You are on page 1of 27

Hukum Perikatan/ Perjanjian

Perjanjian adalah salah satu bagian terpenting dari hukum perdata.


Sebagaimana diatur dalam buku III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata. Di
dalamnya diterangkan mengenai perjanjian, termasuk di dalamnya perjanjian
khusus yang dikenal oleh masyarakat seperti perjanjian jual beli, perjanjian sewa
menyewa,dan perjanjian pinjam-meminjam.
Perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang
berdasarkan mana yang satu berhak menuntut hal dari pihak lain dan pihak lain
berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada orang
lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

Pengertian perjanjian secara umum adalah suatu peristiwa dimana


seorang berjanji kepada seorang lainnya atau dimana dua orang itu saling
berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. Dari peristiwa itulah maka timbul suatu
hubungan antara dua orang tersebut yang dinamakan perikatan. Dalam
bentuknya, perjanjian merupakan suatu rangkaian perkataan yang mengandung
janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Sedangkan definisi dari
perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak yang
lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan Perikatan
adalah suatu pengertian yang abstrak, sedangkan perjanjian adalah suatu hal
yang konkret atau suatu peristiwa.

Perikatan, lahir karena suatu persetujuan atau karena undang-undang.


Semua persetujuan yang dibuat sesuai dengan undang-undang berlaku sebagai
undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat
ditarik kembali selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena
alasan-alasan yang ditentukan oleh undang-undang. Persetujuan harus
dilaksanakan dengan itikad baik yaitu keinginan subyek hukum untuk berbuat
sesuatu, kemudian mereka mengadakan negosiasi dengan pihak lain, dan sudah
barang tentu keinginan itu sesuatu yang baik. Itikad baik yang sudah mendapat
kesepakatan terdapat dalam isi perjanjian untuk ditaati oleh kedua belah pihak
sebagai suatu peraturan bersama. Isi perjanjian ini disebut prestasi yang berupa
penyerahan suatu barang, melakukan suatu perbuatan, dan tidak melakukan
suatu perbuatan.
Supaya terjadi persetujuan yang sah, perlu dipenuhi 4 syarat:
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.
3. Suatu pokok persoalan tertentu.
4. Suatu sebab yang tidak terlarang.

Dua syarat pertama disebut juga dengan syarat subyektif, sedangkan


syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif. Dalam hal tidak
terpenuhinya unsur pertama (kesepakatan) dan unsur kedua (kecakapan) maka

Ahde08/gts 1
kontrak tersebut dapat dibatalkan. Sedangkan apabila tidak terpenuhinya unsur
ketiga (suatu hal tertentu) dan unsur keempat (suatu sebab yang halal) maka
kontrak tersebut adalah batal demi hukum.

Suatu persetujuan tidak hanya mengikat apa yang dengan tegas


ditentukan di dalamnya melainkan juga segala sesuatu yang menurut sifatnya
persetujuan dituntut berdasarkan keadilan, kebiasaan atau undang-undang.
Syarat-syarat yang selalu diperjanjikan menurut kebiasaan, harus dianggap telah
termasuk dalam suatu persetujuan, walaupun tidak dengan tegas dimasukkan di
dalamnya.
Menurut ajaran yang lazim dianut sekarang, perjanjian harus dianggap
lahir pada saat pihak yang melakukan penawaran (offerte) menerima jawaban
yang termaktub dalam surat tersebut, sebab detik itulah yang dapat dianggap
sebagai detik lahirnya kesepakatan. Walaupun kemudian mungkin yang
bersangkutan tidak membuka surat itu, adalah menjadi tanggungannya sendiri.
Sepantasnyalah yang bersangkutan membaca surat-surat yang diterimanya
dalam waktu yang sesingkat-singkatnya, karena perjanjian sudah lahir.
Perjanjian yang sudah lahir tidak dapat ditarik kembali tanpa izin pihak lawan.
Saat atau detik lahirnya perjanjian adalah penting untuk diketahui dan
ditetapkan, berhubung adakalanya terjadi suatu perubahan undang-undang atau
peraturan yang mempengaruhi nasib perjanjian tersebut, misalnya dalam
pelaksanaannya atau masalah beralihnya suatu risiko dalam suatu peijanjian jual
beli.

Tempat tinggal (domisili) pihak yang mengadakan penawaran (offerte) itu


berlaku sebagai tempat lahirnya atau ditutupnya perjanjian. Tempat inipun
menjadi hal yang penting untuk menetapkan hukum manakah yang akan
berlaku.
Dalam hukum pembuktian ini, alat-alat bukti dalam perkara perdata terdiri
dari: bukti tulisan, bukti saksi-saksi, persangkaan-persangkaan, pengakuan dan
bukti sumpah.
Perjanjian harus ada kata sepakat kedua belah pihak karena perjanjian
merupakan perbuatan hukum bersegi dua atau jamak. Perjanjian adalah
perbuatan-perbuatan yang untuk terjadinya disyaratkan adanya kata sepakat
antara dua orang atau lebih, jadi merupakan persetujuan. Keharusan adanya
kata sepakat dalam hukum perjanjian ini dikenal dengan asas konsensualisme.
asas ini adalah pada dasarnya perjanjian dan perikatan yang timbul karenanya
sudah dilahirkan sejak detik tercapainya kata sepakat.
Syarat pertama di atas menunjukkan kata sepakat, maka dengan kata-
kata itu perjanjian sudah sah mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Untuk
membuktikan kata sepakat ada kalanya dibuat akte baik autentik maupun tidak,
tetapi tanpa itupun sebetulnya sudah terjadi perjanjian, hanya saja perjanjian
yang dibuat dengan akte autentik telah memenuhi persyaratan formil.
Subyek hukum atau pribadi yang menjadi pihak-pihak dalam perjanjian
atau wali/kuasa hukumnya pada saat terjadinya perjanjian dengan kata sepakat
itu dikenal dengan asas kepribadian. Dalam praktek, para pihak tersebut lebih

Ahde08/gts 2
sering disebut sebagai debitur dan kreditur. Debitur adalah yang berhutang atau
yang berkewajiban mengembalikan, atau menyerahkan, atau melakukan
sesuatu, atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan kreditur adalah pihak yang
berhak menagih atau meminta kembali barang, atau menuntut sesuatu untuk
dilaksanakan atau tidak dilaksanakan.
Berdasar kesepakatan pula, bahwa perjanjian itu dimungkinkan tidak
hanya mengikat diri dari orang yang melakukan perjanjian saja tetapi juga
mengikat orang lain atau pihak ketiga, perjanjian garansi termasuk perjanjian
yang mengikat pihak ketiga .
Causa dalam hukum perjanjian adalah isi dan tujuan suatu perjanjian
yang menyebabkan adanya perjanjian itu. Berangkat dari causa ini maka yang
harus diperhatikan adalah apa yang menjadi isi dan tujuan sehingga perjanjian
tersebut dapat dinyatakan sah. Yang dimaksud dengan causa dalam hukum
perjanjian adalah suatu sebab yang halal. Pada saat terjadinya kesepakatan
untuk menyerahkan suatu barang, maka barang yang akan diserahkan itu harus
halal, atau perbuatan yang dijanjikan untuk dilakukan itu harus halal. Jadi setiap
perjanjian pasti mempunyai causa, dan causa tersebut haruslah halal. Jika
causanya palsu maka persetujuan itu tidak mempunyai kekuatan. Isi perjanjian
yang dilarang atau bertentangan dengan undang-undang atau dengan kata lain
tidak halal, dapat dilacak dari peraturan perundang-undangan, yang biasanya
berupa pelanggaran atau kejahatan yang merugikan pihak lain sehingga bisa
dituntut baik secara perdata maupun pidana. Adapun isi perjanjian yang
bertentangan dengan kesusilaan cukap sukar ditentukan, sebab hal ini berkaitan
dengan kebiasaan suatu masyarakat sedangkan masing-masing kelompok
masyarakat mempunyai tata tertib kesusilaan yang berbeda-beda.
Secara mendasar perjanjian dibedakan menurut sifat yaitu :
1. Perjanjian Konsensuil
Adalah perjanjian dimana adanya kata sepakat antara para pihak saja,
sudah cukup untuk timbulnya perjanjian.
2. Perjanjian Riil
Adalah perjanjian yang baru terjadi kalau barang yang menjadi pokok
perjanjian telah diserahkan.
3. Perjanjian Formil
Adalah perjanjian di samping sepakat juga penuangan dalam suatu
bentuk atau disertai formalitas tertentu.

Perikatan hapus:
1. pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
3. pembaruan utang
4. perjumpaan utang atau kompensasi
5. percampuran utang, karena pembebasan utang, karena musnahnya
barang yang terutang
6. kebatalan atau pembatalan
7. berlakunya suatu syarat pembatalan, karena lewat waktu.

