You are on page 1of 3

GIZI BURUK PADA BALITA

Latar Belakang
Status gizi balita merupakan hal penting yang harus diketahui oleh setiap orang tua. Perlunya
perhatian lebih dalam tumbuh kembang di usia balita didasarkan fakta bahwa kurang gizi yang
terjadi pada masa emas ini, bersifat irreversible (tidak dapat pulih).
Gizi buruk adalah suatu kondisi di mana seseorang dinyatakan kekurangan nutrisi, atau dengan
ungkapan lain status nutrisinya berada di bawah standar rata-rata. Nutrisi yang dimaksud
bisa berupa protein, karbohidrat dan kalori. Di Indonesia, kasus KEP (Kurang Energi
Protein) adalah salah satu masalah gizi utama yang banyak dijumpai pada balita. (drh.
Sarmin, MP dan Dr. Fitri Rachmayanti. Cara mengatasi gizi buruk pada balita.
almawaddah.wordpress.com/2009/02/07/cara-mengatasi-gizi-buruk-pada-balita/)

Banyaknya penderita
Data tahun 2007 memperlihatkan 4 juta balita Indonesia kekurangan gizi, 700 ribu
diantaranya mengalami gizi buruk. Sementara yang mendapat program makanan tambahan hanya
39 ribu anak.
Semantara itu standar acuan status gizi balita adalah Berat Badan menurut Umur (BB/U),
Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB), dan Tinggi Badan menurut Umur (TB/U). Sementara
klasifikasinya adalah normal, underweight (kurus), dan gemuk. Parameter yang umum digunakan
untuk menentukan status gizi pada balita adalah berat badan, tinggi badan, dan lingkar kepala.
Lingkar kepala sering digunakan sebagai ukuran status gizi untuk menggambarkan perkembangan
otak. Sementara parameter status gizi balita yang umum digunakan di Indonesia adalah berat badan
menurut umur. Parameter ini dipakai menyeluruh di Posyandu.
Ditinjau dari tinggi badan, sebanyak 25,8 persen anak balita Indonesia pendek (SKRT
2004). Ukuran tubuh yang pendek ini merupakan tanda kurang gizi yang berkepanjangan. Lebih
jauh, kekurangan gizi dapat mempengaruhi perkembangan otak anak. Padahal, otak tumbuh selama
masa balita. Fase cepat tumbuh otak berlangsung mulai dari janin usia 30 minggu sampai bayi 18
bulan.
Gizi kurang adalah bila berat badan menurut umur yang dihitung menurut Skor Z nilainya
kurang dari -2, dan gizi buruk bila Skor Z kurang dari -3. Artinya gizi buruk kondisinya lebih parah
daripada gizi kurang. Balita penderita gizi kurang berpenampilan kurus, rambut kemerahan
(pirang), perut kadang-kadang buncit, wajah moon face karena oedema (bengkak) atau monkey face
(keriput), anak cengeng, kurang responsif. Bila kurang gizi berlangsung lama akan berpengaruh
pada kecerdasannya.
Sumber: http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html. Ali
khomsan.

Penyebab
Penyebab utama kurang gizi pada balita adalah kemiskinan sehingga akses pangan anak
terganggu. Penyebab lain adalah infeksi (diare), ketidaktahuan orang tua karena kurang pendidikan
sehingga pengetahuan gizi rendah, atau faktor tabu makanan dimana makanan bergizi ditabukan
dan tak boleh dikonsumsi anak balita.
Sumber: http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html. Ali
khomsan.
Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), ada 3 faktor penyebab gizi buruk , yaitu:
Keluarga miskin;
Ketidaktahuan orang tua atas pemberian gizi yang baik bagi anak.
Faktor penyakit bawaan pada anak, seperti: jantung, TBC, HIV/AIDS, saluran pernapasan dan
diare.
Sedangkan menurut UNICEF (1988), ada 2 faktor penyebab utama, antara lain :
Penyebab Langsung : Asupan Makanan, Infeksi Penyakit
Penyebab Tidak Langsung : Pola Asuh Anak, Ketersediaan Pangan, Layanan Kesehatan/Sanitasi
Sumber: Putu Sudayasa www.puksel.com. Faktor-faktor Penyebab Kekurangan Gizi Pada Balita

