You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 26 revisi
2008 tentang Biaya Pinjaman (Borrowing Costs) telah dinyatakan
efektif berlaku pada 1 Januari 2010. PSAK ini merupakan adopsi
dari International Accounting Standard (IAS) 23 tahun 2007, serta
merupakan revisi atas PSAK 26 sebelumnya yang dinyatakan
efektif pada 1 Januari 1997.
Di dalam paragraf 1 PSAK 26 revisi 2008, diatur keharusan
mengkapitalisasi biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara
langsung ke dalam aset kualifikasian. Sedangkan terhadap biaya
pinjaman lainnya harus dibebankan secara langsung ke dalam
laba rugi tahun berjalan.
Kemudian mengenai biaya pinjaman yang dapat
dikapitalisasi, menurut paragraph 6 PSAK 26 revisi 2008, biaya
pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah:
1. Bunga cerukan bank dan pinjaman jangka pendek dan
jangka panjang
2. Amortisasi diskonto dan premium yang terkait dengan
pinjaman
3. Selisih kurs pinjaman dalam mata uang asing sepanjang
selisih kurs tersebut diperlakukan sebagai penyesuaian
atas biaya bunga
PSAK 26 Revisi 2008 yang berlaku efektif mulai 1 Januari
2010 ini telah memberikan tambahan kejelasan mengenai
perlakukan biaya pinjaman, memperjelas waktu dan syarat
dimulainya kapitalisasi, serta tentu lebih konsisten dengan IAS.
Penerapan PSAK ini juga dapat dijadikan sarana bagi manajemen
untuk mengurangi beban tahun berjalan dengan menambahkan
nilai aset atas kapitalisasi tersebut. Sebagaimana diketahui biaya
pinjaman atas pembangunan aset kualifikasian umumnya
membutuhkan pinjaman yang besar yang berarti besar pula biaya
pinjaman untuk membuat aset tersebut. Oleh karena itu, dengan
kapitalisasi tersebut dapat mengurangi beban tahun berjalan yang
timbul dari biaya pinjaman untuk pembangunan aset kualifikasian
tersebut.
Namun demikian, penerapan PSAK ini dapat menimbulkan
beberapa polemik tersendiri yang menyangkut kehandalan laporan
keuangan. Hal yang banyak ditakutkan dari penerapan PSAK 26
revisi ini, terutama bagi para investor adalah:
1. Laporan keuangan yang menerapkan kapitalisasi cenderung
menjadi tidak relevan, akibat tidak adanya rincian mengenai
penyebab timbulnya biaya pinjaman yang dikapitalisasi.
Akibatnya pengguna laporan keuangan tidak mengetahui
bagian biaya pinjaman mana yang boleh dikapitalisasi, mana
yang tidak.
2. Laporan keuangan menjadi tidak handal, akibat
terkontaminasi oleh praktek semacam earnings management
dan window dressing.
Sulitnya melakukan identifikasi atas biaya bunga juga diakui di
dalam PSAK No. 26 paragraf 11 yang menyatakan “Dalam keadaaan
tertentu sulit untuk mengidentifikasikan suatu hubungan langsung
antara pinjaman tertentu dengan aset kualifikasian dan menentukan
pinjaman yang dapat dihindari. Kesulitan demikian terjadi, misalnya,
ketika aktivitas pendanaan suatu entitas dikoordinasikan secara
terpusat.
Kesulitan juga timbul ketika suatu grup menggunakan sejumlah
instrumen utang untuk meminjam dana pada tingkat bunga yang
bervariasi, dan kemudian meminjamkan dana tersebut kepada
entitas lain dalam grup tersebut dengan basis yang bervariasi.
Kesulitan lain timbul dari penggunaan pinjaman dalam atau
terhubung dengan mata uang asing, ketika grup beroperasi dalam
ekonomi berinflasi tinggi, dan dari fluktuasi nilai tukar. Sebagai
akibatnya, penentuan jumlah biaya pinjaman yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan aset kualifikasian
menjadi sulit, sehingga diperlukan pertimbangan (judgement).”