Ahde08/gts 3
Tiap perikatan dapat dipenuhi oleh siapa pun yang berkepentingan,
seperti orang yang turut berutang atau penanggung utang. Suatu perikatan
bahkan dapat dipenuhi oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan, asal pihak
ketiga itu bertindak atas nama dan untuk melunasi utang debitur, atau asal ia
tidak mengambil alih hak-hak kreditur sebagai pengganti jika ia bertindak atas
namanya sendiri.

Jika kreditur menolak pembayaran, maka debitur dapat melakukan


penawaran pembayaran tunai atas apa yang harus dibayarnya; dan jika kreditur
juga menolaknya, maka debitur dapat menitipkan uang atau barangnya kepada
pengadilan. Penawaran demikian, yang diikuti dengan penitipan, membebaskan
debitur dan berlaku baginya sebagai pembayaran, asal penawaran itu dilakukan
menurut undang-undang; sedangkan apa yang dititipkan secara demikian adalah
atas tanggungan kreditur.

Ada tiga macam jalan untuk melaksanakan pembaharuan utang:

1. bila seorang debitur membuat suatu perikatan utang baru untuk


kepentingan kreditur yang menggantikan utang lama.

2. bila seorang debitur baru ditunjuk untuk menggantikan debitur lama.

3. bila sebagai akibat suatu persetujuan baru seorang kreditur baru


ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama.

Pembaharuan utang hanya dapat dilakukan antara orang-orang yang


cakap untuk mengadakan perikatan.

Jika dua orang saling berutang, maka terjadilah antara mereka suatu
perjumpaan utang, yang menghapuskan utang-utang kedua orang tersebut .
Perjumpaan terjadi demi hukum, bahkan tanpa setahu debitur, dan kedua utang
itu saling menghapuskan pada saat utang itu bersama-sama ada, bertimbal-balik
untuk jumlah yang sama.

Bila kedudukan sebagai kreditur dan debitur berkumpul pada satu orang,
maka terjadilah demi hukum suatu percampuran utang, dan oleh sebab itu
piutang dihapuskan. Percampuran utang yang terjadi pada debitur utama berlaku
juga untuk keuntungan para penanggung utangnya. Percampuran yang terjadi
pada diri si penanggung utang, sekali-kali tidak.

Pembebasan suatu utang tidak dapat hanya diduga-duga, melainkan


harus dibuktikan. Pengembalian sepucuk surat piutang di bawah tangan yang
asli secara sukarela oleh kreditur kepada debitur, merupakan suatu bukti tentang
pembebasan utangnya, bahkan juga terhadap orang-orang lain yang turut
berutang secara tanggung-menanggung.

Ahde08/gts 4
Jika barang tertentu yang menjadi pokok suatu persetujuan musnah, tak
dapat diperdagangkan, atau hilang hingga tak diketahui sama sekali apakah
barang itu masih ada atau tidak, maka hapuslah perikatannya, asal barang itu
musnah atau hilang di luar kesalahan debitur dan sebelum ia lalai
menyerahkannya.

Semua perikatan yang dibuat oleh anak-anak yang belum dewasa atau
orang-orang yang berada di bawah pengampuan adalah batal demi hukum, dan
atas tuntutan yang diajukan oleh atau dari pihak mereka, harus dinyatakan batal,
semata-mata atas dasar kebelumdewasaan atau pengampuannya. Perikatan
yang dibuat oleh perempuan yang bersuami dan oleh anak-anak yang belum
dewasa yang telah disamakan dengan orang dewasa, tidak batal demi hukum,
sejauh perikatan tersebut tidak melampaui batas kekuasaan mereka.

Ahde08/gts 5
HUKUM DAGANG

Hukum dagang adalah aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan


orang yang satu dan lainnya dalam bidang perniagaan. Hukum dagang adalah
hukum perdata khusus, KUH Perdata merupakan lex generalis (hukum umum),
sedangkan KUHD merupakan lex specialis (hukum khusus). Dalam
hubungannya dengan hal tersebut berlaku adagium lex specialis derogate lex
generalis (hukum khusus mengesampingkan hukum umum). Khusus untuk
bidang perdagangan, Kitab undang-undang hukum dagang (KUHD) dipakai
sebagai acuan. Isi KUHD berkaitan erat dengan KUHPerdata, khususnya Buku
III. Bisa dikatakan KUHD adalah bagian khusus dari KUHPerdata.
KUHD lahir bersama KUH Perdata yaitu tahun 1847 di Negara Belanda,
berdasarkan asas konkordansi juga diberlakukan di Hindia Belanda. Setelah
Indonesia merdeka berdasarkan ketentuan pasal II Aturan Peralihan UUD 1945
kedua kitab tersebut berlaku di Indonesia. KUHD terdiri atas 2 buku, buku I
berjudul perdagangan pada umumnya, buku II berjudul Hak dan Kewajiban yang
timbul karena perhubungan kapal.
Hukum Dagang di Indonesia bersumber pada :
1. hukum tertulis yang dikodifikasi yaitu :
a. KUHD
b. KUH Perdata
2. hukum tertulis yang tidak dikodifikasi, yaitu peraturan perundangan
khusus yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan
perdagangan, misal UU Hak Cipta.

Materi-materi hukum dagang dalam beberapa bagian telah diatur dalam


KUH Perdata yaitu tentang Perikatan, seperti jual-beli,sewa-menyewa, pinjam-
meminjam. Secara khusus materi hukum dagang yang belum atau tidak diatur
dalam KUHD dan KUH Perdata, ternyata dapat ditemukan dalam berbagai
peraturan khusus yang belum dikodifikasi seperti tentang koperasi, perusahaan
negara, hak cipta dll.
Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini
dapat dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam
satu kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum
dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal
perniagaan.

Bentuk-bentuk Perusahaan
Dalam suatu usaha swasta, modal usahanya dimiliki seluruhnya atau
sebagian besar oleh pihak swasta. Usaha swasta ini dilihat dari besar kecilnya
skala usaha terdiri dari usaha kecil, usaha menengah, dan usaha besar. Usaha
swasta jumlahnya paling banyak jika dibandingkan dengan usaha negara dan
usaha koperasi. Oleh karena itu, perannya cukup besar di dalam perekonomian
nasional.

Ahde08/gts 6
Usaha swasta dapat dibagi ke dalam beberapa bentuk usaha/organisasi
perusahaan, yaitu :

1. Perusahaan Perorangan/Usaha Dagang (UD)

a. Pengertian
Perusahaan Perorangan/Usaha Dagang (UD) yang merupakan bentuk
usaha paling sederhana adalah usaha swasta yang pengusahanya satu orang.
Yang dimaksud dengan pengusaha di sini adalah pemilik perusahaan. Modal
atau investasi yang dimaksud dapat berupa uang, benda, atau tenaga (keahlian),
yang semuanya bernilai uang.
Kemungkinan, bahkan sering terjadi, di dalam operasionalnya sebuah
perusahaaan perorangan melibatkan banyak orang. Orang-orang tersebut
merupakan pekerja atau buruh, sedangkan pengusaha atau pemilik perusahaan
tetap jumlahnya tunggal. Artinya, yang bertanggung jawab, menanggung risiko,
dan menikmati keuntungan hanya satu orang saja, sedangkan yang lainnya
adalah orang yang bekerja di bawah pimpinan pengusaha dengan menerima
upah.
Bentuk usaha perorangan memiliki kelebihan dalam hal pengambilan
keputusan dan bertindak cepat untuk memanfaatkan peluang bisnis yang ada.
Kelemahannya adalah dari segi pengumpulan modal yang besar untuk
menghadapi berbagai persaingan dan peluang bisnis.

b. Pengaturan
Belum terdapat pengaturan yang resmi dalam satu perundang-undangan
khusus tentang usaha dagang. Namun dalam praktek keberadaannya diakui
masyarakat. Berbagai perundang-undangan di bidang perpajakan, perizinan, dan
lain-lain juga menyebutkan adanya bentuk usaha tersebut walaupun tidak
mengaturnya secara terinci. Oleh karena itu, sumber hukumnya adalah
kebiasaan dan jurisprudensi. Di luar negeri bentuk usaha dagang tersebut juga
diakui keberadaannya, sebagai one man corporation. Di Inggris dinamakan sole
trader dan di Amerika Serikat dinamakan sole proprietorship.

c. Pendirian
Karena belum diatur dalam undang-undang, maka tata cara pendirian
usaha dagang ini cukup sederhana. Tidak ada keharusan untuk membuat dalam
bentuk tertulis dengan akta notaris. Dalam hal ini diserahkan kepada pengusaha
itu untuk menentukannya sendiri apakah cukup didirikan secara lisan, dengan
akta di bawah tangan, atau dengan akta notaris (akta otentik). Walaupun
demikian, dalam praktek usaha dagang seringkali didirikan dengan membuat
akta notaris. Pendirian dengan akta notaris ini memang lebih baik untuk
kepentingan pembuktian.
Setelah usaha dagang terbentuk dengan atau tanpa akta notaris,terdapat
beberapa kewajiban hukum lainnya yang harus dilakukan pengusaha supaya
dapat beroperasi di lapangan. Kewajiban tersebut antara lain sebagai berikut :

