You are on page 1of 34

PPN

PPN BENDAHARAWAN
BENDAHARAWAN
Dasar Hukum
PPN & PPnBM
• UU No. 8 / 1984 jo UU No. 42 / 2009
• PP No. 144 th 2000
• PMK 68/PMK.03/2010
• KMK 563 / 2003
OBJEK PPN
• PENYERAHAN BARANG DAN JASA
– Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha
– Impor Barang Kena Pajak.
– Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
– Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean
di dalam Daerah pabean;
– Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean di dalam Daerah
pabean;
– Ekspor Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak;
– Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya oleh pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain. Pasal 16 C UU PPN
– Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk
diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehan dapat
dikreditkan. Pasal 16 D UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai
PPN
UU NO 18 th 2009

Bukan
Objek PPN
Objek PPN
Psl 4, 16C & 16 D
Psl 4 (3) UUPPN
UU PPN
PP 144/2000
BUKAN OBJEK PPN
• Kelompok Barang Tidak Kena Pajak ( pasal 4 ayat
3 UU PPN adalah :
– Barang hasil pertambangan, atau hasil pengeboran yang
diambil langsung dari sumbernya, misalnya : minyak mentah,
gas bumi, pasir dan kerikil, bijih besi, bijih timah, bijih emas
dsb.
– Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
rakyat banyak, misalnya : beras, gabah, jagung, sagu, kedelai,
dan garam beryodium/tidak.
– Makanan dan minum yang disajikan dihotel, restoran, rumah
makan, warung, dan sejenisnya (baik dikonsumsi di tempat
ataupun dibawa pulang), menjadi objek Pajak Pembangunan
(Pajak Daerah).
– Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.
BUKAN OBJEK PPN
• Kelompok Jasa Tidak Kena Pajak , pasal 4 ayat 3 UU
PPN, yaitu :
– Jasa di bid pelayanan kesehatan medik, pelayanan social,
pengiriman perangko, perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha
dengan hak opsi, keagamaan, pendidikan;
– Jasa di bid kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak
tontonan;
– Jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;
– Jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;
– Jasa di bidang tenaga kerja, SE -05/PJ.53/2003 tgl.
13/1/2003, meliputi :
• Jasa tenaga kerja
• Jasa penyediaan tenaga kerja
• Jasa penyelenggaraan latihan bagi tenaga kerja
– Jasa di bidang perhotelan;
– Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum.
Subjek Pajak Bukan Subjek Pajak
SUBJEK PPN

• Pengusaha Kena Pajak :


– Peredaran bruto setahun minimal rp. 600 juta
Oki rekanan yang melakukan penyerahan BKP atau JKP
yang mempunyai nilai minimal rp. 600 juta wajib
memiliki NPPKP (Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak)
• Orang yang memilih menjadi PKP (PMPKP)
• Orang pribadi membangun sendiri, bukan dari
kegiatan usahanya
BUKAN SUBJEK PPN

• Pengusaha Kecil :
– Pengusaha yg melakukan penyerahan BKP yg
jumlah peredaran bruto setahun di bawah rp
600 juta
1

Pengusaha Kena
PKP
Pajak (PKP)
Pembeli
Penjual

3
4

Kas Negara
Mekanisme PPN Indonesia
• PKP yang menyerahkan BKP/JKP wajib memungut PPN dari
pembeli/penerima BKP/JKP sebesar 10% xi Harga Jual atau penggantian,
dan membuat Faktur Pajak sbg bukti pemungutan.
• PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Keluaran (Out Put Tax) bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang sifatnya sebagai
pajak yang harus dibayar (hutang pajak).
• PKP di atas saat pembelian/perolehan BKP/JKPdikenakan PPN, dan berlaku
sbg Pajak Masukan (In Put Tax), sifatnya sebagai pajak yang dibayar di
muka, sepanjang BKP/JKP yang dibeli tsb berhub. langsung dgn kegiatan
usahanya.
• Setiap masa pajak (setiap bulan),
– apabila PK > P, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara, selambat-
lambatnya tanggal 15 bulan berikutnya.
– apabila PK < PM, maka selisih dapat direstitusi atau di kompensasi ke masa
pajak berikutnya.
• PKP di atas wajib menyampaikan Laporan Perhitungan PPN setiap bulan
(SPT Masa PPN) ke KPP selambat-lambatnya tanggal 20 bulan berikutnya.
1

