You are on page 1of 10

MAKALAH

Peran Pendidikan Dalam Mengurangi Kemiskinan


Di Susun Guna Memenuhi Tugas Individu Mata Kuliah Perekonomian Indonesia

Dosen Pengampu: Sukidjo, M.Pd.

Disusun oleh :

DI SUSUN OLEH:

NAMA : HERU MIFTAKHUDIN

NIM : 08404241010

PENDIDIKAN EKONOMI REGULER


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2011
BAB I
PENDAHULUAN

Permasalahan kemiskinan di Negara berkembang seperti Indonesia masih menjadi pokok


persoalan yang harus mendapatkan perhatian ekstra kususnya dari pemerintah. Kondisi sekarang,
kemiskinan bukan hanya di panadang dari rendahnya kualitas ekonomi. Kiemiskinan sudah di
pandang dari sudut yang berbeda-beda dan tergantung pandangan yang digunakan maka batasan
kemiskinan juga sudah bergeser. Dengan menggunakan batasan kuantitas dan material
kemiskinan di artikan ketidakmampuan untuk meraih standar hidup minimal. Arti yang lebih
luas, Kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidakmampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan memenuhi hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorag atau kelompok orang
dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Sedangkan hak-hak dasar yang diakui secara
umum adalah terpenuhinya kebutuhan pangan, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, perumahan, air
bersih, pertanahan dan lingkungan hidup, rasa aman dari perlakuan atau ancaman tindak
kekerasan dan hal-hal untuk berpartisipasi dalam keidupan sosial politik baik perempuan
maupun laki-laki.
Kemiskinan meruapakan masalah komleks yang di pengerahui oleh banyak factor yang
saling berkaitan yang membentuk sebuah mata rantai. Factor tersebut antara lain pendapatan,
kesehatan, akses pendidikan lokasi gografis kondisi lingkungan dan lain-lain. Permasalahan
kemiskinan masuk pada mata rantai lingkaran kemiskinan yang tidak berujung pangkalnya.
Mengapa mereka miskin ? mereka miskin karena dilahirkan oleh kemiskinan. Orang miskin
biasanya tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan rendah sehingga tingkat produkstivitasnya
juga rendah dengan demikian pendapat dan tabungan juga rendah sehingga untuk biaya
pendidikan dan pemupukan modal tidak ada, karena tingkat pendidikan rendah maka
keahliannya terbatas sehingga produktivitasnya rendah demikian seterusnya tidak berujung
pangkal dan turun temurun.
Diperlukan kerja keras untuk keluar dari lingkaran setan kemiskinan tersebut dan tidak
semua orang mampu bekerja keras untuk keluar dari lingkaran tersebut, disinilah peran
Pemerintah sangat diperlukan membuat kebijakan yang komprehensif guna memotong mata
rantai kemiskinan oleh karena itu kebijakan tersebut harus berpihak dan memberdayakan
masyarakat miskin dan dilaksanakan secara bersamaan karena penanganan masalah kemiskinan
tidak dapat diselesaikan secara spatial dan bergantian, tetapi harus serentak dari berbagai aspek.

Disinalah peran pendidikan dalam memotong lingkaran setan kemiskinan. Kebijakan


yang komprehensif dalam bidang pendidikan di rasa mempunyai efektifitas dalam mengurangi
kemiskinan. Memang saat ini pemerintah sudah cukup berkmitmen memerangi kemiskinan
melalui pendidikan. tepat kiranya jika pemerintah melalui Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No 17 Tahun 2010 tentang
Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan yang telah ditandatangani Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pada 28 September 2010 memuat pula peran pendidikan dalam upaya
mengurangi kemiskinan..
Peran mengurangi angka kemiskinan itu tertuang dalam Pasal 53A ayat 1 yang
menyatakan, satuan pendidikan menengah dan satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan
pemerintah atau pemerintah daerah .sesuai dengan kewenangan masing-masing wajib
mengalokasikan tempat bagi calon peserta didik berkewarganegaraan Indonesia, yang memiliki
potensi akademik memadai dan kurang mampu secara ekonomi, paling sedikit 20% dari jumlah
keseluruhan peserta didik baru.
Kebijakan-kebijakan itulah yang perlu mendapat apresiasi dari seluruh lapisan
masyarakat. Bagi masayarakat miskin yang pendapatan rendah, modal pun taka da maka kiranya
hanya jalur pendidikanlah yang mampu memutus rantai kemiskinan tersebut dengan
menyekolahkan anak-anaknya melalui program beasiswa.
BAB II
PEMBAHASAN

