Professional Documents
Culture Documents
Disusun Oleh :
Nama : Susiyanti
Kelas : VI J
NPM : 08410462
2011
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan Kepada ALLAH SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahnya serta kesempatan dan kemampuan kepada kami sehingga kami
dapat menyelesaikan penyusunan makalah dengan judul Inteferensi Sosiolinguistik.
1. Ibu Siti Ulfiani, S.Pd sebagai dosen pembimbing mata kuliah Sosiolinguistik.
Penyusun
BAB I
PEMBAHASAN
A. PERGESERAN BAHASA
Kalau seorang atau sekelompok orang penurtur pindah ketempat lain yang
menggunakan bahasa lain, dan bercampur dengan mereka, maka akan terjadilah
pergeseran bahasa itu. Bila pergeseran sudah terjadi, para warga guyup itu secara
kolektif memilih bahasa baru. Pendatang atau kelompok pendatang ini untuk
keprluan komunikasi mau tidak mau, harus menyesuaikan diri dengan
“meninggalkan” bahasanya sendiri, lalu menggunakan bahasa penduduk setempat.
Contoh, Togar dan Sahat dua orang mahasiswa di Malang yang berasal
dari Sumatera Utara. Untuk bisa berkomunikasi dengan teman-temannya dan
lingkungannya mereka kemudian menggunakna bahasa Indonesia. Karena di
lingkungan mereka menggunakan bahasa jawa mereka pun sedikit belajar bahasa
jawa. Setelah dua tahun mereka lebih biasa menggunakan bahasa jawa dalam setiap
keperluan, kecuali di mana di perlukkan menggunakan bahasa Indonesia. Dan
hampir tidak pernah menggunakan bahasa ibu mereka.
Pada Holmes (1994) dijelaskan bahwa pergeseran bahasa dapat terjadi pada
migrant minorities, Non-migrant communities, dan migrant majorities. Pada
migrant minorities ada tekanan yang besar dari masyarakat yang lebih mayoritas.
Immigrant sering kali dianggap sebagai ancaman bagi kelompok yang lebih besar.
Misalnya saja pergeseran ke bahasa Inggris seringkali terjadi pada imigran yang
berada di Negara yang mono lingual seperti Inggris, Amerika, Australia, dan
Selandia Baru.
1. pertama, orang tua terlalu memaksa anak untuk belajar bahasa bergengsi
dengan fikiran bahwa anak hanya mampu belajar satu bahasa dengan baik.
Para ahli bahasa menyadari bahwa kepunahan suatu bahasa tidak selalu berarti
semua penuturnya telah meninggal. Mungkin penuturnya telah bergeser
menggunakan bahasa lain selama satu generasi atau lebih.mungkin para orang
tua memutuskan untuk tidak menggunakan bahasa Ibu ketika berkomunikasi
dengan anaknya karena bahasa kedua diangap lebih menguntungkan dari sudut
ekonomi atau pendidikan. Mereka tidak menginginkan anaknya dirugikan
karena tidak menguasai bahasa kedua dengan baik seperti pengalaman mereka
sendiri.
b. kedua tingkah laku anti social dan hilangnya rasa percaya diri. Kecemasan
muncul karena ada perasaan bahasa itu akan tergeserkan bahkan hilang
digantikan oleh bahasa lain. Bila melihat fenomena setakat ini, banyak
orang tua yang terus mengajarkan bahasa sunda di rumah karena melihat
jarangnya anak-anak mereka berkmunkasi dengan bahasa sunda. Kurangya
rasa percaya diri mucul ketika bahasa seseorang tidak diterima
dimasyarakat. Terkesan kampungan dan ketingalan jaman. Akhirnya, hal
semacam ini akan memunculkan sinisme anti-social terhadap mereka yang
menggunakan bahasa lain.
Faktor pendorong pergeseran bahasa:
4. Sekolah.
B. PEMERTAHANAN BAHASA