You are on page 1of 104

ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS

DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

OLEH
RUSLI RAMLI
H14101122

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
RINGKASAN

RUSLI RAMLI. Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam


Perekonomian Indonesia (dibimbing oleh ARIEF DARYANTO).

Proses industrialisasi di Indonesia telah yang dimulai dari sejak pelita I


telah mengakibatkan transformasi struktural dalam perekonomian Indonesia. Hal
ini ditandai dengan semakin menurunnya kontribusi sektor primer (pertanian)
terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) sementara sektor sekunder dan tersier
seperti industri pengolahan kontribusinya terhadap PDB terus mengalami
peningkatan.
Salah satu sektor industri pengolahan yang berkembang pesat adalah
sektor industri kertas. Hal yang menyebabkan industri ini terus berkembang pesat
di Indonesia antara lain adalah kemudahan mendapatkan baku dan tenaga kerja
yang murah. Pada akhir tahun 2000 kapasitas terpasang industri kertas nasional
telah mencapai sekitar 9,1 juta ton per tahun, produksi sebesar 6,8 juta ton, ekspor
sebesar 2,8 juta ton, dan konsumsinya yang telah mencapai 4,2 juta ton. Data-data
tersebut di atas menunjukkan bahwa industri kertas sangat potensial untuk terus
dikembangkan khususnya untuk meningkatkan penerimaan devisa negara. Selain
perkembangannya yang pesat tersebut, industri kertas juga mempunyai pengaruh
dan hubungan timbal balik terhadap industri atau sektor lainnya karena komoditi
kertas yang dihasilkan oleh industri ini dapat sebagai input sektor industri lain dan
sebaliknya industri kertas juga membutuhkan input dari sektor lain tersebut.
Berdasarkan kondisi di atas, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis sejauh
mana peran sektor industri kertas bagi perekonomian Indonesia
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari BPS
Pusat Jakarta dan instansi terkait lainnya. Analisis yang digunakan yaitu Analisis
Input-Output (I-O) dari Tabel I-O Indonesia Tahun 2000 transaksi domestik atas
dasar harga produsen klasifikasi 175 sektor melalui program Microsoft Excel
2003. Pendekatan model I-O yang digunakan dalam penelitian ini adalah model
sisi permintaan (demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan
merupakan faktor eksogen yang mempengaruhi perekonomian.
Berdasarkan analisis deskriptif dari Tabel I-O Indonesia tahun 2000
transaksi domestik atas dasar harga produsen yang diagregasi menjadi 22 sektor,
industri kertas memiliki peran yang tidak begitu besar terhadap struktur
perekonomian Indonesia seperti struktur permintaan, nilai tambah bruto, struktur
ketenagakerjaan, ekspor-impor dan pembentukan output sektoral. Hal ini dapat
dilihat dari kecilnya nilai industri kertas pada masing-masing struktur tersebut bila
dibandingkan dengan sektor perekonomian lainnya. Dilihat dari sisi permintaan
antara dan permintaan akhir, industri kertas memiliki permintaan akhir (Rp
10.800.775 juta) yang lebih besar daripada permintaan antaranya (Rp 13.970.847
juta) yang menandakan bahwa output industri kertas lebih banyak digunakan
untuk konsumsi langsung (masyarakat, pemerintah, dan ekspor) daripada sebagai
input untuk sektor lainnya.
Dilihat dari rasio upah gaji terhadap surplus usaha (0,43) dalam struktur
nilai tambah bruto, dapat identifikasi bahwa pada industri kertas terjadi
ketimpangan distribusi pendapatan antara pihak perusahaan dengan tenaga
kerjanya. Kemudian dari struktur ketenagakerjaan dapat diketahui bahwa industri
ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 118.454 jiwa. Berdasarkan analisis
struktur ekspor-impor dapat diketahui bahwa industri kertas mengalami surplus
perdagangan sebesar Rp 4.617.531 juta sedangkan dari pembentukan output
sektoral industri kertas menyumbang sebesar Rp 24.771.662 juta atau sekitar 0,92
persen dari total output sektoral perekonomian.
Dari hasil analisis keterkaitan per sektornya (keterkaitan industri kertas
terhadap berbagai sektor perekonomian Indonesia), industri ini memiliki
keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan hilirnya. Pada keterkaitan ke
depan industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor industri
barang dari kertas (0,3183) dan industri percetakan (0,2448), sedangkan pada
keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan kuat terhadap
industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor penghasil input bahan bakunya.
Berdasarkan hasil analisis koefisien penyebaran dapat diketahui bahwa
industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan sektor
hulunya. Sedangkan dari hasil analisis kepekaan penyebaran industri kertas
merupakan industri yang memiliki kemampuan yang kuat dalam mendorong
sektor hilirnya.
Pada analisis elastisitas input-output dapat diketahui bahwa industri kertas
cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya dalam hal
output dengan nilai elastisitas output sebesar 1,0023. Sementara dari hasil
elastisitas pendapatannya (0,0522) industri ini kurang responsif terhadap
perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal pendapatan dan jika dilihat dari
hasil elastisitas tenaga kerjanya (0,6093), perubahan permintaan akhir sektor lain
kurang berpengaruh terhadap perubahan tenaga kerja dalam sektor industri kertas
tersebut.
Berdasarkan ranking elastisitas, industri kertas termasuk dalam salah satu
dari sepuluh sektor kunci perekonomian Indonesia (peringkat keenam). Hal ini
mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki respon yang tinggi terhadap
perubahan permintaan akhir sektor lain dalam hal peningkatan output, pendapatan,
maupun tenaga kerjanya, sehingga sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup
besar dalam berkontribusi untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara
keseluruhan. Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan
sektor prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers
karena kontribusinya terhadap perekonomian tersebut
ANALISIS INPUT-OUTPUT PERANAN INDUSTRI KERTAS
DALAM PEREKONOMIAN INDONESIA

Oleh

RUSLI RAMLI
H14101I22

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2006
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh,


Nama Mahasiswa : Rusli Ramli
Nomor Registrasi Pokok : H14101122
Program Studi : Ilmu Ekonomi
Judul Skripsi : Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas
dalam Perekonomian Indonesia

dapat diterima sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor.

Menyetujui,
Dosen Pembimbing,

Dr. Ir. Arief Daryanto, M.Ec.


NIP. 131 644 945

Mengetahui,
Ketua Departemen Ilmu Ekonomi,

Dr. Ir. Rina Oktaviani, MS


NIP. 131 846 872

Tanggal Kelulusan:
PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH


BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH
DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA
PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli
H14101122
RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Rusli Ramli lahir pada tanggal 20 Juli 1983 di Karawang,
Propinsi Jawa Barat. Penulis merupakan anak pertama dari satu bersaudara, dari
pasangan Apun Sanusi dan Yoyoh. Jenjang pendidikan penulis dilalui dengan
lancar, penulis menamatkan Sekolah Dasar pada SDN Ciwaringin 1, kemudian
melanjutkan ke SLTPN 1 Telagasari dan lulus pada tahun 1998. Pada tahun yang
sama penulis diterima di SMUN 1 Karawang dan lulus pada tahun 2001.
Pada tahun 2001 penulis melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi
untuk meraih gelar sarjana. Penulis masuk IPB melalui jalur Ujian Masuk
Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN) dan diterima sebagai mahasiswa Program
Studi Ekonomi dan Studi Pembangunan pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di berbagai organisasi intra dan ekstra
kampus seperti BEM-H, Formasi, dan HMI Komisariat FEM.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Judul skripsi ini
adalah “Analisis Input-Output Peranan Industri Kertas dalam Perekonomian
Indonesia“. Judul ini dipilih penulis karena merupakan topik yang menarik dalam
perkembangan industri nasional dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir.
Penulis mengharapkan adanya hasil positif sebagai masukan dalam pembangunan
industri kertas nasional selanjutnya. Selain itu, skripsi ini juga merupakan salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, terutama
kepada Bapak Dr.1r. Arief Daryanto, M.Ec. yang telah memberi masukan, saran
serta bimbingan dalam pembuatan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga penulis
ucapkan kepada seluruh pihak lainnya yang telah membantu terlaksananya
penelitian ini baik dari instansi maupun perorangan yang tidak dapat disebutkan
satu persatu. Semoga karya ini dapat bermanfaat, bagi penulis khususnya dan
kalangan pendidikan umumnya.

Bogor, Juni 2006

Rusli Ramli
H14101122
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR TABEL...................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi
DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. xii
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................................................... 4
1.3. Tujuan Penelitian ......................................................................... 5
1.4. Ruang Lingkup............................................................................. 5
1.5. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN .............. 7
2.1. Definisi dan Sejarah Kertas........................................................... 7
2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas .......................................... 8
2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas ......................................... 11
2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu .................................................... 13
2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis ........................................................ 16
2.5.1. Model Input-Output ........................................................... 16
2.5.2. Struktur Tabel Input-Output............................................... 19
2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual .................................................. 22
III. METODE PENELITIAN..................................................................... 25
3.1. Jenis dan Sumber Data .................................................................. 25
3.2. Metode Analisis ............................................................................ 25
3.2.1. Koefisien Input................................................................ 26
3.2.2. Analisis Keterkaitan ........................................................ 27
3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran ......................................... 29
3.2.3. Elastisitas Input-Output................................................... 31
V. GAMBARAN UMUM INDUSTRI ...................................................... 33
4.1. Profil Industri Kertas..................................................................... 33
4.2. Perkembangan Industri Kertas ...................................................... 34
4.3. Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia................. 36
4.3. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia .............................. 37
V. HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................. 47
5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia............. 47
5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas .............................. 47
5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto ........................................ 49
5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan............................................... 51
5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor............................................. 53
5.1.5. Struktur Output Sektoral ................................................ 55
5.2. Analisis Keterkaitan ...................................................................... 56
5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian ..... 56
5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ................. 58
5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas ........................... 59
5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri kertas ....................... 61
5.3. Analisis Koefisien dan Kepekaan Penyebaran.............................. 62
5.3.1. Koefisien Penyebaran..................................................... 63
5.3.2. Kepekaan Penyebaran .................................................... 65
5.4. Elastisitas Input-Output................................................................. 67
5.4.2. Elastisitas Output ........................................................... 67
5.4.2. Elastisitas Pendapatan .................................................... 68
5.4.2. Elastisitas Tenaga Kerja................................................. 70
5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia .................. 71
5.6. Implikasi Kebijakan ...................................................................... 73
VI. KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 75
6.1. Kesimpulan ................................................................................... 75
6.2. Saran.............................................................................................. 76
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 78
LAMPIRAN............................................................................................... 80
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan
Tahun 1993 ................................................................................. 2

1.2. Kapasitas Produksi, Impor, Ekspor dan Konsumsi Industri


Kertas Indonesia Tahun 1994-2003............................................ 3

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Keterkaitan ........................ 13

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran.......... 14

2.3. Struktur Tabel Input-Output........................................................ 19

4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003 .............. 34

4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia 1993-2002.... 35

4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas 2003... ........... 38

4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk


per 30 September 2004 ............................................................... 40

4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills


per 30 September 2004 ............................................................... 42

4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk


per 30 September 2004 .............................................................. 43

4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry


per 30 Desember 2004 ................................................................ 46

5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor


Perekonomian di Indonesia Tahun 2000..................................... 48

5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia


Indonesia Tahun 2000 ................................................................ 50

5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha.......................................... 51

5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral


Indonesia Tahun 2000 ................................................................ 52
5.5. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2000 ..................... 54

5.6. Struktur Pembentukan Output Sektoral Terhadap Perekonomian


Indonesia ..................................................................................... 56

5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia .. 57

5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor


Perekonomian Indonesia ............................................................. 60

5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai


Sektor Perekonomian Di Indonesia ............................................. 61

5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai


Sektor Perekonomian Di Indonesia............................................. 64

5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai


Sektor Perekonomian Di Indonesia............................................. 66

5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-sektor Perekonomian


Indonesia Tahun 2000 ................................................................. 69

5.13. Sektor Kunci Perekonomian Menurut Ranking Elastisititas


Input-Output Indonesia Tahun 2000 ........................................... 71
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1. Bagan Alur Pendekatan Studi ........................................................ 24
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 ................. 81
2. Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000 Klasifikasi 22 Sektor ............ 82
3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor ....................................... 86
4. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor................................... 88
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses industrialisasi di Indonesia yang dimulai sejak Pelita I telah

mengakibatkan transformasi struktural di Indonesia. Pola pertumbuhan ekonomi

secara sektoral di Indonesia agaknya sejalan dengan kecenderungan proses

transformasi struktural yang terjadi di berbagai negara di dunia, dimana terjadi

penurunan kontribusi sektor pertanian (sektor primer) terhadap Produk Domestik

Bruto (PDB), sementara kontribusi sektor sekunder dan tersier cenderung

meningkat. Perubahan struktural mengandung arti peralihan dari masyarakat

pertanian tradisional menjadi ekonomi industri modern, yang mencakup peralihan

lembaga, sikap sosial, dan motivasi yang secara radikal. Perubahan struktur

semacam ini menyebabkan kesempatan kerja semakin banyak, produktifitas

buruh, stok modal, dan pendayagunaan sumber-sumber baru serta perbaikan

teknologi akan semakin tinggi (Jhingan, 2002).

Pada tahun 1960, sektor pertanian merupakan sektor penyumbang terbesar

terhadap PDB (53,9 persen), sementara sektor industri khususnya industri

pengolahan baru menyumbang 8,4 persen dari PDB (Tabel 1.1). Kemudian pada

tahun 1967 industri pengolahan telah menyumbang 51,8 persen terhadap PDB

sedangkan sektor pertanian mempunyai kontribusi terhadap PDB sebesar 8,4

persen. Pada tahun-tahun berikutnya dapat dilihat bahwa sektor industri

pengolahan terus mengalami kenaikan dalam hal kontribusinya terhadap PDB

sedangkan sektor pertanian sebaliknya terus mengalami penurunan kontribusi

terhadap PDB. Hal tersebut menjadi salah satu indikasi bahwa sektor industri
2

pengolahan telah menggeser peranan sektor pertanian dalam pembangunan

nasional berkaitan dengan peralihan struktur perekonomian masyarakat Indonesia

dari orientasi pada sektor primer (pertanian) kepada orientasi sektor industri.

Salah satu dari sektor industri pengolahan tersebut yang berkembang pesat sampai

saat ini adalah industri pulp dan kertas.

Tabel 1.1. Komposisi Sektoral PDB 1960-2003 Atas Dasar Harga Konstan Tahun
1993 (persen)

Lapangan Usaha 1960 1967 1973 1983 1989 1993 1998 2003
Pertanian 53.9 51.8 40.1 22.8 20.6 17.6 17.2 16.6
Pertambangan dan
3.7 3.7 12.3 20.7 15.6 13.9 1.84 10.7
penggalian
Industri Pengolahan 8.4 8.4 9.6 12.7 18.5 21.1 25.3 24.7
Listrik dan air minum 0.3 0.5 0.5 0.4 0.6 0.7 1.52 2.2
Bangunan/konstruksi 2.0 1.6 3.9 5.9 5.5 6.6 5.64 6.0
Perdagangan, hotel dan
14.3 15.8 16.6 14.9 16.1 16.4 15.9 16.3
restoran
Pengangkutan dan
3.7 3.5 3.8 5.3 5.3 5.9 7.49 6,3
komunikasi
Keuangan, sewa dan
1.0 0.8 1.2 3.0 4,0 5.1 7.57 6.9
jasa perusahaan
Jasa-jasa 6.2 6.4 3.9 3.9 3.5 3.5 9.57 10.4
Sumber : BPS, 2003.

Industri pulp dan kertas adalah industri yang berkembang dengan tingkat

pertumbuhan 20 persen per tahun pada beberapa dekade terakhir. Pasar bagi hasil

industri pulp dan kertas masih terbuka luas karena konsumsi kertas per kapita

terus meningkat dari tahun ke tahun. Dari sisi kontribusi terhadap penerimaan

negara, sektor industri pulp dan kertas telah menyumbang 90 persen dari total

penerimaan ekspor kehutanan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai eksportir


3

pemimpin dalam bidang kehutanan di dunia sejak 1987 (Karseno dan

Mulyaningsih, 2002).

Tabel 1.2. Kapasitas, Produksi, Impor, Ekspor, dan Konsumsi Industri Kertas
Indonesia Tahun 1994-2003 (ton)

Tahun Kapasitas Produksi Impor Ekspor Konsumsi


1994 3.882.350 3.054.000 171.300 826.200 2.399.100
1995 4.472.500 3.425.800 140.110 924.520 2.641.390
1996 5.595.280 4.120.490 197.700 1.198.220 3.119.970
1997 7.168.290 4.821.600 261.000 1.800.000 3.282.600
1998 7.479.530 5.487.260 130.130 2.833.960 2.783.430
1999 9.097.180 6.720.560 143.800 2.950.800 3.913.560
2000 9.116.180 6.849.000 212.630 2.837.210 4.224.420
2001 9.904.080 6.951.240 199.840 2.345.135 4.805.945
2002 10.065.580 7.212.970 249.695 2.446.730 5.015.935
2003 10.300.000 8.200.000 250.000 2.600.000 5.800.000
Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas, 2003.

Sementara itu fokus khusus pada sektor industri kertas (diluar dari industri

pulp), industri ini merupakan salah satu industri yang mempunyai peranan penting

dalam perekonomian Indonesia. Ada tiga alasan utama yang melatarbelakangi

pentingnya sumbangan industri ini, pertama, adalah bahwa produk kertas

harganya banyak ditentukan dalam nilai dolar, alasan kedua, yaitu komponen

impor yang digunakan dalam proses produksi nilainya tidak lebih dari 30 persen,

dan ketiga, ialah bahwa produk kertas cenderung banyak yang ditujukan untuk

pasar luar negeri, sehingga dalam masa krisis ekonomi yang dihadapi Indonesia,

industri ini masih dapat diandalkan dalam membantu penerimaaan devisa negara

(Rosadi dan Vidyatmoko, 2002). Hal itu ditambah apabila melihat dalam sekitar

satu dekade terakhir ini, baik kapasitas, jumlah produksi, ekspor maupun
4

konsumsi dalam industri kertas terus mengalami kenaikan setiap tahunnya (Tabel

1.2). Berdasarkan kondisi inilah dirasakan penting untuk melakukan analisis lebih

lanjut tentang peranan industri kertas terhadap perekonomian Indonesia.

I.2. Perumusan Masalah

Pentingnya industri kertas yang besar tidak terlepas dari kondisi yang

dimilikinya. Sampai saat ini industri kertas Indonesia memiliki keunggulan

komparatif dibandingkan dengan negara lain. Keunggulan yang lebih banyak

mengandalkan sumber bahan baku yang berlimpah dengan harga yang relatif

murah serta tenaga kerja dengan upah buruh yang relatif rendah. Dalam hal bahan

baku, misalnya, Indonesia termasuk negara penyedia bahan baku pulp terbesar

karena mempunyai hutan terluas kedua di dunia, sehingga bahan baku untuk

pembuatan kertas tersedia banyak di Indonesia. Begitu juga dalam hal tenaga

kerja, angkatan kerja produktif di Indonesia mencapai puluhan juta orang. Namun

pentingnya industri kertas ini tidak semata-mata hanya karena keunggulan

komparatifnya saja tapi juga karena peranannya dalam hubungannya terhadap

sektor-sektor lain dalam perekonomian Indonesia baik sektor industri maupun

non-industri dan bagaimana sektor-sektor lain tersebut mempengaruhi industri

kertas sehingga terjadinya hubungan timbal balik yang mengarah pada

peningkatan pertumbuhan sektor-sektor dalam perekonomian secara keseluruhan.

Peran industri kertas dalam hubungannya dengan sektor-sektor perekonomian

tersebut dapat dilihat dari bagaimana struktur perekonomiannya bila dibandingkan

dengan sektor-sektor lainnya dan keterkaitannya dengan sektor-sektor lainnya


5

tersebut, bagaimana kemampuan industri kertas dalam mendorong sektor hulu dan

hilirnya dan bagaimana peran industri kertas dalam sektor kunci perekonomian

Indonesia.

Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, beberapa permasalahan

yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Berapa besar peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia

dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan

output sektoral?

2. Bagaimana keterkaitan sektor industri kertas dengan sektor-sektor lainnya di

Indonesia?

3. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik

pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya?

4. Bagaimana peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian

Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan penulisan skripsi ini

adalah:

1. Menganalisis peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian Indonesia

dalam struktur permintaan, nilai tambah, ketenagakerjaan, ekspor-impor dan

output sektoral

2. Menganalisis keterkaitan sektor industri pengolahan dengan sektor-sektor

perekonomian lainnya di Indonesia


6

3. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam mendorong dan menarik

pertumbuhan sektor hulu dan hilirnya

4. Menganalisis peran sektor industri kertas dalam sektor kunci perekonomian

Indonesia

1.4. Ruang Lingkup

Industri kertas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah industri yang

terdiri dari perusahaan-perusahaan yang mengolah bahan baku kertas menjadi

produk kertas yang merupakan barang jadi yang dapat di langsung dikonsumsi

ataupun barang setengah jadi yang akan digunakan sebagai input oleh industri

lain. Kertas yang dimaksud adalah jenis kertas seperti kertas tulis cetak (writing-

printing paper), kertas lapis dan non lapis (coated and uncoated paper), kertas

tissue (tissue paper), kertas rokok (cigarette paper) dan sebagainya. Dengan kata

lain industri kertas dalam penelitian ini bukan industri pulp, industri barang-

barang dari kertas yang tidak memproduksi kertasnya terlebih dahulu dan bukan

pula industri percetakan atau penerbitan.

