You are on page 1of 100

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN BUSANA DENGAN

PENAMPILAN DIRI MAHASISWA TATA BUSANA


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka menyelesaikan studi Strata 1


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Nama : EKA WAHYU WIDJIASTUTI


NIM : 5401401035
Program Studi : S1 PKK Konsentrasi Tata Busana
Jurusan : Teknologi Jasa dan Produksi

FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh Pembimbing untuk diajukan ke sidang


panitia ujian skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada :
Hari : ..........................................

Tanggal : ...........................................

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. H. Hartatiati, M.Pd. Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd.


NIP.130367994 NIP. 131958769

Mengetahui,

Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi

Dra. Dyah Nurani S., M.Kes.


NIP. 131764485

ii
PENGESAHAN KELULUSAAN

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan Sidang Panitia Ujian


Akhir Skripsi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang pada hari
Selasa 27 Februari 2007.
Panitia Ujian :

Ketua, Sekretaris,

Dra. Diah Nurani S.M.Kes Dra. Erna Setyowati, M.Si


NIP. 131764485 NIP.131570062

Ketua Penguji,

Dra. Hj. Hartatiati S.


NIP. 130367994

Anggota Penguji I,

Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd


NIP. 131948769

Anggota Penguji II,

Dra. Hj. Marwiyah, M.Pd


NIP. 131404310

Mengetahui
Dekan Fakultas Teknik

Prof. Dr. Soesanto


NIP. 130875753

iii
SARI

Wahyu Eka Widjiastuti, 2006. Hubungan antara Pengetahuan Busana dengan


Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang.
Skripsi Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi, Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I : Dra. H. Hartatiati, M.Pd.,
Pembimbing II : Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd.

Kata Kunci : Pengetahuan Busana, Penampilan Diri

Pengetahuan busana merupakan salah satu unsur pendukung penampilan


diri seseorang. Melalui pengetahuan busana yang baik memungkinkan seseorang
mampu memilihan busana yang tepat disertai pelengkap busana yang sesuai.
Busana yang serasi dan menarik dapat menambah simpati dan rasa kagum dari
orang-orang disekelilingnya. Dari kenyataan tersebut menarik keinginan peneliti
untuk melakukan kajian tentang : 1) Adakah hubungan antara Pengetahuan
Busana Terhadap Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeeri
Semarang?, dan 2) Seberapa besar hubungan antara Pengetahuan Busana
Terhadap Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri
Semarang?.
Populasi penelitian ini adalah mahasiswa Teknologi Jasa dan Produksi
Angkatan 2004 / 2005 yang terdiri dari D3 yang berjumlah 15 Mahasiswa dan S1
yang berjumlah 16 Mahasiswa. Sampel penelitian diambil secara total sampling
sehingga seluruh populasi sebanyak 31 mahasiswa dijadikan sebagai sampel
penelitian. Variabel penelitian ini adalah pengetahuan busana sebagai variabel
bebas dan penampilan diri sebagai variabel terikat. Pengumpulan data
menggunakan metode tes dan metode angket. Analisis yang digunakan adalah
analisis deskrpitif persentase dan analisis korelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan busana mahasiswa
Teknologi Jasa dan Produksi Angkatan 2004 adalah baik (70,81) dan penampilan
diri mahasiswa juga baik dengan bobot persentase skor 76,98%. Hasil analisis
korelasi diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,592. Keberartian dari koefisien
korelasi tersebut dapat diuji dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis
diperoleh t hitung = 3,96 > t tabel = 1,70. Hasil penelitian juga memperoleh koefisien
determinasi sebesar 35,05%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan antara pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada mahasiswa
Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2004 dengan
besarnya kontribusi dari pengetahuan busana terhadap penampilan diri mahasiswa
Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2004 tersebut adalah
35,05%. Saran yang dapat peneliti ajukan berdasarkan hasil penelitian adalah 1)
Walaupun mahasiswa sebelunya pernah mendapatkan mata kuliah busana, akan
tetapi mereka hendaknya tetap berusaha meningkatkan pengetahuannya dalam
berbusana melalui berbagai sumber baik buku-buku tentang busana, majalah,
koran, radio, televisi maupun dari sumber yang lain agar mampu berpenampilan
secara menarik dan dapat menimbulkan rasa hormat dan rasa simpati, serta
menjadikan kehadiran yang bersangkutan disenangi orang lain, dan 2) Bagi
peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis, hendaknya menggunakan
obyek penelitian yang lebih luas sehingga diperoleh hasil yang lebih akurat.

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto

Penampilan merupakan perwujudan dari kepribadian (Eka W.W.)

Persembahan
Skripsi ini ku persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta yang tidak pernah
bosan dalam memberikan semangat dan
dukungan kepada ananda.
2. Edy Nugroho suami tercinta.
3. Teman dan sahabat Mahasiswa Angkatan 2001.
4. Almamater TJP UNNES.

v
PRAKATA

Syukur Alhamdulillah peneliti panjatkan kehadirat Allah Swt, atas segala

rahmat dan hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul : “Hubungan antara Pengetahuan Busana terhadap Penampilan Diri

Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semaran”.

Skripsi ini peneliti ajukan guna melengkapi sebagai syarat untuk mencapai

gelar sarjana pendidikan pada jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Program Studi

Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan dukungan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan tulus hati peneliti mengucapkan

terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan

kesempatan untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Ketua Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Fakultas Teknik Universitas

Negeri Semarang yang telah memberikan fasilitas dan memperlancar

penelitian

3. Dra. H. Hartatiati S., Dosen Pembimbing I yang dengan tulus ikhlas

meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

pengarahan sehingga skripsi ini tersusun.

4. Dra. Urip Wahyuningsih, M.Pd., Dosen Pembimbing II yang dengan tulus

ikhlas meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,

pengarahan sehingga skripsi ini tersusun.

vi
5. Seluruh mahasiswa Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Tata Busana

Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang angkatan 2004 yang telah

bersedia menjadi sampel penelitian.

6. Semua pihak yang telah memberikan motivasi dan bantuan dalam penyusunan

skripsi ini.

Semoga Allah memberikan balasan yang setimpal atas amal kebaikan yang

telah diberikan. Peneliti menyadari adanya keterbatasan pengetahuan dan

pengalaman. Kritik dan saran yang positif dari pembaca sangat peneliti harapkan

demi kesempurnaan penyusunan skripsi ini. Akhirnya peneliti berharap semoga

skripsi ini bermanfaat bagi pembaca semua.

Semarang, Februari 2007

Peneliti

vii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... ii
SARI................................................................................................................. iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... iv
PRAKATA....................................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................ ix
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah............................................................... 1
B. Permasalahan ............................................................................... 5
C. Penegasan Istilah.......................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ......................................................................... 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 7
F. Sistematika Skripsi....................................................................... 7
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS .......................................... 10
A. Pengetahuan Busana .................................................................... 10
1. Pengertian Busana.................................................................. 10
2. Tujuan Busana ....................................................................... 13
3. Pengelolaan Busana ............................................................... 14
4. Pelengkap Busana .................................................................. 17
5. Pemilihan Busana................................................................... 18
B. Tinjauan Tentang Penampilan Diri.............................................. 31
1. Pengertian Penampilan Diri ................................................... 31
2. Pengertian Tentang Penampilan Diri ..................................... 32
3. Fator-faktor yang Mempengaruhi Penampilan Diri............... 34
C. Kerangka Pikir ............................................................................. 53
D. Hipotesis ...................................................................................... 55

viii
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 56
A. Populasi dan Sampel Penelitian................................................... 56
1. Populasi.................................................................................. 56
2. Sampel ................................................................................... 56
B. Variabel Penelitian....................................................................... 56
C. Metode Pengumpulan Data.......................................................... 58
D. Validitas Dan Reliabilitas Instrumen........................................... 60
E. Metode Analisis Data................................................................... 66
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 70
A. Hasil Penelitian ........................................................................... 70
1. Deskripsi Data Hasil Penelitian ............................................. 70
2. Hasil Uji Prasyarat ................................................................. 71
3. Pengujian Hipotesis ............................................................... 72
B. Pembahasan ................................................................................. 73
BAB V PENUTUP......................................................................................... 77
A. Simpulan ..................................................................................... 77
B. Saran............................................................................................. 77
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 79
LAMPIRAN..................................................................................................... 80

ix
DAFTAR TABEL

Hal
Tabel 1. Kisi-kisi Observasi Penampilan Diri................................................ 59
Tabel 2. Kriteria Perhitungan Indeks Kesukaran ........................................... 64
Tabel 3. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba .................................... 64
Tabel 4. Kriteria Daya Pembeda Soal ............................................................ 64
Tabel 5. Ringkasan Daya Pembeda Soal Ujicoba .......................................... 66
Tabel 6. Deskripsi Data Variabel X dan Y ..................................................... 70
Tabel 7. Hasil Uji Normalitas Data ................................................................ 72

x
DAFTAR GAMBAR

Hal
Gambar 1. Bagan Distribusi Kategori Pengetahuan Busana dan Penampilan
Diri................................................................................................ 71
Gambar 2. Sumbangan Pengetahuan Busana Terhadap Penampilan Diri ..... 74

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Gambar Busana Kerja


Lampiran 2. Gambar Bentuk Tubuh
Lampiran 3. Gambar Bentuk Wajah
Lampiran 4. Kisi-kisi Instrumen Pengetahuan Busana
Lampiran 5. Angket Penelitina
Lampiran 6. Lembar Observasi
Lampiran 7. Pedoman Penilaian Observasi
Lampiran 8. Daftar Nama Mahasiswa/Sampel Penelitian
Lampiran 9. Hasil Uji Coba Lembar Observasi
Lampiran 10. Perhitungan Reliabilitas Observasi
Lampiran 11. Analisis Validitas, Reliabilitas, Daya Pembeda dan Tingkat
Kesukaran Soal
Lampiran 12. Contoh Perhitungan Validitas Soal
Lampiran 13. Contoh Perhitungan Daya Pembeda Soal
Lampiran 14. Contoh Perhitungan Tingkat Kesukaran Soal
Lampiran 15. Contoh Perhitungan Reliabilitas Soal
Lampiran 16. Perhitungan Reliabilitas Observasi
Lampiran 17. Data Pengetahuan Busana
Lampiran 18. Uji Normalitas Data Pengetahuan Busana (X)
Lampiran 19. Uji Normalitas Data Penampilan Diri (Y)
Lampiran 20. Deskripsi Data Hasil Penelitian
Lampiran 21. Analisis Korelasi antara PEngetahuan Busana dengan
Penampilan Diri

xii
Pedoman Observasi.......................................................................................... 73
1. Data Hasil Uji Coba Angket Penelitian ..................................................... 74
2. Perhitungan Validitas Angket penelitian ................................................... 77
3. Perhitungan Reliabilitas Angket penelitian................................................ 78
4. Data Hasil Penskoran Angket Penelitian ................................................... 79
5. Deskriptif Data Hasil penelitian Penelitian................................................ 81
6. Data Hasil Observasi.................................................................................. 83
7. Uji Normalitas Data Penggunaan Kosmetika Pemutih .............................. 85
8. Uji Normalitas Data Kesehatan Kulit ........................................................ 86
9. Uji Homogenitas Data................................................................................ 87
10. Analisis Regresi antara Penggunaan Kosmetika Pemutih dengan
Kesehatan Kulit.......................................................................................... 89
11. Surat Penetapan Dosen Pembimbing ......................................................... 93
12. Surat Iji Penelitian...................................................................................... 94
13. Surat Keterangan Selesai Penelitian........................................................... 95

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pakaian merupakan salah satu kebutuhan primer manusia.

Kebutuhan manusia selalu berubah-ubah dan berkembang sesuai dengan

keadaan zaman, salah satunya adalah kebutuhan busana dan pakaian.

Kebutuhan manusia akan busana timbul dari dalam nalurinya untuk

menghias diri dan melindungi tubuh, serta rasa kesusilaan.

Seseorang dapat dikenal karena penampilan, tingkah laku, suara,

cara berpakaian, kesukaan dan lain sebagainya. Pemilihan busana yang

tepat disertai pelengkap busana yang sesuai mempunyai arti besar dalam

penampilan seseorang. Busana yang serasi dan menarik dapat menambah

simpati dan rasa kagum dari orang-orang disekelilingnya.

Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi merupakan salah satu jurusan

yang ada di Universitas Negeri Semarang, yanng memiliki tiga program

studi yaitu S1 PKK Konsentrasi Pendidikan Tata Busana, S1 PKK

Konsentrasi Pendidikan Tata Boga, Program Studi D3 Teknologi Jasa dan

Produksi Busana dan Program Studi D3 Teknologi Jasa dan Produksi

Boga. Keempat Program tersebut menekuni bidang tersendiri, sesuai

dengan program studi masing-masing. Mata Kuliah yang di dapat dari

masing-masing program studi tersebut jelas ada perbedaan, walaupun

terdapat kesamaan dalam beberapa Mata Kuliah, antara lain Mata Kuliah
2

Dasar Busana yang salah satu pokok bahasan Pengetahuan Busana. Bagi

program studi S1 PKK Konsentrasi Pendidikan Tata Busana, pengetahuan

busana merupakan salah satu mata kuliah bidang studi yang pertama kali

ditempuh. Penngetahuan busana sangat penting sebagai pengantar

pemahaman dan latihan praktik serta berbusana dalam rangka usaha untuk

berpenampilan diri yang baik.

Pengetahuan busana menjadi dasar pengenalan mahasiswa tata

busana yang pada umumnya baru mengenal tentang busana, meskipun ada

mahasiswa yang telah mengenal penngetahuan busana dari sekolah

sebelumnya seperti di SMKK. Pengetahuan busana tidak hanya berisi

tentang teori-teori, akan tetapi berisi juga latihan atau praktik. Penguasaan

mata kuliah pengetahuan busana ini diharapkan memperoleh hasil, yaitu

mencetak mahasiswa untuk dapat berpenampilan diri, berbusana yang

serasi dan juga dapat menerapakan busana sesuai dengan kesempatan,

bentuk badan, warna kulit dan lain sebagainya.

Pengetahuan busana merupakan salah satu unsur pendukung

penampilan diri seseorang, selain keserasian berbusana. Masalah

berbusana bukanlah suatu hal yang baru, hal ini telah lama dan merupakan

suatu unsur kebutuhan pengetahuan dan ketrampilan cara berbusana dan

keserasian berbusana mudah di ciptakan, melalui buku-buku tentang

busana majalah, koran, radio, televisi, atau dengan kursus-kursus yang lain

untuk dapat menata diri dalam berbusana. Tujuan penampilan diri meliputi

tingkah laku, cara berbusana, kebiasaan dan lain sebagainya.

2
3

Keadaan fisik seseorang memang sudah digariskan oleh ALLAH

SWT, oleh karena itu karunia tersebut wajib disyukuri dengan cara

merawat agar selalu sehat dan cantik. Namun hal itu juga harus di imbangi

dengan budi prkeerti yang baik sehingga nilai dari berpenampilan diri

seseorng benar – benar nyata. Penampilan diri merupakan faktor yang

sangat penting dalam pergaulan. Kegiatan mahasiswa lebih sering banyak

dilakukan pagi sampai siang hari sehingga mahasiswa lebih sering berada

dikampus dan berinteraksi dengan lebih banyak individu dari berbagai

kalangan seperti bertemu dengan Dosen, Dekan, Ketua Jurusan, para

pegawai TU dan lain-lain, kondisi demikian menumbuhkan kesadaran baru

akan pentingnya penampilan diri, secara tidak langsung mahasiswa ditintut

kerapian dan keserasian dalam berpenampilan. Wanita menginginkan

bentuk tubuh yang ideal, tetapi semua tahu setiap individu pasti memiliki

kekurangan baik dalam bentuk tubuh. Dengan demikian untuk dapat

berpenampilan yang baik seharusnya kita dapat menututi kekurangan

tersebut agar tampak lebih indah dengan kata lain harus dapat

menyamarkan kekurangan yang ada pada tubuh, dan cara yang paling tepat

adalah dengan berbusana yang serasi sesuai dengan bentuk tubuh dan

terpenting dapat menutupi kekurangan dari tubuh. Mahasiswa yang

memiliki pengetahuan dalam setiap penampilannya harus dapat memantas

diri dengan busana yang serasi dan menarik. Faktor lain yang dapat

mempengaruhi dari penampilan diri adalah dari segi ekonomi, lingkungan,

kebiasaan hidup sehari-hari atau lain sebagainya. Mungkinkah dari faktor

3
4

tersebut mahasiswa masih belum dapat menerapakan pengetahuan busana

dalam berpenampilan ?

Obyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Jurusan Teknologi

Jasa dan Produksi Program Studi S1 PKK Konsentrasi Pendidikan Tata

Buasana , karena penelitian ini untuk mengungkap penerapan mata kuliah

pengetahuan busana dengan penampilan diri mahasiswa dari ujung rambut

sampai ujung kaki.

Mahasiswa Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi sebagai salah satu

cirivitas akademika di lembaga pendidikan formal perlu memiliki

penampilan yang baik dan menarik baik sikap, cara berbusana dan cara

merias diri sesuai dengan waktu dan kesempatan. Sebagai mahasiswa

dalam penampilan sehari-hari di kampus sebaiknya sederhana dan tidak

berlebihan. Namun dengan kenyataan yang ada dari hasil survei sementara

mahasiswa yang telah mengikuti mata kuliah pengetahuan busana ada

yang belum menerapkan sebagaimana mestinya, bahkan ada yang

berpenampilan seadanya tanpa mau berusaha untuk tampil lebih baik dan

menarik sesuai dengan pengetahuan yang mereka peroleh dari mata kuliah

pengetahuan busana.

Berdasarkan latar belakanng masalah diatas peneliti tertarik untuk

mengadakan penelitian tentang “ HUBUNGAN ANTARA

PENGETAHUAN BUSANA TERHADAP PENAMPILAN DIRI

MAHASISWA TATA BUSANA UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

4
5

B. Permasalahan

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah, maka timbul

beberapa permasalahan yang dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Adakah hubungan antara Pengetahuan Busana Terhadap Penampilan

Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeeri Semarang ?

2. Seberapa besar hubungan antara Pengetahuan Busana Terhadap

Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang ?

C. Penegasan Istilah

Menghindari kemungkinan salah persepsi dalam istilah-istilah yang

terdapat pada penelitian ini, maka secara berurutan ditegaskan sebagai

berikut

1. Hubungan

Hubungan adalah suatu keadaan yang berhubungan, ikatan,

pertalian antara yang satu dengan yang lain ( Tim Penyusun Kamus

Pusat Pembinaan dan Pengenbangan Bahasa 1990 : 313 ).

2. Pengetahuan Busana

Pengetahuan adalah suatu ilmu (Yulius S, 1984 : 252 ). Sedangkan

Busana adalah bahan tekstil atau bahan lainnya yang sudah dijahit atau

tidak dijahit yang dipakai atau disampirkan untuk penutup tubuh

seseorang Arifah A Riyanto,: 2 ). Jadi yang dimaksud dengan

pengetahuan busana dalam penelitian ini adalah ilmu yang mengetahui

5
6

mengenai busana yang meliputi pengertiannya, tujuan busana, cara

pemilihan busana yang serasi dan sesuai dengan si pemakai.

3. Penampilan Diri

Penampilan adalah suatu proses perbuatan atau cara menampilkan (

Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 892 ).

Sedangkan diri adalah badan, keseluruhan badan ( Tim Penyusun

Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1990 : 209 ). Jadi yang dimaksud

dengan penampilan diri dalam penelitian ini adalah suatu proses

menampilkan keseluruhan badan yang meliputi sikap, kepribadian,

keserasian dalam berbusana, bentuk riasan, yang kesemuanya itu

disesuaikan dengan usia, bentuk tubuh, warna kulit dan kesempatan.

4. Mahasiswa Tata Buasana Universiatas negeri Semarang

Mahasiswa yang menjadi panelis dalam penelitian ini adalah

mahasiswa yang telah mempelajari atau mengambil mata kuliah

Pengetahuan Busana, yaitu mahasiswa angkatan 2004 Program Studi

S1 PKK Konsentrasi Tata Busana Jurusan Teknologi Jasa dan

Produksi Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang.

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara Pengetahuan Busana

Terhadap Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang.

6
7

2. Untuk mengetahui berapa besar hubungan antara Pengetahuan Busana

Terhadap Penampilan Diri Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan berguna sebagai masukan bagi

Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi pada Mata Kuliah Pengetahuan

Busana.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada

mahasiswa Teknologi Jasa dan Produksi tentang cara berpenampilan

diri yang baik.

3. Hasil penelitian ini berguna menambah wawasan serta pengetahuan

bagi peneliti.

F. Sistematika Skripsi

Sistematika skripsi terdiri atas 3 ( tiga ) bagian yaitu pendahuluan, bagian

isi, dan bagian akhir.

1. Bagian pendahuluan yang terdiri dari halaman judul, halaman

pengesahan, daftae isi, daftar tabel, daftar gambar. Bagian

pendahuluan berguna untuk memudahkan pembaca dalam

memahami seluruh isi skripsi.

2. Bagian isi terdiri dari 5 ( lima ) bab yaitu :

a. BAB I : Pendahuluan berguna untuk mengantarkan pembaca

memahami permasalahan yang akan diteliti. Isi

7
8

pendahuluan yaitu Latar Belakang Masalah, Penegasan

Istilah, Permasalahan, Tujuan Penelitian, Manfaat

Penelitian dan Sistematika Skripsi.

b. BAB II : Landasan Teori dan Hipotesis digunakan sebagai landasan

berfikir untuk melakukan penelitian dan sebagai pegangan

dalam melaksanakan penelitian. Landasan Teori berisi

teori-teori yang dijadikan pedoman atau acuan dalam

melakukan penelitian yang meliputi :

A. Pengetahuan Busana

1. Pengertian Busana

2. Tujuan Busana

3. Penggolongan Busana

4. Pelengkap Busana

5. Pemilihan Busana

B. Tinjauan Penampilan Diri

1. Pengertian Penampilan Diri

2. Pengetahuan Tentang Penampilan Diri

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penampilan

Diri

C. Kerangka Berfikir

D. Hipotesis

c. BAB III : Metode Penelitian menjelaskan tentang : Teknik Penentuan

Populasi, Sampel Penelitian, Variabel Penelitian, Teknik

8
9

Pengumpulan Data, Alat atau Instrumen, Uji Coba

Instrumen, Reliabilitas, Pengolahan Data dan Analisis

Data.

d. BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan, berisi : Deskripsi Data

dan Analisis Data dari Hasil Penelitian, sehingga dapat

memperoleh kesimpulan tersebut.

e. BAB V : Penutup berisi : Simpulan yang ditarik dari Hasil

Pembahasan dan Saran berguna bagi pembaca.

3. Bagian akhir skripsi beerisi Daftar Pustaka dan Lampiran.

a. Daftar Pustaka berisi tentang daftar buku yang terkait dengan penelitian

ini.

b. Lampiran-lampiran berisis tentang kelengkapan-kelengkapan skripsi,

menjelaskan data dan perhitingan analisis data.

9
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengetahuan Busana

Busana dalam kehidupan manusia pada umumnya tidak lepas dari

manusia sebagai makhluk yang berbudaya, yang selalu berkembang dari

suatu periode ke periode. Kebudayaan bersifat akumulatif, artinya makin

lama bertambah kaya, karena manusia pemikirannya tambah berkembang,

tambah maju, sehingga relatif banyak menghasilkan sesuatu yang berguna

yang dapat dimanfaatkan oleh manusia yang lainnya. Kondisi kemajuan

ilmu pengetahuan dan teknologi dalam bidang busana mendorong

seseorang untuk berkreasi dari mulai mendesain modelnya yang

disesuaikan dengan produksi tekstil yang tersedia atau mendesainkan

corak busananya sendiri, model, sampai dengan pembuatannya. Semakin

tinggi kebudayaan manusia semakin bervariasi kreasi yang dihasilkan oleh

manusia dalam bidang busana. Berbusana tidak sekedar mengenakan

pakaian, pemilihan busana yang tepat sesuai untuk kesempatan dan sesuai

pula dengan kepribadian pemakainya, menjadikan penampilan seseorang

wanita sangat mengesankan. Untuk dapat berbusana yang serasi tidak

mudah karena memerlukan latihan, ketrampilan, serta pengalaman dalam

lingkup perbusanaan. Penerapan teori ke dalam praktik harus memenuhi

asas keserasian yang cukup sempurna. Keserasian di capai apabila tiap

bagian atau seluruh aspek yang terdiri atas busana, pelengkap busana serta

10
11

tata rias diri mempunyai hubungan yang seimbang satu sama lain.

Pengetahuan tentang busana yang meliputi pengertian busana, tujuan

busana, penggolongan busana, pelengkap busana serta pemilihan busana.

1. Pengertian Busana

Busana adalah pakaian yang enak dipandang mata, serasi,

selaras, harmonis dengan pemakai dan kesempatan pemakaian atau

semua yang dipakai mulai dari ujung kaki sampai ujung rambut.

Menurut. Arifah A Riyanto, ( 2003 : 2 ) busana adalah bahan tekstil

atau bahan lain yang sudah dijahit atau tidak dijahit yang di pakai atau

di sampirkan untuk menutupi tubuh seseorang.

Sedangkan menurut Tim Kamus Pusat Pembinaan dan

Pengembangan Bahasa (1989 : 140 ) busana adalah pakaian yang

lengkap. Jadi dapat disimpulkan tentang busana yaitu pakaian yang

lengkap mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki ( termasuk

assesorisnya ) yang bertujuan untuk menambah kecantikan sipemakai

dan memperindah penampilan.

Pengertian busana dalam arti luas adalah semua yang dipakai

mulai dari ujung kepala sampai ujung kaki yang menampilkan

keindahan meliputi :

1. Yang bersifat pokok, seperti : kebaya, kain panjang, sarung, rok, blus,

blezer, bebe, celana rok, celana panjang, celana pendek, kemeja, T-shirt,

piyama, singlet, kutang, rok dalam, dan bebe dalam.


12

2. Yang bersifat pelengkap, seperti : alas kaki ( khususnya sepatu, selop,

sandal ), kaos kaki, tas, topi, peci, selendang, kerudung, dasi, scarf, syaal,

ikat pinggang, sarung tangan dan payung.

3. Yang bersifat menambah, seperti : pita rambut, sirkam, bandu, jepit hias,

penjepit dasi, jam tangan, kaca mata, giwang, anting, kalung, cincin, bros

dan mahkota. ( Arifah A. Riyanto, 2003 : 3 )

Sesuai perkembangan zaman, tingginya teknologi busana tidak lagi hanya

berfungsi sebagai penutup tubuh, melainkan diperlukan keserasian antara

busana itu sendiri dengan sipemakai. Sehingga busana itu sekaligus membantu

untuk menyulap pandangan mata seseorang dan memperindah diri.

Tidak semua orang pandai memantas diri, walaupun seseorang telah bersolek

lengkap dengan tata rias muka dan tata rias rambut yang cantik. Busana yang

tidak serasi dengan sipemakai sudah tentu mengurangi kemampuan kita untuk

menampilkan daya tarik pesona pribadi. Pesona penampilan tidak terlepas dari

busana yang dipakai beserta perhiasan pelengkapnya. Karena penilaian

kecantikan bukan secara lokal, tetapi menyeluruh dari ujung ranbut dari ujung

kaki, dan kesemuanya itu saling menunjang dalam meningkatkan pesona

pesona penampilan diri.

2. Tujuan Berbusana

Manusia membutuhkan busana untuk menutupi tubuhnya dalam

beraktifitas, sehingga mempunyai fungsi atau tujuan sebagai pelindung, alat

penunjang komunikasi dan keindahan seseorang dalam berpenampilan.


13

Seseorang berpenampilan yang menarik, karena penampilan yang serasi dan

menarik akan memudahkan dalam pergaulan sehari-hari. Sebelum mencapai

penampilan yang serasi dan menarik setiap orang harus tahu tujuan dari

berbusana. Karena tujuan seseorang berbusana tidak hanya sekedar menutupi

tubuh, namun tujuan yang utama menurut ( Chadromi N, 1998 : 57 ) sebagai

berikut :

1. Memenuhi syarat – syarat kesehatan.

Artinya busana digunakan untuk melindungi tubuh dari gangguan luar

karena panas matahari, hujan, hawa dingin dan gigitan serangga.

2. Memenuhi syarat – syarat peradapan dan kesusilaan.

Artinya busana yang dikenakan sesuai dengan peradapan dimana bertempat

tinggal sehingga dapat hidup tenang dan nyaman.

3. Memenuhi rasa keindahan.

Arrtinya busana yang dikenakan untuk memperindah penampilan sehingga

menarik perhatian orang lain.

4. Menutupi cacat pada tubuh.

Busana yang dikenakan dapat menutupi cacat atau kekurangan yang ada

pada tubuh.

5. Menunjukkan jenis profesi yang ditekuni.

Artinya busana yang dikenakan sesuai dengan pekerjaan yang sedang

ditekuni sesuai dengan tempat bekerja.

4. Penggolongan Busana
14

Busana dibagi dua macam menurut jenis yaitu busana pria dan busana

wanita. Busana wanita terbagi menjadi dua golongan antara lain busana dalam

dan busana luar. Menurut Radias Saleh, Aisyah Jafar (1991 : 4 ) busana

wanita dapat digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

a. Busana Dalam

Adalah busana yang langsung dipakai di atas kulit badan. Busana ini tidak

pantas ditampilkan dimuka umum untuk menerima tamu. Busana dalam

ada 2 macam, yaitu :

1). Busana dalam kecil

Adalah busana yang dikenakan pada tubuh sebagai dasar dan alas

sebelum menggunakan busana luar. Penggunaannya harus

diperhatikan kebersihannya karena berhubungan dengan kesehatan.

Busana ini antara lain : celana dalam, petticout ( rok dalam ), bebe

dalam, camicol, BH dan korset.

2). Busana dalam besar

Adalah semua jenis busana tidur tidak boleh dipakai keluar rumah

atau menerima tamu, meskipun terbuat dari bahan yang bagus dan

mahal. Busana ini antara lain : gaun tidur, piyama, baby doll dan

kamar jas.

b. Busana Luar

Adalah busana yang dipakai sesudah busana dalam dan sopan dipakai

keluar rumah. Busana luar ini sangat mempengaruhi penampilan diri


15

seseorang. Berdasarkan tujuan pemakaian, busana luar digolongkan

menjadi 5 golongan, yaitu :

1) Busana Kerja

Adalah Busana yang di pakai pada kesempatan kerja yang

biasanya bahan dan model di sesuaikan dengan tempat kerja. Maka

yang menjadi syarat utama dari busana ini adalah sederhana tidak

berlebihan dan praktis, sehingga tidak mengganggu gerakan tubuh

ataupun pekerjaan. Biasanya lebih ditekankan pada model rok blus

atau baju terusan dan model praktis.

Bahan yang dipilih harus tahan cuci, mudah dalam

pemeliharaannya, tidak kuat dan tidak susut. Di samping itu ada lagi

busana kerja khusus, yaitu : busana seragam, busana laboratorium,

busana untuk memasak, dan busana untuk bengkel. Semua itu harus

terbuat dari bahan yang kuat dan mudah dalam pemeliharaan.

