You are on page 1of 21

Standar kualitas air minum

Saat dikenal beberapa jenis standar kualitas air minum, baik yang bersifat nasional maupun
internasional. Standar kualitas air minum bagi Indonesia terdapat dalam Peraturan Menteri
Kesehatan RI No. 01/Birkhumas/I/1975 tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air
minum dan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 01-3553-1996.

Adapun parameter penilaian kualitas air minum yang tercantum pada berbagai peraturan tentang
standar kualitas air minum adalah sebagai berikut :

1. Pengaruh adanya unsur-unsur tersebut dalam air


2. Sumber unsur-unsur tersebut
3. Beberapa sifat yang perlu diketahui dari unsur tersebut
4. Efek yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia
5. Alasan mengapa unsur tersebut dicantumkan dalam standar kualitas

Standar kualitas fisik air minum

Suhu

Suhu air merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan panas derajat celcius. Suhu
air akan mempengaruhi reaksi kimia dalam pengolahan dan penerimaan masyarakat akan air
tersebut, terutama jika suhunya sangat tinggi. Suhu yang ideal adalah 500F-600F atau 100C-150C.
tetapi iklim setempat, kedalaman pipa-pipa saluran air, dan jenis sumber air akan mempengaruhi
suhu. Selain itu, suhu air juga mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia
pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus (Sutrisno, 2004).

Warna

Warna air sebenarnya terdiri dari warna asli dan warna tampak. Warna asli atau true color adalah
warna yang hanya disebabkan oleh substansi terlarut. Warna tampak atau apparent color adalah
mencakup warna substansi yang terlarut termasuk zat tersuspensi di dalam air tersebut. Warna air
dapat ditimbulkan oleh ion besi, mangan, humus, biota air, plankton, dan limbah industri. Warna
asli sukar dihilangkan. Air minum diisyaratkan tidak berwarna, sehingga berupa air bening dan
jernih. Air yang mengandung bahan-bahan pewarna alamiah yang berasal dari rawa dan hutan
dianggap tidak mempunyai sifat-sifat yang membahayakan atau toksik. Meskipun demikian,
adanya bahan-bahan tersebut memberikan warna berbeda pada air yang menjadikan air tersebut
tidak disukai oleh sebagian konsumen air. Warna pada air di laboratorium diukur berdasarkan
warna standar yang telah diketahui konsentrasinya. Intensitas warna ini dapat diukur dengan
satuan unit warna standar yang dihasilkan oleh 2 mg/L platina (sebagai K2PtCl6). Standar yang
ditetapkan di Indonesia besarnya maksimal 5 unit (Sutrisno, 2004).
Bau dan Rasa

Adanya bau dan rasa pada air minum akan mengurangi penerimaan masyarakat terhadap air
tersebut. Bau dan rasa biasanya terjadi bersama-sama. Timbulnya rasa pada air minum berkaitan
erat dengan bau pada air minum. Bau pada air dapat disebabkan oleh benda asing yang masuk ke
air seperti bangkai binatang, bahan buangan ataupun adanya proses penguraian senyawa organik
yang dilakukan oleh bakteri tersebut dihasilkan gas-gas berbau menyengat, bahkan ada yang
beracun seperti H2S, NH3 dan gas-gas lainnya. Sedangkan rasa pada air dapat ditimbulkan oleh
beberapa hal yaitu adanya gas terlarut seperti H2S, organisme hidup, adanya limbah padat dan
limbah cair dan kemungkinan adanya sisa-sisa bahan yang digunakan untuk disinfeksi seperti
klor. Rasa pada air minum diupayakan netral atau tawar, sehingga dapat diterima oleh para
konsumen air minum. Pengukuran rasa dan bau tergantung pad reaksi individual sehingga hasil
yang dilaporkan tidak mutlak. Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa
yang menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak
diinginkan (Sutrisno, 2004).

Kekeruhan

Kekeruhan merupakan sifat optik dari suatu larutan yang menyebabkan cahaya yang melaluinya
terabsorbsi dan terbias dihitung dalam satuan mg/L SiO2 Unit Kekeruhan Nephelometri (UKN).
Air akan dikatakan keruh apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel bahan yang
tersuspensi, sehingga memberikan warna atau rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan
yang menyebabkan kekeruhan ini meliputi tanah liat, lumpur, dan bahan-bahan organik.
Kekeruhan tidak merupakan sifat air yang membahayakan, tetapi kekeruhan menjadi tidak
disenangi karena rupanya. Kekeruhan walaupun hanya sedikit dapat menyebabkan warna lebih
tua dari warna yang sesungguhnya. Tingkat kekeruhan dipengaruhi oleh pH air. Kekeruhan pada
air minum pada umumnya telah diupayakan sedemikian rupa sehingga air menjadi jernih
(Sutrisno, 2004).

Jumlah Zat Padat Terlarut (TDS)

Bahan padat (solid) adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 1030C-1050C. dalam analisis air, dikenal beberapa istilah tentang bahan
padat ini, yaitu :

Dissolved solids dan undissolved solids

Volatile solids dan fixed solids

Settleable solids dan unsettleable solids

Dalam portable water, kebanyakan bahan padat terdapat dalam bentuk terlarut (dissolved) yang
terutama terdiri dari garam anorganik, selain gas-gas yang terlarut. Kandungan total solid pada
portable water biasanya dalam range antara 20-1000 mg/L, dan sebagai suatu
pedoman,kekerasan dari air akan meningkat dengan meningkatnya total solids. Disamping itu,
pada semua bahan cair, jumlah koloid yang tidak terlarut dan bahan tersuspensi akan meningkaat
sesuai dengan derajat pencemaran. Penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal total
solids dapat berpengaruh terhadap kesehatan, yaitu air akan memberi rasa yang tidak enak pada
lidah, rasa mual terutama yang disebabkan karena natrium sulfat dan terjadinya “cardiac disease”
serta toxaemia pada wanita-wanita hamil.

Daya hantar listrik (konduktivitas)

Daya hantar listrik atau konduktivitas adalah kemampuan air dalam menghantarkan arus listrik
pada kondisi temperatur tertentu. Nilai DHL (Daya Hantar Listrik) ini merupakan interaksi
antara aspek temperatur, jenis ion terlarut, dan konsentrasi ion terlarut, sehingga semakin tinggi
temperatur air dengan konsentrasi dan jumlah jenis ion terlarut banyak, maka kemampuan aliran
listrik juga akan semakin baik. Salah satu komponen air yang memudahkan terjadinya daya
hantar listrik air adalah jenis garam-garaman dan logam yang terlarut dalam air, sehingga nilai
DHL ini dapat dipakai untuk memprediksi konsentrasi kandungan garam dan logam terlarut
dalam air (DAI, 2007).