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Biaya


Menurut lAl/SAK (1994), pengertian biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi
atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu, sehingga
biaya dalam arti luas diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi
untuk memperoleh aktiva. Konsep biaya merupakan konsep yang
terpenting dalam akuntansi manajemen dan akuntansi biaya. Adapun
tujuan memperoleh informasi biaya digunakan untuk proses
perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan.
Menurut Hansen dan Mowen (2004:40), biaya didefinisikan
sebagai kas atau nilaie kuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberikan manfaat
saat ini atau di masa yang akan datang bagiorganisasi.
Sedangkan menurut Supriyono (2000:185), biaya adalah
pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang atau
jasa. The Commite on Cost Consepts and Standards of The American
Accounting Association memberikan definisi untuk istilah Cost sebagai
berikut : “Cost is foregoing measured in monetary terms incurred or
potentially to be incurred to achieve a specific objective” yang berarti
biaya merupakan pengeluaran-pengeluaran yang diukur secara terus-
menerus dalam uang atau yang potensial harus dikeluarkan untuk
mencapai suatu tujuan.
Jadi menurut beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa biaya merupakan kas atau nilai ekuivalen kas yang dikeluarkan
oleh perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan
guna ntuk memberikan suatu manfaat yaitu peningkatan laba.

2.2 Pengakuan Biaya Pinjaman


Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya harus ditanggung
oleh suatu perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya
pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya
pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus
dikapitalisasi. Biaya pinjaman yang secara langsung dapat didtribusikan
dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu Aktiva Tertentu harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan Aktiva Tertentu
tersebut. Biaya pinjaman meliputi antara lain:
a. Bunga atas penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman
(borrowings).
c. Amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman
seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee dan
sebagainya.
d. Selisih kurs atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga)
atau amortisasi premi kontrak valuta berjangka dalam rangka
hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing.
Apabila suatu dana berasal dari pinjaman yang tidak secara
khusus digunakan untuk perolehan suatu Aktiva Tertentu tetapi
pinjaman tersebut digunakan juga untuk perolehan Aktiva Tertentu,
maka jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi ditentukan dengan
mengalikan tingkat kapitalisasi terhadap pengeluaran yang terjadi
untuk memperoleh Aktiva Tertentu. Tingkat kapitalisasi dihitung
berdasarkan rata-rata tertimbang dari biaya pinjaman dibagi dengan
jumlah pinjaman dari suatu periode, (tidak termasuk jumlah pinjaman
yang secara khusus digunakan untuk perolehan Aktiva Tertentu) jumlah
biaya pinjaman yang dikapitalisasi dalam periode tertentu tidak boleh
melebihi jumlah biaya pinjaman yang terjadi selama periode tersebut.
Kapitalisasi biaya pinjaman sebagai bagian dari biaya perolehan suatu
aktiva dimulai apabila:
a. Pengeluaran untuk aktiva tersebut telah mulai dilakukan.
b. Biaya pinjaman sedang terjadi.
c. Aktivitas yang dibutuhkan untuk mempersiapkan pembangunan
atau memproduksi Aktiva Tertentu sedang berlangsung.
Kapitalisasi biaya pinjaman harus dihentikan apabila dalam sautu
periode yang cukup lama perusahaan menangguhkan atau menunda
aktivitas perolehan, pembangunan ataupun produksi. Kapitalisasi biaya
pinjaman harus diakhiri apabila aktivitas untuk memperoleh,
membangun atau memproduksi Aktiva Tertentu sesuai dengan
tujuannya secara substansial telah selesai.
Biaya pinjaman yang dapat dikapitalisasi adalah biaya pinjaman
yang dapat diatribusikan secara langsung dengan perolehan, konstruksi,
atau produksi aset kualifikasian adalah biaya pinjaman yang dapat
dihindari jika tidak ada pengeluaran untuk aset kualifikasian tersebut.
Ketika suatu entitas meminjam dana secara spesifik untuk tujuan
memperoleh suatu aset kualifikasian tertentu, maka biaya pinjaman
yang terkait secara langsung dengan aset kualifikasian dapat
diidentifikasi dengan mudah.
Dalam keadaaan tertentu sulit untuk mengidentifikasikan suatu
hubungan langsung antara pinjaman tertentu dengan asset kualifikasian
dan menentukan pinjaman yang dapat dihindari. Kesulitan demikian
terjadi, misalnya, ketika aktivitas pendanaan suatu entitas
dikoordinasikan secara terpusat. Kesulitan juga timbul ketika suatu grup
menggunakan sejumlah instrumen utang untuk meminjam dana pada
tingkat bunga yang bervariasi, dan kemudian meminjamkan dana
tersebut kepada entitas lain dalam grup tersebut dengan basis yang
bervariasi. Kesulitan lain timbul dari penggunaan pinjaman dalam atau
terhubung dengan mata uang asing, ketika grup beroperasi dalam
ekonomi berinflasi.

