Professional Documents
Culture Documents
Setiap perilaku belajar selalu ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik.
Karakteristik perilaku belajar ini dalam beberapa pustaka rujukan, antara lain
Psikologi Pendidikan Oleh Surya (1982), disebut juga sebagai prinsip-prinsip belajar.
Diantara ciri-ciri perubahan khas yang menjadi karakteristik perilaku belajar yang
terpenting adalah:
1) Perubahan itu Intensional
perubahan yang terjadi dalam proses belajar ialah berkat pengalaman atau praktik
yang dilakukan dengan sengaja dan disadari, atau dengan kata lain bukan kebetulan.
Karakteristik ini mengandung konotasi bahwa siswa menyadari akan adanya
perubahan yang dialami atau sekurang-kurangnya ia merasakan adanya perubahan
dalam dirinya, seperti bertambahnya pengetahuan, kebiasaan, sikap dan pandangan
terhadap sesuatu, keterampilan dan lainnya. Maka dari itu, perubahan yang
diakibatkan mabuk, gila, dan lelah tidak termasuk dalam karakteristik belajar, karena
individu yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.
Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat positif dan aktif. Positif artinya
baik, berguna, serta sesuai dengan harapan. Hal ini juga bermakna bahwa perubahan
tersebut senantiasa merupakan penambahan, yakni diperolehnya sesuatu yang baru
yang lebih baik daripada apa yang telah ada sebelumnya. Adapun perubahan aktif
artinya tidak terjadi dengan sendirinya, seperti karena proses kematangan, akan tetapi
karena proses itu sendiri.
Perubahan yang timbul karena proses belajar bersifat efektif, yakni berguna. Yakni,
perubahan tersebut membawa pengaruh, makna, manfaat tertentu bagi peserta didik.
Selain itu, perubahan dalam proses belajar bersifat fungsional dalam arti bahwa ia
relatif menetap dan setiap saat apabila dibutuhkan, perubahan tersebut dapat
direproduksi dan dimanfaatkan. Perubahan fungsional dapat diharapkan memberi
manfaat yang luas (misalnya ketika siswa menempuh ujian dan menyesuaikan diri
dengan lingkungannya dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya).
Psikologi Belajar dan Ruang Lingkupnya
BAB I
PENDAHULUAN
Kegiatan pembelajaran termasuk pembelajaran Pelajaran Agama Islam (PAI), sarat
dengan muatan psikologis. Dengan kata lain, banyak aspek psikologis dalam proses
pembelajaran yang harus dipahami oleh seorang pendidik demi tercapainya tujuan
pendidikan. Mengabaikan aspek-aspek psikologis dalam pembelajaran akan berakibat
kegagalan. Untuk dapat memahami berbagai aspek psikologis dalam pembelajaran,
termasuk pembelajaran PAI, guru harus memahami berbagai konsep psikologi,
khususnya psikologi belajar.
Telah disebutkan di atas bahwa belajar dan mengajar merupakan konsep yang
bermuatan psikologis. Islam melalui surat Al-Alaq dan Al-Muddatsir telah
meletakkan dasar-dasar konsep psikologi bagi kehidupan manusia, khususnya dalam
aktivitas belajar mengajar, terlebih khusus lagi pembelajaran PAI. Konsep dalam
kedua ayat tersebut merupakan konsep ideal. Oleh karena itu wajarlah bila teori dan
konsep psikologi pendidikan di dasarkan pada Al-Qur’an dan sunah.
Banyak hal yang perlu dikuasai oleh seorang pendidik, bukan hanya hal-hal yang
kasat mata dan lahiriah, tetapai juga harus menguasai hal-hal yang bersifat batiniah.
Misalnya memahami perasaan, keinginan, jalan pikiran, dan emosi siswa, yang
kesemuanya tercakup dalam ranah psikologi. Tanpa keahlian tersebut, pendidik tidak
akan mampu memaksimalkan potensi siswa.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Psikologi Belajar
Psikologi belajar terdiri atas dua kata, yaitu psikologi dan belajar.
1. Psikologi
Kata psikologi berasal dari Bahasa Inggris psychology. Kata ini diadopsi dari Bahasa
Yunani yang berakar dari dua kata yaitu psyche yang berarti jiwa atau roh, dan logos
berarti ilmu. Jadi secara mudah psikologi berarti ilmu jiwa.
