You are on page 1of 13

TUGAS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA

SYARAT SURAT PERMOHONAN DAN GUGATAN PERCERAIAN

SANG PUTU USFRIA PRADANA

NIM. 0816051028

FAKULTAS HUKUM
PROGRAM EKSTENSI
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2011
DAFTAR PUSTAKA

BAB I.........................................................................................................................................3

A. Latar Belakang................................................................................................................3

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................5

BAB II........................................................................................................................................6

C. Pembahasan.....................................................................................................................6

1. Syarat-Syarat Permohonan Penyelesaian Perkara Cerai Melalui Jalur Pengadilan....6

2. Syarat-Syarat Sahnya Suatu Gugatan..........................................................................9

BAB III.....................................................................................................................................12

D. Penutup..........................................................................................................................12

Kesimpulan..........................................................................................................................12

[Type text] Page 2


BAB I

A. Latar Belakang

Sebagai mahluk hidup, manusia selalu membutuhkan kehadiran manusia yang lain dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya hal ini tak lepas dari sifat manusia sebagai homo sapiens,

mahluk yang tidak dapat hidup sendiri.

Kebutuhan-kebutuhan hidup manusia tak hanya yang bersifat material/jasmani seperti

kebutuhan akan makan, keutuhan akan rumah tetapi juga dalam hal ini yang sifatnya rohani,

baik merupakan kasih saying dari manusia yang lain dan lain sebagainya.

Pernikahan merupakan salah satu kebutuhan manusia secaraa rohani maupun jasmani

selain sebagai cara untuk mendapatkan keturunan atau penerusnya, pernikahan juga

dipandang sesuatu yang perlu dilakukan baik menurut agama maupun menurut hukum

nasional.

Pasal 28 B angka (1) dan (2) Undang-Undang Dasar Republlik Indonesia 1945

memberikan hak kepada setiap orang untuk membentuk keluarga dan perkawinan melalui

perkawinan. Perkawinan merupakan sebuah penyatuan dua manusia dengan karakter yang

berbeda, yang tentunya akan menimbulkan gesekan-gesekan permasalahan, sudah barang

tentu apabila dua manusia tersebut tidak dapat bertahan dengan permasalahan dan mencari

jalan keluar dari permasalahan tersebut sudah barang tentu perpisahan yang akan menjadi

ahkir dari perkawainan mereka.

Perpisahan dalam perkawinan yang sering disebut dengan perceraian pada jaman modern

biasanya dilakukan melulaui jalur hukum, hal ini tak lepas dari semakin sadarnya orang

jaman sekarang terhadap hukum itu sendiri.

Alur dari pada perceraian di dalam system pengadilan tak semudah dengan alur

penyelesaian permasalahan/sengaketa diluar pengadilan, dimana di dalam jalur pengadilan

terdapat tahapan-tahapan dalam proses berpekara.

[Type text] Page 3


Tak hanya pada perceraian, berbagai permasalahan/sengketa di jalur perdata pun sering

ditempuh melalui jalur pengadilan, seperti permasalahan/sengketa yang terjadi pada

pembagian waris, jual-beli, ataupun yang lainya.

Dalam pengajuan permohonan penyelesaian permasalahan/sengketa melalui jalur

pegadilan tentunya sesorang haruslah mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan

Agama/Pengadilan Negeri, yang dimana dalam permhonan tersebut harus disertakan surat

gugatan yang nantinya akan dijadikan dasar pertimabangan bagi hakim untuk memutus suatu

perkara. Suatu gugatan tidak dapat dibuat secara sembarangan melainkan harus memenuhi

syarat-sayarat tertentu, apabila tidak terpenuhinya syarat-syarat tersebut maka gugatan

tersebut dapat menjadi batal demi hukum atau gugatan tersebut gugur.

Oleh karena itu penting kiranya dipahami mengenai tata cara mengajukan permohonan

penyelesaian permasalahan/sengketa melaui jalur pengadilan tertutama yang berkaitan

dengan penceraian dan hal apa saja yang menyebabkan gugurnya suatu gugatan.