Pengusaha Kena
PKP
Pajak (PKP)
Pembeli
Penjual

Kas Negara
Mekanisme Pemungutan PPN
• PPN atas transaksi penyerahan BKP/JKP dipungut oleh PKP Penjual.
Pembeli membayar kpd PKP Penjual sebesar harga jual + PPN (10%).
• Jika harga jual atau penggantian telah termasuk PPN, maka PPN yang
terutang atas penyerahan BKP/JKP tersebut dihitung dgn formula :
10/110 x harga jual atau penggantian.
• Jika pembeli BKP/JKP berstatus Pemungut PPN (Pembeli Khusus), PPN
terutang atas penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual,
melainkan disetor langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN. Dengan
demikian, Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar
harga jual, PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas negara.
• Jika terjadi penyerahan BKP/JKP antar Pemungut PPN, PPN/PPnBM
terutang atas BKP/JKP dipungut, disetor dan dilaporkan oleh Pemungut
PPN yang melakukan penyerahan BKP/JKP (Penjual), Lihat SE-
43/PJ.51/2002
• Jika terjadi penyerahan BKP/JKP oleh Badan-Badan tertentu kepada
Bendaharawan Pemerintah/KPKN, maka PPN/PPnBM terutang atas
BKP/JKP dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Bendaharawan
Pemerintah/KPKN (Pembeli), Lihat SE-43/PJ.51/2002.
• Penyerahan BKP/JKP oleh Instansi Pemerintah yang bertindak sebagai
PKP kepada Badan-Badan tertentu, PPN terutang dipungut, disetor, dan
dilaporkan oleh Bendaharawan Instansi Pemerintah (Penjual), Lihat SE-
43/PJ.51/2002.
PENGERTIAN
• Bendaharawan Pemerintah adalah Bendaharawan atau Pejabat yang
melakukan pembayaran yang dananya berasal dari Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah, yang terdiri dari Bendaharawan Pemerintah Pusat
dan Daerah baik Propinsi, Kabupaten, atau Kota.
• Pengusaha Kena Pajak Rekanan Pemerintah adalah Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak kepada Bendaharawan Pemerintah atau Kantor
Perbendaharaan dan Kas Negara.
PEMUNGUT PAJAK
• Bendaharawan Pemerintah dan Kantor Perbendaharaan dan Kas
Negara ditetapkan sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai.
• Pemungut Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) yang melakukan pembayaran atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak
Rekanan Pemerintah atas nama Pengusaha Kena Pajak Rekanan
Pemerintah, wajib memungut, menyetor, dan melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang.
• Bendaharawan Pemerintah yang melakukan pembayaran melalui
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara, wajib melaporkan Pajak
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang
terutang oleh Pengusaha Kena Pajak yang telah dipungut oleh
Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara dimaksud.
TARIF PAJAK
• Atas penyerahan BKP & JKP dikenakan tarif tunggal
sebesar 10%.
• Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi
dan/atau peningkatan kebutuhan dana pembangunan,
Pemerintah diberi wewenang mengubah tarif PPN 5%
s.d. 15% (lima belas persen) dengan tetap memakai
prinsip tarif tunggal.
• Perubahan tarif tsb dikemukakan oleh Pemerintah
kepada Dewan Perwakilan Rakyat saat pembahasan
RAPBN.
BUKTI PEMUNGUTAN PPN
Faktur Pajak adalah bukti pungutan
pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak atau penyerahan Jasa Kena
Pajak, atau bukti pungutan pajak karena
impor Barang Kena Pajak yang digunakan
oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
Penyerahan BKP/JKP
Menggunakan Mata Uang
Asing
• Penghitungan pajak terutang harus
dikonversikan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku
menurut Surat Keputusan Menkeu pada saat
pembuatan faktur pajak.
• Apabila penyerahan dilakukan kepada
pemungut, maka besarnya pajak yang terutang
harus dikonversikan ke dalam mata uang rupiah
dengan menggunakan kurs yang berlaku
menurut Surat Keputusan Menkeu pada saat
dilakukan pembayaran oleh pemungut.
Nota Retur
• Nota Retur adalah Nota yang dibuat
apabila terjadi pengembalian BKP oleh
penerima BKP kepada PKP, kecuali jika
BKP tersebut diganti dengan BKP yang
jenis, tipe dan harga yang sama.
PEMUNGUT PPN
• Sejak tanggal 1 Januari 2004, Pemungut PPN (Pembeli
Khusus) terdiri dari (563/KMK.03/2003) :
– Bendaharawan Pemerintah baik Pusat maupun
Daerah, yang dananya dari APBN/APBD.
– Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara

apabila pembeli BKP/JKP adl Pemungut PPN tsb, PPN


yang terutang tidak dipungut oleh PKP Penjualnya,
tetapi harus dipungut dan disetor langsung ke kas
negara oleh Pemungut PPN.
KEWAJIBAN PEMUNGUT
PPN
• Bendaharawan mendaftarkan diri
• Memungut PPN&PPnBM (FP)
• Menyetorkan PPN&PPnBM (SSP)
• Melaporkan pajak terutang (1107PUT)
PEMUNGUT PPN
B.  Obyek Pemungutan PPN
– Setiap pembayaran yang dilakukan oleh
Pemungut PPN.
– Atas perolehan BKP/JKP oleh Pemungut PPN.
– Dalam hal atas penyerahan BKP disamping
terutang PPN juga terutang PPn BM, maka
PPn BM tersebut juga harus dipungut oleh
Pemungut PPN.
C. Mekanisme Pemungutan PPN
Oleh Pemungut PPN
• Faktur Pajak dan SSP merupakan bukti pemungutan
dan penyetoran PPN dan/atau PPnBM
• Pemungutan PPN/PPn BM dilakukan pada saat
dilakukannya pembayaran atas BKP/JKP oleh
pemungut PPN, dengan cara memotong langsung
dari tagihan PKP Rekanan.
• Pada saat PKP rekanan menyampaikan tagihan
(faktur/invoice), PKP Rekanan wajib membuat :
– Faktur Pajak atas PPN dan PPnBM yang terutang
– SSP (dengan identitas dan NPWP PKP Rekanan) yang
ditandatangani oleh Pemungut.
Penghitungan jumlah
pemungutan PPN
Jumlah pembayaran = Rp 11.000.000
Jumlah PPN = 10/110 x Rp 11.000.000
= Rp 1.000.000
DIPUNGUT PPh psl 22
1,5% x Rp. 10.000.000 = rp. 150.000
Jumlah yang dibayarkan kepada PKP rekanan =Rp
11.000.000 - Rp 1.000.000 – rp. 150.000 = Rp
9.850.000
Penghitungan jumlah
pemungutan PPN
• Jumlah pembayaran: Rp13.000.000
PPnBM dengan tarif 20%
• Jumlah PPN yang dipungut = (10/130 x Rp
13.000.000) = Rp 1.000.000
• Jumlah PPnBM yang dipungut = (20/130xRp
13.000.000) = Rp 2.000.000
• Sisa yang dibayarkan kepada PKP rekanan =
– Rp13.000.000 - Rp1.000.000 - Rp2.000.000
= Rp10.000.000
C. Mekanisme Pemungutan
PPN Oleh Pemungut PPN
lanjutan

• Faktur Pajak dibuat rangkap 3 :


– Lembar 1 : untuk Pemungut PPN
– Lembar 2 : untuk arsip PKP Rekanan
– Lembar 3 : untuk KPP melalui Pemungut PPN
– Pada setiap lembar Faktur Pajak wajib dibubuhi cap
"DISETOR TANGGAL :..........." dan ditandatangani
oleh Pemungut PPN yang bersangkutan.
– Khusus untuk KPKN, setiap lembar Faktur Pajak
Standar wajib dicantumkan nomor dan tanggal advis
SPM
C. Mekanisme Pemungutan
PPN Oleh Pemungut PPN
lanjutan

• Untuk Bendaharawan Pemerintah, SSP dibuat rangkap 5 :


