You are on page 1of 6

c  

Remaja adalah kata yang mengandung berbagai kesan dan konotasi tergantung dari mana

dan siapa yang memandangnya dapat diduga, siapa pun yang memiliki anak remaja akan selalu

dilanda berbagai gejolak peraasaan, senang, sedih, gembira, bangga, kecewa, frustasi,

bersemangat, atau putus asa. Banyak orang tua yang bangga dengan anak-anak remaja mereka

yang berprestasi mengangumkan kerena kecerdasan intelektualnya sehingga selalu menjadi

juara. Selain itu, mereka juga remaja yang taat, sopan santun, berbudi pekerti, dan memiliki

kepribadian yang menyenangka (Drs. E. B. Surbakti, 2010)

Batasan usia remaja menurut WHO adalah 12 sampai 24 Tahun. Menurut Depkes RI

adalah antara 10 sampai 19 Tahun dan belum kawin. Menurut BKKBN adalah 10 sampai 19

tahun.(Yani widyastuti,2009)

Pernikahan dini pada kalangan remaja, akhir- akhir ini terjadi. Hal itu disebabkan oleh

berbagai alasan. Yang sering kita jumpai, penyebab pernikahan dini adalah karena kecelakaan

atau hamil di luar nikah. Hal itu Karena sang lelaki merasa bertanggung jawab terhadap pacarnya

yang hamil di luar nikah (Nana Pondungge, 2008).

Tetapi itu semua malah akan berakibat buruk pada kehidupan keluarga mereka. Mereka

yang masih sama-sama remaja dan mengiginkan kebebasan, akan bias berdampak konflik dalam

rumah tangga. Selain itu, emosi mereka juga masih labil. Mereka masih sama-sama mempunyai

emosi yang labil sehingga jika terjadi konflik, akan sulit didamaikan karena mereka sama-sama

tidak mau mengalah dengan pendapat masing-masing (Nana Pondungge, 2008).

Salah satu bentuk perilaku resiko tinggi yang terjadi dan menjadi masalah remaja adalah

seks pra nikah . Angka statistiktentang deviasi (penyimpangan) perilaku seks pra nikah anak

remaja dari tahun ke tahun semakin besar.Di era seberangpusat studi kriminologi Universitas
Islam Indonesia di yogyakarta. Menemukan 26,35% dan 846 peristiwa pernikahan telah

melakukan hubungan seksual, jumlah dimana 50% menyebabkan kehamilan. Di kabupaten kulon

prago berdasarkan pantauan dinas kesehatan tahun 2006 sekitar 44%. Dalam perngantian baru

yang setelah dilakukan test positif hamil. Sebuah survey tahun 1995 mendapat 21,5% perempuan

yang perkawinan pertamanya dilakukan pada usia 17 tahun. Didaerah pedesaan dan perkotaan

perempuan melakukan perkawinan di bawah umur. Tercatat masing-masing 24,4% dan

16,1%.Persentase terbesar kawin muda terdapat di propinsi jawa timur 40,3%, jawa barat 39,6%

dan Kalimantan selatan 37,5% (Meita, 2010).

Semakin hari, jumlah remaja yang melakukan hubungan seks sebelum nikah semakin

meningkat, padahal selain beresiko kehamilan di luar nikah. Menurut studi terbaru yang di

publikasikan di America journal of public health menggunakan data dari cross-sectional survey

yang melibatkan lebih dari 8000 orang dewasa di America serikat, menemukan bahwa mereka

mulai melakukan hubungan seka pada usia relative muda. Rata-rata responden mengatakan

melakukan hubungan pertama kali di usia 17-18 Tahun. (Digi famalia, 2010).