[Type text] Page 4


B. Rumusan Masalah

Dari uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang akan dibahas dalam paper

ini ialah tentang :

1. Apa Syarat-syarat sahnya surat permohonan penyelesaian perkara cerai jalur

pengadilan ?

2. Apa Syarat-syarat sahnya suatu gugatan peceraian gugatan ?

[Type text] Page 5


BAB II

C. Pembahasan

1. Syarat-Syarat Permohonan Penyelesaian Perkara Cerai Melalui Jalur Pengadilan

Dalam peradilan agama terdapat beberapa syarat yang penting mengingat syarat ini akan

menentukan apakah permohonan pihak yang berpekara dalam hal ini Penggugat dapat

diterima atau tidak oleh pengadilan tersebut. Dalam hal ini beberapa Undang-Undang telah

mengaturnya seperti Pasal 39 ayat (3) Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 dimana “tata cara

perceraian di depan sidang pengadilan diatur dalam peraturan perundang-undangan

tersebut”. Lebih mengkusus procedural atau langkah-langkah yang harus dilakukan pemohon

atau kuasa hukumnya dalam pengajuan cerai ialah 1:

a. Tahapan membuat surat permohonan secara tertulis atau lisan kepada Pengadilan

Agama/Mahkamah Syar’iyah (Pasal 118 HIR, 142 RBG Jo. Pasal 66 Undang-

Undang No. 7 Tahun 1989)

b. Pemohon dianjurkan untuk meminta petunjuk kepada Pengadilan agama/makamah

syar’iyah tentang tata cara pembuatan surat permohonan (Pasal 119 HIR, 143 RBG

Jo Pasal 48 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989)

c. Perubahan surat permohonan dapat dilakukan sepanjang tidak merubah posita dan

petitum. Jika termohon telah menjawab surat permohonan, maka perubahan harus

atas persetujuan termohon.

d. Permohonan diajukan kepada Pengadilan Agama/Mahkamah Syar’iyah yang daerah

hukumnya meliputi tempat kedudukan/kediaman termohon (Pasal 66 ayat (2)

Undang-Undang No.7 Tahun).

e. Apabila termohon meninggalkan tempat kediaman yang telah disepakati bersama

tanpa izin pemohon, maka permohonan harus diajukan kepada Pengadilan


1

[Type text] Page 6


Agama/Syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman pemohon. (Pasal

66 ayat (2) Undang-Undang No 7 Tahun 1989).

f. Apabila termohon berkediaman di luar negeri maka permohonan diajukan kepada

Pengadilan Agama/Makamah Syar’iyah yang daerah hukumnya meliputi tempat

dilangsungkanya perkawinan atau kepada Pengadilan Agama Jakarta Pusat (Pasal 66

ayat (34) Undang-Undang No 7 Tahun 1989)

selain hal tersebut surat permohonan tersebut haruslah memuat :2

a. Syarat formal permohonan:

2) Identitas pemohon meliputi nama, umur, tempat tinggal;

3) Fakta peristiwa;

4) Fakta hukum;

5) Tuntutan yang dimohonkan;

a. Adanya hubungan yang relevan anatara posita (fakta peristiwa dan fakta

hukum) dengan petitum (tuntutan yang dimohonkan);

b. Ditanda tangani oleh pihak pemohon atau orang yang diberi kuasa khusus

untuk itu;

c. Jika pemohon tidak tahu baca tulis permohonan disampaikan secara lisan

kepada ketua atau hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan, dan

permohonan lisan tersebut dicatat oleh ketua atau hakim yang ditunjuk

oleh kutua pengadilan setelah isinya dibacakan kepada pemohon;

b. Syarat materil permohonan:

1) Harus ada alasan yang dibenarkan hukum;

2) Hakim harus memberikan petunjuk jika permohonan tersebut belum memenuhi

syarat meteril dan formil;


2

[Type text] Page 7


Berikut ini contoh surat permohonan :3

permohonan: Jakarta, …………………………………

Kepada Ketua Pengadilan Agama ……………………

Di …………………………………..