( Gambar terlampir Hal ).

2) Busana Santai

Adalah Busana yang dipakai saat santai seperti rekreasi.

Busana rekreasi termasuk disini busana untuk menonton bioskop,

menonton olah raga, ke gunung, ke pantai, dan keluar rumah pada sore

hari. Busana yang tepat dipakai untuk menonton bioskop sore hari dan

malam hari dapat memakai celana panjang maupun baju terusan, akan

tetapi janganlah memakai bahan berkilau perak atau kilau emas serta

hindari pula memakai bahan renda seperti broklat. Untuk ke gunung


16

pakailah celana panjang yang dilengkapi dengan jaket serta topi,

sedang untuk ke pantai dapat memekai short dan kulot dengan T-shirt

atau blus yang longgar.

( Gambar terlampir Hal ).

3) Busana Olah Raga

Adalah Busana yang dipakai pada kesempatan olah raga.

Busana olah raga ini disesuaikan dengan jenis olah raganya seperti :

busana renang, senam, bahan yang baik elastis. Untuk busana tenis,

basket, badminton, sebaiknya short dengan kaos T-shirt berwarna putih

dan bahannya menyerap keringat. Busana ini dilengkapi dengan topi,

sepatu sesuai jenis olah raga itu. ( Gambar terlampir Hal ).

4) Busana Pesta

Adalah Busana yang dipakai pada kesempatan pesta. Busana

pesta terbagi menjadi beberapa kesempatan pagi, siang dan malam.

Untuk kesempatan pesta busana bahan dan model lebih mewah dan

lebih elegan dibanding dengan busana yang lain.

( Gambar terlampir Hal ).

5) Busana Rumah

Adalah Busana yang dipakai di rumah. Busana rumah dapat

dibagi antara busana rumah sehari-hari dan busana tidur. Contoh busana
17

sehari-hari itu adalah daster. Sedangkan busana tidur adalah berupa

piyama, dan baby doll. (Gambar terlampir Hal ).

4. Pelengkap Busana

Pelengkap busana merupakan benda-benda yang dipakai sebagai

penambah cantik, serasi atau memperindah busana yang dipakai seseorang.

Menurut Sumarlien, ( 1992 : 50 ), yang dimaksud dengan pelengkap busana

adalah benda yang kita tambahkan sesudah memakai busana. Pelengkap

busana gunanya untuk melengkapi macam-macam busana .

Sedangkan menurut Arifah A Riyanto, ( 2003 : 186 ), pelengkap busana

dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu milineris dan aksesoris.

a. Pelengakap busana Aksesoris

Yaitu pelengkap busana yang memiliki 2 fungsi yaitu sebagai

pelengkap busana tersebut dan sebagai assesoris atau hiasan saja. Contoh :

pita rambut, sirkam, bondu, jepit hias, penjepit dasi, giwang, anting,

kalung, gelang, jam tangan, kaca mata, cincin, dan bros.

b. Pelengakap busana Milineris

Yaitu pelengkap busana yang melengkapi busana dan sekaligus

berguna langsung bagi si pemakainya. Contoh : Alas kaki ( sepatu, sendal,

selop ), kaus kaki, tas, topi, peci, ikat pinggang, dasi kerudung dan lain-

lain.

Dalam pemilihan pelengkap busana harus sesuai dengan busana yang di

kenakan serta waktu dan kesempatan pemakaiaan. Juga harus sesuai

dengan bentuk tubuh, muka dan tangan pemakai.


18

5. Pemilihan Busana

Busana sebagai tampilan pertama yang dilihat oleh orang pada

umumnya,busana yang kenakan akan mempunyai dampak pada orang-orang

yang ditemuinya. Agar dalam pemilihan busana tidak keliru kita harus

mengetahui faktor apa saja yang harus diperhatikan antara lain :

1. Postur Tubuh

Persyaratan dalam meneliti berbusana serasi adalah memahami bentuk

tubuh. Bentuk tubuh seseorang dipengaruhi oleh otot, daging, dan

pemerataan adanya lemak tubuh. Berat dan bentuk tubuh dapat berubah,

antara lain karena umur, diet, senam, dan gizi. Ada 3 bentuk dasar tubuh

ideal, kurus, dan gemuk. Dari 3 bentuk dasar tubuh tersebut dapat

dikembangkan menjadi 6 bentuk tubuh yaitu :

a. Pendek Kurus

Untuk seseorang yang memiliki bentuk tubuh pendek kurus dianjurkan

memilih desan busana yang bergaris memanjang, dan tidak berkesan

menggemukkan.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk

tubuh pendek kurus antara lain :

a. Kemeja atau busana yang sedikit lebih longgar, agar kelihatan

lebih berisi.

b. Garis hias prices atau hiasan yang memanjang atau vertikal agar

kelihatan lebih tinggi.


19

c. Pemilihan assesoris yang berukuran lebih kecil atau sedang.

Seperti tas, jam tangan, ikat pinggang ataupun sepatu.

d. Dapat pula memakai rok yang berlipit.

e. Warna yang baik adalah kombinasi senada terang dan gelap.

f. Blus dan rok sebaiknya yang berwarna dan bermotif yang kecil-

kecil.

g. Bahan yang dipilih sebaiknya yang lembut dan tipis.

( Gambar terlampir Hal ).

b. Pendek Gemuk

Bagi seseorang yang memiliki bentuk tubuh pendek gemuk agar kelihatan

lebih tinggi, pilihah desain busana dengan garis memanjang.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk tubuh

pendek gemuk, antara lain :

a. Busana sebaiknya memakai garis-garis vertikal, karena ini akan

memberikan kesan lebih langsing atau tinggi.

b. Pemilihan pelengkap busana yang senada dengan warna busana yang

dipakai.

c. Hindari busana yang terlalu longgar atau ketat.

d. Model lengan yang licin dan bila memakai ikat pinggang ambillah

ukuran kecil.

e. Potongan gaun sebaiknya di bawah dada atau garis princes dan model

leher berbentuk huruf V.

f. Bila memakai kerah ambillah model yang kecil.


20

g. Warna yang tepat adalah gelap, tidak suram, sebaiknya warna blus dan

rok senada.

h. Corak bahan yang tepat adalah polos, berbunga, dan bergaris dengan

ukuran kecil. ( Gambar terlampir Hal ).

c. Tinggi Kurus

Seseorang yang memiliki bentuk tubuh tinggi kurus, dianjurkan

merencanakan desain busana yang sesuai dan seimbang dengan tingginya

agar tidak kelihatan kurus.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk tubuh

tinggi kurus, antara lain :

a. Pilihlah busana dengan potongan garis horisontal, agar terkesan lebih berisi

atau gemuk.

b. Jangan memakai busana yang terlalu ketat, bila memakai jaket atau rok

dapat mengambil warna yang berlawanan.

c. Model lengan yang berlipit, pof adalah pilihan yang tepat.

d. Apabila mengenakan ikat pinggang yang ukuran besar dan warnanya

berlawanan dengan busana.

e. Warna yang tepat adalah warna cerah dan muda.

f. Corak yang tepat dipilih adalah polos, berkotak, bergaris atau berbunga

yang menarik, motif besar.

g. Bahan yang tepat digunakan adalah agak berat atau sedang, dan lembut.

( Gambar Terlampir Hal ).

d. Tinggi Gemuk
21

Untuk seseorang yang bentuk tubuh tinggi gemuk, pilihlah desain busana yang

tampak melangsaikan dan mengurangi berat badan.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk tubuh

tinggi gemuk, antara lain :

a. Pilihlah busana yang memakai kerah dengan garis lurus.

b. Baju yang berkantong dan ada ikat pinggang, serta dapat menata rambut

model pendek tetapi berombak.

c. Slack yang agar lurus atau longgar pada kakinya.

d. Gaun jangan terlalu ramai, bila itu rok sebaiknya pas pada pinggang dan

agak panjang.

e. Warna yang tepat adalah warna dingin dari sedang sampai gelap,

kombinasi warna senada.

f. Motif yang tepat adalah berkotak, berbunga, bergaris, polos.

g. Jatuhnya bahan halus, licin atau kasar.

( Gambar terlampir Hal ).

e. Besar Badan Atas

Untuk mengimbangi proporsi bentuk tubuh besar badan atas, pilihlah desain

busana yang memberatkan pada bagian panggul dan polos pada bagian dada.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk tubuh besar

badan atas, antara lain :

a. Bebe model kemeja

b. Slack, rok bersaku, berlipit atau berkerut.


22

c. Blus dengan desain yang sederhana, kerah kecil, sedikit kerutan pada pas

bahu dan ada belahan tengah muka.

d. Jaket yang longgar

e. Warna yang tepat adalah warna gelap, cerah.

f. Motif yang tepat adalah bercorak kecil.

g. Jatuhnya bahan agak berat atau kaku. ( Gambar terlampir Hal ).

f. Besar Badan Bawah

Seseorang yang memiliki bentuk tubuh besar badan bawah, memilih

desain busana yang memiliki garis hias atau hiasan yang melintang pada bagian

atas untuk bemberikan kesan seimbang antara badan atas dan bawah.

Hal – hal yang diperhatikan dalam pemilihan busana untuk bentuk tubuh besar

badan bawah, antara lain :

a. Bebe dengan bagian rok agak sempit dan bergaris memanjang.

b. Celana dan rok yang sederhana.

c. blus yang bagus dengan tutup tarik yang menarik.

d. Jaket longgar atau agak pas dan panjang.

e. Warna yang tepat adalah warna gelap, cerah.

f. Motif yang tepat adalah kecil, sedang atau polos.

g. Jatuhnya bahan : agak berat. ( Gambar terlampir Hal ).

Kepribadian seseorang dapat dirasakan, antara lain dalam berbusana. Kekuatan

elemen dalam desain dapat menciptakan penampilan pribadi yang sempurna.

Dalam pemilihan desain yang tepat akan ditonjolkan bentuk badan yang dirasa
23

menarik sekaligus menutupi bentuk badan yang kurang menarik sehingga

berkesan sempurna.

Adapun tipe tubuh tersebut adalah sebagai berikut :

a. Tipe maskulin, tipe ini mempunyai perawakan tegap,tinggi, rambut lurus,

suara bernada rendah, bersifat terbuka dan agresif. Seorang yang memiliki

tipe ini, sebaiknya menggunakan bahan bertekstur berat, tebal, dan bermotif.

Motif yang yang tepat besar – besar dan bukan motif bunga, melainkan lrbih

cocok geometris. Warna dingin yang sesuai untuk tipe ini (hijau kekuningan,

biru kemerahan / ungu).

b. Tipe feminin, lemah lembut serta sedikit pemalu. Perawakan tipe ini biasanya

pendek, rambut ikal, dan mempunyai tulang yang kecil. Tekstur yang cocok

untuk ini adalah lembut, menerawang, halus, dan ringan. Motif berbunga

kecil dan warna yang disukai adalah warna yang diredupkan. Lipit jarum

bidang – bidang yang kecil, permukaan yang licin akan lebih sesuai untuk

tipe ini.

c. Tipe Intermediate, tipe ini mempunyai bentuk tubuh antara tipe maskulin dan

tipe feminin. Pemilihan motif sebaiknya sedang demikian juga pada berat

bahan.

Ada pula pembagian gaya busana menurut kepribadian sipemakai :

a. Romantik

Ingin tampil cantik dan feminin.


24

Lebih menyukai gaun daripada celana, banyak menggunakan garnitur renda –

renda, rumbai – rumbai dan warna yang digemari adalah warna pastel dan

putih.

b. Canggih

Biasanya orang yang memiliki ambisi yang tinggi, eksekutif sehingga ingin

tampil dengan pembawaan molek. Tidak takut mencoba sesuatu yang baru

termasuk busana, memilih busana dengan sangat teliti sesuai dengan

kesempatan tertentu, serta ciptakan desain sendiri.

c. Sportif

Gemar kegiatan di alam terbuka serta seseuatu yang serba praktis, serba guna

dan nyaman. Lebih menyukai celan daripada gaun, memilih bahan tekstil

yang jatuh tidak ketat dan mudah dicuci dan model tidak mengganggu gerak

tubuh.

d. Klasik

Sangat diwarnai hidup yang teratur, ramah, setia. Dalam berbusana wanita

jenis ini lebih tertarik pada kesan resmi, rok dan blus, memanfaatkan busana

semaksimal mungkin. Menyukai busana yang awet dan tidak akan hilang di

telan jaman dalan perkembangan mode.

e. Berani
25

Tidak takut mencoba dengan hal yang baru. Mempunyai gaya yang

unik, hampir tidak seorang pun berbusana seperti gayanya, namun

tetap tampil menarik.

2. Warna

Warna merupakan faktor utama pada busana. Sebelum orang tertarik

dengan model, terlebih dahulu tertarik dengan warna pakaian. Warna

memiliki pengaruh besar terhadap pakaian dan pemakainya. Warna-warna

netral baik untuk pakaian orang dewasa dan serasi untuk dipadukan

dengan warna-warna lain. Warna sedang sesuai untuk usia remaja, anak-

anak dan dewasa, sedangkan warna gelap lebih digermari oleh wanita-

wanita tua.

Untuk sampai pada keselarasan warna kulit dan warna pakaian,

Rostamailis ( 2005 : 148 ) perlu memperhatikan tentang penggolongan

warna kulit. Warna kulit ini dapat digolongkan menjadi 2, yaitu :

a) Warna panas, yaitu warna kulit coklat, sawo matang, dan hitam.

b) Warna dingin, yaitu warna kulit kekuning-kuningan, kuning langsat,

dan putih.

Warna dalam penampilan dapat menggambarkan sifat sipemakai, yang

dapat dihubungkan dengan kesempatan dan suasana, antara lain :

1) Warna merah, memberi suasana gembira, meriah, dan melambangkan

keberanian.
26

2) Warna biru, memberi sifat dingin, tenang dan seolah pasif. Warna ini

melambangkan ketenangan, pengorbanan, harapan, serta umumnya

disenangi oleh orang-orang yang berjiwa mantap, dewasa.

3) Warna kuning, sifatnya bercahaya, menarik minat atau perhatian orang,

dan sebagai lambang keagungan, kehidupan,dan kecemburuan.

4) Warna hijau, lebih berpengaruh pada perasaan yang lebih dalam, dan

kurang aktif.

5) Warna abu-abu, melambangkan ketenangan dan rendah hati.

6) Warna ungu atau violet, memiliki sifat dingin sering diasosiasikan

dengan kesedihan dan kematian, tetapi juga dengan ketabahan dan

keadilan.

7) Warna putih, yang memiliki sifat bercahaya, lembut dan menyenangkan,

melambangkan kesucian dam bersih.

8) Warna hitam, dapat memberikan kehikmatan dan kedukaan.

Untuk memudahkan kombinasi hindarkan penggunaan warna yang

terlalu banyak. Perlu disadari bahwa tubuh sendiri telah memiliki beberapa

jenis warna yaitu rambut, kulit, dan mata. Dalam tata rias muka pun

menggunakan warna, yaitu warna bedak, rouge, eyeshadow, lipstik dan lain-

lain. Dalam menyesuaikan busana pemakai perlu memperhatikan warna

busana dengan warna lipstik rouge, eyeshadow dan lain-lain.

