You are on page 1of 14

MASYARAKAT PERKOTAAN DAN MASYARAKAT PEDESAAN

I. MASYARAKAT PERKOTAAN, ASPEK-ASPEK POSITIF DAN


NEGATIF

a. Pengertan masyarakat

• Masyarakat dalam arti luas merupakan keseluruhan hubungan-


hubungan dalam hidup bersama dan tidak dibatasi oleh
lingkungan, bangsa dan sebagainya.

• Masyarakat dalam arti sempit yaitu sekelompok manusia yang


dibatasi oleh aspek-aspek tertentu misalnya teritorial, bangsa,
golongan dsb.

Dari definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa masyarakat


harus mempunyai syarat- syarat seperti :

- Harus ada pengumpulan manusia

- Telah bertempat tinggal dalam waktu lama disuatu daerah


tertentu

- Adanya aturan atau undang-undang yang mengatur


mereka untuk menuju kepada kepentingan dan tujuan
bersama.

Dipandang dari cara terbentuknya, masyarakat dapat dibagi dalam :

1. Masyarakat paksaan : negara, tawanan

2. Masyarakat merdeka :

- masyarakat natur, masyarakat yang terjadi dengan sendirinya


seperti gerombolan (horde), suku (stam) yang bertalian karena
hubungan darah.

- masyarakat kultur, masyarakat yang terjadi karena kepentingan


keduniaan atau kepercayaan, contoh koperasi, kongsi
perekonomian, gereja dsb.

b. Masyarakat perkotaan

1
Masyarakat perkotaan sering disebut juga sebagai urban
community, pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada
sifat-sifat kehidupan seta ciri-ciri kehidupan yang berbeda dengan
masyarakat pedesaan. Ada beberapa ciri yang menonjol pada
masyarakat kota yaitu :

1. Kehidupan keagaamaan kurang apabila dibandingkan dengan


kehidupan keagamaan di pedesaan

2. Pada umumnya orang kota mengurus dirinya sendiri tanpa


bergantung pada orang lain. Kehidupan keluarga dikota sukar
untuk disatukan karena perbedaan kepentingan, agama, paham
politik dsb.

3. Pembagian kerja dalam masyarakat kota jauh lebih tegas dan


mempunyai batas-batas nyata.

4. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan lebih banyak diperoleh.

5. Jalan pikiran yang rasional, menyebabkan interaksi yang terjadi


lebih didasarkan pada kepentingan daripada faktor pribadi.

6. Jalan kehidupan yang cepat di kota menyebabkan pentingnya


faktor waktu bagi warga kota.

7. Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata sebab kota


lebih terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.

c. Perbedaan desa dengan kota

Dalam menentukan suatu masyarakat sebagai kota atau desa dapat


dilihat dari ciri-cirinya seperti :

1. Jumlah kepadatan peduduk, kota memiliki penduduk yang lebih


banyak daripada desa.

2. Lingkungan hidup di pedesaan terasa lebih dekat dengan alam


bebas, lingkungan perkotaan sebagian besar dilapisi beton dan
aspal.

3. Mata pencaharian masyarakat desa berada pada sektor ekonomi


primer yaitu bidang agraris, sedangkan kota sektor ekonomi
sekunder yaitu industri, dan ekonomi tersier yaitu bidang
pelayanan jasa.

2
4. Corak kehidupan sosial di desa masih homogen, sebaliknya di
kota sangat heterogen karena disana saling bertemu suku
bangsa, agama, kelompok dan masing-masing memliki
kepentingan berlainan.

5. Stratifikasi sosial di kota jauh lebih komplek dibanding desa.


Misalnya mereka yang memiliki keahlian pekerjaan yang
memerlukan banyak pemikiran memiliki kedudukan dan upah
yang tinggi dibanding tenaga kasar. Hal ini berakibat perbedaan
yang menyolok antara kaya dan miskin.

