You are on page 1of 16

MAKALAH

PENGANTAR TEKNIK SIPIL

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Kegiatan konstruksi merupakan unsur penting dalam pembangunan. Kegiatan


konstruksi tentunya mengandung pekerjaan konstruksi yang padat akan aktifitas dengan level
resiko yang cukup tinggi. Kegiatan konstruksi menimbulkan berbagai dampak yang tidak
diinginkan antara lain yang menyangkut aspek keselamatan kerja dan lingkungan. Efek dari
pekerjaan-pekerjaan tersebut apabila terjadi suatu kecelakaan, antara lain adalah rusaknya
peralatan yang digunakan, rusaknya lingkungan sekitar projek, serta hilangnya nyawa
pekerja. Memang banyak resiko yang akan dihasilkan dalam suatu proyek konstruksi atau
kegaiatan konstruksi yang berasal dari faktor internal maupun eksternal.

Suatu kegiatan konstruksi haruslah menjamin keamanan ataupaun keselamatan semua


unsur ataupun element yang terkandung di dalam kegiatan konstruksi itu sendiri. Karena hal
itu adalah faktor terpenting yang menunjang suksesnya suatu kegiatan konstruksi.

Oleh karena itu suatu kegiatan konstruksi haruslah dikelola dengan memperhatikan
standar minimal dan ketentuan K3 ( Keselamatan dan Kesehatan Kerja ) yang berlaku. K3
disini memang ditunjukan pada proyek konstruksi dimana K3 itu sendiri adalah semacam
suatu peraturan ataupun standar yang harus diiterapkan dalam suatu kegiatan konstruksi.

Keselamatan dan Kesehatan Kerja memang sangat diperlukan dalam dunia konstruksi,
karena hal itu dapat menciptakan suasana yang aman dalam melangsugkan kegiatan
konstruksi. K3 melindungi banyak aspek mulai dari pekerja konstruksi, keselamatan jiwa,
sampai peralatan-peralatan yang dipakai dalam kegiatan konstruksi itu sendiri.

Dalam kegiatan konstruksi kesalahan-kesalahan yang ditimbulkan bisa berasal dari


faktor teknis maupun dari faktor manusia itu sendiri. Dengan menerapakan K3 mungkin bisa
meminimalkan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan tersebut. Keamanan dan Kesehatan
kerja melindungi kegiatan konstruksi itu sendiri agar dapat tercapai hasil yang maksimal
dalam penyelenggaraannya maupun hasilnya nanti.

- 1- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

Kesehatan di dalam K3 juga amat menunjang untuk kegiatan konstruksi. Tentunya


dalam bidang ini diobjekan pada manusia atau pekerja dalam konstruksi itu sendiri. Faktor
kesehatan menjadi penting karena ini juga demi kepentingan para pekerja maupun orang-
orang yang berperan dalam kegiatan konstruksi. Oleh karena itulah maka pengetahuan
dibidang kesehatan (kedokteran) diperlukan, yaitu misalnya untuk mengetahui zat-zat yang
membahayakan manusia dan cara pencegahannya. K3 dengan kepanjangan Kesehatan dan
Keselamatan Kerja, dimana Kesehatan adalah unsur jangka panjang dan Keselamatan adalah
unsur jangka pendek dalam mencegah kecelakaan di tempat kerja.

B. MASALAH :
1. Mengapa K3 diperlukan dalam kegiatan konstruksi?
2. Apakah K3 sudah diterapkan dalam pelaksanaan konstruksi di Indonesia?
3. Apa sajakah peralatan yang memenuhi standar minimum K3 dalam proses konstruksi?

C. TUJUAN :
1. Mengetahui perlunya K3 dalam kegitan konstruksi
2. Mengetahui pelaksanaan penerapan K3 dalam konstruksi di Indonesia
3. Mengetahui berbagai macam peralatan yang memenuhi standar minimum K3 dalam
proses konstruksi

- 2- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Pentingnya K3 dalam Kegiatan Konstruksi