3. Usia

Usia menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990 :

908 ) lama seseorang hidup atau ada. Adapun fase-fase perkembangan di


27

dalam psikologi perkembangan masa hidup manusia menurut Tim MKDK

IKIP Semarang ( 1989 : 88 ) digolongkan menjadi :

a) Usia Bayi ( lahir - 2 tahun )

b) Usia Kanak-kanak ( 2 tahun – 6 tahun )

c) Usia Anak Sekolah ( 6 tahun – 12 tahun )

d) Usia Remaja ( 12 tahun – 21 tahun )

e) Usia Dewasa ( 21 tahun – 60 tahun )

1. Dewasa Awal ( 21 tahun – 40 tahun )

2. Dewasa Lanjut ( 40 tahun – 60 tahun )

f) Usai Lanjut ( 60 tahun – keatas )

Menurut Arifah A Riyanto ( 2003 : 151 ) Berbusana juga harus

disesuikan dengan usia. Bagi yang berusia di atas 40 tahun selayaknya

memilih busana yang anggun. Sedangkan bagi anak-anak dan remaja sangat

sesuai dengan dirinya warna yang ramai serta lincah. Mengenai

penggolongan usia dalam kaitannya dengan berbusana digolongkan menjadi

6, antara lain :

a). Busana bayi

Bayi adalah usia 0-12 bulan, yang pada masa ini masih dalam

keadaan rawan penyakit, kulitnya masih peka terhadap gesekan atau

gangguan luar. Sehingga untuk golongan usia bayi perlu dipilih kain

yang bertekstur lembut, menyerap keringat. Sebagai contoh kain yang

cocok untuk bayi adalah tetra untuk popok, flanel untuk selimut, mantel

bayi, bedung, cape bayi, topi bayi, dan sarung tangan dan kaki.Warna
28

yang dipilih adalah warna putih atau warna muda agar kotoran akan

mudah terlihat, dan apabila bermotif pilihlah motif kecil-kecil, gambar

flora dan fauna.

Mengenai model busana bayi tentu saja yang dapat melindungi

bayi yang umumnya model tersebut sudah baku yaitu dari busana untuk

dalam sampai busana luarnya seperti ; gurita, popok, kutang, kemeja,

mantel bayi, baju sadaria, celanadan tadah liur. Pada usia 4 bulan dapat

menggunakan baju kodok, yaitu busana yang bersatu bagian atas dan

celananya. Selain itu dapat pula memakai kemeja dan celana panjang

dengan model yang sederhana dan praktis.

b). Busana usia kanak-kanak

Masa kanak-kanak ini termasuk di dalam golongan usia 1-6

tahun. Busana yang tepat untuk mereka adalah busana yang ringan, tidak

mengganggu aktifitas gerak anak dan bahan yang tepat adalah kain yang

mudah menyerap keringat dan lembut.

c). Busana usia anak sekolah

Usia anak sekolah dalah 6 sampai 12 tahun, Aktifitas anak

sangat tinggi karena di masa itu anak semakin tumbuh kreatif. Untuk

bahan busana dan model atau corak serta warna harus disesuaikan

dengan aktifitasnya. Umumnya bahan untuk busana sehari-hari harus

menyerap keringat, serta model yang sederhana seperti ; celana, rok,

blus dan T-shirt. Sedangkan untuk busana pesta dapat dipilih model

yang lebih formal dan bahan juga harus lebih berkualitas.


29

d). Busana usia anak remaja

Pada usia ini disebut juga masa pubertas, yang secara

psikologis yaitu masa munculnya gejolak hati yang ingin serba tahu

tentang apa yang kadang-kadang belum boleh tahu, mulai perhatian

pada lawan jenis yang berbeda dengan dirinya laki-laki pada perempuan

atau sebaliknya. Secara fisik terjadi perubahan pada dirinya, seperti

tumbuhnya lemak dan bulu pada bagian-bagian tertentu dan mulai

menstruasi untuk perempuan.

Dari busanapun dapat menggambarkan gejolak hatinya, biasanya

senang pada model atau warna yang agak mencolok, yang terbaru,.yang

sedang trend sering ingin diikutinya, walaupun kurang sesuai untuk

bentuk badan atau warna kulitnya Sedangkan untuk bahan busana

tergantung pada jenis model dan kesempatan pemakaian.

e). Busana usia dewasa

Pada usia dewasa ini seseorang sudah selayaknya mulai

mempunyai kepribadian yang mantap. Demikian pula dalam pemilihan

busana. Busana yang dipilih harus dapat disesuaikan dengan kesempatan

Pemilihan warna untuk usia dewasa akan tergantung pada kepribadian,

meskipun demikian tetap harus melihat waktu dan kesempatan.

f). Busana usia lanjut

Dilihat dari model, busana yang wajar dan pantas untuk orang

tua, dapat mempergunakan rok dan blus, gaun atau kebaya dan kain

panjang. Bagi laki-laki dapat mengenakan pantalon dan safari batik,


30

pantalon dengan kemeja. Warna-warna yang dipilih juga sebaiknya

tidak mencolok . Biasanya warna-warna terang, redup, atau kusam,

seperti krem, coklat, biru tua dan hijau tua.

4. Kesempatan

Untuk memdapatkan busana sesuai dengan kesempatan, perlu

diketahui tentang bermacam-macam busana menurut kesempatan

dengan tidak mengabaikan mode. Dalam memakai busana harus

sesuai dengan waktu, pagi, siang atau malam.

Model dan warna atau corak yang sesuai untuk semua waktu itu.

Mengenai waktu pemakaian busana Arifah A Riyanto ( 2003 : 168 )

dapat dibagi 2 yaitu :

1. Waktu pagi sampai siang

Hendaknya memilih warna yang cerah tetapi tidak mencolok

khususnya untuk bekerja sehari-hari ,model sesuai dengan

kegiatan.

2. Waktu sore sampai malam

Dapat dipilih model yang ringan, santai, warna yang terang dan

mencolok karena pada umumnya santai di dalam rumah. Untuk

malam hari kesempatan pesta dapat memilih warna yanh

mencolok atau gelap dengan permukaan atau tekstur yang

mengkilap dengan aksen atau aksesoris yang berkilauan.


31

B. Tinjauan Tentang Penampilan Diri

1. Pengertian Penampilan Diri

Penampilan seseorang akan dapat dilihat, atau dapat dirasakan,

antara lain dalam berbusana. Kekuatan elemen dalam berbusana, sikap

dan tingkah laku dapat menciptakan penampilan diri yang sempurna.

Menurut Tim Penyusun Kamus Besar Bahasa Indonesia ( 1990 :

892 ) penampilan adalah suatu proses, perbuatan atau cara

menampilkan. Sedangakan diri adalah badan, keseluruhan badan (1990

: 208 ). Dari 2 pengertian diatas dapat disimpulkan menjadi penampilan

diri adalah suatu proses untuk menampilkan keseluruhan badan yang

meliputi sikap kepribadian, keselarasan berbusana, bentuk riasan yang

sesuai dengan usia, bentuk tubuh, warna kulit dan kesempatan.

Setiap manusia memiliki ciri khas tersendiri yang merupakan

daya tarik bagi manusia lainnya. Wanita wajah yang cantik dan bentuk

tubuh yang ideal merupakan daya tarik penting, sedangkan untuk pria

yang bertubuh tegap dan bersikap ramah tamah merupakan impian para

wanita. Tidak semua orang mempunyai wajah yang cantik dan bentuk

tubuh yang ideal. Tetapi untunglah bahwa daya tarik seseorang tidak

hanya tergantung pada dua unsur tersebut. Orang akan lebih senang

melihat seseorang yang sehat, bersih, rapi,berbusana serasi serta

bertingkah laku sopan.


32

2. Pengetahuan Tentang Penampilan Diri

Setiap orang ingin tampil rapi dan menarik. Karena penampilan

yang serasi dan menarik akan memudahkan dalam pergaulan sehari –

hari. Sebelum mencapai penampilan yang serasi dan menarik, setiap

orang harus tahu tujuan dari berbusana, antara lain untuk memenuhi

syarat – syarat peradapan kesusilaan, kebutuhan kesehatan, rasa

keindahan, menutupi cacat dan kekurangan bentuk tubuh.

Penampilan yang baik atau berbusana yang serasi ikut berperan

penting dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Dalam

kaitannya dengan diri sendiri, dengan berbusana yang serasi dapat

memperkuat kepercayaan diri, sehingga lebih mantap dalam

menghadipi tugas-tugas pekerjaanya, terutama pekerjaan yang sifatnya

berhubungan dengan masyarakat luar. Kepercayaan diri juga

meningkatkan rasa harga diri.

Dalam segi hubungan dengan orang lain, penampilan yang baik

dengan berbusana yang serasi dapat menimbulkan rasa hormat dan rasa

simpati, serta menjadikan kehadiran yang bersangkutan disenangi.

Kesemua itu membuka berbagai kemungkinan pengembangannya yang

positif, mengingat penampilan diri seseorang sedikit banyak juga

mencerminkan kepribadian yang bersangkutan.

Sudah tentu peningkatan penampilan diri harus selalu di ikuti

dengan peningkatan semua faktor yang menjadi subsistem penampilan

seutuhnya : seperti faktor pengetahuan umum yaitu pengetahuan dari


33

berbagai hal, kemampuan berkomunikasi yaitu, kemampuan

mengendalikan sikap tingkah laku dan tutur kata, penguasaan etika

pergaulan yaitu, pengetahuan tentang beretika dalam kehidupan sehari

– hari. pengetahuan tentang tata busana yaitu, pengetahuan tentang

busana, pelengkap busana, tujuan berbusana, serta cara pemilihan

busana yang sesuai dengan bentuk tubuh dan lain-lain. Dari berbagai

faktor yang merupakan subsistem penampilan faktor tata rias wajah

dengan dukungan tata rias wajah yang baik, juga memegang peran

sangat penting.

Tata Rias wajah yang baik menentukan kondisi kulit wajah

yang sehat. Kulit wajah yang sehat sangat tergantung dari bagaimana

seseorang mampu merawatnya dengan benar dan teratur.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penampilan Diri

a. Etika Berbusana

Berbusana yang sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam

masyarakat di mana kita berada, seperti norma kesopanan, norma

susila, norma agama perlu diperlu diperhatikan, agar dapat dikatakan

orang yang beretika atau tahu tentang etika yaitu seseorang yang

faham ilmu tentang asas – asas akhlak yang berlaku di masyarakat.

Berbusana dalam suatu kelompok manusia atau masyarakat tidak

dapat melepaskan diri dari etika. Untuk memahami etika berbusana,

perlu dipahami tentang etika.

Menurut Frans Magniz – Suseno ( 1991 : 13-14 ) etika adalah ilmu


yang mencari orientasi, etika mau mengerti kita harus mengikuti
34

ajaran moral tertentu, atau bagaimana kita dapat mengambil sikap


yang bertanggung jawab berhadapan dengan berbagai ajaran moral.

Dalam kaitannya dengan berbusana, maka dapat pula diartikan

bahwa etika berbusana itu adalah suatu ilmu yang memikirkan

bagaimana seseorang dapat mengambil sikap dalam berbusana

tentang model, warna, corak atau motif, mana yang tepat, baik sesuai

dengan kesempatan, kondisi dan waktu serta norma-norma yang

berlaku dalam masyarakat. Menerapkan etika berbusana dalam

kehidupan manusia perlu memahami tentang kondisi lingkungan,

budaya dan waktu pemakaian yaitu dimana kita berada dan dalam

kesempatan apa kita mengenakan busana tersebut. Untuk hal itu baik

jenis, model, warna, corak busana perlu disesuaikan dengan ke tiga

hal tersebut, agar seseorang dapat diterima dilingkungan masyarakat.

Untuk menerapkan etika berbusana sesuai kesempatan perlu

mengetahui busana mana yang tepat dan sesuai dipergunakan.

b. Estetika Berbusana

Berbusana tidak dapat melepaskan diri dari estetika, karena

manusia pada umumnya akan senang melihat sesuatu yang serasi dan

indah, maka untuk berpenampilan yang indah dan serasi perlu

menerapkan estetika berbusana. Untuk menerapkan estetika

berbusana perlu memperhatikan bentuk tubuh dan bagian-bagiannya,

seperti warna kulit dan rambut.

Estetika berbusana dapat diartikan sebagai suati bidang

pengetahuan yang membicarakan bagaimana berbusana yang serasi


35

dengan bentuk tubuh seseorang serta kepribadiannya. Estetika atau

keindahan berbusana akan berkaitan dengan bagaimana memilih

model, warna, corak, bahan dan tekstur yang sesuai dengan bentuk

tubuh atau bagian-bagian tubuh seeorang. Proporsi badan seseorang

tidak semuanya ideal. Untuk itu bagian-bagian proporsi badan yang

kurang sempurna dapat ditutupi dengan memilih model busana yang

dapat mengelabuhi mata yang melihatnya. Hal-hal yang perlu

diperhatikan :

1. Penerapan Model Bentuk Garis Leher Busana.

Bentuk-bentuk garis leher pada busana ini dapat dipakai

sebagai alat tipuan mata dalam arti kelihatan serasi walaupun

badan seseorang kurang ideal seperti :

a. Tipuan mata pada leher pendek : pilihlah garis leher berbentuk

U, tapal kuda, bentuk hati dan bentuk huruf V.

b. Tipuan mata untuk dada besar leher pendek : pilihlah garis leher

bentuk huruf V.

c. Tipuan mata untuk bahu bidang : sebaiknya hindari bentuk garis

leher segi empat,dan pilihlah garis leher huruf V.

( Gambar terlampir Hal ).

2. Penerapan Model Kerah

Agar busana yang berkerah serasi dipakai oleh seseorang maka :


36

a. Tipuan mata untuk leher jenjang atau panjang , sebaiknya pilih kerah

yang model tinggi seperti, kerah selendang, kemeja, hight, scarf,

chinese dan clerical.

b. Tipuan mata untuk leher pendek , sebaiknya memilih model kerah

bertha, eton, kelasi, kemeja dan cape. (Gambar terlampir Hal ).

3. Penerapan Model Lengan.

Agar busana yang berlengan dapat serasi dikenakan oleh seseorang maka :

a. Tipuan mata untuk tangan panjang, sebaiknya memilih busana yang

berlengan pendek atau bishop dengahn manset yang panjang.

b. Tipuan mata untuk tangan pendek, sebaiknya memilih busana yang

berlengan panjangnya tiga perempat, atau lengan panjang yang dilipat

sampai tiga perempat panjang lengan.

c. Tipuan mata untuk lengan besar, sebaiknya memilih busana yang

berlengan licin, hindari busana yang tanpa lengan, lengan berkerut,

karena akan terlihat membesarkan lengan.

d. Tipuan mata untuk bahu lebar, memilih berlengan panjang .

( Gambar terlampir Hal ).

4. Penerapan Model Rok.

Tidak semua model rok sesuai untuk semua orang. Untuk itu dengan

model yang tepat untuk bentuk tubuh seseorang akan serasi dilihat, maka

perlu memilih rok yang dapat menutupi kekurangan yang ada pada tubuh

kita seperti:
37

a. Tipuan mata untuk panggul besar, sebaiknya memilih rok suai yang

tidak ketat, rok pias, rok lipit yang berkancing di muka. Panjang rok

sampai lutut tidak lebih.

b. Tipuan mata untuk panggul kecil, sebaiknya memilih rok peplum,

draperi, ½ lingkaran, lipit hadap kipas,rok susun dan rok kerut.

( Gambar terlampir Hal ).

5. Penerapan model garis hias

Garis hias dapat dikelompokkan menjadi garis vertikal, horisontal, diagonal,

dan lengkung.

Penerapan garis hias dapat memberi tipuan mata pada bentuk badan

seseorang, yaitu :

a. Tipuan mata pada bentuk badan pendek gemuk, sebaiknya memilih

busana yang bergaris hias princess.

b. Tipuan mata pada garis pinggang di atas, sebaiknya memilih bebe yang

garis pinggang di bawah pinggang atau di panggul.

c. Tipuan mata pada garis pinggang di bawah, sebaiknyamemilih busana

yang bergaris hias empire.

d. Tipuan mata bentuk badan tinggi gemuk, sebaiknya memilih busana yang

bergaris hias yoke bahu, yoke panggul, empire, atau garis hias yang pas

pada pinggang. ( Gambar terlampir Hal ).

