You are on page 1of 19

1

FAKTOR YANG BERPERAN DALAM KEGAGALAN


PRAKTIK PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF
(Studi Kualitatif di Kecamatan Tembalang, Kota Semarang Tahun 2007)

Diana Nur Afifah

ABSTRACT
Exclusive breastfeeding exactly means is that baby given breastfeeding
only, without any drinking or foods. Survey held on 2002 showed that the rate of
exclusive breastfeeding program on 4-5 months very low, in urban area is 4-12%,
however in rural area is 4-25%. Exclusive breastfeeding program on 5-6 months
in urban area is 1-13%, however in rural area 2-13%.
This research was purpose to know factors contributing to the failure of
exclusive breastfeeding program on Kecamatan Tembalang, Semarang
according to place of birth and birth medical practician.
This research use qualitative method and descriptive type in order to
make identification and analyze process of failure factors contributing exclusive
breastfeeding easier. The research held on Kecamatan Tembalang, Semarang
under Kedungmundu and Rowosari Public Health work authority.
Research subject consist of 12 persons which devided into 4 groups
according to place of birth and birth medical practician. There is only 1 subject
who can give breastfeeding successfully, which is subject who deliver her baby
on Semarang Hospital. Predisposing factor contributing to the success of
exclusive breastfeeding is mother’s knowledge and motivation held negatively,
enabling factor is exclusive breastfeeding campaign and midwife, delivery house,
and hospital condusif facilities giving negative support. Beside that, barier factors
is incorrect perception about baby’s food, formula milk promotion, and healthy
problems on mothers and babies can also causing exclusive breastfeeding
failure.

PENDAHULUAN (5) diberikan secara eksklusif. ASI


Pemberian ASI sangat Eksklusif atau lebih tepat disebut
penting bagi tumbuh kembang yang pemberian ASI secara eksklusif,
optimal baik fisik maupun mental dan artinya bayi hanya diberi ASI saja,
kecerdasan bayi. Oleh karena itu tanpa tambahan cairan lain, seperti
pemberian ASI perlu mendapat susu formula, jeruk, madu, air teh, air
perhatian para ibu dan tenaga putih, juga tanpa tambahan makanan
kesehatan agar proses menyusui padat, seperti pisang, pepaya, bubur
dapat terlaksana dengan benar. susu, biskuit, bubur nasi ataupun tim
Faktor keberhasilan dalam menyusui mulai lahir sampai usia 6 bulan
adalah: (1) komitmen ibu untuk (Roesli, 2005).
menyusui, (2) dilaksanakan secara Survei yang dilaksanakan
dini (early initiation), (3) posisi pada tahun 2002 oleh Nutrition and
menyusui yang benar baik untuk ibu Health Surveillance System (NSS)
maupun bayi, (4) menyusui atas bekerjasama dengan Balitbangkes
permintaan bayi (on demand), dan dan Helen Keller International di 4
2

kota (Jakarta, Surabaya, Semarang, masih ada ibu yang melahirkan di


Makasar) dan 8 pedesaan rumah dengan bantuan dukun bayi.
(Sumatera Barat, Lampung, Banten, Di wilayah kerja Puskesmas
Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Kedungmundu terdapat 13 orang
Timur, NTB, Sulawesi Selatan), dukun bayi, 19 orang bidan praktek
menunjukkan bahwa cakupan ASI swasta, dan 7 Rumah Bersalin.
Eksklusif 4-5 bulan di perkotaan Sedangkan di Puskesmas Rowosari
antara 4-12%, sedangkan di terdapat 13 orang dukun bayi (2
pedesaan 4-25%. Pencapaian ASI orang tidak aktif lagi) dan 7 orang
Eksklusif 5-6 bulan di perkotaan bidan. Rumah sakit terdekat yang
antara 1-13%, sedangkan di sering dikunjungi ibu untuk
pedesaan 2-13% (Depkes RI, 2004). persalinan adalah Rumah Sakit
Sampai saat ini faktor-faktor Umum Daerah (RSUD) Kota
yang mempengaruhi tidak Semarang.
berhasilnya seorang ibu memberikan
ASI Eksklusif pada bayinya telah METODE
banyak diketahui namun penelitian- Penelitian ini menggunakan
penelitian yang dilakukan hanya metode kualitatif dan jenis
berdasarkaan survei dan penelitiannya adalah deskriptif.
pengambilan data dilakukan satu Penelitian dilakukan di Kecamatan
waktu pada sampel ibu yang Tembalang, Kota Semarang, yang
memiliki anak usia di bawah dua meliputi wilayah kerja Puskesmas
tahun. Penelitian seperti ini tidak Kedungmundu dan Puskesmas
dapat menggambarkan kondisi Rowosari. Lokasi ini diambil karena
sebenarnya yang dialami oleh ibu wilayah kerja kedua puskesmas ini
dan hasil yang diperoleh akan meliputi daerah perkotaan dan
mengalami banyak bias terutama pinggiran kota serta masih terdapat
karena faktor ingatan ibu. Selain itu beberapa dukun bayi dan fasilitas
survei tentang pemberian ASI kesehatan yang memadai seperti
Eksklusif yang pernah dilakukan BPS, RB, dan RS.
adalah membandingkan cakupan Pengambilan subjek
ASI Eksklusif di perkotaan dan menggunakan metode purposive
pedesaan, belum ada penelitian sampling. Pemilihan subjek dimulai
yang menganalisis berdasarkan dari pencarian data ibu yang
tempat kelahiran bayi, petugas memeriksakan kehamilan atau
kesehatan yang menolong kelahiran melahirkan di BPS, RB, dan RS,
bayi, dan berdasar tingkat sosial serta ibu yang melahirkan dengan
ekonomi keluarga. bantuan dukun bayi. Satu orang
Berdasarkan data dari subjek diperoleh bukan dari data
Puskesmas Kedungmundu dan tersebut melainkan dari salah satu
Puskesmas Rowosari, Kecamatan subjek yang gagal diwawancarai
Tembalang tahun 2005, tidak semua karena masuk dalam kriteria
ibu melahirkan di Rumah Sakit eksklusi, yaitu ibu melahirkan secara
Bersalin (RSB) atau di Rumah tidak normal atau sesar.
Bersalin (RB) dengan bantuan bidan Subjek penelitian dibagi
atau dokter. Pada kenyataannya menjadi 4 kelompok berdasarkan
3