Assalamu ‘alaikum wr. Wb.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:…………….,umur……………bertempat tinggal di


jl..Rt….Rw………..Kelurahan….…………kecamatan………………………
kota/kabupaten…………………selanjutnya disebut Pemohon;
Dengan ini mengajukan permohonan izin kawin dengan alasan-alasan sebagai berikut:
Pemohon saat ini berusia 19 tahun; Pemohon akan melangsungkan perkawinan dengan
seorang laki-laki/perrempuan bernama ……………………umur……………….bertempat
tinggal di ……………………….. Oleh karena usia pemohon belum mencapai 21 tahun
sesuai Pasal 6 ayat (2) bagi orang yang belum mencapai usia 21 tahun yang akan
melangsungkan perkawinan harus mendapat izin dari orang tua; Orang tua pemohon baik
ibu maupun ayah tidak memberikan izin kepada pemohon untuk melangsungkan
perkawinan dengan wanita yang tersebut diatas; Bahwa untuk memenuhi persyaratan
perkawinan yang ditentukan oleh undang-undang pemohon memohon kepada pengadilan
agama …………… untuk memberikan putusan yang amarnya sebai berikut: Mengabulkan
permohonan pemohon: Mengizinkan pemohon untuk melangsungkan perkawinan dengan
wanita/laki-laki yang bernama ………………….
Menetapka biaya perkara menurut hukum;

Mohon putusan yang seadli-adlinya;

Pemohon/Kuasa pemohon

Usfria Pradana.

2. Syarat-Syarat Sahnya Suatu Gugatan

Gugatan menurut RUU Hukum Acara Perdata Pasal 1 ayat (2) merupakan ;

“Gugatan adalah tuntutan hak yang mengandung sengketa dan diajukan ke pengadilan

untuk mendapatkan putusan.”


3

[Type text] Page 8


Secara umum gugatan pada pengajuan cerai sendiri tidaklah berbeda dengan gugatan pada

umumnya berikut juga dengan asas-asas yang dianutnya. Tetapi secara umum gugatan di

Pengadilan Agama haruslah mengandung :4

a. Syarat formal gugatan:

1) Penggugat harus memiliki hubungan dan kepentingan hukum dengan pokok

gugatan;

2) Gugatan memuat identitas penggugat dan tergugat minimal meliputi nama,

umur, tempat kediaman;

3) Gugatan harus diajukan kepada pengadilan agama yang berwenang

memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang bersangkutan;

4) Gugatan harus memuat fakta kejadian;

5) Gugatan harus mempunyai dasar hukum;

6) Gugatan harus memuat tuntutan yang diminta secara rinci;

7) Fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita harus sejalan dengan tuntutan

yang diminta, atau sebaliknya tuntutan yang diminta harus sejalan dengan

fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita;

8) Surat gugatan harus dibuat dan ditandatangani sendiri oleh penggugat/atau

kuasa hukumnya yang sah;

9) Penggugat yang tidak bisa baca-tulis gugatan diajukan secara lisan dihadapan

ketua atau hakim yang ditujuk oleh ketua pengadilan, yang selanjutnya akan

dicatat dan ditanda tangani oleh ketua atau hakim yang ditunjuk oleh ketua

pengadilan atau dibubuhi cap jempol yang bersangkutan yang disahkan oleh

ketua pengadilan/hakim yang ditunjuk oleh ketua setalh isinya dibacakan

kepada penggugat;
4

[Type text] Page 9


b. Syarat materiil gugatan:

1) Gugatan harus berisi alasan yang dibenarkan hukum;

2) Jika syarat formal dan materiil belum dianggap lengkap, hakim harus

memberikan petunjuk untuk dilakukan perubahan

Dalam gugatan sendiri terdapat beberapa istilah yang diantaranya gugurnya gugatan hal

ini tak lepas karena tidak hadirnya penggugat dalam persidangan, ketidak hadiran ini

sepanjang persidangan selain hal tersebut syarat yang menyebabkan gugatan dapat

digugurkan ialah :

1. Penggugat/kuasanya telah dipanggil secara sah (patut dan resmi) untuk menghadap

persidangan yang telah ditentukan tidak hadir;

