemen Kepemudaan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang kepemudaan di tingkat
nasional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 238


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
33. Departemen Kewirausahaan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang pengembangan profesi
di tingkat nasional.
34. Departemen Pengembangan Profesi bertugas sebagai koordinator
operasional dari pembinaan profesi untuk peningkatan
profesionalisme anggota.
35. Departemen Pengkajian Masalah Pembangunan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang pengkajian
masalah pembangunan di tingkat nasional.
36. Departemen Program Perintis Pembangunan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang perintis
pembangunan di tingkat nasional.
37. Departemen Kajian Internasional bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang kajian internasional.
38. Departemen Hubungan Lembaga Internasional bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang hubungan
lembaga internasional di tingkat nasional.
39. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
Pemberdayaan Umat tingkat nasional.
40. Departemen Hubungan Antar Lembaga Islam bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang hubungan
lembaga Islam di tingkat nasional.
41. Departemen Pengelolaan Sumber Daya Alam bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
pengelolaan sumber daya alam di tingkat nasional.
42. Departemen Lingkungan Hidup bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang lingkungan hidup di
tingkat nasional.
43. Departemen Hukum bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek di bidang hukum di tingkat nasional.
44. Departemen Hak Asasi Manusia bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang hak asasi manusia di
tingkat nasional.
45. Departemen Kajian Perempuan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang kajian perempuan di
tingkat nasional.
46. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang hubungan
lembaga perempuan di tingkat nasional.
47. Departemen Penerangan dan Humas bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek di bidang penerangan dan humas
di tingkat nasional.
48. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
administrasi dan kesekretariatan di tingkat nasional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 239


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
49. Departemen Logistik bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dan proyek di bidang logistik di tingkat nasional.
50. Departemen Pengembangan Sumber Dana bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek di bidang
pengembangan sumber dana di tingkat nasional.

6. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Besar


Masing-masing bidang kerja dalam Pengurus Besar dalam menjalankan
wewenang dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut :

a. Bidang Pembinaan Anggota


1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya Badan Pengelola
Latihan
2. Mengembangkan model-model pelatihan yang dapat memenuhi
kebutuhan anggota melalui pilot project, serta mengupayakan
tindak lanjut atas hasil yang telah diselenggarakan.
3. Merumuskan dan mengembangkan pola pembinaan anggota
yang komprehensif sebagai manifestasi dari konsepsi perkaderan
anggota.
4. Dengan bidang lain melakukan penyusunan data base anggota
dan memanfaatkannya bagi upaya peningkatan kualitas anggota.
5. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
pembinaan anggota untuk meningkatkan kualitas sumber daya
anggota.

b. Bidang Pembinaan Aparat Organisasi


1. Menyelenggarakan upaya-upaya terbentuknya sikap dan disiplin
aparat terhadap seluruh ketentuan organisasi.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penyusunan data
perkembangan aparat secara teratur.
3. Mendorong terciptanya mekanisme organisasi secara sehat
dinamis serta memberikan ruang gerak yang komprehensif
terhadap perkembangan aparat organisasi di seluruh Indonesia.
4. Melakukan standarisasi dan akreditasi kelayakan struktur HMI
dari tingkat Pengurus Besar hingga Cabang.
5. Melakukan kegiatan lainnya yang dapat menunjang peningkatan
dan pengembangan potensi serta kualitas organisasi.

c. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan


1. Meyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
partisipasi aktif, korektif dan konstruktif dari seluruh anggota

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 240


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
dan alumni HMI dalam mewujudkan kehidupan kampus
demokratis.
2. Mengusahakan agar para anggota dan alumni HMI ikut serta
secara aktif meningkatkan fungsi dan peranan perguruan tinggi
di tengah-tengah kehidupan masyarakat.
3. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong anggota
dan alumni HMI untuk meningkatkan kehidupan beragama di
kampus antara lain dengan :
a) Memprakarsai kegiatan-kegiatan agama (Islam) di lingkungan
kampus.
b) Meningkatkan efektivitas kehidupan masjid kampus.
c) Melakukan diskusi-diskusi untuk meningkatkan konsep
Islam tentang berbagai seri kehidupan masyarakat.
d) Menyelenggarakan diskusi, seminar, simposium dan
sebagainya yang berkenaan dengan pengkajian terhadap
penyempurnaan sistem pendidikan umumnya dan sistem
pendidikan tinggi khususnya.
e) Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat
menunjang partisipasi anggota dan alumni HMI dalam
mewujudkan kehidupan kampus umumnya dan dunia
kemahasiswaan khususnya.

d. Bidang Pemberdayaan Umat


1. Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung terwujudnya
hubungan yang efektif dengan organisasi-organisasi Islam
khususnya dengan organisasi kemahasiswaan, pelajar dan
pemuda Islam.
2. Mengembangkan pola kajian yang kontinyu untuk menggali
pemikiran yang bermanfaat dalam berbagai segi kehidupan umat
Islam guna disumbangkan sebagai kontribusi gagasan pada
lembaga-lembaga sosial, keagamaan dan politik.
3. Menjalin hubungan intensif untuk menggalang seluruh kekuatan
umat Islam dalam rangka mengembangkan syiar Islam serta
menjawab masalah keumatan dan kebangsaan.
4. Melakukan langkah-langkah nyata dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya umat dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
5. Melakukan advokasi langsung atas hal-hal yang nyata-nyata
merugikan keberadaan umat Islam.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 241


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mengembangkan
fungsinya dan peran lembaga pengembangan profesi, baik sebagai
sarana pengembangan profesi anggota maupun wadah dharma
bhakti kemasyarakatan HMI di seluruh aparat dalam upaya
berperan serta dalam pembangunan.
2. Menyusun program bidang kewirausahaan dan pengembangan
profesi yang relevan bagi setiap lembaga pengembangan profesi.
3. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
personil pengelola lembaga pengembangan profesi di seluruh
aparat antara lain dengan :
a) Mendorong seluruh aparat HMI untuk melakukan latihan
pengembangan keterampilan mengelola lembaga
pengembangan profesi.
b) Mendorong seluruh aparat HMI untuk menyelenggarakan
kerja-kerja sosial kemasyarakatan.
c) Mengusahakan hubungan kerja sama secara kelembagaan
antara lembaga-lembaga pengembangan profesi HMI dengan
lembaga lain baik pemerintah maupun swasta.
d) Mengkampanyekan dan menanamkan etos kemandirian dan
kewirausahaan sebagai personalitas anggota HMI.

f. Bidang Partisipasi Pembangunan Nasional


1. Mengadakan kajian-kajian tentang berbagai aspek pembangunan
nasional.
2. Merumuskan pola dan bentuk partisipasi HMI dalam
pembangunan nasional.
3. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah, lembaga
negara, orsospol, ormas dan lembaga pengembangan masyarakat.

g. Bidang Pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup


1. Mengadakan kajian-kajian tentang pengelolaan sumber daya
alam, dan lingkungan hidup berkembang di Indonesia.
2. Melakukan penyikapan terhadap pengelolaan sumber daya alam,
dan lingkungan hidup yang berkembang di Indonesia.
3. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah, lembaga
negara, Orsospol, Ormas dan lembaga pengembangan
masyarakat dalam rangka meningkatkan perannya dalam bidang
pengelolaan SDA dan Lingkungan Hidup.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 242


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
h. Bidang Hukum dan HAM
1. Mengadakan kajian-kajian tentang pengelolaan Hukum dan
HAM yang berkembang di Indonesia.
2. Melakukan penyikapan terhadap masalah Hukum dan HAM
yang berkembang di Indonesia.
3. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah,
lembaga negara, Orsospol, Ormas dan lembaga pengembangan
masyarakat dalam rangka meningkatkan perannya dalam bidang
Hukum dan HAM.
i. Bidang Hubungan Internasional
1. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
hubungan dan kerjasama secara nasional antara lain :
a) Menjalin dan membina hubungan yang harmonis dengan
organisasi-organisasi mahasiswa di tingkat nasional dalam
upaya menumbuhkan kesadaran tanggung jawab bersama
untuk mewujudkan cita-cita bangsa.
b) Menjalin kerjasama yang harmonis dengan badan-badan studi
keislaman untuk melakukan penelitian masyarakat dalam
upaya menghasilkan pikiran-pikiran yang bermanfaat bagi
peningkatan kesejahteraan umat dan bangsa.
c) Meningkatkan hubungan kerjasama di bidang ilmu dan
pengetahuan untuk meningkatkan kematangan intelektual
anggota.
2. Melakukan berbagai kegiatan untuk meningkatkan kerjasama
Internasional antara lain dengan :
a) Menyelenggarakan kegiatan yang dapat meningkatkan
hubungan kerjasama dengan organisasi mahasiswa
Internasional, terutama dalam hal bidang studi bersama
mengenai usaha-usaha perdamaian dunia berdasarkan
kedaulatan dan kemerdekaan masing-masing negara.
b) Melakukan aktivitas yang dapat meningkatkan dan
mengokohkan ukhuwah islamiyah dengan organisasi-
organisasi mahasiswa Islam dalam upaya meningkatkan
dakwah Islamiyah serta memajukan kehidupan umat Islam
secara keseluruhan.
c) Mengambil peranan aktif dalam berbagai kegiatan yang
diselenggarakan oleh wadah-wadah mahasiswa internasional,
khususnya wadah Islam sedunia.
d) Menyelenggarakan berbagai aktivitas untuk
memperkenalkan HMI pada berbagai forum mahasiswa

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 243


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Internasional, melalui keterlibatan langsung dalam berbagai
bentuk aktivitas maupun melalui media penerbitan.
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan lainnya yang dapat
meningkatkan hubungan nasional maupun internasional.

j. Bidang Pemberdayaan Perempuan


1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan sadar gender sebagai salah satu
pencapaian (achievement) organisasi.
2. Merumuskan pemikiran-pemikiran kualitatif yang bermanfaat
bagi kemajuan KOHATI dan sesama organisasi perempuan
lainnya, seperti pemikiran-pemikiran tentang peningkatan
kualitas kepemimpinan di kalangan perempuan, mekanisme dan
struktur organisasi yang efektif dan lain sebagainya.
3. Membuat pola perkaderan yang memandang KOHATI sebagai
tempat perkaderan HMI-Wati.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan
upaya bersama di kalangan perempuan dalam menanggulangi
berbagai masalah sosial.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitas HMI-Wati sesuai dengan tingkat perkembangan dunia
keperempuanan khususnya dalam masyarakat umum.
6. Mengangkat topik pembahasan keperempuanan dalam
kelompok-kelompok diskusi HMI.
7. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
KOHATI untuk melakukan sosialisasi organisasi dan pembinaan
terhadap personalia KOHATI dalam :
a) Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anggota
terhadap fungsi dan peranan KOHATI sebagai badan khusus
HMI.
b) Mendorong HMI-Wati untuk mengikuti pelatihan-pelatihan
baik pelatihan umum maupun khusus.
c) Meningkatkan intensitas komunikasi KOHATI dengan
aparat HMI dan alumni.
8. Melakukan berbagai aktivitas lainnya yang menunjang upaya
pembinaan personalia KOHATI, pembinaan operasional
KOHATI serta pembina partisipasi KOHATI dalam kehidupan
keperempuanan khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 244


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
k. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan
1. Melakukan pengaturan tata-cara pengelolaan surat-menyurat
yang meliputi penyelenggaraan :
a) Surat masuk.
b) Surat keluar.
c) Pengetikan dan pengadaan surat.
d) Pengaturan administrasi pengarsipan.
e) Pengaturan pengarsipan surat.

2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyusunan


dan pemeliharaan dokumentasi organisasi serta bahan-bahan
yang berkenaan dengan intern dan ekstern organisasi.
3. Mengatur penyelenggaraan produksi atau reproduksi dari
dokumentasi organisasi yang perlu disampaikan kepada seluruh
aparat HMI.
4. Menyelenggarakan aktivitas yang dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan personil bidang kesekretariatan di seluruh
aparat HMI guna meningkatkan kelancaran dan mutu kerja
dalam bidang administrasi dan kesekretariatan.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mendukung
usaha perbaikan peningkatan dan penyempurnaan cara kerja
administrasi dan kesekretariatan di seluruh aparat HMI.

l. Bidang Keuangan dan Perlengkapan


1. Menyusun anggaran dan pengeluaran Pengurus Besar untuk satu
periode dan untuk setiap semester.
2. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan
ketentuan organisasi yang berlaku.
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan untuk setiap
penerimaan dan pengeluaran Pengurus Besar berdasarkan
pedoman administrasi keuangan yang disusun untuk keperluan
ini.
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan dana
organisasi yang halal dan tidak mengikat.
5. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan
dan penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan
organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi sesuai
atau tidak dengan kebutuhan organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 245


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan
organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan serta keindahan
sekretariat.

7. Instansi Pengambilan Keputusan Pengurus Besar


Setiap keputusan Pengurus Besar dilakukan secara musyawarah, karena
itu bersifat organisatoris dengan mengikat seluruh aparat HMI. Cara
yang demikian sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surat asy-Syuro
ayat 38 yang berbunyi :

Dan (bagi) orang-orang yang yang menerima (mematuhi ) seruan


Tuhan-nya dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan)
dengan musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan
sebagian rizki yang kami berikan kepada mereka
.
Dengan begitu setiap keputusan organisatoris pada dasarnya adalah
merupakan mufakat bersama karena setiap personalia aparat HMI wajib
menjunjung tinggi dan melaksanakannya dengan niat luhur dan penuh
tanggungjawab.
Berdasarkan prinsip ini, maka tingkat instansi pengambilan keputusan
dalam Pengurus Besar adalah :
a. Sidang Pleno.
b. Rapat Harian.
c. Rapat Presidium

Disamping itu, untuk mengontrol pelaksanaan program dilakukan


dalam rapat bidang kerja, penjelasan yang lebih terinci dari hal di atas
adalah sebagai berikut :

a. Sidang Pleno
1. Dilaksanakan setiap semester kegiatan selama periode
berlangsung (pasal 22 ayat d ART HMI)
2. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh fungsionaris PB HMI, ketua
umum BADKO seluruh Indonesia, ketua umum badan khusus
setingkat Pengurus Besar.
3. Fungsi dan wewenang sidang pleno adalah :
a) Membahas laporan Pengurus Besar tentang pelaksanaan
ketetapan kongres setiap semester.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 246


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b) Membahas laporan pertanggungjawaban Pengurus Badan
Koordinasi HMI seluruh Indonesia.
c) Membahas laporan pertanggungjawaban pengurus badan-
badan khusus tingkat Pengurus Besar.
d) Membahas hasil sidang Majelis Pengawas dan Konsultasi
Kongres.
e) Mengambil kebijakan dan keputusan yang mendasar bagi
organisasi, baik internal maupun eksternal.

b. Rapat Harian
1. Rapat harian dihadiri oleh seluruh fungsionaris PB HMI, badan
khusus dan lembaga pengembangan profesi nasional.
2. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu
bulan, yakni pada hari jumat dalam minggu pertama, ketiga
setiap bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian :
a) Membahas dan menjabarkan kebijaksanaan yang diambil
dan ditetapkan oleh sidang pleno.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang
diambil atau ditetapkan oleh presidium dan untuk
kemudian mengambil dan mempertimbangkan keputusan
selanjutnya.
c) Mendengar laporan dari seluruh fungsionaris PB dan para
ketua umum badan khusus.

c. Rapat Presidium
1. Rapat presidium dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Jenderal, Wakil Sekretatis Jenderal, Bendahara Umum
dan Wakil Bendahara Umum.
2. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya empat kali dalam
satu bulan yakni pada hari Jum’at dari tiap minggu. Untuk
minggu pertama, kedua dan ketiga diintegrasikan ke dalam rapat
harian.
3. Fungsi dan wewenang rapat presidium :
a) Mengambil keputusan tentang organisasi sehari-hari baik
intern maupun ekstern.
b) Mendengarkan informasi tentang perkembangan dari
berbagai aspek organisasi baik intern maupun ekstern.
c) Mengevaluasi perkembangan ekstern organisasi dan
dampaknya bagi perkembangan organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 247


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Rapat Bidang
1. Rapat bidang dihadiri oleh aparat bidang yang bersangkutan.
2. Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu
bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh
setiap bidang.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari
setiap bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi
teknis maupun waktu.
c) Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijakan yang
ditetapkan oleh rapat.

e. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris PB HMI.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester
presidium.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran
untuk seluruh kegiatan Pengurus Besar selama satu semester

B. PENGURUS CABANG

1. Status Pengurus Cabang


Sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Bagian VI pasal 28
Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa Islam mengenai
status Pengurus Cabang dalam struktur pimpinan khususunya status
Pengurus Cabang adalah :
a. Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang merupakan
satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Kota Besar atau
Ibukota Propinsi/Kabupaten/Kota yang terdapat perguruan
tinggi.
b. Di luar Negara Kesatuan Republik Indonesia, Cabang
merupakan satu kesatuan organisasi yang dibentuk di Ibukota
Negara dan Kota Besar lainnya di Negara tersebut yang terdapat
banyak Mahasiswa Muslim.
c. Masa jabatan Pengurus Cabang adalah satu tahun semenjak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Demisioner.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 248


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Tugas dan Wewenang Pengurus Cabang

Sesuai dengan aturan yang tercantum pada Bagian VI pasal 30


Anggaran Rumah Tangga HMI, tugas dan wewenang Pengurus
Cabang ialah :
a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Konferensi/Musyawarah
Cabang, serta ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang
diberikan oleh Pengurus Besar atau Pengurus BADKO.
b. Membentuk Koordinator Komisariat (KORKOM) bila diperlukan
dan mengesahkan kepengurusannya.
c. Mengesahkan Pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat
Cabang
d. Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.
e. Melaksanakan Sidang Pleno sekurang-kurangnya sekali dalam 4
(empat) bulan atau 2 (dua) kali selama satu periode berlangsung.
f. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Cabang minimal satu
minggu sekali, selama periode berlangsung.
g. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Cabang minimal 1 (satu)
kali dalam sebulan.
h. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Besar melalui Pengurus BADKO.
i. Memilih dan mengesahkan 1 (satu) orang Formateur/Ketua
Umum dan 2 (dua) orang mide Formateur dari 3 (tiga) calon
Anggota Formateur KORKOM yang dihasilkan Musyawarah
Komisariat dengan memperhatikan suara terbanyak dan
mengesahkan susunan Pengurus KORKOM yang diusulkan
Formateur/Ketua Umum KORKOM.
j. Mengusulkan pembentukan dan pemekaran Cabang melalui
Musyawarah Daerah.
k. Menyelenggarakan Konferensi/Musyawarah Cabang.
l. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota
Biasa melalui Konferensi/Musyawarah Cabang.
m. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Konferensi/Musyawarah
Cabang, serta ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang
diberikan oleh Pengurus Besar atau Pengurus BADKO.
n. Membentuk Koordinator Komisariat (KORKOM) bila diperlukan
dan mengesahkan kepengurusannya.
o. Mengesahkan Pengurus Komisariat dan Badan Khusus di tingkat
Cabang
p. Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 249


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
q. Melaksanakan Sidang Pleno sekurang-kurangnya sekali dalam 4
(empat) bulan atau 2 (dua) kali selama satu periode berlangsung.
r. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Cabang minimal satu
minggu sekali, selama periode berlangsung.
s. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Cabang minimal 1 (satu)
kali dalam sebulan.
t. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Besar melalui Pengurus BADKO.
u. Memilih dan mengesahkan 1 (satu) orang Formateur/Ketua
Umum dan 2 (dua) orang mide Formateur dari 3 (tiga) calon
Anggota Formateur KORKOM yang dihasilkan Musyawarah
Komisariat dengan memperhatikan suara terbanyak dan
mengesahkan susunan Pengurus KORKOM yang diusulkan
Formateur/Ketua Umum KORKOM.
v. Mengusulkan pembentukan dan pemekaran Cabang melalui
Musyawarah Daerah.
w. Menyelenggarakan Konferensi/Musyawarah Cabang.
x. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Anggota
Biasa melalui Konferensi/Musyawarah Cabang.

3. Struktur Organisasi Pengurus Cabang

Ditinjau dari struktur organisasi, maka bentuk organisasi yang


dipertanggungjawabkan Pengurus Cabang adalah bentuk garis dan
fungsional, sama dengan Pengurus Besar HMI.
Dalam organisasi yang berbentuk garis dan fungsional, wewenang
ketua umum didelegasikan kepada satuan-satuan organisasi atau
bidang-bidang kerja yang dipimpin oleh para ketua dari setiap bidang-
bidang kerja yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab atas
pelaksanaan tugas bidangnya masing-masing. Kemudian secara
fungsional tanggung jawab itu dipertanggungjawabkan oleh ketua
masing-masing bidang kerja kepada ketua umum.
Struktur organisasi Cabang sesuai dengan pembidanggannya adalah :
a. Bidang Pembinaan Anggota.
b. Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
c. Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan.
d. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
e. Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah
f. Bidang Pemberdayaan Umat
g. Bidang Pemberdayaan Perempuan
h. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 250


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
i. Bidang Keuangan dan Perlengkapan

4. Komposisi Personalia Pengurus Cabang


Format Pengurus Cabang sedapat-dapatnya disesuaikan dengan
formasi Pengurus Besar seperti tercantum dalam pasal 29 Anggaran
Rumah Tangga HMI. Struktur organisasi Pengurus Cabang diisi
dengan personalia yang memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam
Bab II bagian VI pasal 29 b Anggaran Rumah Tangga HMI, yakni
anggota biasa yang bertaqwa kepada Allah SWT, dapat membaca Al-
Qur’an, tidak sedang dijatuhi sanksi organisasi, dinyatakan lulus LK II,
pernah menjadi pengurus komisariat dan/atau KORKOM dan tidak
menjadi personalia pengurus Cabang untuk periode ketiga kalinya
kecuali jabatan ketua umum.

Komposisi personalia yang mengisi struktur Pengurus Cabang adalah :

1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan Kepemudaan
5. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
6. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah
7. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat
8. Ketua Bidang HAM dan Lingkungan Hidup
9. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
10. Sekretaris Umum
11. Wakil Sekretaris Umum Pembinaan Anggota
12. Wakil Sekretaris Umum Pembinaan Aparat Organisasi
13. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi Kemahasiswaan dan
Kepemudaan
14. Wakil Sekretaris Umum Kewirausahaan dan Pengembangan
Profesi
15. Wakil Sekretaris Umum Partisipasi Pembangunan Daerah
16. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Umat
17. Wakil Sekretaris Umum Hak Asasi Manusia dan Lingkungan
Hidup
18. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan
19. Bendahara Umum
20. Wakil Bendahara Umum
Departemen-Departemen
21. Departemen Pengkajian Data dan Infomasi Anggota
22. Departemen Diklat Anggota
23. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader
24. Departemen Pembinaan Aparat Organisasi
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 251
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
25. Departemen Pengembangan Organisasi
26. Departemen Perguruan Tinggi Dan Kemahasiswaan
27. Departemen Perintisan Perguruan Tinggi Excellent
28. Departemen Kepemudaan
29. Departemen Kewirausahaan
30. Departemen Pengembangan Profesi
31. Departemen Partisipasi Pembangunan Daerah
32. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan
33. Departemen Hubungan Lembaga Islam
34. Departemen HAM
35. Departemen Lingkungan Hidup
36. Departemen Kajian Perempuan
37. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan
38. Departemen Penerangan dan Humas
39. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan
40. Departemen Logistik
41. Departemen Pengelolaan Sumber Dana.

5. Fungsi Personalia Pengurus Cabang


Masing-masing personalia Pengurus Cabang menjalankan fungsinya
sebagai berikut :
1. Ketua Umum adalah penanggungjawab dan koordinator umum
dalam melaksanakan tugas-tugas ekstern dan intern organisasi
yang bersifat umum pada tingkat Cabang.
2. Ketua Bidang Pembinaan Anggota adalah penanggungjawab dan
koordinator kegiatan pembinaan anggota di tingkat Cabang.
3. Ketua Bidang Pembinaan Aparat Organisasi adalah
penanggungjawab dan koordinator kegiatan pembinaan aparat
organisasi pada tingkat Cabang.
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang perguruan tinggi, kemahasiswaan dan kepemudaan
di tingkat Cabang.
5. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan Kewirausahaan
dan Pengembangan Profesi di tingkat Cabang.
6. Ketua Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah adalah
penanggungjawab dan koordinator kegiatan partisipasi
pembangunan daerah di tingkat Cabang.
7. Ketua Bidang Pemberdayaan Umat adalah penanggungjawab
dan koordinator kegiatan pemberdayaan umat di tingkat Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 252


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
8. Ketua Bidang Hak Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup
adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan hak asasi
manusia dan lingkungan hidup di tingkat Cabang.
9. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah
penanggungjawab dan koordinator kegiatan keperempuanan di
tingkat Cabang.
10. Sekretaris Umum adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan dalam bidang data dan pustaka, ketatusahaan, dan
penerangan serta hubungan organisasi dengan pihak ekstern di
tingkat Cabang.
11. Wakil Sekretaris Umum Pembinaan Anggota bertugas atas
nama Sekretaris Umum untuk kegiatan pembinaan anggota
membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
12. Wakil Sekretaris Umum Pembinaan Aparat Organisasi
bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan pembinaan
aparat organisasi membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
13. Wakil Sekretaris Umum PTKP bertugas atas nama Sekretaris
Umum untuk kegiatan PTKP membantu ketua bidangnya di
tingkat Cabang.
14. Wakil Sekretaris Umum Kewirausahaan dan Pengembangan
Profesi bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan
Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi membantu ketua
bidangnya di tingkat Cabang.
15. Wakil Sekretaris Umum Partisipasi Pembangunan Daerah
bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan PPD
membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
16. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Umat bertugas atas
nama Sekretaris Umum untuk kegiatan pemberdayaan umat
membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
17. Wakil Sekretaris Umum HAM dan Lingkungan Hidup
bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan HAM dan
lingkungan hidup membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
18. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan bertugas
atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan pemberdayaan
perempuan membantu ketua bidangnya di tingkat Cabang.
19. Bendahara Umum adalah penanggungjawab dan koordinator
kegiatan dibidang administrasi keuangan dan perlengkapan
organisasi di tingkat Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 253


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
20. Wakil bendahara umum bertugas atas nama bendahara umum
dalam mengelola administrasi keuangan dan perlengkapan
organisasi di tingkat Cabang.
21. Departemen Pengkajian Data dan Infomasi Anggota bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di
bidang pengkajian data dan informasi di tingkat Cabang.
22. Departemen Diklat Anggota bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang diklat anggota
di tingkat Cabang.
23. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di
bidang pengembangan dan promosi kader di tingkat Cabang.
24. Departemen Pembinaan Aparat Organisasi bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
aparat organisasi di tingkat Cabang.
25. Departemen Pengembangan Organisasi bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengembangan organisasi di tingkat Cabang.
26. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di
bidang perguruan tinggi dan kemahasiswaan di tingkat Cabang.
27. Departemen Perintisan Perguruan Tinggi Excellent bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di
bidang perintisan perguruan tinggi excellent di tingkat Cabang.
28. Departemen Kepemudaan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang kepemudaan
di tingkat Cabang.
29. Departemen Kewirausahaan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
kewirausahaan di tingkat Cabang.
30. Departemen Pengembangan Profesi bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengembangan profesi di tingkat Cabang.
31. Departemen Partisipasi Pembangunan Daerah bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
partisipasi pembangunan daerah di tingkat Cabang.
32. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengkajian masalah keumatan di tingkat Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 254


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
33. Departemen Hubungan Lembaga Islam bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
hubungan lembaga Islam di tingkat Cabang.
34. Departemen Hak Asasi Manusia bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang HAM di
tingkat Cabang.
35. Departemen Lingkungan Hidup bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang lingkungan
hidup di tingkat Cabang.
36. Departemen Kajian Perempuan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang kajian
perempuan di tingkat Cabang.
37. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
hubungan lembaga perempuan di tingkat Cabang.
38. Departemen Penerangan dan Humas bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
penerangan dan humas di tingkat Cabang.
39. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
administrasi dan kesekretariatan di tingkat Cabang.
40. Departemen Logistik bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang logistik di tingkat Cabang.
41. Departemen Pengelolaan Sumber Dana bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengolahan sumber dana di tingkat Cabang.

6. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Cabang

Masing-masing bidang kerja dalam Pengurus Cabang dalam


menjalankan wewenang dan tanggung jawabnya adalah sebagai
berikut:

a. Bidang Pembinaan Anggota


1. Mendorong tumbuh dan berkembangnya Badan Pengelola
Latihan
2. Mengembangkan model-model pelatihan yang dapat
memenuhi kebutuhan anggota melalui pilot project, serta
mengupayakan tindak lanjut atas hasil yang telah
diselenggarakan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 255


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Merumuskan dan mengembangkan pola pembinaan anggota
yang komprehensif sebagai manifestasi dari konsepsi
perkaderan anggota.
4. Dengan bidang lain melakukan penyusunan data base anggota
dan memanfaatkannya bagi upaya peningkatan kualitas
anggota.
5. Melakukan kerja sama dengan pihak lain dalam rangka
pembinaan anggota untuk meningkatkan kualitas sumber
daya anggota.

b. Bidang Pembinaan Aparat Organisasi


1. Menyelenggarakan upaya-upaya terbentuknya sikap dan
disiplin aparat terhadap seluruh ketentuan organisasi.
2. Menyelenggarakan penelitian dalam rangka penyusunan data
perkembangan aparat secara teratur.
3. Mendorong terciptanya mekanisme organisasi secara sehat
dinamis serta memberikan ruang gerak yang komprehensif
terhadap perkembangan aparat organisasi di seluruh
Indonesia.
4. Melakukan standarisasi dan akreditasi kelayakan struktur
HMI dari tingkat Pengurus Cabang hingga Komisariat.
5. Melakukan kegiatan lainnya yang dapat menunjang
peningkatan dan pengembangan potensi serta kualitas
organisasi.

c. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan


1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan partisipasi aktif, korektif dan konstruktif dari
seluruh anggota dan alumni HMI di lingkungan Cabang
dalam mewujudkan kehidupan kampus yang demokratis
selaras dengan kebijakan organisasi secara nasional.
2. Mengusahakan agar para anggota dan alumni HMI di
lingkungan HMI ikut serta secara aktif meningkatkan fungsi
dan peranan perguruan tinggi di tengah kehidupan
bermasyarakat.
3. Melakukan kegiatan yang mendorong anggota dan alumni
HMI di lingkungan Cabang untuk meningkatkan kehidupan
beragama dikampus antara lain dengan :
a) Memprakarsai kegiatan-kegiatan agama (Islam) di
lingkungan kampus.
b) Meningkatkan efektifitas kehidupan masjid kampus.
c) Melakukan diskusi-diskusi untuk meningkatkan konsep
Islam tentang berbagai segi kehidupan masyarakat.
4. Menyelenggarakan diskusi, simposium dan sebagainya yang
berkenaan dengan pengkajian terhadap penyempurnaan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 256


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
sistem pendidikan umum dan sistem pendidikan tinggi
khususnya di tingkat Cabang.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat
menunjang partisipasi anggota dan alumni HMI di lingkungan
Cabang dalam mewujudkan kehidupan kampus umumnya
dan dunia kemahasiswaan khususnya.

d. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi


1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat
mengembangkan fungsinya dan peran lembaga pengembangan
profesi, baik sebagai sarana pengembangan profesi anggota
maupun wadah dharma bhakti kemasyarakatan HMI di
seluruh aparat dalam upaya berperan serta dalam
pembangunan.
2. Menyusun program bidang kewirausahaan dan
pengembangan profesi yang relevan bagi setiap lembaga
pengembangan profesi.
3. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitas personil pengelola lembaga pengembangan profesi di
seluruh aparat antara lain dengan :
a) Mendorong seluruh aparat HMI untuk melakukan latihan
pengembangan keterampilan mengelola lembaga
pengembangan profesi.
b) Mendorong seluruh aparat HMI untuk menyelenggarakan
kerja-kerja sosial kemasyarakatan.
4. Mengusahakan hubungan kerja sama secara kelembagaan
antara lembaga-lembaga pengembangan profesi HMI dengan
lembaga lain baik pemerintah maupun swasta.
5. Mengkampanyekan dan menanamkan etos kemandirian dan
kewirausahaan sebagai personalitas anggota HMI.

e. Bidang Partisipasi Pembangunan Daerah


1. Pengadaan kajian tentang berbagai aspek pembangunan
daerah.
2. Berpartisipasi aktif dalam usaha pembangunan daerah.
3. Berperan aktif dalam usaha pengentasan kemiskinan di
daerah.
4. Melaksanakan kegiatan peningkatan kesejahteraan dan
pemberdayaan masyarakat.
5. Meningkatkan kerjasama/hubungan dengan pemerintah,
orsospol, ormas dan lembaga pembangunan masyarakat.
6. Melaksanakan kegiatan–kegiatan yang mendorong
terwujudnya kehidupan masyarakat yang demokratis dan
berkeadilan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 257


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
f. Bidang Pemberdayaan Umat
1. Menyelenggarakan kegiatan yang mendukung terwujudnya
hubungan yang efektif dengan organisasi-organisasi Islam
khususnya dengan organisasi kemahasiswaan, pelajar dan
pemuda Islam.
2. Mengembangkan pola kajian yang kontinyu untuk menggali
pemikiran yang bermanfaat dalam berbagai segi kehidupan
umat Islam guna disumbangkan sebagai kontribusi gagasan
pada lembaga-lembaga sosial, keagamaan dan politik.
3. Menjalin hubungan intensif untuk menggalang seluruh
kekuatan umat Islam dalam rangka mengembangkan syiar
Islam serta menjawab kebutuhan pemecahan masalah
keumatan dan kebangsaan.
4. Melakukan langkah-langkah nyata dalam rangka peningkatan
kualitas sumber daya umat dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
5. Melakukan advokasi langsung atas hal-hal yang nyata-nyata
merugikan keberadaan umat Islam.

g. Bidang Hah Asasi Manusia dan Lingkungan Hidup


1. Mengadakan kajian tentang berbagai aspek dalam bidang
HAM dan lingkungan hidup.
2. Merumuskan pola dan partisipasi HMI dalam menyikapi
bidang HAM dan lingkungan hidup.
3. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat meningkatkan
partisipasi aktif dalam merespon isu-isu tentang HAM dan
lingkungan hidup.

h. Bidang Pemberdayaan Perempuan


1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan sadar gender sebagai salah
satu pencapaian (achievement) organisasi.
2. Merumuskan pemikiran-pemikiran kualitatif yang bermanfaat
bagi kemajuan KOHATI dan sesama organisasi perempuan
lainnya, seperti pemikiran-pemikiran tentang peningkatan
kualitas kepemimpinan di kalangan perempuan, mekanisme
dan struktur organisasi yang efektif dan lain sebagainya.
3. Membuat pola perkaderan yang memandang KOHATI
sebagai tempat perkaderan HMI-Wati.
4. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan
upaya bersama di kalangan perempuan dalam menanggulangi
berbagai masalah sosial.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan
kualitas HMI-Wati sesuai dengan tingkat perkembangan
dunia keperempuanan khususnya dalam masyarakat umum.
6. Mengangkat topik pembahasan keperempuanan dalam
kelompok-kelompok diskusi HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 258


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
7. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
KOHATI untuk melakukan sosialisasi organisasi dan
pembinaan terhadap personalia KOHATI dalam :
a) Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anggota
terhadap fungsi dan peranan KOHATI sebagai badan
khusus HMI.
b) Mendorong HMI-Wati untuk mengikuti pelatihan-
pelatihan baik pelatihan umum maupun khusus.
c) Meningkatkan intensitas komunikasi KOHATI dengan
aparat HMI dan alumni.
8. Melakukan berbagai aktivitas lainnya yang menunjang upaya
pembinaan personalia KOHATI, pembinaan operasional
KOHATI serta pembinaan partisipasi KOHATI dalam
kehidupan keperempuanan khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

i. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan


1. Melakukan pengaturan tata-cara pengelolaan surat-menyurat
yang meliputi penyelenggaraan :
a) Surat masuk.
b) Surat keluar.
c) Pengetikan dan pengadaan surat.
d) Pengaturan administrasi pengarsipan.
e) Pengaturan pengarsipan surat.
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyusunan
dan pemeliharaan dokumentasi organisasi serta bahan-bahan
yang berkenaan dengan intern dan ekstern organisasi.
3. Mengatur penyelenggaraan produksi atau reproduksi dari
dokumentasi organisasi yang perlu disampaikan kepada seluruh
aparat HMI.
4. Menyelenggarakan aktivitas yang dapat menambah pengetahuan
dan keterampilan personil bidang kesekretariatan di seluruh
aparat HMI guna meningkatkan kelancaran dan mutu kerja
dalam bidang administrasi dan kesekretariatan.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mendukung
usaha perbaikan peningkatan dan penyempurnaan cara kerja
administrasi dan kesekretariatan di seluruh aparat HMI.

j. Bidang Keuangan Dan Perlengkapan


1. Menyusun anggaran dan pengeluaran Pengurus Cabang untuk
satu periode dan untuk setiap satu semester.
2. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan
ketentuan organisasi yang berlaku.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 259


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan untuk setiap
penerimaan dan pengeluaran Pengurus Cabang berdasarkan
pedoman administrasi keuangan yang disusun untuk keperluan
ini.
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat mendorong seluruh aparat
HMI untuk meningkatkan sumber dana intern khususnya dari
iuran anggota.
5. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan
dan penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan
organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi sesuai
atau tidak dengan kebutuhan organisasi.
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan
organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan serta keindahan
sekretariat.

6. Instansi Pengambilan Keputusan Pengurus Cabang


Setiap keputusan Pengurus Cabang dilakukan secara musyawarah, karena
itu bersifat organisatoris dengan mengikat seluruh aparat HMI. Cara yang
demikian sesuai dengan firman Allah SWT. Dalam surat asy-Syuro ayat 38
yang berbunyi :

Dan (bagi) orang-orang yang yang menerima (mematuhi ) seruan Tuhan-nya


dan mendirikan sholat, sedang urusan mereka (diputuskan) dengan
musyawarah antara mereka; dan mereka menafkahkan sebagian rizki yang
kami berikan kepada mereka.

Berdasarkan prinsip ini, maka tata susunan tingkat instansi pengambilan


keputusan dalam Pengurus Cabang adalah :
a. Sidang pleno.
b. Rapat harian.
c. Rapat presidium

Disamping itu, untuk mengontrol pelaksanaan program dilakukan dalam


rapat bidang kerja, penjelasan yang lebih terinci dari hal di atas adalah
sebagai berikut :

a. Sidang Pleno
1. Melaksanakan setiap semester kegiatan selama periode berlangsung
(pasal 30 ayat e ART HMI)

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 260


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Sidang Pleno dihadiri oleh seluruh fungsionaris Cabang ditambah
dengan Ketua Umum Komisariat, Ketua Umum KORKOM dan
Ketua Umum Badan Khusus dan Lembaga Pengembangan Profesi di
lingkungan Cabang.
3. Fungsi dan wewenang sidang pleno adalah :
a) Membahas laporan Pengurus Cabang tentang pelaksanaan
ketetapan KONFERCAB/MUSCAB setiap semester.
b) Mengambil kebijaksanaan yang mendasar bagi organisasi, baik
intern maupun ekstern.
4. Sidang pleno dilakukan setidak-tidaknya dua kali dalam satu
periode.

b. Rapat Harian Cabang


1. Rapat harian dihadiri oleh seluruh fungsionaris Cabang, Ketua
Umum Badan Khusus dan Lembaga Pengembangan Profesi di
tingkat Cabang.
2. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu
bulan, yakni hari Jumat pada minggu pertama dan ketiga setiap
bulannya.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian :
a) Membahas dan menjabarkan kebijaksanaan yang diambil dan
ditetapkan oleh sidang pleno.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang diambil
atau mempertimbangkan keputusan lainnya.
c) Mendengar laporan dari seluruh fungsionaris Cabang dan para
ketua umum badan khusus dan lembaga pengembangan profesi.

c. Rapat Presidium
1. Rapat presidium dihadiri oleh ketua umum, ketua bidang, sekretaris
umum, wakil sekretaris umum, bendahara umum dan wakil
bendahara umum.
2. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya empat kali dalam satu
bulan yakni, pada hari Jum’at dari tiap minggu . Untuk minggu
pertama dan ketiga diintegrasikan ke dalam rapat harian.
3. Fungsi dan wewenang rapat presidium :
a) Mengambil keputusan tentang organisasi sehari-hari baik intern
maupun ekstern.
b) Mendengarkan informasi tentang perkembangan dari berbagai
aspek organisasi baik intern maupun ekstern.
c) Mengevaluasi perkembangan ekstern organisasi dan dampaknya
bagi perkembangan organisasi.

d. Rapat Bidang
1. Rapat bidang dihadiri oleh aparat bidang yang bersangkutan.
2. Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu
bulan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 261


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh setiap
bidang.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari
setiap bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi teknis
maupun segi waktu.
c) Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh rapat presidium.

e. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris Cabang.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk
seluruh kegiatan Pengurus Cabang selama satu semester.

C. PENGURUS KOMISARIAT

1. Status Pengurus Komisariat

Sesuai dengan ketentuan yang termaksud dalam Bab II Bagian VIII pasal
37 Anggaran Rumah Tangga HMI Komisariat dalam struktur pimpinan,
khususnya program Komisariat adalah sebagai berikut :
a. Komisariat merupakan organisasi yang dibentuk dalam suatu atau
beberapa akademi/fakultas dalam lingkup universitas/perguruan
tinggi.
b. Masa jabatan Pengurus Komisariat adalah satu tahun terhitung sejak
pelantikan/serah terima jabatan dari Pengurus Komisariat demisioner.
c. Pengurus Komisariat merupakan lembaga eksekutif dengan tekanan
kerja dalam hal agama dan pendidikan anggota dalam suatu kesatuan
organisasi satu akademi atau beberapa fakultas di satu universitas.

2. Tugas dan Wewenang Pengurus Komisariat

Sesuai yang tercantum dalam Bab II bagian VIII pasal 39 Anggaran


Rumah Tangga HMI tugas dan kewajiban Pengurus Komisariat adalah :
a. Melaksanakan hasil-hasil ketetapan Rapat Anggota Komisariat dan
ketentuan/kebijakan organisasi lainnya yang diberikan oleh Pengurus
Cabang.
b. Membentuk dan mengembangkan Badan-Badan Khusus.
c. Melaksanakan Rapat Harian Pengurus Komisariat minimal satu bulan
satu kali.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 262


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Melaksanakan Rapat Presidium Pengurus Komisariat minimal 1 (satu)
kali dalam seminggu.
e. Menyampaikan laporan kerja kepengurusan 4 (empat) bulan sekali
kepada Pengurus Cabang.
f. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada anggota biasa
melalui Rapat Anggota Komisariat.

3. Struktur Organisasi Pengurus Komisariat

Bentuk yang digunakan pada Pengurus Komisariat adalah bentuk garis dan
fungsional sama dengan Pengurus HMI Cabang.
Dalam organisasi yang berbentuk garis dan fungsional, wewenang ketua
umum didelegasikan kepada satuan bidang kerja yang dipimpin oleh para
ketua bidang yang mempunyai wewenang dan tanggungjawab atas
pelaksanaan tugas bidangnya masing-masing. Kemudian secara fungsional
tanggung jawab itu dipertanggungjawabkan oleh ketua bidang kepada
ketua umum.
Struktur organisasi Pengurus Komisariat terdiri :
1. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota
2. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
3. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
4. Bidang Pemberdayaan Perempuan
5. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan
6. Bidang Keuangan dan Perlengkapan

4. Komposisi Personalia Pengurus Komisariat

Struktur organisasi Pengurus Komisariat diisi dengan personalia yang


memenuhi persyaratan yaitu anggota biasa yang telah mencapai usia
keanggotaan 1 (satu) tahun dan berprestasi.

Komposisi personalia yang mengisi struktur organisasi Pengurus


Komisariat adalah :

1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan.
4. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
5. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
6. Sekretaris Umum
7. Wakil Sekretaris Umum Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan
Anggota
8. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan
9. Wakil Sekretaris Umum Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
10. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 263


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
11. Bendahara Umum
12. Wakil Bendahara Umum
13. Departemen Diklat Anggota
14. Departemen Litbang Anggota
15. Departemen Data Anggota
16. Departemen Perguruan Tingggi dan Kemahasiswaan
17. Departemen Kepemudaan
18. Departemen Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
19. Departemen Kajian Perempuan
20. Departemen Pembangunan Sumber Daya Perempuan
21. Departemen Data dan Pustaka
22. Departemen Penerangan
23. Departemen Ketatausahaan
24. Departemen Logistik
25. Departemen Pengelolaan Sumber Dana

5. Fungsi Personalia Pengurus Komisariat

Masing-masing personalia Pengurus Komisariat menjalankan fungsinya


sebagai berikut :

1. Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum


dalam pelaksanaan tugas-tugas intern dan ekstern yang bersifat umum
di komisariat.
2. Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota
adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan penelitian,
pengembangan dan pembinaan anggota di tingkat komisariat.
3. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan perguruan tinggi,
kemahasiswaan dan kepemudaan di tingkat komisariat.
4. Ketua Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi adalah
penanggungjawab dan koordinator pembentukan fungsional dan
evaluasi dalam kewirausahaan di tingkat komisariat serta
bertanggungjawab atas koordinasi dengan Lembaga Pengembangan
Profesi (LPP) tingkat Cabang.
5. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah penanggungjawab
dan koordinator kegiatan bidang pemberdayaan perempuan di tingkat
komisariat.
6. Sekretaris Umum adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang data, pustaka, ketatausahaan dan penerangan serta
hubungan organisasi dengan pihak ekstern pada tingkat komisariat.
7. Wakil Sekretaris Umum Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan
Anggota bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan
penelitian, pengembangan dan pembinaan anggota membantu ketua
bidangnya di tingkat komisariat.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 264


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
8. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan
perguruan tinggi, kemahasiswaan dan kepemudaan membantu ketua
bidangnya di tingkat komisariat.
9. Wakil Sekretaris Umum Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi
bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk kegiatan kewirausahaan
dan pengembangan profesi membantu ketua bidangnya di tingkat
komisariat.
10. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan bertugas atas
nama Sekretaris Umum untuk kegiatan pemberdayaan perempuan
membantu ketua bidangnya di tingkat komisariat.
11. Bendahara umum adalah penanggungjawab dan koordinator kegiatan
dalam bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat
komisariat.
12. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum dalam
pengelolaan administrasi keuangan dan perlengkapan organisasi di
tingkat komisariat.
13. Departemen Diklat Anggota bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang diklat anggota di tingkat
komisariat.
14. Departemen Litbang Anggota bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek bidang litbang di tingkat
komisariat.
15. Departemen Data Anggota bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang data anggota di tingkat
komisariat.
16. Departemen Perguruan Tingggi dan Kemahasiswaan bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
perguruan tinggi dan kemahasiswaan di tingkat komisariat.
17. Departemen Kepemudaan bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang kepemudaan di tingkat
komisariat.
18. Departemen Kewirausahaan Pengembangan Profesi bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
kewirausahaan dan pengembangan profesi di tingkat komisariat.
19. Departemen Kajian Perempuan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang kajian perempuan
di tingkat komisariat.
20. Departemen Pembangunan Sumber Daya Perempuan bertugas
sebagai koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pembangunan sumber daya perempuan di tingkat komisariat.
21. Departemen Data dan Pustaka bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang data dan pustaka di
tingkat komisariat.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 265


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
22. Departemen Penerangan bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang penerangan di tingkat
komisariat.
23. Departemen Ketatausahaan bertugas sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang ketatausahaan di tingkat
komisariat.
24. Departemen Logistik bertugas sebagai koordinator operasional dari
kerja dari proyek-proyek di bidang logistik di tingkat komisariat.
25. Departemen Pengelolaan Sumber Dana bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pengelolaan sumber
dana di tingkat komisariat.