1. Angkatan Kerja dan Kecelakaan Kerja
Angkatan kerja Indonesia diperkirakan berjumlah 95.7 juta orang, terdiri dari 58.8
juta tenaga kerja laki-laki dan 36.9 juta tenaga kerja perempuan. Sekitar 44 persen dari total
angkatan kerja bekerja di sektor pertanian dan lebih dari 60 persen bekerja dalam
perekonomian informal.
Pada tahun 2002, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Jacob Nuwa Wea
menyatakan keprihatinannya terhadap keselamatan kerja, dengan menyebutkan bahwa
kecelakaan kerja menyebabkan hilangnya 71 juta jam orang kerja [71 juta jam yang
seharusnya dapat secara produktif digunakan untuk bekerja apabila pekerja-pekerja yang
bersangkutan tidak mengalami kecelakaan] dan kerugian laba sebesar 340 milyar rupiah.
Tabel 1. Berikut ini menyajikan jumlah kecelakaan kerja dan santunan kecelakaan
kerja yang dibayarkan selama periode 1996-1999. Data-data yang disajikan dalam tabel ini
diambil dari database ASEAN OSHNET.

Dilihat dari table diatas jumlah korban kecelakaan kerja pada suatu proses
konstruksi di Indonesia cukup banyak. Mungkin dikarenakan kurangnya penerapan K3 dalam
proses konstruksi di Indonesia. Padahal keselamatan kerja menjadi sangat penting untuk
diperhatikan oleh para elemen yang berperan dalam kegiatan konstruksi, karena keselamatan
para pekerja juga menjadi tanggung jawab semua elemen dalam kegiatan konstruksi.

- 3- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

2. Pekerjaan-pekerjaan dan Industri yang Berbahaya


Pekerjaan-pekerjaan berbahaya yang mendatangkan sebagian besar kecelakaan kerja
atau penyakit akibat kerja dapat dijumpai di (1) sektor pertanian, (2) konstruksi, (3)
pertambangan, (4) kehutanan, dan (5) perikanan. Di kelima sektor inilah sering kali didapati
industri-industri dengan tingkat risiko bahaya kerja yang paling tinggi. Bersama dengan
sektor perminyakan, kelima sektor tersebut memberikan kontribusi yang sangat penting bagi
perekonomian Indonesia. Dalam bagian ini akan dibahas secara singkat isu-isu atau masalah-
masalah K3 di dalam industri-industri tersebut.

Pada umumnya, setiap proyek konstruksi (misalnya, konstruksi bangunan,


pembangunan infrastruktur, pembongkaran bangunan) melibatkan pekerjaan dan tugas-tugas
dengan risiko bahaya cukup besar. Kecelakaan fatal dapat terjadi ketika buruh bangunan
jatuh dari ketinggian, tertimpa, kejatuhan atau terhantam oleh benda atau mesin yang sedang
bergerak. Bahaya lain dapat berupa kebisingan, bahan-bahan kimia berbahaya (misalnya,
yang terdapat dalam cat, cairan pelarut, minyak), debu (silika dan asbes), gas atau asap
(misalnya dari pekerjaan pengelasan), dan getaran. Seperti halnya di sektor pertanian, buruh
bangunan juga tidak luput dari berbagai gangguan nyeri otot akibat ketegangan karena bagian
tubuh yang sama digunakan untuk melakukan pekerjaan yang sama berulang-ulang
(repetitive strain injury) dan kondisi cuaca yang ekstrem. Masalah-masalah psikososial
jugaterasa menonjol karena sifat dasar proyek konstruksi yang tidak teratur dan sementara.