Penghentian Sementara Kapitalisasi


Entitas harus menghentikan sementara kapitalisasi biaya
pinjaman selama perpanjangan periode dimana dilakukan penghentian
sementara pengembangan aset
kualifikasian secara aktif.
Biaya pinjaman dapat terjadi selama perpanjangan periode
dimana entitas menghentikan sementara aktivitas yang diperlukan
untuk menyiapkan suatu aset untuk digunakan atau dijual sesuai
dengan maksudnya. Biaya pinjaman tersebut adalah biaya kepemilikan
aset yang telah selesai sebagian dan tidak memenuhi syarat untuk
kapitalisasi. Namun, secara umum entitas tidak menghentikan
sementara kapitalisasi biaya pinjaman selama suatu periode ketika
melakukan pekerjaan teknikal dan administratif yang substansial.
Entitas juga tidak menghentikan sementara kapitalisasi biaya pinjaman
ketika penundaan sementara adalah bagian proses yang diperlukan
untuk membuat aset siap untuk digunakan atau dijual sesuai
dengan maksudnya. Misalnya, kapitalisasi berlanjut selama
perpanjangan periode dimana tingkat ketinggian air menunda
sementara konstruksi suatu jembatan, jika tingkat ketinggian air
semacam itu adalah umum terjadi selama periode konstruksi
di wilayah geografis tersebut.

Penghentian Kapitalisasi
Entitas harus menghentikan kapitalisasi biaya pinjaman ketika
selesainya secara substansial seluruh aktivitas yang diperlukan untuk
menyiapkan asset kualifikasian untuk digunakan atau dijual sesuai
dengan maksudnya.
Secara umum suatu aset siap untuk digunakan atau dijual sesuai
maksudnya ketika penyelesaian konstruksi fisik, walaupun pekerjaan
rutin administratif mungkin masih berlanjut. Jika modifikasi kecil masih
berlangsung, seperti dekorasi properti sesuai spesifikasi pembeli atau
pemakai, hal ini mengindikasikan penyelesaian seluruh aktivitas secara
substansial.
Ketika konstruksi aset kualifikasian diselesaikan per bagian dan
setiap bagian dapat digunakan selama berlangsungnya konstruksi
bagian lain, maka entitas harus menghentikan kapitalisasi biaya
pinjaman untuk suatu bagian ketika seluruh aktivitas untuk menyiapkan
bagian tersebut untuk digunakan atau dijual sesuai maksudnya selesai
secara substansial.

