Professional Documents
Culture Documents
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Adm. Profesi Kependidikan yang
diberikan oleh dosen Edi Rohaedi,Drs.,M.Si.
Disusun oleh :
Kelompok 5/ 4E
1. Siti Maryam (09210310964)
2. Udus Suryadi (09210310989)
3. Azis Wikarto (09210310764)
4. Dodi Romansah (09210310817)
5. Heri Gunawan (09210310861)
6. Budiman (09210310771)
Bismillahirrahmaanirrahiim
Puji dan syukur penyusun panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan nikmat
dan karunia-Nya itulah penyusun dapat menyusun makalah ini. Shalawat serta salam semoga
tercurah kepada Habibana Wa Nabiyyana Muhammad SAW, kepada keluarganya, kepada para
sahabatnya dan kita selaku umatnya yang selalu setia pada ajaran Nabi Muhammad SAW.
Dalam penyusunan makalah ini, penyusun menyadari bahwa penyusunan makalah ini
bukan sepenuhnya berkat upaya dari penyusun sendiri melainkan berkat partisipasi pihak lain
yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga keikhlasan dan pengorbanan
mereka mendapat balasan yang jauh lebih besar daripada yang mereka korbankan.
Tentunya penyusunan makalah ini masih belum bisa dikatakan sempurna dan optimal,
mengingat masih banyak keterbatasan dalam diri kami sebagai penyusun. Oleh karena itu,
dengan tangan terbuka kami akan menampung berbagai kritik dan saran untuk perbaikan di masa
yang akan datang.
Penyusun,
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.................................................................................... ii
DAFTAR ISI................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah......................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................... 1
1.3 Tujuan dan Manfaat Penulisan................................................ 2
1.4 Pembatasan Masalah............................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian, informasi dan komunikasi.................................
2.2 Sejarah teknologi, informasi dan komunikasi......................
2.3 Penerapan TIK dalam bidang pendidikan di Indonesia........
2.4 Peranan TIK dalam bidang pendidikan ..............................
2.5 Peranan guru dalam pembelajaran TIK................................
2.6 Pergeseran pandangan tentang pembelajaran.......................
2.7 Dampak positif dan negative dalam bidang pendidikan......
2.7.1 Dampak positif TIK dalam bidang pendidikan......
2.7.2 Dampak negative TIK dalam bidang pendidikan...
2.8 Metoda pemecahan masalah dan solusi dalam
mengatasi dampak negative TIK dalam
bidang pendidikan...............................................................
2.9 Upaya memajukan TIK dalam bidang pendidikan...............
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................
3.2 Saran ....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
digunakan dan diaplikasikan, dan diintegrasikan pada pekerjaan dan pembelajaran dengan
akhir-akhir ini, mendapat sambutan positif di masyarakat. Perkembangan telematika tidak hanya
disambut dan dinikmati oleh kalangan bisnis maupun pemerintah, tetapi juga telah merambah
nasional dengan memasukkan kurikulum yang bernuansa pengenalan seluk beluk teknologi
informasi & komunikasi, terutama di jenjang pendidikan menengah. Respons ini menunjukkan
Informasi & Komunikasi yang sedang mengalami kernajuan pesat, dengan kebijakan ini
diharapkan siswa mernilki kemarnpuan untuk mengenal, memaharni, dan berinteraksi dengan
dunia teknologi inforrnasi & kornunikasi, sehingga kelak pada saat lulus sekolah tidak buta sarna
sekali dengan dunia teknologi inforrnasi & kornunikasi yang ada di rnasyarakat.
Pada jenjang sekolah menengah, pelajaran tentang teknologi informasi & komunikasi
menjadi sebuah materi intrakurikuler wajib. Di SMP dan SMA, materi Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), sedangkan pada smk disebut dengan mata pelajaran keterampilan komputer
dan pengolahan informasi (KKPI). Oleh karena itu, pentingnya Mempelajari TIK dalam proses
pembelajaran di sekolah khususnya di kelas adalah guna membuktikan pada masyarakat bahwa
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan
istilah Information and Communication Technologies (ICT), adalah payung besar terminologi
yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK
mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi
meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi,
dan pengelolaan informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat
yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua
buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung
pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan,
pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara
teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi
komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat
melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami
berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya.
