You are on page 1of 13

Tolong Menolong dalam Kebaikan

Allah Ta'ala berfirman:


ِ ‫َوتَ َعا َونُوا َعلَى ْالبِرِّ َوالتَّ ْق َوى َوالَ تَ َعا َونُوا َعلَى ْا ِإل ْث ِم َو ْال ُع ْد َوا ِن َواتَّقُوا هَّللا َ إِ َّن هَّللا َ َش ِدي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬
"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah,
sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." (Al-Maa`idah:2)
Ayat ini sebagai dalil yang jelas akan wajibnya tolong menolong dalam kebaikan dan takwa
serta dilarang tolong menolong dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Dalam ayat ini Allah Ta'ala memerintahkan seluruh manusia agar tolong menolong dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa yakni sebagian kita menolong sebagian yang lainnya dalam
mengerjakan kebaikan dan takwa, dan saling memberi semangat terhadap apa yang Allah
perintahkan serta beramal dengannya. Sebaliknya, Allah melarang kita tolong menolong
dalam perbuatan dosa dan pelanggaran.
Di akhir ayat ini Allah mengancam dengan siksaan-Nya yang keras bagi siapa saja yang
berbuat dosa dan pelanggaran ataupun tolong menolong di dalam perbuatan tersebut.

Rasulullah Saw, pernah bersabda: “Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah
bangunan yang saling memperkuat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya. (Rasulullah SAW
sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari jari lainnya) (HR. Muttafaqun ‘alaih) “Perumpamaan
orang-orang mukmin dalam (menjalin) cinta dan kasih sayang di antara mereka bagaikan tubuh yang
satu, apabila ada anggota
"Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling memperkuat antara
sebagian dengan sebagian yang lainnya. (Rasulullah SAW sambil memasukkan jari-jari tangan ke
sela jari jari lainnya) (HR. Muttafaqun �alaih)

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam (menjalin) cinta dan kasih sayang di antara mereka
bagaikan tubuh yang satu, apabila ada anggota (tubuh) yang merasa sakit, maka seluruh anggota
yang lainnya merasa demam dan tidak bisa tidur." (HR. Muslim) 

"Orang-orang Muslim itu darahnya saling menyuplai, yang lemah di antara mereka akan berusaha
membebaskan tanggungannya dan yang kuat di antara mereka berusaha menyelamatkan yang
lemah, mereka adalah satu tangan (kekuatan) untuk menghadapi pihak-pihak selain mereka (musuh-
musuh mereka), yang kuat membantu yang lemah dan yang cepat menolong yang lambat." (HR. Abu
Dawud dan Ibnu Majah) 

"Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat zhalim maupun yang dizhalimi," Nabi ditanya, "Kalau yang
dizhalimi kami bisa menolong, bagaimana dengan orang yang menzhalimi wahai Rasulullah? Nabi
SAW bersabda, "kamu pegang kedua tangannya atau kamu cegah dia dan kezhaliman, itulah cara
kita menolongnya." (HR. Bukhari) 

Dalam Islam, tolong-menolong adalah kewajiban setiap Muslim. Sudah semestinya konsep tolong-
menolong tidak hanya dilakukan dalam lingkup yang sempit. Tentu saja untuk menjaga agar tolong-
menolong ini selalu dalam koridor “kebaikan dan takwa” diperlukan suatu sistem yang benar-benar
sesuai “syariah”. Apa artinya kita berukhuwah jika kita tidak mau menolong saudara kita yang sedang
mengalami kesulitan.

tolong-menolong menjadi sebuah keharusan karena apapun yang kita kerjakan membutuhkan
pertolongan dari orang lain. Tidak ada manusia seorang pun di muka bumi ini yang tidak
membutuhkan pertolongan dari yang lain. Seorang pengusaha yang mendirikan pabrik misalnya,
membutuhkan karyawan pabrik. Pabrik yang dia dirikan tidak akan berjalan jika tidak ada bantuan
dari yang lain. Jadi dalam hidup ini, tolong-menolong adalah sebuah keharusan.

