You are on page 1of 25

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemajuan IPTEK dan arus globalisasi membawa dampak positif dan negatif terhadap
perubahan di masyarakat, yang jadi permasalahan secara langsung maupun tidak
langsung adalah dampak negatif yang dapat menimbulkan persoalan di masyarakat,
misalnya terjadinya pergeseran moral, semakin lunturnya budaya dan karakter
bangsa yang menjadi ciri khas bangsa Indonesia.Permasalahan budaya dan karakter
bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek
kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan
gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat,
para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai
persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat
lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti
korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan
ekonomi yang konsumtif, kehidupn politik yang tidak produktif, dan sebagainya
menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai
kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-
undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat.
Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi,
masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan.
Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan
membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternatif yang bersifat
preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda
bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab
berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari
pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki
daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat.
Kurikulum adalah jantungnya pendidikan (curriculum is the heart of education). Oleh
karena itu, sudah seharusnya kurikulum, saat ini, memberikan perhatian yang lebih

1 | Makalah Mandiri
besar pada pendidikan budaya dan karakter bangsa dibandingkan kurikulum masa
sebelumnya. Pendapat yang dikemukakan para pemuka masyarakat, ahli pendidikan,
para pemerhati pendidikan dan anggota masyarakat lainnya di berbagai media
massa, seminar, dan sarasehan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan Nasional
pada awal tahun 2010 menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat yang kuat
akan pendidikan budaya dan karakter bangsa. Apalagi jika dikaji, bahwa kebutuhan
itu, secara imperatif, adalah sebagai kualitas manusia Indonesia yang dirumuskan
dalam Tujuan Pendidikan Nasional.
Kepedulian masyarakat mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa telah pula
menjadi kepedulian pemerintah. Berbagai upaya pengembangan pendidikan budaya
dan karakter bangsa telah dilakukan di berbagai direktorat dan bagian di berbagai
lembaga pemerintah, terutama di berbagai unit Kementrian Pendidikan Nasional.
Upaya pengembangan itu berkenaan dengan berbagai jenjang dan jalur pendidikan
walaupun sifatnya belum menyeluruh. Keinginan masyarakat dan kepedulian
pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter bangsa, akhirnya
berakumulasi pada kebijakan pemerintah mengenai pendidikan budaya dan karakter
bangsa dan menjadi salah satu program unggulan pemerintah, paling tidak untuk
masa 5 (lima) tahun mendatang. Pedoman sekolah ini adalah rancangan
operasionalisasi kebijakan pemerintah dalam pendidikan budaya dan karakter
bangsa.
Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU
Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah
mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan
akhlak mulia. Amanah ini bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan
Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga
nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang
bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.
Berangkat dari amanah tersebut, Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas),
mulai tahun ajaran baru 2011/2012 akan melaksanakan Pendidikan Karakter mulai

2 | Makalah Mandiri
Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah, dan Pendidikan
Tinggi.
Bagaimana Pendidikan Karakter diterapkan di Pendidikan Dasar? Sejauh apa
persiapannya? Siapa ujung tombak pendidikan karakter? Komitmen nasional tentang
perlunya pendidikan karakter, secara imperatif tertuang dalam Undang-undang
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 UU
tersebut dinyatakan bahwa “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat
dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.” Jika dicermati 5
(lima)  dari 8 (delapan) potensi peserta didik yang ingin dikembangkan sangat terkait
erat dengan karakter.
Konsep pendidikan karakter ini telah diterjemahkan, yaitu menghasilkan insan
bernurani, cendikia, dan mandiri. Penerjemahan pendidikan karakter dalam proses
belajar mengajar tersebut dijabarkan lebih lanjut dalam implementasinya dengan
mengintegrasikan muatan yang bernuansa pendidikan karakter tersebut  dalam
proses belajar mengajar. Salah satu pendekatan yang paling efektif untuk
menerjamahkannya bermuatan pendidikan karakter itu adalah melalui
pembelajaran di kelas. Dalam implementasinya dalam penyusunan silabus dan RPP,
muatan karakter dimasukkan sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan
proses pembelajaran.
Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan pemberian stimulus-stimulus kepada
anak didik, agar terjadinya respons yang positif pada diri anak didik. Kesediaan dan
kesiapan mereka dalam mengikuti proses demi proses dalam pembelajaran akan
mampu menimbulkan respons yang baik terhadap stimulus yang mereka terima
dalam proses pembelajaran. Respons akan menjadi kuat jika stimulusnya juga kuat.
Ulangan-ulangan terhadap stimulus dapat memperlancar hubungan antara stimulus
dan respons, sehingga respons yang ditimbulkan akan menjadi kuat. Hal ini akan

3 | Makalah Mandiri
memberi kesan yang kuat pula pada diri anak didik, sehingga mereka akan mampu
mempertahankan respons tersebut dalam memorinya. Hubungan antara stimulus
dan respons akan menjadi lebih baik kalau dapat menghasilkan hal-hal yang
menyenangkan. Melihat dasar diatas maka penulis mencoba mengakaji lebih
mendalam tentang Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter dalam Proses
Belajar Mengajar.

B. Rumusan Masalah
Untuk membatasi permasalahan, penulis membatasi masalah, meliputi :
1. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
2. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
3. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
4. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa
5. Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah :
1. Menguraikan dan mengkaji seputar pendidikan budaya dan karakter bangsa
2. Memberikan informasi bagaimana implementasi pendidikan budaya karakter
dalam proses belajar mengajar

D. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah, sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN, mencakup Latar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan
Penulisan, dan Sistematika Penulisan
BAB II ISI, Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Fungsi Pendidikan
Budaya dan Karakter Bangsa, Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, Nilai
Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, dan Implementasi Pendidikan Budaya dan
Karakter Bangsa
BAB III PENUTUP, mencakup Kesimpulan dan Saran

4 | Makalah Mandiri
BAB II ISI

A. Pengertian Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan


Nasional (UU Sisdiknas) merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang
harus digunakan dalam mengembangkan upaya pendidikan di Indonesia. Pasal 3 UU
Sisdiknas menyebutkan, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. Tujuan pendidikan nasional itu
merupakan rumusan mengenai kualitas manusia Indonesia yang harus dikembangkan
oleh setiap satuan pendidikan. Oleh karena itu, rumusan tujuan pendidikan nasional
menjadi dasar dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.