Pengungkapan
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
1) Akuntansi untuk biaya pinjaman.
2) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi untuk periode yang
bersangkutan.
Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

Perbedaan PSAK 26 Revisi 2008 dengan IAS 23 dan PSAK 26


Revisi 1997
Di atas telah disebutkan bahwa PSAK 26 revisi 2008 adalah hasil
adopsi dari IAS 23. PSAK ini merupakan salah satu hasil program adopsi
DSAK-IAI dalam rangka konvergensi dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Namun demikian, jika dibandingkan dengan
IAS 23 tahun 2007 nampak bahwa PSAK 26 revisi 2008 ini masih
terdapat perbedaan yang terutama karena beberapa IAS yang terkait
dengan IAS 23 belum diadopsi dalam PSAK-PSAK yang diterbitkan IAI.
Berikut adalah contoh perbedaan tersebut:
1. IAS 23 paragraf 4 yang menjadi PSAK 26 paragraf 4, dimana
menghilangkan paragraf 4(a) pada IAS 23 tentang pengecualian
penerapan PSAK 26 untuk aset kualifikasian yang diukur pada nilai
wajar, seperti aset biolojik, karena IAS 41: Agriculture belum diadopsi
ke PSAK.
2. IAS 23 paragraf 9 yang menjadi PSAK 26 paragraf 9, dimana
menghilangkan kalimat terakhir pada paragraf 9 IAS 23 tentang
pelaporan keuangan dalam ekonomi berinflasi tinggi, karena IAS 29:
Financial Reporting in Hyperinflationary Economies belum diadopsi
ke PSAK.
3. IAS 23 paragraf 18 yang menjadi PSAK 26 paragraf 18, dimana
menghilangkan kalimat tentang perlakuan akuntansi untuk
penerimaan hibah pemerintah, karena IAS 20: Accounting for
Government Grants and Disclosure of Government Assistance belum
diadopsi ke PSAK.
4. IAS 23 paragraf 27 dan 28 tentang ketentuan transisi dihilangkan,
karena PSAK 26 (Revisi 2008) yang menggantikan PSAK 26 (1997)
tidak mengakibatkan perubahan kebijakan akuntansi untuk
kapitalisasi biaya pinjaman, hal ini berbeda dengan transisi dari IAS
(1993) ke IAS (2007), yang mana IAS (1993) memberikan alternatif
untuk mengkapitalisasi atau membebankan biaya pinjaman yang
memenuhi syarat sebagai biaya perolehan suatu qualifying asset.
Sedangkan jika dibandingkan dengan PSAK 26 revisi 1997 yang
digantikannya, perbedaan adalah terdapat pada:
1. PSAK 26 (revisi 2008): Biaya Pinjaman mengadopsi seluruh
pernyataan dalam IAS 23 (2007): Borrowing Costs, kecuali untuk
beberapa paragraf pada IAS 23 yang dihilangkan karena terkait
dengan IAS lainnya yang belum diadopsi ke PSAK.
2. Prinsip inti PSAK 26 (revisi 2008) menyatakan bahwa biaya pinjaman
yang memenuhi syarat diakui sebagai bagian biaya perolehan aset
kualifikasian, sedangkan biaya pinjaman lainnya diakui sebagai
beban. Hal ini tidak disebutkan
dalam PSAK 26 (1997) dimana biaya pinjaman harus dibebankan
segera pada saat terjadinya, kemudian apabila biaya pinjaman
tersebut secara langsung dapat diatribusikan dengan perolehan,
konstruksi, produksi dari suatu qualifying asset, maka harus
dikapitalisasi.
3. Penambahan contoh aset kualifikasian (tergantung keadaan) pada
PSAK 26 (revisi 2008) yang tidak disebutkan di PSAK 26 (1997), yaitu
aset tidak berwujud dan properti investasi.
4. PSAK 26 (revisi 2008) lebih memperjelas dan merinci waktu dan
syarat-syarat dimulainya kapitalisasi biaya pinjaman dibandingkan
PSAK 26 (1997).
5. PSAK 26 (revisi 2008) mengatur penghentian sementara jika tidak
ada kegiatan pengembangan aset kualifikasian secara aktif,
sementara PSAK 26 (1997) mengatur jika ada penangguhan kegiatan
untuk periode yang cukup lama.
6. PSAK 26 (revisi 2008) menambahkan penjelasan mengenai kegiatan
modifikasi kecil dimana kapitalisasi biaya pinjaman tetap harus
dihentikan karena mengindikasikan seluruh aktivitas perolehan aset
kualifikasian telah selesai.
2.3 CONTOH KASUS
Jakarta - Asian Development Bank (ADB) telah merevisi biaya
utang atas pinjaman jangka panjang, atau berbasis LIBOR baru dan
pinjaman dalam mata uang lokal untuk negara debitur dengan jaminan
yang dinegosiasikan setelah 1 Juli 2010.
Dalam struktur harga kredit baru, total kontrak efektif akan disesuaikan
menjadi 0,4% per tahun dari biaya saat ini sebesar 0,2%. Penyesuaian
akan bertahap di sepanjang 2010 dan 2011, dengan pinjaman baru