Pernikahan dini tidak selalu buruk. Apabila masing-masing individu menikah karena

saling mencintai dan bukan terpaksa, tentu saja pernikahan tersebut akan berjalan normal dan

baik-baik saja. Mereka akan saling menjaga hubungan dalam keharmonisan keluarga mereka (

Nana Pondungge, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, penulis merasa tertarik untuk melaksanakan penelitian mengenai
gambaran pengetahuan remaja terhadap pernikahan dini di Dusun XIII Lorong Samiaji Desa
Saentis Kecamatan Percut Sei Tuan
4 4
  4     
    4 
4  4     


  

c  

Pola pikir zaman primitif dengan zaman yang sudah berkembang jelas berbeda, hal ini
dibuktikan dengan sebuah paradoks perkawinan antara pilihan orang tua dengan kemauan
sendiri, pernikahan dini dipaksakan atau pernikahan dini karena kecelakaan. Namun prinsip
orang tua pada zaman ganepo atau zaman primitif sangat menghendaki jika anak perempuan
sudah baligh maka tidak ada kata lain kecuali untuk secepatnya menikah. Kondisi demikian,
dilatarbelakangi oleh keberadaan zaman yang masih tertinggal, maka konsep pemikirannya pun
tidak begitu mengarah pada jenjang kehidupan masa depan yang lebih baik. Tradisi pernikahan
zaman nenek moyang lebih terpacu dengan prospek budaya nikah dini, yakni berkisar umur 15
tahun para wanita dan pria berkisar umur 20 tahun atau kurang (Dlori, 2005).
Para remaja dewasa ini, generasi terbesar dalam usia 10-19 tahun di dalam sejarah, beranjak
dewasa di dunia yang sangat berbeda daripada dunia di waktu para orang tua mereka beranjak
dewasa. Meskipun laju perubahan berbeda di antara dan di dalam wilayah dunia, masyarakat
berada di dalam keadaan kesempatan baru yang membingungkan bagi para pemuda.
Perbaikan di bidang transportasi dan komunikasi membuka kesempatan bagi para pemuda,
bahkan yang tinggal di daerah-daerah terpencil mengenal orang-orang dengan tradisi dan nilai-
nilai kehidupan yang berbeda, walaupun dunia semakin urban dan industrialisasi menawarkan
godaan kemajuan dan kesempatan. Tetapi, tanpa pendidikan dan latihan yang memadai, para
remaja tidak akan mampu memenuhi tuntutan lingkungan pekerjaan modern, dan tanpa
bimbingan orang tua, masyarakat serta para pemimpin pemerintahan, para remaja mungkin tidak
siap untuk menilai hasil dari keputusan yang diambil mereka. Kendati demikian, di dunia
berkembang, dimana kemiskinan luas dan berkepanjangan, sejumlah keluarga mungkin terpaksa
menggagalkan pendidikan anak-anak kalau tenaga mereka dibutuhkan untuk membantu rumah
tangga.
Pemerintah bertujuan untuk menyediakan pendidikan dasar yang dapat diperoleh secara luas.
Oleh sebab itu, perempuan muda di hampir semua negara boleh dikatakan lebih mungkin
memperoleh pendidikan dasar daripada yang dulu didapatkan oleh ibu mereka, dan di dunia
berkembang perbedaanya bisa sangat besar. Misalnya, di Sudan, 46% remaja berumur 15-19
tahun sudah menempuh tujuh tahun atau lebih masa sekolah, dibandingkan dengan 5% dari para
wanita berumur 40-44 tahun. Begitupun, disparitas, terutama di segi sosio-ekonomi dan di
lingkungan kehidupan, masih bertahan. Di sebagian negara berkembang, kemungkinan
perempuan muda kota untuk memperoleh pendidikan dasar adalah 2-3 kali lipat dibanding
dengan perempuan-perempuan yang berada di pedalaman. Di sebagian besar negara, 70-100%
anak-anak mendaftar di sekolah dasar, tetapi lamanya waktu yang digunakan untuk belajar di
sekolah berbeda sekali. (Laporan Institut Alan Guttmatcher "Into A New World: Young
Women's Sexual and Reproductive Lives" http://www.agi-usa.org/pubs/new_
world_indo.html.2005).
Sejumlah rintangan masa remaja sifatnya sama bagi semua remaja, masa-masa remaja lebih sulit
bagi kaum wanita. Meskipun sebagian usia 10-19 baru mulai mengalami perubahan-perubahan
yang datang bersama masa pubertas, banyak mulai mengalami hubungan seksual atau
perkawanan. Dan setiap tahun, kira-kira 14 juta perempuan muda berumur 15-19 melahirkan.
Melahirkan anak pada usia remaja di dunia berkembang adalah soal biasa, di mana proporsi yang
telah melahirkan anak pertama sebelum umur 18 biasanya antara seperempat dan setengah
(Grafik 1). Sebaliknya, di dunia maju, dan di sebagian kecil negara berkembang, kurang dari satu
dalam 10 melahirkan anak pertama pada usia remaja.
Paling sedikit setengah perempuan muda di negara Afrika Sub-Sahara, mulai hidup bersama
pertama kali sebelum usia 18 tahun. Di Amerika Latin dan di Karibia, 20-40% dari wanita muda