6. Wewenang Dan Tanggungjawab Bidang Kerja Pengurus Komisariat

Masing-masing bidang dalam pengurus menjalankan wewenang dan


tanggung jawabnya sesuai :

a. Bidang Penelitian, Pengembangan Anggota dan Pembinaan


Anggota
1. Meyelenggarakan pembinaan anggota komisariat dengan melakukan
pengawasan terhadap training maupun aktivitas yang
diselenggarakan oleh anggota komisariat.
2. Melakukan penelitian dan penilaian baik dari segi program maupun
edukatif terhadap aktivitas anggota maupun aktivitas yang
diselenggarakan oleh komisariat.
3. Mengusahakan tindak lanjut dari setiap aktivitas anggota komisariat
atas hasil penilaian pelaksana aktivitas seelumnya yang dilaksanakan
anggota maupun komisariat.
4. Menyelenggarakan proyek-poyek kerja yang memberikan dampak
positif bagi peningkatan kualitas dan kuantitas aktivitas anggota
seperti diskusi pengembangan kelembagaan perkaderan, kurikulum
aktivitas dan metode training dan sebagainya.
5. Menyelenggarakan kegiatan lain yang dapat menunjang upaya
pembinaan anggota komisariat, training dan pelatihan lainnya.
b. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan Dan Kepemudaan
1. Melakukan kegiatan-kegiatan yang dapat menunjang partisipasi
anggota dan alumni HMI di lingkungan komisariat
(Fakultas/Perguruan Tinggi) aktivitas diskusi kelompok, group
pelajar tutor tiap disiplin ilmu yang ada di Perguruan Tinggi.
2. Melakukan kegiatan yang dapat mendorong anggota dan alumni
komisariat (Fakultas/Perguruan Tinggi) mengikat kehidupan
beragama antara lain :
a) Memprakarsai kegiatan-kegiatan agama (Islam) di lingkungan
kampus.
b) Meningkatkan efektivitas kehidupan masjid kampus.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 266


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c) Melakukan diskusi-diskusi untuk meningkatkan konsep Islam
tentang berbagai segi kehidupan masyarakat.
3. Melakukan kegiatan yang menunjang partisipasi anggota dan alumni
komisariat (Fakultas/Perguruan Tinggi) bersangkutan dalam
mewujudkan kehidupan kampus umumnya di dunia kemahasiswaan
di lingkungan komisariat.
4. Melakukan aksi penelitian dalam lapangan disiplin ilmu masing-
masing dengan melibatkan anggota dan alumni sebagai upaya relasi
tri dharma perguruan tinggi.

c. Bidang Kewirausahaan dan Pengembangan Profesi


1. Menyelenggarakan pembinaan, pengembangan profesionalisme,
melakukan pengawasan terhadap kajian dan program aksi sosial
serta aktivitas yang diselenggarakan oleh anggota komisariat.
2. Melakukan penilaian dan penelitian baik secara kualitatif maupun
kuantitatif atas program-program aksi sosial atau aktivitas
pengembangan profesi yang diselenggarakan oleh anggota
komisariat.
3. Mengusahakan tindak lanjut dari setiap aktivitas anggota komisariat
atas hasil penilaian dan penelitian pelaksanaan program/aksi
dibidang pengembangan profesi yang diselenggarakan oleh anggota
komisariat.
4. Menyelenggarakan proyek-proyek kerja yang dapat memberikan
dampak positif bagi peningkatan kualitas dan kuantitas anggota.
5. Menyelenggarakan kegiatan lain yang dapat menunjang upaya
pembinaan anggota komisariat di bidang pengembangan profesi.

e. Bidang Pemberdayaan Perempuan


1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
HMI-Wati sesuai dengan tingkat perkembangan dunia
keperempuanan khususnya dalam masyarakat umum.
2. Mengangkat topik-topik keperempuan di diskusi-diskusi
komisariat.
3. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat mendorong HMI-Wati
untuk melakukan sosialisasi organisasi dan pembinaan terhadap
kader HMI-Wati dalam :
a) Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anggota terhadap
fungsi dan peranan KOHATI sebagai badan khusus HMI.
b) Mendorong HMI-Wati untuk mengikuti training-training baik
training umum maupun khusus.
c) Meningkatkan komunikasi antara HMI-Wati dengan aparat
HMI dan alumni.
f. Bidang Administrasi dan kesekretariatan
1. Melakukan pengaturan tata-cara pengelolaan surat menyurat yang
meliputi penyelenggaraan :
a) Surat masuk.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 267


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b) Surat keluar
c) Pengetikan dan pengadaan surat.
d) Pengaturan administrasi pengarsipan.
e) Pengaturan pengarsipan surat.
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyusunan
dan pemeliharaan dokumentasi organisasi serta bahan-bahan yang
berkenaan dengan intern dan ekstern organisasi
3. Mengatur penyelenggaraan produksi atau reproduksi dari
dokumentasi organisasi yang perlu disampaikan kepada seluruh
aparat HMI.

f. Bidang Keuangan Dan Perlengkapan


1. Menyusun anggaran dan pengeluaran untuk satu periode dan
untuk setiap satu semester.
2. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan
ketentuan organisasi yang berlaku.
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan untuk setiap
penerimaan dan pengeluaran komisariat berdasarkan pedoman
administrasi keuangan yang disusun untuk keperluan ini.
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat mendorong seluruh aparat
HMI untuk meningkatkan sumber dana intern khususnya dari
iuran anggota.
5. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan
dan penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan
organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan
organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan serta keindahan
sekretariat.

7. Instansi Pengambilan Keputusan Komisariat

Tata susunan instansi pengambilan keputusan dalam Pengurus Kommisariat :


a. Rapat Harian
b. Rapat Presidium

Untuk evaluasi pelaksanaan program dilakukan rapat bidang dan untuk


menyusun rancana kerja operasional diselenggarakan rapat kerja pengurus.

a. Rapat Harian Komisariat


1. Rapat harian dihadiri oleh seluruh fungsionaris komisariat.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 268


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu bulan
yakni pada hari Jum’at dalam minggu pertama dan ketiga setiap bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian :
a) Membahas dan menjabarkan kebijakan yang telah diambil atau
ditetapkan oleh Pengurus Cabang dan sidang pleno.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan sebelumnya.
c) Mendengarkan laporan kegiatan dari seluruh fungsionaris
komisariat.

b. Rapat Presidium Komisariat


1. Rapat presidium dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekretaris
Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Wakil
Bendahara Umum.
2. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya empat kali dalam satu
bulan yakni, pada hari Jum’at setiap minggu. Untuk minggu pertama
dan ketiga diintegrasikan ke dalam rapat harian.
3. Fungsi dan wewenang rapat presidium :
a) Mengambil keputusan tentang internal organisasi sehari-hari,
khususnya dalam hal perkembangan situasi perguruan tinggi dan
kemahasiswaan dalam upaya pembinaan komisariat.
b) Mendengar informasi tentang perkembangan internal organisasi dan
dampaknya bagi perkembangan komisariat.

c. Rapat Bidang
1. Rapat bidang dihadiri oleh aparat bidang yang bersangkutan.
2. Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu
bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh bidang.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari
bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi teknis maupun
segi waktu.
c) Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh rapat presidium.

d. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris komisariat.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk
seluruhkegiatan Pengurus Komisariat selama satu semester.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 269


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
II. STRUKTUR PEMBANTU PIMPINAN
A. PENGURUS BADAN KOORDINASI (BADKO)

1. Status Pengurus

Sesuai dengan ketentuan yang termaksud pada Bab II Bagian V pasal 23


Anggaran Rumah Tangga HMI mengenai status Badan Koordinasi HMI
dalam struktur organisasi umumnya dan pimpinan khususnya, status
BADKO adalah :
a. Badan Koordinasi adalah badan pembantu Pengurus Besar.
b. Badan Koordinasi HMI dibentuk untuk mengkoordinir beberapa
Cabang.
c. Masa jabatan Pengurus Badan Koordinasi disesuaikan dengan masa
jabatan Pengurus Besar.

2. Tugas dan Wewenang Pengurus Badan Koordinasi

Sesuai yang tercantum dalam Bab II Bagian V pasal 25 Anggaran Rumah


Tangga HMI tugas dan wewenang Pengurus BADKO adalah :
a. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Pengurus Besar
tentang berbagai masalah organisasi di wilayahnya.
b. Mewakili Pengurus Besar menyelesaikan persoalan intern di wilayah
koordinasinya tanpa meninggalkan keharusan konsultasi dengan
Pengurus Besar.
c. Melaksanakan segala yang diputuskan Musyawarah Daerah
(MUSDA).
d. Melaksanakan Sidang Pleno setiap semester kegiatan.
e. Membantu menyiapkan draft materi Kongres.
f. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan Cabang dalam wilayah
koordinasinya.
g. Mewakili Pengurus Besar melantik Cabang-Cabang di wilayah
koordinasinya.
h. Meminta laporan perkembangan Cabang-Cabang dalam wilayah
koordinasinya.
i. Menyampaikan laporan kerja Pengurus setiap semester kepada
Pengurus Besar.
j. Menyelenggarakan MUSDA selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan setelah
Kongres.
k. Memberikan laporan pertanggungjawaban kepada MUSDA.

Sebagaimana badan pembantu Pengurus Besar, Badan Koordinasi


berfungsi diantaranya adalah sebagai koordinator yang melaksanakan dan
mengembangkan kebijakan Pengurus Besar tentang berbagai masalah atau

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 270


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
menyelesaikan persoalan-persoalan intern HMI di lingkungan
koordinasinya, tetapi lebih penting lagi dimaksudkan untuk
menyerasikan gerak langkah organisasi selaras dan sejalan dengan
kebijakan PB yang berpedoman kepada ketetapan-ketetapan Kongres
sebagai instansi pengambilan keputusan tertinggi organisasi.

3. Struktur Organisasi Pengurus Badan Koordinasi

Struktur organisasi Pengurus Badan Koordinasi sesuai dengan


pembidangan dalam program kerja nasional HMI, disesuaikan dengan
pembidangan kerja dalam struktur Pengurus Besar kecuali bidang
hubungan internasional yang ada hanya pada tingkat Pengurus Besar,
diantaranya:
a. Bidang Intern
b. Bidang Ekstern
c. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan
d. Bidang Keuangan dan Perlengkapan
e. Bidang Pemberdayaan Perempuan

4. Komposisi Personalia Pengurus Badan Koordinasi

Struktur organisasi Pengurus Badan Koordinasi HMI diisi dengan


personalia yang memenuhi persyaratan sesuai pasal 24 ayat b Anggaran
Rumah Tangga HMI. Oleh sebab itu, maka persyaratan minimal untuk
menjadi Pengurus Badan Koordinasi HMI adalah anggota yang pernah
menjadi Pengurus Komisariat dan Pengurus Cabang serta telah lulus
mengikuti LK II.

Komposisi personalia Pengurus Badan Koordinasi terdiri dari:


1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Intern
3. Ketua Bidang Ekstern
4. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
5. Sekretaris Umum
6. Wakil Sekretaris Umum Intern
7. Wakil Sekretaris Umum Ekstern
8. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan
9. Bendahara Umum
10. Wakil Bendahara Umum
11. Departemen Penelitian dan Pengembangan Kader
12. Departemen Pendidikan dan Latihan
13. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader
14. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi
15. Departemen Pengembangan Organisasi
16. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
17. Departemen Kepemudaan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 271


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
18. Departemen Kewirausahaan
19. Departemen Pengembangan Profesi
20. Departemen Pengkajian Masalah Pembangunan
21. Departemen Informasi Pembangunan Regional
22. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan
23. Departemen Hubungan Lembaga Islam
24. Departemen Kajian Perempuan
25. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan
26. Departemen Penerangan dan Humas
27. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan
28. Departemen Logistik
29. Departemen Pengelolaan Sumber Dana.

Mekanisme penetapan Pengurus Badan Koordinasi HMI dilakukan


melalui Forum Musyawarah Daerah (MUSDA) dengan memilih calon-
calon Ketua Umum/Formateur BADKO maksimal 3 (tiga) orang dan
diusulkan pengesahannya pada Pengurus Besar HMI dengan
memperhatikan suara terbanyak untuk ditetapkan 1 (satu) sebagai Ketua
Umum/Formateur (pasal 26 ayat d ART HMI).

5. Fungsi Personalia Pengurus Badan Koordinasi

Masing-masing personalia Pengurus Badan Koordinasi HMI menjalankan


fungsinya sebagai berikut :

1. Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator dalam


pelaksanaan tugas-tugas intern dan ekstern yang bersifat umum di
tingkat regional.
2. Ketua Bidang Intern adalah penanggungjawab dan koordinator
umum seluruh kegiatan yang sifatnya internal organisasi.
3. Ketua Bidang Ekstern adalah penanggungjawab dan koordinator
umum seluruh kegiatan yang sifatnya eksternal organisasi.
4. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah penanggungjawab
dan koordinator umum seluruh kegiatan bidang Pemberdayaan
Perempuan organisasi.
5. Sekretaris Umum adalah penanggungjawab dan koordinator umum
bidang data dan pustaka ketatausahaan dan penerangan serta
hubungan organisasi dengan pihak eksten di tingkat regional.
6. Wakil Sekretaris Umum Intern bertugas atas nama Sekretaris
Umum untuk kegiatan yang sifatnya intern dalam organisasi.
7. Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris
Umum untuk kegiatan yang sifatnya ekstern dalam organisasi.
8. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan bertugas atas
nama Sekretaris Umum untuk kegiatan yang sifatnya pemberdayaan
perempuan dalam organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 272


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
9. Bendahara Umum adalah penanggungjawab dan koordinator bidang
keuangan dan perlengkapan organisasi.
10. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum
dalam pengolahan administrasi keuangan dan perlengkapan organisasi
tingkat regional.
11. Departemen Penelitian dan Pengembangan Kader sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
penelitian dan pengembangan kader di tingkat regional.
12. Departemen Pendidikan dan Latihan sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pendidikan dan
latihan di tingkat regional.
13. Departemen Pengembangan dan Promosi Kader sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pengembangan dan promosi kader di tingkat regional.
14. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
pendayagunaan aparatur organisasi di tingkat regional.
15. Departemen Pengembangan Organisasi sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pengambangan
organisasi di tingkat regional.
16. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
perguruan tinggi dan kemahasiswaan di tingkat regional.
17. Departemen Kepemudaan sebagai koordinator operasional dari kerja
dari proyek-proyek di bidang kepemudaan di tingkat regional.
18. Departemen Kewirausahaan sebagai koordinator operasional dari
kerja dari proyek-proyek di bidang kewirausahaan di tingkat regional.
19. Departemen Pengembangan Profesi sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pengembangan
profesi di tingkat regional.
20. Departemen Pengkajian Masalah Pembangunan sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di pengkajian
masalah pembangunan di tingkat regional.
21. Departemen Informasi Pembangunan Regional sebagai
koordinator operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang
informasi pembangunan regional di tingkat regional.
22. Departemen Pengkajian Masalah Keumatan sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pengkajian
masalah keumatan di tingkat regional.
23. Departemen Hubungan Lembaga Islam sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang hubungan
lembaga Islam di tingkat regional.
24. Departemen Kajian Perempuan sebagai koordinator operasional
dari kerja dari proyek-proyek di bidang kajian perempuan di tingkat
regional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 273


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
25. Departemen Hubungan Lembaga Perempuan sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang hubungan
lembaga perempuan di tingkat regional.
26. Departemen Penerangan dan Humas sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang penerangan dan
humas di tingkat regional.
27. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang administrasi dan
kesekretariatan di tingkat regional.
28. Departemen Logistik sebagai koordinator operasional dari kerja dari
proyek-proyek di bidang logistik di tingkat regional.
29. Departemen Pengelolaan Sumber Dana sebagai koordinator
operasional dari kerja dari proyek-proyek di bidang pengelolaan
sumber dana di tingkat regional.

6. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Badan


Koordinasi

Masing-masing bidang kerja Pengurus Badan Koordinasi dalam


menjalankan wewenang dan tanggungjawab adalah sebagai berikut :

a. Bidang Intern
1. Melakukan penelitian baik dari segi program maupun dari segi edukatif
terhadap hasil-hasil penyelenggaraan training dan aktivitas yang
dijalankan oleh seluruh aparat Cabang dibawah koordinasi BADKO
bersangkutan.
2. Menyusun data perkembangan anggota disetiap Cabang dalam wilayah
koordinasi.
3. Menyusun data aparat organisasi dan lembaga khusus serta menganalisa
hasil penelitian di kawasan koordinasinya dalam ikhtiar menertibkan
penyelenggaraan organisasi yang sesuai dengan konstitusi.
4. Menyusun data hasil eksternal berdasarkan sektor yang urgen dalam
perkembangan kawasan regional untuk mengembangkan HMI di
wilayah BADKO bersangkutan.
5. Meyelenggarakan koordinasi pengawasan terhadap pelaksanaan training
dan aktivitas yang diselenggarakan oleh seluruh aparat Cabang HMI di
wilayah koordinasinya.
6. Mengusahakan tindak lanjut atas hasil penelitian pelaksanaan training
dan aktivitas yang diselenggarakan oleh aparat HMI Cabang di wilayah
koordinasinya dengan :
a) Mengarahkan dan mensosialisasikan pedoman perkaderan HMI
dalam bentuk petunjuk pelaksanaan training yang operasional.
b) Mengarahkan dan mensosialisasikan pedoman evaluasi training yang
telah ditetapkan oleh organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 274


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c) Menyelenggarakan proyek yang dapat memberikan dampak positif
bagi peningkatan kualitas dan kuantitas pelaksanaan training dan
aktivitas pusdiklat tingkat regional, proyek pengembangan
kelembagaan perkaderan sebagai pilot project penerapan kurikulum
training.
7. Menyelenggarakan kegiatan lainnya yang dapat menunjang pembinaan
anggota.
8. Memperhatikan, mengontrol dan melaksanakan rasionalisasi
kepengurusan dari aparat HMI di wilayah koordinasinya melalui
penggantian pengurus yang teratur, tepat waktu dan rekruitmen
personalia yang sesuai dengan kualitas individu yang diperlukan.
9. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menunjang peningkatan
kualitas kerja dan mekanisme kerja organisasi sesuai dengan
aturan/pedoman organisasi.
10. Mendorong berbagai kegiatan lainnya yang menunjang peningkatan
kualitas kerja dan mekanisme kerja organisasi di wilayah koordinasinya.
11. Melakukan kegiatan yang menunjang peningkatan dan pengembangan
serta potensi organisasi menjalankan usaha di wilayah koordinasinya.
12. Melakukan berbagai kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
personil pengelola lembaga pengembangan profesi di seluruh aparat
antara lain dengan :
a) Mendorong seluruh aparat HMI untuk melakukan latihan
pengembangan ketrampilan mengelola lembaga pengembangan
profesi.
b) Mendorong seluruh aparat HMI untuk menyelenggarakan kerja-
kerja sosial kemasyarakatan.
c) Mengusahakan hubungan kerja sama secara kelembagaan antara lain
lembaga-lembaga pengembangan profesi (LPP) HMI dengan
berbagai lembaga pengembangan profesi dan lembaga-lembaga
penelitian kemasyarakatan.

b. Bidang Ekstern
1. Menyelenggarakan kegiatan yang dapat meningkatkan partisipasi
aktif, korektif dan konstruktif dari seluruh anggota dan alumni
HMI dalam mewujudkan kehidupan kampus yang demokratis di
wilayah koordinasinya.
2. Mengusahakan agar para anggota dan alumni HMI ikut serta secara
aktif meningkatkan fungsi dan peranan perguruan tinggi di tengah
kehidupan masyarakat.
3. Mengadakan kajian-kajian tentang berbagai aspek dan merumuskan
pola serta bentuk partisipasi HMI dalam pembangunan regional.
4. Mengembangkan pola kajian yang kontinyu untuk menggali
pemikiran yang bermanfaat dalam berbagai segi kehidupan umat
Islam guna disumbangkan sebagai kontribusi gagasan pada lembaga-
lembaga sosial, keagamaan dan politik.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 275


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
5. Mengadakan kajian-kajian dan melakukan penyikapan terhadap
masalah hukum dan HAM di tingkat regional.
6. Mengadakan kajian-kajian dan melakukan penyikapan terhadap
masalah lingkungan hidup di tingkat regional.

c. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan


1. Melakukan pengaturan tata-cara pengelolaan surat menyurat yang
meliputi penyelenggaraan :
a) Surat masuk.
b) Surat keluar.
c) Pengetikan dan pengadaan surat.
d) Pengaturan administrasi pengarsipan.
e) Pengaturan pengarsipan surat.
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyusunan dan
pemeliharaan dokumentasi organisasi serta bahan-bahan yang
berkenaan dengan intern dan ekstern organisasi
3. Mengatur penyelenggaraan produksi atau reproduksi dari
dokumentasi organisasi yang perlu disampaikan kepada seluruh
aparat HMI.
4. Menyelenggarakan aktivitas yang dapat menambah pengetahuan dan
keterampilan personil bidang kesekretariatan di seluruh aparat HMI
guna meningkatkan kelancaran dan mutu kerja dalam bidang
administrasi dan kesekretariatan.
5. Melaksanakan kegiatan-kegiatan lainnya yang dapat mendukung
usaha perbaikan peningkatan dan penyempurnaan cara kerja
administrasi dan kesekretariatan di seluruh aparat HMI.

d. Bidang Keuangan dan Perlengkapan


1. Menyusun anggaran dan pengeluaran Pengurus Badan Koordinasi
untuk satu periode dan untuk setiap semester.
2. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan
ketentuan organisasi yang berlaku.
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan untuk setiap
penerimaan dan pengeluaran Pengurus Badan Koordinasi
berdasarkan pedoman administrasi keuangan yang disusun untuk
keperluan ini.
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan dana organisasi
yang halal dan tidak mengikat.
5. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan
dan penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi sesuai
atau tidak dengan kebutuhan organisasi.
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 276
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan
organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan serta keindahan
sekretariat.

e. Bidang Pemberdayaan Perempuan


1. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas
HMI-Wati sesuai dengan tingkat perkembangan dunia perempuan
khususnya dalam masyarakat.
2. Merumuskan pemikiran-pemikiran kualitatif yang bermanfaat bagi
kemajuan KOHATI dan sesama organisasi perempuan lainnya,
seperti pemikiran-pemikiran tentang peningkatan kualitas
kepemimpinan di kalangan perempuan, mekanisme dan struktur
organisasi yang efektif dan lain sebagainya.
3. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang dapat menumbuhkan upaya
bersama di kalangan perempuan dalam menanggulangi berbagai
masalah sosial kemasyarakatan.
4. Mengangkat topik pembahasan keperempuanan dalam kelompok–
kelompok diskusi HMI.
5. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
KOHATI untuk melakukan sosialisasi organisasi dan pembinaan
terhadap personalia KOHATI dalam :
a) Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anggota terhadap
fungsi dan peranan KOHATI sebagai badan khusus HMI.
b) Mendorong HMI-Wati untuk mengikuti training-training baik
training umum maupun khusus.
c) Meningkatkan intensitas komunikasi antara KOHATI dengan
aparat HMI dan alumni.
6. Menyelenggarakan berbagai usaha yang dapat mendorong
peningkatan peranan KOHATI dalam wadah kerjasama organisasi
perempuan.
7. Melakukan berbagai aktivitas lainnya yang menunjang upaya
pembinaan personalia KOHATI, pembinaan operasional
KOHATI serta pembinaan partisipasi KOHATI dalam kehidupan
perempuan khususnya dan masyarakat.

7. Instansi Pengambilan Keputusan Pengurusan BADKO

Tata susunan tingkat instansi pengambilan keputusan dalam Pengurus Badan


Koordinasi adalah :
a. Sidang Pleno.
b. Rapat Harian.
c. Rapat Presidium

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 277


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Sidang Pleno BADKO
1. Sidang pleno BADKO adalah instansi tertinggi pengambilan
keputusan di tingkat Badan Koordinasi.
2. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh fungsionaris Pengurus Badan
Koordinasi, ditambah dengan Ketua Umum Cabang di wilayah
koordinasinya.
3. Fungsi dan wewenang sidang pleno :
a) Membahas laporan Pengurus Badan Koordinasi tentang
pelaksanaan tugas yang telah ditetapkan oleh MUSDA untuk tiap
semester.
b) Mendengar laporan Pengurus Cabang di wilayah kordinasinya.
c) Mengambil kebijakan yang mendasar bagi organisasi, baik intern
maupun ekstern yang berpedoman dan selaras dengan kebijakan
HMI secara nasional di tingkat regional.
4. Sidang pleno setidak-tidaknya dilakukan enam bulan sekali atau
empat kali dalam satu periode.

b. Rapat Harian BADKO


1. Rapat harian BADKO dihadiri seluruh fungsionaris BADKO.
2. Rapat harian BADKO dilaksanakan setidak tidaknya satu kali dalam
satu bulan, yakni pada hari Jum’at minggu terakhir.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian adalah :
a) Membahas dan menjabarkan kebijakan yang telah diambil atau
ditetapkan organisasi secara nasional dan yang telah ditetapkan
sidang pleno BADKO untuk disosialisasikan di wilayah
koordinasinya.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan rapat presidium
BADKO untuk kemudian mengambil atau mempertimbangkan
keputusan dari seluruh kebijakannya.
c) Mendengar laporan kegiatan dari seluruh fungsionaris Pengurus
Badan Koordinasi menyangkut bidang-bidangnya.

c. Rapat Presidium BADKO


1. Rapat presidium BADKO dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua Bidang,
Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan
Wakil Bendahara Umum.
2. Rapat presidium dilakukan setidak-tidaknya empat kali dalam satu
bulan, yakni pada hari Jum’at setiap minggunya.
3. Fungsi dan wewenang rapat presidium BADKO :
a) Mengambil keputusan tentang perkembangan organisasi sehari-
hari baik intern maupun ekstern di wilayah koordinasinya,
khususnya pengaruh perkembangannya terhadap kelangsungan
aktivitas/program yang telah ditetapkan.
b) Mendengar informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek
organisasi baik intern maupun ekstern di tingkat regional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 278


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c) Mengevaluasi perkembangan ekstern organisasi dan dampaknya
bagi perkembangan organisasi di wilayah koordinasinya.

d. Rapat Bidang
1. Rapat bidang dihadiri oleh aparat bidang yang bersangkutan.
2. Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu
bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh setiap
bidang.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari
setiap bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi teknis
maupun segi waktu.
4. Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh rapat presidium.
e. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris BADKO.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk
seluruh kegiatan Pengurus Badan Koordinasi selama satu semester.

B. PENGURUS KOORDINATOR KOMISARIAT (KORKOM)

1. Status Pengurus

Sesuai dengan ketentuan yang termaksud pada bagian VII pasal 33


Anggaran Rumah Tangga HMI mengenai status Koordinator Komisariat
dalam struktur organisasi umumnya dan pimpinan khususnya, status
Koordinator Komisariat adalah :
a. Koordinator Komisariat adalah badan pembantu Pengurus Cabang.
b. Koordinator Komisariat HMI dibentuk untuk mengkoordinir
beberapa komisariat.
c. Masa jabatan Pengurus Koordinator Komisariat disesuaikan dengan
masa jabatan Pengurus Cabang.

2. Tugas dan Wewenang Pengurus Koordinator Komisariat

a. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan Pengurus Cabang


tentang berbagai masalah organisasi di wilayahnya.
b. Mewakili Pengurus Cabang menyelesaikan persoalan intern di
wilayah koordinasinya dan berkonsultasi serta berkoordinasi dengan
Pengurus Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 279


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Melaksanakan Ketetapan-ketetapan Musyawarah Komisariat.
d. Menyampaikan laporan kerja di Sidang Pleno Pengurus Cabang dan
di waktu lain ketika diminta Pengurus Cabang.
e. Membantu menyiapkan draft materi Konferensi Cabang.
f. Mengkoordinir dan mengawasi kegiatan Komisariat dalam wilayah
koordinasinya.
g. Meminta laporan Komisariat dalam wilayah koordinasinya.
h. Menyelenggarakan Musyawarah Komisariat selambat-lambatnya 2
(dua) bulan setelah Konferensi Cabang.
i. Menyampaikan laporan pertanggungjawaban kepada Pengurus
Cabang melalui Rapat Harian Pengurus Cabang selambat-lambatnya 1
(satu) minggu sebelum Musyawarah Komisariat dan menyampaikan
laporan kerja selama periode kepengurusan di Musyawarah
Komisariat.
j. Mengusulkan kenaikan dan penurunkan status Komisariat di wilayah
koordinasinya berdasarkan evaluasi perkembangan Komisariat.
k. Mengusulkan kepada Pengurus Cabang pembentukan Komisariat
Persiapan.

Sebagaimana badan pembantu Pengurus Cabang, Koordinator Komisariat


berfungsi diantaranya adalah sebagi koordinator yang melaksanakan dan
mengembangkan kebijakan pengurus Cabang tentang berbagai masalah
atau menyelesaikan persoalan-persoalan intern HMI di lingkungan
koordinasinya tetapi lebih penting lagi dimaksudkan untuk menyerasikan
gerak langkah organisasi selaras dan sejalan dengan kebijakan Pengurus
Cabang yang berpedoman kepada ketetapan-ketetapan kongres sebagai
instansi pengambilan keputusan.

3. Struktur Organisasi Pengurus Koordinator Komisariat

1. Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota.


2. Bidang Pengembangan dan Pembinaan Aparat Organisasi.
3. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan.
4. Bidang Pemberdayaan Perempuan.
5. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan.
6. Bidang Keuangan dan Perlengkapan.

4. Komposisi Personalia Pengurus KORKOM

1. Ketua Umum
2. Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota
3. Ketua Bidang Pengembangan dan Pembinaan Aparat Organisasi
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan
5. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan
6. Sekretaris Umum

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 280


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
7. Wakil Sekretaris Umum Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan
Anggota
8. Wakil Sekretaris Umum Pengembangan dan Pembinaan Aparat
Organisasi
9. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan
10. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan
11. Bendahara Umum
12. Wakil Bendahara Umum
13. Departemen Pendidikan dan Latihan Anggota
14. Departemen Pengembangan Perkaderan
15. Departemen Data Aparat Organisasi
16. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi
17. Departemen Pengembangan Aparat
18. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan
19. Departemen Kepemudaan
20. Departemen Kajian Perempuan
21. Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan
22. Departemen Data dan Pustaka
23. Departemen Penerangan
24. Departemen Ketatausahaan
25. Departemen Logistik
26. Departemen Pegelolaan Sumber Dana

5. Fungsi Personalia Pengurus KORKOM

1. Ketua Umum adalah penanggung jawab dan koordinator umum


dalam pelaksanaan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang
bersifat umum pada tingkat KORKOM.
2. Ketua Bidang Penelitian, Pengembangan dan Pembinaan Anggota
adalah penanggungjawab dan koordinator bidang penelitian,
pengembangan dan pembinaan anggota.
3. Ketua Bidang Pengembangan dan Pembinaan Aparat Organisasi
adalah penanggungjawab dan koordinator bidang pengembangan dan
pembinaan aparat organisasi.
4. Ketua Bidang Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan adalah
penanggungjawab dan koordinator bidang perguruan tinggi dan
kemahasiswaan.
5. Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan adalah penanggungjawab
dan koordinator bidang pemberdayaan perempuan.
6. Sekretaris Umum penanggungjawab dan koordinator kegiatan dalam
bidang data dan pustaka ketatausahaan dan penerangan serta hubungan
organisasi dengan pihak ekstern tingkat KORKOM.
7. Wakil Sekretaris Umum Penelitian, Pengembangan dan
Pembinaan Anggota (PPPA) bertugas untuk kegiatan PPPA
membantu ketua bidangnya di tingkat KORKOM.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 281


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
8. Wakil Sekretaris Umum Pengembangan dan Pembinaan Aparat
Organisasi (PPAO) bertugas untuk kegiatan PPAO membantu ketua
bidangnya di tingkat KORKOM.
9. Wakil Sekretaris Umum Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan
Kepemudaan (PTKP) bertugas untuk kegiatan PTKP membantu
ketua bidangnya di tingkat KORKOM.
10. Wakil Sekretaris Umum Pemberdayaan Perempuan bertugas untuk
kegiatan pemberdayaan perempuan membantu ketua bidangnya di
tingkat KORKOM.
11. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator
kegiatan di bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat
KORKOM.
12. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum
dalam pengolahan administrasi keuangan dan perlengkapan organisasi.
13. Departemen Pendidikan dan Latihan (Diklat) Anggota bertugas
sebagai koordinator operasional dan kerja dari proyek-proyek di
bidang diklat anggota di tingkat KORKOM.
14. Departemen Pengembangan Perkaderan bertugas sebagai
koordinator operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang
pengembangan perkaderan di tingkat KORKOM.
15. Departemen Data Aparat Organisasi bertugas sebagai koordinator
operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang data aparat
organisasi ditingkat KORKOM.
16. Departemen Pendayagunaan Aparatur Organisasi bertugas sebagai
koordinator operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang
pendayagunaan aparatur organisasi di tingkat KORKOM.
17. Departemen Pengembangan Aparat bertugas sebagai koordinator
operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang pengembangan
aparat organisasi di tingkat KORKOM.
18. Departemen Perguruan Tinggi dan Kemahasiswaan bertugas
sebagai koordinator operasional dan kerja dari proyek-proyek di
bidang perguruan tinggi dan kemahasiswaan ditingkat KORKOM.
19. Departemen Kepemudaan bertugas sebagai koordinator operasional
dan kerja dari proyek-proyek di bidang kepemudaan ditingkat
KORKOM.
20. Departemen Kajian Perempuan bertugas sebagai koordinator
operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang kajian
pemberdayaan perempuan di tingkat KORKOM.
21. Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan bertugas
sebagai koordinator operasional dan kerja dari proyek-proyek di
bidang pengembangan sumber daya perempuan di tingkat KORKOM.
22. Departemen Data dan Pustaka bertugas sebagai koordinator
operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang data dan pustaka
di tingkat KORKOM.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 282


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
23. Departemen Penerangan bertugas sebagai koordinator operasional
dan kerja dari proyek-proyek di bidang penerangan di tingkat
KORKOM.
24. Departemen Ketatausahaan bertugas sebagai koordinator operasional
dan kerja dari proyek-proyek di bidang ketatausahaan di tingkat
KORKOM.
25. Departemen Logistik bertugas sebagai koordinator operasional dan
kerja dari proyek-proyek di bidang logistik di tingkat KORKOM.
26. Departemen Pegelolaan Sumber Dana bertugas sebagai koordinator
operasional dan kerja dari proyek-proyek di bidang pegelolaan sumber
dana di tingkat KORKOM.

6. Wewenang dan Tanggungjawab Bidang Kerja Pengurus

a. Bidang Penelitian, Pengembangan Dan Pembinaan Anggota


1. Menyelenggarakan koordinasi pengawasan dalam pengurus
KORKOM terhadap pelaksanaan training dan aktivitas yang
diselenggarakan oleh seluruh aparat komisariat di seluruh
KORKOM.
2. Melakukan penilaian baik dari segi program maupun segi edukatif
terhadap hasil-hasil penyelenggaraan training dan aktivitas yang
dijalankan oleh seluruh aparat HMI komisariat di lingkungan
KORKOM.
3. Mengusahakan tindak lanjut atas penilaian pelaksanaan training dan
aktivitas yang diselenggarakan oleh aparat HMI komisariat di
lingkungan KORKOM dengan :
a) Mengarahkan, membina, membimbing dan mensosialisasikan
petunjuk pelaksanaan training dan aktivitas yang telah
ditetapkan oleh pengurus Cabang sehingga menjadi pedoman
organisasi dalam menerapkan pedoman perkaderan.
b) Mengarahkan dan mensosialisasikan pedoman evaluasi training
yang telah disusun oleh pengurus Cabang.
c) Menyelenggarakan proyek kerja yang dapat memberikan
dampak positif bagi peningkatan kualitas dan kuantitas
pelaksanaan training dan aktivitas lainnya.
d) Menyelenggarakan kegiatan lainnya yang dapat menunjang
upaya pembinaan anggota di lingkungan KORKOM.

b. Bidang Pengembangan dan Pembinaan Aparat Organisasi.


1. Memperhatikan, mengontrol dan melaksanakan rasionalisasi
kepengurusan dari aparat komisariat HMI di lingkungan
koordinasinya melalui pergantian pengurus yang teratur, tepat
waktu dan rekruitmen personalia yang sesuai dengan kualitas
individual yang dibutuhkan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 283


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Menyusun data pengembangan aparat HMI komisariat di
lingkungannya dalam ikhtiar menerbitkan penyelenggaraan
organisasi yang sesuai dengan konstitusi.
3. Menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menunjang peningkatan
kualitas dan mekanisme kerja aparat organisasi HMI komisariat di
lingkungan KORKOM sesuai aturan yang berlaku.
4. Mendorong berbagai kegiatan di aparat HMI komisariat di
lingkungan KORKOM yang bermanfaat bagi peningkatan kualitas
kerja dan mekanisme kerja organisasi.
5. Melakukan kegiatan lainnya yang dapat menunjang peningkatan dan
pengembangan kualitas serta potensi organisasi dalam menjalankan
usaha di komisariat -komisariat di lingkungan KORKOM.

c. Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan dan Kepemudaan


1. Mengusahakan agar para anggota dan alumni HMI di lingkungan
HMI ikut serta secara aktif meningkatkan fungsi dan peranan
perguruan tinggi di tengah kehidupan bermasyarakat.
2. Melakukan kegiatan yang mendorong anggota dan alumni HMI di
lingkungan Cabang untuk meningkatkan kehidupan beragama
dikampus antara lain dengan :
a) Memprakarsai kegiatan-kegiatan agama (Islam) di lingkungan
kampus.
b) Meningkatkan efektifitas kehidupan masjid kampus.
c) Melakukan diskusi-diskusi untuk meningkatkan konsep Islam
tentang berbagai segi kehidupan masyarakat.
d) Melakukan kegiatan yang dapat mendorong anggota komisariat
untuk melakukan dan meningkatkan aktivitas diskusi kelompok,
tentir-tentir, grup belajar dan lain-lain.

d. Bidang Pemberdayaan Perempuan


1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan yang dapat mendorong
KOHATI untuk melakukan sosialisasi organisasi dan pembinaan
terhadap personalia KOHATI dalam :
a) Meningkatkan pengetahuan dan penghayatan anggota terhadap
fungsi dan peranan KOHATI sebagai badan khusus HMI.
b) Mendorong HMI-Wati untuk mengikuti training-training baik
training umum maupun khusus.
2. Meningkatkan intensitas komunikasi antara KOHATI dengan
seluruh aparat HMI komisariat di lingkungan koordinasinya dan
alumni HMI-Wati di lingkungan perguruan tinggi.
3. Melakukan kegiatan yang dapat meningkatkan kualitas HMI-Wati
sesuai dengan tingkat perkembangan dunia perempuan di
lingkungan komisariatnya.

e. Bidang Administrasi dan Kesekretariatan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 284


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1. Melakukan pengaturan tata-cara pengelolaan surat menyurat yang
meliputi penyelenggaraan :
a) Surat masuk.
b) Surat keluar.
c) Konsep surat keluar.
d) Pengetikan dan pengadaan surat.
e) Pengaturan administrasi pengarsipan.
f) Pengaturan pengarsipan surat.
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan pengolahan, penyusunan, dan
pemeliharaan dokumentasi organisasi serta bahan-bahan yang
berkenaan dengan intern dan ekstern organisasi.
3. Mengatur penyelenggaraan produksi atau reproduksi dari
dokumentasi organisasi yang perlu disampaikan kepada seluruh
aparat HMI.

f. Bidang Keuangan dan Perlengkapan.


1. Menyusun anggaran dan pengeluaran Pengurus Koordinator
Komisariat untuk satu periode dan untuk setiap semester.
2. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan
ketentuan organisasi yang berlaku.
3. Menyelenggarakan administrasi keuangan untuk setiap penerimaan
dan pengeluaran Pengurus Koordinator Komisariat berdasarkan
pedoman administrasi keuangan yang disusun untuk keperluan ini.
4. Melakukan usaha-usaha yang dapat meningkatkan dana organisasi
yang halal dan tidak mengikat.
5. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan dan
penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi sesuai atau
tidak dengan kebutuhan organisasi.
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan
organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan serta keindahan sekretariat.

7. Instansi Pengambilan Keputusan Pengurusan KORKOM

Tata susunan tingkat instansi pengambilan keputusan dalam Pengurus


KORKOM adalah :
a. Sidang Pleno
b. Rapat Harian
c. Rapat Presidium

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 285


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Sidang Pleno KORKOM
1. Sidang pleno KORKOM adalah instansi tertinggi pengambilan
keputusan di tingkat Koordinator Komisariat.
2. Sidang pleno dihadiri oleh seluruh fungsionaris pengurus KORKOM,
ditambah dengan Ketua Umum Komisariat di wilayah koordinasinya.
3. Fungsi dan wewenang sidang pleno :
a) Membahas laporan pengurus KORKOM tentang pelaksanaan
tugas sebagai koordinator komisariat untuk tiap semester.
b) Mendengar laporan pengurus komisariat di wilayah
koordinasinya.
c) Mengambil kebijakan yang mendasar bagi organisasi, baik intern
maupun ekstern yang berpedoman dan selaras dengan kebijakan
HMI secara nasional di tingkat wilayah koordinasinya.
4. Sidang pleno setidak-tidaknya dilakukan enam bulan sekali atau dua
kali dalam satu periode.

b. Rapat Harian KORKOM


1. Rapat harian KORKOM dihadiri seluruh fungsionaris KORKOM.
2. Rapat harian KORKOM dilaksanakan setidak-tidaknya satu kali
dalam satu bulan, yakni pada hari Jum’at minggu terakhir.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian adalah :
a) Membahas dan menjabarkan kebijakan yang telah diambil atau
ditetapkan organisasi secara nasional dan yang telah ditetapkan
oleh Cabang serta MUSKOM untuk disosialisasikan di wilayah
koordinasinya.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan presidium
KORKOM untuk kemudian mengambil atau mempertimbangkan
keputusan dari seluruh kebijakannya.
c) Mendengar laporan kegiatan dari seluruh fungsionaris pengurus
KORKOM menyangkut bidang-bidangnya.

c. Rapat Presidium KORKOM


1. Rapat presidium KORKOM dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua
Bidang, Sekretaris Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara
Umum dan Wakil Bendahara Umum.
2. Rapat presidium dilakukan setidak-tidaknya empat kali dalam satu
bulan, yakni pada hari Jum’at dari setiap minggu.
3. Fungsi dan wewenang rapat presidium KORKOM :
a) Mengambil keputusan tentang perkembangan organisasi sehari-
hari baik intern maupun ekstern di wilayah koordinasinya,
khususnya pengaruh perkembangannya terhadap kelangsungan
aktivitas/program yang telah ditetapkan.
b) Mendengar informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek
organisasi baik intern maupun ekstern di tingkat perguruan tinggi.
c) Mengevaluasi perkembangan ekstern organisasi dan dampaknya
bagi perkembangan organisasi di wilayah koordinasinya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 286


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Rapat Bidang
1. Rapat bidang dihadiri oleh aparat bidang yang bersangkutan.
2. Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu
bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh setiap
bidang.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari
setiap bidang yang mengalami perubahan baik dalam segi teknis
maupun segi waktu.
c) Menyusun langkah-langkah teknis untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan
oleh rapat presidium.

5. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris KORKOM.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam satu
semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk
seluruh kegiatan Pengurus KORKOM selama satu semester.

III. BADAN KHUSUS HMI

1. Status, Sifat, dan Fungsi Badan Khusus

Sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam pasal 51 Anggaran Rumah


Tangga HMI mengenai status, sifat, dan fungsi Badan Khusus dalam HMI
adalah :
a. Badan Khusus adalah lembaga yang dibentuk/disahkan oleh struktur
pimpinan sebagai wahana beraktivitas di bidang tertentu secara profesional
di bawah koordinasi bidang dalam struktur pimpinan setingkat.
b. Badan Khusus bersifat semi-otonom terhadap struktur pimpinan.
c. Badan Khusus dapat memiliki pedoman sendiri yang tidak bertentangan
dengan AD, ART dan ketetapan Kongres lainnya.
d. Badan Khusus berfungsi sebagai penyalur minat dan bakat anggota serta
wahana pengembangan bidang tertentu yang dinilai strategis.

2. Jenis Badan Khusus

Sesuai dengan Pasal 52 ART Jenis Badan Khusus adalah :


a. Badan Khusus terdiri dari Korps-HMI-Wati (KOHATI), Badan Pengelola
Latihan (BPL), Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dan Badan
Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 287


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Badan Khusus lainnya dapat dibentuk sesuai dengan kebutuhan organisasi.
c. Badan Khusus dapat dibentuk di semua tingkatan struktur HMI.
d. Di tingkat Pengurus Besar dibentuk KOHATI PB HMI, Badan Pengelola
Latihan (BPL), Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) dan
Balitbang PB HMI.

3. Tugas dan Kewajiban Badan Khusus

Sesuai dengan ART pasal 53 sampais 56 tugas dan kewajiban masing-masing


Badan Khusus adalah :
a. KOHATI bertugas :
1. Melakukan pembinaan, pengembangan, dan peningkatan potensi kader
HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan.
2. Melakukan advokasi terhadap isu-isu keperempuanan.
b. Lembaga Pengembangan Profesi bertugas :
1. Melaksanakan perkaderan dan program kerja sesuai dengan bidang
profesi masing-masing Lembaga Pengembangan Profesi.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur HMI yang
setingkat.
c. Badan Pengelola Latihan bertugas :
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas pelatihan di lingkungan HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada struktur kepemimpinan
HMI setingkat.
d. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) bertugas :
1. Melaksanakan dan mengelola aktivitas Penelitian dan Pengembangan di
lingkungan HMI.
2. Memberikan laporan secara berkala kepada Pengurus Besar HMI.

4. Struktur Organisasi Badan Khusus

a. Struktur Organisasi KOHATI diatur dalam Pedoman Dasar KOHATI.


b. Struktur Organisasi Lembaga Pengembangan Profesi diatur dalam
Pedoman Lembaga Pengembangan Profesi HMI.
c. Struktur Organisasi Badan Pengelola Latihan diatur dalam Pedoman
Dasar Badan Pengelola Latihan HMI.
d. Struktur Organisasi Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
diatur dalam Pedoman Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
HMI.

5. Komposisi Personalia Badan Khusus

Komposisi personalia yang mengisi struktur organisasi Badan Khusus :


a. Formasi Pengurus KOHATI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris dan Bendahara. (ART HMI Pasal 53 ayat f butir 1)

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 288


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Formasi Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) sekurang-
kurangnya terdiri Direktur, Direktur Administrasi dan Keuangan, dan
Direktur Pendidikan dan Pelatihan. (ART HMI Pasal 54 ayat e butir 1)
c. Formasi Pengurus Badan Pengelola Latihan (BPL) sekurang-kurangnya
terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. (ART HMI Pasal 55 ayat e
butir 1)
d. Formasi Pengurus Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
sekurang-kurangnya terdiri dari Kepala, Sekretaris dan Bendahara.
(ART HMI Pasal 56 ayat e butir 1)

6. Hak dan Wewenang Badan Khusus

a. KOHATI memiliki hak dan wewenang untuk (ART HMI Pasal 53 ayat
e) :
1. Memiliki Pedoman Dasar KOHATI.
2. KOHATI berhak untuk mendapatkan berbagai informasi dari
semua tingkat struktur kepemimpinan HMI untuk memudahkan
KOHATI menunaikan tugasnya.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya dalam
gerakan keperempuanan yang tidak bertentangan dengan AD HMI,
ART HMI dan pedoman organisasi lainnya.
b. Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) memiliki hak dan wewenang
untuk (ART HMI Pasal 54 ayat d) :
1. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga.
2. Masing-masing Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat
Pengurus Besar berwenang untuk melakukan akreditasi Lembaga
Pengembangan Profesi (LPP) di tingkat Cabang.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar yang tidak
bertentangan dengan AD HMI, ART HMI dan pedoman organisasi
lainnya.
4. Dapat melakukan penyikapan terhadap fenomena eksternal sesuai
dengan bidang profesi masing-masing lembaga pengembangan
profesi.
c. Badan Pengelola Latihan (BPL) memiliki hak dan wewenang untuk
(ART HMI Pasal 55 ayat d) :
1. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga.
2. Badan Pengelola Latihan (BPL) berwenang untuk melakukan
akreditasi Badan Pengelola Latihan (BPL) di tingkat
BADKO/Cabang.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di
bidang perkaderan yang tidak bertentangan dengan AD HMI, ART
HMI dan pedoman organisasi lainnya.
d. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) memiliki hak dan
wewenang (ART HMI Pasal 56 ayat d) :
1. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 289


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) berhak untuk
mendapatkan berbagai informasi dari semua tingkatan HMI untuk
keperluan penelitian dan pengembangan di lingkungan HMI.
3. Dapat melakukan kerjasama dengan pihak luar, khususnya yang di
bidang penelitian dan pengembangan yang tidak bertentangan
dengan AD HMI, ART HMI dan pedoman organisasi lainnya.