– Lembar 1 : untuk arsip PKP Rekanan
– Lembar 2 : untuk KPP melalui KPKN
– Lembar 3 : untuk dilampirkan pada SPT Masa PPN PKP Rekanan.
– Lembar 4 : untuk Bank/Kantor Pos
– Lembar 5 : untuk Pemungut PPN
• Untuk KPKN, SSP dibuat rangkap 4 :
– Lembar 1 : untuk arsip PKP Rekanan
– Lembar 2 : untuk KPP melalui KPKN
– Lembar 3 : untuk dilampirkan pada SPT Masa PPN PKP Rekanan.
– Lembar 4 : untuk Pemungut PPN (KPKN)
– Pada setiap lembar SSP, wajib dicantumkan nomor dan tanggal
advis SPM
• SSP lembar ke-1 dan ke-2 dibubuhkan cap "TELAH DIBUKUKAN"
Penyetoran dan Pelaporan
Pemungut PPN
(563/KMK.03/2003)
• Penyetoran harus dilakukan selambat-lambatnya :
– Bendaharawan Pemerintah atau KPKN 7 hari setelah bulan
pembayaran atas tagihan
– Badan-Badan Tertentu 15 hari setelah bulan dilakukannya
pembayaran atas tagihan.
– Dalam hal hari ke 7 atau hari ke 15 tersebut jatuh pada hari libur,
penyetoran selambat-lambatnya pada hari kerja berikutnya. 
• Pelaporan ke KPP terkait selambat-lambatnya :
– Hari ke-20 setelah bulan terjadinya pembayaran atas tagihan,
dalam hal Pemungut PPN tersebut adalah Bendaharawan
Pemerintah atau Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara.
– Hari ke-20 setelah bulan terjadinya pembayaran atas tagihan,
dalam hal Pemungut PPN tersebut adalah Badan-Badan Tertentu.
• Pelaporan atas pemungutan PPN tersebut dilakukan dengan
SPT Masa Pemungut PPN (formulir 1107PUT)
Dikecualikan dari Mekanisme Pemungutan
PPN oleh Pemungut PPN
• Pembayaran yang jumlahnya tidak lebih dari Rp 2.000.000,-
(termasuk PPN/PPn BM) yang tidak merupakan pembayaran yang
terpecah-pecah.
• Pembayaran untuk pembebasan tanah, kecuali pembayaran atas
penyerahan tanah oleh Real Estat atau Industrial Estat
• Pembayaran untuk penyerahan BKP/JKP yang memperoleh
fasilitas PPN yang terutang tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN
• Pembayaran untuk penyerahan BBM dan Non BBM oleh Pertamina.
• Pembayaran atas rekening telepon.
• Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh
perusahaan penerbangan.
• Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang
tidak dikenakan PPN.
• Penyerahan BKP/JKP antar Badan-Badan Tertentu. Dalam hal ini
PPN dipungut dan disetor oleh pihak yang melakukan penyerahan
BKP/JKP (PKP Penjual).
Dikecualikan dari Mekanisme
Pemungutan PPN oleh Pemungut PPN
Berdasarkan Kep 382 / 2002, jo SE-
43/PJ.51/2002, pemungut PPN tidak perlu
memungut PPN atas :
• Penyerahan BKP/JKP yang dilakukan oleh bukan
PKP
• Pembayaran atas proyek Pemerintah yang
dibiayai dengan hibah/dana pinjaman luar
negeri.
Contoh
• Tgl 27 Oktober Dinas Kenyamanan Provinsi Riau membeli
1 Unit AC untuk kebutuhan ruang Kepala kantor dengan
harga Rp. 7.700.000 termasuk PPN.
• Tgl 1 Nopember diterima tagihan, faktur Pajak dan SSP
• Tgl. 5 Nopember dibayar oleh bendaharawan
Perhitungan pembayaran :
• Nilai tagihan Rp. 7.700.000
• DPP 100/110 x Rp. 7.700.000, Rp. 7.000.000 
• Dipungut PPh psl 22
1,5% x 7.000.000 Rp. 105.000
Kas dibayarkan Rp. 6.895.000
Setelah menyetorkan PPN maka FP diberi cap “telah disetor
tgl….. “
PPPN ini dilaporkan pada masa pajak Nopember
Pelaporan SPt Masa Bagi Pemungut
PPN
 
• Semua Wajib Pajak Pemungut PPN dan PPn BM
termasuk Kas Daerah, kecuali Kantor Perbendaharaan
dan Kas Negara (KPKN) wajib mengisi dan
menyampaikan SPT Masa PPN PUT (1107 PUT). Dalam
hal Wajib Pajak Pemungut juga sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP), maka yang bersangkutan harus mengisi SPT
Masa PPN bentuk Formulir 1107 dan SPT Masa PPN
bentuk Formulir 1107 PUT.
Pelaporan SPt Masa Bagi Pemungut
PPN
• Laporan dibuat rangkap 2 (dua), yaitu :
• Lembar ke-1 untuk KPP yang dilampiri
dengan Faktur Pajak lembar ke-3
• -Lembar ke-2 untuk arsip badan
pemungut.
SPT MASA PPN
Pengertian SPT Masa PPN (PER-160/PJ/2006)
• Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menerbitkan Faktur Pajak
Standar kurang dari 30 (tiga puluh) dalam 1 (satu) Masa Pajak,
SPT Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan baik dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) maupun dalam bentuk elektronik.
• Bagi Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menerbitkan Faktur Pajak
Standar lebih dari 30 (tiga puluh) dalam 1 (satu) Masa Pajak, SPT
Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan dalan bentuk data
elektronik.
• Bagi Pemungut PPN, SPT Masa PPN adalah Surat Pemberitahuan
yang terdiri dari Induk SPT dan Lampiran SPT baik dalam bentuk
formulir kertas (hard copy) maupun dalam bentuk data elektronik.

You might also like