Untuk mendapatkan wawasan mengenai arti pendidikan budaya dan karakter bangsa
perlu dikemukakan pengertian istilah budaya, karakter bangsa, dan pendidikan.
Pengertian yang dikemukakan di sini dikemukakan secara teknis dan digunakan
dalam mengembangkan pedoman ini. Guru-guru Antropologi, Pendidikan
Kewarganegaraan, dan mata pelajaran lain, yang istilah-istilah itu menjadi pokok
bahasan dalam mata pelajaran terkait, tetap memiliki kebebasan sepenuhnya
membahas dan berargumentasi mengenai istilah-istilah tersebut secara akademik.

Budaya diartikan sebagai keseluruhan sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan
keyakinan (belief) manusia yang dihasilkan masyarakat. Sistem berpikir, nilai, moral,
norma, dan keyakinan itu adalah hasil dari interaksi manusia dengan sesamanya dan
lingkungan alamnya. Sistem berpikir, nilai, moral, norma dan keyakinan itu digunakan
dalam kehidupan manusia dan menghasilkan sistem sosial, sistem ekonomi, sistem
kepercayaan, sistem pengetahuan, teknologi, seni, dan sebagainya. Manusia sebagai
makhluk sosial menjadi penghasil sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan;

5 | Makalah Mandiri
akan tetapi juga dalam interaksi dengan sesama manusia dan alam kehidupan,
manusia diatur oleh sistem berpikir, nilai, moral, norma, dan keyakinan yang telah
dihasilkannya. Ketika kehidupan manusia terus berkembang, maka yang berkembang
sesungguhnya adalah sistem sosial, sistem ekonomi, sistem kepercayaan, ilmu,
teknologi, serta seni. Pendidikan merupakan upaya terencana dalam
mengembangkan potensi peserta didik, sehingga mereka memiliki sistem berpikir,
nilai, moral, dan keyakinan yang diwariskan masyarakatnya dan mengembangkan
warisan tersebut ke arah yang sesuai untuk kehidupan masa kini dan masa
mendatang.

Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk
dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakini dan digunakan
sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Kebajikan
terdiri atas sejumlah nilai, moral, dan norma, seperti jujur, berani bertindak, dapat
dipercaya, dan hormat kepada orang lain. Interaksi seseorang dengan orang lain
menumbuhkan karakter masyarakat dan karakter bangsa. Oleh karena itu,
pengembangan karakter bangsa hanya dapat dilakukan melalui pengembangan
karakter individu seseorang. Akan tetapi, karena manusia hidup dalam ligkungan
sosial dan budaya tertentu, maka pengembangan karakter individu seseorang hanya
dapat dilakukan dalam lingkungan sosial dan budaya yang berangkutan. Artinya,
pengembangan budaya dan karakter bangsa hanya dapat dilakukan dalam suatu
proses pendidikan yang tidak melepaskan peserta didik dari lingkungan sosial,budaya
masyarakat, dan budaya bangsa. Lingkungan sosial dan budaya bangsa adalah
Pancasila; jadi pendidikan budaya dan karakter bangsa haruslah berdasarkan nilai-
nilai Pancasila. Dengan kata lain, mendidik budaya dan karakter bangsa adalah
mengembangkan nilai-nilai Pancasila pada diri peserta didik melalui pendidikan hati,
otak, dan fisik.

Pendidikan adalah suatu usaha yang sadar dan sistematis dalam mengembangkan
potensi peserta didik. Pendidikan adalah juga suatu usaha masyarakat dan bangsa
dalam mempersiapkan generasi mudanya bagi keberlangsungan kehidupan

6 | Makalah Mandiri
masyarakat dan bangsa yang lebih baik di masa depan. Keberlangsungan itu ditandai
oleh pewarisan budaya dan karakter yang telah dimiliki masyarakat dan bangsa. Oleh
karena itu, pendidikan adalah proses pewarisan budaya dan karakter bangsa bagi
generasi muda dan juga proses pengembangan budaya dan karakter bangsa untuk
peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan bangsa di masa mendatang. Dalam
proses pendidikan budaya dan karakter bangsa, secara aktif peserta didik
mengembangkan potensi dirinya, melakukan proses internalisasi, dan penghayatan
nilai-nilai menjadi kepribadian mereka dalam bergaul di masyarakat,
mengembangkan kehidupan masyarakat yang lebih sejahtera, serta mengembangkan
kehidupan bangsa yang bermartabat.

Atas dasar pemikiran itu, pengembangan pendidikan budaya dan karakter sangat
strategis bagi keberlangsungan dan keunggulan bangsa di masa mendatang.
Pengembangan itu harus dilakukan melalui perencanaan yang baik, pendekatan yang
sesuai, dan metode belajar serta pembelajaran yang efektif. Sesuai dengan sifat suatu
nilai, pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah usaha bersama sekolah; oleh
karenanya harus dilakukan secara bersama oleh semua guru dan pemimpin sekolah,
melalui semua mata pelajaran, dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari budaya
sekolah.

B. Landasan Pedagogis Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Pendidikan adalah suatu upaya sadar untuk mengembangkan potensi peserta didik
secara optimal. Usaha sadar itu tidak boleh dilepaskan dari lingkungan peserta didik
berada, terutama dari lingkungan budayanya, karena peserta didik hidup tak
terpishkan dalam lingkungannya dan bertindak sesuai dengan kaidah-kaidah
budayanya. Pendidikan yang tidak dilandasi oleh prinsip itu akan menyebabkan
peserta didik tercerabut dari akar budayanya. Ketika hal ini terjadi, maka mereka tidak
akan mengenal budayanya dengan baik sehingga ia menjadi orang “asing” dalam
lingkungan budayanya. Selain menjadi orang asing, yang lebih mengkhawatirkan
adalah dia menjadi orang yang tidak menyukai budayanya.