7. Musyawarah Lembaga Badan Khusus.

a. Musyawarah KOHATI (ART HMI Pasal 53 ayat g) :


1. Musyawarah KOHATI merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi pada KOHATI.
2. Musyawarah KOHATI merupakan forum laporan
pertanggungjawaban dan perumusan program kerja KOHATI.
3. Tata tertib Musyawarah KOHATI diatur tersendiri dalam Pedoman
Dasar KOHATI.
b. Musyawarah Lembaga (ART HMI Pasal 54 ayat f) :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi di Lembaga Pengembangan Profesi (LPP), baik di tingkat
Pengurus Besar HMI maupun di tingkat HMI BADKO/Cabang.
2. Di tingkat Pengurus Besar disebut Musyawarah Nasional yang
dihadiri oleh Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi Cabang dan
di tingkat Cabang disebut Musyawarah Lembaga yang dihadiri oleh
anggota Lembaga Pengembanga Profesi Cabang.
3. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan memilih
formateur dan mide formateur.
4. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman
Lembaga Pengembangan Profesi (LPP) HMI.
c. Musyawarah Lembaga (ART HMI Pasal 55 ayat f) :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi di Badan Pengelola Latihan (BPL).
2. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala
BPL sebagai formateur yang kemudian diajukan kepada Pengurus
struktur kepemimpinan HMI setingkat.
3. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman
Badan Pengelola Latihan (BPL).
d. Musyawarah Lembaga (ART HMI Pasal 56 ayat f) :
1. Musyawarah Lembaga merupakan instansi pengambilan keputusan
tertinggi pada Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang).
2. Musyawarah Lembaga menetapkan program kerja dan calon Kepala
Balitbang sebagai formateur yang diajukan kepada Pengurus Besar
HMI.
3. Tata tertib Musyawarah Lembaga diatur tersendiri dalam Pedoman
Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 290


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
8. Instansi Pengambilan Keputusan
a. Rapat Harian Badan Khusus.
b. Rapat Presidium Badan Khusus.

a. Rapat Harian Badan Khusus


1. Rapat harian lembaga dihadiri oleh seluruh fungsionaris badan
khusus.
2. Rapat harian dilaksanakan setidaknya dua kali dalam satu bulan.
3. Fungsi dan wewenag :
a) Membahas dan menjabarkan kebijakan yang telah diambil dalam
satu bulan oleh pengurus Cabang yang diaktifkan dangan
program badan khusus.
b) Mengkaji dan mengevaluasi kepurusan-keputusan yang diambil
oleh presidium badan khusus untuk kemudian mengambil atau
mempertimbangkan keputusannya.
c) Mempelajari laporan kegiatan fungsionaris badan khusus
menayangkut bidang masing-masing.

b. Rapat Presidium Badan Khusus


1. Rapat presidium badan khusus dihadiri :
a) KOHATI dihadiri oleh Ketua Umum, Ketua Bidang, Sekrateris
Umum, Wakil Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Wakil
Bendahara umum.
b) Lembaga Pengembangan Profesi dihadiri oleh Direktur dan
Direktur Bidang.
c) Badan Pengelola Latihan dihadiri oleh Ketua, Wakil ketua,
Sekretaris, Wakil Sekretaris dan Bendahara serta Wakil
Bendahara.
d) Badan Penelitian dan Pengembangan dihadiri oleh Kepala,
Sekretaris, dan Bendahara serta Koordinator Divisi.
2. Rapat presidium dilaksanakan setidaknya empat kali dalam satu
bulan.
3. Fungsi dan wewenang rapat persidium :
a) Mengambil keputusan tentang perkembangan lembaga sehari-
hari baik intern maupun ekstern.
b) Mendengar informasi tentang perkembangan dari berbagai aspek
lembaga baik intern maupun ekstern dikaitkan dengan
kebijaksaan lembaga yang ada.
c) Mengevaluasikan perkembangan lembaga dalam menjalankan
program – program kegiatan.

c. Rapat Bidang Badan Khusus


1. Rapat bidang dihadiri oleh koordinator dan anggota bidang yang
bersangkutan.
2. Rapat bidang dilaksanakan setidak – tidaknya empat kali dalam satu
bulan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 291


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Fungsi dan wewenang rapat bidang badan khusus adalah :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek / kerja yang dilakukan oleh
setiap bidang dengan tetap merujuk kepada kebijaksanaan /
pedoman yang telah ditetapkan oleh organisasi.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek / kerja dari
setiap bidang yang mengambil perubahan baik dalam segi
maupun segi waktu.
c) Menyusun langkah – langkah teknis untuk menyelenggakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijaksanaan yang
telah ditetapkan oleh Rapat Harian dan Rapat Presidium.

d. Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh Fungsionaris Badan Khusus.
2. Rapat Kerja dilakukan sekurang – kurangnya sekali dalam semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja adalah :
a) Menyusun jadwal aktivitas / rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana angggaran penerimaan dan pengeluaran
untuk seluruh kegiatan pengurus Badan Khusus selama satu
semester.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 292


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN ADMINISTRASI KESEKRETARIATAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

I. PENDAHULUAN

1. Administrasi merupakan segenap penyelenggaraan setiap usaha kerjasama


manusia mencapai tujuan tertentu. Untuk terselenggaranya administrasi
dengan baik dan mencapai tujuan, diperlukan suatu proses yang tertib.
2. Administrasi dalam pengertian luas maupun sempit, dalam
penyelenggarannya diwujudkan dalam fungsi – fungsi administrasi, yang
terdiri dari rencana (planning), pengorganisasian (organizing), pelaksanaan
(actuating), dan pengawasan (controlling). Pengelolaan fungsi – fungsi
administrasi pada suatu organisasi seperti HMI yang memiliki jumlah
Cabang, aparat dan aktivitas yang besar, sangat membutuhkan suatu
keseragaman administrasi (uniformitas). Untuk memenuhi kebutuhan itu
dan demi terwujudnya tertib serta kerapihan administrasi,
penyempurnaan pedoman administrasi kesekretariatan ini merupakan
suatu jawaban, melihat semakin kompleksnya penyelenggaraan
administrasi HMI dimasa mendatang.
3. Dengan bertitik tolak dan berpegang pada kepraktisan (Practicallize),
maka pedoman administrasi kesekretariatan HMI, mencakup hal – hal
sebagai berikut:
1) Pendahuluan
2) Pengorganisasian kesekretariatan HMI
3) Administrasi surat-menyurat (ketatausahaan) HMI
4) Tata kearsipan
5) Invetaris dan dokumentasi organisasi
6) Perpustakaan organisasi
7) Keprotokoleran
8) Penutup
9) Lampiran

II. KESEKRETARIATAN

1. Untuk menyelenggarakan administrasi organisasi dengan efektif,


diperlukan suatu tempat tertentu, sebagai pusat pengurusan segala sesuatu
yang berhubungan dengan organisasi. Tempat penyelenggaraan
administrasi dinamakan “ Sekretariat Organisasi” atau dengan kata lain
“Kantor Organisasi”.

2. HMI sebagai suatu oragnisasi adalah sautu bentuk kerja sama dari
sekelompok mahasiswa – mahasiswa Islam untuk mencapai tujuan
bersama (tujuan HMI pasal 4 Anggaran Dasar HMI), untuk mengatur
kerja sama ini ke arah pencapaian tujuan organisasi. Demikian pula
pembagian kerja (distribution of work) bagi setiap anggota pengurus dalam

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 293


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
mengelola aktivitas – aktivitas organisasi, sangat dibutuhkan mengingat
kompleksitas aktivitas dan banyaknya anggota pengurus organisasi.
Aktivitas organisasi berpusat pada sekretariat organisasi. Bagi
HMI atau sekretariat PB HMI, BADKO HMI, Cabang, KORKOM,
Komisariat, Rayon, Lembaga dan lain – lain untuk setiap tingkatan
aktivitas organisasi.
Administrasi kesekretariatan merupakan bagian daripada
administrasi organisasi, yaitu sebagai unit tugas/pekerjaan yang
penyelenggaraannya diserahkan kepada bidang sekretariat jenderal atau
sekretaris organisasi.
Usaha penyelenggaraan administrasi kesekretariatan bertujuan
agar sekretaris HMI benar – benar dapat berfungsi sebagai sekretaris
organisasi yaitu:
2.1 Tempat kerja yang efisien bagi pengurus dalam pengendalian
organisasi.
2.2 Pusat komunikasi organisasi.
2.3 Pusat kegiatan administrasi.
3. Perencanaan Pengaturan Sekretariat
Supaya sekretariat HMI benar-benar dapat berfungsi sebagai sekretariat
organisasi maka perlu dibuat perencanaan dan pengaturan tentang
sekretariatnya, baik mengenai letak, bangunan maupun ruangan-
ruangannya.
Perencanan dan pengaturan sekretariat meliputi :
3.1 Letak Sekretariat.
Sekretariat HMI yang terletak pada tempat yang strategis akan sangat
menentukan kelancaran komunikasi dengan pihak manapun, terutama
dengan anggota, sehingga mudah dicari, didatangi dan mudah pula
mengadakan hubungan keluar, disamping pertimbangan kelancaran
komunikasi maka dalam menentukan tempat sekretariat HMI harus
dipertimbangkan tentang keadaan sekelilingnya (milih lokasi) yang
menjamin ketenangan dan kesehatan sehingga memungkinkan bagi
fungsionaris (pengurus) organisasi dapat bekerja menunaikan tugasnya
di sekretariat ini dengan baik dan efektif.
3.2 Bangunan Sekretariat.
Bangunan gedung sekretariat HMI hendaklah diusahakan dapat
menampung seluruh kegiatan mengenai administrasi maupun kegiatan-
kegiatan lainnya. Untuk maksud tersebut, kiranya dapat diikuti
ketentuan -ketentuan sebagai berikut :
3.2.1 Jumlah ruangan disesuaikan dengan jumlah kebutuhan kegiatan
dalam kesekretariat HMI yaitu adanya :
a. Ruang tata usaha , tempat pengerjaan dan penyesuaian surat
menyurat dan penyimpanan arsip-arsip oragnisasi.
b. Ruang tamu, untuk menerima tamu-tamu organisasi.
c. Ruang perpustakaan.
d. Ruang persidangan, untuk sidang-sidang pengurus.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 294


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. Diusahakan kesekretariatan ini juga merupakan sekretariat dari
badan-badan khusus HMI yang setingkat.
3.2.2 Antara ruangan-ruangan tersebut hendaknya diperhatikan tentang
hubungan antara satu ruangan dengan ruangan lainnya, dengan
mengingat prinsip-prinsip “time and Motion Study” sehingga
menjamin kelancaran komunikasi dengan mempertimbangkan
jarak antara satu dengan yang lainnya (garis lurus adalah jarak
terdekat).
3.2.3 Dalam setiap ruangan tersebut sedapat mungkin diusahakan
adanya faktor-faktor yang dapat memperlancar tugas dan
kerja. Untuk itu perlu adanya alat-alat dan perabotan yang
menopang dan menjamin kelancaran tugas-tugas organisasi.
3.2.4 Dalam mengatur sekretariat ini, maka harus mengingat dan
memperlihatkan faktor-faktor yang dapat menjamin/menjaga
kesehatan bagi para pengurus dan anggota organisasi yang
melaksanakan tugas di sekretariat itu.
Faktor-faktor tersebut antara lain soal sinar dan hawa
(ventilasi), harus ada dan genteng kaca dimana perlu diadakan
sinar matahari sangat perlu menjaga kesehatan mata dan jiwa
untuk menjaga kesehatan paru-paru.
3.2.5 Sekretariat yang diatur dengan rapi memberi pandangan yang
baik dan menyenangkan, baik kepada pengurus maupun
anggota-anggota organisasi, di samping itu suasana yang
demikian akan banyak memberikan kesehatan dalam bekerja
dan akan sangat membantu kelancaran tugas-tugas organisasi.
Dalam mengusahakan gedung sekretariat ini, sedapat
mungkin sekaligus di tempat itu ada wisma HMI yaitu
tempat menginap fungsionaris organisasi. Wisma HMI ini
akan sangat besar sekali manfaat sebagai markas organisasi
dimana setiap fungsionaris yang bertempat tinggal disitu
dapat melaksanakan tugas – tugas organisasi. Hal ini sangat
membantu dan mempermudah komunikasi.
3.3 Ruangan Sekretariat.
Dalam mengatur ruangan sekretariat, hendaknya diperlihatkan faktor-
faktor yang dapat membuat ruangan tersebut benar-benar berfungsi
sebagaimana mestinya. Faktor tersebut ialah hal-hal yang memberikan
kesenangan, kemauan dan semangat bagi orang yang tinggal di
dalamnya, yaitu menyangkut keindahan dan efisiensi, karena di dalam
sekretariat HMI terapat ruangan-ruangan yang mempunyai fungsi
sendiri-sendiri (ruang tamu, ruang sidang, dsb.), maka dalam
pengaturan tersebut haruslah disesuaikan dengan tujuan dan fungsi
ruangan tersebut.
3.3.1 Menghias Ruangan.
Untuk menimbulkan keindahan ruangan perlu adanya hiasan-
hiasan ruangan (home decoration). Hiasan dari tiap-tiap ruangan
berbeda- beda menurut tujuan dan fungsinya masing-masing.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 295


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
- menimbulkan semangat kegairahan dan kemauan
- menimbulkan rasa senang dan tentram dalam hati
- membuat enak/nyaman/kerasan tinggal pada ruangan itu.
Ruangan yang sehat yaitu ruangan yang ditata menurut ketentuan-
ketentuan di atas yang akan memberi kesegaran daya dan
kemampuan kerja pengurus dan anggota yang berbeda dalam
sekretariat HMI.

III. ADMINISTRASI SURAT-MENYURAT (KETATAUSAHAAN)


1. Urusan surat-menyurat (ketatausahaan) adalah satu bidang yang penting
dari lapangan pekerjaan administrasi kesekretariatan. Surat pada
hakekatnya adalah bentuk penuangan ide atau kehendak seseorang dalam
bentuk tulisan.
1.1 Bentuk pernyataan kehendak seseorang kepada orang lain melalui
tulisan (Talk in writing).
1.2 Bentuk suatu media pencurahan perasaan, kehendak, pemikiran dan
tujuan seseorang untuk dapat diketahui oleh orang lain.
1.3 Juga merupakan suatu bentuk gambaran tentang suatu peristiwa atau
keadaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan.

Dengan demikian surat merupakan jembatan pengertian dan alat


komunikasi bagi seorang dengan orang lain. Karena sifat yang demikian,
maka surat-surat harus disusun secara ringkas dan padat tetapi tegas, bahasa
yang dipakai haruslah mudah dimengerti, sederhana dan teratur.
Penulisan surat harus memikirkan terlebih dahulu dengan masak apa yang
akan ditulis serta menyadari kepada siapa tulisan itu ditujukan karena
melalui surat itu berarti dia telah mengantarkan dan membawa idenya
kepada orang lain.
2. Mengingat pengertian dan sifat suatu surat seperti tersebut diatas, maka
bagi suatu organisasi turut menjadi sangat penting yaitu :
2.1 sebagai alat komunikasi
2.2 sebagai dokumentasi organisasi
2.3 sebagai tanda bukti (alat bukti/pemeriksaan)

Dengan adanya dan kekuatan serta kemampuan surat, maka pimpinan


organisasi dapat menyalurkan suatu kebijakan dan keputusan serta
pendapat serta dapat pula mengetahui tentang perkembangan kehidupan
organisasi dengan bahan-bahan tersebut dapat diatur dan dikenali
organisasi dengan baik, apabila proses surat-menyurat (korespondensi)
berjalan lancar dan efektif dari seluruh bagian dan aparat organisasi, karena
pada hakekatnya suatu surat atau kegiatan ketatausahaan mempunyai ciri –
ciri utama sebagai berikut :
- bersifat pelayanan
- bersifat menetes keseluruhannya bagian atau aparat organisasi
- dilaksanakan oleh semua pihak dalam organisasi

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 296


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ciri yang pertama berarti surat-menyurat (ketatausahaan) merupakan
service work (pekerjaan pelayanan) yang bersifat memudahkan atau
meringankan (fasilitating fungcion), yang dilakukan untuk membantu
pekerjaan-pekerjaan.
Ciri berikutnya berarti surat-menyurat (ketatausahaan) diperlukan dimana
dan dilaksanakan dalam seluruh organisasi yang terdapat pada puncak
pimpinan tertinggi (aparat tertinggi organisasi) sampai kepada ruangan
kerja satuan organisasi (aparat) terbawah.

3. Proses penyelenggaraan ketatausahaan atau dengan istilah lain


“administrasi”surat-menyurat adalah satu proses yang terencana dan
teratur yang dimulai dengan adanya ide pemugarannya sampai
penyelesaiaan dan penyimpangan sebagaimana mestinya.
Administrasi surat-menyurat HMI meliputi 3 (tiga) hal :
3.1 Bentuk dan isi surat HMI.
3.2 Sirkulasi surat (surat keluar masuk).
3.3 Penyimpangan (pengarsipan).
4. Bentuk dan isi surat
Surat-surat HMI adalah termasuk surat resmi/dinas, sehingga bentuk dan
isinya harus menuruti ketentuan-ketentuan yang telah dibuat organisasi.
Ketentuan tersebut meliputi hal pemakaian kertas, pengetikan atau
penulisan, bentuk surat, macam dan isi surat.
1. surat-surat organisasi ditulis dalam kertas putih
2. ukuran kertas yang dipakai adalah kertas ukuran folio (C4)
Hal ini mengingat segi praktisnya, dimana kertas ukuran inilah banyak
kwarto (A4) dapat pula dipergunakan, tetapi pada umumnya ukuran ini
sulit didapatkan di pasaran.
Tambahan lagi kertas C4 (Folio) : 229 mm – 324 mm.
Mengenai perihal dimaksud sebagai inti isi singkat surat, biasa juga disebut
pokok surat. Ia tak perlu panjang, ringkas tetapi jelas, tepat. Sehingga
dengan membaca perihal atau pokok surat ini saja pembaca atau penerima
surat di bawah ini adalah contoh paling mudah :

Hal : Permohonan Ceramah

5. Alamat surat yaitu kepada siapa surat itu ditujukan terletak pada kanan atas
surat, sejajar dengan perihal alamat surat tidak selamanya ditujukan kepada
seseorang, tetapi sering pula kepala suatu badan atau lembaga. Bila
ditujukan kepada suatu lembaga atau instansi, maka penyebutannya bukan
kepada nama lembaganya, melainkan kepada pengurus atau pimpinan
lembaga itu.
Contoh :
Nomor :
Lamp :
Hal :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 297


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kepada Yang Terhormat
Sdr. Pengurusan Besar HMI
Di

JAKARTA

Bila surat ini ditujukan kepada salah satu bagian/unit yang ada pada
lembaga itu, hendaknya dilengkapi dengan “up” yang berarti “untuk
perhatian”.

Contoh :
Kepada Yang Terhhormat
Sdr. Pengurusan Besar HMI
u.p Bidang PAO
Di

JAKARTA

Dengan begitu penerima surat (telah mengagendakan seperlunya) bisa


meneruskan kepada bidang Aparat Organisasi PB HMI untuk
ditindaklanjuti.

6. Kata permulaan surat.


Bagi HMI sebaiknya dipakai kalimat “Asslamualaikum Wr. Wb” minimal
“dengan hormat”. Kata permulaan ini berfungsi sebagai pembukaan surat,
ditulis dengan alinea baru berjarak 2 ½ spasi di bawah pokok surat.
Contoh:
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Teriring salam dan do`a semoga aktivitas keseharian Bapak/Ibu mendapat
limpahan rahmat dari Allah SWT. Amin.

7. Isi Surat.
Suatu surat pada dasarnya tidak berbeda dengan suatu karangan,
penyusunannya memakai sistematika sebagai berikut :
- Pendahuluan
- Uraian Persoalan (isi/pokok surat)
- Penutup
Pendahuluan
Ini dimaksudkan untuk menarik perhatian pembaca/penerima surat
tentang hal atau masalah yang dipersoalkan dalam surat itu kalau hanya
sekedar menyampaikan berita singkat, kata atau kalimat pendahuluan ini
tidaklah menjadi keharusan pertimbangannya adalah efisiensi tapi bila
menyangkut persoalan penting (apabila kalau memerlukan penguraian dan
perincian), maka surat ini mestilah memakai kata pendahuluan gunanya

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 298


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
tidak hanya sekedar menarik perhatian melainkan sekaligus sebagai
motivasi (konsideran).

Contoh :
“diberitahukan bahwa,” atau dengan ini disampaikan bahwa, …. Dst.
(untuk surat-surat pemberitahuan).

“Bersama ini …. atau dengan ini ….dst (untuk surat-surat pengantar).

“Memenuhi permintaan saudara” atau menunjuk surat saudara


No…..Bertanggal…. dst (untuk surat permintaan, jawaban, balasan, dan
pernyataan).

Tempo – tempo kalimat pendahuluan ini bias berupa konstatasi ataupun


pertimbangan-pertimbangan yang melatarbelakangi hingga surat dibuat,
misalnya:

“Berhubungan adanya gejala yang kita rasakan bersama tentang ….. dst”.

Kalimat pendahuluan ini sebaliknya tidak lebih dari satu alinea ditulis 2
(dua)spasi di bawah kata permulaan surat (Assalamualaikum Wr. Wb).

UraianPersoalan (Isi/pokok surat)


Kecuali maksud, sasaran atau tujuan isi surat haruslah jelas serta harus
dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu hal – hal yang minimal harus
diperhatikan adalah :
a) Jangan memakai kalimat yang panjang dan berbelit-belit, singkat lagi
terputus-putus juga tidak baik. Hal-hal seperti itu biasanya akan
membuat salah pengertian bagi penerima surat untuk mudah
dipahami maka pada surat-surat yang panjang sebaiknya atau
seharusnya diberi alinea, banyak sedikitnya alinea tergantung dari
banyaknya pokok-pokok pikiran yang ada dalam surat tersebut tetapi
perlu pula diperhitungkan untuk mencapai susunan yang baik dan
harmonis. Pembagian dalam alinea sangat memudahkan pengertian
jarak antara alinea dan spasi (kalimat) dalam satu alinea 1 ½ (satu
setengah) spasi.
b) Dalam satu surat, sebaiknya/seharusnya hanya dipersoalkan satu jenis
perkara atau permasalahan, sebab pencampuran soal dalam satu surat
akan menimbulkan kesukaran, baik dalam penyusunannya dan
mencari kembali surat itu bila diperlukan lagi.
c) Dalam penyusunan isi surat selanjutnya harus dijaga tentang kata-kata
dan kalimat yang digunakan hendaklah sopan dan wajar, tidak
berlebih- lebihan, kecuali yang sudah lazim digunakan. Pengaruh
bahasa sangat besar sekali, sebabdisitu tergambar tentang sikap orang
yang membuat surat itu. Oleh sebab itu menyusun surat diserahkan
kepada orang yang berkemampuan bahasa cukup.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 299


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Kalimat Penutup
Untuk kesopanan dalam melaksanakan suatu korespodensi perlu adanya
kalimat-kalimat penutup seperti : “Demikian harap maklum” Atas perhatian
saudara kami ucapkan terima kasih”.

Fungsi kalimat penutup adalah sebagai pemanis surat yang kita buat karena
itu bukanlah suatu keharusan mutlak dalam pembuatan surat-surat resmi
namun demikian untuk kesopanan dan pemanis surat sebaiknya dalam
membuat surat -surat resmi organisasi tetap masih digunakan kalimat
penutup yang sesuai dengan isi surat.

8. Penutup surat.
Kalau dalam pembuatan surat resmi dimulai dengan “Basmallah” dan dibuka
dengan “Assalamu’alaikum Wr,Wb.” Maka dalam penutup surat-surat resmi
HMI ditutup dengan Wabillahittaufiq Wal hidayah dan Wassalamualaikum
Wr, Wb.” Surat khusus (seperti surat keputusan, Surat keterangan edaran,
instruksi, tugas/mandat dan sebagainya) dibuka dengan basmallah.
1. Buku Agenda
Untuk memudahkan pengelolaan sistem administrasi dan
kesekretariatan dalam hal ini pengelolaan surat-menyurat, surat masuk
maupun surat keluar, pengarsipan dan dokumentasi agar teratur dan
sistematis, maka sistem pengagendaan surat-menyurat perlu tersendiri.
Adapun unsur- unsur yang penting untuk dicatat adalah :
a. Nomor Urut Surat.
b. Nomor Kode Arsip.
c. Nomor Surat.
d. Tanggal Terima.
e. Nomor dan Tanggal Surat.
f. Isi Surat.
g. Asal Surat.
h. Keterangan (tambahan untuk keterangan surat).

2. Surat keluar
Surat keluar adalah surat yang kita keluarkan untuk mengemukakan
kehendak, pikiran dan maksud kita kepada pihak lain. Surat keluar
harus melalui sirkulasi sebagai berikut :
2.1 Konsep surat harus terlebih dahulu dimintakan clearence kepada
pengurus yang berkepentingan agar tidak terjadi perbedaan-
perbedaan antara muatan, isi dan redaksi surat tersebut.
2.2 Konsep surat yang telah mendapat clearence, kemudian diberi
nomor verbal.
Buku verbal untuk dan kode arsip surat
i. Nomor urut dan kode arsip surat.
j. Nomor surat.
k. Tanggal surat (penanggalan nasional dan hijriah).
l. Perihal isi surat.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 300


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
m. Kepada siapa (keputusan, lampiran, penyimpangan).

Contoh Agenda Buku Verbal


No. Surat Tanggal Isi Surat Keterangan
Keputusan
314/KPTS/A/05142 23-05-1420 Pengesahan SC KA – 1
0 04-09-1999 Kongres ke – 25
HMI

Buku Agenda Surat Keputusan


No Kode No.Surat Tanggal Isi Surat Kepada
Arsip
1991 KA II 1903/A/Sek/05/142 26-05-1420 Pendataan HMI
0 07-09-1999 Nasional Cabang
se-
Indonesia

Konsep surat yang telah “Clereance” dan nomor surat, diketik sesuai dengan
jumlah yang dikehendaki. Legalitas organisasi (tanda tangan ketua, sekretaris dan
stempel)setelah dibukukan, barulah surat tersebut siap untuk dikirim kepada
tujuan. Pengiriman surat-surat supaya betul menempuh perjalanan menuju
tujuannya, kita bukukan dulu dalam bentuk ekspedisi yang memuat kolom-
kolom sebagai berikut :

Contoh Ekspedisi
Pengirima Kepad Tanggal/No.Surat Lamp Penerima Ket
n a
10 Caban 26-05-1420 1 (satu) Per-pos
g 07-09-1999
1903/A/Sek/05/142
0

IV. ADMINISTRASI KEARSIPAN


Arsip adalah warkat/surat-surat yang disimpan secara sistematis, karena
mempunyai suatu kemanfaatan apabila dibutuhkan dapat secara tepat
ditemukan kembali. Jadi intinya arsip berarti pengumpulan dan penyimpanan
warkat/surat-surat. Tata kearsipan yang sempurna apabila semua surat dan
dokumen-dokumen lainnya tersimpan pada suatu tempat tertentu dan teratur
rapi, dan apabila diperlukan kembali mudah ditemui, walaupun surat-surat
tersebut telah tersimpan lama. Pengarsipan yang baik sangat berguna terutama

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 301


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
membantu kelancaran dan kerapian organisasi pada khususnya, serta
membantu perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya.
Surat-surat organisasi pada prinsipnya harus disimpan di sekretariat/kantor.
Adalah sangat tidak benar dan dilarang apabila penyimpanan surat-surat
organisasi diluar arsip organisasi ataupun oleh person-person pengurus. Tepat
apabila kita mengenal beberapa sistem penyimpanan surat antara lain :
1. Sistem abjad (Alphabetic Filing).
2. Sitem Perihal (Subjec Filing).
3. Sistem Nomer (Numerical Filing).
4. Sistem Daerah (Geografhical Filing).

Bagi kita (HMI) surat-surat organisasi pada map-map atau tempat-tempat


tertentu dengan membedakan kode (KB) untuk surat keluar intern dan kode
KB untuk surat keluar ekstern. Sedangkan surat-surat masuk intern berkode
MA dan surat masuk ekstern dengan kode MB.
Untuk memperoleh kepraktisan lebih lanjut dari kode-kode dasar tersebut
diatas (surat-surat masuk intern maupun ekstern) dibagi lagi sesuai dengan
kebutuhan/wilayah/bidang, misalnya :

Kode Map/Arsip PB HMI


Periode tahun 1999 – 2001

IV. 1. Arsip surat masuk


IV.1.1. Masuk Intern
MA I : Bakornas Lembaga/Badan Khusus/Panitia Nasional.
MA II : Badan Koordinasi (BADKO) HMI.
MA II A : HMI Cabang se-BADKO NAD.
MA II B : HMI Cabang se-BADKO Sumatera Utara.
MA II C : HMI Cabang se-BADKO Riau.
MA II D : HMI Cabang se-BADKO Sumatera Barat.
MA II E : HMI Cabang se-BADKO Sumatera Bagian Selatan.
MA II F : HMI Cabang se-BADKO JabodetaBa.
MA II G : HMI Cabang se-BADKO Jawa Barat.
MA II H : HMI Cabang se BADKO Jateng dan DIY.
MA II I : HMI Cabang se BADKO Jawa Timur.
MA II J : HMI Cabang se BADKO Kalimantan Barat.
MA II K : HMI Cabang se BADKO Kalselteng.
MA II L : HMI Cabang se-BADKO Kalimantan Timur.
MA II M : HMI Cabang se-BADKO Nusatenggara.
MA II N : HMI Cabang se-BADKO Sulselra.
MA II O : HMI Cabang se-BADKO Suluttenggo.
MA II P : HMI Cabang se-BADKO Mamalut.
MA II Q : HMI Cabang se-BADKO Papua.
MA II R : Komisariat, KORKOM/Rayon.
MA III : Anggota perorangan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 302


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
IV.1.2. Arsip Surat Masuk Ekstern
MB I : Lembaga Negara, Instansi Pemerintah, BUMN.
MB II : Golkar, Orsospol.
MB III : Lembaga Umat Islam (Ormas, Org Mhs, Pemuda dan Badan Swasta).
MB IV : Peruguruan Tinggi, kemahasiswaan, kepemudaan dan Ormas.
MB V : Kedubes, Badan Asing, dan Luar negeri.
MB VI : Alumni, Lembaga KAHMI.
MB VII : Badan Swasta Non-Islam.
MB VIII : Perseorangan lepas.

IV.2. Map Surat Keluar


IV.2.1. Arsip Surat Keluar Intern
KA I : Bakornas Lembaga Pengembangan Profesi, Badan Khusus, Panitia
Nasional.
KA II : BADKO HMI se-Indonesia.
KA III : HMI Cabang se-Indonesia.
KA IV : Fungsionaris PB HMI, anggota perseorangan.
KA V : Surat mandat, surat keterangan, surat tugas.
KA VI : Surat Keputusan Pengurusan Besar HMI.

IV.2.2. Arsip Surat Keluar Ekstern :


KB I : Lembaga Negara, Instansi pemerintah, BUMN.
KB II : Umat Islam (ormas, organisasi pemuda, organisasi mahasiswa, badan
swasta).
KB III : Perguruan tinggi, kemahasiswaan, kepemudaan dan ormas.
KB IV : Kedubes, Badan Asing, dan Luar Negeri.
KB V : Alumni, Lembaga KAHMI.
KB VI : Badan Swasta Non-Islam.
KB VII : Perseorangan.

IV.3. Map Dokumentasi


DA 1 : Kebijaksanaan PB HMI (laporan keputusan Kongres, statement dan lain-
lain).
DA 2 : Kebijaksanaan Badan-badan Khusus (LPP, KOHATI, BPL dan Balitbang).
DA 3 : Kebijaksanaan BADKO/Cabang HMI.
DB 1 : Politik.
DB 2 : Kemahasiswaan dan Perguruan Tinggi.
DB 3 : Umat.
DB 4 : Internasional.
DB 5 :Gunting surat kabar/kliping.

Ada satu faktor lagi yang harus diperhatikan sehubungan dengan pengarsipan yakni
pengawetan arsip. Pengawetan ini dapat ditempuh dengan beberapa jalan antara
lain:
- Tempat penyimpanan (map/lemari) arsip dari bahan-bahan yang baik dan
tahan oleh kerusakan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 303


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
- Tempat penyimpanan dijauhkan dari api, air dan kelembaban serta mudah
diawasi dari ancaman binatang yang merusak ke dalam arsip.

V. ADMINISTRASI KEANGGOTAAN

1. Anggota HMI merupakan sasaran kerja, pembinaan dan perkaderan


organisasi sehingga perlu ada administrasi yang rapi tentang anggota HMI
dalam rangka terciptanya sasaran kerja/aktivitas HMI yang konkrit dan
terarah.
2. HMI adalah organisasi kader, sehingga HMI selalu menerima anggota baru,
selanjutnya melalui proses/jenjang perkaderan dan akhirnya melepaskan
diri sebagai alumni. Menjadi anggota HMI pada pokoknya adalah
sementara, untuk selanjutnya terjun ke dalam masyarakat yang
sesungguhnya (formal year). Proses pengadministrasian anggota mulai dari
aktivitas penerimaan anggota HMI yaitu pra-latihan kader dengan melalui
prosedur sebagai berikut :
2.1 Mengisi formulir permohonan menjadi anggota HMI.
- Pencatatan calon anggota dalam buku pendaftaran oleh Komisariat
(panitia penerima komisariat).
- Kepada calon anggota yang sudah terdaftar diberikan kartu
pendaftaran.
- Setelah mengikuti pra-latihan kader diadakan seleksi dari seluruh
calon anggota yang khusus menjadi anggota muda HMI.
- Anggota muda didaftarkan dalam buku anggota muda HMI
Cabang dan kepada anggota diberikan tanda anggota muda HMI
(semacam kartu) yang berlaku selama 1 (satu) tahun.
2.2 Setelah keanggotan muda HMI melalui Basic Training atau LK I,
anggota muda tersebut dapat dinyatakan sebagai anggota biasa dengan
diberikan kartu anggota biasa dengan diberikan kartu anggota HMI
yang berlaku selama 2 (dua) tahun sekaligus dicatat dalam daftar
anggota dengan sistem kartu. Hal ini dilakukan oleh pengurus
BADKO/PB HMI.
3. Anggota biasa mempunyai hak dan kewajiban penuh dicatat dalam buku
daftar anggota permanen. Hal ini dilakukan oleh tingkat Cabang.

Buku daftar anggota itu memuat


Nama : ………………………
Tempat dan tanggal lahir : ………………………
Perguruan Tinggi : ………………………
Tingkat/Fakultas/Jurusan : ………………………
Nomor Induk Mahasiswa : ………………………
Masuk HMI Tahun : ………………………
Keterangan : ………………………

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 304


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Contoh Buku Daftar Anggota

NO. Urut Nama Tpt/Tgl Lahir Komisariat Thn Masuk


HMI
1235 Samsul Paopance, 5-2- 1978 Pertanian 1999
Alam Untad

4. Setiap dua tahun sekali diadakan pendaftaran ulang (registrasi) anggota


biasa HMI yaitu dengan penggantian kartu anggota lama. Sedangkan
nomor anggota tetap sebagai nomor induk yang lama cukup diberi
registrasi dilaksanakan dengan mengisi permohonan kembali kepada
pengurus Cabang.

VI. INVENTARIS ORGANISASI DAN DOKUMENTASI ORGANISASI

1. Inventaris Organisasi.
1.1 Inventaris organisasi adalah segala sesuatu yang menjadi milik
organisasi berupa kekayaan organisasi.
1.2 Inventaris organisasi pada pokoknya dapat kita bagi dua yaitu
• Inventaris yang permanen.
• Inventaris organisasi yang tidak permanen.
Yang digolongkan inventaris permanen adalah milik organisasi yang
dalam jangka relatif lama tidak mengalami perubahan misalnya.
• Gedung sekretaris/kantor.
• Alat-alat tulis kantor.
• Dan sebagainya.
Untuk mengontrol inventaris organisasi ini perlu dibuat daftar inventaris.
Sesuai dengan penggolongan diatas, maka kita dapat membuat daftar
inventaris 2 macam :
- Daftar inventaris organisasi yang permanen.
- Daftar inventaris organisasi yang tidak permanen (habis
pakai) dalam waktu relatif pendek yang bisa disebut Buku
Stok.
1.3 Tujuan dibuat daftar inventaris organisasi ialah :
- Menunjukkan kekayaan organisasi.
- Untuk menghindari adanya pemborosan.
- Sebagai alat kontrol dari inventaris (mengetahui kerusakan
perubahan, penggantian, serta untuk menambah bila terjadi
kekurangan).
1.4 Penyimpanan inventaris organisasi harus dilakukan dengan baik oleh
orang-orang yang bertanggung jawab sesuai dengan job discription
kesekretariatan. Penyimpanan harus dilaksanakan serta ditempatkan
di sekretariat, tidak diperkenankan dibawah atau di simpan di rumah
fungsionaris.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 305


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Dokumen Organisasi.
2.1. Dokumen organisasi adalah segala sesuatu yang menyangkut kegiatan
pencarian, pengumpulan, penyimpanan serta pengawetan dokumen-
dokumen organisasi. Dokumen adalah suatu tanda bukti yang sah
menurut hukum dari dokumen.
2.2. Bentuk-bentuk dokumen.
- Gambar-gambar dan foto-foto.
- Benda-benda berharga dan bernilai.
- Fotocopy atau salinan surat.
- Surat Kabar, Majalah dan lain sebagainya.
2.3. Dokumentasi itu selain dipergunakan untuk kepentingan tertentu
juga dipakai untuk menyusun laporan tahunan organisasi serta tanda
bukti yang sah.
2.4. Pemeliharaan dan penyimpanan dokumen seperti halnya barang-
barang inventaris dan arsip hendaknya disusun dengan rapih dan
teratur dalam map-map dan tempat-tempat tertentu dengan
mengelompokkan menurut kebutuhan.
Aktivitas dokumentasi juga sangat penting dalam menyusun sejarah
perjuangan organisasi.

VII. ADMINISTRASI PERPUSTAKAAN

1. Dengan status HMI sebagai organisasi mahasiswa yang berkecimpung


dalam badan ilmu pengetahuan dan tujuan-tujuan seperti dibuat pasal 4
Anggaran Dasar HMI, maka perpustakaan HMI adalah hal yang tidak
dapat dipisahkan. Dengan demikian maka HMI merupakan lembaga
pendidikan dan lemabaga ilmiah.
2. Perpustakaan yang ideal bagi HMI adalah yang meliputi buku-buku yang
diperlukan oleh anggota dalam studinya sebagaimana HMI mempunyai
“sekolah HMI” yakni merupakan training-training. Oleh karena itu
perpustakaan yang minimal dimiliki mencakup buku-buku yang
diperlukan dalam kelengkapan kurikulum training HMI yang meliputi
antara lain :
- Keislaman, keagamaan, dan Idiologi.
- Keorganisasian, ke – HMI – an, Pendidikan dan
kemahasiswaan.
- Kemasyarakatan, kenegaraan, politik, ekonomi dan
sebagainya.
3. Penyelenggaraan administrasi perpustakaan ini sebaiknya diserahkan
kepada seorang anggota pengurus yang khusus mengatur untuk itu dan
bertanggung- jawab serta memahami seluk beluk perpustakaan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 306


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
VIII. KEPROTOKOLERAN HMI

1. Tugas suatu kesekretariatan tidak saja terbatas pada pengelolaan atau


pengaturan surat-menyurat organisasi, kearsipan, mengadministrasi dan
penyelenggaraan dokumentasi serta perpustakaan organisasi, tetapi ia
meliputi juga penataan suatu acara dan pelaksanaan. Tugas yang disebut
terakhir dalam pedoman ini disebut sebagai protokoler.
2. Keprotokoleran HMI merupakan segala aktivitas yang berhubungan
dengan penyelenggaraan suatu produser kelancaran (upacara) di dalam
HMI. Oleh karena itu ia memegang peranan penting bagi berlangsungnya
suatu upacara. Demi ketertiban dan kesempurnaan dari materi, perlu
disuguhkan kembali (walaupun sering dijadikan sebagai salah satu materi
dalam training) sebagai bagian integral dari tugas bidang kesekretariatan.
3. Agar sasaran suatu aktivitas dapat dicapai secara optimal, diperlukan
penanggung jawab dan pembagian tugas di dalam penyelenggaraannya.
Apabila penyelenggaraan suatu aktivitas tanpa adanya panitia
penyelenggara/project officer, maka pengelolaan penataan dan
penyelenggaraannya langsung dibawah koordinasi staf sekretariat
jenderal/sekretariat. Namun kesemuannya itu masih lagi dibutuhkan
pelengkap penyelenggara seperti pengantar acara (announcer), penerima
tamu, pengatur kelengkapan, konsumsi, kesenian dan segala hal yang
berhubungan dengan kelancaran.
4. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelenggaraan suatu upacara :
- Tempat/Gedung (layout, pengaturan kursi, dekorasi).
- Jenis Acara.
- Pengantar Acara.
- Susunan acara.
Hal yang disebut terakhir (susunan acara), merupakan hal yang sering
terdapat kesalahan, terutama mengenai urut-urutan pemberian sambutan.
Urutan pemberi sambutan berbeda dengan urutan kepada siapa kita harus
menyapa dalam acara tersebut. Kalau dalam menyapa, urutnya adalah
secara struktural pejabat/pengurus tertinggi mendahului pejabat
dibawahnya dan seterusnya. Sedangkan urutan pemberi sambutan mulai
dari pengurus terbawah sampai seterusnya ke atas (lihat lampiran).

IX. PENUTUP

1. Pedoman Administrasi kesekretariatan ini adalah sangat penting dan


diperlukan guna keseragaman untuk menuju suatu organisasi modern dan
efektif kerjanya.
2. Administrasi kesekretariatan HMI yang ideal ialah usaha bagaimana
memanfaatkan sekretariat HMI untuk dapat berfungsi sebagaimana
mestinya, yaitu :
2.1 Tempat kerja yang efisien bagi pengurus.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 307


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2.2 Pusat kegiatan organisasi.
3. Untuk itu perlu persyaratan-persyaratan yang menyangkut :
3.1 Gedung/sekretariat.
3.2 Ketatausahaan.
3.3 Keuangan/Fasilitas yang cukup.
4. Untuk melaksanakan administrasi kesekretariat yang baik sangat
tergantung pada pelaksana-pelaksananya yaitu terutama staf sekretariat
dengan bantuan dan pengertian dari anggota pengurus lainnya, bahkan
seluruh anggota HMI.
5. Akhirnya dengan adanya pedoman administrasi kesekretariatan yang
disempurnakan ini mudah-mudahan organisasi HMI akan lebih mampu
bekerja dengan efektifitas yang maksimal dan mengeliminasi kekurangan
sebelumnya, berkat adanya administrasi yang teratur dan rapi.

Billaitaufiq Wal hidayah

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 308


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Lampiran ….

Lampiran Pedoman Administrasi dan Kesekretariatan

IKRAR UNTUK PELANTIKAN

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang


“Aku bersaksi bahwasannya tiada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad adalah Rasul Allah”
“Kami rela Allah Tuhan kami, Islam agama kami dan Muhammad Nabi dan Rasul
Allah”.

Dengan kesadaran dan tanggung jawab, kami pengurus …….. dengan ini berjanji dan
berikrar :
1. Bahwa kami dengan kesungguhan hati akan melaksanakan ketetapan –
ketetapan …… ke ……… di ………
2. Bahwa kami akan selalu menjaga nama baik Himpunan dengan selalu
tunduk dan patuh kepada AD, ART dan pedoman pokok HMI beserta
ketentuan – ketentuan lainnya.
3. Bahwa apa yang kami kerjakan dalam kepengurusan ini adalah untuk
mencapai tujuan HMI dalam rangka mengabdi kepada Allah SWT dan
mencapai kesejahteraan umat dan bangsa di dunia dan akhirat.

Sesungguhnya Sholatku, perjuanganku, hidup dan matiku hanya untuk Allah


Tuhan seru sekalian alam”.

Billahit taufiq wal hidayah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 309


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
SURAT KEPUTUSAN

PENGURUS BESAR HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Nomor : 09/KPTS/A/11/1426 H

Tentang

SUSUNAN PENGURUS HASIL RESHUFFLE BADAN KOORDINASI


HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (BADKO HMI) SUMATERA UTARA
PRIODE 2004 - 2006 M

Dengan senantiasa mengharapkan rahmat dan ridho Allah SWT. Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI), setelah :

MENIMBANG : Bahwa demi menjaga kesinambungan dan


kelancaran mekanisme organisasi, maka
dipandang perlu untuk mengesahkan
Susunan Pengurus Hasil RESHUFFLE
Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa
Islam (BADKO HMI) Sumatera Utara Periode
2004-2006 M.
MENGINGAT : 1. Pasal 4, 5, 7, 8, 9, dan 13 Anggaran Dasar
HMI.
2. Pasal 23, 24, 25, dan 26 Anggaran Rumah
Tangga HMI.
MEMPERHATIKAN : 1. Surat Keputusan Formateur/Ketua Umum
Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa
Islam Sumatera Utara (BADKO HMI
SUMUT) Nomor
Istimewa/III/KPTS/F/10/1426 H Tentang
Pengesahan Komposisi Pengurus Badan
Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam
Sumatera Utara (BADKO HMI SUMUT)
Hasil RESHUFFLE Periode 2004-2006 M
tertanggal 28 Syawal 1426 H bertepatan
dengan tanggal 30 November 2005 M.
2. Surat Permohonan tentang Mohon
Pengesahan Pengurus Badan Koordinasi
Himpunan Mahasiswa Islam Sumatera Utara
(BADKO HMI SUMUT) Hasil
RESHUFFLE pada tanggal 28 Syawal 1426

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 310


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
H bertepatan dengan tanggal 30 November
2005.
3. Saran dan Pendapat yang berkembang pada
Rapat Harian Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam (PB HMI) pada tanggal 6
Desember 2005 M.
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : 1. Mencabut Surat Keputusan Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI)
Dengan Nomor : 091/KPTS/A/02/1426 H
tentang Komposisi Pengurus Badan
Koordinasi Himpunan Mahasisiwa Islam
Sumatera Utara (BADKO HMI SUMUT)
Periode 2004-2006
2. Mengesahkan Susunan Pengurus Badan
Koordinasi Himpunan Mahasisiwa Islam
Sumatera Utara (BADKO HMI SUMUT)
Periode 2004-2006 M di bawah
Kepemimpinan saudara IMAM SALEH
RITONGA dan Saudara
RISMANDIANTO KARO-KARO
masing-masing Sebagai KETUA UMUM
dan SEKRETARIS UMUM dengan
Susunan Pengurus sebagaimana terlampir.
3. Salinan Surat Keputusan ini disampaikan
kepada masing-masing yang bersangkutan
untuk diketahui dan dilaksanakan dengan
penuh rasa amanah dan kepada seluruh
Cabang yang ada di wilayah Badan
Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam
Sumatera Utara (BADKO HMI SUMUT)
untuk diketahui.
4. Surat Keputusan ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan dan akan ditinjau
kembali jika terdapat kekeliruan di
dalamnya.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 311


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Ditetapkan di : Jakarta
Pada Tanggal : 04 Dzulkaidah 1426 H
06 Desember 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HASANUDDIN FAJAR R. ZULKARNAEN


KETUA UMUM SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 312


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

SURAT KETERANGAN
Nomor : 1115/A/Sek/12/1426

Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT. Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) menerangkan bahwa :

Nama : MISNAH HATTAS


Tempat tanggal Lahir : Bone, 21 Mei 1976
Alamat : Jl. Sukaria 7 No. 18 Makasar

Adalah benar Ketua Umum Korps-HMI-Wati (KOHATI) Cabang Makassar


periode 1998-1999.

