Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
Nama : Muhammad Zawawi
Kelas : 8A akuntansi
No. Absen : 20
NPM : 09460004974
Indonesia merupakan negara yang kaya dan penuh potensi baik alam, manusia,
maupun budayanya. Dengan pengelolaan yang benar seharusnya bangsa ini bisa
menjadi bangsa yang besar. Tapi pada kenyataannya, yang terjadi adalah sebaliknya.
Indonesia menjadi tamu di rumah sendiri, sumber daya alam dan ekonomi yang
dikuasai oleh asing, dan tidak bisa bersaing dalam kompetisi antar bangsa, bahkan
kalah dengan negara tetangga.
Jika korupsi yang ada tidak diatasi dengan lebih serius maka dapat
menimbulkan dampak yang masiv pada bangsa ini. Dampak tersebut antara lain
lesunya perekonomian, meningkatnya kemiskinan, tingginya angka kriminalitas,
kehancuran birokrasi, terganggunya sistem politik dan fungsi pemerintahan, serta
buyarnya masa depan demokrasi.
2
KKN dihasilkan dalam Sidang Istimewa MPR bulan November 1998. Tap MPR
tersebut mengharuskan pemberantasan korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN) secara
tegas, termasuk kepada mantan Presiden Soeharto.
Namun apa yang terjadi? Semua itu tampaknya tidak berjalan dengan baik.
Hal ini terjadi karena terlalu mengharapkan pemerintah. Menyerahkan pemberantasan
korupsi pada pemerintah saja padahal pemerintah juga yang korupsi termasuk aparat
hukum (polisi dan jaksa). Tentu saja, dalam upaya pemberantasan korupsi,
keterlibatan semua pihak adalah salah satu prasyarat yang tidak bisa dihindarkan.
Sebuah babak baru dimulai ketika diundangkan UU No. 31 tahun 1999 yang memuat
secara jelas pengertian korupsi, pengamanatan lembaga khusus pemberantasan
korupsi (KPK), dan yang terpenting adalah peran serta masyarakat. Hal ini sangat
penting karena mungkin penyebab utama adalah kurangnya sinergi pemerintah dan
masyarakat, serta peran serta aktifnya dalam memberantas korupsi.
3
PERANAN MASYARAKAT DALAM UPAYA PEMBERANTASAN
KORUPSI
Korupsi yang sudah merajalela sangat sulit untuk diberantas, tapi bisa jika
mau berusaha. Tidak hanya KPK sebagai lembaga yang secara khusus menangani
korupsi, tetapi juga andil masyarakat sangat diperlukan. Paling tidak, masyarakat
harus ikut ambil bagian karena tiga hal.
Adalah sudah menjadi pengetahuan umum bahwa aktor utama korupsi adalah
pemerintah dan pengusaha, sementara masyarakat adalah korbannya. Kolaborasi
antara pemerintah dengan pengusaha menimbulkan kesengsaraan bagi masyarakat
pada umumnya. Hampir sebagian besar -jika tidak semua- kasus korupsi yang
terungkap selalu menempatkan dua aktor itu sebagai biang keladi yang saling
berkaitan. Entah relasinya berwujud simbiosis mutualisme ataupun parasit
mutualisme yaitu korupsi yang dimensinya adalah pemerasan.
Jikapun masyarakat kemudian terseret dalam arus kehidupan koruptif, hal itu
semata-mata karena upaya terpaksa yang dilakukan untuk bisa memperoleh hak-
haknya. Kebiasan untuk membayar lebih dari harga yang ditetapkan peraturan kepada
petugas dalam pengurusan ijin seperti SIM, KTP, STNK dan lain sebagainya
merupakan wujud dari ketidakberdayaan masyarakat untuk melawan sistem yang
korup.
4
jangan berharap mereka dimasukan sebagai kelompok masyarakat miskin yang
nantinya berhak memperoleh BLT.
Suatu negara terdiri dari tiga komponen utama yaitu pemerintah, masyarakat,
dan swasta. Keberhasilan suatu negara sangat tergantung pada kinerja dan kerja sama
ketiganya. Jika kerjasama yang dilakukan baik maka akan menjadi bagus negara itu,
sebaliknya jika buruk maka cepat atau lambat bangsa itu akan hancur. Oleh karena
itu, masyarakat harus aktif ikut dalam upaya perbaikan bangsa ini.
KPK sebagai satu- satunya lembaga yang masih dipercaya menangani masalah
korupsi mempunyai keterbatasan. Meski dimungkinkah membuat perwakilan di
daerah, sampai saat ini KPK hanya ada di Jakarta sedangkan korupsi terjadi di mana-
mana. KPK mempunyai jumlah personil yang tidak seberapa jika dibandingkan
dengan seluruh kasus korupsi yang terjadi. Di sinilah dibutuhkan bantuan masyarakat
untuk mengawasi, memberikan aduan, dan pembinaan agar mengurangi beban KPK.