tempat persalinan, yaitu Kelompok I: secara langsung terhadap berbagai


subjek yang melahirkan di rumah aktivitas subjek terutama yang
dengan bantuan dukun bayi, sesuai dengan tujuan penelitian,
Kelompok II: subjek yang melahirkan pengamatan langsung di BPS, RB,
di Bidan Praktek Swasta (BPS), dan RS, dan wawancara dengan
Kelompok III: subjek yang menggunakan wawancara tidak
melahirkan di Rumah Bersalin (RB), berstruktur dengan teknik in depth
dan Kelompok IV: subjek yang interview. Proses pengambilan data
melahirkan di Rumah Sakit (RS) dilakukan dimulai dari bayi berusia 0
dengan bantuan bidan atau dokter. bulan hingga 4 bulan dan
Kriteria subjek penelitian wawancara mendalam dilaksanakan
adalah sebagai berikut: (1) Ibu yang sedikitnya 3 kali untuk setiap subjek
melahirkan normal di rumah (dengan penelitian.
bantuan dukun bayi), di BPS Alat yang digunakan untuk
(dengan bantuan bidan), di RB/RS pengambilan data dalam penelitian
(dengan bantuan bidan atau dokter ini adalah pedoman wawancara yang
kandungan), (2) Ibu yang melahirkan telah dipersiapkan dan
pada kurun waktu September hingga menggunakan alat perekam suara
Desember 2006, (3) Bayi yang maupun gambar.
dilahirkan tidak memiliki kelainan Analisis data yang digunakan
atau cacat bawaan, (4) Bersedia adalah analisa kualitatif dan dalam
diwawancarai, (5) Mudah penyajiannya berdasarkan dari data
berkomunikasi. yang terkumpul kemudian
Sedangkan informan yang disimpulkan. Data kualitatif diolah
diwawancarai sebagai crosscheck sesuai variabel yang tercakup dalam
adalah orang-orang yang terlibat penelitian dengan metode induksi.
dalam pengasuhan dan perawatan
bayi, yang meliputi petugas HASIL DAN PEMBAHASAN
kesehatan, dukun bayi, dan Karakteristik Subjek Penelitian
keluarga. Subjek penelitian terdiri dari
Pada penelitian ini dapat 12 orang yang terbagi dalam 4
diperoleh subjek penelitian sebanyak kelompok berdasarkan tempat
12 dan setiap kelompok terdiri dari 3 bersalin dan penolong persalinan. Di
subjek penelitian. Informan dari antara ke-12 subjek terdapat 2 orang
tenaga kesehatan adalah 5 orang ibu pekerja, namun satu diantaranya
bidan, 1 orang pelaksana gizi berhenti bekerja setelah bayi berusia
Puskesmas Kedungmundu, 1 orang 2 bulan. Rentang umur subjek antara
dokter RSUD Kota Semarang, dan 2 17-38 tahun.Umumnya subjek hanya
orang dukun bayi. Informan memiliki satu anak balita dalam
keluarga terdekat subjek yang keluarganya, namun ada 1 subjek
berhasil diwawancarai adalah 7 yang memiliki 2 anak balita dan 1
orang suami subjek, 4 orang nenek subjek yang memiliki 3 anak balita
(Ibu subjek), dan satu orang kakak dalam keluarganya. Jumlah subjek
subjek. berpendidikan SMA/SMEA ada 6
Pengumpulan data dilakukan orang, SMP/MTs ada 3 orang, dan
dengan observasi yaitu mengamati SD ada 3 orang.
4

Subjek yang memiliki adalah uraian praktik pemberian ASI


penghasilan keluarga > Rp Eksklusif para subjek.
1.000.000,-/bl ada 2 orang, antara 1. Pemberian kolostrum
Rp 500.000,- hingga Rp 1.000.000,- Hampir semua subjek
/bl ada 8 orang, dan 2 subjek tidak tidak mengetahui arti kolostrum,
memiliki penghasilan keluarga. hanya satu subjek yang mengerti
Delapan dari 12 subjek melahirkan arti kolostrum. Namun mereka
anak laki-laki, dan 4 melahirkan anak semua mengenali ciri-ciri
perempuan. kolostrum (setelah diberi
Praktik Pemberian Asi Eksklusif penjelasan tentang kolostrum).
Hasil penelitian terhadap 12 Sebagian besar subjek
subjek menunjukkan bahwa hanya memberikan kolostrum kepada
ada satu subjek yang berhasil bayinya yang baru lahir. Mereka
memberikan ASI secara eksklusif berpendapat bahwa ASI yang
pada bayinya, yaitu ibu yang pertama keluar adalah yang
melahirkan dengan bantuan bidan di paling baik dan bermanfaat bagi
RSUD Kota Semarang. Subjek bayinya.
ternyata telah terbiasa menyusui Di beberapa masyarakat
anaknya, dari yang pertama hingga tradisional, kolostrum ini
yang ketiga. Pendidikan subjek dianggap sebagai susu yang
rendah, hanya lulusan SD namun sudah rusak dan tak baik
mau mengikuti anjuran pemerintah diberikan pada bayi karena
dan mau meninggalkan kebiasaan warnanya yang kekuning-
yang dapat membahayakan kuningan. Selain itu, ada yang
kesehatan anaknya. Selain itu faktor menganggap bahwa kolostrum
penghasilan keluarga juga sangat dapat menyebabkan diare,
mendukung subjek dapat muntah dan masuk angin pada
memberikan ASI Eksklusif. Keluarga bayi. Sementara, kolostrum
tidak memiliki penghasilan karena sangat berperan dalam
suami subjek telah di PHK. Jadi menambah daya kekebalan
mereka tidak memiliki biaya untuk tubuh bayi.
membeli susu formula. Menurut Cox (2006),
Sebelas subjek lainnya gagal dalam 48 jam kehidupannya, bayi
memberikan ASI Eksklusif karena tidak membutuhkan air susu
sebagian besar telah memberikan terlalu banyak, hanya setengah
prelaktal dan MP-ASI yang terlalu sendok teh kolostrum saat
dini. Prelaktal berupa susu formula pertama menyusu dan 1-2
diberikan pada bayi yang dilahirkan sendok teh di hari kedua. Cairan
di BPS, RB, RS dengan bantuan kental yang sangat sedikit seperti
bidan dan di rumah dengan bantuan seulas cat itu akan melapisi
dukun bayi. Jadi perbedaan tempat saluran pencernaan bayi dan
bersalin maupun penolong menghentikan masuknya bakteri
persalinan tidak mempengaruhi ke dalam darah yang
berhasil atau gagalnya praktik menimbulkan infeksi pada bayi.
pemberian ASI Eksklusif. Berikut Pemberian kolostrum
dapat dilakukan dengan baik jika
5

