Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
bertujuan memandirikan individu dalam menavigasi perjalanan
hidupnya melalui pengambilan keputusan tentang pendidikan
termasuk yang terkait dengan keperluan untuk memilih, meraih
serta mempertahankan karir untuk mewujudkan kehidupan
yang produktif dan sejahtera, serta untuk menjadi warga
masyarakat yang peduli kemaslahatan umum melalui
pendidikan”.
B. Rumusan Masalah
2
C. Tujuan
D . Manfaat
3
BAB. II
4
menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan
sosial dan industrial yang harmonis, dinamis, berkeadilan
dan bermartabat.
c. Pengembangan kemampuan belajar, yaitu bidang
pelayanan yang membantu peserta didik
mengembangkan kemampuan belajar untuk mengikuti
pendidikan sekolah/madrasah secara mandiri.
d. Pengembangan karir, yaitu bidang pelayanan yang
membantu peserta didik dalam memahami dan menilai
informasi, serta memilih dan mengambil keputusan karir.
5
4. Layanan penguasaan konten, yaitu layanan yang
membantu peserta didik menguasai konten tertentu,
terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna
dalam kehidupan di sekolah/madrasah, keluarga, industri
dan masyarakat.
5. Layanan konseling perorangan, yaitu layanan yang
membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah
pribadinya.
6. Layanan bimbingan kelompok, yaitu layanan yang
membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi,
kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar,
karir/jabatan, dan pengambilan keputusan, serta
melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.
7. Layanan konseling kelompok, yaitu layanan yang
membantu peserta didik dalam pembahasan dan
pengentasan masalah pribadi melalui dinamika kelompok.
8. Layanan konsultasi, yaitu layanan yang membantu
peserta didik dan atau pihak lain dalam memperoleh
wawasan, pemahaman, dan cara-cara yang perlu
dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah
peserta didik
9. Layanan mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta
didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki
hubungan antar mereka.
6
b. Kegiatan-kegiatan tersebut didukung oleh:
7
C. Beban Kerja Minimum Guru Bimbingan dan Konseling/
Konselor
8
b. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas
bimbingan dan konseling paling sedikit 40 (empat puluh)
dan paling banyak 60 guru BK.
c. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling
adalah sebagai berikut.
9
• Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling
(RKBK) merupakan penjabaran dari program semester
yang lebih rinci dan sistematis sesuai dengan
aspek/masalah prioritas yang harus segera dilakukan
kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK ini diperkirakan
berlangsung 1 (satu) minggu.
• Program tahunan, program semester, dan RKBK
sekurang-kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan,
indikator keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik
supervisi), skenario kegiatan, sumberdaya yang
diperlukan, penilaian dan instrumen pengawasan.
10
c. Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
11
• Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara
baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses
pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan
profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui
workshop, seminar, observasi, individual dan group
conference.
12
Dilihat dari jenisnya, program Bimbingan dan Konseling terdiri 5
(lima) jenis program, yaitu:
13
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan Kegiatan
14
keteladanan. Program pelayanan Bimbingan dan Konseling
yang direncanakan dalam bentuk SATLAN dan SATKUNG
dilaksanakan sesuai dengan sasaran, substansi, jenis kegiatan,
waktu, tempat, dan pihak-pihak yang terkait.
15
kelas. Satu kali kegiatan layanan/pendukung Bimbingan dan
Konseling di luar kelas/di luar jam pembelajaran ekuivalen
dengan 2 (dua) jam pembelajaran tatap muka dalam kelas.
Kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling di luar jam
pembelajaran sekolah/madrasah maksimum 50% dari seluruh
kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling, diketahui dan
dilaporkan kepada pimpinan sekolah/madrasah. Setiap
kegiatan pelayanan Bimbingan dan Konseling dicatat dalam
laporan pelaksanaan program (LAPELPROG)..
3. Penilaian Kegiatan
16
semester) setelah satu atau beberapa layanan dan
kegiatan pendukung Bimbingan dan Konseling
diselenggarakan untuk mengetahui lebih jauh dampak
layanan dan atau kegiatan pendukung Bimbingan dan
Konseling terhadap peserta didik.
1. Pengertian
18
bagaimana cara terbaik agar siswa tersebut bisa sembuh dari
ketergantungan narkoba.
2. Tujuan
3. Prosedur
19
insiatif guru, wali kelas atau konselor itu sendiri. Mereka
yang diundang adalah orang-orang yang memiliki
pengaruh kuat atas permasalahan dihadapi siswa
(konseli) dan mereka yang dipandang memiliki keahlian
tertentu terkait dengan permasalahan yang dihadapi
siswa (konseli), seperti: orang tua, wakil kepala sekolah,
guru tertentu yang memiliki kepentingan dengan masalah
siswa (konseli), wali kelas, dan bila perlu dapat
menghadirkan ahli dari luar yang berkepentingan dengan
masalah siswa (konseli), seperti: psikolog, dokter, polisi,
dan ahli lain yang terkait.
b. Pada saat awal pertemuan konferensi kasus, kepala
sekolah atau konselor membuka acara pertemuan
dengan menyampaikan maksud dan tujuan dilaksanakan
konferensi kasus dan permintaan komitmen dari para
peserta untuk membantu mengentaskan masalah yang
dihadapi siswa (konseli), serta menyampaikan pentingnya
pemenuhan asas–asas dalam bimbingan dan konseling,
khususnya asas kerahasiaan.
