You are on page 1of 10

MAKALAH KIMIA ANALITIK

“ GAS CHROMATOGRAPHY “

OLEH:

1. Chandra Ayu S. 0910920006

2. Aris wijanarko 0910920026

3. Firda Syawalina 0910920040

4. Syafira Ayu D. 0910920068

5. M.Edi S. 09109200

6. Eko Susanto A. 0910923038

7. Lhuhur Seto 09109230

8. Novia Sintesa Dara 0910923052

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2010
BAB I

PENDAHULUAN

Kromatografi adalah cara pemisahan campuran yang didasarkan atas perbedaan distribusi
dari komponen campuran tersebut diantarany dua fase, yaitu fase diam (stationary) dan fase
bergerak (mobile). Fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair, sedangkan fase bergerak dapat
berupa zat cair atau gas. Dalam kromatografi fase bergerak dapat berupa gas atau zat cair dan
fase diam dapat berupa zat padat atau zat cair. Banyaknya macam-macam kromatografi yang
salah satunya adalah kromatografi gas. Kromatografi Gas adalah proses pemisahan campuran
menjadi komponen-komponennya dengan menggunakan gas sebagai fase bergerak yang
melewati suatu lapisan serapan (sorben) yang diam. Kromatografi gas fase gerak dan fase
diamnya diantaranya : Fase gerak adalah gas dan zat terlarut terpisah sebagai uap. Pemisahan
tercapai dengan partisi sampel antara fase gas bergerak. Fase diam berupa cairan dengan titik
didih tinggi (tidak mudah menguap) yang terikat pada zat padat penunjangnya.
Kromatografi gas mempunyai prinsip yang sama dengan kromatografi lainnya, tapi
memiliki beberapa perbedaan misalnya proses pemisahan campuran dilakukan antara stasionari
fase cair dan gas fase gerak dan pada oven temperur gas dapat dikontrol sedangkan pada
kromatografi kolom hanya pada tahap fase cair dan temperatur tidak dimiliki. Secara rinci
prinsip kromatografi adalah udara dilewatkan melalui nyala hydrogen (hydrogen flame)
selanjutnya uap organik tersebut akan terionisasi dan menginduksi terjadinya aliran listrik pada
detektor, kuantitas aliran listrik sebanding dengan ion.
BAB II

RANGKUMAN JURNAL

Chemical dimethyl fumarate (DMF) adalah suatu bubuk kristal/jernih putih yang
digunakan pada produk konsumen untuk menghindari pertumbuhan jamur. Baru-baru ini yang
menjadi perhatian besar masyarakat Eropa adalah dimethyl fumarate (DMF) tersebut
menyebabkan reaksi alergi ekstrim. Beberapa kasus seperti, iritasi kulit, kulit kemerahan,
terbakar, dan pernapasan akut disebabkan oleh DMFyang kontak dengan kulit . DMF digunakan
sebagai suatu biocide untuk mencegah pembusukan dari bagian kulit yang dipercaya terdapat
pada silika 'gel'. Produk yang berisi DMF ini telah dilarang oleh Komisi Eropa dalam
konsentrasi lebih besar dari 0.1 mg/kg tidak ditempatkan di pasaran. Di samping itu tidak ada
metoda analitis yang mempunyai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu, sekarang telah
dikembangkan dan disahkan metoda untuk analisa DMF pada silica gel dan pada produk kulit
melalui ekstraksi pelarut ( SE) atau bagian atas fasa-padat microextraction (HS-SPME) yang
berpasangan dengan kromatografi gas dan mass spektrometri (GC–MS). Metoda ini
diproyeksikan untuk mempermudah untuk ditampilkan dengan peralatan laboratorium. Hal
tersebut menghasilkan hipotesis baru pada proses yang diharapkan dan juga bertujuan untuk
perlindungan DMF dari cetakan produk yang dihasilkan.
Bahan yang digunakan adalah semua reagen yang menggunakan HPLC
atau analisis pestisida. EPA 8270 semivolatil internal standar campuran 2000
µg/ml masing-masing komponen dalam methylene chloride(CH2Cl2). DMF
dan BBL dilarutkan dalam aseton untuk menghasilkan larutan standar
dengan konsentrasi 500 µg/ml. EPA 8270 semivolatile internal standar
campuran diencerkan dalam CH2CL2 dengan konsentrasi 100mg/ml,
naftalena-D8 dan diklorobenzena-D4(DCB-D4) digunakan sebagai internal
standart (ISs). Sedangkan untuk penyusunan manual dari SPME dengan cara
ekstraksi serat yang dilapisi dengan polydimethylsiloxane(PDMS) 100 µm,
divinilbenzena / carboxen / polydimethylsiloxane (DVB/CAR/PDMS) 50/30µm.
Sedangkan, alat yang digunakan pada analis GC-MS adalah Agilent GC
6890/MS 5975B, Chemstation Ver.D03.00 ,autosampler 7863, dan juga
kolom kapiler leburan silika yang dihubungkan silang antara HP5 MS
(J&W,Folsom,CA,USA:30mx0,25mm i.d.,0,25m). Kondisi operasi kromatografi
gas adalah sebagai berikut: Untuk analisis ekstrak, model injeksi tanpa
pemisahan kemudian dimasukkan pada temperatur 3000 C, sedangkan untuk
temperatur kolom dikondisikan temperaturnya pada 600 C selama 2 menit,
lalu meningkat menjadi 320oC selama 10 menit. Pada proses head space
analysis, digunakan model injeksi tanpa pemisahan kemudian dimasukkan
pada temperatur 270oC, suhu kolom dikondisikan pada suhu 50oC selama 5
menit, meningkat menjadi 100oC setiap 10oC/menit, dan meningkat hingga
320oC setiap 200C/menit , dan kondisi ini dipertahankan selama 10 menit.
Pada kondisi umum, gas pembawa helium memiliki laju alir 1,2ml/menit
dijaga konstan oleh pengontrol tekanan elektronik ,dengan temperatur
transfer line 280oC. Sedangkan untuk kondisi Electron impact (EI)-MS adalah
sebagai berikut: suhu sumber ion 2300C, tegangan pengion 70eV,
quadrupole temperatur 1500C. Kromatogram diperoleh pada SCAN/SIM
mode, yang diperoleh pada kisaran m/z 40-550u. SIM adalah modus
pendeteksian untuk DMF, BBL, naphtalene-D8 dan DCB-D4 ditunjukkan pada
tabel 1.