Ada tiga golongan utama peran yang bisa diambil oleh masyarakat
berdasarkan sebab terjadinya korupsi, yaitu :
5
2. ikut serta dalam meningkatkan pendidikan moral dan pengetahuan
Lantas, apa yang bisa kita lakukan? Ingat, remunerasi hanya baru terjadi di
beberapa instansi saja. Lainnya? meski akan, tetapi belum dilaksanakan. Bentuk-
bentuk yang bisa dilakukan untuk peningkatan kesejahteraan antara lain pengelolaan
zakat yang adil dan prosesional serta pelatihan ketrampilan usaha.
Zakat adalah kewajiban tiap muslim yang sudah memenuhi kriteria mampu
(nishab) dan waktu (haul). Tujuan zakat adalah untuk mensucikan harta yang
dimiliki. Dengan penduduk yang mayoritas islam dan banyaknya orang kaya,
seharusnya zakat yang terkumpul banyak dan bisa untuk disalurkan ke masyarakat
yang membutuhkan. Di sinilah peran kita, terutama yang menjadi amil (badan zakat)
untuk menggerakkan kesadaran membayar zakat kemudian mengelolanya dengan
adil, transparan, dan profesional untuk membantu pemerataan kesejahteraan.
6
Yang kedua adalah pelatihan ketrampilan. Kita bisa mengajak tetangga kita
untuk membuka usaha dengan melatihnya terlebih dahulu misalnya pengolahan
limbah rumah tangga menjadi kompos untuk sampah organik atau kerajinan untuk
sampah plastik yang masih digunakan. Bisa juga dengan memberikan sedikit
rangsangan modal kepada para pengrajin, mengorganisasikannya kegiatan hingga
penjualannya. Kegiatan semacam ini sudah ada di beberapa daerah baik dilakukan
oleh suatu RT maupun lembaga swadaya masyarakat. Dengan kegiatan semacam ini
diharapkan kesejahteraan masyarakat yang akhirnya mengurangi potensi terjadinya
tindak pidana korupsi.
Kemudian, pengetahuan yang luas (tidak harus tingkat pendidikan tinggi) juga
sangat didambakan karena akan membuat manusia melihat sesuatunya dengan lebih
menyeluruh. Dalam melakukan sesuatu, dia tidak hanya memikirkan enak atau tidak
enak, suka atau tidak suka, tetapi juga memperkirakan bagaimana akibatnya, baik
terhadap dirinya sendiri, keluarga, maupun lingkungan.
7
bagi yang kurang mampu atau juga dengan mengadakan seminar- seminar
antikorupsi.
8
Pembentukan LSM seperti Masyarakat Transparansi Indonesia, Indonesian
Corruption Watch, dan sebagainya juga sangat berguna dalam membantu pengawasan
pemerintahan. Bahkan, seringkali yang mengungkap kasus korupsi adalah mereka
bukan polisi.
Suatu tindakan, jika dilandasi pada aturan yang ada maka akan menjadi lebih
kuat. Bisa jadi, dahulu sudah ada banyak anggota masyarakat yang peduli, namun
karena takut atau tidak ada hukum yang mengayomi sehingga tidak beran
mengungkapkan pendapat, maupun menyalurkan aduan adanya tindak pidana korupsi.
rantasan Undang Undang Nomor 31 tahun 1999, yang merupakan penyempurnaan
Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1971 tentang Pemberantasan Tindak Podana
Korupsi, selain menjelaskan definisi korupsi dan macamnya, juga ada bagian yang
mengakui peran serta masyarakat dalam pemberantasan korupsi. Pengaturan tersebut
ada dalam BAB IV yaitu pasal 41 dan 42.
Peran serta masyarakat itu diwujudkan dalam bentuk memiliki hak mencari,
memperoleh dan memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana
korupsi, hak untuk memperoleh pelayanan dalam mencari, serta memperoleh dan
memberikan informasi adanya dugaan telah terjadi tindak pidana korupsi kepada
penegak hukum yang menangani perkara tindak pidana korupsi.
9
tentang laporannya yang diberikan kepada penegak hukum dalam waktu paling lama
30 hari.
Dengan adanya Undang- Undang yang mengatur, diharapkan peran serta aktif
masyarakat bisa lebih ditingkatkan demi terwujudnya Indonesia yang lebih bersih.
10
KESIMPULAN
Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari pemaparan di atas, yaitu :
5. Peran serta masyarakat diakui dalam UU No.31 tahun 1999 (telah diubah
terakhir dengan UU No.20 tahun 2001 ) tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi pasal 41 dan 42. Diharapkan dengan adanya payung hukum ini
masyarakat bisa lebih ambil bagian dalam upaya memberantas korupsi di bumi
nusantara.
11
Referensi
Undang- Undang No. 31 tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang
No.20 tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi