You are on page 1of 2

Karakteristik Dakwah

Perjalanan dakwah adalah perjalanan panjang yang akan berakhir di haribaan


mardhatillah, surga dan kenikmatannya. Perjalanan ini terus berlangsung sepanjang
zaman melalui generasi demi generasi. penuh dengan aral melintang serta onak dan duri
yang tiada habisnya. Ia bukan jalan tol yang mulus dan licin, mudah dilalui, tetapi jalan
yang penuh dengan bukit-bukit terjal berbatu.
Surga yang menjadi balasan perjalanan ini tidak dapat diraih dengan mudah atau diperoleh dengan gratis,
tanpa keletihan dan kerja keras. Surga, untuk mereka yang mau berjuang sungguh-sungguh dan beramal
terus menerus mencapai keridhoan Allah. Karakteristik perjalanan dakwah ini digambarkan Rasulullah SAW
:
“Surga dikelilingi oleh hal-hal yang tidak menyenangkan.”
Kita melihat perjalanan Rasulullah sebagai pemimpin para da'i dan para sahabat, berhadapan dengan tirani
yang kejam dan sadis dalam memperlakukan dakwah dan pendukung-pendukungnya. Penderitaan dan
siksaan seperti yang dialami para sahabat; Bilal bin Rabah, Amar bin Yaser, Khubaib bin Adi, Sumayyah
syahidah pertama, perlakuan kejam terhadap Rasulullah dan keluarganya dalam boikot Syiib, merupakan
bukti betapa beratnya perjalanan ini.
Keadaan ini merupakan sunnatullah yang tetap dan tiada berubah. Sebelum Rasulullah Muhammad SAW
dan para sahabatnya, telah terjadi pula hal yang serupa pada ummat terdahulu. Para Nabi dan pendukung-
pendukung kebenaran selalu menanggung derita dalam perjuangan mereka. Kita teringat kisah Ashbul
Ukhdud. Orang-orang beriman di suatu negeri dibakar hidup-hidup karena pernyataan iman mereka kepada
ajaran Allah yang dibawa oleh seorang anak kecil. Kisah –kisah lain sungguh banyak, bahkan diantara
mereka ada yang dikubur hidup-hidup kemudian kepalanya dibelah dengan gergaji atau dikelupas dengan
sisir besi yang tajam.
ْ َ ‫أ َم حسبت‬
‫ه‬
ُ َ ‫مع‬
َ ‫مُنوا‬
َ ‫ن َءا‬ ِ ّ ‫ل َوال‬
َ ‫ذي‬ ُ ‫سو‬ ُ َ ‫مث‬
ُ ‫ل الس الّر‬ ْ ُ ‫ما ي َأت ِك‬
َ ‫م‬ ّ َ ‫ة وَل‬ َ ّ ‫جن‬َ ْ ‫خُلوا ال‬ُ ْ ‫ن ت َد‬ ْ ‫مأ‬ْ ُْ ِ َ ْ
‫ب‬ ‫ري‬ َ ‫ق‬ ‫ه‬ ّ ‫ل‬‫ال‬ ‫ر‬ ‫ص‬ ‫ن‬ ‫ن‬ ‫إ‬ ‫ل‬ َ َ ‫متى نصر الل ّه أ‬
ٌ ِ ِ َ ْ َ ّ ِ ِ ُ ْ َ َ َ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan)
sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan
kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan
orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya
pertolongan Allah itu amat dekat. (QS Al-Baqarah: 214)
َ ‫أ َم حسبت‬
‫ن‬
َ ‫ري‬
ِ ِ ‫صاب‬ َ َ ‫م وَي َعْل‬
ّ ‫م ال‬ ْ ُ ‫من ْك‬
ِ ‫دوا‬
ُ َ‫جاه‬
َ ‫ن‬ ِ ّ ‫ه ال‬
َ ‫ذي‬ ُ ّ ‫ما ي َعْل َم ِ الل‬
ّ َ ‫ة وَل‬ َ ْ ‫خُلوا ال‬
َ ّ ‫جن‬ ُ ْ ‫ن ت َد‬
ْ ‫مأ‬ْ ُْ ِ َ ْ
Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang
berjihad di antaramu, dan belum nyata orang-orang yang sabar. (QS Ali Imran: 142)
َ ُ ‫أ َحسب الناس أ َن يتر‬
‫ن‬
ْ ‫م‬
ِ ‫ن‬ ِ ّ ‫قد ْ فَت َّنا ال‬
َ ‫ذي‬ َ َ ‫ن وَل‬ ْ ُ ‫م َل ي‬
َ ‫فت َُنو‬ ْ ُ‫مّنا وَه‬ َ ‫قوُلوا َءا‬
ُ َ‫ن ي‬
ْ ‫كوا أ‬ َُْ ْ ُ ّ َ ِ َ
‫ن‬ َ
َ ‫ن الكاذِِبي‬ْ ّ ‫م‬ َ َ
َ ‫صد َُقوا وَلي َعْل‬َ ‫ن‬ َ ‫ذي‬ ّ
ِ ‫ه ال‬ ّ
ُ ‫ن الل‬ َ َ
َ ‫م فَلي َعْل‬
ّ ‫م‬ ْ ِ‫قَب ْل ِه‬
Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan, "Kami telah beriman", sedang
mereka tidak diuji lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang
yang dusta. (QS Al-Ankabut: 2-3)
Nestapa orang beriman di jalan dakwah tidaklah berarti kemenangan para tirani (thaghut) atas Al Haq.
