Professional Documents
Culture Documents
OLEH
RUSLI RAMLI
H14101122
Oleh
RUSLI RAMLI
H14101I22
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi
dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.
Menyetujui,
Dosen Pembimbing,
Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,
Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN
Rusli Ramli
H14101122
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang,
Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari
pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan
lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian
melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang
sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.
Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi
untuk meraih gelar sarjana. Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra
kampus seperti BEM-H, Formasi, dan HMI Komisariat FEM.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian
Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam
perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan
industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama
kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran
serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan
kalangan pendidikan umumnya.
Rusli Ramli
H14101122
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup............................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 7
2.1. Definisi dan Sejarah Kertas........................................................... 7
2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas .......................................... 8
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ......................................... 11
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................... 13
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 16
2.5.1. Model Input-Output ........................................................... 16
2.5.2. Struktur Tabel Input-Output............................................... 19
2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual .................................................. 22
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 25
3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 25
3.2. Metode Analisis ............................................................................ 25
3.2.1. Koefisien Input................................................................ 26
3.2.2. Analisis Keterkaitan ........................................................ 27
3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ......................................... 29
3.2.3. Elastisitas Input-Output................................................... 31
V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ...................................................... 33
4.1. Profil Industri Kertas..................................................................... 33
4.2. Perkembangan Industri Kertas ...................................................... 34
4.3. Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia................. 36
4.3. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia .............................. 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 47
5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia............. 47
5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas .............................. 47
5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ........................................ 49
5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan............................................... 51
5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor............................................. 53
5.1.5. Struktur Output Sektoral ................................................ 55
5.2. Analisis Keterkaitan ...................................................................... 56
5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ..... 56
5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ................. 58
5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ........................... 59
5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ....................... 61
5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran.............................. 62
5.3.1. Koefisien Penyebaran..................................................... 63
5.3.2. Kepekaan Penyebaran .................................................... 65
5.4. Elastisitas Input-Output................................................................. 67
5.4.2. Elastisitas Output ........................................................... 67
5.4.2. Elastisitas Pendapatan .................................................... 68
5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja................................................. 70
5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia .................. 71
5.6. Implikasi Kebijakan ...................................................................... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 75
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 75
6.2. Saran.............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 78
LAMPIRAN............................................................................................... 80
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 1993 ................................................................................. 2
4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 .............. 34
Nomor Halaman
1. Bagan Alur Pendekatan Studi ........................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ................. 81
2. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 Klasifikasi 22 Sektor ............ 82
3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor ....................................... 86
4. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor................................... 88
I. PENDAHULUAN
lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang secara radikal. Perubahan struktur
pengolahan baru menyumbang 8,4 persen dari PDB (Tabel 1.1). Kemudian pada
tahun 1967 industri pengolahan telah menyumbang 51,8 persen terhadap PDB
terhadap PDB. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa sektor industri
2
dari orientasi pada sektor primer (pertanian) kepada orientasi sektor industri.
Salah satu dari sektor industri pengolahan tersebut yang berkembang pesat sampai
Tabel 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun
1993 (persen)
Lapangan Usaha 1960 1967 1973 1983 1989 1993 1998 2003
Pertanian 53.9 51.8 40.1 22.8 20.6 17.6 17.2 16.6
Pertambangan dan
3.7 3.7 12.3 20.7 15.6 13.9 1.84 10.7
penggalian
Industri Pengolahan 8.4 8.4 9.6 12.7 18.5 21.1 25.3 24.7
Listrik dan air minum 0.3 0.5 0.5 0.4 0.6 0.7 1.52 2.2
Bangunan/konstruksi 2.0 1.6 3.9 5.9 5.5 6.6 5.64 6.0
Perdagangan, hotel dan
14.3 15.8 16.6 14.9 16.1 16.4 15.9 16.3
restoran
Pengangkutan dan
3.7 3.5 3.8 5.3 5.3 5.9 7.49 6,3
komunikasi
Keuangan, sewa dan
1.0 0.8 1.2 3.0 4,0 5.1 7.57 6.9
jasa perusahaan
Jasa-jasa 6.2 6.4 3.9 3.9 3.5 3.5 9.57 10.4
Sumber : BPS, 2003.
Industri pulp dan kertas adalah industri yang berkembang dengan tingkat
pertumbuhan 20 persen per tahun pada beberapa dekade terakhir. Pasar bagi hasil
industri pulp dan kertas masih terbuka luas karena konsumsi kertas per kapita
terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sisi kontribusi terhadap penerimaan
negara, sektor industri pulp dan kertas telah menyumbang 90 persen dari total
Mulyaningsih, 2002).
Tabel 1.2. Kapasitas, Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi Industri Kertas
Indonesia Tahun 1994-2003 (ton)
Sementara itu fokus khusus pada sektor industri kertas (diluar dari industri
pulp), industri ini merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting
harganya banyak ditentukan dalam nilai dolar, alasan kedua, yaitu komponen
impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen,
dan ketiga, ialah bahwa produk kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk
pasar luar negeri, sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia,
industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara
(Rosadi dan Vidyatmoko, 2002). Hal itu ditambah apabila melihat dalam sekitar
satu dekade terakhir ini, baik kapasitas, jumlah produksi, ekspor maupun
4
konsumsi dalam industri kertas terus mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tabel
1.2). Berdasarkan kondisi inilah dirasakan penting untuk melakukan analisis lebih
Pentingnya industri kertas yang besar tidak terlepas dari kondisi yang
mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif
murah serta tenaga kerja dengan upah buruh yang relatif rendah. Dalam hal bahan
baku, misalnya, Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar
karena mempunyai hutan terluas kedua di dunia, sehingga bahan baku untuk
pembuatan kertas tersedia banyak di Indonesia. Begitu juga dalam hal tenaga
kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Namun
tersebut, bagaimana kemampuan industri kertas dalam mendorong sektor hulu dan
hilirnya dan bagaimana peran industri kertas dalam sektor kunci perekonomian
Indonesia.
output sektoral?
Indonesia?