Demikian Surat Keterangan ini diberikan kepada yang bersangkutan untuk dapat
dipergunakan sebagaimana mestinya.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Jakarta, 28 Dzulhijah 1426 H


28 Januari 2006 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

MUHAMMAD ANWAR NURDIN


KETUA WAKIL SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 313


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

SURAT TUGAS
Nomor : 1116/A/Sek/07/1424

Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT. Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) memberikan tugas kepada :

1. Nama : Mustahudin
Jabatan : Wakil Sekretaris Jenderal pengurus Besar HMI
Alamat : Jl. Diponegoro 16 A Jakarta

2. Nama : Asban
Jabatan : Ketua Bidang PPN Pengurus Besar HMI
Alamat : Jl. Dipenogoro 16 A Jakarta

3. Nama : Natsar Desi


Jabatan : Ketua Bidang Lingkungan Hidup dan SDA Pengurus
Besar HMI
Alamat : Jl. Dipenegoro 16 A Jakarta

Keperluan : Untuk melakukan survey tempat Kongres ke 25 HMI


pada tanggal 12 November di Makasar.
Berangkat : 10 November 2005.
Transport : Pesawat.

Demikian surat tugas ini dibuat agar dapat dipergunakan sebagaimana mestinya
kepada yang bersangkutan diharapkan melapor setelah selesainya tugas tersebut.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 314


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Jakarta, 18 R a j a b 1426 H
06 Juli 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HASANUDDIN FAJAR R. ZULKARNAEN


KETUA UMUM SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 315


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

SURAT MANDAT
Nomor : 1123/B/Sek/10/1426

Dengan senantiasa mengharap rahmat dan ridho Allah SWT. Pengurus Besar
Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) memberikan mandat kepada :

Nama : Mustahudin
Jabatan : Ketua Panitia Nasional Kongres Himpunan Mahasiswa Islam
ke-25 (PANASKO HMI XXV)

Untuk mengurus permohonan dana pada donatur yang telah menyatakan


kesanggupannya menjadi penyandang dana Kongres ke-25 HMI dan untuk
mengambil dana bantuan tersebut.

Demikian surat mandat dikeluarkan untuk dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Jakarta, 20 S y a w a l 1426 H
19 Oktober 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HASANUDDIN FAJAR R. ZULKARNAEN


KETUA UMUM SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 316


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

Nomor : 135/B/Sek/12/1427
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : MOHON BANTUAN PENGGANDAAN HASIL – HASIL
KONGGRES XXV

Kepada yang terhormat,


Kanda Presidium Nasional
Di
JAKARTA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam dan do’a semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayahnya kepada Kanda dalam menjalankan tugas sehari–hari. Amin.

Sehubungan dengan telah diterbitkannya buku hasil–hasil Kongres ke–24


HMI di Jakarta , maka Pengurus Besar Himpunan Mahasiswa Islam
memohon bantuan Kanda untuk penggandaanya. Buku tersebut akan
kami gandakan sebanyak 500 buah untuk selanjutnya akan di
sosialisasikan kepada BADKO HMI dan HMI Cabang di seluruh
Indonesia.

Demikian permohonan ini kami sampaikan, atas perhatian dan


bantuannya kami ucapkan terima kasih.

Billahittaufiq Wal Hidayah


Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 317


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Jakarta, 02 Dzulhizah 1425 H
28 Januari 2004 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

HASANUDDIN FAJAR R. ZULKARNAEN


KETUA UMUM SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 318


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

Nomor : 713/A/Sek/12/1426
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : PENGANTAR
Kepada yang terhormat,
Pengurus BADKO HMI Kaselteng
Di
TEMPAT

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam dan doa semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Saudara dalam menjalankan tugas sehari–hari.
Amin.

Bersama ini kami sampaikan kepada Saudara Surat Keputusan Pengurus


Besar Himpunan Mahasiswa Islam (PB HMI) dengan Nomor :
11/KTPS/A/12/1426 H tentang Pengesahan Pengurus Besar Himpunan
Mahasiswa Islam Cabang Meulaboh Periode 2004 – 2006 M.

Demikian surat ini disampaikan atas perhatiannya kami ucapkan terima


kasih.

Billahittaufiq Wal hidayah


Wassalamu’alaiku Wr. Wb.

Jakarta, 26 Dzulhijjah 1426 H


26 Januari 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

DENI YUSUF
WAKIL SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 319


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

Nomor : 1245/B/Sek/08/1426 H
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : UNDANGAN Kepada yang terhormat,
Kanda Wahyu Triono
Di
JAKARTA

Assalamu’alaikum Wr, Wb.

Salam dan do’a semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Kanda dalam menjalankan tugas sehari-hari. Amin.

Kami beritahukan dengan hormat bahwa berkenan dengan Kongres ke-25


HMI pada tanggal 20-25 Februari 2006, maka pengurus besar HMI
memandang perlu untuk segera dilaksanakan Sidang MPK III sidang
pleno IV.

Untuk itu kami mengundang Kanda Hadir dalam sidang MPK III dan
sidang pleno IV yang Insya Allah dilaksanakan.

Hari/tanggal : Jum’at – Senin, 1 – 4 Oktober 2005.


Jam : 19.00 WIB – selesai.
Tempat : Sekretariat PB HMI.
Agenda Acara : Terlampir.

Demikianlah surat ini disampaikan atas perhatiannya diucapkan terima


kasih

Billahittaufiq Wal hidayah


Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 320


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Jakarta, 26 Sya’ban 1426 H
20 September 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

NATSAR DESI FAJAR R. ZULKARNAEN


KETUA SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 321


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
(PB HMI)
CABEL: PB HMI
(CENTRAL EXECUTIVE OF ISLAMIC ASSOCIATION OF UNIVERSITY STUDENT)
Jl.Diponegoro No. 16 A. Jakarta 10301 telp 021 2305205

Nomor : 709/A/Sek/07/1426 H
Lamp : 1 (satu) berkas
Hal : HIMBAUAN Kepada Yang Terhormat,
Saudara Pengurus BADKO HMI dan
Pengurus Cabang se-Indonesia
Di-
SELURUH INDONESIA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Salam dan do’a semoga Allah SWT. senantiasa melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya kepada Saudara dalam menjalankan tugas sehari-hari. Amin.

Dalam upaya menjaga konsistensi, kontinuitas serta stamina organisasi,


maka seluruh aparat organisasi dalam melaksanakan setiap aktivitas, supaya
memperhatikan hal – hal sebagai berikut :

1. Seluruh aparat HMI selain PB HMI untuk menghindari diri dalam


memberikan sikap Politik keluar menyangkut apapun.
2. Seluruh aktivitas dan kegiatan organisasi harus dijalankan secara
prosedural, konstitusional dan tidak menimbulkan kerancuan, baik
secara internal maupun secara eksternal.

Demikianlah surat ini kami sampaikan, atas perhatian dan kerja samanya
kami ucapkan terima kasih.

Billahittaufiq Walahidayah
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 322


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Jakarta, 15 R a j a b 1426 H
13 Agustus 2005 M

PENGURUS BESAR
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

AGUSSALIM ALWI DENI YUSUF


KETUA WKL. SEKRETARIS JENDERAL

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 323


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Lampiran. Contoh Agenda PB HMI

N No. Tangga Nomor Tanggal Isi Asal


Keterangan
o File l terima surat Surat Surat Surat

Contoh

Stempel Agenda : ……………………….


Nomor : ……………………….
Tanggal : ……………………….
Disposisi : ……………………….

Keterangan :

Pemungutan–pemungutan yang diterima, surat–surat yang baru diterima sesudah


diagendakan, dipusatkan dalam satu map yang disediakan untuk dapat dibaca dan
diketahui oleh pengurus.

Setelah surat–surat tersebut diketahui dan diberi disposisi oleh pengurus sesuai
dengan pembandingan masing–masing (perlu dibahas) diteruskan atau khusus
diadakan penyortiran surat–surat tersebut.

Surat–surat dari map disposisi ini akan dipisahkan menjadi surat–surat yang
langsung disimpan sebagai arsip dan surat–surat yang akan dikerjakan atau
diselesaikan lebih lanjut.

Contoh Agenda suatu acara.

AGENDA ACARA
PEMBUKAAN KONFERENSI XXV HMI CABANG BOGOR

1. Pembukaan.
2. Pembacaan Kitab Suci Al-Qu’ran dan terjemahannya.
3. Lagu Indonesia Raya.
4. Laporan Ketua Panitia Konferensi XXV HMI Cabang Bogor.
5. Sambutan – sambutan:
5.1. Ketua Umum HMI Cabang Bogor.
5.2. Ketua Umum BADKO Jabodetabeka-Banten sekaligus membuka
dengan resmi acara Konferensi XXV HMI Cabang Bogor.
6. Pemberian cindera mata.
7. Do’a.
8. Selesai.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 324


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Urutan – urutan sapaan dalam suatu acara.
Yang Terhormat Saudara : Ketua Umum PB HMI
Ketua Umum BADKO HMI Jabodetabeka-Banten
Ketua Umum HMI Cabang Bogor
Ketua Umum Komisariat Pertanian IPB.

Contoh Data tentang Anggota.

HMI : …………………………………
BADKO : …………………………………
I. DATA TENTANG DIRI
1. Nama lengkap/panggilan :
2. Jenis Kelamin :
3. Tempat dan Tgl. Lahir :
4. Alamat :
5. Pekerjaan :

II. DATA TENTANG KELUARGA


1. Nama Orang Tua Laki-laki :
2. Tempat dan Tgl. Lahir :
3. Pendidikan :
4. Pekerjaan :
5. Alamat :
6. Nama orang tua perempuan :
7. Tempat dan Tgl. Lahir :
8. Pendidikan :
9. Pekerjaan :
10. Alamat :
11. Jumlah Saudara kandung :

III. DATA TENTANG PENDIDIKAN

TEMPAT DAN
NAMA LENGKAP PENDIDIKAN
TANGGAL LAHIR

1. SD : Lulus tahun
2. SMP : Lulus tahun
3. SMA (sederajat) : Lulus tahun
4. Universitas/Institut/Akademi : Lulus tahun
5. Fakultas/Jurusan :
6. Masuk Tahun :
7. Tingkat/No. Mahasiswa :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 325


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
IV. DATA TENTANG ORGANISASI
1. Masuk HMI tahun :
2. Nomor Kartu Anggota :
3. Training Yang Telah diikuti :
4. Pengalaman Organisasi di HMI :
5. Pengalaman Organisasi di luar HMI :

V. CATATAN TENTANG ALUMNI


1. Tamat Studi Tahun :
2. Profesi/Jabatan :
3. Terdaftar sebagai Anggota HMI :
Cabang
4. Masuk Organisasi/Parpol :
5. Sebagai :

Catatan : *)

VI. DATA TENTANG KEWAJIBAN ANGGOTA MEMBAYAR IURAN **)

TAHU TRIWULAN
KETERANGAN
N I II III IV
1991
1992
1993
1994
Dst.

*) Anggaran Rumah Tangga HMI Bagian IV pasal 7 menyebutkan kewajiban


anggota :
a) Setiap anggota berkewajiban menjaga nama baik HMI.
b) Setiap anggota berkewajiban menjalankan Misi Organisasi.
c) Setiap anggota berkewajiban menjunjung tinggi etika, sopan santun dan
moralitas dalam berperilaku dan menjalankan aktivitas organisasi.
d) Setiap anggota berkewajiban tunduk dan patuh kepada Anggaran Dasar
dan Anggaran Rumah Tangga dan berpartisipasi dalam setiap kegiatan
HMI yang sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga.
e) Setiap anggota biasa berkewajiban membayar uang pangkal dan
iuran anggota.
f) Setiap anggota berkewajiban menghormati simbol-simbol organisasi.

**) Diisi oleh Pengurus Cabang / PB HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 326


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
CATATAN DAFTAR NAMA/URUTAN BULAN – BULAN TAHUN
HIJRIAH :

1. Muharram
2. Syafar
3. Rabiul Awwal
4. Rabiul Akhir
5. Jumadil Awwal
6. Jumadil Akhir
7. Rajab
8. Sya’ban
9. Ramadhan
10. Syawal
11. Dzulkaidah
12. Dzulhijah

Daftar nama dan urutan bulan – bulan Hijriah di atas, dimaksudkan untuk
memberikan nomor/bulan dalam surat menyurat.

Misal : Jika surat tersebut dikeluarkan bulan Rabiul Awwal maka kode
suratnya menjadi, Nomor : 110/A/Sek/03/1426

Angka nomor 03 itulah sebagai petunjuk bulan Rabiul Awwal (bulan ketiga) dalam
tahun Hijriyah.

Billahittaufiq Wal Hidayah

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 327


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN KEUANGAN DAN HARTA BENDA
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A. PENDAHULUAN
Sesuai dengan Anggaran Dasar BAB VIII pasal 16 dan Anggaran Rumah Tangga
Pasal 58 Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), dana dapat diperoleh dari berbagai
sumber antara lain :
1. Uang pangkal.
2. Iuran dan sumbangan anggota.
3. Keuntungan Lembaga Pengembangan Profesi.
4. Sumbangan alumni.
5. Usaha-usaha lain yang halal dan tidak bertentangan dengan sifat independensi
HMI.

Maksud dan tujuan dari Pedoman Keuangan dan Harta Benda Himpunan
Mahasiswa Islam (HMI) adalah sebagai usaha untuk memperoleh dana yang lebih
besar dan dengan cara yang efektif sesuai dengan kondisi Cabang masing – masing
dengan maksud agar HMI lebih mandiri, dalam arti tidak tergantung pada
instansi/lembaga yang memberikan sumbangan yang bersifat konvensional.

B. SUMBER DANA
1. Uang pangkal dan iuran anggota
a. Penarikan uang pangkal dan iuran anggota bersifat wajib yang
besaran dan metode pemungutannya ditetapkan oleh Pengurus
Cabang.
b. Sumbangan anggota bersifat sukarela atau tergantung
keiklasan/kemampuan setiap anggota.
c. Uang pangkal dialokasikan sepenuhnya untuk Komisariat.
d. Iuran anggota dialokasikan dengan proporsi 60 persen untuk
Komisariat dan 40 persen untuk Cabang .

2. Keuntungan Lembaga Pengembangan Profesi.


3. Sumbangan, merupakan bantuan/sumbangan dari luar yang bersifat halal
dan tidak bertentangan dengan sifat independensi HMI :
a. Alumni.
b. Simpatisan.
c. Pemerintah.
d. Perusahaan swasta.
e. Ormas atau Orsospol, dll.
4. Usaha Organisasi
Usaha organisasi dapat dilakukan melalui yayasan, koperasi serta usaha
yang tidak bertentangan dengan prinsip organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 328


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
C. SISTEM PENGANGGARAN
1. Pengertian
Penganggaran merupakan perencanaan keuangan untuk pelaksanaan
program organisasi dalam bentuk yang terdiri dari anggaran
penerimaan dan pengeluaran dalam satu periode yang mengambarkan
sumber dan penggunaan dana.
2. Maksud dan Tujuan
Dengan adanya sistem penganggaran diharapkan dapat melakukan skala
prioritas, dengan tujuan tercapainya efektifitas, efisiensi dan sinkronisasi
antara pelaksanaan aktivitas organisasi.
3. Fungsi
Fungsi penganggaran keuangan HMI tidak terlepas dari fungsi
manajemen yaitu :
a. Perencanaan.
b. Pengorganisasian.
c. Pelaksanaan.
d. Pengawasan/Pengontrolan.
4. Syarat–syarat :
a. Kronologis.
b. Sistematis.
c. Mudah dimengerti.
d. Jelas angka–angka dalam pos–pos pengeluaran dan penerimaan.
e. Jumlah total seluruh pengeluaran dan penerimaan.
5. Tahap – tahap penyusunan anggaran:
a. Pengajuan kegiatan masing–masing bidang.
b. Penjadwalan.
c. Perhitungan perkiraan biaya setiap bulan.
d. Penjumlahan biaya seluruh kegiatan.

6. Mekanisme persetujuan
a. Pengajuan anggaran bidang :
Hasil Raker Rapat Bidang Ketua Bidang
Rapat harian Bendahara Umum.
b. Pengajuan Anggaran aktivitas :
Panitia Ketua Bidang Bendahara Umum
Ketua Umum.
7. Tahap Pelaksanaan
a. Pengajuan anggaran setiap aktivitas harus mendapat persetujuan dari
Bendahara Umum (policy maker) dan Ketua Umum (decision maker)
baik yang dilaksanakan oleh bidang maupun kepanitian.
b. Setiap pengeluaran harus sesuai dengan anggaran yang telah
ditetapkan dan disertai bukti pembayaran.
c. Apabila terjadi penyimpangan dari anggaran yang telah ditetapkan,
maka harus dibawa ke forum Rapat Harian.
d. Penyusunan laporan akhir sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan
program.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 329


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TUJUAN

USAHA
PROSES
PROGRAM
INDIVIDU KADER
AMANAH & AHLI
ETIKA

− SISTEM
MANUSIA DATA MANAJEMEN PENGELOLA
PENERIMAAN
METODE TEKNOLOGI
MATERIAL − SISTEM ANGGARAN
− SISTEM PELAPORAN

D. SISTEM PENGELOLAAN DAN ADMINISTRASI KEUANGAN


1. Maksud dan Tujuan
Agar Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) mempunyai pedoman dalam
pengelolaan dan administrasi keuangan, dengan tujuan penyalahgunaan
dana dapat ditekan seminimal mungkin atau bahkan tidak ada sama
sekali.
2. Dalam pengelolaan keuangan berlaku prinsip–prinsip yang meliputi :
a. Perencanaan keuangan yang diaktualisasikan berupa anggaran
pendapatan dan anggaran pengeluaran untuk jangka waktu tertentu
yang menggambarkan sumber penggunaan.
b. Organisasi :
1. Tugas yang mencari dan mengumpulkan dana di bawah
tanggung jawab Bendahara Umum.
2. Penyimpanan dan pengeluaran dana yang dikumpulkan oleh
team harus terlebih dahulu disetujui oleh Ketua Umum dan
Bendahara Umum.
3. Wewenang mengusahakan dana berada pada Bendahara
Umum.
4. Tugas untuk mencatat keluar masuk dana dan penyusunan
laporan diserahkan kepada Wakil Bendahara Umum (bidang
pembukuan dan penyusunan laporan keuangan).
c. Pelaksanaan
Yang dimaksud dengan pelaksanaan adalah pelaksanaan pengaturan
keuangan yang meliputi :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 330


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1. Pengumpulan Dana
Yang dimaksud berkewajiban dan bertanggung jawab
mengumpulkan dana adalah team dengan tugas meliputi :
a. Menarik iuran anggota sesuai dengan ketentuan organisasi
b. Menarik dan mengumpulkan dana dari donatur tetap
c. Menyerahkan hasil pengumpulan dana kepada Wakil
Bendahara Umum (yang membidangi penyimpanan)
setelah di setujui Ketua Umum dan Bendahara Umum
d. Memberikan tanda bukti/kartu penerimaan yang
ditandatangani oleh penerima/penagih, kepada donatur
tetap dan penyumbang lainnya
e. Pada waktu menyerahkan dana kepada Wakil Bendahara
Umum harus disertai fotocopy kwitansi kepada
penyumbang dan dari Wakil Bendahara Umum
diminta/diterima bukti setoran yang ditandatangani oleh
Ketua Umum dan Bendahara Umum.
2. Pengeluaran Dana
a. Pengeluaran tiap bagian/departemen harus sesuai dana
anggaran belanja yang telah ditetapkan sebelumnya.
b. Pengeluaran dana harus disetujui oleh Ketua Umum dan
Bendahara Umum.
3. Penyimpanan
a. Yang bertanggung jawab atas penyimpanan adalah Wakil
Bendahara Umum (bidang penyimpanan dan pengeluaran).
b. Dana harus disimpan di Bank dan penandatanganan cek
oleh Ketua Umum dan Bendahara Umum.
c. Untuk keperluan rutin dapat diadakan kas kecil yang
dipegang oleh Wakil Bendahara Umum (bidang
penyimpanan/pengeluaran).
4. Prosedur Pengeluaran Dana
a. Permintaan untuk pengeluaran dana diajukan kepada Ketua
Umum dan Bendahara Umum oleh bidang yang
memerlukan dana.
b. Ketua Umum bersama Bendahara Umum menilai
permohonan tersebut untuk disetujui / ditolak atau minta
dirubah.
c. Atas dasar surat permohonan yang telah disetujui oleh
Ketua Umum dan Bendahara Umum, Wakil Bendahara
Umum mengeluarkannya untuk diserahkan kepada
pemohon.
d. Pemohon diminta menandatangani formulir tanda
pengeluaran dari kas atau bank.
e. Bendahara umum mencatat dalam bukti–bukti pengeluaran
dari kas atau bank.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 331


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
5. Pengontrolan/pengawasan
a. Pengontrolan dan pengawasan yang bersifat preventif
adalah pengontrolan yang berjalan atau dilakukan
bersamaan dengan tahap–tahap proses penerimaan dan
pengeluaran yang dimulai dari :
1. Permohonan untuk pengeluaran.
2. Jumlah yang telah dianggarkan.
b. Pengontrolan yang bersifat represif adalah pengontrolan
berupa pemeriksaan kewajaran laporan keuangan setelah
dicocokkan dalam buku mutasi dan bukti pendukung
lainnya.

E. PENYUSUNAN LAPORAN
Laporan keuangan pada umunya adalah neraca dan daftar perhitungan hasil
usaha (R/L). Neraca menggambarkan posisi harta kewajiban dan kekayaan
pada saat tertentu. Sedangkan daftar perhitungan hasil usaha mengambarkan
hasil kegiatan dan pengeluaran–pengeluaran dana organisasi untuk jangka
waktu yang berakhir pada tangga neraca.

F. PENUTUP
Demikian pedoman kebendaharaan ini kami susun agar dapat berguna sebagai
pegangan atau petunjuk pelaksanaan bagi organisasi dalam upaya
pendayagunaan sumber dana yang ada, secara efisien dan efektif serta dapat
dipertanggungjawabkan.

Kami berharap pedoman ini dapat menjadi standar yang masih mungkin dapat
dikembangkan sesuai dengan aparat/Cabang masing – masing, jika kelak
ternyata atau terdapat kesalahan atau kekurangan dapat kita kembangkan
secara up to date.

<<>> Contoh tanda bukti pemasukan dan pengeluaran terlampir.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 332


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TANDA BUKTI TERIMA UANG (TBT)

Telah Terima Uang sebesar : Rp.

Terbilang :

Dari :
...............................................................................................
Sebagai :
...............................................................................................
Keterangan terlampir
……………………….
Yang menerima

Disetujui Diketahui Dibukukan

Bendahar Ketua Wkl.


a Umum Umum Bendahara
Umum

Rangkap III
1. Putih untuk yang menyerahkan uang.
2. Merah untuk Wakil Bendahara Umum bagian pembukuan.
3. Kuning untuk Wakil Bendahara Umum bagian penyimpanan/pengeluaran.

TANDA BUKTI PENGELUARAN (TBP)

Telah terima Uang Sebesar : Rp.

Terbilang :

Dari :
...............................................................................................
Sebagai :
...............................................................................................
Keterangan terlampir
……………………….
Yang menerima

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 333


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Disetujui Diketahui Dibukukan

Bendahar Ketua Wkl.


a Umum Umum Bendahara
Umum

Rangkap III
1. Putih untuk Wakil Bendahara Umum bagian penyimpanan/pengeluaran.
2. Merah untuk pemakai uang.
3. Kuning untuk Wakil Bendahara Umum bagian pembukuan.

Nomor Penjelasan Perkiraan Nomor Debet Kredit


Bukti

_________________ ________________________
Bendahara Umum Wakil Bendahara Umum

BUKU KAS
No. Debet Jumlah No. Kredit Jumlah

BUKU HUTANG

No. Debet Jumlah No. Kredit Jumlah

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 334


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA PERKIRAAN

No. Nama Perkiraan Jumlah


Neraca
001 Kas Rp.
002 Bank Rp.
003 Tagihan Rp.
004 Persediaan Rp.

010 Gedung Rp.


020 Inventasi Kantor Rp.
030 Kendaraan Rp.
040 Perlengkapan Rp.

070 Hutang Rp.


080 Uang Muka Diterima Rp.
090 Selisih Aktiva-Pasiva Rp.

Perkiraan Kecil

100 Penerimaan Uang Pangkal Rp.


110 Penerimaan uang iuran Rp.
120 Penerimaan dari Donatur tetap Rp.
130 Penerimaan dari Penyumbang insidentil Rp.
140 alumni/simpatisan Rp.
150 Penerimaan dari hasil usaha Rp.
160 Penerimaan dari instansi Rp.
Penerimaan lain – lain (misal iuran pengurus)

BIAYA RUMAH TANGGA


Biaya Perlengkapan Rumah Tangga Rp.
Biaya Surat Kabar, Majalah, Buku Rp.
Biaya Pembelian Meubel Rp.

BIAYA KEGIATAN BIDANG


Biaya Bid. PA Rp.
Biaya Bid. Pemb. Aparat Organisasi Rp.
Biaya Bid. PT, Kemahasiswaan& Pemuda Rp.
Biaya Bid. Pemberdayaan Umat Rp.
Biaya Bidang Pemberdayaan Perempuan Rp.
Dan seterusnya

BIAYA RUPA – RUPA


Biaya sumbangan duka cita Rp.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 335


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Biaya hadiah perkawinan Rp.
Biaya Karangan Bunga Rp.
Biaya lain – lain yang tak terduga Rp.
Surplus (Defisit) Rp.

DAFTAR TATA PERKIRAAN

No. Nama Perkiraan Jumlah


BIAYA ADMINISTRASI
20 Biaya Kantor Rp.
0 Biaya ATK Rp.
20 Biaya Listrik/Gas/Pam Rp.
1 Biaya Telpon/Telegram/Fax Rp.
20 Biaya Perangko/Materai Rp.
2 Biaya Perjalanan Rp.
20 Biaya Rapat Rp.
3 Biaya Transport Rp.
20 Biaya Makan/Minum Rp.
4 Biaya Tamu Rp.
20 Honorium Rp.
5 Biaya Pemeliharaan Kantor Rp.
20 Biaya Pemeliharaan Inventaris Rp.
6 Biaya Pemeliharaan Kendaraan Rp.
20
7 BIAYA AKTIVITAS/PROGRAM
20 Biaya Pleno Rp.
8 Biaya Seminar/Simposium/Lokakarya Rp.
20 Biaya Training/Schooling Rp.
9 Biaya Rapat Kerja Rp.
21 Biaya Kongres Rp.
0 Biaya Perjalanan Luar Negeri Rp.
21
1
21
2
21
3

21
4
21
5
21
6

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 336


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
21
7
21
8
21
9

NERACA
PER……..
Aktiva Pasiva
N Perkiraan Jumlah No Perkiraan Jumlah
o
1 Kas Rp. 1 Hutang Rp.
2 Bank Rp. 2 Uang Muka Rp.
Diterima
3 Tagihan Rp. 3 Selisih Akt/pasiva Rp.
4 DP Rp.
5 Persed Rp.
Jumlah Rp

6 Bangunan Rp.
7 Invetaris Kantor Rp.
8 Kendaraan Rp.
9 Perlengkapan Rp.
Jumlah Rp Jumlah Rp.

DAFTAR PERHITUNGAN HASIL USAHA

PENERIMAAN
1. Uang Pangkal Rp.
2. Uang Iuran Rp.
3. Donatur Tetap Rp.
4. Penyumbang Insidentil Rp.
5. Hasil Usaha Rp.
6. Instansi Rp.
7. Lain – lain Rp.
Jumlah Penerimaan Rp.

PENGELUARAN
1. BIAYA ADMINISTRASI
Biaya Kantor Rp.
Biaya ATK Rp.
Biaya Listrik/Gas/Pam Rp.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 337


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Biaya Telepon/Telegram/Telex Rp.
Biaya Perangko/Materai Rp.
Biaya Perjalanan Rp.
Biaya Transport Rp.
Biaya Makan/Minum Rp.
Biaya Tamu Rp.
Biaya Honoranium Rp.
Biaya Pemeliharaan Kantor Rp.
Biaya Inventaris Rp.
Biaya Pengeluaran Rp.

2. BIAYA AKTIVITAS (PROGRAM)


Biaya Sidang Pleno Rp.
Biaya Seminar/Lokakarya Rp.
Biaya Training Rp.
Biaya Rapat Kerja Rp.
Biaya Kongres Rp.
Biaya ke Luar Negeri Rp.

SURPLUS/DEFISIT Rp.
= Jumlah Penerimaan – Jumlah Pengeluaran
= .............................. (Surplus/Defisit)

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 338


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN BADAN-BADAN KHUSUS HIMPUNAN MAHASISWA
ISLAM

PEDOMAN DASAR KOHATI

MUKADDIMAH

Sesungguhnya Allah SWT, telah mewahyukan Islam sebagai ajaran yang haq dan
sempurna untuk mengatur umat manusia agar berkehidupan sesuai fitrahnya
sebagai khalifah di muka bumi dengan kewajiban mengabdikan diri semata-mata
kehadirat-Nya.
Di sisi Allah SWT, manusia baik laki-laki maupun perempuan mempunyai derajat
yang sama, yang membedakan hanyalah ketaqwaannya, yakni sejauh mana ia
istiqamah/teguh mengimani dan mengamalkan ajaran-ajaran Ilahi dalam kehidupan
sehari-hari.
Nabi Muhammad SAW, sebagai pembawa risalah terakhir juga menekankan posisi
strategis kaum perempuan dalam masyarakat sebagaimana sabdanya yang berbunyi :
“Perempuan adalah tiang negara, bila kaum perempuannya baik (berahlak karimah)
maka negaranya baik dan bila perempuannya rusak (amoral) maka rusaklah negara
itu”. Dalam rangka memaknai peran strategis tersebut maka kaum perempuan
dituntut untuk menguasai ilmu agama, Iptek serta keterampilan yang tinggi, dengan
senantiasa menyadari akan kodrat kemanusiaannya.
Perempuan sebagai salah satu elemen masyarakat harus memainkan peranannya
mewujudkan masyarakat berkeadilan. Dan sebagai salah satu strategi perjuangan
dalam mewujudkan mission HMI, diperlukan sebuah wadah yang menghimpun
segenap potensi HMI dalam wacana keperempuanan untuk melaksanakan fungsi
dan tanggung jawabnya, dan untuk mewujudkannya HMI membentuk Korps-HMI-
Wati (KOHATI). Dalam rangka mencapai tujuan tersebut, KOHATI harus
berkesinambungan dengan HMI dan penuh kebijaksanaan yang dinafasi keimanan
kepada Allah SWT, serta berpedoman pada Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah
Tangga HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 339


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Untuk menjabarkan operasionalisasi KOHATI tersebut, dibuatlah Pedoman Dasar
KOHATI sebagai berikut :

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian KOHATI
a. KOHATI adalah singkatan dari Korps-HMI-Wati.
b. KOHATI adalah badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan
dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan
keperempuanan.
c. KOHATI adalah bidang keperempuanan di HMI setingkat.

Pasal 2
Waktu dan Tempat Kedudukan
1. KOHATI didirikan pada tanggal 2 Jumadil Akhir 1386 H bertepatan dengan
tanggal 17 September 1966 M pada Kongers VIII di Solo.
b. KOHATI berkedudukan di tempat kedudukan HMI.

Pasal 3
Tujuan
Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita.

Pasal 4
Status
a. KOHATI merupakan salah satu badan khusus HMI.
b. Secara struktural pengurus KOHATI ex officio pimpinan HMI, diwakili oleh
Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum dan Ketua Bidang.

Pasal 5
Sifat
KOHATI bersifat Semi-Otonom.

Pasal 6
Fungsi
a. KOHATI berfungsi sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi
kader HMI dalam wacana dan dinamika keperempuanan.
b. Di tingkat internal HMI, KOHATI berfungsi sebagai bidang keperempuanan.
c. Di tingkat eksternal HMI, berfungsi sebagai organisasi perempuan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 340


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 7
Peran
KOHATI berperan sebagai Pencetak dan Pembina Muslimah Sejati untuk
menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Pasal 8
Keanggotaan
Anggota KOHATI adalah HMI-Wati yang telah lulus Latihan Kader (LK I).

BAB II
STRUKTUR ORGANISASI

A. Struktur Kekuasaan

Pasal 9
Musyawarah KOHATI
a. Musyawarah KOHATI merupakan forum laporan pertanggungjawaban
pengurus dan perumusan Program Kerja KOHATI.
b. Musyawarah KOHATI memilih dan menetapkan Formateur/Ketua Umum
dan dua (2) orang Mide Formateur.
1. Di tingkat nasional diselenggarakan Musyawarah Nasional KOHATI
dalam rangkaian Kongres HMI.
2. Di Tingkat daerah diselenggarakan Musyawarah Daerah KOHATI
BADKO dalam rangkaian Musyawarah Daerah BADKO HMI.
3. Di tingkat cabang diselenggarakan Musyawarah KOHATI Cabang dalam
rangkaian Konferensi HMI Cabang.
4. Di tingkat KORKOM diselengarakan Musyawarah KOHATI KORKOM
dalam rangkaian Musyawarah KORKOM.
5. Ditingkat komisariat diselenggarakan Musyawarah KOHATI Komisariat
dalam rangkaian Rapat Anggota Komisariat.

Pasal 10
Peserta Musyawarah
a. Peserta Musyawarah Nasional KOHATI, terdiri dari :
1. Utusan adalah pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI PB HMI, Pengurus KOHATI
BADKO HMI, Pengurus KOHATI HMI Cabang Persiapan dan Bidang
Keperempuanan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 341


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Peserta Musyawarah Daerah KOHATI , terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Cabang Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI BADKO HMI, Pengurus KOHATI
HMI Cabang Persiapan dan Bidang Keperempuanan diwilayah
koordinasinya.
c. Peserta Musyawarah KOHATI HMI Cabang terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Persiapan dan
Bidang Keperempuanan.
d. Peserta Musyawarah KOHATI KORKOM HMI terdiri dari :
1. Utusan adalah Pengurus KOHATI HMI Komisariat Penuh.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI KORKOM HMI, Pengurus KOHATI
HMI Komisariat Persiapan, dan Bidang Keperempuanan.
e. Peserta Musyawarah KOHATI Komisariat terdiri dari :
1. Utusan adalah Anggota KOHATI HMI Komisariat.
2. Peninjau adalah Pengurus KOHATI Komisariat.

Pasal 11
Instansi Pengambilan Keputusan
a. Setiap keputusan KOHATI dilakukan secara musyawarah dengan tata susunan
tingkatan instansi pengambilan keputusannya adalah rapat pleno, rapat
harian, rapat presidium.
b. Untuk penyusunan rencana kerja operasional diselenggarakan rapat bidang
dan rapat kerja.

B. Struktur Pimpinan

Pasal 12
Pimpinan KOHATI
a. Ditingkat PB HMI dibentuk KOHATI PB HMI.
b. Ditingkat BADKO HMI dibentuk KOHATI BADKO HMI.
c. Ditingkat HMI Cabang dibentuk KOHATI HMI Cabang.
d. Ditingkat KORKOM dibentuk KOHATI KORKOM HMI.
e. Ditingkat Komisariat dibentuk KOHATI Komisariat.

Pasal 13
Pembentukan Pimpinan KOHATI
a. Penetapan Ketua Umum KOHATI ditentukan oleh Musyawarah KOHATI.
b. Bila Ketua Umum KOHATI tidak dapat menjalankan tugasnya dan/atau
melakukan pelanggaran terhadap aturan-aturan organisasi maka dapat dipilih

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 342


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pejabat Ketua Umum oleh Sidang Pleno KOHATI melalui Rapat Pleno
KOHATI.

Pasal 14
Personalia Pengurus KOHATI
a. Formateur/Ketua Umum menyusun struktur kepengurusan KOHATI dan
dibantu oleh Mide Formateur.
b. Formasi pengurus KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI, KOHATI
HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan KOHATI Komisariat terdiri
dari Ketua Umum, Sekretaris Umum, Bendahara Umum, Ketua Bidang dan
Departemen-Depatemen, atau sekurang-kurangnya Ketua, Sekretaris dan
Bendahara.
c. Struktur Pengurus KOHATI berbentuk garis fungsional.

Pasal 15
Kriteria Pengurus
a. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI PB HMI adalah HMI-
Wati yang pernah menjadi Pengurus KOHATI Komisariat/Bidang
Pemberdayan Perempuan dan/KOHATI KORKOM HMI, KOHATI HMI
Cabang dan/atau KOHATI BADKO HMI/KOHATI PB HMI, berprestasi,
telah mengikuti LKK dan LK III.
b. Yang dapat menjadi Ketua Umum /Pengurus KOHATI BADKO HMI adalah
HMI-Wati yang pernah menjadi Pengurus KOHATI Komisariat/Bidang
Pemberdayaan Perempuan dan/KOHATI KORKOM HMI, KOHATI HMI
Cabang dan/KOHATI BADKO HMI, berprestasi, yang telah mengikuti LKK
dan LK II.
c. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI HMI cabang adalah
HMI-Wati yang pernah menjadi Pengurus KOHATI Komisariat/Bidang
Pemberdayaan Perempuan, KOHATI KORKOM HMI dan/KOHATI HMI
Cabang, berprestasi dan telah mengikuti LKK dan LK II.
d. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI KORKOM adalah
HMI-Wati yang pernah menjadi pengurus KOHATI Komisariat/Bidang
Pemberdayaan Perempuan, berprestasi dan telah mengikuti LKK dan LK II.
e. Yang dapat menjadi Ketua Umum/Pengurus KOHATI Komisariat adalah
HMI-Wati berprestasi yang telah mengikuti LK I dan LKK.

Pasal 16
Pengesahan dan Pelantikan Pengurus KOHATI
a. Di tingkat PB HMI, KOHATI PB HMI disahkan dan dilantik oleh Ketua
Umum PB HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 343


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Di tingkat BADKO HMI, KOHATI BADKO HMI disahkan dan dilantik
oleh Ketua Umum BADKO HMI, KOHATI HMI Cabang, KOHATI
KORKOM dan KOHATI Komisariat disahkan dan dilantik oleh Ketua
Umum HMI setingkat.

BAB III
WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB

Pasal 17
KOHATI PB HMI
a. KOHATI PB HMI bertanggung jawab kepada MUNAS KOHATI dan
menyampaikan laporannya kepada Kongres.
b. KOHATI PB HMI bersifat koordinatif terhadap KOHATI HMI Cabang.
c. KOHATI PB HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan wacana
serta dinamika gerakan keperempuanan di tingkat nasional.

Pasal 18
KOHATI BADKO HMI
a. KOHATI BADKO HMI adalah unsur perpanjangan tangan KOHATI PB
HMI yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan KOHATI HMI Cabang di
wilayah koordinasinya.
b. KOHATI BADKO HMI bertanggung jawab kepada Musyawarah Daerah
KOHATI BADKO HMI dan menyampaikan laporan kepada MUSDA
BADKO.
c. KOHATI BADKO HMI menyampaikan laporan informasi keja minimal
enam bulan sekali kepada KOHATI PB HMI.
d. KOHATI BADKO HMI adalah penanggung jawab masalah KOHATI dan
wacana serta dinamika gerakan keperempuanan di tingkat regional.

Pasal 19
KOHATI HMI Cabang
a. KOHATI HMI Cabang adalah aparat HMI Cabang yang mengkoordinir
kegiatan bidang keperempuanan HMI Cabang setempat.
b. KOHATI HMI Cabang bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI
HMI Cabang dan memberikan laporan kepada KONFERCAB.
c. Menyampaikan/mengirimkan lampiran susunan kepengurusan KOHATI
HMI Cabang serta rencana program kerja kepada KOHATI PB HMI dengan
tembusan KOHATI BADKO HMI.
d. Menyampaikan laporan dan informasi kegiatan minimal 4 bulan sekali kepada
KOHATI PB HMI dengan tembusan kepada KOHATI BADKO HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 344


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
e. KOHATI HMI Cabang bersifat koordinatif kepada KOHATI Komisariat.
f. KOHATI HMI Cabang adalah penanggung jawab terhadap masalah KOHATI
dan wacana serta dinamika gerakan perempuan di tingkat cabang.

Pasal 20
KOHATI HMI KORKOM
a. KOHATI HMI KORKOM adalah perpanjangan tangan KOHATI HMI
Cabang yang mengkoordinir kegiatan-kegiatan KOHATI HMI Komisariat di
wilayah koordinasinya.
b. KOHATI KORKOM bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI
KORKOM dan menyampaikan laporan kepada Musyawarah KORKOM.
c. Menyampaikan /mengirim lampiran susunan kepengurusan KOHATI
KORKOM HMI disertai dengan rencana program kerja terhadap KOHATI
HMI Cabang.
d. KOHATI HMI KORKOM menyampaikan laporan dan informasi kerja
minimal 4 bulan sekali kepada KOHATI HMI Cabang.

Pasal 21
KOHATI HMI Komisariat
a. KOHATI HMI Komisariat adalah aparat HMI Komisariat yang
mengkoordinir pembinaan perkaderan serta kegiatan bidang keperempuanan
HMI Komisariat.
b. KOHATI HMI Komisariat bertanggung jawab kepada Musyawarah KOHATI
Komisariat dan menyampaikan laporan pada Rapat Anggota Komisariat.
c. Menyampaikan/mengirimkan lampiran susunan pengurus disertai dengan
rencana program kerja KOHATI HMI Komisariat kepada KOHATI HMI
Cabang dengan tembusan kepada KOHATI KORKOM.
d. Menyampaikan informasi kegiatan minimal 4 bulan sekali kepada KOHATI
HMI Cabang dengan tembusan kepada KOHATI KORKOM HMI.

BAB IV
ADMINISTRASI DAN KESEKRETARIATAN

Pasal 22
Pedoman Administrasi dan Surat Menyurat KOHATI
a. Administrasi dan surat menyurat KOHATI disesuaikan dengan administrasi
dan surat menyurat yang berlaku di HMI.
b. Untuk surat intern (kedalam) dengan kode : Nomor surat/A/Sek/KHI/bulan
Hijriah/tahun Hijriah.
c. Untuk surat ekstern (keluar) dengan kode : Nomor surat/B/Sek/KHI/bulan
Hijriah/Tahun Hijriah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 345


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Khusus surat keluar instansi HMI ditandatangani oleh Ketua Umum dan
Sekretaris Umum KOHATI.

Pasal 23
Atribut KOHATI
Yang termasuk dalam atribut KOHATI adalah mars, badge, stempel, kop surat dan
busana KOHATI.
BAB V
KEUANGAN

Pasal 24
Keuangan
Sumber dana KOHATI diperoleh dari dana yang halal dan tidak mengikat.

BAB VI
PEMBENTUKAN, PEMBEKUAN DAN PEMBUBARAN KOHATI

Pasal 25
Pembentukan KOHATI
a. Pembentukan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, BADKO HMI, HMI
Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan HMI Komisariat diputuskan pada
putusan tertinggi HMI setingkat.
b. Status KOHATI HMI Cabang disesuaikan dengan status HMI Cabang.
c. Status KOHATI HMI Komisariat disesuaikan dengan status HMI Komisariat.
Pasal 26
Pembekuan KOHATI
Pembekuan KOHATI di tingkat KOHATI PB HMI, KOHATI BADKO HMI,
KOHATI HMI Cabang, KOHATI KORKOM HMI dan KOHATI Komisariat
diputuskan pada putusan tertinggi HMI setingkat.

Pasal 27
Pembubaran KOHATI
Pembubaran KOHATI hanya dapat dilakukan oleh Kongres HMI.

BAB VII
KETENTUAN TAMBAHAN

Pasal 28
a. Penjabaran tentang status, sifat, fungsi dan peran KOHATI dirumuskan dalam
tafsir tersendiri.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 346


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Bagan struktur kepengurusan organisasi, tujuan KOHATI dirumuskan
tersendiri.

Pasal 29
Hal lain yang menyangkut ketetapan yang tidak tercantum dalam pedoman ini
disesuaikan dengan pedoman organisasi HMI dan/atau peraturan PB
HMI/KOHATI PB HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 347


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
ANALISA TUJUAN KOHATI

Tujuan yang jelas diperlukan oleh sebuah organisasi, sehingga setiap usaha yang
dilakukan oleh organisasi tersebut dapat dilaksanakan dengan teratur dan terarah.
Tujuan organisasi dipengaruhi oleh motivasi dasar pembentukannya, status dan
fungsinya dalam totalitas dimana dia berada. Dalam totalitas perkaderan HMI,
KOHATI merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dalam mencapai
tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan
Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang di
ridhoi Allah SWT.
Sebagai sebuah lembaga, Korps-HMI-Wati (KOHATI) yang ide dasar
pembentukannya dilandaskan pada kebutuhan akan pengembangan misi HMI
secara luas, serta kebutuhan akan adanya pembinaan untuk HMI-Wati yang lebih
inspiratif, memandang penting bahwa kualitas peranan HMI-Wati perlu terus
dipacu/ditingkatkan.
Dalam rangka itu KOHATI merumuskan tujuannya sebagai berikut : “Terbinanya
Muslimah yang berkualitas Insan Cita”. Dengan rumusan tujuan ini KOHATI
memposisikan dirinya sebagai bagian yang ingin mencapai tujuan HMI (mencapai 5
kualitas insan cita) tetapi berspesialisasi pada pembinaan anggota HMI-Wati untuk
menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.
Sesuai dengan ide dasar pembentukannya, maka proses pembinaan di KOHATI
ditujukan untuk peningkatan kualitas dan peranannya dalam wacana
keperempuanan. Ini dimaksudkan bahwa aktifitas HMI-Wati tidak saja di
KOHATI dan HMI, tetapi juga dalam masyarakat luas, terutama dalam merespon,
mengantisipasi berbagai wacana keperempuanan. Dengan demikian, maka jelas
bahwa tugas KOHATI adalah melakukan akselerasi pada pencapaian tujuan HMI.
Untuk dapat menjalankan peranannya dengan baik, maka KOHATI harus
membekali dirinya dengan meningkatkan kualitasnya sehingga anggota KOHATI
memiliki watak dan kepribadian yang teguh, kemampuan intelektual, kemampuan
profesional serta kemandirian dalam merespon, mengantisipasi berbagai wacana
keperempuanan yang berkembang dalam masyarakat.
Peningkatan kualitas ini, dilakukan KOHATI melalui proses pembinaan yang
terencana dan terarah melalui serangkaian aktifitasnya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 348


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
SKEMA ANALISIS TUJUAN KOHATI

HMI TUJUAN Pasal 4 AD HMI : Terbinanya insan


1. Akademis
2. Pencipta
3. Pengabdi
4. Bernafaskan Islam
5. Bertanggungjawab atas
terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT.

INSAN CITA
HMI-WAN

ANGGOTA
HMI
HMI-WATI
(KOHATI)

SIFAT STATUS FUNGSI & PERAN

Latihan :
o LKK
o Kursus
Kegiatan :
o Pribadi
o Kelompok

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 349


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TAFSIR STATUS KOHATI

Status sebuah lembaga merupakan pengakuan dan petunjuk tentang eksistensi


lembaga tersebut. Lahirnya sebuah status didasarkan pada kebutuhan akan
pengembangan organisasi dan mempermudah pencapaian tujuan organisasi. Status
juga merupakan petunjuk dimana sebuah lembaga berspesialiasi.
Korps-HMI-Wati (KOHATI) adalah badan khusus HMI yang bergerak dalam
wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. Rumusan ini menjelaskan bahwa
status KOHATI adalah badan khusus HMI dengan spesialisasi membina anggota
HMI-Wati untuk menjadi muslimah yang berkualitas insan cita.
Spesialisasi di bidang keperempuanan menunjukkan bahwa perkembangan
permasalahan keperempuanan di masyarakat perlu di respon HMI. Respon ini
menempatkan kaum perempuan pada posisi periferial dan defensif. Sebagai
organisasi kader, HMI bertanggung jawab untuk menciptakan iklim yang kondusif
dan harmonis dalam upaya pemberdayaan kaum perempuan, melalui proses
perkaderannya. Dalam perkaderan HMI, KOHATI ditempatkan sebagai ujung
tombak untuk mengantisipasi dan mempelopori terjawabnya persoalan-persoalan
tersebut.
Dalam kerangka tersebut, maka yang menjadi sasaran pemberdayaan KOHATI
adalah anggotanya yakni HMI-Wati, dengan diselenggarakannnya berbagai aktivitas
maupun pelatihan khusus bagi HMI-Wati. Aktivitas ini tentunya tidak terlepas dari
rangkaian aktivitas perkaderan HMI. Adapun wujud dan aktivitas tersebut
dibicarakan tersendiri dalam pedoman pembinaan KOHATI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 350


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TAFSIR SIFAT KOHATI

Sifat dalam sebuah organisasi menunjukkan watak atau karateristik. Hal ini
mengandung makna bahwa sifat adalah pembeda antar lembaga. Perbedaan ini
dimaksudkan sebagai salah satu strategi dan taktik dalam perjuangan sebuah
organisasi.
Sebagai badan khusus HMI, KOHATI bersifat semi-otonom. Dengan sifat ini
menunjukkan keberadaan KOHATI sebagai sub-sistem dalam perjuangan HMI.
Adapun latar belakang munculnya sifat ini, karena pada dasarnya anggota HMI
mengakui adanya kesamaan kemampuan dan kesempatan antara anggota, baik laki-
laki maupun perempuan. Namun suprastruktur masyarakat kita nampaknya masih
menempatkan organisasi sebagai alat yang efektif untuk menyahuti berbagai
persoalan dalam upaya pencapaian tujuannya.
Dalam operasionalisasi mekanisme organisasi, sifat semi-otonom ini mengandung
arti bahwa KOHATI memiliki keleluasaan dan kewenangan dalam beraktivitas dan
berkreativitas di dalam (intern) HMI, terutama dalam pembinaan potensi HMI di
dalam wacana keperempuanan dalam mengembangkan kualitas kader HMI-Wati,
baik dalam pengembangan wawasan maupun keterampilan yang sesuai dengan
konstitusi HMI dan KOHATI yaitu AD dan ART HMI maupun Pedoman Dasar
KOHATI serta kebijaksanaan umum HMI lainnya. Adapun dalam melakukan
kegiatan yang bersifat luar (ekstern) HMI, KOHATI merupakan perpanjangan
tangan HMI di semua tingkatan. Dengan kata lain kehadiran KOHATI pada
aktivitas eksternal HMI merupakan pembawa misi perjuangan HMI. Oleh
karenanya KOHATI harus senantiasa mengadakan koordinasi dengan HMI.
Hal tersebut secara keseluruhan diekspresikan dalam struktur organisasi HMI,
dimana KOHATI diwakili oleh presidium KOHATI yang menjadi bagian dari
kepengurusan HMI ditingkatannya. Inilah yang dinamakan pengurus KOHATI ex
officio pengurus HMI.
Konsekuensi struktur tersebut, menjadikan keberadaan KOHATI sangat jelas
sebagai badan khusus HMI. Karena setiap pengambilan keputusan maupun
kebijaksanaan HMI dan KOHATI diputuskan secara bersama dalam mekanisme
HMI. Otonomisasi KOHATI di bidang intern hanya pada bentuk aktivitas
pengembangan kualits kader HMI-Wati. Oleh karena itu dengan sifat semi-otonom
ini, menunjukkan bahwa kebesaran KOHATI memiliki saling ketergantungan pada
sejauh mana interaksi, koordinasi dan komunikasi antara seluruh jajaran
kepengurusan HMI di semua tingkatan.
Dengan sifatnya ini KOHATI dapat memasuki dan berinteraksi dengan organisasi-
organisasi perempuan yang ada baik secara lokal, regional, nasional maupun
internasional.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 351


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TAFSIR FUNGSI DAN PERAN KOHATI

Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai badan khusus HMI, mempunyai tugas dan


tanggung jawab dalam mengkoordinir potensi HMI dalam melakukan akselerasi
tercapainya tujuan HMI dalam mengembangkan wacana keperempuanan. Adapun
fungsi KOHATI adalah sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi
kader HMI di dalam wacana keperempuanan.
Dunia keperempuanan yang menjadi lahan kerja KOHATI adalah sebagai
pembinaan anggota HMI, yaitu HMI-Wati. Pembinaan tersebut diarahkan pada
pembinaan akhlak, intelektual, ketrampilan, kepemimpinan, keorganisasian,
keluarga yang sejahtera serta beberapa kualitas lain yang menjadi kebutuhan
anggotanya. Maksud pembinaan tersebut adalah mempersiapkan kader HMI agar
mampu berperan secara optimal sebagai pencetak muslimah yang memperjuangkan
nilai-nilai ke-Islaman dan ke-Indonesiaan. Oleh karena itu, KOHATI berfungsi
sebagai akselerator perkaderan bagi HMI-Wati.
Sebagai wadah tentunya KOHATI hanya merupakan alat pencapaian tujuan HMI.
Oleh karenanya keberhasilan KOHATI sangat ditentukan oleh anggotnya, dengan
didukung perangkat dan mekanisme organisasi HMI. Oleh karena itu sebagai
strategi perjuangan HMI, KOHATI berfungsi sebagai organisasi perempuan.
Sebagai fasilitator, KOHATI memiliki perangkat-perangkat pembinaan berupa
pedoman dan jaringan informasi. Pemanfaatan perangkat-perangkat tersebut sangat
dipengaruhi oleh kualitas aparat pengurusnya.
Atas dasar itu, maka KOHATI mempunyai tanggung jawab moral yang besar
dalam menjabarkan dan menyahuti komitmen HMI di bidang keperempuanan.
Dalam arti yang luas yaitu menyangkut aspek pengembangan potensi perempuan
dalam konteks sosial kemasyarakatan seperti potensi intelektual, potensi
kepemimpinan, potensi moral dan potensi lainnya.
Operasionalisasi dan fungsi tersebut diwujudkan dalam dua aspek pembagian kerja
KOHATI yaitu :

1. Aspek Internal
Dalam hal ini KOHATI menjadi wadah/media latihan bagi para HMI-Wati
untuk membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi serta kualitasnya
dalam bidang keperempuanan khususnya menyangkut kodrat kemanusiaannya,
dan bidang sosial kemasyarakatan umumnya melalui pendidikan, penelitian dan
pelatihan serta aktivitas-aktivitas lain dalam kepengurusan HMI.
2. Aspek Eksternal
Dalam hal ini KOHATI merupakan pembawa misi HMI di setiap forum-forum
keperempuanan. Kehadiran KOHATI dalam forum itu tentunya semakin
mempeluas keberadaan HMI di semua aspek kehidupan. Secara khusus bagi
kader HMI-Wati, keterlibatan pada dunia eksternal merupakan pengembangan
dari kualitas pengabdian masyarakat yang dimilikinya. Dengan kata lain fungsi
KOHATI adalah wadah aktualisasi dan pemacu selutuh potensi perempuan
khususnya HMI-Wati, untuk mengejar kesenjangan yang ada serta mendorong

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 352


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
HMI-Wati untuk berinteraksi secara optimal dalam setiap aktivitas HMI serta
menjadikan ruang gerak HMI dalam masyarakat menjadi lebih luas.

FUNGSI PERSONALIA PENGURUS KOHATI

Masing-masing personalia KOHATI menjalankan tugasnya sebagai berikut :


1. Ketua Umum adalah penganggung jawab dan koordinator umum dalam
menjalankan tugas-tugas intern dan ekstern organisasi yang bersifat umum pada
tingkat nasional maupun internasional.
2. Ketua Bidang Intern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh
pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas intern.
3. Ketua Bidang Ekstern adalah penganggung jawab dan koordinator seluruh
pelaksanaan kegiatan dan tugas-tugas ekstern.
4. Sekretaris Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan dalam
bidang data dan pustaka, penerangan serta hubungan dengan pihak ekstern di
tingkat nasional maupun internasional.
5. Wakil Sekretaris Umum Intern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk
kegiatan bidang intern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
6. Wakil Sekretaris Umum Ekstern bertugas atas nama Sekretaris Umum untuk
kegiatan bidang ekstern dan membantu ketua bidangnya di tingkat nasional.
7. Bendahara Umum adalah penanggung jawab dan koordinator kegiatan di
bidang keuangan dan perlengkapan organisasi di tingkat nasional.
8. Wakil Bendahara Umum bertugas atas nama Bendahara Umum dalam
pengadaan peralatan administrasi, keuangan dan perlengkapan organisasi di
tingkat nasional.
9. Departemen Pendidikan dan Latihan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pendidikan dan pelatihan.
10. Departemen Pengembangan Sumber Daya Perempuan bertugas sebagai
koordinator operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang pengembangan
sumber daya perempuan.
11. Departemen Informasi dan Komunikasi bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang informasi dan komunikasi.
12. Departemen Hubungan Antar Lembaga bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang hubungan antar lembaga.
13. Departemen Administrasi dan Kesekretariatan bertugas sebagai koordinator
operasional dari kerja dan proyek-proyek di bidang administrasi dan
kesekretariatan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 353


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
MARS KOHATI

Wahai HMI-Wati semua


Sadarlah kewajiban mulia
Pembina, pendidik tunas muda
Tiang negara jaya

Himpunkan kekuatan segera


Jiwai semangat pahlawan
Tuntut ilmu serta amalkan
Untuk kemanusiaan

Jayalah KOHATI
Pengawal panji Islam
Derapkan langkah perjuangan
Kuatkan Iman

Majulah tabah HMI-Wati


Harapan bangsa
Membina masyarakat Islam Indonesia.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 354


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
LAMBANG KOHATI

Bentuk dan lambang KOHATI sebagai berikut:

B
C

D
F
E

1. Makna lambang KOHATI:


a. Bulan bintang, warna hijau, warna hitam, keseimbangan warna hijau dan
hitam, warna putih, puncak tiga. Maknanya sebagaimana yang tercantum
dalam lambang HMI.
b. Melati berarti lambang kasih sayang yang suci dan tulus.
c. Penyangga berarti lambang perempuan sebagai tiang Negara.
d. Buku terbuka berarti lambang Al-Quran sebagai dasar utama.
e. Tiga kelopak bunga berarti lambang tri darma perguruan tinggi.
f. Tulisan KOHATI berarti singkatan Korps-HMI-Wati.
2. Penggunaan Lambang
a. Lambang KOHATI digunakan untuk badge/lencana KOHATI yang
pemakaiannya di baju dengan perbandingan 2:3.
b. Badge KOHATI digunakan pada acara-acara seremonial KOHATI dan
acara resmi organisasi di luar KOHATI.
c. Lambang KOHATI tidak dipergunakan sebagai lambang pada kop surat
dan stempel KOHATI.

BUSANA/PAKAIAN SERAGAM KOHATI

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 355


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Penjelasan tentang busana/pakaian KOHATI dan seragam KOHATI adalah sebagai
berikut :
1. Untuk memberikan identitas kebersaman sebagai korps dan badan khusus
HMI, maka dianggap perlu untuk tetap mempunyai pakaian seragam KOHATI
yang dapat dipakai pada acara-acara tertentu KOHATI maupun HMI.
2. Warna dan model pakaian seragam KOHATI terdiri dari :
a. Mengenai warna disesuaikan dengan warna HMI (hijau dan hitam).
b. Mengenai model busana adalah bebas tetapi sopan dan bercirikan busana
muslimah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 356


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PLATFORM GERAKAN PEREMPUAN HMI

PENDAHULUAN

Berbicara tentang platform adalah berbicara tentang landasan umum suatu


komunitas yang memiliki basis masyarakat dengan banyak agenda. Disamping
platform juga berbicara tentang suatu paradigma, yaitu sudut pandang mengenai
hendak kemana suatu masyarakat dibawa.
Paradigma dianggap penting bagi suatu gerakan atau organisasi, karena paradigma
yang inklusif bisa mempengaruhi aspek gerak maupun aspek pemikiran para pelaku
pergerakan. Pilihan terhadap suatu paradigma bisa dilakukan melalui pendekatan
ideologis, historis, sosiologis dan konsep hidup yang dimiliki suatu organisasi atau
pergerakan.
Akhir-akhir ini masalah keperempuanan kembali menjadi isu sentral dan diskursus
yang secara intens dibicarakan. Terbukti dengan banyaknya bermunculan
pergerakan-pergerakan dan pembelaan/aksi-aksi yang jelas terhadap berbagai kasus
tindak kekerasan yang dialami kaum perempuan, meskipun gerakan itu terkesan
agak dinamis dan fluktuatif. Masalahnya adalah komitmen terhadap gerakan itu
sendiri seringkali tidak seimbang dengan kemajuan perkembangan zaman.
Kondisi global menggambarkan adanya kesenjangan dan diskriminasi terhadap hak-
hak perempuan. Akibatnya kaum perempuan terdistorsi dalam konteks peran dan
fungsinya sebagai putri, istri, ibu dan anggota masyarakat. Kurang ditelaah secara
komprehensif, perempuan sebagai individu yang memiliki berbagai bentuk
hubungan (relasi) dengan individu lainnya, dengan kumpulan individu
(masyarakat), maupun sebuah komitmen publik bernama negara. Pola relasi atau
hubungan antara perempuan dan dunia sekitarnya, akan menimbulkan serangkaian
problem kemanusiaan yang harus dicarikan pemecahannya, dan mau tidak mau
pemecahan masalah tersebut menjadi tanggung jawab bersama antara lelaki dan
perempuan sebagai manusia, terlebih kaum perempuan sendiri yang harus menjadi
subyek dalam proses pencarian dan pembuktian jati diri kemanusiaannya.
KOHATI sebagai bagian intergral dari HMI yang mempunyai peran strategis untuk
merespon problem kemasyarakatan, salah satu problem kemasyarakatan itu adalah
problem sosial bernama ketidakadilan yang banyak menimpa kaum perempuan
karena ketimpangan pola relasi antar individu di dalam masyarakat. Dengan
demikian persoalan keperempuanan yang merupakan masalah sosial, harus
mendapatkan perhatian serius dari HMI untuk merealisasikan cita-citanya
“Mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”.
Dalam upaya menjawab tantangan itu, KOHATI membentuk dasar kebijakan yang
terformulasi secara integral dan komprehensif, sehingga gerakan yang dilakukan
dapat mengenai sasaran yang tepat.
Arahan yang jelas dalam pergerakan perempuan itu adalah pengentalan ideologi
gerakan perempuan (hegemoni ideologi) sebagai salah satu cara mewujudkan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 357


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
masyarakat adil, demokratis, egaliter dan beradab sebagai prototipe masyarakat
madani (civil society). Konsekuensinya, kaum perempuan dituntut untuk menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi serta ketrampilan yang mendukung, artinya kaum
perempuan harus memiliki keseimbangan dalam kemandirian intelektual serta
ketegasan dalam bersikap dengan landasan berpijak yang jelas.
Beberapa pemaparan di bawah ini merupakan sistematisasi yang dibuat oleh
KOHATI dalam memainkan peran strategisnya pada pergerakan perempuan
dengan tetap berpijak pada spirit nilai Islam yang terformulasi pada misi HMI.

TUJUAN/MISI GERAKAN

Terbinanya perempuan muslimah berkualitas insan cita.

TARGET

Meningkatkan aksi dan partisipasi yang proaktif dalam merespon permasalahan


perempuan pada khususnya dan masyarakat pada umumnya menuju terciptanya
masyarakat adil makmur.

SASARAN

1. HMI-Wati dan HMI-Wan.


2. Komunitas intelektual/agamawan.
3. Masyarakat umum.

ISU UTAMA/MAIN ISSUE

Isu utama (Main Issue) yang hendak ditawarkan sebagai wacana gerakan perempuan
HMI (GP HMI) adalah :
1. Ke-Islaman.
2. Kesejahteraan.
3. Pemberdayaan/Empowerment.
4. Egalitarianisme dan demokrasi.
5. Etika/moralitas masyarakat (public morality).

Dengan turunan wacana dan spesifikasi gerak sebagai berikut :

1. KE-ISLAMAN
a. Meretas pemahaman agama yang misoginis terhadap perempuan.
Terdapat banyak ayat-ayat, sunnah rasul, yang menjadi pemahaman
misoginis dalam masyarakat. Perlunya mengkaji ulang fiqih perempuan
yang sudah tidak sesuai lagi dengan kondisi umat saat ini.
b. Adanya gerakan pemahaman keperempuanan yang mengatasnamakan
Islam namun justru keluar jalur Al-Quran sebagai hukum Islam. Contoh

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 358


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
kasus yang pernah terjadi adalah Aminah Wadud yang menjadi imam
shalat Jumat. Gerakan ini harus disikapi oleh KOHATI sebagai organisasi
mahasiswa yang bertanggung jawab sebagai insan intelektual untuk
mengabdi ke masyarakat untuk menghadang pemahaman-pemahaman
yang merusak umat Islam.

2. KESEJAHTERAAN
a. Penanganan lost Generation (rendahnya kualitas hidup masyarakat).
Adanya lost generation dimana ibu-ibu hamil dan menyusui, serta anak
yang tidak mendapat proporsi gizi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan
dan perkembangan anak, maka seyogyanya Gerakan Perempuan HMI
menyikapi masalah ini dengan tindakan nyata, bekerjasama dengan instansi
pemerintah, Ormas, LSM dan lain-lain. Kampanye publik seperti gerakan
sayang ibu, kesehatan reproduksi, hak-hak reproduksi perempuan dengan
pendekatan ke-Islaman, kampanye hak anak.
b. Pembuatan kegiatan yang bernilai produktif.
Untuk meminimalisir budaya ketergantungan terhadap alumni, perlu
kiranya Gerakan Perempuan HMI membangun kerjasama positif dengan
institusi atau personel terkait. Selain dengan tujuan mengupayakan
kemandirian organisasi, hal ini juga berimplikasi positif pada kemandirian
individu anggota di bidang ekonomi (income generating).

3. PEMBERDAYAAN (EMPOWERMENT)
a. Pemberdayaan perempuan dalam menghapuskannya dari ketergantungan
psikis, ekonomis maupun politis.
b. Pemberdayaan perempuan di bidang politik. Membangun partisipasi
politik dan meningkatkan posisi tawar (burgaining posititon) perempuan
dalam politik, baik aktif maupun pasif.
c. Memberdayakan perempuan untuk mampu mengadvokasi terhadap
pelanggaran hak asasi perempuan khususnya dan masyarakat pada
umumnya.

4. EGALITARIANISME DAN DEMOKRASI


a. Pressure secara aktif terhadap produk hukum yang diskriminatif terhadap
perempuan.
b. Mendobrak tirani budaya diskriminatif pendidikan bagi perempuan, baik
formal maupun non-formal.
c. Merekonstruksi ajaran teologis yang adosentris (terpusat pada penafsiran
yang dibuat ulama laki-laki dan cenderung bias kepentingan laki-laki).

5. ETIKA / MORALITAS MASYARAKAT (PUBLIC MORALITY)


a. Mewujudkan iklim yang kondusif bagi partisipasi aktif perempuan dalam
proses politik dan ketatanegaraan.
b. Penempatan strategi religius dalam penanganan penyakit sosial di
masyarakat.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 359


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Menumbuhkan jiwa kompetisi bagi perempuan secara profesional dengan
tetap memegang asas meritokrasi (kesamaan memperoleh kesempatan).

Karena konsep yang matang tanpa metode yang efektif dan efisien menjadi tidak
ada artinya, maka platform gerakan perempuan HMI ini dibuat sampai pada
gambaran operasionalnya.

LANDASAN GERAKAN

1. LANDASAN FILOSOFIS
Perempuan berasal dari kata per-empu-an yang artinya “ahli/mampu”, jadi
perempuan merupakan seorang yang mampu melakukan sesuatu. Wanita berasal
dari kata berbahasa Jawa “wani ditata” yang artinya “orang yang bisa diatur”. Selain
itu, dalam bahasa Sanskerta kata wanita berasal dari kata “wan” dan “ita” yang
berarti “yang dinafsui”
Kata perempuan lebih dipilih untuk digunakan karena mengandung konotasi yang
lebih pisitif (amelioratif). Sedangkan kata wanita cenderung tidak digunakan disini
karena cenderung berkonotasi negatif (pejoratif) dan lebih diposisikan sebagai
objek.
Gender yaitu perbedaan yang dilekatkan pada perempuan dan laki-laki yang
berkaitan dengan soal sifat, nilai maupun norma yang merupakan konstruksi sosial
(bentukan masyarakat), bisa berubah, berbeda bentuk dan jenisnya dari ruang dan
waktu, bisa dipertukarkan.
Kodrat adalah sesuatu yang diberikan kepada manusia sebagai pemberian dari
Tuhan, bersifat alami dan lebih menyangkut soal kenyataan fisik dan tidak dapat
dipertukarkan. Seperti laki-laki punya penis, jakun testis dan sperma serta
berpotensi untuk membuahi lawan jenisnya, atau perempuan punya vagina,
payudara, kelenjar menyusui dan rahim serta dapat mengalami menstruasi, hamil,
melahirkan dan menyusui. Kodrat ini tidak mungkin untuk diubah dan
dipertukarkan antara perempuan dengan laki-laki. Kalaupun dapat diubah dan
dipertukarkan antara perempuan dan laki-laki, maka tidak dapat berfungsi dan
menjalankan peran fisik seperti yang diberikan oleh Tuhan.

2. LANDASAN TEOLOGIS

a. Hakikat Penciptaaan
o Jin dan Manusia diciptakan Allah untuk menyembah kepada-Nya.
Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
menyembah-Ku. (QS. Adz Dzariat : 56)
o Manusia diciptakan oleh Allah dimuka bumi sebagai khalifah-Nya.
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat: “Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan seorang Khalifah dimuka bumi”. Mereka berkata, “Mengapa
engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 360
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiaa bertasbih
dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”. Tuhan berfirman:
“Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”. (QS. Al
Baqarah : 30)
o Manusia diciptakan dari substansi yang sama untuk berkembang biak dan
saling tolong menolong serta menjaga hubungan silaturrahmi.
Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-Mu yang telah menciptakan
kamu dari diri yang satu, dan dari padanya Allah menciptakan pasangannya,
dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan
yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah dengan (mempergunakan) nama-
Nya, kamu saling meminta satu sama lain dan (peliharalah) hubungan
silaturrahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu. (QS.
An-Nisa : 1)
o Kesetaraan kedudukan manusia, baik perempuan maupun laki-laki sebagai
manusia di hadapan Tuhan.
Wahai manusia! Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki
dan seorang perempuan dan menjadikan kamu semua berbangsa-bangsa dan
bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah adalah orang yang paling bertakwa
diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS. Al-Hujurat : 13)
o Kesetaraan penilaian terhadap makna kerja (amal saleh) laki-laki dan
perempuan.
Dan barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan
sedangkan ia orang yang beriman, maka mereka itu akan masuk ke dalam surga
dan mereka tidak akan dianiaya walaupun sedikit. (QS. An-Nisaa : 124)
Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan
yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki
dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan
perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki
dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan
yang banyak menyebut nama Allah. Allah telah menyediakan untuk mereka
ampunan dan pahala yang besar. Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang
mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan
rasul-Nya telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan
(yang lain) tentang urusan mereka dan barang siapa mendurhakai Allah dan
Rasul-Nya maka sesungguhnya dia telah sesat, sesat yang nyata. (QS. Al Ahzab :
35-36)

Dan orang-orang yang beriman laki-laki dan perempuan, sebahagian mereka


adalah menjadi penolong bagi sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka itu
akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana. Allah menjanjikan kepada orang-orang mu’min laki-laki dan
perempuan (akan) mendapat surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai,

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 361


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
mereka kekal didalamnya dan (mendapat) tempat yang bagus di surga ‘and. Dan
keridhaan Allah adalah lebih besar, itu adalah keuntungan besar. (QS. At
Taubah : 71-72)

b. Issu Regenerasi dan Penjagaan Moralitas


o Laki-laki dan perempuan secara sunnatullah diciptakan untuk hidup saling
berpasangan.
Dan diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah Dia menciptakan pasangan hidup
dari jenismu sendiri seupaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikan-Nya diantara kamu kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu
benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. (QS. Ar Ruum: 21)
o Pembunuhan anak/aborsi merupakan suatu perbuatan yang secara prinsip tidak
dikehendaki oleh Allah.
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kami
akan memberi rizki kepadamu dan kepada mereka, dan janganlah kamu mendekati
perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak maupun yang tersembunyi, dan
janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan sesuatu (sebab) yang benar. Demikian itu yang diperintahkan oleh
Tuhanmu kepadamu agar kamu memahaminya. (QS Al An’am : 151)
Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya, karena dosa
apakah ia dibunuh. (QS. At-Takwir : 8-9)
Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah
yang akan memberi rizki dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka
adalah suatu dosa yang besar. (QS. Al-Isra : 31)
o Menguji keimanan dengan perbuatan baik dan penjagaan moralitas akan
memberikan keuntungan jangka panjang.
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, yaitu orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan
dan perkataan yang tidak berguna, dan orang-orang yang menunaikan zakat, dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, kecuali terhadap pasangan dan hamba
sahaya yang mereka miliki, maka sesungguhnya dalam hal ini mereka tiada tercela.
(QS. Al-Mu’minun : 1-6)
o Manusia memiliki potensi untuk menyucikan jiwa atau mengotorinya.
Dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptan-Nya), maka Allah mengilhamkan kepada
jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaaannya. Sesungguhnya beruntunglah orang
yang mensucikan jiwa itu, dan sesungguhnya merugilah orang-orang yang
mengotorinya. (QS. Asy Syam : 7-10)
c. Nilai Strategis Perempuan dalam Masyarakat
Ungkapan Nabi yang menyatakan bahwa perempuan menempati posisi strategis
dalam masyarakat sebagai tiang negara.
Perempuan adalah tiang negara, apabila baik perempuannya maka akan baik pula
negaranya dan apabila rusak perempuannya maka rusak pula negaranya. (HR.
Bukhari)

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 362


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. LANDASAN HISTORIS
Gerakan perempuan, atau yang lebih populer dikenal masyarakat dengan istilah
feminisme, dapat didefenisikan sebagai suatu kesadaran akan penindasan dan
pemerasan di tempat kerja dan dalam masyarakat, serta tindakan sadar oleh
perempuan maupun laki-laki untuk mengubah keadaan tersebut. Secara formal,
feminisme sebagai sebuah ideologi muncul di Barat pada abad ke-18, namun bukan
berarti perspektif feminis (wawasan keperempuanan) tidak pernah muncul di
belahan bumi lain.
Munculnya tokoh gerakan perempuan pribumi seperti Kartini, merupakan sebuah
kesadaran akan realitas kondisi patriarkhis dalam masyarakat Indonesia. Kesadaran
formal ini mengalami sebuah pergeseran menjadi bersifat kolektif sejak
kecenderungan yang bersifat massif pada tahun 1920-an yang ditandai dengan
munculnya organisasi-organisasi gerakan perempuan seperti Pikat, Putri Mardika,
Aisyiyah dan sebagainya yang menjadi cikal bakal diselenggarakannya Kongres
Perempoean I tahun 1928 di Yogyakarta.
Gerakan perempuan tersebut sebenarnya muncul atas dorongan perasaan
ketidakpuasan pribadi terhadap hubungan-hubungan yang bersifat patriarkhi yang
didukung oleh undang-undang, sehingga hal ini menjadi suatu isu politik. Hal ini
tercermin dari slogan feminis “yang pribadi adalah politis” (personal is political) yang
berarti bahwa pengalaman pribadi tentang perlakuan ketidakadilan yang dialami
seorang perempuan dalam kehidupan pribadi dan keluarganya dapat juga dialami
oleh seorang perempuan lain dalam sistem sosial, budaya agama dan politik yang
sama.
Spirit gerakan perempuan juga muncul pada konteks historis kehadiran Islam.
Praktik-praktik penguburan bayi perempuan pada masa Arab Jahiliyah, keberadaan
harem-harem milik para penguasa yang mengeksploitasi seksualitas budak-budak
perempuan, minimnya pengetahuan perempuan terhadap berbagai masalah sosial
budaya sehari-hari maupun pemahaman keagamaan merupakan realitas
ketimpangan gender yang ingin dihapuskan oleh Islam melalui misi kerasulan
Muhammad. Perintah untuk memberikan hak hidup, jaminan sosial, ekonomi dan
keamanan bagi perempuan, perintah untuk berlajar bagi lelaki dan perempuan
muslim sebagai realisasi hak mendapatkan pendidikan yang layak, serta perintah
iqra yang berarti membaca sejarah masa lalu yang dapat dijadikan pelajaran hidup,
merupakan upaya nyata Islam untuk menghapuskan ketidakadilan gender ini.
Berbagai hal tadi mendorong HMI untuk senantiasa berkomitmen pada jati dirinya
sebagai “mahasiswa” dan “muslim” untuk memainkan peran stategisnya sebagai alat
perjuangan umat dan bangsa. Realitas internal kebutuhan kader untuk membina
dan menempa diri melalui proses-proses kolektif organisasi dan maraknya
tantangan eksternal yang bersifat idiologis “berseberangan” dengan misi HMI
maupun keinginan untuk menjadi misi tersebut lebih “membumi” maka diperlukan
upaya untuk secara serius me-manage organisasi. Upaya HMI untuk bersentuhan
langsung pada gerakan perempuan membawa konsekuensi logis masuknya HMI ke
kancah perjuangan gerakan perempuan, baik bersifat formal maupun informal.
Sebagai langkah taktis untuk masuk ke wilayah perempuan itu, akan lebih efektif
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 363
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
bila HMI memiliki kelompok kepentingan (interest group) yang dapat
diperhitungkan sebagai bagian langsung landasan gerakan perempuan.

Ada dua alasan utama waktu itu yang membuat KOHATI didirikan, yaitu :
1. Secara Internal, departemen keputrian yang ada waktu itu sudah tidak mampu
lagi menampung aspirasi para kader HMI-Wati, disamping basic-needs anggota
tentang berbagai persoalan keperempuanan kurang bisa difasilitasi oleh HMI.
Dengan hadirnya sebuah institusi yang secara spesifik menampung aspirasi
HMI-Wati, diharapkan secara internal, HMI-Wati dapat memiliki keleluasaan
untuk mengatur diri mereka sendiri dan lebih memungkinkan untuk
memenuhi kebutuhan organisasi yang muncul dari basic-needs anggotanya
sendiri (HMI-Wati).
2. Secara eksternal, HMI mengalami tantangan yang cukup pelik dikaitkan
dengan hadirnya “lawan ideologisnya” HMI yaitu komunisme yang masuk
melalui pintu gerakan perempuan (gerwani). Selain itu maraknya pergerakan
keperempuanan yang ditandai dengan munculnya organisasi perempuan
dengan berbagai variasi bentuk ideologi, pilihan isu, maupun strategi
gerakannya membuat HMI harus “merapatkan barisannya” dengan cara
terlibat aktif dalam kancah gerakan perempuan berbasis organisasi perempuan.

Atas pertimbangan itulah, pada tanggal 17 september 1966 M bertetapatan dengan 2


Jumadil Akhir 1386 H pada Kongres VII di Surakarta, KOHATI didirikan. Terpilih
sebagai Ketua Umum KOHATI pertama pada waktu itu, Saudari Anniswati
Rochlan (sekarang dikenal dengan Anniswati M. Kamaluddin).

4. LANDASAN ORGANISASI
KOHATI merupakan badan khusus HMI yang bertugas untuk mengembangkan
wacana keperempuanan. Dia bersifat semi-otonom dan memiliki tiga fungsi, yaitu
sebagai wadah peningkatan dan pengembangan potensi kader HMI-Wati dalam
mengembangkan wacana keperempuanan, di tingkat internal HMI berfungsi sebagai
bidang keperempuanan, dan di tingkat eksternal HMI menjalankan fungsi sebagai
organisasi perempuan.
KOHATI memiliki peran sesuai dengan keberadaan HMI sebagai organisasi
perjuangan, yaitu pencetak muslimah sejati dalam menegakkan nilai-nilai ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan. KOHATI sebagai badan khusus HMI menunjukkan
bahwa isu keperempuanan adalah isu spesifik yang juga harus digarap secara serius
oleh HMI. Melalui institusi/lembaga yang bersifat semi-otonom menunjukkan
bahwa ia adalah sub-sistem perjuangan HMI.
Dengan sifat semi-otonomnya, berarti KOHATI memiliki keleluasaan dan
kewenangan untuk beraktivitas, berkreativitas dan mengatur dirinya sendiri dalam
lingkup intern HMI, terutama yang berkaitan dengan pengayaan kader di bidang
wacana keperempuanan dan sekaligus sebagai wahana pemberdayaan kader HMI-
Wati dalam meningkatkan intelektualitas dan profesionalitasnya. Sedangkan di
lingkup eksternal HMI, KOHATI menjadi pembawa misi HMI di dalam komunitas

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 364


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
gerakan perempuan. Oleh karena itu KOHATI harus selalu mengadakan
koordinasi dengan HMI demi sinergitas perjuangan organisasi.
5. LANDASAN KONSTITUSIONAL
• Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpunan Mahasiswa
Islam (Pasal 15 AD dan Pasal 51, 52, 53 ART HMI).
• Pedoman Dasar KOHATI.

6. LANDASAN OPERASIONAL
Dalam lingkup melakukan aktivitas sehari-hari, baik dalam konteks pembinaan
kader di lingkup intern HMI maupun dalam konteks perjuangan di lini gerakan
perempuan di lingkup ekstern HMI, ada beberapa prinsip-prinsip (kode etik) yang
harus dipegang dalam menjalankan aktivitas. Berbagai prinsip atau kode etik
tersebut adalah :

1. Ta’aruf / pengenalan (Introducing).


Pendekatan ini dimaksudkan agar terjadi suasana saling mengenal dan keakraban
diantara sesama anggota dengan pengurus, antara sesama pengurus dalam
keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama peserta, antara peserta
dengan pemandu latihan (master of training) maupun para pendidik (instruktur)
ketika pelatihan dilangsungkan. Saling mengenal ini adalah upaya membangun
kepercayaan (trust building) diantara seluruh elemen kader, dengan
memperkenalkan diri dan berbagai informasi mengenai berbagai latar belakang
kader seperti pendidikan, keluarga, sosial budaya, adat istiadat, suku serta
lingkungan dimana kader tumbuh dan dibesarkan. Dengan menerapkan prinsip
ini diharapkan muncul solidaritas (ukhuwah) diantara sesamanya berdasarkan
kecintaan kepada Allah SWT.
2. Tafahum/saling bersefaham (mutual untderstanding).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan
pengurus, antara sesama pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun
antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu latihan (master of training)
maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan, dapat saling
memahami kelebihan dan kekurangan masing-masing dengan berusaha memulai
dari diri sendiri untuk bersikap instropektif dari kekurangan, kesalahan atau
kekhilafan masing-masing, di samping upaya menumbuhkan suasana saling
mengingatkan.
3. Ta’awum/saling tolong-menolong (mutual assistence).
Pendekatan ini dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan
pengurus, antara sesama pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun
antara sesama peserta, antara peserta dengan pemandu (master of training)
maupun para pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan dapat terjalin
sikap saling tolong-menolong dalam hal kebaikan dan kebenaran.
4. Takaful/saling berkesinambungan (sustainable).
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjalin kesinambungan rasa dan rasio (intuisi)
serta kesamaan ide atau pemikiran kedalam hubungan yang dialogis dan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 365


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
harmonis disamping terciptanya suasana yang kondusif. Pendekatan ini
dimaksudkan agar sesama anggota, antara anggota dengan pengurus, antara
sesama pengurus dalam keseharian aktivitas organisasi maupun antara sesama
peserta, antara peserta dengan pemandu latihan (master of training) maupun para
pendidik (instruktur) ketika pelatihan dilangsungkan.
Untuk mempermudah pelaksanaan konsep mengenai platform gerakan perempuan
ini maka disusunlah suatu pelaksanaan aktivitas yang berspesifikasi pada berbagai
penyelenggaraan pelatihan maupun berbagai bentuk pembinaan kader yang dibawa
dalam sebuah rangkaian dokumen tersendiri yang berisi tentang Pola Pembinaan
KOHATI.

POLA PEMBINAAN KOHATI

I. PENDAHULUAN
A. Landasan struktural
B. Landasan sosiologis
II. ARAH PEMBINAAN KOHATI
A. Pasal 4 AD HMI
B. Pasal 3 PDK
III. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI
A. Kualifikasi kader HMI-Wati
1. Watak dan Kepribadian Muslimah.
2. Kemampuan Intelektual.
3. Kemampuan Profesional.
4. Kemandirian.
B. Dasar-dasar pembentukan

o Partisipasi Individu Internal HMI

Eksternal HMI

Pelatihan
o Kelompok pembinaan
Kajian

Struktural kepengurusan

o Pengabdian KOHATI

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 366


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN PEMBINAAN KOHATI

1. PENDAHULUAN
Perkembangan bangsa Indonesia yang mengarah ke arah industrialisasi, dalam skala
makro memperlihatkan fenomena-fenomena kesenjangan sosial bagi pembangunan
bangsa Indonesia. Banyak gejolak yang berkembang merupakan refleksi dari
pergumulan masyarakat untuk mencapai cita-cita keadilan dan kemakmuran seperti
yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Namun kondisi objektif yang ada
menimbulkan spektrum kesadaran bagi masyarakat untuk melaksanakan realisasi
dari cita-cita luhur tersebut. Hal ini timbul karena ketidakmerataan wawasan
berfikir dikalangan masyarakat, baik akibat adanya sistem yang kurang
memberikan kebebasan mengartikulasikan cita-cita luhur itu, maupun adanya
persepsi yang membedakan antara potensi laki-laki dan perempuan dalam mengejar
cita-cita tersebut.
Bila hal tersebut dibiarkan berlarut, akan menyebabkan terciptanya kondisi yang
cenderung negatif, yang dapat menyebabkan kita semakin menjauh dari cita-cita
luhur itu, bahkan mungkin dapat merusak makna keadilan itu sendiri. Oleh sebab
itu kita perlu mengambil langkah-langkah kongkrit untuk membebaskan kita dari
belenggu sistem serta kesenjangan di atas, tanggung jawab untuk merumuskan
kebebasan bagi masyarakat sesuai dengan nuansa berfikirnya, pengalaman serta
kondisi objektif yang mengitarinya, dengan tetap berpijak kepada UUD 1945 dan
Pancasila, juga memberikan penyadaran yang bersifat essensif bagi bangsa Indonesia
secara keseluruhan, dengan mempercayai bahwa perempuan mempunyai potensi
yang sangat besar serta mempunyai andil optimal untuk menciptakan persepsi baru
dalam merealisasikan eksistensi lajunya perkembangan pembangunan bangsa
Indonesia, sesuai dengan cita-cita keadilan tesebut, yang dilandasi tanggung jawab
untuk menghadapi kemajuan era industri, teknologi dan budaya. Maka bila hal itu
tercapai, perempuan Indonesia bukan hanya menjadi ujung tombak yang ofensif
dalam mengantisipasi serta memajukan bangsa Indonesia.
Secara struktural organisatoris, KOHATI merupakan sub-sistem dalam organisasi
HMI. KOHATI merupakan suatu kekuatan yang mengemban tanggung jawab
dalam mekanisme, mobilitas dan kontinuitas kehidupan organisasi. KOHATI
merupakan salah satu penentu bagi tercapainya perwujudan INSAN CITA HMI.
Dalam pandangan sosiologis, KOHATI merupakan infrastruktur yang memiliki
makna strategis dalam masyarakat, yakni sebagai “Komunitas Kaum Muslimah” yang
memiliki karateristik keilmuan, karena anggotanya adalah mahasiswa.
Oleh karena itu KOHATI dituntut untuk mengadakan pembinaan bagi kader-
kader HMI khususnya HMI-Wati. Pembinaan dimaksudkan untuk menciptakan
forum atau lingkaran yang mendorong kepada peningkatan dan pengembangan
kualitas kader HMI dan secara khusus membantu kader HMI dalam mencapai
tujuannya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 367


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KOHATI sebagai bagian integral dari HMI merupakan kelompok muda cendikia
yang mempunyai tanggung jawab kekaderan dan menjadi pewaris yang sah untuk
memanifestasikan. Hal tersebut tentu harus dijawab dalam bentuk kesiapan.
Namun KOHATI sesuai dengan fungsinya dalam HMI, yaitu membina,
mengembangkan serta menghasilkan potensi HMI-Wati sehingga terbentuk kader
yang memiliki pola pikir yang integral dan utuh, mempunyai tugas utama
mengembangkan serta meningkatkan pembentukan kader HMI dibidang
keperempuanan. Dalam rangka kualitas anggotanya maka perlu dilakukan
pembinaan yang terarah terpadu dan berkesinambungan, oleh karena itu
dibutuhkan pedoman pelatihan sebagai rujukan atau acuan dalam rangka
pembinaan yang dimaksud diatas. Secara legal Latihan Khusus KOHATI
merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan HMI, khususnya dalam
peningkatan peranan perempuan, sehingga mempunyai pemahaman serta kesadaran
akan hak dan kewajibannya sebagai seorang muslimah yang berkualitas insane cita.

2. ARAH PEMBINAAN KOHATI


Arah dimaksudkan sebagai guidance/petunjuk hendak kemana pembinaan
KOHATI ditujukan. Pada dasarnya seluruh proses perkaderan yang dilaksanakan
HMI sebagaimana termaktub dalam pasal 4 AD HMI beserta tafsir penjelasannya.
Arah juga dimaksudkan sebagai patokan untuk melakukan usaha sistematis dalam
pencapaian tujuan. Sebagai badan khusus HMI sesuai dengan fungsinya, maka
KOHATI secara spesifik mempunyai tugas pembinaan terhadap anggota HMI-
Wati.
Sebagai bagian integral dari HMI, maka jelas pembinaan KOHATI juga diarahkan
pada pencapaian tujuan HMI. Dalam penjelasan tujuan HMI diuraikan mengenai
kualifikasi kader yang diharapkan HMI, maka pembinaan KOHATI juga diarahkan
pada akselerasi proses tersebut. Akselerasi ini juga menjadi perhatian tersendiri oleh
karena adanya kondisi sosio-kultural yang masih memperlakukan perempuan
sebagai objek pembangunan, maka pembinaan KOHATI diarahkan pada
peningkatan kesadaran dan kepeloporan HMI-Wati dalam mengantisipasi persoalan-
persoalan kemasyarakatan.

3. POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI


Sebagai bagian integral HMI, KOHATI dalam menjalankan fungsinya harus
senantiasa selaras dan serasi dengan perkaderan HMI. Pola dasar perkaderan HMI
secara khusus telah membahas rekruitmen kader, pembentukan kader dan
pengabdian kader. Dalam pola dasar tersebut KOHATI ditempatkan sebagai salah
satu wadah pembentukan kader.
Namun demikian untuk lebih memberikan arah yang jelas bagi KOHATI sebagai
badan khusus dalam totalitas perkaderan HMI, diperlukan pula kesamaan
pembinaan KOHATI secara Nasional. Pola pembinaan ini memuat spesifikasi yang
harus dimiliki HMI-Wati, dasar-dasar pembentukan serta pengabdian KOHATI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 368


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Kualifikasi Kader HMI-Wati
Sebagai kader HMI, anggota KOHATI harus memiliki kualifikasi Insan Cita
HMI dengan seluruh turunannya. Namun secara khusus, anggota KOHATI
harus memiliki kualifikasi sebagai berikut :
1. Watak dan kepribadian seorang perempuan sadar dan menjunjung tinggi
nilai-nilai Islam yang tercermin dalam sikap, pola pikir dan perilaku
kehidupannya sehari-hari baik dalam lingkungan keluarga maupun
masyarakat dan yang sadar akan kodrat kemanusiannya yang tercermin
dalam pandangan jauh ke depan terhadap pentingnya kelanjutan lahirnya
generasi penerus yang berkualitas. Secara alamiah hal ini akan mampu diatasi
oleh setiap manusia, namun sebagai insan akademis, tinjauan ilmiah terhadap
persoalan-persoalan keperempuanan sangat dibutuhkan terutama jika
dikaitkan dengan aspek fisiologis dan psikis perempuan.
2. Kemampuan Intelektual, sebagai HMI-Wati harus memiliki pengetahuan
(knowledge) kecerdasan (intelectuality) dan kebijaksanaan (wisdom).
3. Kemampuan profesional yaitu mampu menerjemahkan ide-ide dan
pemikirannya dalam praktik kehidupan sehari-hari dalam rangka aktualisasi
diri. Hal ini ditunjukkan lebih jauh dalam kemampuan keterampilan baik
teknis maupun non-teknis, terutama kemampuan kepemimpinan.
4. Kemandirian, salah satu penyebab tersosialisasikannya kondisi sosial budaya
yang merendahkan wanita adalah ketergantungan perempuan yang sangat
tinggi. Perempuan seringkali tidak percaya akan kemampuannya dalam
melakukan sesuatu. Untuk satu pekerjaan yang sama, seringkali jika
dikerjakan bersamaan dengan laki-laki, perempuan sudah mengalah terlebih
dulu, daya bersaingnya lemah. Oleh karena itu HMI-Wati harus memiliki
rasa percaya diri yang tinggi tentunya dengan diimbangi kemampuan
intelektual serta ketahanan mental. Rasa percaya diri bukan berarti
meniadakan sama sekali kerjasama dengan yang lain.

b. Dasar-dasar Pembentukan
Dasar-dasar pembentukan merupakan sekumpulan aktivitas pembinaan yang
terintegrasi dalam upaya mencapai tujuan HMI umumnya dan tujuan KOHATI
khususnya. Sebagai kader HMI, HMI-Wati harus mengikuti seluruh rangkaian
perkaderan, baik yang bersifat formal yaitu LK I, LK II dan LK III, maupun
yang bersifat pengembangan.
Salah satu aktifitas pengembangan HMI yaitu pembinaan melalui wadah
KOHATI. Melalui wadah ini HMI-Wati khususnya melaksanakan
pengembangan individual maupun pengembangan kelompok. Pengembangan
individual dilakukan dengan berpartisipasi pada berbagai aktivitas eksternal,
tentunya dengan senantiasa membawa misi HMI. Di samping itu pengembangan
individual dapat dikembangkan pada aneka macam aktivitas internal organisasi.
Adapun pengembangan secara kelompok dilaksanakan dengan satu upaya yang
terencana, teratur, sistematis dan berkesinambungan. Pengembangan ini
menekankan terbentuknya kemampuan kepemimpinan kader HMI-Wati.
Dalam pengembangan kelompok ini KOHATI mengadakan training formal,
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 369
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
yaitu LATIHAN KHUSUS KOHATI (LKK). Latihan ini berfungsi
memberikan kemampuan tertentu bagi kader HMI-Wati dalam bidang
keperempuanan yang luas, baik dalam pembentukan watak kepribadian,
pengembangan wawasan keperempuanan maupun dalam peningkatan
ktrampilan teknis.
Di samping itu, pengembangan kelompok diwujudkan pula dengan keterlibatan
HMI-Wati dalam struktur kepengurusan. Hal ini memberikan kelebihan kepada
HMI-Wati dalam masalah manajemen. Keterlibatan HMI-Wati dalam struktur
kepengurusan akan memperkokoh sikap mental, menumbuhkan rasa percaya
diri serta kemampuan memperluas jaringan informasi.

c. Pengabdian KOHATI
Pengabdian KOHATI merupakan penjabaran dari peran KOHATI sebagai
pencetak muslimah sejati dalam menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-
Islaman dan ke-Indonesiaan, sebagai mana terurai dalam tafsir peran KOHATI
pada Pedoman Dasar KOHATI. Adapun jalur pengabdian KOHATI harus
searah dengan pengabdian HMI. Namun secara individual dapat disalurkan
melaui jalur-jalur pengabdian di seluruh aspek kehidupan, terutama dalam
keluarga.

SKEMA POLA DASAR PEMBINAAN KOHATI

Internal HMI
Individu
Eksternal HMI
(partisipasi)

Kualifikasi kader :
- Muslimah
- Intelektual
Wadah HMI - Professional
Perkaderan - Mandiri

Pelatihan
Kelompok
(pembinaaan) Forum kajian

Struktur
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 370
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4. BENTUK-BENTUK PEMBINAAN KOHATI

Korps-HMI-Wati (KOHATI) sebagai wadah perkaderan, membina kader HMI-


Wati untuk memiliki kualifikasi kader seperti dikemukakan di atas melalui proses
pembinaan, antara lain :
o Training-training seperti : LKK, Up-Grading kepengurusan KOHATI serta
kursus-kursus.
o Aktivitas-aktivitas baik secara individual maupun kelompok.

1. Model Training dan Pelatihan


Model Non-Formal : Latihan Khusus KOHATI
Model Non-formal (Non LKK) :
a. Latihan Kader Sensitif Gender (LKSG).
b. Publik Relation.
c. Studi Islam Intensif.
d. Advokasi Perempuan.
e. Pelatihan Kewirausahaan.
f. Up Grading Kepengurusan.

Secara legal Latihan Khusus KOHATI merupakan salah satu sarana untuk
mencapai tujuan HMI, khususnya dalam peningkatan peranan perempuan,
yang memiliki kualifikasi seorang perempuan yang menjunjung tinggi nilai-
nilai Islam dan menerapkannya sebagai pola pikir, sikap dan perilakunya
sehari-hari, intelektual, profesional dan mandiri.

