Professional Documents
Culture Documents
SKRIPSI
Oleh :
NIM : 6450401038
2005
i
SARI
Sri Wahyuni
DAYA BUNUH EKSTRAK SERAI (Andropogen nardus) TERHADAP
NYAMUK Aedes aegypti
xii + 48 hal+ 2 tabel + 8 gambar + 10 Lampiran
Kata Kunci: Nyamuk Aedes aegypti, daya bunuh ekstrak serai 24 jam.
ii
PENGESAHAN
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekretaris,
Dewan Penguji,
iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN
MOTO
2. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (Q. S Alam Nasyroh: 6).
3. Sedikit yang Mencukupi Itu Lebih Banyak daripada Banyak Malah Bikin
PERSEMBAHAN
2. Bapak, Mbak Titik, Mbak Tri, Mas Haryanto dan Mas Haryono, yang banyak
memberi dorongan baik moral maupun material hingga skripsi ini selesai.
3. Pak Eram, yang banyak memberi motivasi, solusi, arahan dan bimbingan yang
4. Saudara-saudaraku di kost (Kus, Rini, Yayuk, Novita, Ucik dan Dhian) yang
5. Keponakanku: Nela, Novia, Beni, Nindia, Dinda, dan Ganis yang banyak
6. Wahyu, yang telah membantu dalam penyediaan printer sehingga skripsi ini
dapat selesai.
iv
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim
Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Shalawat
dan salam dihaturkan kepada Nabi Muhammad SAW dan keluarga serta seluruh
sahabatnya. Berkat rahmat dan karunia-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak
yang telah banyak membantu baik moril maupun materiil sehingga skripsi dengan
judul “Daya Bunuh Ekstrak Serai (Andropogen nardus) Terhadap Nyamuk Aedes
aegyti dapat selesai. Oleh karena itu dengan kerendahan hati disampaikan terima
kasih kepada:
3. Pembimbing I, Drs. Said Junaidi, M. Kes, atas arahan dan bimbingan dalam
4. Pembimbing II, dr. Yuni Wijayanti, atas arahan dan bimbingan dalam
v
6. Peneliti di BPVRP, Drs. Hasan Boesri, M. S, atas bimbingan dan arahan mulai
Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat pahala yang berlipat ganda
dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna
kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ........................................................................................................ i
SARI ............................................................................................................ ii
PENGESAHAN .......................................................................................... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN................................................................. iv
KATA PENGANTAR................................................................................. v
DAFTAR ISI ............................................................................................... vii
DAFTAR TABEL ....................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1
1.2 Permasalahan ........................................................................................ 3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................... 3
1.3.1 Tujuan Umum..................................................................................... 3
1.3.2 Tujuan Khusus.................................................................................... 4
1.4 Penegasan Istilah ................................................................................... 4
1.5 Manfaat Penelitian................................................................................. 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian...................................................................... 5
vii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Populasi Penelitian ................................................................................ 30
3.2 Sampel Penelitian .................................................................................. 30
3.3 Variabel Penelitian ................................................................................ 31
3.4 Rancangan Penelitian ............................................................................ 31
3.5 Replikasi Eksperimen ............................................................................ 32
3.6 Prosedur Penelitian................................................................................ 33
3.7 Pengumpulan dan Analisis Data ............................................................ 37
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruang Penelitian...................... 40
2. Hasil Perhitungan Kematian Nyamuk Ae. aegypti .................................... 41
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
xi
BAB I
PENDAHULUAN
kemampuan hidup sehat bagi semua penduduk Indonesia. Salah satunya adalah
dan upaya lain yang diperlukan. Upaya menghilangkan perantara penyakit dapat
terjadinya Kejadian Luar Biasa (KLB) suatu penyakit, termasuk Demam Berdarah
meluas. Data terakhir tahun 2004 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 9049
penderita dengan 163 kematian (Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah, 2004).
Pada tahun 2005, DBD di DKI Jakarta telah dinyatakan sebagai KLB. Menurut
Departemen Kesehatan, selain DKI dan Jawa Barat (Majalengka dan Subang),
daerah lain yang sudah dinyatakan KLB adalah Manado (Sulawesi Utara),
Kupang (Nusa Tenggara Timur), dan Kalimantan Timur. Di Medan, dalam pekan
pertama Februari 2005 dua orang meninggal akibat DBD, sementara 29 penderita
xii
pernah dan masih dirawat di rumah sakit. Jumlah kasus DBD di Jawa Barat 863
penderita dan korban tewas 32 orang. Di Jakarta, 7 Februari 2005 tercatat 163
sintetis ini bekerjanya lebih efektif dan hasilnya dapat dilihat dengan cepat
manusia dan hewan ternak, polusi lingkungan, dan serangga menjadi resisten.
membunuh serangga namun cepat dan mudah terurai serta sekecil mungkin atau
insektisida yang dihasilkan oleh tanaman beracun terhadap serangga tetapi tidak
mempunyai efek samping terhadap lingkungan dan tidak berbahaya bagi manusia.
atsiri serai terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol
xiii
methil heptenol dan dipentena. Kandungan sitronela yaitu sebesar 35%. Senyawa
menerus. Serangga yang terkena racun ini akan mati karena kekurangan cairan.
mengetahui daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti dengan
berbagai macam konsentrasi. Pemilihan nyamuk Ae. aegypti pada stadium dewasa
didasarkan pada mudah dalam membiakkannya dan kesukaannya hidup pada air
yang bersih sehingga ketahanan tubuhnya tidak sekuat nyamuk yang lain sehingga
1.2 Permasalahan
Ae. aegypti.
xiv
1.3.2 Tujuan Khusus
Ae. aegypti.
1) Daya Bunuh
2) Ekstrak serai
Adalah suatu konsentrasi dari serai yang digunakan untuk membunuh nyamuk Ae. aegypti. Dalam ekstrak ini tidak
bisa dibedakan komponen zat aktifnya karena ekstrak masih bersifat kasar.