Ahde08/gts 7
1. Memperoleh Tanda Daftar Perusahaan (TDP) pada Departemen
Perindustrian dan Perdagangan sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang No.3 Tahun 1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan.
2. Memperoleh Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) atau surat izin usaha
industri, sesuai dengan bidang usahanya, pada Departemen Perindustrian
dan Perdagangan .
3. Memperoleh Surat Izin Tempat Usaha (SITU) melalui pemerintah daerah
setempat sesuai dengan peraturan daerah di lokasi usaha.
4. Memperoleh izin berdasarkan Undang-Undang Gangguan (Hinder
Ordonnantie=HO Stb 1926 No.226) atau melakukan Analisis Mengenai
Dampak Lingkungan (AMDAL) sebagaimana diatur dalam perundang-
undangan lingkungan hidup. HO dan AMDAL hanya diperlukan untuk
bidang usaha tertentu yang dapat membahayakan lingkungan.

d. Tanggung Jawab
Pengusaha yang mendirikan usaha dagang bertanggung jawab secara
pribadi terhadap segala risiko usaha dan terhadap pihak kreditur
perusahaan. Tanggung jawab pribadi terhadap segala perikatan perusahaan
tersebut melekat dengan seluruh kekayaan (hak milik) pribadi yang ada pada
pengusaha tersebut. Di sini tidak ada pemisahan antara harta kekayaan
perusahaan (Usaha Dagang) dengan harta kekayaan pribadi pemilik
perusahaan.

2. Persekutuan Perdata

a. Pengertian
Persekutuan perdata merupakan bentuk usaha perkumpulan yang paling
sederhana. Persekutuan Perdata adalah suatu perjanjian antara dua orang atau
lebih, masing-masing memasukkan modal untuk menjalankan suatu usaha.
Kelebihan Persekutuan perdata dibandingkan usaha dagang adalah
dalam pengumpulan modal, sedangkan kelemahannya pada penonjolan
kemampuan pribadi para pengusaha dan pada kepemimpinan/kepemilikan
ganda yang membuka kemungkinan timbulnya perselisihan.

b. Pengaturan
Persekutuan perdata diatur dalam Pasal 1618 -1652 KUH Perdata.

c. Pendirian
Persekutuan Perdata didikan atas dasar perjanjian saja, dan tidak
mengharuskan adanya syarat tertulis, artinya dapat didirikan dengan lisan saja.

d. Tanggung Jawab
Apabila seorang sekutu mengadakan hubungan dengan hukum dengan
pihak ketiga, maka sekutu yang bersangkutan sajalah yang bertanggung jawab
atas perbuatan perbuatan hukum yang dilakukan dengan pihak ketiga itu,
walaupun dia mengatakan bahwa perbuatannya untuk kepentingan sekutu,

Ahde08/gts 8
kecuali jika sekutu-sekutu lainnya memang nyata-nyata memberikan kuasa atas
perbuatannya.
Contohnya anggota Persekutuan Perdata ABC yang sekutunya terdiri dari Ali,
Badu, dan Cecep, maka semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau untuk
kepentingan Persekutuan perdata ABC tersebut. Apabila seorang saja bertindak,
katakanlah A terhadap ketiga misalnya Danu, maka maka A sajalah yang
bertanggung jawab kepada Danu, kecuali A dalam perbuatannya tersebut nyata-
nyata mendapatkan kuasa dari Badu dan Cecep.

e. Berakhirnya Persekutuan Perdata


Persekutuan Perdata berakhir/ bubar apabila :
1. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
2. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
3. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
4. dan lain-lain

3. Persekutuan Firma (Fa)

a. Pengertian
Fa merupakan suatu persekutuan. Dikatakan persekutuan karena
pengusahanya merupakan sekutu (partner) yang lebih dari satu orang. Fa
adalah tiap persekutuan yang didirikan untuk menjalankan suatu perusahaan di
bawah satu nama bersama dan bertanggung jawab secara tanggung
menanggung.
Kelebihan Fa dibandingkan Persekutuan Perdata adalah Fa lebih terbuka
atau terang-terangan terhadap pihak ketiga, sehingga akan mendapatkan
kepercayaan yang lebih dibanding Persekutuan Perdata yang dianggap usaha
perseorangan oleh pihak ketiga.
b. Pengaturan
Fa diatur dalam KUHD Pasal 16 - 35 KUHD. Di samping itu, terdapat pula
beberapa ketentuan yang relevan di dalam KUH Perdata, antara lain ketentuan
tentang persekutuan perdata dan perikatan.

c. Pendirian
Firma harus didirikan dengan akta notaris, namun demikian jika Fa
tersebut telah menimbulkan kerugian terhadap pihak ketiga, pendirian tanpa akte
notaris pun telah dianggap berdiri. Kemudian Akta pendirian tersebut harus
didaftarkan pada kepaniteraan Pengadilan Negeri dan diumumkan melalui Berita
Negara. Apabila pembuatan akta, pendaftaran, dan pengumuman selesai
dilakukan, Fa tersebut telah berdiri dan untuk menjalankan operasi bisnis masih
perlu melengkapi dengan beberapa izin dan persyaratan lainnya sebagaimana
telah diuraikan pada usaha dagang, antara lain daftar perusahaan, SIUP, SII,
SITU, dan HO/AMDAL.

Ahde08/gts 9
d. Tanggung Jawab
Setiap sekutu Fa dapat melakukan perikatan atau hubungan hukum
dengan pihak ketiga untuk dan atas nama perseroan, tanpa perlu adanya surat
kuasa khusus dari sekutu lainnya. Misalnya, Fa ABC yang sekutunya terdiri dari
Ali, Badu, dan Cecep, maka semuanya dapat bertindak ke luar atas nama atau
untuk kepentingan Fa ABC tersebut. Apabila seorang saja bertindak, katakanlah
A, maka secara hukum juga mengikat B dan C. Artinya, pihak ketiga, misalnya D,
apabila merasa dirugikan oleh A ia dapat menggugat baik A, B maupun C
sendiri-sendiri atau ketiganya di pengadilan. Tanggung jawab demikian
dinamakan tanggung jawab renteng atau tanggung menanggung atau tanggung
jawab solider. Harta kekayaan yang dapat digugat tidak terbatas hanya pada
harta kekayaan perusahaan (Fa) saja, tetapi meliputi juga karta kekayaan pribadi
masing-masing pengusaha tersebut. Misalnya kekayaan yang ada di rumah atau
di tempat lainnya.

e. Berakhirnya Firma
Firma dianggap bubar apabila :
1. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
2. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
3. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
Dalam prakteknya, pengunduran sendiri seorang anggota tidak selalu
membuat firma menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa seorang anggota firma
yang mundur digantikan oleh orang lain dengan tetap mempertahankan firma
yang ada. Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran firma sebelum waktu
yang ditentukan (karena pengunduran diri atau pemberhentian) harus dilakukan
dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada Pengadilan Negeri, dan diumumkan
dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak dilakukan maka firma tetap dianggap
ada terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas
nama perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali
apabila ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian,
atau semua pesero (berdasarkan suara terbanyak) mengangkat seseorang untuk
menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu
diserahkan kepada para pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa orang
yang ditunjuk untuk menyelesaikan pembubaran harus mempertanggung
jawabkan segala usaha dan hasil-hasilnya kepada para pesero dan
berkewajiban mengganti kerugian apabila perseroan menderita kerugian karena
perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang ditugaskan ini selesai, maka
pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, firma masih berjalan sehingga proses
likuidasi benar-benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan apabila
terjadi kekurangan maka itu adalah kerugian.
Apabila suatu firma jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh pailit
karena hutang-hutang firma juga menjadi hutang-hutang mereka yang harus
ditanggung sampai dengan kekayaan pribadi.