2. Ketidak hadiran Penggugat tidak didasarkan atas alasan yang dibenarkan hukum

3. Gugatan dapat digugurkan dalam sidang pertama atau dalam sidang ke dua;

(Dasar hukum Pasal 124 HIR/148 RBg)

Sedang untuk gugatan dapat diputus verstek atau diluar hadirnya si tergugat dalm hal

ini disebabkan karena :

1. Tergugat/kuasanya telah dipanggil secara sah (patut dan resmi) untuk

menghadap persidangan yang telah ditentukan akan tetapi tidak hadir;

2. Ketidak hadiran Tergugat tidak didasarkan atas alasan yang dibenarkan oleh

hukum

3. Gugatan beralasan dan tidak melawan hukum

(Dasar hukum Pasal 125 HIR/Pasal 149 RBg)

[Type text] Page 10


BAB III

D. Penutup

Kesimpulan

Dari penjelasan pembahasan diatas maka dapat dijawab rumusan masalah dalam paper

ini yaitu dimana :

1. Apa Syarat-syarat sahnya surat permohonan penyelesaian perkara cerai jalur

pengadilan ?

Untuk dapat membuat surat permohonan secara sah penyelesaian perkara cerai jalur

pengadilan maka surat pihak pemohon haruslah memenuhi syarat-syarat seperti :

[Type text] Page 11


- Syarat formal permohonan:

1) Identitas pemohon meliputi nama, umur, tempat tinggal;


2) Fakta peristiwa;
3) Fakta hukum;
4) Tuntutan yang dimohonkan;
a. Adanya hubungan yang relevan anatara posita (fakta peristiwa
dan fakta hukum) dengan petitum (tuntutan yang dimohonkan);
b. Ditanda tangani oleh pihak pemohon atau orang yang diberi
kuasa khusus untuk itu;
c. Jika pemohon tidak tahu baca tulis permohonan disampaikan
secara lisan kepada ketua atau hakim yang ditunjuk oleh ketua
pengadilan, dan permohonan lisan tersebut dicatat oleh ketua
atau hakim yang ditunjuk oleh kutua pengadilan setelah isinya
dibacakan kepada pemohon;

- Syarat materil permohonan

1) Harus ada alasan yang dibenarkan hukum;


2) Hakim harus memberikan petunjuk jika permohonan tersebut belum
memenuhi syarat meteril dan formil
2. Apa Syarat-syarat sahnya suatu gugatan peceraian ?

- Syarat formal gugatan:

1) Penggugat harus memiliki hubungan dan kepentingan hukum dengan


pokok gugatan;
2) Gugatan memuat identitas penggugat dan tergugat minimal meliputi
nama, umur, tempat kediaman;
3) Gugatan harus diajukan kepada pengadilan agama yang berwenang
memeriksa, mengadili dan memutus perkara yang bersangkutan;
4) Gugatan harus memuat fakta kejadian;
5) Gugatan harus mempunyai dasar hukum;
6) Gugatan harus memuat tuntutan yang diminta secara rinci;

[Type text] Page 12


7) Fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita harus sejalan dengan
tuntutan yang diminta, atau sebaliknya tuntutan yang diminta harus
sejalan dengan fakta kejadian dan dasar hukum dalam posita;
8) Surat gugatan harus dibuat dan ditandatangani sendiri oleh
penggugat/atau kuasa hukumnya yang sah;
9) Penggugat yang tidak bisa baca-tulis gugatan diajukan secara lisan
dihadapan ketua atau hakim yang ditujuk oleh ketua pengadilan, yang
selanjutnya akan dicatat dan ditanda tangani oleh ketua atau hakim yang
ditunjuk oleh ketua pengadilan atau dibubuhi cap jempol yang
bersangkutan yang disahkan oleh ketua pengadilan/hakim yang ditunjuk
oleh ketua setalh isinya dibacakan kepada penggugat;
- Syarat materiil gugatan:

1) Gugatan harus berisi alasan yang dibenarkan hukum;


2) Jika syarat formal dan materiil belum dianggap lengkap, hakim harus
memberikan petunjuk untuk dilakukan perubahan

[Type text] Page 13

You might also like