You are on page 1of 10

Makalah

MAKALAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Abdul Majid
10561 2012 02

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2011
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt atas terselesainya makalah ini, selawat dan
salam tak lupa kami sanjungkan kepada Nabi.Muhammad Swa.

Makalah ini kami susun dengan tujuan agar memudahkan kita dalam proses belajar mengajar,
guna menambah wawasan bagi rerkan-rekan sehingga kita semua mampu untuk berfikir agar
menjadi lebih maju.

Terima kasih kepada Bapak selaku dosen pembimbing kami, terima kasih pula kepada rekan-
rekan yang telah berpartisipasi sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, demikian pula dengan makalah ini, masih jauh dari ke
sempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang dapat membangun tetap kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Penulis

 
BAB I

SISTEM POLITIK INDONESIA

1. A. SEJARAH SISTEM POLITIK INDONESIA

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun
dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan
analisis sistem agar lebih efektif. Dalam proses politik biasanya di dalamnya terdapat interaksi
fungsional yaitu proses aliran yang berputar menjaga eksistensinya. Sistem politik merupakan
sistem yang terbuka, karena sistem ini dikelilingi oleh lingkungan yang memiliki tantangan dan
tekanan.

Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari
sistem kepartaian, tetapi juga tidak bisa dilihat dari pendekatan tradisional dengan melakukan
proyeksi sejarah yang hanya berupa pemotretan sekilas. Pendekatan yang harus dilakukan
dengan pendekatan integratif yaitu pendekatan sistem, pelaku-saranan-tujuan dan pengambilan
keputusan.

Proses politik mengisyaratkan harus adanya kapabilitas sistem. Kapabilitas sistem adalah
kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan. Pandangan mengenai
keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar politik. Ahli politik
zaman klasik seperti Aristoteles dan Plato dan diikuti oleh teoritisi liberal abad ke-18 dan 19
melihat prestasi politik dikuru dari sudut moral. Sedangkan pada masa modern sekarang ahli
politik melihatnya dari tingkat prestasi (performance level) yaitu seberapa besar pengaruh
lingkungan dalam masyarakat, lingkungan luar masyarakat dan lingkungan internasional.

Pengaruh ini akan memunculkan perubahan politik. Adapun pelaku perubahan politik bisa dari
elit politik, atau dari kelompok infrastruktur politik dan dari lingkungan internasional.

Perubahan ini besaran maupun isi aliran berupa input dan output. Proes mengkonversi input
menjadi output dilakukan oleh penjaga gawang (gatekeeper).

Terdapat 5 kapabilitas yang menjadi penilaian prestasi sebuah sistem politik :

1. Kapabilitas Ekstraktif, yaitu kemampuan Sumber daya alam dan sumber daya manusia.
Kemampuan SDA biasanya masih bersifat potensial sampai kemudian digunakan secara
maksimal oleh pemerintah. Seperti pengelolaan minyak tanah, pertambangan yang ketika
datang para penanam modal domestik itu akan memberikan pemasukan bagi pemerintah
berupa pajak. Pajak inilah yang kemudian menghidupkan negara.
2. Kapabilitas Distributif. SDA yang dimiliki oleh masyarakat dan negara diolah
sedemikian rupa untuk dapat didistribusikan secara merata, misalkan seperti sembako
yang diharuskan dapat merata distribusinya keseluruh masyarakat. Demikian pula dengan
pajak sebagai pemasukan negara itu harus kembali didistribusikan dari pemerintah pusat
ke pemerintah daerah.
3. Kapabilitas Regulatif (pengaturan). Dalam menyelenggaran pengawasan tingkah laku
individu dan kelompok maka dibutuhkan adanya pengaturan. Regulasi individu sering
memunculkan benturan pendapat. Seperti ketika pemerintah membutuhkan maka
kemudian regulasi diperketat, hal ini mengakibatkan keterlibatan masyarakat terkekang.
4. Kapabilitas simbolik, artinya kemampuan pemerintah dalam berkreasi dan secara selektif
membuat kebijakan yang akan diterima oleh rakyat. Semakin diterima kebijakan yang
dibuat pemerintah maka semakin baik kapabilitas simbolik sistem.
5. Kapabilitas responsif, dalam proses politik terdapat hubungan antara input dan output,
output berupa kebijakan pemerintah sejauh mana dipengaruhi oleh masukan atau adanya
partisipasi masyarakat sebagai inputnya akan menjadi ukuran kapabilitas responsif.
6. kapabilitas dalam negeri dan internasional. Sebuah negara tidak bisa sendirian hidup
dalam dunia yang mengglobal saat ini, bahkan sekarang banyak negara yang memiliki
kapabilitas ekstraktif berupa perdagangan internasional. Minimal dalam kapabilitas
internasional ini negara kaya atau berkuasa (superpower) memberikan hibah (grants) dan
pinjaman (loan) kepada negara-negara berkembang.