Standar kualitas kimia air minum

Standar kualitas secara kimia mengacu pada nilai ambang batas kadar zat-zat kimia dalam air.
Beberapa parameter yang diterapkan untuk standarisasi kimia air adalahsebagai berikut :

Derajat keasaman (pH)

Derajat keasaman (pH) merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan intensitas keadaan
asam atau basa sesuatu larutan. Sebagai satu faktor linkungan yang dapat mempengaruhi
pertumbuhan atau kehidupan mikroorganisme dalam air, secara empirik pH yang optimum untuk
tiap spesifik harus ditentukan. Kebanyakan mikroorganisme tumbuh terbaik pada pH 6,0-8,0
meskipun beberapa bentuk mempunyai pH optimum rendah 2,0 (Thiobactillus thiooxidans) dan
lainnya punya pH optimum 8,5 (Alcaligenes faecalis). Pengetahuan pH ini sangat diperlukan
dalam penentuan range pH yang akan diterapkan pada usaha pengelolaan air bekas yang
menggunakan proses-proses biologis. Pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari
penyimpangan standar kualitas air minum dalam pH ini yaitu bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5
dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air dan menyebabkan
beberapa senyawa menjadi racun, sehingga mengganggu kesehatan (Sutrisno, 2004).

Kalsium (Ca)

Kalsium adalah merupakan sebagian dari komponen yang merupakan penyebab dari kesadahan.
Efek yang ditimbulkan oleh kesadahan antara lain timbulnya lapisan kerak pada ketel-ketel
pemanas air, pada perpipaan dan juga menurunkan efektifitas dari kerja sabun. Kalsium dalam
air sangat diperlukan untuk dapat memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut yang berguna untuk
pertumbuhan tulang dan gigi. Oleh karenanya, untuk menghindari efek yang tidak diinginkan
akibat terlalu rendah atau terlalu tingginya kadar Ca dalam air minum, ditetapkanlah standar
konsentrasi Ca sebagaimana yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan RI sebesar 75-200
mg/L. Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah dari 75 mg/L dapat menyebabkan
tulang rapuh, sedangakan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200 mg/L dapat menyebabkan korosi
pada pipa-pipa air (Sutrisno, 2004).

Zat Organik (sebagai KMnO4)

Adanya bahan-bahan organik dalam air erat hubungannya dengan terjadinya perubahan fisika air,
terutama dengan warna, bau, rasa dan kekeruhan yang tidak diinginkan. Adanya zat organik
dalam air dapat diketahui dengan menentukan angka permanganatnya. Walaupun KMnO4
sebagai oksidator yang dipakai tidak dapat mengoksidasi semua zat organik yang ada, namun
cara ini sangat praktis dan cepat pengerjaannya. Standar kandungan bahan organik dalam air
minum sesuai Departemen Kesehatan RI maksimal yang diperbolehkan adalah 10 mg/L.
Pengaruh terhadap kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh penyimpangan terhadap standar ini
yaitu timbulnya bau yang tidak sedap pada air minum dan dapat menyebabkan sakit perut
(Sutrisno, 2004).

Besi (Fe)

Adanya unsur-unsur besi dalam air yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan
unsur tersebut. Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme
tubuh. Untuk keperluan ini tubuh memerlukan 7-35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya
diperolehnya dari air. Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi 2 mg/L akan menimbulkan
noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini pula
menimbulkan bau dan warna pada air minum, dan warna koloid pada air. Dalam air akan
menyebabkan korosi pada pipa-pipa logam (Sutrisno, 2004).

Magnesium (Mg)

Seperti halnya kalsium, magnesium juga merupakan bagian dari komponen penyebab kesadahan
pada air. Dengan sendirinya efek umum yang dapat ditimbulkan oleh adanya unsur ini dalam air
adalah serupa dengan efek umum yang dapat ditimbulkan oleh pengaruh kesadahan. Dalam
jumlah kecil Mg dibutuhkan oleh tubuh untuk pertumbuhan tulang akan tetapi dalam jumlah
yang lebih besar dari 150 mg/L dapat menyebabkan rasa mual (Sutrisno, 2004).

Tembaga (Cu)

Tembaga merupakan salah satu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme. Konsentrasi
1 mg/L merupakan batas konsentrasi tertinggi tembaga untuk mencegah timbulnya rasa yang
tidak menyenangkan. Tembaga (Cu) diperlukan dalam jumlah kecil untuk pembentukan sel-sel
darah merah, namun dalam jumlah besar dapat menyebabkan rasa yang tidak enak dilidah dan
dapat menyebabkan kerusakan pada hati. Konsentrasi standar maksimum yang ditetapkan oleh
Departemen Kesehatan RI untuk Cu ini sebesar 0,05 mg/L untuk batas maksimum yang
dianjurkan sebesar 1,5 mg/L sebagai batas maksimal yang diperbolehkan.

Titrasi argentometri

Titrasi adalah salah satu metode analisis yang sering dilakukan dalam analisis kuantitatif.
Meliputi proses untuk menentukan konsentrasi larutan standar yang biasanya dimasukkan dalam
buret sebagai penitrasi (titran). Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya diletakkan dalam
erlenmeyer sebagai zat yang dititrasi (titrat).

Saat tercapai titik ekuivalen yaitu ketika reaksi berlangsung sempurna dapat diketahui, karena
adanya perubahan warna atau terjadinya endapan yang disebabkan oleh larutan standar itu
sendiri atau karena adanya penambahan indikator.

Titrasi argentometri merupakan jenis titrasi pengendapan. Prinsip dasarnya yaitu reaksi reaksi
pengendapan yang cepat mencapai kesetimbangan pada setiap penambahan titran.

Metode Mohr merupakan salah satu metode dari titrasi argentometri yang menggunakan
senyawa K2CrO4 sebagai indikator dan AgNO3 sebagai titran. Biasanya digunakan dalam analisis
kuantitatif Cl-, Br-, dan I-. Contoh yang paling terkenal yaitu titrasi Mohr Klorida dengan ion
perak, ion kromat digunakan sebagai indikator. Kemunculan awal endapan perak kromat
berwarna kemerahan menunjukkan titik akhir. Tentu saja penting bahwa pengendapan indikator
terjadi pada titik akhir ekivalen atau didekat titik ekivalen dari titrasi tersebut. Perak kromat lebih
mudah larut daripada perak klorida. Jika ion-ion perak ditambahkan dalam konsentrasi besar dan
ion kromat ditambahkan dengan konsentrasi kecil, perak klorida akan mengendap lebih dahulu,
perak kromat tidak terbentuk sebelum konsentrasi ion perak meningkat sampai ke nilai yang
cukup besar untuk melebihi Ksp dari perak kromat (Underwood, 2002).
Cara kerja

Uji kelayakan air tanah / sumur sebagai air minum untuk dikonsumsi dilakukan dengan
pengujian parameter fisik, yaitu kekeruhan, suhu, daya hantar listrik, salinitas dan zat padat
terlarut. Sedangkan parameter kimia yang diuji, yaitu derajat keasaman, kadar besi, tembaga,
nitrit, ammonia, kesadahan total, kalsium, klorida dan alkalinitas.

Analisa fisika

Kekeruhan (turbidity)

1. Nyalakan lat turbidimeter dengan menekan “On/Off”


2. Masukkan 10 mL sampel air ke dalam kuvet turbidimeter
3. Bersihkan bagian luar kuvet dari kotoran yang menempel, lalu masukkan ke dalam
lubang alat ukur
4. Tekan tombol “Read Time” pada alat turbidimeter, angka yang muncul pada layar alat
turbidimeter menunjukkan nilai kekeruhan pada sampel air.