6. Mobilitas sosial di kota jauh lebih tinggi dibanding desa, baik


secara vertikal yaitu perpindahan kedudukan yang lebih tinggi
atau rendah, maupun perpindahan kedudukan yang setingkat
atau horizontal.

7. Pola interaksi pada masyarakat pedesaan adalah motif-motif


sosial, dalam interaksi sosial selalu diusahakan agar kesatuan
sosial tidak terganggu, konflik atau pertentangan sosial sebisa
mungkin dihindarkan. Sebaliknya pada masyarakat perkotaan
dalam interaksi lebih dipengaruhi oleh ekonomi daripada motif
sosial. Selain itu juga motif non sosial seperti politik, pendidikan.

8. Solidaritas sosial di desa lebih tinggi dibanding kota

9. Sedangkan dalam hirarki sistem administrasi nasional kedudukan


kota lebih tinggi daripada desa, semakin tinggi kedudukan suatu
kota dalam hirarki tersebut maka kompleksitasnya semakin
meningkat/ makin banyak kegiatan disana.

d. Hubungan desa dengan kota

Masyarakat pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang


terpisah sama sekali, karena terdapat hubungan erat yang bersifat
ketergantungan. Kota tergantung dengan desa dalam memenuhi
kebutuhan warganya akan bahan-bahan pangan dan desa juga
merupakan sumber tenaga kasar bagi jenis-jenis pekerjaan tertentu
di kota. Sebaliknya kota menghasilkan barang-barang yang
diperlukan oleh orang desa seperti pakaian, alat dan obat pembasmi
hama pertanian, obat untuk memelihara kesehatan, alat
transportasi, tenaga-tenaga dibidang jasa seperti tenaga medis,

3
montir-montir elektronika dan tenaga yan dapat membimbing dalam
upaya meingkatkan hasil pertanian, peternakan, perikanan.

e. Aspek positif dan negatif

Untuk menunjang aktivitas serta memberikan suasana aman,


tenteram, nyaman, bagi warganya, kota diharuskan menyediakan
fasilitas kehidupan dan mengatasi berbagai masalah yang timbul
sebagai akibat warganya.

Suatu lingkungan perkotaan seyogyanya mengandung 5 unsur yang


meliputi :

a. Wisma, mengembangakan daerah perumahan sesuai dengan


pertambahan penduduk serta memperbaiki lingkungan
perumahan yang telah ada.

b. Karya, yaitu penyediaan lapangan kerja. Dapat dilakukan dengan


enyediaan ruang untuk kegiatan perindustrian, perdagangan,
pelabuhan, terminal serta kegiatan lain.

c. Marga, unsur ini merupakan ruang perkotaan yang berfungsi


untuk menyelenggarakan hubungan antara suatu tempat dengan
tempat lain dalam kota atau dengan kota-kota daerah lainnya.
Dalam unsur ini termasuk :

- Pengembangan jaringan jalan dan fasilitasnya ( terminal,


parkir dll)

- Pengembangan jaringan telekomunikasi sebagai bagian


dari sistem transportasi dan komunikasi kota.

d. Memenuhi kebutuhan penduduk akan fasilitas hiburan, rekreasi,


pertamanan, kebudayaan dan kesenian.

e. Penyempurnaan yaitu unsur yang merupakan bagian penting


bagi kota, termasuk fasilitas keagamaan, perkuburan kota,
fasilitas pendidikan dan kesehatan, jaringan utilitas/ keperluan
umum.

Kelima unsur pokok ini merupakan pola pokok dari komponen-


komponen perkotaan yang kauantitas dan kualitasnya kemudian
dirinci dalam perencanaan suatu kota. Kebijaksanaan perencanaan
dan pengembangan kota harus dapat dalam kerangka pendekatan
4
yang luas yaitu pendekatan regional. Rumusan pengembangan kota
seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota
sebagai berikut :

1. Menekan angka kelahiran

2. Mengalihkan pusar pembangunan pabrik/industri ke pinggir kota\

3. Membendung urbanisasi

4. Membangun kota satelit

5. Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau desa-desa


yang telah ada disekitar kota besar

6. Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak mempunyai


pekerjaan

II. MASYARAKAT PEDESAAN

a. Pengertian desa/ pedesaan

• Menurut Sutarjo Kartohadikusuma adalah satu kesatuan hukum


dimana bertempat tinggal suatu masyarakat pemerintahan
sendiri.