Latihan Khusus KOHATI (LKK) ini dimaksudkan sebagai langkah awal


membangun kesadaran maupun membuka wawasan kader HMI-Wati untuk
keluar dari jebakan persepsi masyarakat tentang adanya realitas ketidakadilan
gender, serta menemukan pemahaman akan jati diri kemanusiaannya dalam
konteks idealisasi yang ingin dibangun oleh HMI.

Sedangkan training Non-formal dilakukan oleh KOHATI dapat diikuti oleh


seluruh kader HMI, baik HMI-Wan maupun HMI-Wati untuk mendapatkan
pengayaan wawasan tentang berbagai persoalan perempuan serta upaya teknis
yang dapat dilakukan untuk menanggulanginya.

2. Petunjuk Pelaksanaan Training/Latihan


Dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan yang berupa training, beberapa
komponen yang wajib ada dalam sebuah pelatihan adalah :
a. Organisasi Latihan Khusus KOHATI
1. Manajemen Latihan.
Latian Khusus KOHATI (LKK) dilaksanakan sesuai dengan sistem
perkaderan HMI yang berorientasi pada usaha menjawab
kebutuhan. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya haruslah
didasarkan pada sistem perencanaan yang baik, pengorganisasian,

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 371


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
serta evaluasi sesuai dengan petunjuk yang ada/ sistem POAC
(planning, Organizing, Actuating, Controlling).
Dalam pelaksanaan LKK juga harus dibangun iklim keterbukaan
yang ditekankan pada informasi dan komunikasi yang harmonis,
baik antara para trainee dan trainer, maupun trainee dengan aparat
organisasi penyelenggara training. Dengan demikian target
training dapat tercapai secara maksimal.
2. Organisasi latihan.
Dalam upaya menyelenggarakan LKK yang baik maka diperlukan
organisasi latihan yang secara utuh mengelola LKK tersebut.
Adapaun organisasi latihan yang dimaksud ialah :
• Organizing Committee (OC)
a) OC adalah unsur organisasi latihan yang berfungsi sebagai
pelaksana administrsai dan operasional aktivitas latihan.
b) OC dibentuk oleh pengurus KOHATI.
• Steering Committee (SC)
a) SC sebagai unsur organisasi latihan berfungsi sebagai
pembantu KOHATI dalam mewujudkan kelancaran
jalannya latihan.
b) SC bertugas merencanakan dan mempersiapkan
administrasi latihan serta mengawasi dan mengarahkan
jalannya pelatihan.
c) SC ditunjuk dan ditetapkan oleh pengurus KOHATI.

• Team Instruktur
Team Instruktur terdiri dari :
a) Mater of Training.
b) Wakil Master of Training.
c) Instruktur.

Tugas team instruktur ini disesuaikan dengan Pedoman


Pengelolaan Latihan yang ada di HMI.

3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan selama latihan antara instruktur
dengan peserta dapat dilakukan dengan pendekatan persuasif
melalui cara :
• Taaruf (saling mengenal)
Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta
dan peserta dengan instruktur saling mengenal, sehingga
terjalin komunikasi yang akrab dan hubungan dialogis. Saling
mengenal disini adalah berkenalan dan memperkenalkan diri
sedalam-dalamnya mengenai latar belakang pendidikan,
keluarga, sosial budaya dan lingkungan serta adapt-istiadat
masing-masing, sehingga dengan demikian diharapkan tumbuh

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 372


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
rasa kasih sayang dengan memiliki rasa ukhuwah antara sesama
berdasarkan kecintaan kepada Allah SWT.
• Tafahum (saling bersefaham)
Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta
dan peserta dengan instruktur saling memahami kelebihan dan
kelemahan masing-masing dengan berusaha memulai dari diri
sendiri untuk bersikap introspektif akan kekurangan,
kesalahan atau kekhilafan masing-masing di samping upaya
menumbuhkan suasana saling mengingatkan.
• Ta’awun (saling menolong)
Pendekatan ini dilakukan agar antara peserta dengan peserta
dan peserta dengan instruktur terjalin sikap saling menolong
dalam hal kebaikan dan kebenaran.
• Takaful (salng berkesinambungan)
Pendekatan ini dimaksudkan agar terjalin berkesinambungan
antara rasa dan rasio/intuisi serta kesamaan ide pemikiran
kedalam hubungan yang dialogis dan harmonis di samping
terciptanya suasana yang kondusif antara peserta dengan
instruktur.

4. Sistem evaluasi
Evaluasi Latihan Khusus KOHATI (LKK) dimaksudkan sebagai
cara atau tindakan untuk melihat keberhasilan latihan, yaitu
melihat apakah sumber daya organisasi telah dijalankan secara
efektif dan efisen dalam mencapai tujuan pelatihan. Dengan
demikian melalui evaluasi dapat dipastikan, apakah kegiatan
pelatihan berjalan sebagaimana yang direncanakan dan apabila ada
penyimpangan yang signifikan dapat diambil langkah-langkah
yang diperlukan untuk mengoreksi penyimpangan yang
dilakukan.
Evaluasi latihan dilakukan melalui tiga tahapan, yang satu sama
lain saling berkaitan. Evaluasi awal dilakukan terhadap input
latihan dengan maksud untuk mengetahui sejauh mana
pemahaman awal dan kesiapan peserta untuk mengikuti pelatihan.
Secara teknis, pelaksanaan evaluasi biasanya dilakukan dengan uji
coba (test) yang bersifat objektif dan subjektif yang dilaksanakan
pada saat pra-training dan post training.

Alat-alat evaluasi
a. Format evaluasi Input
1. Pre-trest berupa test objektif/test tertulis.
2. Screening berupa interview atau tes tertulis.
b. Format evaluasi proses
1. Penugasan materi.
2. Dinamika forum.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 373


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Kehadiran.

Bentuk-bentuk evaluasi
Evaluasi peserta dilakukan atas :
a. Test objektif.
b. Penugasan.
c. Presentasi makalah.
Sistem evaluasi ini dapat lebih dikembangkan sesuai dengan trend
dan proses yang terjadi.

3. Aturan Pelaksanaan Training Non-formal/Non-LKK


Mengikuti pola format pada LKK atau dapat disesuaikan dengan jenis
spesifikasi training yang diadakan.

o Kurikulum Training/Pelatihan
Kurikulum pelatihan ini berisikan tujuan pelatihan dan materi-materi
pelatihan yang disampaikan, yang terdiri atas :
o Kurikulum Training/Pelatihan Non-Formal (LKK)
o Kurikulum Training/Pelatihan Non-formal (Non-LKK)

Kurikulum Training/Pelatihan Non-Formal (LKK)

1) Ke-Islaman
a. Perempuan dalam Perspektif Islam
Tujuan Pembelajaran umum
Peserta dapat memahami dan menganalisis eksistensinya dalam
Islam serta tanggungjawabnya dalam struktur komunitas dan
masyarakat.

Tujuan Pembelajaran Khusus


a. Peserta dapat menjelaskan hakikat penciptaan manusia dalam
Islam.
b. Peserta dapat menyebutkan kedudukan perempuan dalam
Islam.
c. Peserta dapat merealisasikan prinsip ketauladanan tokoh
muslimah dalam Islam.
d. Peserta dapat mewujudkan tanggung jawabnya sebagai
seorang muslimah dalam struktur komunitas masyarakat.

Metode : Ceramah, diskusi, studi kasus


Alokasi waktu : 5 Jam
Muatan/kisi-kisi materi :
a. Hakikat Penciptaan Perempuan.
b. Kedudukan Perempuan dalam Islam.
c. Ketauladanan Tokoh Muslimah dalam Islam.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 374


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
d. Tanggung Jawab Muslimah dalam Struktur Komunitas dan
Masyarakat.
e. Urgensi Fiqhunnisa’ dalam Pelaksanaan Ajaran Islam.

Referensi yang dianjurkan :


1. Annemarie Schimmel, Jiwaku adalah wanita, Mizan, Bandung,
1998.
2. Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, LSPPA
dan yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1997.
3. Hasyim, Syafiq, Hal-hal yang tak terpikirkan tentang isu-isu
keperempuanan dalam Islam, Mizan, Bandung, 2001.
4. Husein, Muhammad, Fiqh perempuan : Refleksi kias atas wacana
agama dan gender, RAHIMA dan LKIS, Yogyakarta, 2001.
5. Nasaruddin Umar, M.A., Dr., Argumentasi kesetaraan gender
perspektif Al-Quran, Paramadiona, Jakarta, 1999.
6. Masdar F Mas’udi, Islam dan hak reproduksi perempuan, PPPM
dan Mizan, Bandung, 1998.
7. Sachiko Murata, The Tao of Islam, Mizan, Bandung.

b. Keperempuanan
a) Psikologi Perempuan
Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)
Peserta dapat memahami psikologi dan kepribadian perempuan.
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan psikologi perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan fase-fase perkembangan jiwa dan
karakteristik perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan pengaruh nilai-nilai sosial budaya
terhadap kepribadian kaum perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan bentuk problem solving atas
permasalahan kaum perempuan.

Muatan / kisi-kisi materi :


a. Pengertian Psikologi Perempuan.
b. Fase-fase Perkembangan Jiwa dan Karakteristik Perempuan.
c. Pengaruh Nilai-nilai Sosial Budaya Terhadap Kepribadian
Kaum Perempuan.
d. Problem Solving atas Permasalahan Kaum Perempuan.
Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.
Alokasi waktu : 24 jam.

Referensi yang dianjurkan :


1. Annemarie Schimmel, Jiwaku Adalah Wanita, Mizan Bandung.
2. Kartini Kartono, Psikologi wanita, Rajawali Pers, Jakarta.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 375


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Save M Dagun, Maskulin dan feminin, Mandar Maju, Bandung
1984.
4. Sachiko Murata, The Tao Islam, Mizan, Bandung, 1984.
5. TO Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan
Obor Indonesia, Jakarta, 1993.

b) Kesehatan Perempuan

Tujuan pembelajaran umum (TPU)


Peserta dapat memenuhi kebutuhannya akan pemahaman tentang
kesehatan perempuan.

Tujuan pembelajaran khusus (TPK)


o Peserta dapat menjelaskan pengertian kesehatan perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi perempuan
dalam tinjauan medis.
o Peserta dapat menjelaskan kesehatan reproduksi dalam
tinjauan social.
o Peserta dapat menjelaskan analisis dan pemenuhan kebutuhan
gizi.
o Peserta dapat menjelaskan jenis-jenis Penyakit Menular
Seksual (PMS).

Muatan/Kisi-kisi :
1. Pengertian Kesehatan Perempuan.
2. Kesehatan Perempuan dalam Tinjauan Medis dan Etika Moral.
3. Analisa dan Pemenuhan Kebutuhan Gizi.
4. Mengenal Jenis-jenis Penyakit Menular Seksual (PMS).

Metode : Ceramah, Diskusi, dan Demonstrasi.


Alokasi waktu : 4 jam.

Referensi yang dianjurkan :


1. Dr. A. Firman Lubis dkk, Kesehatan Perempuan, YLKI, Jakarta.
2. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum
perempuan, Mizan, Bandung.
3. Anonymous, Buku pintar kesehatan wanita.

c) Peran Perempuan dalam Transformasi Sosio Kultural

Tujuan pembelajaran umum (TPU)


Peserta dapat memahami peran perempuan dalam transformasi
sosio-kultural.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 376


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan pembelajaran khusus (TPK)
o Peserta dapat menjelaskan sejarah gerakan perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan posisi perempuan dalam perspektif
budaya patriarkhi.
o Peserta dapat menjelaskan pengaruh media massa terhadap
pembentukan citra diri perempuan.
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi perempuan dalam
konstalasi politik.

Muatan/kisi-kisi materi :
1. Sejarah Gerakan Perempuan.
2. Posisi Perempuan dalam Wilayah Patriarkhi.
3. Pengaruh Media Massa terhadap Pembentukan Citra Diri
Perempuan.
4. Eksistensi Perempuan dalam Konstalasi Politik.

Metode : Ceramah dan studi kasus.


Alokasi waktu : 4 jam.

Referensi yang dianjurkan :


1. Herietta Moore, Feminisme dan antropology, Pusat Penerbitan
FISIP UI, Jakarta.
2. Hizbah Ra’uf Izzat, Wanita dan politik dalam pandangan Islam,
(penerbit dan tahun terbit belum didapatkan identifikasinya).
3. Irwan Abdullah, Sangkan paran gender, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta.
4. Leila Ahmed, Wanita dan gender dalam Islam, (terjemahan)
Women and Gender in Islam, Lentera Basritama, Jakarta, 1999.
5. Lusi Margiyani, Agus Fahri Husein, Fauzie Ridjal (ed),
Dinamika gerakan perempuan Indonesia, Tiara Wacana,
Yogyakarta, 1992.
6. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial,
Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
7. Munawir Anis Qasim Ja’far, Menelusuri hak-hak politik
perempuan dalam Islam, (penerbit dan tahun terbit belum
didapatkan identifikasinya).
8. Naomi Wolf, Gegar gender, Bentang, Yogyakarta.
9. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan
perubahan sosial, Grafitti Pustaka Utama, Jakarta, 1997.

d) Perempuan dalam Perspektif Pertumbuhan dan


Perkembangan IPTEK

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Peserta dapat menganalisis posisi perempuan dalam perspektif
pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 377


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK):
o Peserta dapat mengetahui tantangan perempuan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
o Peserta dapat menyebutkan dampak ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi kehidupan perempuan serta menyebutkan
jalan pemecahannya.

Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Tantangan Perempuan dalam Perkembangan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi.
2. Dampak Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi Kehidupan
Perempuan.
3. Scientific Problem Solving.

Metode : Ceramah dan diskusi.


Alokasi Waktu : 3 jam.

Referensi yang dianjurkan :


1. Munawar Ahmad Anees, Islam dan revolusi sexual kaum
perempuan, Mizan, Bandung.
2. Ratna Saptari dan Brigitte Holzner, Perempuan, kerja dan
perubahan sosial, Grafiti Pustaka Utama, Jakarta, 1997.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan
Obor Indonesia.

e) Perempuan dan Strategi Pembangunan

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Peserta dapat mengetahui berbagai strategi pembangunan yang
digunakan dalam memecahkan problem sosial yang berkaitan
dengan perempuan.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


o Peserta dapat menjelaskan konsep Women in development
(WID).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Women and development
(WAD).
o Peserta dapat menjelaskan konsep Gender and development
(GAD).

Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Pengertian dan Penerapan Konsep Women in Development
(WID).
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 378
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Pengertian dan Penerapan Konsep Women and Development
(WAD).
3. Pengertian dan Penerapan Konsep Gender and Development
(GAD).

Metode : Ceramah dan diskusi.


Alokasi Waktu : 3 jam

Referensi yang Dianjurkan :


1. Julia Clevesse Mosse, Gender dan pembangunan, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta, 1998.
2. Mansour Fakih, Analisis gender dalam transformasi sosial,
Pustaka Pelajar Yogyakarta.
3. TO. Ihromi (ed), Kajian wanita dalam pembangunan, Yayasan
Obor Indonesia.

f) Kekerasan Terhadap Perempuan

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU) :


o Peserta dapat memahami berbagai bentuk kekerasan terhadap
perempuan serta upaya penanggulangannya.
o Kekerasan terhadap perempuan terhadap perspektif hukum.
o Kekerasan terhadap perempuan terhadap perspektif sosio
kultur.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK) :


o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap
perempuan dalam perspektif hukum.
o Peserta dapat menjelaskan bentuk-bentuk kekerasan terhadap
perempuan dalam perspektif sosiokultur.

Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Hukum.
2. Kekerasan terhadap Perempuan dalam Perspektif Sosiokultur.

Metode : Ceramah, diskusi, simulasi


Alokasi Waktu : 4 jam

Referensi yang dianjurkan :


1. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga,
Proyek Kerjasama Solidaritas Perempuan dan Lembaga Kajian
Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
2. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara
terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan The Ford
Foundation, Jakarta, 2001.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 379


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2) Keorganisasian

a) Perspektif KOHATI sebagai Kontributor Pembaharuan

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


Peserta dapat memahami kelembagaan KOHATI.
Tujuan Pembelajaran Khusus :
o Peserta dapat menjelaskan eksistensi KOHATI dalam
struktur sosial.
o Peserta dapat mengetahui eksistensi KOHATI dalam
perkembangan organisasi professional.
o Peserta dapat mengetahui posisi strategisnya sebagai
kontributor pembaharuan.

Muatan/Kisi-Kisi Materi :
1. Eksistensi KOHATI dalam Struktur Sosial.
2. KOHATI dan Perkembangan Organisasi Profesional.
3. Analisis Kelembagaan KOHATI.
4. Peserta dapat Mengetahui Posisi Strategisnya sebagai
Kontributor Pembaharuan.

Metode : Ceramah, diskusi


Alokasi Waktu : 3 jam

Referensi yang Dianjurkan


1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform
Gerakan dan Pedoman Pembinaan KOHATI).

b) Revitalisasi Analisis KOHATI terhadap Isu Keperempuanan

Tujuan Pembelajaran Umum (TPU)


o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam
menyikapi isu keperempuanan.

Tujuan Pembelajaran Khusus (TPK)


o Peserta dapat menjelaskan dinamika gerakan perempuan.
o Peserta dapat mengetahui isu keperempuanan kontemporer.
o Peserta dapat mengetahui format gerakan KOHATI dalam
menyikapi isu keperempuanan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 380


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Muatan/Kisi – Kisi Materi :
1. KOHATI dan Dinamika Gerakan Keperempuanan.
2. Isu-isu Keperempuanan Kontemporer.
3. Format Gerakan KOHATI dalam Menyikapi Isu
Keperempuanan.

Metode : Ceramah, diskusi dan simulasi.


Alokasi Waktu : 4 jam.
Referensi yang dianjurkan:
1. NDP HMI.
2. AD dan ART HMI.
3. Pedoman Dasar KOHATI.
4. Hasil-hasil Lokakarya Perkaderan KOHATI (Platform
Gerakan dan Pedoman Pembinaan KOHATI).
5. Engineer, Asghar Ali, Hak-hak perempuan dalam Islam, LSPPA
dan Yayasan Bentang Budaya, Yogyakarta, 1997.
6. Nasaruddin Umar, MA, Dr, Argumen kesetaraan gender
Perspektif Al Quran, Paramadina, Jakarta, 1999.
7. Farha Ciciek, Ikhtiar mengatasi kekerasan dalam rumah tangga,
Proyek Kerjasama Solidaritas Perempuan dan Lembaga Kajian
Agama dan Gender (LKAJ), Jakarta, 1999.
8. Tim Yayasan Jurnal Perempuam (ed.), Kekerasan negara
terhadap perempuan, Yayasan Jurnal Perempuan dan The Ford
Foundation, Jakarta, 2001.

3) Materi Penunjang
Materi penunjang ini dapat dipilih salah satu disesuaikan dengan
kedudukan peserta pelatihan / LKK. Adapun materi penunjang yang
dianjurkan untuk diberikan kepada peserta adalah sebagai berikut :
1. Retorika dan keprotokoleran.
2.Komunikasi Massa/Public Relation.
3. Kecerdasan Emosional (KE) dan Emosional Intelektual (EI).
4. AMT/Achievement Motivation Training.

4) Studium General
Berkaitan dengan isu-isu aktual di tingkat nasional dan lokal.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 381


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. UMUM
Pada dekade terakhir, kawasan asia pasifik adalah regional yang paling pesat tingkat
pertumbuhanya dibandingkan dengan kawasan manapun dan berdasarkan proyeksi
dari bank moneter Internasional dan lembaga asing di percaya pada dekade
berikutnya, kawasan ini masih merupakan pusat pertumbuhan dunia terbesar dan
dapat dilihat dari berbagai indikator perubahan, termasuk Indonesia.
Berbagi perubahan sudah terjadi di Indonesia, perubahan ini tidaklah diperoleh
dengan mudah. Kebijakan fudamental dan stabilitas makro, investasi yang menarik,
keterbukaan dalam teknologi yang ditujukan dengan perbaikan sikap terhadap
teknologi dan jalan menuju alam demokratis yang dikehendaki rakyat sudah
merupakan celah, dan bersiap memasuki era industri, menunjukan sebagai upaya
percapaian tujuan pembagunan nasional dimana menjadi kewajiban seluruh Negara
RI yang sadar. Dan harus diperjuangkan secara serius dan terus-menerus dengan
terencana.
Namun proses modernisasi dan pembangunan ini bila diteliti lebih dalam, sangatlah
mengesankan perubahan aspek-aspek kehidupan masyarakat yang dimotori
pertumbuhan ekonomi dengan diiringi oleh perbaikan teknologi dan birokrasi.
Belumlah mengatasi ketimpangan luas yang sedang berlangsung dalam masyarakat.
Diantaranya masih terdapatnya daerah terisolir, desa tertinggal, kantong-kontong
kemiskinan. Pelayanan umum sarat dengan permasalahan. Ledakan angkatan kerja
yang tak teratasi oleh penyedia lapangan kerja yang memunculkan berbagai bentuk
kerawanan sosial dan budaya korup masih merupakan permasalahan stuktural yang
sekaligus merupakan tantangan dari dalam menuju masyarakat industri modern.
Bagi bangsa Indonesia pada era global, bermasuk untuk masuk sebagai negara yang
tergolong negara industri, dimana sektor industri menjadi dominan dalam
memberikan kontribusi terhadap pendapat nasional, maka kebutuhan terhadap
tenaga profesional menjadi suatu keharusan diseluruh sektor dan sebagai wujud dari
kebutuhan masyarkat modern.
Sampai saat ini untuk mencetak tenaga-tenaga profesional merupakan tugas dunia
pendidikan tinggi. Walapun tugas tersebut sudah dilakukan secara maksimal namun
dibandingkan dengan kebutuhan, baik secara kuantitas dan lebih-lebih secara
kualitas masih belum memenuhi harapan, sehingga tidak aneh bila pada aspek-aspek
dan posisi tertentu banyak diisi oleh tenaga profesional asing. Keadan ini tidak
boleh dibiarkan secara terus menerus. Karena itu selain mempertajam orientasi
pada perkembangan sains dan teknologi sangat penting menciptakan masyarakat,

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 382


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
khususnya yang bergerak di sektor pendidikan atau dalam pengertian lebih luas
diarahkan pada penciptaan kelas menengah baru yang terdidik secara profesional.
Itulah sebabnya dalam jargon pembangunan meletakkan political will untuk
menjadikan kualitas sumber daya manusia sebagai sasaran utama pembangunan.
Dan HMI sebagai organisasi kader yang berbasis keilmuan telah memberikan
perhatian pada pembentukan kualitas sumber daya manusia dengan orientasi
‘muslim intelektual profesional’ sebagai hakekat tujuan organsasi. Pada saat ini dan
untuk ke depan dengan latar diatas, bobot intelektual dan bobot politis generalis
perlu penajaman dan kemampuan profesional merupakan keharusan yang harus
dimiliki oleh setiap kader karena itulah lembaga pengembangan profesi yang
kehadirannya diperuntukkan menjawab kondisi ke depan, maka perlu dikelola
sebagai alternatif pengembangan kader. Untuk itu penciptaan kondisi yang lebih
baik pada seluruh perangkat sistem yang ada, diperlukan perbaikan struktur yang
cocok antara kondisi kemahasiswaan dan keperluan yang ada, serta orientasi
perkaderan lebih dipertajam lagi, kurikulum latihan harus memuat tentang
pendidikan profesional/materi yang menyangkut seutuhnya sekaligus membangun
kultur masyarkat bersih yang sarat muatan etis dengan menempsatkan kembali
essensi kepribadian HMI dan latar belakang hadirnya HMI.

1.2 SEJARAH LEMBAGA KEKARYAAN HMI


Terbentuknya lembaga kekaryaan sebagai satu dari institusi HMI terjadi pada
Kongres ketujuh HMI di Jakarta pada tahun 1963 dengan diputusakannya
mendirikan beberapa lembaga khusus (sekarang lembaga pengembangan profesi)
dengan pengurus pusatnya ditentukan berdasarkan kuota yang mempunyai potensi
terbesar pada jenis aktivitas lembaga pengembangan profesi yang bersangkutan
diantaranya :
• Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI) dipusatkan di Surabaya.
• Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI) yang dipusatkan di Bandung.
• Lembaga Pembangunan Mahasiswa Islam (LPMI) pusatnya di Makassar.
• Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSBMI) pusatnya di Yogjakarta.
Dan kondisi politik tahun 60-an berorientasi massa, lembaga kekaryaan pun
semakin menarik sebagai suatu faktor bagi berkembang pesatnya lembaga
kekaryaan ditunjukkan dari :
• Adanya hasil penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga
kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan.
• Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh terhadap
organisasi induk HMI.
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan Lembaga Tekhnik
Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga
Astronomi Mahasiswa Islam (LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di atas
melalui Kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 383


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan dengan memberikan
hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional dari tingkat pusat sampai
rayon.
b. Memiliki Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga (PD/PRT) sendiri.
c. Untuk mengadakan musyawarah lembaga termasuk memilih pimpinan lembaga.
Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan kepada kegiatan
lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan organisasi ke tingkat induk bahkan
justru menimbulkan permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi
pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada saat tersebut
lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah kepada perkembangan untuk
melepaskan diri dari organisasi induknya.
Sehingga dalam evaluasi Kongres IX HMI di Malang tahun 1969 antara lain melalui
papernya mempertanyakan :
a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi induknya (HMI).
b. Perlu tidaknya penegasan oleh Kongres, bahwa lembaga kekaryaan adalah
bagian mutlak dari HMI misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD
HMI, dsb.
Setelah Kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan kelembagaan tidak lagi
menjadi permasalahan dan perhatian Himpunan. Hal ini mengakibatkan lembaga
kekaryaan perlahan-lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat
diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan kemahasiswaan
melalui NKK/BKK tahun 1978.
Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu dihidupkannya kembali,
lembaga kekaryaan yang dikukuhkan melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang.
Kemudian LK menjadi perhatian/alternatif baru bagi HMI karena gencarnya isu
profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986 pendayagunaan LK
kembali dicanangkan.
Setelah melalui sejarah panjang perkembangannya, lembaga kekaryaan telah
menunjukkan dirinya sebagai wadah alternatif bagi kader HMI untuk mengkader
diri selain melalui struktur kepemimpinan. Kini, peran lembaga kekaryaan
diharapkan makin diperkuat dan dipertajam arahannya dalam meningkatkan
profesionalisme di tubuh HMI. Oleh karena itu, melalui Kongres HMI XXV di
Makassar tahun 2006 ini peningkatan dan penajaman semangat profesionalisme
diiringi dengan perubahan nama Lembaga Kekaryaan menjadi Lembaga
Pengembangan Profesi.

1.3 Maksud dan Tujuan


a. Maksud dari Lembaga Pengembangan Profesi
Adanya Lembaga Pengembangan Profesi dimaksudkan untuk mempertajam
alat pencapai tujuan HMI dengan mengoptimalkan potensi pengetahuan,
minat, dan bakat anggota HMI secara profesional.
b. Tujuan Lembaga Pengembangan Profesi
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 384
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
¾ Dalam rangka mencapai tujuan HMI.
¾ Menuntaskan persoalan-persoalan anggota HMI dan umat pada
umumnya yang menyangkut bidang profesi.

1. 4. Lembaga Pengembangan Profesi


Yang dimaksud dengan Lembaga Pengembangan Profesi adalah badan-badan khusus
HMI (diluar KOHATI, BPL, dan Balitbang) yang bertugas melaksanakan
kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya (garapan) masing-
masing, latihan kerja berupa dharma bhakti kemasyarakatan dalam proses
pembangunan bangsa dan negara. Sebagaimana terdapat dalam unsur pokok essensi
Kepribadian HMI yang meliputi:
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah Rasul yakni dasar
keyakinan bahwa “Tiada Tuhan melainkan Allah”, dan Allah adalah merupakan
inti dari pada Iman, Islam dan Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan tugas dunia dan
akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan ilmu menuju kebahagiaan hidup
dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan daya cipta dan daya kritis, hingga
memilki kebijakan untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus berkembang serta dengan
cepat memberikan respon terhadap setiap tantangan yang dihadapi sehingga
memiliki fungsi pelopor yang patriotis.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang merupakan kader
seluruh umat Islam Indonesia menuju persatuan nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan orang muda patriotik,
mengutamakan kepentingan bersama bangsa diatas kepentingan pribadi.
Memihak dan membela kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan
menentang penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan manifestasinya.
Aktif dalam pembentukan dan peranan umat Islam Indonesia yang adil dan
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT.
Dilihat dari jenisnya, maka Lembaga Pengembangan Profesi yang pernah ada :
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan kebutuhan karena
lembaga pengembangan profesi adalah badan pembantu pimpinan HMI,
maka dengan melaksanakan tugas/fungsional (sesuai dengan bidangnya
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 385
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
masing-masing) haruslah terlebih dahulu dirumuskan dalam suatu
musyawarah tersendiri. Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat
kerja itu, bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah diputuskan
oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

BAB II
LANDASAN, STATUS DAN FUNGSI

2.1 Landasan
Pedoman Lembaga Pengambangan Profesi HMI ini dilandaskan atas :
2.1.1. Landasan Idiil
Tujuan HMI yaitu terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang
bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya, masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT (Pasal 4 AD HMI).
2.1.2. Landasan Konstitusional
Landasan konstitusional lembaga pengembangan profesi adalah Anggaran
Dasar dan AnggaranRumah Tangga HMI serta ketetapan-ketetapan Kongres
dan kebijaksanaan lain yang ditetapkan secara formal organisatoris.
2.1.3. Landasan Historis
Landasan Historis lembaga pengembangan profesi adalah motivasi dasar
kelahiran HMI yaitu memenuhi panggilan bangsa dan agama untuk
menigkatkan harkat kehidupan rakyat Indonesia dalam rangka mengisi
kemerdekaan.
2.2. Status
Status lembaga pengembangan profesi HMI sebagai Badan Khusus adalah
lembaga yang dibentuk/disahkan oleh struktur pimpinan sebagai wahana
beraktivitas di bidang tertentu secara profesional di bawah koordinasi bidang
dalam struktur pimpinan setingkat (Pasal 51 ayat a ART HMI).

2.3. Fungsi
Fungsi lembaga pengembangan profesi HMI sebagai Badan Khusus berfungsi
sebagai penyalur minat dan bakat anggota dan wahana pengembangan bidang
tertentu yang dinilai strategis (Pasal 51 ayat d ART HMI).

BAB III
MASALAH DAN POTENSI LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI

3.1. Umum
a. Lembaga pengembangan profesi dipandang sebagaimana terbentuk dan
berkembangnya, menghimpun segenap keahlian anggotanya yang tidak
dapat melaksanakan dan melepaskan diri dari saling mempengaruhi
(interaksi) dengan lingkungan sekitarnya.
b. Tanggung jawab lembaga pengembangan profesi sebagaimana yang
terdapat dalam Essensi Kepribadian HMI berintikan :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 386


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b.1. Kemurnian idealisme.
b.2. Pengabdian yang ikhlas dan imani.
b.3. Keberanian dan kepeloporan.
b.4. Pembaruan dan pemersatu.
b.5. Keteguhan janji, sikap dan kepribadian mandiri, selain itu
lembaga pengembangan profesi diharapkan merelevansikan
pendapat, sikap dan tindakan dengan kenyataan-kenyataan yang
ada dalam masyarkat. Dan merupakan suatu kenaifan bila
potensi ini mengalami degradasi yang akan menimbulkan
masalah baik secara pribadi maupun institusi HMI.
c. Perubahan-perubahan sosial yang bergerak sangat cepat sebagai akibat
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, haruslah dihadapi dengan
penuh perhitungan, kematangan dan kesiapan mental. Proses
pembangunan nasional yang meliputi bidang ideologi, politik, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan belum dapat menyelesaikan
permasalahan-permasalahan kemasyarakatan dan kenegaraan yang ada.
Sementara ledakan penduduk belum dapat dikendalikan, muncul pula
berbagai krisis dunia dalam bidang-bidang moneter, ekonomi, energi,
lapangan kerja, nilai moral, norma agama, dan sebagainya. Hal-hal seperti
ini sangat mempengaruhi masyarakat (apalagi generasi muda/mahasiswa)
sebagaimana masalah yang langsung menyangkut kepentingan kini dan
mendatang.

3.2. Beberapa Permasalahan

Pada garis besarnya permasalahan-permasalahan itu antara lain antara lain


dapat dinilai dari aspek :
3.2.1. Sosial-Psikologi dan Soisal-Edukasi
Proses pertumbuhan dan perkembangan kejiwaan seseorang dipengaruhi
oleh tingkat pendidikannya, formal maupun non-formal tetapi karena
pendidikan belum merata maka suasana yang edukatif dalam kehidupan
bermasyarakat belum tercipta (berlangsung) seperti yang diharapkan.
3.2.2. Sosial budaya dan sosial religius
Krisis nilai dan pergeseran norma-norma sosial ini makin nampak dalam
kehidupan masyarakat perkotaan, utamanya di kota-kota besar. Sentuhan-
sentuhannya dewasa ini tengah merembes jauh ke masyarakat pedesaan.
Sehingga dalam suasana tradisional (seperti sekarang) akibat langsung yang
segera dirasakan antara lain rasa ketidakpastian karena sedang berlangsung
proses seleksi terhadap nilai-nilai baru. Dalam proses seleksi tersebut
kemungkinan yang bisa terjadi adalah timbulnya sikap-sikap penolakan
secara mutlak (negasi), keterasingan (alienasi), penerimaan secara prematur
ataupun pembaharuan nilai-nilai yang mengaburkan identitas. Sekalipun
subjek pergeseran itu hanyalah suatu pola budaya asing (budaya substitusi),
umpamanya gejala penikmatan kebendaan secara berlebihan , citra
kehidupan Happy, dan seterusnya dan kekaburan oleh timbulnya
kecenderungan peremehan ajaran-ajaran norma agama, pendangkalan

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 387


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
semangat norma keagamaan/kesadaran terhadap keyakinan agama
tersebut. Atau sebaliknya justru pengarahan semangat keagamaan secara
tidak proporsional sehingga agama tidak dapat berbagi tempat dengan segi-
segi kebudayaan. Akhirnya, jika dihadapi dalam keadaan tidak siap dan
krisis-krisis itu akan menipiskan kesadaran berbangsa dan bernegara yang
pada gilirannya akan mengoyangkan sendi-sendi kepribadian nasional.
3.2.3. Permasalahan pengembangan kualitas SDM
¾ Permasalahan kualitas SDM.
¾ Persaingan kualitas SDM.
¾ Bagaimana pengembangan kualitas SDM.
3.2.4. Sosial ekonomi
Ledakan penduduk dengan implikasi membengkaknya ketimpangan
proporsi angkatan kerja dengan kesempatan kerja, belum ratanya
pembangunan dan hasil-hasil pembangunan senantiasa menimbulkan
permasalahan-permasalahan baru. Sementara korporasi rakasasa
(multilateral corporation) semakin akumulatif dan sepihak, sistem ekonomi
dan kebijaksanaan perekonomian kita sendiri pun belum dapat sepenuhnya
dijiwai oleh rumusan dan semangat falsafah hidup bangsa yaitu pancasila.
Dilain pihak, ketergantungan devisa negara pada sektor minyak bumi
masih besar/menentukan, padahal cadangan yang ada semakin terkuras.
Tetapi pengelolaan sumber-sumber non-minyak, di sana-sini membawa
implikasi bagi kelestarian lingkungan hidup, mislnya pembabatan hutan
yang mengikuti peremajaan/penghijauan kembali.
3.2.5. Sosial politik
Struktur sosial atau infrastruktur politik yang ada belum memberikan
wahana mobilisasi bagi segenap potensi bangsa. Sosialisasi politik tidak
berbanding lurus dengan perbandingan politik, tetapi dilaksanakan terbatas
pada momentum-momentum sesaat. Sehingga masyarkat kurang tahu
(tidak terbiasa) menggunakan hak asasi politiknya, malah lebih diberatkan
untuk menunaikan kewajiban-kewajiban sipilnya selaku warga negara. Hal
itu melahirkan permasalahan tersendiri, misalnya timbulnya dorongan
partisipasi politik secara berlebihan, kadang-kadang radikal biasanya tidak
proporsional, dan kemelut permasalahan seperti itu tidak tertanggulangi
secara tuntas apabila disorot atau yang ditangani hanya gejala (aksi-aksi
politik) karena akar permasalahan tidak tertentu.
Untuk menangulangi permasalahan-permasalahan tersebut diatas
diperlukan sikap-sikap demokratis, kesadaran dan kemauan politik dari
semua pihak. Pendekatannya yang dialogis dan humanis, agar
penanganannya lebih mendasar, terbuka dan kumulatif. Baru kemudian
pelaksanaannya : sistematis, terpadu, terencana, terarah dan berlangsung
terus menerus. Dalam hal ini, pelibatan potensi generasi muda atau
mahasiswa sebagai filter sosial dalam setiap proses penyelesaian
(penaggulangan) tidak saja memberikan pengalaman kemasyarakatan yang
berharga, tetrapi juga sudah waktunya generasi muda/mahasiswa sendiri
akan tampil mengambil prakarsa, atas dasar kesadaran bermasyarakat,
berbangsa dan bertanah air.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 388


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Untuk itu organisasi-organisasi pemuda/mahasiswa yang selama ini telah
timbul dan berjalan baik maerupakan lapisan maasyarkat yang potensi
untuk melanjutkan kontinuitas sejarah dan pembagunan nasional. Mereka
harus dibina, dikembangkan, dibiasakan mengambil prakarsa sendiri,
menanggung resiko agar mereka tumbuh menjadi generasi yang dewasa dan
matang. Terutama dalam menyongsong masa depan pribadi, masyarkat,
bangsa dan negaranya.

Akan halnya HMI lewat lembaga pengembangan profesi berupaya tidak


saja menanamkan dasar-dasar motvasi, keilmuan dan keterampilan praktis
sesuai bidang garapan masing-masing. Dengan demikian lembaga
pengembangan profesi harus lebih ditingkatkan terutama dalam
menghadapi tantangan-tantangan zaman. Dalam kaitan itulah beberapa hal
perlu diperhatikan :
a. Lembaga-lembaga khusus yang telah dimiliki oleh Cabang-Cabang HMI
harus lebih digiatkan aktivitasnya, meluaskan jangkauannya,
memperhatikan prinsip-prinsip manajemen yang ada, sampai pada
kerapian administrasi (termasuk pengelolaan dana).
b. Anggota-anggota kader HMI yang memiliki keahlian atau spesialisasi
atau sedang mendalaminya harus diberikan dorongan (motivasi) yang
menunjang bagi pengembangan kemampuannya untuk menjadi tenaga
ahli profesional.
c. Semangat dedikasi dan idealisme perjuangan, diimplementasikan dalam
variasi yang seragam. Dengan demikian kehadiran lembaga
pengembangan profesi akan benar-benar dirasakan manfaatnya.
d. Kreativitas keagamaan dan karya-karya imani (amal Sholeh) sebagai
investasi kemanusiaan lebih ditingkatkan sebagai tugas para intelektual
muslim.
e. Potensi yang ada pada pemerintah dan masyarakat setempat untuk
kemungkinan adanya kerjasama yang saling
menunjang/menguntungkan di dalam usaha kearah pembentukan,
pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 389


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB IV
TUJUAN DAN STRATEGI
PEMBINAAN, PENGEMBANGAN LEMBAGA PENGEMBANGAN
PROFESI

4.1. Tujuan Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Pengembangan Profesi

Tujuan pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi adalah


untuk mempercepat proses perwujudan pemerataan lima kualitas insan cita
HMI yaitu :
(1) Insan Akademis
(2) Insan Pencipta
(3) Insan Pengabdi
(4) Insan yang bernafaskan Islam, dan
(5) Insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi Allah SWT.

4.2. Strategi Pembinaan dan Pengembangan Lembaga Pengembangan Profesi


HMI

Strategi dan pengembangannya haruslah disesuaikan dengan perkembangan


HMI secara keseluruhan, baik perkembangan itu disebabkan oleh kondisi
eksternal maupun internal (para anggota) HMI itu sendiri. Dengan demikian
faktor-faktor yang strategis bagi pembinaan dan pengembangan Lembaga
Pengembangan profesi HMI adalah :
4.2.1. Keimanan
Agar segenap anggota masyarakat dan lingkunganya betul-betul
menjadi orang yang bertaqwa kepada Allah SWT.
4.2.2. Intelektualitas
Dimensi Intelektualitas dan kemampuan berfikir sesorang harus
dikembangkan agar dalam kehidupannya manusia dalam
menyerap serta mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi
yang sesuai dengan ajaran Islam.
4.2.3. Kerja/Profesi
Mahasiswa Islam sebagai Human Resource bagi umat dan bangsa
mestilah dipersiapkan secara fisik, mental dan spiritual untuk
menjadi tenaga produktif, cakap, terampil, kreatif, dan
bertanggung jawab. Bahkan harus mampu menciptakan lapangan
kerja sendiri, sehingga mereka mendapatkan kepastian masa
depannya sesuai minat keahlian (profesional).
4.2.4 Kepemimpinan
Pembinaan dan pengembangan kepemimpinan dimaksudkan
sebagai proses kaderisasi (proses pematangan) calon-calon
pemimpin bangsa dan umat agar mereka menjadi cakap, arif,
bijaksana, bertanggung jawab, dan penuh dedikasi pada bangsa,
negara dan agamanya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 390


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
4.2.5 Pengabdian Masyarakat
Mahasiswa Islam sebagai generasi muda bangsa harus mampu
memahami, mengahayati problema-problema yang dihadapi
masyarakat dan pemerintah, serta dapat mencarikan alternatif
pemecahan yang lebih baik, dalam rangka mencapai cita-cita
pembangunan nasional : masyarakat madil makmur yang diridhoi
Allah SWT.

BAB V
JALUR PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI

Strategi pembinaan dan pengembangan yang dirumuskan di atas, memelukan


kejelasan tentang cara dan sarana dalam pengejawantahan. Sehingga semua pihak
yang bersangkutan dapat memahami serta melaksanakan tugas sesuai dengan
bidangnya masing-masing. Untuk itu, ditetapkan tiga jalur pembinaan dan
pengembangan lembaga pengembangan profesi, yaitu :

5.1. Jalur Utama


Dimaksudkan sebagai jalur utama ialah lembaga pengembangan profesi itu
sendiri, yang langsung melaksanakan tugas dan fungsi khususnya sesuai
dengan penggarapan masing-masing.

5.2. Jalur Penunjang


Dimaksudkan sebagai jalur penunjang adalah menghidupkan para
fungsional lembaga pengembangan profesi yang dapat dikembangkan
menjadi suatu institusi sosial baru yang mencerminkan kepedulian
mahasiswa (khusus) dan pemuda (umum) terhadap dinamika
pembangunan. Melalui institusi sosial baru ini, dapat menemukan model-
model peran lembaga pengembangan profesi dan proses bagi anggota HMI
sendiri melalui kemitraan dalam berbagai kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
5.2.1. Pemerintah
Pihak pemerintah diharapkan merupakan salah satu penunjang
bagi pelaksanaan program (baik) materil, iklim dan kebijaksanaan
sehingga dengan dukungan pemerintah ini diharapkan akan
adanya kerjasama yang saling menguntungkan baik untuk
kepentingan HMI sendiri maupun terlaksananya program-
program pemerintah.
5.2.2. Masyarakat
Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, maka Lembaga
Pengembangan Profesi dalam merumuskan program kerjanya
harus disesuaikan kondisi masyarakat sekitarnya. Dengan
demikian masyarakat tidak merasa asing tetapi partisipasi spontan
dan rasa memilikinya tumbuh secara wajar dan sehat. Baik
individu maupun kelompok.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 391


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
5.2.3. Lembaga-lembaga Swasta
Sebagai media pengembang profesi, Lembaga pengembangan
profesi HMI bisa bekerjasama dengan lembaga-lembaga swasta
yang sesuai, misalnya yang bergerak dalam bidang-bidang
keilmuan dan penelitian.

5.3. Jalur Koordinatif


5.3.1. Di Tingkat Cabang
Pengkoordinasian Lembaga Pengembangan Profesi di Tingkat
Cabang dilakukan oleh lembaga pengembangan profesi di tingkat
Cabang.
5.3.2 Tingkat Badan Koordinasi
Pengkoordinasian pada tingkat regional dilakukan oleh Bidang
Pengembangan Profesi BADKO melalui Bidang Pengembangan
Profesi Cabang diwilayah koordinasinya.
5.3.3. Tingkat Pengurus Besar
Untuk tingkat nasional dibentuk Bakornas yang berfungsi sebagai
koordniator nasional dan berfungsi mengkoordinir lembaga
pengembangan profesi yang ada di Cabang-Cabang secara nasional
dibawah koordinasi Lembaga Pengembangan Profesi PB HMI.

BAB VI

PENUTUP

Pembinaan dan pengembangan lembaga pengembangan profesi HMI,


membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh warga HMI, masyarakat dan
pemerintah. Kerjasama yang baik perlu ditingkatkan secara terus menerus, agar
dapat mencapai hasil optimal bagi kemaslahatan bersama.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 392


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
STRUKTUR ORGANISASI
PENGURUS LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

1. Struktur Organisasi Lembaga Pengembangan Profesi


Struktur organisasi Lembaga Pengembangan Profesi HMI sesuai dengan
spesialisasi tugas dan kewajibannya terdiri dari bidang :
1. Bidang Perencanaan dan Pengembangan
2. Bidang Penelitian dan Penalaran
3. Bidang Pendidikan dan Pelatihan
4. Bidang Pengabdian Masyarakat
5. Bidang Administrasi dan Keuangan

2. Komposisi Personalia Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi


Struktur oraganisasi pengurus lembaga pengembangan profesi diisi dengan
personalia yang disiplin ilmunya disesuaikan dengan bidang lembaga yang ada,
kecuali pada lembaga yang bersifat interdispliner. Diupayakan pula anggota
yang berprestasi dalam suatu lapangan disiplin ilmunya dan telah mengikuti
Latihan Kader II.