Bahkan sungguh ini merupakan tanda kehancuran dan kegagalan mereka dalam menghancurkan
keimanan. Sedangkan akhir kesombongan mereka adalah azab yang kekal di neraka, itulah seburuk-buruk
tempat kembali.
Tampil pula dalam karakteristik perjalanan dakwah ini, ujian duniawi berupa kesenangan dan kelezatan.
Inilah jebakan yang sering kali lebih berbahaya dari derita kesengsaraan, sementara ranjau-ranjaunya lebih
menjerat dan membelenggu. Berapa banyak mereka yang berhasil melalui penderitaan, penjara dan
siksaan, tapi tergelincir dalam bujukan manis dunia, bertekuk lutut dibawah kelezatan harta, tahta, dan
wanita.
Kesenangan dan kenikmatan duniawi merasuk dengan tulus tanpa terasa. Merayap perlahan di tengah
kelalaian para dai yang lupa pada balasan akhirat. Ujian ini dibungkus dan dilapisi oleh sesuatu yang
menyenangkan nafsu syahwat,kemasyhuran, penghormatan orang, fasilitas yang disediakan masyarakat,
atau jaminan-jamainan yang dijanjikan para tirani dengan segala tipu dayanya, adalah beberapa bentuk
diantaranya.
Jeratan yang sangat memikat inilah yang di khawatirkan Nabi Yusuf a.s. sehingga ia berkata kepada Allah
Yang Maha Memelihara :
َ ُ‫ف عَني ك َيده‬ َ ‫ل رب السج‬
‫ب‬
ُ ‫ص‬
ْ ‫نأ‬ّ َ ْ ْ َ ‫عون َِني إ ِل َي ْهِ وَإ ِّل ت‬
ّ ْ ِ‫صر‬ ُ ْ ‫ما ي َد‬
ّ ‫م‬ ّ َ ‫ب إ ِل‬
ِ ‫ي‬ ّ ‫ح‬
َ ‫نأ‬ ُ ْ ّ ّ َ َ ‫َقا‬
ْ َ
‫ن‬
َ ‫جاهِِلي‬ َ ‫ن ال‬ َ ‫م‬
ِ ‫ن‬ ُ
ْ ‫ن وَأك‬ ّ ِ‫إ ِل َي ْه‬
Yusuf berkata, "Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan
jika tidak Engkau hindarkan dari padaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi
keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh." (QS Yusuf: 33)
Kepada Rasulullah SAW para pembesar Quraisy menawarkan segala fasilitas yang mungkin dibutuhkan
olehnya; “Jika Muhammad ingin menjadi raja maka akan kami angkat, jika Muhammad ingin harta maka
kami bangsa Qurasy akan mengumpulkan harta untuknya, jika Muhammad menginginkan wanita akan kami
berikan gadis-gadis yang tercantik di negeri ini, dan jika Muhammad mengidap penyakit kami akan
mencarikan dokter-dokter terbaik untuk mengobatinya”. Penawaran ini disampaikan melalui paman Nabi
SAW dengan harapan beliau akan menerima … dan mau meningglkan dakwah.
Nabi SAW sebagai pemimpin para da'i, menyatakan sikapnya yang agung terhadap bujuk rayu berbisa ini:
“Tidak, demi Allah wahai paman… seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di
tangan kiriku agar aku meninggalkan urusan dakwah ini… tidak akan aku lakukan ! Sampai Allah
memenangkan dakwah ini atau aku binasa karenanya”.
Inilah sikap tegas dan pantas menjadi pedoman setiap juru dakwah yang mengajak ke jalan Allah.
Terkadang bujukan datang dari pihak keluarga sang da'i. Dari istri, anak, sanak famili atau orang-orang
kecintaan lainnya. Sering dihadapkan kepadanya rasa khawatir memandang masa depan dan jaminan
hidup hari tua.. rasa takut yang akan mempermalukan keluarga, atau bahkan pemutusan hubungan famili.