Sampai-sampai Rasulullah Saw memerintahkan kepada kita tidak hanya menolong orang yang
didzhalimi, tetapi juga turut membantu orang yang mendzhalimi agar orang yang mendzhalimi itu
tidak lagi berbuat dzhalim.

Maka dari itu, tolong-menolong ini menjadi salah satu nilai yang terkandung dalam ekonomi Islam.
Menolong yang lemah, membantu orang yang memerlukan bantuan sudah sebuah kemestian. Para
pelaku ekonomi Islam dituntut agar dapat membantu saudaranya keluar dari permasalahan yang
dihadapi. Membantu masyarakat yang masih menikmati riba menuju ke sistem yang islami atau
syariah, juga dikategorikan sebagai bagian dari nilai tolong-menolong. Apalagi dapat membantu
masyarakat ke luar dari lembah kemiskinan. Wallaahu a’lam
Tetap update tulisan dari allah_mahapenolong di manapun dengan
TA'AWUN, TANAASUR DAN TARAAHUM

Ta'awun (saling tolong menolong), tanaashur (saling mendukung) dan taraahum (saling
berkasih sayang) adalah merupakan buah dari ukhuwah. Karena apalah artinya berukhuwah
jika kamu tidak membantu saudaramu ketika memerlukan dan menolongnya ketika dia
ditimpa oleh cobaan, serta belas kasihan kepadanya ketika ia lemah.

Rasulullah SAW telah menggambarkan tuiuan saling tolong menolong dan keterikatan antara
kaum Muslimin dalam bermasyarakat antara yang satu dengan lain dengan gambaran yang
mantap. Sebagaimana dalam sabdanya:

"Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang saling memperkuat
antara sebagian dengan sebagian yang lainnya. (Rasulullah SAW sambil memasukkan jari-
jari tangan ke sela jari jari lainnya) (HR. Muttafaqun 'alaih)

Satu batu merah tentu saja lemah, meskipun terlihat kuat. Dan seribu batu bata yang
berserakan (tidak teratur), tidak mampu berbuat apa-apa yang tidak bisa berbentuk bangunan.
Akan terbentuk bangunan yang kuat manakala batu bata itu disusun dengan teratur dalam
susunan yang rapi dan kokoh sesuai dengan aturan yang berlaku. Ketika itulah akan terbentuk
dari batu-batu tersebut dinding yang kokoh dan dari dinding-dinding itu akan terbentuk
rumah yang kuat pula, yang tidak mudah dirobohkan oleh tangan-tangan yang merusak.

Rasulullah SAW dalam hadits lainnya juga menggambarkan keterikatan masyarakat Islam
antara yang satu dengan yang lainnya dalam bentuk cinta dan kasih sayang sebagai berikut:

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam (menjalin) cinta dan kasih sayang di antara
mereka bagaikan tubuh yang satu, apabila ada anggota (tubuh) yang merasa sakit, maka
seluruh anggota yang lainnya merasa demam dan tidak bisa tidur." (HR. Muslim)

Anggota tubuh yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan tidak bisa terpisah
serta tidak akan bisa hidup sendiri-sendiri. Maka tidak bisa terpisah antara alat pernafasan
dengan alat pencernaan, atau keduanya dengan tekanan darah. Masing-masing saling
menyempurnakan satu dengan yang lainnya. Maka dengan kerjasama antar bagian tubuh dan
saling membantu, seluruhnya akan hidup dan akan terus berkembang dan bisa berperan aktif.