7 | Makalah Mandiri
Budaya, yang menyebabkan peserta didik tumbuh dan berkembang, dimulai dari
budaya di lingkungan terdekat (kampung, RT, RW, desa) berkembang ke lingkungan
yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh
ummat manusia. Apabila peserta didik menjadi asing dari budaya terdekat maka dia
tidak mengenal dengan baik budaya bangsa dan dia tidak mengenal dirinya sebagai
anggota budaya bangsa. Dalam situasi demikian, dia sangat rentan terhadap
pengaruh budaya luar dan bahkan cenderung untuk menerima budaya luar tanpa
proses pertimbangan (valueing). Kecenderungan itu terjadi karena dia tidak memiliki
norma dan nilai budaya nasionalnya yang dapat digunakan sebagai dasar untuk
melakukan pertimbangan (valueing).

Semakin kuat seseorang memiliki dasar pertimbangan, semakin kuat pula


kecenderungan untuk tumbuh dan berkembang menjadi warga negara yang baik.
Pada titik kulminasinya, norma dan nilai budaya secara kolektif pada tingkat makro
akan menjadi norma dan nilai budaya bangsa. Dengan demikian, peserta didik akan
menjadi warga negara Indonesia yang memiliki wawasan, cara berpikir, cara
bertindak, dan cara menyelesaikan masalah sesuai dengan norma dan nilai ciri ke-
Indonesiaannya. Hal ini sesuai dengan fungsi utama pendidikan yang diamanatkan
dalam UU Sisdiknas, “mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa”. Oleh karena itu, aturan dasar yang mengatur pendidikan nasional (UUD
1945 dan UU Sisdiknas) sudah memberikan landasan yang kokoh untuk
mengembangkan keseluruhan potensi diri seseorang sebagai anggota masyarakat dan
bangsa.

Pendidikan adalah suatu proses enkulturasi, berfungsi mewariskan nilai-nilai dan


prestasi masa lalu ke generasi mendatang. Nilai-nilai dan prestasi itu merupakan
kebanggaan bangsa dan menjadikan bangsa itu dikenal oleh bangsa-bangsa lain.
Selain mewariskan, pendidikan juga memiliki fungsi untuk mengembangkan nilai-nilai
budaya dan prestasi masa lalu itu menjadi nilai-nilai budaya bangsa yang sesuai
dengan kehidupan masa kini dan masa yang akan datang, serta mengembangkan

8 | Makalah Mandiri
prestasi baru yang menjadi karakter baru bangsa. Oleh karena itu, pendidikan budaya
dan karakter bangsa merupakan inti dari suatu proses pendidikan.

Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter itu


menghendaki suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata
pelajaran yang ada dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi,
sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan
jasmani dan olahraga, seni, serta ketrampilan). Dalam mengembangkan pendidikan
karakter bangsa, kesadaran akan siapa dirinya dan bangsanya adalah bagian yang
teramat penting. Kesadaran tersebut hanya dapat terbangun dengan baik melalui
sejarah yang memberikan pencerahan dan penjelasan mengenai siapa diri bangsanya
di masa lalu yang menghasilkan dirinya dan bangsanya di masa kini. Selain itu,
pendidikan harus membangun pula kesadaran, pengetahuan, wawasan, dan nilai
berkenaan dengan lingkungan tempat diri dan bangsanya hidup (geografi), nilai yang
hidup di masyarakat (antropologi), sistem sosial yang berlaku dan sedang berkembang
(sosiologi), sistem ketatanegaraan, pemerintahan, dan politik
(ketatanegaraan/politik/ kewarganegaraan), bahasa Indonesia dengan cara
berpikirnya, kehidupan perekonomian, ilmu, teknologi, dan seni. Artinya, perlu ada
upaya terobosan kurikulum berupa pengembangan nilai-nilai yang menjadi dasar bagi
pendidikan budaya dan karakter bangsa. Dengan terobosan kurikulum yang demikian,
nilai dan karakter yang dikembangkan pada diri peserta didik akan sangat kokoh dan
memiliki dampak nyata dalam kehidupan diri, masyarakat, bangsa, dan bahkan umat
manusia. Pendidikan budaya dan karakter bangsa dilakukan melalui pendidikan nilai-
nilai atau kebajikan yang menjadi nilai dasar budaya dan karakter bangsa. Kebajikan
yang menjadi atribut suatu karakter pada dasarnya adalah nilai. Oleh karena itu
pendidikan budaya dan karakter bangsa pada dasarnya adalah pengembangan nilai-
nilai yang berasal dari pandangan hidup atau ideologi bangsa Indonesia, agama,
budaya, dan nilai-nilai yang terumuskan dalam tujuan pendidikan nasional.

9 | Makalah Mandiri
C. Fungsi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Fungsi pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. pengembangan: pengembangan potensi peserta didik untuk menjadi pribadi


berperilaku baik; ini bagi peserta didik yang telah memiliki sikap dan perilaku
yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa;
2. perbaikan: memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab
dalam pengembangan potensi peserta didik yang lebih bermartabat; dan
3. penyaring: untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang
tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat.

D. Tujuan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa


Tujuan pendidikan budaya dan karakter bangsa adalah:

1. mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif peserta didik sebagai manusia dan


warganegara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa;
2. mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan
dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius;
3. menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai
generasi penerus bangsa;
4. mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri,
kreatif, berwawasan kebangsaan; dan
5. mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan
yang tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

E. Nilai Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

Nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa


diidentifikasi dari sumber-sumber berikut ini.

1. Agama: masyarakat Indonesia adalah masyarakat beragama. Oleh karena itu,


kehidupan individu, masyarakat, dan bangsa selalu didasari pada ajaran agama

10 | Makalah Mandiri
dan kepercayaannya. Secara politis, kehidupan kenegaraan pun didasari pada
nilai-nilai yang berasal dari agama. Atas dasar pertimbangan itu, maka nilai-nilai
pendidikan budaya dan karakter bangsa harus didasarkan pada nilai-nilai dan
kaidah yang berasal dari agama.