early initiation dilakukan oleh rahim dalam kala tiga (Perinasia,


bidan atau perawat. Ibu yang 1994).
berhasil menyusui pada jam Hasil penelitian yang
pertama dan minggu pertama dilakukan oleh Edmond et al
setelah persalinan maka ia akan (2005) menunjukkan bahwa 16%
berhasil memberikan ASI kematian bayi baru lahir
Eksklusif pada bayinya. seharusnya dapat diselamatkan
Dari hasil wawancara dengan pemberian ASI pada hari
mendalam, hampir semua subjek pertama dan meningkat 22% jika
mulai menyusui setelah lewat dari menyusui dimulai pada 1 jam
30 menit. Subjek yang pertama setelah melahirkan.
persalinannya di tolong oleh Selain itu Wiryo (2007)
dukun bayi sebenarnya dapat menyatakan bahwa bayi yang
langsung menyusui bayinya tidak pernah mendapat kolostrum
setelah melahirkan, namun dukun akan mudah terkena infeksi
bayi akan memandikan bayi gastrointestinal dan diare karena
terlebih dahulu dengan air hangat bayi tidak mendapatkan
dan membersihkan ibu. senyawa-senyawa imun yang
Walaupun observasi tidak terkandung dalam kolostrum.
dilakukan secara langsung saat 2. Pemberian prelaktal
persalinan dan early initiation, Dari 12, hanya satu subjek
namun dari hasil wawancara yang tidak memberikan prelaktal
mendalam dapat diketahui bahwa apapun dan langsung
proses membersihkan ibu dan memberikan ASI pada bayinya
bayi akan memakan waktu lebih dan subjek inilah yang berhasil
dari 30 menit. memberikan ASI Eksklusif.
Segera setelah bayi Sebagian besar subjek
dilahirkan, secara normal refleks memberikan prelaktal berupa
mencari dan mengisap pada bayi susu formula. Umumnya bayi
sangat kuat, dan ibunya pun mereka langsung mendapatkan
biasanya ingin sekali untuk susu formula dari bidan yang
segera melihat dan memegang disusukan menggunakan dot
bayinya. Sentuhan kulit ke kulit maupun dengan sendok. Bahkan
antara ibu dengan bayinya para subjek tidak ditanya terlebih
segera setelah bayi itu dilahirkan dahulu apakah mau disusui
dan membiarkan bayi itu dengan ASI atau dengan susu
mengisap puting susu ibunya, formula. Namun subjek-subjek
akan sangat bermanfaat dan penelitian yang persalinannya
membantu dimulainya hubungan ditolong oleh dukun bayi
lekat antara ibu dan bayi memberikan prelaktal berupa
disamping juga akan merangsang madu, kelapa muda, dan kurma
pengeluaran ASI. Isapan bayi yang merupakan anjuran dari
pada puting susu ibu akan dukun bayi.
merangsang keluarnya oksitosin, Subjek yang ditolong oleh
yang akan mempercepat bidan baik di BPS, RB, maupun
lepasnya plasenta dan kontraksi RS tidak memberikan madu
6

sebagai prelaktal karena tidak subjek). Alasan umumnya karena


dianjurkan oleh bidan. Anjuran ini bayi menangis terus meskipun
sesuai dengan WHO yang telah disusui dan diberi susu
melarang pemberian madu formula.
kepada bayi dibawah 1 tahun Pada beberapa
karena terdapat kandungan masyarakat tradisional di
Clostridium botulinum, spora Indonesia kita bisa melihat
yang membahayakan dan konsepsi budaya yang terwujud
mematikan (Susanto, 2007). dalam perilaku berkaitan dengan
Pemberian susu formula pola pemberian makan pada bayi
sebagai prelaktal sering yang berbeda dengan konsepsi
dilakukan di BPS, RB maupun kesehatan modern. Sebagai
RS dengan alasan utama karena contoh, pemberian ASI menurut
ASI belum keluar dan bayi masih konsep kesehatan modern
kesulitan menyusu sehingga bayi ataupun medis dianjurkan selama
akan menangis bila dibiarkan 2 (dua) tahun dan pemberian
saja. Biasanya bidan akan makanan tambahan berupa
langsung memberikan nasihat makanan padat sebaiknya
untuk memberikan susu formula dimulai sesudah bayi berumur 4
terlebih dahulu. Bahkan bulan.
pembuatan susu formula Sesuai yang disitasi oleh
dilakukan sendiri oleh bidan atau Maas (2004), bahwa pada suku
perawat, dan mereka Sasak di Lombok, ibu yang baru
menyediakan jasa sterilisasi bersalin memberikan nasi pakpak
botol. Hal ini akan memberi (nasi yang telah dikunyah oleh
pengaruh negatif terhadap ibunya lebih dahulu dan
keyakinan ibu bahwa pemberian didiamkan selama satu malam)
susu formula adalah obat paling kepada bayinya agar bayinya
ampuh untuk menghentikan tumbuh sehat dan kuat. Mereka
tangis bayi. Kurangnya percaya bahwa apa yang keluar
keyakinan terhadap kemampuan dari mulut ibu merupakan yang
memproduksi ASI untuk terbaik untuk bayi. Sementara
memuaskan bayinya mendorong pada masyarakat Kerinci di
ibu untuk memberikan susu Sumatera Barat, pada usia
tambahan melalui botol. sebulan bayi sudah diberi bubur
3. Pemberian MP-ASI tepung, bubur nasi nasi, pisang
Sebagian subjek telah dan lain-lain. Ada pula kebiasaan
mulai memberikan MP-ASI sejak memberi roti, pisang, nasi yang
bayi berusia kurang dari satu sudah dilumatkan ataupun madu,
bulan, bahkan ada satu subjek teh manis kepada bayi baru lahir
yang memberikan makanan sebelum ASI keluar (Maas,
berupa nasi dan pisang ’ulek’ 2004).
pada saat bayi berusia 11 hari. Kebanyakan ibu yang
Pemberian MP-ASI yang terlalu mulai memberikan makanan
dini ini biasanya karena anjuran kepada bayinya mengalami
orang tua terutama nenek (ibu sindrom ASI kurang.
7

Wisnuwardhani (2006) ASI yang berubah


menjelaskan bahwa sindrom ASI kekentalannya dianggap telah
kurang adalah keadaan di mana berkurang, padahal kekentalan
ibu merasa bahwa ASI-nya ASI bisa saja berubah-ubah.
kurang, dengan berbagai alasan Payudara tampak mengecil,
yang menurut ibu merupakan lembek atau tidak penuh /
tanda tersebut, misalnya merembes lagi, padahal ini suatu
payudara kecil, ASI berubah tanda bahwa produksi ASI telah
kekentalannya, bayi lebih sering sesuai dengan keperluan bayi.
minta disusui, bayi minta disusui Bayi sering menangis dianggap
pada malam hari, dan bayi lebih kekurangan ASI, padahal bayi
cepat selesai menyusu dibanding menangis bisa karena berbagai
sebelumnya. Ukuran payudara penyebab. Selain ASI memang
tidak menggambarkan lebih mudah dicerna, bayi juga
kemampuan ibu untuk memerlukan ASI yang cukup
memproduksi ASI. untuk tumbuh kembang, dan
Ukuran payudara memerlukan belaian, kehangatan
berhubungan dengan beberapa dan kasih sayang. Bayi
faktor, misalnya faktor hormonal memerlukan dekapan dan ASI
(estrogen dan progesteron), pada malam hari, selain itu
keadaan gizi, dan faktor menyusui pada malam hari akan
keturunan. Hormon estrogen memperbanyak produksi ASI dan
akan menyebabkan pertumbuhan mengurangi kemungkinan
saluran susu dan penimbunan sumbatan payudara.
lemak, sedangkan hormon Seluruh subjek yang
progesteron memacu memiliki bayi laki-laki
pertumbuhan kelenjar susu. beranggapan bahwa ASI tidak
Masukan makanan yang mencukupi kebutuhan karena
berlebihan terutama energi akan walaupun sudah menyusu
ditimbun sebagai lemak, seharian bayi masih menangis.
sehingga payudara akan Mereka yakin kalau bayinya perlu
bertambah besar, sebaliknya mendapat asupan lain selain ASI
penurunan masukan energi, dan susu formula karena bayi
misalnya karena penyakit, akan laki-laki tenaganya lebih kuat.
menyebabkan berkurangnya Salah satu faktor yang
timbunan lemak termasuk di secara langsung dapat
payudara, sehingga ukuran mempengaruhi kondisi kesehatan
payudara berkurang. bayi adalah makanan yang
Seberapapun ukuran payudara diberikan. Dalam setiap
seorang wanita, tetap dianggap masyarakat ada aturan-aturan
normal, kecuali jika ada kelainan yang menentukan kuantitas,
tertentu misalnya tumor. Ukuran kualitas dan jenis-jenis makanan
payudara ideal sangat yang seharusnya dan tidak
dipengaruhi faktor lingkungan seharusnya dikonsumsi oleh
atau penilaian masyarakat anggota-anggota suatu rumah
setempat. tangga, sesuai dengan
8