Rasulullah SAW juga bersabda:

"Orang-orang Muslim itu darahnya saling menyuplai, yang lemah di antara mereka akan
berusaha membebaskan tanggungannya dan yang kuat di antara mereka berusaha
menyelamatkan yang lemah, mereka adalah satu tangan (kekuatan) untuk menghadapi pihak-
pihak selain mereka (musuh-musuh mereka), yang kuat membantu yang lemah dan yang
cepat menolong yang lambat." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Rasulullah SAW juga memasukkan unsur (pemahaman) baru dalam menolong Muslim
terhadap Muslim lainnya, yaitu dengan sabdanya:

"Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat zhalim maupun yang dizhalimi," Nabi ditanya,
"Kalau yang dizhalimi kami bisa menolong, bagaimana dengan orang yang menzhalimi
wahai Rasulullah? Nabi SAW bersabda, "kamu pegang kedua tangannya atau kamu cegah dia
dan kezhaliman, itulah cara kita menolongnya." (HR. Bukhari)

Al Qur'an Al Karim mewajibkan saling menolong dan memerintahkannya dengan syarat


dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Ia mengharamkan dan melarang saling menolong dalam
perbuatan dosa dan permusuhan, Allah SWT berfirman:

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan
tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran." (Al Maidaah: 2)

Al Qur'an juga memerintahkan agar orang-orang yang benman antara sebagian dengan
sebagian lainnya saling berwalat (mendukung), itulah salah satu konsekuensi keimanan,
sebagaimana dalam firman Allah SWT:

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perernpuan, sebagian mereka menjadi penolong
bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang ma'ruf mencegah dari yang
munkar." (At-Taubah: 71)

Ini sebagai kebalikan dari sifat-sifat orang munafik yang juga berbuat demikian, sebagaimana
firman Allah SWT:

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah
sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma'ruf." (At
Taubah: 67)

Sebagaimana dilakukan juga oleh para sahabat, Allah SWT berfirman tentang mereka sebagai
berikut:

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras
terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka." (Al Fath: 29)

Maksud dari ayat di atas adalah agar yang kuat itu membantu yang lemah, yang kaya
mengulurkan tangan kepada yang miskin. Hendaknya seorang yang alim mengajari yang
bodoh, yang tua mengasihi yang muda, begitu pun yang muda menghormati yang tua, dan
hendaknya yang bodoh itu mengetahui kewajibannya terhadap yang alim, dan hendaknya
seluruh kaum Muslimin berada dalan satu shaf untuk menghadapi tantangan dan konspirasi
(persekongkolan) musuh baik dalam keadaan perang maupun dalam keadaan damai. Allah
SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya dalam keadaan


berbaris (bershaf-shaf), seakan-akan mereka bagaikan bangunan yang tersusun kokoh."(As-
Shaf: 4)
HADIST TENTANG TOLONG MENOLONG

Diposkan oleh Bermanfaat Bagi Yang Lain di 10:17 . Rabu, 02 Februari 2011

1. Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya seumpama bangunan saling mengokohkan satu
dengan yang lain. (Kemudian Rasulullah Saw merapatkan jari-jari tangan beliau).
(Mutafaq'alaih)

2. Kaum muslimin ibarat satu tangan terhadap orang-orang yang di luar mereka. (HR.
Asysyihaab)

3. Kekuatan disertakan kepada jama'ah. Barangsiapa menyimpang (serong dan memisahkan


diri) maka dia menyimpang menuju neraka. (HR. Tirmidzi)

4. Tiadalah kamu mendapat pertolongan (bantuan) dan rezeki kecuali karena orang-orang
yang lemah dari kalangan kamu. (HR. Bukhari)

5. Pertolonganmu terhadap orang lemah adalah sodaqoh yang paling afdol. (HR. Ibnu Abi
Ad-Dunia dan Asysyihaab)

6. Allah selalu menolong orang selama orang itu selalu menolong saudaranya (semuslim).
(HR. Ahmad)

7. Seorang menjadi kuat karena banyak kawannya. (HR. Ibnu Abi Ad-Dunia dan Asysyihaab)
2. Membantu dan menolong kaum Muslimin.

Yaitu membantu dan menolong kaum muslimin dengan lisan, harta dan jiwa, masalah dunia
dan agama. Firman Allah swt.