memasuki hidup bersama, dan di Afrika Utara dan Timur Tengah, proporsinya 30% atau kurang.
Di Asia, kemungkinan perkawinan awal berbeda sekali, 73% perempuan di Bangladesh
memasuki kehidupan bersama sebelum usia 18, dibandingkan dengan 14% di Filipina dan Sri
Langka, dan hanya 5% di Cina. Para wanita di negara maju tidak mungkin kawin sebelum usia
18; walaupun di Perancis, Inggris dan Amerika Serikat sebanyak 10-11% melakukannya, tetapi
di Jerman dan di Polandia hanya 3-4% wanita semuda ini melakukannya.
Perkawinan awal kurang biasa sekarang dibandingkan dengan satu generasi yang lalu, walaupun
perbedaan yang luas terdapat di antara dan di dalam daerah-daerah. Misalnya, di Afrika Sub-
Sahara proporsi wanita yang telah kawin sebelum umur 18 hampir tidak berubah, di Ghana (39%
dari usia 40-44 tahun dibanding 38% usia 20-24 tahun) dan di Pantai Gading (49% dibanding
44%), tetapi di Kenya telah menurun dengan tajam (47% dibanding 28%) sebaliknya, penurunan
hebat terjadi di seluruh Asia sedangkan di Amerika Latin dan Karibia tingkat perkawinan awal
boleh dikatakan tetap stabil (Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat. U.S. Agency
for International Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Grafik Proporsi wanita yang melahirkan anak pertama mereka sebelum usia 18 tahun berkisar
dari 1% di Jepang sampai 53% di Niger.
Sumber data: Survei Demografi dan Kesehatan, Badan Pembangunan Internasional Amerika
Serikat (U.S. Agency for International Development http://www.agi-usa.org/pubs/new_
world_indo. html.2005)
Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) usia untuk hamil dan
melahirkan adalah 20 sampai 30 tahun, lebih atau kurang dari usia tersebut adalah berisiko.
Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh
kesiapan dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan mental/emosi/psikologis dan kesiapan
sosial/ekonomi. Secara umum, seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika telah
menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20
tahun. Sehingga usia 20 tahun bisa dijadikan pedoman kesiapan fisik (www.bkkbn.co.id.2001-
2005).
Perkawinan menandai sebuah transisi penting di dalam kehidupan individu, dan jadwal peristiwa
itu dapat mendatangkan dampak yang dramatis terhadap masa depan seorang pemuda. Sementara
di sebagian masyarakat pengalaman pertama seksual seorang perempuan kemungkinan dengan
suaminya, di masyarakat-masyarakat lainnya permulaan aktivitas seksual tidak begitu erat
hubungannya dengan perkawinan. Kebiasaan yang berbeda mengenai hubungan dan perilaku
seksual, dan cara sebuah masyarakat mengadaptasi perubahan kebiasaan tersebut, dapat
menimbulkan dampak yang dalam pada seorang pemuda, keluarganya dan masyarakatnya secara
menyeluruh.
Bagi seorang wanita, pernikahan awal dan, terutama, melahirkan anak, mempunyai pengaruh
yang dalam dan berkepanjangan terhadap kesejahteraan, pendidikan dan kemampuan
memberikan sumbangsih terhadap masyarakatnya. Begitupun, faktor-faktor kompleks, baik yang
berupa fisik, maupun kekeluargaan dan kebudayaan yang sering kurang dipahami, menentukan
siapa dan kapan seseorang akan menikah; siapa akan memulai aktivitas seksual pra-nikah, siapa
akan mulai melahirkan pada masa remaja; dan siapa akan melahirkan di luar nikah. Data yang
ada menunjukkan bahwa sementara kebutuhan dan pengalaman remaja berbeda di seluruh dunia
namun ada persamaan yang terdapat di berbagai lintas nasional dan regional (http://www.agi-
usa.org/pubs/new_ world_indo. html.2005)
Menurut survey tahun 1995 terdapat 21,5% wanita di Indonesia yang perkawinan pertamanya
dilakukan ketika berusia 17 tahun. Di daerah pedesaan dan perkotaan wanita melakukan
perkawinan di bawah umur tercatat masing-masing 24,4% dan 16,1%. Persentase terbesar kawin
muda terdapat di Propinsi Jawa Timur 90,3%, Jawa barat 39,6% dan Kalimantan Selatan 37,5%.
Dari uraian di atas, dapat dilihat bahwa pernikahan di Indonesia yang dilakukan pada usia remaja
lebih banyak terjadi di pedesaan. Pada pra survey yang telah penulis lakukan di Kecamatan .......
........ ................. didapat data jumlah pernikahan sebagai berikut:
Tabel 1.1 Jumlah Pernikahan Menurut Usia Di Kecamatan ....... ........ Tahun 2007 Sampai
Dengan Tahun 2009
No Tahun Usia Pernikahan Jumlah Pernikahan
<> 20 tahun
1 2007 40 (86,9%) 6 (13,1%) 46 orang
2 2008 46 (90,2%) 5 (9,8%) 51 orang
3 2009 33 (78,5%) 9 (21,4%) 42 orang
Sumber data: Catatan Sipil ....... ........ ................. Tahun 2005.