6. Penerapan Siluet
38

Siluet adalah garis luar dari sebuah model busana atau pakaian,

yang dapat dikelompokkan menjadi garis sisi bayangan luar. Ada empat

macam siluet, yaitu siluet A mempunyai bentuk garis kecil di atas dan

besar di bawah, siluet H mempunyai bentuk garis lurus pada kedua

sisinya, siluet S mempunyai garis tengah sempit, sedangkan bagaian atas

dan bawah menggelembung, siluet BUSTLE hanya dapat dikenali dari

samping dengan adanya gelembung pada bagian panggul. ( Gambar

terlampir Hal ).

7. Penerapan Macam-macam Garnitur

Hiasan untuk busana terdiri dari berbagai benda hias seperti

hiasan dengan strook, lipit pantas, bisban, renda, kancing, mute dan

batuan. Hiasan tersebut dapat diterapkan untuk memberikan samaran

pada bentuk badan yang sebenarnya, terutama yang ada kekurangan atau

kelainan yang terdapat pada badan tersebut.

a. Tipuan mata untuk bahu serong, dapat memilih hiasan dengan strook

pada leher tertutup bahu atau volant.

b. Tipuan mata untuk bentuk leher panjang, dapat memilih hiasan lajur

yang dikerut bagian tengah atau dikerut dua sisi yang dipasang

horisontal di bawah garis leher.

c. Tipuan mata untuk buah dada kecik, sebaiknya memilih busana yang

ada hiasan strook pada dada baik dipasang vertikal maupun horisontal.

( Gambar terlampir Hal ).

8. Penerapan Panjang Rok


39

Menurut Sumarline (1992:26) ada tujuh macam ukuran rok antara lain :

a. Micro mini yang memiliki panjang diatas pertengahan paha.

b. Mini yang memiliki panjang 15 cm diatas lutut.

c. Short yang memiliki panjang 5 cm diatas lutut.

d. Kini yang memiliki panjang tepat pada lutut.

e. Midi yang memiliki pamjang di bawah pertengahan betis.

f. Maxi yang memiliki panjang sebatas mata kaki.

g. Long dress yang memiliki panjang sampai batas lantai.

Dalam pemakaian rok tidak semua orang dapat mengenakan. Untuk itu

dengan model rok yang tepat untuk bentuk tubuh seseorng akan serasi

dilihat, maka perlu memilih ukuran rok yang dapat menutupi kekurangan

yang ada antara lain dengan :

a. Tipuan mata untuk betis besar atau lurus kecil, sebaiknya memilih rok

midi.

b. Tipuan mata untuk badan tinggi, seharusnya memilih ruk midi, jika

memakai rok mini akan terlihat lebih tinggi.

( Gambar terlampir Hal ).

c. Keserasian Berbusana

Berbusana yang serasi dan menarik akan memudahkan seseorang dalam

pergaulan sehari-hari. Hal itu akan membuatnya tidak canggung dalam

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, dan dapat menimbulkan rasa percaya

diri.
40

Arti serasi adalah menunjukkan bahwa setiap bagian atau keseluruhan

mempunyai hubungan yang seimbang antara satu dengan yang lain. Dengan

demikian, berbusana serasi berarti apa yang dipakai pada suatu penampilan

yang terdiri atas busana, pelengkap busana dan tata rias diri yang mempunyai

hubungan yang seimbang antara satu dengan yang lain.

Masyarakat Indonesia di masa ini telah dapat menggunakan busana

dengan berbagai model dan bahan yang bagus, tetapi belum banyak orang yang

dapat berbusana serasi dan menarik.Hal ini dapat di maklumi, karena seseorang

cenderung memilih busana yang sedang digemari tanpa memperhatikan

kesesuaian desain busana dengan bentuk tubuhnya. Cara seseorang berbusana

dapat mengespresikan kepribadian, cara hidup dan tugasnya.

Oleh karena itu, hendaknya menghindari berbusana dengan meniru dari orang

lain, karena kepribadian, dan bentuk tubuh seseorang berbeda.

Penampilan seseorang sangat dipengaruhi oleh cara berbusana sehingga

ekspresi dirinya jelas.

Ada beberapa aspek yang dapat mempengaruhi cara berbusana, antara lain

diri sendiri, dan orang lain atau teman, misalnya teman sekelas, teman

istimewa, teman sekantor dan lingkungan sekitarnya.

Busana yang tepat adalah busana yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Sesuai dengan tugas sehari-hari, sehingga tidak menghambat gerakan.

b. Sesuai dengan lingkungan, sehingga tidak bertentangan dengan

tradisi setempat.
41

c. Sesuai dengan suhu udara, sehingga tidak mengganggu

kenyamanan.

d. Sedang digemari, sehingga tidak terlalu ketinggalan zaman.

d. Sikap Keseharian

Agar dapat berpenampilan yang baik dan sempurna perlu diperhatikan

faktor-faktor sikap yang mempengaruhi penampilan seseorang. Faktor-faktor

sikap itu dapat dibagi atas dua bagian, yaitu :

1. Sikap mental, ada yang bersifat positif dan ada pula yang bersifat negatif.

Sikap mental pada umumnya merupakan hasil pendidikan yang diberikan

kepada anak sejak kecil. Tempat utama pembentukan sikap mental adalah

di lingkungan keluarga.

Oleh sebab itu, diharapkan dari orang tua untuk bertindak bijaksana

terhadap anak dan memberi contoh yang baik. Suatu sikap timbul karena

kebiasaan, yaitu kebiasaan di dalam keluarga dan masyarakat yang

dipengaruhi oleh adat istiadat, agama, dan peraturan-peraturan yang

terdapat dalam masyarakat.

Sedangkan sikap yang negatif dapat diperbaiki oleh pengaruhi lingkungan

yang dapat memberi bimbingan dan pembinaan, tentu orang tersebut akan

menyadari kekurangannya dan mau memperbaiki dengan mengarahkan

perhatiannya ke berbagai macam-macam kesibukan sepeerti olah raga,

kesenian atau ilmu pengetahuan yang lain.

Jadi sikap yang positif adalah kebiasaan yang timbul pada diri seseorang

yang berguna atau bermanfaat baik untuk diri sendiri atau orang lain,
42

sedangkan sikap yang negatif adalah kebiasaan yang dapat merugikan diri

sendiri atau bahkan merugikan orang lain lingkungan dan masyarakat.

2. Sikap fisik yang positif, memberikan kesan baik pada diri sendiri maupun

terhadap orang lain. Sikap ini diperlukan ketika berkomunikasi sehari-hari,

dan sangat diperlukan waktu kita melamar pekerjaan. Oleh karena itu,

diusahakan agar sikap selalu baik.

Dengan bermawas diri kita coba melihat kekurangan yang ada dan berlatih

bersikap positif. Karena itu, bagaimanapun sikap-sikap tersebut harus

diperhatikan dan dibiasakan.

Untuk mengetahui sikap badan apakah benar atau tidak, maka kita harus

berdiri dengan kepala, bahu, panggul, dan tumit menyentuh dinding. Jika

sikap kita baik, maka antara dinding dengan badan hanya berjarak satu

tangan saja. Sebenarnya ada beberapa hal yang menyebabkan sikap badan

tidak baik misalnya, akibat dari kuranng istirahat, sehingga kesehatan

menjadi terganggu atau kurang hati-hati dalam memilih atau mendesain

busana misalnya, terlalu ketat, begitu pula memilih makanan yang kurang

tepat. Untuk itu sebaiknya kita sudah sejak dini memperhatikan sikap

badan yang baik dalam kehidupan ini, agar penampilan menjadi sempurna.

Sri Krisnijati ( 1989 : 2 ) menjelaskan bahwa sikap badan yang baik itu

dapat dibagi atas :

1. Cara berdiri

Cara berdiri yang baik adalah dengan menegakkan kaki sejajar dan kedua

lengan lurus di samping. Kadang-kadang kaki agak merenggang atau kaki


43

kanan bergeser ke depan kaki kiri, dada sedikit dibusungkan dengan kepala

tegak, perut ditahan agar rata begitu juga dengan tulang bahu harus rata,

dagu agak keatas dan ditahan. Maka dengan sikap berdiri yang benar akan

dapat terlihat gagah dan berwibawa.

2. Cara Duduk

Hal ini sangat penting diperhatikan. Sebaiknya posisi tubuh tetap tegak

lurus waktu kita duduk agar otot perut tidak mengendor, usahakan waktu

duduk perut ditarik ke belakang. Secara umum, orang di Indonesia duduk

diatas kursi, bangku atau dipan. Sedangkan kesempatan khusus orang

duduk di lantai yang beralaskan tikar atau permadani.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dari sikap duduk ini adalah :

1. Duduklah sejauh mungkin ke belakang sehinggan panggul dan tulang

punggung menyentuh bagian punggung kursi, jangan biarkan diri kita

terperosok.

2. Jaga agar kedua lutut sejajar dan kedua kaki berdekatan satu sama

lainnya.

3. Badan harus tegap sebagaimana kita berdiri. Jika badan ingin

dibungkukkan ke depan, sedang kita lagi duduk, maka sikap badan

merupakan garis lurus dan dikendorkan dari panggul.

4. Duduklah dengan perut dikempiskan, kepala dan dada tegak serta bahu

rileks.

5. Jangan sekali-kali menjatuhkan badan di kursi, karena suara ini

menimbulkan suara berderit, disebabkan letak kursi bergeser. Dengan


44

menerapkan sikap duduk yang benar akan menambah nilai kepribadian

seseorang. Sikap duduk seperti tersebut di atas akan mempengaruhi

tulang punggung tumbuh dengan baik dan tidak cepat capai.

3. Sikap berjalan yang baik

Kadang-kadang seseorang tidak tahu bagaimana cara berjalan yang baik

sehingga menjadi luwes, enak dipandang mata dan selalu menarik perhatian.

Beberapa cara berjalan yang baik dapat di praktikan meliputi :

1. Badan harus tegak tetapi rileks.

2. Gerakan kaki dari panggul, dan lutut rileks.

3. Jaga agar kedua telapak kaki begitu rupa sehingga tumit yang menyentuh

lantai terlebih dahulu pada setiap langkah.

4. Panjang langkah harus cukup tidak terlalu panjang atau pendek.

5. Saat berjalan usahakan pandangan lurus ke depan.

Dengan menerapkan cara berjalan yang benar maka akan teerlihat penampilan

seseorang akan lebih terlihat berwibawa dan menarik.

4. Etika berbicara yang baik

Sebagai wanita berbicara sangat mempengaruhi penilaian kita dari orang lain.

Sifat dan karakter seseorang dapat terlihat dari cara kita berbicara dengan orang

lain. Untuk dapat memperoleh nilai yang lebih atau dihormati antar sesama kita

harus bisa mengatur cara bicara kita. Penampilan yang baik juga tidak terlepas

dari cara bicara. Berbicara yang baik dan benar tidak mudah, ini dapat

dipelajari antara lain dengan :


45

1. Menggunakan bahasa yang baik dan sederhana, yaitu menggunakan

bahasa yang sesuai dengan ejaan yang benar dan tidak menggunakan

bahasa gaul.

2. Berbicara dengan tenang, sopan dan jelas, yaitu disaat berbicara tidak

tergesa-gesa, nada bicara rendah dan sopan.

3. Jangan sekali-kali memotong pembicaraan orang, yaitu jika lawan bicara

sedang berbicara hendaknya jang memotong pembicaraan orang tersebut.

4. Jangan menguasai pembicaraan pada saat berbincang-bincang dengan

orang lain, yaitu tidak selalu berbicara tanpa memberi kesempatan kepada

orang lain untuk berbicara.

5. Setelah berbicara usahakan menjadi pendengar yang baik agar orang yang

diajak bicara tidak merasa diremehkan.

Jika kita telah mengetahui etika berbicara yang benar, maka dalam kita

berkomunikasi dengan orang lain akan lebih dihormati dan menyenangkan.

e. Rias Wajah

Rias wajah bertujuan untuk memperbaiki rupa wajah dengan menutupi

kekurangan-kekurangan dan menonjolkan kelebihan yang asli. Rias wajah

adalah suatu seni yang tergantung pada selera masing-masing.

Rias wajah yang baik tidak berlebihan, karena kalau berlebihan malah

akan menghilangkan seluruh kecantikan aslinya.

Yang perlu diperhatikan dalam hal merias wajah adalah faktor usia,

waktu dan kesempatan. Jika usia masih muda, kulit masih halus, tidak perlu

menggunakan kosmetik yang terlalu tebal. Demikian pula jika usia sudah
46

lanjut, merias wajah yang berlebihan akan memberikan pandangan yang tidak

menarik. Rias wajah untuk pagi dan siang berbeda dengan rias wajah untuk

malam hari, rias wajah untuk sehari-hari berbeda dengan rias wajah untuk pesta

dan sebagainya.

Supaya dapat merias wajah dengan baik, maka perlu mengetahui alat-

alat dan kosmetik yang dipakai. Pilihlah kosmetik yang sesuai dengan jenis

kulit, karena kosmetik yang tidak cocok akan merusak kulit. Kosmetik yang

mahal belum tentu cocok untuk kulit pemakainya. Kosmetik yang baik adalah

yang cocok untuk kulit dan sesuai dengan warna kulit.

Dalam merias bukan hanya tertuju pada make up saja, tetapi keseluruhan

baik itu cara menata rambut, cara berpakaian, memilih pelengkap busana agar

penampilan lebih sempurna. Oleh karena itu merias diri berarti merias secara

keseluruhan, mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, dan harus dipikirkan

kombinasi warna, waktu, warna kulit, bentuk tubuh, kesempatan dan

sebagainya.

Menyempurnakan riasan wajah sesuai dengan bentuk muka :

1. Wajah Panjang

Samarkan riasan wajah agar terlihat lebih lebar dari dari mualai riasan alis,

mata, bibir ke arah horisontal. Agar riasan pipi tambah lebih lebar,

baurkan shading warna lebih terang pada daerah pipi paling luar, dan alas

bedak warna yang lebih gelap pada bagian dagu. Lalu pulaskan blush on

untuk daerah pipi yang berbentuk segitiga kearah cuping hidung. Jangan
47

lupa baurkan merata blush on agar shading terlihat rata. ( Gambar

terlampir Hal ).

2. Wajah Bulat

Pada wajah bulat, sebaiknya pulaskan shading pada bagian luar pipi kearah

vertikal lalu pada dagu berikan countershading dengan alas bedak warna

yang lebih terang agar terlihat panjang. Setelah di beri bedak, baurkan

merata blush on pada pipi dari pangkal pipi hingga mencapai warna kulit

aslinya. Hindari bentuk alis yang terlalu melengkung. Buat riasan mata

agak naik.

( Gambar terlampir Hal ).

3. Wajah Persegi

Pulaskan shading pada rahang yang lebar agar terkesan lebih tirus, untuk

menempatkan shading hampir sama dengan wajah bulat. Pulaskan

countershading dengan warna yang lebih terang pada kedua pipi didepan

telinga, lalu pulaskan bedak warna terang pada daerah dagu dan terakhir

untuk kesan agar wajah tampak lebih oval, kenakan blush on arah vertikal

dari bawah mata hingga ke samping mulut. ( Gambar terlampir Hal ).

4. Wajah Oval

Pulaskan shading pada bagian bawah rahang agar terlihat lebih tirus, lalu

pulaskan warna yang lebih terang pada dahi agar tampak lebih sempurna,

lalu pulaskan blush on pada pipi arah vertikal. ( Gambar terlampir Hal

).

5. Wajah Belah Ketupat


48

Biasanya bentuk wajah ini terlihat lebar pada kedua pipi, sebaiknya

samarkan bagian ini dengan shading vertikal begitu pula pada dagu.

