You are on page 1of 12

PENJERNIHAN AIR DENGAN CARA

PENYARINGAN

A. LATAR BELAKANG

Air bersih merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat.


Sampai saat ini masalah air bersih masih banyak dijumpai baik di daerah
perkotaan maupun di daerah pedesaan.
Proses filtrasi merupakan penyaringan suspended solid dan koloidal
solid dari air baku menggunakan media berpori seperti pasir, antrasit, garnet.
Fungsi utama dari unit filtrasi adalah menyaring semua flok-flok halus yang
tidak terendapkan pada unit sedimentasi. Proses filtrasi air baku dapat
dilakukan tanpa didahului oleh koagulasi, flokulasi, dan sedimentasi bila
kekeruhan air baku kecil dari 10 NTU. Jenis-jenis filter menurut jumlah
media yang digunakan:
a. Saringan media tunggal;
b. Saringan media ganda;
c. Saringan multi media.
Karakteristik butiran media adalah faktor penentu efisiensi proses
filtrasi. Ukuran media yang efektif didapatkan dengan menentukan nilai
effective size (ES), yaitu ukuran ayakan yang melewatkan 10% berat pasir,
dan uniformity coefficient (UC), yaitu ukuran ayakan yang melewatkan 60%
berat pasir. Berdasarkan kecepatan penyaringan, unit filter dibagi atas dua
bagian, yakni:
1. Saringan Pasir Lambat, digunakan apabila kekeruhan air baku < 10 NTU.
2. Saringan Pasir Cepat, digunakan apabila kekeruhan air baku > 10 NTU.
Seperti yang diungkapkan di awal bahwa bentuk pengolahan air yang
komplit (lengkap) sulit untuk diterapkan terutama bagi masyarakat pedesaan
mengingat kondisi pedesaan yang kurang menguntungkan untuk hal tersebut.
Untuk itu perlu dipilih bentuk yang mengutamakan kesederhaan, mudah
pembuatannya, relatif tidak mahal untuk pengoperasiannya.
Salah satu teknologi pengolahan air untuk daerah pedesaan yang
sederhana, mudah dan murah yakni teknologi saringan pasir lambat.
Sistem saringan pasir lambat adalah merupakan teknologi
pengolahan air yang sangat sederhana dengan hasil air bersih dengan kualitas
yang baik. Sistem saringan pasir lambat ini mempunyai keunggulan antara
lain tidak memerlukan bahan kimia (koagulan) yang mana bahan kimia ini
merupakan kendala sering dialami pada proses pengolahan air di daerah
pedesaan.
Di dalam sistem pengolahan ini proses pengolahan yang utama
adalah penyaringan dengan media pasir dengan kecepatan penyaringan 5 - 10
m3/m2/hari.. Air baku dialirkan ke tangki penerima, kemudian dialirkan ke
bak pengendap tanpa memakai zat kimia untuk mengedapkan kotoran yang
ada dalam air baku. selanjutnya di saring dengan saringan pasir lambat.
Setelah disaring dilakukan proses khlorinasi dan selanjutnya ditampung di
bak penampung air bersih, seterusnya di alirkan ke konsumen.
Jika air baku baku dialirkan ke saringan pasir lambat, maka
kotoran-kotoran yang ada di dalamnya akan tertahan pada media pasir. Oleh
karena adanya akumulasi kotoran baik dari zat organik maupun zat anorganik
pada media filternya akan terbentuk lapisan (film) biologis. Dengan
terbentuknya lapisan ini maka di samping proses penyaringan secara fisika
dapat juga menghilangkan kotoran (impuritis) secara bio-kimia. Biasanya
ammonia dengan konsetrasi yang rendah, zat besi, mangan dan zat-zat yang
menimbulkan bau dapat dihilangkan dengan cara ini. Hasil dengan cara
pengolahan ini mempunyai kualitas yang baik.
Cara ini sangat sesuai untuk pengolahan yang air bakunya
mempunyai kekeruhan yang rendah dan relatif tetap. Biaya operasi rendah
karena proses pengendapan biasanya tanpa bahan kimia. Tetapi jika
kekeruhan air baku cukup tinggi, pengendapan dapat juga memakai baghan
kimia (koagulan) agar beban filter tidak terlalu berat.
Teknologi saringan pasir lambat yang banyak diterapkan di Indonesia
biasanya adalah saringan pasir lambat konvesional dengan arah aliran dari
atas ke bawah (down flow), sehingga jika kekeruhan air baku naik, terutama
pada waktu hujan, maka sering terjadi penyumbatan pada saringan pasir,
sehingga perlu dilakukan pencucian secara manual dengan cara mengeruk
media pasirnya dan dicuci, setelah bersih dipasang lagi seperti semula,
sehingga memerlukan tenaga yang cucup banyak. Hal inilah yang sering
menyebabkan saringan pasir lambat yang telah dibangun kurang berfungsi
dengan baik, terutama pada musim hujan.
Untuk mengatasi problem sering terjadinya kebuntuan saringan pasir
lambat akibat kekeruhan air baku yang tinggi, dapat ditanggulangi dengan
cara modifikasi disain saringan pasir lambat yakni dengan menggunakan
proses saringan pasir lambat "UP Flow (penyaringan dengan aliran dari
bawah ke atas). Dengan sistem penyaringan dengan aliran dari bawah ke atas
maka waktu operasi menjadi lebih panjang, dan cara pencucian media
penyaringnya lebih mudah.