c 
  
Dari latar belakang di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah yang ada yaitu masih adanya
pernikahan dini di Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. yang bisa beresiko baik pada saat
hamil maupun pada saat proses persalinan.

c 
  
 

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka rumusan masalah pada karya
tulis ilmiah ini yaitu bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko pernikahan dini
(kawin muda) pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........
Kabupaten ................. tahun 2010

c 

 


Dalam penelitian ini, penulis membagi dua sub pertanyaan tentang gambaran pengetahuan
remaja putri terhadap resiko pernikahan dini, yaitu:
1.4.1 Resiko Pada Kehamilan
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan dini pada
kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2010?
1.4.2 Resiko Pada Proses Persalinan
Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko perkawinan dini pada
proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun 2010?

c 
 


1.5.1 Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko perkawinan dini
pada kehamilan dan proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten
................. tahun 2010.
1.5.2 Tujuan Khusus
1) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri terhadap resiko
perkawinan dini pada kehamilan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten .................
tahun 2010
2) Untuk dapat mengidentifikasikan tingkat pengetahuan remaja putri tentang resiko perkawinan
dini pada proses persalinan di Desa ............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ................. tahun
2010

c 
 


1.6.1 Bagi Remaja Putri


Untuk memberikan informasi tentang resiko pernikahan dini pada kehamilan dan proses
persalinan.
1.6.2 Bagi Masyarakat
Manfaat penelitian bagi masyarakat, yaitu untuk memberikan informasi tentang resiko
pernikahan dini terhadap kehamilan dan proses persalinan, untuk memberikan informasi tentang
usia pernikahan yang sesuai dengan Undang-undang yang telah ditetapkan pemerintah, serta
untuk memberi pengetahuan tentang usia hamil dan melahirkan yang baik/tidak beresiko.
1.6.3 Bagi Pihak Institusi Pendidikan
Sebagai bahan penelitian acuan untuk penelitian lebih lanjut mengenai pernikahan dini yang
dapat beresiko terhadap kehamilan dan proses persalinan.
1.6.4 Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam
penulisan KTI, serta sebagai masukan pengetahuan tentang pernikahan dini.
1.6.5 Bagi Peneliti Lainnya
Dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitian-penelitian di tempat lain.

c 
 
 


Penelitian ini bersifat deskriptif, subjek penelitiannya yaitu remaja putri. Sedangkan objek
penelitiannya adalah resiko pernikahan dini pada kehamilan dan proses persalinan di Desa
............ Kecamatan ....... ........ Kabupaten ..................
Adapun waktu dan tempat penelitian ini dilaksanakan di Desa ............ Kecamatan ....... ........
Kabupaten ................. pada bulan April s.d Mei tahun 2010.


You might also like