I. Peran Pendidikan dalam Mengurangi Kemiskinan

Mengapa orang miskin masih saja tetap miskin? Mengapa kemiskinan di Negara-negara
berkembang masih tetap tinggi?. Menurut apa para ahli ekonomi seperti Amartya Sen dan
Jeffrey Sachs yang dikutip dari jurnal tentang kebijakan public yang di tulis Dicky Djatnika
Ustama bahwa kemiskinan yang terus berlanjut di Negara-negara berkembang di sebabkan
kebanyakan orang miskin tidak mempunyai kebebasan dan kemerdekaan untuk menyuarakan
penderitaanya. Kemerdekaan kaum miskin di batasi. Rakyat miskin tidak memepunyai
kesempatan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki. Pembatasan kesempatan manusia
untuk berekembang merupakan pengekangan terhadap kemampuan manusia sebagai modal dasar
dalam pembangunan.
Negara-negara timur seperti india dan cina yang saat ini semakin meroket ekonominya
sangat mementingkan pengembangan kemampuan manusianya. Kedua Negara tersebut
menyadarai pentingnya pengambangan kemampuan manusianya sangat berperan dalam
pembangunan ekonomi. Banyak ahli berependapata bahwa salah satu mekanisme dalam
penuntasan kemiskinan ialah dengan pengembangan human capital terutama pendidikan dan
kesehatan.
Filosofis
Amartya Sen dikutip dari jurnal tentang kebijakan public yang di tulis Dicky Djatnika
Ustama, paham libertarianisme Nosick dan Jeffrey Sachs mengemukakan enam paket
penuntasan kemiskinan, yaitu :
1) Kapital manusia (human capital) terutama dalam kesehatan, gizi, dan ketrampilan
yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan.
2) Kapital bisnis (business capital), sarana-sarana yang diperlukan di dalam transportasi
untuk pertanian, industri dan servis.
3) Infra-struktur: jalan, tenaga listrik, air minum. Sanitasi, dsb.
4) Kapital alamiah (natural capital) berupa tanah pertanian, biodipersitas.
5) Kapital lembaga-lembaga publik seperti hukum dagang, hukum peradilan, pelayanan
pemerintah.
6) Kapital ilmu pengetahuan (knowledge capital) berupa know how ilmu dan teknologi
yang meningkatkan produktivitas yang dapat meningkatkan natural capital.

Pendekatan ekonomis ini melihat masalah pendidikan sebagai sarana untuk peningkatan
produktivitas. Penting bahwa kemerdekaan dalam pengembangan manusia perlu di perhatikan.
Proses pendidikan yang memenjarakan kemerdekaan pribadi atau tidak mengembangkan
kemampuan seseorang tentunya tidak dapat diharapkan untuk mengatasi masalah-masalah
kemiskinan..Kemiskinan bukan hanya dalam arti ekonomis tetapi juga kemiskinan politis,
kemiskinan pendidikan, kemiskinan kesehatan.
Pengentasan kemiskinan tidak bisa hanya dari satu sector saja yang dilakukan secara
sepasial. Perlu dari berbagi sector penting yang berkenaan dengan hal tersebut saling berinteraksi
satu sama lain. Salah satu program yang penting ialah pendidikan serta pengembangan ilmu
pengetahuan melalui pendidikan. Dengan pendidikan yangbaik, setiap orang memiliki bekal
pengetahuan dan keterampilan, mempunyai pilihan untuk mendapat pekerjaan, dan menjadi lebih
produktif sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
Dengan demikian pendidikan dapat memutus mata rantai kemiskinan dan menghilangkan
eksklusi sosial, untuk kemudian meningkatkan kualitas hidup dan mewujudkan kesejahteraan
masyarakat. Dalam perspektif demikian, negara mempunyai kewajiban untuk menyediakan
layanan pendidikan bagi setiap warganya, paling kurang untuk jenjang pendidikan dasar.