Komposisi personalia yang mengisi struktur organisasi Lembaga


Pengembangan Profesi HMI adalah :
1. Direktur
2. Direktur Perencanaan dan Pengembangan
3. Direktur Penelitian dan Penalaran
4. Direktur Pendidikan dan Pelatihan
5. Direktur Pengabdian Masyarakat
6. Direktur Administrasi dan Keuangan
7. Departemen Kaderisasi
8. Departemen Keaparatan
9. Departemen Usaha
10. Departemen Kelembagaan
11. Departemen Kesekretariatan
12. Departemen Keuangan
13. Departemen Pendataan
14. Departemen Seleksi/Rekruitment
15. Departemen Pelatihan
16. Departemen Observasi
17. Departemen Operasi
18. Departemen Hubungan Masyarakat (PR)

1. Fungsi Personalia Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi


Masing-masing personalia Pengurus LPP HMI:
a. Direktur adalah penanggung jawab dan koordinator umum dalam
pelaksanaan tugas-tugas/program-program lembaga yang bersifat umum,
baik intern maupun ekstern.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 393


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b. Direktur Perencanaan dan Pengembangan adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang perencanaan dan pengembangan, yang
menyangkut kontinuitas kepemimpinan, kepengurusan lembaga, dan
kontinuitas usaha-usaha mandiri.
c. Direktur Penelitian dan Penalaran adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang program-program penelitian dan
penalaran, menyangkut tersedianya data anggota dan data lainnya yang
berkaitan dengan lembaga berikut pengolahan dan analisa.
d. Direktur Pendidikan dan Pelatihan adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan dalam bidang pendidikan dan pelatihan, menyangkut
peningkatan kualitas SDM personalia dan anggota LPP.
a. Direktur Pengabdian Masyarakat adalah penanggung jawab dan
koordinator kegiatan bidang program-program pengabdian masyarakat dan
partisipasi dalam pembangunan, yang menyangkut observasi teritorial,
pelaksanaan pengabdian dan hubungan luar.
b. Direktur Administrasi dan Keuangan adalah penggung jawab dan
koordinator umum dalam kegiatan dibidang administrasi kesekretariatan
dan keuangan lembaga.
c. Departemen Kaderisasi bertugas sebagai koordinator operasional
kegiatan kaderisasi dalam tubuh lembaga pengembangan profesi dan
perencanaan, distribusi kader, baik dalam struktur lembaga maupun di luar
lembaga.
d. Departemen Keaparatan bertugas sebagai koordinator operasional
kegiatan pendayagunaan dan fungsionarisasi aparat di tubuh lembaga.
e. Departemen Usaha bertugas sebagai koordinator opersaional dalam
bidang program-program usaha potensi lembaga yang mengarah kepada
kemandirian lembaga.
f. Departemen Kelembagaan bertugas sebagai koordinator operasional
kegiatan hubungan antar lembaga, ke dalam maupun ke luar lembaga.
g. Departemen Kesekretariatan bertugas sebagai koordinator operasional
kegiatan dari tata usaha dan surat-menyurat lembaga.
h. Departemen Keuangan bertugas sebagai koordinator operasional kegiatan
keuangan dan perlengkapan lembaga.
i. Departemen Pendataan bertugas sebagai koordinator operasional
penelitian dan pengkajian hasil-hasil pengkajian dan pendataan lembaga.
j. Departemen Seleksi/Rekruitmen bertugas sebagai koordinator
operasional seleksi dan rekruitmen anggota lembaga yang berasal dari
anggota biasa pada Cabang.
k. Departemen Pelatihan bertugas sebagai koordinator operasional dalam
proyek-proyek pelitihan lembaga.
l. Departemen Observasi bertugas sebagai koordinator operasional proyek-
proyek pengbdian lembaga.
m. Departemen Operasi bertugas sebagai koordinator operasional proyek-
proyek pengabdian lembaga.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 394


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
n. Departemen Hubungan Masyarakat bertugas sebagai koordinator
operasional hubungan masyarakat dan promosi lembaga di tengah
keberadaan masyarakat

4. Wewenang dan Tanggung Jawab Bidang Kerja Pengurus Lembaga


Pengembangan Profesi

Masing-masing bidang kerja dalam pengurus lembaga dalam menjalankan wewenang


dan tanggung jawab adalah sebagai berikut :

a. Bidang Perencanaan dan Pengembangan


Lembaga sebagai usaha pembentukan dan pengembangan lembaga
pengembangan profesi yang berkesinambungan, perencanaan ini sejalan
mengacu kepada hasil-hasil konfernsi Cabang yang berkaitan dengan lembaga
pengembangan profesi dan hasil-hasil musyawarah lembaga pengembangan
profesi bersangkutan.
Perencanaan yang dilakukan menyangkut dengan :
1. Melakukan perencanaan aktivitas perencanaan aktivitas dan perkembangan
lembaga berdasarkan skala waktu.
a)Jangka pendek untuk aktivitas bersifat proyek.
b)Jangka menengah untuk satu pengurus.
c)Jangka panjang, kondisi dimana lembaga dapat mapan.
2. Melakukan perencanaan kaderisasi dalam tubuh lembaga dalam
kepemimpinan dan distribusi kader baik dalam lembaga sendiri maupun
pada lembaga profesi sebagai suatu usaha promosi kader.
3. Melakukan perencaan bidang usaha mandiri berdasarkan lembaga
pengembangan profesi, sehingga lembaga dapat melepaskan diri dari sifat
ketergantungan

b. Bidang Pendidikan dan Latihan Anggota


1. Menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pendidikan dan latihan bagi para
anggota sebagai upaya meningkatkan keahlian dan ketrampilan sesuai
dengan disiplin ilmunya dikaitkan dengan program-program yang telah
digariskan oleh pengurus lembaga antara lain :
a) Melakukan kegiatan diskusi-diskusi profesi lembaga dan ceramah-
ceramah.
b) Melakukan kursus-kursus dan training-training yang berkaitan dengan
peningkatan profesional anggota.
2. Melaksanakan tindak lanjut atas hasil penelitian pelaksanaan aktivitas
pendidikan antara lain :
a) Membuat petunjuk pelaksanaan training lembaga, kurikulum dan
metode training, pedoman evaluasi sehingga dapat menjadi pedoman
operasi lembaga.
b) Melakukan penilaian baik dari segi program maupun dari segi edukatif
terhadap hasil-hasil penyelenggaraan aktivitas lembaga yang dijalankan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 395


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Menyelenggarakan kegiatan lainnya yang dapat menunjang program
pendidikan dan latihan lembaga.

c. Bidang Penelitian dan Pengembangan


1. Menyelenggarakan kegiatan penelitian lembaga secara objektif dengan
melibatkan anggota setelah lembaga menentukan objek penelitian yang
akan diteliti.
2. Menetapkan model penelitian yang akan dlakukan.
3. Melakukan hypotesa, observasi, pengolahan data, tabulasi dan analisa data
kemudianmenyimpulkan hasil peneltian.
4. Mengembangkan hasil penelitian dan dilakukan upaya-upaya
pelaksanaannya.

d. Bidang Pengabdian Masyarakat


1. Menyelenggarakan kegiatan aksi-aksi kemasyarakatan sebagai upaya
pengabdian dengan melibatkan masyarakat di lingkungan lembaga.
2. Menyelenggarakan kegiatan sebagai upaya partispasi lembaga dalam
pembangunan daerah antara lain dengan :
a) Mencoba ikut serta melaksanakan program kemasyarakatan bekerjasama
dengan pemerintah pusat setelah terlebih dahulu melakukan konsultasi
dengan pimpinan HMI.
b) Membimbing dan membina masyarakat dengan melakukan kegiatan
yang mendorong masyarakat untuk meningkatkan partisipasi
pembangunan.
3. Melakukan kegiatan yang mendorong masyarakat di lingkungan lembaga
menurut hakekat profesi masing-masing lembaga.

e. Bidang Administrasi dan Keuangan


1. Melakukan pengaturan tata cara pengelolaan surat menyurat meliputi :
a) Penyelenggaraan pemerosesan surat masuk.
b) Penyelenggaraan penyusunan konsep surat keluar.
c) Penyelenggaraan pemerosesan surat keluar.
d) Penyelenggaraan pengetikan dan penggandaan surat.
e) Penyelenggaraan pengaturan administrasi pengarsipan.
f) Penyelenggaraan pengaturan pengiriman surat.
2. Melakukan pengumpulan, pencatatan, pengolahan, penyusunan dan
pemeliharaan dokumentasi organisasi, bahan-bahan yang berkenaan dengan
hasil kerja lembaga.
3. Menyelenggarakan upaya penerbitan dan hasil-hasil kerja program lembaga.
4. Menyusun anggaran dan pengeluaran lembaga untuk satu periode dan untuk
setiap satu semester.
5. Mengelola sumber-sumber penerimaan organisasi sesuai dengan ketentuan
organisasi yag berlaku.
6. Menyelenggarakan administrasi keuangan yang disusun untuk keperluan
ini.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 396


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
7. Melakukan usaha-usaha yang dapat mendorong seluruh aparat HMI untuk
meningkatkan sumber dana intern khususnya dari iuran anggota.
8. Mengatur dan mengurus pengamanan, pemeliharaan, perbaikan dan
penambahan perlengkapan organisasi dengan :
a) Setiap kali mengadakan kontrol terhadap pemakaian peralatan
organisasi.
b) Mengusahakan penambahan perlengkapan organisasi sesuai atau tidak
dengan kebutuhan organisasi.
c) Menyusun daftar inventarisasi organisasi.
d) Mengatur perawatan dan pemeliharaan seluruh perlengkapan organisasi.
e) Mengatur dan mengurus kebersihan dan keindahan gedung
perkantoran.

5. Instansi Pengambilan Keputusan Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi

Tata susunan tingkat (hierarki) instansi pengambilan keputusan dalam lembaga


pengembangan profesi adalah :
a. Rapat Harian Lembaga Pengembangan Pofesi.
b. Rapat Presidium Lembaga Pengembangan Profesi.
c. Rapat Bidang Lembaga Pengembangan Profesi.
d. Rapat Kerja.

a. Rapat Harian Lembaga Pengembangan Profesi


1. Rapat harian lembaga dihadiri oleh seluruh fungsionaris lembaga
pengembangan profesi.
2. Rapat harian dilaksanakan setidak-tidaknya dua kali dalam satu bulan yakni
pada hari Jum’at.
3. Fungsi dan wewenang rapat harian adalah :
a) Membahas dan menjabarkan kebijaksanaan yang telah diambil oleh
Pengurus Cabang yang dikaitkan dengan program Lembaga
Pengembangan profesi.
b) Mengkaji dan mengevaluasi keputusan-keputusan yang diambil oleh
presidium Lembaga Pengembangan Profesi menyangkut bidang
masing-masing, kemudian merumuskan keputusan-keputusan
musyawarah lembaga.
c) Mempelajari dan merumuskan keputusan-keputusan musyawarah
lembaga.

b. Rapat Presidium Lembaga Pengembangan Profesi


1. Rapat presidium Lembaga Pengembangan Profesi dihadiri oleh Direktur
dan Direktur Bidang.
1. Rapat presidium dilaksanakan setidak-tidaknya 4 kali dalam satu bulan,
yakni pada hari Jum’at dari setiap minggu. Untuk minggu terakhir
diintegrasikan dengan rapat harian.
2. Fungsi dan wewenang rapat presidum :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 397


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a) Mengambil keputusan tentang perkembangan lembaga sehari-hari
baik intern maupun ekstern, khususnya pengaruh perkembangan
terhadap program-program lembaga.
b) Mendengar informasi tentang perkembangan dari beberapa aspek
lembaga, baik intern maupun ekstern dikaitkan dengan kebijaksanaan
lembaga yang ada.
c) Mengevaluasi perkembangan lembaga dalam menjalankan program-
program kegiatan.

c. Rapat Bidang Lembaga Pengembangan Profesi


1. Rapat bidang dihadiri oleh direktur bidang dan departemen bidang
bersangkutan.
Rapat bidang diselenggarakan setidak-tidaknya satu kali dalam satu bulan.
2. Fungsi dan wewenang rapat bidang lembaga pengembangan profesi :
a) Mengontrol pelaksanaan proyek/kerja yang dilakukan oleh setiap
bidang dengan tetap merujuk kepada kebijaksanaan/pedoman yang
telah ditetapkan oleh organisasi.
b) Membuat penyesuaian terhadap pelaksanaan proyek/kerja dari setiap
bidang yang mengalami perubahan baik dari segi teknik maupun dari
segi waktu.
c) Menyusun langkah-langkah teknik untuk menyelenggarakan
proyek/kerja berikutnya sesuai dengan kebijaksanaan yang telah
ditetapkan oleh rapat harian dan rapat presidium.

d.Rapat Kerja
1. Rapat kerja dihadiri oleh semua fungsionaris lembaga pengembangan profesi.
2. Rapat kerja dilakukan sekurang-kurangnya satu kali dalam setiap semester.
3. Fungsi dan wewenang rapat kerja :
a) Menyusun jadwal aktivitas/rencana kerja untuk satu semester.
b) Menyusun rencana anggaran penerimaan dan pengeluaran untuk seluruh
kegiatan lembaga pengembangan profesi selama satu semester.

PETUNJUK PELAKSANAAN
PEDOMAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN
Petunjuk pelaksanaan (juklak) dari pedoman lembaga-lembaga pengembangan
profesi HMI ini adalah merupakan kompilasi dari program sebelumnya (dari
program-pogram pengembangan profesi HMI tahun 1980, 1986 dan hasil kongres
1982) yang selanjutnya disesuaikan dengan hasil-hasil temuan pada Up-Grading
Pengembangan profesi pada bulan Juli 1994 dan hasil bahasan dalam sidang MPK IV
tahun 1994.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 398


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Petunjuk pelaksanaan ini dimaksudkan sebagai suatu pedoman bagi aparat-aparat
HMI, yaitu mulai dari usaha-usaha pembentukan lembaga-lembaga pengembangan
profesi sampai dengan usaha-usaha pembinaan dan pengembangannya. Dengan
demikian diharapkan fungsi utama dari lembaga-lembaga ini yaitu membentuk
kader HMI disamping kemampuan generalik juga dalam kemampuan
mengaktualisasikan profesi untuk dapat terlaksana. Sehingga tanggung jawab HMI
dalam usaha mewujudkan masyarkat adil makmur yang diridhoi Allah SWT dapat
direalisir melalui lembaga-lembaga pengembangan profesi.
Usaha-usaha untuk menghidupkan lembaga-lembaga khusus setiap Cabang HMI,
seyogyanyalah dari potensi yang dimiliki HMI sendiri masyarakat dan pemerintah
dimana Cabang HMI tersebut berada. Pengkajian potensi akan menentukan di
dalam usaha membentuk, membina dan mengembangkan lembaga-lembaga
pengembangan profesi ini, sehingga betul-betul dapat memenuhi fungsinya.
Bidang Aministrasi dan Keuangan berada pada satu garis staf. Untuk bidang
penelitian dan penalaran, bidang pendidikan dan pelatihan serta bidang pengabdian
pada masyarakat berada pada satu garis fungsional lembaga.
Sedangkan bila untuk pengurusan, anggota saran serta kemampuan untuk
menentukan alternatif-alternatif program yang tepat juga sangat menentukan
keberhasilan suatu lembaga pengembangan profesi untuk memenuhi fungsinya itu.
Oleh karena itu dalam juklak ini diuraikan tentang hal-hal yang menyangkut
pembentukan lembaga-lembaga pengembangan profesi, pengkajian potensi baik
yang ada pada HMI, masyarakat maupun pemerintah serta masalah musyawarah
dan pengurusan serta pengembangan lembaga pengembangan profesi dan terakhir
mengenai penentuan dan pelaksanaan program-program lembaga-lembaga
pengembangan profesi.
Khusus tentang penentuan dan pelaksanaan program lembaga-lembaga
pengembangan profesi maka juklak ini secara umum dijabarkan tentang masalah-
masalah yang dihadapi oleh lembaga-lembaga pengembangan profesi yang ada di
Cabang-Cabang dan kemungkinan alternatif pemecahannya. Hal ini didasari pada
data yang masuk melalui angket yang terkirim ke setiap Cabang dan oleh PB HMI.
Dari kemungkinan-kemungkinan alternatif pemecahan masalah yang dikemukakan
dalam juklak ini setiap pengurus lembaga pengembangan profesi ataupun Pengurus
Cabang dapat mengembangkan atau menyesuaikan lebih jauh sesuai dengan kondisi
Cabangnya masing-masng. Sehingga dengan demikian lebih memungkinkan untuk
diterapkannya juklak ini bagi Cabang-Cabang di seluruh Indonesia.

BAB II
STATUS LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI

Status lembaga-lembaga pengembangan profesi HMI adalah merupakan kesatuan


organisasi yang dibentuk untuk menyalurkan minat, bakat dan kemampuan yang
diarahkan pada profesi anggota dalam suatu lingkungan Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 399


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Lembaga pengembangan profesi secara operasional melaksanakan program-program
Cabang di bidang profesi masing-masing dan secara struktural adalah anggota rapat
harian dan Sidang Pleno Cabang, ex-officio Cabang.

BAB III
PENGKAJIAN POTENSI
UNTUK PEMBENTUKAN LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI

Dalam pembentukan lembaga-lembaga pengembangan profesi hendaknya


memperhatikan/mengkaji potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap Cabang dalam
hal :
a. Pengkajian terhadap potensi HMI sendiri, yaitu jumlah anggota, interest
anggota, kemampuan, ketrampilan serta disiplin ilmu anggota yang
berhubungan dengan lembaga pengembangan profesi yang akan dibentuk.
b. Pengkajian terhadap potensi yang ada di masyarakat/daerah dalam hal ini :
perguruan tinggi, sumber daya alam dan manusia, kebutuhan masyarakat serta
aspek-aspek sosial budaya masyarakat setempat.
c. Pengkajian terhadap potensi yang ada pada pemerintah setempat dalam hal
kemungkinan untuk melakukan kerja sama dalam melaksanakan program-
program kerja lembaga pengembangan profesi.

BAB IV
MUSYAWARAH LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI

c. Status musyawarah lembaga pengembangan profesi adalah merupakan


musyawarah seluruh anggota lembaga pengembangan profesi yang telah
terdaftar pada suatu lembaga pengembangan profesi tertentu.
d. Kekuasaan dan wewenang musyawarah lembaga adalah menetapkan program
kerja dan memilih Formateur dan Mide Formateur.
e. Pengurus lembaga pengembangan profesi adalah penanggung jawab
penyelenggaraan musyawarah lembaga.
f. Peserta musyawarah adalah anggota yang terdaftar di suatu Lembaga
Pengembangan Profesi tertentu yang telah memenuhi persyaratan yang
ditentukan oleh Pengurus Lembaga Pengembangan Profesi dan Undangan.
g. Peserta utusan mempunyai hak bicara dan suara sedangkan peserta peninjau
mempunyai hak bicara.
h. Pimpinan sidang musyawarah lembaga dipilih dari peserta utusan dan
berbentuk presidium.
i. Musyawarah lembaga dinyatakan syah apabila dihadiri oleh lebih dari separuh
jumlah anggota.
j. Bila point 7 tidak terpenuhi maka musyawarah lembaga diundur 1 x 24 jam
dan setelah itu dinyatakan syah.
k. Pengurus lembaga pengembangan profesi bertanggung jawab kepada
musyawarah lembaga.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 400


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
l. Direktur lembaga pengembangan profesi adalah sebagai anggota rapat harian
dan sidang pleno Cabang.
m. Pengesahan pengurus lembaga pengembangan profesi dilakukan oleh pengurus
HMI Cabang setingkat.
n. Setelah pembentukan dan pengesahan pengurus lembaga pengembangan
profesi oleh pengurus Cabang maka pengurus lembaga pengembangan profesi
segera mengirimkan lampiran susunan kepada PB HMI (bidang pengembangan
profesi), dan BAKORNAS dengan tembusan kepada pengurus BADKO
(bidang pengembangan profesi).
o. Waktu/masa jabatan pengurus lembaga pengembangan profesi disesuaikan
dengan masa jabatan pengurus Cabang.

BAB V
SISTEM ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI

1. Untuk surat ke dalam (intern) dengan memakai kode :


Nomor/A/Sek/LPP/bulan hijriah/tahun hijriah.
2. Untuk surat keluar (ekstern) dengan memakai kode :
Nomor/B/Sek/LPP/bulan hijriah/tahun hijriah.
3. Perbendaharaan Lembaga Pengembangan Profesi diperoleh dari bantuan
struktur kepemimpinan HMI setingkat, usaha-usaha mandiri tidak mengikat
yang dilakukan oleh aktivitas lembaga-lembaga dan usaha-usaha yang halal
lainnya.

BAB VI
PEMBINAAN DAN PENGEMBANGAN
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI

Usaha pembinaan dan pengembangan lembaga-lembaga pengembangan profesi


dapat dilakukan dengan :
a. Merencanakan dan melaksanakan program-program lembaga pengembangan
profesi yang dapat menyerasikan diantara kepentingan anggota, kebutuhan
masyarakat dengan program-program pemerintah sehingga menumbuhkan
minat diantara ketiga kepentingan tersebut.
b. Mengadakan hubungan yang baik dengan pemerintah, masyarakat dan
berusaha menumbuhkan citra yang baik tentang HMI di lingkungan mereka.
c. Mengadakan latihan-latihan ketrampilan untuk meningkatkan kemampuan
profesional anggota dan melaksanakan pendidikan administrasi dan
manajemen kepengurusan lembaga pengembangan profesi serta usaha lainnya
yang menuju kearah keberhasilan dalam pembinaan dan pengembangan
lembaga pengembangan profesi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 401


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB VII
PENENTUAN PELAKSANAAN PROGRAM-PROGRAM
LEMBAGA PENGEMBANGAN PROFESI HMI

Di dalam penentuan dan pelaksanaan program-program lembaga pengembangan


profesi ini didasarkan kepada pemecahan maslah-masalah riil yang dihadapi oleh
setiap lembaga pengembangan profesi atau pengurus Cabang, dengan terlebih
dahulu menjabarkan masalah-masalah riil yang dihadapi. Adapun masalah-masalah
yang dihadapi secara umum dibagi atas :
Masalah yang menyangkut kepengurusan lembaga-lembaga pengembangan profesi,
terdiri dari :
1. Kekurangan aktifan pengurus lembaga serta lemahnya kemampuan dan
keterampilan didalam hal :
a) Kemampuan menentukan program yang tepat.
b) Kemampuan menumbuhkan minat anggota terhadap lembaga.
c) Kemampuan untuk merapikan administrasi lembaga serta melengkapai
sarana-sarana kebutuhan lembaga.
d) Kemampuan untuk memanfaatkan potensi kerja sama diluar lembaga,
baik potensi yang ada pada masyarakat maupun pemerintah.
2. Iklim yang kurang mendukung untuk bekerja sama dengan pengurus Cabang
didalam mensukseskan program-program lembaga.
3. Masalah yang menyangkut anggota terdiri dari :
a) Kurangnya minat anggota terhadap lembaga dikarenakan kegiatan-
kegiatan yang kurang/tidak menjurus ke arah profesi masing-masing
anggota.
b) Menurunnya penghayatan anggota terhadap nlai-nilai dasar terutama
yang berkaitan dengan nilai-nilai masyarakat dan kesadaran untuk ikut
bertanggung jawab terhadap problema-problema masyarakat dan ini
berkaitan dengan mutu dari produk perkaderan HMI secara keseluruhan.
c) Kegiatan akdemis anggota yang cukup padat dan faktor lainnya yang
berhubungan dengan dunia pendidikan anggota.
4. masalah-masalah ekstern yang dihadapi antara lain :
a) Hambatan-hambatan birokrasi, seperti hal perizinan, bantuan fasilitas
dan lan-lain.
b) Kurang harmonisnya hubungan dengan pejabat atau tokoh masyrakat
didalam membina kerjasama untuk menunjang aktivitas kelembagaan.

Dari masalah-masalah yang dihadapi diatas, maka perlu dilakukan pengkajian-


pengkajian lebih jauh sesuai dengan kondisi Cabang masing-masing untuk
memudahkan merealisir alternatif pemecahan masalah yaitu dalam bentuk aktivitas
program kelembagaan. Adapun alternatif pemikiran masalahanya sesuai dengan
urutan-urutan masalah diatas, yaitu sebagai berikut :
1. Alternatif pemecahan masalah kepengurusan :

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 402


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
a. Memilih pengurus yang bertanggung jawab, penuh dedikasi dan memiliki
kemampuan/ketrampilan untuk mengelola lembaga.
b. Melakukan usaha-usaha yang memungkinkan tumbuhnya minat dan
kebanggaan atau motivasi yang kuat untuk menjadi aktivitas lembaga.
c. Meningkatkan kemampuan/ketrampilan pengurus baik meningkatkan
kemampuan profesinya sesuai dengan disiplin lembaga melalui pendidikan,
pelatihan, kursus dan lain-lain.
d. Menetapkan program yang mampu menumbuhkan minat anggota baik
untuk dirinya didalam hal peningkatan kemampuan profesi maupun untuk
menumbuhkan semangat pengabdian masyarakat, sehingga menumbuhkan
rasa simpati dari masyarakat dan pemerintah terhadap HMI. Dan yang
terakhir ini adalah menumbuhkan kemungkinan kerjasama dengan
masyarakat/pemerintah di dalam program-program kelembagaan
berikutnya.
e. Diusahakan hubungan yang harmonis dengan pengurus Cabang yaitu dengan
memberikan laporan rutin kepada pengurus Cabang.
3. Alternatif pemecahan masalah untuk anggota terdiri dari :
a. Mengusahakan aktivitas-aktivitas lembaga yang membantu untuk
meningkatkan kemampuan profesi anggota/disiplin ilmu anggota atau
langsung memberikan manfaat untuk masyarakat luas.
b. Meningkatkan mutu perkaderan terutama dalam penghayatan nilai-nilai
pengabdian masyarakat serta kesadaran untuk iktu bertanggung jawab
kepada Allah SWT.
c. Meningkatkan ketrampilan anggota dalam hal pengelolaan aktivitas-aktivitas
kelembagaan, penelitian-penelitian, up grading, survey lapangan dan lain-
lain.
d. Mengusahakan aktivitas-akitvitas lembaga yang waktunya tidak mengganggu
kegiatan akademis para anggota di masing-masing Cabang.
3. Alternatif pemecahan masalah ekstern, antara lain :
6. Perlu usaha-usaha kearah membangun citra yang positif terhadap HMI dari
masyarakat dan pemerintah melalui :
1. Pendekatan-pendekatan informal dengan tokoh-tokoh masyarakat dan
pemerintah.
2. Kerjasama program baik yang menyangkut langsung kepentingan
masyarakat ataupun program-program pemerintah yang juga untuk
kepentingan masyarakat.
7. Mengusahakan program-program yang langsung menyentuh kepentingan
rakyat kecil serta membantu memecahkan problema-problema masyarakat.
Dalam melaksanakan program-program lembaga pengembangan profesi ini
diharapkan masing-masing Cabang dengan pengurus lembaganya untuk mengkaji
lebih jauh tentang kemungkinan-kemungkinan alternatif dari pemecahan yang
dikemukakan disini sesuai dengan batasan-batasan yang ada dari kondisi objektif
dari masing-masing Cabang, sehingga juklak ini dapat lebih menutupi kekurangan
serta pengembangan lembaga untuk masa yang akan datang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 403


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB VIII

PENUTUP
Dengan diterapkannya juklak ini di setiap Cabang diharapkan fungsi lembaga-
lembaga HMI dapat terpenuhi, sehingga tanggung jawab HMI untuk mewujudkan
masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT, salah satunya dapat
direalisasikan melalui aktivitas kelembagaan ini. Oleh karena itu masing-masing
pengurus Cabang dan pengurus lembaga mutlak untuk terus menigkatkan
kemampuan dan ketrampilannya terutama yang langsung berhubungan dengan
aktivitas kelembagaan ini. Dan terus berusaha untuk mengenal problem-problem
masyarakat yang ada di sekitarnya, untuk menetukan mana program yang tepat
yang langsung menyentuh kepentngan rakyat kecil, sehingga kehadiran HMI di
tengah-tengah masyarakat sebagai generasi muda yang ikut bertanggung jawab
terhadap problema-problema masyarakat semakin dirasakan. Bertanggung jawab
dalam rangka pengabdian kepada Allah SWT, semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi usaha-usaha kita. Amin.

Billahittaufiq Wal Hidayah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 404


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KURIKULUM PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

TUJUAN UMUM
Tujuan umum ini dirancang untuk selanjutnya menjadi orientasi penjabaran tujuan-
tujuan instruksional, setiap jenjang tujuan tersebut adalah :
a. Menciptakan iklim usaha di kalangan kader guna mengukuhkan proses
penguatan identitas kader maupun kelembagaan HMI khususnya dalam bentuk
aktivitas yang bernilai ekonomi.
b. Membentuk kelas ekonomi muslim yang mampu dan tangguh dalam menopang
keluarga besar HMI untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang
diridhoi Allah SWT.
c. Membangun suatu pilar kekuatan ekonomi umat dan bangsa untuk dapat
bersaing di dunia internasional.

METODOLOGI PEMBENTUKAN KADER WIRAUSAHAN


Secara umum, kematangan seorang kader yang kemudian teruji dari prestasi yang
dibangunnya dalam dia melakukan aktivitas kesehariannya baik di mulai semasa
berada di lingkungan HMI maupun sampai pada lingkungan yang lebih luas di
masyarakat niscaya terbentuk dari pola perkaderan dan suasana kondusif yang
melingkupi selama berada di organisasi melalui penjenjangan pelatihan tingkat dasar
dan tingkat lanjut yang sudah tersusun rapi. Hal itu menunjukkan bahwa
metodologi pembentukan identitas kader dengan mekanisme penjenjangan cukup
reliable dan kompetibel untuk diterapkan pada pelatihan non-formal lainnya di
HMI. Oleh karena itulah dalam rangka membentuk jati diri kader menjadi
wirausahawan pun perlu dilakukan adanya penjenjangan dengan metodologi dan
muatan yang berbeda pada setiap penjenjangan tersebut.

Pelatihan Kewirausahaan Tingkat Dasar

Tujuan Instruksional Umum :


Terbinanya kader HMI yang mempunyai kemampuan intelektual dan mampu
mengelola organisasi serta berjuang untuk meneruskan dan mengembangkan missi
HMI khususnya pada aktivitas ekonomi.

Tujuan Instruksional Khusus :


a. Peserta dapat menetapkan pilihan secara yakin untuk mengambil langkah ke
dunia bisnis dan ekonomi sebagai medan pengabdiannya di masyarakat.
b. Peserta mampu mengembangkan potensi ekonomi yang ada dalam dirinya
menjadi satu aksi kerja persiapan pembentukan usaha.
c. Peserta dapat mengembangkan daya analisa peluang bisnis sehingga mampu
menyusun beberapa alternatif kegiatan usaha yang akan ditekuninya.
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 405
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Komposisi Materi :
a. 50 % materi-materi wawasan guna mengembangkan kemampuan kognitif peserta.
b. 20 % materi-materi aplikatif lapangan guna membentuk kemampuan afektif
peserta.
c. 30 % materi-materi simulasi guna membangun ruang dorong psikomotorik
peserta.

Setting Kegiatan :
1. Dipusatkan di suatu tempat dengan sistem menginap (camping).
a. Penyampaiannya bersifat penanaman dan penjelasn dengan teknik
penyampaian seperti ceramah, dialog (tanya-jawab).
b. Penugasan-penugasan :
i. Resume hasil pengamatan ceramah dan dialog.
ii. Menyusun proposal usaha hasil dari informasi-informasi peluang yang
dianalisa secara sistematis.
2. Kegiatan dilakukan selama 5-7 hari.

Kualifikasi Umum Peserta :


1. Pernah atau sedang duduk kepengurusan formal HMI (minimal komisariat).
2. Membuat suatu karya tulis yang menjelaskan visinya tentang HMI dan
perekonomian nasional.

Pelatihan Kewirausahaan Tingkat Lanjut

Tujuan instruksional umum :


Terbinanya kader pemimpin yang mampu mengembangkan dan menterjemahkan
pemikiran konsepsional kedalam gerak pembangunan secara profesional khususnya
pada bidang ekonomi dan bisnis.

Tujuan Instruksional Khusus :


1. Peserta mampu secara profesional menjalankan usaha yang telah dirintis
sebelumnya.
2. Peserta mampu menganalisa serta memetakan pasar yang potensial untuk
mendukung usahanya.
3. Peserta menyadari pentingnya jaringan bisnis secara vertikal (relasi bisnis
profesional) mampu secara horizontal (antar kader HMI) guna membentuk
kekuatan ekonomi umat dan bangsa.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 406


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Komposisi Kegiatan :
1. 20 % materi-materi wawasan guna mengembangkan kemampuan kognitif peserta.
2. 15% materi-materi aplikatif lapangan guna membentuk kemampuan afektif
peserta.
3. 65 % materi-materi simulasi guna membangun ruang dorong psikomotorik
peserta.

Setting Kegiatan :
1. Dipusatkan di suatu tempat dengan sistem menginap (camping).
2. Penyampaian bersifat informatif, analisa dengan teknik ceramah, dialog yang
mengutamakan aktivitas peserta (instruktur merupakan fasilitator).
3. Penugasan-penugasan :
a. Resume hasil pengamatan ceramah dan dialog.
b. Menyusun kembali evaluasi proposal usaha yang telah disusun sebelumnya.
c. Melakukan perhitungan-perhitungan teknis bisnis sebgai analisa
permasalahan secara kuantitaif.
d. Kegiatan dilakukan selama 1 (satu) bulan.

Kualifikasi Umum Peserta :


1. Sudah pernah dalam melakukan aktivitas formal di HMI (tidak lagi duduk dalam
kepengurusan HMI).
2. Pernah duduk dalam kepengurusan formal HMI (minimal di komisariat).
3. Telah mengikuti pelatihan kewirausahaan tingkat dasar.
4. Sudah pernah atau sedang melakukan aktivitas bisnis/ekonomi (memiliki embrio
usaha).
5. Menyusun kembali proposal usaha atau pengembangannya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 407


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN DASAR
BADAN PENGELOLA LATIHAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN

Latihan kader pada hakikatnya merupakan bentuk perkaderan HMI yang


berorientasi pada pembentukan watak kepribadian, pola pikir, visi, orientasi serta
berwawasan ke-HMI-an yang paling elementer. Kedudukan dan peranan latihan ini
adalah untuk meletakkan fundamen bagi setiap kader HMI yang dituntut siap
mengemban amanah dan tanggung jawab untuk membangun bangsa Indonesia di
masa depan. Oleh karena itu posisi latihan ini sangat menentukan gerak dan
dinamika para kader maupun organisasi, sehingga apabila penanggung jawab latihan
keliru dalam mengkomunikasikan dan mensosialisasikan semangat dan gagasan
dasarnya maka keliru pula pengembangan bentuk-bentuk pembinaan berikutnya,
baik pada up-grading maupun aktivitas.

Berkaitan dengan persoalan tersebut dalam latihan sangat dibutuhkan lembaga serta
forum yang mencurahkan konsentrasi pemikiran pada pengembangan kualitas para
pengelola latihan, kemampuan konsepsi maupun manajerial.

Berawal dari kesadaran dan tanggung jawab yang mendalam tersebut maka
dibentuklah Badan Pengelola Latihan (BPL) Himpunan Mahasiswa Islam. Berikut
adalah pedoman dasarnya :

BAGIAN I
NAMA, STATUS DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
Badan ini bernama Badan Pengelola Latihan Himpunan Mahasiswa Islam yang
disingkat BPL HMI.

Pasal 2
Status
Badan ini berstatus sebagai badan pembantu HMI. (pasal 15 Anggaran Dasar HMI,
pasal 51, 52 dan 55 Anggaran Rumah Tangga HMI)

Pasal 3
Tempat dan Kedudukan
a. BPL PB HMI berkedudukan di tingkat Pengurus Besar HMI.
b. BPL HMI Cabang berkedudukan di tingkat HMI Cabang.

BAGIAN II
TUGAS, WEWENANG DAN TANGGUNGJAWAB

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 408


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 4
Tugas
a. Menyiapkan pengelola latihan atas permintaan pengurus HMI setingkat.
b. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pengelola latihan dengan jalan
menyelenggarakan training pengelola latihan dan mengadakan forum-forum
internal di lingkungan intern BPL HMI.
c. Meningkatkan kualitas latihan dengan jalan memonitor dan mengevaluasi
pelaksanaan latihan.
d. Membuat panduan pengelolaan training HMI.
e. Melakukan standarisasi pengelola training dan pengelolaan training.
f. Memberikan informasi kepada pengurus HMI setingkat tentang perkembangan
kualitas latihan.

Pasal 5
Wewenang
a. BPL PB HMI memiliki kewenangan untuk menyiapkan pengelolaan pelatihan
di tingkat nasional yang meliputi Latihan Kader III, pusdiklat, up grading
instruktur NDP dan up-grading manajemen organisasi dan kepemimpinan.
b. BPL HMI Cabang memiliki kewenangan untuk menyiapkan penglolaan
pelatihan yang meliputi Latihan Kader I, Latihan Kader II dan latihan ke HMI-
an lainnya.
c. BPL dapat menyelenggarakan training lain yang berkenaan dengan
pengembangan sumberdaya manusia.

Pasal 6
Tanggungjawab
a. BPL PB HMI bertanggungjawab kepada Pengurus Besar HMI melalui
Musyawarah Nasional BPL HMI.
b. BPL HMI Cabang bertanggungjawab kepada Pengurus HMI Cabang melalui
Musyawarah BPL HMI Cabang.

BAGIAN III
KEANGGOTAAN

Pasal 7
Syarat dan Keanggotaan
a. Anggota BPL HMI adalah anggota HMI yang memenuhi kualifikasi tertentu
sebagai pengelola latihan.
b. Kualifikasi keanggotaan diatur dalam penjelasan terpisah.
c. Anggota BPL HMI dapat kehilangan status keanggotaan apabila :
1. Habis masa keanggotaan HMI.
2. Meninggal Dunia.
3. Mengundurkan diri.
4. Diskorsing atau Dipecat

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 409


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAGIAN IV
SKORSING DAN PEMECATAN

Pasal 8
Kriteria Skorsing dan Pemecatan
a. Anggota BPL HMI dapat diskorsing karena :
1. Bertindak bertentangan dengan kode etik pengelola latihan.
2. Bertindak merugikan dan mencemarkan nama baik korps BPL HMI.
b. Anggota diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam forum yang
ditunjuk untuk itu.
c. Mengenai skorsing/pemecatan dan tata cara pembelaan diatur dalam ketentuan
tersendiri.

BAGIAN V
ORGANISASI

Pasal 9
Struktur
a. Struktur organisasi ini adalah di tingkat pengurus besar dan pengurus HMI
cabang.
b. Hubungan pengurus HMI setingkat dengan BPL HMI adalah instruktif.
c. Hubungan BPL PB HMI dengan BPL HMI Cabang adalah instruktif.

Pasal 10
Kepengurusan.
a. Pengurus BPL HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua , Sekretaris dan
Bendahara.
b. Yang dapat menjadi pengurus BPL PB HMI adalah anggota BPL HMI yang
telah memenuhi kualifikasi Instruktur Utama.
c. Yang dapat menjadi pengurus BPL HMI Cabang adalah anggota BPL HMI yang
telah memenuhi kualifikasi Instruktur.
d. Periode BPL HMI disesuaikan dengan periode kepengurusan HMI setingkat.
e. Pengurus BPL HMI dilarang merangkap jabatan dalam jabatan struktur HMI,
dan badan khusus lainnya.

BAGIAN VI
MUSYAWARAH

Pasal 11
Musyawarah Nasional
a. Musyawarah Nasional (MUNAS) BPL HMI diadakan sekurang-kurangnya
sekali dalam 2 tahun.
b. MUNAS BPL HMI adalah musyawarah utusan BPL HMI Cabang, masing-
masing BPL HMI Cabang diwakili oleh 1 (satu) orang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 410


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 12
Musyawarah Cabang
a. Musyawarah BPL HMI Cabang diadakan sekurang-kurangnya sekali dalam
setahun.
b. Musyawarah BPL HMI Cabang adalah musyawarah anggota BPL HMI di
tingkat HMI Cabang.

BAGIAN VII
ADMINISTRASI LEMBAGA

Pasal 13
Surat Menyurat
a. Surat kedalam memakai nomor .../A/Sek/BPL/BulanHijriyah/Tahun
Hijriyah.
b. Surat keluar memakai nomor .../B/sek/BPL/Bulan Hijriyah/Tahun Hijriyah.
c. Bentuk surat disesuaikan dengan bentuk yang dijelaskan didalam pedoman
administrasi HMI.

Pasal 14
Keuangan
a. Keuangan BPL HMI ini dapat dikelola bersama dengan pengurus HMI
setingkat.
b. Sumber keuangan berasal dari sumbangan yang tidak mengikat dan usaha halal.

BAB VIII
ATURAN PERALIHAN

Pasal 15
Untuk pertama pembentukan BPL HMI di bentuk oleh Pengurus HMI setingkat,
apabila BPL HMI belum terbentuk.

Pasal 16
a. MUNAS BPL HMI diselenggarakan oleh BPL PB HMI.
b. BPL PB HMI berwenang untuk menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan
dengan pembentukan BPL HMI secara keseluruhan.
c. Setelah BPL HMI terbentuk, secara otomatis Bakornas LPL HMI dan LPL HMI
Cabang membubarkan diri dan/atau menyesuaikan diri dengan BPL HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 411


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAGIAN IX
ATURAN TAMBAHAN

Pasal 17
Perubahan pedoman dasar ini dapat dilakukan dalam forum Musyawarah Nasional
(MUNAS) BPL HMI.

Pasal 18
a. Penjabaran tentang struktur organisasi, fungsi dan peran BPL HMI akan
dijelaskan dalam tata kerja BPL HMI.
b. Hal-hal yang belum diatur dalam ketentuan ini akan diatur dalam ketentuan lain
dengan tidak bertentangan dengan AD dan ART HMI serta pedoman organisasi
lainnya.

PENJELASAN

Penjelasan Pasal 5 : Wewenang


a. Untuk pengelolaan Latihan Kader III, Pengurus Besar mendelegasikan kepada
Pengurus Badan Koordinasi HMI sebagai pelaksana. Dalam hal-hal tertentu
Pengurus Badan Koordinasi bisa meminta BPL PB HMI untuk membantu.
b. Yang dimaksud dengan latihan ke-HMI-an lainnya adalah sebagai sebuah
kegiatan atau bentuk pelatihan yang dapat meningkatkan pemahaman ke-HMI-
an dan keorganisasian, misalnya Up Graiding NDP, training pengelola latihan,
Up Grading Administrasi dan Kesekretariatan, Up Grading Kpengurusan, Up
Grading Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan. Pelatihan yang
diselenggarakan oleh KOHATI dan latihan yang bertujuan untuk meningkatkan
kualitas profesionalisme seperti pelatihan dakwah, pelatihan jurnalistik, dan
sebagainya yang tidak termasuk kategori pelatihan ke-HMI-an.

Penjelasan Pasal 7 : Kualifikasi Pengelola Latihan HMI


a. Kualifikasi Umum
Kualifikasi secara umum bagi pengelola latihan yang terlibat dalam seluruh
bentuk latihan ke-HMI-an adalah sebagai berikut :
1. Memahami dan menguasai Anggaran Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan
pedoman-pedoman organisasi lainnya.
2. Memahami dan menguasai Pedoman Perkaderan.
3. Mempunyai kemampuan sebagai pendidik, pengelola dan penyaji.

b. Kualifikasi Khusus
1. Kualifikasi ditingkat BPL PB HMI :
a) Telah dinyatakan lulus Latihan Kader III.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 412


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
b) Telah dinyatakan lulus mengikuti Training Pengelola Latihan atau Senior
Course.
c) Telah menjadi Pengelola Latihan Kader.
2. Kualifikasi ditingkat BPL Cabang :
a) Telah dinyatakan lulus Latihan Kader II.
b) Telah dinyatakan lulus mengikuti Training Pengelola Latihan atau Senior
Course.
c) Telah menjadi Pengelola Latihan Kader.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 413


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
ORGANISASI DAN MEKANISME KERJA
PENGELOLAAN LATIHAN

A. Pendahuluan
Latihan sebagai model pendidikan kader HMI merupakan jantung organisasi,
karena itu maka upaya untuk memajukan, mempertahankan keberlangsungan dan
mengembangkannya merupakan kewajiban segenap pengurus HMI. Latihan tidak
akan berjalan mencapai target dan tujuan secara baik tanpa dukungan dan usaha
pengorganisasian yang baik pula. Pengorganisasian berbagai unsur yang terlibat
dalam penyelenggaraan latihan tercermin dalam organisasi latihan. Organisasi
latihan yang jelas akan memperlancar dan menertibkan proses penyelenggaraan
latihan. Hal ini pada gilirannya akan membuka jalan kemudahan dalam mencapai
tujuan organisasi dan lahirnya kader-kader yang memiliki 5 (lima) kualitas insan
cita.
Guna mencapai mekanisme penyelenggaraan latihan yang tertib dan dapat
dipertanggungjawabkan, tidak cukup hanya dengan menyusun organisasi latihan
saja. Karena itu diperlukan adanya aturan tentang prosedur dan administrasi latihan,
termasuk didalamnya tentang administrasi laporan penyelenggaraan latihan.
Administrasi latihan merupakan suatu rangkaian kegiatan dari berbagai unsur
dalam penyelenggaraan latihan yang bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
Dengan terumuskannya organisasi dan mekanisme kerja tersebut maka akan
memperkokoh kehadiran HMI sebagai organisasi kader.

B. Unsur-Unsur Organisasi Latihan


Secara sederhana yang dimaksud dengan organisasi latihan ialah suatu sistem
kerjasama yang terdiri dari berbagai unsur dengan menggunakan sistem, metode
dan kurikulum yang ada untuk mencapai target dan tujuan latihan.
1. Unsur-unsur yang terlibat dalam latihan organisai HMI adalah sebagai berikut
:
a. PB HMI.
b. BADKO HMI.
c. HMI Cabang.
d. KOHATI.
e. Komisariat.
f. BPL.
2. Unsur-unsur dalam pelatihan yaitu :
a. Peserta.
b. Pemateri.
c. Pemandu.
d. Organizing Comittee.
e. Steering Committee.

Bentuk-bentuk latihan yang di atas dalam organisasi ini adalah seluruh bentuk
latihan yang ada dalam pola perkaderan HMI yaitu :
Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 414
“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
1. Pelatihan Pengembangan Profesi.
2. Up Grading.
3. Latihan Kader.
4. Pusdiklat.

C. Fungsi Dan Wewenang


1.a. Pengurus Besar :
- Penanggungjawab perkaderan secara nasional.
- Pengelola kebijakan perkaderan HMI.
- Melaksanakan program-program pelatihan tingkat nasional, Pusdiklat dan
training pengelola latihan.
1.b. Badan Kordinasi :
- Mengkoordinir program-program latihan di wilayah masing-masing.
- Melaksanakan Latihan Kader III, Training Pengelola Latihan, Up Grading
Instruktur NDP dan Up Grading Manajemen Organisasi dan
Kepemimpinan.
- Bekerjasama dengan PB HMI demi terlaksanakannya program-program
latihan tingkat nasional.
1.c. HMI Cabang :
- Sebagai basis terselenggarakannya program-program latihan HMI.
- Bertanggungjawab atas terlaksanakannya program Latihan Kader II, Up
Grading Instruktur NDP, Training Pengelola Latihan, Up Grading
Kepengurusan, Up Grading Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan
dan Up Grading Administrasi Kesekretariatan.
- Mengkoordinir Komisariat dan Lembaga Pengembangan Profesi untuk
terlaksananya (penjadwalan) training HMI.
1.d. Lembaga Pengembangan Profesi :
- Mengadakan rekruitmen calon kader langsung melalui pelatihan
pengembangan profesi.
1.e. KOHATI :
- Mengadakan rekruitmen calon kader langsung melalui pelatihan.
- Bertanggungjawab atas terselenggaranya program pelatihan KOHATI.
1.f. Badan Pengelola Latihan :
- Bertanggungjawab atas keberhasilan dan kualitas pengelolaan latihan.
- Bekerjasama dengan pengurus HMI setingkat untuk menyelenggarakan
program latihan.
1.g. Komisariat :
- Melaksanakan rekruitmen calon kader.
- Bertanggungjawab atas terlaksananya program Latihan Kader I, Up
Grading Manajemen Organisasi dan Kepemimpinan , Up Grading
Kepengurusan.
- Bekerjasama dengan pengurus HMI Cabang untuk menindaklanjuti
program Latihan Kader I.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 415


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
- Dapat mengadakan program latihan akder ii atas persetujuan pengurus
Cabang.

2.a. Instruktur :
Adalah pemateri yang berasal dari aktivis HMI, alumni, cendikiawan atau
orang-orang tertentu sebagaimana diatur dalam pedoman BPL dengan
klasifikasi dan kualifikasi pengelola latihan, yang ditugaskan untuk
menjampaikan materi latihan yang dipercayakan kepadanya.

2.b. Steering Comittee (SC):


- Kader HMI yang memiliki kualifikasi tertentu, ditugaskan dan
bertanggungjawab atas pengarahan dan pelaksanaan latihan.
- Mengadakan koordinasi sebaik-baiknya diantara unsur yang terlibat
langsung dalam latihan.

2.c. Pemandu :
- Kader HMI yang diserahi tugas dan kepercayaan untuk memimpin,
mengawasi dan mengarahkan latihan.
- Memegang teguh dan melaksanakan kode etik pengelola latihan.
- Membuat laporan pengelolaan latihan.
- Bertanggungjawab atas keseluruhan jalannya acara latihan sesuai dengan
rencana.
2.d. Organizing Comittee (OC) :
- Sebagai penyelenggara yang bertugas dan bertanggungjawab terhadap segala
hal yang berhubungan dengan teknis penyelenggara latihan.
- Tugas–tugas OC secara garis besar sebagai berikut :
a) Mengusahakan tempat, akomodasi, konsumsi dan fasilitas lainnya.
b) Mengusahakan pembiayaan dan perizinan latihan.
c) Menjamin kenyamanan suasana dan keamanan latihan.
d) Mengusahakan ruangan, peralatan dan penerangan yang favourable.
e) Bekerjasama dengan unsur-unsur lainnya dalam rangka mensukseskan
jalannya latihan.
2.e. Peserta Latihan :
Adalah calon kader yang diharapkan dapat berkembang menjadi kader yang
berhasil.