Beberapa ahli memberikan pendapat mengenai arti psikologi. RS. Woodworth berkata
psychology can be defined as the science of the activities of the individual
(Woodworth, 1955:3). Ngalim Purwanto (1996:12) menyatakan bahwa psikologi
adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia. Tingkah laku disini meliputi
segala kegiatan yang tampak maupun yang tidak tampak, yang dilakukan secara sadar
atau tidak sadar. Sedang Sarwono (1976) mendefinisikan psikologi dalam tiga
definisi. Pertama, psikologi adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dan
hewan. Kedua, psikologi adalah ilmu yang mempelajari hakikat manusia. Ketiga,
psikologi adalah ilmu yang mempelajari respon yang diberikan oleh makhluk hidup
terhadap lingkungannya.
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa psikologi adalah ilmu
pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu dalam interaksi dengan
lingkungannya.
2. Belajar
Muhibbin (2006) berpendapat bahwa belajar merupakan tahapan perubahan seluruh
tingkah laku yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan
lingkungan yang melibatkan proses kognitif.
Sedang menurut Morgan dalam Introdution to Psycology (1978) berpendapat belajar
adalah perubahan yang relative menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai hasil
dari latihan.
Ngalim Purwanto (1996:14) menyatakan bahwa belajar memiliki empat unsur:
a. Perubahan dalam tingkah laku
b. Melalui latihan
c. Perubahan relative mantap
d. Perubahan meliputi fisik dan psikis
Jadi dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses menuju perubahan yang
bersifat mantap melalui proses latihan dalam interaksi dengan lingkungan dan
meliputi perubahan fisik dan mental.
3. Psikologi Belajar
Dari pengertian masing-masing psikologi dan belajar, dapat diambil suatu kesimpulan
bahwa psikologi belajar adalah suatu ilmu yang mengkaji atau mempelajari tingkah
laku manusia, didalam mengubah tingkah lakunya dalam kehidupan pribadi,
kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitar melalui proses pendidikan.
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dipahami bahwa psikologi belajar menitik
beratkan pada perilaku orang-orang yang terlibat dalam proses belajar, yaitu pendidik
dan murid.
B. Ruang Lingkup Psikologi Belajar
Ada beberapa pendapat mengenai ruang lingkup psikologi belajar yang diajukan para
ahli. Adapun yang dianggap mewakili dari berbagai pendapat tersebut, yaitu ruang
lingkup yang terdiri atas belajar, proses belajar, dan situasi belajar.
1. Belajar
a. Teori
Ada beberapa teori dalam belajar. Adapun yang paling menonjol antara lain:
1) Teori Koneksionisme
Teori ini dikembangkan Edward Thorndike (1874-1949). Ia ber-pendapat bahwa
belajar adalah hubungan antara stimulus dan respon.
2) Teori Pembiasaan Klasikal
Teori ini berdasarkan hasil eksperimen yang dilakukan Ivan Pavlov (1849-1936). Ia
berpendapat belajar adalah perubahan yang ditandai dengan adanya hubungan antara
stimulus dan respon.
3) Teori Pembiasaan Perilaku Respons
Pembuat teori ini adalah Burrhus Frederic Skinner (1904). Belajar adalah hubungan
antara respon dan stimulus yang berdasarkan pada penguatan (reinforcement).
4) Teori Pendekatan Kognitif
Menurut teori ini, belajar bukan hanya peristiwa behavioral (jasmani) tapi juga
peristiwa mental.
b. Hakikat Belajar
Belajar secara hakikat berarti suatu proses menuju pendewasaan manusia ke arah yang
lebih baik melalui pelatihan. Selain itu, belajar merupakan salah satu fitrah manusia
sebagai sifat dasar manusia yang harus dipenuhi dan melekat sejak lahir.
c. Jenis Belajar
Menurut Gagne (dalam MOPC:2004), ada lima jenis belajar yaitu:
1) Belajar informasi verbal
2) Belajar kemahiran intelektual
3) Belajar pengaturan kegiatan intelektual
4) Belajar keterampilan motorik
5) Belajar sikap
d. Typologi atau Gaya Belajar Siswa
Ada banyak cara dan gaya belajar yang dilakukan para siswa. Namun dapat
digolongkan sebagai berikut:
1) Field Dependence Vs Field Independence
Field Dependence berarti siswa mau belajar apabila ada pengaruh dari luar.
