Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Negara Indonesia merupakan suatu negara yang sangat strategis dalam lalu lintas
ekonomi dunia. Hal ini dikarenakan Indonesia memiliki wilayah yang luas dan
penduduknya yang lumayan besar 13.677 pulau bukanlah suatu daerah yang ringan untuk
ditangani ditambah lagi macam ragam budaya yang beraneka. Oleh karena itu perlu
mereka yang harus taat kepada pemerintah, akan tetapi untuk sebagian besar hukum
administrasi mengandung arti pula bahwa mereka yang taat kepada pemerintah menjadi
dibebani berbagai kewajiban tugas bagaimana dan sampai dimana batasnya dan
berhubung itu berarti juga bahwa wewenang pemerintah menjadi luas dan tegas.
mengatur sarana bagi penguasa untuk mengatur dan mengendalikan masyarakat dan
mengatur cara-cara partisipasi warga negara dalam proses pengaturan dan pengendalian
administrasi negara tersebut tidak lagi dapat memenuhi keinginan rakyat dimana dalam
pihak eksekutif dengan seluruh jenjang dan biro kratisasinya sangat-sangat besar,
memenuhi keinginan rakyat. Menurut UUD 1945 sistem pemerintahan negara Republik
daerah seyogyanya disertai pula dengan berpedoman pada asas-asas umum pemerintahan
yang baik.
1. Asas kejujuran
2. Asas kecermatan
4. Asas keseimbangan
Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewenangan kepada daerah
yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian, dan pemanfaatan sumber daya nasional
yang berkeadilan, serta perimbangan-perimbangan keuangan pusat dan daerah sesuai
pembantuan, perlu diatur perimbangan keuangan yang diatur berdasarkan pembina tugas
dan tanggung jawab yang jelas antar tingkat pemerintah. Sebelumnya memang ada
dengan daerah-daerah yang berhak mengurus rumah tangganya sendiri. Akan tetapi UU
no. 32 tahun 1956 sudah tidak lagi sesuai dengan perkembangan dalam mendukung
otonomi daerah yang telah berkembang pesat. Oleh karena itu dipandang perlu
1999.
otonomi daerah menjadi sangat strategis. Artinya, peran masyarakat di daerah menjadi
faktor utama di dalam proses pembangunan karena lebih banyak berfungsi sebagai
Banyak program dan proyek yang ada di daerah dengan biaya yang sangat besar
dirumuskan, dilaksanakan, dan diawasi oleh pusat sedangkan daerah hanya sekedar
dilihat sebagai tempat (lokasi) dari proyek tersebut sehingga daerah tidak diberi
kesempatan untuk mengolah sendiri sumber daya yang ada di daerah tersebut.
berperan aktif dalam pemanfaatan sumber daya yang ada serta pengontrol bagi pejabat
pengamanan terbaik perlu segera dihindari. Apalagi jika pembangunan diartikan sekedar
sebagai redistribusi kekuasaan dan sumber daya dan mengasumsikan bahwa hanya
otoritas yang mempunyai landasan luaslah yang mampu melaksanakan perubahan dengan
hasil baik.
Sehingga dapat kita rumuskan dari uraian diatas adalah: “sejauh mana
kemampuan profesionalisme dan kuatnya ide-ide praktis dari pejabat daerah untuk
Hal – hal yang akan kita bahas meliputi beberapa hal yaitu, meliputi:
PEMBAHASAN
Sebelumnya otonomi daerah telah dipraktikkan sejak dekade 50-an. Namun pada waktu
itu tujuan politis dari desentralisasi lebih diutamakan dibandingkan dengan tujuan
administratif atau ekonomi misalnya. Hal ini disebabkan karena kebanyakan pejabat
daerah pada waktu itu kurang mempunyai kemampuan (skill) untuk mencapai tujuan-
tujuan administratif dan ekonomis dari keberadaan pemerintah tersebut. Jadi otonomi
dimaksudkan oleh pusat sebagai strategi untuk mengikat daerah agar tidak menunjukkan
2. Subsidi
Pengalaman empirik selama ini menunjukkan bahwa pihak daerah cenderung bermanja
terhadap pihak pusat. Ini tampak dari besarnya peningkatan anggaran dari pusat yang
dikucurkan bagi darah. Pada tahun 1969/1970 pusat mengalokasikan dana Rp 334 miliar
bagi daerah. Sebelas tahun berikutnya jumlah itu meningkat menjadi Rp 11.634 miliar
Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap pengeluaran daerahnya. Oleh karena itu daerah
harus siap dengan berbagai terobosan untuk mengatasi masalah penurunan PAD tentunya
penggalian PAD harus dilakukan dalam para digma dan rasionalitas tertentu agar tidak
Kemampuan pusat untuk memberikan subsidi bagi daerah pun bukannya tak
terbatas. Karena besaran subsidi daerah otonomi selalu berfluktuasi tergantung pada
pemahaman substantive yang cukup terhadap hakikat otonomi itu sendiri dapat menjadi