2. Pancasila: negara kesatuan Republik Indonesia ditegakkan atas prinsip-prinsip


kehidupan kebangsaan dan kenegaraan yang disebut Pancasila. Pancasila
terdapat pada Pembukaan UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut dalam pasal-
pasal yang terdapat dalam UUD 1945. Artinya, nilai-nilai yang terkandung dalam
Pancasila menjadi nilai-nilai yang mengatur kehidupan politik, hukum, ekonomi,
kemasyarakatan, budaya, dan seni. Pendidikan budaya dan karakter bangsa
bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik,
yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan, dan menerapkan nilai-
nilai Pancasila dalam kehidupannya sebagai warga negara.

3. Budaya: sebagai suatu kebenaran bahwa tidak ada manusia yang hidup
bermasyarakat yang tidak didasari oleh nilai-nilai budaya yang diakui masyarakat
itu. Nilai-nilai budaya itu dijadikan dasar dalam pemberian makna terhadap suatu
konsep dan arti dalam komunikasi antaranggota masyarakat itu. Posisi budaya
yang demikian penting dalam kehidupan masyarakat mengharuskan budaya
menjadi sumber nilai dalam pendidikan budaya dan karakter bangsa.

4. Tujuan Pendidikan Nasional: sebagai rumusan kualitas yang harus dimiliki setiap
warga negara Indonesia, dikembangkan oleh berbagai satuan pendidikan di
berbagai jenjang dan jalur. Tujuan pendidikan nasional memuat berbagai nilai
kemanusiaan yang harus dimiliki warga negara Indonesia. Oleh karena itu, tujuan
pendidikan nasional adalah sumber yang paling operasional dalam
pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa.
Berdasarkan keempat sumber nilai itu, teridentifikasi sejumlah nilai untuk pendidikan
budaya dan karakter bangsa sebagai berikut ini.

11 | Makalah Mandiri
Tabel 1. Nilai dan Deskripsi Nilai Pendidikan Budaya dan Kaarakter Bangsa

NILAI DESKRIPSI

1. Religius Sikap dan perilaku yang patuh dalam melaksanakan


ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap
pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain.

2. Jujur Perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan


dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya
dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan.

3. Toleransi Sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan


agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan
orang lain yang berbeda dari dirinya.

4. Disiplin Tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh


pada berbagai ketentuan dan peraturan.

5. Kerja Keras Perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh


dalam mengatasi berbagai hambatan belajar dan
tugas, serta menyelesaikan tugas dengan sebaik-
baiknya.

6. Kreatif Berpikir dan melakukan sesuatu untuk menghasilkan


cara atau hasil baru dari sesuatu yang telah dimiliki.

7. Mandiri Sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada


orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8. Demokratis Cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai


sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain.

9. Rasa Ingin Tahu Sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk
mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu
yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

10. Semangat Kebangsaan Cara berpikir, bertindak, dan berwawasan yang


menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas
kepentingan diri dan kelompoknya.

12 | Makalah Mandiri
NILAI DESKRIPSI

11. Cinta Tanah Air Cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang
menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan
penghargaan yang tinggi terhadap bahasa,
lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik
bangsa.

12. Menghargai Prestasi Sikap dan tindakan yang mendorong dirinya untuk
menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat,
dan mengakui, serta menghormati keberhasilan orang
lain.

Tindakan yang memperlihatkan rasa senang


13. Bersahabat/
berbicara, bergaul, dan bekerja sama dengan orang
Komuniktif lain.

14. Cinta Damai Sikap, perkataan, dan tindakan yang menyebabkan


orang lain merasa senang dan aman atas kehadiran
dirinya.

15. Gemar Membaca Kebiasaan menyediakan waktu untuk membaca


berbagai bacaan yang memberikan kebajikan bagi
dirinya.

16. Peduli Lingkungan Sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah
kerusakan pada lingkungan alam di sekitarnya, dan
mengembangkan upaya-upaya untuk memperbaiki
kerusakan alam yang sudah terjadi.

17. Peduli Sosial Sikap dan tindakan yang selalu ingin memberi
bantuan pada orang lain dan masyarakat yang
membutuhkan.

18. Tanggung-jawab Sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan


tugas dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan,
terhadap diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam,
sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang Maha Esa.

F. Implementasi Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa

13 | Makalah Mandiri
Pendidikan karakter akan di implementasikan melalui tiga jalur, yaitu;
ekstrakurikuler, proses belajar-mengajar, dan manajemen sekolah. Contoh
ekstrakurikuler seperti kepramukaan, UKS, kegiatan OSIS dan lainnya, yang sifatnya
memberikan bimbingan dan memasukkan nilai-nilai Pendidikan Karakter, seperti
tenggang rasa, sportifitas, tanggung jawab dan kerjasama. Kemudian dalam proser
belajar-mengajar, kita sudah memasukkan nilai-nilai Pendidikan Karakter di
dalamnya. Misalkan, nilai-nilai kedisiplinan dalam proses belajar-mengajar di kelas,
begitu juga tentang bagaimana berargumentasi, bagaimana menyampaikan
pendapat. Selain untuk national character building, Pendidikan Karakter juga untuk
memperkuat kepribadian anak didik sehingga dia punya kemampuan yang baik sesuai
dengan tuntutan Standart Kompetensi Lulusan (SKL). Jadi kemampuan
menyampaikan pendapat dan menghormati pendapat orang lain itu bisa disampaikan
di kelas, seperti saat berdiskusi dengan gurunya; bagaimana anak didik bertanya, dan
memberikan jawaban.
Nilai-nilai di atas, kalau dulu itu disebut hidden curriculum yang kita serahkan
sepenuhnya kepada guru. Tapi ternyata, guru kurang memperoleh penjelasan
bagaimana menjalankan hidden curriculum itu. Nah sekarang ini kita tata ulang. Ini
kan tuntutan dari masyarakat, yang mengeluh tentang menurunnya kedisiplinan,
nilai-nilai kebangsaan, sehingga kemudian muncul ide untuk membenahi persoalan
ini dengan Pendidikan Karakter. Yang terjadi adalah ketidakseimbangan dalam
memberikan olah raga, olah rasa, olah pikir, dan olah hati kepada anak didik kita.
Padahal ke empat hal ini ada dalam SKL. Misalkan anak lulus SMP itu mampu bla, bla,
bla.
Dalam SKL itu termaktub bahwa sebagai umat yang bergama harus bisa menjalankan
badahnya. Nah, ini kan bagian dari olah hati. Kemudian sehat, ini bagian dari olah
raga, lalu bersosialisasi dan bermasyarakat, ini semua masuk dalam empat hal tadi,
dan sudah ada dalam SKL. Cuma bagaimana implementasinya? Itu yang kurang
dijelaskan. Jadi sekarang ini lebih dipertegas lagi. Ini ada policy nasional, dan
kebetulan Kemdiknas menjadi leading sektor untuk melaksanakan Pendidikan
Karakter di sekolah mengingat mayoritas generasi muda ada di sekolah. Untuk tahun