Ada beberapa tonggak perkembangan teknologi yang secara nyata memberi sumbangan
terhadap perkembangan TIK hingga saat ini. Pertama yaitu temuan telepon oleh Alexander
Graham Bell pada tahun 1875. Temuan ini kemudian berkembang menjadi pengadaan jaringan
komunikasi dengan kabel yang meliputi seluruh daratan Amerika, bahkan kemudian diikuti
pemasangan kabel komunikasi trans-atlantik. Jaringan telepon ini merupakan infrastruktur masif
pertama yang dibangun manusia untuk komunikasi global. Memasuki abad ke-20, tepatnya
antara tahun 1910-1920, terwujud sebuah transmisi suara tanpa kabel melalui siaran radio AM
yang pertama. Komunikasi suara tanpa kabel ini pun segera berkembang pesat. Kemudian diikuti
pula oleh transmisi audio-visual tanpa kabel, yang berwujud siaran televisi pada tahun 1940-an.
Komputer elektronik pertama beroperasi pada tahun 1943. Lalu diikuti oleh tahapan
miniaturisasi komponen elektronik melalui penemuan transistor pada tahun 1947 dan rangkaian
terpadu (integrated electronics) pada tahun 1957.
Perkembangan teknologi elektronika, yang merupakan cikal bakal TIK saat ini,
mendapatkan momen emasnya pada era Perang Dingin. Persaingan IPTEK antara blok Barat
(Amerika Serikat) dan blok Timur (dulu Uni Soviet) justru memacu perkembangan teknologi
elektronika lewat upaya miniaturisasi rangkaian elektronik untuk pengendali pesawat ruang
angkasa maupun mesin-mesin perang. Miniaturisasi komponen elektronik, melalui penciptaan
rangkaian terpadu, pada puncaknya melahirkan mikroprosesor. Mikroprosesor inilah yang
menjadi ‘otak’ perangkat keras komputer dan terus berevolusi sampai saat ini. Perangkat
telekomunikasi berkembang pesat saat teknologi digital mulai digunakan menggantikan
teknologi analog. Teknologi analog mulai terasa menampakkan batas-batas maksimal
pengeksplorasiannya. Digitalisasi perangkat telekomunikasi kemudian berkonvergensi dengan
perangkat komputer yang sejak awal merupakan perangkat yang mengadopsi teknologi digital.
Produk hasil konvergensi inilah yang saat ini muncul dalam bentuk telepon seluler. Di atas
infrastruktur telekomunikasi dan komputasi ini kandungan isi (content) berupa multimedia
mendapatkan tempat yang tepat untuk berkembang. Konvergensi telekomunikasi - komputasi
multimedia inilah yang menjadi ciri abad ke-21, sebagaimana abad ke-18 dicirikan oleh revolusi
industri. Bila revolusi industri menjadikan mesin-mesin sebagai pengganti ‘otot’ manusia, maka
revolusi digital (karena konvergensi telekomunikasi - komputasi multimedia terjadi melalui
implementasi teknologi digital) menciptakan mesin-mesin yang mengganti (atau setidaknya
meningkatkan kemampuan) ‘otak’ manusia.
Indonesia pernah menggunakan istilah telematika (telematics) untuk arti yang kurang
lebih sama dengan TIK yang kita kenal saat ini. Encarta Dictionary mendeskripsikan telematics
sebagai telecommunication + informatics (telekomunikasi + informatika) meskipun sebelumnya
kata itu bermakna science of data transmission. Pengolahan informasi dan pendistribusiannya
melalui jaringan telekomunikasi membuka banyak peluang untuk dimanfaatkan di berbagai
bidang kehidupan manusia, termasuk salah satunya bidang pendidikan. Ide untuk menggunakan
mesin-belajar, membuat simulasi proses-proses yang rumit, animasi proses-proses yang sulit
dideskripsikan sangat menarik minat praktisi pembelajaran. Tambahan lagi, kemungkinan untuk
melayani pembelajaran yang tak terkendala waktu dan tempat juga dapat difasilitasi oleh TIK.
Sejalan dengan itu mulailah bermunculan berbagai jargon berawalan e, mulai dari e-book, e-
learning, e-laboratory, e-education, e-library, dan sebagainya. Awalan e bermakna electronics
yang secara implisit dimaknai berdasar teknologi elektronika digital. Pemanfaatan TIK dalam
pembelajaran di Indonesia telah memiliki sejarah yang cukup panjang. Inisiatif
menyelenggarakan siaran radio pendidikan dan televisi pendidikan merupakan upaya melakukan
penyebaran informasi ke satuan-satuan pendidikan yang tersebar di seluruh nusantara. Hal ini
adalah wujud dari kesadaran untuk mengoptimalkan pendayagunaan teknologi dalam membantu
proses pembelajaran masyarakat. Kelemahan utama siaran radio maupun televisi pendidikan
adalah tidak adanya feedback yang seketika. Siaran bersifat searah yaitu dari narasumber atau
fasilitator kepada pembelajar. Introduksi komputer dengan kemampuannya mengolah dan
menyajikan tayangan multimedia (teks, grafis, gambar, suara, dan gambar bergerak) memberikan
peluang baru untuk mengatasi kelemahan yang tidak dimiliki siaran radio dan televisi. Bila
televisi hanya mampu memberikan informasi searah (terlebih jika materi tayangannya adalah
materi hasil rekaman), pembelajaran berbasis teknologi internet memberikan peluang
berinteraksi baik secara sinkron (real time) maupun asinkron (delayed). Pembelajaran berbasis
Internet memungkinkan terjadinya pembelajaran secara sinkron dengan keunggulan utama
bahwa pembelajar maupun fasilitator tidak harus berada di satu tempat yang sama. Pemanfaatan
teknologi video conference yang dijalankan dengan menggunakan teknologi Internet
memungkinkan pembelajar berada di mana saja sepanjang terhubung ke jaringan komputer.
Selain aplikasi unggulan seperti itu, beberapa peluang lain yang lebih sederhana dan lebih murah
juga dapat dikembangkan sejalan dengan kemajuan TIK saat ini.
Penggunaan TIK harus proporsional maksudnya TIK bisa masuk ke semua lapisan
masyarakat tapi sesuainya dengan porsinya masing-masing.
Semua hal itu tidak akan terjadi dengan sendirinya karena setiap siswa memiliki kondisi yang
berbeda antara satu dengan lainnya. Siswa memerlukan bimbingan baik dari guru maupun dari
orang tuanya dalam melakukan proses pembelajaran dengan dukungan TIK. Dalam kaitan ini
guru memegang peran yang amat penting dan harus menguasai seluk beluk TIK dan yang lebih
penting lagi adalah kemampuan memfasilitasi pembelajaran anak secara efektif. Peran guru
sebagai pemberi informasi harus bergeser menjadi manajer pembelajaran dengan sejumlah
peran-peran tertentu, karena guru bukan satu-satunya sumber informasi melainkan hanya salah
satu sumber informasi. Di masa-masa mendatang peran-peran guru mengalami perluasan yaitu
guru sebagai: pelatih (coaches), konselor, manajer pembelajaran, partisipan, pemimpin,
pembelajar, dan pengarang. Sebagai:
1. pelatih (coaches), guru harus memberikan peluang yang sebesar-besarnya bagi siswa
untuk mengembangkan cara-cara pembelajarannya sendiri sesuai dengan kondisi masing-
masing. Guru hanya memberikan prinsip-prinsip dasarnya saja dan tidak memberikan
satu cara yang mutlak. Hal ini merupakan analogi dalam bidang olah raga, di mana
pelatih hanya memberikan petunjuk dasar-dasar permainan, sementara dalam permainan
itu sendiri para pemain akan mengembangkan kiat-kiatnya sesuai dengan kemampuan
dan kondisi yang ada.