Kromatogram GC-MS yang berasal dari analisis sampel nyata yang dipengaruhi oleh
banyaknya senyawa, mulai dari alkohol rantai pendek-menengah, karbonil dan senyawa
karboksilat hingga alkil benzenes dan flavours, yang mungkin kehadiran senyawa-senyawa
tersebut tergantung pada produksi serta penyimpanan dari tiap sampel. Dua metode yang
digunakan untuk analisis DMF menggunakan GC-MS. Metode pertama adalah metode ekstraksi
pelarut, dimana aseton yang cocok untuk silika gel. Kinerja ini sesuai dengan metode peraturan
Eropa tentang DMF. Metode kedua adalah metode head space yang cocok untuk sampel yang
tidak bisa dilakukan dengan metode ekstraksi pelarut. SPME adalah tehnik yang digunakan
untuk meningkatkan sensitivitas prekonsentrasi, dimana pada tehnik ini dua serat yang berbeda
diuji: sebuah PDMS serat dan DVB / CAR / PDMS serat. Kromatogram tersebut diperoleh
dalam modus SCAN /SIM. Full SCAN digunakan untuk mendapatkan identifikasi senyawa
target, sedangkan SIM digunakan untuk kuantisasi. Untuk masing-masing senyawa karakteristik
target massa dipilih untuk kuantisasi, satu atau dua massa digunakan untuk kualifikasi, hal ini
bertujuan untuk konfirmasi tambahan identitas dari senyawa, seperti yang dilaporkan dalam
Tabel 1. InFig. 1
dimana massa spektrum dan rumus molekul DMF digambarkan. Butil-butyryllactate (BBL)
adalah suatu molekul dengan dua gugus karbonil, yang dipilih sebagai pengganti alat kontrol
pada seluruh analisis proses. Kuantisasi ini dilakukan menggunakan IS. DCB-D4 dan naftalena-
D8 telah diteliti. Sedangkan, ideal IS harus menunjukkan waktu retensi yang mungkin mirip
dengan salah satu target sensitivitas detektor yang kadang-kadang dapat bervariasi saat
kromatografi dijalankan. Waktu retensi DMF dan BBL tidak begitu berbeda, dimungkinkan
memiliki variasi yang signifikan, pada kenyataannya tidak ada perbedaan ditemukan dalam data
validasi dari metode dan dalam sampel nyata kuantisasi antara dua ISS. Inilah sebabnya mengapa
naftalena-D8 telah dipilih sebagai suatu bagian dari IS. Selain itu naftalena-D8 juga
menunjukkan kondisi operasional yang bentuk puncaknya lebih baik dibandingkan dengan
diklorobenzena-D4. Namun, jika digunakan DCB-D4 sebagai alternatif IS yang berfungsi
mengatasi gangguan signifikan yang mempengaruhi naftalena-D8.