boomerang baik bagi pusat maupun bagi daerah. Maka terdapat ketimpangan-
1. High Cost Economic dalam bentuk pungutan-pungutan yang membabi buta. Otonomi
4. Pemda bisa menjadi “drakula” bagi anak-anak mereka sendiri yaitu BUMD-BUMD
yang berada dibawah naungannya. Modusnya bisa jadi bukan melalui penjualan aset,
melainkan melalui katebetje penguasa daerah yang sulit ditolak oleh jajaran
pimpinan BUMD
5. Karena terfokus pada penerimaan dana Pemda bisa melupakan kriteria pembuktian
berkelanjutan
8. Bangkitnya egosentrisme
10. Munculnya bentuk hubungan kolutif antara eksekutif dan legislatif di daerah.
daerah, “daemam otonomi melanda”. Respon terhadap UU no. 22/1999 berikut petunjuk
pelaksanaannya, akan tetapi ada perbedaan pendapat terhadap otonomi daerah. Pihak
yang sumber dayanya melipah optimis terhadap adanya otonomi daerah yang minus
Dibalik antusiasme daerah, terdapat juga anggapan yang penuh kepercayaan diri
bahwa daerah memiliki kemampuan yang tidak kalah dibandingkan pusat, tetapi fakta
menunjukkan bahwa sebagian besar SDM berkualitas yang berasal dari daerah berada di
pusat, sebab di pusat terdapat kebijakan yang dirancang dan diputuskan di pusat.
Dari hal-hal diatas muncul berbagai ketimpangan akibat otonomi di daerah. Oleh
karena itu pejabat daerah harus memiliki kemampuan yang lebih untuk mengatasinya.
1. Pejabat harus dapat melakukan kebijakan tertentu sehingga SDM yang berada di pusat
pendidikan politik dan keberadaan organisasi swadaya masyarakat, media massa dan
lainnya.
5. Dan yang menjadi prioritas adalah pejabat daerah harus bisa memahami prinsip-prinsip
otonomi daerah.
jawab
3. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan
daerah kota sedang pada daerah propinsi merupakan otonomi yang terbatas
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peran dan fungsi badan
legislatif daerah
8. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dari pemerintah dan daerah ke desa disertai
pembiayaan sarana dan prasarana serta SDM dengan kewajiban melaporkan dan
Dengan Pusat
yang luas, nyata, dan bertanggung jawab di daerah. Kewenangan tersebut secara
nasional yang berkeadilan, serta perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah.
Dalam pelaksanaan perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah
tersebut perlu memperhatikan kebutuhan pembiayaan bagi pelaksanaan kewenangan yang
menjadi tanggung jawab pemerintah pusat, antara lain pembiayaan bagi politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, pengelolaan moneter dan fiskal agama, serta
kewajiban pengembalian pinjaman pemerintah pusat.[1]
b. Dana pembangunan
c. Pinjaman daerah
Pendapatan asli daerah meliputi pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil
pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sedangkan dana perimbangan terdiri dari
bagian daerah dari penerimaan pajak bumi dan bangunan, bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan, penerimaan dari sumber daya alam, dana alokasi umum, dana alokasi
khusus.
- Penerimaan negara dari pajak bumi dan bangunan dibagi imbang 10% untuk pemerintah
imbang 20% untuk pemerintah pusat dan 80% untuk pemerintah daerah.
- 10% dari penerimaan PBB dan 20% dari penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan
bangunan menjadi bagian dari pemerintah pusat dibagikan kepada seluruh kabupaten
dan kota.
- Penerimaan negara dari pertambangan minyak bumi setelah dikurangi komponen pajak
sesuai yang berlaku 85% untuk pemerintah pusat dan 15% untuk pemerintah daerah.
- Penerimaan gas alam 70% untuk pemerintah pusat dan 30% untuk pemerintah daerah.
Mengenai tentang pinjaman daerah terdapat ketentuan bahwa daerah tidak dapat
melakukan pinjaman tanpa persetujuan dari DPRD serta tidak boleh melakukan pinjaman
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
2. pemberian subsidi yang tak terbatas dari pusat mengakibatkan daerah malas dan selalu
substantive yang cukup terhadap hakikat otonomi itu sendiri dapat menjadi
3.2. Saran-saran
Upaya yang didapat dilakukan pejabat daerah agar dapat membangun wilayah
secara mandiri dapat dilakukan melalui beberapa alternatif optimalisasi aset dan sumber
daya yaitu penggalian pendapatan asli daerah yang dapat di peroleh dari pendapatan asli
daerah, dana perimbangan, pinjaman daerah, lain-lain penerimaan yang sah (Dana
mensosialisasikan setiap peraturan di level daerah agar sebanyak mungkin diketahui oleh
masyarakat. Peran serta masyarakat lebih diutamakan dalam format yang demokratis.