2. konselor, guru harus mampu menciptakan satu situasi interaksi belajar-mengajar, di mana
siswa melakukan perilaku pembelajaran dalam suasana psikologis yang kondusif dan
tidak ada jarak yang kaku dengan guru. Disamping itu, guru diharapkan mampu
memahami kondisi setiap siswa dan membantunya ke arah perkembangan optimal.
3. manajer pembelajaran, guru memiliki kemandirian dan otonomi yang seluas-luasnya
dalam mengelola keseluruhan kegiatan belajar-mengajar dengan mendinamiskan seluruh
sumber-sumber penunjang pembelajaran.
4. partisipan, guru tidak hanya berperilaku mengajar akan tetapi juga berperilaku belajar
dari interaksinya dengan siswa. Hal ini mengandung makna bahwa guru bukanlah satu-
satunya sumber belajar bagi anak, akan tetapi ia sebagai fasilitator pembelajaran siswa.
5. pemimpin, diharapkan guru mampu menjadi seseorang yang mampu menggerakkan
orang lain untuk mewujudkan perilaku menuju tujuan bersama. Disamping sebagai
pengajar, guru harus mendapat kesempatan untuk mewujudkan dirinya sebagai pihak
yang bertanggung jawab dalam berbagai kegiatan lain di luiar mengajar.
6. pembelajar, guru harus secara terus menerus belajar dalam rangka menyegarkan
kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya.
7. pengarang, guru harus selalu kreatif dan inovatif menghasilkan berbagai karya yang akan
digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas profesionalnya. Guru yang mandiri bukan
sebagai tukang atau teknisi yang harus mengikuti satu buku petunjuk yang baku,
melainkan sebagai tenaga yang kreatif yang mampu menghasilkan berbagai karya
inovatif dalam bidangnya. Hal itu harus didukung oleh daya abstraksi dan komitmen
yang tinggi sebagai basis kualitas profesionalismenya.
memanfaatkan TIK dalam memeperbaiki mutu pembelajaran ada 3 hal yang harus diwujudkan
yaitu:
1. siswa dan guru harus memiliki akses kepada teknologi digital dan internet dalam kelas,
2. harus tersedia materi yang berkualitas, bermakna, dan dukungan cultural bagi siswa dan
guru,
3. guru harus memilki pengetahuan dan ketrampilan dalam menggunakan alat-alat dan
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, maka telah terjadi pergeseran pandangan
tentang pembelajaran baik dikelas maupun di luar kelas. Dalam pandangan tradisioanal masa
lalu (dan masih ada pada masa sekarang), proses pembelajaran dipandang sebagai:
5. kegiatan yang dilakukan dengan menjabarkan materi pelajaran kepada satuan-satuan kecil
dan terisolasi,
pembelajaran yaitu pembelajaran sebagai proses alami, proses social, proses aktif dan pasif,
proses linear atau tidak linear, poses yang berlangsung integrative dan kontekstual, aktifitas yang
berbasis pada model kekuatan, kecakapan, minat, dan kultur siswa, aktivitas yang dinilai
berdasarkan pemenuhan tugas, perolehan hasil dan pemecahan masalah nyata baik individual
maupun kelompok. Hal ini telah mengubah peran guru dan siswa dalam pembelajaran. Peran
l. sebagai penyimpan pengetahuan, sumber utama informasi, ahli materi, dan sumber segala
2. dan mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran , menjadi lebih banyak
memberikan alternative dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses
(1) dari penerima informasi yang pasif menjadi partisipan aktif dalam proses
pembelajaran,
pengetahuan,
(3) dari pembelajaran berkolaboratif dengan siswa lain. lingkungan pembelajaran yang
dimasa lalu berpusat pada guru telah bergeser menjadi berpusat pada siswa.