- 4- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

B. Penerapan K3 dalam Dunia Konstruksi


Reputasi sebuah perusahaan konstruksi salah satunya ditentukan oleh catatan historis
pengelolaan pekerja di proyek, terutama seberapa sering terjadinya kecelakaan kerja di
proyek yang sedang dikelolanya. Jika semakin sering, tentunya berakibat kurang baik bagi
tim proyek khususnya dan perusahaan. Pengaruhnya terhadap kemungkinannya untuk
memperoleh proyek pada masa-masa mendatang dan apabila sebuah perusahaan tidak
berhasil mendapatkan proyek maka eksistensi perusahaan tersebut perlu ditanyakan karena
sumber pendapatan perusahaan konstruksi sepenuhnya berasal dari jumlah proyek yang
berhasil diperolehnya. Bagaimana penerapan K3 dalam dunia Konstruksi di Indonesia ?
Salah satu paradigma yang dianut oleh petinggi-petinggi perusahaan konstruksi
nasional adalah safety adalah mahal serta buang-buang uang yang mengakibatkan harga suatu
proyek menjadi mahal. Keamanan dan kesehatan kerja mempunyai sistem dan harus dibeli
untuk menggunakannya. Selain beberapa peralatan yang sebagai pendukung, seperti safety
shoes, helmet, glasses dan seperti safety body harness. Jadi bisa dibayangkan berapa biaya
yang harus dikeluarkan untuk itu semua ? Sepintas paradigma ini adalah benar. Akan tetapi
mengapa perusahaan asing sangat ketat dalam menerapkan safety dengan mengeluarkan
banyak uang?
Fenomena gunung es, itulah jawaban yang menjadi dasar penjelasan dalam maslah
ini, berdasarkan suatu penelitian dari beberapa kasus yang telah terjadi, biaya yang harus
dikeluarkan dari satu kecelakaan (fatality or only lost time accident) nilainya jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan biaya yang harus kita bayarkan dengan mengadakan sistem K3
serta peralatan yang dibutuhkan.
Sekarang perhatikan berapa biaya yang harus dikeluarkan baik yang direct maupun
yang indirect dari satu kecelakaan? Contoh kasus saja pada proyek saya tahun 2001,
pembangunan kantor walikota Jakarta selatan, ada satu karyawan yang terjatuh dan
meninggal dunia, setelah kita perhatikan, biaya yang harus dikeluarkan direct meliputi :
membayar santunan kepada keluarga yang bersangkutan, penanganan jenasah serta secara
tidak langsung adalah citra perusahaan menjadi buruk sehingga para owner akan menghindar
atau tidak akan memanggil kontraktor semacam ini, yang berarti pangsa pasarnya akan
berkurang dan akhirnya tutup.
Kesuksesan program K3 tidak lepas dari peran berbagai pihak yang saling terlibat,
berinteraksi dan bekerja sama. Hal ini sudah seharusnya menjadi pertimbangan utama dalam
pelaksanaan pembangunan proyek konstruksi, yang dilakukan oleh tim proyek dan seluruh
- 5- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

manajemen dari berbagai pihak yang terkait didalamnya. Masing-masing pihak mempunyai
tanggung jawab bersama yang saling mendukung untuk keberhasilan pelaksanaan proyek
konstruksi yang ditandai dengan evaluasi positif dari pelaksanaan program K3 ini.

1. Penerapan K3 dalam Dunia Konstruksi di Indonesia


Di Indonesia pembangunan terus berjalan, tetapi tidak semua yang menerapkan K3. Fakta :

Sumber: Rudi Suardi, ”Sistem Manajemen Keselamatan & Kesehatan Kerja”.

Diagram diatas menunjukkan, kinerja penerapan K3 di perusahaan-perusahaan di


Indonesia masih jauh dari yang diharapkan. Padahal kalau kita menyadari secara nyata bahwa
volume kecelakaan kerja juga menjadi konstribusi untuk melihat kesiapan daya saing. Jika
volume ini masih terus tinggi, Indonesia bisa kesulitan dalam menghadapi pasar global. Jelas
ini akan merugikan semua pihak, termasuk perekonomian kita juga.
Disamping itu, yang masih perlu menjadi catatan adalah standar keselamatan kerja
di Indonesia ternyata paling buruk jika dibandingkan dengan negara-negara Asia Tenggara
lainnya, termasuk dua negara lainnya, yakni Bangladesh dan Pakistan. Sebagai contoh, data
terjadinya kecelakaan kerja yang berakibat fatal pada tahun 2001 di Indonesia sebanyak
16.931 kasus, sementara di Bangladesh 11.768 kasus. Sektor konstruksi merupakan bidang
jasa yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan nasional untuk mendukung
keberhasilan sektor-sektor lainnya.
Disamping itu sektor konstruksi melibatkan jumlah tenaga kerja yang sangat besar
dan berpotensi terkena bahaya kecelakaan. Karena itu penanganan keselamatan kerja disektor

- 6- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

konstruksi perlu mendapat perhatian khusus. Salah satu contoh kegiatan sektor konstruksi
adalah di PT. McDermott Indonesia yang berlokasi di Pulau Batam.
PT. McDermott Indonesia merupakan salah satu perusahaan kontraktor minyak
terbesar di Indonesia yang bergerak dibidang engineering, fabrication, installation,
procurement, research, manufacturing, enviromental systems dan project management. Luas
total area fabrikasi mencapai 110 hektar dengan jumlah pekerja hingga pertengahan 2008
memiliki lebih kurang 3500 pekerja lokal dan sekitar 200 tenaga asing. PT. McDermott
Indonesia (PTMI) mempunyai komitment yang kuat dalam memperhatikan kesehatan,
keselamatan dan kesejahteraan karyawan serta melindungi lingkungan dan asset perusahaan.
Hal ini dapat dibuktikan dengan data safety Statistic pada bulan Maret 2008 yaitu Nihil Lost
Time Injury (LTI) dengan total man hours 8,300,922 sejak Recordable Injury terakhir pada
tanggal 21 Juli 2007.