Metode pertama yang digunakan adalah ekstraksi pelarut dengan cara pemilihan pelarut.
Langkah pertamanya adalah pemilihan pelarut yang akan digunakan untuk ekstraksi. Pelarut
organik yang paling umum karena dipertimbangkan interaksi dengan kadar air sampel. Tes
kelarutan dilakukan pada konsentrasi 25 dan 50 mg / ml dalam rangka untuk mengevaluasi
kesesuaian pelarut sebagai alat untuk ekstraksi, dalam hal kelarutan baik volume yang
ditambahkan air untuk menguji perilaku pelarut terhadap kelembaban konten. Pelarut terbaik
dalam jangka waktu kelarutan berubah menjadi aseton, dan asetonitril. Alkohol seharusnya
efektif sebagai sarana pelarut pada konsentrasi yang diharapkan dalam sampel nyata, namun
memiliki kekurangan. Ethanol bereaksi dengan DMF untuk memberikan fumarat dietil melalui
reaksi transesterifikasi, walaupun reaksi yang cukup lambat pada pH kondisi netralitas. Metanol
tidak menimbulkan masalah dalam hal transesterifikasi, tetapi metanol dapat menyerang dan
membubarkan silica. Untuk injeksi seperti ekstrak dalam sistem GC bisa menimbulkan masalah
instrumental. Dietil eter tidak memiliki kemurnian yang baik, sedangkan kromatogram kosong
dipengaruhi oleh interferensi. Larutan standar disiapkan dengan asetonitril menunjukkan
kromatografi yang sedikit, apalagi masalah yang berkaitan dengan kekurangan asetonitril
sebenarnya diperhitungkan pula. Akhirnya, dipilih pelarut aseton karena memiliki sifat yang
sangat baik sebagai pelarut, tingkat kemurnian yang tinggi, titik didih cukup rendah untuk
memungkinkan konsentrasi yang mudah dari ekstrak dan preparasi larutan standar dengan baik
pada perilaku kromatografi. Langkah kedua adalah persiapan standar kalibrasi larutan standar
yang diencerkan digunakan untuk mendapatkan larutan campuran (DMF + BBL) pada enam
konsentrasi yang berbeda mulai dari 0,5 sampai 10 g / ml. IS ditambahkan untuk memperoleh
konsentrasi 1 G / ml dalam larutan masing-masing. Daerah puncak diukur untuk membangun
kalibrasi kurva. Dalam Gambar. 2 scan dan SIM kromatogram penuh standar kalibrasi pada
konsentrasi 3 g / ml yang akan ditampilkan. Linearitas telah diverifikasi selama rentang kerja
seluruh perhitungan analisis koefisien korelasi dan residual.