Ahde08/gts 10
4. Persekutuan Komanditer/Commanditaire Vennottchap (CV)

a. Pengertian
CV merupakan persekutuan terbuka yang terang-terangan menjalankan
perusahaan, yaitu di samping satu orang atau lebih sekutu biasa yang bertindak
sebagai pengurus, mempunyai satu orang atau lebih sekutu diam yang
bertanggung jawab atas jumlah pemasukannya .
CV merupakan pengembangan lebih lanjut dari bentuk usaha Fa. Di
dalam CV ini masih terdapat ciri Fa yang melekat pada sekutu pengurus (sekutu
komplementer, sekutu aktif). Sedangkan unsur tambahan pada CV yang berbeda
dengan Fa adalan pada munculnya sekutu diam (sekutu komanditer, sekutu
pasif). Sekutu diam (sleeping partner) ini tidak dikenal Pada Fa.
Kelebihan CV justru pada adanya sekutu diam tersebut, CV lebih fleksibel
karena tersedianya sarana bagi pemodal untuk berinvestasi di dalam
pembentukan CV, sementara yang bersangkutan sendiri tidak perlu bertindak
sebagai pengurus, cukup sebagai sekutu diam saja. Pada Fa semua sekutunya
merupakan pengurus sama dengan sekutu aktif (active partner) pada CV. Bentuk
usaha CV ini merupakan suatu bentuk peralihan yang berada di antara Fa dan
PT. Dalam CV terkandung, baik ciri Fa maupun ciri PT.

b. Pengaturan
CV secara khusus diatur dalam Pasal 19 - 21 KUHD. Sama halnya juga
dengan Fa, di samping ketentuan khusus tersebut, berlaku ketentuan umum
yang terdapat dalam KUH Perdata, yaitu tentang persekutuan perdata dan
perikatan.

c. Pendirian
Sama halnya juga dengan Fa, CV adalah persekutuan yang melibatkan
lebih dari satu orang pengusaha. Oleh karena itu, pendiriannya harus melalui
pembuatan suatu perjanjian pendirian meskipun secara lisan. Pembuatan
perjanjian ini tunduk pada aturan hukum perjanjian. Perjanjian inilah yang
kemudian didaftarkan dan diumumkan.
Setelah pendirian tersebut selesai, pengusaha harus mendaftarkan
perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan sesuai dengan
undang-undang tentang wajib daftar perusahaan dan mengurus berbagai macam
perizinan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

d. Tanggung jawab
Sebagaimana dijelaskan bahwa di dalam CV ini terdapat dua macam
sekutu, yaitu sekutu aktif yang di samping menanamkan modal ke dalam
perusahaan juga bertugas mengurus perusahaan dan sekutu pasif atau sekutu
diam yang hanya memasukkan modal, tetapi tidak terlibat di dalam pengurusan
perusahaan. Akibatnya, terdapat juga dua macam tanggung jawab sekutu CV.
Sekutu aktif bertanggung jawab tidak saja terbatas pada kekayaan CV, tetapi
juga kekayaan pribadi (kalau diperlukan). Di sini persis sama dengan sekutu

Ahde08/gts 11
pada sebuah Fa. Lain halnya dengan sekutu pasif yang hanya bertanggung
jawab terbatas pada modal yang dimasukkan saja.
Misalnya, A sebagai sekutu pasif pada CV ABC memasukkan modal Rp 1 juta,
maka kalau CV ABC tersebut mempunyai kewajiban terhadap pihak ketiga
(katakanlah D) sebesar Rp 10 juta, A hanya wajib menanggung sebesar modal
yang telah di investasikannya tersebut saja (yaitu Rp 1 juta). A tidak perlu
menambah uang untuk membayar sisa hutang perusahaan tersebut. Hal ini
tentunya berbeda dengan B dan C yang merupakan sekutu aktif dalam CV
tersebut, yang menyebabkan mereka bertanggung jawab tidak terbatas, baik
secara sendiri-sendiri (A atau B) maupun secara bersama-sama (A dan B).
Apabila A dan B ini masing-masing memasukan modal Rp 1 juta. Sebagai sekutu
aktif mereka masih harus mengorbankan kekayaan pribadi untuk menutupi sisa
hutang perusahaan tersebut.

e. Berakhir Persekutuan Komanditer


Berakhirnya Persekutuan Komanditer boleh dikatakan sama dengan
berakhirnya persekutuan Firma, yaitu dianggap bubar apabila :
1. waktu yang ditentukan untuk bekerja telah lampau,
2. barang musnah atau usaha yang menjadi tugas pokok selesai
3. seorang atau lebih anggota mengundurkan diri atau meninggal dunia,
Dalam prakteknya, pengunduran diri seorang anggota tidak selalu
membuat persekutuan komanditer menjadi bubar. Sering kita lihat bahwa
seorang anggota persekutuan komanditer yang mundur digantikan oleh orang
lain dengan tetap mempertahankan persekutuan yang ada.
Pasal 31 KUHD mengatur bahwa pembubaran persekutuan (firma ataupun
komanditer) sebelum waktu yang ditentukan (karena pengunduran diri atau
pemberhentian) harus dilakukan dengan suatu akte otentik, didaftarkan pada
Pengadilan Negeri, dan diumumkan dalam Berita Negara. Apabila hal ini tidak
dilakukan maka persekutuan tetap dianggap ada terhadap pihak ketiga.
Pasal 32 KUHD mengatur cara penyelesaian pembubaran, yaitu dilakukan atas
nama perseroan oleh anggota-anggota yang telah mengurus perseroan, kecuali
apabila ditunjuk orang lain dalam akte pendirian atau persetujuan kemudian,
atau semua pesero (berdasarkan suara terbanyak) mengangkat seseorang untuk
menyelesaikan pembubaran. KUHD tidak mengatur tugas-tugas mereka, hal itu
diserahkan kepada para pesero. Pasal 1802 KUHPer mengatur bahwa orang
yang ditunjuk untuk menyelesaikan pembubaran harus mempertanggung
jawabkan segala usaha dan hasil-hasilnya kepada para pesero dan
berkewajiban mengganti kerugian apabila perseroan menderita kerugian karena
perbuatannya. Setelah urusan dengan orang yang ditugaskan ini selesai, maka
pembagian kepada para pesero dapat dilakukan.
Selama proses pembubaran, persekutuan masih berjalan sehingga
proses likuidasi benar-benar selesai. Kelebihan dari likuidasi adalah laba, dan
apabila terjadi kekurangan maka itu adalah kerugian. Apabila suatu persekutuan
komanditer jatuh pailit, maka seluruh anggotanya pun jatuh pailit karena hutang-
hutang persekutuan juga menjadi hutang-hutang mereka yang harus

Ahde08/gts 12
ditannggung sampai dengan kekayaan pribadi, kecuali untuk pesero komanditer,
di mana ia hanya menanggung sebatas modal yang telah disetornya.

4. Perseroan Terbatas (PT)

a. Pengertian
Dalam UU No.1 tahun 1995 tentang PT ditentukan bahwa PT adalah
badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham, dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam undang-undang ini serta peraturan
pelaksanaannya.
Dari definisi di atas, dapat dipahami bahwa PT adalah suatu badan
hukum. PT berbeda dengan UD, Fa, dan CV yang bukan badan hukum. Sebagai
badan hukum dalam PT terdapat pemisahan kekayaan antara milik perusahaan
dengan milik pribadi pengusaha. Di samping itu, sebagai badan hukum PT wajib
mendapatkan pengesahaan dari pemerintah, dalam hal ini Menteri Kehakiman.
Bentuk usaha yang bukan badan hukum tidak memiliki kewajiban demikian.
Dalam pengertian tersebut juga disebutkan bahwa PT didirikan berdasarkan
perjanjian. Maksudnya PT bukanlah perusahaan perorangan seperti UD, tetapi
suatu persekutuan sama halnya dengan Fa dan CV didirikan oleh lebih dari satu
orang. Untuk mendirikan sebuah PT paling kurang harus terdapat dua orang.
Banyaknya orang yang terlibat dalam sebuah PT memungkinkan adanya
akumulasi modal yang lebih banyak, yang merupakan ciri PT yang membedakan
dengan badan hukum lain. Pada sebuah PT modalnya dibagi ke dalam saham-
saham (shares,stocks).
Terdapat dua macam PT, yaitu PT tertutup yang disingkat PT merupakan
perseroan terbatas yang modalnya dimiliki para pemegang saham yang masih
saling mengenal satu sama lainnya. Misalnya anggota keluarga, sahabat,
kenalan, dan tetangga yang pendiriannya tunduk pada UUPT. Disamping itu, PT
terbuka yang pada nama perusahaannya memakai singkatan PT (pada awal)
dan Tbk (pada akhir) nama PT tersebut. Dalam PT terbuka pemegang sahamnya
sudah tidak saling mengenal lagi. Bahkan, sampai melintasi batas-batas negara.
PT terbuka adalah perseroan yang modal dan jumlah pemegang sahamnya
memenuhi kriteria tertentu atau perseroan yang melakukan penawaran umum,
sesuai dengan peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal.
Pendirian PT terbuka, di samping harus memenuhi ketentuan UUPT dan
peraturan pelaksanaannya, juga ketentuan Undang-Undang tentang Pasar
Modal (UUPM) dan peraturan pelaksanaannya.
PT merupakan bentuk usaha yang paling luwes dan ideal dalam rangka
memupuk keuntungan, namun terdapat juga kelemahannya yaitu kemungkinan
adanya spekulasi, manipulasi, dan kecerobahan pengelolaan.

b. Pengaturan
Dahulu PT diatur KUHD, yaitu dalam Pasal 36 - 56. Pengaturan ini
tentunya tidak cukup menampung berbagai aspek PT yang sudah demikian