Satuan : mg/liter atau % Skala : ratio
3) Nyamuk
Adalah nyamuk jenis Ae. aegypti umur 2-5 hari setelah penetasan.
xv
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini dibatasi pada ekstrak serai dengan
konsentrasi 60%, 70%, 80%, 90% dan 100%. Parameter dalam penelitian ini
adalah nyamuk Ae.aegypti. Penelitian ini bersifat kasar karena tidak dibedakan zat
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS
xvi
2. 1 Landasan Teori
pada cairan mengandung gula seperti pada bunga. Ae. aegypti biasanya
menggigit pada siang hari saja. Malam harinya lebih suka bersembunyi di
Nyamuk ini memang tidak suka air kotor seperti air got atau lumpur
2. 1.1.1 Klasifikasi
xvii
Nematocera, Superfamili : Culicoidea, Famili : Culicidae, Sub-famili : Culicinae,
Genus : Aedes, Spesies: Aedes Aegypti (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000: 217).
2. 1.1.2 Morfologi
1) Telur
Telur berwarna hitam dan setiap kali bertelur, nyamuk betina dapat
mengeluarkan sekitar seratus butir telur dengan ukuran sekitar 0,7 milimeter
perbutir. Berbentuk oval yang menempel pada dinding tempat penampungan air.
Pada umunya telur akan menetas menjadi jentik dalam waktu kurang lebih 2 hari
Gambar 1
Telur Ae. aegypti
Sumber: Division of Vector-Borne Infectious Disease CDC (2001)
2) Larva
xviii
Stadium larva biasanya berlangsung 6-8 hari. Larva nyamuk Ae. aegypti
mempunyai ciri-ciri antara lain adanya corong udara pada segmen terakhir, pada
(palmatus hairs), pada corong udara terdapat pectan, sepasang rambut serta
jumbai akan dijumpai pada corong (siphon), setiap sisi abdomen segmen
kedelapan ada comb scale sebanyak 8-21 atau berjejer 1 sampai 3, bentuk individu
dari comb scale seperti duri, sisi thorax terdapat duri yang panjang dengan bentuk
kurva dan adanya sepasang rambut di kepala (Ditjen PPM dan PL, 2002: 23).
Gambar 2
Larva Ae. aegypti
Sumber: NSW Health (2001)
Ada 4 tingkatan (instar) larva Ae.aegypti, masing-masing tingkatan mempunyai ciri-ciri dan ketahanan yang berbeda.
Tingkatan larva tersebut adalah:
(1) Larva instar I berukuran paling kecil, yaitu 1-2 mm atau 1-2 hari setelah telur menetas, duri-duri (spinae) pada dada
(2) Larva instar II berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2-3 hari setelah telur menetas, duri-duri belum jelas, corong kepala mulai
menghitam.
(3) Larva instar III berukuran 4-5 mm atau 3-4 hari setelah telur menetas, duri-duri dada mulai jelas dan corong
(4) Larva instar IV berukuran paling besar yaitu 5-6 mm atau 4-6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala gelap.
xix
3) Pupa (kepompong)
stadium tidak makan dan bila terganggu, pupa akan bergerak naik turun di dalam
wadah air. Pupa akan menjadi nyamuk dewasa dalam waktu lebih kurang dua hari
(Handiman, 2004).
Gambar 3
Pupa Ae. aegypti
Sumber: NSW Health (2001)
4) Nyamuk dewasa
xx
Gambar 4
Nyamuk Ae. aegypti
Sumber: Munstermann (1995)
nyamuk lain. Nyamuk ini mempunyai warna dasar yang hitam dengan bintik-
bintik putih pada bagian badan, kaki dan sayap. Pertumbuhan dari telur menjadi
nyamuk dewasa mencapai 9-10 hari. Umur nyamuk betina dapat mencapai dua
sampai tiga bulan (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000: 235). Paha kaki belakang
bagian luar sebagian besar putih. Tarsale dengan hubungan putih lebar. Scutum
dengan sepasang garis lengkung di bagian luar dan dua garis pendek di bagian
xxi
Gambar 5
betina meletakkan telur di atas permukaan air dalam keadaan menempel pada
sebanyak 100 butir telur tiap kali bertelur. Setelah kira-kira 2 hari, telur menetas
menjadi pupa akhirnya menjadi dewasa. Pertumbuhan dari telur menjadi dewasa
2. 1.1.4 Perilaku
jantan menghisap cairan tanaman atau sari bunga untuk keperluan hidupnya.
Nyamuk Ae. aegypti betina menghisap darah manusia pada siang hari yang
dilakukan baik di dalam rumah ataupun di luar rumah. Nyamuk betina ini lebih
diperlukan untuk mematangkan telur agar jika dibuahi oleh sperma nyamuk
xxii
antara 3-4 hari. Jangka waktu tersebut disebut satu siklus gonotropik (gonotropic
Siklus Gonotropik
Hari 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Keterangan:
puncak aktivitas antara pukul 8.00 – 10.00 dan 15.00 – 17.00. Ae. aegypti
mempunyai kebiasaan menghisap darah berulang kali (multiple bites) dalam satu
ini sangat efektif sebagai penular penyakit. Setelah menghisap darah, nyamuk ini
betina dapat mengeluarkan telur sebanyak 100 butir. Telur itu di tempat yang
kering (tanpa air) dapat bertahan berbulan-bulan pada suhu –2o C sampai 42o C
xxiii
dan bila tempat tersebut tergenang air atau kelembabannya tinggi maka telur dapat
jambangan atau pot bunga, kaleng, botol, drum, ban mobil yang terdapat di halaman rumah atau di kebun yang berisi
air hujan.
2) Tempat perindukan alamiah, seperti : kelopak daun tanaman (keladi, pisang), tempurung kelapa, tonggak bambu, dan
lubang yang berisi air hujan. Di tempat perindukan Ae. aegypti seringkali ditemukan larva Ae. albopictus yang hidup
bersama-sama.
Populasi nyamuk Ae. aegypti akan semakin meningkat pada waktu musim
tidak terisi air, mulai terisi air. Telur-telur yang belum menetas dalam tempo
singkat akan menetas. Selain itu pada musim penghujan, semakin banyak tempat
penampungan alamiah yang terisi air hujan dan dapat digunakan sebagai tempat
berkembangbiak. Oleh karena itu pada musim penghujan populasi nyamuk Ae.
aegypti meningkat.
xxiv
2.1.2 Tinjauan Tentang Serai
2.1.2.1 Definisi
2.1.2.2 Klasifikasi
Marga : Andrpogon, Jenis : Andrpogon nardus L (Media Anak Muda Bali, 2004).