- 7- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

C. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Keselamatan dan Kesehatan


Kerja
a. Manusia
Manusia merupakan unsur yang paling penting dan paling menentukan dalam
keselamatan dan kesehatan kerja. Banyak contoh yang membuktikan bahwa terjadinya
kecelakaan kerja lebih banyak diakibatkan oleh kesalahan manusia dibandingkan dengan
diakibatkan oleh faktor di luar manusia seperti peralatan maupun alam.
Beberapa persyaratan yang wajib dipunyai pelaku kegiatan pekerjaan konstruksi
agar terjamin keselamatan dan kesehatan kerja dengan baik seperti:
 Terampil dalam menjalankan pekerjaannya;
 Sehat jasmani dan rohani;
 Tekun;
 Disiplin;
 Mematuhi ketentuan peraturan keseslamtan kerja;
 Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai bidang tugasnya; dan
 Berkonsentrasi terhadap kegiatan yang sedang dilaksanakan.

b. Peralatan / Mesin
Di samping manusia, maka peralatan/mesin juga perlu mendapatkan perhatian dalam
pengoperasiannnya agar terhindar kecelakaan kerja yang tidak diharapkan. Hal-hal yang
perlu mendapatkan perhatian terkait dengan peralatan tersebut antara lain:
 Peralatan harus dalam kondisi baik dan benar-benar siap untuk dioperasikan.
 Peralatan tidak ditemukan kepincangan-kepincangan maupun kerusakan-kerusakan yang
dapat menyebabkan terganggunya operasi peralatan maupun cacatnya hasil
pengoperasiannya; dan
 Khusus untuk pekerjaan yang tidak boleh terhenti produksinya dalam rangka menjaga
mutu hasil pekerjaan, peralatan harus dapat beroperasi secara menerus tanpa berhenti
(misalnya tersedianya bahan bakar yang cukup).

c. Lingkungan / Tempat Kerja


Yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah suatu areal atau tempat kerja dan
sekelilingnya beserta segala fasilitas yang mendukung proses bekerja.

- 8- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

Beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan lingkungan/tempat kerja


dalam rangka terjaminnya keselamatan dan kesehatan kerja antara lain:
 Syarat-Syarat Umum Tempat Kerja
o Terhindar dari kemungkinan bahaya kebakaran dan kecelakaan.
o Terhindar dari kemungkinan bahaya keracunan, penularan penyakit yang disebabkan
oleh proses jalannya pekerjaan.
o Kebersihan dan ketertiban lingkungan terjaga
o Mempunyai penerangan yang cukup dan memenuhi syarat untuk melakukan pekerjaan.
o Mempunyai suhu yang baik dan ventilasi yang cukup sehingga peredaran udara cukup
baik.
o Terhindar dari gangguan debu, gas, uap dan bau-bauan yang tidak mengenakkan.
 Syarat-Syarat Umum Lingkungan Sekitar Tempat Kerja
o Halaman harus bersih, teratur, dan tidak becek serta cukup luas untuk kemungkinan
perluasan.
o Jalan halaman tidak berdebu.
o Aliran air dalam saluran air cukup lancar sehingga terjaga kebersihannya dan tidak ada
genangan air.
o Sampah dikelola dengan baik tanpa adanya tumpukan sampah ditempat kerja yang
mengganggu kebersihan dan kesehatan.
o Tempat buangan/tumpukan sampah dijaga untuk tidak menimbulkan sarang lalat atau
binatang serangga lainnya.
o Rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai
dengan standar dan pedoman teknis.
o Terdapat pengendalian atas tempat-tempat dengan pembatasan izin masuk.
 Syarat-Syarat Umum Ruang Tempat Kerja
o Konstruksi bangunan gedung harus kuat dan cukup aman dari bahaya kebakaran.
o Tangga harus cukup kuat, aman dan tidak licin.
o Kebersihan ruangan termasuk dinding, lantai dan atap harus selalu dijaga.