Dalam saat seperti ini mereka berpihak pada musuh, Allah mengingatkan:
َ َ ‫ياأ َيها ال ّذين َءامنوا إن م‬
‫فوا‬
ُ ْ‫ن ت َع‬
ْ ِ ‫م وَإ‬ ْ ُ ‫م عَد ُّوا ل َك‬
ْ ‫م َفا‬
ْ ُ‫حذ َُروه‬ ْ ُ ‫م وَأوَْلدِك‬ ْ ُ ‫جك‬
ِ ‫ن أْزَوا‬ ْ ِ ّ ِ ُ َ َ ِ َّ َ
‫م‬ٌ ‫حي‬ِ ‫فوٌر َر‬ َ
ُ ‫هغ‬ ّ
َ ‫ن الل‬ َ
ّ ِ ‫فُروا فإ‬
ِ ْ‫حوا وَت َغ‬
ُ ‫ف‬
َ ‫ص‬
ْ َ ‫وَت‬
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi
musuh bagimu, maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka; dan jika kamu memaafkan dan tidak
memarahi serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(QS At-Taghabun: 14)
Ujian dari dalam inilah yang paling banyak memakan korban dan menjatuhkan pada da'I dari gelanggang
dakwah. Mereka terdesak oleh kebutuhan rumah tangga dan kosongnya periuk nasi dikejar oleh bayangan
penderitaan yang akan menimpa istri, anak, orang tua, atau orang yang ia kasihi.
Godaan dan bujuk rayu dunia bukan dihadapkan semata kepada sang da'I tapi mungkin nyelonong lewat
pintu belakang, sedangkan mereka belum tentu siap menerima ini. Karena itu setiap da'I harus
mempersiapkan keluarga, istri, anak, famili sebagai basis dakwah. Kepada mereka harus diingatkan firman
Allah :
َ
‫ه‬
ِ ‫م ِفي‬
ْ ُ‫فت ِن َه‬ َ ْ ‫م َزهَْرةَ ال‬
ْ َ ‫حَياةِ الد ّن َْيا ل ِن‬ ْ ُ‫من ْه‬
ِ ‫جا‬
ً ‫مت ّعَْنا ب ِهِ أْزَوا‬ َ ‫ك إ َِلى‬
َ ‫ما‬ َ ْ ‫ن عَي ْن َي‬ّ ّ ‫مد‬ ُ َ ‫وََل ت‬
َ ْ ‫خي ٌْر وَأ َب‬
‫قى‬ َ ‫ك‬ َ ّ ‫وَرِْزقُ َرب‬
Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-
golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka dengannya. Dan karunia
Tuhan kamu adalah lebih baik dan lebih kekal. (QS Thaha: 131)
Kepada istri-istri juru dakwah harus diberikan sikap tegas sebagaimana yang diperintahkan Allah kepada
Nabi untuk mendidik wanita-wanita beriman :
“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istri mu: Jika kamu sekalian menginginkan kehidupan dunia dan
perhiasannya, maka marilah supaya kuberikan kepadamu mut'ah dan aku ceraikan kamu dengan cara yang
baik “.
Rumah tangga yang islami harus menjadi benteng perjuangan yang memberikan spirit menjadi celah bagi
arus kejahiliyahan yang datang dari luar.
Karakteristik perjalanan dakwah ini harus dilalui oleh mereka yang hendak menegakkan kebenaran. Di
sepanjang jalan ia akan mengalami dua ujian ;
Pertama: berupa kesengsaraan, ejekan, celaan, atau hinaan dari musuh-musuh Allah (asy-syar)
Kedua: kesenangan dan kelezatan yang datang tanpa disadari atau dengan bujuk rayu penuh tipu daya dari
musuh-musuh dakwah (al khair)
Akhir perjalanan bagi setiap juru dakwah adalah maut. Disana terdapat balasan yang kekal, surga atau
neraka. Dan Allah tidak akan menyalahi janjinya.
‫ن‬ َ ‫ة وَإ ِل َي َْنا ت ُْر‬
َ ‫جُعو‬ َ ْ ‫شّر َوال‬
ً َ ‫خي ْرِ فِت ْن‬ ْ ُ ‫ت وَن َب ُْلوك‬
ّ ‫م ِبال‬ َ ْ ‫ة ال‬
ِ ْ‫مو‬ ُ ‫ق‬ َ ‫س‬
َ ِ ‫ذائ‬ ٍ ‫ف‬ ّ ُ‫ك‬
ْ َ‫ل ن‬
Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami lah kamu dikembalikan. (QS Al-
Anbiyaa: 35)

You might also like