Professional Documents
Culture Documents
OLEH :
091.0611.093 Tri Candra Pamungkas
091.0611.047 Sandy Muslim
091.0611.052 Hery Purnomo
091.0611.064 Herdiany Saputri
091.0611.069 Muchammat Farchan
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................... ...........ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................................1
BAB II ASAL MULA PENGGUNAAN PETASAN DALAM UPACARA ADAT SUKU
BETAWI..............................................................................................................................2
BAB III HUKUM POSITIF INDONESIA MENGENAI PENGGUNAAN
PETASAN...........................................................................................................................4
BAB IV ANALISA TERHADAP MASALAH..................................................................5
KESIMPULAN...................................................................................................................6
PENUTUP...........................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................8
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem nilai budaya merupakan tingkat yang paling tinggi dari adat istiadat. Hal
itu disebabkan karena nilai budaya merupaka konsep-konsep mengenai sesuatu yang ada
dalam alam pikiran sebagian besar masyarakat yang mereka anggap bernilai, berharga,
dan penting dalam hidup. Sehingga dapat berfungsi sebagai suatu pedoman yang
memberi arah dan orientasi pada kehidupan para warga masyarakat itu sendiri.
Walaupun niali budaya berfungsi sebagai pedoman hidup manusia dalam
masyarakat, tetapi sebagai konsep, suatu nilai budaya itu bersifat sangat umum,
mempunyai ruang lingkup yang sangat luas, dan biasanya sulit diterangkan secara
rasional dan nyata. Namun, justru karena sifatnya yang umum, luas, dan tidak konkret itu,
maka nilai-nilai budaya dalam satu kebudayaan berada dalam daerah emosional dari alam
jiwa para individu yang menjadi warga dan kebudayaan yang bersangkutan.
Selain itu, para individu tersebut sejak kecil telah diresapi dengan nilai budaya
yang hidup dalam masyarakatnya sehingga konsep-konsep itu sejak lama berakar dalam
alam jiwa mereka. Itulah sebabnya nilai-nilai budaya dalam satu kebudayaan tidak dapat
diganti dengan nilai-nilai budaya yang lain dalam waktu yang singkat.
1
BAB II
ASAL MULA PENGGUNAAN PETASAN DALAM UPACARA ADAT
SUKU BETAWI
3
BAB III
HUKUM POSITIF INDONESIA TERHADAP PENGGUNAAN
PETASAN
Petasan adalah salah satu bahan peledak kimia berdaya ledak rendah (low
explosive). Bahan peledak ini berdaya ledak rendah dan punya kecepatan detonasi antara
400-800 meter per detik. Bandingkan dengan bahan peledak berdaya kuat (high
explosive) yang punya kecepatan detonasi antara 1.000-8.500 meter per detik.
Masalah petasan telah dilarang pemerintah. UU Darurat No 12 Tahun 1951, dan Pasal
187 Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), mengancam orang-orang yang
melanggar seperti membuat, menjual, menyimpan, mengangkut petasan yang tidak sesuai
standar. Dapat dikenakan sanksi kurungan maksimal 12 tahun.
4
BAB IV
ANALISA TERHADAP MASALAH
Petasan dalam upacara adat betawi digunakan pada saat-saat tertentu, misalnya
pada upacara perkawinan dan khitanan. Petasan tersebut memiliki arti simbolis sebagai
alat berkomunikasi. Dimana petasan dibunyikan sebagai tanda bahwa, upacara adat akan
segera dimulai dan juga memberi tahu masyarakat banyak bahwa ada sebuah pesta
perkawinan atau khitanan yang diadakan oleh sebuah keluarga betawi. Pada masa lalu
jarak antar rumah satu dengan rumah yang lain berjauhan. Sehingga masyarakat betawi
menggunakan petasan sebagai alat komunikasi yang cepat. Banyaknya petasan yang
dibunyikan dalam sebuah pesta juga menunjukkan status sosial seseorang didalam
masyarakat betawi.
Menurut analisa kami, penggunaan petasan dalam upacara adat masyarakat betawi
dapat diperbolehkan. Selama penggunaannya sesuai dengan aturan yang berlaku dalam
hukum adat betawi dan tidak disalahgunakan sehingga membahayakan orang lain.
Apabila penggunaannya disalahgunakan, maka pelaku dapat dijerat hukum yang berlaku
di negara Republik Indonesia.
Peran masyarakat pada umumnya juga diharapkan dapat turut mengontrol
peredaran petasan. Sehingga petasan itu tidak disalahgunakan. Pada dasarnya nilai-nilai
budaya dalam sebuah masyarakat adat, tidak dapat dengan mudah dihapuskan. Sebab
nilai budaya itu telah ditanamkan sejak kecil, dari satu generasi ke generasi yang lain.
5
KESIMPULAN
6
PENUTUP
Demikian makalah yang dapat kami sampaikan. Diharapkan makalah ini dapat
memberikan manfaat, khususnya untuk kami sebagai penulis dan kita semua pada
umumnya. Namun makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, untuk itu dibutuhkan
kritik serta saran yang dapat membangun makalah ini sehingga dapat lebih baik lagi di
kemudian hari. Akhir kata, kami memohon maaf atas kesalahan yang mungkin terdapat
dalam makalah ini.
7
DAFTAR PUSTAKA
Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta: hal. 153
http://www.kampungbetawi.com/sohibul.php