Tahap operasinya adalah masing-masing sampel sebesar 5 g ditimbang dalam botol kecil,
5µg BBL ditambahkan dan mencapai keseimbangan sekitar 15 menit. Kemudian 5 ml aseton
ditambahkan, botol kecil disegel dan sampel mengeluarkan dentuman selama 15 menit,
supernatant disaring ke dalam labu, prosedur diulangi untuk kali kedua kemudian sampel dan
penyaring dicuci dengan aseton segar yang disimpan dalam labu dengan baik. Ekstrak
dikonsentrasikan 1 ml menggunakan pemutaran uap dan untuk langkah terakhir aliran nitrogen
bawah pada temperature ambient. Hanya analisis sebelumnya menambahkan IS. hasil dilaporkan
pada tabel 2.
Untuk masing-masing konsentrasi kita mendapatkan ketelitian untuk BBL lebih rendah
dibanding DMF. Tahap selanjutnya adalah metode uji untuk silica gel. Teknik sebelum
konsentrasi SPME digunakan untuk mempertinggi metode sensitifitas, botol-botol kecil 40 ml
dengan lubang sumbat PTFE / silicon septum digunakan , sampel-sampel dipanaskan pada 80 ο C
dengan alat pengatur panas kamar mandi. Keseimbangan waktu 5 menit, sedangkan waktu
ekstrasi 30 menit, waktu desorption serat dalam injector GC 10 menit. Tahap berikutnya
persiapan dari standart penimbangan dengan menambahkan jumlah dari DMF dan BBL kedalam
botol-botol kecil kosong dan sejumlah 1 µg IS masing-masing botol kecil. Dilakukan 4 point
penimbangan dari 0,5-10µg, data dilaporkan dalam tabel 1. Terdapat dua perbedaan serat SPME
dibandingkan serat PDMS dan serat DFB/CAR/PDMS, data dilaporkan pada tabel 2. Serat
PDMS digambarkan linearitas yang baik dari jangkauan pekrjaan kedua DMF dan BBL, serat
CAR/ DVB/PDMS disajikan linearitas baik untuk DMF ketika BBL membutuhkan criteria
Ineriatas diantara point-point yang tidak ditemukan. Ini akan berhubungan dengan konstribusi
terbesar dari alkohol rantai panjang dari hubungan BBL ke DMF. Sementara itu, DMF dan IS,
serat DVB/CAR/PDMS memberikan respon area di mana sistemasinya dari suatu orde dari jarak
lebih luas dari itu memperoleh serat PDMS, hal ini mengakibatkan respon yang lebih tinggi dari
metode sensitivitas. Prosedur pengoperasiannya dengan cara sekitar 5 g sampel rata, dipindahkan
ke dalam botol 40 ml, 1 mg 1S ditambahkan dan kemudian sampel diperlakukan untuk standar
kalibrasi. Pemulihan dan pengulangan dinilai untuk kedua serat dengan analisis mereplikasi (n =
4) dari sampel kulit berduri dengan DMF dan BBL pada tiga tingkatan konsentrasi: 0,5, 1,0, 5,0
mg / kg. Hasil dilaporkan dalam tabel 2.
Hasil yang diperoleh dalam hal pemulihan dan pengulangan baik untuk DMF dan BBL
dengan serat PDMS dan perbedaan bersama termasuk ke dalam rentang umumnya dilaporkan
dalam metode resmi [4]. BBL tidak diperhitungkan dalam mempertimbangkan apa yang diamati
selama prosedur kalibrasi. DVB / CAR / serat PDMS memberikan respon yang lebih tinggi
untuk DMF dan 1S seperti ditunjukkan pada Gambar. 3.
Perlakuan yang berbeda dari serat terhadap analit menghasilkan serat yang akan dipilih
. Serat PDMS adalah salah satu serat pilihan yang sangat dianjurkan, DVB / CAR / serat PDMS
adalah salah satu pilihan jika sensitivitas diperlukan. Intinya, penggunaan pengganti tersebut
dapat diatasi dengan suatu prosedur yang melibatkan analisis sampel yang diperkaya.
Sampel silika gel tersebut telah diuji oleh spiking DMV dan BBL pada dua tingkat
konsentrasi: 1 dan 2 mg / kg, pemulihan sangat rendah pada tingkat konsentrasi tersebut. Pada
konsentrasi tingkat tertinggi 2 mg / kg dengan DVB / serat / CAR PDMS itu sekitar 15% dan
tidak terdeteksi dengan serat PDMS. Ada bukti fakta bahwa jenis DMF menangkap matriks tegas
dan BBL juga, hampir tidak terlepas pada temperatur 80C. Hal ini menimbulkan keraguan pada
kenyataan bahwa DMF dapat digunakan sebagai agen anti-cetakan dengan menambahkannya ke
sachet gel silika karena tidak menghaluskan bahkan pada suhu jauh di atas suhu kamar standar.

Sehingga dapat diperoleh kesimpulan, terdapat 2 metode untuk menganalisis DMF


dengan GS-MS. Kedua metode tersebut mudah, dapat dipercaya dan memberikan respon cepat.
Kemahiran dari kromatografi menggunakan suatu MS detector, dan mode SIM, penggunaan
suatu target dan pembatasan massa dari penegasan (konfirmasi) tambahan. Tetapi, terdapat
perbedaan penggunaan dengan ISs yaitu perintahnya (yang diperintahkan) karena terjadi
gangguan disampel yang sesungguhnya. Metode pertama merupakan metode ekstrasi pelarut
didalam aseton yang cocok untuk silica gel, dan produk serupa lainnya. Sedangkan, metoda
kedua adalah suatu metode SPME head space yang cocok untuk sampel yang tidak dapat
diperlakukan dengan ekstrasi pelarut. Dua perbedaan serat yang diuji: serat PDMS dan serat
CAR/DVB/PDMS. Serat PDMS memperkenalkan tanggapan linear dari DMF dan penggantinya.
Serat CAR/DVB/PDMS menyajikan linearitas yang lebih baik dari jarak kerja untuk DMF dan
tanggapan yang tinggi. Selanjutnya dilakukan penelitian untuk mencari pengganti yang sama
baiknya dengan matriks, mengubah larutan aqueous dari garam organic. Hasil pengamatan
diperoleh dari SPME-head space disilika gel bahwa itu digunakan dari DMF dalam sachet sangat
tidak mungkin dan itu tidak efektif untuk tetap dipenuhi dari kondisi drastis. Hal tersebut terlihat
lebih mungkin buatan dari DMF di sampel silica gel dalam kaitan dengan penyerapan dari
produk lain. Silica gel bagaimanapun juga dapat sebagai indicator dari buatan DMF di produk
konsumen yang dapat dengan mudah dianalisis.

You might also like