1.4. Manfaat Penelitian

Penulis mengharapkan penelitian ini dapat berkontribusi secara positif

terhadap perencanaan kebijakan pembangunan industri kertas nasional pada

khususnya maupun industri lain pada umumnya oleh pihak-pihak yang terkait

didalamnya maupun bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan untuk melakukan

penelitian tentang industri kertas Indonesia.


II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

2.1. Definisi dan Sejarah Kertas

Kertas adalah bahan yang tipis dan rata, yang dihasilkan dengan kompresi

serat. Serat yang digunakan biasanya adalah alami dan mengandung selulosa

(Wikipedia 2005).

Kertas dikenal sebagai media utama untuk menulis, mencetak serta

melukis dan banyak kegunaan lain yang dapat dilakukan dengan kertas misalnya

sebagai kertas pembersih (tissue) yang dapat digunakan untuk hidangan maupun

kebersihan. Adanya kertas merupakan revolusi baru dalam dunia tulis menulis

yang menyumbangkan arti besar dalam peradaban dunia. Sebelum ditemukan

kertas, bangsa-bangsa dahulu menggunakan tablet dari tanah liat yang dibakar.

Hal ini dapat ditemui dari pennggalan peradaban bangsa Sumeria, prasasti dari

batu, kayu, bambu, kulit atau tulang binatang, sutera, bahkan daun lontar yang

dirangkai seperti yang telah ditemukan pada naskah-naskah kuno nusantara

beberapa abad yang lalu.

Peradaban Mesir kuno menyumbangkan papirus sebagai media tulis

menulis. Penggunaan papirus sebagai media tulis menulis ini digunakan pada

peradaban Mesir kuno pada masa bangsa Fir’aun kemudian menyebar keseluruh

Timur Tengah sampai Romawi di Laut Tengah dan ke seluruh Eropa, meskipun

pengunaan papirus masih dirasakan sangat mahal. Dari kata papirus (papyrus)

itulah dikenal sebagai paper dalam bahasa Inggris, papier dalam bahasa Belanda,

Jerman, Perancis misalnya atau papel dalam bahasa Spanyol yang berarti kertas

(Wikipedia, 2005).
8

Tercatat dalam sejarah adalah peradaban Cina yang menyumbangkan

kertas bagi dunia. Tsai Lun menemukan kertas dari bahan bambu yang mudah

didapat di seluruh Cina pada tahun 101 Masehi. Penemuan ini akhirnya menyebar

ke Jepang dan Korea seiring menyebarnya bangsa-bangsa Cina ke timur dan

berkembangnya peradaban di kawasan itu meskipun pada awalnya cara

pembuatan kertas merupakan hal yang sangat rahasia. Pada akhirnya, teknik

pembuatan kertas tersebut jatuk ke tangan orang-orang Arab pada masa

Abbasiyah terutama setelah kalahnya pasukan Dinasti Tang dalam pertempuran

sungai Talas pada tahun 751 Masehi dimana para tawanan-tawanan perang

mengajarkan cara pembuatan kertas kepada orang-orang arab sehingga dizaman

Abbasiyah, munculah pusat-pusat industri kertas baik di Baghdad maupun

Samarkand dan kota-kota industri lainnya, kemudian meyebar ke Italia dan India

lalu Eropa khususnya setelah perang Salib dan jatuhnya Grenada dari bangsa

Moor ke tangan orang-orang Spanyol serta ke seluruh dunia (Wikipedia, 2005).

2.2. Konsep Pembangunan Industri Kertas

Ada beberapa pengertian industri secara definisi yang sekurang-kurangnya

akan disampaikan dua definisi. Bintaro (1968) dalam Muchtar (1997)

mengemukakan industri pengolahan ialah setiap usaha yang merupakan unit

produksi yang membuat barang untuk kebutuhan masyarakat di suatu tempat

tertentu. Menurut Puspitawati (2000) industri pengolahan merupakan suatu

kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan mengubah suatu barang dasar secara

mekanis, kimia, atau dengan tangan sehingga menjadi barang jadi atau setengah
9

jadi dan atau barang yang kurang nilainya menjadi barang yang lebih tinggi

nilainya dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir.

Berdasar pada dua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa

industri kertas merupakan suatu kegiatan atau usaha mengolah barang dasar atau

bahan baku kertas agar memiliki nilai yang lebih baik untuk keperluan masyarakat

di suatu tempat tertentu. Pada hakekatnya pembangunan industri ditujukan untuk

menciptakan struktur ekonomi yang kokoh dan seimbang, yakni struktur ekonomi

dengan titik berat pada industri yang maju dan didukung oleh pertanian yang

tangguh. Oleh karenanya, pembangunan industri secara nyata harus menjadi

penggerak utama peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan sekaligus dapat

menjadi penyedia lapangan kerja yang sudah mulai tidak tertampung pada sektor

pertanian (Muchtar, 1997).

Kendati perkembangan sektor industri kertas mengalami kemajuan yang

pesat salah satunya terlihat dari perkembangan produksi, konsumsi, kapasitas

maupun ekspornya, akan tetapi banyak masalah dan tantangan yang dihadapi

dalam perjalanannya untuk memiliki keunggulan daya saing yang tinggi,

khususnya pada era ekolabelling dan otonomi daerah pada saat ini.

Menurut Saragih dalam Sipayung dan Pambudy (2000), ada 3 fase

pembangunan industri pulp dan kertas agar memiliki keunggulan daya saing,

sebagai berikut :

1. Sumber pertumbuhan agribisnis pulp dan kertas terutama bersumber dari

pemanfaatan sumber daya alam dan tenaga kerja tidak terampil (fase factor-

driven). Karakteristik dari industri ini adalah sumber bahan baku kayu
10

mengandalkan kayu hutan (forest based) misalnya Hak Penguasaan Hutan

(HPH). Sehingga dampak penurunan mutu lingkungan akibat aktivitas industri

tersebut biasanya cukup besar. Selain itu keterkaitan kegiatan perusahaan

masih dengan masyarakat juga masih sedikit. Dengan demikian, meskipun

biaya produksi relatif rendah, bila diboboti dengan atribut global value dan

national/local value, nilai produk kertas dapat dipersepsikan masyarakat

(perceive value) sebagai barang inferior.

2. Fase kedua adalah agribisnis (industri) pulp dan kertas yang digerakkan oleh

modal (capital-driven) yakni modal dan tenaga kerja semi terampil (capital

and smi-skill labor). Industri pulp dan kertas pada fase ini dicirikan dengan

pengembangan perkebunan kayu (timber plantation) sebagai sumber bahan

baku, sehingga telah terjadi pemutusan hubungan dengan hutan alam. Artinya,

penyediaan bahan baku kayu tidak lagi bersumber dari penebangan kayu hutan

alam, melainkan telah bergeser pada kayu hasil budidaya. Dengan demikian

dampak penurunan mutu lingkungan akibat penebangan kayu hutan alam

dapat diminimumkan atau lebih rendah dari fase pertama.

3. Fase ketiga adalah industri pulp dan kertas yang digerakkan oleh inovasi

(innovation-driven) yakni penggunaan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

tenaga kerja terampil (knowledge based and skill labor based). Karakteristik

industri pulp dan kertas pada fase ini adalah pertumbuhan output terutama

bersumber dari kemajuan teknologi baik pada penyediaan bahan baku maupun

dalam pengolahan. Efisiensi pengolahan makin meningkat melalui perbaikan

teknologi yang terus menerus sehingga selain menurunkan biaya produksi juga
11

mengurangai polutan ke lingkungan. Oleh karena itu, kemampuan Riset and

Development (R&D) menjadi tulang punggung dalam fase ini.

Pada saat ini industri pulp dan kertas indonesia sebagian besar sedang

bergeser dari factor-driven kepada capital-driven. Bahkan beberapa diantaranya

sudah mulai memasuki innovation–driven. Mentransformasi industri pulp dan

kertas dari factor-driven kepada innovation-driven akan memberi manfaat ganda,

yakni meningkatkan daya saing dan meminimumkan dampak negatif kegiatan

industri pulp dan kertas pada lingkungan hidup.

2.3. Integrasi Vertikal Pada Industri Kertas

Hasibuan (1994) mendefinisikan integrasi vertikal adalah pengabungan

perusahaan-perusahaan yang mempunyai kelanjutan proses produksi. Jenis

integrasi ini dapat dibagi menjadi dua, yaitu integrasi ke hulu (upstream) dan

integrasi ke hilir (downstream). Perusahaan yang menerapkan strategi integrasi

vertikal ke hulu (upstream) adalah perusahaan yang memperoduksi sendiri input

yang dibutuhkannya. Sedangkan integrasi vertikal ke hilir (downstream) adalah

perusahaan yang memutuskan untuk menyalurkan output yang dihasilkan kepada

konsumen melalui perusahaan yang terintegrasi dengannya.

Integrasi vertikal yang dilakukan oleh perusahaan dapat dilakukan

dilakukan dengan dua cara, antara lain:

1. Full Integration

Perusahaan melakukan full integration bila perusahaan tersebut

memproduksi semua input yang dibutuhkannya atau ketika perusahaan tersebut


12

menyalurkan semua output yang dihasilkan melalui anak perusahaan yang

terintegrasi dengannya.

2. Taper Integration

Perusahaan melakukan taper integration bila perusahaan tersebut membeli

input yang dibutuhkannya dari perusahaan lain selain input yang dihasilkan

sendiri atau menyalurkan hasil produksinya melalui perusahaan terintegrasi

dengannya dan juga perusahaan lain yang tidak terintegrasi

Perusahaan-perusahaan seperti PT. Indah Kiat Pulp & Paper, PT. Lontar

Papyrus dan PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia merupakan perusahaan-perusahaan

besar dalam industri kertas yang terintegrasi vertikal dengan industri pulpnya.

Jenis integrasi vertikal perusahaan-perusahaan tersebut adalah full integration,

mereka mempunyai pabrik pulp sendiri sebagai sumber bahan baku produksi

kertasnya. Menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal oleh

perusahaan kertas akan meningkatkan efisiensi perusahaan dalam industri kertas

tersebut karena dapat mengamankan pasokan bahan baku dan meminimumkan

biaya transaksi dalam rangka untuk mengantisipasi pertumbuhan permintaan

terhadap produk kertasnya.

2.4. Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang peran dan keterkaitan dengan menggunakan alat analisis

Input-Output telah banyak dilakukan. Penelitian yang sudah dilakukan selama ini

antara lain meliputi, yaitu: (1) penelitian terhadap keseluruhan sektor

perekonomian, (2) penelitian terhadap sektor agroindustri dan non agroindustri


13

(sektor industri pengolahan), (3) penelitian terhadap sektor pertanian dan industri

pengolahan, dan (4) penelitian terhadap salah satu sektor perekonomian misalnya

pariwisata, transportasi dan sebagainya (Setyawan, 2005).

Pada dasarnya penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang sama yaitu

mempelajari keterkaitan (linkages), baik keterkaitan langsung ke belakang (direct

backward linkages) dan ke depan (direct forward linkages) maupun keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke belakang dan ke depan (Tabel 2.1). Disamping

mempelajari keterkaitan tersebut penelitian-penelitian tersebut juga mempelajari

dampak penyebaran (Tabel 2.2).

Tabel 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu tentang Keterkaitan


Penelitian Keterkaitan Ke Depan Keterkaitan Ke Belakang
Tahun Langsung &
Langsung &
Wilayah Input- Langsung Langsung Tdk
Tdk Langsung
Output Langsung
1. Indonesia* 1990
Agroindustri 0.54759 1.75861 0.58216 1.81150
Non Agroindustri 1.27222 2.95855 0.45022 1.63396
2. DKI Jakarta** 1993
Pertanian 0.00619 1.00802 0.05931 1.07819
Ind. Pengolahan 0.48518 1.64866 0.29125 1.38949
3. Jawa Barat*** 1988
Pertanian 0.59448 2.13908 0.17604 1.31431
Agroindustri 0.62204 2.11877 0.76281 2.34572
4. Jepara**** 2001
Ind. Pengolahan 0.4432 1.6293 0.4267 1.6028

Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Ada beberapa informasi yang ditunjukkan pada Tabel 2.1 yaitu; (1)

keterkaitan langsung ke depan sektor industri pengolahan lebih kecil di

bandingkan keterkaitan ke belakangnya. Gambaran ini memberikan indikasi

bahwa sektor/subsektor industri pengolahan secara langsung lebih mempunyai


14

kemampuan untuk mendorong pertumbuhan sektor yang menyediakan input bagi

keperluan proses produksi dibandingkan dengan kepekaannya dalam menciptakan

kenaikan output apabila terjadi peningkatan satu-satuan permintaan akhir terhadap

sektor industri, dan (2) Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor

industri pengolahan lebih kecil dibandingkan dengan keterkaitan langsung dan

tidak langsung ke belakangnya. Hal ini berarti sektor/sub sektor industri

pengolahan secara langsung dan tidak langsung lebih kuat mendorong

pertumbuhan sektor yang menyediakan input untuk keperluan proses produksinya

dibandingkan dengan kemampuannya untuk mendorong peningkatan produksi

terhadap sektor yang membutuhkan input dari sektor ini.

Tabel 2.3. Hasil Penelitian Terdahulu Tentang Dampak Penyebaran


Penelitian
Koefisien Kepekaan
Tahun Input-
Wilayah Penyebaran Penyebaran
Output
1. Indonesia* 1990
Agroindustri 1.1719 1.1376
Non Agroindustri 1.0570 1.9139
2. DKI Jakarta** 1993
Pertanian - -
Ind. Pengolahan 1.38525 1.48422
3. Jawa Barat*** 1988
Pertanian 0.74816 1.21765
Agroindustri 1.33528 1.20609
4. Jepara**** 2001
Ind. Pengolahan 1.2908 1.2698

Sumber: *Tjandrawan (1994) ; **Sahara (1998) ; ***Setiyaji (1995); ****Setyawan (2005).

Selanjutnya pada Tabel 2.3 menyajikan informasi mengenai koefisien dan

kepekaan penyebaran. Ada beberapa hal yang dapat diidentifikasi dalam

penelitian-penelitian tersebut yaitu: (1) Koefisien penyebaran menunjukkan


15

kemampuan suatu sektor dalam perekonomian untuk mendorong sektor hilirnya

sedangkan kepekaan penyebaran menunjukkan kemampuan suatu sektor untuk

menarik sektor hulunya, dan (2) Kepekaan penyebaran industri pengolahan DKI

Jakarta lebih besar dibandingkan kabupaten Jepara. Besarnya kepekaan

penyebaran industri pengolahan di DKI Jakarta tersebut menunjukkan bahwa

sektor industri pengolahan di wilayah tersebut bersifat ekspansif yaitu mampu

melakukan perluasan pasar dan mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah

dibandingkan dengan Jepara dan apabila dilihat dari koefisien penyebaran,

industri pengolahan DKI Jakarta mempunyai kemampuan untuk menarik industri

hulunya dibandingkan dengan kabupaten Jepara.

Secara umum keempat penelitian mengenai koefisien penyebaran dan

kepekaan penyebaran tersebut mempunyai peranan penting dalam pembangunan

wilayah, hal ini terbukti dari nilai koefisien dan kepekaan penyebaran yang

mempunyai nilai lebih besar dari satu (kecuali pertanian di Jawa Barat).

Studi literatur yang telah dilakukan menunjukkan bahwa analisis I-O telah

banyak digunakan sebagai alat untuk penelitian. Peneliti juga melihat bahwa

penelitian tentang industri kertas di Indonesia berdasarkan Analisis Input-Output

belum pernah dilakukan.

2.5. Kerangka Pemikiran Teoritis

2.5.1. Model Input-Output

Menurut BPS (2000) pengertian Tabel Input-Output (Tabel I-O) adalah

suatu tabel yang yang menyajikan informasi tentang transaksi barang dan jasa
16

yang terjadi antar sektor ekonomi dengan bentuk penyajian berupa matrik. Isian

sepanjang baris Tabel I-O menunjukkan pengalokasian output yang dihasilkan

oleh suatu sektor untuk memenuhi permintaan antara dan permintaan akhir, dan

pada baris nilai tambah yang menunjukkan komposisi penciptaan nilai tambah

sektoral, sedangkan isian sepanjang kolomnya menunjukkan struktur penciptaan

input yang digunakan oleh setiap sektor dalam proses produksi, baik yang berupa

input antara maupun input primer.

Sejak dirilis oleh Leontief pada tahun 1930-an, Tabel I-O telah

berkembang menjadi salah satu metode paling luas diterima, tidak hanya untuk

mendeskripsikan struktur suatu perekonomian tetapi juga mencakup cara untuk

memprediksi perubahan-perubahan struktur tersebut. Leontief mengemukakan

bahwa Tabel I-O termasuk dalam model General Equilibrium. Sifat

keseimbangan inilah yang merupakan salah satu kelebihan Tabel I-O yang

dibandingkan dengan alat analisa lainnya dalam ilmu ekonomi perencanaan dan

pembangunan (BPS, 2000)

Data yang disajikan dalam Tabel I-O merupakan informasi rinci tentang

input dan output sektoral yang mampu menggambarkan keterkaitan antar sektor

dalam kegiatan perekonomian. Sesuai dengan asumsi dasar yang digunakan dalam

proses penyusunannya. Tabel I-O bersifat statis dan terbuka. Adapun asumsi dasar

penyusunan Tabel I-O adalah :

1. Keseragaman (homogenity), yaitu asumsi bahwa setiap sektor ekonomi hanya

memproduksi satu jenis barang atau jasa dengan susunan input tunggal
17

(seragam) dan tidak ada substitusi otomatis terhadap input dan output sektor

yang berbeda

2. Kesebandingan (proportionality), yaitu asumsi bahwa hubungan antar input

dan output pada setiap sektor produksi merupakan fungsi linear, artinya

kenaikan dan penurunan output suatu sektor akan sebanding dengan kenaikan

dan penurunan input yang digunakan oleh sektor tersebut.

3. Penjumlahan (additivity), yaitu asumsi bahwa total efek dan kegiatan produksi

di berbagai sektor merupakan penjumlahan dari efek pada masing-masing

kegiatan.

Berdasarkan asumsi tersebut maka Tabel I-O sebagai model kuantitatif

memiliki keterbatasan, yaitu koefisien input atau koefisien teknis diasumsikan

tetap (konstan) selama periode analisa atau proyeksi. Karena koefisien teknis

dianggap konstan, maka teknologi yang digunakan oleh sektor-sektor ekonomi

dalam proses produksi pun dianggap konstan. Akibatnya perubahan kuantitas dan

harga input akan selalu sebanding dengan perubahan kuantitas dan harga output.

Namun demikian, Tabel I-O masih merupakan alat analisis yang lengkap dan

komprehensif. Beberapa kegunaan Tabel I-O antara lain adalah :

1. Untuk memperkirakan dampak permintaan akhir terhadap output, nilai tambah

impor, penerimaan pajak, dan penyerapan tenaga kerja di sektor industri.

2. Untuk melihat komposisi penyediaan dan penggunaan barang dan jasa

terutama dalam analisis terhadap kebutuhan impor dan kemungkinan

substitusinya.
18

3. Untuk analisis perubahan harga, yaitu dengan melihat pengaruh secara

langsung dan tidak langsung dari perubahan harga input terhadap output.

4. Untuk mengetahui sektor-sektor yang pengaruhnya paling dominan terhadap

pertumbuhan ekonomi dan sektor-sektor yang peka terhadap pertumbuhan

perekonomian.

5. Untuk menggambarkan perekonomian suatu wilayah dan mengidentifikasikan

karakteristik struktural suatu perekonomian wilayah.

Sebagai metode kuantitatif Tabel I-O memberikan gambaran menyeluruh

tentang:

1. Struktur perekonomian suatu wilayah yang mencakup output dan nilai tambah

masing-masing sektor.

2. Struktur input antara yaitu transaksi penggunaan barang dan jasa antar sektor-

sektor produksi.

3. Struktur penyediaan barang dan jasa, baik berupa produksi dalam negeri

maupun barang impor atau yang berasal dari luar wilayah tersebut.

4. Struktur permintaan barang dan jasa, baik berupa permintaan oleh berbagai

sektor produksi maupun permintaan untuk konsumsi, investasi, dan ekspor.

2.5.2. Struktur Tabel Input-Output

Format Tabel I-O terdiri dari suatu kerangka matrik berukuran n x n

dimensi yang dibagi menjadi empat kuadran dan tiap kuadran mendiskripsikan

suatu hubungan tertentu. Untuk memberikan gambaran yang lebih lengkap, maka

disajikan format Tabel I-O pada Tabel 2.4 di bawah ini.


19

Tabel 2.3. Struktur Tabel Input-Output

Alokasi Output Permintaan Antara


Permintaan Jumlah
Sektor Produksi
Akhir Output
Susunan Input 1 2 … n
1 x11 x12 … x1n F1 X1
2 x21 x22 … x2n F2 X2
Input Sektor 3 x31 x32 … x3n F3 X3
Antara produksi . . . . . . .
N .xn1 xn2 … xnn Fn Xn
Jumlah Input Primer V1 V2 … Vn
Jumlah Input X1 X2 … Xn
Sumber : Tabel I-O Indonesia, BPS, 2000.