ٍ ‫ض ُه ْم أَ ْولِيَا ُء بَ ْع‬
‫ض‬ ُ ‫ص ُروا أُولَئِكَ بَ ْع‬ َ َ‫سبِي ِل هَّللا ِ َوالَّ ِذينَ آَ َو ْوا َون‬ َ ‫س ِه ْم فِي‬ِ ُ‫َاج ُروا َو َجا َهدُوا بِأ َ ْم َوالِ ِه ْم َوأَ ْنف‬
َ ‫إِنَّ الَّ ِذينَ آَ َمنُوا َوه‬
‫ص ُر إِاَّل َعلَى‬
ْ َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ ‫ي‬َ
ُ ْ َ ِ‫ل‬‫ع‬َ ‫ف‬ ‫ن‬ ‫ِّي‬
‫د‬ ‫ال‬ ‫ي‬ ِ ْ ُ َ ْ ِ ِ َ ُ ِ َ ُ َ ٍ ْ ْ‫َوالَّ ِذينَ آَ َمنُوا َولَ ْم يُ َها ِج ُر َ ْ ِ نْ َ َ ِ ِ ْ ِ ن‬
‫ف‬ ‫م‬‫ك‬ُ ‫و‬‫ر‬ ‫ص‬ ْ
‫ن‬ َ ‫ت‬ ‫س‬ ‫ا‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫و‬ ‫وا‬ ‫ر‬ ‫ج‬ ‫ا‬ ‫ه‬ ‫ي‬ ‫َّى‬ ‫ت‬ ‫ح‬ ‫ء‬‫َي‬ ‫ش‬ ‫م‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ت‬‫ي‬ ‫اَل‬‫و‬ ‫م‬ ‫م‬ ُ
‫ك‬ َ ‫ل‬ ‫ا‬‫م‬ ‫وا‬
)72( ‫صي ٌر‬ ِ َ‫ق َوهَّللا ُ بِ َما تَ ْع َملُونَ ب‬ٌ ‫قَ ْو ٍم بَ ْينَ ُك ْم َوبَ ْينَ ُه ْم ِميثَا‬

Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan berhijrah serta berjihad dengan harta dan
jiwanya pada jalan Allah dan orang-orang yang memberikan tempat kediaman dan
pertoIongan (kepada orang-orang muhajirin), mereka itu satu sama lain lindung-
melindungi[1]. dan (terhadap) orang-orang yang beriman, tetapi belum berhijrah, Maka tidak
ada kewajiban sedikitpun atasmu melindungi mereka, sebelum mereka berhijrah. (akan
tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, Maka
kamu wajib memberikan pertolongan kecuali terhadap kaum yang telah ada Perjanjian antara
kamu dengan mereka. dan Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.  (Qs. Al Anfal/8:
72)

[1] Yang dimaksud lindung melindungi Ialah: di antara muhajirin dan anshar terjalin
persaudaraan yang Amat teguh, untuk membentuk masyarakat yang baik. demikian
keteguhan dan keakraban persaudaraan mereka itu, sehingga pada pemulaan Islam mereka
waris-mewarisi seakan-akan mereka bersaudara kandung.

Sabda Rasulullah saw.

ُ ‫ال ْال ُم ْؤ ِمنُ لِ ْل ُم ْؤ ِم ِن َك ْالبُ ْنيَا ِن يَ ُش ُّد بَ ْع‬


َ َّ‫ضهُ بَ ْعضًا َو َشب‬
َ‫ك بَ ْين‬ َ َ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ق‬ ِ ‫ع َْن أَبِي ُمو َسى َر‬
َ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ع َْن النَّبِ ِّي‬
‫ =متفق عليه‬ ‫صابِ ِع ِه‬ َ َ‫=أ‬

Dari Abu Musa ra, dari Nabi saw, bersabda: Seorang mukmin terhadap mukmin lainnya
sepert bangunan, sebagian menguatkan sebagian yang lain, lalu ia menyilangkan antara jari-
jarinya.  (HR. Muttafaqun Alaihi)
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan
tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada
Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.” (Al-Ma'idah : 2)