kedudukan, usia, jenis kelamin 3 bulan lebih mulai diberi bubur


dan situasi-situasi tertentu. lemu (bubur nasi yang dimasak
Misalnya, ibu yang sedang hamil dengan santan). Namun Ada
tidak diperbolehkan atau subjek yang meneruskan
dianjurkan untuk mengkonsumsi pemberian MP-ASI karena bayi
makanan tertentu; ayah yang tidak mengalami kelainan atau
bekerja sebagai pencari nafkah gangguan kesehatan setelah
berhak mendapat jumlah diberi makan. Subjek merasa
makanan yang lebih banyak dan setelah diberi makan bayi dapat
bagian yang lebih baik daripada buang air besar dengan lancar
anggota keluarga yang lain; atau dan tidak lembek lagi. Bahkan
anak laki-laki diberi makan lebih berat badan bayi dapat
dulu daripada anak perempuan. meningkat dengan cepat dan bayi
Walaupun pola makan ini sudah terlihat segar.
menjadi tradisi ataupun Faktor Pendorong
kebiasaan, namun yang paling 1. Pengetahuan tentang ASI
berperan mengatur menu setiap Eksklusif
hari dan mendistribusikan Sebagian (50%) subjek
makanan kepada keluarga tidak mengetahui ASI Eksklusif.
adalah ibu; dengan kata lain ibu Mereka umumnya pernah
mempunyai peran sebagai gate mendengar tapi tidak mengerti
keeper dari keluarga. maksudnya. Ada juga yang
Pemberian MP-ASI yang pernah membaca buku KIA tapi
terlalu dini tidak tepat karena lupa. Pengetahuan ibu yang
akan menyebabkan bayi kenyang kurang tentang ASI Eksklusif
dan akan mengurangi keluarnya inilah yang terutama
ASI. Selain itu bayi menjadi menyebabkan gagalnya
malas menyusu karena sudah pemberian ASI Eksklusif. Selama
mendapatkan makanan atau mereka tidak tahu maka
minuman terlebih dahulu (Depkes merekapun tidak akan pernah
RI, 2005). Pemberian MP-ASI melaksanakannya.
terlalu dini seperti nasi dan Ahli filsafat, Keraf dan Dua
pisang justru akan menyebabkan (2001) mengatakan bahwa
penyumbatan saluran cerna pengetahuan dibagi menjadi 3
karena liat dan tidak bisa dicerna macam, yaitu tahu bahwa, tahu
atau yang disebut phyto bezoar bagaimana, dan tahu akan.
sehingga dapat menyebabkan ”Pengetahuan bahwa” adalah
kematian dan menimbulkan risiko pengetahuan tentang informasi
jangka panjang seperti obesitas, tertentu, tahu bahwa sesuatu
hipertensi, atherosklerosis, dan terjadi, tahu bahwa ini atau itu
alergi makanan. memang demikian adanya,
Ada satu subjek yang bahwa apa yang dikatakan
menghentikan pemberian MP-ASI memang benar. Jenis
saat bayi berusia 2 bulan karena pengetahuan ini disebut juga
bayi muntah dan tidak mau pengetahuan teoritis,
makan lagi. Namun setelah usia pengetahuan ilmiah, walaupun
9

masih pada tingkat yang tidak muda di daerah tersebut tidak


begitu mendalam. Sedangkan mempunyai sikap positif terhadap
”tahu bagaimana” adalah menyusui, sesuai dengan
menyangkut bagaimana pengalaman sehari-hari. Tidak
seseorang melakukan sesuatu. mengherankan bila wanita
Pengetahuan ini berkaitan dewasa dalam lingkungan ini
dengan keterampilan atau lebih hanya memiliki sedikit bahkan
tepat keahlian dan kemahiran tidak memiliki sama sekali
teknis dalam melakukan sesuatu. informasi, pengalaman cara
”Tahu akan” adalah jenis menyusui, dan keyakinan akan
pengetahuan yang sangat kemampuannya menyusui
spesifik menyangkut (Perinasia, 1994).
pengetahuan akan sesuatu atau Dalam situasi subjek yang
seseorang melalui pengalaman kurang pengetahuannya tentang
atau pengenalan pribadi. ASI Eksklusif, pada saat yang
Pengetahuan yang dimiliki sama ia memiliki pengetahuan
subjek tentang ASI Eksklusif budaya lokal berupa idiologi
sebatas pada tingkat ”tahu makanan untuk bayi.
bahwa” sehingga tidak begitu Pengetahuan budaya lokal ini
mendalam dan tidak memiliki dapat disebut sebagai
keterampilan untuk pengetahuan tentang ASI non-
mempraktekkannya. Jika Eksklusif, yang jelas merupakan
pengatahuan subjek lebih luas faktor penghambat bagi praktik
dan mempunyai pengalaman pemberian ASI Eksklusif.
tentang ASI Eksklusif baik yang 2. Motivasi pemberian ASI Eksklusif
dialami sendiri maupun dilihat Sebagian subjek tidak
dari teman, tetangga atau mengetahui ASI Eksklusif
keluarga, maka subjek akan lebih sehingga mereka tidak
terinspirasi untuk mempunyai motivasi untuk
mempraktekkannya. memberikan ASI Eksklusif.
Pengalaman dan Namun mereka umumnya
pendidikan wanita semenjak kecil memiliki motivasi untuk menyusui
akan mempengaruhi sikap dan bayinya. Hal ini terlihat dari
penampilan mereka dalam sebagian besar subjek berupaya
kaitannya dengan menyusui di untuk memperbanyak produksi
kemudian hari. Seorang wanita ASI-nya dengan cara minum
yang dalam keluarga atau jamu atau ’wejah’ dan
lingkungan sosialnya secara mengkonsumsi makanan yang
teratur mempunyai kebiasaan dipercaya dapat memperlancar
menyusui atau sering melihat ASI.
wanita yang menyusui bayinya Mereka beranggapan
secara teratur, akan mempunyai bahwa ASI penting untuk bayi
pandangan yang positif tentang karena dapat mencerdaskan otak
pemberian ASI. Di daerah yang dan mempercepat pertumbuhan
mempunyai ”budaya susu disamping dapat menekan
formula / botol”, gadis dan wanita pengeluaran keluarga. Menyusui
10