Isian sepanjang baris pada ilustrasi Tabel I-O tersebut memperlihatkan

bagaimana output dari suatu sektor dialokasikan, yaitu sebagian untuk memenuhi

permintaan antara dan sebagian lainnya untuk memenuhi permintaan akhir.

Sedangkan isian sepanjang kolomnya menujukkan pemakaian input antara dan

input primer oleh suatu sektor.

Apabila Tabel 2.4 di atas dilihat secara baris (bagian horisontal) maka

alokasi output secara keseluruhan dapat dituliskan dalam bentuk persamaan

aljabar sebagai berikut:

X11 + X12 + … X1n + F1 = X1

X21 + X22 + … X2n + F2 = X2

: : : : :

Xn1 + Xn2 + … Xnn + Fn = Xn

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :


20

∑ Xij + Fi = Xi ; untuk semua i = 1, 2, 3, dst (2.1)

Dimana :
Xij = output sektor i yang digunakan sebagai input sektor j
Fi = permintaan akhir terhadap sektor i
Xi = jumlah output sektor i

Apabila angka-angka dibaca menurut kolom, khususnya pada transaksi

antara, maka angka pada kolom (sektor) itu menunjukkan berbagai input yang

diperlukan dalam proses produksi pada sektor tersebut. Berdasarkan ilustrasi

Tabel Input-Output, maka persamaan aljabar untuk input yang digunakan oleh

masing-masing sektor dapat dituliskan sebagai berikut :

X11 + X21 + … + Xn1 + V1 = X1

X12 + X22 + … + Xn2 + V2 = X2

: : : : :

X1n + X2n + … + Xnn + Vn = Xn

atau dalam bentuk persamaan umum dapat dituliskan sebagai :

∑ Xij + Vj = Xj ; untuk semua j = 1, 2, 3, dst (2.2)

Dalam analisis I-O sistem persamaan di atas memiliki peran penting, yaitu

sebagai dasar analisa ekonomi mengenai keadaan perekonomian suatu wilayah.

Secara umum matrik dalam Tabel I-O dapat dibagi menjadi 4 kuadran, sebagai

berikut :

1. Kuadran I (intermediate quadrant)

Setiap sel pada kuadran I merupakan transaksi antara, yaitu transaksi barang

dan jasa yang digunakan dalam proses produksi. Dalam Analisa I-O kuadran

ini memiliki peran yang sangat penting karena kuadran inilah yang
21

menunjukkan keterkaitan antara sektor ekonomi dalam melakukan proses

produksinya.

2. Kuadran II (final demand quadrant)

Menunjukan penjualan barang dan jasa yang dihasilkan oleh sektor-sektor

perekonomian untuk memenuhi permintaan akhir. Permintaan akhir adalah

output suaru sektor yang langsung digunakan oleh rumah tangga, pemerintah,

pembentuk modal tetap, perubahan stok dan ekspor.

3. Kuadran III (primary input quadrant)

Menunjukkan pembelian input yang dihasilkan di luar sistem produksi oleh

sektor-sektor dalam kuadran antara. Kuadran ini terdiri dari pendapatan rumah

tangga (upah/gaji), pajak tak langsung, surplus usaha dan penyusutan. Jumlah

keseluruhan nilai tambah ini akan menghasilkan produk domestik bruto yang

dihasilkan oleh wilayah tersebut.

4. Kuadran IV (primary input-final demand quadrant)

Merupakan kuadran input primer permintaan akhir yang menunjukkan

transaksi langsung antara kuadran input primer dengan permintaan akhir tanpa

melalui sistem produksi atau kuadran antara. Informasi di Kuadran IV ini

bukan merupakan tujuan pokok, sehingga dalam penyusunan Tabel I-O sering

diabaikan.

2.6. Kerangka Pemikiran Konseptual

Strategi pengembangan yang menitikberatkan pada pertumbuhan ekonomi

menganggap bahwa kesejahteraan masyarakat dapat ditingkatkan dengan cepat


22

melalui peningkatan satu atau beberapa sektor ekonomi kunci. Peningkatan output

sektor kunci tersebut akan ikut meningkatkan output sektor-sektor lainnya melalui

proses keterkaitan (linkages) dan dampak penyebaran antar sektor. Peningkatan

output berbagai sektor ekonomi, kemudian, melalui suatu proses yang disebut

sebagai penetesan ke bawah (trickle down effect) akan menyebabkan peningkatan

pendapatan berbagai golongan masyarakat di negara (wilayah) bersangkutan.

Peningkatan pendapatan ini sekaligus mencerminkan peningkatan kesejahteraan

masyarakat (Setyawan, 2005).

Kebijakan prioritas pembangunan sektor industri pengolahan khususnya

industri kertas merupakan upaya pemerintah Indonesia dalam mewujudkan

perekonomian yang lebih baik untuk kesejahteraan masyarakat. Sektor industri ini

dijadikan unggulan untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian mengingat

dalam kondisi sekarang ini, sektor industri pengolahan lebih banyak dapat

menyediakan lapangan kerja dan mempunyai aktifitas ekonomi yang lebih intensif

untuk satuan unit usaha bila dibandingkan dengan unit usaha sektor lainnya.

Selain itu sektor ini juga dianggap sebagai sektor yang mampu meningkatkan laju

pertumbuhan ekonomi dan pendapatan masyarakat pada tingkat yang layak dari

sebelumnya.

Sehubungan dengan itu, pada penelitian ini akan dilihat tentang peranan

sektor industri kertas terhadap perekonomian nasional, karena tentunya kebijakan

yang ditetapkan tersebut mengharapkan hasil pada perkembangan ekonomi yang

lebih baik dari sebelumnya. Dalam menganalisis peranan sektor industri kertas

teradap perekonomian Indonesia ini digunakan analisis I-O dengan berbagai


23

keterbatasan analisis yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Adapun alur

konsep pemikiran dapat dilihat pada gambar 1.

Dengan teridentifikasinya peranan sektor industri kertas melalui proses

keterkaitan dengan sektor-sektor lain baik sebagai pengguna input maupun

penghasil output, kemampuan mendorong dan menarik sektor hulu-hilirnya, dan

perannya dalam sektor kunci perekonomian seperti yang terlihat pada gambar 1,

maka diharapkan dapat memberikan gambaran yang jelas bagi pemerintah

Indonesia tentang perkembangan sektor yang menjadi prioritas ini dalam

mengatasi berbagai masalah yang berkaitan dengannya. Pada akhirnya dapat

dijadikan acuan pemerintah Indonesia sendiri dalam menentukan kebijakan

pembangunan ekonomi Indonesia ke depan sehingga permasalahan pembangunan

seperti kemiskinan dan pengengguran dapat diturunkan.


24

Perekonomian
Indonesia

Perubahan Struktur Perekonomian

Industri Kertas

Kemampuan mendorong dan Keterkaitan dengan sektor lain


menarik pertumbuhan sektor dalam hubungannya sebagai
hulu dan hilirnya pengguna input dan penghasil
output
(Analisis Dampak Penyebaran) (Analisis Keterkaitan)

Sektor Kunci Perekonomian


(Elastisitas Input-Output)

Peran Industri Kertas

Kebijakan Pembangunan
Industri

Keterangan : Ruang lingkup penelitian


( ) Analisis yang digunakan

Gambar 1. Bagan Alur Pemikiran Konseptual


III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data yang

digunakan antara lain berasal dari Tabel Input-Output (I-O) transaksi domestik

atas dasar harga produsen tahun 2000 klasifikasi 175 sektor dari Badan Pusat

Statistik (BPS) Pusat yang kemudian diagregasi oleh penulis menjadi 22 sektor

dan beberapa data sekunder lainnya dari instansi dan dinas terkait lainnya.

Penggunaan tabel I-O Indonesia tahun 2000 tersebut dikarenakan tabel I-O

tersebut merupakan tabel terbaru selama penelitian ini berlangsung.

3.2. Metode Analisis

Untuk mengetahui peranan sektor industri kertas terhadap perekonomian

Indonesia ini sebagai sektor penyedia input maupun sebagai sektor pemakai input,

kemampuan untuk mendorong atau menarik sektor hulu dan hilirnya serta

perannya dalam sektor kunci perekonomian dapat di kaji berdasarkam analisis

keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas input-output. Pada analisis

keterkaitan, dampak penyebaran dan elastisitas ini alat yang digunakan adalah

Microsoft Excel 2003.

Pendekatan model I-O yang digunakan adalah model sisi permintaan

(demand-side model), hal ini dikarenakan faktor permintaan merupakan faktor

eksogen yang mempengaruhi perekonomian. Pada analisisnya nanti dapat terlihat

bahwa perekonomian dapat tumbuh apabila terdapat dorongan atau peningkatan

pada permintaan akhir yang eksogen tersebut. Oleh karenanya, model analisis ini
26

sering pula disebut dengan dengan model yang dikendalikan oleh sisi permintaan

(demand-driven model).

3.2.1. Koefisien Input

Pada Tabel I-O, koefisien input atau koefisien teknologi merupakan

perbandingan antara jumlah output sektor i yang digunakan dalam sektor j (Xij)

dengan input total sektor j (Xj). Koefisien ini dapat diterjemahkan sebagai jumlah

input dari sektor i yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit output sektor j.

Secara matematik dapat dituliskan :

Xij
aij = (3.1)
Xj

Dimana : aij adalah koefisisen input.

Dengan demikian dapat disusun matriks sebagai berikut :

a11 X1 + a12 X2 +………+ a1n Xn + F1 = X1


a21 X1 + a22 X2 +………+ a2n Xn + F2 = X2 (3.2)
: : : : :
an1 X1 + an2 X2 +………+ ann Xn + Fn = Xn
Atau persamaan tersebut dapat disederhanakan menjadi :

a11 ……. a1n X1 F1 X1


a21 ……. a2n X2 F2 = X2 (3.3)
: : : + : :
a31 ……..… ann X3 Fn Xn
A X F X

AX + F = X Atau F = X - AX
27

Jika terdapat perubahan pada permintaan akhir, maka akan ada perubahan

pola pendapatan nasional. Jika ditulis dalam bentuk persamaan, maka dapat

dituliskan sebagai berikut :

AX + F = X Atau F = X - AX X = ( I - A )-1F (3.5)

Dimana :
I = Matriks identitas berukuran nxn yang elemennya memuat angka satu
pada diagonalnya dan nol pada selainnya,
F = Permintaan akhir,
X = Output,
( I – A ) = Matriks Leontief,
( I – A )-1 = Matriks kebalikan Leontief.

Dalam analisis input-output matriks kebalikan Leontief memiliki peranan

yang sangat penting sebagai alat analisis ekonomi yang mencerminkan efek

langsung dan tidak langsung dari perubahan permintaan akhir terhadap output

sektor-sektor di dalam perekonomian.

3.2.2. Analisis Keterkaitan (linkages)

Koefisien keterkaitan sangat berguna dalam penyusunan prioritas sektor

perekonomian untuk mencapai tujuan pembangunan. Beberapa jenis koefisien

keterkaitan yang sering digunakan dalam analisis ekonomi wilayah sektoral antara

lain adalah keterkaitan langsung ke depan dan ke belakang serta keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke depan dan ke belakang.

1. Keterkaitan Langsung ke Depan

Keterkaitan langsung ke depan menunjukkan akibat suatu sektor tertentu

terhadap sektor-sektor yang menggunakan sebagian output tersebut secara


28

langsung per unit kenaikan permintaan total. Untuk mengetahui besarnya

keterkaitan langsung ke depan, dengan rumus sebagai berikut:

n
KDi = ∑ aij (3.6)
j=1

Dimana:
KDi = Keterkaitan langsung ke depan
aij = Unsur matrik koefisien teknis

2. Keterkaitan Langsung ke Belakang

Keterkaitan langsung ke belakang menunjukkan akibat suatu sektor

tertentu terhadap sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor

tersebut secara langsung per unit kenaikan permintaan total.

n
KBj = ∑ aij (3.7)
i=1

Dimana:
KBj = Keterkaitan langsung ke belakang
aij = Unsur matrik koefisien teknis

3. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Depan

Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan mengukur

akibat dari adanya suatu sektor tertentu terhadap sektor-sektor yang menggunakan

output sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung per unit

kenaikan permintaan total.

n
KDLTi = ∑ α ij (3.8)
j =1

Dimana:
KDLTi = keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan sektor i
ij = unsur matrik kebalikan Leontief model terbuka
29

4. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung ke Belakang

Analisa keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang menyatakan

akibat suatu sektor-sektor yang menyediakan input antara bagi sektor tersebut

baik secara langsung maupun tidak langsung per unit kenaikan permintaan total.

n
KBLTj = ∑α ij (3.10)
i =1

Dimana:
BLTLj = Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang
αij = Unsur matrik kebalikan Leontief terbuka

3.2.3. Analisis Dampak Penyebaran

Indeks keterkaitan langsung dan tidak langsung baik ke depan maupun ke

belakang di atas belumlah memadai dipakai sebagai landasan pemilihan sektor

kunci. Indikator-indikator tersebut tidak dapat diperbandingkan antar sektor

karena peranan permintaan akhir setiap sektor tidak sama. Oleh karena itu kedua

indeks tersebut haruslah dinormalkan dengan cara membandingkan rata-rata

dampak yang ditimbulkan oleh sektor tersebut dengan rata-rata dampak seluruh

sektor. Analisis ini disebut dampak penyebaran yang terbagi dua yaitu kepekaan

penyebaran dan koefisien penyebaran.

1. Koefisien Penyebaran (Coefficient of Dispersion)

Koefisien penyebaran tersebut juga indeks daya penyebaran ke belakang.

Analisa ini menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang

pengaruh yang ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor

didalam suatu sistem perekonomian. Koefisien penyebaran merupakan keterkaitan

langsung dan tidak langsung ke belakang yang dinormalkan dengan sektor dan
30

jumlah seluruh koefisien matrik kebalikan Leontief. Secara matematis dituliskan

dalam bentuk rumus sebagai berikut:


n
n∑ α ij
i =1
Pdj = n n
(3.10)
∑∑ α ij
i =1 j =1

Dimana:
Pdj = Koefisien penyebaran sektor j
ij = Unsur matrik kebalikan Leontief

2. Kepekaan Penyebaran (Sensitivity of Dispersion)

Kepekaan penyebaran disebut juga indeks daya penyebaran ke depan.

Kepekaan penyebaran ini memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul

oleh suatu unit permintaan akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian.

Kepekaan penyebaran merupakan keterkaitan langsung dan tidak langsung ke

depan yang dinormalkan dengan jumlah sektor dam jumlah seluruh koefisien

matrik kebalikan Leontief. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan

sebagai berikut:

n
n∑ α ij
j =1
Sdi = n n
(3.11)
∑∑ α
i =1 j =1
ij

Dimana:
Sdi = Kepekaan penyebaran sektor i
ij = Unsur matrik kebalikan Leontief
31

3.2.4. Elastisitas Input-Output

Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan

sektor prioritas. Pendekatan ini dianggap lebih baik daripada analisis keterkaitan

dan analisis multiplier karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output.

Pendekatan ini mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya

pada nilai-nilai keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu

sektor ekonomi.

1. Elastisitas Output

Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu

sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.

Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

EO xyj = ∑b
i
ij ( y j / x) (3.12)

Dimana:
EO xyj = Elastisitas output
x = ∑x j

b ij = Elemen matriks Leontief


yj = Permintaan akhir sektor j

2. Elastisitas Tenaga Kerja

Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu

sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.

Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

⎡ ⎤
ET xyj = ⎢∑ l i / x j )bij /(l j / x j )⎥ (y j / x) (3.13)
⎣ i ⎦

Dimana:
ET xyj = Elastisitas tenaga kerja
32

li = Jumlah tenaga kerja


l i / x j = Koefisien tenaga kerja

3. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan

suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor

lainnya. Secara matematis analisis ini dapat dapat dinyatakan sebagai berikut:

⎡ ⎤
EP xyj = ⎢∑ hi / x j )bij /(h j / x j )⎥ ( y j / x) (3.14)
⎣ i ⎦

Dimana:
EP xyj = Elastisitas Pendapatan
hj = Upah dan gaji
hi / x j = Koefisien pendapatan
IV. GAMBARAN UMUM INDUSTRI

4.1. Profil Industri Kertas

Saat ini, jumlah perusahaan di Indonesia yang memproduksi pulp dan

kertas adalah tiga kelompok perusahaan besar. Ketiga produsen besar industri

pulp dan kertas tersebut adalah; Group Sinar Mas, Group Raja Garuda Mas dan

Barito Pasifik. Jumlah perusahaan tersebut belum mampu mencukupi konsumsi

domestik. Untuk memenuhi kebutuhan kertas tersebut, minimal harus ada

tambahan beberapa perusahaan lagi untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Oleh karena itu, sektor industri ini membutuhkan investasi baru atau industri ini

harus meningkatkan efisiensi agar dapat bersaing dengan industri asing, dan dapat

memenuhi kebutuhan kertas dalam negeri yang terancam kekurangan pasokan

dalam sepuluh tahun mendatang (Mansur, 2005).

Menurut Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI), sampai dengan tahun

2003, Indonesia mempunyai 77 perusahaan produsen kertas dan 10 diantaranya

terintegrasi dengan pabrik pulp. Perusahaan-perusahaan tersebut terdiri dari 65

perusahaan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), 12 perusahaan Penanaman

Modal Asing (PMA) dan 3 perusahaan negara. Sekitar 64 perusahaan berlokasi di

pulau Jawa, 14 perusahaan di Sumatera dan dua perusahan berlokasi di

Kalimantan. Industri kertas memiliki kapasitas total sebesar 10,045,580 ton yang

terdiri dari kapasitas terpasang perusahaan swasta-negara sebesar 337.900 ton,

investasi dalam negeri swasta sebesar 5.041.180 ton, dan investasi luar negeri

sebesar 4.666.500 ton (Tabel 4.1).


34

Tabel 4.1. Profil Industri Pulp dan Kertas Indonesia Tahun 2003
Status/Lokasi Jumlah Kapasitas Pulp Kapasitas Kertas
Perusahaan Terpasang Pulp % Terpasang Kertas %
(Ton) (Ton)
Perusahaan Negara
3 240.000 3,8 337.900 3,4
Swasta
Investasi Dalam
65 3.322.100 52,8 5.041.180 50,2
Negeri Swasta
Investasi Luar
12 2.725.000 43,3 4.666.500 46,5
Negeri
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Integrated
(Pulp dan Kertas) 10 5.072.100 80,7 2.517.000 25,1
Non Integrated
Pulp 3 1.215.000 19,3
Kertas 67 7.528,580 74,9
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Jawa 64 340.500 5,4 8.554.440 85,2
Sumatera 14 5.382.000 85,6 1.491.140 14,8
Kalimantan 2 564.600 9,0
Total 80 6.287.100 100 10.045.580 100
Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

4.2. Perkembangan Industri Kertas

Industri kertas tumbuh dan berkembang lebih baik bila dibandingkan

dengan kebanyakan industri lain di Indonesia, hal ini terjadi didasarkan pada

ketersediaan bahan baku dan upah tenaga kerja yang murah di dalam negeri.

Industri-industri yang mengandalkan bahan baku impor tetap mengalami

kemerosotan pertumbuhan, tetapi industri kertas tetap melanjutkan

perkembangannya dengan pertumbuhan sekitar 9,8 persen pada periode 1997-

2001. Pada periode yang sama ekspor kertas juga meningkat sekitar 19,1 persen

per tahun. Sementara konsumsi kertas juga meningkat 4,7 persen per tahun

(Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003).


35

Tabel 4.2. Konsumsi Kertas Per Kapita Penduduk Indonesia Tahun 1993-2003

Tahun Konsumsi Kertas / Kapita


1993 11,1 kg
1994 13,0 kg
1995 14,0 kg
1996 16,3 kg
1997 16,9 kg
1998 14,1 kg
1999 19,6 kg
2000 20,8 kg
2001 23,3 kg
2002 24,0 kg
2003 25.0 kg
Sumber: Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.

Disamping kinerja yang menggembirakan dalam industri kertas ini, para

investor telah menunjukkan ketertarikan yang kecil pada sektor ini karena industri

ini telah menjadi capital intensive dan birokrasi yang rumit pasca otonomi daerah.

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) mengkhawatirkan Indonesia akan

mengalami kekurangan pasokan kertas, bila dalam 10 tahun mendatang kapasitas

industri kertas tidak bertambah. Masalahnya setiap tahun konsumsi kertas dalam

negeri terus meningkat dengan angka rata-rata sekitar 6 persen per tahun. Pada

tahun 2003 kapasitas produksi yang dimiliki industri kertas baru sekitar mencapai

10,3 juta ton pertahun sedangkan konsumsi per kapitanya pada akhir 2003 telah

mencapai 25 Kg (Tabel 4.2). Nilai konsumsi per kapita ini memang lebih kecil

bila dibandingkan dengan negara lain contohnya Malaysia yang sudah mencapai

ratusan kilogram per kapita, namun jika kebutuhan kertas di dalam negeri naik

hingga mencapai 50 Kg per kapita, industri kertas harus mengimpor kertas senilai

US$ 7 miliar/tahun. Untuk mengatasi kebutuhan konsumsi kertas yang terus


36

meningkat maka harus ada investasi baru atau industri yang ada harus

meningkatkan efisiensi.