Indonesia?
adalah:
output sektoral
Indonesia
Industri kertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang
produk kertas yang merupakan barang jadi yang dapat di langsung dikonsumsi
ataupun barang setengah jadi yang akan digunakan sebagai input oleh industri
lain. Kertas yang dimaksud adalah jenis kertas seperti kertas tulis cetak (writing-
printing paper), kertas lapis dan non lapis (coated and uncoated paper), kertas
tissue (tissue paper), kertas rokok (cigarette paper) dan sebagainya. Dengan kata
lain industri kertas dalam penelitian ini bukan industri pulp, industri barang-
barang dari kertas yang tidak memproduksi kertasnya terlebih dahulu dan bukan
khususnya maupun industri lain pada umumnya oleh pihak-pihak yang terkait
Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi
serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa
(Wikipedia 2005).
melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya
sebagai kertas pembersih (tissue) yang dapat digunakan untuk hidangan maupun
kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis
kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah liat yang dibakar.
Hal ini dapat ditemui dari pennggalan peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari
batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutera, bahkan daun lontar yang
menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada
peradaban Mesir kuno pada masa bangsa Fir’aun kemudian menyebar keseluruh
Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan ke seluruh Eropa, meskipun
pengunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus)
itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda,
Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas
(Wikipedia, 2005).
8
kertas bagi dunia. Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah
didapat di seluruh Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar
pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik
sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang
Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian meyebar ke Italia dan India
lalu Eropa khususnya setelah perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa
kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara
mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah
9
jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi
industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau
bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat
menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi
dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang
menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor
maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi
khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini.
pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing,
sebagai berikut :
pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil (fase factor-
driven). Karakteristik dari industri ini adalah sumber bahan baku kayu
10
biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan
2. Fase kedua adalah agribisnis (industri) pulp dan kertas yang digerakkan oleh
modal (capital-driven) yakni modal dan tenaga kerja semi terampil (capital
and smi-skill labor). Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan
baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya,
penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan
alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian
3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi
tenaga kerja terampil (knowledge based and skill labor based). Karakteristik
industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama
bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun
teknologi yang terus menerus sehingga selain menurunkan biaya produksi juga
11
Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang
integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu (upstream) dan
1. Full Integration
terintegrasi dengannya.
2. Taper Integration
input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan
Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp & Paper, PT. Lontar
besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya.
mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi
Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini
(sektor industri pengolahan), (3) penelitian terhadap sektor pertanian dan industri
pengolahan, dan (4) penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya
Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu
langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan (Tabel 2.1). Disamping
Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; (1)
sektor industri, dan (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor
menarik sektor hulunya, dan (2) Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI
wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang
mempunyai nilai lebih besar dari satu (kecuali pertanian di Jawa Barat).
Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah
banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa
suatu tabel yang yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa
16
yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian
oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan
pada baris nilai tambah yang menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah
input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa
Sejak dirilis oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel I-O telah
berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk
keseimbangan inilah yang merupakan salah satu kelebihan Tabel I-O yang
dibandingkan dengan alat analisa lainnya dalam ilmu ekonomi perencanaan dan
Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang
input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor
dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam
proses penyusunannya. Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Adapun asumsi dasar
memproduksi satu jenis barang atau jasa dengan susunan input tunggal
17
(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor
yang berbeda
dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya
kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan
3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi
kegiatan.
tetap (konstan) selama periode analisa atau proyeksi. Karena koefisien teknis
dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan
harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.
Namun demikian, Tabel I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan
substitusinya.
18
langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.
perekonomian.
tentang:
1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah
masing-masing sektor.
2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-
sektor produksi.
3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri
maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.
4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai
dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan
suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka
bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi
Apabila Tabel 2.4 di atas dilihat secara baris (bagian horisontal) maka
: : : : :
Dimana :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi = permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = jumlah output sektor i
antara, maka angka pada kolom (sektor) itu menunjukkan berbagai input yang
Tabel Input-Output, maka persamaan aljabar untuk input yang digunakan oleh
: : : : :
Dalam analisis I-O sistem persamaan di atas memiliki peran penting, yaitu
Secara umum matrik dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 kuadran, sebagai
berikut :
Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang
dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam Analisa I-O kuadran
ini memiliki peran yang sangat penting karena kuadran inilah yang
21
produksinya.
output suaru sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah,
sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah
tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah
keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang
transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa
bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel I-O sering
diabaikan.
melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output
sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui
output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses yang disebut
perekonomian yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor industri ini
dalam kondisi sekarang ini, sektor industri pengolahan lebih banyak dapat
menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif
untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya.
Selain itu sektor ini juga dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan laju
pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari
sebelumnya.
Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat tentang peranan
lebih baik dari sebelumnya. Dalam menganalisis peranan sektor industri kertas
keterbatasan analisis yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun alur
perannya dalam sektor kunci perekonomian seperti yang terlihat pada gambar 1,
Perekonomian
Indonesia
Industri Kertas
Kebijakan Pembangunan
Industri
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang
digunakan antara lain berasal dari Tabel Input-Output (I-O) transaksi domestik
atas dasar harga produsen tahun 2000 klasifikasi 175 sektor dari Badan Pusat
Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 22 sektor
dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya.
Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2000 tersebut dikarenakan tabel I-O
Indonesia ini sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input,
kemampuan untuk mendorong atau menarik sektor hulu dan hilirnya serta
keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas ini alat yang digunakan adalah
pada permintaan akhir yang eksogen tersebut. Oleh karenanya, model analisis ini
26
sering pula disebut dengan dengan model yang dikendalikan oleh sisi permintaan
(demand-driven model).
perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij)
dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah
input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j.
