Professional Documents
Culture Documents
DEFINISI
Penjahitan luka adalah suatu tindakan untuk mendekatkan tepi luka dengan
benang sampai sembuh dan cukup untuk menahan beban fisiologis.
INDIKASI
Setiap luka dimana untuk penyembuhannya perlu mendekatkan tepi luka.
LUKA
3.1. Definisi
Luka adalah semua kerusakan kontinnuitas jaringan akibat trauma mekanis.
Patofisiologi Luka
FKS 1, Best of The Best
Home
• Home
Definisi
Didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian tubuh yang disebabkan
oleh kekuatan mekanis. Beberapa pasal memiliki definisi tersendiri
tentang luka, berdasarkan kerusakan yang terjadi. Hal ini termasuk
kerusakan pada organ-organ dalam. Pasal lain juga menyebutkan
tentang derajat luka, tidak berdasarkan bentuknya namun berdasarkan
akibatnya yang dapat membahayakan nyawa korban.
Mekanisme luka
Tubuh biasanya mengabsorbsi kekuatan baik dari elastisitas jaringan
atau kekuatan rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika.
Hukum fisika yang terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan.
Sebagai contoh, 1 kg batu bata ditekankan ke kepala tidak akan
menyebabkan luka, namun batu bata yang sama dilemparkan ke
kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada jaringan tubuh dan
menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris. Kerusakan
yang terjadi tergantung tidak hanya pada jenis penyebab mekanisnya
tetapi juga target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada
ledakan mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat
menyebabkan ruptur paru atau intestinal, sementara pada torsi
mungkin tidaka memberikan efek pada jaringan adiposa namun
menyebabkan fraktur spiral pada femur.
Klasifikasi luka
1. Abrasi
2. Kontusi
3. Laserasi
4. Luka insisi
Abrasi
Merupakan perlukaan paling superfisial, dengan definisi tidak menebus
lapisan epidermis. Abrasi yang sesungguhnya tidak berdarah karena
pembuluh darah terdapat pada dermis. Kontak gesekan yang
mengangkat sel keratinisasi dan sel di bawahnya akan menyebabkan
daerah tersebut pucat dan lembab oleh karena cairan eksudat
jaringan.
Abrasi Crushing
Abrasi berpola
Abrasi yang terjadi mengikuti pola obyek . tidak hanya epidermis yang
rusak, kulit dapat tertekan mengikuti pola obyek, sehingga dapat
terjadi memar intradermal. Contohnya ketika ban motor melewati kulit,
meninggalkan pola pada kulit dimana kulit juga tertekan mengikuti
alur ban tersebut.
Memar Intradermal
Memar kecil pada deasa muda yang sehat akan menghilang dalam
waktu 1 minggu.
• Besarnya ekstravasasi
• Umur korban
• Idosinkrasi seseorang
Beberapa observasi yang ditemukan:
Ketika permukaan kulit dilanggar oleh roda atau obyek berpola seperti
rotan, memar yang nampak mengikuti pola obyek tersebut.
Luka akibat tendangan
Luka gores/Laserasi
Berbeda dengan luka iris dimana pada luka gores jringan yang rusak
menyobek bukan mengiris.
1. Garis tepi memar dan kerusakan memiliki area yang sangat kecil
sehingga untuk pemeriksaanya kadang dibutuhkan bantuan
kaca penbesar.
2. Keberadaan rangkaian jaringan yang terkena terdapat pada
daerah bagian dalam luka, termasuk pembuluh darah dan saraf .
3. Tidak adanya luka lurus yang tajam pada tulang
dibawahnya,terutama jika yang terluka daerah tulang
tengkorak.
4. Jika area tertutup oleh rambut seperti kulit kepala, maka rambut
tersebut akan terdapat pada luka.
Laserasi terpola
Luka Iris
Adalah luka yang disebabkan oleh objek yang tajam, biasanya
mencakup seluruh luka akibat benda-benda seperti pisau, pedang,
silet, kaca, kampak tajam dll. Ciri yang paling penting dari luka iris
adalah adanya pemisahan yang rapih dari kulit dan jaringan
dibawahnya, maka sudut bagian luar biasanya bisa dikatakan bersih
dari kerusakan apapun.
Luka potong
1. Dimensi senjata
2. Tipe senjata
3. Kelancipan senjata
4. Gerakan pisau pada luka
5. Kedalaman luka
6. Arah luka
7. Banyaknya tenaga yang digunakan
Luka tangkis
4.1.Alat (Instrumen)
a. Tissue forceps ( pinset ) terdiri dari dua bentuk yaitu tissue forceps
bergigi ujungnya ( surgical forceps) dan tanpa gigi di ujungnya yaitu
atraumatic tissue forceps dan dressing forceps.