Suhu, daha hantar listrik, salinitas dan TDS

1. Nyalakan alat konduktometer dengan menekan tombol “On/Off”


2. Bersihkan elektroda konduktometer dengan cara menyemprotkan aquades pada elektroda,
kemudian keringkan
3. Masukkan sampel air sebanyak 200 mL ke dalam gelas beker
4. Celupkan elektroda konduktometer ke dalam gelas beker berisi sampel air, biarkan
beberapa saat dan perhatikan indikator suhu sampai menunjukkan angka yang stabil
5. Setelah parameter suhu stabil, maka baca temperaturnya,. Angka yangmuncul pada layar
konduktometer menunjukkan temperatur sampel air dalam satuan 0C dan daya hantar
listrik (konduktivitas) dalam satuan μS.
6. Tekan tombol χ pada konduktometer. Angka yang muncul pada layar konduktometer
menunjukkan salinitas (sal) sampel air
7. Tekan tombol χ kembali pada konduktometer. Angka yang muncul pada layar
konduktometer menunjukkan kadar zat padat terlarut (TDS) sampel air.

Analisa kimia

Derajat keasaman (pH)

1. Nyalakan alat pH meter


2. Bersihkan elektroda gelas pH meter dengan cara menyemprotkan aquades pada elektroda,
kemudian keringkan
3. Masukkan sampel air sebanyak 200 mL ke dalam gelas beker
4. Celupkan elektroda gelas pH meter ke dalam gelas beker berisi sampel air, biarkan
beberapa saat dan perhatikan indikator suhu sampai menunjukkan angka yang stabil
(sama dengan suhu pengukuran daya hantar listrik)
5. Setelah parameter suhu stabil (suhu sama dengan suhu yang terukur pada
konduktometer), maka baca derajat keasamannya (pH). Angka yang muncul pada layar
alat pH meter menunjukkan pH sampel air dan angka dengan satuan derajat Celcius (0C)
yang muncul pada layar pH meter menunjukkan suhu sampel air.

Besi (Fe)

1. Nyalakan spektrofotometer HACH DR 2500 dengan menekan “On/Off”


2. Siapkan 2 buah kuvet
3. Masukkan masing-masing 10 mL sampel air ke dalam kuvet. Kuvet 1 sebagai blanko dan
kuvet 2 sebagai sampel uji
4. Masukkan reagen Ferrover Iron pada kuvet 2, kemudian homogenisasi larutan
5. Bersihkan bagian luar kuvet dari kotoran yang menempel pada kuvet
6. Buat pengaturan uji besi (iron) pada spektrofotometer HACH DR 2500
7. Pilih “Favorite Program” untuk mengukur parameter uji yang akan dilakukan dan akan
muncul parameter yang akan diuji
8. Pilihlah “Iron, FerroVer” yang menandakan perintah untuk mengukur kadar besi dan
mengatur panjang gelombang dan absorbansi yang secara otomatis langsung
dikonservasikan dalam kadar mg/L. Setelah itu muncul tanda “timer”
9. Klikkan tanda “timer” dan start untuk menunggu alat tersebut berjalan selama 3 menit
10. Setelah 3 menit, masukkan kuvet 1 (blanko) pada tempat kuvet
11. Klikkan “zero” untuk mengnolkan absorbansi
12. Keluarkan kuvet 1 dan segera masukkan kuvet 2 (sampel uji) pada tempat kuvet
13. Angka yang akan muncul pada alat spektrofotometer menunjukkan kadar besi pada
sampel air

Tembaga (Cu)

1. Nyalakan spektrofotometer HACH DR 2500 dengan menekan “On/Off”


2. Siapkan 2 buah kuvet
3. Masukkan masing-masing 10 mL sampel air ke dalam kuvet. Kuvet 1 sebagai blanko dan
kuvet 2 sebagai sampel uji
4. Masukkan reagen CuVer 1 Copper pada kuvet 2, kemudian homogenisasi larutan
5. Bersihkan bagian luar kuvet dari kotoran yang menempel pada kuvet
6. Buat pengaturan uji besi (copper) pada spektrofotometer HACH DR 2500
7. Pilih “Favorite Program” untuk mengukur parameter uji yang akan dilakukan dan akan
muncul parameter yang akan diuji
8. Pilihlah “Copper, Bicin” yang menandakan perintah untuk mengukur kadar besi dan
mengatur panjang gelombang dan absorbansi yang secara otomatis langsung
dikonservasikan dalam kadar mg/L. Setelah itu muncul tanda “timer”
9. Klikkan tanda “timer” dan start untuk menunggu alat tersebut berjalan selama 2 menit
10. Setelah 2 menit, masukkan kuvet 1 (blanko) pada tempat kuvet
11. Klikkan “zero” untuk mengnolkan absorbansi
12. Keluarkan kuvet 1 dan segera masukkan kuvet 2 (sampel uji) pada tempat kuvet
13. Angka yang akan muncul pada alat spektrofotometer menunjukkan kadar besi pada
sampel air

Nitrit

1. Nyalakan spektrofotometer HACH DR 2500 dengan menekan “On/Off”


2. Siapkan 2 buah kuvet
3. Masukkan masing-masing 10 mL sampel air ke dalam kuvet. Kuvet 1 sebagai blanko dan
kuvet 2 sebagai sampel uji
4. Masukkan reagen NitriVer 3 Nitrite pada kuvet 2, kemudian homogenisasi larutan
5. Bersihkan bagian luar kuvet dari kotoran yang menempel pada kuvet
6. Buat pengaturan uji besi (nitrit LR) pada spektrofotometer HACH DR 2500
7. Pilih “Favorite Program” untuk mengukur parameter uji yang akan dilakukan dan akan
muncul parameter yang akan diuji
8. Pilihlah “N, Nitrite LR” yang menandakan perintah untuk mengukur kadar besi dan
mengatur panjang gelombang dan absorbansi yang secara otomatis langsung
dikonservasikan dalam kadar mg/L. Setelah itu muncul tanda “timer”
9. Klikkan tanda “timer” dan start untuk menunggu alat tersebut berjalan selama 20 menit
10. Setelah 20 menit, masukkan kuvet 1 (blanko) pada tempat kuvet
11. Klikkan “zero” untuk mengnolkan absorbansi
12. Keluarkan kuvet 1 dan segera masukkan kuvet 2 (sampel uji) pada tempat kuvet
13. Angka yang akan muncul pada alat spektrofotometer menunjukkan kadar nitrit pada
sampel air

Ammonia

1. Nyalakan spektrofotometer HACH DR 2500 dengan menekan “On/Off”


2. Siapkan 2 buah kuvet
3. Masukkan 25 mL Deionized (Demineralized) Water ke dalam kuvet 1 dan 25 mL sampel
air pada kuvet 2
4. Pada masing-masing kuvet,tambahkan 3 tetes Mineral stabilizer, 3 tetes Polyvinyl alcohol
dispersing agent, dan 1 pipet Nessler reagent
5. Homogenisasi larutan. Kuvet 1 sebagai blanko dan kuvet 2 sebagai sampel uji
6. Bersihkan bagian luar kuvet dari kotoran yang menempel pada kuvet
7. Buat pengaturan uji ammonia pada spektrofotometer HACH DR 2500
8. Pilih “Favorite Program” untuk mengukur parameter uji yang akan dilakukan dan akan
muncul parameter yang akan diuji
9. Pilihlah “N, Ammonia Ness” yang menandakan perintah untuk mengukur kadar besi dan
mengatur panjang gelombang dan absorbansi yang secara otomatis langsung
dikonservasikan dalam kadar mg/L. Setelah itu muncul tanda “timer”
10. Klikkan tanda “timer” dan start untuk menunggu alat tersebut berjalan selama 1 menit
11. Setelah 1 menit, masukkan kuvet 1 (blanko) pada tempat kuvet
12. Klikkan “zero” untuk mengnolkan absorbansi
13. Keluarkan kuvet 1 dan segera masukkan kuvet 2 (sampel uji) pada tempat kuvet
14. Angka yang akan muncul pada alat spektrofotometer menunjukkan kadar besi pada
sampel air

Kesadahan

1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam erlenmeyer


2. Tambahkan 2 mL buffer NH3-NH4Cl
3. Tambahkan sedikit indikator EBT
4. Titrasi larutan uji dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna larutan uji dari
ungu menjadi biru

Kalsium

1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam erlenmeyer


2. Tambahkan 2 mL NaOH
3. Tambahkan sedikit indikator mureksida
4. Titrasi larutan uji dengan larutan EDTA hingga terjadi perubahan warna larutan uji dari
ungu menjadi ungu kebiruan

Klorida (Cl)

1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam erlenmeyer


2. Tambahkan 1 mL larutan K2CrO4
3. Titrasi larutan uji dengan larutan AgNO3 hingga terjadi perubahan warna larutan uji dari
kuning menjadi coklat

Alkalinitas

1. Masukkan 50 mL sampel air ke dalam erlenmeyer


2. Tambahkan 3 tetes indikator PP (fenolftalein) dan 3 tetes MO (metil orange)
3. Titrasi larutan uji dengan larutan HCl hingga terjadi perubahan warna larutan uji dari
orange menjadi jingga
Pembahasan

Analisis air yang meliputi uji parameter fisika dan kimia yang dilakukan untuk menentukan
kekeruhan, suhu, konduktivitas, TDS, salinitas, pH, kadar besi, tembaga, nitrit,ammonia,
kesadahan, kalsium, klorida, alkalinitas dan menentukan kelayakan air sumur sebagai air munim
melalui analisis parameter fisika dan kimia. Parameter fisika yang dianalisis yaitu kekeruhan
(turbidity), konduktivitas, suhu, salinitas dan total padatan terlarut (TDS). Sedangkan parameter
kimia yang dianalisis yaitu derajat keasaman (pH), besi (Fe), tembaga (Cu), nitrit (NO2-),
ammonia (NH3), kesadahan, kalsium, (Ca), klorida (Cl) dan alkalinitas. Sampel yang diuji adalah
merupakan air sumur.

Uji parameter fisika

Kekeruhan (Turbidity)

Kekeruhan menggambarkan sifat optik air yang ditentukan berdasarkan banyaknya cahaya yang
diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat di dalam air. Kekeruhan disebabkan
oleh adanya bahan organik dan anorganik yang tersuspensi dan terlarut (misalnya lumpur dan
pasir halus). Air yang memiliki nilai kekeruhan rendah biasanya memiliki nilai warna tampak
dan warna sesungguhnya yang sama dengan warna standar. Satuan kekeruhan yang diukur
dengan metode Nephelometric adalah NTU (Nephelometric Turbidity Unit). Sesuai dengan SK
MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 kadar maksimal angka kekeruhan yang
diperbolehkan adalah 5 NTU.

Pengukuran kekeruhan pada sampel air dengan metode Nephelometric menggunakan alat
turbidimeter. Prinsip dari metode Nephelometric adalah sumber cahaya yang dilewatkan pada
sampel dan intensitas cahaya yang dipantulkan oleh bahan-bahan penyebab kekeruhan diukur
dengan menggunakan suspensi polimer formazin sebagai larutan standar. Sampel air sumur
ditempatkan pada kuvet turbidimeter, kemudian diukur kekeruhannya dengan alat turbidimeter.

Hasil yang diperoleh untuk pengukuran nilai kekeruhan pada sampel air adalah 1,35 NTU.
Tingginya nilai kekeruhan berhubungan dangan padatan terlarut dan tersuspensi. Semakin tinggi
nilai padatan terlarut dan tersuspensi, maka nilai kekeruhan juga semakin tinggi. Akan tetapi,
tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti dengan tingginya kekeruhan. Hal ini menunjukkan
bahwa total padatan terlarut yang terdapat dalam sampel air tidak melewati kadar maksimum
yang sudah ditentukan oleh SK MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002, yaitu sebesar 5
NTU.

Kekeruhan pada air dapat dikurangi melalui penerapan metode koagulasi dan flokulasi.
Koagulasi merupakan proses destabilisasi muatan negatif partikel-partikel koloid pad air dengan
penambahan koagulan (zat yang mengkoagulasi) kationik, sehingga terbentuk agregat-agregat.
Sedangkan flokulasi merupakan proses berkumpulnya agregat-agregat yang telah terbentuk,
membentuk elemen yang lebih besar (floc) yang akan mengendap dan dapat dipisahkan dari
larutannya. Koagulan yang umumnya digunakan pada proses koagulasi adalah tawas
(KAI(SO4)2). Pemisahan larutan atau air dengan floc-floc yang telah mengendap dapat dilakukan
dengan sedimentasi, filtrasi atau pengapungan. Proses koagulasi dan flokulasi dapat membuat air
menjadi lebih jernih, karena partikel-partikel koloid yang tersuspensi dalam air dapat
terendapkan.

Konduktivitas

Konduktivitas adalah gambaran numerik dari kemampuan air untuk meneruskan aliran listrik.
Pengukuran konduktivitas dilakukan dengan metode koduktometri menggunakan alat
konduktometer. Prinsip konduktometri adalah adanya ion-ion yang bergerak (molibilisasi ion)
dalam sampel sehingga dapat menghantarkan arus listrik dan nilai hantaran tersebut akan terukur
pada alat konduktometer.

Hasil yang diperoleh dari pengujian konduktivitas untuk sampel air sebesar 333 μS. Nilai
konduktivitas ini dipengaruhi oleh banyaknya garam-garam terlarut yang dapat terionisasi.
Semakin banyak garam-garam terlarut yang dapat terionisasi, maka nilai konduktivitas semakin
besar.

Suhu

Suhu air merupakan derajat panas air yang dinyatakan dalam satuan panass derajat celcius. Suhu
air dipengaruhi oleh musim, lintang, ketinggian dari permukaan laut, sirkulasi udara dan aliran
serta kedalaman air. Pengujian dilakukan bersamaan dengan pengujian derajat keasaman,
konduktivitas, zat padat terlarut dan salinitas. Alat yang digunakan adalah pH meter dan
konduktometet. Elektroda pada pH meter dan konduktometer dimasukkan pada sampel air. Jika
pada layar pH meter dan layar konduktometer telah memberikan suhu yang sama, maka suhu
tersebut dicatat sebagai suhu sampel air.

Kadar suhu maksimal yang diperbolehkan sesuai SK MENKES NO.