Ahde08/gts 13
berkembang akibat perkembangan perekonomian dan dunia usaha. Oleh karena
itu, dikeluarkanlah UUPT untuk menggantikan ketentuan dalam KUHD tersebut.
Khusus untuk PT Penanaman Modal Asing disamping UUPT berlaku Undang-
Undang tentang Penanaman Modal Asing, karena melibatkan modal nasional
dan modal asing.

c. Pendirian
PT didirikan melalui beberapa tahapan sesuai dengan prosedur yang
ditetapkan di dalam UUPT, sebagai berikut:
1. Pembuatan Akta Notaris
Para pengusaha yang ingin mendirikan PT terlebih dahulu datang ke
kantor notaris untuk membuat akta pendirian PT. Akta pendirian merupakan
suatu perjanjian antara pendirian para pendiri PT tersebut. Isinya ditentukan
sendiri oleh para pendiri, yang kemudian dituangkan notaris dalam suatu format
khusus yang disediakan untuk itu sesuai dengan UUPT.
Akta pendirian PT memuat anggaran dan keterangan lain sekurang-
kurangnya :
a. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat tinggal,
dan kewarganegaraan pendiri
b. Susunan, nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, tempat
tinggal, dan kewarganegaraan anggota direksi dan komisaris yang
pertama kali diangkat; dan kewarganegaraan direksi dan komisaris
pertama kali diangkat
c. Nama pemegamg saham yang telah mengambil begaian saham serta
perincian jumlah saham dan nilai nominal atau nilai yang diperjanjikan
dari saham yang telah ditempatkan dan disetor pada saat pendirian.

Sedangkan Anggaran Dasar sendiri sekurang-kurangnya berisi :


a. Nama dan tempat kedudukan perseroan
b. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha perseroan sesuai dengan
perundang-undang yang berlaku
c. Jangka waktu berdirinya perseroan
d. Besarnya jumlah modal dasar, modal yang di tempatkan dan modal
yang disetor
e. Jumlah saham, jumlah klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah
saham untuk tiap klasifikasi hak-hak yang melekat pada setiap saham
dan nilai nominal setiap saham
f. Susunan, jumlah dan nama anggota direksi dan komisaris
g. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
h. Tata cara pemilihan, pengangkatan, penggantian, dan pemberhentian
anggota direksi dan komisaris
i. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen
j. Ketentuan-ketentuan lain menurut UUPT.

2. Pengesahan Menteri Kehakiman

Ahde08/gts 14
Akta notaris yang telah dibuat tersebut harus mendapatkan pengesahaan
Menteri Kehakiman dalam rangka memperoleh status badan hukum. Menteri
Kehakiman akan memberikan pengesahan dalam janka waktu paling lama 60
hari setelah diterimanya permohonan pengesahan PT, lengkap dengan lampiran-
lampirannya. Jika permohonan di tolak, Menteri Kehakiman memberitahukan
kepada pemohon secara tertulis disertai dengan alasannya dalam jangka waktu
60 hari itu juga.

3. Pendaftaran Wajib
Akta pendirian/anggaran dasar PT secara lengkap disertai SK
pengesahan dari Menteri Kehakiman kemudian wajib didaftarkan dalam daftar
perusahaan sesuai dengan ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun
1982 tentang Wajib Daftar Perusahaan paling lambat 30 hari setelah tanggal
pengesahan PT atau tanggal diterimanya laporan.

4. Pengumuman dalam Tambahan Berita Negara (TBN)


Apabila pendaftaran dalam daftar perusahaan telah dilakukan, berikutnya
direksi mengajukan permohonan pengumuman perseroan di dalam TBN dalam
waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak pendaftaran tersebut.
Pendirian PT telah selesai dengan dilakukannya pengumuman, berikutnya
perlu diselesaikan berbagai perizinan sesuai dengan perundang-undangan
perizinan yang berlaku, seperti juga pada pendirian bentuk usaha lainnya.

d. Tanggung Jawab
Pada sebuah PT, pengusahanya adalah para pemegang saham. Para
pemegang saham itu bertanggung jawab terbatas sebesar saham yang
dimasukkannya ke dalam PT. Tanggung Jawab terbatas demikian sebenarnya
tercermin dari nama bentuk usaha PT sendiri, yaitu perseroan terbatas. Kata
“terbatas” menunjukkan adanya tanggung jawab pemegang saham yang
terbatas pada modal yang dimasukkan.
Dalam UUPT ketentuan tanggung jawab terbatas diatur Pasal 3 yang
berbunyi : “pemegang saham perseroan tidak bertanggung jawab secara pribadi
atas perikatan yang dibuat atas nama perseroan dan tidak bertanggung jawab
atas kerugian perseroan melebihi nilai saham yang telah diambilnya”.
Adanya tanggung jawab terbatas demikian merupakan ketentuan umum,
karena UUPT memberikan pengecualiannya dalam hal-hal tertentu. Menurut
Pasal 3 ayat (2) UUPT sistem tanggung jawab terbatas tidak berlaku apabila :
1. Persyaratan perseroan sebagai badan hukum belum atau tidak
terpenuhi.
2. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung ataupun tidak
langsung dengan itikad buruk memanfaatkan perseroan semata-mata
untuk kepentingan pribadi
3. Pemegang saham yang bersangkutan terlibat dalam perbuatan
melawan hukum yang dilakukan oleh perseroan
4. Pemegang saham yang bersangkutan, baik langsung maupun tidak
langsung secara melawan hukum menggunakan kekayaan perseroan,

Ahde08/gts 15
yang mengakibatkan kekayaan perseroan menjadi tidak cukup untuk
melunasi hutang perseroan.

e. Modal dan Saham


Dalam sebuah PT terdapat tiga macam modal, yaitu modal dasar, modal
yang ditempatkan, dan modal yang disetor.
Modal dasar adalah sejumlah maksimum modal yang disebut dalam akta
pendirian. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disanggupkan oleh
para pemegang saham. Dan modal yang disetor adalah modal yang benar-
benar telah disetor oleh para pemegang saham dalam kas perseroan .
Dalam UUPT ditentukan bahwa modal dasar perseroan paling sedikit Rp
20.000.000,- sementara modal yang ditempatkan adalah 25% dari modal dasar
yang harus telah ditempatkan pada saat pendirian perseroan. Berarti 25% x Rp
20.000.000,- = Rp 5.000.000,-. Dan modal yang disetor paling sedikit 50% dari
nilai nominal setiap saham yang dikeluarkan. Berarti 50% x Rp 5.000.000,- = Rp
2.500.000,-.
Modal PT tersebut terdiri dari saham-saham, baik saham atas nama dan
atau atas tunjuk. Saham dapat terdiri dari satu klasifikasi atau lebih. Mungkin
saja dalam sebuah PT terdapat bermacam-macam saham, misalnya saham
biasa, saham prioritas, dan saham-saham lain dengan hak khusus yang
semuanya harus ditetapkan dalam Anggaran Dasar.
Pemegang saham biasa berhak untuk mengambil keputusan dalam RUPS
mengenai perseroan, hak menerima pembagian dividen dan sisa kekayaan
dalam proses likuidasi. Setiap saham yang dikeluarkan mempunyai satu hak
suara (one share one vote), kecuali dalam Anggaran Dasar ditentukan lain.

f. Organ Perseroan Terbatas


PT sebagai subyek hukum pendukung segala hak dan kewajiban tidak
dapat bertindak sendiri. Badan hukum menjadi subyek hukum bukan secara
alamiah, melainkan ditentukan oleh hukum yang dibuat manusia melalui
lembaga yang berwenang untuk itu. Oleh karena itu, PT perlu dilengkapi dengan
organ atau alat perlengkapannya supaya dapat berfungsi sebagai subyek hukum
seperti manusia.
Organ PT tersebut terdiri dari :
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
RUPS merupakan organ PT yang mempunyai kekuasaan tertinggi dalam
sebuah PT. RUPS ini terdiri dari para pemegang saham sebagai satu kesatuan.
Tentunya di dalam RUPS tersebut terdapat pemegang saham terbanyak
(pemegang saham mayoritas) dan pemegang saham yang menguasai saham
dalam jumlah kecil sehingga tidak memiliki kekuasaan mayoritas (pemegang
saham minoritas). Pemegang saham mayoritas dapat mendominasi keputusan-
keputusan RUPS, karena itu UUPT memberikan beberapa pembatasan tertentu
untuk melindungi pemegang saham minoritas dalam rangka mewujudkan
keadilan.
RUPS mempunyai segala wewenang yang tidak diberikan kepada direksi
dan komisaris dalam batas yang ditentukan dalam UUPT atau Anggaran Dasar.

Ahde08/gts 16
Jadi, kekuasaan RUPS cukup besar, misalnya mengangkat dan memberhentikan
direksi dan komisaris.