menurut mereka juga dapat hanya terfokus pada para ibu,


mmpererat kasih sayang antara namun juga bagi bapak-bapak.
ibu dan anak. Dalam perawatan bayi biasanya
Faktor Pemungkin ibu akan berdiskusi terlebih
1. Kampanye ASI Eksklusif dahulu dengan bapak.
Pemerintah sebenarnya 2. Fasilitas BPS/RB/RS
sangat gencar mempromosikan Fasilitas BPS/RB/RS
ASI Eksklusif. Hal ini bisa terlihat sebenarnya sangat mendukung
dengan adanya iklan-iklan di pelaksanaan ASI Eksklusif
media cetak maupun elektronik. karena sebagian besar telah
Namun kurangnya penyuluhan di memiliki fasilitas rawat gabung.
puskesmas dan posyandu Bahkan ada BPS yang merawat
menyebabkan promosi tentang ibu dan anak dalam satu tempat
ASI Eksklusif kurang optimal. tidur. Namun karena biasanya
Selain itu program ASI Eksklusif subjek berada di tempat bersalin
bukan merupakan prioritas hanya 1 hingga 2 hari maka
program puskesmas, yang penjelasan tentang menyusui dan
menjadi perhatian utama saat ini perawatan payudara kurang
adalah program penanggulangan dapat disampaikan dengan baik.
gizi buruk. Banyak Rumah Sakit,
Sebenarnya di Kota puskesmas, klinik dan rumah
Semarang banyak sekali bersalin yang belum merawat
diadakan pertemuan-pertemuan bayi baru lahir berdekatan
di lingkungan RT, baik pertemuan dengan ibunya. Berbagai alasan
bapak-bapak maupun ibu-ibu. diajukan antara lain karena rasa
Namun diskusi yang berlangsung kasihan karena ibu masih capai
tidak pernah menyinggung setelah melahirkan, ibu
masalah menyusui, termasuk ASI memerlukan istirahat, atau ibu
Eksklusif. Penyuluhan yang belum mampu merawat bayinya
paling sering dilakukan pada sendiri. Ada pula kekhawatiran
pertemuan bapak-bapak adalah bahwa pada jam kunjungan, bayi
demam berdarah dan cara mudah tertular penyakit yang
penanggulangannya seperti mungkin dibawa oleh para
dilakukannya kerja bakti. pengunjung. Alasan lain adalah
Sedangkan pada pertemuan PKK Rumah Sakit / klinik ingin
lebih sering disampaikan tentang memberikan pelayanan sebaik-
KB (Keluarga Berencana). baiknya sehingga ibu bisa
Masyarakat Indonesia beristirahat selama berada di
sangat beragam pendidikan dan rumah sakit. Namun setelah
daya tangkapnya terhadap menyadari akan keuntungannya,
berbagai informasi. Jadi promosi sistem rawat gabung sekarang
melalui media massa belumlah menjadi kebijakan pemerintah.
cukup untuk memberikan Rawat gabung adalah satu
pengertian tentang suatu cara perawatan di mana ibu dan
program pemerintah. Penyuluhan bayi yang baru dilahirkan tidak
seharusnya dilakukan tidak dipisahkan, melainkan
11

ditempatkan dalam sebuah 1995/1996. Di RS ini etalase


ruangan, kamar atau tempat susu formula diletakkan di dalam
bersama-sama selama 24 jam ruangan (ruang istirahat bidan)
penuh dalam seharinya. Istilah sehingga tidak terlihat oleh
rawat gabung parsial yang dulu pasien maupun pengunjung. RS
banyak dianut, yaitu rawat tidak menganjurkan ibu untuk
gabung hanya dalam beberapa memberikan susu formula namun
jam seharinya, misalnya hanya mendukung ibu untuk mencoba
siang hari saja sementara pada menyusui bayinya. Berdasarkan
malam hari bayi dirawat di kamar observasi, perawat memberikan
bayi, sekarang tidak dibenarkan ASI pada bayi di ruang bayi
dan tidak dipakai lagi. menggunakan sendok, tidak
Tujuan rawat gabung menggunakan dot. Selain itu
adalah: (1) agar ibu dapat pihak Rumah Sakit juga tidak
menyusui bayinya sedini menyediakan fasilitas air panas
mungkin, kapan saja dibutuhkan, dan sterilisasi botol tidak seperti
(2) agar ibu dapat melihat dan di BPS dan RB.
memahami cara perawatan bayi Di luar Kota Semarang
yang benar seperti yang terdapat Rumah Sakit yang
dilakukan oleh petugas, (3) agar sangat mendukung ASI Eksklusif.
ibu mempunyai pengalaman Ngeeek...Jel adalah slogan
dalam merawat bayinya sendiri Banyumasan yang banyak
selagi ibu masih di rumah sakit dipakai di kalangan bawah untuk
dan yang lebih penting lagi, ibu menggambarkan bayi yang
memperoleh bekal ketrampilan tengah ’ngeek’ (menangis),
merawat bayi serta langsung diam jika mulutnya
menjalankannya setelah pulang (dije-) ’jel’ (dimasuki) puting susu
dari rumah sakit, (4) dalam ibunya. Slogan yang
perawatan gabung, suami dan dilaksanakan dengan konsekuen
keluarga dapat dilibatkan secara sejak tahun 1990 itu mengantar
aktif untuk mendukung dan Rumah Sakit Umum Daerah
membantu ibu dalam menyusui (RSUD) Banyumas menjadi juara
dan merawat bayinya secara baik nasional lomba RS Sayang Bayi
dan benar, (5) ibu mendapatkan tahun 1992 serta penghargaan
kehangatan emosional karena ibu nasional dan internasional
dapat selalu kontak dengan buah sepanjang tahun 1992-1999.
hati yang sangat dicintainya, Terakhir, 4 September 2001, RS
demikian pula sebaliknya bayi yang terletak di kota Kecamatan
dengan ibunya. Banyumas ini meraih
RSUD Kota Semarang penghargaan berskala
sebenarnya pernah internasional dari John Hopkins
memenangkan penghargaan University (AS) dalam rangka
sebagai Pemenang I Lomba Pekan Air Susu Ibu (ASI)
Rumah Sakit dan Puskesmas Sedunia dan Revitalisasi RS
Sayang Bayi Tingkat Propinsi Sayang Ibu, bekerja sama
Dati I Jawa Tengah pada tahun dengan Departemen Kesehatan
12