907/MENKES/SK/VII/2002 adalah ± 30C suhu udara. Peningkatan suhu mengakibatkan
peningkatan viskositas, reaksi kimia, evaporasi dan vilatilisasi. Selain itu, peningkatan suhu juga
dapat menyebabkan penurunan kelarutan gas dalam air, misalnya gas O2, CO2, N2 dan CH4.

Hasil yang diperoleh dari pengujian suhu pada sampel air sebesar25,10C. Suhu air yang lebih
tinggi dapat menyebabkan penurunan kadar oksigen terlarut, selain itu juga letak ketinggian dari
permukaan laut serta banyaknya sinar matahari yang masuk ke perairan.

Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi total ion yang ada diperairan. Salinitas menggambarkan padatan
total di dalam air. Salinitas dinyatakan dalam satuan g/kg atau promil (‰). Nilai salinitas
perairan tawar biasanya kurang dari 0,5‰, perairan payau antara 0,5‰-30‰ dan perairan 30‰-
40‰. Pada perairan hipersaline atau sangat asin, nilai salinitas dapat mencapai kisaran 40‰-
80‰. Pengukuran salinitas bersamaan dengan pengukuran konduktivitas dan total padatan
terlarut (TDS), dengan menggunakan konduktometer. Elektroda konduktometer dimasukkan
pada sampel air, sehingga pada layar muncul angka yang menunjukkan nilai konduktivitas . nilai
salinitas diperoleh dengan cara menekan tombol χ sebanyak 1 kali, sehingga pada layar
konduktometer muncul angka yang menunjukkan nilai salinitas sampel air.

Hasil yang diperoleh dari pengukuran salinitas untuk sampel air sebesar 0, dan itu menunjukkan
sampel tersebut adalah air tawar.

Air yang berasa tidak baik untuk digunakan, karena garam-garam yang berada dalam konsentrasi
tinggi dapat mengganggu kesehatan, jika air digunakan sebagai air minum. Air asin yang
memerlukan suatu pengolahan agar air tersebut dapat dimanfaatkan sebagai air minum. Metode
yang dapat digunakan antara lain adalah destilasi, proses penukar ion atau filtrasi. Proses
destilasi memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin, uap air diembunkan dan
ditampung sebagai air bersih yang tawar. Namun proses ini memiliki kelemahan yaitu air yang
diolah dlam jumlah yang besar, tapi air tawar yang dihasilkan dari proses destilasi tersebut hanya
sedikit. Proses penukar ion menggunakan zeolit alam atau sintesis sebagai agen penukar ion. Ion
garam dapat ditukar dengan ion kalsium atau sulfat, sehingga mengurangi rasa asin pada air.
Proses pengolahan air asin melalui filtrasi atau penyaringan menggunakan filter semipermeabel
untuk memisahkan molekul garam dalam air. Air payau diberikan tekanan hingga melebihi
tekanan osmosisnya, sehingga terjadi osmosis balik. Proses filtrasi ini merupakan proses yag
paling banyak digunakan dalam pengolahan air asin menjadi air tawar, karena jumlah air yag
dihasilkan dalam jumlah besar.

Total Padatan Terlarut (TDS)

Total padatan terlarut (Total Dissloved Solid atau TDS) adalah bahan-bahan terlarut (diameter <
10-6 mm) dan koloid (diameter 10-6-10-3 mm) yang berupa senyawa-senyawa kimia dan bahan-
bahan lain, yang tidak tersaing pada kertas saring berdiameter 0,45 μm. TDS biasanya
disebabkan oleh bahan anorganik yang berupa ion-ion yang biasanya ditemukan diperairan.
Kadar maksimal TDS yang diperbolehkan sesuai SK MENKES NO.
907/MENKES/SK/VII/2002 sebesar 1000 mg/L.

Pengukuran nilai TDS dilakukan dengan metode konduktometri menggunakan alat


konduktometer. Pengukuran nilai TDS bersamaan dengan pengukuran kondutivitas. Elektroda
konduktometer dimasukkan dalam sampel air, sehingga pada layar muncul angka yag
menunjukkan nilai kondultivitas. Nilai TDS diperoleh dengan cara menekan tombol χ sebanyak
2 kali, sehingga pada layar konduktometer muncul angka yang menunjukkan nilai TDS sampel
air.
Hasil pengukuran nilai TDS untuk sampel air sebesar 183 mg/L. Bahan-bahan tersuspensi dan
terlarut pada perairan tidak bersifat toksik, akan tetapi jika berlebihan dapat meningkatkan nilai
kekeruhan.

Nilai TDS juga berhubungan dengan salinitas sampel air. Nilai TDS 0 mg/L-1000 mg/L, maka
tingkat salinitas perairan tawar dengan nilai salinitas < 0,5 ‰. Nilai TDS 1001 mg/L-3000 mg/L,
maka tingkat salinitas perairan agak asin atau payau (slightly saline) dengan nilai salinitas antara
0,5‰ - 30‰. Nilai TDS 3001 mg/L-10000 mg/L, maka tingkat sainitas perairannya keasinan
sedang (moderately saline) dan nilai TDS 10001mg/L – 100000 mg/L, maka tingkat salinitas
perairannya asin (saline) dengan nilai salinitas antara 30‰ - 40‰. Nilai TDS > 100000 mg/L,
maka tingkat salinitas perairan sangat asin (brine) dengan nilai salinitas 40‰ - 80‰.

Uji parameter kimia

Derajat keasaman (pH)

Derjat keasaman (pH) menunjukkan keberadaan ion hidrogen di dalam air. Semakin tinggi
kandungan ion (H+), maka tingkat keasaman air semakin tinggi, dan sebaliknya semakin rendah
tingkat keasaman, maka semakin tinggi tingkat kebasaan (kandungan ion OH-) yang
dimanisfetasikan sebagai kebasaan air tersebut. Tingkat keasaman dan kebasaan air ditunjukkan
dalam angka 1-14, dengan angka 7 sebagai kondisi netral. Artinya apabila nilai keasaman
menunjukkan angka 1 artinya tingkat keasaman tinggi (atau sebaliknya kebasaan sangat rendah)
sehingga angka 14 berarti tingkat kebasaan tinggi (tetapi tingkat keasaman sangat rendah).

Dari uji pH pada sampel air yang dilakukan di laboratorium ESDM hasil pH dalam sampel air
sebesar 7,3 (normal) dan layak sesuai nilai baku mutu dari SK MENKES NO.
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 6,5-8,5.

Kandungan pH dalam air sumur artetis tidak melebihi nilai baku mutu maksimum. Air sebaiknya
netral, tidak asam, tidak basa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat dan korosi
jaringan distribusi air. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang
tidak netral dapat melarutkan berbagai elemen kimia yang dilaluinya (Slamet, 2002).

Analisis Besi (Fe)

Banyaknya kandungan unsur logam besi (Fe) yang terlarut dalam air, tingkat kelarutan ini
dipengaruhi oleh tingkat keasaman air tersebut. Umumnya unsur besi berasal dari mineral pirit
(Fe2S) yang apabila mengalami oksidasi oleh oksigen yang berasal dari air menghasilkan besi
Fero (Fe2+) dan asam sulfat (H2SO4) yang akan menimbulkan tanah dan air menjadi asam. Besi
Fero (Fe2+) akan mengikat oksigen lagi menjadi besi Feri (Fe3+) yang terbentuk endapan yang
berwarna kuning.