c. Guru atau konselor menampilkan dan mendekripsikan
permasalahan yang dihadapi siswa (konseli). Dalam
mendekripsikan masalah siswa (konseli), seyogyanya
terlebih dahulu disampaikan tentang hal-hal positif dari
siswa (konseli), misalkan tentang potensi, sikap, dan
perilaku positif yang dimiliki siswa (konseli), sehingga
para peserta bisa melihat hal-hal positif dari siswa
(konseli) yang bersangkutan. Selanjutnya, disampaikan
berbagai gejala dan permasalahan siswa (konseli) dan
20
data/informasi lainnya tentang siswa (konseli) yang sudah
terindentifikasi/terinventarisasi, serta upaya-upaya
pengentasan yang telah dilakukan sebelumnya.
d. Setelah pemaparan masalah siswa (konseli), selanjutnya
para peserta lain mendiskusikan dan dimintai tanggapan,
masukan, dan konstribusi persetujuan atau penerimaan
tugas dan peran masing-masing dalam rangka
pengentasan/remedial atas masalah yang dihadapi siswa
(konseli)
e. Setelah berdiskusi atau mungkin juga berdebat, maka
selanjutnya konferensi menyimpulkan beberapa
rekomendas/keputusan berupa alternatif-alternatif untuk
dipertimbangkan oleh konselor, para peserta, dan siswa
(konseli) yang bersangkutan, untuk mengambil langkah-
langkah penting berikutnya dalam rangka pengentasan
masalah siswa (konseli).
21
menyebut nama siswa (konseli) yang bersangkutan,
tetapi dengan menggunakan kode yang dipahami
bersama.
d. Dalam kondisi apa pun, kepentingan siswa (konseli)
harus diletakkan di atas segala kepentingan lainnya.
e. Peserta konferensi kasus menyadari akan tugas dan
peran serta batas-batas kewenangan profesionalnya.
f. Keputusan yang diambil dalam konferensi kasus
berdasarkan pertimbangan-pertimbangan rasional,
dengan tetap tidak melupakan aspek-aspek emosional,
terutama hal-hal yang berkenaan dengan orang tua siswa
(konseli) yang bersangkutan
g. Setiap proses dan hasil konferensi kasus dicatat dan
diadminsitrasikan secara tertib.
22
terbilang cerdas diantara teman-teman yang lain sehingga
wajar jika bisa diterima di SMU favorit. Sejak diterima di SMU
favorit di satu fihak Lia bangga sebagai anak desa toh bisa
diterima, tetapi di lain fihak mulai minder dengan teman-
temannya yang sebagian besar dari keluarga kaya dengan pola
pergaulan yang begitu beda dengan latar belakang Lia. Ia
menganggap teman-teman dari keluarga kaya tersebut sebagai
orang yang egois, kurang bersahabat, pilih-pilih teman yang
sama-sama dari keluarga kaya saja, dan sombong. Makin lama
perasaan ditolak, terisolik, dan kesepian makin mencekam dan
mulai timbul sikap dan anggapan sekolahnya itu bukan untuk
dirinya tidak krasan, tetapi mau keluar malu dengan orang tua
dan temannya sekampung; terus bertahan, susah tak
ada/punya teman yang peduli. Dasar saya anak desa, anak
miskin (dibanding teman-temannya di kota) hujatnya pada diri
sendiri. Akhirnya benar-benar menjadi anak minder, pemalu
dan serta ragu dan takut bergaul sebagaimana mestinya. Makin
lama nilainya makin jatuh sehingga beban pikiran dan perasaan
makin berat, sampai-sampai ragu apakah bisa naik kelas atau
tidak.
23
tidak segera memperoleh apa yang diinginkannya. Akibatnya
berpikir kekanak-kanakan (sebagai hal yang manunusiawi)
seluruh kehidupannya, akhirnya hanya kesulitan yang luar
biasa besar mampu mencapai dan memelihara tingkah laku
yang realistis dan dewasa; selain itu manusia juga mempunyai
kecenderungan untuk melebih-lebihkan pentingnya penerimaan
orang lain yang justru menyebabkan emosinya tidak
sewajarnya seringkali menyalahkan dirinya sendiri dengan
cara-cara pembawaannya itu dan cara-cara merusak diri yang
diperolehnya. Berpikir dan merasa itu sangat dekat dan dengan
satu sama lainnya : pikiran dapat menjadi perasaan dan
sebaliknya; Apa yang dipikirkan dan atau apa yang dirasakan
atas sesuatu kejadian diwujudkan dalam tindakan/perilaku
rasional atau irasional. Bagaimana tindakan/perilaku itu sangat
mudah dipengaruhi oleh orang lain dan dorongan-doronan yang
kuat untuk mempertahankan diri dan memuaskan diri sekalipun
irasional.
24
dilingkungan saya harus menyenangi saya, kalau ada yang
tidak senang terhadap saya itu berarti malapetaka bagi saya.
Itu berarti salah saya, karena saya tak berharga, tak seperti
orang/teman-teman lainnya. Saya pantas menderita karena
semuanya itu.
25
BAB. III
KESIMPULAN
26