2. Direksi
Direksi atau pengurus PT adalah organ yang mengurus PT sehari-hari
yang diangkat RUPS. Direksi bertanggung jawab penuh atas pengurusan
perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta mewakili perseroan
terbaik di dalam maupun di luar pengadilan.

3. Komisaris
Komisaris atau pengawas PT adalah organ yang bertugas mengawasi
kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perseroan serta memberi nasihat
kepada direksi. Komisaris juga diangkat dan bertanggung jawab kepada RUPS.

g. Merger, Konsolidasi, dan Akuisisi


Untuk lebih memberdayakan diri beberapa PT dapat melakukan merger,
konsolidasi, dan akuisisi. Banyak alasan yang menyebabkan beberapa PT
melakukan demikian, antara lain dalam rangka efisiensi, diversifikasi, kekuatan
pasar, keuntungan pajak, dan prestise.
1. Merger (penggabungan perusahaan)
Adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan ke dalam salah satu di
antara perusahaan-perusahaan yang melakukan penggabungan,
kemudian perusahaan yang menggabungkan diri berakhir kedudukannya
sebagai suatu badan hukum/perusahaan karena dibubarkan dan
dilikuidasi, dan yang tinggal adalah perusahaan yang menerima
penggabungan. Misalnya, PT A merger dengan PT B, maka tinggal PT A
saja atau PT B saja.
2. Konsolidasi (peleburan perusahaan)
Adalah peleburan dua atau lebih perusahaan menjadi satu perusahaan
yang baru sama sekali, sementara masing-masing perusahaan yang
meleburkan diri berakhir kedudukannya sebagai suatu badan
hukum/perusahaan. Misalnya PT A berkonsolidasi dengan PT B, maka
muncul PT C sebagai nama baru dari PT A+PT B
3. Akuisisi (pengambilalihan perusahaan)
Adalah pembelian atau pengambilalihan seluruh atau sebagian saham
satu atau lebih perusahaan oleh perusahaan lainnya atau pemilik
perusahaan lainnya, tetapi perusahaan yang diambil alih sahamnya tetap
hidup sebagai badan hukum/perusahaan, hanya saja kini berada di bawah
kontrol perusahaan yang mengambil alih saham-sahamnya. Misalnya PT
A mengakuisisikan PT B, maka baik PT A maupun PT B masih tetap ada,
namun kontrol perusahaannya sudah beralih kepada PT A sebagai
perusahaan pembeli seluruh atau sebagian saham PT B.

h. Perusahaan Kelompok
Untuk lebih memperkuat diri perusahaan-perusahaan bekerja sama satu sama
lainnya dan dapat membentuk perusahaan kelompok (group company/concern),

Ahde08/gts 17
yaitu suatu gabungan atau susunan dari perusahaan-perusahaan yang secara
yuridis mandiri, yang terkait satu dengan yang lain begitu erat sehingga
membentuk suatu satuan ekonomi yang tunduk pada suatu pimpinan dari suatu
perusahaan induk sebagai pimpinan sentral.
Dalam concern tersebut terdapat perusahaan yang
mendominasi/melaksanakan pimpinan sentral sebagai perusahaan induk, dan
perusahaan yang bergantung pada putusan perusahaan yang dominan sebagai
perusahaan anak.

i. Pembubaran Perseroan
Pembubaran Perseroan dapat dilakukan karena :
1. Keputusan RUPS
Keputusan RUPS tentang pembubaran perseroan sah jika keputusan
tersebut diambil berdasarkan musyawarah untuk mufakat. Dalam hal
penggabungan, peleburan, pengambilalihan, kepailitan, dan pembubaran
perseroan, bahwa keputusan RUPS sah apabila dihadiri oleh pemegang saham
yang mewakili paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak
suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ bagian dari jumlah suara
tersebut. Perseroan resmi dibubarkan pada saat ditetapkan dalam keputusan
RUPS, dan selanjutnya dilikuidasi oleh likuidator.
2. Jangka Waktunya telah Berakhir
Jika perseroan bubar karena jangka waktu berdirinya (sebagaimana
ditetapkan dalam Anggaran Dasar) telah berakhir, maka Menteri Kehakiman atas
permohonan Direksi dapat memperpanjang jangka waktu tersebut. Permohonan
tersebut diajukan paling lambat 90 hari sebelum jangka waktu berdirinya
perseroan berakhir. Permohonan untuk memperpanjang jangka waktu tersebut
hanya dapat dilakukan berdasarkan keputusan RUPS yang dihadiri oleh
pemegang saham yang mewakili paling sedikit ¾ bagian dari jumlah seluruh
saham dengan hak suara yang sah dan disetujui oleh paling sedikit ¾ bagian
dari jumlah suara tersebut.
3. Penetapan Pengadilan
Pengadilan Negeri dapat membubarkan perseroan atas :
a. Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan kuat bahwa perseroan telah
melanggar kepentingan umum;
b. Permohonan satu orang pemegang saham atau lebih mewakili paling
sedikit 1/10 bagian dari jumlah seluruh saham dengan hak suara yang
sah;
c. Permohonan kreditor berdasarkan alasan perseroan tidak mampu
membayar utangnya setelah dinyatakan pailit, atau harta kekayaan
perseroan tidak cukup untuk melunasi seluruh hutangnya setelah
pernyataan pailit dicabut;
d. Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian perseroan
Dalam hal pembubaran perseroan dengan penetapan pengadilan,
ditetapkan pula penunjukan likuidator.

Ahde08/gts 18
Perusahaan Negara

1. Pengertian
Perusahaan negara yang sering juga disebut Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) adalah perusahaan yang dimiliki secara mutlak ataupun sebagian besar
oleh negara .

2. Pengaturan
Pengaturan BUMN di Indonesia terdapat dalam UU No. 9 Tahun 1969
tentang Bentuk-bentuk Usaha Negara. Pengaturan lebih lanjut terdapat dalam
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1998.
Di dalam undang-undang tersebut ditentukan tiga bentuk usaha negara
yaitu :
a. Perusahaan Jawatan (Perjan);
b. Perusahaan Umum (Perum); dan
c. Perusahaan Perseroan (Perseroan).
Di luar undang-undang tersebut masih terdapat bentuk-bentuk usaha
negara lainnya yang sifatnya khusus, seperti Pertamina yang diatur dalam
undang-undang tersendiri. Dan terdapat juga Perusahaan Daerah (PD) yang
diatur dalam UU No. 5 Tahun 1962.

3. Pendirian
Pendirian sebuah BUMN berbeda dengan pendirian usaha swasta. Di sini
peranan pemerintah cukup besar dalam penetapan anggaran dasar perusahaan,
tujuan, status keuangan, metode operasi, manajemen dan sebagainya yang
disertai dengan tindakan legislatif ataupun eksekutif untuk menyediakan dana
sebagai modal perusahaan.
Kecuali untuk perjan, BUMN juga harus didaftarkan sesuai dengan
ketentuan wajib daftar perusahaan dan menaati ketentuan perizinan.

4. Klasifikasi
a. Perjan
Perjan adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara
yang tidak dipisahkan. Perjan merupakan bagian dari instasi pemerintah tertentu
dan pegawainya adalah pegawai negeri sipil yang tunduk pada perundang-
undangan kepegawaian yang berlaku. Oleh karena itu, Perjan bukan merupakan
badan hukum. Tujuan Perjan adalah semata-mata untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat, yang sifatnya tidak mencari laba (non-commercial
corporation).
b. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya terdiri dari kekayaan negara
yang dipisahkan. Oleh karena itu, Perum merupakan badan hukum publik.
Pekerja di Perum merupakan pegawai perusahaan negara yang diatur secara
khusus. Perum ini bergerak dalam bidang-bidang usaha tertentu yang penting
bagi negara dan menguasai hajat hidup orang banyak. Pegawai Perum