4.3. Integrasi Vertikal dan Pasar Industri Kertas Indonesia

Di Indonesia industri kertas mempunyai karakteristik sebagai industri

skala besar. Dari 77 perusahaan kertas pada tahun 2003, tujuh diantaranya adalah

perusahaan kertas yang terintegrasi (tabel 4.1). Kapasitas terpasang industri pulp

yang terintegrasi dengan perusahaan kertas mencapai 66,08 persen dari total

kapasitas terpasang seluruh industri pulp. Sedangkan kapasitas terpasang industri

kertas pada perusahaan pulp dan kertas yang terintegrasi mencapai 21,32 persen

dari keseluruhan kapasitas terpasang industri kertas.

Industri kertas yaitu khususnya perusahaan-perusahaan besar dalam

industri ini mempunyai kecenderungan untuk berintegrasi dengan perusahaan

penyedia bahan baku yaitu industri pulp. Dengan kecenderungan ini hampir

seluruh output industri pulp disalurkan pada industri kertas didalam negeri

sedangkan ekspor hanya merupakan pasar kedua. Integrasi vertikal ini dianggap

penting karena integrasi vertikal oleh perusahaan kertas akan meningkatkan

efisiensi perusahaan dalam industri kertas tersebut karena dapat mengamankan

pasokan bahan baku dan meminimumkan biaya transaksi dalam rangka untuk

mengantisipasi pertumbuhan permintaan terhadap produk kertasnya (Karseno dan

Mulyaningsih, 2002)

Dilihat dari pangsa produksi dan ekspor penguasaan jaringan pasar luar

negeri, masih menjadi kelemahan bagi sebagian besar produsen kertas Indonesia.
37

Meskipun demikian beberapa (grup) perusahaan telah mencoba menembus pasar

luar negeri, terutama pasar Asia, dengan melakukan ekspansi ke negara-negara di

kawasan ini. Kelompok Sinar Mas memasuki pasar Asia dengan mendirikan

kelompok perusahaan melalui bendera APP (Asia Pulp and Paper) di negara

Singapura, Cina, Malaysia, dan India. Begitu juga dengan Tanoto dan Tanjung

Enim Lestari (TEL) yang mengibarkan bendera APRIL (Asia Pacific Resources

International Holding Ltd.). Kedua kelompok ini memilih Singapura sebagai

kantor pusat perusahaan mereka.

Pentingnya jaringan pemasaran lebih dipicu terutama menjelang

diberlakukan pasar bebas di kawasan Asia Tenggara (AFTA) tahun 2003 dan

kawasan Asia Pasifik (APEC) tahun 2010. Pasar bebas tersebut akan memaksa

para produsen pulp dan kertas Indonesia untuk mampu bersaing memperebutkan

pasar Asia Pasifik yang terbuka. Kawasan Asia Pasifik merupakan kawasan

dengan pasar pulp terbesar di dunia. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis

mengenai kondisi pasar luar negeri terutama pasar Asia dan bagaimana strategi

untuk memasuki dan mengembangkan pasar di kawasan tersebut. Selain itu pasar

dalam negeri juga perlu dikaji karena merupakan basis untuk memperkuat daya

saing secara nasional (Rosadi dan Vidyatmoko, 2002).

4.4. Profil Beberapa Perusahaan Kertas Indonesia

Sampai dengan tahun 2003 dalam industri kertas terdapat tiga perusahaan

yang memiliki proporsi kapasitas pabrik terhadap kapasitas total industri yang

melebihi 10 persen. Pertama, PT. Indah Kiat Pulp & Paper Corp. yang menguasai
38

20,5 persen dari total kapasitas industri, kemudian disusul oleh PT. Pindo Deli &

Paper Mills sebesar 14.2 persen, dan perusahaan ketiga adalah PT. Pabrik Kertas

Tjiwi Kimia dengan proporsi sebesar 10,1 persen (Tabel 4.3). Tiga perusahaan

pemilik kapasitas terbesar tersebut dimiliki oleh group yang sama yaitu Sinar Mas

Group. Selain ketiga perusahaan itu group Sinar Mas masih mempunyai

perusahaan kertas lainnya yaitu PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry yang

berlokasi di Langsa, NAD. Keempat perusahaan yang tergabung dalam group

Sinar Mas ini memiliki karaktristik yang sama yaitu semuanya merupakan

perusahaan kertas yang terintegrasi vertikal dengan pabrik kertasnya.

Tabel 4.3. Kapasitas Terpasang Perusahaan Industri Kertas Tahun 2003

Nama Perusahaan Kapasitas Terpasang Persentase


(Ton) (%)
PT. Indah Kiat Pulp& Paper Corp 2.111.000 20,5
PT. Pakerin 700.000 6,8
PT. Aspex Kumbong 430.000 4,2
PT. Ekamas Fortuna 150.000 1,4
PT. Fajar Surya Wisesa 500,000 4,8
PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills 1.465.000 14,2
PT. Riau Andalan Kertas 350.000 3,4
PT. Surabaya Agung 486.800 4,7
PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper 450.000 4,4
PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia 1.044.000 10,1
PT. Pelita Cengkareng Paper Co. 157.800 1,5
PT. Kertas Leces (Persero) 195.000 1,9
PT. Papyrus Sakti 150.500 1,4
PT. Pura Barutama 93.000 0,9
PT. Suparma 150.000 1,4
PT. Surabaya Mekabox Ltd. 85.200 0,8
PT. Adiprima Suraprinta 150.000 1,4
PT. Gede Karang 50.400 0,5
PT. Papertech Indonesia 60.000 0,6
Lain-lain 2.986.000 28,9
Sumber : Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia, 2003.
39

1) PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk

Perusahaan ini didirikan di Jakarta dengan Akta Notaris Ridwan Suselo

No.68 tanggal 7 Desember 1976 yang disahkan oleh Menteri Kehakiman

Republik Indonesia dengan Keputusan No.Y.A.5/50/2 tanggal 9 Februari 1978,

dan didaftarkan di Kantor Pengadilan Negeri Jakarta No. 525 Tanggal 14 Februari

1978 (Bank Niaga, 2005). PT. Indah Kiat Pulp & Paper dijalankan dengan sistem

kepemimpinan perusahaan double boards yang terdiri dari dewan komisaris

dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan

direktur utamanya yaitu Teguh Ganda Widjaja. Pada susunan pemegang saham,

masyarakat menguasai 38,78 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan

perusahaan ini (Tabel 4.4).

PT. Indah Kiat Pulp & Paper melakukan usahanya secara komersil dengan

memproduksi pulp, kertas budaya, kertas industri dan corrugated carton boxes

(sejenis dus karton, dengan kertas bergelombang sebagai peredam benturan).

Dengan semakin meningkatnya permintaan atas produksi kertas, perusahaan

kertas ini mengantisipasinya dengan meningkatkan kapasitas produksinya

sehingga saat ini menjadi 1.631.000 ton pulp per tahun, 744.000 ton kertas budaya

per tahun, 980.000 ton kertas industri per tahun dan 100.000 ton corrugated boxes

per tahun.

Pada saat ini, perusahaan tersebut memiliki dan menguasai beberapa

sarana dan prasarana yang digunakan untuk menjalankan berbagai kegiatan

usahanya, terutama pabrik kertas budaya di Tangerang, yang menempati lahan

seluas 28 Ha, pabrik pulp dan kertas budaya di Perawang, Riau seluas 1.722 Ha
40

dan pabrik kertas industri di Serang Jawa Barat seluas 308,9 Ha. Fasilitas

produksi perusahaan juga didukung dengan berbagai fasilitas dan prasana seperti

jalan, mess karyawan dan lain-lain.

Tabel 4.4. Boards PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk per 30 September 2004

Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Indra Widjaja
Wakil Presiden Komisaris : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman
Komisaris : Show Chung Ho
Komisaris : Kuo Cheng Shyong
Komisaris : Raymond Liu, Phd.
Komisaris : Lo Shang Shung
Independen Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Independen Komisaris : Mas Achmad Daniri
Independen Komisaris : Prof. Dr. Teddy Pawitra
Independen Komisaris : Kamardy Arief
Independen Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Muktar Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Presiden Direktur : Chen Wang Chi
Wakil Presiden Direktur : Yudi Setiawan Lin
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Didi Harsa
Direktur : Agustian Rachmansjah Partawidjaja
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 52,72%
CHP International (BVI) Corp. British : 5,88%
Virgin Island
YFY Global Investment (BVI) Corp. : 2,56%
British Virgin Island
Yuen Foong Yu H.K., Co. Ltd, Hong : 0,05%
Kong
Masyarakat : 38,78%
Sumber: Bank Niaga, 2005.
41

2) PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills

PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills didirikan di Jakarta dalam rangka

Undang-undang No.6 tahun 1968 tentang PMDN, sebagaimana telah diubah

dengan Undang-undang No.12 tahun1970, dengan Akta No.75 tanggal 31 Januari

1975, Akta Perubahan No.5 tanggal 3 April 1975, Akta Perubahan No.59 tanggal

26 April 1975, Akta Perubahan No.6 tanggal 4 Juli 1975 dan Akta Perubahan

No.69 tanggal 25 Februari 1976 (Bank Niaga, 2005). Perusahaan kertas ini

dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards (dua dewan

perusahaan) dan kepemilikan saham terbesar perusahaan ini dikuasai oleh PT

Purinusa Ekapersada sebesar 97,57 persen dari total saham yang dikeluarkan PT

Pindo Deli Pulp & Paper Mills tersebut (Tabel 4.5).

Saat ini perusahaan kertas ini memiliki sebuah pabrik kertas yang

berlokasi di Adiarsa, Karawang (Pindo 1). Total kapasitas produksi terpasang

pabrik kertas milik perusahaan ini adalah sebesar 210.000 ton per tahun. Pada

Oktober 1995, PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills ini memulai konstruksi pabrik

kertasnya yang kedua (Pindo 2) yang berlokasi di Kuta Mekar, Karawang dengan

menambah tiga Paper Machine serta sebuah Corrugated Machine, dengan jumlah

kapasitas produksi terpasang sebesar 652.000 ton per tahun. Selain itu perusahaan

ini juga mempunyai fasilitas pabrik pembuatan bahan kimia calcium carbonate,

salah satu bahan kimia yang digunakan dalam proses produksi kertas, berlokasi di

lokasi Pindo 1 dengan kapasitas produksi terpasang sebesar 48.000 ton per tahun

dan telah berproduksi sejak bulan Maret 1996 (Bank Niaga, 2005).
42

Tabel 4.5. Boards PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills per 30 September 2004.
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Indra Widjaja
Komisaris : Drs. Jhon Ferdinand Pandelaki
Komisaris : Yudi Setiawan Lin
Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Komisaris : Hajjah Ryani Soedirman
Komisaris : Arthur Tahya
Dewan Direksi
Direktur Utama : Teguh Ganda Wijaja
Wakil Direktur Utama : Muktar Widjaja
Wakil Direktur Utama : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Direktur Utama : Suresh Kilam
Wakil Direktur Utama : Tsai Huan Chi
Direktur : Huang Wen Hai
Direktur : Tri Ramadi
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 97,57%
PT Mega Kleenindo : 0,91%
PT Unitama Sartindo : 0,61%
Sumber: Bank Niaga, 2005.

3) PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk

PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk didirikan dalam rangka Undang-

undang Negara Republik Indonesia No.6 Tahun 1968 juncto Undang-undang

No.12 Tahun 1970 tentang Penanaman Modal Dalam Negeri berdasarkan Akta

No.9 tanggal 2 Oktober 1972 (Bank Niaga, 2005). PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia

Tbk dijalankan dengan sistem kepemimpinan perusahaan double boards (dua

dewan direksi) dan pada susunan pemegang saham, masyarakat menguasai 36,60

persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan perusahaan ini (Tabel 4.6).

Perusahaan ini merupakan bagian kelompok usaha Sinar Mas. Kelompok

Sinar Mas adalah salah satu dari kelompok industri terbesar di Indonesia dengan

kurang lebih 200 perusahaannya yang bergerak di berbagai usaha yang besar
43

termasuk industri kertas dan pulp, real estate, minyak goreng, produksi bahan

makanan, hotel dan perumahan, bidang kimia, perbankan dan jasa keuangan.

Tabel 4.6. Boards PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk per 30 September 2004

Dewan Komisaris
Presiden Komisaris : Indra Widjaja
Wakil Presiden Komisaris : Ir. Gandi Sulistiyanto Soeherman
Komisaris : Show Chung Ho
Komisaris : Kuo Cheng Shyong
Komisaris : Raymond Liu, Phd.
Komisaris : Lo Shang Shung
Independen Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Independen Komisaris : Mas Achmad Daniri
Independen Komisaris : Prof DR. Teddy Pawitra
Independen Komisaris : Kamardy Arief
Independen Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Dewan Direksi
Presiden Direktur : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Muktar Widjaja
Wakil Presiden Direktur : Hendra Jaya Kosasih
Wakil Presiden Direktur : Chen Wang Chi
Wakil Presiden Direktur : Yudi Setiawan Lin
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Didi Harsa
Direktur : Agustian Rachmansjah Partawidjaja
Susunan Pemegang Saham
PT Purinusa Ekapersada : 63,30%
Koperasi : 0,10%
Masyarakat : 36,60%
Sumber: Bank Niaga, 2005.

Lokasi pabrik dan pusat perusahaan yang terletak di Jawa Timur, yang

berdekatan dengan pelabuhan Tanjung Perak merupakan hal yang sangat

menguntungkan kelancaran pengapalan untuk ekspor. Dari seluruh tanah yang

dikuasai perusahaan 64 persen merupakan tanah dengan Hak Guna Bangunan,

sedangkan sisanya merupakan tanah yang telah dibebaskan untuk kepentingan


44

perusahaan yang berasal dari petani di sekitarnya dengan status Hak Milik atau

Girik.

Pabrik kertas merupakan suatu jenis industri dengan sifat padat modal.

Namun demikian melihat kebutuhan penyediaan kesempatan kerja di Indonesia,

Perusahaan ini menyesuaikan pemakaian teknologi sedemikian rupa untuk tetap

dapat menyediakan kesempatan kerja seluas-luasnya. Hal ini jelas dapat terlihat

pada bagian produksi barang-barang hasil produksi kertas dimana perusahaan ini

telah memutuskan untuk tidak menambah mesin-mesin pembungkus otomatis. Hal

ini juga diperlukan untuk meningkatkan pengawasan mutu disamping

meningkatkan kesempatan kerja.

Pada tahun 1994, PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia telah menerima sertifikat

ISO 9002 dari Det Norske Veritas Industry B.V, Rotterdam, Belanda, yang

merupakan pengakuan bertaraf internasional terhadap sistem dalam proses

produksi yang telah berhasil dilaksanakan oleh perusahaan. Bidang usaha utama

perusahaan ini adalah menghasilkan kertas tulis dan cetak bermutu tinggi, kertas

HVS mengkilap, dan kertas HVS biasa untuk kebutuhan sekolah dan perkantoran.

Selain kertas tulis dan cetak serta hasil-hasil produksi kertas, perusahaan kertas ini

juga memproduksi produk-produk kemasan, diantaranya dus (boxboard) yang

dipergunakan untuk kemasan rokok, minyak wangi, kertas tissue, dan sereal. Saat

ini PT. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia mempunyai kapasitas produksi sebanyak

30.000 ton boxboard pertahun. Perusahaan ini juga memproduksi pulp dari daur

ulang kertas bekas dan soda kaustik sebagai bahan baku utama industri kertas.
45

4) PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry

Perusahaan kertas ini didirikan di Langsa, Aceh Timur dengan nama awal

PT Sumber Indra Jaya Paper Manufacture Co.Ltd., dalam rangka Undang-Undang

No.6 Tahun 1968 tentang PMDN dengan Akta No. 44 tanggal 13 Februari 1974

(Bank Niaga, 2005). Perusahaan kertas ini dijalankan dengan sistem

kepemimpinan perusahaan double boards yang terdiri dari dewan komisaris

dengan presiden komisarisnya yaitu Indra Widjaja dan dewan direksi dengan

direkturnya adalah Teguh Ganda Widjaja. Kepemilikan saham dikuasai oleh tiga

perusahaan yaitu PT. Pindo Deli Pulp & Paper Mills (80 persen), PT Satria

Perkasa Agung (19,75 persen), dan PT. Arthadana Mulia Makmur yang memiliki

0,25 persen dari total keseluruhan saham yang diterbitkan (Tabel 4.7).

PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry bergerak dalam bidang usaha

industri pulp dan kertas, dengan produksi utama pulp jenis LBKP, kertas budaya

dan tissue. Saat ini perusahaan ini merupakan salah satu produsen pulp yang

cukup besar di Indonesia dengan kapasitas produksi sebesar 545.000 ton pulp per

tahun dan 7.500 ton kertas per tahun. Pada tahun 1999 perusahaan ini telah

melakukan modifikasi terhadap mesin-mesin dan fasilitas produksi di pabrik pulp

Jambi, modifikasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan kualitas produksi mesin

pembuatan pulp dan fasilitas pendukung lainnya.

Disamping pulp dan kertas, pada kuartal keempat tahun 1998 perusahaan

kertas ini memulai produksi komersial tissue dalam bentuk gulungan besar yang

dijual kepada pihak lain untuk kemudian diubah menjadi berbagai jenis tissue siap

pakai, dengan kapasitas produksi 60.000 ton per tahun. PT. Lontar Papyrus Pulp
46

& Paper Industry saat memiliki sebuah pabrik yang memproduksi pulp dan tissue

yang berlokasi di Sumatera yaitu di Tanjung Jabung, Jambi dan sebuah pabrik

kertas di Langsa, NAD.

Tabel 4.7. Boards PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry per 30 Desember
2003
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Indra Widjaja
Wakil Komisaris Utama : Drs. John Ferdinand Pandelaki
Komisaris : Sukirta Mangku Djaja
Komisaris : Let Jend (Purn) Soetedjo
Komisaris : Hj. Ryani Soedirman
Dewan Direksi
Direktur Utama : Teguh Ganda Widjaja
Wakil Direktur Utama : Hendra Jaya Kosasih
Direktur : Muktar Widjaja
Direktur : Suresh Kilam
Direktur : Lin Shun Keng
Direktur : Tri Ramadi
Direktur : Arthur Tahya
Susunan Pemegang Saham
PT Pindo Deli Pulp & Paper Mills : 80,00%
PT Satria Perkasa Agung : 19,75%
PT Arthadana Mulia Makmur : 0,25%
Sumber: Bank Niaga, 2005.

Dalam menjalankan usahanya, PT. Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry

telah memperoleh sertifikasi ISO 9002 sehubungan dengan telah sesuainya sistem

kualitas manajemen (Quality management systems) dengan ketentuan yang

dipersyaratkan dalam ISO 9002. Di samping itu, perseroan ini juga telah

memperoleh sertifikat ISO 14001 pada tanggal 19 Agustus1997 yang dikeluarkan

SGS Yarsley International Certification Services Limited dengan sertifikat

No.E10683 sebagai bukti bahwa perusahaan kertas ini telah memenuhi ketentuan

standar lingkungan hidup yang dipersyaratkan (Bank Niaga, 2005).


V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Peranan Industri Kertas Dalam Perekonomian Indonesia

5.1.1. Struktur Permintaan Industri Kertas

Total permintaan barang dan jasa domestik yang dihasilkan oleh Indonesia

tahun 2000 mencapai Rp 2.701.099.870 juta. Jumlah tersebut terdiri atas

permintaan antara sebesar Rp 1.048.073.019 juta dan permintaan akhir sebesar Rp

1.656.068.629 juta. Dari data tersebut diperoleh bahwa jumlah permintaan akhir

lebih besar dibandingkan jumlah permintaan antaranya, hal ini berarti bahwa

output di Indonesia cenderung digunakan untuk memenuhi konsumsi langsung

masyarakatnya.

Berdasarkan Tabel 5.1, dilihat dari sisi permintaan antara tampak bahwa

sektor perdagangan menghasilkan output tertinggi yang digunakan sebagai input

oleh seluruh sektor perekonomian lainnya yaitu sebesar Rp 197.767.626 juta atau

18,71 persen dari total permintaan antara. Selanjutnya diikuti oleh sektor

pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian, pada urutan kedua dan ketiga

dengan nilai Rp 144.977.415 juta atau 13,83 persen dan Rp 117.460.730 juta atau

11,21 persen dari total permintaan antaranya. Sedangkan untuk industri kertas

mempunyai permintaan antara sebesar Rp 10.800.775 juta atau sekitar 1,03 persen

dari total permintaan antara dan berada pada urutan ke-18 diantara sektor-sektor

lainnya. Angka-angka tersebut di atas menunjukkan seberapa pentingnya peranan

output yang dihasilkan oleh sektor-sektor di atas untuk digunakan sebagai input

oleh sektor-sektor perekonomian lainnya di Indonesia.