Xij
aij = (3.1)
Xj
AX + F = X Atau F = X - AX
27
Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan
pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat
Dimana :
I = Matriks identitas berukuran nxn yang elemennya memuat angka satu
pada diagonalnya dan nol pada selainnya,
F = Permintaan akhir,
X = Output,
( I – A ) = Matriks Leontief,
( I – A )-1 = Matriks kebalikan Leontief.
yang sangat penting sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek
langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output
keterkaitan yang sering digunakan dalam analisis ekonomi wilayah sektoral antara
n
KDi = ∑ aij (3.6)
j=1
Dimana:
KDi = Keterkaitan langsung ke depan
aij = Unsur matrik koefisien teknis
n
KBj = ∑ aij (3.7)
i=1
Dimana:
KBj = Keterkaitan langsung ke belakang
aij = Unsur matrik koefisien teknis
akibat dari adanya suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan
output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit
n
KDLTi = ∑ α ij (3.8)
j =1
Dimana:
KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
ij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka
29
akibat suatu sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut
baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.
n
KBLTj = ∑α ij (3.10)
i =1
Dimana:
BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
αij = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka
karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua
dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh
sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan
pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor
langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan sektor dan
30
Dimana:
Pdj = Koefisien penyebaran sektor j
ij = Unsur matrik kebalikan Leontief
oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian.
depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dam jumlah seluruh koefisien
matrik kebalikan Leontief. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan
sebagai berikut:
n
n∑ α ij
j =1
Sdi = n n
(3.11)
∑∑ α
i =1 j =1
ij
Dimana:
Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i
ij = Unsur matrik kebalikan Leontief
31
sektor prioritas. Pendekatan ini dianggap lebih baik daripada analisis keterkaitan
dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output.
pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu
sektor ekonomi.
1. Elastisitas Output
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
EO xyj = ∑b
i
ij ( y j / x) (3.12)
Dimana:
EO xyj = Elastisitas output
x = ∑x j
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
⎡ ⎤
ET xyj = ⎢∑ l i / x j )bij /(l j / x j )⎥ (y j / x) (3.13)
⎣ i ⎦
Dimana:
ET xyj = Elastisitas tenaga kerja
32
3. Elastisitas Pendapatan
suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor
lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:
⎡ ⎤
EP xyj = ⎢∑ hi / x j )bij /(h j / x j )⎥ ( y j / x) (3.14)
⎣ i ⎦
Dimana:
EP xyj = Elastisitas Pendapatan
hj = Upah dan gaji
hi / x j = Koefisien pendapatan
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI
kertas adalah tiga kelompok perusahaan besar. Ketiga produsen besar industri
pulp dan kertas tersebut adalah; Group Sinar Mas, Group Raja Garuda Mas dan
Oleh karena itu, sektor industri ini membutuhkan investasi baru atau industri ini
harus meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan industri asing, dan dapat
Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun
Kalimantan. Industri kertas memiliki kapasitas total sebesar 10,045,580 ton yang
investasi dalam negeri swasta sebesar 5.041.180 ton, dan investasi luar negeri
Tabel 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003
Status/Lokasi Jumlah Kapasitas Pulp Kapasitas Kertas
Perusahaan Terpasang Pulp % Terpasang Kertas %
(Ton) (Ton)
Perusahaan Negara
3 240.000 3,8 337.900 3,4
Swasta
Investasi Dalam
65 3.322.100 52,8 5.041.180 50,2
Negeri Swasta
Investasi Luar
12 2.725.000 43,3 4.666.500 46,5
Negeri
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Integrated
(Pulp dan Kertas) 10 5.072.100 80,7 2.517.000 25,1
Non Integrated
Pulp 3 1.215.000 19,3
Kertas 67 7.528,580 74,9
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Jawa 64 340.500 5,4 8.554.440 85,2
Sumatera 14 5.382.000 85,6 1.491.140 14,8
Kalimantan 2 564.600 9,0
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.
dengan kebanyakan industri lain di Indonesia, hal ini terjadi didasarkan pada
ketersediaan bahan baku dan upah tenaga kerja yang murah di dalam negeri.
2001. Pada periode yang sama ekspor kertas juga meningkat sekitar 19,1 persen
per tahun. Sementara konsumsi kertas juga meningkat 4,7 persen per tahun
Tabel 4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia Tahun 1993-2003
investor telah menunjukkan ketertarikan yang kecil pada sektor ini karena industri
ini telah menjadi capital intensive dan birokrasi yang rumit pasca otonomi daerah.
industri kertas tidak bertambah. Masalahnya setiap tahun konsumsi kertas dalam
negeri terus meningkat dengan angka rata-rata sekitar 6 persen per tahun. Pada
tahun 2003 kapasitas produksi yang dimiliki industri kertas baru sekitar mencapai
10,3 juta ton pertahun sedangkan konsumsi per kapitanya pada akhir 2003 telah
mencapai 25 Kg (Tabel 4.2). Nilai konsumsi per kapita ini memang lebih kecil
bila dibandingkan dengan negara lain contohnya Malaysia yang sudah mencapai
ratusan kilogram per kapita, namun jika kebutuhan kertas di dalam negeri naik
hingga mencapai 50 Kg per kapita, industri kertas harus mengimpor kertas senilai
meningkat maka harus ada investasi baru atau industri yang ada harus
meningkatkan efisiensi.
skala besar. Dari 77 perusahaan kertas pada tahun 2003, tujuh diantaranya adalah
perusahaan kertas yang terintegrasi (tabel 4.1). Kapasitas terpasang industri pulp
yang terintegrasi dengan perusahaan kertas mencapai 66,08 persen dari total
kertas pada perusahaan pulp dan kertas yang terintegrasi mencapai 21,32 persen
penyedia bahan baku yaitu industri pulp. Dengan kecenderungan ini hampir
seluruh output industri pulp disalurkan pada industri kertas didalam negeri
sedangkan ekspor hanya merupakan pasar kedua. Integrasi vertikal ini dianggap
pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk
Mulyaningsih, 2002)
Dilihat dari pangsa produksi dan ekspor penguasaan jaringan pasar luar
negeri, masih menjadi kelemahan bagi sebagian besar produsen kertas Indonesia.