Aktivitas kelas guru sebagai sentral clan bersifat didaktis siswa sebagai sentral dan
bersifat interaktif
temuan
acuan patokan
penampilan
ekspresi.
2.7 Dampak Positif dan Negatif Terhadap Pendidikan
2.7.1 Dampak positif TIK dalam bidang pendidikan
Pemanfaatan TIK dalam pendidikan, akan mengatasi masalah sebagai berikut:
Masalah geografis, waktu dan sosial ekonomis Indonesia
Negara Republik Indonesia merupakan Negara kepulauan, daerah tropis dan pegunungan
hal ini akan mempengaruhi terhadap pengembangan infrastruktur pendidikan sehingga
dapat menyebabkan distribusi informasi yang tidak merata.
Akselerasi pemerataan kesempatan belajar dan peningkatan mutu pendidikan yang sulit
diatasi dengan cara-cara konvensional.
Pertama, TIK dapat digunakan untuk membantu pengajar dalam melakukan absensi.
Selama ini yang kita tahu sejak SD hingga SMA, pengajar masih melakukan absensi
secara manual, yakni dengan buku absen dan memanggil murid secara satu persatu.
Padahal hal tersebut tentunya merepotkan dan jika dilihat dari kefektifan waktu, tentu
saja ini cukup memakan waktu dan mengurangi waktu belajar di kelas. Ide saya terkait
absensi ini adalah tiap murid dapat secara praktis melakukan absensi dengan
menempelkan jari mereka pada suatu instrumen TIK dan data absensi langsung masuk
ke database. Data absensi juga bisa diekses secara online oleh orang tua murid yang
ingin mengetahui perkembangan anaknya di sekolah, entah melalui situs sekolah
maupun SMS gateway.
Kedua, TIK dapat diterapkan dalam mencatat nilai siswa dan mem-publish-nya.
Selama ini guru mencatat nilai siswa secara manual. Untuk nilai ulangan harian, nilai
UTS maupun nilai UAS. Setelah itu guru tersebut menghitung rata-ratanya keseluruhan
sebagai nilai akhir. Tentunya akan lebih bijak jika kita mengurangi beban guru dengan
membiarkan teknologi yang bekerja sehingga guru hanya perlu memasukkan nilai
tersebut ke suatu instrumen TIK dan instrumen tersebut yang akan mengolah nilai akhir
sehingga kesalahan akibat perhitungan manusia akan berkurang dan guru akan lebih
nyaman dalam bekerja. Selain itu nilai yang sudah dimasukkan dapat langsung di-
publish melalui situs sekolah sehingga semua proses penghitungan nilai siswa dapat
diolah secara transparan. Siswa juga dapat melihat nilainya kapan saja dan dimana saja.
Ketiga, TIK dapat diterapkan dalam meletakkan modul pembelajaran. Hal ini dapat
menjadi salah satu solusi akan mahalnya buku-buku cetak di Indonesia. Biasanya guru
hanya menjelaskan materi di papan tulis dan sumber utamanya tetaplah buku cetak yang
harganya mahal dan belum tentu semua materi di dalamnya akan dipelajari oleh siswa.
Sebelum saya kuliah di Fakultas Ilmu Komputer UI, saya belum pernah mengalami
suatu pembelajaran dimana modul yang saya pelajari pada perkuliahan diletakkan pada
suatu wadah dan wadah tersebut juga memungkinkan saya untuk berdiskusi dengan
teman maupun pengajar, mengumpulkan tugas, melihat informasi seputar perkuliahan,
dll. Wadah tersebut tidak lain adalah Scele. Saya mengharapkan implementasi seperti
Scele ini juga bisa diterapkan kepada institusi lain, paling tidak mulai dari SMP atau
SMA. Karena yang saya tahu untuk fakultas di Universitas Indonesia sendiri baru
Fakultas Ilmu Komputer yang menerapkan metode pembelajaran seperti ini. Saya
memahami bahwa ada hambatan untuk menerapkan metode ini pada semua level
pendidikan, antara lain masalah infrastruktur IT yang belum tersebar secara merata,
mahalnya akses internet di Indonesia dan pemahaman si pengajar terhadap IT. Oleh
karena itu menurut saya solusinya adalah sekolah atau institusi belajar dapat
menyediakan fasilitas internet yang memungkinkan siswa dapat mengakses modul yang
mereka pelajari secara gratis. Training IT kepada para guru juga diperlukan agar guru
tersebut dapat membuat modul e-learning. Bila gurunya saja tidak memahami
bagaimana membuat modul, maka implementasi seperti Scele tidak akan bisa
dilaksanakan.