Besi merupakan salah satu logam yang diperlukan oleh tubuh manusia. Zat besi dalam tubuh
berguna untuk pembentukan sel darah merah. Namun kadar yang berlebihan dapat menyebabkan
zat beracun. Oleh karena itu, perlu dilakukan kontrol dan pengukuran kadarnya secara berkala.
Besi kalau melebihi takaran juga beracun dan mengakibatkan efek yang tidak bagi bagi tubuh.
Pengujian besi ini bertujuan untuk dapat mengetahui kelayakan air untuk dikonsumsi sebagai air
minum bagi masyarakat. Apabila kadar besi pada air melebihi batas maksimum baku mutu
kelayakan air minum, maka akan sangat berbahaya bagi konsumen yang mengkonsumsi air
minum tersebut.

Pada penentuan kadar besi dalam air tersebut, sampel yang diujikan digojog terlebih dahulu agar
tidak terjadi pengendapan sehingga kadar besi yang terkandung dalam sampel air dapat dianalisis
semua. Persiapan larutan uji ditambahkan reagen “FerroVer Iron” yang mengandung 1,10-
phenanthroline-p-toluensulfonic acid salt, Sodium Citrate, Sodium hydrosulfite, Sodium
Metabisulfite dan Sodium Thiosulfate.

Pada percobaan ini, panjang gelombang 508 nm digunakan sebagai panjang gelombang untuk
menganalisis kadar besi di dalam larutan karena pada panjang gelombang ini, absorbansi sinar
mempunyai titik maksimal, dengan kata lain, pada panjang gelombang ini, sinar yang
dipancarkan oleh spektrofotometer paling banyak diserap oleh larutan. Oleh karena itu,
pengukuran pada panjang gelombang 508 ini menghasilkan pengukuran yang akurat. Namun
pada spektrofotometer tersebut tidak nampak panjang gelombang karena alat spektrofotometer
tersebut secara otomatis mensetting sendiri panjang gelombang.

Sodium Thiosulfate merupakan suatu garam yang bersifat basa yang merupakan buffer atau
penyangga. Kehadiran Sodium Thiosulfate dalam larutan menyebabkan larutan tidak berubah
pH-nya secara signifikan jika larutan tersebut ditambah larutan lain yang bersifat asam atau basa.
Dengan kata lain Sodium Thiosulfate berfungsi untuk menjaga larutan berada pada pH optimal.
pH harus tetap dijaga dalam kondisi optimal, karena dikhawatirkan jika pH terlalu besar, akan
terjadi endapan-endapan dari garam-garam besi, misalnya fosfat.

1,10-phenanthroline-p-toluensulfonic acid salt yang berasal dari senyawa Orto-phenantrolin


percobaan ini berfungsi sebagai pembentuk senyawa kompleks sehingga dalam bentuk senyawa
kompleks, ion besi dapat memberikan warna yang dapat dianalisis dengan metode
spektrofotometri dengan memperhitungkan besar persentase transmitan atau absorbansinya.

Sodium hydrosulfite dalam larutan berfungsi agar ion besi tetap stabil berada pada keadaan
bilangan oksidasi 2+. Sehingga kompleks tersebut bersifat sangat stabil dan dapat diukur
absorbansi atau persen transmittannya menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang
sekitar 508 nm.

1,10-phenanthroline-p-toluesulfonic acid salt yang berasal dari senyawa orto-phenantrolin,


sehingga ketika berikatan dengan ion besi (Fe2+), orto phenantrolin akan membentuk suatu
senyawa kompleks Fe(phen)32+ yang mempunyai struktur
Gambar. Senyawa kompleks Fe(phen)32+

Dari uji besi (Fe) pada sampel air sebagai air bersih yang telah dilakukan di laboratorium ESDM,
hasil kadar besi dalam sampel sebesar 0,01mg/L (normal) dan nilai baku mutu dari SK
MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 0,3 mg/L.

Kandungan besi dalam air tidak melebihi baku mutu sehingga tidak menimbulkan warna
(kuning) dan rasa, tidak terjadi pengendapan pada dinding pipa, tidak terdapat pertumbuhan
bakteri besi dan tidak keruh (Slamet, 2002). Terhadap kesehatan masyarakat mengkonsumsi air
dengan kandungan besi tinggi, maka akan menimbulkan dampak kesehatan seperti kerusakan
ginjal, pengerasan hati, pengurangan kemampuan syaraf motorik atau kontrol dan iritasi kulit.
Memang dampak kesehatan dari kandungan besi ini tidak bersifat langsung, tetapi merupakan
bio-akumulasi sehingga gejala gangguan kesehatannya akan terasa pada jangka waktu yang
lama.

Tembaga (Cu)

Tembaga merupakan logam berat yang dijumpai pada perairan alami dan merupakan unsur yang
esensial bagi tumbuhan dan hewan. Pada perairan alami, kadar tembaga biasanya < 0,02 mg/L,
sedangkan pada air tanah kadar tembaga berkisar 12 mg/L. Kadar tembaga maksimum yang
sesuai dengan baku mutu dari SK MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 2 mg/L.

Pengukuran kadar logam tembaga (Cu) dengan metode spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis. Prinsip pengujian logam tembaga adalah pembentukan kompleks
tembaga dengan CuVer 1 copper reagent (bicichoninate method) membentuk larutan berwarna
coklat kekuningan yang menandakan adanya logam tembaga dalam sampel.

Sampel air ditempatkan dalam kuvet, kemudian ditambahkan dengan CuVer 1 copper reagent.
Komposisi yang terkandung dalam CuVer 1 copper reagent yaitu 2,2-bicichoninate, sodium
ascorbate, sodium phosphate, dipotassium, dibasic, potassium phosphate dan monobasic.
Senyawa 2,2-bicichoninate dan reagen pereduksi dalam CuVer 1 copper 1reagent akan
mereduksi Cu2+ menjadi Cu+. Ion Cu+ bereaksi dengan bicichoninate membentuk kompleks
berwarna coklat kekuningan. Reaksi yang terjadi merupakan reaksi yang pembentukan kompleks
dengan adanya perubahan warna sampel air dari tidak berwarna menjadi berwarna coklat
kekuningan. Perubahan warna tersebut menunjukkan adanya logam tembaga pada sampel.
Konsentrasi tembaga dalam sampel air kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-
Vis. Semakin tajam perubahan warna yang terbentuk, maka kadar tembaga yang terkandung
dalam sampel air semakin tinggi.

Dari uji tembaga (Cu) pada sampel air sebagai air bersih yang telah dilakukan di laboratorium
ESDM, hasil kadar tembaga dalam sampel sebesar 0,02mg/L (normal) dan nilai baku mutu dari
SK MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 2 mg/L.

Analisis Nitrit (NO2-)

Nitrit dalam air merupakan peruraian biologis dari zat organik. Keberadaan nitrit dalam air
merupakan petunjuk adanya pencemaran bahan organik. Nitrit dalam jumlah besar dapat
menyebabkan gangguan seperti diare campur darah, disusul oleh konvulsi, koma dan bila tidak
ditolong akan meninggal. Keracunan korosi menyebabkan depresi umum, sakit kepala dan
gangguan mental. Kadar maksimum nitrit maksimum yang sesuai dengan baku mutu dari SK
MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 3 mg/L.