D. Mekanisme Kerja Pengelola Latihan


1. Untuk menyelenggarakan latihan, pengurus komisariat, lembaga
pengembangan profesi dan KOHATI membentuk OC dangan surat
keputusan dan membuat proposal disertai surat permohonan mengelola
latihan.
2. Untuk menyelenggarakan LK I, pengurus Komisariat membentuk OC
dengan SK dan membuat proposal disertai surat pemohonan mengelola
latihan untuk kemudian diusulkan pada pengurus BPL Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 416


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
3. Untuk menyelenggarakan LK II, pengurus HMI Cabang membentuk OC
dengan SK dan membuat proposal serta memerintahkan BPL untuk
mengelola latihan.
4. Meyelenggarakan LK III dan pelatihan ke-HMI-an lainnya, PB HMI atau
BADKO HMI membentuk OC dengan SK dan membuat proposal dan
memerintahkan BPL PB HMI untuk mengelola latihan.
5. Pengurus BPL setingkat selanjutnya membentuk SC dengan surat mandat
yang bertugas sesuai fungsi dan wewenangnya.
6. Pemandu bertanggungjawab atas terlaksanakannya latihan sesuai dengan
proposal yang telah diajukan dan berkewajiban memberikan laporan
kepada pengurus BPL setingat.
7. OC dan SC bertanggungjawab atas tersedianya fasilitas yang diperlukan
demi terselenggaranya latihan, termasuk rekruitmen peserta latihan.
Kemudian OC berkewajiban membuat laporan kepada HMI setingkat.
8. Laporan diserahkan paling lambat satu bulan setelah pelatihan berakhir.
9. Hal-hal yang penting harus dilaporkan oleh SC, meliputi :
a. Gambaran umum kegiatan.
b. Pelaksanaan kegiatan :
- Administrasi kesekretariatan
- Publikasi, dekorasi dan dokumentasi.
- Akomodasi.
- Konsumsi
- Keuangan dan perlengkapan.
- Acara dan lain-lain.
c. Evaluasi.
d. Kesimpulan dan saran.
e. Lampran-lampiran.
10. Hal-hal penting yang harus dilaporkan pemandu meliputi :
a. Gambaran umum pengelola latihan.
b. Pelaksanaan kegiatan :
- Jadwal manual acara dan realisasi.
- Berita acara.
- SC, pemandu, pemateri peserta.
c. Evaluasi pengelola latihan :
- Peserta.
- SC dan pemandu.
- Instruktur.
d. Kesimpulan.
11. Jika Cabang tidak/belum ada badan pengelola latihan maka tugas–tugas
ditangani langsung oleh bidang PA.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 417


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
KODE ETIK PENGELOLAAN LATIHAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

PENDAHULUAN
Maha suci Allah yang telah menganugerahkan hamba-Nya kejernihan dan
ketulusan hati nurani terhadap sesama makhluk ciptaan-Nya.
Bahwa kode etik merupakan kaidah yang mengatur sikap dan perilaku agar dapat
bertindak secara baik dan benar, dapat menghindari dari hal-hal yang dianggap
buruk, yang penghayatan dan pengamalannya didasari oleh moralitas yang dalam.
Karena pada dasarnya setiap orang dengan segala harapan dan keinginannya,
cenderung mendambakan ‘ketenangan dalam kelompok’ serta merasa
bertanggungjawab terhadap kelompok tersebut, karena dimana eksistensi dan misi
yang dianggapnya mulia. Dengan demikian, maka kedudukan suatu kode etik
tersebut adalah sebagai tolok ukur kesetiaan anggota kelompok terhadap tata
nilainya.
Pelaku-pelaku yang setia menekuni sikap dan tindakan seperti yang ditunjukkan
oleh kode etik, mereka dikategorikan sebagai pengemban setia dari nilai-nilai
kelompok yang diperjuangkannya, dan pada saatnya mereka mendapat ganjaran
yang terhormat dari anggota kelompoknya.
Sebaliknya pelaku yang cenderung lalai dalam mengemban kode etik, pada saatnya
akan mendapatkan tekanan sosial dari kelompoknya yang menyadari dirinya untuk
mengentalkan kesetiaan pada tata nilai kelompok dengan jalan memberikan
kepatuhan pada kode etik.
Demikian juga halnya pengelola latihan sebagai satu kelompok yang secara sadar
terlibat dalam proses pengelolaan pelatihan di HMI, perlu mendalami dan mentaati
kode etiknya yang dirumuskan sebagai berikut :

BAGIAN I
SIKAP DAN PERILAKU UMUM

Pasal 1
Peran Keilmuan

Pengelola pelatihan memberikan perhatian tinggi pada kegiatan keilmuan, terutama


pada materi yang menjadi spesialisasinya dalam pelatihan, serta berusaha mencari
relevansi penjelasan ilmu tersebut.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 418


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 2
Citra Kekaderan

Dalam forum manapun juga, pengelola pelatihan selalu menjaga nama baik
kelompok/himpunan serta mengembangkan citra kekaderan dengan tingkah laku
simpatik.

Pasal 3
Peran Kemasyarakatan

a. Pengelola pelatihan selalu berusaha menjadi satu dalam kegiatan masyarakat di


lingkungannya, serta berusaha memberikan andil agar kegiatan yang
berlangsung tersebut berjalan secara lebih bermakna bagi kemanusiaan dan
berlandaskan Islam.
b. Berusaha menetralisir gambaran yang keliru tentang Islam maupun misi HMI
pada kalangan masyarakat yang mengalami salah pengertian.

Pasal 4
Membina Anggota

Pengelola pelatihan selalu berusaha mengikuti perkembangan kegiatan anggota dan


ikut serta dalam usaha meningkatkan kualitas anggota tersebut.

Pasal 5
Pengurus Struktur Kepemimpinan

a Membagi waktu sebaik-baiknya agar tidak hanya ‘hanyut’ dalam kegiatan rutin
operasionalisasi program, dengan selalu berpartisipasi pada perumusan dan
evaluasi langkah strategis perkaderan.
b Tugas dan tanggung jawab pada jabatan pada pengurus struktur kepemimpinan
disinergikan dengan tugas dan tanggung jawab sebagai kelompok pengelola
latihan.

Pasal 6
Aktivitas Kampus

1. Pengelola pelatihan pada periode tertentu mengkhususkan diri pada kesibukan


kampus/intra universitas, tetap selalu menjaga dan memelihara komunikasi serta
terlibat secara adil dengan langkah pengelolaan pelatihan.
2. Pada waktu tertentu masih menyisihkan untuk berperan secara fisik pada
kegiatan pengelolaan pelatihan, tanpa mengacaukan suasana khas yang masing-
masing terdapat pada intra dan ekstra universitas.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 419


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 7
Pengembangan Diri

1. Pengelolaan pelatihan selalu berdaya upaya memperdalam persepsi dan


penguasaan ketrampilan serta pematangan kepribadian, baik secara kolektif
amaupun aktivitas individual.
2. Secara periodik pengelola pelatihan menunjukkan prestasi di luar forum
kemahasiswaan, misalnya dunia kemahasiswaan, keilmuwan seperti penulisan
paper dan sebagainya.

BAGIAN II
PADA SAAT MENJADI PEMANDU

Pasal 8
Terhadap Diri Sendiri

a. Pemandu putra adalah : pakaian rapi, baju dengan krah, lengkap dengan sabuk
dan sepatu, serta mengenakan emblem kecil di dada dan muts.
b. Pemandu putri : pakaian sopan dengan mode yang menutup lutut dan lengan
secara tidak ketat, memakai sepatu, dan perhiasan seperlunya.
c. Sedapat mungkin full time di arena pelatihan atau hanya meninggalkan arena
apabila ada keperluan sangat penting.
d. Membawa bahan bacaan yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan serta
Al Qur’an dan terjemahnya.
e. Pada saat pelatihan berlangsung, apabila ‘teman spesial’ sedang berada di arena
pelatihan hendaklah tetap bertingkah laku wajar untuk tidak menimbulkan citra
yang mengganggu sosialisasi nilai.

Pasal 9
Sebagai Team Pemandu

a. Tim pemandu menjaga kerahasiaan penilaian terhadap peserta pelatihan selama


pelatihan berlangsung dan mengumumkan pada akhir pelatihan setelah
melakukan perhitungan prestasi secara teliti.
b. Mengadakan pembagian tugas yang seimbang pada setiap sesi bagi setiap
pemandu.
c. Memimpin studi Al Qur’an (ba’da magrib) bagi peserta pelatihan secara khusus
menurut tingkat kemampuannya.
d. Memilih ayat-ayat Alqur’an untuk dibacakan pada acara pembukaan sesuai
konteks langsung dengan materi acara.
e. Mengambil alih tanggungjawab mengisi materi, apabila pemateri yang bertugas
betul-betul berhalangan, sedangkan waktu untuk mencari penggantinya sudah
tidak mungkin.
f. Pada saat selesai pelatihan langsung meyelesaikan laporan pelatihan secara rapi
dan lengkap untuk dijilid.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 420


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 10
Terhadap Pemateri

a. Pemandu menyampaikan perkembangan pelatihan pada pemateri yang akan


memberikan materi, kemudian mempersilahkan mengisi materi apabila
waktunya sudah tiba.
b. Selama pemateri berada di arena pelatihan maupun di dalam forum pelatihan,
agar pemandu mengesankan sikap ukhuwah islamiyah terhadap pemateri.
c. Memanfaatkan waktu yang tersedia untuk berdiskusi (informal) dengan
pemateri, baik segala sesuatu yang berkaitan dengan perkaderan maupun topik
umum yang aktual.
d. Pada sesi berikutnya, pemandu dapat memantapkan materi yang disampaikan
terdahulu tanpa keluar dari pola yang sudah ada.

Pasal 11
Terhadap Peserta Pelatihan

a. Pemandu menunjukkan rasa penghargaan dan persaudaraan terhadap peserta


pelatihan, misalnya mulai pada penyebutan nama yang benar, memperhatikan
asal usul, bersabar mengikuti jalan pikirannya, memahami latar belakangnya dan
seterusnya.
b. Pemandu tidak menunjukkan sikap atau tindakan yang membawa kesan pilih
kasih.
c. Pemandu tidak menunjukkan senyum atau rasa geli yang wajar dalam
menyaksikan tindakan peserta pelatihan yang bersifat lucu.
d. Pemandu apabila terpaksa menjatuhkan sanksi terhadap peserta pelatihan,
hendaknya dengan cara mendidik dan teknik yang tidak berakibat
menimbulkan antipati.
e. Pada dasarnya pemandu harus menyesuaikan diri dengan kesepakatan ketertiban
peserta pelatihan. Dan memberi contoh shalat berjamaah maupun aktivitas
masjid.
f. Diskusi (informal) dapat dilakukan dilakukan diluar lokasi dengan peserta
pelatihan yang sifatnya melayani hasrat ingin tahu dari peserta pelatihan dengan
menyesuaikan dengan penggarapan dalam lokasi.
g. Apabila suatu saat di arena pelatihan, pemandu ‘memiliki perasaan spesial’
terhadap lawan jenisnya hendaknya selalu bertindak dewasa sehingga tidak perlu
menunjukkan tingkah laku yang mengundang ‘penilaian negatif’.

Pasal 12
Terhadap Panitia

a. Pemandu selalu berusaha memahami kondisi dan permasalahan yang dihadapi


panitia, dengan memberikan bimbingan maupun dorongan moril.
b. Hal-hal yang menyangkut fasilitas kesekretariatan pelatihan maupun
konsumsinya diperlukan hanya sebatas kemampuan panitia.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 421


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Menyesuaikan pengaturan acara atau di dalam dan di luar lokasi dengan
persiapan teknis yang selesai dikerjakan panitia, dengan lebih dulu mengadakan
pemeriksaan.
d. Waktu luang dari panitia dimanfaatkan untuk melakukan diskusi tentang topik
yang bersifat memperdalam persepsi dan wawasan berfikir panitia.

Pasal 13
Terhadap Sesama Anggota
Badan Pengelola Latihan (BPL)

a. Rekan BPL yang tidak bertugas diajak untuk mempelajari jalannya pelatihan
sekedar tukar fikiran untuk mendapatkan hasil maksimal.
b. Dalam keadaan situasi pelatihan yang memerlukan bantuan untuk
mempertahankan target pelatihan maka rekan BPL yang berkunjung dapat
diminta tenaga khusus.

Pasal 14
Terhadap Alumni

a. Alumni (terutama yang pernah mengelola pelatihan) yang berkunjung ke arena


pelatihan, kalau mungkin diperkenalkan dengan peserta pelatihan disertai dialog
singkat tanpa merubah manual.
b. Terhadap alumni tersebut, pemandu melakukan diskusi intensif mengenai
perkembangan perkaderan.

Pasal 15
Terhadap Masyarakat

a. Pemandu bertanggungjawab memelihara nama baik HMI pada masyarakat


sekitar.
b. Pemandu mengatur kegiatan yang bersifat pengabdian masyarakat sekitar sesuai
kebutuhan masyarakat yang mungkin ditangani.

BAGIAN III
PADA SAAT MENJADI PEMATERI

Pasal 16
Terhadap Diri Sendiri

a. Pemateri pada saat dihubungi panitia segera memberi kepastian kesediaan atau
tidak.
b. Membawa bahan bacaan yang berhubungan dengan kebutuhan pelatihan serta Al
Qur’an dan terjemahnya.
c. Menyesuaikan pakaian pemandu.
d. Mengisi riwayat hidup sebelum masuk lokasi pelatihan.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 422


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 17
Terhadap Peserta pelatihan

a. Pemateri memberikan kesempatan yang merata dan adil kepada peserta pelatihan
untuk bicara, serta menghargai pendapat peserta dan membimbing merumuskan
pendapat mereka.
b. Pada saat peserta pelatihan berbicara hendaknya pemateri memberikan perhatian
sunguh sungguh.
c. Peserta pelatihan yang konsentrasinya terganggu atau tertidur dan semacamnya
hendaknya ditegur.
d. Peserta pelatihan yang masih berminat berbincang diluar lokasi, hendaknya
dilayani selama kondisi memungkinkan

Pasal 18
Terhadap Sesama Pemateri

a. Diusahakan sebelum mengisi materi, berdialog dengan rekan pemateri yang


mengasuh metari sejenis dan yang berkaitan.
b. Saling mengisi dengan materi yang disampaikan.

Pasal 19
Terhadap Team Pemandu

a. Memberikan informasi dan membantu memberikan pertimbangan kepada


pemandu apabila diperlukan atau bila terjadi kekurangsiapan dari pemandu, agar
pelatihan berlangsung mencapai target.
b. Membuat penilaian tertulis kepada BPL tantang kondite pemandu, sebagai bahan
perbandingan evaluasi.

BAGIAN IV
SANKSI

Pasal 20

Pelanggaran terhadap kode etik pengelola pelatihan akan dikenakan sanksi, dari
sanksi paling ringan (teguran lisan) sampai dengan yang paling berat (dikeluarkan
dari BPL).

BAGIAN V
PENUTUP

Pasal 21

Hal-hal yang belum diatur dalam kode etik ini, akan disesuaikan dengan pedoman
BPL dan aturan operasional lainnya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 423


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
SISTEM EVALUASI PENERAPAN PEDOMAN PERKADERAN

I. PENDAHULUAN
Sebagai organisasi mahasiswa Islam yang memfungsikan diri sebagai organisasi
kader, maka HMI senantiasa berusaha untuk memelihara motivasi, dedikasi dan
konsistensi dalam menjalankan sistem perkaderan yang ada. Dalam usahanya untuk
menjaga konsistensi perkaderan maka perlu ada suatu mekanisme evaluasi
penerapan pedoman perkaderan yang telah disepakati bersama.
Selama ini penerapan pedoman perkaderan belum mengalami persamaan secara
mendasar terutama kurikulum latihannya, oleh karena itu penentuan kurikulum
yang dipakai seluruh Cabang dan sekaligus pengelola latihan yang telah ada dituntut
menerapkan secara komprehensif. Hal ini menjadi kebutuhan yang sangat
mendesak mengingat kualitas output kader ditentukan oleh pedoman perkaderan
yang diterapkan pada masing masing Cabang.

II. INSTITUSI
Untuk menerapkan mekanisme evaluasi perlu ada institusi yang jelas, sehingga
mekanisme evaluasi ini menjadi efektif. Dalam struktur HMI penaggungjawab dan
pelaksana evaluasi penerapan pedoman perkaderan adalah bidang Pembinaan
Anggota.

III. FORMAT
Format evaluasi pedoman perkaderan:
1. Kurikulum.
2. Panduan Pengelola Latihan.
3. Pola Rekruitmen.

IV. AKREDITASI
Akreditasi sebagai suatu mekanisme pemaksa dalam suatu evaluasi merupakan
upaya yang didorong oleh keinginan memberikan motivasi yang lebih tinggi
terhadap pengelola perkaderan. Akreditasi ini diperuntukkan kepada Cabang
sebagai institusi yang secara langsung melaksanakan proses perkaderan. Disamping
itu akreditasi berfungsi juga untuk memetakan penerapan pedoman perkaderan
yang dilaksanakan seluruh Cabang. Dalam hal ini akreditasi yang dilakukan adalah
bentuk laporan periodik Cabang pada BADKO HMI diwilayahnya dan PB HMI.
Adapun akreditasi meliputi :
1. Laporan triwulan pelaksanaan training.
2. Frekuensi latihan :
a. LK I minimal 2 kali dalam satu semester.
b. LK II minimal satu kali dalam satu periode.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 424


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
c. Up grading dan pelatihan minimal empat kali dalam satu periode.
3. Aktivitas pembinaan minimal satu kali dalam satu bulan
4. Laporan aktivitas pembinaan :
a. Bentuk kegiatan.
b. Tingkat partisipasi.

V. SANKSI
Apabila tidak memenuhi persyaratan tersebut diatas, Cabang tidak dibenarkan
mengikuti dan mengelola kegiatan perkaderan tingkat regional dan nasional.

VI. RATIO JENJANG LATIHAN PERKADERAN


R* Latihan Kader I Latihan kader II Latihan Kader III
(persentase) (Basic training) (intermediette Training) (advance training)
100 10 3,5 1,5
*= Jumlah mahasiswa muslim dalam wilayah kinerja Cabang.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 425


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (BALITBANG HMI)

PENDAHULUAN
Rangkaian perubahan dalam lintasan sejarah umat manusia yang datang, dan pergi
mengisyaratkan dalil bahwa perubahan merupakan suatu yang given, permanen
sebagai prinsip hukum alam yang long file functional. Kepercayaan demikian
mengharuskan segenap makhluk di penjuru dunia untuk melakukan adaptasi
terhadap tuntutan perubahan, semata agar bertahan dan berkembang.
Agenda penghelaan perubahan haruslah dilakukan dengan terlebih dahulu
melakukan proses penginderaan terhadap kondisi internal dan eksternal
organisasi, baik dalam konteks kelampauan, kekinian, maupun ke arah geraknya
di masa depan. Sehingga perubahan tetap kukuh dalam karakternya yang historis,
realistis, dan visioner.
Kemestian perubahan tersebut haruslah dicapai secara maksimal, mengingat
konsekuensinya terhadap capaian perubahan. Oleh karena itu, proses pengindraan
harus di tempuh sungguh-sungguh secara sistematis dan kontinyu, oleh suatu
institusi yang bekerja secara proporsional, independen dari intervensi kepentingan
sempit sesaat. Serta mandiri (otonom)dalam manajemen maupun pendanaannya.
Sadar akan hal ini, HMI bertekad membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) HMI sebagai think thank organisasi yang melakukan kajian, penelitian,
dan perumusan pengembangan yang kritis dalam koridor inward looking dan
outward looking secara progresif.

BAB I
NAMA, STATUS, DAN TEMPAT KEDUDUKAN

Pasal 1
Nama
Lembaga ini bernama Badan Penelitian dan Pengembangan HMI yang disingkat
BALITBANG HMI yang disingkat BALITBANG HMI.

Pasal 2
Status
BALITBANG merupakan lembaga penelitian pelengkap struktur HMI yang
bersifat otonom dan memiliki hubungan koordinatif dengan struktur HMI
setingkat.

Pasal 3
Tempat Kedudukan
BALITBANG didirikan di Jakarta pusat pada tanggal 26 Rabiul Awal 1423 H
bertepatan dengan tanggal 8 Juni 2002 M dan merupakan kelengkapan struktural
pada organisasi HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 426


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB II
FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 4
Fungsi
Fungsi BALITBANG HMI, adalah :
a. Sebagai pusat dokumentasi data dan informasi HMI
b. Sebagai pusat pengkajian, penelitian dan pengambangan organisasi

Pasal 5
Tugas
Tugas dan wewenang, BALITBANG HMI, adalah :
a. Melakukan pengkajian, penelitian, dan pengembangan organisasi baik aspek
internal maupun eksternal.
b. Mencari, mengumpulkan, mengolah data yang terkait langsung maupun tidak
langsung dengan eksistensi dan pengembangan misi organisasi.
c. Mendokumentasi hasil-hasil penelitian serta data-data pendukung organisasi.
d. Mensosialisasikan hasil-hasil penelitian dan pengkajian.

Pasal 6
Wewenang
Wewenang BALITBANG HMI, adalah :
a. Mendapat data dari pengurus HMI dan Badan Khusus HMI lainnya.
b. Menghadiri dan menyampaikan hasil kajian penelitian BALITBANG pada
Rapat harian dan Rapat Presidium Pengurus HMI.
c. Mengatur sendiri mekanisme rekruitmen kepengurusan BALITBANG.

BAB III
KEANGGOTAAN, DAN MASA KEPENGURUSAN
Pasal 8
Keanggotaan
Anggota BALITBANG adalah Anggota HMI atau Alumni HMI yang memiliki
Kualifikasi sebagai berikut :
a. Telah lulus Intermediate Training (LK II) HMI.
b. Telah lulus Training BALITBANG.
c. Pernah menjadi Pengurus di Struktur HMI.
d. Memiliki pengalaman penelitian.

Pasal 9
Masa Keanggotaan
a. Masa kepengurusan BALITBANG HMI terhitung sejak dinyatakan lulus
Training BALITBANG HMI.
b. Pengurus habis masa kepengurusannya karena :
1. Telah habis masa kepengurusannya.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 427


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
2. Meninggal dunia.
3. Atas permintaan sendiri.
4. Diberhentikan atau dipecat.

BAB IV
RANGKAP JABATAN
Pasal 10
Rangkap Jabatan
a. Pengurus BALITBANG HMI tidak dibenarkan merangkap jabatan dalam
struktur HMI
b. Pengurus BALITBANG HMI tidak dibenarkan merangkap jabatan pada
organisasi lain sesuai ketentuan yang berlaku.
c. Ketentuan tentang jabatan seperti yang dimaksud pada ayat (b) di atas, diatur
dalam ketentuan sendiri.
d. Pengurus BALITBANG HMI yang merangkap jabatan pada organisasi lain di
luar BALITBANG HMI harus menyesuaikan tindakan-tindakannya dengan AD
HMI, ART HMI, Pedoman BALITBANG HMI dan ketentuan-ketentuan
lainnya.

BAB V
SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 11
Skorsing atau Pemecatan
a. Pengurus BALITBANG HMI dapat diskors atau dipecat karena :
1. Bertindak bertentangan dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan
oleh HMI
2. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik HMI
b. Pengurus yang diskors atau dipecat dapat melakukan pembelaan dalam forum
yang ditunjuk untuk itu.
c. Mengenai skorsing dan tata cara pembelaan diatur dalam ketentuan tersendiri.

BAB VI
STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 12
Struktur Organisasi
Struktur Organisasi BALITBANG, adalah :
a. Ditingkat pusat dibentuk BALITBANG HMI.
b. Ditingkat BADKO HMI dibentuk BALITBANG Wilayah.
c. Di tingkat Cabang HMI di bentuk BALITBANG Daerah.
d. Hubungan BALITBANG HMI dengan BALITBANG Wilayah dan
BALITBANG Daerah bersifat instruktif.
e. Hubungan BALITBANG dengan Struktur HMI bersifat koordinatif.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 428


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Pasal 13
Kepengurusan
a. Kepengurusan BALITBANG HMI sekurang-kurangnya terdiri dari Ketua,
Sekretaris, dan Bendahara.
b. Yang dapat menjadi Pengurus BALITBANG HMI adalah seperti yang
termaktub dalam pasal 8 Pedoman BALITBANG HMI tentang Keanggotaan
dan berprestasi.
c. Apabila Ketua BALITBANG HMI tidak dapat menjalankan tugas, maka
dapat ditunjuk pejabat sementara oleh musyawarah BALITBANG HMI.

BAB VII
MUSYAWARAH
Pasal 14
Musyawarah
Pelaksanaan Musyawarah BALITBANG disesuaikan dengan masa Kongres HMI,
Musyawarah HMI BALITBANG dihadiri oleh Pengurus dan anggota
BALITBANG.

BAB VII
ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
Pasal 15
Administrasi
Administrasi BALITBANG HMI disesuaikan dengan bentuk yang dijelaskan dalam
pedoman-pedoman pokok organisasi HMI.

Pasal 16
Perbendaharaan
Perbendaharaan BALITBANG HMI disesuaikan dengan bentuk yang dijelaskan
dalam pedoman-pedoman pokok organisasi HMI.

BAB VIII
PERUBAHAN PEDOMAN DAN PEMBUBARAN BALITBANG
Pasal 17
Perubahan
Perubahan Pedoman BALITBANG dapat dilakukan dalam forum musyawarah
BALITBANG.

Pasal 18
Pembubaran
Pembubaran BALITBANG hanya dapat dilakukan pada Kongres HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 429


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
BAB IX
ATURAN PERALIHAN
Pasal 19
Untuk pertama kalinya BALITBANG HMI di bentuk oleh PB HMI.

Pasa1 20
BALITBANG HMI yang di bentuk oleh PB HMI mengatur Pedoman
BALITBANG Sementara dan menyelenggarakan Pembentukan BALITBANG
HMI secara keseluruhan.

BAB X
ATURAN TAMBAHAN
Pasal 21
Hal-hal yang belum diatur dalam Pedoman BALITBANG, akan diatur dalam
ketentuan tersendiri yang tidak bertentangan dengan AD HMI, ART HMI dan
Pedoman BALITBANG.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 430


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PEDOMAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN
(BALITBANG HMI)

PENDAHULUAN
BALITBANG HMI yang berada di luar struktur HMI, bersifat otonom, dan lebih
memiliki tanggung jawab untuk mengedepankan profesionalitas, kejujuran, serta
integritas yang tinggi dalam menunaikan tugasnya terutama dalam hal mengawasi
kinerja organisasi agar terjadinya perkembangan organisasi yang berkelanjutan.
Fungsi BALITBANG HMI sebagai pusat pengkajian, penelitian dan sebagai pusat
pengembangan organisasi HMI harus dijalankan dengan teratur, terencana,
terimplementasi, termonitor, dan terevaluasi sehingga mencapai tujuannya dengan
tepat. Pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMI ini diadakan
untuk memperlancar segala usaha secara terinci, agar ada pemahaman yang jelas
mengenai struktur kepengurusan serta fungsinya, wewenang, dan tanggung jawab,
pengelolaan administrasi serta keuangan, pengelolaan data serta penelitian,
pengelolaan kurikulum, sampai dengan sistematika pengembangan organisasi.
Dengan tetap istiqomah dan memohon pertolongan serta petunjuk dari Allah
SWT. dalam meluruskan kembali HMI ke jalan yang diridhoi, maka kami susun
pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMI ini.

MAKSUD DAN TUJUAN


1. Pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMl diadakan sebagai
petunjuk lebih lanjut dan melengkapi pedoman organisasi HMI, untuk
digunakan sebagai pedoman bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan
kepengurusan dalam melaksanakan tugas, fungsi, dan wewenangnya.
2. Pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG HMI diadakan dengan
tujuan agar perkembangan BALITBANG HMI dapat berjalan dengan baik,
teratur, tertib, dan terencana sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

RUANG LINGKUP
Ruang lingkup penyusunan pedoman petunjuk penyelenggaraan BALITBANG
HMI meliputi :
1. Pendahuluan, Maksud dan Tujuan, Ruang Lingkup.
2. Struktur Kepengurusan BALITBANG HMI.
3. Wewenang dan Tanggungjawab Bidang Kerja.
4. Pola Rekruitmen BALITBANG HMI.
5. Kurikulum Training BALITBANG HMI.
6. Penggalangan, Pengelolaan, dan Dokumentasi Data.
7. Public Relations.
8. Pengawasan dan Pengembangan Organisasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 431


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PENJELASAN PEDOMAN BALITBANG HMI

I. PENJELASAN UMUM
1. Latar Belakang Pembentukan BALITBANG HMI
HMl sebagai organisasi kader dengan Islam sebagai sumber nilai, motivasi dan
inspirasi dengan berperan memperjuangkan kemajuan Islam di dunia bertujuan
menciptakan kadernya yang berpendidikan tinggi, berpengalaman luas,
berfikir terbuka, rasional, objektif, dan kritis, serta dapat
mempertanggungjawabkan ilmu yang dipelajarinya secara ilmiah. Dalam wadah
inilah anggotanya diberi ruang untuk berlatih mengelola organisasinya untuk
mencapai misi organisasi, “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, Pengabdi, yang
Bemafaskan Islam Dan Bertanggungjawab atas Terwujudnya Masyarakat Adil
Makmur yang Diridhoi Allah SWT”.
Kebutuhan akan BALITBANG HMI sebagai pelengkap struktur HMI
didasarkan atas :
a. Merespon tuntutan pengorganisasian data yang terukur dan dapat
dipertanggungjawabkan sebagai landasan ilmiah untuk menyikapi
dinamika tantangan organisasi yang datang dari dalam maupun dari luar.
b. Mereposisi Bidang LITBANG sebagai supporting unit di bawah instruksi
Ketua Umum dan menjadikan Ketua Umum serta Bidang-bidang dalam
struktur HMI sebagai jaminan terjadinya regenerasi kepengurusan
BALITBANG HMI didasarkan atas profesionalisme, bukan political
accommodation dan agar terjadi implementasi program kerja dan penelitian
yang berkesinambungan yang kondusif.
c. Mereposisi Bidang LITBANG menjadi BALITBANG merupakan langkah
yang penting yang diambil HMI untuk menyelamatkan HMI dari
kebangkrutan akhlak, moral, politik partisan, dan hambatan lainnya yang
membuat HMI tidak begitu diminati lagi oleh mahasiswa.
2. Sejarah terbentuknya BALITBANG HMI
Diawali dari keinginan HMI untuk meningkatkan kualitas perkaran dan
memberikan motivasi lebih akan jargon HMI sebagai organisasi Muslim,
Intelektual dan Profesional.
Mencermati fenomena HMI seperti diatas, maka pada Kongres HMI ke-23 di
Balikpapan, keberadaan Balitbang HMI direkomendasikan. Disamping itu
keberadaan Balitbang HMI ini sebagai pegganti adanya Bidang Litbang di HMI
yang tidak mempunyai signifikansi keberadaannya dalam organisasi.
Karena Balitbang menjadi Rekomendasi Kongres ke-23, maka Kepengurusan PB
HMI hasil Kongres ke-23 membentuk Balitbang HMI meskipun sifatnya
penunjukkan dan terkesan hanya membatalkan kewajiban sebagai konsekuensi
hasil Kongres ke-23.
Seiring waktu berjalan, terjadilah perbaikan disana-sini. Sehingga di Kongres
ke-25 HMI keberadaan Balitbang dipertegas dan disusun perangkat
infrastrukturnya untuk perbaikan Balitbang ini.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 432


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Semoga keberadaan Balitbang mampu membantu HMI guna mengangkat citra
dan mengembalikan roh perjuangan HMI dan adanya perbaikan Balitbang dari
waktu ke waktu.
II. PENJELASAN PASAL PER PASAL
BAB I NAMA, STATUS, DAN TEMPAT KEDUDUKAN
Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 3 cukup jelas.
BAB II FUNGSI, TUGAS, WEWENANG, DAN TANGGUNGJAWAB
Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal dal Pasal 8 cukup jelas.
BAB III KEANGGOTAAN DAN MASA KEANGGOTAAN
Pasal 9 dan Pasal 10 cukup jelas.
BAB IV RANGKAP JABATAN
Pasal 11 cukup jelas.
BAB V SKORSING DAN PEMECATAN
Pasal 12 cukup jelas.
BAB VI STRUKTUR ORGANISASI
Pasal 13 dan Pasal 14 cukup jelas.
BAB VII MUSYAWARAH
Pasal 15 cukup jelas.
BAB VIII ADMINISTRASI DAN PERBENDAHARAAN
Pasal 16 dan Pasal 17 cukup jelas.
BAB IX PERUBAHAN ANGGARAN DASAR DAN PEMBUBARAN
Pasal 18 dan Pasal 19 cukup jelas.
BAB X ATURAN PERALIHAN
Pasal 20 dan Pasal 21 cukup jelas.
BAB XI ATURAN TAMBAHAN
Pasal 22 cukup jelas.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 433


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
III. Wewenang dan Tanggungjawab Bidang Kerja

Masing-masing bidang kerja dalam BALITBANG HMI dalam menjalankan


tanggungjawabnya adalah sebagai berikut :
1. Kepala
a. Bertanggungjawab secara umum terhadap kinerja BALITBANG HMI.
b. Mengendalikan BALITBANG HMI agar mencapai tujuan yang
diamanahkan.
c. Memberi petunjuk dan pengarahan kepada seluruh pengurus
BALITBANG HMI.
d. Mewakili BALITBANG HMI ke luar.
2. Sekretaris
a. Mewakili kepala apabila berhalangan.
b. Membantu tugas kepala dalam mengelola BALITBANG HMI.
c. Mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab bagian administrasi kesekretariatan.
3. Bendahara
a. Mewakili kepala dan sekretaris dalam menggalang dana dan logistik.
b. Membantu kepala dalam menggalang dana dan logistik.
c. Mengatur, memimpin, dan mengendalikan pelaksanaan tugas dan
tanggungjawab bagian keuangan.
4. Koordinator Divisi Dokumentasi dan Penerangan
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi dokumentasi dan penerangan agar
melakukan tugas pendokumentasian data, pengelolaan perpustakaan, dan
penerangan ke luar.
5. Koordinator Divisi Penelitian dan Kajian
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi penelitian dan kajian agar
melakukan penelitian organisasi secara intern dan ekstern serta mengkajinya.
6. Koordinator Divisi Pendidikan dan Latihan
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi pendidikan dan latihan agar
melaksanakan pelatihan-pelatihan untuk kepentingan intern maupun
kerjasama dengan pihak ekstern yang bertujuan untuk memajukan
organisasi.
7. Koordinator Divisi Pengembangan Organisasi
Bertanggungjawab mengkoordinasi divisi pengembangan organisasi agar
mengawasi kinerja organisasi serta mengimplementasikan hasil kajian
yang akan mengembangkan organisasi.
8. Sub Divisi Dokumentasi Data
a. Mengelola hasil analisa data dalam file-file.
b. Menyimpan hasil-hasil kajian.
c. Menyimpan formulir-formulir dan kuisiner.
d. Mengelola Website BALITBANG HMI dan merespon email masuk.
e. Mengawasi penomoran anggota HMI dan kerjasamannya dengan
Bank BNI Syariah.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 434


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
9. Sub Divisi Perpustakaan
a. Membangun hubungan dengan kader HMI, KAHMI, serta instansi
ekstern untuk sumbangsih buku, skripsi, karya ilmiah, brosur, dll.
b. Mengelola perpustakaan HMI.
c. Mengatur mekanisme permohonan data dari anggota HMI dan
orang luar.
10. Sub Divisi Penerangan
a. Menyusun strategi komunikasi efektif dengan BADKO dan Cabang
HMI.
b. Menyusun strategi komunikasi efektif dengan bidang-bidang, dalam
struktur HMI.
c. Menjalin hubungan dengan lembaga/ instansi penelitian.
d. Mengatur hubungan dengan pers.
e. Mengatur pers relase.
11. Sub Divisi Internal Organisasi
a. Mengkaji masalah yang berkaitan dengan intern organisasi.
b. Melakukan koordinasi rutin dengan bidang Pembinaan Anggota,
Pembinaan Aparat Organisasi, Pemberdayaan Perempuan dan
Lembaga Pengembang Profesi.
12. Sub Divisi Eksternal Organisasi
a. Mengkaji masalah-masalah yang berkaitan dengan ekstern
organisasi.
b. Melakukan koordinasi rutin Bidang-bidang Eksternal HMI.
13. Sub Divisi Kurikulum
a. Menyusun kurikulum pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh
BALITBANG HMI.
b. Menyusun kurikulum Up-grading khusus untuk estafet
kepengurusan HMI.
c. Mengatur pola rekruitmen anggota dan pengurus BALITBANG
HMI.
14. Sub Divisi Pelatihan
a. Mengelola pelatihan-pelatihan yang bersifat pengembangan
organisasi dengan bekerjasama dengan Badan Pengelola Latihan
(BPL) HMI.
b. Mengelola Training BALITBANG HMI bekerjasama dengan Badan
Pengelola Latihan (BPL) HMI.
15. Sub Divisi Pengawasan Organisasi
a. Mengawasi agar roda organisasi berjalan sesuai dengan Anggaran
Dasar, Anggaran Rumah Tangga dan pedoman organisasi HMI
lainnya.
b. Mengawasi agar Program Kerja Nasional dan program-program
insidental HMI terimplementasi.
c. Mengawasi pola rekruitmen di struktur HMI.
d. Melakukan fit and proper test pengurus HMI.
e. Melakukan fit and Proper terprogram kerja pengurus HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 435


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
16. Sub Divisi Pengembangan Organisasi
a. Mengolah hasil kajian dan memikirkan solusi yang bertujuan untuk
mengembangkan organisasi.
b. Menganalisa kemungkinan implementasi dan modernisasi
organisasi.
c. Menganalisa kemungkinan implementasi dan pemekaran
organisasi.
d. Memberi penghargaan Lafran Pane Award kepada mereka yang
berprestasi.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 436


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA TERTIB PEMILIHAN
FORMATEUR/KETUA UMUM PB HMI PERIODE 2006-2008

a. Prosedur pemilihan Formateur/Ketua Umum didahului dengan


tahapan pendaftaran, verifikasi dan penetapan Calon Formateur/Ketua
Umum.
b. Pendaftaran dan verifikasi bakal calon dilakukan oleh SC Kongres dan
dibahas di forum Kongres untuk disahkan.
c. Bakal calon yang dapat menjadi calon Formateur/Ketua Umum PB
HMI adalah yang memenuhi persyaratan sesuai dengan ART HMI
tentang Personalia Pengurus Besar (yaitu tentang syarat-syarat menjadi
Formateur/Ketua Umum PB HMI).
d. Pemilihan calon Formateur/Ketua Umum PB HMI dilakukan dengan
menggunakan kertas suara yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
utusan Kongres.
e. Kertas suara pemilihan bertuliskan nama, nomor urut dan foto Calon
serta terdapat stempel Panitia Nasinonal Kongres (PANASKO).
Contoh:
Foto Foto foto Foto foto

Yanto Wakijan Sirin Hercules Marsyanda


1 2 3 4 5

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 437


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
f. Kertas suara dianggap sah apabila :
1. Pada kertas suara terdapat stempel PANASKO.
2. Pada kertas suara terdapat tanda-tangan 1 (satu) orang Pimpinan
Sidang.
3. Hanya terdapat 1 (satu) coblosan pada salah satu kotak calon
Formateur/Ketua Umum.
4. Coblosan di luar kotak suara atau coblosan lebih dari 1 (satu) kotak
dianggap tidak sah.
g. Pemilihan Formateur/Ketua Umum dilakukan dengan 2 (dua) putaran.
h. Pada putaran pertama, pemilihan dilakukan dengan sistem One
Delegation One Vote (satu Cabang hanya memiliki satu suara) dan setiap
Ketua Delegasi hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon yang ada di
kertas suara dengan cara mencoblos.
i. Calon yang mendapatkan minimal 18 (delapan belas) suara berhak maju
pada putaran kedua. Jika tidak terdapat calon yang memenuhi suara
minimal tersebut, maka dilakukan pemilihan ulang putaran pertama
sampai dengan terdapat calon yang memperoleh suara minimal
tersebut.
j. Pada putaran kedua, pemilihan dilakukan dengan sistem One Man One
Vote dan setiap utusan hanya berhak memilih 1 (satu) nama calon yang
ada di kertas suara dengan cara mencoblos.
k. Nama, nomor urut pilihan dan foto pada kertas suara di pemilihan
putaran kedua sama dengan pada saat di pemilihan putaran pertama.
l. Calon yang mendapatkan suara terbanyak pada putaran kedua langsung
ditetapkan sebagai Formateur/Ketua Umum PB HMI Periode 2006-
2008.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 438


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
PROSEDUR PENDAFTARAN
BAKAL CALON FORMATEUR/KETUA UMUM PB HMI
PERIODE 2006-2008

a. Prosedur pemilihan Bakal Calon Formateur/Ketua Umum PB HMI


periode 2006-2008 di dahului dengan tahapan pendaftaran, verifikasi
dan penetapan Bakal Calon Formateur/Ketua Umum.
b. Pendaftaran Bakal Calon Formateur/Ketua Umum PB HMI
ditujukan kepada SC Kongres, dimulai pada tanggal 15 Februari 2006
pukul 10.00 WIB dan ditutup tanggal 20 Februari 2006 pukul 24.00
WITA. Untuk tangal 15-17 Februari 2006, pendaftaran ditujukan ke
Sekretariat SC Kongres di kantor PB HMI Jakarta, dan untuk tanggal
18-20 Februari di Sekretariat SC Kongres di Makassar.
c. Pendaftaran Bakal Calon Formateur/Ketua Umum PB HMI dapat
dilakukan sendiri atau diwakilkan.
d. Pendaftaran Bakal Calon Formateur/Ketua Umum PB HMI harus
melampirkan :
1. Formulir pendaftaran yang dibuat SC Kongres, yang dapat diambil
mulai 2 (dua) hari sebelum masa pendaftaran dimulai.
2 . Curriculum vitae (CV) Bakal Calon.
3. Foto berwarna ukuran 4x6 sebanyak dua lembar.
4. Sertifikat LK III (asli/fotocopy) atau surat keterangan pernah
mengikuti LK III dan dinyatakan lulus dari institusi
penyelenggara.
e. Seluruh berkas pendaftaran yang sudah diterima SC Kongres
selanjutnya diverifikasi oleh SC dan diumumkan di arena Kongres
pada tanggal 21 Februari 2006.
f. Bakal Calon Formateur/Ketua Umum PB HMI yang lulus verifikasi
akan diundi oleh SC Kongres dimuka umum dan dihadapan Bakal
Calon untuk menentukan nomor urut Bakal Calon di kertas suara.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 439


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA TERTIB PEMILIHAN
MIDE FORMATEUR PB HMI PERIODE 2006-2008

a. Mide Formateur yang dipilih sebanyak 2 orang.


b. Pemilihan Mide Formateur melalui tahapan pengajuan calon, pemungutan
suara dan penetapan Mide Formateur.
c. Calon Mide Formateur diajukan oleh Peserta Kongres dan diinventarisasi
Pimpinan Sidang Kongres. Daftar Calon yang terinventarisasi disahkan
Pimpinan Sidang.
d. Pemilihan calon Mide Formateur PB HMI dilakukan dengan menuliskan 2
(dua) nama Calon Mide Formateur yang telah disahkan Pimpinan Sidang
Kongres pada kertas suara yang jumlahnya disesuaikan dengan jumlah
delegasi Kongres.
e. Pemilihan Mide Formateur dengan Sistem One Vote One Delegation.
Setiap Ketua Delegasi hanya berhak memilih 2 (dua) nama calon dari
Daftar Calon Mide Formateur.
f. Pemilihan Mide Formateur PB HMI dilakukan dengan 1 (satu) kali
putaran.
g. Dua calon yang mendapatkan suara terbanyak langsung ditetapkan sebagai
Mide Formateur PB HMI Periode 2006-2008.
h. Apabila terdapat lebih dari dua calon memperoleh suara terbanyak (urutan
pertama lebih dari dua orang), maka dilakukan pemilihan ulang di antara
calon-calon yang memperoleh suara terbanyak tersebut sampai ada 2 (dua)
nama calon di urutan terbesar.
i. Apabila terdapat lebih dari satu calon memperoleh suara terbanyak kedua
(urutan kedua lebih dari satu orang), maka dilakukan pemilihan ulang

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 440


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
diantara calon-calon yang memperoleh suara terbanyak kedua tersebut dan
selanjutnya yang memperoleh suara terbanyak diantara mereka ditetapkan
sebagai salah satu Mide Formateur.
j. Kertas suara dianggap sah apabila :
1. Pada kertas suara ada stempel PANASKO.
2. Pada kertas suara ada tanda-tangan 1 orang pimpinan siding.
3. Terdapat 2 nama calon (tanpa kata-kata lain).

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 441


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA TERTIB PEMILIHAN
ANGGOTA MAJELIS PENGAWAS DAN KONSULTASI (MPK)
PB HMI PERIODE 2006-2008

a. Pemilihan Anggota MPK PB HMI dilakukan melalui tahapan pengajuan


bakal calon, verifikasi bakal calon menjadi calon, pemungutan suara dan
penetapan Anggota MPK PB HMI periode 2006-2008.
b. Anggota MPK PB HMI yang dipilih sebanyak 15 orang.
c. Nama-nama Bakal Calon anggota MPK PB HMI diajukan oleh Peserta
Kongres.
d. Nama-nama Bakal Calon diverifikasi Pimpinan Sidang sesuai dengan
ART tentang Personalia Anggota Majelis Pengawas dan Konsultasi PB
HMI. Nama-nama yang lolos verifikasi disahkan sebagai Calon Anggota
MPK PB HMI.
e. Pemungutan suara Calon Anggota MPK PB HMI dilakukan dengan
menuliskan nama Calon pada kertas suara yang jumlahnya disesuaikan
dengan jumlah ketua delegasi Kongres.
f. Pemilihan dilakukan dengan Sistem One Delegation One Vote .
g. Pemilihan Anggota MPK PB HMI dilakukan dengan 1 putaran.
h. Setiap ketua delegasi hanya berhak memilih satu nama Calon Anggota
MPK PB HMI.
i. Kertas suara dianggap sah apabila :
1. Pada kertas suara ada Stempel PANASKO.
2. Pada Kertas suara ada tanda tangan 1 orang Pimpinan Sidang Kongres.
3. Terdapat hanya 1 (satu) nama Calon. (Tidak ada kata-kata lain)
j. 15 (Lima Belas) nama calon yang memperoleh suara terbanyak langsung
ditetapkan sebagai anggota MPK PB HMI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 442


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
k. Apabila terdapat lebih dari 15 (lima belas) nama calon yang memperoleh
suara terbanyak, maka dilakukan pemilihan ulang terhadap nama-nama
calon yang memperoleh suara sama diurutan ke-15 (lima belas).

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 443


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
Lampiran Anggota MPK

1. MUHAMMAD ANWAR.
2. MAGSAYSAY INDRA.
3. YAYAT S. HIDAYAT.
4. AGUSSALIM ALWI.
5. GASTAN ABDUL GANI.
6. HASANUDDIN.
7. ANDITO.
8. ISMAIL AS’AD.
9. MAMAD SA’BANI.
10. ABRAR AMIR.
11. IWAN TARUNA.
12. AHMAD FARIKHIN.
13. ZULFIKAR ARSE SADIKIN.
14. CHARLES P. SIREGAR

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 444


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
TATA TERTIB PEMILIHAN
CALON TUAN RUMAH KONGRES HMI XXVI

a. Calon Tuan rumah Kongres XXVI dicalonkan di Kongres XXV di


Makassar dan ditetapkan di Pleno II PB HMI.
b. Calon tuan rumah Kongres XXVI dipilih maksimal sebanyak 17 Kota di
Indonesia.
c. Nama-nama Kota calon tuan rumah Kongres XXVI diusulkan oleh
Cabang/BADKO.
d. Setiap Cabang dalam satu BADKO hanya berhak mengajukan satu nama
Kota calon tuan rumah Kongres XXVI.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 445


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”
LAMPIRAN CALON TUAN RUMAH KONGRES HMI XXVI

1. PADANG.
2. SURABAYA.
3. MEDAN.
4. JAMBI.
5. CENDRAWASIH.
6. NANGGROE ACEH DARUSSALAM.
7. PALEMBANG.
8. BATAM.
9. PEKANBARU.
10. JAKARTA TIMUR.

Hasil-hasil Ketetapan KONGRES HMI XXV di Makassar 446


“ Membangun HMI Baru dan Masa Depan Bangsa”

You might also like