You are on page 1of 3

PROSES REGULASI DARI BENTUKAN PEMBELAHAN DNA DOUBLE-STRAND PADA

MEIOSIS

Selama meiosis, sel otomatis membentuk beberapa pemotongan DNA double-strand (DNA
double-strand breaks ”DSBs”) yang tujuannya untuk menginisiasi rekombinasi homolog yang
mengubah informasi genetic antara kromosom homolog dan rangsang segregasi kromosom yang
akurat. Bentukan DSB dibatasi dalam jangka waktu pendek pada meiosis, tujuannya untuk
pelaksanaan yang sesuai terhadap fungsi rekombinasi dan untuk mencegah diproduksinya racun
dari lesi DNA pada waktu yang tidak sesuai. Dua study yang membahas tentang gen dan
perkembangannya menyediakan pengetahuan yang penting, tetapi sangat terbatas dalam
pemahaman mekanismenya yang sebenanya tujuan dari pemahaman ini dapat digunakan untuk
memastikan waktu yang tepat atau sesuai untuk terbentuknya DSB.

Fungsi dan regulasi pada rekombinasi selama meiosis

Meiosis merupakan versi modifikasi dari siklus pembelahan sel mitotic yang digunakan pada
reproduksi seksual organismeuntuk membentuk sel gamet yang haploid. Pada proses Meiosis
terdiri dari satu rentetan replikasi DNA dan dua ronde pembelahan sel yang berturut-turut,
dimana komplemen genom yang dihasilkan akan tereduksi jumlahnya menjadi setengah. Selama
periode antara replikasi dan pembelahan pada kebanyakan organism, pasangan kromosom
homolog paternal dan maternal berjajar dengan kromosom lainnya sesuai panjangnya dan juga
saling menukarkan informasi genetic melalui rekombinasi homolog. Salah satu fungsinkritis dari
proses pertukaran informasi tersebut adalah untuk membantu menyediakan koneksi fisik antar
kromosom homolog. Koneksi ini (disebut chiasmata) bekerjasama dengan sister-kromatid
kohesi sehingga kromosom mampu berjajar dengan tepat pada spindle dan supaya kromosom
dapat terpisah secara akurat pada pembelahan meiosis I. jika rekombinasi gagal, segregasi
kromosom umumnya secara otomatis gagal , dengan adanya konsekuensi yang membahayakan
bentukan sel gamet.

Rekombinasi meiosis melibatkan proses bentukan dan pembetulan dari DSBs (secara sengaja
dapat menyebabkan kerusakan DNA) yang juga disebabkan oleh tetap munculnya protein
Spo11. Jalur rekombinasi yang paling baik dipahami adalah pada Saccharomyces cerevisiae dan
Schizosaccharomyces pombe , tetapi data genetic dan cytologinya mensupport kesimpulan yang
didapat bahwa Spo11-dependent DSBs dibutuhkan untuk proses rekombinasi pada berbagai
organism lain, termasuk mamalia. Jadi, pemunculan DSBs merupakan ciri-ciri universal
rekombinasi meiosis.

Pembatasan pada pemunculan DSBs jika ditelaah secara logis memang masuk akal, dengan
mempertimbangkan kedua peranan penting meiotic DSBs dan potensi konsekuensi negative yang
bakal ia timbulkan jika perbaikan DNA nya tidak sesuai dengan seharusnya. Pertama, seperti
disebutkan di atas DSBs memang dibutuhkan untuk menyebabkan timbulnya chiasmata yang
secara fisik menghubungkan kromosom homolog. Setiap chiasma merupakan kombinasi dari
persilangan yang disebabkan oleh proses perbaikan DSB dalam rekombinasi, plus higher-order
dalam perubahan struktur kromosom pada daerah crossing over yakni, pertukaran dari axes pada
kromosom dan pemisahan local dari Sister-kromatid. Jadi, untuk membentuk Chiasma, proses-
proses yang berbeda harus betul-betul terkoordinasi satu dengan yang lainnya pada suatu waktu.
Sebagai contoh, rekombinasi harus mulai menginisiasi hanya apabila DNA sudah direpliaksi dan
kohesi sister-kromatid telah terbentuk.

Kedua, rekombinasi melibatkan proses menemukan suatu sequence DNA homolog yang dapat
berinteraksi untuk berperan sebagai template untuk memperbaiki integritas pada kromatid yang
rusak. Pada kebanyakan organism (tetapi tidak semua), proses menemukan homolog yang terjadi
selama rekombinasi merupakan bagian kunci dari mekanisme dimana pada kromosom homolog
terjadi proses mencari satu sama lain. Penentuan waktu pada inisiasi proses rekombinasi harus
dikontrol, yang tujuannya untuk mempromotori secara efektif proses berpasangan.

Ketiga, DSBs merupakan tipe kerusakan genomic yang berbahaya yang sel secara normal akan
melakukan tindakan pencegahan untuk menghindari kerusakan tersebut, tetapi sel mitotic harus
secara sengaja menyebabkan timbulnya lesi kromosom tersebut. Untuk menimalisir resiko
deletorius effect, sel harus meregulasi aktivitas Spo11 untuk muncul hanya pada saat dan tempat
yang tepat sehingga DSBs betul-betul dirubah secara efisien menjadi sesuai keadaan yang
dibutuhkan dan produk yang dibutuhkan.

You might also like