Sebaliknya gaya Field Independence berarti siswa belajar secara mandiri
2) Preseptive Vs Reseptive
Preseptive adalah gaya belajar dengan mengatur atau mengorganisasi konsep yang
ada. Sedang receptive berarti kecenderungan siswa menerima pelajaran secara
mendetail.
3) Impulsive Vs Reflektive
Impulsive adalah kecenderungan untuk cepat-cepat mengambil keputusan tanpa
perhitungan yang mendalam. Sedang reflective berarti siswa mempertimbangkan
semua konsep yang masuk.
4) Intuitive Vs Sistematis
Intuitive adalah kecenderungan menyelesaikan masalah dengan perasaan. Sedang
sistematis berarti siswa memecahkan masalah melalui struktur dan tata urutan yang
jelas.
e. Karakteristik Perubahan Hasil belajar
1) Perubahan Intensional
Perubahan ini berarti bahwa sebagai hasil belajar ada perubahan yang dapat dirasakan
seperti tambah pengetahuan, kebiasaan, sikap, keterampilan, dan pandangan.
2) Perubahan Positif Aktif
Perubahan positif berarti bahwa perubahan tersebut senantiasa merupakan
penambahan dan relative baru. Sedang perubahan aktif berarti perubahan itu tidak
terjadi dengan sendirinya, tetapi memang diusahakan.
3) Perubahan Efektif dan Fungsional
Artinya perubahan yang ada berdaya guna dan dapat dimanfaatkan suatu saat bila
dibutuhkan.
f. Metode Belajar
1) SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review)
a) Guru menyuruh siswa memeriksa bahan yang akan diajarkan
b) Guru menuntun siswa agar membuat daftar pertanyaan mengenai teks
c) Guru memerintahkan membaca untuk mencari jawaban dari pertanyaan
d) Guru memerintahkan untuk menyebutkan jawaban
e) Guru memerintahkan untuk meninjau ulang jawaban
2) Pelajaran
a) Berdo’a, baca pelajaran yang lalu dan yang akan dipelajari
b) Periksa keperluan belajar
c) Konsentrasikan pada apa yang disampaikan
d) Catat pokok pembahasan
e) Ajukan pertanyaan
f) Seringlah ke perpustakaan untuk bahan tambahan
3) Belajar Sendiri
a) Berdo’a, lalu pelajari catatan singkat hasil belajar di sekolah
b) Buat pertanyaan mengenai catatan tersebut
c) Ulangi beberapa kali agar faham
d) Pilih waktu belajar yang cocok dan sesuai
e) Sebelum tidur, ulangi pertanyaan dan jawabannya
2. Proses Belajar
a. Tahapan Proses Belajar
1) Bayi: belajar makan, berjalan, berbicara, mengenali benda sekitar
2) Anak-anak: belajar keterampilan fisik, bergaul, mengembangkan keterampilan
membaca dan berhitung
3) Remaja: belajar etika dan peran, mencari peranan social, mengoptimalkan fungsi
tubuh, dan belajar menjadi ‘orang’
4) Dewasa: belajar mandiri, mencari pasangan, mengelola rumah, bekerja,
bertanggung jawab sebagai warga
5) Setengah baya: belajar bertanggung jawab, membantu anak, mengembangkan
aktivitas, mencapai kepuasan dalam profesi
6) Tua: belajar menyesuaikan diri dengan penurunan kekuatan dan fungsi tubuh,
menyesuaikan dengan kematian pasangan
b. Perwujudan Perilaku Belajar
1) Kebiasaan. Tiap siswa yang telah mengalami proses belajar kebiasaannya akan
berubah. Dalam proses belajar pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang
tidak diperlukan.
2) Keterampilan. Dalam belajar individu akan melakukan gerak motorik dengan
koordinasi dan kesadaran yang tinggi dan terkontrol.
3) Pengamatan. Yaitu menganali dunia luar dengan panca indra, kemudian
memprosesnya menjadi informasi
4) Daya ingat. Siswa yang telah mengalami proses belajar akan ditandai dengan
bertambahnya simpanan materi dalam otak.