• Menurut bintarto, desa merupakan perwujudan kesatuan


geografi, sosial, ekonomi, politik, dan cultural yang terdapat di
suatu daerah dalam hubungan dan pengaruhnya secara timbal
balik dengan daerah lain.

• Menurut Paul H. Landis desa adalah penduduknya kurang dari


2.500 jiwa dengan ciri-ciri :

1. Mempunyai pergaulan hidup yang saling mengenal antara


rbuan jiwa

2. Ada pertalian perasaan yang sama tentang kesukaan


terhadap kebiasaan

3. Cara berusaha (ekonomi) adalah agraris, yang dipengaruhi


oleh iklim, keadaan alam, kekayaan alam, sedang pekerjaan
yang bukan agraris adalah bersifat sampingan.

5
Secara umum yang menjadi ciri-ciri masyarakat pedesaan antara
lain :

a. Antara warga mempunyai hubungan yang mendalam dan erat


bila dibandingkan dengan masyarakat di luar batas-batas
wilayahnya

b. Sistem kehidpan umumnya berkelompok denagan dasar


kekeluargaan (gemeinscharft atau paguyuban)

c. Sebagian warga masyarakat pedesaan hidup dari pertanian,


pekerjaan yang bukan pertanian merupakan pekerjaan part time
sebagai pengisi waktu luang.

d. Masyarakat homogen seperti dalam mata pencaharian, agama,


adat istiadat dsb.

b. Hakikat dan Sifat Masyarakat Pedesaan

Masyarakat desa yang agraris dipandang sebagai masyarakat yang


tenang, hal itu terjadi karena sifat keguyuban/ gemeinscharft
sehingga oleh orang kota dianggap sebagai tempat untuk
melepaskan lelah.

Tetapi dalam masyarakat desa terdapat pula perbedaan pendapat


atau paham yang menyebabkan ketegangan sosial, yaitu :

a. Konflik/ pertengkaran, pertengkaran biasanya berkisar masalah


sehari-hari/ rumah tangga juga pada masalah kedudukan dan
gengsi, perkawinan dsb.

b. Kontroversi/ pertentangan, disebabkan oleh perubahan konsep-


konsep kebudayaan/ adat istiadat, psikologi atau dalam
hubungannya dengan guna-guna/ black magic.

c. Kompetisi/ persaingan, dapat besifat positif maupun negatif.


Positif bila wujudnya saling meningkatkan prestasi dan produksi,
negatif bila berhenti pada sifat iri.

c. Kegiatan Pada Masyarakat Pedesaan

Masyarakat pedesaan mempunyai penilain yang tinggi terhadap


mereka yang dapat bekerja keras tanpa bantuan orang lain. Jadi
masyarakat pedesaan bukan masyarakat yang senang diam tanpa

6
aktivitas. Pada umumnya masyarakat desa sudah bekerja dengan
keras tetapi para ahli lebih memberikan perangsang yang dapat
menarik aktivitas masyarakat pedesaan, dan menjaga agar cara dan
irama bekerja bisa efektif dan efisien serta kontinyu (diusahakan
mengisi waktu-waktu kosong bekerja karena keadaan musim/ iklim
di indonesia)

d. Sistem Nilai dan Budaya Petani Indonesia

Sistem nilai budaya petani Indonesia antara lain sebagai berikut :

a. Petani Indonesia terutama di Jawa menganggap kehidupan


adalah hal yang buruk dan kesengsaraan sehingga mereka
berlaku prihatin dan berusaha dan ikhtiar.