yang dinegosiasikan dari 1 Juli 2010 hingga 30 Jun 2011 dengan
pelaksanaan kontrak efektif 0,3% per tahun. Sementara yang
dirundingkan setelah 1 Juli 2011 total kontrak sebesar 0,4% per tahun.
Pinjaman jagka panjang akan terus membawa muatan komitmen 0,15%,
dan biaya pinjaman dinegosiasikan tidak akan terpengaruh sebelum 1
Juli 2010. Tingkat suku bunga pinjaman yang tepat dari ADB dapat
bervariasi karena ditentukan oleh biaya pinjaman dan referensi tingkat
bunga mengambang, seperti LIBOR.
Revisi tersebut mencerminkan komitmen berkelanjutan ADB
untuk menjaga kekuatan keuangan ADB berdasarkan prinsip perbankan,
sementara itu ADB berusaha untuk menyediakan sumber pinjaman
pembangunan dengan biaya pendanaan yang termurah dan paling
stabil serta persyaratan pinjaman yang paling masuk akal. Secara
terpisah, Managing Director Bank Dunia Juan Jose Daboub mengatakan
bahwa Indonesia sebagai Negara berpendapatan menengah berada
dalam posisi yang baik untuk meraih pertumbuhan pesat melalui
investasi yang lebih besar dan strategis di bidang infrastruktur.
Menurut Laporan Perkembangan Triwulan Perekonomian
Indonesia Bank Dunia, modal asing sebesar USS 6,6 miliar telah
mengalir sejak Juni 2009. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia sudah
siap untuk meningkatkan investasi baik melalui inisiatif pemerintah
maupun pihak swasta. Peningkatan ini pun seyogyanya didukung
dengan perbaikan kebijakan yang disesuaikan dengan iklim investasi.
Indonesia telah berhasil mengatasi krisis keuangan global dengan
sangat baik. Dan kini, seperti halnya kebanyak negara berpendapatan
menengah, infrastruktur menjadi salah satu kendala terbesar dalam
mendorong pertumbuhan dan memperbaiki iklim investasi di Indonesia.
Karena itu menjadi sangat penting bagi Indonesia untuk
menyiapkan dan menggalakan proyek-proyek infrastruktur dengan
skema kemitraan publik-swasta, serta menunjukkan tata kelola
pemerintahan yang lebih baik dan pengendalian korupsi yang efektif,
ucap Daboub menambahkan.Untuk mendukung upaya Pemerintah
Indonesia dalam meningkatkan investasi infrastruktur, Bank Dunia
berperan aktif sebagai penasehat dalam menyusun rancangan dan
struktur untuk inisiatif Kementrian Keuangan - Dana Jaminan
Infrastruktur (infrastructure Guarantee Fund). Sebagai kesatuan publik
independen, lembaga ini juga berperan sebagai jendela tunggal untuk
menilai semua proyek PPP yang meminta jaminan pemerintah,
membantu meningkatkan kualitas PPP dan melindungi pemerintah dari
pertanggungjawaban.
Di bawah Dana Jaminan Infrastruktur, Bank Dunia telah
mengindikasikan bahwa lembaga ini akan menyediakan jaminan risiko
sampai dengan $ 500 juta untuk membantu membayar kurang lebih
USS 2 miliar dari hutang proyek PPP yang terjadi melalui tindakan
Pemerintah Indonesia. Mekanisme lainnya untuk mendukung investasi
infrastruktur adalah institusi finansial swasta non perbankan bernama
PT. Indonesia Infrastructure Finance (IFF), dimana Bank Dunia dan ADB
telah menyediakan bantuan dana pinjaman masing-masing sebesar $
100 juta.
PT. HF didirikan pada bulan Januari 2010, dan akan memfasilitasi
pendanaan jangka panjang untuk proyek-proyek infrastruktur yang
menguntungkan secara ekonomi di Indonesia melalui penyediaan
pendorong kredit untuk bank, institusi finansial non perbankan dan
pasar modal yang mendanai proyek-proyek secara langsung.Di sisi lain
PT IFF juga membawa institusi finansial lainnya sebagai investor
sehingga dapat menyediakan pendanaan langsung kepada proyek-
proyek infrastruktur dalam bentuk pinjaman dan jaminan jangka
panjang.
"Kami percaya bahwa landasan pendaan inovatif yang didirikan oleh
pemerintah Indonesia akan mendorong investasi secara signifikan untuk
memperbaiki infrastruktur di seluruh Indonesia," ucap Daboub. Daboub
juga memuji Indonesia yang bertekad mempertahankan stabilitas
makro, serta tetap melakukan investasi untuk masyarakat miskin,
sehingga dapat terus menunjang pertumbuhan."Saya melihat suatu tim
ekonom berkualitas tinggi, bekerja bergandengan dengan sektor sosial
dan menempatkan Indonesia sebagai pilar pertumbuhan di Asia Timur
dan Pasifik," ucap Daboub.