Gambar 6
Tanaman Serai
Sumber: Agus Kardinan (2003: 21)
xxv
2.1.2.3 Karakteristik
rumputan dengan tinggi tanaman sekitar 50-100 cm. Daun tunggal berjumbai;
panjang sekitar 1 m; lebar 1,5 cm, tetapi kasar dan tajam; tulang daun sejajar;
permukaan atas dan bawah berambut serta berwarna hijau. Batang tidak berkayu,
Habitus serai adalah rumput, tahunan, tinggi 50-100 cm. Batang tidak
pelepah memeluk batang, ujung runcing, tepi rata, panjang 25-75 cm, Iebar 5-15
mm, pertulangan sejajar, hijau. Bunga majemuk, bentuk malai, karangan bunga
berseludang, terletak dalam satu tangkai, bulir kecil, benang sari berlepasan,
kepala putik muncul dari sisi, putih. Buah bulat panjang, pipih, putih kekuningan.
Biji bulat panjang dan berwarna coklat. Akar serabut dan berwarna putih
2.1.2.4 Habitat
Serai wangi dapat tumbuh di tempat yang kurang subur, bahkan di tempat
yang tandus, karena serai mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungannya.
produktivitasnya mulai menurun setelah tanaman berumur lebih dari lima tahun
xxvi
2.1.2.5 Kandungan Kimia
Kandungan kimia tanaman serai lebih banyak terdapat pada batang dan
daun. Batang dan daun serai yang dihaluskan, lalu dicampur dengan pelarut akan
mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena (Budi Imansyah, 2003).
CHO
Gambar 7
Rumus Bangun Sitronela
Sumber: Hardjono Sastrohamidjojo (2002: 80)
banyak terdapat pada batang dan daun, yaitu senyawa sitral, sitronela, geraniol,
mirsena, nerol, farsenol methil heptenon, dan dipentena. Kandungan yang paling
besar adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan geraniol sebesar 35 - 40%. Serai
mengandung senyawa berbentuk padat dan berbau khas. Salah satu senyawa yang
(desiscant), menurut cara kerjanya racun ini seperti racun kontak yang dapat
1) Penanaman
xxvii
Tanaman serai dikembangbiakkan melalui akar pada permulaan musim hujan.
Rumpun tanaman serai yang sehat dibagi menjadi beberapa bagian. Dua
batang tanaman yang mengandung akar yang sehat ditanam dalam setiap
lubang dengan kedalaman 15 cm. Pada tanah yang subur jarak tanaman
dekat daripada 75 x 75 cm akan menurunkan hasil daun per satuan area lahan
2) Pemupukan
Jawa menggunakan pupuk dari abu bekas pembakaran daun serai yang dipakai
3) Panen
dilakukan dalam jarak 3 hingga 4 bulan. Panen dikerjakan pada pagi hari dan
tidak pada saat hujan. Pemotongan terlalu pendek akan menyebabkan minyak
yang dihasikan rendah yang berarti juga akan mengurangi hasil minyak secara
xxviii
2.1.2.7 Manfaat
Batang dan daun yang sering digunakan untuk bumbu masak, minyak
wangi, bahan pencampur jamu, dan juga dapat dibuat minyak atsiri. Ramuan serai
nyamuk sebagai vektor (pembawa) penyakit. Serai dibuat dalam bentuk ekstrak.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental atau cair dibuat dengan ”menyari” simplisia
nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar pengaruh cahaya matahari.
kemudian dicampur air sebagai pelarut. Pengadaan ekstrak serai dapat dilakukan
dengan cara daun dan batang serai sebanyak 1 kg, dicuci lalu ditiriskan sampai
dalam air sebanyak 250 ml dan direndam selama 1 malam. Rendaman tersebut
lalu disaring, hasilnya disimpan dalam botol dan diencerkan dengan aquadest.
konsentrasi senyawa kimia yang cukup rendah dan alamiah. Di samping tidak
mengeluarkan biaya yang cukup besar, bahan ini bisa dibuat dengan cara yang
sederhana dan banyaknya cairan ini dapat disesuaikan dengan kebutuhan yang
dalam serai dan mengalami proses kimia mempunyai banyak kegunaan, yaitu:
1) Sitronelal oleh pengaruh asam dapat diubah menjadi isopulegol dan bila
xxix
untuk obat-obatan, dapat ditambahkan pada pasta gigi, makanan, dan
minuman.
bau seperti bunga mawar dan digunakan sebagai komponen parfum dan
alkohol yang disebut alkil sitronelol yang berujud cairan yang memiliki bau
yang sangat harum dan digunakan secara luas dalam parfum dan kosmetika.
yang berwarna kekuningan memiliki bau yang harum mirip bunga leli dan
sitronela dalam menolak nyamuk sama dengan zat kimia repellent, tetapi hanya
Pada umumnya pengendalian nyamuk dapat dilakukan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap
stadium pra dewasa maupun dewasanya. Secara langsung apabila upaya pengendalian secara langsung mengenai
sasaran, misalnya penggunaan sapu lidi dan penyemprotan nyamuk secara individual. Sedangkan secara tidak
langsung secara fisik tidak langsung mengenai sasaran antara lain penyemprotan residual pada dinding rumah.
xxx
Pengendalian biologis dapat dilakukan dengan menyebarkan musuh alami
seperti parasit dan predator di daerah terjangkit atau daerah endemis. Hasilnya
tergantung pada iklim dan tidak akan daerah tersebut disemprot dengan
pengendalian vektor, seperti ikan nila merah (Oreochromis niloticus), nilai hitam
organisme bukan sasaran. Biosida ini dalam dosis 0,28 g/m2 efektif membunuh
berkisar antara 80% - 100% (Umi Widyastuti, dkk, 1997: 34). Bacillus
thuringiensis memproduksi toksin yang terdapat dalam bentuk kristal yang sangat
beracun dengan larutan alkalis yang terdapat dalam usus serangga terjadi
1996: 41). Pengamatan eksperimental, eksploratif dan studi literatur tentang efek
metode ekologi dalam melakukan perubahan kualitas air habitat nyamuk dengan
suatu gagasan pengolahan air limbah rumah tangga, telah dilakukan oleh I Gede
Seregeg (2001: 25) bahwa ada kecenderungan menurunnya kepadatan Ae. aegypti
xxxi
akibat efek bioremediasi beberapa jenis tumbuhan berintegrasi dengan efek
mikroflora atau cendawan. Penelitian telah dilakukan dengan melakukan uji coba
nyamuk Aedes aegypti pada hari ketiga, sedangkan Beauveria bassiana hari
keempat baru mematikan 100% (Nunik Siti Aminah, dkk, 1996: 27-28).