Keempat, TIK dapat memberikan wadah bagi suatu institusi untuk bekerja sama
dengan institusi lain untuk sharing resource. Misalnya Universitas Indonesia dapat
bekerja sama dengan universitas lain misalnya Nanyang University di Singapura. Jadi
mahasiswa UI dapat mempelajari modul yang diajarkan di Nanyang dan mengikuti
forum diskusinya tanpa harus jauh-jauh kuliah di Nanyang. Hal ini akan meningkatkan
kualitas mahassiwa UI karena wawasannya bertambah. Harapannya adalah kita bisa
memiliki mahasiswa UI yang berkualitas Nanyang. Sedangkan bagi Nanyang sendiri
juga akan memiliki wawasan mengenai bagaimana perkuliahan di Indonesia.
b. Tidak menjadikan TIK sebagai media atau sarana satu-satunya dalam pembelajaran, misalnya
kita tidak hanya mendownload e-book, tetapi masih tetap membeli buku-buku cetak, tidak
hanya berkunjung ke digital library, namun juga masih berkunjung ke perpustakaan.
c. Pihak-pihak pengajar baik orang tua maupun guru, memberikan pengajaran-pengajaran etika
dalam ber-TIK agar TIK dapat dipergunakan secara optimal tanpa menghilangkan etika.
d. Pemerintah sebagai pengendali sistem-sistem informasi seharusnya lebih peka dan menyaring
apa-apa saja yang dapat di akses oleh para pelajar dan seluruh rakyat Indonesia di dunia
maya.
Jadi, solusinya adalah kita jangan sampai mengatakan tidak pada teknologi (say no to
technology) karena jika kita berbuat demikian, maka kita akan ketinggalan banyak informasi
yang sekarang ini informasi-informasi tersebut paling banyak ada di internet. Kita harus
mempertimbangkan kebutuhan kita terhadap teknologi, mempertimbangkan baik-buruknya
teknologi tersebut dan tetap menggunakan etika, juga tidak lupa jangan terlalu berlebihan agar
kita tidak kecanduan dengan teknologi. Hal-hal tersebut sangat menghambat berkembanganya
pendidikan dalam TIK.
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Potensi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam peningkatan mutu pembelajaran di kelas
diantaranya adalah dengan pemanfaatan berbagai media pembelajaran yang dilakukan dengan
media komunikasi seperti telepon, computer, internet, e-mail, dsb. Interaksi antara guru dan
siswa tidak hanya dilakukan dengan tatap muka tetapi juga dilakukan dengan menggunakan
media-media tersebut. Guru dapat memberikan layanan khusus tanpa berhadapan langsung
dengan siswa. Demikian pula siswa dapat memperoleh informasi dalam lingkup luas dan
berbagai sumber dengan menggunakan computer dan internet. Adanya sumber belajar yang
demikian, menjadikan siswa lebih bergairah dalam belajar. Siswa bisa belajar dimana dan
kapan saja ia mau. Maka, jelas bahwa Teknologi Informasi dan Komunikasi memiliki potensi
yang cukup besar dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru dan siswa juga saling bekerjasama
dalam arti kata, antara guru dan siswa hams mampu menciptakan hubungan yang harmonis dan
kondusif agar kondisi belajar yang diinginkan tercapai, demi mewujudkan cita-cita bangsa.
3.3 Saran