- 9- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

D. Peralatan Standar Minimum K3


Dalam bidang konstruksi, ada beberapa peralatan yang digunakan untuk melindungi
seseorang dari kecelakaan ataupun bahaya yang kemungkinan bisa terjadi dalam proses
konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalan suatu
lingkungan konstruksi. Peralatan ini wajib digunakan oleh seseorang yang bekerja dalam
suatu lingkungan konstruksi. Namun tidak banyak yang menyadari betapa pentingnya
peralatan-peralatan ini untuk digunakan.
Kesehatan dan keselamatan kerja adalah dua hal yang sangat penting. Oleh
karenanya, semua perusahaan kontraktor berkewajiban menyediakan semua keperluan
peralatan/ perlengkapan perlindungan diri atau Personal Protective Equipment (PPE) untuk
semua karyawan yang bekerja, yaitu :
1. Pakaian Kerja
Tujuan pemakaian pakaian kerja adalah melindungi badan manusia terhadap
pengaruh-pengaruh yang kurang sehat atau yang bisa melukai badan.
Mengingat karakter lokasi proyek konstruksi yang pada umumnya
mencerminkan kondisi yang keras maka selayaknya pakaian kerja yang
digunakan juga tidak sama dengan pakaian yang dikenakan oleh karyawan yang bekerja di
kantor. Perusahaan yang mengerti betul masalah ini umumnya menyediakan sebanyak tiga
pasang dalam setiap tahunnya.
2. Sepatu Kerja
Sepatu kerja (safety shoes) merupakan perlindungan terhadap kaki. Setiap
pekerja konstruksi perlu memakai sepatu dengan sol yang tebal supaya
bisa bebas berjalan dimana-mana tanpa terluka oleh benda-benda tajam
atau kemasukan oleh kotoran dari bagian bawah. Bagian muka sepatu
harus cukup keras supaya kaki tidak terluka kalau tertimpa benda dari
atas.
3. Kacamata Kerja
Kacamata pengaman digunakan untuk melidungi mata dari debu kayu,
batu, atau serpihan besi yang berterbangan ditiup angin. Mengingat
partikel-partikel debu berukuran sangat kecil yang terkadang tidak

-10- UNIVERSITAS GUNADARMA


MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

terlihat oleh mata. Oleh karenanya mata perlu diberikan perlindungan. Biasanya pekerjaan
yang membutuhkan kacamata adalah mengelas.
4. Sarung Tangan
Sarung tangan sangat diperlukan untuk beberapa jenis pekerjaan. Tujuan utama penggunaan
sarung tangan adalah melindungi tangan dari benda-benda keras dan tajam
selama menjalankan kegiatannya. Salah satu kegiatan yang memerlukan
sarung tangan adalah mengangkat besi tulangan, kayu. Pekerjaan yang
sifatnya berulang seperti mendorong gerobak cor secara terus-menerus
dapat mengakibatkan lecet pada tangan yang bersentuhan dengan besi pada gerobak.
5. Helm
Helm (helmet) sangat penting digunakan sebagai pelindung kepala, dan sudah merupakan
keharusan bagi setiap pekerja konstruksi untuk mengunakannya dengar
benar sesuai peraturan. Helm ini digunakan untuk melindungi kepala dari
bahaya yang berasal dari atas, misalnya saja ada barang, baik peralatan
atau material konstruksi yang jatuh dari atas. Memang, sering kita lihat
kedisiplinan para pekerja untuk menggunakannya masih rendah yang tentunya dapat
membahayakan diri sendiri.
6. Sabuk Pengaman
Sudah selayaknya bagi pekerja yang melaksanakan kegiatannya pada
ketinggian tertentu atau pada posisi yang membahayakan wajib
mengenakan tali pengaman atau safety belt. Fungsi utama tali pengaman
ini adalah menjaga seorang pekerja dari kecelakaan kerja pada saat
bekerja, misalnya saja kegiatan erection baja pada bangunan tower.
7. Penutup Telinga
Alat ini digunakan untuk melindungi telinga dari bunyi-bunyi yang
dikeluarkan oleh mesin yang memiliki volume suara yang cukup keras
dan bising. Terkadang efeknya buat jangka panjang, bila setiap hari
mendengar suara bising tanpa penutup telinga ini.
8. Masker
Pelindung bagi pernapasan sangat diperlukan untuk pekerja konstruksi mengingat kondisi
lokasi proyek itu sendiri. Berbagai material konstruksi berukuran besar
sampai sangat kecil yang merupakan sisa dari suatu kegiatan, misalnya
serbuk kayu sisa dari kegiatan memotong, mengampelas, mengerut kayu.

