Professional Documents
Culture Documents
Adalah lapisan paling atas atau lapisan tanah dari permukaan bumi tempat
berlangsungnya proses pembentukan tanah.
Tanah adalah suatu wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan
(anorganik), organic, air, dan udara yang menempati bagian palingg atas dari litosfer
Pedologi adalah ilmu yang mempelajari tanah
Pedogenesa ilmu yang secara khusu mempelajari mengenai proses pembentukan tanah
Tanah tersusun atas lima komponen:
o Patikel mineral (anorganik) (45%)
o Bahan organik (5%)
o Air (20-30%)
o Udara tanah/pori (20-30%)
o Kehidupan jasad renik
T =f (i, o ,b , t , w)
1. Iklim
- Suhu: jika tinggi, proses pelapukan akan berlangsung dengan cepat
- Curah hujan: berpengaruh terhadap kekuatan erosi dan pencucian tanah
3. Bahan induk
- Terdiri dari batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
- Tanah memiliki sifat yang sama dengan bahan induk
5. Waktu
- Tanah Muda:
o Ditandai oleh proses pembentukan tanah yang masih tampak pencampuran
antara bahan organic dan bahan mineral atau masih tampak struktur bahan
induknya.
o Contoh: tanah alluvial, regosol dan litosol
- Tanah Dewasa
o Ditandai dengan proses pembentukan horizon B
o Contoh: andosol, latosol, dan grumosol
- Tanah tua
o Ditandai dengan proses perubahan yang nyata pada horizon A dan B.
o Contoh: tanah podsolik dan latosol tua (laterit)
Profil Tanah:
Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah
(bahan induk tanah)
Profil Tanah atau penampang tanah adlah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang
mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut horizon tanah.
Horizon Tanah
1.
Horizon O: horizon organik yang terbentuk di atas lapisan
tanah mineral
2.
Horizon A: terdiri dari campuran bahan organic dan
bahan mineral. Lapisan yang mengalami pencucian.
3.
Horizon B: Terbentuk dari proses penimbuhan (iluviasi)
dari bahan-bahan yang tercuci di Horizon A.
4.
Horizon C: Tersusun dari bahan induk yang sudah
mengalami sedikit pelapukan. Bersifat tidak subur
5. Horizon R (bahan induk): tersusun atas batuan
keras yang belum terlapukkan
Warna tanah:
Ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Color Chart
Strukur tanah merupakan gumpalah-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-
butir tanah satu sama lain.
Tekstur tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan
banyaknya butir-butir pasir, debu dan liat di dalam tanah.
o Pasir memiliki ciri terasa kasar jika dipegang, berbutir, tidak lengket, dan tidak bisa
dibentuk bola atau gulungan, serta dapat mengalirkan air (porous/permeable)
o Debu/Endapan sering disebut dengan tanah. Memiliki ciri terasa tidak kasar, masih
terasa berbutir walau tidak banyak, agak melekat & dapat dibentuk bola agak teguh
o Liat terasa besar, halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, mudah
digulung, dan agak sulit mengalirkan air (tidak porous/impermeable)
Klasifikasi Tanah
Klasifikasi alami: klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimilikinya tanpa
menghubungkan dengan tujuan pengunaann tanah tersebut.
Klasifikasi teknis: klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang
mempengaruhi kemampuan tanah untuk pengunaan-pengunaan tertentu.
Menurut USDA, tanah diklasifikasikan menjadi 12:
1. Gelisols: tanah yang berada pada iklim dingin, mengandung tanah beku
2. Histosols: tanah organik
3. Spodosols: tanah hutan yang asam; akumulasi metal humus yang kompleks
4. Andisols: tanah yang terbentuk dari debu vulkanik
5. Oxisols: tanah dari hasil pelapukan batuan di daerah beriklim tropis dan subtropis
6. Vertisols: tanah berlempung yang memiliki kemampuan untuk menyusun di musing
kering dan memuai di musim basah/lembab
7. Aridisols: tanah yang mengandung mineral CaCO3 di daerah beriklim kering
8. Ultisols: tanah yang telah tercuci; <35% base saturation
9. Mollisols: tanah di daratan berumput dengan high base status
10. Alfisols: tanah tercuci: >35% base saturation
11. Inceptisols: tanah dengan horizon subpermukaan yang kurang berkembang
12. Entisols: tanah yang sangat sedikit bahkan tidak mengalami perkembangan morfologi
Tanah di Indonesia:
1. Tanah Gambut:
Tanah yang berasal dari bahan induk organic seperti dari hutan rawa atau rumput
rawa. Tidak terjadi deferensiasi secara jelas, warna coklat sampai kehitaman.
2. Aluvial
Tanah masih muda, belum mengalami perkembangan, bana induk alluvium, tekstur
beranekaragaman, belum terstruktur
3. Regosol
Tanah masih muda, belum mengalami defrerensiasi horizon, tekstur pasi, induk
material vulkanik, struktur berbukit tunggal,
4. Litosol
Sedikit perkembangan profil, batuan induk adalah batuan beku atau batuan sedimen
keras, tekstur beranekaragam, berpasir dan tidak terstruktu.
5. Latosol
Telah terdeferensiasi, tekstur lempung, struktur remah hingga gumpal, batuan induk
berasal dari tuf dan material vulkanik
6. Grumosol
Mempunyai perkembangan profil, tekstur lempung berat, struktur kersai (granular),
batuan induk dari batu kapur, mergel, batuan lempeng atau tuf vulkanik basa
8. Podsol
Mengalami perkembangan profil, tekstur lempung hingga pasir, struktur gumpal,
batuan induk berupa batuan pasir dengan kandungan kuarsa tinggi, batuan lempung
dan tuf vulkanik masam.
9. Andosol
Mengalami perkembangan profil, tekstur geluh berdebu, struktur remah, induk berasal
dari batuan induk abu atau tuf vulkanik
1. Metode Vegetatif
metode pengawetan tanah dengan cara menanam vegetasi (tumbuhan) pada lahan yang
dilestarikan. Dengan 6 cara:
a. Penghijauan: penanaman kembali hutan-hutan gundul dengan jenis tumbuhan
tahunan seperti akasia, angsana dan flamboyant.
b. Reboisasi: penanaman kembali hutan gundul dengan jenis tanaman keras seperti
pinus, jati, rasamala dan cemara.
c. Penanaman secara kontur (contour strip cropping)
Menanami lahan searah dengan garis kontur
d. Penanaman tumbuhan penutup tanah (buffering)
Menanam lahan dengan tumbuhan keras seperti pinus, jati, dan cemara
e. Penanaman tanaman secara berbaris (strip cropping)
Melakukan penanaman berbagai jenis tanaman secara berbaris (larikan)
f. Pergiliran tanaman (crop rotation)
Penanaman tanaman secara bergantian (bergilir) dalam satu lahan
3. Metode kimia
menggunakan bahan kimia untuk memperbaiki struktur tanah, yaitu meningkatakan kemantapan
agregat (struktur tanah). Contoh: Bitumen dan Krilium