14 | Makalah Mandiri
2011 ini, mulai bulan Juni hingga awal September nanti, Pendidikan Karakter akan
disosialisasikan ke seluruh SD dan SMP seluruh Indonesia, dan kita akan mengundang
650.000 guru seluruh Indonesia dalam workshop Pendidikan Karakter. Para guru
nanti akan memperoleh pelatihan seperti; apa itu Pendidikan Karakter, dan
bagaimana melaksanakannya. Mereka juga akan dilatih membuat action plan di
sekolah tentang pelaksanakan Pendidikan Karakter. Nah, ini nanti yang akan menjadi
pedoman sekolah dalam rangka penerapan Pendidikan Karakter di sekolahanya
masing-masing.
Kita juga menyiapkan training of trainer (TOT) bagi guru yang akan dilaksanakan
sekitar awal Juni, di Jakarta. Saya sedang meminta waktu kepada Bapak Mendiknas
agar bisa membuka acara ini. Selain Jakarta, juga dilaksanakan di Medan, Makasar
dan kota lainnya. Guru menjadi ujung tombak di kelas, karena mereka yang akan
menyampaikan materi ke anak didik. Kemdiknas tidak akan bisa bekerja tanpa ada
bantuan para guru. Merekalah ujung tombak Pendidikan Karakter. Anak didik harus
sadar bahwa Indonesia adalah negara yang berdasarkan Pancasila, sehingga tidak
bisa mengatakan kita perlu menjadi negara Islam. Sebetulnya, nilai-nilai Islam itu
sudah ada dalam Pancasila. Jadi tak perlu negara Islam. Lebih baik negara Pancasila,
tapi perilakunya Islami yang rahmtan lil ‘alamin.
Jadi kebijakan Pendidikan Karakter ini merupakan antisipasi untuk menangkal hal-hal
yang tidak diinginkan. Kebijakan itu kan ada yang reaktif dan antisipatif. Nah,
Pendidikan Karakter ini yang antisipatif, dalam rangka pembangunan karakter
nasional sampai pembangunan karakter indivual. Seiring kecanggihan teknologi,
dunia terasa makin datar saja, sehingga gempuran informasi dari Barat dan atau
Timur Tengah ke Indonesia makin besar. Ini bagaimana?. Ungkapan the world is flat,
sekarang ini ya benar. Karena dalam waktu yang bersamaan orang Amerika dan
Indonesia bisa memperoleh informasi yang sama. Nah kalau anak didik kita tidak
dibekali dengan kemampuan menengendalikan informasi, ini bisa kacau semua.
Seperti berita kemarin bahawa ganja mau dilegalkan, itukan pemikiran yang kacau!
Sudah jelas haram, mau dilegalkan???!

15 | Makalah Mandiri
Selain pemerintah, Pendidikan Karakter ini juga tanggung jawab masyarakat. Karena
bila kita lihat, sebagian besar waktu anak didik tidak hanya dihabiskan di sekolah. Di
sekolah itu kan hanya 6 sampai 10 jam. Sisanya, kita harus minta ke orang tua, dan
peran masyarakat. Jadi, pelaksanaan Pendidikan Karakter ini harus bersama-sama.
Tidak bisa jalan sendiri-sendiri. Harapannya ke depan, Pendidikan Karakter ini akan
menjadi budaya; budaya saling menghormati, budaya disiplin, budaya tanggung
jawab, budaya jujur, dan seterusnya. Terkait dengan bagaimana menyeimbangkan
psikologi anak dengan umurnya. Ketika usia anak didik itu rendah, maka intervensi
kita harus semakin tinggi. Ketika usia anak didik itu tinggi, maka kita harus banyak
memberikan fleksibilitas.
Jadi ketika memberikan Pendidikan Karakter kepada anak didik di SMP, ya
disesuaikan dengan psikologi mereka. Kalau di SD kan harus banyak permainan, jadi
dekatilah mereka dengan cara permainan. Kalau di SMP itu, di kelas-kelas awal
permainannya masih ada. Tapi kalau sudah di kelas 8 dan kelas 9, ya permainannya
harus dikurangi. Jadi pendekatan kepada anak didik SMP itu lebih mengarah pada
proses peremajaan. Katakan begitulah. Dan anak didik usia SMP itu kan curiosity atau
keingintahuannya sangat tinggi. Jadi harus banyak komunikasi, banyak memberikan
guide supaya mereka tidak salah arah. Karena dalam usia pencarian identitas itu,
kedekatan kita pada anak didik memang dituntut.
Selain guru dan kepala sekolah, keterlibatan komite sekolah dalam pelaksanaan
Pendidikan Karakter ini sangat penting. Agar mereka turut menyebarluaskan ide
Pendidikan Karakter kepada masyrakat, dengan harapan masyarakat tumbuh
kepeduliannya.
Adakah contoh negara yang berhasil menerapkan Pendidikan Karakter?
Salah satunya ya Jepang. Karena kemarin itu, ketika mereka tertimpa musibah
tsunami, di antara mereka kan tidak ada yang rebutan saat dievakuasi kayak kita.
Mereka rapi sekali. Dikasih selimut, ya antre. Apa-apa antre.Tapi kalau melihat suku
bangsanya kan berbeda, mereka cenderung homogen sehingga mudah diarahkan?
Ya, benar. Tapi sebenarnya nilai karakter itu, di dalam suku apa pun, yang namanya
bela bangsa itu kan sama. Bagaimana membela bangsanya itu merupakan tangung

16 | Makalah Mandiri
jawab bersama. Ini kan karakter. Disiplin juga, di mana dan sebanyak apa pun
orangnya, serta berapa pun umurnya, itu sama. Dari pendidikan karakter ini, out put
apa yang diharapkan? Anak didik mampu menguasai olah pikir, olah raga, olah hati,
dan olah rasa.
Secara akademik, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, pendidikan
budi pekerrti, pendidikan moral, pendidikan watak, yang tujuannya mengembangkan
kemampuan peserta didik untuk memberikan keputusan baik-buruk, memelihara apa
yang baik itu, dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari dengan
sepenuh hati.  Karena itu muatan pendidikan karakter secara psikologis mencakup
dimensi moral reasoning, moral feeling, dan moral behaviour (Lickona:1991), atau
dalam arti utuh sebagai morality yang mencakup moral judgment and moral
behaviour baik yang bersifat prohibition-oriented morality maupun pro-social
morality (Piaget, 1967; Kohlberg; 1976; Eisenberg-Berg; 1981).
Secara pedagogis, pendidikan karakter seyogyanya dikembangkan dengan
menerapkan holistic approach, dengan pengertian bahwa “Effective character
education is not adding a program or set of programs. Rather it is a tranformation of
the culture and life of the school” (Berkowitz; 2010): Sementara itu Lickona (1992)
menegaskan bahw: “In character education, it’s clear we want our children are able
to judge what is right, care deeply about what is right, and then do what they believe
to be right-even in the face of pressure form without and temptation from within. 

Urgensi dari pelaksanaan komitmen nasional pendidikan karakter, telah dinyatakan


pada Sarasehan Nasional Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa  sebagai
Kesepakatan Nasional Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa, yang 
dibacakan pada akhir khir Sarasehan Tanggal 14 Januari 2010, sebagai berikut. 
1. “Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan bagian integral yg tak
terpisahkan dari pendidikan nasional secara utuh.
2. Pendidikan budaya dan karakter bangsa harus dikembangkan secara komprehensif
sbg proses pembudayaan.  Oleh karena itu, pendidikan dan kebudayaan secara
kelembagaan perlu diwadahi secara utuh.

17 | Makalah Mandiri
3. Pendidikan budaya dan karakter bangsa merupakan tanggung jawab bersama
antara pemerintah, masyarakat, sekolah dan orangtua. Oleh karena itu
pelaksanaan budaya dan karakter bangsa harus melibatkan keempat unsur
tersebut.
4. Dalam upaya merevitalisasi pendidikan dan budya karakter bangsa diperlukan
gerakan nasional guna menggugah semangat kebersamaan dalam pelaksanaan di
lapangan.”
 
Implementasi Strategi Pengembangan Pendidikan Karakter pada Konteks Makro

Pengembangan nilai/karakter dapat dilihat pada dua latar/domain, yaitu pada latar
makro dan latar mikro. Latar makro bersifat nasional yang mencakup keseluruhan
konteks perencanaan dan ilmpementasi pengembangan nilai/karakter yang
melibatkan seluruh pemangku kepentingan pendidikan nasional. antara lain :

                                                                                                                                                 
1. Secara makro pengembangan karakter melalui active learning dapat dibagi dalam
tiga tahap, yakni perencanaan,  pelaksanaan, dan evaluasi hasil.
2. Pada tahap perencanaan dikembangkan perangkat pembelajaran active learning
dengan mengimplementasikan pendidikan karakter yang digali, dikristalisasikan,
dan dirumuskan dengan menggunakan berbagai sumber, antara lain
pertimbangan: (1) filosofis – Agama, Pancasila, UUD 1945, dan UU N0.20 Tahuin
2003 beserta ketentuan perundang-undangan turunannya;(2) pertimbangan
teoritis- teori tentang otak, psikologis, nilai dan moral, pendidikan (pedagogi dan
andragogi) dan sosial-kultural;  dan (3) pertimbangan empiris berupa
pengalaman dan praktek terbaik (best practices) dari antara lain tokoh-tokoh,
sekolah unggulan, pesantren, kelompok kultural dll.
3. Pada tahap implementasi dikembangakan pengalaman belajar (learning
experiences) dengan pendekatan active learning dan proses pembelajaran yang
bermuara pada pembentukan karakter dalam diri individu peserta didik. Proses

18 | Makalah Mandiri
ini dilaksanakan melalui proses pembudayaan dan pemberdayaan sebagaimana
digariskan sebagai salah satu prinsip penyelenggaraan pendidikan nasional.
Proses ini berlangsung dalam tiga pilar pendidikan yakni dalam kampus/sekolah,
keluarga, dan masyarakat. Dalam masing-masing pilar pendidikan akan ada dua
jenis pengalaman belajar (learning experiences) yang dibangun melalui dua
pendekatan yakni intervensi dan habituasi. Dalam intervensi dikembangkan
suasana interaksi belajar dan pembelajaran yang sengaja dirancang untuk
mencapai tujuan pembentulkan karakter dengan menerapkan kegiatan yang
terstruktur (structured learning experiences). Sementara itu dalam habituasi
diciptakan situasi dan kondisi (persistence life situation) yang memungkinkan
peserta didik di kampus/sekolahnya, di rumahnya, di lingkungan masyarakatnya 
membiasakan diri belajar secara aktif dan mandiri seta berprilaku sesuai nilai dan
menjadi karakter yang telah diinternalisasi dan dipersonalisai dari dan melalui
proses intervensi. Kedua proses tersebut- intervensi dan habituasi harus
dikembangkan secara sistemik dan holistik.
4. Pada tahap evaluasi hasil, dilakukan asesmen yang terintergrasi mencakup
penilaian proses dimana active learning terpantau sekaligus untuk perbaikan
berkelanjutan yang sengaja dirancang dan dilaksanakan untuk menditeksi
aktualisasi karakter dalam diri peserta didik sebagai indikator bahwa proses
pembudayaan dan pemberdayaan karakter melalui active learning itu berhasil
dengan baik.
 