37
kawasan ini. Kelompok Sinar Mas memasuki pasar Asia dengan mendirikan
kelompok perusahaan melalui bendera APP (Asia Pulp and Paper) di negara
Singapura, Cina, Malaysia, dan India. Begitu juga dengan Tanoto dan Tanjung
Enim Lestari (TEL) yang mengibarkan bendera APRIL (Asia Pacific Resources
diberlakukan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA) tahun 2003 dan
kawasan Asia Pasifik (APEC) tahun 2010. Pasar bebas tersebut akan memaksa
para produsen pulp dan kertas Indonesia untuk mampu bersaing memperebutkan
pasar Asia Pasifik yang terbuka. Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan
dengan pasar pulp terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis
mengenai kondisi pasar luar negeri terutama pasar Asia dan bagaimana strategi
untuk memasuki dan mengembangkan pasar di kawasan tersebut. Selain itu pasar
dalam negeri juga perlu dikaji karena merupakan basis untuk memperkuat daya
Sampai dengan tahun 2003 dalam industri kertas terdapat tiga perusahaan
yang memiliki proporsi kapasitas pabrik terhadap kapasitas total industri yang
melebihi 10 persen. Pertama, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp. yang menguasai
38
20,5 persen dari total kapasitas industri, kemudian disusul oleh PT. Pindo Deli &
Paper Mills sebesar 14.2 persen, dan perusahaan ketiga adalah PT. Pabrik Kertas
Tjiwi Kimia dengan proporsi sebesar 10,1 persen (Tabel 4.3). Tiga perusahaan
pemilik kapasitas terbesar tersebut dimiliki oleh group yang sama yaitu Sinar Mas
Group. Selain ketiga perusahaan itu group Sinar Mas masih mempunyai
perusahaan kertas lainnya yaitu PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry yang
Sinar Mas ini memiliki karaktristik yang sama yaitu semuanya merupakan
dan didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 525 Tanggal 14 Februari
1978 (Bank Niaga, 2005). PT. Indah Kiat Pulp & Paper dijalankan dengan sistem
dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan
direktur utamanya yaitu Teguh Ganda Widjaja. Pada susunan pemegang saham,
masyarakat menguasai 38,78 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan
PT. Indah Kiat Pulp & Paper melakukan usahanya secara komersil dengan
memproduksi pulp, kertas budaya, kertas industri dan corrugated carton boxes
sehingga saat ini menjadi 1.631.000 ton pulp per tahun, 744.000 ton kertas budaya
per tahun, 980.000 ton kertas industri per tahun dan 100.000 ton corrugated boxes
per tahun.
seluas 28 Ha, pabrik pulp dan kertas budaya di Perawang, Riau seluas 1.722 Ha
40
dan pabrik kertas industri di Serang Jawa Barat seluas 308,9 Ha. Fasilitas
produksi perusahaan juga didukung dengan berbagai fasilitas dan prasana seperti
Tabel 4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Indra Widjaja
Wakil Presiden Komisaris : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman
Komisaris : Show Chung Ho
Komisaris : Kuo Cheng Shyong
Komisaris : Raymond Liu, Phd.
Komisaris : Lo Shang Shung
Independen Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Independen Komisaris : Mas Achmad Daniri
Independen Komisaris : Prof. Dr. Teddy Pawitra
Independen Komisaris : Kamardy Arief
Independen Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Muktar Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Presiden Direktur : Chen Wang Chi
Wakil Presiden Direktur : Yudi Setiawan Lin
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Didi Harsa
Direktur : Agustian Rachmansjah Partawidjaja
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 52,72%
CHP International (BVI) Corp. British : 5,88%
Virgin Island
YFY Global Investment (BVI) Corp. : 2,56%
British Virgin Island
Yuen Foong Yu H.K., Co. Ltd, Hong : 0,05%
Kong
Masyarakat : 38,78%
Sumber: Bank Niaga, 2005.
41
PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills didirikan di Jakarta dalam rangka
1975, Akta Perubahan No.5 tanggal 3 April 1975, Akta Perubahan No.59 tanggal
26 April 1975, Akta Perubahan No.6 tanggal 4 Juli 1975 dan Akta Perubahan
No.69 tanggal 25 Februari 1976 (Bank Niaga, 2005). Perusahaan kertas ini
Purinusa Ekapersada sebesar 97,57 persen dari total saham yang dikeluarkan PT
Saat ini perusahaan kertas ini memiliki sebuah pabrik kertas yang
pabrik kertas milik perusahaan ini adalah sebesar 210.000 ton per tahun. Pada
Oktober 1995, PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills ini memulai konstruksi pabrik
kertasnya yang kedua (Pindo 2) yang berlokasi di Kuta Mekar, Karawang dengan
menambah tiga Paper Machine serta sebuah Corrugated Machine, dengan jumlah
kapasitas produksi terpasang sebesar 652.000 ton per tahun. Selain itu perusahaan
ini juga mempunyai fasilitas pabrik pembuatan bahan kimia calcium carbonate,
salah satu bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi kertas, berlokasi di
lokasi Pindo 1 dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 48.000 ton per tahun
dan telah berproduksi sejak bulan Maret 1996 (Bank Niaga, 2005).
42
Tabel 4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004.
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Indra Widjaja
Komisaris : Drs. Jhon Ferdinand Pandelaki
Komisaris : Yudi Setiawan Lin
Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Komisaris : Hajjah Ryani Soedirman
Komisaris : Arthur Tahya
Dewan Direksi
Direktur Utama : Teguh Ganda Wijaja
Wakil Direktur Utama : Muktar Widjaja
Wakil Direktur Utama : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Direktur Utama : Suresh Kilam
Wakil Direktur Utama : Tsai Huan Chi
Direktur : Huang Wen Hai
Direktur : Tri Ramadi
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 97,57%
PT Mega Kleenindo : 0,91%
PT Unitama Sartindo : 0,61%
Sumber: Bank Niaga, 2005.
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk didirikan dalam rangka Undang-
No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Akta
No.9 tanggal 2 Oktober 1972 (Bank Niaga, 2005). PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia
dewan direksi) dan pada susunan pemegang saham, masyarakat menguasai 36,60
persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan perusahaan ini (Tabel 4.6).
Sinar Mas adalah salah satu dari kelompok industri terbesar di Indonesia dengan
kurang lebih 200 perusahaannya yang bergerak di berbagai usaha yang besar
43
termasuk industri kertas dan pulp, real estate, minyak goreng, produksi bahan
makanan, hotel dan perumahan, bidang kimia, perbankan dan jasa keuangan.
Tabel 4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004
Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Indra Widjaja
Wakil Presiden Komisaris : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman
Komisaris : Show Chung Ho
Komisaris : Kuo Cheng Shyong
Komisaris : Raymond Liu, Phd.