Islam adalah dien yang rahmatan lil'alamin, yaitu rahmat bagi semesta alam. Islam
merupakan agama yang sarat akan manfaat dan maslahat baik bagi individu maupun sosial.
Islam adalah dien yang senantiasa mengajarkan untuk memberikan manfaat dan maslahat
kepada sesama manusia maupun sesama ciptaan Allah SWT. Tolong menolong  di dalam
kebajikan dan ketakwaan merupakan kalimat yang luas cakupannya, yang mencakup
kebajikan seluruhnya, yang akan membawa akibat kepada kebaikan masyarakat muslim dan
keselamatan umat manusia. 

Untuk menumbuhkan sikap saling tolong-menolong dan mengantisipasi sifat egoistik yang
ada pada diri kita diperlukan suatu ikhtiar, yaitu dengan menumbuhkan empati. Empati
merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam interaksi antar pribadi. Dengan empati, kita
bisa saling memahami apa yang dirasakan oleh orang lain. Sehingga kita tidak akan meraih
tujuan yang menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan pada orang lain. Pada dasarnya,
empati itu telah tertanam pada diri setiap manusia. Suatu sunatullah yang telah dilekatkan
pada penciptaan manusia oleh Allah SWT.

Orang bijak mengatakan, ”Lupakanlah kebaikan-kebaikan kita kepada orang lain. Namun
ingatlah selalu kebaikan-kebaikan orang lain pada diri kita. Lupakan pula kesalahan-
kesalahan orang lain pada diri kita, sebaliknya ingatlah selalu kejelekan-kejelekan yang telah
kita lakukan terhadap orang lain.”

Saling memahami antar pribadi yang timbul dari empati akan meningkatkan kesadaran akan
saling ketergantungan. Karenanya akan timbul keinginan saling bekerjasama. Selanjutnya
akan timbul keinginan untuk mendahulukan kepentingan orang lain. Akhirnya terjalin rasa
belas kasihan dan tenggang rasa terhadap sesama hamba Allah SWT.

Rasulullah SAW, panutan kita, mempunyai empati yang dalam terhadap orang lain seperti
yang tergambar dalam ayat berikut ini. “Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang
Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan
(keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-
orang mukmin. ” (QS At Taubah:128).

Rasulullah SAW juga memasukkan unsur (pemahaman) baru dalam tolong-menolong


Muslim terhadap Muslim lainnya, yaitu dengan sabdanya: "Tolonglah saudaramu, baik yang
berbuat zhalim maupun yang dizhalimi," Nabi ditanya, "Kalau yang dizhalimi kami bisa
menolong, bagaimana dengan orang yang menzhalimi wahai Rasulullah? Nabi SAW
bersabda, "Kamu pegang kedua tangannya atau kamu cegah dia dari kezhaliman, itulah
cara kita menolongnya." (HR. Bukhari)

Ta'awun (saling tolong menolong) diantara kaum muslimin merupakan kekuatan dan
pelindung. Nabii Shallallahu 'alaihi wa Salam telah menyerupakan ta'awun kaum muslimin,
persatuan dan berpegang teguhnya mereka (pada agama Allah). Demikianlah kaum muslimin,
semakin bertambah kokoh dengan saling tolong menolong di antara mereka.

Nabi Muhammad Saw bersabda, "Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah
bangunan yang saling memperkuat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya.
(Rasulullah SAW sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari jari lainnya) (HR.
Muttafaqun 'alaih)

Satu batu merah tentu saja lemah, meskipun terlihat kuat. Dan seribu batu bata yang
berserakan (tidak teratur), tidak mampu berbuat apa-apa yang tidak bisa berbentuk bangunan.
Akan terbentuk bangunan yang kuat manakala batu bata itu disusun dengan teratur dalam
susunan yang rapi dan kokoh sesuai dengan aturan yang berlaku. Ketika itulah akan terbentuk
dari batu-batu tersebut dinding yang kokoh dan dari dinding-dinding itu akan terbentuk
rumah yang kuat pula, yang tidak mudah dirobohkan oleh tangan-tangan yang merusak.
TA'AWUN, TANAASUR DAN TARAAHUM

Ta'awun (saling tolong menolong), tanaashur (saling mendukung) dan


taraahum (saling berkasih sayang) adalah merupakan buah dari
ukhuwah. Karena apalah artinya berukhuwah jika kamu tidak membantu
saudaramu ketika memerlukan dan menolongnya ketika dia ditimpa oleh
cobaan, serta belas kasihan kepadanya ketika ia lemah.

Rasulullah SAW telah menggambarkan tuiuan saling tolong menolong dan


keterikatan antara kaum Muslimin dalam bermasyarakat antara yang
satu dengan lain dengan gambaran yang mantap. Sebagaimana dalam
sabdanya:

"Mukmin yang satu dengan yang lainnya bagaikan sebuah bangunan yang
saling memperkuat antara sebagian dengan sebagian yang lainnya.
(Rasulullah SAW sambil memasukkan jari-jari tangan ke sela jari jari
lainnya) (HR. Muttafaqun 'alaih)

Satu batu merah tentu saja lemah, meskipun terlihat kuat. Dan seribu
batu bata yang berserakan (tidak teratur), tidak mampu berbuat apa-
apa yang tidak bisa berbentuk bangunan. Akan terbentuk bangunan yang
kuat manakala batu bata itu disusun dengan teratur dalam susunan
yang rapi dan kokoh sesuai dengan aturan yang berlaku. Ketika itulah
akan terbentuk dari batu-batu tersebut dinding yang kokoh dan dari
dinding-dinding itu akan terbentuk rumah yang kuat pula, yang
tidak mudah dirobohkan oleh tangan-tangan yang merusak.

Rasulullah SAW dalam hadits lainnya juga menggambarkan keterikatan


masyarakat Islam antara yang satu dengan yang lainnya dalam bentuk
cinta dan kasih sayang sebagai berikut:

"Perumpamaan orang-orang mukmin dalam (menjalin) cinta dan kasih


sayang diantara mereka bagaikan tubuh yang satu, apabila ada anggota
(tubuh) yang merasa sakit, maka seluruh anggota yang lainnya merasa
demam dan tidak bisa tidur."
(HR. Muslim)

Anggota tubuh yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan dan
tidak bisa terpisah serta tidak akan bisa hidup sendiri-sendiri.
Maka tidak bisa terpisah antara alat pernafasan dengan alat
pencernaan, atau keduanya dengan tekanan darah. Masing-masing saling
menyempurnakan satu dengan yang lainnya. Maka dengan kerjasama antar
bagian tubuh dan saling membantu, seluruhnya akan hidup dan akan
terus berkembang dan bisa berperan aktif.

Rasulullah SAW juga bersabda:


"Orang-orang Muslim itu darahnya saling menyuplai, yang lemah di
antara mereka akan berusaha membebaskan tanggungannya dan yang kuat
di antara mereka berusaha menyelamatkan yang lemah, mereka adalah
satu tangan (kekuatan) untuk menghadapi pihak-pihak selain mereka
(musuh-musuh mereka), yang kuat membantu yang lemah dan yang cepat
menolong yang lambat." (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)

Rasulullah SAW juga memasukkan unsur (pemahaman) baru dalam menolong


Muslim terhadap Muslim lainnya, yaitu dengan sabdanya:

"Tolonglah saudaramu, baik yang berbuat zhalim maupun yang


dizhalimi," Nabi ditanya, "Kalau yang dizhalimi kami bisa menolong,
bagaimana dengan orang yang menzhalimi wahai Rasulullah? Nabi SAW
bersabda, "kamu pegang kedua tangannya atau kamu cegah dia dan
kezhaliman, itulah cara kita menolongnya." (HR. Bukhari)