Dampak/ implikasi
Kurang gizi pada balita dapat berdampak terhadap pertumbuhan fisik maupun mentalnya.
Anak kelihatan pendek, kurus dibandingkan teman-temannya sebaya yang lebih sehat. Ketika
memasuki usia sekolah tidak bisa berprestasi menonjol karena kecerdasannya terganggu.
Sumber: http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html. Ali
khomsan.

Sumber: Putu Sudayasa www.puksel.com. Faktor-faktor Penyebab Kekurangan Gizi Pada Balita

Pencegahan
Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan,
maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar
untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas
pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar
akses pangan tidak terganggu.
Sumber: http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html. Ali
khomsan.

Menimbang begitu pentingnya menjaga kondisi gizi balita untuk pertumbuhan dan kecerdasannya,
maka sudah seharusnya para orang tua memperhatikan hal-hal yang dapat mencegah terjadinya
kondisi gizi buruk pada anak. Berikut adalah beberapa cara untuk mencegah terjadinya gizi buruk
pada anak: 1) Memberikan ASI eksklusif (hanya ASI) sampai anak berumur 6 bulan. Setelah itu,
anak mulai dikenalkan dengan makanan tambahan sebagai pendamping ASI yang sesuai dengan
tingkatan umur, lalu disapih setelah berumur 2 tahun.

2) Anak diberikan makanan yang bervariasi, seimbang antara kandungan protein, lemak, vitamin
dan mineralnya. Perbandingan komposisinya: untuk lemak minimal 10% dari total kalori yang
dibutuhkan, sementara protein 12% dan sisanya karbohidrat.

3) Rajin menimbang dan mengukur tinggi anak dengan mengikuti program Posyandu. Cermati
apakah pertumbuhan anak sesuai dengan standar di atas. Jika tidak sesuai, segera konsultasikan hal
itu ke dokter.

4) Jika anak dirawat di rumah sakit karena gizinya buruk, bisa ditanyakan kepada petugas pola dan
jenis makanan yang harus diberikan setelah pulang dari rumah sakit.

5) Jika anak telah menderita karena kekurangan gizi, maka segera berikan kalori yang tinggi dalam
bentuk karbohidrat, lemak, dan gula. Sedangkan untuk proteinnya bisa diberikan setelah sumber-
sumber kalori lainnya sudah terlihat mampu meningkatkan energi anak. Berikan pula suplemen
mineral dan vitamin penting lainnya. Penanganan dini sering kali membuahkan hasil yang baik.
Pada kondisi yang sudah berat, terapi bisa dilakukan dengan meningkatkan kondisi kesehatan
secara umum. Namun, biasanya akan meninggalkan sisa gejala kelainan fisik yang permanen dan
akan muncul masalah intelegensia di kemudian hari.

drh. Sarmin, MP dan Dr. Fitri Rachmayanti. Cara mengatasi gizi buruk pada balita.
almawaddah.wordpress.com/2009/02/07/cara-mengatasi-gizi-buruk-pada-balita/

Cara penanggulangan
Untuk mengatasi kasus kurang gizi memerlukan peranan dari keluarga, praktisi kesehatan,
maupun pemerintah. Pemerintah harus meningkatkan kualitas Posyandu, jangan hanya sekedar
untuk penimbangan dan vaksinasi, tapi harus diperbaiki dalam hal penyuluhan gizi dan kualitas
pemberian makanan tambahan, pemerintah harus dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat agar
akses pangan tidak terganggu.
Sumber: http://medicastore.com/artikel/247/Mengetahui_Status_Gizi_Balita_Anda.html. Ali
khomsan.
Program-program yang dilakukan untuk menekan kejadiannya, diantaranya program pemberian makanan
tambahan (PMT) pada anak sekolah, posyandu, pemberian paket susu untuk keluarga miskin.

You might also like