Komisaris : Lo Shang Shung
Independen Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Independen Komisaris : Mas Achmad Daniri
Independen Komisaris : Prof DR. Teddy Pawitra
Independen Komisaris : Kamardy Arief
Independen Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Muktar Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Presiden Direktur : Chen Wang Chi
Wakil Presiden Direktur : Yudi Setiawan Lin
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Didi Harsa
Direktur : Agustian Rachmansjah Partawidjaja
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 63,30%
Koperasi : 0,10%
Masyarakat : 36,60%
Sumber: Bank Niaga, 2005.
Lokasi pabrik dan pusat perusahaan yang terletak di Jawa Timur, yang
perusahaan yang berasal dari petani di sekitarnya dengan status Hak Milik atau
Girik.
Pabrik kertas merupakan suatu jenis industri dengan sifat padat modal.
dapat menyediakan kesempatan kerja seluas-luasnya. Hal ini jelas dapat terlihat
pada bagian produksi barang-barang hasil produksi kertas dimana perusahaan ini
Pada tahun 1994, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia telah menerima sertifikat
ISO 9002 dari Det Norske Veritas Industry B.V, Rotterdam, Belanda, yang
produksi yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan. Bidang usaha utama
perusahaan ini adalah menghasilkan kertas tulis dan cetak bermutu tinggi, kertas
HVS mengkilap, dan kertas HVS biasa untuk kebutuhan sekolah dan perkantoran.
Selain kertas tulis dan cetak serta hasil-hasil produksi kertas, perusahaan kertas ini
dipergunakan untuk kemasan rokok, minyak wangi, kertas tissue, dan sereal. Saat
ini PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mempunyai kapasitas produksi sebanyak
30.000 ton boxboard pertahun. Perusahaan ini juga memproduksi pulp dari daur
ulang kertas bekas dan soda kaustik sebagai bahan baku utama industri kertas.
45
Perusahaan kertas ini didirikan di Langsa, Aceh Timur dengan nama awal
No.6 Tahun 1968 tentang PMDN dengan Akta No. 44 tanggal 13 Februari 1974
dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan
direkturnya adalah Teguh Ganda Widjaja. Kepemilikan saham dikuasai oleh tiga
perusahaan yaitu PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills (80 persen), PT Satria
Perkasa Agung (19,75 persen), dan PT. Arthadana Mulia Makmur yang memiliki
0,25 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan (Tabel 4.7).
PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry bergerak dalam bidang usaha
industri pulp dan kertas, dengan produksi utama pulp jenis LBKP, kertas budaya
dan tissue. Saat ini perusahaan ini merupakan salah satu produsen pulp yang
cukup besar di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 545.000 ton pulp per
tahun dan 7.500 ton kertas per tahun. Pada tahun 1999 perusahaan ini telah
Disamping pulp dan kertas, pada kuartal keempat tahun 1998 perusahaan
kertas ini memulai produksi komersial tissue dalam bentuk gulungan besar yang
dijual kepada pihak lain untuk kemudian diubah menjadi berbagai jenis tissue siap
pakai, dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. PT. Lontar Papyrus Pulp
46
& Paper Industry saat memiliki sebuah pabrik yang memproduksi pulp dan tissue
yang berlokasi di Sumatera yaitu di Tanjung Jabung, Jambi dan sebuah pabrik
Tabel 4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember
2003
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Indra Widjaja
Wakil Komisaris Utama : Drs. John Ferdinand Pandelaki
Komisaris : Sukirta Mangku Djaja
Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Dewan Direksi
Direktur Utama : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Direktur Utama : Hendra Jaya Kosasih
Direktur : Muktar Widjaja
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Lin Shun Keng
Direktur : Tri Ramadi
Direktur : Arthur Tahya
Susunan Pemegang Saham
PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills : 80,00%
PT Satria Perkasa Agung : 19,75%
PT Arthadana Mulia Makmur : 0,25%
Sumber: Bank Niaga, 2005.
Dalam menjalankan usahanya, PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry
telah memperoleh sertifikasi ISO 9002 sehubungan dengan telah sesuainya sistem
dipersyaratkan dalam ISO 9002. Di samping itu, perseroan ini juga telah
No.E10683 sebagai bukti bahwa perusahaan kertas ini telah memenuhi ketentuan
Total permintaan barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh Indonesia
1.656.068.629 juta. Dari data tersebut diperoleh bahwa jumlah permintaan akhir
lebih besar dibandingkan jumlah permintaan antaranya, hal ini berarti bahwa
masyarakatnya.
Berdasarkan Tabel 5.1, dilihat dari sisi permintaan antara tampak bahwa
oleh seluruh sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp 197.767.626 juta atau
18,71 persen dari total permintaan antara. Selanjutnya diikuti oleh sektor
pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, pada urutan kedua dan ketiga
dengan nilai Rp 144.977.415 juta atau 13,83 persen dan Rp 117.460.730 juta atau
11,21 persen dari total permintaan antaranya. Sedangkan untuk industri kertas
mempunyai permintaan antara sebesar Rp 10.800.775 juta atau sekitar 1,03 persen
dari total permintaan antara dan berada pada urutan ke-18 diantara sektor-sektor
output yang dihasilkan oleh sektor-sektor di atas untuk digunakan sebagai input
Dilihat dari permintaan akhir pada Tabel 5.1 sektor industri kertas
menempati posisi ke-14 diantara sektor yang lain sebesar Rp 13.970.847 juta atau
0,84 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut lebih besar dibanding
Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang
tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel I-O Indonesia tahun 2000
nilai tambah meliputi penerimaan upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak
tak langsung netto. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa total nilai
400.843.770 juta berasal dari upah dan gaji, Rp 755.048.498 juta berasal dari
Pada tahun yang sama sektor industri kertas menyumbang nilai tambah
bruto sebesar Rp 7.895.327 juta yang terdiri atas upah dan gaji sebesar Rp
865.958 juta dan pajak tak langsung netto sebesar Rp 487.967 juta (Tabel 5.2).
Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha
(U/G) maka akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio
tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima
produsen. Rasio upah dan gaji dan surplus usaha termasuk kategori baik jika
penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi
produsen berimbang.
50
Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada
Tabel 5.3. diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri kertas mempunyai nilai
surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai
rasio yang lebih kecil dari satu (0.43). Kondisi ini menunjukan bahwa distribusi
pendapatan antara pemilik modal (perusahaan) dan pekerja tidak merata atau
51
terjadi ketimpangan yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya eksploitasi
tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dengan share yang lebih
93.320.948 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang terserap di setiap sektor ekonomi
kerja bagi masyarakat di wilayah tersebut. Gambaran tentang jumlah tenaga kerja,
produktifitas dan nilai upah sektoral dapat dilihat pada Tabel 5.4.
Tabel 5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral Indonesia
Tahun 2000
Nilai tambah Total
Jumlah Produktivitas
Sektor bruto Upah Upah/TK
TK (Juta/Tk)
(Juta Rp) (Juta)
Pertanian 40.328.519 166,208.164 4,12 40.004,914 0,99
Kayu 555.824 13.700.655 24,65 2.577.985 4,64
Hasil Hutan Lainnya 86.513 2.282.652 26,39 565.245 6,53
Pertambangan dan
825.943 167.692.195 203,03 25.590.708 30,98
Penggalian
Industri makanan dan
3.012.592 112.062.949 37,20 30.567.459 10,15
minuman
Industri tekstil dan pakaian 2.480.225 45.440.052 18,32 16.143.177 0,15
Industri kayu dan furniture 2.450.134 20.256.905 8,27 5.797.569 0,42
Industri pulp 57.051 2.508.705 43,97 940.504 0,06
Industri kertas 118.454 7.895.327 66,65 1.952.762 0,06
Industri barang dari kertas 73.551 3.017.607 41,03 1.212.512 0,06
Industri percetakan 100.942 6.576.232 65,15 1.664.063 0,06
Industri kimia 705.030 97.169.759 137,82 21.585.418 0,03
Industri semen dan barang
648.911 10.119.912 15,60 3.296.212 0,20
non logam
Industri logam dasar 357.938 9.142.638 25,54 2.333.616 0,15
Industri barang jadi dari
259.161 9.475.821 36,56 3.477.803 0,07
logam
Industri lainnya 1,041.218 61.931.963 59,48 19.372.182 18,61
Listrik, Gas dan Air 225.664 8.393.727 37,20 2.279.382 10,10
Bangunan 4.183.255 76.573.392 18,30 37.132.511 8,88
Perdagangan 17.569.515 225.670.233 12,84 61.084.802 3,48
Pengangkutan dan
4.870.912 65.012.131 13,35 16.877.567 3,46
Komunikasi
Keuangan dan Persewaan 1,448.034 115.463.088 79,74 21.352.623 14.75
Jasa-jasa 11.921,562 105.266.243 8,83 85.034.756 7,13
Total (domestik) 93.320.948 1.331.860.350 14,27 400.843.770 4,30
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).
jiwa sedangkan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor
Dalam hal produktifitas tenaga kerja industri kertas menduduki peringkat keempat
53
sekitar 66,65 yang berarti satu orang tenaga kerja yang bekerja di sektor
manufaktur mampu menghasilkan sekitar 66,65 juta nilai tambah dari sektor
Berdasarkan nilai total ekspor tersebut, nilai ekspor keseluruhan sektor industri
kertas adalah Rp 13.125.385 juta atau 2,52 persen dari total ekspor Indonesia
(Tabel 5.5), sedangkan nilai ekspor terbesar ditempati oleh sektor industri kimia
atau 18,84 persen dari total ekspor indonesia. Nilai ekspor industri kertas yang
masih kecil tersebut dapat menandakan bahwa sektor industri ini masih
Ditinjau dari sisi impor terhadap barang-barang dan jasa ternyata nilai
impor secara keseluruhan sebesar 287.930.757 juta. Nilai impor industri kertas
sebesar Rp 8.507.854 juta atau 2,95 persen dari total impor Indonesia (Tabel 5.5).
Nilai impor tersebut dapat menunjukkan bahwa kebutuhan kertas dalam negeri
masih lebih besar dari produksi kertas dalam negeri sehingga harus melakukan
impor.
Dari Tabel 5.5, dengan melihat besarnya selisih antara total ekspor dan
barang yang dihasilkan oleh sektor tersebut tidak lagi tergantung pada impor.
54
Sedangkan yang mengalami selisih negatif dialami oleh sektor kayu, sektor listrik,
gas dan air, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor
pada impor.
Jika dilihat dari total selisih antara ekspor dan impor maka perekonomian
Output merupakan nilai produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh
2000 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor.
14,67 persen dengan nilai output sebesar Rp 396.214.278 juta, kemudian disusul
oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar Rp 329.325.254
juta dalam persentase sebesar 12,19 persen dari total output keseluruhan.
pembentukan output atau sebesar 0,92 persen dari seluruh total output sektoral
perekonomian.
56
dilihat pada Tabel 5.7. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan
mempunyai nilai keterkaitan langsung kedepan yang paling besar yaitu sebesar
kemudian secara berturut-turut diikuti oleh sektor industri kimia dan minyak dan
57
sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai 0,7964 dan 0,7020 pada posisi
paling tinggi dengan nilai 0,3103. hal ini dikarenakan sektor listrik, gas dan air
merupakan salah satu sektor yang paling vital dalam kehidupan manusia dan
tanpa sektor tersebut sektor yang lain tidak akan dapat berjalan, kemudian urutan
kedua dan ketiga di tempati oleh industri makanan dan minuman dan sektor
industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 0,3319 dan 0,1790.
menempati urutan keeenam dengan nilai 0,5997. Nilai ini berarti setiap kenaikan
permintaan akhir sebesar satu juta, maka output industri kertas secara langsung
akan meningkat sebesar 0,5997 juta rupiah. Sedangkan untuk keterkaitan langsung
ke belakang industri kertas memiliki nilai sebesar 0,3378 yang berada pada posisi
ke-17 diantara sektor-sektor yang lain. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jika
terjadi kenaikan permintaan akhir satu juta, maka sektor industri kertas akan
Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sektor yang mempunyai nilai
kedua dan ketiga ditempati oleh sektor perdagangan dan sektor industri kimia
sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 1,9484. Urutan kedua tertinggi ditempati oleh
sektor industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8775.