5) Rasional. Siswa akan mampu berpikir rasional terutama dalam hal pemecahan
masalah dan analisanya.
6) Sikap. Perwujudan perilaku belajar siswa akan ditandai dengan munculnya
kecenderungan baru yang telah berubah.
7) Afektif. Seorang siswa setelah belajar akan memiliki perasaan tertentu, seperti
gembira, sedih, takut, benci dll.
c. Tingkatan Belajar
Menurut Robert Gagne (dalam Tohirin:2005) tingkatan belajar ada delapan, yaitu:
1) Mengenal tanda isyarat sederhana
2) Menghubungkan stimulus dengan respon
3) Merangkai dua respon atau lebih
4) Menghubungkan sebuah label kepada stimulus
5) Diskriminasi, yaitu menghubungkan suatu respon yang berbeda pada stimulus yang
sama
6) Mengenal konsep, yaitu menempatkan beberapa stimulus yang tidak sama dalam
kelas yang sama
7) Mengenal prinsip, yaitu menghubungkan dua konsep Pemecahan masalah, yaitu
menggunakan prinsip-prinsip untuk merancang suatu respon
d. Motivasi
Motivasi memiliki peran yang vital sebagai motor penggerak siswa belajar.
Bagaimanapun situasi dan kondisi lingkungan, dengan motivasi tinggi dapat
diharapkan hasil belajar yang baik.
Motivasi dibagi dalam dua bagian yaitu:
1) Motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari diri sendiri. Misalnya keinginan
memahami suatu konsep.
2) Motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari luar siswa. Motivasi ini bisa
berasal dari dorongan guru, orang tua atau takanan siswa lain.
e. Kesulitan dalam Belajar
1) Faktor intern siswa
a) Rendahnya intelektualitas / kecerdasan
b) Labilnya emosi dan sikap
c) Terganggunya alat indra
2) Faktor ekstern siswa
a) Tidak harmonisnya hubungan orang tua
b) Ekonomi lemah
c) Teman yang nakal dan malas
d) Letak sekolah yang tidak strategis
e) Sarana yang tidak memadai
3. Situasi Belajar
a. Lingkungan fisik
1) Kelas: tata ruang, tata bangku, kebersihan, pencahayaan, ventilasi, peralatan dan
perlengkapan belajar
2) Sekolah: letak sekolah, kelengkapan ruang belajar, kerindangan
b. Lingkungan non fisik
1) Kelas: situasi siswa (ramai, malas, rajjin, pandai dll), kecakapan guru
2) Sekolah: situasi sekolah (ramai karena dipinggir jalan, riuh karena sedang ada acara
sekolah dll), hubungan sekolah dengan masyarakat sekitar
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Psikologi belajar adalah suatu ilmu yang mengkaji atau mempelajari tingkah laku
manusia didalam mengubah tingkah lakunya dalam kehidupan pribadi,
kemasyarakatan dan kehidupan alam sekitar melalui proses pendidikan.