Ahde08/gts 19
merupakan buruh/pekerja yang tindak pada hukum perburuhan/ ketenaga
kerjaan yang berlaku. Jadi, statusnya sama dengan mereka yang bekerja di
perusahaan swasta. Tujuan Perum di samping memberikan pelayanan kepada
masyarakat banyak juga mencari keuntungan (commercial and social service
corporation).
Perum adalah badan usaha milik negara sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 1969 dimana seluruh modalnya dimiliki negara berupa
kekayaan negara yang dipisahkan dan tidak terbagi atas saham. Perum didirikan
dengan Peraturan Pemerintah yang menetapkan antara lain besarnya kekayaan
negara yang dipisahkan untuk penyertaan ke dalam modal Perum dan
penunjukan Menteri Keuangan selaku wakil pemerintah. Perum memperoleh
status badan hukum setelah peraturan pemerintah pendirian Perum berlaku.
Maksud dan tujuan Perum adalah menyelenggarakan usaha yang bertujuan
untuk kemanfaatan umum berupa penyediaan barang atau jasa yang bermutu
tinggi dan sekaligus memupuk keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan
perusahaan.
c. Persero
Persero adalah BUMN yang seluruh atau sebagian besar modalnya terdiri
dari kekayaan negara yang dipisahkan. Persero merupakan badan hukum
swasta yang tunduk pada prinsip-prinsip aturan Perseroan Terbatas (PT)
sebagaimana diatur di dalam UUPT. Pegawai Persero adalah pekerja atau buruh
yang tunduk pada perundang-undangan ketenagakerjaan atau perburuhan.
Tujuan Persero sama dengan tujuan PT swasta, yaitu mencari laba (commercial
corporation).
Dalam PP No. 12 Tahun 1998 ditegaskan bahwa terdapat dua macam
Persero yaitu Persero dan Persero Terbuka. Persero adalah badan usaha milik
negara seluruh atau paling sedikit 51% saham yang dikeluarkannya dimiliki oleh
negara melalui pernyataan modal secara langsung. Sedangkan Persero terbuka
adalah Persero yang modalnya dan jumlah pemegang sahamnya memenuhi
kriteria tertentu atau persero yang melakukan penawaran umum, sesuai dengan
peraturan perundang-undangan di bidang pasar modal”.
Pengertian modal negara ke dalam modal saham Persero ditetapkan dengan
peraturan pemerintah yang memuat maksud penyertaan dan besarnya kekayaan
negara yang dipisahkan untuk penyertaan modal tersebut.

Koperasi

1. Pengertian
Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi
sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas
kekeluargaan.
Dari definisi tersebut terdapat koperasi yang para anggotanya terdiri dari
orang seorang yang disebut koperasi primer dan koperasi yang beranggotakan
badan-badan hukum koperasi yang disebut koperasi sekunder. Baik koperasi
primer maupun koperasi sekunder merupakan badan hukum.

Ahde08/gts 20
2. Pengaturan
Usaha koperasi (cooperative) diatur dalam UU No. 12 Tahun 1992
tentang Perkoperasiaan. Undang-Undang tersebut dibuat mengacu terutama
pada Pasal 33 ayat (1) UUD 1945 yang menentukan bahwa perekonomian
Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan.
Dalam penjelasan Pasal 33 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945 tersebut
ditambahkan bahwa kemakmuran masyarakatlah yang diutamakan, bukan
kemakmuran orang seorang. Dan bangun perusahaan yang sesuai dengan itu
adalah koperasi.

3. Pendirian
Untuk mendirikan sebuah koperasi primer dibutuhkan sekurang-
kurangnya 20 (dua puluh) orang sebagai anggota. Dan untuk mendirikan sebuah
koperasi sekunder sekurang-kurangnya terdapat tiga koperasi :
a. Daftar nama pendiri
b. Nama dan tempat kedudukan
c. Maksud dan tujuan serta bidang usaha
d. Ketentuan mengenai keanggotaan
e. Ketentuan mengenai rapat anggota
f. Ketentuan mengenai pengelolaan
g. Ketentuan mengenai permodalan
h. Ketentuan mengenai jangka waktu berdirinya
i. Ketentuan mengenai pembagian sisa hasil usaha
j. Ketentuan mengenai sanksi.
Akta pendirian tersebut diperlukan juga untuk mendapatkan pengesahan
badan hukum koperasi, yang perlu dimintakan secara tertulis kepada
Pemerintah. Untuk mendapatkan pengesahan status badan hukum koperasi,
para pendiri mengajukan permintaan tertulis disertai atau pendirian koperasi.
Pengesahaan tersebut diberikan dalam jangka waktu tiga waktu tiga bulan
setelah diterimanya permintaan pengesahaan. Jangka waktu yang sama juga
diberikan kepada pemerintah untuk memberitahukan secara tertulis kepada
pendiri koperasi apabila terjadi penolakan. Selanjutnya pengesahan pemerintah
tersebut diumumkan dalam Berita Negara. Dan sama halnya juga dengan bentuk
usaha lainnya koperasi harus didaftarkan sesuai dengan undang-undang wajib
daftar perusahaan dan diurus berbagai perizinan operasional usaha.

4. Perangkat Organisasi
Perangkat organisasi koperasi terdiri dari rapat anggota, pengurus, dan
pengawas. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi di dalam
koperasi yang bertugas menetapkan antara lain anggaran dasar, pengurus dan
pengawas, rencana kerja, dan pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU). Keputusan
rapat anggota diambil berdasarkan musyawarah untuk mencapai mufakat atau
apabila tidak berhasil berdasarkan suara terbanyak. Dalam pemungutan suara
setiap anggota mempunyai satu suara. Sedangkan hak suara pada koperasi
sekunder diatur dalam anggaran dasarnya. Rapat anggota dilakukan paling

Ahde08/gts 21
sedikit sekali dalam setahun. Pengawas dipilih dari/dan oleh anggota koperasi
dalam rapat anggota untuk masa jabatan 5 tahun. Pengurus bertugas antara
lain mengelola koperasi dan usahanya, mengajukan rancangan kerja serta
rancangan anggaran pendapatan dan belanja koperasi, dan menyelenggarakan
pembukuan, laporan keuangan, dan rapat anggota. Apabila diperlukan untuk
pengelolaan usaha sehari-hari pengurus dapat menyangkut pengelola
berdasarkan hubungan kerja atas dasar perikatan dan bertanggung jawab
kepada pengurus. Pengangkatan pengelola demikian perlu mendapatkan
persetujuan rapat anggota. Pengawas juga dipilih dari/dan oleh anggota koperasi
dalam rapat anggota yang tugasnya adalah melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi dan membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya. Untuk itu, pengawas berwenang meneliti catatan
yang ada pada koperasi dan mendapatkan segala keterangan yang diperlukan.
Di samping itu, pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya terhadap
pihak ketiga.

Ahde08/gts 22
Bagi seorang wirausaha (entrepreneur ) atau yang lebih beken disebut
pengusaha, mengembangkan sebuah usaha adalah mutlak untuk kemajuan
perusahaan dan usahanya. Sebab seperti layaknya roda kehidupan yang
semakin lama semakin cepat berputar demikian pula sebuah usaha. Sehingga
bagi pengusaha yang sudah establish tentunya menginginkan perkembangan
usahanya. Namun terkadang perkembangan atau kemajuan usaha itu tidak
dibarengi dengan kemampuan modal. Salah satu cara yang bisa ditempuh
adalah dengan franchaise .

Franchaise diartikan dalam bahasa Indonesia sebagai waralaba. Yaitu


perusahaan atau seseorang (franchisee) yang diberikan hak untuk
menggunakan merek, cipta, paten untuk menyalurkan produk/ jasa pihak
franchisor) dengan memberikan imbalan (fee)

Di Indonesia aturan tentang Waralaba diatur didalam Peraturan Pemerintah No


16 tahun 1997 Pasal 1 dalam peraturan tersebut menyatakan bahwa waralaba
adalah perikatan/ perjanjian dimana salah satu pihak diberikan hak untuk
memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI)
atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki oleh pihak lain dengan suatu
imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan oleh pihak lain. Dalam rangka
penyediaan dan atau penjualan barang atau jasa.

Dari pengertian diatas dapat dikatakan bahwa sebuah waralaba adalah suatu
perbuatan untuk melakukan perikatan/ perjanjian. Sedangkan perjanjian atau
perikatan diatur dalam KUH Perdata buku III tentang perikatan pasal 1313
tentang perjanjian, pasal 1320, tentang sahnya perjanjian, dan ketentuan pasal
1338 akibat persetujuan.

Penggunaan sistem waralaba bagi produk asing juga berpatokan dengan PP


tersebut , Sedangkan bentuk perjanjian tidak baku bersifat dibawah tangan
sehingga tidak wajib diketahui oleh notaris sepanjang tidak bertentangan
Undang-undang (Pasal 1 ayat 2)dan ditulis dalam bahasa Indonesia ( Pasal 2
ayat 1 dan 2)

Selanjutnya pemberi waralaba sebelum mengadakan perjanjian dengan


penerima waralaba diwajibkan untuk memberikan keterangan mengenai kegiatan
usaha, menerangkan hak atas HAKI, hak dan kewajiban bagi masing-masing

Ahde08/gts 23
pihak yang harus dipenuhi, pengakhiran, pembatalan atau perpanjangan
perjanjian.

Keterangan-keterangan berikut perjanjian tersebut harus didaftarkan di


Deperindag ( Departemen Perindustrian dan perdagangan ) oleh penerima
waralaba selambatnya 30 hari sejak berlakunya perjanjian waralaba, bila tidak
maka SIUP ( Surat Ijin Usaha Perdagangan) nya bisa dicabut.(Pasal 8). Menteri
Perindustrian dan Perdagangan menerbitkan SK no.259/ MP/ Kep/7/1997
Sebagai Peraturan Pelaksana yang mengatur antara lain tentang waktu lamanya
perjanjian dan diutamakan untuk menggunakan produk barang dan atau bahan
dalam negeri sepanjang mutu barang dan atau bahan itu sesuai yang
diperjanjikan di dalam akta perjanjian tersebut.