b. Mereka beranggapan bahwa orang bekerja untuk hidup dan


kadang-kadang mencapai kedudukan.

c. Mereka beorientasi pada masa sekarang, kurang mempedulikan


masa depan.

d. Mereka menanggap alam tidak menakutkan, bila ada bencana


hanya merupakan sesuatu yang wajib diterima. Mereka cukup
menyesuaikan diri dengan alam dan kurang usaha untuk
menguasainya.

e. Untuk menghadapi alam mereka cukup dengan bergotong-


royong, mereka sadar bahwa dalam hidup pada hakikatnya
tergantung pada sesama.

4. URBANISASI DAN URBANISME

a. Arti Urbanisasi

Urbanisasi adalah proses perpindahan penduduk dari desa ke kota


dengan tanda-tanda:

1. Terjadinya arus perpindahan penduduk dari desa ke kota

2. Bertambah besarnya tenaga kerja non agraria di sektor-sektor


sekunder/ industri dan sektor tersier/ jasa.

3. Tumbuhnya pemukiman menjadi kota


7
4. Meluasnya pengaruh kota di daerah pedesaan mengenai segi
ekonomi, sosial, kebudayaan, psikologis.

II.1 Kekuatan Urbanisasi


Banyak faktor yang menyebabkan mengapa urbanisasi begitu tinggi
hingga tak terkontrol. Salah satunya adalah dari peninggalan kebijakan
zaman orde baru yang masih menyisakan masalah hingga saat ini.
Paradigma sentralisasi pemerintahan dan pembangunan ekonomi terpusat
adalah hal yang menjadi faktor pendorong terjadinya urbanisasi dengan
konsentrasi migrasi dan jumlah migran yang tidak sehat. Daerah-daerah
kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan potensi ekonomi
daerah yang dimilikinya. Pemerintah pusat juga tidak mau memecah
kosentrasi pembangunan ke daerah untuk pemerataan pembangunan.
Akibatnya, yang terjadi sekarang ini adalah ketidakseimbangan
pembangunan satu daerah dengan daerah yang lain.

Selain itu jika kita flashback ke awal pemerintah orde baru saat itu yang
terlalu berfokus pada pembangunan industri subtitusi import (manufactur)
dengan mengabaikan sektor yang menjadi penghidupan mayoritas
penduduk yakni sektor pertanian. Kalaupun sektor pertanian sempat
dianggap maju dengan swasemba berasnya, tapi kemajuannya hanya
berlangsung singkat, karena orientasi pembangunan pertanian saat itu
berdasarkan paradigma industri subtitusi import (mencukupi pangan
nasional), bukan pada pengembangan sumber daya pertanian dan
keunggulan produk pertanian. Sektor pertanian sangat identik dengan
kehidupan ekonomi desa. Jika sektor pertanian tidak berkembang maka
ekonomi desa juga terkena dampak buruknya. Sektor pertanian yang tidak
menjanjikan lagi dan lapangan pekerjaan yang minim di desa, ditambah
lagi rata-rata pendidikan yang rendah menjadi faktor pendorong
masyarakat desa untuk melakukan urbanisasi.

Orde baru memang telah jatuh selama satu dekade terakhir, tapi sisa
kebijakannya masih terasa sampai saat ini. Pikiran masyarakat (mindset)
masyarakat desa tentang urbanisasi sebagai peningkatan taraf hidup
masih belum banyak berubah. Orde reformasi dengan otonomi daerahnya
juga tidak mampu menjawab banyak untuk memajukan ekonomi desa,
8
terbukti dengan masih tingginya urbanisasi. Michael Lipton (1977) pernah
mengatakan, orang berurbanisasi merupakan refleksi dari gejala
kemandekan ekonomi di desa yang dicirikan oleh sulitnya mencari
lowongan pekerjaan dan fragmentasi lahan (sebagai faktor pendorong),
serta daya tarik kota dengan penghasilan tinggi (sebagai faktor penarik).