-11- UNIVERSITAS GUNADARMA


MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

9. Tangga
Tangga merupakan alat untuk memanjat yang umum digunakan.
Pemilihan dan penempatan alat ini untuk mecapai ketinggian tertentu
dalam posisi aman harus menjadi pertimbangan utama.

10. P3K
Apabila terjadi kecelakaan kerja baik yang bersifat ringan ataupun
berat pada pekerja konstruksi, sudah seharusnya dilakukan pertolongan
pertama di proyek. Untuk itu, pelaksana konstruksi wajib menyediakan
obat-obatan yang digunakan untuk pertolongan pertama.

Tempat Kerja dan Peralatannya

 Pintu Masuk dan Keluar


o Pintu Masuk dan Keluar darurat harus dibuat di tempat-tempat kerja.
o Alat-alat/tempat-tempat tersebut harus diperlihara dengan baik.
 Lampu / Penerangan
o Jika penerangan alam tidak sesuai untuk mencegah bahaya, alat-alat penerangan
buatan yang cocok dan sesuai harus diadakan di seluruh tempat kerja, termasuk pada
gang-gang.
o Lampu-lampu buatan harus aman, dan terang,
o Lampu-lampu harus dijaga oleh petugas-petugas bila perlu mencegah bahaya apabila
lampu mati/pecah.
 Ventilasi
o Di tempat kerja yang tertutup, harus dibuat ventilasi yang sesuai untuk mendapat
udara segar.
o Jika perlu untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan dari udara yang dikotori oleh
debu, gas-gas atau dari sebab-sebab lain; harus dibuatkan vertilasi untuk pembuangan
udara kotor.

-12- UNIVERSITAS GUNADARMA


MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

o Jika secara teknis tidak mungkin bisa menghilangkan debu, gas yang berbahaya,
tenaga kerja harus dan sediakan alat pelindung diri untuk mencegah bahaya-bahaya
tersebut di atas. 
 Kebersihan
o Bahan-bahan yang tidak terpakai dan tidak diperlukan lagi harus dipindahkan ke
tempat yang aman.
o Semua
paku yang menonjol harus disingkirkan atau dibengkokkan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan,
o Peralatan dan benda-benda kecil tidak boleh dibiarkan karena benda-benda tersebut
dapat menyebabkan kecelakaan, misalnya membuat orang jatuh atau tersandung
(terantuk).
o Sisa-sisa barang alat-alat dan sampah tidak boleh dibiarkan bertumpuk di tempat
kerja.
o Tempat-tempat kerja dan gang-gang(passageways) yang licin karena oli atau sebab
lain harus dibersihkan atau disiram pasir, abu atau sejenisnya.
o Alat-alat yang mudah dipindah-pindahkan setelah dipakai harus dikembalikan pada
tempat penyimpan semula.

-13- UNIVERSITAS GUNADARMA


MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

E. Ruang Lingkup Terciptanya Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3)


a. Kesadaran Masyarakat Akan Pentingnya Keselamatan kerja
Selama ini yang paling sulit dilakukan adalah mengubah pola hidup dan pola
pikir masyarakat. Sebagian besar masyarakat kita berpedoman pada kebiasaan yang selama
ini dilakukannya. Mereka berpikir bahwa jika selama ini mereka sudah merasa aman dengan
cara kerja yang diterapkan. Untuk apa harus bingung dengan berbagai konsep yang
merepotkan itu. Dalam hal inilah, kita perlu memberikan pengarahan dengan sosialisasi
pentingnya keselamatan kerja kepada masyarakat. Hal ini sangat penting sebab masyarakat 
merupakan basis utama kegiatan hidup kita. Dan masyarakatlah yang secara langsung
berhubungan dengan berbagai macam kegiatan kerja. Jika mereka tidak memahami aspek
keselamatan kerja dengan sebaik-baiknya, maka mereka dapat celaka pada saat bekerja.
Seperti kita ketahui bahwa tujuan keselamatan kerja adalah mencegah terjadinya
kecelakaan pada saat bekerja. Dan, hal tersebut dapat kita capai jika masyarakat
mendapatkan pengetahuan dasar mengenai keselamatan kerja. Tentunya, di masyarakat masih
banyak yang awam atas konsep keselamatan kerja ini. Oleh karena itulah, kita harus
menjadikan mereka memahami pengertian dan tujuan keselamatan kerja.