BAB III
KESIMPULAN

PSAK 26 Revisi 2008 yang berlaku efektif mulai 1 Januari 2010 ini
telah memberikan tambahan kejelasan mengenai perlakukan biaya
pinjaman, memperjelas waktu dan syarat dimulainya kapitalisasi, serta
tentu lebih konsisten dengan IAS. Penerapan PSAK ini juga dapat
dijadikan sarana bagi manajemen untuk mengurangi beban tahun
berjalan dengan menambahkan nilai aset atas kapitalisasi tersebut.
Biaya pinjaman adalah bunga dan biaya lainnya harus ditanggung
oleh suatu perusahaan sehubungan dengan peminjaman dana. Biaya
pinjaman harus diakui sebagai beban pada periode terjadinya biaya
pinjaman tersebut, kecuali untuk biaya pinjaman yang harus
dikapitalisasi.
Biaya pinjaman meliputi antara lain:
a. Bunga atas penggunaan dana pinjaman baik pinjaman jangka
pendek maupun jangka panjang.
b. Amortisasi diskonto atau premium yang terkait dengan pinjaman
(borrowings).
c. Amortisasi atas biaya yang terkait dengan perolehan pinjaman
seperti biaya konsultan, ahli hukum, commitment fee dan
sebagainya.
d. Selisih kurs atas pinjaman dalam valuta asing (sepanjang bunga)
atau amortisasi premi kontrak valuta berjangka dalam rangka
hedging dana yang dipinjam dalam valuta asing.
Laporan keuangan harus mengungkapkan:
1) Akuntansi untuk biaya pinjaman.
2) Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi untuk periode yang
bersangkutan.
Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.

You might also like