Professional Documents
Culture Documents
NIM : 200901026110
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
I. LATAR BELAKANG
walaupun besar kecilnya perkembangan itu sendiri dirasakan berbeda-beda bagi setiap
individu. Pertumbuhan ekonomi secara personal telah menimbulkan perubahan gaya hidup
yang berbeda beda tergantung seberapa besar pertumbuhan ekonomi itu dialami oleh individu
itu sendiri. Namun bagi sebagian orang dampak pertumbuhan ekonomi tersebut dapat
dikontrol dan dikelola dengan baik sehingga dapat menjadikan hal tersebut sebagai modal
dalam usaha mencapai pertumbuhan yang lebih baik lagi tentunya yang diterapkan dalam
Namun secara kasat mata kita dapat melihat bahwa masih banyak pertumbuhan
ekonomi tersebut tidak berpihak bagi sebagian orang. Akibat kurangnya pendidikan,
minimnya pengalaman dan skill telah mengakibatkan rendahnya pendapatan. Misalnya faktor
tidak memadainya gaji pegawai negeri atau swasta yang di lain pihak secara nyata
berhadapan dengan kian mahalnya harga-harga kebutuhan hidup, gaya hidup mewah yang
glamour dan supermewah (hedonisme) di depan mata, khususnya di kalangan pejabat negara
dan para kaum the have yang secara langsung telah memberikan contoh yang tidak baik bagi
sebagian golongan ini. Pada akhirnya golongan ini secara langsung maupun tidak langsung
memiliki keinginan untuk meniru gaya hidup para pemimpinnya atau orang lain yang
dianggap menarik dan merupakan suatu kewajaran dan berhak atas keadaan tersebut. Pada
faktor lain adanya jenjang reward dan imbalan yang berselisih jauh telah menimbulkan
ketidakmampuan bagi sebagian orang untuk bersaing dalam memenuhi gaya hidupnya. Hal-
hal ini pada akhirnya berujung pada suatu pembrontakan yang merupakan perwujudan dari
akibat ketidakpuasan akan keadaan yang terjadi. Ketidakpuasaan akan pemerataan keadilan
baik dalam bidang penghasilan dari pekerjaan, dan perlakuan yang tidak adil dalam pekerjaan
telah membentuk sebagian orang menjadi orang yang frustasi dan berpikiran pendek.
II. MASALAH
Implikasi krisis dari hal ini terhadap konteks sosial dapat dirasakan dengan meluasnya
konflik, baik terhadap individu maupun masyarakat secara tiba-tiba sehingga menimbulkan
krisis sosial yang berkepanjangan yang dinamakan anomi society. Budaya korupsi dalam
berbagai bentuk dianggap sebagai suatu budaya yang terjadi pada saat ini yang sangat tepat
Sebagai dampak dari adanya krisis sosial tersebut, kondisi dan situasinya menjadi
dapat terjadi dengan mudah. Hukum pun sebagai alat pengendali mengalami kemandulan dan
tidak berfungsi sama sekali. Tidak adanya kewibawaan hukum serta tidak adanya kepastian
hukum telah melahirkan manusia yang apatis dan frustasi. Dalam situasi dan kondisi seperti
2
inilah ketidakpuasaan terhadap penghasilan tadi menemukan ruang dan momentumnya di
Konflik baik horizontal maupun vertikal dapat kita lihat dari suguhan media massa
setiap hari, dengan kasat mata kita menyaksikan banyak muncul pencurian , penyelewengan
jabatan, korupsi secara terselubung maupun terang-terangan, ditayangkan media massa secara
estafet. Sebagai contoh kasus yang sekarang lagi ”happening” adalah mengenai kasus
dugaan pidana pajak yang diduga dilakukan oleh Gayus Tambunan. Kasus ini sebelumnya
diungkap mantan Kabareskrim Komjen. Susno Duadji. Tudingan tersebut berawal dari
laporan Pusat Pelaporan dan Analisa Transaksi Keuangan (PPATK) pada 2009 yang
Masalah dugaan penyimpangan ini yang penulis sebut sebagai anomi yang menurut
penulis dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu penyimpangan individu dan penyimpangan
penyalahgunaan wewenang, dalam bentuk konkritnya adalah korupsi, baik secara terselubung
III. ANALISIS
Émile Durkheim, sosiolog perintis Prancis abad ke-19 menggunakan kata ini dalam
bukunya yang menguraikan sebab-sebab bunuh diri untuk menggambarkan keadaan atau
kekacauan dalam diri individu, yang dicirikan oleh ketidakhadiran atau berkurangnya standar
3
atau nilai-nilai, dan ketiadaan tujuan yang menyertainya. Anomi sangat umum terjadi apabila
entah semakin baik atau semakin buruk, dan lebih umum lagi ketika ada kesenjangan besar
antara teori-teori dan nilai-nilai ideologis yang umumnya diakui dan dipraktikkan dalam
kehidupan sehari-hari.