Pulaskan dengan warna yang lebih terang pada bagian kedua sisi dahi, sisi

rahang bawah agar terlihat lebih lebar. Dapat pula tambahkan bedak

dengan warna yang lebih lembut. Sedangkan untuk mengurangi

penonjolan pada tulang pipi samarkan dengan blush on arah vertikal. (

Gambar terlampir Hal ).

6. Wajah Hati

Samarkan dahi kanan dan kiri yang lebar dengan shading, begitu pula pada

dagu agar tidak terkesan terlalu lancip. Untuk kesan lebih proporsional,

samarkan kedua sisi rahang bawah dengan warna bedak yang lebih terang,

lalu pulaskan blush on kearah horisontal membaur untuk

menyempurnakan riasan.( Gambar terlampir Hal ).

f. Rias Rambut

Rambut adalah mahkota bagi setiap orang, terutama bagi para wanita.

Rambut yang indah menambah kecantika si pemilik. Untuk memperoleh riasan

rambut yang baik, model rambut harus disesuaikan dengan bentuk wajah

seseorang.

Memilih model rambut yang sesuai dengan bentuk wajah.


49

1. Bentuk wajah bulat telur atau oval.

Semua model rambut pantas untuk wajah yang berbentuk bulat telur.

Perhatikan jika rambut dipotong pendek, sebaiknya dahi ditutup sedikit

dengan ranbut yang agak pendek dan diberi belahan rambut di samping.

( Gambar terlampir Hal ).

2. Bentuk wajah bulat

Rias rambut dengan belahan ditengah lebih cocok untuk muka bulat.

Rambut dibiarkan jatuh menutupu bagian pipi kiri dan kanan yang

membulat itu.

( Gambar terlampir Hal ).

3. Bentuk wajah yang panjang

Rambut sebaiknya ditata dengan poni yang menutupi bagian kening. Tata

rambut yang rata lebih pantas di belakang.

( Gambar terlampir Hal ).

4. Bentuk wajah persegi

Rambut hendaknya dipotong sampai leher dan diberi belahan agak

ketengah. Bagian samping kening sampai ke pipi tutupi dengan untaian

rambut.

( Gambar terlampir Hal ).

5. Bentuk wajah jantung hati

Pilihlah tata rambut dengan belahan samping dan rambut dipotong rata di

belakang tanpa tangga. Bagian pipi yang agak menonjol ditutupi dengan
50

utas-utas rambut. Untuk mengimbangi pipi yanng cekung hendaknya

rambut disisir sedemikian rupa sehingga ujungnya mengarah keluar.

( Gambar terlampir Hal ).

6. Bentuk wajah belah ketupat

Rambut hendaknya ditata sehingga menutupi bagian pipi yang tinggi.

Berilah belahan samping dan sekedar poni sedemikian sehingga rambut

poni yang agak panjang disisir ke samping bersatu dengan bagian rambut

yang banyak. Biarkan rambut terurai ke bawah agar bagian dagu kelihatan

lebar.

( Gambar terlampir Hal ).

7. Berjilbab

Untuk wanita muslim menutup aurat merupakan suatu kewajiban. Dengan

berbusana yang tertutup, sopan tidak memperlihatkan anggota tubuh atau

memperlihatkan lekuk tubuh juga dilengkapi dengan menutup kepala atau

sering disebut jilbab. Masih banyak wanita yang berjilbab hanya untuk

menutupi kepala agar terhindar dari panas atau untuk menutupi

kekurangan seperti rambut botak atau luka yang membekas.

Semakin tren busana yang berjilbab tetapi hanya sekedar aksesoris, tetapi

tidak sedikit juga yang mengenakan jilbab yang benar-benar dari hati

karena dianjurkan untuk wanita muslim.

Dengan menggunakan jilbab harus dapat menciptakan keserasian dan

keanggunan untuk sipemakai. Jilbab harus disesuaikan dengan busana

yang dikenakan baik warna dan bentuk jilbab tersebut. Agar tercipta
51

keserasian dan keanggunan dalam berjilbab sesuaikan dengan situasi dan

kesempatan pemakaian jilbab. Untuk kesempatan keseharian kenakanlah

jilbab yang sederhana dengan model yang tidak mewah, praktis dan tidak

mengganggu aktifitas gerak sipemakai, sebaliknya untuk kesempatan

resmi atau pesta kenakan jilbab yang mewah dan bentuk pemakaian jilbab

dapat difariasi untuk menambah cantik dan anggun.

C. Kerangka Berfikir

Pengetahuan Busana merupakan salah satu pengetahuan dasar

yang di pelajari mahasiswa Jurusan Teknologi Jasa dan Prokduksi

Program Studi PKK Konsentrasi Tata Busana yang baru mengenal

busana. Pelaksanaan pengajaran Pengetahuan Busana diajarkan secara

teori.tujuan dari Pengetahuaan Busana adalah agar mahasiswa dapat

mengenal berbagai macam busana mulai dari pengertian busana bahkan

sampai cara membuat busana tersebut. Selain itu mahasiswa juga di

harapkan untuk dapat berpenampilan diri khususnya busana yang serasi.

Dengan melihat tujuan tersebut diharapkan mahasiswa yang

telah mempunyai pengetahuan tentang busana dapat menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari. Mahasiswa yang telah mendapatkan

pengetahuan busana di harapkan dapat merubah penampilan dirinya.

Mahasiswa yang telah mendapatkan pengetahuan maka kuliah

Pengetahuan busna di harapkan dapat meningkatkan pengetahuaan,

wawasan dan ketermpilannya,sehingga dapat mengembangkan potensi

dirinya, diantaranya dengan berpenampilan diri yang lebih baik dapat di


52

bandingkan dengan Mahasiswa yang memiliki pengetahuan busana yang

lebih sempit.

Tingakat pengetahuan tentang busana yang berbeda-beda dari

mahasiswa menyebabkan wawasan mahasiswa dalam berpenampilan

juga berbeda-beda, utamanya adalah penampilan fisik. Masalah

penampilan ini berlaku untuk semua mahasiswa pada hakekatnya sering

bertemu dengan banyak orang, sehingga harus berpenampilan yang baik

tidak hanya asal memakai busana saja tetapi disesuaikan dengan busana

yang dipakai, rias wajah, sangul, perlengkapan atau asesoris, sikap tubuh

dan perawatan tubuh, sehingga penampilan dirinya tampak serasi dapat

menambah rasa percaya diri.

Hasil survey sementara yang dilakukan oleh peneliti terhadap

mahasiswa, menunjukkan bahwa masih ada mahasiswa yang belum

menerapkan mata kuliah pengetahuan busana sebagimana mestinya,

bahkan ada yang tampil apa adanya tanpa berusaha untuk tampil lebih

baik dan menarik sesuai dengan pengetahuan dan kemampuan yang

mereka miliki misalnya, mahasiswa ke kampus dengan berbusana tidak

sesuai dengan waktu dan kesempatan, warna busana yang tidak sesuai

dengan warna kulit dan lain-lain. Apabila pengetahuan yang mereka

dapatkan dari Pengetahuan Busana itu tidak diterapkan, maka

penampilan dirinya akan seadanya dan terkesan kurang menarik.

D. HIPOTESIS
53

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul (

Suharsimi Arikunto, 1996 : 67 ).Dan hipotesis yang diajukan dalam

penelitian ini adalah :

“ Ada Hubungan Antara Pengetahuan Busana Terhadap Penampilan Diri

Pada Mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan

Tahun 2004“
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi menurut Suharsimi Arikunto (1998 : 115 ) adalah

keseluruhan subjek penelitian. Pendapat lain mengatakan bahwa populasi

adalah kelompok besar subjek penelitian ( Mohammad Ali, 1993 : 45 ).

Penelitian ini jumlah populasinya kurang dari 100 yaitu 31 mahasiswa

yang merupakan mahasiswa Teknologi Jasa dan Produksi Angkatan 2004 /

2005 yang terdiri dari D3 yang berjumlah 15 Mahasiswa dan S1 yang

berjumlah 16 Mahasiswa. Mahasiswa diambil semua sebagai objek

penelitian dan sekaligus sebagai sampel penelitian.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (

Suharsimi Arilunto, 1998:117 ). Suharsimi Arikunto (1998:120)

mengemukakan dalam teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah teknik total sampling karena populasinya kurang dari

100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi, selanjutnya jika jumlah subjek besr dapat diambil

antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 %.

B. Variabel Penelitian

Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian

suatu penelitian ( Suharsimi Arikunto,1998 : 99 ).

56
57

1. Variabel Bebas ( X )

Variabel bebas menurut ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 101) adalah

variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Dalam penelitian ini

yang menjadi variabel bebas adalah Pengetahuan Busana. Dengan

indikator sebagai berikut :

a. Pengetahuan dasar tentang busana.

b. Pengetahuan tentang keserasian berbusana.

c. Keserasian berbusana dengan tata rias wajah.

d. Keserasian berbusana dengan tata rias rambut.

e. Pengaturan sikap.

f. Pemeliharaan kesehatan.

g. Kepribadian.

2. Variabel Terikat ( Y )

Variabel terikat menurut ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 101 ) adalah

variabel yang tergantung atau variabel tak bebas. Dalam penelitian ini yang

menjadi variabel terikat adalah Penampilan Diri, dengan indikator sebagai

berikut :

a. Keserasian dalam berbusana.

b. Tata rias wajah

c. Tata rias rambut

d. Pengaturan sikap

e. Kepribadian
58

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang merupakan salah satu kegiatan yang

dirumuskan secara tetap, hal ini dimaksudkan agar data yang diperoleh benar -

benar akurat. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk

mendapatkan atau memperoleh data yaitu :

1. Metode Dokumentasi

Menurut Suharsimi Arikunto, 1998 : 236 metode dokumentasi yaitu

mencari data mengenai hal – hal atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda

dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mengetahui jumlah

mahasiswa S1 Konsentrasi Pendidikan Tata Busana UNNES Angkatan

Tahun 2004 / 2005.

2. Metode Tes

Metode tes adalah metode pengumpulan data melalui sejumlah

pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur

ketrampilan, pengetahuan, inteligensi, kemampuan atau bakat yang di

miliki oleh individu atau kelompok, ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 226).

Metode tes ini digunakan untuk mengungkap pengetahuan tentang busana

yang di miliki oleh mahasiswa TJP Angkatan Tahun 2004 / 2005.

Metode ini digunakan untuk memperoleh data mengenai pengetahuan

busana.

3. Metode Observasi

Metode Observasi adalah kegiatan pemusatan perhatian terhadap

suatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra seperti penglihatan,


59

penciuman dan peraba ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 146 ). Dalam penelitian

ini observasi yang dilakukan oleh peneliti mengamati secara sekilas

penampilan diri setiap sampel yaitu mahasiswa Program Studi S1

Konsentrasi Tata Busana Angkatan 2004 / 2005. Metode ini digunakan

untuk memperoleh data mengenai penampilan diri, sehingga data yang

diperoleh dari metode observasi ini dapat digunakan pedoman sebagai

lembar observasi atau pengamatan selama 3 hari dengan waktu berselang.

Tabel 1. Kisi – kisi Observasi Penampilan Diri

Variabel Indikator Sub Indikator Skala Ukur

A.Penampilan a.Keserasian 1.Keserasian berbusana dengan


Diri dalam pelengkap busana.
berbusana 2.Keserasian berbusana dengan
bentuk tubuh.
3.Keserasian berbusana dengan
warna kulit.
4.Keserasian berbusana dengan
suasana / waktu.
5.Keserasian berbusana dengan
kesempatan.
6.Keserasian berbusana dengan
perkembangan mode.
b.Tata rias wajah 1.Keserasian berbusana dengan tata
rias wajah.
c.Tata rias rambut 1.Keserasian berbusana dengan tata
rias rambut.
d.Pengaturan 1. Keserasian dengan sikap duduk.
sikap/penampil 2. Keserasian dengan sikap berjalan.
an. 3. Keserasian dengan cara
e. Kepribadian berbicara.
1. Keserasian dengan kepribadian.
60

D. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sesuatu instrumen bisa di sebut baik sebagai alat ukur apabila

memenuhi persyaratan validitas dan reliabilitas, suatu alat penilaian yang

dikatakan baik, apabila alat tersebut memenuhi dua hal yaitu validitas dan

reliabilitas. Apabila dalam penelitian instrumen yang digunakan merupakan

tes maka harus telah di uji cobakan, serta memenuhi aspek kesahihan dan

keandalannya. Maksud di lakukannya uji coba instrumen adalah untuk

mendapatkan insrtumen yang baik, sehingga dapat di gunakan untuk

menyaring data yang dibutuhkan dalam menjawab masalah yang telah

dirumuskan.

1. Validitas Instrumen

Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukan tingkat –

tingkat kevalidan suatu instrumen ( Suharsimi Arikunto, 1998 : 160 ). Uji

validitas di lakukan dengan validitas item untuk tes pengetahuan busana

dan lembar observasi yaitu dengan mengkorelasikan skor tiap butir soal

dengan skor total. Dari hasil tersebut kemudian di konsultasikan dengan

taraf signifikan 5 %. Dari hasil korelasi inilah dapat diketahui valid

tidaknya instrumen. Apabila hasil perhitungan lebih besar dari nilai tabel

berarti instrumen dikatakan valid dan dapat di gunakan dalam penelitian,

sebaliknya apabila hasil perhitungan korelasi lebih kecil dari tabel r

product moment, maka butir tersebut dikatakan tidak valid dan tidak dapat

dipakai dalam penelitian.

Rumus koefisien korelasi yang digunakan untuk mencari validits

instrumen dengan menggunakan Korelasi Product Moment Angka Kasar.


61

Rumus :

NΣXY − (ΣX )(ΣY )


rxy =
{NΣX − (ΣX ) 2 }{( NΣY 2 − (ΣY ) 2 }
2

Dimana :

rxy : Varians butir

X : Jumlah skor butir

X2 : Jumlah kuadrat skor butir

Y : Jumlah skor total

Y2 : Jumlah skor total kuadrat

N : Jumlah responden

( Suharsimi Arikunto,1998 : 256 )

Berdasarkan hasil uji coba validitas instrument test pengetahuan

busana yang berjumlah 60 item soal diketahui bahwa terdapat dua item

soal yang tidak valid yaitu nomor 3 dan 27 karena memiliki rxy sebesar -

0,038 dan 0,148 yang lebih kecil dari rtabel = 0,361 untuk α = 5% dengan n

= 30. Selanjutnya 58 item soal yang valid penomorannya disusun kembali

dan dapat digunakan sebagai alat pengumpul data.

2. Reliabilitas Instrumen

Reliabilitas memiliki pengertian bahwa suatu instrumen cukup

dapat untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen itu

memiliki tingkat keajegan yang baik. Dalam menentukan reliabel tidaknya

instrumen, hasil uji coba ditabulasikan dalam tabel analisis data di cari

varian tiap butir, kemudian dijumlahkan menjadi menjadi varian total.


62

Dalam penelitian ini untuk mengetahui reliabilitas instrumen tes

pengetahuan busana digunakan rumus K-R 20 untuk menguji. Adapun

yang menjadi dasar penggunaan rumus ini adalah karena instrumen yang

dicari reliabilitasnya berbentuk tes yang mempunynai rentang skor 0 – 1 (

Suharsimi Arikunto, 1998 : 182 ).

Rumus reliabilitas dengan rumus K – R 20 :

⎛ K ⎞⎛⎜ Vt − Σpq ⎞⎟
r 11= ⎜ ⎟⎜ ⎟
⎝ K − 1 ⎠⎝ Vt ⎠

Dimana :

r 11 : Reliabilitas instrumen

K : Banyaknya butir pertanyaan

Vt : Varians total

Σ pq : Jumlah hasil perkalian antara p dan q

( Suharsimi Arikunto, 1998 : 182 )

Penggunaan reliabilitas untuk metode observasi dengan

menggunakan reliabilitas hasil ranting. Ranting adalah pemberian skor

berdasarkan judgment subjek terhadap aspek atau atribut tertentu, yang

dilakukan melalui pengamatan sistimatika secara langsung ataupun tidak

langsung. Bila ranting dilakukan oleh beberapa orang raters maka

reliabilitas hasil ranting lebih ditekankan pengertiannya pada konsistensi

antarraters ( interrater reliability)

Rumus :

ss 2 − se 2
rxx =
ss 2 + (k − 1) se 2
63

rxx : reliabilitas observasi

ss 2 : varians antar subjek yang dikenai ranting

se2 : varians eror, yaitu varians interaksi antara sujek (s) dan rater (r)

k : banyaknya rater yang memberikan ranting

( Saifuddin Azwar, 2003 : 107 ).

Hasil perhitungan reliabilitas instrument test pengetahuan busana

dengan rumus KR-21 diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,934 > r tabel

= 0,361 untuk α = 5% dengan N = 30. Dengan demikian dapat dijelaskan

bahwa instrument test pengetahuan busana tersebut reliabel. Sedangkan

hasil perhitungan reliabilitas lembar obersevasi penampilan diri dengan

rumus ratter diperoleh koefisien relibilitas sebesar 0,993 > 0,361 untuk

α = 5% dengan N = 30. Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa lembar

observasi penampilan diri tersebut juga reliabel.

3. Tingkat Kesukaran Soal Tes Pengetahuan Busana

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan dan tidak

terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang peserta untuk

mempertinggi usaha untuk memecahkannya. Sebabnya soal yang terlalu

sukar menyebabkan peserta mudah putus asa. Cara mengetahui tingkat

kesukaran soal di tunjukkan dengan “indeks kesukaran soal.

Rumus :
P
P=
JS
Dimana :

P : Indeks kesukaran

B : Banyaknya responden yang menjawab soal dengan betul

JS : Jumlah seluruh responden


64

Adapun kriteria perhitungan indeks kesukaran dapat dilihat pada

tabel berikut ini :

Tabel 2. Kriteria Perhitungan Indeks Kesukaran


Indeks kesukaran Kriteria perhitungan
0,00 – 0,30 Soal Sukar
0,30 – 0,70 Soal Sedang
0,70 – 1,00 Soal Mudah
( Suharsimi Arikunto, 2001 : 201 )

Berdasarkan hasil ujicoba instrumen tes diperoleh soal dengan

kriteria sukar 1,67%, soal dengan criteria sedang 83,33% dan soal dengan

criteria mudah 15,00%. Hasil perhitungan dapat dilihat pada lampiran dan

terangkum pada pada tabel 3.

Tabel 3. Ringkasan Tingkat Kesukaran Soal Ujicoba


No Kriteria Nomor soal Jumlah %
1 Sukar 6 1 1,67%
2 Sedang 1, 2, 3, 4, 5, 10, 12, 13, 14, 15, 50 83,33%
16, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25,
27, 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34, 35,
36, 37, 38, 40, 41, 42, 43, 44, 45,
46, 47, 48, 49, 50, 51, 53, 54, 55,
56, 57, 59, 60
3 Mudah 7, 8, 9, 11, 17, 26, 39, 52, 58 9 15,00%

4. Daya Pembeda Soal Tes Pengetahuan Busana

Daya pembeda soal adalah kemampuan soal untuk membedakan

peserta yang pandai dan peserta yang bodoh. Angka yang menunjukkan

pembeda soal tersebut “ Indeks Diskriminasi”. Cara mengukur daya

pembeda soal adalah :


65

1) Menghitung atau membuat urutan peserta atas dasar skor yang

diperoleh, disusundari skor yang paling tinggi sampai skor yang paling

rendah.

2) Mengambil 50 % kelompok atas dan 50 % kelompok bawah, dimana

kelompok atas dari ranngking kelompok bawah.

3) Menghitung jawaban yang benar dari kelompok atas untuk item yang

dianalisis, demikian juga untuk kelompok bawah.

4) Hasil butir ( 3 ) masing – masing dibagi dengan jumlah kelompok atas

dan bawah.

5) Hasil butir ( 4 ) dilakukan pengurangan dari kelompok atas dengan

kelompok bawah dengan rumus sebagai berikut :

BA BB
D= − = PA − PB
JA JB

Dimana :

D : Daya pembeda soal

BA: Jumlah peserta kelompok atas yang menjawab benar

BB: Jumlah peserta kelompok bawah yang menjawab benar

JA: Jumlah peserta kelompok atas

JB: Jumlah peserta kelompok bawah

PA: Proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar

PB: Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar

( Suharsimi Arikunto, 2001 : 214 ).


66

Tabel 4. Kriteria Daya Pembeda Soal


Indeks Diskriminasi Kriteria Daya Pembeda Soal
0,00 – 0,20 Soal Jelek
0,20 – 0,40 Soal Cukup
0,40 – 0,70 Soal Baik
0,70 – 1,00 Soal Baik Sekali
( Suharsimi Arikunto, 2001 : 218 )

Berdasarkan hasil ujicoba diperoleh 3,33% soal yang daya

pembedanya jelek, 78,34% cukup dan 18,33% dalam kategori baik. Hasil

perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran seperti pada tabel

5 berikut.

Tabel 5. Ringkasan Daya Pembeda Soal Ujicoba


No Kriteria Nomor soal Jumlah %
1 Jelek 3, 27 2 3,33
2 Cukup 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 15, 47 78,34
17, 18, 19, 20, 21, 23, 24, 25,
26, 28, 29, 30, 31, 34, 35, 36,
37, 38, 39, 40, 41, 42, 44, 45,
48, 49, 50, 51, 52, 54, 56, 57,
58, 59, 60
3 Baik 1, 2, 4, 14, 16, 22, 32, 43, 46, 11 18,33
47, 53

Berdasarkan analisis ujicoba tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa dari 60 soal terdapat 58 soal yang layak digunakan

untuk instrumen penelitian karena valid dan daya bedanya tidak jelek.

E. Metode Analisis Data

Dalam penelitian analisis data yang digunakan adalah deskriptif dan uji

hipotesis.
67

1. Metode Deskriptif

Data yang diperoleh dari tes di analisis dengan menggunakan

motode diskriptif dengan tujuan untuk menggambarkan data tersebut.

Rumus yang digunakan yaitu Mean, Median, Modus, Sandart Deviasi serta

analisis deskritif persentase. Rumus yang digunakan adalah :

Σxi
a. Mean x=
n

⎛ 1 / 2n − F ⎞
b. Median Me = b + p ⎜⎜ ⎟⎟
⎝ f ⎠

Dimana :

b : batas bawah kelas median

p : panjang kelas median

n : ukuran sampel atau banyaknya data

F : jumlah semua frekuensi dengan tanda kelas kecil dari tanda kelas

median

f : frekuensi kelas median

⎛ b ⎞
c. Modus Mo = b + p ⎜⎜ 1 ⎟⎟
⎝ b1 + b2 ⎠

Dimana :

b : batas bawah kelas modal

p : panjang kelas modal

b1 : frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan

tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal

b2 : frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan

tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal.


68

n
d. Prosentase (%) = x100%
N

Keterangan

n = Jumlah nilai yang diperoleh

N = Jumlah nilai seluruhnya

(Muh. Ali, 1993)

2. Uji Normalitas Data

Sebelum data dianalisis dengan rumus korelasi product moment,

terlebih dahulu diuji normalitasnya apakah setiap variabelnya berdistribusi

normal atau tidak dengan mengacu pada ketentuan tolak Ho jika χ2hitung ≤

χ2tabel dengan taraf signifikan 5% dan dk = k – 3, pengujian menggunakan

rumus uji chi kuadrat dengan langkah-langkah :

a. Menusun data dalam tabel distribusi frekuensi

Penentuan banyak kelas interval (k) dengan ketentuan :

k = 1 + 3,3 log N

N = banyaknya obyek penelitian

data terbesar − data terkecil


Interval =
banyak kelas interval

b. Menghitung rata-rata dan simpangan baku

X=
∑X i

∑X − (∑ X i )
2 2
i
s=
N(N − 1)

c. Mencari z-skor dari setiap batas kelas dengan rumus:

X−X
z=
s
69

d. Menghitung frekuensi yang diharapkan (fo) dengan cara mengalikan

besarnya ukuran sampel dengan peluang atau luas daerah di bawah

kurva normal untuk interval yang bersangkutan.

e. Menghitung statistik Chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut :

χχ 2 = ∑
i
(f o − f h )2 (Sugiyono, 2005:69)
i =1 fh

Keterangan : χ2 = Chi kuadrat

fo = frekuensi observasi

fh = frekuensi harapan

3. Korelasi Product Moment

Korelasi product moment digunakan untuk membuktikan apakah

sampe –sampel berkorelasi dengan rumus sebagai berikut :

NΣXY − (ΣX )(ΣY )


r xy=
{NΣX 2 − (ΣX ) 2 }{( NΣY 2 − (ΣY ) 2 }

Selanjutnya harga r yang diperoleh diuji signifikansinya dengan uji

t dengan rumus sebagai berikut :

r n−2
t= (Sugiyono, 2005:215)
1 − r2
Keterangan :

n = Banyaknya sampel

r = Koefisien korelasi

Jika t > ttabel maka disimpulkan koefisien korelasi r tersebut

signifikan.
70

KISI – KISI INSTRUMEN PENGETAHUAN BUSANA

Variabel Indikator Sub Indikator No. Item

A. Pengetahuan 1. Pengetahuan dasar tentang a). Pengertian Busana 1

Busana busana b). Tujuan Berbusana 2, 3

c). Penggolongan Busana 4, 5, 6, 7, 8,

9, 10, 11, 12,

13, 14

2. Pengetahuan tentang a). Keserasian berbusana 15, 16, 17,

keserasian berbusana dengan pelengkap busana 18, 19, 20,

21, 22, 23,

b). Keserasian berbusana yang 24, 25, 26,

dilihat dari usia 27

c). Keserasian berbusana yang

dilihat dari bentuk tubuh 28, 29, 30,

d). Keserasian berbusana yang 31, 32, 33,

dilihat dari warna kulit 34

e). Keserasian berbusana yang 35

dilihat dari warna busana

f). Keserasian berbusana yang 36, 37

dilihat dari suasana/waktu

g). Keserasian berbusana yang 38, 39

dilihat dari kesempatan

h). Kondisi status sosial 40, 41, 42,


71

ekonomi 43, 44

i). Perkembangan Mode 45

3). Keserasian berbusana 46,

dengan tata rias wajah a). Tata rias wajah

4). Keserasian berbusana 47, 48, 49,

dengan tata rias rambut a). Tata rias rambut 50, 51, 52,

5). Pengaturan Sikap 53

6). Pemeliharaan Kesehatan a). Sikap Badan 54, 55, 56

7). Kepribadian a). Kesehatan Jasmani

a). Kepribadian yang dimiliki 57

58, 59

60
72

PEDOMAN PENILAIAN OBSERVASI PENAMPILAN DIRI

1. Keserasian berbusana dengan pelengkap busana.

Kriteria :

4. Dapat menyesuaikan busana dengan pelengkap busana sesuai dengan waktu

dan kesempatan dengan baik dan benar.

3. Dapat menyesuaikan busana dengan waktu dan kesempatan, tetapi tidak

dapat menerapkan pelengkap busana dengan baik dan benar.

2. Tidak dapat menyesuaikan busana dengan waktu dan kesempatan, tetapi

dapat menerapkan pelengkap busana dengan baik dan benar.

1. Tidak dapat menyesuaikan busana dengan waktu dan kesempatan dan tidak

dapat menerapkan pelengkap busana dengan baik dan benar.

2. Keserasian berbusana dengan bentuk tubuh.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan busana sesuai dengan bentuk tubuh dengan baik dan

benar.

3.Dapat menerapkan busana sesuai dengan bentuk tubuh, tetapi tidak

menerapkan sesuai dengan kesempatan.

2. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan bentuk tubuh, tetapi dapat

menerapkan sesuai dengan kesempatan.


73

1. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan bentuk tubuh dan tidak

dapat menerapkan sesuai dengan kesempatan.

3. Keserasian berbusana dengan warna kulit.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan busana sesuai dengan warna kulit dan warna busana

dengan baik dan benar.

3. Dapat menerapkan busana sesuai dengan warna kulit, tetapi tidak dapat

menyesuaikan dengan bentuk tubuh.

2. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan warna kulit, tetapi dapat

menyesuaikan dengab bentuk tubuh.

1. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan warna kulit dan tidak dapat

menyesuaikan dengan bentuk tubuh.

4. Keserasian berbusana dengan suasana / waktu.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan busana sesuai dengan suasana / waktu dan dapat

menerapkan pelengkap busana.

3. Dapat menerapkan busana sesuai dengan suasana / waktu, tetapi tidak dapat

menerapkan pelengkap busana dengan benar.

2. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan suasana / waktu, tetapi dapat

menerapkan pelengkap busana sesuai dengan suasana / waktu.


74

1. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan suasana dan tidak dapat

menerapkan pelengkap busana dengan suasana / waktu dengan baik dan

benar.

5. Keserasian berbusana dengan kesempatan.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan busana seseuai dengan kesempatan dan waktu dengan

baik dan benar.

3. Dapat menerapkan busana sesuai dengan kesempatan, tetapi tidak dapat

menerapkan sesuai dengan waktu dengan benar.

2. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan kesempatan, tetapi dapat

menyesuaikan dengan waktu dengan baik dan benar.

1. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan kesempatan dan tidak dapat

menyesuaikan dengan waktu dengan baik dan benar.

6. Keserasian berbusana dengan perkembangan mode.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan busana sesuai dengan perkembangan mode dan sesuai

dengan bentuk tubuh yang benar.

3. Dapat menerapkan busana sesuai dengan perkaembangan mode, tetapi tidak

dapat menyesuaikan dengan bentuk tubuh.

2. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan perkembangan mode, tetapi

dapat menerapkan busana sesuai denga bentuk tubuh dengan benar.


75

1. Tidak dapat menerapkan busana sesuai dengan perkembangan mode dan

tidak dapat menesuaikan busana sesuai dengan bentuk tubuh.

7. Keserasian berbusana dengan tata rias wajah.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan tata rias wajah dengan busana yang dikenakan sesuai

dengan kesempatan dengan baik dan benar.

3. Dapat menerapkan dengan tata rias wajah sesuai dengan busana yang

dikenakan, tetapi tidak dapat menyesuaikan dengan kesempatan.

2. Tidak dapat menerapkan tata rias wajah dengan busana yang dikenakan,

tetapi dapat menyesuaikan dengan kesempatan.

1. Tidak dapat menerapkan tata rias wajah dengan busana yang dikenakan dan

tidak dapat menyesuaikan dengan kesempatan.

8. Keserasian berbusana dengan tata rias rambut.

Kriteria :

4. Dapat menerapkan tata rias rambut seseuai dengan busana yang dikenakan

dan sesuai dengan kesempatan.

3. Dapat menerapkan tata rias rambut dengan busana yang dikenakan, tetapi

tidak dapat menyesuaikan dengan kesempatan.

2. Tidak dapat menerapkan tata rias rambut dengan busana yang dikenakan,

tetapi dapat menyesuaikan dengan kesempatan.


76

1. Tidak dapat menerapkan tata rias rambut dengan busana yang dikenakan

dan tidak dapat menyesuaikan dengan kesempatan.