2. Ruang lingkup psikologi belajar antara lain:
a. Belajar
1) Teori
2) Hakikat belajar
3) Jenis belajar
4) Gaya belajar
5) Karakteristik hasil belajar
6) Metode belajar
b. Proses belajar
1) Tahapan proses belajar
2) Perwujudan perilaku
3) Tingkatan belajar
4) Motivasi
5) Kesulitan belajar
c. Situasi belajar
1) Lingkungan fisik
2) Lingkungan non fisik
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Depag, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Depag, 2004
Hamalik Oemar, Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru, 1992
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar, Bandung: Sinar Baru, 1991
Ngalim Purwanto: Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rosda Karya, 1996
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam , Jakarta: Grafindo
Persada, 2005
JENIS-JENIS BELAJAR
Filed under: Pendidikan by UDHIEXZ — 9 Komentar
13- Agustus- 2008
JENIS-JENIS BELAJAR
A. Jenis-Jenis Belajar
masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi
jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini
penggabungan dari pendapat ketiga ahli di atas. Walaupun begitu, dari pendapat
ketiga para ahli di atas, ada jenis-jenis belajar tertentu yang tidak dibahas dalam
Oleh karena itu, jenis-jenis belajar yang diuraikan berikut ini menyangkut
masalah belajar arti kata-kata, belajar kognitif, belajar menghafal, belajar teoritis,
Belajar arti kata-kata maksudnya adalah orang mulai menangkap arti yang
terkandung dalam kata-kata yang digunakan. Pada mulanya suatu kata sudah
dikenal, tetapi belum tahu artinya. Misalnya, pada anak kecil, dia sudah mengetahui
kata “kucing” atau “anjing”, tetapi dia belum mengetahui bendanya, yaitu binatang
yang disebutkan dengan kata itu. Namun lam kelamaan dia mengetahui juga apa arti
kata “kucing” atau “anjing”,. Dia sudah tahu bahwa kedua binatang itu berkaki empat
dan dapat berlari. Suatu ketika melihat seekor anjing dan anak tadi menyebutnya
“kucing”. Koreksi dilakukan bahwa itu bukan kucing, tetapi anjing. Anak itu pun tahu
bahwa anjing bertubuh besar dengan telinga yang cukup panjang, dan kucing itu
Setiap pelajar atau mahasiswa pasti belajar arti kata-kata tertentu yang belum
diketahui. Tanpa hal ini, maka sukar menggunakannya. Kalau pun dapat
kesukaran untuk memahami isi bacaan. Karena ide-ide yang terpatri dalam setiap
kata. Dengan kata-kata itulah, para penulis atau pengarang melukiskan ide-idenya
kepada siding pembaca. Oleh karena itu, penguasaan arti kata-kata adalah penting
dalam belajar.
2. Belajar Kognitif
perjalanan, dia tidak tidak dapat menghadirrkan objek-objek yang pernah dilihatnya
selama dalam perjalanan itu di hadapan temannya itu, dia hanya dapat
menggambarkan semua objek itu dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Gagasan
atau tanggapan tentang objek-objek yang dilihat itu dituangkan dalam kata-kata atau
Bila tanggapan berupa objek-objek materiil dan tidak materiil telah dimiliki,
maka seseorang telah mempunyai alam pikiran kognitif. Itu berarti semakin banyak
pikiran dan gagasan yang dimiliki seseorang, semakin kaya dan luaslah alam pikiran
Belajar kognitif penting dalam belajar. Dalam belajar, seseorang tidak bisa
melepaskan diri dari kegiatan belajar kognitif. Mana bisa kegiatan mental tidak
perubahan.
3. Belajar Menghafal
sesuai dengan materi yang asli, dan menyimpan kesan-kesan yang nantinya suatu
tidak terarah, menghafal tanpa pengertian menjadi kabur, menghafal tanpa perhatian
4. Belajar Teoritis
Bentuk belajar ini bertujuan untuk menempatkan semua data dan fakta
tumbuhan dibagi dalam genus dan species. Sekaligus dikembangkan dalam metode-
5. Belajar Konsep
Konsep atau pengertian adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek
yang mempunyai ciri-ciri yang sama, orang yang memiliki konsep mampu
Konsep dibedakan atas konsep konkret dan konsep yang harus didefinisikan.
lingkungan fisik. Konsep ini mewakili benda tertentu, seperti meja, kursi, tumbuhan,
rumah, mobil, sepeda motor dan sebagainya. Konsep yang didefinisikan adalah
konsep yang mewakili realitas hidup, tetapi tidak langsung menunjuk pada realitas
dalam lingkungan hidup fisik, karena realitas itu tidak berbadan. Hanya dirasakan
adanya melalui proses mental. Misalnya, saudara sepupu, saudara kandung, paman,
bibi, belajar, perkawinan, dan sebagainya, adalah kata-kata yang tidak dapat dilihat
pengertian pada semua kata itu diperlukan konsep yang didefinisikan dengan
tetapi tidak dapat diketahui dengan mengamati Ahmad dan Mahmud. Kenyataan itu
dijelaskan. Penjelasan atas kata “saudara sepupu” itulah yang dimaksudkan disini
didapatkan pengertian, sauadara sepupu adalah anak dari paman atau bibi.
pengertian. Taraf ini adalah taraf konprehensif. Taraf kedua dalam taraf berfikir.