dan Koalisi Sehat Indonesia 2010 kepada ibu dan keluarganya,


(Kompas, 2001). sehingga mereka memandang
Faktor Penguat bahwa kehamilan, melahirkan
1. Peranan Petugas Kesehatan dan menyusui sebagai suatu
Peranan petugas pengalaman yang
kesehatan yang sangat penting menyenangkan yang diperoleh
dalam melindungi, meningkatkan, dalam suasana yang ramah dan
dan mendukung usaha menyusui lingkungan yang menunjang
harus dapat dilihat dalam segi (Perinasia, 1994).
keterlibatannya yang luas dalam Kesalahan para bidan
aspek sosial. Sebagai individu yang sangat jelas terlihat adalah
yang bertanggung jawab dalam memberikan susu formula
gizi bayi dan perawatan sebagai prelaktal menggunakan
kesehatan, petugas kesehatan dot. Menurut Cox (2006), dalam
mempunyai posisi unik yang 48 jam kehidupannya, bayi tidak
dapat mempengaruhi organisasi membutuhkan air susu terlalu
dan fungsi pelayanan kesehatan banyak, hanya setengah sendok
ibu, baik sebelum, selama teh kolostrum saat pertama
maupun setelah kahamilan dan menyusu dan 1-2 sendok teh di
persalinan. hari kedua. Jadi pemberian
Petugas kesehatan yang prelaktal tidak perlu banyak dan
terlibat pada perawatan selama cukup memberikannya dengan
kehamilan hingga bayi lahir yang sendok.
utama pada penelitian ini adalah Namun ada juga bidan
bidan. Semua subjek, baik yang yang sangat mendukung ASI
melahirkan di rumah maupun di Eksklusif. Subjek mengetahui
BPS/RB/RS pernah program ASI Eksklusif dari bidan
memeriksakan kehamilannya ke tempat subjek memeriksakan
bidan. Namun kurangnya kehamilannya dan memeriksakan
penjelasan seputar menyusui bayinya pasca persalinan.
membuat pengetahuan para ibu 2. Peranan Dukun Bayi
tentang ASI Eksklusif sangat Dukun bayi saat ini jarang
kurang. Bidan umumnya sekali ditemui. Dari 26 dukun bayi
menganggap bahwa menyusui yang terdata oleh Puskesmas
adalah bukan suatu masalah dan Kedungmundu dan Puskesmas
tidak perlu diajarkan sehingga Rowosari, hanya 2 dukun bayi
jika ibu tidak bertanya maka yang masih membantu
bidan tidak akan memberikan persalinan, selebihnya hanya
penjelasan seputar menyusui. membantu perawatan bayi
Sikap yang diberikan seperti memandikan bayi dan
dalam pelayanan kesehatan juga memijat bayi. Para dukun bayi ini
penting untuk upaya menyusui. memberikan perawatan
Sebagai contoh, petugas pascapesalinan hingga hari ke
kesehatan dapat memberi 11. Perawatan yang dilakukan
pengaruh positif dengan cara adalah memandikan bayi,
memperagakan sikap tersebut mengganti perban tali pusat, dan
13

memijat bayi. Kedua dukun bayi Iskandar dkk (1996)


yang berhasil diwawancarai tidak menunjukkan beberapa
mengetahui tentang ASI tindakan/praktek yang membawa
Eksklusif. Namun mereka pernah resiko infeksi seperti "ngolesi"
mendengarnya. Satu dukun bayi (membasahi vagina dengan
bahkan menganjurkan kepada minyak kelapa untuk
ibu untuk memberikan susu memperlancar persalinan),
formula pada bayinya dan jika "kodok" (memasukkan tangan ke
susu formula habis dapat dalam vagina dan uterus untuk
membeli di dukun bayi tersebut. rnengeluarkan placenta) atau
Kedua dukun bayi telah "nyanda" (setelah persalinan, ibu
mendapatkan berbagai pelatihan duduk dengan posisi bersandar
bahkan satu dukun bayi dianggap dan kaki diluruskan ke depan
sebagai bidan oleh masyarakat selama berjam-jam yang dapat
sekitarnya. menyebabkan perdarahan dan
Subjek yang melahirkan di pembengkakan).
BPS/RB/RS biasanya Pemilihan dukun bayi
menggunakan jasa dukun bayi sebagai penolong persalinan
setelah sampai di rumah. pada dasarnya disebabkan
Biasanya mereka meminta dukun karena beberapa alasan antara
bayi untuk memijat bayinya lain dikenal secara dekat, biaya
maupun ibunya karena merasa murah, mengerti dan dapat
kelelahan setelah melahirkan. membantu dalam upacara adat
Bahkan subjek yang belum yang berkaitan dengan kelahiran
berani memandikan bayi meminta anak serta merawat ibu dan bayi
bantuan dukun bayi untuk sampai 40 hari. Disamping itu
memandikan bayinya. Disela-sela juga masih adanya keterbatasan
melakukan perawatan, beberapa jangkauan pelayanan kesehatan
dukun bayi akan memberikan yang ada. Walaupun sudah
sedikit anjuran kepada ibu untuk banyak dukun bayi yang dilatih,
meminum jamu habis bersalin namun praktek-praktek
atau jamu ’wejah’. tradisional tertentu masih
Di daerah pedesaan, dilakukan.
kebanyakan ibu hamil masih 3. Peranan Keluarga
mempercayai dukun bayi untuk Peranan keluarga
menolong persalinan yang terhadap berhasil tidaknya subjek
biasanya dilakukan di rumah. memberikan ASI Eksklusif sangat
Data Survei Kesehatan Rumah besar. Hasil penelitian
Tangga tahun 1992 menunjukkan menunjukkan bahwa subjek yang
bahwa 65% persalinan ditolong tinggal serumah dengan ibu
oleh dukun bayi. Beberapa (nenek) mempunyai peluang
penelitian yang pernah dilakukan sangat besar untuk memberikan
mengungkapkan bahwa masih MP-ASI dini pada bayi. Bahkan
terdapat praktek-praktek ada subjek yang telah
persalinan oleh dukun yang dapat memberikan MP-ASI mulai bayi
membahayakan si ibu. Penelitian usia 11 hari atau setelah ’pothol
14

puser’ (tali pusat lepas). dimiliki bersama oleh warga di


Walaupun subjek mengetahui suatu masyarakat. Kebiasaan
bahwa pemberian MP-ASI terlalu dan praktik yang keliru yang
dini dapat mengganggu ditemukan selama penelitian
kesehatan bayi namun mereka adalah pemberian prelaktal madu
beranggapan bahwa jika bayi dan susu formula menggunakan
tdak mengalami gangguan maka dot kepada bayi baru lahir dan
pemberiam MP-ASI dapat pemberian MP-ASI yang terlalu
dilanjutkan. Selain itu kebiasaan dini.
memberikan MP-ASI dini telah Kebiasaan pembuangan
dilakukan turun temurun dan kolostrum tidak dilakukan lagi
tidak pernah menimbulkan karena kini mereka sudah
masalah. mengetahui bahwa ASI yang
Para suami biasanya pertama adalah yang paling baik
mempercayakan masalah dan harus diberikan kepada bayi.
perawatan bayi kepada istri Namun ada 2 orang suami subjek
(subjek) walaupun kadang yang berpendapat bahwa
mereka berdiskusi terlebih dahulu kolostrum tidak baik bagi bayi
sebelum memutuskan sesuatu. dan harus dibuang dulu.
Namun para suami umumnya Kebiasaan memiliki dua
hanya mengingatkan hal-hal yang aspek, yaitu pengetahuan dan
mereka tahu dapat praktik. Pada kenyataannya,
membahayakan bayinya. praktik dipengaruhi oleh
Ayah dapat berperan aktif pengetahuan. Jika pengetahuan
dalam keberhasilan pemberian tradisional itu masih bertahan,
ASI dengan jalan memberikan maka praktiknya pun tetap
dukungan secara emosional dan dijalankan. Oleh karena itu
bantuan-bantuan praktis lainnya, penyuluhan tidak hanya
seperti mengganti popok atau mencakup kegiatan memberikan
menyendawakan bayi. Hubungan pengetahuan baru kepada ibu-
yang unik antara seorang ayah ibu. Hal yang lebih penting lagi
dan bayinya merupakan faktor adalah meyakinkan ibu-ibu
yang penting dalam pertumbuhan bahwa kebiasaan yang keliru
dan perkembangan seorang anak dapat membahayakan status gizi
di kemudian hari. Ayah perlu dan kesehatan bayi.
mengerti dan memahami Walaupun pada
persoalan ASI dan menyusui masyarakat tradisional pemberian
agar ibu dapat menyusui dengan ASI bukan merupakan
baik (Roesli, 2005). permasalahan yang besar karena
Faktor Penghambat pada umumnya ibu memberikan
1. Kebiasaan yang Keliru bayinya ASI, namun yang
Kebiasaan atau menjadi permasalahan adalah
kebudayaan merupakan pola pemberian ASI yang tidak
seperangkat kepercayaan, nilai- sesuai dengan konsep medis
nilai dan cara perilaku yang sehingga menimbulkan dampak
dipelajari secara umum dan
15