Menurut Barodji (2003: 12 dan 29), cara mekanis untuk mengurangi atau
pemasangan kawat kasa (kawat nyamuk) pada semua lubang yang ada di rumah,
seperi lubang angin, jendela, pintu dan lainnya. Cara ini sangat baik dan bersifat
1) Menguras air dan menyikat dinding tempat penampungan air seminggu sekali.
merupakan hal yang penting, karena telur nyamuk Aedes dapat bertahan hidup
xxxii
2) Mengubur barang-barang bekas yang bisa menampung air waktu hujan,
seperti kaleng, ban-ban bekas dan lain-lain atau mengusahakan waktu hujan
nyamuk penular.
kemarau.
panjang serta kaos kaki; obat nyamuk bakar, elektrik, dan semprot; tempat
xxxiii
5) Pencegahan penyebaran, misalnya: mengurangi sumber, manipulasi
dengan maksud untuk mencegah atau mengurangi vektor penyakit manusia dan
Ae. aegypti dan Ae. albopictus dan mengurangi kontak vektor dengan manusia.
pendauran ulang kontainer dan tempat kediaman larva alami yang menghasilkan
nyamuk Ae. aegypti di masyarakat. Pada tahun 1980, WHO Expert Committee on
Vector Biology and Control membagi tiga jenis manajemen lingkungan, yaitu:
perkembangbiakan vektor.
xxxiv
menggigit. Disamping itu masih banyak senyawa kimia yang dapat digunakan
(Insect Growth Regulator atau Insect Growt Inhibitor) dan memandulkan nyamuk
nabati mudah terurai oleh sinar matahari sehingga tidak berbahaya, tidak merusak
lingkungan dan tidak berpengaruh pada hewan non target. Penggunaan insektisida
tanaman yang mengandung senyawa alkaloid, nikotin, anabasin dan lupinin dapat
membunuh larva Cx. Quinquefasciatus dan tanaman yang tergolong dalam famili
menemukan ekstrak bawang putih (Alium sativum) dapat membunuh larva Culex
Ajibau (1999: 43), telah melakukan uji efikasi daun tumbuhan paitan
(Tithonia diversifolia Grey) terhadap larva Ae. aegypti dan hasil penelitian
xxxv
menunjukkan bahwa konsentrasi yang efektif membunuh sebesar 90% berada
pada dosis minimal 0,24%, sedangkan umur residu efektif setelah diamati 24 jam
Roxb) dalam membunuh larva nyamuk. Hasil ujicoba 24 jam setelah perlakuan
menunjukkan bahwa kematian 50% ada pada konsentrasi 2198,4655 ppm. Sedang
kematian larva 48 jam setelah perlakuan menunjukkan kematian 50% ada pada
efektif adalah ekstrak daunnya kemudian diikuti ekstrak akar dan umbinya .
minyak tanah dan minyak pelumas yang mempunyai daya insektisida. Caranya
minyak dituang diatas permukaan air sehingga terjadi suatu lapisan tipis yang
suatu lapisan tipis yang dapat menghambat pernafasan larva nyamuk (Eram
xxxvi
3) Senyawa Kimia Sintetik
Insektisida organik sintetik pertama yang digunakan adalah senyawa dinitro dan thiosianat. Penggunaan insektisida
secara besar-besaran dimulai sejak ditemukan DDT. Penyemprotan DDT secara rutin menimbulkan populasi nyamuk
yang resisten terhadap DDT. Maka dengan demikian banyak dilakukan uji efikasi jenis insektisida untuk
menggantikan DDT tersebut. Uji efikasi insektisida Malathion (produk Denmark) dengan aplikasi thermal fogging
telah dilakukan oleh Hasan Boesri, dkk (2004: 23), bahwa insektisida ini dalam dosis 500ml/ha (larutan murni) efektif
membunuh nyamuk Ae. aegypti di dalam dan di luar rumah (100% kematian). Uji efikasi insektisida Fendona 30 EC
dengan aplikasi Ultra Low Volume (ULV) juga telah dilakukan oleh Hasan Boesri, dkk (2004: 28), bahwa insektisida
Fendona 30 EC dosis 150 ml/ha (dilarutkan dalam air) dan dosis 150 ml/ha dan 250 ml/ha (dilarutkan dalam solar)
pada penyemprotam ULV efektif membunuh nyamuk Ae. aegypti (100% kematian).
efektivitas residu insektisida Bendiocarb dosis 0,4 g/m2 selama 6 bulan baik
Fenitrothion dosis 1 g/m2 selama 5 bulan baik terhadap An. Maculates dan 1 bulan
kelambu nylon selama 3 bulan baik terhadap An. sinensis maupun An. Maculates
efektifitas kelambu nylon yang dicelup insektisida Permanet dosis 0,125 g b.a/m2
untuk membunuh nyamuk lebih dari 70% selama 14 minggu (3 bulan) dan dosis
0,25; 0,50 dan 0,75 g b.a/ m2 selama 16 minggu (3,5 bulan). Menurut kriteria
WHO dosis minimum yang dianjurkan untuk diuji lebih lanjut pada skala yang
lebih besar adalah dosis 0,125 g b.a/ m2. Tidak ada efek samping yang dilaporkan
dengan populasi baru yang tidak merugikan yaitu dengan cara mengubah
xxxvii
kemampuan reproduksi dengan jalan memandulkan serangga jantan. Pemandulan
ini dapat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia seperti preparat TEPA atau
dengan radiasi Cobalt 60, antimiotik, antimetabolit dan bazarone (ekstrak dari
tanaman Aeorus calamus), kemudian serangga yang telah mandul ini diperbanyak
lalu dilepaskan di alam bebas. Zat kimia atau radiasi itu merusak DNA di dalam
kromosom sperma tanpa mengganggu proses pematangan, ini disebut steril male
technic release. Cara lain yaitu dengan radiasi yang dapat mengubah letak
strain nyamuk dapat menyebabkan sitoplasma telur tidak dapat ditembus oleh
jantan yang steril disebut hybrid sterility (Srisasi Gandahusada, dkk, 2000: 247).