Selanjutnya berturut-turut untuk posisi ketiga dan keempat ditempati oleh sektor
listik, gas dan air dan sektor industri barang-barang dari kertas dengan nilai
keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan sebesar 1,6529 yang berada
output yang dihasilkan industri kertas secara langsung maupun tidak langsung
akan dialokasikan kepada sektor-sektor lain dan kepada industri kertas itu sendiri
industri kertas memiliki nilai keterkaitan sebesar 1,5409 yang berada pada
berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta pada industri
kertas maka permintaan input dari sektor-sektor lainnya maupun dari industri
kertas itu sendiri secara langsung dan tidak langsung akan menigkat sebesar
yang lain, industri ini tidak dapat dipisahkan dari industri atau sektor-sektor
industri ini juga berfungsi sebagai penghasil output yang digunakan sebagai input
bagi industri lainnya (hilir). Sektor-sektor hilir yang terkait dengan industri kertas
sektor perekonomian Indonesia (Tabel 5.8) dapat dilihat bahwa industri barang
dari kertas menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,3183. Selanjutnya
disusul oleh industri percetakan dengan nilai keterkaitan sebesar 0,2248 pada
urutan kedua. Industri barang dari kertas dan industri percetakan menempati
peringkat teratas karena kedua industri ini menggunakan bahan baku utama yang
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan konsumsinya yang terus
meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan industri ini juga ditandai dengan
pertumbuhan yang cukup tinggi itu adalah kedekatan industri kertas dengan bahan
berbagai sektor perekonomian indonesia (Tabel 5.9) dapat dilihat bahwa industri
pulp menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,0944. Industri pulp
menduduki peringkat pertama karena pulp merupakan bahan baku utama yang
digunakan oleh industri kertas. Selanjutnya disusul oleh sektor pengangkutan dan
dalam peringkat yang cukup tinggi bila di bandingkan dengan sektor-sektor lain
komunikasi dalam memperlancar rantai distribusi bahan baku dari tempat bahan
input dan pasar output dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan
ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu
memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh suatu unit permintaan
keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara satu sektor
dengan semua sektor yang ada. Dengan kata lain merupakan efek yang
ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output suatu sektor yang
Koefisien penyebaran ini diperoleh dari nilai keterkaitan output langsung dan
tidak langsung ke belakang yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi
dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien
yang lebih besar dari suatu sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam
Pada Tabel 5.10 dapat dilihat beberapa sektor yang mempunyai indeks
koefisien penyebaran yang tinggi antara lain sektor industri makanan dan
minuman, industri kayu dan furniture, listrik, gas dan air, industri barang dari
kertas juga industri tekstil dan pakaian. Berdasarkan nilai indeks koefisien
penyebaran yang lebih dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor
hulunya.
64
Salah satu penyebab terjadi hal tersebut adalah adanya integrasi vertikal dalam
industri kertas sendiri, khususnya yaitu dengan sektor hulu yang paling besar
besar yang memiliki kapasitas produksi yang besar pula ternyata juga memiliki
pabrik pulp sebagai sumber bahan bakunya. Hal ini mengakibatkan kemampuan
terutama pulp menjadi semakin berkurang. Namun jika di tinjau dari sisi efisiensi,
menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal pada industri kertas
perubahan output suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output
sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor tersebut sebagai input
baik langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran ini sering disebut
indeks daya penyebaran ke depan yang diperoleh dari keterkaitan langsung dan
tidak langsung ke depan yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi
dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dari semua sektor. Nilai
Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian
memiliki indeks kepekaan penyebaran yang paling tinggi yaitu sebesar 1,9504.
Hal ini di karenakan sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu
seperti minyak bumi dengan produk hasil olahannya yaitu bahan bakar minyak
terutama dalam hal penyedian kebutuhan bahan bakar untuk proses produksi.
66
Sedangkan untuk industri kertas, sektor industri ini mempunyai indeks kepekaan
penyebaran sebesar 1,309. Dengan nilai indeks yang lebih besar dari satu, hal ini
berarti bahwa industri kertas mempunyai kemampuan yang kuat untuk mendorong
(1,0242), industri tekstil dan pakaian (0,8641), dan industri kayu dan furniture
Semuanya itu menandakan bahwa sektor industri kertas layak untuk terus
sektor prioritas. Menurut Mattas dan Shresta (1991) dalam Imansyah (2000)
pendekatan ini lebih baik daripada analisis keterkaitan dan analisis multiplier
keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu sektor ekonomi.
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,2610 (Tabel 5.12). Nilai ini berarti
setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan
output sektor perdagangan sebesar 1,2610 persen. Urutan kedua ditempati oleh
sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas output sebesar
1,1253. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain
sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri makanan
dan minuman sebesar 1,1253 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi dari
68
besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif
terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir.
1,0023, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1
persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 1,0023 persen.
Dengan nilai elastisitas output yang lebih besar dari satu, industri kertas dapat
disebut cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.
suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor
lainnya. Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tertinggi
ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,1650. Nilai
ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan
kedua ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai elastisitas
pendapatan sebesar 1,0759. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan permintaan
akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor
sebesar 0,5022, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain
0,5022 persen. Dengan nilai elastisitas pendapatan yang kurang dari satu, industri
kertas dapat disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada
sektor lain.