II. Strategi Pendidikan Mengurangi Kemiskinan

Pemerintah Indonesia terus berupaya meningkatkan pemerataan pendidikan, terutama


bagi kelompok masyarakat miskin yang selama ini tidak bisa sekolah atau drop out karena
berbagai alasan. Pemerintah berusaha meningkatkan partisipasi pendidikan bagi semua warga
masyarakat, sehingga hak dasar mereka dapat dipenuhi sebagaimana diamanatkan UUD 1945.
Saat ini mungkin sudah lebih baik kesadaran masayarakat kita tentang perlunya
pendidikan dalm meningkatkan kapasitas produktivitas. Namun, perlu di perhatikan bahwa
kesenjangan pendidikan tetap masih menjadi masalah. Masih banyak penduduk yang tidak bisa
ataupun tidak mampu ikut berpartisipasi dalam pendidikan. Entah hal itu karena biaya ataupun
karena tidak ada kemauan. Di satu sisi, kesenjangan pendidikan tetap menjadi masalah yang
perlu perhatian. Namunkita juga masih menghadapi masalah terkait pendidikan yakni tingginya
angka putus sekolah.
Masalah ekonomi merupakan faktor utama yang menyebabkan rendahnya partisipasi
pendidikan dan tingginya angka putus sekolah pada kelompok masyarakat miskin. Mereka tidak
memiliki dana yangcukup untuk mengirim anak-anak ke sekolah, karena pendidikan memang
membutuhkan biaya yang relative besar. Keluarga miskin, akan kehilangan sumber pendapatan
bila anak-anak mereka pergi ke sekolah. Terjadi forgone earning yakni nilai pendapatan yang
mungkin diperoleh dengan memperkejakan anak, namun hilang karena harus sekolah. alasan
utama anak-anak usia sekolah tidak dapat melanjutkan pendidikan adalah karena tidak ada biaya
dan harus bekerja membantu orang tua mencari nafkah bagi keluarga .Jadi, kesulitan ekonomi
menjadi masalah mendasar sehingga anak-anak dari keluarga miskin tidak bisa meneruskan
pendidikan.

Konteks ini, membuktikan pendidikan merupakan medium tentang bagi upaya mengatasi
masalah kemiskinan. Pemerintah perlu terus berupaya meningkatkan pemerataan dan perluasan
akses pendidikan yang berfokus pada pendidikan dasar. Hal itu diyakini sebagai tali simpul
untuk mengurangi benang kusut masalah kemiskinan. Upaya membangun pendidikan bermutu
yang dimulai dari pendidikan dasar ini didasarkan pada dua pertimbangan penting. Pertama,
pendidikan dasar akan melahirkan dan meningkatkan jumlah penduduk melek huruf (to produce
a literate and numerate population). Penduduk usia sekolah memerlukan pelayanan pendidikan
yang baik dan bermutu agar dapat survive dalam menjalani kehidupan di masa depan. Kedua,
pendidikan dasar merupakan kerangka landasan bagi pendidikan lanjutan. Pendidikan dasar
memberi sumbangan sangat besar, bahkan menentukan, dalam menyiapkan anak-anak untuk
mengembangkan segenap potensi dan kemampuan mereka guna mengikuti pendidikan pada
jenjang selanjutnya. Peningkatan pelayanan pendidikan lanjutan, khususnya sekolah menengah
atas, harus menjadi agenda nasional yang mendesak pula. Karena, program wajib belajar
pendidikan dasar sembilan tahun direncanakan tuntas pada tahun 2008.
Dengan membangun landasan pendidikan yang kokoh diharapkan dapat melahirkan SDM
yang berkualitas, sehingga dapat membantu menyelesaikan permasalahan utama bangsa. Sebab,
pendidikan dapat menjadi landasan kuat bagi dua pilar utama penanggulangan kemiskinan yaitu:
1) partumbuhan ekonomi berkelanjutan yang berpihak pada kaum miskin,
2) pembangunan sosial yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan diyakini sebagai sarana paling efektif untuk memutus mata rantai kemiskinan.
Karena pendidikan memberi bekal pengetahuan dan keterampilan bagi setiap warga masyarakat
untuk dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Negara harus mampu menyediakan layanan
pendidikan kepada setiap warganya secara merata dan adil. Jika tidak, bangsa Indonesia akan
menghadapi yang membuat kehidupan masyarakat makin jauh dari sejahtera.
Konsep peranan pendidikan dalam upaya pengentasan kemiskinan bukan sekedar sebagai
isu belaka namun secara langsung dapat berfungsi sebagai kekuatan untuk mengurangi jumlah
kemiskinan yang ada padat saat ini. Oleh karena itu perspektif program yang tepat adalah
mengembangkan pilar-pilar penguatan program kegiatan pengentasan kemiskinan yang
bersandar pada pentingnya peranan pendidikan sebagai pilar utama pembangunan.