Ada satu pendekatan lagi yang dibutuhkan dalam melihat proses politik yaitu pendekatan
pembangunan, yang terdiri dari 2 hal:

1. Pembangunan politik masyarakat berupa mobilisasi, partisipasi atau pertengahan. Gaya


agregasi kepentingan masyarakat ini bisa dilakukans ecara tawaran pragmatik seperti
yang digunakan di AS atau pengejaran nilai yang absolut seperti di Uni Sovyet atau
tradisionalistik.
2. Pembangunan politik pemerintah berupa stabilitas politik.

1. B. PROSES POLITIK DI INDONESIA

Sejarah Sistem politik Indonesia dilihat dari proses politiknya bisa dilihat dari masa-masa berikut
ini:

v             Masa prakolonial

v             Masa kolonial (penjajahan)

v             Masa Demokrasi Liberal

v             Masa Demokrasi terpimpin

v             Masa Demokrasi Pancasila

v             Masa Reformasi

Masing-masing masa tersebut kemudian dianalisis secara sistematis dari aspek :

 Penyaluran tuntutan
 Pemeliharaan nilai
 Kapabilitas
 Integrasi vertikal
 Integrasi horizontal
 Gaya politik
 Kepemimpinan
 Partisipasi massa
 Keterlibatan militer
 Aparat negara
 Stabilitas

Bila diuraikan kembali maka diperoleh analisis sebagai berikut :

           Masa prakolonial (Kerajaan)

           Penyaluran tuntutan – rendah dan terpenuhi

           Pemeliharaan nilai – disesuikan dengan penguasa atau pemenang peperangan

           Kapabilitas – SDA melimpah

           Integrasi vertikal – atas bawah

           Integrasi horizontal – nampak hanya sesama penguasa kerajaan

           Gaya politik – kerajaan

           Kepemimpinan – raja, pangeran dan keluarga kerajaan

           Partisipasi massa – sangat rendah

           Keterlibatan militer – sangat kuat karena berkaitan dengan perang

           Aparat negara – loyal kepada kerajaan dan raja yang memerintah

           Stabilitas – stabil dimasa aman dan instabil dimasa perang

           Masa kolonial (penjajahan)

           Penyaluran tuntutan – rendah dan tidak terpenuhi

           Pemeliharaan nilai – sering terjadi pelanggaran ham

           Kapabilitas – melimpah tapi dikeruk bagi kepentingan penjajah

           Integrasi vertikal – atas bawah tidak harmonis


           Integrasi horizontal – harmonis dengan sesama penjajah atau elit pribumi

           Gaya politik – penjajahan, politik belah bambu (memecah belah)