b. Menciptakan Lingkungan Kerja yang Aman dan Nyaman


Bahwa tingkat keberhasilan suatu pekerjaan sangat tergantung pada kenyamanan
lingkungan kerja. Jika kita bekerja di lingkungan yang kondusif untuk bekerja, maka kita
dapat bekerja secara maksimal dan efektif. Hal ini karena tingkat konsentrasi kerja kita sangat
tinggi sehingga mampu menyelesaikan setiap pekerjaan sesuai ketentuan, baik waktu maupun
kualitas hasil kerjanya.
Salah satu tujuan keselamatan kerja adalah menciptakan lingkungan kerja yang
kondusif bagi para pekerja. Perusahaan tentunya tidak menginginkan produktivitas
karyawannya menurun sebab hal tersebut terkait dengan perhasilan perusahaan. Dan, salah
satu hal yang dilakukan perusahaan untuk pengkondisiannya adalah dengan menciptakan dan
menerapkan keselamatan kerja dalam setiap sudut pekerjaan.
-14- UNIVERSITAS GUNADARMA
MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

Penerapan aspek keselamatan kerja di lingkungan kerja merupakan salah satu


perwujudan gaya hidup sehat pada masyarakat. Bahwa untuk menerapkan gaya
hidup sehat sebenarnya tidak hanya tertuju pada bagaimana caranya agar kehidupan ini sehat.
Hal lain yang juga harus kita perhatikan adalah aspek keselamatan kerja di lingkungan kerja.

c. Menggugah Kesadaran Pimpinan Lingkungan Kerja


Kadang-kadang, bila tidak boleh dikatakan sering kita mendapati kenyataan bahwa
para pimpinan lingkungan kerja menuntut pada pekerja untuk segera menyelesaikan
pekerjaan. Mereka menuntut pekerja untuk bekerja lebih giat dan efektif. Jadwal pekerjaan
dibuat sedemikian ketat sehingga harus menggunakan waktu secara ketat pula. Kondisi ini
seringkali berakibat pada kurangnya perhatian pimpinan terhadap aspek keselamatan kerja
para pekerja. Hal ini sangat merugikan para pekerja.
Mereka dapat mengalami kecelakaan jika harus bekerja dalam kondisi yang tidak
aman. Oleh karena itulah, dengan menerapkan keselamatan kerja di lingkungan kerja, maka
kita dapat menyadarkan pimpinan lingkungan kerja atas pentingnya tujuan keselamatan kerja.
Kita memang harus menggugah kesadaran para pimpinan lingkungan kerja sebab merekalah
yang terkait dengan hal ini. Merekalah yang sebenarnya menikmati hasil kerja para pekerja.
Jika pekerja mengalamikecelakaan, tentunya mereka akan mengalami kerugian yang tidak
kecil. Oleh karena itulah, mereka harus menyadari hal tersebut. Begitulah tujuan keselamatan
kerja diterapkan di lingkungan kerja. Setidaknya, jika kita menerapkan konsep keselamatan
kerja dengan benar, maka selama kita bekerja, tidak akan mengalami kecelakaan kerja. Dan
produktivitas kerja kita meningkat sebab kinerja kita bagus meningkat.

-15- UNIVERSITAS GUNADARMA


MAKALAH
PENGANTAR TEKNIK SIPIL

BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

K3 atau Keselamatan dan Kesehatan Kerja sangatlah diperlukan dalam suatu proses
konstruksi demi meminimalisasikan kejadian-kejadian yang tidak diinginkan dalam kegiatan
konstruksi. Itulah pentingnya penerapan K3 dalam konstruksi. Standar K3 mencakup
berbagai bidang, contohnya K3 dalam sistematika kerja maupun K3 dalam peralatan
konstruksi. Dengan menerapkan K3 dengan benar dalam sistematika kerja dapat memperkecil
peluang terjadinya kecelakaan ataupun kerusakan alat. Dengan memperhatikan K3, suatu
proses konstruksi akan berjalan aman,lancar, dan memperoleh hasil yang baik.

B. SARAN

Ada baiknya setiap pembangunan di Indonesia menerapkan standar K3 dalam kegiatan


konstruksinya, oleh karena itu diperlukan pemahaman yang mendetail untuk K3 di bidang
pembangunan di Indonesia.

-16- UNIVERSITAS GUNADARMA

You might also like