Implementasi Strategi Pengembangan Budaya dan Karakter pada Konteks Mikro
Pada konteks mikro pengembangan karakter berlangsung dalam konteks suatu
satuan pendidikan (sekolah/Perguruan Tinggi) secara holistik (the whole
school/university reform). Perguruan Tinggi/Sekolah sebagai leading sector, berupaya
memanfaatkan dan memberdayakan semua lingkungan belajar yang ada untuk
menginisiasi, memperbaiki, menguatkan, dan menyempurnakan secara terus
menerus proses pendidikan karakter. Program pengembangan karakter pada latar
mikro dapat digambarkan sebagai berikut.

19 | Makalah Mandiri
1. Secara mikro pengembangan nilai/karakter dapat dibagi dalam empat pilar, yakni
kegiatan belajar-mengajar di kelas, kegiatan keseharian dalam bentuk budaya
sekolah (school culture) yang diperguruan tinggi dikenal sebagai academic
athmosphere; kegiatan ko-kurikuler  dan/atau ekstra kurikuler, serta kegiatan
keseharian di rumah, dan dalam masyarakat.
2. Dalam kegiatan belajar-mengajar di kelas pengembangan nilai/karakter
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan terintegrasi dalam semua mata
kuliah/pelajaran (embeded approach).
3. Dalam lingkungan kampus/sekolah dikondisikan agar lingkungan fisik dan
academic athmosphere sosial-kultural memungkinkan para peserta didik
bersama dengan sivitas akademik lainnya terbiasa membangun kegiatan
keseharian di kampus yang mencerminkan perwujudan nilai/karakter.
4. Dalam kegiatan ko-kurikuler, yakni kegiatan belajar di luar kelas yang terkait
langsung pada suatu materi dari suatu mata kuliah/pelajaran, atau kegiatan
ekstra kurikuler, yakni kegiatan kampus/sekolah yang bersifat umum dan tidak
terkait langsung pada suatu mata pelajaran, seperti palang merah, pecinta alam,
dan lain-lain  perlu dikembangkan proses pembiasaan dan penguatan
(reinforcement) dalam rangka pengembangan nilai/karakter.
5. Di lingkungan keluarga dan masyarakat diupayakan agar terjadi proses penguatan
dari orang tua/wali serta tokoh-tokoh masyarakat terhadap prilaku berkarakter
mulia yang dikembangkan di kampus/sekolah menjadi kegiatan keseharian di
rumah dan di lingkungan masyarakat masing-masing.
 
Implementasi Strategi Pendidikan Karakter Melalui Active Learning
Pada dasarnya strategi yang dipakai adalah dengan Intervensi dan habituasi untuk,
kampus/sekolah, keluarga, masyarakat. Intervensi dapat dilakukan dengan berbagai
strategi pembelajaran active learning, seperti kooperatif learning, pembelajaran
berdasarkan masalah, simulasi, inkuiri, dan lain-lain,  sedangkan habituasi dilakukan
dengan pendemonstrasian berbagai contoh teladan sebagai langkah awal

20 | Makalah Mandiri
pembiasaan, penguatan dalam berbagai bentuk, penataan lingkungan belajar yang
menyentuh dan membangitkan karakter.
Prinsip dan Pendekatan dan Program Pengembangan Pendidikan Karakter Melalui
Active Learning di Sekolah
Secara prinsipil, pengembangan karakter tidak dimasukkan sebagai mata kuliah atau
pokok bahasan tetapi terintegrasi kedalam mata pelajaran, pengembangan diri dan
academic athmosphere. Oleh karena itu dosen dengan dukungan program studi perlu
mengintegrasikan nilai-nilai yang dikembangkan dalam pendidikan budaya dan
karakter bangsa ke dalam kurikulum  (silabus dan RPP) yang sudah ada.  Prinsip
pembelajaran active learning yang digunakan dalam pengembangan pendidikan
karakter mengusahakan agar mahasiswa mengenal dan menerima nilai-nilai karakter
sebagai milik mereka dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya melalui
tahapan mengenal pilihan, menilai pilihan, menentukan pendirian, dan selanjutnya
menjadikan suatu nilai sesuai dengan keyakinan diri. Dengan prinsip ini mahasiswa
belajar melalui proses berpikir, bersikap, dan berbuat. Ketiga proses ini dimaksudkan
untuk mengembangkan kemampuan mahasiswa dalam melakukan kegiatan sosial
dan mendorong peserta didik untuk melihat diri sendiri sebagai makhluk sosial.
Beberapa prinsip yang dikembangkan dalam mengimplementasikan pendidikan
karakter melalui active learning di Sekolah, adalah:
1. Nilai tidak diajarkan tapi dikembangkan (value is neither cought nor taught, it is
learned) (Hermann, 1972) mengandung makna bahwa materi nilai-nilai dan
karakter  yang dalam hal ini tertuang dalam visi UNY (bernurani, cendikia, dan
mandiri) bukanlah bahan ajar biasa. Tidak semata-mata dapat ditangkap sendiri
atau diajarkan, tetapi lebih jauh diinternalisasi melalui proses belajar. Artinya,
nilai-nilai tersebut tidak dijadikan mata kuliah atau pokok bahasan yang
dikemukakan seperti halnya ketika mengajarkan suatu konsep, teori, prosedur,
atau pun fakta seperti dalam mata kuliah MKDU (agama, dan kewarganegaraan,
kewiraan, dll.). Materi pelajaran biasa digunakan sebagai bahan atau media
untuk mengembangkan nilai-nilai karakter bangsa. Oleh karena itu dosen tidak
perlu mengubah pokok bahasan yang sudah ada tetapi menggunakan materi