9. Keserasian dengan sikap duduk.

Kriteria :

4. Dapat bersikap duduk yang baik sesuai dengan waktu dan kesempatan.

3. Dapat bersikap duduk yang baik dengan badan tegak,tetapi kaki diangkat

diatas kursi.

2. Duduk dengan kaki berada di sudut kursi, tetapi badan bersandar di meja.

1. Badan bersandar di meja dan kaki diangkat di atas kursi.

10. Keserasian dengan sikap berjalan.

Kriteria :

4. Dapat berjalan dengan tegak lurus ke depan dan pandangan lurus ke depan.

3. Berjalan dengan tegak lurus kedepan, tetapi pandangan mata tunduk ke

bawah.

2. Berjalan berlawanan arah, tetapi pandangan lurus ke depan.

1. Berjalan berlawanan arah dan pandangan tunduk ke bawah.

11. Keserasian dengan cara berbicara.

Kriteria :

4. Dapat berbicara dengan bahasa yang benar dan pandangan mata ke arah

lawan bicara.
77

3. Berbicara dengan bahasa yang benar, tetapi pandangan mata tidak tertuju

pada lawan bicara.

2. Pandangan mata ke arah lawan bicara, tetapi berbicara dengan nada sangat

keras.

1. Berbicara dengan keras dan pandangan mata tunduk ke bawah.

12. Keserasian dengan kepribadian.

Kriteria :

4. Bersikap memperhatikan disaat dosen menjelaskan materi perkuliahan

dengan baik.

3. Memperhatikan dosen, tetapi tangan sibuk mengerjakan pekerjaan lain.

2. Berbicara sendiri disaat dosen memjelaskan materi perkuliahan.

1. Disaat perkuliahan berlangsung mahasiswa makan di dalam ruangan.


78

LEMBAR OBSERVASI PENAMPILAN DIRI

Nama Responden :…………………………………………………

Pengamat :…………………………………………………

No. Obyek Pengamatan Skala Ukur

1. Keserasian berbusana sesuai dengan pelengkap busana.

2. Keserasian berbusana sesuai dengan bentuk tubuh.

3. Keserasian berbusana sesuai dengan warna kulit.

4. Keserasian berbusana sesuai dengan suasana / waktu.

5. Keserasian berbusana sesuai dengan kesempatan.

6. Keserasian berbusana sesuai dengan perkembangan mode.

7. Keserasian berbusana dengan tata rias wajah.

8. Keserasian berbusana dengan tata rias rambut.

9. Keserasian dengan sikap duduk.

10. Keserasian dengan sikap berjalan.

11. Keserasian dengan cara berbicara.

12. Keserasian dengan kepribadian.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini akan dipaparkan tentang hasil penelitian meliputi deskripsi

data hasil penelitian, uji prasyarat analisis korelasi, pengujian hipotesis dan

pembahasannya.

A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Hasil Penelitian

Tabel 6. Deskripsi Data Variabel X dan Y

Variabel Tertinggi Terendah SD Varians Rata-rata


Variabel X 88 41 11,44 130,89 70,81
Variabel Y 42,5 29,5 3,58 12,81 36,95

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata

pengetahuan busana mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang

adalah 70,81 dengan nilai maksimal 88, nilai minimal 41, standar deviasi

11,44 dan varians 130,89. Karena standar deviasi yang diperoleh relatif

besar maka menunjukkan bahwa perbedaan pengetahuan busana

mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang tersebut relatif

besar. Rata-rata skor penampilan diri mahasiswa Tata Busana Universitas

Negeri Semarang adalah 36,95 dengan skor minimal adalah 29,5, skor

maksimal 42,5, standar deviasi 3,58 dan varians 36,95. Karena standar

deviasi yang diperoleh juga besar maka menunjukkan bahwa perbedaan

penampilan diri mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang

juga besar. Lebih jelasnya pengetahuan busana dan penampilan diri

79
80

mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang tersebut dapat

dilihat dari hasil belajar masing-masing siswa seperti yang disajikan pada

gambar 4.1.

80%
70%
60% 51.61%
Distribusi (%)

45.16%
50%
38.71% 35.48%
40%
30%
12.90%
20% 9.68%
6.45%
10% 0.00%
0%
Sangat baik Baik Cukup Kurang

Kategori
Pengetahuan Busana Penampilan Diri

Gambar 1. Bagan Distribusi Kategori Pengetahuan Busana dan


Penampilan Diri

Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa pengetahuan busana

sebagian besar mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang baik

(45,16%), dan selebihnya masuk dalam kategori cukup (35,48%), sangat

baik (12,90%) dan kurang 6,45%). Sedangkan penampilan diri sebagian

besar mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang masuk dalam

kategori baik (51,61%), selebihnya yaitu sangat baik (38,71%), dan cukup

(9,68%).

2. Hasil Uji Prasyarat

Ada tidaknya hubungan antara pengetahuan busana dengan

penampilan diri mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang

dapat dilihat dari hasil analisis korelasi. Sebelum analisis tersebut


81

diuraikan, terlebih dahulu diuji normalitasnya sebagai syarat berlakunya

analisis tersebut. Hasil uji normalitas data menggunakan rumus chi kuadrat

diperoleh hasil seperti terangkum pada tabel berikut:

Tabel 6. Hasil Uji Normalitas Data


Variabel χ2 hitung χ2 tabel Kriteria
Pengetahuan busana (X) 4,0525 9,49 Normal
Penampilan diri (Y) 4,5970 9,49 Normal
Sumber Data : Data penelitian diolah

Dari hasil tersebut di atas terlihat bahwa harga χ2hitung untuk data

variabel pengetahuan busana adalah 4,0525 dan untuk data variabel

penampilan diri adalah 4,5970 lebih kecil dari harga χ2tabel = 9,49 untuk α

= 5% dengan dk = 3. Dengan demikian menunjukkan bahwa data dalam

penelitian ini berdistribusi normal sehingga untuk keperluan pengujian

hipotesis dapat dilakukan dengan analisis korelasi.

3. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil analisis diperoleh koefisien korelasi antara ada

hubungan antara pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada

mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun

2004 sebesar 0,592. Keberartian dari koefisien korelasi tersebut dapat diuji

dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis diperoleh t hitung =

3,96 > t tabel = 1,70 pada α = 5% dengan dk = 29. Karena thitung > ttabel,

maka menunjukkan bahwa koefisien korelasi tersebut signifikan sehingga

hipotesis nihil (Ho) yang berbunyi “Tidak ada hubungan antara

pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada mahasiswa Tata

Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2004”, ditolak dan

hipotesis kerja atau (Ha) yang berbunyi “Ada hubungan antara


82

pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada mahasiswa Tata

Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2004”, diterima.

Besarnya kontribusi yang diberikan oleh pengetahuan busana

terhadap penampilan diri pada mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2004 dapat diketahui dari harga koefisien

determinasi. Berdasarkan hasil perhitungan pada lampiran diperoleh harga

r2 = 0,3505. Dengan demikian besarnya kontribusi pengetahuan busana

terhadap penampilan diri mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2004 adalah 35,05%.

B. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada

mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun 2004.

Harga koefisien korelasi antara pengetahuan busana dengan pengetahuan diri

sebesar 0,592 tersebut berada pada indeks korelasi 0,4 sampai dengan 0,6 dan

termasuk kategori cukup erat.

Selain itu harga koefisien korelasi yang bertanda positif menunjukkan

bahwa bentuk hubungan antara pengetahuan busana dengan penampilan diri

adalah hubungan yang positif yang artinya semakin baik pengetahuan busana

mahasiswa maka akan semakin baik penampilan dirinya dan sebaliknya

semakin buruk pengetahuan busana mahasiswa maka akan semakin buruk pula

penampilan dirinya.
83

Besarnya kontribusi pengetahuan busana terhadap penampilan diri

mahasiswa adalah 35,05%. Dengan demikian selain ditentukan oleh

pengetahuan busana, ternyata penampilan diri mahasiswa ditentukan oleh

faktor lain selain penguasaan materi sebesar 58,31%. Lebih jelasnya dapat

dilihat pada gambar berikut :

Pengetahuan
Busana,
Faktor lain, 35.05%
64.95%

Gambar 2. Sumbangan Pengetahuan Busana Terhadap Penampilan Diri

Mengacu dari hasil yang diperoleh tersebut maka terlihat bahwa

penampilan diri mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang

Angkatan Tahun 2004 ikut ditentukan oleh baik tidaknya pengetahuan

mahasiswa dalam berbusana. Oleh karena itu dalam rangka memperbaiki

penampilan dirinya, para mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2004 hendaknya berusaha meningkatkan

pengetahuannya dalam berbusana.

Dewasa ini busana tidak hanya berfungsi sebagai penutup tubuh saja,

melainkan diperlukan pula keserasian antara busana itu sendiri dengan si

pemakainya. Sehingga busana itu sekaligus membantu untuk menyulap

pandangan mata seseorang (memperbaiki bentuk tubuh) dan memperindah


84

diri. Sumarlien (1992:1) menjelaskan bahwa seiring dengan perkembangan

jaman berkembang pula fungsi busana yaitu untuk memenuhi syarat

kesehatan, peradaban dan kesusilaan serta rasa keindahan. Kondisi ini

memberi tuntutan kepada manusia untuk mengatur cara berbusana pada waktu

melakukan kegiatan yang berbeda.

Setiap orang ingin tampil rapi dan menarik. Karena penampilan yang

serasi dan menarik akan memudahkan dalam pergaulan sehari-hari. Sebelum

mencapai penampilan yang serasi dan menarik, setiap orang harus tahu tujuan

dari berbusana, antara lain untuk memenuhi syarat-syarat peradapan

kesusilaan, kebutuhan kesehatan, rasa keindahan, menutupi cacat dan

kekurangan bentuk tubuh.

Penampilan yang baik atau berbusana yang serasi ikut berperan penting

dalam menentukan keberhasilan hidup seseorang. Dalam kaitannya dengan

diri sendiri, dengan berbusana yang serasi dapat memperkuat kepercayaan diri,

sehingga lebih mantap dalam menghadipi tugas-tugas pekerjaanya, terutama

pekerjaan yang sifatnya berhubungan dengan masyarakat luar. Kepercayaan

diri juga meningkatkan rasa harga diri.

Dalam segi hubungan dengan orang lain, penampilan yang baik dengan

berbusana yang serasi dapat menimbulkan rasa hormat dan rasa simpati, serta

menjadikan kehadiran yang bersangkutan disenangi. Kesemua itu membuka

berbagai kemungkinan pengembangannya yang positif, mengingat penampilan

diri seseorang sedikit banyak juga mencerminkan kepribadian yang

bersangkutan.
85

Pengetahuan busana merupakan salah satu unsur pendukung

penampilan diri seseorang. Pengetahuan busana dapat peroleh melalui buku-

buku tentang busana, majalah fashion, koran, televisi. Penampilan diri

merupakan faktor yang sangat penting dalam pergaulan. Dalam kehidupan

pergaulan di kampus, mahasiswa dituntut memiliki kesadaran dalam

berpenampilan, secara tidak langsung mahasiswa dituntut kerapian dan

keserasian dalam berpenampilan. Wanita menginginkan bentuk tubuh yang

ideal, tetapi semua tahu setiap individu pasti memiliki kekurangan baik dalam

bentuk tubuh. Dengan demikian untuk dapat berpenampilan yang baik

seharusnya kita dapat menututi kekurangan tersebut agar tampak lebih indah

dengan kata lain harus dapat menyamarkan kekurangan yang ada pada tubuh,

dan cara yang paling tepat adalah dengan berbusana yang serasi sesuai dengan

bentuk tubuh sehingga dapat menutupi kekurangan dari bentuk tubuhnya.

C. Keterbatasan Penelitian

Ada beberapa keterbatasan yang dalam penelitian ini antara lain

sebagai berikut :

1. Penampilan diri mahasiswa Jurusan PKK S1 Konsentrasi Tata Busana

dan Program Studi D3 Teknologi Jasa dan Produksi Tata Busana Fakultas

Teknik Universitas Negeri Semarang belum terungkap secara mendalam,

sebab peneliti hanya menggunakan variabel penelitian tentang

pengetahuan busana saja, sehingga kurang mampu mengukur penampilan

diri mahasiswa secara mendalam. Seharusnya ada faktor lain yang dapat

dijadikan variabel seperti tingkat ekonomi keluarga, lingkungan keluarga,

lingkungan pergaulan dan faktor lainnya..


86

2. Penelitian ini hanya dilakukan pada mahasiswa Jurusan PKK S1

Konsentrasi Tata Busana dan mahasiswa Program Studi D3 Teknologi

Jasa dan Produksi Tata Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2004, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat

digunakan untuk mengeneralisasikan penampilan diri pada mahasiswa dari

Jurusan Teknologi Jasa dan Produksi Program Studi S1 PKK Konsentrasi

Tata Boga dan lainnya dengan karakteristik yang beragam.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasannya, maka dapat diambil

suatu simpulan sebagai berikut :

1. Ada hubungan pengetahuan busana terhadap penampilan diri pada

mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri Semarang Angkatan Tahun

2004.

2. Besarnya kontribusi atau sumbangan pengetahuan busana terhadap

penampilan diri pada mahasiswa Tata Busana Universitas Negeri

Semarang Angkatan Tahun 2004adalah 35,05%.

B. Saran

Berdasarkan simpulan di atas, maka peneliti mengajukan saran-saran

sebagai berikut :

1. Walaupun mahasiswa sebelumnya pernah mendapatkan materi

pengetahuan busana, hendaknya tetap berusaha meningkatkan

pengetahuannya dalam berbusana melalui berbagai sumber baik buku-

buku tentang busana, majalah fashion, koran, televisi maupun dari sumber

yang lain agar mampu berpenampilan secara menarik dan dapat

menimbulkan rasa hormat dan rasa simpati, serta menjadikan kehadiran

yang bersangkutan disenangi orang lain.

87
88

2. Bagi peneliti lain yang hendak melakukan penelitian sejenis, hendaknya

menggunakan obyek penelitian yang lebih luas seperti faktor sosial

ekonomi keluarga, faktor lingkungan keluarga, lingkungan pergaulan,

lingkungan masyarakat, media massa maupun faktor lain agar diperoleh

informasi yang lebih lengkap tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

penampilan diri mahasiswa.


79

DAFTAR PUSTAKA

Ananda Susanto, AR Al Hanif. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya


:Alumni.

Arifah A. Riyanto. (2003). Teori Busana. Bandung : Yapemdo.

H. Chadromi Nurwidjaja,.dan Sumanto,. (1998). Ketrampilan Tata Busana. Jakarta :


Depdikbud.

Radias Saleh, Aisyah Jafar. (1991). Teknik Dasar Pembuatan Busana. Jakarta :
Depdikbud.

Rostamailis,. (2005). Penggunaan Kosmetika, Dasar Kecantikan dan Berbusana


Yang Serasi. Jakarta : Rineka Cipta.

SaifuddinAzwar. (2003). Reliabilitas Validitas. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Sudjana MA. ( 2002). Metoda Statistika. Bandung : Tarsito.

Sugiyono. (2005). Statistika Untuk Peneliti. Bandung : Alfa Beta.

Suharsimi Arikunto. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Suharsimi Arikunto. (2001). Dasar – Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta : Bumi


Aksara.

Suharsimi Arikunto. (2002). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Sumarline. (1992). Etika dan Estetika Busana. Bandung : Sarwadi.

Syahandini Purnomo,Patalangi Lengkong. (1979). Tata Rias dan Penampilan Diri.


Jakarta : Depdikbud.

Tim MKDK IKIP. (1989). Dasar – Dasar Pendidikan. Semarang : IKIP.

Wasia Rusbani. (1985). Pengetahuan Busana II. Jakarta : Depdikbud.

You might also like