48

Tabel 5.1. Permintaan Antara dan Permintaan Akhir Sektor-sektor Perekonomian


di Indonesia Tahun 2000

Permintaan Antara Permintaan Akhir Total permintaan


Sektor Jumlah Jumlah Jumlah
% % %
(Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
Pertanian 144.977.415 13,83 115.695.160 6,99 260.672.575 9,65
Kayu 15.442.961 1,47 1.897.067 0,11 17.340.028 0,64
Hasil hutan lainnya 1.441.926 0,14 1.257.018 0,08 2.698.944 0,10
Pertambangan dan
117.460.730 11,21 79.416.034 4,80 196.815.151 7,29
penggalian
Industri makanan dan
90.564.649 8,64 238.760.605 14,42 329.325.254 12,19
minuman
Industri tekstil dan
36.817.065 3,51 94.595.034 5,71 131.412.099 4,87
pakaian
Industri kayu dan
15.685.700 1,50 41.848.724 2,53 57.534.424 2,13
furniture
Industri pulp 3.153.741 0,30 5.586.108 0,34 8.739.849 0,32
Industri kertas 10.800.775 1,03 13.970.847 0,84 24.771.622 0,92
Industri barang dari
5.076.020 0,48 3.774.599 0,23 8.850.620 0,33
kertas
Industri percetakan 7.726.372 0,74 5.901.036 0,36 13.627.408 0,50
Industri kimia 88.476.035 8,44 155.329.670 9,38 243.805.705 9,03
Industri semen dan
16.045.498 1,53 7.775.881 0,47 23.821.379 0,88
non logam
Industri logam dasar 19.844.128 1,89 13.885.485 0,84 33.729.613 1,25
Industri barang jadi
23.748.215 2,27 39.276.356 2,37 64.119.165 2,37
dari logam
Industri lainnya 35.036.568 3,34 105.496.620 6,37 139.438.593 5,16
Listrik, gas dan air 21.948.074 2,09 8.689.621 0,52 30.637.695 1,13
Bangunan 19.287.176 1,84 208.389.887 12,58 227.677.063 8,43
Perdagangan 197.767.626 18,87 201.426.849 12,16 396.214.278 14,67
Pengangkutan dan
70.529.113 6,73 80.743.056 4,88 151.272.169 5,60
komunikasi
Keuangan dan
94.228.657 8,99 67.125.259 4,05 161,353,916 5,97
persewaan
Jasa-jasa 12.014.574 1,15 165.227.713 9,98 177.242.287 6,56
Total (domestik) 1.048.073.019 100 1.656.068.629 100 2.701.099.870 100
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Dilihat dari permintaan akhir pada Tabel 5.1 sektor industri kertas

menempati posisi ke-14 diantara sektor yang lain sebesar Rp 13.970.847 juta atau

0,84 persen dari total permintaan akhir. Nilai tersebut lebih besar dibanding

permintaan antaranya. Hal ini mengindikasikan bahwa masyarakat secara

keseluruhan lebih banyak menggunakan output industri kertas untuk konsumsi


49

langsung (masyarakat, pemerintah dan ekspor) dibanding untuk keperluan

produksi sebagai input bagi sektor lain.

5.1.2. Struktur Nilai Tambah Bruto

Nilai tambah bruto merupakan balas jasa terhadap faktor produksi yang

tercipta karena adanya kegiatan produksi. Dalam Tabel I-O Indonesia tahun 2000

nilai tambah meliputi penerimaan upah gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak

tak langsung netto. Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa total nilai

tambah bruto negara Indonesia adalah Rp 1.331.860.350 juta dengan perincian Rp

400.843.770 juta berasal dari upah dan gaji, Rp 755.048.498 juta berasal dari

surplus usaha, Rp 110.079.928 juta berasal dari penyusutan dan Rp 69.278.732

milyar berasal dari pajak tak langsung netto.

Pada tahun yang sama sektor industri kertas menyumbang nilai tambah

bruto sebesar Rp 7.895.327 juta yang terdiri atas upah dan gaji sebesar Rp

1.952.762 juta, surplus usaha sebesar Rp 458.849 juta, penyusutan sebesar Rp

865.958 juta dan pajak tak langsung netto sebesar Rp 487.967 juta (Tabel 5.2).

Jika diperbandingkan antara nilai upah dan gaji terhadap surplus usaha

(U/G) maka akan diperoleh nilai rasio upah gaji dengan surplus usaha. Nilai rasio

tersebut menunjukkan perbandingan antara besarnya upah dan gaji yang diterima

produsen. Rasio upah dan gaji dan surplus usaha termasuk kategori baik jika

rasionya mendekati keseimbangan (mendekati 1) yang berarti bahwa proporsi

penerimaan dalam bentuk upah dan gaji bagi pekerja dan surplus usaha bagi

produsen berimbang.
50

Tabel 5.2. Nilai Tambah Bruto Sektor-sektor Perekonomian Indonesia Tahun


2000

Surplus Indirect Nilai tambah


Upah /gaji Penyusutan
Sektor Usaha Tax bruto
(Juta Rp) (Juta Rp)
(Juta Rp) (Juta Rp) (Juta Rp)
Pertanian 40.004.914 121.484.311 2.772.542 1.946.396 166.208.164
Kayu 2.577.985 9.864.358 933.072 325.240 13.700.655
Hasil hutan lainnya 565.245 1.623.946 64.560 28.902 2.282.652
Pertambangan dan
25.590.708 127.536.530 8.010.781 6.554.176 167.692.195
penggalian
Industri makanan
30.567.459 53.550.990 8.229.567 19.714.933 112.062.949
dan minuman
Industri tekstil dan
16.143.177 21.778.114 5.414.886 2.103.875 45.440.052
pakaian
Industri kayu dan
5.797.569 11.365.129 2.664.443 429.764 20.256.905
furniture
Industri pulp 940.504 1.182.701 301.975 83.524 2.508.705
Industri kertas 1.952.762 4.588.639 865.958 487.968 7.895.327
Industri barang dari
1.212.512 1.605.479 83.898 115.718 3.017.607
kertas
Industri percetakan 1.664.063 4.625.725 138.774 147.670 6.576.232
Industri kimia 21.585.418 59.758.947 11.731.919 4.343.702 97.169.759
Industri semen dan
3.296.212 3.901.063 1.996.046 926.591 10.119.912
barang non logam
Industri logam
2.333.616 5.015.430 1.229.081 564.511 9.142.638
dasar
Industri barang jadi
3.477.803 4.393.576 834.116 770.326 9.475.821
dari logam
Industri lainnya 19.372.182 30.383.451 7.147.952 5.028.378 61.931.963
Listrik, gas dan air 2.279.382 4.703.542 4.044.105 476.948 8.393.727
Bangunan 37.132.511 29.228.340 6.723.107 3.489.434 76.573.392
Perdagangan 61.084.802 134.564.418 14.562.257 15.458.757 225.670.233
Pengangkutan dan
16.877.567 26.793.354 19.093.237 2.278.073 65.012.131
komunikasi
Keuangan dan
21.352.623 84.127.070 6.756.704 3.226.690 115.463.088
persewaan
Jasa-jasa 85.034.756 12.973.385 6.480.946 777.156 105.266.243
Total 400.843.770 755.048.498 110.079.928 69.278.732 1.331.860.350
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada

Tabel 5.3. diperoleh bahwa ternyata pada sektor industri kertas mempunyai nilai

surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji. Hal ini terlihat dari nilai

rasio yang lebih kecil dari satu (0.43). Kondisi ini menunjukan bahwa distribusi

pendapatan antara pemilik modal (perusahaan) dan pekerja tidak merata atau
51

terjadi ketimpangan yang sangat besar yang disebabkan oleh adanya eksploitasi

tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap tenaga kerja dengan share yang lebih

besar pada produsen (pemilik modal).

Tabel 5.3. Rasio Upah Terhadap Surplus Usaha

Rasio Upah Gaji terhadap Surplus Usaha


Sektor
(U/G)
Pertanian 0,33
Kayu 0,26
Hasil hutan lainnya 0,35
Pertambangan dan penggalian 0,20
Industri makanan dan minuman 0,57
Industri tekstil dan pakaian 0,74
Industri kayu dan furniture 0,51
Industri pulp 0,43
Industri kertas 0,43
Industri barang dari kertas 0,76
Industri percetakan 0,36
Industri kimia 0,36
Industri semen dan barang non logam 0,84
Industri logam dasar 0,47
Industri barang jadi dari logam 0,79
Industri lainnya 0,64
Listrik, gas dan air 0,48
Bangunan 1,27
Perdagangan 0,45
Pengangkutan dan komunikasi 0,04
Keuangan dan persewaan 0,25
Jasa-jasa 6,55
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

5.1.3. Struktur Ketenagakerjaan

Banyaknya tenaga kerja yang terserap pada tahun 2000 sebanyak

93.320.948 jiwa. Jumlah tenaga kerja yang terserap di setiap sektor ekonomi

merupakan indikator kemampuan sektor tersebut dalam menciptakan kesempatan


52

kerja bagi masyarakat di wilayah tersebut. Gambaran tentang jumlah tenaga kerja,

produktifitas dan nilai upah sektoral dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Jumlah Tenaga kerja, Produktifitas dan Nilai Upah Sektoral Indonesia
Tahun 2000
Nilai tambah Total
Jumlah Produktivitas
Sektor bruto Upah Upah/TK
TK (Juta/Tk)
(Juta Rp) (Juta)
Pertanian 40.328.519 166,208.164 4,12 40.004,914 0,99
Kayu 555.824 13.700.655 24,65 2.577.985 4,64
Hasil Hutan Lainnya 86.513 2.282.652 26,39 565.245 6,53
Pertambangan dan
825.943 167.692.195 203,03 25.590.708 30,98
Penggalian
Industri makanan dan
3.012.592 112.062.949 37,20 30.567.459 10,15
minuman
Industri tekstil dan pakaian 2.480.225 45.440.052 18,32 16.143.177 0,15
Industri kayu dan furniture 2.450.134 20.256.905 8,27 5.797.569 0,42
Industri pulp 57.051 2.508.705 43,97 940.504 0,06
Industri kertas 118.454 7.895.327 66,65 1.952.762 0,06
Industri barang dari kertas 73.551 3.017.607 41,03 1.212.512 0,06
Industri percetakan 100.942 6.576.232 65,15 1.664.063 0,06
Industri kimia 705.030 97.169.759 137,82 21.585.418 0,03
Industri semen dan barang
648.911 10.119.912 15,60 3.296.212 0,20
non logam
Industri logam dasar 357.938 9.142.638 25,54 2.333.616 0,15
Industri barang jadi dari
259.161 9.475.821 36,56 3.477.803 0,07
logam
Industri lainnya 1,041.218 61.931.963 59,48 19.372.182 18,61
Listrik, Gas dan Air 225.664 8.393.727 37,20 2.279.382 10,10
Bangunan 4.183.255 76.573.392 18,30 37.132.511 8,88
Perdagangan 17.569.515 225.670.233 12,84 61.084.802 3,48
Pengangkutan dan
4.870.912 65.012.131 13,35 16.877.567 3,46
Komunikasi
Keuangan dan Persewaan 1,448.034 115.463.088 79,74 21.352.623 14.75
Jasa-jasa 11.921,562 105.266.243 8,83 85.034.756 7,13
Total (domestik) 93.320.948 1.331.860.350 14,27 400.843.770 4,30
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Berdasarkan Tabel 5.4, terlihat sektor industri kertas menyerap 118.454

jiwa sedangkan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja adalah sektor

pertanian dengan kemampuan menyerap tenaga kerja sebesar 40.328.519 jiwa.

Dalam hal produktifitas tenaga kerja industri kertas menduduki peringkat keempat
53

sekitar 66,65 yang berarti satu orang tenaga kerja yang bekerja di sektor

manufaktur mampu menghasilkan sekitar 66,65 juta nilai tambah dari sektor

tersebut dalam tahun 2000.

5.1.4. Struktur Ekspor dan Impor

Ekspor Indonesia pada tahun 2000 sebesar Rp 520.831.623 juta.

Berdasarkan nilai total ekspor tersebut, nilai ekspor keseluruhan sektor industri

kertas adalah Rp 13.125.385 juta atau 2,52 persen dari total ekspor Indonesia

(Tabel 5.5), sedangkan nilai ekspor terbesar ditempati oleh sektor industri kimia

atau 18,84 persen dari total ekspor indonesia. Nilai ekspor industri kertas yang

masih kecil tersebut dapat menandakan bahwa sektor industri ini masih

berorientasi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Ditinjau dari sisi impor terhadap barang-barang dan jasa ternyata nilai

impor secara keseluruhan sebesar 287.930.757 juta. Nilai impor industri kertas

sebesar Rp 8.507.854 juta atau 2,95 persen dari total impor Indonesia (Tabel 5.5).

Nilai impor tersebut dapat menunjukkan bahwa kebutuhan kertas dalam negeri

masih lebih besar dari produksi kertas dalam negeri sehingga harus melakukan

impor.

Dari Tabel 5.5, dengan melihat besarnya selisih antara total ekspor dan

impor, terlihat bahwa sektor pertanian, industri pengolahan, perdagangan serta

sektor pengangkutan dan telekomunikasi mengalami selisih yang positif ini

menunjukan bahwa secara umum dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-

barang yang dihasilkan oleh sektor tersebut tidak lagi tergantung pada impor.
54

Sedangkan yang mengalami selisih negatif dialami oleh sektor kayu, sektor listrik,

gas dan air, sektor bangunan, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor

jasa-jasa. Ini menunjukan bahwa secara umum dalam memenuhi kebutuhan

terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh sektor tersebut masih tergantung

pada impor.

Tabel 5.5. Struktur Ekspor dan Impor Indonesia Tahun 2000

Ekspor Impor Jumlah


Input X-M
Sektor Jumlah Jumlah
% % (Juta Rp) (Juta Rp)
(Juta Rp) (Juta Rp)
Pertanian 6.943.933 1,22 4.540.845 1,58 224.395.262 2.403.088
Kayu 124.016 0,02 528.881 0,18 17.340.028 -404.865
Hasil hutan lainnya 394.247 0,07 40.433 0,01 2,698,944 353.814
Pertambangan dan
77.225.466 13,56 5.735.602 1,99 196.815.151 71.489.864
penggalian
Industri makanan dan
29.525.337 5,18 19.554.319 6,79 332.305.451 9.971.018
minuman
Industri tekstil dan
73.883.620 12,97 24.566.298 8,53 131.412.099 49.317.322
pakaian
Industri kayu dan
37.162.305 6,53 4.558.979 1,58 57.534.424 32.603.326
furniture
Industri pulp 5.473.550 0,96 2.772.489 0,96 8.739.849 2.701.061
Industri kertas 13.125.385 2,30 8.507.854 2,95 24.771.622 4.617.531
Industri barang dari
1.634.413 0,29 1.093.040 0,38 8.850.620 541.373
kertas
Industri percetakan 3.485.110 0,61 1.493.947 0,52 13.627.408 1,991,163
Industri kimia 107.268.814 18,84 43.824.694 15,22 243.805.705 63.444.120
Industri semen dan
6.048.326 1,06 2.167.427 0,75 23.821.379 3.880.899
barang non logam
Industri logam dasar 12.942.842 2,27 5.580.177 1,94 33.729.613 7.362.665
Industri barang jadi
31.857.365 5,59 6.598.332 2,29 27.529.413 25.259.033
dari logam
Industri lainnya 58.163.775 10,21 49.444.297 17,17 176.089.959 8.719.478
Listrik, gas dan air 0 0,00 2.238.722 0,78 30.637.695 -2.238.722
Bangunan 0 0,00 39.900.641 13,86 227.677.063 -39.900.641
Perdagangan 57.094.908 10,03 19.136.855 6,65 396.214.278 37.958.053
Pengangkutan dan
26.567.809 4,67 26.588.859 9,23 177.242.287 -21.050
komunikasi
Keuangan dan
11.957.617 2,10 7.161.218 2,49 161.353.916 4.796.399
persewaan
Jasa-jasa 8.611.336 1,51 11.896.848 4,13 177.242.287 -3.285.512
Total (domestik) 569.490.175 100 287.930.757 100 2.667.864.126 281.559.418
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).
55

Jika dilihat dari total selisih antara ekspor dan impor maka perekonomian

Indonesia mengalami surplus perdagangan sebesar Rp 232.900.866 juta. Surplus

perdagangan terbesar diberikan oleh sektor pertambangan dan penggalian sebesar

Rp 71.489.864 juta, sedangkan industri kertas mengalami surplus perdagangan

sebesar Rp 4.617.531 juta. Angka tersebut menunjukan bahwa secara umum

dalam memenuhi kebutuhan terhadap barang-barang yang dihasilkan oleh sektor

industri kertas di Indonesia tidak lagi tergantung pada impor.

5.1.5. Struktur Output Sektoral

Output merupakan nilai produksi (barang dan jasa) yang dihasilkan oleh

suatu sektor perekonomian. Berdasarkan Tabel Input-Output Indonesia tahun

2000 dapat diketahui besarnya output yang diciptakan oleh masing-masing sektor.

Berdasarkan Tabel 5.6 terlihat bahwa output sektoral perekonomian

Indonesia sebesar Rp 270.099.837 juta. Sektor yang paling besar menyumbang

dalam pembentukan output domestik adalah sektor perdagangan yakni sebesar

14,67 persen dengan nilai output sebesar Rp 396.214.278 juta, kemudian disusul

oleh sektor industri makanan dan minuman dengan nilai sebesar Rp 329.325.254

juta dalam persentase sebesar 12,19 persen dari total output keseluruhan.

Sementara industri kertas sendiri menyumbang sebesar Rp 24.771.622 dalam

pembentukan output atau sebesar 0,92 persen dari seluruh total output sektoral

perekonomian.
56

Tabel 5.6. Struktur Pembentukan Output Sektoral terhadap Perekonomian


Indonesia Tahun 2000
Output
Sektor
Jumlah (Juta) Persentase (%)
Pertanian 260,672,575 9.65
Kayu 17,340,028 0.64
Hasil hutan lainnya 2,698,944 0.10
Pertambangan dan penggalian 196,815,151 7.29
Industri makanan dan minuman 329,325,254 12.19
Industri tekstil dan pakaian 131,412,099 4.87
Industri kayu dan furniture 57,534,424 2.13
Industri pulp 8,739,849 0.32
Industri kertas 24,771,622 0.92
Industri barang dari kertas 8,850,620 0.33
Industri percetakan 13,627,408 0.50
Industri kimia 243,805,705 9.03
Industri semen dan barang non logam 23,821,379 0.88
Industri logam dasar 33,729,613 1.25
Industri barang jadi dari logam 64,119,165 2.37
Industri lainnya 139,438,593 5.16
Listrik, gas dan air 30,637,695 8.43
Bangunan 227,677,063 8.43
Perdagangan 396,214,278 14.67
Pengangkutan dan komunikasi 151,272,169 5.60
Keuangan dan persewaan 161,353,916 5.97
Jasa-jasa 177,242,287 6.56
Total (domestik) 2,701,099,837 100
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

5.2. Analisis Keterkaitan

5.2.1. Keterkaitan Langsung Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia

Keterkaitan langsung beberapa sektor perekonomian Indonesia dapat

dilihat pada Tabel 5.7. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa sektor perdagangan

mempunyai nilai keterkaitan langsung kedepan yang paling besar yaitu sebesar

1,4070. Selanjutnya urutan kedua terbesar ditempati oleh sektor pertambangan

dan penggalian dengan nilai keterkaitan langsung ke depan sebesar 1,3580

kemudian secara berturut-turut diikuti oleh sektor industri kimia dan minyak dan
57

sektor pengangkutan dan komunikasi dengan nilai 0,7964 dan 0,7020 pada posisi

ketiga dan keempat.

Untuk keterkaitan langsung ke belakang sektor listrik, gas dan air

merupakan sektor yang memiliki nilai keterkaitan langsung ke belakang yang

paling tinggi dengan nilai 0,3103. hal ini dikarenakan sektor listrik, gas dan air

merupakan salah satu sektor yang paling vital dalam kehidupan manusia dan

tanpa sektor tersebut sektor yang lain tidak akan dapat berjalan, kemudian urutan

kedua dan ketiga di tempati oleh industri makanan dan minuman dan sektor

industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 0,3319 dan 0,1790.

Tabel. 5.7. Nilai Keterkaitan Berbagai Sektor Perekonomian di Indonesia

Langsung Langsung dan Tidak


Sektor Langsung
Depan Belakang Depan Belakang
Pertanian 0,5495 0,2391 1,9552 1,3950
Kayu 0,2619 0,1794 1,3283 1,2751
Hasil hutan lainnya 0,0236 0,1393 1,0291 1,2287
Pertambangan dan penggalian 1,3580 0,1188 3,1272 1,1567
Industri makanan dan minuman 0,3319 0,6039 1,6422 1,9484
Industri tekstil dan pakaian 0,2764 0,4673 1,3855 1,7956
Industri kayu dan furniture 0,1790 0,5687 1,2191 1,8775
Industri pulp 0,1877 0,3957 1,2750 1,6059
Industri kertas 0,5997 0,3378 1,6529 1,5409
Industri barang dari kertas 0.0485 0,5356 1,0734 1,8431
Industri percetakan 0,0431 0,4078 1,0653 1,6424
Industri kimia 0,7964 0,4217 2,1857 1,5577
Industri semen dan barang non logam 0,0900 0,4842 1,1150 1,6858
Industri logam dasar 0,3072 0,5635 1,2955 1,7978
Industri barang jadi dari logam 0,1737 0,4161 1,2689 1,5005
Industri lainnya 0,1631 0,3675 1,3310 1,6501
Listrik, gas dan air 0,3103 0,6530 1,4368 1,8552
Bangunan 0,1919 0,4884 1,3066 1,7539
Perdagangan 1,4070 0,3821 3,2051 1,6138
Pengangkutan dan komunikasi 0,7027 0,3945 2,0874 1,6346
Keuangan dan persewaan 0,6438 0,2400 2,1306 1,3643
Jasa-jasa 0,0980 0,3390 1,1575 1,5500
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).
58

Untuk industri kertas, dalam nilai keterkaitan langsung ke depan

menempati urutan keeenam dengan nilai 0,5997. Nilai ini berarti setiap kenaikan

permintaan akhir sebesar satu juta, maka output industri kertas secara langsung

akan meningkat sebesar 0,5997 juta rupiah. Sedangkan untuk keterkaitan langsung

ke belakang industri kertas memiliki nilai sebesar 0,3378 yang berada pada posisi

ke-17 diantara sektor-sektor yang lain. Nilai tersebut mengindikasikan bahwa jika

terjadi kenaikan permintaan akhir satu juta, maka sektor industri kertas akan

meningkatkan permintaan inputnya secara langsung sebesar 0,3378 juta rupiah.