III. Keberlanjutan Proses Pendidikan

Strategi kunci sebgai upaya pengentasan kemiskinan dengan mendidikan melalui


perspektif program yang tepat pada pemerataan pendidikan dasar merupakan keyword dasar
dalam upaya memotong mata rantai kemiskinan melalui pendidikan. Disatu sisi pemerataan
pendidikan dasar harus mendapat perhatian serius, namun disisi lain keberlanjutan proses
pendidikan juga perlu di perhatikan.
Pendidikan bertujuan untuk membuat sumber daya manusia (SDM) yang dihasikan
adalah yang terkualifikasi dan memiliki kompetensi yang baik. Jika SDM nya sudah memiliki
kualifikasi yang baik, maka pasar tenaga kerja pun akan mampu menyerap mereka dengan baik.
Oleh karena itu, terlihat jelas bahwa pendidikan memiliki korelasi dengan keadaan sosial di
Indonesia. Artinya, jika partisipasi pendidikan terus meningkat maka potensi kesejahteraan pun
juga turut meningkat.
Perlu mendapat penanganan yang serius. Bahwa partisipasi pendidikan pada tingkat
menengah justru turun, sementara untuk partisipasi pada pendidikan dasar mengalami
peningkatan. Dari hal ini nampak jelas bahwa keberlanjutan anak-anak usia sekolah untuk
melanjutkan pendidikannya masih sangat kurang, entah itu disebabkan dengan alasan biaya
ataupun sebagainya. Dan hal inilah yang seyogyanya menjadi catatan penting bagi pemerintah.
Jika memang pemerintah Indonesia ingin memajukan kesejahteraan masyarakat, maka
pemerintah Indonesia wajib untuk menjamin keberlanjutan dari proses pendidikan yang ada,
terutama untuk mereka yang berada pada taraf ekonomi yang tidak mampu. Pemerintah tidak
hanya bisa diam terhadap masalah ini.
Dalam hal keberlanjutan proses pendidikan maka disini universitas atau perguruan tinggi
yang memiliki andil. Tidak bisa lepas dari pemerintah juga, bahwa perguruan tinggi juga perlu
adanya terobosan-terosbosan inovasi baru untuk menjalankan fungsioanalnya mengabdi pada
masyarakat. Peningkatan kualitas pendidikan pada taraf perguruan tinggi di rasa akan mampu
berkorelasi positif terhadap pengentasan kemiskinan. Perguruan tinggi dengan tujuannya
mengabdi pada masayarakat yang tercantum pada tridharma perguruan tinggi maka perlu ada
inovasi dan produk yang dikembangkan kiranya dapat memilki nilai guna di mata masyarakat.
Dengan demikian, lagi-lagi pemerintah menjadi actor utamanya. Dibutuhkan dukungan
nyata dari pemerintah untuk lebih menganggarkan dananya untuk keperluan riset perguruan
tinggi. Hal ini tentu saja bermanfaat untuk menciptakan produk dan inovasi baru. Jika
pemerintah saja tidak mau mengalokasikan dana untuk riset, maka yang akan terjadi adalah
minimnya inovasi yang dihasilkan dan perguruan tinggi tidak bisa berkontribus nyata untuk
masyarakat.
Kesimpulan

Pendidikan merupakan jalan yang dirasa paling efektif dalam memotong lingkaran
kemiskinan. Langkah-langkah pemerataan dan perluasan akses pendidikan tersebut meskipun
tidak berdampak langsung dengan tingkat kesejahteraan seseorang, tapi pendidikan merupakan
salah satu alat mobilitas vertical terpenting ketika aset berupa modal materiil tidak di miliki.
Pendidikan merupakan investasi dan kesempatan untuk berkompetisi guna endapatkan
kesempatan memperoleh penghidupan yang lebih baik di masa depan dan turut terlibat dalam
proses pembangunan. Dengan pendidikan yang terprogram baik dan menjangkau semua dengan
kualitas tertentu maka pendidikan menjadi instrumen paling efektif untuk memotong mata rantai
kemiskinan yang ada di tanah tercinta indonesia.
Selain pendidikan dasar, keberlanjutan dari proses pendidikan juga perlu di perhatikan.
Dalam taraf ini perguruan tinggilah yang berperan utama dalam menciptakan inovasi-inovasi
baru yang berguna bagi masayarakat. Entah itu inovasi dalam dunia pendidikan itu sendiri
maupu inovasi yang dampaknya bisa terlihat langsung dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
Daftar Pustaka

Dicky Djatnika Ustama. 2009.jurnal ilmu administrasi dan kebijakan publik:


Peranan Pendidikandalam Pengentasan Kemiskinan.
http://suarakomunitas.net/baca/10198/credit.union.ala.pancur.kasih;.memotong.lingk
aran.setan.kemiskinan.html
http://bagasyulistyatis.wordpress.com/2009/03/16/upaya-memotong-lingkaran-setan-
kemiskinan/
http://spiritentete.blogspot.com/2008/10/pendidikan-dan-kemiskinan.html
http://www.bataviase.co.id/node/414428
http://www.jevuska.com/topic/peran+pendidikan+dalam+mengurangi+kemiskinan.h
tml
http://makalahkumakalahmu.wordpress.com/2009/01/10/perkembangan-pendidikan/

You might also like