daerah ke daerah lain atau dari luar negeri ke Indonesia, diadakan peraturan
xxxviii
INPUT PROSES OUT PUT
VARIABEL PERLAKUAN VARIABEL TERIKAT
Jumlah
BEBAS kematian
Ekstrak serai
nyamuk Aedes
Konsentrasi terhadap nyamuk aegypti
VARIABEL PENGGANGGU
Dari kerangka konsep diatas dapat diketahui bahwa dalam penelitian ini banyak variabel pengganggu, maka
dilakukan strategi penelitian sebagai berikut:
dilakukan di dalam glass chamber dengan demikian akan diperoleh suhu yang
lap basah yang ditempatkan di atas tempat holding dan pengukuran suhu
perlakuan.
xxxix
3) Lamanya waktu kontak dengan ekstrak serai adalah waktu antara masuknya
nyamuk Ae. aegypti yang mati akibat pengaruh ekstrak tersebut. Hal ini
apabila waktu kontaknya tidak sama maka akan mempengaruhi hasil, untuk
glass chamber standar. Dalam penelitian ini nyamuk yang digunakan 25 ekor
untuk tiap perlakuan (Damar Tri Boewono, 2003: 5). Hal ini berhubungan
dengan kompetisi antar nyamuk dan memberikan ruang gerak yang baik
5) Umur nyamuk merupakan faktor yang sangat berpengaruh daya racun dari
ekstrak untuk dapat membunuh nyamuk. Oleh karena itu nyamuk yang dipakai
adalah nyamuk betina kenyang darah marmut umur 2-5 hari setelah penetasan
2.1.5 Hipotesis
xl
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah sejumlah nyamuk Ae. aegypti yang
Sampel dalam penelitian ini adalah sejumlah nyamuk Ae. aegypti berumur
2-5 hari yang diambil secara random dari populasi nyamuk Ae. aegypti di
untuk satu perlakuan adalah 25 ekor (Damar Tri Boewono, 2003: 5). Pada
kali ulangan.
Sampel yang digunakan homogen, maka dari itu sampel nyamuk Ae.
tempat penetasannya setelah stadium larva berakhir dan menginjak tahap dewasa
xli
3.3 Variabel Penelitian
dan kelembaban.
akibat antara variabel bebas dengan variabel terikat. Adapun jenis penelitian yang
Rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control group
design yaitu suatu rancangan percobaan yang terdiri dari 2 kelompok yaitu
xlii
dilakukan pengujian pada kedua kelompok tersebut (Ahmad Watik Pratiknyo,
X 0-1
( - ) 0-2
Keterangan :
0-1 = adalah observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati setelah
0-2 = adalah observasi terhadap jumlah nyamuk Ae. aegypti yang mati setelah
xliii
3.6 Prosedur Penelitian
Nyamuk Ae.s aegypti yang digunakan dalam penelitian ini adalah nyamuk
Ae. aegypti umur 2-5 hari, diperoleh dari Insektarium II (Laboratorium Aedes)
BPVRP Salatiga dalam bentuk jadi dan diambil secara acak kemudian
dimasukkan dalam paper cup. Pada tiap paper cup berisi 25 ekor nyamuk.
b. Daun dan batang serai 1 kg, sebagai bahan utama pembuatan ekstrak.
xliv
d. Aquadest, untuk mengencerkan ekstrak serai.
f. Glass chamber (70 x 70 x 70 cm), untuk tempat nyamuk yang telah dilepas
c. Daun dan batang serai yang telah kering diekstraksi dengan alat soxhlet.
diuapkan dengan rotary evaporator dan diperoleh ekstrak cair pekat 450 ml.
xlv
3.6.2.2 Peneraan Kadar Semprotan
d. Butir b dan c diulang 3 kali, selanjutnya selisih berat setiap ulangan dirata-
rata.
a. Glass Chamber dibersihkan dengan lap dan detergen kemudian dilap dengan
b. Ae. aegypti dilepas ke glass chamber kemudian ditunggu 1 menit dan catat
c. Membuat ekstrak serai menjadi beberapa konsentrasi yaitu 100%, 90%, 80%,
serai, jadi cukup menuangkan ekstrak serai ke dalam gelas ukur sampai
2. Konsentrasi 90%, 80%, 70% dan 60% dibuat dengan menurunkan dari
100% menjadi 90%, dari 90% menjadi 80%, dari 80% menjadi 70% dan
dari 70% menjadi 60%. Hal ini untuk menghemat ekstrak serai yang
xlvi
Perhitungan menggunakan rumus:
V1 X MI = V2 X M2
Perhitungan:
• 100% 90%
V1 X 100 = 100 X 90
V1 X 90 = 100 X 80
• 80% 70%
V1 X 80 = 100 X 70
• 70% 60%
V1 X 70 = 100 X 60
pingsan.
f. Hitung jumlah nyamuk yang mati setelah 24 jam dan hasil dimasukkan tabel.
xlvii
g. Jika kematian nyamuk Ae. aegypti kontrol kurang dari 5% diabaikan. Lebih
dari 20% diuji ulang dan jika 5-20% maka menghitung % kematian Ae.
sebagai berikut:
Data-data yang dikumpulkan berupa data primer yaitu diperoleh dari hasil
Secara deskriptif, data disajikan dalam bentuk tabel, persentase dan grafik,
nyamuk Ae. aegypti dengan berbagai perlakuan ekstrak serai. Uji ini
xlviii
menggunakan program komputer. Pengambilan keputusan berdasarkan
probabilitas, jika probabilitas >0,05 (atau 0,01) maka HO diterima dan jika
probabilitas <0,05 (atau 0,01) maka HO ditolak (Singgih Santoso, 2004: 152).
nyamuk Ae. aegypti pada berbagai konsentrasi ekstrak serai. Uji ini menggunakan
dengan F tabel adalah jika Statistik Hitung (angka F output) > Statistik Tabel
(tabel F) maka HO ditolak dan jika Statistik Hitung (angka F output) < Statistik
>0,05 (atau 0,01) maka HO diterima dan jika probabilitas <0,05 (atau 0,01) maka
konsentrasi yang berbeda. Uji ini menggunakan program komputer, jika nilai
d. Uji Probit
Uji probit untuk mengtahui LC50 dari ekstrak serai terhadap nyamuk Ae.
aegypti. Uji ini menggunakan program komputer sehingga didapatkan range untuk
uji selanjutnya.
xlix
BAB IV
Ae.aegypti ini, sampel nyamuk yang digunakan untuk tiap perlakuan adalah 25
ekor. Penelitian ini menggunakan 5 konsentrasi yaitu 60%, 70%, 80%, 90%,
kuantitatif.
program komputer dan didapatkan bahwa nilai tertinggi nyamuk Ae.aegypti yang
mati dengan perlakuan ekstrak serai adalah 7, sedangkan nilai yang terendah
adalah 0. Selain itu dapat diketahui pula rata-rata total nyamuk yang mati sebesar
kelembaban ruang penelitian serta perhitungan nyamuk Ae. aegypti yang mati 24
l
Ulangan II = 220,87 gram
= 0,388 gram
3) Jumlah semprotan ekstrak serai yang diperlukan = 0,70 gram* : 0,388 gram
= 2 kali semprotan
Tabel 1
Hasil Pengukuran Suhu dan Kelembaban Ruang Penelitian
1 2 3
li
Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa rata-rata suhu ruangan
adalah 75%.