5.2.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung Sektor-Sektor


Perekonomian Indonesia

Pada Tabel 5.7 dapat dilihat bahwa sektor yang mempunyai nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan tertinggi adalah sektor

pertambangan dan penggalian dengan nilai sebesar 3,1272. Selanjutnya di posisi

kedua dan ketiga ditempati oleh sektor perdagangan dan sektor industri kimia

dengan nilai masing-masing sebesar 3,2051 dan 2,1857.

Untuk nilai keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang, sektor

industri makanan dan minuman memiliki nilai keterkaitan tertinggi diantara

sektor-sektor lainnya yaitu sebesar 1,9484. Urutan kedua tertinggi ditempati oleh

sektor industri kayu dan furniture dengan nilai keterkaitan sebesar 1,8775.

Selanjutnya berturut-turut untuk posisi ketiga dan keempat ditempati oleh sektor

listik, gas dan air dan sektor industri barang-barang dari kertas dengan nilai

keterkaitan sebesar 1,8552 dan 1,8431.


59

Berdasarkan hasil analisis (Tabel 5.7), industri kertas memiliki nilai

keterkaitan langsung dan tidak langsung kedepan sebesar 1,6529 yang berada

pada peringkat ketujuh diantara sektor-sektor yang berada dalam perekonomian

Indonesia. Nilai keterkaitan tersebut mengindikasikan bahwa setiap satu juta

output yang dihasilkan industri kertas secara langsung maupun tidak langsung

akan dialokasikan kepada sektor-sektor lain dan kepada industri kertas itu sendiri

sebesar 1,6529 juta rupiah.

Sedangkan untuk keterkaitan langsung dan tidak langsung kebelakang,

industri kertas memiliki nilai keterkaitan sebesar 1,5409 yang berada pada

peringkat ke-16 diantara sektor-sektor lainnya. Nilai keterkaitan sebesar 1,5409

berarti apabila terjadi peningkatan permintaan akhir sebesar satu juta pada industri

kertas maka permintaan input dari sektor-sektor lainnya maupun dari industri

kertas itu sendiri secara langsung dan tidak langsung akan menigkat sebesar

1,5409 juta rupiah.

5.2.3. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor


Perekonomian Indonesia

Industri kertas merupakan sektor antara yang berada diantara sektor-sektor

yang lain, industri ini tidak dapat dipisahkan dari industri atau sektor-sektor

hulunya yang menyediakan input bagi keperluan proses produksinya, sebaliknya

industri ini juga berfungsi sebagai penghasil output yang digunakan sebagai input

bagi industri lainnya (hilir). Sektor-sektor hilir yang terkait dengan industri kertas

antara lain industri barang-barang dari kertas, industri percetakan (penerbitan),

dan sektor jasa-jasa.


60

Tabel 5.8. Keterkaitan ke Depan Industri Kertas terhadap Sektor-Sektor


Perekonomian Indonesia

Sektor Koefisien Peringkat


Pertanian 0.0005 17
Kayu 0.0008 14
Hasil hutan lainnya 0.0025 6
Pertambangan dan penggalian 0.0000 22
Industri makanan dan minuman 0.0022 7
Industri tekstil dan pakaian 0.0013 10
Industri kayu dan furniture 0.0004 18
Industri pulp 0.0057 4
Industri kertas 0.0015 9
Industri barang dari kertas 0.3183 1
Industri percetakan 0.2448 2
Industri kimia 0.0003 19
Industri semen dan barang non logam 0.0047 5
Industri logam dasar 0.0001 21
Industri barang jadi dari logam 0.0006 16
Industri lainnya 0.0010 12
Listrik, gas dan air 0.0007 15
Bangunan 0.0002 20
Perdagangan 0.0020 8
Pengangkutan dan komunikasi 0.0009 13
Keuangan dan persewaan 0.0012 11
Jasa-jasa 0.0128 3
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Dari hasil analisis keterkaitan ke depan industri kertas terhadap berbagai

sektor perekonomian Indonesia (Tabel 5.8) dapat dilihat bahwa industri barang

dari kertas menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,3183. Selanjutnya

disusul oleh industri percetakan dengan nilai keterkaitan sebesar 0,2248 pada

urutan kedua. Industri barang dari kertas dan industri percetakan menempati

peringkat teratas karena kedua industri ini menggunakan bahan baku utama yang

dihasilkan dari industri kertas.


61

5.2.4. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Sektor-sektor


Perekonomian Indonesia

Industri kertas merupakan industri yang terus berkembang pesat di

Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari pertumbuhan konsumsinya yang terus

meningkat dari tahun ke tahun. Perkembangan industri ini juga ditandai dengan

peningkatan kapasitas produksi perusahaan-perusahaan industri kertas dalam satu

dekade terakhir ini. Salah satu indikator penyebab perkembangan dan

pertumbuhan yang cukup tinggi itu adalah kedekatan industri kertas dengan bahan

baku industrinya dalam hal kemudahan memperolehnya. Kedekatan inilah yang

menandai bahwa keterkaitan ke belakang industri kertas dengan sektor-sektor

penyedia inputnya (hulu) cukup besar.

Dari hasil analisis keterkaitan ke belakang industri kertas terhadap

berbagai sektor perekonomian indonesia (Tabel 5.9) dapat dilihat bahwa industri

pulp menduduki peringkat pertama dengan nilai sebesar 0,0944. Industri pulp

menduduki peringkat pertama karena pulp merupakan bahan baku utama yang

digunakan oleh industri kertas. Selanjutnya disusul oleh sektor pengangkutan dan

komunikasi pada urutan kedua. Masuknya sektor pengangkutan dan komunikasi

dalam peringkat yang cukup tinggi bila di bandingkan dengan sektor-sektor lain

dalam perekonomian dikarenakan pentingnya faktor pengangkutan dan

komunikasi dalam memperlancar rantai distribusi bahan baku dari tempat bahan

baku ke perusahaan tempat proses produksi dilaksanakan


62

Tabel 5.9. Keterkaitan ke Belakang Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor


Perekonomian Di Indonesia

Sektor Koefisien Peringkat


Pertanian 0.0031 11
Kayu 0.0071 7
Hasil hutan lainnya 0.0007 17
Pertambangan dan penggalian 0.0023 12
Industri makanan dan minuman 0.0045 9
Industri tekstil dan pakaian 0.0004 20
Industri kayu dan furniture 0.0012 15
Industri pulp 0.0944 1
Industri kertas 0.0015 14
Industri barang dari kertas 0.0037 10
Industri percetakan 0.0010 16
Industri kimia 0.0401 4
Industri semen dan barang non logam 0.0001 21
Industri logam dasar 0.0000 22
Industri barang jadi dari logam 0.0017 13
Industri lainnya 0.0005 19
Listrik, gas dan air 0.0181 6
Bangunan 0.0006 18
Perdagangan 0.0621 3
Pengangkutan dan komunikasi 0.0731 2
Keuangan dan persewaan 0.0199 5
Jasa-jasa 0.0050 8
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

5.3. Analisis Koefisien Penyebaran dan Kepekaan Penyebaran

Untuk mengetahui distribusi manfaat dari pengembangan suatu sektor

terhadap perkembangan sektor lainnya baik melalui mekanisme transaksi pasar

input dan pasar output dapat dianalisis berdasarkan koefisien penyebaran dan

kepekaan penyebaran. Analisis koefisien penyebaran dianggap penting karena

menunjukkan koefisien kaitan yang memberikan gambaran tentang pengaruh yang

ditimbulkan oleh suatu unit permintaan akhir untuk semua sektor di dalam suatu

sisitem perekonomian. Sedangkan analisis kepekaan penyebaran berguna untuk


63

memberikan gambaran tentang pengaruh yang timbul oleh suatu unit permintaan

akhir terhadap semua sektor di dalam perekonomian.

5.3.1. Koefisien Penyebaran

Koefisien penyebaran menunjukan efek relatif yang ditimbulkan oleh

keterkaitan ke belakang secara langsung dan tidak langsung antara satu sektor

dengan semua sektor yang ada. Dengan kata lain merupakan efek yang

ditimbulkan oleh suatu sektor karena adanya peningkatan output suatu sektor yang

bersangkutan terhadap output sektor-sektor lainnya yang digunakan sebagai input

oleh sektor-sektor tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung.

Koefisien penyebaran ini diperoleh dari nilai keterkaitan output langsung dan

tidak langsung ke belakang yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi

dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung semua sektor. Koefisien

penyebaran sering disebut sebagai daya penyebaran ke belakang. Nilai koefisien

yang lebih besar dari suatu sektor menunjukkan kemampuan sektor tersebut dalam

menarik perkembangan sektor hulunya.

Pada Tabel 5.10 dapat dilihat beberapa sektor yang mempunyai indeks

koefisien penyebaran yang tinggi antara lain sektor industri makanan dan

minuman, industri kayu dan furniture, listrik, gas dan air, industri barang dari

kertas juga industri tekstil dan pakaian. Berdasarkan nilai indeks koefisien

penyebaran yang lebih dari satu, hal ini mengindikasikan bahwa sektor-sektor

tersebut memiliki kemampuan yang kuat untuk menarik pertumbuhan sektor

hulunya.
64

Tabel 5.10. Koefisien Penyebaran Industri Kertas Terhadap Berbagai Sektor


Perekonomian Di Indonesia

Sektor Koefisien Penyebaran


Pertanian 0,8701
Kayu 0,7953
Hasil hutan lainnya 0,7664
Pertambangan dan penggalian 0,7215
Industri makanan dan minuman 1,2152
Industri tekstil dan pakaian 1,1199
Industri kayu dan furniture 1,1710
Industri pulp 1,0016
Industri kertas 0,9611
Industri barang dari kertas 1,1495
Industri percetakan 1,0244
Industri kimia 0,9715
Industri semen dan barang non logam 1,0514
Industri logam dasar 1,1213
Industri barang jadi dari logam 0,9359
Industri lainnya 1.,0292
Listrik, gas dan air 1,1571
Bangunan 1,0939
Perdagangan 1,0066
Pengangkutan dan komunikasi 1,0195
Keuangan dan persewaan 0,8509
Jasa-jasa 0,9668
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Untuk industri kertas, sektor ini mempunyai indeks koefisien penyebaran

sebesar 0,9611. Hal mengindikasikan bahwa industri kertas mempunyai

kemampuan yang kurang kuat dalam menarik perkembangan sektor hulunya.

Salah satu penyebab terjadi hal tersebut adalah adanya integrasi vertikal dalam

industri kertas sendiri, khususnya yaitu dengan sektor hulu yang paling besar

keterkaitannya dengan industri kertas yaitu industri pulp. Perusahaan-perusahaan

besar yang memiliki kapasitas produksi yang besar pula ternyata juga memiliki

pabrik pulp sebagai sumber bahan bakunya. Hal ini mengakibatkan kemampuan

industri kertas secara keseluruhan untuk menarik pertumbuhan sektor hulunya


65

terutama pulp menjadi semakin berkurang. Namun jika di tinjau dari sisi efisiensi,

menurut Karseno dan Mulyaningsih (2002) integrasi vertikal pada industri kertas

justru akan lebih meningkatkan efisiensi produksi perusahaan dalam industri

5.3.2. Kepekaan Penyebaran

Kepekaan penyebaran merupakan efek relatif yang disebabkan oleh

perubahan output suatu sektor ekonomi yang akan menimbulkan perubahan output

sektor ekonomi lainnya yang menggunakan output sektor tersebut sebagai input

baik langsung maupun tidak langsung. Kepekaan penyebaran ini sering disebut

indeks daya penyebaran ke depan yang diperoleh dari keterkaitan langsung dan

tidak langsung ke depan yang dikalikan dengan jumlah sektor kemudian dibagi

dengan total keterkaitan langsung dan tidak langsung dari semua sektor. Nilai

indeks kepekaan penyebaran lebih dari satu mengindikasikan suatu sektor

memiliki kemampuan yang kuat untuk mendorong sektor hilirnya.

Pada Tabel 5.11 dapat dilihat bahwa sektor pertambangan dan penggalian

memiliki indeks kepekaan penyebaran yang paling tinggi yaitu sebesar 1,9504.

Hal ini di karenakan sektor pertambangan dan penggalian merupakan salah satu

sektor yang mempunyai peranan penting dalam perekonomian. Barang tambang

seperti minyak bumi dengan produk hasil olahannya yaitu bahan bakar minyak

(BBM) merupakan pilar utama proses produksi output sektor-sektor industri

dalam perekonomian, sehingga sektor pertambangan dan penggalian mempunyai

kemempuan yang kuat dalam mendorong pertumbuhan sektor-sektor hilirnya

terutama dalam hal penyedian kebutuhan bahan bakar untuk proses produksi.
66

Tabel 5.11. Kepekaan Penyebaran Industri Kertas terhadap Berbagai Sektor


Perekonomian Di Indonesia

Sektor Kepekaan Penyebaran


Pertanian 1,2195
Kayu 0,8285
Hasil hutan lainnya 0,6419
Pertambangan dan penggalian 1,9504
Industri makanan dan minuman 1,0242
Industri tekstil dan pakaian 0,8641
Industri kayu dan furniture 0,7603
Industri pulp 0,7952
Industri kertas 1,0309
Industri barang dari kertas 0,6695
Industri percetakan 0,6644
Industri kimia 1,3632
Industri semen dan barang non logam 0,6954
Industri logam dasar 0,8080
Industri barang jadi dari logam 0,7914
Industri lainnya 0,8302
Listrik, gas dan air 0,8961
Bangunan 0,8149
Perdagangan 1,9990
Pengangkutan dan komunikasi 1,3019
Keuangan dan persewaan 1,3288
Jasa-jasa 0,7219
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).

Sedangkan untuk industri kertas, sektor industri ini mempunyai indeks kepekaan

penyebaran sebesar 1,309. Dengan nilai indeks yang lebih besar dari satu, hal ini

berarti bahwa industri kertas mempunyai kemampuan yang kuat untuk mendorong

perkembangan sektor hilirnya. Bila di bandingkan dengan beberapa sektor lainnya

yang tergolong sektor manufaktur seperti industri makanan dan minuman

(1,0242), industri tekstil dan pakaian (0,8641), dan industri kayu dan furniture

(0,7603), industri kertas lebih unggul dalam kemampuannya dalam menstimulir

perkembangan sektor-sektor hilirnya dan termasuk ke dalam delapan besar sektor

yang mempunyai indeks kepekaan penyebaran kuat dalam perekonomian.


67

Semuanya itu menandakan bahwa sektor industri kertas layak untuk terus

dikembangkan dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.

5.4. Elastisitas Input-Output

Elastisitas input-output menyediakan pandangan baru untuk penentuan

sektor prioritas. Menurut Mattas dan Shresta (1991) dalam Imansyah (2000)

pendekatan ini lebih baik daripada analisis keterkaitan dan analisis multiplier

karena memperhitungkan share suatu sektor dalam output. Pendekatan ini

mempermudah policy makers untuk berkonsentrasi tidak hanya pada nilai-nilai

keterkaitan dan multiplier tertinggi tetapi juga pada share suatu sektor ekonomi.

Pendekatan elastisitas input-output dibagi kedalam tiga kategori yaitu elastisitas

output, pendapatan dan tenaga kerja.

5.4.1. Elastisitas Output

Elastisitas Output adalah perubahan persentase dalam total output suatu

sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.

Pada perekonomian Indonesia, elastisitas output tertinggi ditempati oleh sektor

perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,2610 (Tabel 5.12). Nilai ini berarti

setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan meningkatkan

output sektor perdagangan sebesar 1,2610 persen. Urutan kedua ditempati oleh

sektor industri makanan dan minuman dengan nilai elastisitas output sebesar

1,1253. Hal ini bermakna bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain

sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor industri makanan

dan minuman sebesar 1,1253 persen. Nilai elastisitas output yang tinggi dari
68

kedua sektor tersebut mencerminkan bahwa outputnya mempunyai respon yang

besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif

terhadap perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir.

Untuk industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas output sebesar

1,0023, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1

persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 1,0023 persen.

Dengan nilai elastisitas output yang lebih besar dari satu, industri kertas dapat

disebut cukup responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.

5.4.2. Elastisitas Pendapatan

Elastisitas pendapatan adalah perubahan persentase dalam pendapatan

suatu sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor

lainnya. Pada tabel 5.12 dapat dilihat bahwa elastisitas pendapatan tertinggi

ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,1650. Nilai

ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen akan

meningkatkan pendapatan sektor perdagangan sebesar 1,1650 persen. Urutan

kedua ditempati oleh sektor pertambangan dan penggalian dengan nilai elastisitas

pendapatan sebesar 1,0759. Hal ini berarti bahwa setiap kenaikan permintaan

akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan meningkatkan total output sektor

industri pertambangan dan penggalian sebesar 1,0759 persen. Nilai elastisitas

output yang tinggi bila dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya dalam

perekonomian pada sektor perdagangan dan sektor pertambangan dan penggalian


69

menunjukkan bahwa pendapatan pada kedua sektor tersebut mempunyai respon

yang besar terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya.

Sementara pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas pendapatan

sebesar 0,5022, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain

sebesar 1 persen akan meningkatkan pendapatan dalam industri kertas sebesar

0,5022 persen. Dengan nilai elastisitas pendapatan yang kurang dari satu, industri

kertas dapat disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada

sektor lain.

Tabel 5.12. Elastisitas Input-Output Sektor-Sektor Perekonomian Indonesia


Tahun 2000

Elastisitas
Sektor
Output Pendapatan Tenaga Kerja
Pertanian 0,3921 (15) 0,6449 ( 5 ) 0,5495 ( 9 )
Kayu 0,0955 (18) 0,3284 ( 9 ) 0,2619 (14)
Hasil hutan lainnya 0,4050 (13) 0,2772 (12) 0,3319 (10)
Pertambangan dan penggalian 1,1008 ( 3 ) 1,0759 ( 2 ) 0,9779 ( 3 )
Industri makanan dan minuman 1,1253 ( 2 ) 1,0009 ( 3 ) 1,0441 ( 2 )
Industri tekstil dan pakaian 0,5241 (11) 0,1790 (17) 0,2764 (13)
Industri kayu dan furniture 0,2591 (16) 0,1877 (16) 0,1790 (16)
Industri pulp 0,8697 ( 8 ) 0,6005 ( 6 ) 0,8877 ( 4 )
Industri kertas 1,0023 ( 5 ) 0,5022 ( 7 ) 0,6093 ( 8 )
Industri barang dari kertas 0,7100 ( 9 ) 0,0443 (21) 0,0485 (21)
Industri percetakan 0,6084 (10) 0,0247 (22) 0,0431 (22)
Industri kimia 0,9831 ( 6 ) 0,0901 (20) 0,7964 ( 5 )
Industri semen dan barang non logam 0,4048 (14) 0,3072 (11) 0,0900 (20)
Industri logam dasar 0,0047 (21) 0,1659 (18) 0,3072 (12)
Industri barang jadi dari logam 0,0139 (20) 0,2240 (14) 0,1737 (17)
Industri lainnya 0,0548 (19) 0,3127 (10) 0,1631 (18)
Listrik, gas dan air 0,9020 ( 7 ) 0,2778 (13) 0,3103 (11)
Bangunan 0,1253 (17) 0,4772 ( 8 ) 0,1919 (15)
Perdagangan 1,2610 ( 1 ) 1,1650 ( 1 ) 1,0768 ( 1 )
Pengangkutan dan komunikasi 1,0274 ( 4 ) 0,6903 ( 4 ) 0,7027 ( 6 )
Keuangan dan persewaan 0,0040 (22) 0,0994 (19) 0,6438 ( 7 )
Jasa-jasa 0,5179 (12) 0,2133 (15) 0,0980 (19)
Sumber: Tabel I-O Indonesia, 2000 (diolah).
Keterangan: ( ) merupakan peringkat
70

5.4.3. Elastisitas Tenaga Kerja

Elastisitas tenaga kerja adalah perubahan persentase tenaga kerja suatu

sektor akibat adanya perubahan persentase pada permintaan akhir sektor lainnya.

Diantara sektor lainnya dalam perekonomian elastisitas tenaga kerja tertinggi

ditempati oleh sektor perdagangan dengan nilai elastisitas sebesar 1,0768 (Tabel

5.12). Nilai ini berarti setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1

persen akan meningkatkan tenaga kerja sektor perdagangan sebesar 1,0768

persen. Peringkat kedua ditempati oleh sektor industri makanan dan minuman

dengan nilai elastisitas tenaga kerja sebesar 1,0441. Nilai ini bermakna bahwa

setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1 persen maka akan

meningkatkan tenaga kerja sektor industri makanan dan minuman sebesar 1,0441

persen. Nilai elastisitas tenaga kerja yang tinggi dari kedua sektor tersebut

mengindikasikan bahwa jumlah tenaga kerjanya mempunyai respon yang besar

terhadap perubahan permintaan akhir sektor lainnya atau lebih sensitif terhadap

perubahan yang terjadi pada sektor lainnya dalam hal permintaan akhir.

Pada industri kertas, sektor ini memiliki elastisitas tenaga kerja sebesar

0,6093, yang berarti bahwa setiap kenaikan permintaan akhir sektor lain sebesar 1

persen akan meningkatkan total output industri kertas sebesar 0,6093 persen.

Dengan nilai elastisitas yang kurang dari satu, tenaga kerja industri kertas dapat

disebut kurang responsif terhadap perubahan permintaan akhir pada sektor lain.

Namun demikian nilai elastisitas tenaga kerjanya masih bernilai positif, hal ini

terjadi dikarenakan industri kertas selain merupakan industri padat modal juga

merupakan industri yang cukup banyak menyerap tenaga kerja.


71

5.5. Sektor-Sektor Kunci dalam Perekonomian Indonesia

Penentuan suatu sektor menjadi sektor kunci dalam perekonomian

Indonesia dapat didasarkan pada kategori-kategori analisis input-output seperti

analisis keterkaitan, dampak penyebaran atau elastisitas input-output. Pada

penentuan sektor kunci berdasarkan elastisitas input-output, sektor yang menjadi

kunci dalam perekonomian ditentukan berdasarkan ranking atau peringkat dari

keseluruhan sektor dalam perekonomian baik dilihat dari elastisitas output,

pendapatan maupun tenaga kerjanya (ranking elastisitas), sepuluh peringkat

tertinggi dari hasil perankingan tersebut merupakan sektor-sektor kunci dalam

perekonomian.

Dari hasil analisis sektor kunci perekonomian Indonesia tahun 2000

berdasarkan ranking elastisitas (Tabel 5.13), dapat diketahui sepuluh sektor kunci

perekonomian, yaitu: (1) perdagangan, (2) industri makanan dan minuman, (3)

pertambangan dan penggalian, (4) pengangkutan dan komunikasi, (5) industri

pulp, (6) industri kertas, (7) pertanian, (8) industri kimia, (9) listrik, gas dan air,

dan (10) hasil hutan lainnya. Hal ini berarti kesepuluh sektor tersebut menjadi

prioritas pemerintah untuk dikembangkan karena setiap sektor tersebut secara

simultan mempunyai respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir

sektor-sektor lainnya, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perekonomian

secara keseluruhan. Industri kertas termasuk dalam sektor kunci perekonomian

Indonesia (peringkat keenam), hal ini menunjukkan bahwa industri ini, bersama

dengan sembilan sektor kunci lainnya, merupakan sektor unggulan dalam

meningkatkan output, pendapatan, dan tenaga kerjanya untuk lebih berperan


72

dalam perekonomian Indonesia dan pemerintah sebagai policy makers harus lebih

biak lagi dalam menjalankan fungsinya berkaitan dengan penetapan kebijakan

terhadap industri ini karena perannya dalam meningkatkan perekonomian

tersebut.

Tabel 5.13. Sektor Kunci Perekonomian menurut Ranking Elastisitas Input-


Output Indonesia Tahun 2000

Elastisitas Input-Output
(peringkat) Total Ranking
Sektor
Tenaga Peringkat Elastisitas
Output Pendapatan
Kerja
Pertanian 15 5 9 29 7
Kayu 18 9 14 41 12,5
Hasil hutan lainnya 13 12 10 35 10
Pertambangan dan
3 2 3 8 3
penggalian
Industri makanan dan
2 3 2 7 2
minuman
Industri tekstil dan pakaian 11 17 13 41 12,5
Industri kayu dan furniture 16 16 16 48 17,5
Industri pulp 8 6 4 18 5
Industri kertas 5 7 8 20 6
Industri barang dari kertas 9 21 21 51 20
Industri percetakan 10 22 22 54 22
Industri kimia 6 20 5 31 8,5
Industri semen dan barang
14 11 20 45 14
non logam
Industri logam dasar 21 18 12 51 20
Industri barang jadi dari
20 14 17 51 20
logam
Industri lainnya 19 10 18 47 16
Listrik, gas dan air 7 13 11 31 8,5
Bangunan 17 8 15 40 11
Perdagangan 1 1 1 3 1
Pengangkutan dan
4 4 6 14 4
komunikasi
Keuangan dan persewaan 22 19 7 48 17,5
Jasa-jasa 12 15 19 46 15
Sumber: Tabel Input-Output Indonesia, 2000 (diolah)
73

5.6. Implikasi Kebijakan

Dari hasil penelitian ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan sebagai

implikasi kebijakan, antara lain yaitu:

1. Berdasarkan hasil analisis rasio upah dan gaji dengan surplus usaha pada

struktur nilai tambah bruto dapat diketahui bahwa sektor industri kertas

mempunyai nilai surplus usaha lebih besar dibandingkan upah dan gaji, hal ini

berarti bahwa distribusi pendapatan antara pemilik modal (perusahaan) dan

pekerja tidak merata atau terjadi ketimpangan yang besar yang dapat

disebabkan oleh adanya eksploitasi tenaga kerja oleh pemilik modal terhadap

tenaga kerja dengan share yang lebih besar terhadap perusahaan (pemilik

modal). Untuk mengurangi kesenjangan pendapatan ini diperlukan campur

tangan pemerintah yang lebih adil sebagai regulator ketenagakerjaan baik

melalui penetapan kebijakan yang berfokus pada kesejahteraan tenaga kerja

maupun sebagai mediator antara perusahaan dan tenaga kerjanya dalam

penenganan berbagai masalah ketenagakerjaan terutama dalam persoalan

upah.

2. Pada sub-bab sebelummya, berdasarkan analisis keterkaitan industri kertas

tahun 2000 terhadap berbagai sektor perekonomian (keterkaitan per sektor)

dapat diketahui bahwa industri kertas memiliki nilai keterkaitan yang tinggi

baik ke depan maupun ke belakang terhadap sektor hulu dan hilirnya dan juga

dengan sektor pendukungnya. Hal ini menandakan bahwa dalam industri

kertas sangat potensial untuk dibentuk dan dikembangkannya klaster industri

kertas, kondisi ini sejalan dengan kebijakan pemerintah dalam Peraturan


74

Presiden No.7 Tahun 2005 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Nasional. Dalam peraturan tersebut dijabarkan mengenai rencana pemerintah

untuk membangun daya saing industri manufaktur nasional lima tahun

kedepan dengan fokus pengembangan industri melalui penguatan dan

penumbuhan klaster-klaster industri inti yang termasuk industri kertas

didalamnya. Namun demikian dapat dinilai adanya keterlambatan pemerintah

karena baru tahun 2005 mengeluarkan kebijakan pengembangan klaster

industri tersebut, padahal dari tahun 2000 berdasarkan penelitian ini

pentingnya kebijakan klaster sudah dapat diidentifikasi.

Dengan adanya klaster ini maka bukan saja dapat saling menumbuh

kembangkan industri terkait dan industri pendukung dalam klaster tersebut,

tetapi juga mengingat dalam setiap sektor terdapat juga pelaku ekonomi yang

tergolong Industri Kecil dan Menengah (IKM), maka klaster tersebut akan

menarik IKM untuk memenuhi Permintaan barang dan jasa. Pada saat yang

sama jaringan yang terpadu dari IKM terkait akan terus berkembang,

menawarkan jasa dan produk-produk untuk mendukung klaster industrinya.

Oleh karena itu IKM memerankan peranan secara integral dan konstruktif

dalam suatu klaster industri, sementara klaster industri memberikan

kesempatan pada IKM untuk membuat keterkaitan pasokan antara perusahaan

besar dan menengah (Deprin, 2005).


VI. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis peranan industri kertas terhadap perekonomian

Indonesia, maka kesimpulan yang diperoleh adalah sebagai berikut.

1. Pada struktur permintaaan, industri kertas berkontribusi terhadap

permintaan antara sebesar Rp 10.800.775 juta dan permintaan akhir

sebesar Rp 13.970.847 juta, kemudian kontribusinya dalam struktur nilai

tambah bruto adalah sebesar Rp 7.895.327 juta dan jika dilihat dari

struktur ketenagakerjaan, industri ini mampu meyerap tenaga kerja sebesar

118.454 jiwa. Pada struktur ekspor dan impor, industri kertas melakukan

ekspor sebesar Rp 13.125.385 juta dan mengimpor sebesar Rp 8.507.854

juta dan jika dilihat dari struktur output sektoral, industri ini berkontribusi

sebesar Rp 24,771,622 juta.

2. Industri kertas memiliki keterkaitan yang tinggi terhadap sektor hulu dan

hilirnya (keterkaitan industri kertas terhadap sektor-sektor perekonomian).

Pada keterkaitan ke depan industri kertas mempunyai keterkaitan yang

paling tinggi terhadap sektor industri barang dari kertas (0,3183) dan pada

peringkat kedua yaitu terhadap industri percetakan (0,2448) sementara

pada keterkaitan ke belakangnya, industri kertas memiliki keterkaitan yang

paling tinggi terhadap industri pulp (0,0944) yang merupakan sektor

penghasil bahan baku industri kertas dan pada sektor pengangkutan dan

komunikasi (0,0731) yang merupakan salah satu sektor pendukung

industri kertas.
76

3. Industri kertas kurang memiliki kemampuan untuk menarik pertumbuhan

sektor hulunya karena jika dilihat dari hasil analisis koefisien penyebaran,

sektor industri ini memiliki indeks koefisien penyebaran yang kurang dari

satu (0,9611). Salah satu penyebab lemahnya industri ini dalam menarik

pertumbuhan sektor hulunya adalah adanya integrasi vertikal yang

dilakukan oleh perusahaan-perusahan besar dalam industri ini dengan

sektor penghasil bahan bakunya, terutama pulp. Namun di sisi lain,

industri ini merupakan sektor industri yang memiliki kemampuan yang

kuat dalam mendorong pertumbuhan sektor hilirnya seperti industri barang

dari kertas dan industri percetakan karena memiliki indeks kepekaan lebih

dari satu (1,0309).

4. Industri kertas termasuk dalam salah satu dari sepuluh sektor kunci

perekonomian Indonesia (peringkat keenam) berdasarkan ranking

elastisitas. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor industri ini memiliki

respon yang tinggi terhadap perubahan permintaan akhir sektor lain dalam

hal peningkatan output, pendapatan, maupun tenaga kerjanya, sehingga

sektor ini mempunyai kemampuan yang cukup besar dalam berkontribusi

untuk meningkatkan pertumbuhan perekonomian secara keseluruhan.

Bersama dengan sektor kunci lainnya, industri kertas merupakan sektor

prioritas yang harus dikembangkan oleh pemerintah sebagai policy makers

karena kontribusinya terhadap perekonomian tersebut.


77

6.2. Saran

Berdasarkan hasil analisis, dapat disampaikan saran berikut ini.

1. Pemerintah harus campur tangan yang lebih intensif melalui penetapan

Upah Minimum Regional (UMR) yang benar-benar sesuai dengan standar

kehidupan di Indonesia, pemberian fasilitas karyawan yang lebih baik serta

jaminan sosial untuk mengatasi kesenjangan pendapatan antara perusahaan

dan tenaga kerjanya pada industri kertas.

2. Pada industri kertas harus dibangun klaster industri yang kuat secara

berkelanjutan sehingga industri kertas dan sektor yang terkait di dalam

klaster tersebut seperti industri pulp, industri barang dari kertas dan industri

percetakan juga dapat saling menunjang untuk meningkatkan

perkembangannya dan peranannya terhadap perekonomian Indonesia.

3. Untuk meningkatkan efisiensi industri kertas tanpa mengurangi

kemampuan industri tersebut menarik pertumbuhan sektor hulunya antara

lain adalah dengan mempercepat transformasi pembangunan industri kertas

menuju fase innovation driven melalui peningkatan teknologi produksi dan

pelatihan tenaga kerja terampil yang intensif sehingga dapat meningkatkan

outputnya dan disisi lain sektor hulu tetap dapat memasok input bagi

industri kertas tersebut.


DAFTAR PUSTAKA

Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia. 2003. Direktori Industri Pulp dan Kertas
Indonesia 2003. APKI. Jakarta.

BPS. 2000. Tabel Input-Output Indonesia 2000. BPS. Jakarta.

Deprin. 2005. ”Kebijakan Pembangunan Industri Nasional” [Deprin Online].


http://www.deprin.go.id/ publikasi. [30 September 2005]

Hasibuan, N. 1993. Ekonomi Industri : Persaingan, Monopoli dan Regulasi.


LP3ES. Jakarta.

Imansyah, M. H. 2000. “An Application of the FES Approach to A Small Region


in Indonesia: Banjarmasin Input-Output Model 1”. Paper for 13th
International Conference on Input-Output Techniques. Macerata, Italy.

Jhingan, M.L. 2002. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Raja Grafindo


Persada, Jakarta.

Karseno, A. R. dan Mulyaningsih, T. 2002. “Integrasi Vertikal dan Efisiensi


Industri: Industri Kertas Tahun 1979-1997 Dengan Pendekatan Error
Correction Model”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia. Vol. 17. No. 2.
Hal. 136-149.

Mansur, M. 2005. “Industri Kertas Butuh Investasi Baru” [Harian Terbit Online].
http://www.harianterbit.com [18 Februari 2005].

Miller, R. E. dan Blair, P.D. 1985. Input-Output Analysis: Foundation And


Extensions. Prentice Hall. New Jersey. USA.

Muchtar. 1997. Dampak Keterkaitan Sektor Industri Terhadap Perekonomian


Wilayah Kabupaten Sidoarjo [Tesis]. Program Pasca Sarjana Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Niaga, B. 2005. ”Profil Perusahaan” [Bank Niaga Online]. http://www.


bankniaga.com/content/content.asp?id=NNA [30 September 2005].

Puspitawati, E. 2000. Analisis Peranan Sektor Pertanian dan Industri Pengolahan


Terhadap Perekonomian Propinsi Kalimantan Timur (Berdasarkan
Analisis Input-Output) [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
79

Rosadi, H. Y. dan Vidyatmoko, D. 2002. “Analisis Pasar Pulp dan Kertas


Indonesia”. Jurnal Sains dan Teknologi Indonesia. Vol. 4. No. 5. Hal. 194-
203.

Ruhmaniyati. 2004. Analisis Peran Sektor Industri Pengolahan dan Dampaknya


terhadap Pembangunan Ekonomi Di Kota Cilegon [Skripsi]. Departemen
Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Sahara. 1998. Analisis Peranan Sektor Industri Pengolahan terhadap


Perekonomian Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta [Skripsi]. Fakultas
Pertanian Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setiyaji, A. 1995. Analisis Peranan dan Keterkaitan Sektor Pertanian dan


Industri di Jawa Barat [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Setyawan, S. A. 2005. Analisis peranan Sektor Industri Pengolahan Dan


Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Jepara [Skripsi]. Departemen Ilmu
Ekonomi, Fakultas Ekonomi Dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor,
Bogor.

Sipayung, T. dan Pambudy, R. 2000. “Prospek dan Tantangan


Pengembangan Agribisnis Pulp dan Kertas dalam Era Ekolabeling dan
Otonomi Daerah”. Prosiding Seminar. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tjandrawan, I. 1994. Dampak Investasi Sektor Pertanian Terhadap


Perekonomian Nasional [Skripsi]. Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi
Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Wikipedia. 2005. ”Kertas” [Wikipedia Online]. http:// www.wikipedia.org /wiki/