Pengukuran kadar ion nitrit (NO2+) dengan metode spektrofotometri menggunakan alat
spektrofotometer UV-Vis. Prinsip pengujian ion nitrit adalah pembentukan kompleks nitrit
dengan NitriVer 3 nitrite reagent (nitrite LR method) membentuk larutan berwarna ungu
kemerahan (reddish purple) yang menandakan adanya ion nitrit pada sampel.

Sampel air ditempatkan dalam kuvet, kemudian ditambahkan dengan NitriVer 3 nitrite reagent.
Komposisi yang terkandung dalam NitriVer 3 nitrite reagent yaitu chromatropic acid, disodium
salt, potassium phosphate, monobasic, potassium pyrosulfate, sodium sulfanilate dan 1,2-
cyclohexanediaminetetraacetic acid trisodium salt. Ion nitrit (NO2-) bereaksi dengan sodium
sulfanilate membentuk garam diazonium. Garam diazonium yang terbentuk akan bereaksi
dengan chromatropic acid sehingga membentuk larutan berwarna ungu kemerahan (reddish
purple). Reaksi yang terjadi merupakan reaksi pembentukan kompleks dengan adanya perubahan
warna sampel air dari tidak berwarna menjadi berwarna ungu kemerahan. Perubahan warna
tersebut menunjukkan adanya ion nitrit (NO2-) pada sampel. Konsentrasi ion nitrit (NO2-) alam
sampel air kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Semakin tajam perubahan
warna yang terbentuk, maka kadar ion nitrit (NO2-) yang terkandung dalam sampel air semakin
tinggi. Reaksi yang terjadi :

NO2- + sulfanilate + 2H+  garam diazonium + 2H2O

Garam diazonium + chromatropic acid  kompleks ungu kemerahan


Dari uji kadar nitrit pada sampel air sebagai air bersih yang telah dilakukan di laboratorium
ESDM, hasil kadar nitrit dalam sampel sebesar 0,011mg/L (normal) dan nilai baku mutu dari SK
MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 3 mg/L.

Analisis Ammonia (NH3)

Ammonia dalam air permukaan dapat berasal dari oksidasi zat organik (HaObCcNd) secara
mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air bangunan industri. Ammonia adalah penyebab
iritasi dan korosi, meningkatkan pertumbuhan mikroorganisme dan mengganggu proses
desinfeksi dengan klor. Kandungan amonia dalam persyaratan kualitas air minum tidak
diperbolehkan ada. Ammonia dalam air dapat menyebabkan timbulnya bau yang tidak sedap.
Kadar maksimum ammonia yang sesuai dengan baku mutu dari SK MENKES NO.
907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 1,5 mg/L.

Pengukuran kadar ammonia dengan metode spektrofotometri menggunakan spektrofotometer


UV-Vis. Prinsip pengujian ammonia adalah pembentukan kompleks ammonia dengan pereaksi
Nessler yang membentuk warna kuning yang menandakan adanya ammonia.

Sampel air ditempatkan dalam kuvet, kemudian ditambahkan dengan mineral stabilizer,
polyvinyl alcohol dan reagen Nessler kemudian dikocok selama 1 menit. Larutan blanko yang
digunakan adalah aquabidest (Deionized Demineralized Water), karena aquabidest sudah tidak
ammonia. Jika blanko menggunakan aquades maka akan terjadi interferensi atau gangguan
karena akuades masih mengandung ammonia. Larutan blanko tersenut diberi perlakuan yang
sama dengan sampel air yaitu ditambahkan mineral stabilizer, polyvinyl alcohol dan reagen
Nessler kemudian dikocok selama 1 menit. Pereaksi Nessler digunakan untuk mengetahui kadar
ammonia secara kuantitatif dalam sampel air. Ammonia dalam sampel air akan bereaksi dengan
pereaksi Nessler membentuk larutan berwarna kuning. Konsentrasi ammonia dalam sampel air
kemudian diukur menggunakan spektrofotometer UV-Vis. Reaksi ammonia dengan pereaksi
Nessler sebagai berikut :

Dari uji kadar ammonia pada sampel air sebagai air bersih yang telah dilakukan di laboratorium
ESDM, hasil kadar ammonia dalam sampel sebesar 0,06 mg/L (normal) dan nilai baku mutu dari
SK MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002 adalah 1,5 mg/L.
Analisis Kalsium (Ca)

Kalsium adalah sebagian dari komponen yang merupakan penyebab dari kesadahan. Efek yang
ditimbulkan yaitu terbentuk lapisan kerak pada ketel-ketel pemanas air, pada perpipaan dan juga
menurunnya efektivitas dari kerja sabun. Kalsium dalam air sangat diperlukan untuk dapat
memenuhi kebutuhan akan unsur tersebut, yang khususnya diperlukan untuk petumbuhan gigi
dan tulang. Standar persyaratan konsentrasi Ca sebagaimana yang ditetapkan oleh Departemen
Kesehatan R.I. sebesar 75-200 mg/L. Standar yang ditetapkan oleh WHO inter-regional water
study-group adalah sebesar 75-150 mg/L. Konsentrasi Ca dalam air minum yang lebih rendah
dari 75 mg/L dapat menyebabkan tulang rapuh, sedangkan konsentrasi yang lebih tinggi dari 200
mg/L dapat menyebabkan korosifitas pada pipa-pipa air (Sutrisno,2004).

Penentuan kadar kalsium dalam sampel air menggunakan metode titrasi kompleksometri karena
digunakan suatu titran kompleks EDTA yaitu Na2EDTA. Prinsip pengujiannya adlah
pembentukan kompleks berwarna ungu kebiruan Ca2+ dengan EDTA menggunakan indikator
mureksida.

Sampel air ditempatkan di dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan larutan NaOH untuk
membuat kondisi larutan sampel menjadi basa. Kondisi basa diperlukan agar kation-kation
logam Ca2+ mudah larut dalam sampel. Kemudian ditambahkan EBB R atau mureksida sehingga
terbentuk warna ungu pada larutan sampel. Bubuk mureksida berfungsi sebagai indikator untuk
menentukan titik akhir titrasi EDTA. Sampel air, selanjutnya dititrasi dengan larutan EDTA
hingga terjadi perubahan warna larutan dari ungu menjadi biru. Adanya perubahan warna larutan
menunjukkan bahwa titik akhir titrasi telah tercapai, sehingga titrasi harus dihentikan.

Dari uji kadar kalsium pada sampel air sebagai air bersih yang telah dilakukan di laboratorium
ESDM, hasil kadar kalsium dalam sampel sebesar 24,06 mg/L (normal) kadar kalsium tidak
melebihi kadar maksimal kesadahan total dalam air, sehingga sesuai nilai baku mutu dari SK
MENKES NO. 907/MENKES/SK/VII/2002.