Urbanisasi pada tingkatan tertentu dari sisi ekonomi justru akan


menguntungkan kota tujuan urbanisasi. Bagi kota tujuan urbanisasi,
manfaat yang dapat diperoleh antara lain adalah terpenuhinya jumlah
sumberdaya manusia sebagai tenaga kerja yang memadai untuk
mendukung pembangunan daerah, dan meningkatnya pendapatan daerah
dengan tingginya aktivitas ekonomi dari para migran,

2.2 Kelemahan Urbanisasi


Dalam teori umum semakin meningkat persentase penduduk suatu
kota semakin meningkatkan produk domestik bruto dan capaian
pembangunan manusia dari penduduk di kota itu. Jika begitu mengapa
urbanisasi saat ini justru menjadi momok bagi pemerintah kota?
Jawabannya adalah karena urbanisasi yang terjadi sekarang ini sudah
pada tingkatan tidak terkontrol, akibatnya urbanisasi tidak lagi menjadi
faktor kemajuan kota. Bukti empiris menunjukkan hubungan antara
urbanisasi dan kemajuan itu bisa terwujud jika urbanisasi berada pada
tingkat yang terkontrol (UNDP, Human Development Report, 2005).
Alih-alih kemajuan yang didapatkan dari urbanisasi, justru urbanisasi
malah jadi biang kerok berbagai permasalahan pelik kota. Kemiskinan,
pengangguran, pemukiman kumuh, banyaknya gepeng (gelandangan
dan pengemis), tingkat kriminalitas tinggi adalah sebagian contoh
akibat langsung maupun tidak langsung dari urbanisasi. Jadi tidaklah
janggal jika pemerintah kota menjadi pihak yang paling getol
menghadapi “ancaman urbanisasi”.

Arus urnbanisasi tidak dapat dihindari oleh kota – kota besar.


Urbanisasi merupakan masalah persebaran penduduk yang tidak
merata antara desa dengan kota yang akan menimbulkan berbagai
permasalahan kehidupan sosial dan kemasyarakatan. Jumlah
peningkatan penduduk kota yang signifikan tanpa didukung dan
diimbangi dengan jumlah lapangan pekerjaan, fasilitas umum, aparat

9
penegak hukum, perumahan, penyediaan pangan, dan lain sebagainya
merupakan masalah yang timbul akibat lemahnya sistem urbanisasi
saat ini.

2.3 Peluang Urbanisasi


Dari pemantauan pemerintah ada dua arus besar menjadi
pendorong urbanisasi, yang pertama adalah tahun kelulusan siswa/i atau
mahasiswa/i dari studinya. Arus pertama ini bagi pemerintah kota bukan
ancaman serius. Selain karena segi kuantitas tidak terlalu banyak, dilihat
dari segi kualitas mayoritas adalah tenaga-tenaga terdidik yang potensial
dan mempunyai prospek kerja (formal) cukup tinggi. Bahkan banyak yang
memandang mereka akan membawa urbanisasi kearah positif untuk
kemajuan kota.

Arus yang kedua adalah di saat pasca lebaran. Arus inilah yang paling
diantisipasi ekstra oleh pemerintah kota dan menjadi ancaman serius bagi
mereka. Kebanyakan perantau baru dari arus balik lebaran ini datang dari
wilayah miskin di Indonesia. Kebanyakan lagi dari mereka tidak
mempunyai modal yang cukup mengarungi sengitnya persaingan kerja di
kota. Dengan latar pendidikan minim, keahlian (skill) yang kurang
mumpuni, dan sumber daya finansial (modal dana) juga kurang memadai,
semakin mempersulit para migran urban meraih kesuksesan di kota.
Kalaupun ada yang sukses mungkin bisa dihitung dalam hitungan jari
dibanding ratusan migran lainya. Itupun karena mereka mempunyai soft
skill yang menunjang kerjanya seperti keuleten, pekerja yang keras,
humanis dalam membangun jaringan, dan yang paling penting adalah
kejujuran untuk membangun trustment.