Didalam UU Merek no 15 tahun 2000 tidak mengatur secara khusus tentang


waralaba, hanya pada pasal 43 ayat 1 yang menyebutkan pemilik merek
terdaftar berhak memberikan lisensi kepada pihak untuk memakai merek
tersebut dengan perjanjian dan wajib didaftarkan di daftarkan ke direrktorat
Jenderal HAKI

Jadi bagi para pencari produk waralaba (franchise) telah dilindungi oleh
peraturan-peraturan tersebut , Tetapi yang terpenting juga harus hati-hati dalam
pencarian tersebut. Karena tidak jarang suatu produk baru yang sedang booming
lalu tiba-tiba mencoba dengan sistem franchaise tapi tanpa menggunakan aturan
yang jelas sehingga merugikan investor . Hal ini bisa berujung pada tindakan
pelanggaran hukum.

Perjanjian atau kontrak adalah suatu peristiwa di mana seorang atau satu pihak
berjanji kepada seorang atau pihak lain atau di mana dua orang atau dua pihak
itu saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal (Pasal 1313 Kitab Undang-
undang Hukum Perdata Indonesia). Oleh karenanya, perjanjian itu berlaku
sebagai suatu undang-undang bagi pihak yang saling mengikatkan diri, serta
mengakibatkan timbulnya suatu hubungan antara dua orang atau dua pihak
tersebut yang dinamakan perikatan. Perjanjian itu menerbitkan suatu perikatan
antara dua orang atau dua pihak yang membuatnya. Dalam bentuknya,
perjanjian itu berupa suatu rangakaian perkataan yang mengandung janji-janji
atau kesanggupan yang diucapkan atau ditulis.

Ahde08/gts 24
Franchise : Perikatan HaKI yang Diperluas
Iman Sjahputra

Nama bukan saja sebagai aset, tetapi juga mempunyai nilai jual tinggi. Sehingga
tidak mengherankan suatu nama (brand image) bisa bernilai miliaran dolar.
Tengok omzet franchising Mc Donald's yang bertebaran di seluruh dunia. Konon,
di tahun 2000 saja angka penjualan mencapai lebih dari 40 miliar dolar Amerika
Serikat (AS) dari 29 ribu outlet yang tersebar.

Perkembangannya membuat kaget Pemerintah AS dan dalam praktiknya diduga


banyak penyimpangan konsep-konsep franchise, akhirnya tahun 1979
Pemerintah AS mengeluarkan Franchise Disclosure Act.

Lantas bagaimana konsep franchise di Indonesia" Dalam Direktori Franchise


Indonesia, diprakarsai Asosiasi Franchise Indonesia. Franchise di Indonesia
dikenal dengan sebutan waralaba. Mulai dikenal sekitar 1970 dengan masuknya
Kentucky Fried Chicken, Ice cream Swensen, Shakey Pizza, yang kemudian
disusul dengan Burger King dan Seven Eleven.

Sesungguhnya Indonesia sudah pula mengenal konsep franchise sebagaimana


yang diterapkan penyebaran toko sepatu Bata ataupun SPBU (pompa bensin).

Pengertian franchise (waralaba) selalu diartikan berbeda dengan lisensi.


Padahal, intinya hampir sama. Dalam praktik lisensi (licensing) diartikan lebih
sempit, yakni perusahaan atau seseorang (licencor) yang memberi hak kepada
pihak tertentu (licensee) untuk memakai merek/hak cipta/paten (Hak milik
kekayaan intelektual) untuk memproduksi atau menyalurkan produk/jasa pihak
licencor. Imbalannya licensee membayar fee.

Lisencor tak mencampuri urusan manajemen dan pemasaran pihak licensee.


Misalnya, perusahaan Mattel Inc yang memiliki hak karakter Barbie (boneka
anak-anak) di AS memberikan hak lisensi kepada perusahaan mainan di
Indonesia dalam memproduksi.

Adalah Fisseha-Tsion Menghistu dalam disertasinya di Universitas van


Amsterdam tahun 1988 mendefinisakan,"Although licensing is an ambiguous
term, it is defined roughly as an agreement or a contract by which the licensor or
a proprietor of the technology or intellectual property extends to the licensee a
limited right to make use of, among other things, a patent, know-how, trademark
and other items as may be agreed between the licensor and the licensee."

Waralaba

Sebaliknya, waralaba dimaknai lebih luas, yaitu pemberi waralaba tidak hanya
memperkenankan penerima waralaba untuk memakai merek/logo/hak ciptanya,

Ahde08/gts 25
akan tetapi turut pula mengatur internal perusahaan. Baik mengenai karyawan,
pelatihan, lokasi, bahan baku hingga strategi pemasarannya.

Jaringan Mc Donald's di seluruh dunia adalah paling cocok untuk contoh.


Berbagai pelayanan serta strategi pemasaran dari Mc Donald's sama, baik
didalam negeri maupun luar negeri.

Perkembangan waralaba di Indonesia pada saat itu semakin hari bertambah


subur, baik asing maupun lokal, seperti: Es teler, Hoka-hoka Bento, Total buah
segar, restoran bebek bali, papa ron's pizza.

Di negeri ini awalnya tak ada aturan hukum yang mengatur perjanjian waralaba.
Baru di tahun 1997 terbitlah Peraturan Pemerintah (PP) No 16 tahun 1997
tentang Waralaba.

Pasal 1 PP ini menyatakan: Waralaba adalah perikatan dimana salah satu pihak
diberikan hak untuk memanfaatkan dan atau menggunakan hak atas kekayaan
intelektual atau penemuan atau ciri khas usaha yang dimiliki pihak lain dengan
suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak lain tersebut,
dalam rangka penyediaan dan atau penjualan barang dan atau jasa.

Dari rumusan pasal tersebut dapat diketahui bahwa waralaba merupakan suatu
perikatan/perjanjian antara dua pihak. Sebagai perjanjian dapat dipastikan
semua ketentuan dalam hukum perdata (KUHPerdata) tentang perjanjian (Pasal 1313),
sahnya perjanjian (Pasal 1320) dan ketentuan Pasal 1338.

Dengan demikian, apabila pihak pewaralaba pihak asing, sedangkan terwaralaba adalah
Indonesia, maka perjanjiannya terikat pada PP No 16 tahun 1997 tentang Waralaba.

Bagaimana format perjanjian waralaba" Apakah bentuknya harus otentik dalam akta notaris" PP
No 16 tahun 1997 tak menjelaskannya. Hanya saja dalam PP ditentukan, perjanjian waralaba
dibuat tertulis dalam bahasa Indonesia (Pasal 2 Ayat 1 dan 2).

Dapat disimpulkan, perjanjian waralaba tak perlu dalam bentuk akta notaris. Para pihak dapat
membuat sendiri - di bawah tangan - dengan mengikuti ketentuan KUHPerdata.

Selanjutnya PP ini mewajibkan pemberi waralaba - sebelum mengadakan perjanjian dengan


penerima waralaba - memberikan keterangan menyangkut kegiatan usahanya, hak atas Haki-
nya, hak dan kewajiban masing-masing pihak, persyaratan yang harus dipenuhi penerima
waralaba, pengakhiran perjanjian, pembatalan dan perpanjangan perjanjian (Pasal 3 Ayat 1).

Keterangan-keterangan berikut perjanjian waralaba tersebut harus didaftarkan di Departemen


Perindustrian dan Perdagangan oleh penerima waralaba paling lambat 30 hari sejak berlakunya
perjanjian waralaba. Bila tak dilakukan, maka pencabutan izin usaha perdagangan (SIUP) dapat
dilakukan (Pasal 8). Sebagai pelaksana PP, pemerintah melalui Menteri Perindustrian dan
Perdagangan menerbitkan keputusan No: 259/ MPP/Kep/7/1997 yang antara lain mengatur
tentang jangka waktu perjanjian waralaba.

Ahde08/gts 26
Selain itu, disyaratkan pula untuk mengutamakan penggunaan barang dan atau bahan hasil
produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa sesuai perjanjian
waralaba.

Dalam Undang-Undang Merek No 15 tahun 2001 sendiri tidak diatur secara khusus tentang
waralaba. Hanya dalam Pasal 43 Ayat (1) dikatakan, pemilik merek terdaftar berhak memberikan
lisensi kepada pihak lain untuk memakai merek tersebut dengan perjanjian dan wajib didaftarkan
ke Direktorat Jenderal Haki.

Tetapi sangat disayangkan bagaimana tata cara permohonan pencatatan lisensi dan kententuan
mengenai perjanjian lisensi tersebut sampai saat ini belum ada Keputusan Presiden (Keppres)
sebagaimana diamanatkan Pasal 49 UU tentang Merek itu.

Ahde08/gts 27

You might also like