Analisis Klorida (Cl)

Klorida (Cl) merupakan unsur halogen yang memiliki keelektronegatifan tinggi yang
berpengaruh pada kereaktifannya. Klorida (Cl) mudah membentuk ikatan dengan unsur-unsur
yang bermuatan positif misalnya Na+, sehingga membentuk NaCl yang merupakan suatu
senyawa yang tidak beracun. Tetapi, jika Cl- terikat dengan senyawa organik dan membentuk
senyawa halogen-hidrokarbon (Cl-CH) toksitasnya tinggi karena dapat menimbulkan kanker,
sehingga keberadaannya sebagai senyawa halogen-hidrokarbon di dalam tubuh sangat berbahaya
bagi kesehatan. Klorida (Cl) banyak terkandung dalam air tanah, terutama air tanah yang
mengalami kontak dengan air bekas atau air limbah rumah tangga (Slamet, 2000). Batas
maksimum kadar Cl dalam air minum yang sesuai nilai baku mutu dari SK MENKES NO.
907/MENKES/SK/VII/2002 sebesar 250 mg/L.

Konsentrasi klorida yang melebihi ambang batas maksimum atau standar dapat mengakibatkan
timbulnya rasa asin pada air minum dan merusak pipa-pipa air dengan proses penggaraman
dengan Na+ apabila melebihi ambang batas persyaratan air minum (Sutrisno, 2004).

Penentuan konsentrasi klorida terlarut dalam sampel air dilakukan dengan metode titrimetri yaitu
titrasi argentometri. Titrasi argentometri merupakan metode titrasi dengan menggunakan larutan
AgNO3 sebagai titran dan larutan K2CrO4 sebagai indikator. Prinsip dasar

Prinsip dari titrasi argentometri yaitu berdasarkan perbedaan Ksp (hasil kali kelarutan) dari
AgCrO4 dan AgCl yang terbentuk selama titrasi berlangsung. Perak klorida diendapkan secara
kualitatif sebelum terjadinya titik akhir titrasi, yang ditandai dengan mulainya terbentuknya
endapan perak kromat yang berwarna merah kecoklatan. Ini menandakan bahwa mol titran dan
titrat jumlahnya sama. Sehingga, dengan perbandingan miligreknya akan dapat diketahui berapa
konsentrasi klorida yang berada dalam sampel (Underwood, 2002).

Proses pengukuran klorida terlarut dalam air sampel adalah menambahkan larutan K2CrO4
kemudian dititrasi dengan AgNO3.

NaCl + CrO42- + AgNO3  Ag2CrO4  + AgCl + NaNO3

Titik akhir titrasi ditandakan dengan terbentuknya endapan Ag2CrO4 endapan ini muncul karena
hasil konsentrasi ion-ion Ag2CrO4 melebihi hasil kali kelarutannya sehingga sistem akan
berusaha menyesuaikan diri yaitu dengan terbentuknya endapan.

Hasil pengujian klorida terlarut dalam sampel air 14,00 mg/L. Dari hasil tersebut dapat diketahui
bahwa klorida terlarut dalam sampel air tidak melebihi ambang batas standar maksimal sebesar
250 mg/L sesuai nilai baku mutu dari SK MENKES NO.907/MENKES/SK/VII/2002.

Kadar klorida erat kaitannya dengan salinitas air. Proses yang digunakan untuk mengolah air asin
menjadi air tawar pada dasarnya adalah pengurangan atau penghilangan ion-ion klorida yang
terkandung dalam air dalam konsentrasi tinggi. Oleh karena itu, penurunan kadar klorida dalam
air dilakukan melalui metode yang sama untuk penurunan salinitas air.

Analisis Alkalinitas

Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan asam (acid-neutralizing capacity) atau
kuantitas anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Penyusunan alkalinitas
utama di perairan adalah anion bikarbonat (HCO3-), karbonat (CO32-) dan hidroksida (OH-).
Alkalinitas dihasilkan dari karbondioksida dan air yang dapat melarutkan sedimen batuan
karbonat menjadi bikarbonat. Kalsium karbonat merupakan senyawa yang memberi pengaruh
terbesar terhadap nilai kesadahan dan alkalinitas di perairan tawar. Kalsium karbonat bereaksi
dengan karbondioksida membentuk kalsium bikarbonat yang memiliki daya larut lebih tinggi
daripada kalsium karbonat (Cole, 1983). Tingginya kadar karbonat diperairan disebabkan oleh
ionisasi asam karbonat terutama pada perairan yang banyak mengandung karbondioksida.

Penentuan alkalinitas dalam sampel air dilakukan dengan metode titrasi asam basa. Prinsip
pengujian alakinitas ini adalah reaksi asam-basa Brownsted-Lowry (serah terima proton), asam
merupakan senyawa yang dapat memberi proton, sedangkan basa merupakan zat yang dapat
menerima proton.

Sampel air ditempatkan pada erlenmeyer, kemudian ditambahkan indikator fenolftalein. Setelah
penambahan indikator fenolftalein sampel berwarna ungu, maka sampel dititrasi dengan HCl
hingga terjadi warna ungu hilang. Selanjutnya sampel tersebut ditambah indikator metil orange
dan dititrasi kembali dengan HCl hingga terjadi perubahan warna larutan dari kuning menjadi
jingga. Adanya perubahan warna larutan menunjukkan bahwa mol titran dan titrat jumlahnya
sama, sehingga titrasi harus dihentikan (Underwood, 2002). Reaksi yang terjadi yaitu :

CO32- + H+ HCO3-

HCO3- + H+  CO2 + H2O

Hasil pengujian alkalinitas (HCO3-) terlarut dalam sampel air 171,00 mg/L. Nilai alkalinitas
memiliki hubungan dengan pH dan karbondioksida bebas, karena alkalinitas berperan sebagai
sistem penyangga (buffer) agar perubahan pH di perairan tidak terlalu besar.
Kesimpulan

1. Penetuan uji kualitas air secara fisika yakni salinitas, temperatur, daya hantar listrik
(konduktivitas), zat padat terlarut (TDS) dengan metode alat multi probe-meter
kekeruhan (turbidity) dengan metode alat turbidimeter.
2. Penentuan uji kualitas air secara kimia yakni, derajat keasaman (pH) dengan metode alat
pH meter, uji besi (Fe), tembaga (Cu), nitrit (NO2-) dan ammonia (NH3) dengan
menggunakan metode spektrofotometri UV-Vis, sedangkan uji kesadahan, kalsium (Ca),
klorida (Cl) dan alkalinitas menggunakan metode titrimetri.
3. Sampel air yang diuji dilaboratorium ESDM provinsi Jawa Tengah memiliki suhu
sebesar 25,10C, kekeruhan (turbidity) sebesar 1,35 NTU, konduktivitas sebesar 333 μS,
salinitas sebesar 0‰, zat padat terlarut (TDS) 183 mg/L, pH 7,3, kesadahan (CaCO3)
sebesar 94,00 mg/L, kadar kalsium (Ca) sebesar 24,06 mg/L, kadar besi (Fe) sebesar 0,01
mg/L, kadar klorida (Cl) sebesar 14,00 mg/L, kadar nitrit (NO2-) sebesar 0,011 mg/L,
kadar ammonia (NH3) sebesar 0,06 mg/L, kadar alkalinitas sebesar 171,00 mg/L
4. Menurut paranmeter yang diujikan, secara kualitas air, bahwa sampel air tersebut telah
memenuhi nilai baku mutu sesuai dari SK MENKES NO.907/MENKES/SK/VII/2002.

You might also like