Al Qur'an Al Karim mewajibkan saling menolong dan memerintahkannya


dengan syarat dalam hal kebaikan dan ketaqwaan. Ia mengharamkan dan
melarang saling menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan, Allah
SWT berfirman:

"Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan


taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran." (Al Maidaah: 2)

Al Qur'an juga memerintahkan agar orang-orang yang benman antara


sebagian dengan sebagian lainnya saling berwalat (mendukung), itulah
salah satu konsekuensi keimanan, sebagaimana dalam firman Allah SWT:

"Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perernpuan, sebagian


mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma'ruf mencegah dari yang munkar." (At-Taubah: 71)

Ini sebagai kebalikan dari sifat-sifat orang munafik yang juga


berbuat demikian, sebagaimana firman Allah SWT:

"Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan


sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar
dan melarang berbuat yang ma'ruf." (At Taubah: 67)

Sebagaimana dilakukan juga oleh para sahabat, Allah SWT berfirman


tentang mereka sebagai berikut:

"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama


dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih
sayang sesama mereka."
(Al Fath: 29)

Maksud dari ayat di atas adalah agar yang kuat itu membantu yang
lemah, yang kaya mengulurkan tangan kepada yang miskin. Hendaknya
seorang yang alim mengajari yang bodoh, yang tua mengasihi yang
muda, begitu pun yang muda menghormati yang tua, dan hendaknya yang
bodoh itu mengetahui kewajibannya terhadap yang alim, dan hendaknya
seluruh kaum Muslimin berada dalan satu shaf untuk menghadapi
tantangan dan konspirasi (persekongkolan) musuh baik dalam
keadaan perang maupun dalam keadaan damai. Allah SWT berfirman:

"Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang di jalanNya


dalam keadaan berbaris (bershaf-shaf), seakan-akan mereka bagaikan
bangunan yang tersusun kokoh."(As-Shaf: 4)
Dari buku paket

Membiasakan tolong-menolong
Dalam ajaran islam, berbuat baik kepada sesama manusia
tidak boleh memandang perbedaan agama, suku bangsa, dan
status sosial. Islam adalah agama yang mengajarkan
kebersamaan dan kesetaraan dalam segala hal, sepanjang
sesuai dengan nilai-nilai luhur ajaran Islam. Setiap muslim
diajarkan untuk saling menolong dalam bergaul dengan
sesama manusia, agar ia mendatangkan perdamaian dan
kebaikan bagi semua orang.
Dalam pergaulan sehari-hari, kita tidak boleh memandang
rendah orang lain apalagi membeda-bedakan antara satu
dengan yang lainnya. Sebab agama islam melarang umatnya
melakukan perbuatan buruk dan tercela kepada sesama
manusia.
Sebagai makhluk sosial, kita tidak akan luput dari pergaulan
dan komunikasi antar sesama manusia. Sebab manusia tidak
akan mampu hidup dan memenuhi kebutuhannya sendiri
tanpa pertolongan orang lain. Dalam menjalin hubungan dan
pergaulan, hendaknya kita saling menolong, membantu kaum
duafa, mengasihi anak yatim, agar tidak merusak tali
silaturahmi antar sesama manusia.
Betapa ruginya orang yang tidak mau saling menolong dan
tidak mau membantu anak yatim, sebab hanya sedikit orang
yang mau berteman dengannya. Sebaliknya, orang yang
menolong orang lain dan merawat anak yatim dalam
kehidupannya sehari-hari, akan mendapatkan banyak saudara
dan mendapatkan kemudahan dari ALLAH SWT.
Manfaat sikap saling menolong dan berbuat baik kepada anak
yatim diantaranya :
1. Disukai banyak orang
2. Terhindar dari sikap permusuhan
3. Mudah mendapatkan pertolongan
4. Terhindar dari marabahaya
5. Masuk surga bersama rasulullah SAW.

You might also like