Kota–kota besar merupakan kota yang berpeluang besar menjadi kota


tujuan arus urbanisasi. Hal ini bisa kita pahami karena kota merupakan
pusat pemerintahan, pusat industri, pusat perdagangan baik barang
maupun jasa. Sasaran seseorang melakukan urbanisasi adalah untuk
mengisi kekurangan tenaga kerja terutama disektor industri.karena
industri merupakan yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Kota
merupakan pusat penggerak perekonomian, adanya banyak peluang yang
memungkinkan seseorang untuk melakukan kegiatan perdagangan,
10
membuka lapangan usaha dll. karena di kota iklim perekonomiannya
cukup setabil. Hal ini seharusnya menjadi perhatian urbanisme sebagai
salah satu alternatif untuk mewujudkan impianya tentunya didukung
dengan usaha keras dan modal usaha.

2.4 Tantangan Urbanisasi


Banyak penduduk yang melakukan urbanisasi tidak memiliki skill,
sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja industri atau
lembaga yang ada. Hal ini tentunya akan menimbulkan peningkatnya
angka pengangguran di kota dan hal ini tentunya akan memicu naiknya
tingkat angka kemiskinan diperkotaan. Terjadinya tingkat urbanisasi yang
berlebihan, atau tidak terkendali, dapat menimbulkan berbagai
permasalahan pada penduduk itu sendiri. Ukuran terkendali atau tidaknya
proses urbanisasi biasanya dikenal dengan ukuran primacy rate, yang
kurang lebih diartikan sebagai kekuatan daya tarik kota terbesar pada
suatu negara atau wilayah terhadap kota-kota di sekitarnya. Makin besar
tingkat primacy rate menunjukkan keadaan yang kurang baik dalam
proses urbanisasi. Tidak adanya peraturan yang jelas yang mengatur
masalah urbanisasi sehingga laju urbanisasi tidak terkendali dan
penyebarannya pun tidak merata.selain itu kurangnya kontrol dan
pengawasan dari pemerintah kota. Semua masalah

ini merupakan tantangan yang perlu kita renungkan dan mencoba


mencari solusi terbaik untuk menghadapinya.

b. Sebab-sebab terjadinya Urbanisasi

1. Adanya pertambahan penduduk secara alamiah

2. Terjadinya arus perpindahan dari desa ke kota

3. Tertariknya pemukiman pedesaan kedalam lingkup kota sebagai


akibat perkembangan kota yang sangat pesat di berbagai
bidang, terutama yang berkaitan dengan tersedianya
kesempatan kerja.

Sebab-sebab diatan bila diuraikan terdiri dari faktor pendorong/


push faktor dan faktor penarik/ pull faktor.

11
Faktor-faktor pendorong adalah :

1. Timbulnya kemiskinan di pedesaan karena pertambahan


penduduk yang tidak seimbang dengan lahan pertanian

2. Kaum muda di desa merasa tertekan dengan cara hidup yang


monoton dan untuk mengembangkan pertumbuhan jiwanya
mereka pergi ke kota

3. Penduduk desa meninggalkan desanya untuk menambah


pengetahuan

4. Rekreasi yang merupakan faktor penting di bidang spiritual


sangat kurang

5. Penduduk yang mempunyai keahlian selain bertani misalnya


kerajinan tangan, mengigikan pasaran yang lebih luas dan hanya
dapat diperoleh di kota

6. Kegagalan panen menyebabkan penduduk desa mencari sumber


penghidupan lain di kota

7. Pertentangan dalam lingkup nasional baik antar kelompok,


golongan, agama, etnis, politik, memaksa warganya unutk
menyelamatkan diri ke tempat lain

Faktor-faktor penarik adalah

1. Penduduk desa beranggapan bahwa di kota banyak tersedia


lapangan pekerjaan

2. Usaha untuk mencari pekerjaan yang sesuai dengan pendidikan

3. Kota menghindarkan diri dari kontrol sosial yang terlalu ketat


atau untuk mengangkat diri dari posisi sosial yang rendah

4. Di kota lebih banyak kesempatan untuk mengembangkan usaha


kerajinan rumah tangga menjadi industri kerajinan

5. Kelebihan modal di kota lebih banyak daripada di desa

6. Pendidikan lebih banyak di kota

7. Kota merupakan tempat yang lebih menguntungkan untuk


mengembangkan jiwa dengan sebaik-baiknya dan seluas-
luasnya.