           Kepemimpinan – dari penjajah dan elit pribumi yang diperalat

           Partisipasi massa – sangat rendah bahkan tidak ada

           Keterlibatan militer – sangat besar

           Aparat negara – loyal kepada penjajah

           Stabil tapi dalam kondisi mudah pecah

           Masa Demokrasi Liberal

           Penyaluran tuntutan – tinggi tapi sistem belum memadani

           Pemeliharaan nilai – penghargaan HAM tinggi

           Kapabilitas – baru sebagian yang dipergunakan, kebanyakan masih potensial

           Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas

           Integrasi horizontal- disintegrasi, muncul solidarity makers dan administrator

           Gaya politik – ideologis

           Kepemimpinan – angkatan sumpah pemuda tahun 1928

           Partisipasi massa – sangat tinggi, bahkan muncul kudeta

           Keterlibatan militer – militer dikuasai oleh sipil

           Aparat negara – loyak kepada kepentingan kelompok atau partai

           Masa Demokrasi terpimpin

           Penyaluran tuntutan – tinggi tapi tidak tersalurkan karena adanya Front nas

           Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM rendah

           Kapabilitas – abstrak, distributif dan simbolik, ekonomi tidak maju

           Integrasi vertikal – atas bawah


           Integrasi horizontal – berperan solidarity makers,

           Gaya politik – ideolog, nasakom

           Kepemimpinan – tokoh kharismatik dan paternalistik

           Partisipasi massa – dibatasi

           Keterlibatan militer – militer masuk ke pemerintahan

           Aparat negara – loyal kepada negara

           Masa Demokrasi Pancasila

           Penyaluran tuntutan – awalnya seimbang kemudian tidak terpenuhi karena fusi

           Pemeliharaan nilai – terjadi Pelanggaran HAM tapi ada pengakuan HAM

           Kapabilitas – sistem terbuka

           Integrasi vertikal – atas bawah

           Integrasi horizontal – nampak

           Gaya politik – intelek, pragmatik, konsep pembangunan

           Kepemimpinan – teknokrat dan ABRI

           Partisipasi massa – awalnya bebas terbatas, kemudian lebih banyak dibatasi

           Keterlibatan militer – merajalela dengan konsep dwifungsi ABRI

           Aparat negara – loyal kepada pemerintah (Golkar)

           Stabilitas stabil

           Masa Reformasi

           Penyaluran tuntutan – tinggi dan terpenuhi

           Pemeliharaan nilai – Penghormatan HAM tinggi

           Kapabilitas –disesuaikan dengan Otonomi daerah

           Integrasi vertikal – dua arah, atas bawah dan bawah atas
           Integrasi horizontal – nampak, muncul kebebasan (euforia)

           Gaya politik – pragmatik

           Kepemimpinan – sipil, purnawiranan, politisi

           Partisipasi massa – tinggi

           Keterlibatan militer – dibatasi

           Aparat negara – harus loyal kepada negara bukan pemerintah


BAB II

PENUTUP

1. KESIMPULAN

Sejarah Sistem Politik Indonesia bisa dilihat dari proses politik yang terjadi di dalamnya. Namun
dalam menguraikannya tidak cukup sekedar melihat sejarah Bangsa Indonesia tapi diperlukan
analisis sistem agar lebih efektif.

Dalam melakukan analisis sistem bisa dengan pendekatan satu segi pandangan saja seperti dari
sistem kepartaian.

Kapabilitas sistem adalah kemampuan sistem untuk menghadapi kenyataan dan tantangan.
Pandangan mengenai keberhasilan dalam menghadapi tantangan ini berbeda diantara para pakar
politik.

1. KRITIK DAN SARAN

Bagi para pembaca dan rekan-rekan yang lainnya, jika ingin menambah wawasan dan ingin
mengetahui lebih jauh, maka penulis mengharapkan dengan rendah hati agar lebih membaca
buku-buku ilmiah dan buku-buku lainnya yang berkaitan dengan judul “ SISTEM POLITIK
INDONESI ”.

Kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi perbaikan dan
kesempurnaan Makalah kami.

Jadikanlah makalah ini sebagai sarana yang dapat mendorong para mahasiswa/i berfikir aktif dan
kreatif.

 
DAFTAR PUSTAKA

Mata Kuliah yang disajikan oleh Penulis, mengasisteni Dr. Fisher Zulkarnaen, M.Sc. Berisi
ringkasan materi dan informasi nilai yang diperoleh mahasiswa.

Name: Uwes Fatoni

Location: Bandung, Jawa Barat, Indonesia

Staf Pengajar Fakultas Dakwah UIN SGD Bandung sejak tahun 2002. di kutip dan di edit
seperlunya dari internet pada tanggal 12 Desember 2008.

You might also like