Kertas [17 September 2005].
LAMPIRAN
81

Lampiran 1. Klasifikasi Sektor Tabel Input-Output Indonesia Tahun 2000


Kode I-O Kode I-O
Sektor
22 Sektor 175 Sektor
1 Pertanian 001-028, 031-034
2 Kayu 029
3 Hasil hutan lainnya 030
4 Pertambangan dan penggalian 035-048
5 Industri makanan dan minuman 049-073
6 Industri tekstil dan pakaian 074-083
7 Industri kayu dan furniture 084-089
8 Industri pulp 090
9 Industri kertas 091
10 Industri barang dari kertas 092
11 Industri percetakan 093
12 Industri kimia 094-109
13 Industri semen dan barang non logam 110-114
14 Industri logam dasar 115-118
15 Industri barang jadi dari logam 119-122
16 Industri lainnya 123-141
17 Listrik, gas dan air 142-143
18 Bangunan 144-148
19 Perdagangan 149-152
20 Pengangkutan dan komunikasi 153-159
21 Keuangan dan persewaan 160-164
22 Jasa-jasa 165-175
180 Jumlah permintaan antara 180
190 Jumlah input antara 190
200 Impor 200
201 Upah dan gaji 201
202 Surplus usaha 202
203 Penyusutan 203
204 Pajak tak langsung 204
205 Subsidi 205
209 Nilai tambah bruto 209
210 Jumlah input 210
301 Pengeluaran konsumsi rumah tangga 301
302 Pengeluaran konsumsi pemerintah 302
303 Pembentukan modal tetap bruto 303
304 Perubahan stok 304
305 Ekspor barang dagangan 305
306 Ekspor jasa 306
309 Jumlah permintaan akhir 309
310 Jumlah permintaan 310
401 Impor barang dagangan 401
402 Pajak penjualan 402
403 Bea masuk 403
404 Impor jasa 404
409 Jumlah impor 409
501 Margin perdagangan besar 501
502 Margin perdagangan eceran 502
503 Biaya pengangkutan 503
509 Jumlah margin perdagangan dan biaya pengangkutan 509
600 Jumlah output 600
700 Jumlah penyediaan 700
1000 Jumlah Tenaga Kerja -
82
Lampiran 2. Tabel Input-Output Indonesia 2000 Klasifikasi 22 Sektor (dalam Juta Rupiah)
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 16,479,462 628,277 2,370 - 101,407,069 2,895,693 45,192 203,441 77,460 0 0 8,663,098 20,670
2 55,777 246,938 110 19,908 6,371 181 10,238,634 370,183 175,170 3,091 271 7,089 7,553
3 7,319 6,452 84 - 1,577 11,792 1,290,130 - 904 - - 47,489 108
4 504 - - 14,359,514 159,780 116,418 77,417 17,750 57,853 - 122 59,606,352 5,073,703
5 17,991,824 - - - 41,437,228 1,525,403 121,930 - 110,443 20,333 11,114 975,596 4,867
6 40,064 5,926 1,563 33,355 69,770 32,813,755 129,957 0 4,800 4,834 8,826 643,371 3,597
7 55,453 - - 8,036 35,526 17,618 7,679,775 13,306 17,905 1,322 927 22,429 18,049
8 - - - - 0 - - 815,890 2,337,851 - - 0 -
9 11,738 10,569 6,720 8,393 737,160 174,394 19,955 49,560 37,824 2,817,323 3,335,755 64,069 112,666
10 25,237 34 2,241 13,086 823,486 141,206 23,895 5,539 90,876 82,941 162,333 338,430 65,190
11 4,024 8,600 1,837 5,592 100,293 15,588 2,606 77 348 1,884 29,097 55,203 18,467
12 5,453,568 181,513 15,056 916,890 2,411,849 6,094,626 1,785,241 186,560 994,190 378,574 590,218 19,509,059 1,991,003
13 1,404 798 33 - 23,850 3,171 75,903 - - 1,855 1,040 106,034 363,628
14 - - - - - 1,333 7,250 - - - - 1,338 22
15 151,973 315,543 4,258 1,427,867 337,083 287,405 478,590 21,441 41,364 76,099 29,494 627,644 85,442
16 369,478 5,385 4,010 6,796 7,343 6,871 5,297 967 2,391 1,870 1,989 45,308 3,043
17 63,399 20,441 7,442 55,857 332,210 2,638,908 479,858 8,817 448,292 210,867 146,426 853,459 1,037,798
18 1,648,155 610,459 120,362 1,918,899 51,590 141,643 26,894 378 5,244 4,809 874 131,486 105,732
19 7,860,001 553,349 161,541 1,530,809 44,982,939 8,484,877 6,292,473 627,958 1,537,320 448,116 728,617 5,281,570 1,235,550
20 2,014,838 206,330 16,515 1,306,524 5,575,839 3,145,427 2,217,561 683,187 1,811,506 490,913 382,227 3,782,725 754,117
21 1,327,026 296,553 25,799 1,711,213 1,963,083 2,777,613 1,660,931 416,936 493,628 151,302 72,579 1,785,080 594,346
22 84,800 13,325 5,917 64,615 224,135 111,828 59,048 36,667 123,073 43,839 55,321 264,426 38,491
190 53,646,043 3,110,492 375,858 23,387,354 200,688,183 61,405,749 32,718,539 3,458,656 8,368,441 4,739,973 5,557,229 102,811,252 11,534,040
200 4,540,845 528,881 40,433 5,735,602 19,554,319 24,566,298 4,558,979 2,772,489 8,507,854 1,093,040 1,493,947 43,824,694 2,167,427
201 40,004,914 2,577,985 565,245 25,590,708 30,567,459 16,143,177 5,797,569 940,504 1,952,762 1,212,512 1,664,063 21,585,418 3,296,212
202 121,484,311 9,864,358 1,623,946 127,536,530 53,550,990 21,778,114 11,365,129 1,182,701 4,588,639 1,605,479 4,625,725 59,758,947 3,901,063
203 2,772,542 933,072 64,560 8,010,781 8,229,567 5,414,886 2,664,443 301,975 865,958 83,898 138,774 11,731,919 1,996,046
204 1,946,396 325,240 28,902 6,554,176 19,714,933 2,103,875 429,764 83,524 487,968 115,718 147,670 4,343,702 926,591
205 - - - - - - - - - - - (250,228) -
209 166,208,164 13,700,655 2,282,652 167,692,195 112,062,949 45,440,052 20,256,905 2,508,705 7,895,327 3,017,607 6,576,232 97,169,759 10,119,912
210 224,395,262 17,340,028 2,698,944 196,815,151 332,305,451 131,412,099 57,534,424 8,739,849 24,771,622 8,850,620 13,627,408 243,805,705 23,821,379
1000 40,328,519 555,824 86,513 825,943 3,012,592 2,480,225 2,450,134 57,051 118,454 73,551 100,942 705,030 648,911
Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).
Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 180
1 - 7 620,945 - - 10,995,084 299,595 34,761 2,604,292 144,977,415
2 - 6,385 37,085 - 4,247,158 15,142 1,797 137 3,980 15,442,961
3 - 1,032 15,981 4 5,398 10,593 - 85 42,979 1,441,926
4 9,412,111 448,097 156,852 14,194,344 13,411,727 2,108 15,875 - 350,202 117,460,730
5 - 1,870 121,600 - - 19,876,791 3,420,000 121,891 4,823,760 90,564,649
6 382 126,951 441,445 3,509 27,697 866,919 213,038 123,713 1,253,594 36,817,065
7 16 232,727 412,172 - 6,705,354 398,437 13,601 2,383 50,666 15,685,700
8 - - 0 - - - - - - 3,153,741
9 1,866 9,966 141,661 2,503 37,472 791,078 21,723 143,563 2,264,817 10,800,775
10 1,331 18,360 524,963 7,223 105,350 1,876,778 41,668 510,749 215,106 5,076,020
11 1,117 3,676 62,349 22,499 130,134 1,741,063 341,577 609,875 4,570,465 7,726,372
12 1,713,139 1,463,727 8,192,544 1,138,155 11,271,180 8,700,397 8,652,990 1,186,127 5,649,428 88,476,035
13 2,584 100,579 967,056 1,843 14,125,130 114,887 18,113 19,810 117,781 16,045,498
14 3,167,649 4,260,652 3,169,663 - 9,107,915 124,643 3,664 - - 19,844,128
15 157,310 411,642 1,739,019 149,860 13,744,715 1,060,553 156,597 2,106,401 337,915 23,748,215
16 6,825 36,858 14,164,525 2,805 373,808 13,775,405 5,076,505 110,705 1,028,382 35,036,568
17 1,117,997 495,995 1,767,713 2,360,872 158,812 6,242,983 723,786 859,944 1,916,197 21,948,074
18 34,844 65,630 197,678 278,248 173,327 3,100,861 3,377,213 3,221,672 4,071,179 19,287,176
19 882,015 1,724,228 19,310,973 966,559 19,742,292 35,206,332 16,368,525 6,011,084 17,830,502 197,767,626
20 1,244,738 1,002,892 6,200,999 322,950 6,275,139 12,575,746 11,966,678 3,649,923 4,902,338 70,529,113
21 824,206 1,016,559 6,344,842 527,567 10,802,361 32,383,780 7,731,525 16,451,399 4,870,332 94,228,657
22 438,670 27,429 123,635 26,305 758,063 1,547,609 1,226,708 3,565,388 3,175,281 12,014,574
190 19,006,798 11,455,261 64,713,698 20,005,246 111,203,030 151,407,189 59,671,179 38,729,610 60,079,196 1,048,073,019
200 5,580,177 6,598,332 49,444,297 2,238,722 39,900,641 19,136,855 26,588,859 7,161,218 11,896,848 287,930,757
201 2,333,616 3,477,803 19,372,182 2,279,382 37,132,511 61,084,802 16,877,567 21,352,623 85,034,756 400,843,770
202 5,015,430 4,393,576 30,383,451 4,703,542 29,228,340 134,564,418 26,793,354 84,127,070 12,973,385 755,048,498
203 1,229,081 834,116 7,147,952 4,044,105 6,723,107 14,562,257 19,093,237 6,756,704 6,480,946 110,079,928
204 564,511 770,326 5,028,378 476,948 3,489,434 15,458,757 2,278,073 3,226,690 777,156 69,278,732
205 - - - (3,110,250) - - (30,100) - - (3,390,578)
209 9,142,638 9,475,821 61,931,963 8,393,727 76,573,392 225,670,233 65,012,131 115,463,088 105,266,243 1,331,860,350
210 33,729,613 27,529,413 176,089,959 30,637,695 227,677,063 396,214,278 151,272,169 161,353,916 177,242,287 2,667,864,126
1000 357,938 259,161 1,041,218 225,664 4,183,255 17,569,515 4,870,912 1,448,034 11,921,562 93,320,948
Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 301 302 303 304 305 306 309 310 401 402 403
1 107,161,321 - 189,210 1,400,697 6,943,933 - 115,695,160 260,672,575 - - -
2 835,614 - - 937,437 124,016 - 1,897,067 17,340,028 - - -
3 794,582 - - 68,188 394,247 - 1,257,018 2,698,944 - - -
4 2,730 - - 2,187,837 77,225,466 - 79,416,034 196,815,151 - - -
5 209,202,573 - - 32,696 29,525,337 - 238,760,605 329,325,254 - - -
6 20,013,435 - 29,581 668,398 73,883,620 - 94,595,034 131,412,099 - - -
7 4,008,568 - 64,766 613,086 37,162,305 - 41,848,724 57,534,424 - - -
8 - - - 112,559 5,473,550 - 5,586,108 8,739,849 - - -
9 646,416 - - 199,045 13,125,385 - 13,970,847 24,771,622 - - -
10 2,114,513 - - 25,673 1,634,413 - 3,774,599 8,850,620 - - -
11 2,483,96 - - (68,033) 3,485,110 - 5,901,036 13,627,408 - - -
12 42,949,071 - - 5,111,785 107,268,814 - 155,329,670 243,805,705 - - -
13 1,553,327 - 15,480 158,747 6,048,326 - 7,775,881 23,821,379 - - -
14 - - - 942,643 12,942,842 - 13,885,485 33,729,613 - - -
15 1,267,471 - 6,036,239 115,281 31,857,365 - 39,276,356 64,119,165 - - -
16 38,479,294 - 8,561,393 292,158 57,162,042 1,001,733 105,496,620 139,438,593 - - -
17 8,689,621 - - - - - 8,689,621 30,637,695 - - -
18 - - 208,389,887 - - - 208,389,887 227,677,063 - - -
19 133,927,374 - 9,211,076 1,193,491 41,707,413 15,387,495 201,426,849 396,214,278 - - -
20 51,457,373 - 2,243,592 474,282 14,790,238 11,777,571 80,743,056 151,272,169 - - -
21 55,167,642 - - - - 11,957,617 67,125,259 161,353,916 - - -
22 67,539,933 88,965,935 110,209 301 77,200 8,534,136 165,227,713 177,242,287 - - -
190 748,294,818 88,965,935 234,851,433 14,466,269 520,831,623 48,658,552 1,656,068,629 2,701,099,837
200 108,503,497 1,813,665 37,786,438 4,316,514 - - 152,420,114 441,988,447 314,865,480 15,241,044 8,028,454
201
202
203
204
205
209 - - - - - - - -
210 856,798,315 90,779,600 272,637,871 18,782,783 520,831,623 48,658,552 1,808,488,743 3,143,088,284 314,865,480 15,241,044 8,028,454
1000
Lampiran 2. (Lanjutan)
SEKTOR 404 501 502 503 509 600 700
1 - - - - - 260,672,575 260,672,575
2 - - - - - 17,340,028 17,340,028
3 - - - - - 2,698,944 2,698,944
4 - - - - - 196,815,151 196,815,151
5 - - - - - 329,325,254 329,325,254
6 - - - - - 131,412,099 131,412,099
7 - - - - - 57,534,424 57,534,424
8 - - - - - 8,739,849 8,739,849
9 - - - - - 24,771,622 24,771,622
10 - - - - - 8,850,620 8,850,620
11 - - - - - 13,627,408 13,627,408
12 - - - - - 243,805,705 243,805,705
13 - - - - - 23,821,379 23,821,379
14 - - - - - 33,729,613 33,729,613
15 - - - - - 64,119,165 64,119,165
16 - - - - - 139,438,593 139,438,593
17 - - - - - 30,637,695 30,637,695
18 - - - - - 227,677,063 227,677,063
19 - - - - - 396,214,278 396,214,278
20 - - - - - 151,272,169 151,272,169
21 - - - - - 161,353,916 161,353,916
22 - - - - - 177,242,287 177,242,287
190 - - - - 2,701,099,837 2,701,099,837
200 103,853,469 - - - - - 441,988,447
201
202
203
204
205
209 - - - - - - -
210 103,853,469 - - - - 2,701,099,837 3,143,088,284
1000
Lampiran 3. Matriks Koefisien Teknis Klasifikasi 22 Sektor
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 0.0734 0.0362 0.0009 0.0000 0.3052 0.0220 0.0008 0.0233 0.0031 0.0000 0.0000 0.0355 0.0009
2 0.0002 0.0142 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.1780 0.0424 0.0071 0.0003 0.0000 0.0000 0.0003
3 0.0000 0.0004 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0224 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0000
4 0.0000 0.0000 0.0000 0.0730 0.0005 0.0009 0.0013 0.0020 0.0023 0.0000 0.0000 0.2445 0.2130
5 0.0802 0.0000 0.0000 0.0000 0.1247 0.0116 0.0021 0.0000 0.0045 0.0023 0.0008 0.0040 0.0002
6 0.0002 0.0003 0.0006 0.0002 0.0002 0.2497 0.0023 0.0000 0.0002 0.0005 0.0006 0.0026 0.0002
7 0.0002 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.1335 0.0015 0.0007 0.0001 0.0001 0.0001 0.0008
8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0934 0.0944 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
9 0.0001 0.0006 0.0025 0.0000 0.0022 0.0013 0.0003 0.0057 0.0015 0.3183 0.2448 0.0003 0.0047
10 0.0001 0.0000 0.0008 0.0001 0.0025 0.0011 0.0004 0.0006 0.0037 0.0094 0.0119 0.0014 0.0027
11 0.0000 0.0005 0.0007 0.0000 0.0003 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0021 0.0002 0.0008
12 0.0243 0.0105 0.0056 0.0047 0.0073 0.0464 0.0310 0.0213 0.0401 0.0428 0.0433 0.0800 0.0836
13 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0013 0.0000 0.0000 0.0002 0.0001 0.0004 0.0153
14 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000
15 0.0007 0.0182 0.0016 0.0073 0.0010 0.0022 0.0083 0.0025 0.0017 0.0086 0.0022 0.0026 0.0036
16 0.0016 0.0003 0.0015 0.0000 0.0000 0.0001 0.0001 0.0001 0.0001 0.0002 0.0001 0.0002 0.0001
17 0.0003 0.0012 0.0028 0.0003 0.0010 0.0201 0.0083 0.0010 0.0181 0.0238 0.0107 0.0035 0.0436
18 0.0073 0.0352 0.0446 0.0097 0.0002 0.0011 0.0005 0.0000 0.0002 0.0005 0.0001 0.0005 0.0044
19 0.0350 0.0319 0.0599 0.0078 0.1354 0.0646 0.1094 0.0718 0.0621 0.0506 0.0535 0.0217 0.0519
20 0.0090 0.0119 0.0061 0.0066 0.0168 0.0239 0.0385 0.0782 0.0731 0.0555 0.0280 0.0155 0.0317
21 0.0059 0.0171 0.0096 0.0087 0.0059 0.0211 0.0289 0.0477 0.0199 0.0171 0.0053 0.0073 0.0250
22 0.0004 0.0008 0.0022 0.0003 0.0007 0.0009 0.0010 0.0042 0.0050 0.0050 0.0041 0.0011 0.0016
Total 0.2391 0.1794 0.1393 0.1188 0.6039 0.4673 0.5687 0.3957 0.3378 0.5356 0.4078 0.4217 0.4842
Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).
Lampiran 3. (Lanjutan)
SEKTOR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total
1 0.0000 0.0000 0.0035 0.0000 0.0000 0.0278 0.0020 0.0002 0.0147 0.5495
2 0.0000 0.0002 0.0002 0.0000 0.0187 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.2619
3 0.0000 0.0000 0.0001 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0002 0.0236
4 0.2790 0.0163 0.0009 0.4633 0.0589 0.0000 0.0001 0.0000 0.0020 1.3580
5 0.0000 0.0001 0.0007 0.0000 0.0000 0.0502 0.0226 0.0008 0.0272 0.3319
6 0.0000 0.0046 0.0025 0.0001 0.0001 0.0022 0.0014 0.0008 0.0071 0.2764
7 0.0000 0.0085 0.0023 0.0000 0.0295 0.0010 0.0001 0.0000 0.0003 0.1790
8 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 0.1877
9 0.0001 0.0004 0.0008 0.0001 0.0002 0.0020 0.0001 0.0009 0.0128 0.5997
10 0.0000 0.0007 0.0030 0.0002 0.0005 0.0047 0.0003 0.0032 0.0012 0.0485
11 0.0000 0.0001 0.0004 0.0007 0.0006 0.0044 0.0023 0.0038 0.0258 0.0431
12 0.0508 0.0532 0.0465 0.0371 0.0495 0.0220 0.0572 0.0074 0.0319 0.7964
13 0.0001 0.0037 0.0055 0.0001 0.0620 0.0003 0.0001 0.0001 0.0007 0.0900
14 0.0939 0.1548 0.0180 0.0000 0.0400 0.0003 0.0000 0.0000 0.0000 0.3072
15 0.0047 0.0150 0.0099 0.0049 0.0604 0.0027 0.0010 0.0131 0.0019 0.1737
16 0.0002 0.0013 0.0804 0.0001 0.0016 0.0348 0.0336 0.0007 0.0058 0.1631
17 0.0331 0.0180 0.0100 0.0771 0.0007 0.0158 0.0048 0.0053 0.0108 0.3103
18 0.0010 0.0024 0.0011 0.0091 0.0008 0.0078 0.0223 0.0200 0.0230 0.1919
19 0.0261 0.0626 0.1097 0.0315 0.0867 0.0889 0.1082 0.0373 0.1006 1.4070
20 0.0369 0.0364 0.0352 0.0105 0.0276 0.0317 0.0791 0.0226 0.0277 0.7027
21 0.0244 0.0369 0.0360 0.0172 0.0474 0.0817 0.0511 0.1020 0.0275 0.6438
22 0.0130 0.0010 0.0007 0.0009 0.0033 0.0039 0.0081 0.0221 0.0179 0.0980
Total 0.5635 0.4161 0.3675 0.6530 0.4884 0.3821 0.3945 0.2400 0.3390 8.7433
Lampiran 4. Matriks Kebalikan Leontief Klasifikasi 22 Sektor
SEKTOR 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 1.1178 0.0446 0.0058 0.0012 0.4000 0.0483 0.0221 0.0394 0.0172 0.0134 0.0109 0.0474 0.0100
2 0.0006 1.0155 0.0013 0.0004 0.0005 0.0003 0.2088 0.0481 0.0121 0.0044 0.0031 0.0003 0.0009
3 0.0001 0.0004 1.0001 0.0000 0.0000 0.0002 0.0260 0.0001 0.0001 0.0001 0.0000 0.0002 0.0001
4 0.0112 0.0109 0.0106 1.0826 0.0122 0.0386 0.0260 0.0163 0.0304 0.0397 0.0291 0.2921 0.2872
5 0.1068 0.0076 0.0055 0.0012 1.1920 0.0303 0.0166 0.0133 0.0155 0.0148 0.0108 0.0123 0.0074
6 0.0007 0.0009 0.0012 0.0004 0.0013 1.3337 0.0046 0.0009 0.0011 0.0018 0.0017 0.0042 0.0011
7 0.0008 0.0015 0.0017 0.0005 0.0008 0.0006 1.1548 0.0024 0.0014 0.0009 0.0006 0.0004 0.0014
8 0.0001 0.0001 0.0004 0.0000 0.0005 0.0003 0.0002 1.1038 0.1045 0.0337 0.0261 0.0001 0.0007
9 0.0009 0.0012 0.0035 0.0002 0.0049 0.0032 0.0021 0.0076 1.0043 0.3235 0.2508 0.0012 0.0067
10 0.0008 0.0005 0.0014 0.0002 0.0042 0.0024 0.0017 0.0017 0.0046 1.0116 0.0137 0.0019 0.0036
11 0.0005 0.0010 0.0013 0.0002 0.0016 0.0011 0.0015 0.0013 0.0011 0.0014 1.0030 0.0006 0.0016
12 0.0345 0.0192 0.0133 0.0078 0.0294 0.0775 0.0542 0.0394 0.0584 0.0749 0.0681 1.0938 0.1031
13 0.0007 0.0025 0.0030 0.0007 0.0007 0.0005 0.0026 0.0006 0.0005 0.0008 0.0004 0.0009 1.0163
14 0.0007 0.0036 0.0026 0.0013 0.0008 0.0009 0.0024 0.0010 0.0008 0.0014 0.0007 0.0008 0.0013
15 0.0022 0.0220 0.0053 0.0090 0.0034 0.0052 0.0166 0.0061 0.0042 0.0118 0.0044 0.0059 0.0080
16 0.0052 0.0034 0.0052 0.0011 0.0099 0.0063 0.0093 0.0086 0.0077 0.0082 0.0062 0.0028 0.0050
17 0.0021 0.0032 0.0052 0.0010 0.0059 0.0322 0.0153 0.0050 0.0230 0.0359 0.0196 0.0055 0.0508
18 0.0097 0.0378 0.0463 0.0112 0.0065 0.0054 0.0138 0.0072 0.0054 0.0058 0.0036 0.0051 0.0105
19 0.0648 0.0494 0.0767 0.0137 0.2025 0.1140 0.1683 0.1133 0.0991 0.1048 0.0943 0.0382 0.0770
20 0.0170 0.0193 0.0130 0.0097 0.0357 0.0440 0.0626 0.1036 0.0965 0.0981 0.0602 0.0240 0.0452
21 0.0164 0.0287 0.0221 0.0134 0.0327 0.0474 0.0636 0.0782 0.0452 0.0467 0.0275 0.0180 0.0441
22 0.0014 0.0021 0.0034 0.0009 0.0030 0.0033 0.0043 0.0080 0.0079 0.0094 0.0072 0.0021 0.0037
Total 1.3950 1.2751 1.2287 1.1567 1.9484 1.7956 1.8775 1.6059 1.5409 1.8431 1.6424 1.5577 1.6858
Sumber: Tabel I-O Indonesia 2000 (diolah).
Lampiran 4. (Lanjutan)
SEKTOR 14 15 16 17 18 19 20 21 22 Total
1 0.0067 0.0084 0.0182 0.0051 0.0116 0.0599 0.0239 0.0056 0.0377 1.9552
2 0.0003 0.0013 0.0012 0.0005 0.0254 0.0008 0.0009 0.0007 0.0011 1.3283
3 0.0000 0.0001 0.0002 0.0000 0.0008 0.0001 0.0001 0.0000 0.0003 1.0291
4 0.3732 0.0558 0.0416 0.5581 0.1194 0.0235 0.0298 0.0120 0.0267 3.1272
5 0.0059 0.0090 0.0139 0.0044 0.0105 0.0724 0.0404 0.0068 0.0449 1.6422
6 0.0009 0.0038 0.0056 0.0008 0.0014 0.0040 0.0032 0.0018 0.0105 1.3855
7 0.0004 0.0050 0.0041 0.0007 0.0348 0.0020 0.0015 0.0010 0.0016 1.2191
8 0.0001 0.0001 0.0004 0.0001 0.0002 0.0006 0.0003 0.0004 0.0022 1.2750
9 0.0010 0.0013 0.0038 0.0009 0.0020 0.0062 0.0024 0.0041 0.0212 1.6529
10 0.0007 0.0013 0.0054 0.0008 0.0018 0.0063 0.0018 0.0041 0.0028 1.0734
11 0.0010 0.0010 0.0017 0.0013 0.0018 0.0058 0.0039 0.0053 0.0274 1.0653
12 0.0715 0.0450 0.0816 0.0516 0.0755 0.0395 0.0802 0.0173 0.0498 2.1857
13 0.0007 0.0025 0.0082 0.0012 0.0638 0.0016 0.0024 0.0018 0.0026 1.1150
14 1.1049 0.0856 0.0247 0.0018 0.0502 0.0025 0.0028 0.0026 0.0020 1.2955
15 0.0098 1.0237 0.0184 0.0115 0.0661 0.0068 0.0058 0.0171 0.0057 1.2689
16 0.0045 0.0183 1.1062 0.0031 0.0095 0.0454 0.0468 0.0048 0.0137 1.3310
17 0.0420 0.0170 0.0198 1.0855 0.0102 0.0219 0.0104 0.0088 0.0166 1.4368
18 0.0082 0.0054 0.0063 0.0171 1.0073 0.0134 0.0284 0.0246 0.0274 1.3066
19 0.0517 0.1095 0.1589 0.0522 0.1284 1.1331 0.1550 0.0607 0.1395 3.2051
20 0.0532 0.0544 0.0537 0.0216 0.0487 0.0488 1.0999 0.0338 0.0441 2.0874
21 0.0444 0.0481 0.0718 0.0343 0.0772 0.1116 0.0828 1.1247 0.0515 2.1306
22 0.0166 0.0038 0.0042 0.0025 0.0071 0.0078 0.0119 0.0261 1.0208 1.1575
Total 1.7978 1.5005 1.6501 1.8552 1.7539 1.6138 1.6346 1.3643 1.5500 35.2733

You might also like