Elastisitas
Sektor
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Pertanian 0,3921 (15) 0,6449 ( 5 ) 0,5495 ( 9 )
Kayu 0,0955 (18) 0,3284 ( 9 ) 0,2619 (14)
Hasil hutan lainnya 0,4050 (13) 0,2772 (12) 0,3319 (10)
Pertambangan dan penggalian 1,1008 ( 3 ) 1,0759 ( 2 ) 0,9779 ( 3 )
Industri makanan dan minuman 1,1253 ( 2 ) 1,0009 ( 3 ) 1,0441 ( 2 )
Industri tekstil dan pakaian 0,5241 (11) 0,1790 (17) 0,2764 (13)
Industri kayu dan furniture 0,2591 (16) 0,1877 (16) 0,1790 (16)
Industri pulp 0,8697 ( 8 ) 0,6005 ( 6 ) 0,8877 ( 4 )
Industri kertas 1,0023 ( 5 ) 0,5022 ( 7 ) 0,6093 ( 8 )
Industri barang dari kertas 0,7100 ( 9 ) 0,0443 (21) 0,0485 (21)
Industri percetakan 0,6084 (10) 0,0247 (22) 0,0431 (22)
Industri kimia 0,9831 ( 6 ) 0,0901 (20) 0,7964 ( 5 )
Industri semen dan barang non logam 0,4048 (14) 0,3072 (11) 0,0900 (20)
Industri logam dasar 0,0047 (21) 0,1659 (18) 0,3072 (12)
Industri barang jadi dari logam 0,0139 (20) 0,2240 (14) 0,1737 (17)
Industri lainnya 0,0548 (19) 0,3127 (10) 0,1631 (18)
Listrik, gas dan air 0,9020 ( 7 ) 0,2778 (13) 0,3103 (11)
Bangunan 0,1253 (17) 0,4772 ( 8 ) 0,1919 (15)
Perdagangan 1,2610 ( 1 ) 1,1650 ( 1 ) 1,0768 ( 1 )
Pengangkutan dan komunikasi 1,0274 ( 4 ) 0,6903 ( 4 ) 0,7027 ( 6 )
Keuangan dan persewaan 0,0040 (22) 0,0994 (19) 0,6438 ( 7 )
Jasa-jasa 0,5179 (12) 0,2133 (15) 0,0980 (19)
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).
Keterangan: ( ) merupakan peringkat
70
sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.
ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,0768 (Tabel
5.12). Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1
persen. Peringkat kedua ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman
dengan nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 1,0441. Nilai ini bermakna bahwa
setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan
meningkatkan tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,0441
persen. Nilai elastisitas tenaga kerja yang tinggi dari kedua sektor tersebut
terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif terhadap
perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir.
Pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas tenaga kerja sebesar
0,6093, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1
persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 0,6093 persen.
Dengan nilai elastisitas yang kurang dari satu, tenaga kerja industri kertas dapat
disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.
Namun demikian nilai elastisitas tenaga kerjanya masih bernilai positif, hal ini
terjadi dikarenakan industri kertas selain merupakan industri padat modal juga
perekonomian.
berdasarkan ranking elastisitas (Tabel 5.13), dapat diketahui sepuluh sektor kunci
perekonomian, yaitu: (1) perdagangan, (2) industri makanan dan minuman, (3)
pulp, (6) industri kertas, (7) pertanian, (8) industri kimia, (9) listrik, gas dan air,
dan (10) hasil hutan lainnya. Hal ini berarti kesepuluh sektor tersebut menjadi
Indonesia (peringkat keenam), hal ini menunjukkan bahwa industri ini, bersama
dalam perekonomian Indonesia dan pemerintah sebagai policy makers harus lebih
tersebut.
Elastisitas Input-Output
(peringkat) Total Ranking
Sektor
Tenaga Peringkat Elastisitas
Output Pendapatan
Kerja
Pertanian 15 5 9 29 7
Kayu 18 9 14 41 12,5
Hasil hutan lainnya 13 12 10 35 10
Pertambangan dan
3 2 3 8 3
penggalian
Industri makanan dan
2 3 2 7 2
minuman
Industri tekstil dan pakaian 11 17 13 41 12,5
Industri kayu dan furniture 16 16 16 48 17,5
Industri pulp 8 6 4 18 5
Industri kertas 5 7 8 20 6
Industri barang dari kertas 9 21 21 51 20
Industri percetakan 10 22 22 54 22
Industri kimia 6 20 5 31 8,5
Industri semen dan barang
14 11 20 45 14
non logam
Industri logam dasar 21 18 12 51 20
Industri barang jadi dari
20 14 17 51 20
logam
Industri lainnya 19 10 18 47 16
Listrik, gas dan air 7 13 11 31 8,5
Bangunan 17 8 15 40 11
Perdagangan 1 1 1 3 1
Pengangkutan dan
4 4 6 14 4
komunikasi
Keuangan dan persewaan 22 19 7 48 17,5
Jasa-jasa 12 15 19 46 15
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 (diolah)
73
Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai
1. Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada
struktur nilai tambah bruto dapat diketahui bahwa sektor industri kertas
mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji, hal ini
pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang besar yang dapat
disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap
tenaga kerja dengan share yang lebih besar terhadap perusahaan (pemilik
upah.
dapat diketahui bahwa industri kertas memiliki nilai keterkaitan yang tinggi
baik ke depan maupun ke belakang terhadap sektor hulu dan hilirnya dan juga
Dengan adanya klaster ini maka bukan saja dapat saling menumbuh
tetapi juga mengingat dalam setiap sektor terdapat juga pelaku ekonomi yang
tergolong Industri Kecil dan Menengah (IKM), maka klaster tersebut akan
menarik IKM untuk memenuhi Permintaan barang dan jasa. Pada saat yang
sama jaringan yang terpadu dari IKM terkait akan terus berkembang,
Oleh karena itu IKM memerankan peranan secara integral dan konstruktif
5.1. Kesimpulan
tambah bruto adalah sebesar Rp 7.895.327 juta dan jika dilihat dari
118.454 jiwa. Pada struktur ekspor dan impor, industri kertas melakukan
juta dan jika dilihat dari struktur output sektoral, industri ini berkontribusi
2. Industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan
paling tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan pada
penghasil bahan baku industri kertas dan pada sektor pengangkutan dan
industri kertas.
76
sektor hulunya karena jika dilihat dari hasil analisis koefisien penyebaran,
sektor industri ini memiliki indeks koefisien penyebaran yang kurang dari
satu (0,9611). Salah satu penyebab lemahnya industri ini dalam menarik
dari kertas dan industri percetakan karena memiliki indeks kepekaan lebih
4. Industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci
respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam
6.2. Saran
2. Pada industri kertas harus dibangun klaster industri yang kuat secara
klaster tersebut seperti industri pulp, industri barang dari kertas dan industri
outputnya dan disisi lain sektor hulu tetap dapat memasok input bagi
Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2003. Direktori Industri Pulp dan Kertas
Indonesia 2003. APKI. Jakarta.
Mansur, M. 2005. “Industri Kertas Butuh Investasi Baru” [Harian Terbit Online].
http://www.harianterbit.com [18 Februari 2005].