B. TUJUAN dan MANFAAT

1. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah ntuk mengetahui cara penjernihan
air secara alamiah maupun kimiawi.

2. Manfaat
a. Mengetahui proses penjernihan air secara alamiah
b. Mengetahui proses penjernihan air secara kimiawi
c. Mempermudah mendapatkan kualitas air bersih dengan cara yang
sederhana
C. FUNGSI

 Fungsi Lapisan Arang


Karbon atau arang aktif adalah material yang berbentuk butiran atau
bubuk yang berasal dari material yang mengandung karbon misalnya
batubara, batok kelapa, kayu dan sebagainya. Dengan pengolahan tertentu
yaitu proses aktivasi seperti perlakuan dengan tekanan dan suhu tinggi,
dapat diperoleh karbon aktif yang memiliki permukaan dalam yang luas.
Arang merupakan suatu padatan berpori yang mengandung 85-95%
karbon, dihasilkan dari bahan-bahan yang mengandung karbon dengan
pemanasan pada suhu tinggi. Ketika pemanasan berlangsung, diusahakan
agar tidak terjadi kebocoran udara didalam ruangan pemanasan sehingga
bahan yang mengandung karbon tersebut hanya terkarbonisasi dan tidak
teroksidasi. Arang selain digunakan sebagai bahan bakar, juga dapat
digunakan sebagai adsorben (penyerap). Daya serap ditentukan oleh luas
permukaan partikel dan kemampuan ini dapat menjadi lebih tinggi jika
terhadap arang tersebut dilakukan aktifasi dengan bahan-bahan kimia
ataupun dengan pemanasan pada temperatur tinggi. Dengan demikian,
arang akan mengalami perubahan sifat-sifat fisika dan kimia. Arang yang
demikian disebut sebagai arang aktif.

Gambar arang/karbon aktif


Dalam satu gram karbon aktif, pada umumnya memiliki luas
permukaan seluas 500-1500 m2, sehingga sangat efektif dalam menangkap
partikel-partikel yang sangat halus berukuran 0.01-0.0000001 mm. Karbon
aktif bersifat sangat aktif dan akan menyerap apa saja yang kontak dengan
karbon tersebut. Dalam waktu 60 jam biasanya karbon aktif tersebut
manjadi jenuh dan tidak aktif lagi. Oleh karena itu biasanya arang aktif di
kemas dalam kemasan yang kedap udara. Sampai tahap tertentu beberapa
jenis arang aktif dapat di reaktivasi kembali, meskipun demikian tidak
jarang yang disarankan untuk sekali pakai. Reaktifasi karbon aktif sangat
tergantung dari metode aktivasi sebelumnya, oleh karena itu perlu
diperhatikan keterangan pada kemasan produk tersebut.
Dalam pengolahan air, Lapisan arang ini sangat efektif dalam
menghilangkan bau, rasa tidak enak yang ada pada air baku dan juga
menjernihkan. Arang yang digunakan dapat berupa arang kayu atau arang
batok kelapa. Untuk hasil yang lebih baik dapat digunakan arang aktif.
Karbon aktif tersedia dalam berbagai bentuk misalnya gravel, pelet
(0.8-5 mm) lembaran fiber, bubuk (PAC : powder active carbon, 0.18 mm
atau US mesh 80) dan butiran-butiran kecil (GAC : Granular Active
carbon, 0.2-5 mm) dsb. Serbuk karbon aktif PAC lebih mudah digunakan
dalam pengolahan air dengan sistem pembubuhan yang sederhana.

 Fungsi Lapisan Ijuk


Ijuk berfungsi sebagai penyaring partikel-partikel kecil dan kotoran-
kotoran kecil yang lolos dari lapisan atasnya. Lapisan ijuk ini bisa berasal
dari serabut kelapa. Dalam penyaringan air, lapisan ijuk
juga berfungsi sebagai penetralisir bau dan warna.

 Fungsi Pasir Beton Halus


Saringan pasir beton halus, seperti saringan pasir lainnya bertujuan
untuk mengurangi kandungan lumpur dan bahan-bahan padat yang ada di
air. Pengamatan tentang bahan padat yang terapung, seperti potongan
kayu, dedaunan, sampah, dan kekeruhan air perlu dilakukan untuk
menentukan ukuran pasir yang akan dipakai. Semakin besar bahan padat
yang perlu disaring, semakin besar ukuran pasir yang digunakan.
Pengamatan tentang bahan padat yang terapung, seperti potongan kayu,
dedaunan, sampah, dan kekeruhan air perlu dilakukan untuk menentukan
ukuran pasir yang akan dipakai. Umumnya, air kotor yang akan disaring
oleh pasir mengandung bahan padat dan endapan lumpur.