Taraf pertamanya adalah taraf pengetahuan, yaitu belajar reseptif atau menerima.
6. Belajar Kaidah
{intellectual skill}, yang dikemukakan oleh Gagne.[2] Belajar kaidah adalah bila dua
konsep atau lebih dihubungkan satu sama lain, terbentuk suatu ketentuan yang
“besi”, “dipanaskan” dan “memuai”, dan dapat menentukan adanya suatu relasi yang
tetap antara ketiga konsep dasar itu {besi, dipanaskan, dan memuai}, maka dia
merupakan suatu representasi {gambaran} mental dari kenyataan hidup dan sangat
berguna dalam mengatur kehidupan sehari-hari. Hal ini berarti bahwa kaidah
merupakan suatu keteraturan yang berlaku sepanjang masa. Oleh karena itu, belajar
kaidah sangat penting bagi seseorang sebagai salah salah satu upaya penguasaan
7. Belajar Berpikir
Dalam belajar ini, orang dihadapkan pada suatu masalah yang harus
Dalam konteks ini ada istilah berpikir konvergen dan berpikir divergen.
Berpikir konvergen adalah berpikir menuju satu arah yang benar atau satu jawaban
yang paling tepat atau satu pemecahan dari suatu masalah.berpikir divergen adalah
berpikir dalam arah yang berbeda-beda, akan diperoleh jawaban-jawaban unit yang
hipotesis-hipotesis itu dinilai, diuji, agar dapat ditentukan untuk diterima atau
ditolak.
kesimpulan.
sebagai berikut.
b. Merumuskan masalah.
masalah itu tidak selalu mengikuti urutan yang teratur, melainkan meloncat-loncat
B. Prinsip-Prinsip Belajar
berubah, berarti tidak belajar. Itulah sebabnya hakikat belajar adalah perubahan.
Agar setelah melakukan kegiatan belajar didapatkan hasil yang efektif dan
efesien tentu saja diperlukan prinsip-prinsip belajar tertentu yang dapat melapangkan
jalan kea rah keberhasilan.[4] Maka calon guru/pembimbing seharusnya sudah dapat
menyusun sendiri prinsip-prinsip belajar, ialah prinsip belajar yang dapat terlaksana
dalam situasi dan kondisi yang berbeda, dan oleh setiap siswa secara individual.
Namun demikian marilah kita susun prinsip-prinsip belajar itu, sebagai berikut:
1. Dalam belajar setiap siswa harus diusahakan partisipasi aktif, meningkatkan
minat dan membimbing untuk mencapai tujuan intruksional;
2. Belajar bersifat keseluruhan dan materi itu harus memiliki struktur, penyajian
yang sederhana, sehingga siswa mudah menangkap pengertiannya;
3. Belajar harus dapat menimbulkan reinforcement dan motivasi yang kuat pada
siswa untuk mencapai tujuan intruksional;
4. Belajar itu proses kontinyu, maka harus tahap demi tahap menurut
perkembangannya;
5. Belajar adalah proses organisasi, adaptasi, eksplorasi dan discovery;
6. Belajar harus dapat mengembangkan kemampuan tertentu sesuai dengan
tujuan instruksional yang harus dicapainya;[5]
7. Belajar memerlukan sarana yang cukup, sehingga siswa dapat belajar
dengan tenang;
8. Belajar memerlukan lingkungan yang menantang di mana anak dapat
mengembangkan kemampuannya bereksplorasi dan belajar yang efektif;
9. Belajar perlu ada interaksi siswa dengan lingkungannya;
10. Belajar adalah proses kontiguitas {hubunagan antara pengertian yang satu
dengan pengertian yang lain} sehingga mendapatkan pengertian yang
diharapakan. Stimulus yang diberikan menimbulkan response yang
diharapkan;
11. Repetisi, dalam proses belajar perlu ulangan berkali-kali agar
pengertian/keterampilan/sikap itu mendalam pada siswa;
[1]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah “Psikologi Belajar”, Rineka Cipta, Jakarta. 2002,
Hal. 27
[2]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 32
[3]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 34
[4]. Drs. Syaiful Bahri Djamarah, op. cit., Hal. 61
[5].Drs. Slameto “Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”, Rineka Cipta, Jakarta, 1988. Hal