12
8. Kota dianggap mempunyai tingkat kebudayaan yang lebih tinggi
dan merupakan tempat pergaulan dengan segala macam orang
dari segala lapisan masyarakat.

c. Akibat-akibat Urbanisasi

1. Terbentuknya sub-urb, tempat-tempat pemukiman baru di


pinggiran kota yang terjadi akibat perluasan kota, karena kota
tidak mampu lagi menampung arus urbanisasi.

2. Makin meningkatnya tuna karya yaitu orang yang tidak


mempunyai pekerjaan tetap

3. Pertambahan penduduk kota yang pesat menimbulkan masalah


perumahan. Orang terpaksa tinggal di rumah kecil dan tidak
memenuhi syarat kesehatan.

4. Lingkungan hidup yang tidak sehat apalagi ditambah dengan


adanya berbagai kerawanan sosial memberi pengaruh negatif
terhadap pendidikan generasi muda.

d. Usaha-usaha Menangulangi Urbanisasi

1. Lokal jangka pendek :

a. Pembersihan daerah-daerah perkampungan melarat yang ada


di tengah kota dengan memindahkan ke tempat yang sudah
dipersiapkan terlebih dahulu baik di pinggiran kota maupun
proyek pemukiman transmigran

b. Perbaikan kampung melarat, membuat pemukiman tersebut


layak sebagai tempat tinggal

c. Membuat dan melaksanakan proyek sites dan service atau


proyek plot town ship yaitu mengembangkan daerah
pemukliman sederhana beserta seluruh prasarana seperti
jalan, air, listrik, saluran pembuangan air. Kemudian
disediakan kavling dimana penduduk dapat membangun
rumah secara swkarsa.

d. Memperluas kesempatan kerja

2. Lokal jangka panjang

13
Salah satunya adalah penyusunan masterplan/ rencana induk
seperti : pembangunan perumahan, lapangan kerja,
infrastruktur/ prasarana, tempat rekreasi dsb. Masterplan ini
harus menunjukkan arah pengembangan kota dalam jangka
waktu yang agak panjang.

3. Nasional jangka pendek

Pemerintah dapat mengatur masalah migrasi dengan peraturan


perundang-undangan.

4. Nasional jangka panjang

1. Pemancaran pembangunan kota dengan membangun kota-


kota baru

2. Rencana pembangunan daerah dengan memusatkan


perhatian pada pengembangan kota-kota sedang dan kecil
sebagai pusat pengembangan (growth center) wilayah yang
bercorak pedesaan.

3. Mengadakan industrialisasi di kota-kota besar

e. Urbanisme

Menurut Louis Wirth dalam kertas kerjanya yang berjudul “ urbanis


as way of life” berpendapat bahwa :

a. Urbanisasi menimbulkan inovasi/ perubahan, specialisasi,


diversitas/ perbedaan, anonimitas. Kota dapat menciptakan cara
hidup yang berbeda (distinc) dsebut dengan istilah urbanism.

b. Luas/ size, kepadatan/ desity dan heterogenitas merupakan


variabel bebas yang menentukan urbanisme atau gaya hidup
kota.

Jadi dalam hal ini urbanisasi dikaitkan dengan proses terbentuknya


kota dan perkembangannya. Sedangkan istilah urbanisme dikaitkan
dengan perilaku atau cara hidup di kota.

14

You might also like