b. Scalpel handles dan scalpel blades
c. Dissecting scissors ( Metzen baum )
d. Suture scissors
e. Needleholders
f. Suture needles ( jarum ) dari bentuk 2/3 circle, Vi circle , bentuk
segitiga dan bentuk bulat
g. Sponge forceps (Cotton-swab forceps)
h. Hemostatic forceps ujung tak bergigi ( Pean) dan ujung bergigi (Kocher)
i. Retractors, double ended
j. Towel clamps
4.2 Bahan
a. Benang (jenis dan indikasi dijelaskan kemudian )
b. Cairan desifektan : Povidon-iodidine 10 % (Bethadine )
c. Cairan Na Cl 0,9% dan perhydrol 5 % untuk mencuci luka.
d. Anestesi lokal lidocain 2%.
e. Sarung tangan.
f. Kasa steril.
tissue forceps
scalpel handles
dissecting scissors
suture scissors
needle holder
suture needles
sponge forceps
hemostatic forceps
retractors
towel clamps
a. Instrument tertentu seperti pemegang jarum, gunting dan pemegang kasa: yaitu
ibu jari dan jari keempat sebagai pemegang utama, sementara jari kedua dan
ketiga dipakai untuk memperkuat pegangan tangan. Untuk membuat simpul
benang setelah jarum ditembuskan pada jaringan, benang dilingkarkan pada ujung
pemegang jarum.
b. Pinset lazim dipegang dengan tangan kiri, di antara ibujari serta jari kedua dan
ketiga. Jarum dipegang di daerah separuh bagian belakang .
6. PERSIAPAN ALAT
2). Uap bertekanan ( autoclave): selama 15 menit pada 120° C dan tekanan 2
atmosfer
3). Panas basah, yaitu di dalam air mendidih selama 30 menit. Cara ini hanya
dianjurkan bila cara lain tidak tersedia.
6.2 Pengepakan
Sebelum dilakukan sterilisasi secara fisik, semua instrument harus dibungkus
dengan dua lapis kain secara rapat yang diikutkan dalam proses sterilisasi. Pada
bagian luar pembungkus , ditempelkan suatu indikator ( yang akan berubah warna
) setelah instrument tersebut menjadi steril. Untuk mempertahankan agar
instrument yang dibungkus tetap dalam keadaan steril, maka kain pembungkus
dibuka menurut” teknik tanpa singgung.
7. JENIS-JENIS BENANG
b. Buatan ( Synthetic )
Adalah benang- benang yang dibuat dari bahan sintetis, seperti Polyglactin ( merk
dagang Vicryl atau Safil), Polyglycapron ( merk dagang Monocryl atau
Monosyn), dan Polydioxanone ( merk dagang PDS II ). Benang jenis ini memiliki
daya pengikat lebih lama , yaitu 2-3 minggu, diserap secara lengkap dalam waktu
90-120 hari.
7.2 Benang yang tak dapat diserap ( nonabsorbable suture )
a. Alamiah ( Natural)
Dalam kelompok ini adalah benang silk ( sutera ) yang dibuat dari protein organik
bernama fibroin, yang terkandung di dalam serabut sutera hasil produksi ulat
sutera.
b. Buatan ( Synthetic )
Dalam kelompok ini terdapat benang dari bahan dasar nylon ( merk dagang
Ethilon atau Dermalon ). Polyester ( merk dagang Mersilene) dan Poly propylene
( merk dagang Prolene ).
8. PERSIAPAN PENJAHITAN ( KULIT)
a. Rambut sekitar tepi luka dicukur sampai bersih.
b. Kulit dan luka didesinfeksi dengan cairan Bethadine 10%, dimulai dari bagian
tengah kemudian menjauh dengan gerakan melingkar.
c. Daerah operasi dipersempit dengan duk steril, sehingga bagian yang terbuka
hanya bagian kulit dan luka yang akan dijahit.
d. Dilakukan anestesi local dengan injeksi infiltrasi kulit sekitar luka.
e. Luka dibersihkan dengan cairan perhydrol dan dibilas dengan cairan NaCl.
f. Jaringan kulit, subcutis, fascia yang mati dibuang dengan menggunakan pisau
dan gunting.
g. Luka dicuci ulang dengan perhydrol dan dibilas dengan NacCl.
h. Jaringan subcutan dijahit dengan benang yang dapat diserap yaitu plain catgut
atau poiiglactin secara simple interrupted suture. i. Kulit dijahit benang yang tak
dapat diserap yaitu silk atau nylon.
Teknik penjahitan ini dilakukan untuk mendapatkan eversi tepi luka dimana
tepinya cenderung mengalami inverse. misalnya kulit yang tipis. Teknik ini
dilakukan sebagai berikut:
1. Jarum ditusukkan jauh dari kulit sisi luka, melintasi luka dan kulit sisi lainnya,
kemudian keluar pada kulit tepi yang jauh, sisi yang kedua.
2. Jarum kemudian ditusukkan kembali pada tepi kulit sisi kedua secara tipis,
menyeberangi luka dan dikeluarkan kembali pada tepi dekat kulit sisi yang
pertama.
3. Dibuat simpul dan benang diikat.
9.3 SUBCUTICULER CONTINUOS SUTURE
Indikasi : Luka pada daerah yang memerlukan kosmetik
Kontra indikasi : jaringan luka dengan tegangan besar.