 Fungsi Kerikil
Berfungsi sebagai penyaring partikel dan kotoran berukuran besar.
Krikil umumnya diletakan pada posisi paling atas sebelum penyaring yang
lebih halus seperti pasir.

D. METODE

1. ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1. 2 (dua) drum ijuk
2. pipa PVC dengan diameter ¾ inci
3. kran air
4. pasir
5. kerikil
6. potongan bata – cat
7. gergaji
8. parang
9. besi
10. bor
11. kuas
12. ember
13. cangku
b. Bahan
1. potongan kaca
2. ijuk
3. tempurung kelapa
4. pasir
5. kerikil

I. PEMBUATAN

1. Membuat pipa penyaringan, lihat Gambar 1. :


a. Ambil 2 pipa PVC diameter 0,75 inci dengan panjang 35 cm.
b. Pipa PVC dilubangi teratur sepanjang 20 cm.
c. Bagian dari pipa yang dilubangi dibalut dengan ijuk kemudian ijuk
diikat dengan tali plastik
d. Salah satu ujung pipa dibuat ulir.

Gambar 1. Pipa Penyaring


2. Pemasangan pipa penyaring (lihat Gambar 2.).
Pipa penyaring dipasang pada drum pengendapan dan penyaringan
dengan jarak 10 cm dari dasar drum.
3. Membuat drum pengendapan (lihat Gambar 2 dan 3)
a. Buat lubang dengan bor besi 10 cm dari dasar pada dinding drum
untuk pipa penyaring.
b. Pasang pipa penyaring yang sudah dibalut pada soket yang sudah
tersedia (lihat keterangan No. 2)
c. Pasang kran
d. Buat lubang pada dasar drum dengan tutup.

Gambar 2. Pemasangan Pipa Penyaring


4. Membuat drum penyaring (lihat Gambar 2 dan 3)
a. Buat lubang untuk pemasangan pipa penyaring dengan jarak 10 cm
dari dasar drum.
b. Isi drum berturut-turut dengan krikil setebal 20 cm, ijuk 5 cm, arang
10 cm, ijuk 10 cm dan potongan bata 10 cm.
5. Penyusunan drum endapan dan penyaringan (lihat Gambar
3)
a. Drum pengendapan dan penyaringan disusun bertingkat.
b. Kran-kran ditutup dan air diisikan ke dalam drum pengendapan
c. Setelah 30 menit air dari drum pengendapan dialirkan ke dalam
drum penyaringan.
d. Aliran air yang keluar dari drum penyaringan disesuaikan dengan
masukan dari drum pengendapan.
Gambar 3. Cara Kerja Penyaring Air

II. PENGGUNAAN

1. Air sungai atau telaga dialirkan ke dalam bak penampungan, yang


sebelumnya pada pintu masuk air diberi kawat kasa untuk menyaring
kotoran.
2. Setelah bak pengendapan penuh air, lubang untuk mengalirkan air dibuka
ke bak penyaringan air.
3. Kemudian kran yang terletak di bawah bak dibuka, selanjutnya beberapa
menit kemudian air akan ke luar. Mula-mula air agak keruh, tetapi
setelah beberapa waktu berselang air akan jernih. Agar air yang keluar
tetap jernih, kran harus dibuka dengan aliran yang kecil.

III. PEMELIHARAAN

1. Ijuk dicuci bersih kemudian dipanaskan di matahari sampai kering


2. Pasir halus dicuci dengan air bersih di dalam ember, diaduk
sehingga kotoran dapat dikeluarkan, kemudian dijemur sampai kering.
3. Batu kerikil diperoleh dari sisa ayakan pasir halus, kemudian
dicuci bersih dan dijemur sampai kering.
4. Batu yang dibersihkan sampai bersih betul dari kotoran atau tanah
yang melekat, kemudian dijemur
IV. KEUNTUNGAN

1. Air hasil penyaringan cukup bersih untuk keperluan rumah tangga.


2. Air keruh yang digunakan bisa berasal dari mana saja misalnya : sungai,
rawa, telaga, sawah dan sumur.
3. Membuatnya cukup mudah dan sederhana pemeliharaannya.
4. Bahan-bahan yang digunakan mudah didapatkan di daerah pedesaan.
V. KERUGIAN

1. Pemeliharaan memerlukan ketelitian dan cukup memakan


waktu seperti:
a. Drum pengendapan dan drum penyaring harus dibersihkan, jika
aliran air yang keluar kurang lancar. Ijuk, kerikil, potongan bata,
pasir dicuci bersih, kemudian dijemur sampai kering.
b. Arang tempurung biasanya paling lama 3 bulan sekali harus diganti
dengan yang baru.
c. Tidak bisa digunakan untuk menyaring air yang mengandung
bahanbahan kimia seperti air buangan dari pabrik, karena cara ini
hanya untuk menyaring air keruh, tapi bukan menyaring air yang
mengandung zat kimia tertentu.
2. Untuk keperluan air minum harus dimasak terlebih dahulu
sampai mendidih.
Gambar : Penyaringan Air secara Fisis
E. KESIMPULAN dan SARAN

You might also like