21 | Makalah Mandiri
pokok bahasan itu untuk mengembangkan nilai-nilai karakter. Juga, dosen tidak
harus mengembangkan proses belajar khusus untuk mengembangkan nilai.
Dengan active learning maka  satu aktivitas belajar dapat didesain dan digunakan
untuk mengembangkan kemampuan dalam ranah kognitif, afektif dan
psikomotor yang didalamnya mengandung muatan karakter.  Konsekuensi dari
prinsip ini nilai-nilai karakter tidak ditanyakan dalam ujian. Walaupun demikian,
mahasiswa perlu mengetahui pengertian dari suatu nilai yang sedang mereka
tumbuhkan pada diri mereka. Mereka tidak boleh berada dalam posisi tidak tahu
dan tidak paham makna nilai terebut.
2. Proses pendidikan dilakukan peserta didik secara aktif dan menyenangkan.
Prinsip ini menyatakan bahwa proses pendidikan nilai-nilai karakter bangsa
dilakukan oleh mahasiswa bukan oleh dosen. Dosen menerapkan prinsip ”tut
wuri handayani” dalam setiap perilaku yang ditunjukkan mahasiswanya. Prinsip
ini juga menyatakan bahwa proses pendidikan dilakukan dalam suasana belajar
yang menimbulkan rasa senang dan tidak indoktrinatif. Diawali dengan
perkenalan terhadap pengertian nilai yang dikembangkan maka dosen menuntun
mahasiswa agar secara aktif  (tanpa mengatakan  kepada mahasiswa bahwa
mereka harus aktif tapi dosen merencanakan kegiatan belajar yang
menyebabkan peserta didik aktif merumuskan pertanyaan, mencari sumber
informasi dan mengumpulkan informasi dari sumber, mengolah informasi yang
sudah dimiliki, merekonstruksi data/fakta/nilai, menyajikan hasil
rekonstruksi/proses pengembangan nilai) menumbuhkan nilai-nilai karakter pada
diri mereka melalui berbagai kegiatan belajar yang terjadi di kelas pembelajaran,
lingkungan kampus, dan tugas-tugas di luar kampus.  

BAB III PENUTUP

22 | Makalah Mandiri
A. Kesimpulan
Penjabaran pelaksanaan pendidikan budaya dan karakter bangsa melalui
implementasi pembelajaran pendidikan karakter menggunakan pendekatan active
learning, dilakukan melalui berbagai kegiatan di kelas pembelajaran, lingkungan
kampus, tugas-tugas di luar kampus, dan masyarakat. Di kelas pembelajaran
dilaksanakan melalui proses belajar setiap pokok bahasan atau kegiatan yang
dirancang khusus. Setiap kegiatan belajar mengembangkan kemampuan dalam ranah
kognitif, afektif, dan psikomotor. Oleh karena itu tidak selalu diperlukan kegiatan
belajar khusus untuk mengembangkan nilai-nilai karakter sebagai penjabaran visi
tersebut. Meski pun demikian, untuk pengembangan nilai-nilai tertentu seperti kerja
keras, jujur, toleransi, disiplin, mandiri, semangat kebangsaan, cinta tanah air, dan
gemar membaca dapat dikembangkan melalui kegiatan belajar yang biasa dilakukan
dosen. Untuk pegembangan beberapa nilai lain seperti peduli sosial, peduli
lingkungan, rasa ingin tahu, dan kreatif memerlukan upaya pengkondisian sehingga
mahasiswa memiliki kesempatan untuk memunculkan perilaku yang menunjukkan
nilai tersebut.
Di sekolah melalui berbagai kegiatan yang diikuti seluruh siswa, guru dan staf sekolah
lainnya, direncanakan sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan ke kalender
akademik dan yang dilakukan sehari-hari sebagai bagian dari academic atmosphere.
Di luar kampus melalui kegiatan ekstra kurikuler dan kegiatan lain yang diikuti oleh
seluruh/sebagian mahasiswa, dirancang sejak awal tahun pelajaran, dan dimasukkan
ke dalam kalender akademik. Misalnya kunjungan ke tempat-tempat yang
menumbuhkan rasa cinta terhadap  tanah air, menumbuhkan semangat kebangsaan,
melakukan pengabdian masyarakat untuk menumbuhkan kepedulian dan
kesetiakawanan sosial seperti membantu mereka yang tertimpa musibah banjir,
memperbaiki atau membersihkan tempat-tempat umum, membantu
membersihkan/mengatur barang di tempat ibadah tertentu.
B. Saran

Saran terkait pendidikan budaya dan karakter bangsa :

23 | Makalah Mandiri
1. Untuk intasi pemerintah , dinas terkait diharapkan lebih memperbanyak
pelatihan-pelatihan bagaimana implementasi pendidikan budaya dan karakter di
sekolah untuk guru-guru bukan saja hanya untuk guru-guru model atau inti.
2. Demi tercapainya implementasi pendidikan budaya dan karakter bangsa,
diharapkan adanya saling punya rasa tanggung jawab baik pemerintah, intansi
atau lembaga pendidikan dan masyarakat luas terhadap anak didik kita yang
merupakan salah satu bagian dari obyek penerapan pendidikan karakter
tersebut.
3. Disamping peran pemerintah, lembaga pendidikan, tetapi peran serta
masyarakat juga dituntut ikut berpartisipasi dalam mensukseskan pendidikan
karakter ini.

24 | Makalah Mandiri
DAFTAR PUSTAKA

Kemendiknas (2010), Buku Panduan Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter


Bangsa. Jakarta, Kementerian Pendidikan Nasional Badan Penelitian Dan
Pengembangan Pusat Kurikulum

Haidaraufa (2011), Implementasi Pendidikan Karakter dan Aplikasinya dalam


Pembelajaran di Perguruan Tinggi Sebagai Model Rollout ALFHE di
Universitas Negeri Yogyakarta.

http://www.dikdas.kemdiknas.com, Pendidikan Karakter

http://www.muniryusuf.com, Pendidikan Karakter

http://dausnoera.wordpress., Pendidikan Karakter

25 | Makalah Mandiri

You might also like