Tabel 2
Hasil Perhitungan Kematian Nyamuk Ae. aegypti
No. Konsentrasi Jumlah Rata-rata Prosentase
(%) Nyamuk Uji Kematian Kematian Nyamuk
Nyamuk
1 2 3 4 5
2. 90 25 3,4 13,6
3. 80 25 2,4 9,6
4. 70 25 1,8 7,2
5. 60 25 0,8 3,2
Sumber : Data Primer, 2005
membunuh nyamuk Ae. aegypti sebanyak 3,2% dalam waktu 24 jam setelah
jam setelah perlakuan dapat membunuh 17,6% dari populasi nyamuk. Hal ini
konsentrasi ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti disajikan pada grafik
berikut:
lii
5
1
Mean of MATI
0
60 70 80 90 100
KONSENTR
Gambar 8
Grafik Rata-Rata Kematian Nyamuk Ae. aegypti
diikuti pula kenaikan rata-rata kematian nyamuk. Hal ini menunjukkan hubungan
yang linier yang berarti semakin besar konsentrasi ekstrak serai maka semakin
tinggi pula kematian nyamuk Ae. aegypti. Rata-rata kematian nyamuk pada
konsentrasi 90% adalah 13,6%, dimana dapat mencapai 10% dari polulasi
nyamuk.
Hasil uji korelasi Pearson untuk kematian nyamuk Ae. Aegypti 24 jam
liii
kurang dari 0,05 maka dua variabel secara nyata berkorelasi, sehingga dengan
demikian ada hubungan yang kuat yaitu semakin meningkat konsentrasi maka
b. Uji Anova
Hasil uji anova untuk kematian nyamuk Ae. Aegypti 24 jam setelah
4, df dalam kelompok 20 dan probabilitas adalah 0,004 kurang dari 0,05. Hal ini
menunujukkan perbedaan konsentrasi ekstrak serai 100%, 90%, 80%, 70% dan
c. Uji LSD
Hasil uji LSD untuk kematian nyamuk Ae. Aegypti 24 jam setelah
signifikansi kurang dari 0,05 adalah konsentrasi 60% dengan 90%, 60% dengan
100%, 70% dengan 100%, dan 80% dengan 100%. Hal ini menujukkan pasangan-
d. Uji Probit
Hasil uji probit untuk kematian nyamuk Ae. Aegypti 24 jam setelah
perlakuan menunjukkan bahwa kematian 50% (LC50) ada pada konsentrasi 185,34
%. Hal ini menunjukkan bahwa LC50 tidak dapat tercapai karena konsentrasi
liv
4.3 Pembahasan
terhadap nyamuk Ae. aegypti ini pemilihan umur nyamuk merupakan hal penting
karena nyamuk tersebut menjadi obyek dalam penelitian ini. Jika salah memilih
umur akan dapat mengakibatkan tingkat kematian nyamuk yang terlalu cepat
sehingga akan didapatkan hasil angka yang kurang mewakili. Pada penelitian ini
dipilih umur nyamuk 2-5 hari karena pada umur tersebut ketahanan tubuh nyamuk
masih kuat dan sudah produktif. Hal ini sesuai dengan Pedoman Uji Hayati
Insektisida Runah Tangga, bahwa umur nyamuk yang digunakan untuk uji
insektisida rumah tangga adalah 2-5 hari (Damar Triboewono, 2003:6). Pemberian
Pada penelitian ini, rata-rata suhu ruangan Uji Insektisida Rumah Tangga
selama penelitian adalah 27o C. Hal ini sesuai dengan kriteria WHO (1975: 81),
bahwa rata-rata suhu optimum yang baik bagi spesies nyamuk agar hidup normal
adalah 25 – 27o C. Siklus gonotropik nyamuk akan berhenti total pada suhu
dibawah 10o C atau diatas 40o C, karena ditemukan nyamuk yang mati pada suhu-
suhu tersebut. Angka-angka ini (toleransi angka ini) tergantung dari jenis
ambang batas, nyamuk tidak akan bertahan hidup atau mati. Lamanya siklus
lv
gonotropik, termasuk proses metabolismenya tergantung dari temperatur.
Menurut Ditjen PPM dan PLP (2002), nyamuk dapat bertahan hidup pada suhu
rendah (10o C), tetapi proses metabolismenya menurun atau bahkan berhenti bila
suhu sampai dibawah suhu kritis (4,5o C). Pada suhu yang lebih tinggi dari 35o C
adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang biasanya dinyatakan
dalam %. Pada kelembaban kurang dari 60%, umur nyamuk akan menjadi pendek
karena tidak cukup untuk siklus pertumbuhan parasit dalam tubuh (Ditjen PPM
dan PLM, 2001). Rata-rata kelembaban Ruangan Uji Insektisida Rumah Tangga
selama penelitian adalah 75%. Hal ini sudah sesuai kriteria bahwa kelembaban
yang baik untuk kehidupan nyamuk adalah 70-90% dan ini meghindarkan
kematian nyamuk karena kelembaban yang tidak sesuai. Jarak penyemprotan pada
saat perlakuan disamakan dan membentuk sudut 45o serta tidak secara langsung
mengenai tubuh nyamuk, sehingga nyamuk mati bukan karena terpapar langsung
dari ekstrak serai karena nyamuk sudah bisa mati bila terpapar langsung dengan
air saja.
bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae. aegypti karena untuk uji daya bunuh
suatu insektisda yang digunakan adalah LC50, sedangkan untuk uji efikasi atau
kemanjuran insektisida yang digunakan adalah LC90 atau LC99. Hasil Pengujian
dianggap baik bila kematian nyamuk uji antara 98-100%, apabila kematian
lvi
nyamuk uji kurang dari nilaitersebut, insektisida yang di uji dinyatakan tidak baik
korelasi yang dilakukan pada taraf kepercayaan 0,01 memberikan hasil bahwa
semua angka probabilitas adalah 0,000 kurang dari 0,05 maka dua variabel secara
nyata berkorelasi, sehingga dengan demikian ada hubungan yang kuat yaitu
berbeda-beda dari ekstrak serai memberikan tingkat kematian nyamuk Ae. aegypti
perlakuan dari berbagai konsentrasi tidak dapat membunuh 50% dari popuasi,
maka pengujian tidak dapat dilanjutkan, karena dari hasil pengujian sudah dapat
diketahui bahwa ekstrak serai mempunyai daya bunuh yang rendah. Hasil
penelitian ini, bila diuji dengan analisis probit program komputer maka yang
dapat diperoleh adalah LC10 (konsentrasi ekstrak serai yang dapat membunuh
10% dari populasi nyamuk) tepat pada konsentrasi 80,50% dalam rentang
Pada penelitian ini ada beberapa hal yang diduga menjadi penyebab tidak
dapat mencapai LC50. Hal tersebut ditinjau dari proses penelitian adalah sebagai
berikut:
a. Bahan kasar yang digunakan dalam pembuatan ekstrak serai hanya 1 kg,
lvii
b. Hasil akhir ekstrak serai berupa cair dan pekat, sehingga dalam ekstrak
karena berkaitan dengan efek sitronela yang mempunyai sifat racun desiscant
Maka, dengan demikian hal-hal yang dapat menjadi bahan diskusi dan perlu diperhatikan untuk melakukan penelitian
yang sejenis adalah:
c. Metode pengujian disesuaikan dengan cara kerja bahan aktif yang ada pada zat
Penelitian ini sudah mencapai kematian nyamuk lebih dari 10% populasi dan sesuai dengan uji toksisitas akut
menurut Lu (1995: 88), bahwa untuk uji toksisitas perlu dipilih suatu dosis yang akan membunuh sekitar separuh
jumlah hewan-hewan percobaan, dosis lain yang akan membunuh lebih dari separuh (kalau bisa kurang dari 90%),
dan dosis ketiga yang akan membunuh kurang dari separuh (kalau bisa lebih dari 10%). Hasil penelitian ini sudah bisa
mencapai kematian nyamuk lebih dari 10% yaitu 13,6% pada konsentrasi 90%. Setelah melihat hasil penelitian ini,
bahwa ekstrak serai mempunyai daya bunuh yang rendah terhadap nyamuk Ae. aegypti, maka ekstrak serai tidak
efektif membunuh nyamuk Ae. aegypti.
BAB V
5.1 Simpulan
lviii
3) Daya bunuh ekstrak serai terhadap nyamuk Ae.aegypti adalah rendah dan LC50
5.2 Saran
4) Perlu adanya penelitian daya bunuh ekstrak serai terhadap larva Ae. aegypti.
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
12)
13)
14)
15)
16)
17)
18)
19)
20)
21)
22)
23) Gambar 3. Pengentalan Ekstrak Serai dengan Rotary Evaporator
24)
25)
26)
27)
28)
29)
30)
lix
31)
32)
33)
34)
35)
36)
37)
38)
39)
40)
41)
42)
43)
44)
45)
46) Gambar 4. Alat dan Bahan yang Digunakan dalam Penelitian
47)
48)
49)
50)
51)
52)
53)
54)
55)
56)
57)
58)
59)
60)
61)
62)
63)
64)
65)
66)
67)
68)
69) Gambar 5. Peracikan Konsentrasi
70)
71)
72)
73)
74)
75)
76)
lx
77)
78)
79)
80)
81)
82)
83)
84)
85)
86)
87)
88)
89)
90)
91)
92) Gambar 6. Penyemprotan Nyamuk dalam Glass Chamber
93)
94)
95)
96)
97)
98)
99)
100)
101)
102)
103)
104)
105)
106)
107)
108)
109)
110)
111)
112)
113)
114)
115)
116) Gambar 7. Pengambilan Nyamuk dengan Aspirator
117)
118)
119)
120)
121)
122)
lxi
123)
124)
125)
126)
127)
128)
129)
130)
131)
132)
133)
134)
135)
136)
137) Gambar 8. Nyamuk Diholding dalam Paper Cup
138)
Lampiran 6
Hasil Uji Probit
CH12 = . 6963215 df = 3
Prob = .1259308
LC Level of Range
Confidence
1 = 40. 78185 . 95 18. 55261 < LC < 52. 55042
2 = 48. 69654 . 95 26. 82827 < LC < 59. 23979
3 = 54. 49776 . 95 33. 85590 < LC < 64. 00916
4 = 59. 31345 . 95 40. 27449 < LC < 67. 94584
5 = 63.54309 . 95 46. 30679 < LC < 71. 44415
lxii
10 = 80. 497755 . 95 71. 67373 < LC < 88. 55950
20 = %107. 20060 . 95 95. 46018 < LC < 146. 40110
30 = %131. 79670 . 95 110. 55690 < LC < 223. 32100
40 = %157. 21880 . 95 124. 64790 < LC < 322. 00950
50 = %185.34450 . 95 139. 18810 < LC < 453. 80470
60 = %218.50110 . 95 155. 30550 < LC < 640.03210
70 = %260.64770 . 95 174. 57130 < LC < 925. 66610
80 = % 320.45070 . 95 200. 11650 < LC < 1426. 57000
90 = %426.75120 . 95 241.74680 < LC < 2600. 05600
95 = %540.61610 . 95 282. 50730 < LC < 4268. 73900
96 = %579.16850 . 95 295.61540 < LC < 4931. 99600
97 = %630.34690 . 95 312. 56050 < LC < 5890. 22900
98 = %705.44050 . 95 336. 59030 < LC < 7458. 18000
99 = %842.34720 . 95 378. 25070 < LC < %10818.86000
Heterogeneity= 1
Lampiran 1
lxiii
70 3 25 2
70 4 25 1
70 5 25 2
3. 80 1 25 3 2,4 9,6
80 2 25 1
80 3 25 2
80 4 25 4
80 5 25 2
4. 90 1 25 5 3.4 13,6
90 2 25 2
90 3 25 2
90 4 25 5
90 5 25 3
5. 100 1 25 5 4,4 17,6
100 2 25 2
100 3 25 3
100 4 25 5
100 5 25 7
Lampiran 2
Frequencies
lxiv
Statistics
KONSENTR MATI
N Valid 25 25
Missing 0 0
Mean 80.00 2.56
Std. Error of Mean 2.89 .35
Median 80.00 2.00
Mode 60a 2
Std. Deviation 14.43 1.76
Variance 208.33 3.09
Range 40 7
Minimum 60 0
Maximum 100 7
Sum 2000 64
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown
Frequency Table
KONSENTR
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 60 5 20.0 20.0 20.0
70 5 20.0 20.0 40.0
80 5 20.0 20.0 60.0
90 5 20.0 20.0 80.0
100 5 20.0 20.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
MATI
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 0 2 8.0 8.0 8.0
1 5 20.0 20.0 28.0
2 8 32.0 32.0 60.0
3 4 16.0 16.0 76.0
4 1 4.0 4.0 80.0
5 4 16.0 16.0 96.0
7 1 4.0 4.0 100.0
Total 25 100.0 100.0
Lampiran 3
lxv
Correlations
KONSENTR MATI
KONSENTR Pearson Correlation 1.000 .723**
Sig. (2-tailed) . .000
N 25 25
MATI Pearson Correlation .723** 1.000
Sig. (2-tailed) .000 .