Robert King Merton juga mengadopsi gagasan tentang anomi dalam karyanya. Ia
yang sah untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dengan kata lain, individu yang mengalami
anomi akan berusaha mencapai tujuan-tujuan bersama dari suatu masyarakat tertentu, namun
tidak dapat mencapai tujuan-tujuan tersebut dengan sah karena berbagai keterbatasan sosial.
dirinya sendiri.
Kata ini digunakan untuk masyarakat atau kelompok manusia di dalam suatu
masyarakat, yang mengalami kekacauan karena tidak adanya aturan-aturan yang diakui
bersama yang eksplisit ataupun implisit mengenai perilaku yang baik, atau, lebih parah lagi,
terhadap aturan-aturan yang berkuasa dalam meningkatkan isolasi atau bahkan saling
Kamus Webster 1913, sebuah versi yang lebih tua, melaporkan penggunaan kata
kelompok-kelompok sosial dimana dalam kelompok ini tumbuh solidaritas yang tinggi,
penulis tumbuhnya kelompok-kelompok ini tidak bisa dilepaskan dari krisis ekonomi dan
Dalam skala lebih luas anomi kolektif disertai dengan tidak adanya kesadaran hukum
juga sering memicu terjadinya anomic homicide yang dilakukan oleh sekelompok anggota
untuk mengatasi krisis yang terjadi dalam berbagai bidang kehidupan baik krisis ekonomi,
politik, dan sosial. Sebagai contoh nyata dalam kasus Gayus Tambunan adalah
beberapa orang tergiur untuk menyalahgunakan celah tersebut demi untuk mengeruk
keuntungan pribadi. Di samping timbulnya jenjang gaji yang sangat signifikan antara
Semakin tingginya biaya hidup telah menyebabkan kurangnya daya beli masyarakat
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Di pihak lain tidak sdikit orang yang berkelimpahan
Ketidakmampuan individu dalam pemenuhan kebutuhan hidup ini telah membuat individu
Ketidakmampuan ini telah melahirkan rasa ketidakpuasan terhadap keadaan dan dengan
5
orang lain yang mampu memperoleh pendapatan yang lebih tinggi. Bagi sebagian orang
ketidakpuasan ini telah dijadikan pebenaran untuk melakukan hal-hal yang bersifat negatif
guna memenuhi rasa ketidakpuasan tersebut, salah satu contohnya adalah korupsi.
Yaitu ketidakyakinan untuk bisa menikmati kualitas kehidupan yang lebih baik pada
waktu yang akan datang yang tidak terlalu lama. Hal ini tentunya terbentuk dari keadaan
yang sudah berlangsung lama dan tanpa adanya perubahaan yang signifikan. Hal ini menjadi
sesuatu hal yang bersifat traumatik yang membuat orang menjadi gegabah dalam menentukan
suatu keputusan. Nilai-nilai agama tidak lagi mampu membendung sifat keserakahan dan
kerakusan manusia. Guna menghindari kesengsaraan dan kemiskinan di masa yang akan
datang maka akhirnya timbullah perbuatan curang yang dalam prakteknya terwujud dalam
IV. KESIMPULAN
Dari latar belakang, masalah dan analisa makalah yang telah dideskripsikan di atas
1. Dampak Sosial
Bahwa krisis ekonomi yang terjadi sangat berpengaruh terhadap konteks sosial
dapat dirasakan dengan semakin tingginya tingkat korupsi, penipuan, penyelewengan jabatan,
penggelapan, dan lain-lain yang pada akhirnya bermuara sebagai pemenuhan hasrat pribadi
semata. Pada masa ini terjadi apa yang dinamakan anomie personal (individu yang tidak
6
B. Dampak sosial yang terjadi pada masyarakat
kehidupan bermasyarakat. Dari dampak sosial yang terjadi pada individu apabila berlangsung
secara terus menerus maka akan menjadi contoh bagi individu lainnya untuk melakukan hal
yang sama dan akan semakin subur di tengah kurangnya law enforcement (penegakan
hukum). Puncak dari hal ini akan timbulnya kekacauan, apatis dan keserakahan yang
merajalela yang tentunya akan berpengaruh kepada kesengsaraan yang meluas nagi
masyarakat luas. Tentunya dampak dari hal ini akan menimbulkan kesenjangan yang sangat
jauh antara yang kaya dan miskin. Dapat ditebak bahwa akhirnya kekacauanlah yang akan
terjadi karena akan timbul aksi ketidakpuasaan kepada kelompok kaya oleh kelompok miskin
******************