negatif pada kesehatan dan yang dapat mempengaruhi


pertumbuhan bayi. keseimbangan unsur-unsur
Semua subjek berpantang dalam tubuh manusia -tanah,
minum es dan makan sambal udara, api dan air. Apabila unsur-
saat menyusui. Mereka takut jika unsur di dalam tubuh terlalu
terlalu banyak minum es dapat panas atau terlau dingin maka
menyebabkan bayi batuk pilek akan menimbulkan penyakit.
dan jika makan sambal dapat Untuk mengembalikan
menyebabkan bayi diare. Namun keseimbangan unsur-unsur
sebagian besar subjek tidak tersebut maka seseorang harus
berpantang jenis makanan, mengkonsumsi makanan atau
walaupun ada juga yang menjalani pengobatan yang
berpantang makan ikan pindang bersifat lebih "dingin" atau
karena dapat menyebabkan ASI sebaliknya. Pada, beberapa suku
berbau amis. bangsa, ibu yang sedang
Walaupun pada menyusui kondisi tubuhnya
masyarakat tradisional pemberian dipandang dalam keadaan
ASI bukan merupakan "dingin" sehingga ia harus
permasalahan yang besar karena memakan makanan yang "panas"
pada umumnya ibu memberikan dan menghindari makanan yang
bayinya ASI, namun yang "dingin". Hal sebaliknya harus
menjadi permasalahan adalah dilakukan oleh ibu yang sedang
pola pemberian ASI yang tidak hamil (Reddy, 1990).
sesuai dengan konsep medis 2. Promosi Susu Formula
sehingga menimbulkan dampak Tempat melahirkan
negatif pada kesehatan dan memberikan pengaruh
pertumbuhan bayi. Disamping terhadap pemberian ASI
pola pemberian yang salah, Eksklusif pada bayi karena
kualitas ASI juga kurang. Hal ini merupakan titik awal bagi ibu
disebabkan banyaknya untuk memilih apakah tetap
pantangan terhadap makanan memberikan bayinya ASI
yang dikonsumsi si ibu baik pada Eksklusif atau memberikan susu
saat hamil maupun sesudah formula yang diberikan oleh
melahirkan. Sebagai contoh, petugas kesehatan maupun non-
pada masyarakat Kerinci ibu kesehatan sebelum ASI-nya
yang sedang menyusui pantang keluar.
untuk mengkonsumsi bayam, Meskipun ada kode etik
ikan laut atau sayur nangka. Di internasional tentang pengganti
beberapa daerah ada yang ASI (susu formula), pemasaran
memantangkan ibu yang susu formula langsung ke BPS
menyusui untuk memakan telur saat ini semakin gencar dan
(Maas, 2004). sangat mengganggu
Adanya pantangan keberhasilan program ASI
makanan ini merupakan gejala Eksklusif. Bahkan para produsen
yang hampir universal berkaitan susu berlomba-lomba
dengan konsepsi "panas-dingin" mengadakan seminar dan
16

mengundang para bidan ke Hotel meminum antibiotik. Namun ada


berbintang untuk mendengarkan satu subjek yang menghentikan
penjelasan tentang produk menyusui saat sakit. ASI berhenti
mereka. sebentar dan bayi tidak mau
Pelaku pelanggaran kode menyusu. Karena subjek
etik internasional kini bergeser berkeinginan besar untuk dapat
dari perusahaan makanan bayi menyusui lagi maka segala cara
kepada petugas dicoba dan akhirnya bayi mau
kesehatan/sarana pelayanan menyusu lagi.
kesehatan. Kalau dulu sales Keadaan payudara ibu
promotion girl (SPG) dari mempunyai peran dalam
perusahaan susu yang membagi- keberhasilan menyusui, seperti
bagi contoh produk, kini rumah puting tenggelam, mendatar atau
sakit/rumah bersalin yang puting terlalu besar dapat
membagi produk susu formula mengganggu proses menyusui.
dalam bingkisan untuk ibu Hampir semua ibu tidak
sehabis bersalin. Selain itu mengalami kelainan payudara.
diketahui pula, ada sebagian Namun sebagian besar ibu mulai
petugas kesehatan secara halus dapat menyusui setelah hari
mendorong ibu untuk tidak kedua atau ketiga.
memberi ASI melainkan susu Menyinggung ukuran
formula kepada bayinya payudara, Arlina dalam Siswono
(Siswono, 2001a). (2001b) mengatakan, besar atau
Para subjek yang gagal kecil payudara, serta bentuk
memberikan ASI Eksklusif pada payudara tidak terkait langsung
bayinya sebagian besar karena dengan produksi ASI. Tidak ada
bayi telah diberi prelaktal susu jaminan kalau payudara besar
formula saat masih di BPS/RB. akan menghasilkan lebih banyak
Bahkan ada satu subjek yang ASI, sedang payudara kecil
akhirnya tidak bisa menyusui menghasilkan lebih sedikit.
bayinya karena bayi sudah Produksi ASI lebih banyak
terbiasa dengan dot dan tidak ditentukan oleh faktor nutrisi,
mau menyusu ibunya. frekuensi pengisapan, dan faktor
3. Masalah Kesehatan pada Ibu dan emosi. Menyusui bayi yang baik
Anak harus sesuai kebutuhan si bayi,
Apapun akan dilakukan atau nirjadwal, karena secara
oleh seorang ibu demi kebaikan alamiah bayi akan mengatur
atau kesenangan bayinya. Hasil kebutuhannya sendiri. Semakin
wawancara dapat diketahui sering bayi menyusu, maka
bahwa para subjek tetap payudara akan memproduksi ASI
berusaha menyusui bayinya lebih banyak. Semakin kuat daya
walaupun mereka sedang sakit. isap bayi, maka semakin banyak
Bahkan ada satu subjek yang ASI yang diproduksi. Ibu tidak
rela tidak minum obat saat sakit akan kekurangan ASI, karena
gigi karena khawatir bayi tidak ASI akan terus diproduksi, asal
mau menyusu setelah subjek bayi tetap mengisap. Ibu cukup
17

makan dan minum, disertai kultural adalah hambatan karena


keyakinan mampu memberi ASI keadaan budaya yang berlaku di
pada anaknya. Dengan begitu, masyarakat. Faktor kegagalan
ibu dapat menyusui bayinya pemberian ASI Eksklusif yang
secara murni sekitar 4-6 bulan termasuk dalam hambatan
dan tetap memberikan ASI struktural adalah kampanye ASI
sampai si anak berusia dua Eksklusif yang kurang, fasilitas
tahun. BPS, RB, dan RS yang kurang
Masalah kesehatan bayi kondusif bagi pemberian ASI
menurut beberapa subjek dapat Eksklusif, peranan petugas
diatasi jika bayi mengkonsumsi kesehatan, dukun bayi dan
ASI. Apabila bayi sakit yang keluarga yang kurang, dan
mengkonsumsi obat bukan promosi susu formula yang
bayinya melainkan ibu. Mereka sangat gencar di media massa.
percaya bahwa melalui ASI obat Sedangkan yang termasuk dalam
dapat tersalurkan ke bayi dan hambatan kultural adalah
bayi akan cepat sembuh. pengetahuan tentang ASI
Beberapa subjek juga Eksklusif dan motivasi pemberian
percaya bahwa apa yang ASI Eksklusif yang kurang karena
dimakan ibu dapat menyebabkan masih melekatnya pengetahuan
bayi sehat atau sebaliknya dapat budaya lokal tentang pemberian
menyebabkan gangguan makan pada bayi.
kesehatan pada bayinya. Semua
subjek percaya bahwa jika ibu SIMPULAN
mengkonsumsi sambal atau es Perbedaan tempat bersalin
saat menyusui dapat dan penolong persalinan tidak
menyebabkan bayi diare atau mempengaruhi behasil tidaknya
terserang penyakit. Jadi mereka subjek memberikan ASI Eksklusif
umumnya menghindari kepada bayinya.Di antara ke-12
mengkonsumsi sambal dan es subjek hanya ada 1 subjek yang
atau tetap mengkonsumsi tetapi berhasil memberikan ASI Eksklusif
tidak berlebihan. sampai bayi berumur lebih dari 4
Kegagalan praktik bulan.
pemberian ASI Eksklusif tidak Faktor pendorong
dapat hanya dilihat dari konsep (predisposing factors) gagalnya
ilmu kesehatan namun juga pemberian ASI Eksklusif adalah
konsep sosial budaya. Kegagalan kurangnya pengetahuan subjek
praktik pemberian ASI Eksklusif tentang ASI Eksklusif dan adanya
dalam konsep sosial budaya ideologi makanan yang non-
dapat disebabkan oleh adanya Eksklusif, sehingga tidak muncul
hambatan struktural dan motivasi yang kuat dari subjek untuk
hambatan kultural. Hambatan memberikan ASI Eksklusif pada
struktural yang berarti hambatan bayinya. Faktor pemungkin (enabling
karena hubungan sosial factors) gagalnya pemberian ASI
kelembagaan dan Eksklusif adalah kurangnya
kemasyarakatan dan hambatan penyuluhan atau pengarahan
18

tentang ASI Eksklusif dari Posyandu, Wanita, Departemen


Puskesmas, maupun pertemuan Kesehatan RI, Jakarta.
PKK dan fasilitas rawat gabung di
BPS/RB/RS yang tidak berjalan Departemen Kesehatan RI, 2005,
semestinya karena masih ada Manajemen Laktasi: Buku
pemberian susu formula sebagai Panduan bagi Bidan dan
prelaktal. Faktor penguat (reinforcing Petugas Kesehatan di
factors) gagalnya pemberian ASI Puskesmas, Dit. Gizi
Eksklusif adalah kurangnya Masyarakat-Depkes RI,
penyuluhan atau pengarahan dari Jakarta.
bidan seputar menyusui saat
memeriksakan kehamilan, anjuran Edmond, K.M., C. Zandoh, M.A.
dukun bayi untuk memberikan madu Quigley, S.A. Etego, S.O.
dan susu formula sebagai prelaktal, Agyei, B.R. Kirkwood., 2006.
dan kuatnya pengaruh ibu (nenek) Delayed Breastfeeding
dalam pengasuhan bayi secara non- Initiation Increases Risk of
ASI Eksklusif. Neonatal Mortality, Pediatrics
Faktor penghambat 117, p. 380-386.
pemberian ASI Eksklusif adalah
keyakinan dan praktik yang keliru Iskandar, M.B., et al 1996
tentang makanan bayi, promosi susu Mengungkap Misteri Kematian
formula yang sangat gencar, dan Ibu di Jawa Barat, Depok,
masalah kesehatan ibu dan bayi. Pusat Penelitian Kesehatan
Keseluruhan faktor kegagalan ini Lembaga Penelitian,
bersifat struktural dan kultural Universitas Indonesia.
sehingga menuntut strategi
penanggulangan yang komprehensif. Keraf, A.S. dan M. Dua, 2001, Ilmu
Pengetahuan Sebuah
DAFTAR PUSTAKA Tinjauan Filosofis, Penerbit
Anonim, 2001, "Ngeek...Jel", Kanisius, Yogyakarta, hal. 33-
Menghadang Susu Formula. 34.
Diakses pada tanggal 10
Agustus 2006, dari Maas, L.T., 2004, Kesehatan Ibu dan
http://kompas.com. Anak: Persepsi Budaya dan
Dampak Kesehatannya, FKM
Cox, S., 2006., Breastfeeding with Universitas Sumatera Utara,
Confidence, Panduan untuk USU Digital Library.
belajar menyusui dengan
percaya diri, PT Elex Media Perinasia, 1994, Melindungi,
Komputindo, Jakarta, hal. 20. Meningkatkan, dan
Mendukung Menyusui: Peran
Departemen Kesehatan RI, 2004, Khusus pada Pelayanan
Kebijakan Departemen Kesehatan Ibu Hamil dan
Kesehatan tentang Menyusui, Pernyataan
Peningkatan Pemberian Air bersama WHO/UNICEF,
Susu Ibu (ASI) Pekerja
19

Perkumpulan Perinatologi Wisnuwardhani, S.D., 2006, Praktik


Indonesia, Jakarta. Menyusui yang Benar, Bahan
Bacaan Manajemen Laktasi.
Reddy, P.H., 1990, Dietary practices Catatan Kuliah Obstetri
during pregnancy, lactation Ginekologi plus FKUI, Diakses
and infaancy: Implications for pada tanggal 10 Desember
Health", Health Transition: 2006, dari
The Culture. Social and www.cakulobginplus+.com.
Behavioral determinants of
Health, volume II. Disunting
oleh John C. Caldwell, et al.,
Canberra: Health Transition
Centre.

Roesli, U., 2005, Mengenal ASI


Eksklusif, Trubus Agriwidya,
Jakarta, hal. 2-47.

Siswono, 2001a, Depkes tak Mampu


Awasi Promosi PASI
Sendirian. Diakses pada
tanggal 10 Agustus 2006, dari
http://gizi.net.

Siswono, 2001b, Menyusui Bayi bisa


Mencegah Pendarahan
Pascapersalinan. Diakses
pada tanggal 10 Agustus
2006, dari http://gizi.net.

Susanto, 2007. Faktor-faktor Gizi


untuk Menunjang Kesehatan.
Disampaikan dalam Seminar
Merencanakan Anak Sehat
dan Cerdas dari Tinjauan
Medis, Gizi, dan Psikologi, 27
Mei 2007, Semarang.

Wiryo, H., 2007, The Effect of Early


Solid Food Feeding and The
Absence of Colostrum
Feeding On Neonatal
Mortality, FK Universitas
Udayana. Diakses pada
tanggal 27 Juli 2007, dari
www.tempointeraktif.com.

You might also like