N 25 25
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
1
Mean of MATI
0
60 70 80 90 100
KONSENTR
lxvi
Lampiran 4
Descriptives
MATI
95% Confidence Interval for
Mean
N Mean Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
60 5 .80 .84 .37 -.24 1.84 0 2
70 5 1.80 .84 .37 .76 2.84 1 3
80 5 2.40 1.14 .51 .98 3.82 1 4
90 5 3.40 1.52 .68 1.52 5.28 2 5
100 5 4.40 1.95 .87 1.98 6.82 2 7
Total 25 2.56 1.76 .35 1.83 3.29 0 7
MATI
Levene
Statistic df1 df2 Sig.
2.077 4 20 .122
ANOVA
MATI
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Between Groups 38.960 4 9.740 5.534 .004
Within Groups 35.200 20 1.760
Total 74.160 24
lxvii
Lampiran 5
Post Hoc Test
Multiple Comparisons
Mean
Difference 95% Confidence Interval
(I) KONSENTR (J) KONSENTR (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
60 70 -1.00 .84 .247 -2.75 .75
80 -1.60 .84 .071 -3.35 .15
90 -2.60* .84 .006 -4.35 -.85
100 -3.60* .84 .000 -5.35 -1.85
70 60 1.00 .84 .247 -.75 2.75
80 -.60 .84 .483 -2.35 1.15
90 -1.60 .84 .071 -3.35 .15
100 -2.60* .84 .006 -4.35 -.85
80 60 1.60 .84 .071 -.15 3.35
70 .60 .84 .483 -1.15 2.35
90 -1.00 .84 .247 -2.75 .75
100 -2.00* .84 .027 -3.75 -.25
90 60 2.60* .84 .006 .85 4.35
70 1.60 .84 .071 -.15 3.35
80 1.00 .84 .247 -.75 2.75
100 -1.00 .84 .247 -2.75 .75
100 60 3.60* .84 .000 1.85 5.35
70 2.60* .84 .006 .85 4.35
80 2.00* .84 .027 .25 3.75
90 1.00 .84 .247 -.75 2.75
*. The mean difference is significant at the .05 level.
lxviii
Multiple Comparisons
Mean
Difference 99% Confidence Interval
(I) KONSENTR (J) KONSENTR (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
60 70 -1.00 .84 .247 -3.39 1.39
80 -1.60 .84 .071 -3.99 .79
90 -2.60* .84 .006 -4.99 -.21
100 -3.60* .84 .000 -5.99 -1.21
70 60 1.00 .84 .247 -1.39 3.39
80 -.60 .84 .483 -2.99 1.79
90 -1.60 .84 .071 -3.99 .79
100 -2.60* .84 .006 -4.99 -.21
80 60 1.60 .84 .071 -.79 3.99
70 .60 .84 .483 -1.79 2.99
90 -1.00 .84 .247 -3.39 1.39
100 -2.00 .84 .027 -4.39 .39
90 60 2.60* .84 .006 .21 4.99
70 1.60 .84 .071 -.79 3.99
80 1.00 .84 .247 -1.39 3.39
100 -1.00 .84 .247 -3.39 1.39
100 60 3.60* .84 .000 1.21 5.99
70 2.60* .84 .006 .21 4.99
80 2.00 .84 .027 -.39 4.39
90 1.00 .84 .247 -1.39 3.39
*. The mean difference is significant at the .01 level.
lxix
Lampiran 6
Hasil Uji Probit
LC Level of Range
Confidence
1 = 40. 78185 . 95 18. 55261 < LC < 52. 55042
2 = 48. 69654 . 95 26. 82827 < LC < 59. 23979
3 = 54. 49776 . 95 33. 85590 < LC < 64. 00916
4 = 59. 31345 . 95 40. 27449 < LC < 67. 94584
5 = 63.54309 . 95 46. 30679 < LC < 71. 44415
10 = 80. 497755 . 95 71. 67373 < LC < 88. 55950
20 = %107. 20060 . 95 95. 46018 < LC < 146. 40110
30 = %131. 79670 . 95 110. 55690 < LC < 223. 32100
40 = %157. 21880 . 95 124. 64790 < LC < 322. 00950
50 = %185.34450 . 95 139. 18810 < LC < 453. 80470
60 = %218.50110 . 95 155. 30550 < LC < 640.03210
70 = %260.64770 . 95 174. 57130 < LC < 925. 66610
80 = % 320.45070 . 95 200. 11650 < LC < 1426. 57000
90 = %426.75120 . 95 241.74680 < LC < 2600. 05600
95 = %540.61610 . 95 282. 50730 < LC < 4268. 73900
96 = %579.16850 . 95 295.61540 < LC < 4931. 99600
97 = %630.34690 . 95 312. 56050 < LC < 5890. 22900
98 = %705.44050 . 95 336. 59030 < LC < 7458. 18000
99 = %842.34720 . 95 378. 25070 < LC < %10818.86000
lxx
lxxi